Post on 20-Jul-2015
52
BAB IV
GAMBARAN UMUM BADAN USAHA
Bab IV ini berisikan mengenai gambaran umum badan usaha
meliputi sejarah singkat, struktur organisasi beserta uraian tugas dan
tanggung jawab dari tiap bagian, siklus akuntansi, dan kebijakan akuntansi
yang dipilih oleh badan usaha. Dengan demikian, bab IV menjawab mini
research question I mengenai siklus akuntansi dan mini research question
kedua mengenai perlakuan akuntansi untuk penyusunan laporan keuangan
pada UD. MX di Surabaya.
IV.1. SEJARAH BADAN USAHA
UD. MX didirikan pada tanggal 20 Oktober 2004 dan bergerak pada
bidang usaha pengolahan daur ulang sampah plastik. Produk yang
dihasilkan dari bahan baku sampah plastik tersebut berupa tali rafia dan
sedotan. UD. MX merupakan badan usaha dengan skala kecil dan
menengah (UKM). Tali rafia telah diproduksi semenjak UD. MX didirikan
sedangkan sedotan baru saja mulai diproduksi pada tahun 2008. UD. MX
berlokasi di daerah Surabaya Timur. Produk UD. MX telah dijual ke
berbagai kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
52
53
IV.2. STRUKTUR ORGANISASI
UD. MX memiliki 40 karyawan dan, karena skala badan usaha yang
kecil serta demi efisiensi beban usaha, pemilik merangkap berbagai fungsi
sekaligus dalam struktur organisasi UD. MX. Selain itu, dengan melakukan
perangkapan berbagai fungsi penting, pemilik merasa pengendalian internal
badan usaha dapat menjadi lebih aman. Adapun struktur organisasi yang
terdapat pada UD. MX, adalah sebagai berikut:
Gambar IV.1.
Struktur Organisasi UD. MX
Pemilik
Bagian ProduksiBagian Administrasi Bagian Pengiriman
Pembersihan
Bahan Baku
Operator Mesin
Rajang
Operator Mesin
Pelet
Operator Mesin
Tali Rafia
Operator Mesin
Sedotan
Operator Mesin
Gulung Tali
Rafia
Dengan adanya struktur organisasi dan job description, proses
pendelegasian tugas, kewajiban, serta tanggung jawab untuk tiap – tiap
karyawan yang ada pada setiap bagian menjadi jelas sehingga karyawan
dapat mengambil tindakan dan keputusan dengan tepat untuk mencapai
Sumber : Data pemilik dan hasil observasi
54
tujuan badan usaha. Dan, berikut ini adalah job description bagi setiap
bagian dalam struktur organisasi UD. MX:
1. Pemilik
Mengawasi jalannya proses produksi untuk menjamin kualitas
produk yang dihasilkan.
Menetapkan jadwal produksi.
Membayar gaji kepada karyawan setiap akhir pekan.
Melakukan komunikasi rutin dengan customer yang sudah pernah
membeli produk UD. MX sebelumnya, minimal sebulan sekali.
Mencari customer baru untuk memperluas pangsa pasar produk
UD. MX.
Melakukan pembelian bahan baku beserta peralatan dan
perlengkapan lain (yang nominalnya material) untuk menjamin
kelancaran proses produksi dan kualitas produk yang dihasilkan.
Melakukan pengisian dana kas kecil pada setiap awal jam kerja
untuk pembelian perlengkapan yang nominalnya tidak material.
Membuat laporan laba rugi berdasarkan pada pencatatan yang
telah dilakukan oleh bagian administrasi (pemilik juga terkadang
memeriksa ulang pembukuan yang telah dilakukan oleh bagian
administrasi).
55
Melakukan stock opname terhadap seluruh persediaan UD. MX
pada setiap akhir bulan.
2. Bagian Administrasi (1 orang)
Memegang kendali atas segala aktivitas operasional UD. MX
(seluruh tugas pemilik diatas) apabila pemilik berhalangan.
Melakukan pembelian untuk peralatan dan perlengkapan yang
nominalnya tidak material (dengan menggunakan dana kas kecil).
Melakukan perhitungan dana kas kecil yang tersisa pada akhir
jam kerja.
Melaporkan penggunaan dana kas kecil beserta bukti – bukti
transaksi-nya pada saat pemilik hendak melakukan pengisian
ulang kas kecil.
Membantu pemilik dalam mengawasi jalannya proses produksi
(memastikan bahwa jadwal produksi telah ditepati).
Melakukan pencatatan untuk aktivitas yang berkaitan dengan
persediaan UD. MX (penerimaan bahan baku, penggunaan bahan
setengah jadi, penjualan produk jadi, dan lain sebagainya).
