7/24/2019 motivasi berobat.pdf
1/94
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITAS
TERHADAP MOTIVASI UNTUK BEROBAT PADA
PENDERITA KANKER SERVIKS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh :MALA ALLIFNI
NIM : 207070000004
FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
2/94
ii
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITAS TERHADAP
MOTIVASI UNTUK BEROBAT PADA PENDERITA KANKER SERVIKS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
MALA ALLIFNI
NIM : 207070000004
Di Bawah Bimbingan
Gazi, M. Si Nia Tresniasari, M. Si
NIP. 197112142007011014 NIP. 198410262009122004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
3/94
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITASTERHADAP MOTIVASI UNTUK BEROBAT PADA PENDERITA KANKER SERVIKS telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 November 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 23 November 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.SiNIP. 130885522 NIP.195612231983032001
Anggota :
Neneng Tati Sumiati, M. Si, Psi Gazi, M. Si
NIP. 197303282000032003 NIP. 197112142007011014
Nia Tresniasari, M. Si
NIP. 198410262009122004
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
4/94
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Mala Allifni
NIM : 207070000004
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Dukungan Sosial dan
Religiusitas terhadap Motivasi untuk berobat pada Penderita Kanker Serviksadalah benar
merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi
tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan
sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika
ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 23 November 2011
Mala Allifni
NIM : 207070000004
Email :[email protected]
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]7/24/2019 motivasi berobat.pdf
5/94
v
MOTTO
MOTIVASI TERHEBAT ADA DI DALAM
DIRI SENDIRI, PERCAYALAH PADAKEMAMPUAN DIRIMU SENDIRI, YAKIN
DIRIMU PASTI BISA
Karya sederhana inikupersembahkan kepada Kedua
Orang tuaku,
dan adik-adikku,
Serta sahabat-sahabat
Terbaiku.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
6/94
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) 2011
(C) Mala Allifni
(D) Pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi untuk berobat pada
penderita kanker serviks
(E) 76 halaman + lampiran
(F) Kanker serviks merupakan penyakit yang menjadi momok menakutkan bagi setiap wanita.Selain fisik, kanker serviks juga menyebabkan psikis penderita dapat terganggu. Apalagi
penderita kanker serviks masuk ke Rumah Sakit sudah dalam stadium lanjut. Didalam
penanganannya dibutuhkan motivasi dalam diri penderita kanker serviks untuk dapat
bangkit melawan penyakitnya. Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri individu agar
mampu mencapai suatu tujuan guna mencapai pemuasan kebutuhan. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap
motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di
Rumah Sakit Kanker Dharmais, yang terletak di Jakarta Barat. Responden penelitian iniadalah pasien rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit Kanker Dharmais di Jakarta Barat
sebanyak 95 pasien yang diambil dengan teknik Non Probability Sampling. Alat ukur
dukungan sosial dalam penelitian ini menggunakan skala model Likert dengan alpha
cronbach sebesar 0,888. Untuk Motivasi berobat juga menggunakan skala Model Likert
dengan alpha cronbach sebesar 0,903 sedangkan Religiusitas menggunakan skala bakudari Fetzer dengan alpha cronbach sebesar 0,877. Untuk pengujian hipotesis digunakan
Multiple Regression.
Jumlah item valid dalam skala dukungan sosial sebanyak 21 item, sedangkan jumlah item
valid dalam skala religiusitas sebanyak 26 item dan jumlah item valid dalam skala motivasi
untuk berobat sebanyak 24 item. Dalam pengujian hipotesis didapat nilai R square (R2)
sebesar 39,3%. Hal ini berarti bahwa variasi dari motivasi untuk berobat yang dijelaskanoleh semua independen variabel adalah sebesar 39,3%, sedangkan 60,7% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Berdasarkan variasi independent variabel, hanya variabel dukungan penghargaan (0,010),
dukungan informasi (0,045), dukungan jaringan sosial (0,019) danforgiveness(0,011) yangmemiliki pengaruh secara signifikan terhadap motivasi untuk berobat. Sedangkan yang
memberikan kontribusi secara signifikan hanya variabel dukungan penghargaan (11,4%),
dukungan informasi (5,4%), dukungan jaringan sosial (5,7%), danforgiveness (7,0%).