3. Bagian Produksi (33 orang)
4. Bagian Pengiriman (5 orang, terdiri dari 1 sopir dan 4 kuli angkut).
56
IV.3. KEGIATAN OPERASIONAL
Seperti yang telah dijelaskan secara singkat di bagian sejarah badan
usaha, UD. MX merupakan badan usaha dengan skala UKM yang bergerak
di bidang pengolahan daur ulang sampah plastik. Berdasarkan pada
Undang-Undang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Nomor 20
Tahun 2008, UD. MX dapat dikategorikan sebagai usaha kecil. Ini dapat
dilihat dari karakteristik UD. MX berupa kekayaan bersih (tidak termasuk
tanah dan bangunan usaha) sebesar Rp 218.000.000 dan hasil penjualan
tahunan (tahun 2009) sebesar Rp 2.817.933.720. Modal UD. MX dimiliki
100 persen oleh pemilik. Jam kerja UD. MX mulai pukul 08.00 sampai
pukul 17.00. Produk tali rafia yang dijual ada dalam bentuk rol besar (15 –
30 kg) dan rol kecil (<2 kg) serta tersedia dalam berbagai warna, yaitu
merah, hijau, biru, ungu, oranye, kuning, dan putih. Produk tali rafia yang
dijual tersedia dalam berbagai kualitas (kualitas 1 dan 2) dimana harganya
berbeda – beda untuk setiap kualitas. Sementara itu, sedotan tersedia dalam
satu kualitas saja dan terdiri dari beragam macam warna, antara lain merah,
hijau, biru, kuning, ungu, dan putih.
IV.4. SIKLUS AKUNTANSI
Periode akuntansi pada UD. MX dimulai pada tanggal 1 Januari dan
berakhir pada 31 Desember. Proses pencatatan transaksi dan pelaporan
keuangan UD. MX masih belum menggunakan bantuan teknologi komputer
57
(sistem manual), namun pemilik berencana untuk menerapkan sistem
computerized dengan mengaplikasikan database yang terintegrasi pada
akhir tahun 2010.
Siklus akuntansi pada UD. MX dimulai dengan terjadinya transaksi-
transaksi (mulai dari pembelian dan penerimaan bahan baku, proses
produksi, penjualan dan pengiriman produk, sampai pada penggajian
karyawan). Transaksi dicatat pada dokumen – dokumen bukti transaksi
yang dibuat dengan menggunakan software Microsoft Excel, contohnya:
pembuatan faktur penjualan atau faktur penggajian yang menggunakan
Microsoft Excel. Bukti-bukti transaksi ini kemudian harus diotorisasi oleh
pemilik atau bagian administrasi (jika pemilik berhalangan).
Pembayaran oleh pelanggan umumnya dilakukan melalui transfer
rekening bank. Namun, khusus untuk pelanggan baru, pemilik mewajibkan
bagi mereka untuk membayar secara tunai pada saat pengambilan atau
pengiriman produk. Kebijakan ini diambil untuk meminimalisir piutang tak
tertagih. Pembayaran kepada pemasok umumnya dilakukan secara tunai
atau melalui transfer rekening bank (namun jarang karena sebagian besar
pemasok bahan baku UD. MX adalah pengepul sampah plastik). Pada akhir
jam kerja, berdasarkan pada dokumen – dokumen bukti transaksi yang telah
diotorisasi, pemilik mencatat seluruh transaksi pada rekapitulasi penjualan
dan rekapitulasi pengeluaran kas (UD. MX tidak melakukan pencatatan ke
58
dalam jurnal, buku besar, dan neraca saldo seperti layaknya siklus akuntansi
badan usaha pada umumnya).
Rekapitulasi penjualan terdiri dari berbagai nama pelanggan beserta
nominal penjualan yang berasal dari pelanggan tersebut sedangkan
rekapitulasi pengeluaran kas terdiri dari berbagai macam kumpulan
berbagai jenis transaksi pengeluaran kas, contohnya rekapitulasi pembelian
bahan baku, rekapitulasi biaya transportasi, rekapitulasi pembayaran gaji,
dan lain sebagainya). Sementara itu, segala aktivitas yang berkaitan dengan
persediaan UD. MX (penerimaan bahan baku, penggunaan bahan setengah
jadi, penjualan persediaan produk jadi, dan lain sebagainya) dicatat oleh
karyawan bagian administrasi di dalam buku catatan produksi sehingga
pada pemilik selalu dapat mengetahui jumlah persediaan yang ada
(membuat pemilik lebih cepat dalam merespon permintaan pelanggan).
Pada akhir jam kerja, berdasarkan pada saldo akhir ketiga jenis persediaan
yang ada dan laporan perhitungan laba tiap produk di bulan sebelumnya,
pemilik menetapkan jadwal produksi untuk aktivitas operasional UD. MX
keesokan harinya.
Pada akhir bulan, berdasarkan pada rekapitulasi penjualan dan
pengeluaran kas, pemilik membuat laporan laba rugi bulanan untuk
mengetahui kenaikan atau penurunan laba bersih badan usaha pada bulan
berjalan. UD. MX tidak membuat neraca dan laporan arus kas. Setelah
periode akuntansi berakhir (pada 31 Desember), pemilik merekapitulasi
59
seluruh laporan laba rugi bulanan menjadi laporan laba rugi tahun berjalan.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data dari laporan laba rugi
bulanan, yaitu laporan laba rugi bulanan periode Januari 2010 – April 2010.
Laporan laba rugi ini disimpan dalam file di komputer pemilik
karena hanya digunakan untuk kepentingan internal namun terdapat pula
pihak eksternal yang diperbolehkan untuk melihat laporan laba rugi UD.
MX, yaitu Bank Central Asia (BCA). Sebab, UD. MX memperoleh
pinjaman kredit dari BCA sehingga BCA memerlukan laporan laba rugi
tersebut untuk digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi perpanjangan
jatuh tempo pelunasan pinjaman kredit. Meskipun tidak membuat neraca,
pemilik memiliki data terinci mengenai aktiva yang dimiliki dan utang UD.
MX. Data ini juga hanya disimpan dalam file di komputer pemilik. Gambar
IV.2. menjelaskan proses siklus akuntansi UD. MX secara ringkas.
Gambar IV.2.
Siklus Akuntansi Pada UD. MX
TransaksiBukti - bukti
transaksiOtorisasi bukti -bukti transaksi
Rekapitulasi Penjualan dan
Pengeluaran Kas
Laporan Laba Rugi Bulanan &
Perhitungan Laba Tiap Produk
Laporan Laba Rugi Tahunan
Sumber : Data pemilik dan hasil observasi
60
IV.5. PERLAKUAN AKUNTANSI UD. MX
IV.5.1. Kas Kecil
UD. MX menggunakan sistem kas kecil imprest fund. Jumlah
kas kecil yang diisi pada setiap harinya selalu tetap, yaitu Rp 500.000.
Dana kas kecil ini dipegang oleh bagian administrasi dan digunakan
untuk melakukan pembelian peralatan serta perlengkapan yang
nominal-nya tidak material, seperti pembelian galon Aqua untuk
minuman karyawan atau untuk pengisian bahan bakar truk. Pada
akhir jam kerja, bagian administrasi menghitung dana kas kecil yang
tersisa. Kas kecil diisi kembali oleh pemilik setiap hari pada awal jam
kerja dan bagian administrasi selalu melaporkan penggunaan dana kas
kecil beserta dengan bukti – bukti transaksi.
IV.5.2. Kas di Bank
Jumlah kas di bank pada UD. MX adalah sebesar Rp
29.860.988. Apabila pelanggan melakukan pembayaran secara tunai,
pemilik akan langsung menyetorkan uang tersebut kepada bank demi
keamanan. Rekening kas UD. MX ini merupakan rekening pribadi
milik pemilik sendiri.
61
IV.5.3. Piutang Usaha
Pemilik UD. MX sangat selektif dalam memberikan penjualan
kredit. Hanya pelanggan lama yang diperbolehkan membeli produk
UD. MX secara kredit. Pelanggan baru harus membeli secara tunai.
Karena itulah, pemilik tidak melakukan pencadangan piutang tak
tertagih karena, semenjak tahun 2004, tidak ada piutang tak tertagih
yang muncul sebagai dampak dari ketatnya pemberian penjualan
kredit. Jumlah piutang pada akhir periode mencapai Rp 51.321.080.
IV.5.4. Persediaan
Persediaan UD. MX terdiri dari persediaan bahan baku, bahan
setengah jadi, dan produk jadi. Jumlah saldo akhir persediaan pada 31
Desember 2009 mencapai Rp 59,435,409; terdiri dari persediaan
bahan baku senilai Rp 20.241.100, persediaan bahan setengah jadi
sebesar Rp 13.682.101, dan persediaan produk jadi sebesar Rp
25.512.208. Tali rafia dan sedotan berasal dari bahan baku dan bahan
setengah jadi yang sama, yaitu sampah plastik dan biji plastik.
Pada setiap awal bulan berjalan, pemilik mengevaluasi harga
jual produk per unit, apakah tetap relevan atau harus diubah. Langkah
pertama yang dilakukan pemilik UD. MX adalah mengalokasikan
seluruh beban pengeluaran kepada tiap unit produk dengan cara
membagi nominal total beban pengeluaran bulan lalu dengan hasil
62
produksi aktual bulan lalu untuk menemukan harga pokok produk
tiap unit. Selanjutnya, di langkah kedua, pemilik akan menambahkan
margin keuntungan (20%) untuk menentukan harga jual per unit. Dan
di langkah ketiga, pemilik membandingkan hasil perhitungan harga
jual per unit produk dengan harga jual per unit produk dari pesaing.
Apabila perhitungan harga jual per unit produk UD. MX ternyata
lebih besar daripada harga jual per unit produk dari pesaing, maka
pemilik akan menurunkan harga jual per unit produk UD. MX hingga
setara dengan harga jual per unit produk dari pesaing. Namun
sebaliknya, apabila perhitungan harga jual per unit produk UD. MX
ternyata lebih kecil daripada harga jual per unit produk dari pesaing,
maka pemilik tetap mempertahankan perhitungan harga jual per unit
produk (bahkan terkadang dinaikkan sampai setara dengan harga jual
dari pesaing) untuk dipakai sebagai harga jual per unit produk untuk
bulan berjalan.
Metode pencatatan persediaan yang digunakan adalah
pencatatan perpetual karena bagian administrasi selalu membukukan
segala aktivitas yang berkaitan dengan persediaan (penerimaan bahan
baku, penggunaan bahan setengah jadi, penjualan produk jadi, dan
lain sebagainya). Dengan demikian, pemilik dapat mengetahui jumlah
persediaan yang ada (khususnya produk jadi) sehingga lebih cepat
dalam merespon permintaan pelanggan. Kemudian, pada akhir bulan,
63
pemilik melakukan stock opname melalui perbandingan fisik
persedian yang tersedia dengan pembukuan jumlah persediaan yang
ada di buku catatan produksi. Sedangkan untuk metode penilaian
persediaan, UD. MX menggunakan metode first in first out (FIFO),
dimana persediaan yang paling dahulu masuk gudang dikeluarkan
lebih awal (atau dijual lebih dahulu) untuk proses produksi.
IV.5.5. Aset Tetap
Aset tetap UD. MX dinilai berdasarkan pada harga
perolehannya (at cost). Nilai aset tetap sama sekali tidak disusutkan.
Menurut pemilik, jika hendak menjual aset tetap, nilainya akan
langsung dianggap setengah dari harga perolehan awal atau dengan
memperoleh informasi dari pabrik tali rafia yang lain (caranya,
pemilik berpura – pura hendak membeli mesin tali rafia padahal
sebenarnya hanya ingin memeriksa harga saja). Nilai bangunan usaha
merupakan gabungan dari nilai tanah sebesar Rp 70.000.000 dan nilai
bangunan sebesar Rp 100.000.000.
Mesin Rajang, Mesin Pelet, Mesin Tali Rafia, Mesin Gulung
Tali Rafia, dan Mesin Bubut merupakan mesin bekas (pemilik
membelinya dari pabrik tali rafia yang pailit) sementara Mesin
Sedotan merupakan mesin baru sehingga nilai mesin sedotan lebih
tinggi dibandingkan mesin – mesin produksi lainnya. Toyota Kijang
64
tahun 2001 sebenarnya merupakan kendaraan pribadi dari pemilik
UD. MX namun semenjak tahun 2005, pemilik menganggapnya
sebagai kendaraan kantor juga (Ini dapat terlihat dari dibebankannya
biaya pemeliharaan dan biaya bahan bakar dari mobil Toyota Kijang
tersebut ke dalam perhitungan laporan laba rugi UD. MX). Toyota
Kijang dan Truk Isuzu juga merupakan kendaraan bekas. Karena
itulah, nilai perolehan kedua kendaraan tersebut tidak terlalu tinggi.
Perangkat Meja Kantor terdiri dari tiga set meja dan satu lemari.
Pemilik tidak pernah mengestimasi masa manfaat untuk
seluruh aset tetap yang dimiliki. Sebab, pemilik memiliki prinsip
bahwa apabila suatu barang (apapun bentuknya) dirawat dengan baik,
maka barang tersebut akan memiliki umur yang tidak terbatas.
Tabel IV.1.
Daftar Aset Tetap UD. MX
Jenis Tahun Perolehan Harga Perolehan
Mesin Rajang Juli 2004 5,000,000
Mesin Pelet Biji Plastik Juli 2004 20,000,000
Mesin Tali Rafia (3 mesin) Juli 2004 3,000,000
Mesin Gulung Tali Rafia (3 mesin) Desember 2004 1,500,000
Mesin Sedotan Febuari 2008 40,000,000
Trafo Las Oktober 2004 500,000
Mesin Bubut Januari 2005 3,000,000
Truk Isuzu Tahun 1991 Desember 2004 19,000,000
Komputer Kantor Juni 2006 5,000,000
Air Conditioner Chang’an Oktober 2006 3,000,000
Perangkat Meja Kantor Oktober 2006 10,000,000
Toyota Kijang Tahun 2001 Agustus 2005 108,000,000
Bangunan Tempat Usaha Januari 1995 170,000,000
Total nilai aset 388,000,000
Sumber : Data Pemilik dan hasil observasi
65
IV.5.6. Properti Investasi dan Sewa
Pada bulan April 2007, pemilik membeli sebuah ruko yang
berlokasi di daerah Bendul Merisi, Surabaya dengan harga perolehan
sebesar Rp 202.910.000. Pada awalnya, ruko ini hendak digunakan
sebagai kantor cabang untuk melayani penjualan rol kecil. Namun,
dalam perkembangannya, ruko ini disewakan kepada pihak ketiga.
Pendapatan sewa yang didapat dari pihak ketiga tersebut sebesar Rp
30.000.000 per tahun. Pendapatan sewa ini dibayarkan oleh pihak
ketiga setiap dua tahun sekali (pada awal periode akuntansi) dan
digunakan oleh pemilik untuk membiayai operasional UD. MX.
Perjanjian sewa dengan pihak ketiga tersebut diperbaharui
setiap dua tahun sekali. Pada awal Januari 2009, perjanjian sewa
diperbaharui kembali dengan harga sewa yang sama dan berlaku
hingga 31 Desember 2011. Pihak ketiga telah membayar biaya sewa
pada awal Januari 2009 sebesar Rp 60.000.000. Sama halnya dengan
aset tetap, pemilik juga tidak melakukan penyusutan terhadap nilai
properti ruko UD. MX karena pemilik berkeyakinan nilai ruko
tersebut tidak akan menurun.
Apabila hendak menjual properti ruko ini, pemilik menilai
kembali properti ruko tersebut dengan nilai pasar. Informasi
mengenai nilai pasar ruko didapatkan dari berbagai pemilik ruko lain
di sekitar ruko UD. MX. Caranya, pemilik berpura – pura hendak
66
membeli ruko lain padahal sebenarnya hanya ingin mengetahui harga
yang dipatok oleh pemilik ruko lain, kemudian pemilik mengevaluasi
apakah akan mematok harga jual ruko UD. MX di bawah atau sama
atau justru di atas harga ruko – ruko lain. Cara serupa juga digunakan
oleh pemilik saat menentukan harga sewa bagi pihak ketiga yang saat
ini menyewa ruko milik UD. MX.
Dalam perjanjian sewa antara pemilik dengan pihak ketiga,
tidak ada pernyataan bahwa pemilik akan memberikan hak milik ruko
kepada pihak ketiga pada saat akhir masa sewa. Pihak ketiga juga
tidak mempunyai opsi untuk membeli ruko di bawah harga pasar pada
saat akhir masa sewa. Jangka waktu periode sewa ruko (2 tahun) tidak
mencapai 75% umur ekonomis aset ruko (meskipun pemilik tidak
mengestimasi masa manfaat ruko namun menurut peraturan pajak,
umur manfaat bangunan permanen adalah 20 tahun). Dan, yang
terakhir, nilai pembayaran sewa selama masa lease (Rp 60.000.000)
tidak mencapai 90% nilai pasar ruko (menurut pemilik, nilai pasar
ruko adalah Rp 700.000.000). Sehingga, dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kebijakan sewa UD. MX untuk properti ruko
yang disewakan adalah sewa operasi (operating lease).
67
IV.5.7. Utang Bank
Jumlah utang bank UD. MX mencapai Rp 150.000.000. Utang
ini merupakan bentuk program kredit modal kerja dari Bank Central
Asia (BCA). Dalam program ini, BCA memberikan fasilitas kredit
sebesar Rp 500.000.000 kepada nasabah dan jumlah yang diambil
oleh nasabah merupakan yang diakui sebagai utang oleh BCA.
Pemilik memperoleh utang ini pada tahun 2008. Sampai pada akhir
tahun 2009, pemilik hanya mengambil fasilitas kredit sebesar Rp
150.000.000.
Pada setiap akhir periode, BCA mengevaluasi kemampuan
keuangan UD. MX. Apabila pihak BCA merasa kondisi keuangan
UD. MX buruk, maka BCA akan menuntut pelunasan utang
dilakukan dalam waktu dekat. Namun, jika BCA merasa kondisi
keuangan UD. MX bagus, maka BCA akan memperpanjang jangka
waktu pelunasan utang sampai setahun ke depan. Penilaian
kemampuan keuangan UD. MX dilakukan BCA melalui laporan
keuangan dan frekuensi mutasi dalam rekening UD. MX (arus masuk
dan keluar uang dalam rekening).
Nominal bunga yang dibayarkan berdasarkan pada suku bunga
dari BCA, sebesar 13% per tahun (1,08% per bulan) pada 30 April
2010. Bunga dibayarkan setiap bulan dan suku bunga dapat berubah
setiap saat (floating rate) karena bergantung kepada kondisi ekonomi.
68
Jaminan yang digunakan untuk utang kepada BCA ini adalah rumah
pribadi milik pemilik sendiri yang berlokasi di daerah Citraland,
Surabaya. Pembayaran bunga untuk utang bank ini dicatat sebagai
beban bunga pinjaman dalam laporan laba rugi UD. MX.
IV.5.8. Utang Kepada Pihak Ketiga
Jumlah utang kepada pihak ketiga UD. MX mencapai Rp
100.000.000. Pemilik memperoleh utang ini pada tahun 2008. Sama
halnya dengan utang bank, pihak ketiga juga tidak menerapkan jatuh
tempo pelunasan namun pihak ketiga tetap mengevaluasi kemampuan
keuangan UD. MX melalui laporan laba rugi UD. MX. Pihak ketiga
pemberi utang ini adalah teman dekat dari pemilik UD. MX sendiri.
UD. MX juga harus membayar bunga atas utang kepada pihak
ketiga setiap bulan berjalan. Pembayaran bunga untuk utang kepada
pihak ketiga ini dicatat sebagai biaya bunga pinjaman dalam laporan
laba rugi UD. MX. Suku bunga yang ditetapkan oleh pihak ketiga
adalah sebesar 1% per bulan (atau 12% per tahun). Tidak ada jaminan
yang digunakan untuk utang kepada pihak ketiga ini. Baik utang
usaha maupun utang kepada pihak ketiga, digunakan oleh pemilik
untuk kepentingan investasi (seperti pembelian mesin sedotan pada
tahun 2008) atau pelunasan utang sebelumnya yang telah jatuh tempo
(salah satunya, utang saat pembelian properti ruko).
69
IV.5.9. Imbalan Kerja
UD. MX mengikuti program imbalan pasca kerja melalui
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) sesuai dengan yang
diwajibkan oleh pemerintah. Ada empat macam hak imbalan pasca
kerja bagi para karyawan UD. MX di dalam Jamsostek, antara lain:
Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK),
Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
bagi seluruh karyawan dan keluarganya. Iuran yang dibayarkan
kepada PT Jamsostek adalah sebesar Rp 1.851.016 setiap bulan.
Pembayaran iuran dilakukan setiap tanggal 10 pada bulan berjalan.
Pemilik UD. MX memiliki kewajiban hukum untuk membayar
iuran imbalan kerja pada saat jatuh tempo pembayaran karena ada
peraturan pemerintah dan undang – undang yang memayungi
kewajiban tersebut. Namun, apabila PT Jamsostek gagal untuk
menunaikan kewajibannya membayar imbalan kerja kepada para
karyawan UD. MX di masa mendatang, maka pemilik UD. MX tidak
diwajibkan untuk membayarkan imbalan kerja tambahan kepada para
karyawannya (sebab memang tidak ada peraturan pemerintah atau
undang – undang yang mewajibkan hal tersebut). Sehingga, dengan
demikian, kebijakan imbalan kerja UD. MX dapat diklasifikasikan
sebagai program iuran pasti.
70
IV.5.10. Pendapatan Usaha
Pengakuan pendapatan usaha UD. MX menggunakan metode
accrual basis, yakni pendapatan diakui pada saat terjadinya transaksi.
Transaksi yang dimaksudkan yaitu pada saat pelanggan telah
menandatangani faktur penjualan yang diberikan bersamaan dengan
pengiriman produk. Apabila pelanggan berasal dari luar Jawa Timur
maka biaya pengiriman ditanggung oleh pelanggan (FOB Shipping
Point). Namun apabila pelanggan berasal dari Jawa Timur, biaya
pengiriman ditanggung oleh UD. MX (FOB Destination Point).
IV.5.11. Pendapatan Sewa
Selain dari produk tali rafia dan sedotan yang dijual, UD. MX
juga memperoleh pendapatan dari ruko yang disewakan kepada pihak
ketiga. Pihak ketiga selalu melakukan pembayaran sewa ruko setiap
dua tahun sekali dan dibayar di muka, sebesar Rp 60.000.000. Pada
awal Januari 2009, perjanjian antara pemilik dan pihak ketiga
diperbaharui kembali dan berlaku hingga 31 Desember 2011. Pihak
ketiga melakukan pembayaran sewa dimuka untuk dua tahun pada
Januari 2009 sebesar Rp 60.000.000. Pemilik langsung mengakui
pembayaran sewa sebagai pendapatan sewa bulan Januari 2009
meskipun pihak ketiga belum menikmati masa manfaat sewa secara
penuh selama 2 tahun.
71
IV.5.12. Pajak Penghasilan
Nominal pajak penghasilan yang disetorkan UD. MX kepada
negara adalah sebesar Rp 532.800. Nominal ini terdiri atas
pembayaran di bulan Januari 2010 (angsuran Desember 2009),
Febuari 2010 (angsuran Januari 2010), dan Maret 2010 (angsuran
Febuari 2010), masing–masing sebesar Rp 130.750 serta pembayaran
di bulan April 2010 (angsuran Maret 2010 dan pelunasan kurang
bayar) sebesar Rp 145.550. Pembayaran pada bulan Januari 2010 –
Maret 2010 menggunakan SPT tahun 2008 dan pembayaran di bulan
April 2010 menggunakan SPT tahun 2009. Perhitungan pajak
penghasilan UD. MX ini didasarkan atas norma penghasilan.
IV.5.13. Laba Bersih
Laba bersih UD. MX pada 30 April 2010 adalah sebesar Rp
175.611.772. Nominal ini diperoleh dari pendapatan usaha (penjualan
produk + pendapatan sewa) – seluruh beban pengeluaran – piutang
usaha + selisih saldo akhir persediaan bulan berjalan dengan bulan
lalu. Perhitungan laba bersih UD. MX di atas memang cukup
menyimpang dari perhitungan laba bersih badan usaha pada
umumnya karena komponen piutang usaha dan saldo akhir persediaan
juga ikut dimasukkan dalam perhitungan laba bersih UD. MX.
72
Penjelasan lebih mendetail dapat dilihat dalam gambar IV.9.
mengenai laporan laba rugi UD. MX.
Mengenai alasan selisih saldo akhir persediaan yang
dimasukkan dalam perhitungan laba bersih UD. MX, pemilik
mengatakan bahwa saldo akhir persediaan bulan lalu sebenarnya
merupakan keuntungan yang belum terealisasi. Sedangkan di dalam
saldo akhir persediaan bulan ini, masih terdapat sisa dari saldo akhir
persediaan bulan lalu sehingga pemilik mengurangkan saldo
persediaan akhir bulan berjalan dengan bulan lalu untuk mengakui
keuntungan yang belum terealisasi dari persediaan akhir bulan lalu.
Sementara itu, komponen piutang usaha ikut dimasukkan
dalam perhitungan laba bersih sebab pemilik menganggap bahwa
penjualan yang berasal dari piutang belum dapat dinikmati sehingga
seharusnya dikeluarkan dari perhitungan laba bersih.
IV.5.14. Modal Pemilik
UD. MX merupakan badan usaha perseorangan sehingga
seluruh modal awal UD. MX berasal dari pemilik sendiri, yakni
sebesar Rp 300.500.000. Nilai modal ini mencakup bangunan usaha
dan seluruh aset tetap yang dimiliki saat UD. MX didirikan pada
tahun 2004. Selain itu, mobil Toyota Kijang yang diperoleh pada
tahun 2005 juga ikut dimasukkan sebagai penambah modal UD. MX
73
karena sebelum tahun 2005, mobil tersebut adalah mobil pribadi
pemilik namun semenjak tahun 2005, mobil Toyota Kijang dianggap
sebagai kendaraan kantor.
IV.6. DOKUMEN – DOKUMEN TRANSAKSI UD. MX
IV.6.1. Faktur Penjualan
Gambar IV.3.
Faktur Penjualan UD. MX
Pada pojok kiri atas, sebenarnya terdapat nama sebenarnya
dari UD. MX dan pada pojok kanan bawah, terdapat tanda tangan
pemilik. Atas permintaan pemilik UD. MX, dua bagian tersebut
dihilangkan oleh penulis. Faktur penjualan diberikan bersamaan
Sumber : Data Pemilik
74
dengan pengiriman produk. Faktur ini juga berfungsi sebagai tanda
bukti penagihan apabila pelanggan membayar secara kredit (namun
cukup jarang karena pemilik hanya memberikan fasilitas penjualan
kredit kepada pelanggan lama atau badan usaha skala menengah dan
besar). Pada akhir jam kerja, pemilik memindahkan nama pelanggan
beserta nominal penjualan dari pelanggan tersebut ke dalam
rekapitulasi penjualan.
IV.6.2. Faktur Pembelian Bahan Baku
Gambar IV.4.
Faktur Pembelian Bahan Baku UD. MX
Pada pojok kanan atas, sebenarnya terdapat nama pemilik UD.
MX dan pada pojok kiri bawah, terdapat tanda tangan karyawan
bagian administrasi. Atas permintaan pemilik UD. MX, dua bagian
Sumber : Data Pemilik
75
tersebut dihilangkan oleh penulis. Faktur pembelian bahan baku ini
diterima oleh pemasok bersamaan dengan pengiriman bahan baku.
Apabila pemasok tidak memberikan faktur pembelian bahan baku,
maka pihak UD. MX sendiri yang akan membuatkan faktur tersebut.
Pada akhir jam kerja, pemilik memindahkan nominal jumlah
pembelian bahan baku beserta nama pemasok ke dalam rekapitulasi
pengeluaran kas.
IV.6.3. Faktur Pengeluaran Kas
Gambar IV.5.
Faktur Pengeluaran Kas UD. MX
Pada pojok kanan atas, sebenarnya terdapat nama pemilik UD.
MX dan pada pojok kiri bawah, terdapat tanda tangan karyawan
Sumber : Data Pemilik
76
bagian administrasi. Atas permintaan pemilik UD. MX, dua bagian
tersebut dihilangkan oleh penulis. Faktur pengeluaran kas ini
merupakan bukti dokumen bagi transaksi – transaksi selain pembelian
bahan baku, contohnya transaksi untuk pembelian spare-part mesin
seperti yang ada pada gambar IV.5. di atas. Apabila pemasok tidak
memberikan faktur pengeluaran kas, maka pihak UD. MX sendiri
yang akan membuatkan faktur tersebut. Pada akhir jam kerja, pemilik
memindahkan nominal jumlah pengeluaran kas beserta nama
pemasok ke dalam rekapitulasi pengeluaran kas.
IV.6.4. Faktur Pembayaran Gaji Karyawan
Gambar IV.6.
Faktur Pembayaran Gaji Karyawan UD. MX
Sumber : Data Pemilik
77
Pada bagian paling atas, sebenarnya terdapat nama karyawan
bersangkutan yang menerima pembayaran gaji dan pada bagian
paling bawah, terdapat tanda tangan karyawan yang bersangkutan.
Atas permintaan pemilik UD. MX, dua bagian tersebut juga telah
dihilangkan oleh penulis. Pembayaran gaji dilakukan setiap minggu
di akhir pekan. Pada akhir pekan, pemilik memindahkan nominal
jumlh pembayaran gaji beserta nama karyawan yang menerima
pembayaran gaji ke dalam rekapitulasi pengeluaran kas.
IV.6.5. Rekapitulasi Penjualan
Gambar IV.7.
Rekapitulasi Penjualan UD. MX
Sumber : Data Pemilik
78
Rekapitulasi penjualan UD. MX berisi nama pelanggan beserta
nominal penjualan selama bulan berjalan yang berasal dari pelanggan
tersebut. Selain itu, juga terdapat nominal piutang yang belum
dibayar oleh pelanggan serta nominal pelunasan piutang yang telah
dibayar. Data rekapitulasi penjualan, selain untuk mengetahui jumlah
penjualan periode berjalan, pemilik juga menggunakannya untuk
mengetahui pelanggan yang memberikan kontribusi besar bagi
keseluruhan penjualan UD. MX atau untuk mengetahui pelanggan
yang tunggakan piutangnya paling besar. Rekapitulasi penjualan ini
biasanya disimpan oleh pemilik dalam bentuk soft copy di komputer
kantor UD. MX (seperti gambar di atas). Pada akhir bulan, pemilik
memindahkan total nominal penjualan pada bulan berjalan ke dalam
laporan laba rugi.
79
IV.6.6. Rekapitulasi Pengeluaran Kas
Gambar IV.8.
Rekapitulasi Pengeluaran Kas UD. MX
Pada bagian nama karyawan, sebenarnya terdapat nama
karyawan bersangkutan yang menerima pembayaran gaji. Atas
permintaan pemilik UD. MX, bagian tersebut telah dihilangkan oleh
penulis. Rekapitulasi pengeluaran kas terdiri dari kumpulan berbagai
jenis transaksi pengeluaran kas selama sebulan (seperti rekapitulasi
biaya pemeliharaan mesin, biaya transportasi, dan lain sebagainya).
Gambar diatas merupakan contoh rekapitulasi transaksi pengeluaran
kas untuk pembayaran gaji. Pada akhir bulan, pemilik memindahkan
jumlah total keseluruhan pada setiap rekapitulasi pengeluaran kas ke
dalam laporan laba rugi.
Sumber : Data Pemilik
80
IV.6.7. Buku Catatan Produksi
Gambar IV.9.
Buku Catatan Produksi UD. MX
Buku catatan produksi membukukan segala aktivitas yang
berkaitan dengan persediaan UD. MX (penerimaan atau pengggunaan
bahan baku, penambahan atau penjualan produk jadi, dan lain
sebagainya). Buku catatan produksi UD. MX terdiri dari tiga macam,
yaitu buku catatan bahan baku, buku catatan bahan setengah jadi, dan
buku catatan produk jadi. Gambar diatas merupakan contoh buku
catatan bahan setengah jadi UD. MX. Dengan adanya buku catatan
produksi ini, pemilik mengetahui jumlah persediaan yang ada pada
setiap awal jam kerja (khususnya produk jadi) sehingga dapat
langsung merespon permintaan pelanggan dengan cepat. Pada akhir
Sumber : Data Pemilik
81
bulan, pemilik memindahkan nominal akhir dari ketiga macam
persediaan ke dalam laporan laba rugi.
IV.6.9. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi dibuat secara bulanan untuk mengetahui
adanya kenaikan atau penurunan laba bersih setiap berjalan. Pemilik
juga dapat mengetahui komponen pengeluaran yang paling besar
membebani penjualan UD. MX. Dalam gambar IV.10, dapat terlihat
pemilik menggunakan warna bold merah untuk tiga komponen
pengeluaran terbesar (pembelian bahan baku, listrik, dan gaji
karyawan produksi). Laporan keuangan ini biasanya disimpan untuk
kepentingan internal dalam bentuk soft copy di kantor UD. MX.