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
7/94
vii
Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan
religiusitas terhadap motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks. Saran yang
diajukan dalam penelitian ini adalah pada penelitian yang akan datang sebaiknyamelakukan pendekatan yang lebih dalam terhadap responden agar peneliti bisa lebih
mengetahui bagaimana kondisi penderita baik dari segi psikis maupun fisik dan juga
meneliti variabel yang berkaitan seperti berpikir positif.
(G) Bahan Bacaan : 26 (dari thn1983 - 2011) + 2 pustaka online + 5 pustaka jurnal.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
8/94
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas terhadapMotivasi untuk berobat pada Penderita Kanker Serviks.Salawat serta salam semoga tetap Allah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat
merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jahja Umar, Ph.D. Berkat bimbingan,
arahan, nasihat dan cerita-cerita beliau mengenai hal-hal yang baru bagi penulis, membuat
penulis termotivasi untuk terus belajar dan berjuang.2. Dosen Pembimbing I, Gazi, M.Si dan Dosen Pembimbing II, Nia Tresniasari, M.Si atas
seluruh nasehat, masukan, motivasi, inspirasi, serta saran dan kritik yang membangun
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.3. Dosen Pembimbing Akademik Gazi, M.Si., serta seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas seluruh ilmu pengetahuan yang telah
diberikan.
4. Pembimbing seminar proposal skripsi Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi., atas segala
bimbingan, dan sarannya.5. Untuk yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, Ayahku Drs.
Bahruddin , Ibuku tercinta Ela Siti Jamilah, adikku tersayang Ade Syifa Nadifa dan M. HariAdipurna serta seluruh keluarga besarku yang tak pernah putus memberikan dorongan, doa,
cinta dan kasih sayang yang tulus kepada penulis.
6. Untuk Agung Taufiqurrahman S, S. Terimakasih atas dukungan, doa, dan kasih sayang yang
tulus kepada penulis.7. Seluruh staff akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Mas Ayunk, Mba Rini
dan Pak Deden yang membantu dalam urusan birokrasi dan petugas perpustakaan yakni
Bapak Haidir dan Bapak Badawi yang selalu membantu penulis dalam mencari referensi.
8. Keluarga besar Rumah Sakit Kanker Dharmais khususnya ibu Ns. Kemala Rita Wahidi, Skp,
MARS, selaku pembimbing lapangan, dan Ibu Hilfah yang membantu penulis dalam prosesperizinan, seluruh staff Instalansi Rawat Jalan dan Rawat Inap, serta seluruh responden yang
mau berbagi dengan penulis.9. Sahabat-sahabat terbaiku dikosan Pondok Allisan, iik, lina, husni, eki, bias, dyah, dan tuti
atas hari-hari yang telah kita lalui baik dalam keadaan senang maupun sedih serta
kebersamaan kita yang tidak akan pernah penulis lupakan.10.Seluruh teman-teman di Fakultas Psikologi Non Reguler khususnya angkatan 2007 yang
selalu kompak dan solid. Teman seperjuangan skripsiku, obet, puri, shinta, dyni, uthe, siro,
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
9/94
ix
laras, farah, yang selalu semangat bimbingan di Ruang Dosen dan yang tak pernah bosan
mengerjakan skripsi dalam Perpustakaan & terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya
dalam proses pengerjaan skripsi penulis.
11.Semua teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikandan bantuan yang di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.
Jakarta, 23 November 2011
Penulis
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
10/94
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................. 7
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 10
1.4 Sistematika Penulisan .................................................................. 11
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1 Motivasi ....................................................................................... 13
2.1.1 Pengertian Motivasi ......................................................... 13
2.1.2 Teori Motivasi dan Harapan ............................................ 14
2.1.3 Aspek-aspek Motivasi ...................................................... 15
2.1.4 Fungsi-fungsi Motivasi .................................................... 17
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi .................... 18
2.1.6 Pengukuran motivasi ........................................................ 21
2.1.7 Motivasi berobat pada penderita kanker serviks .............. 23
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
11/94
xi
2.2 Dukungan Sosial ........................................................................... 26
2.2.1 Pengertian dukungan sosial .............................................. 26
2.2.2 Sumber dukungan sosial .................................................. 28
2.2.3
Aspek-aspek dukungan sosial .......................................... 29
2.2.4 Efek dukungan sosial ....................................................... 31
2.2.5 Dukungan sosial pada penderita kanker serviks ............... 31
2.3 Religiusitas ................................................................................... 33
2.3.1 Pengertian religiusitas ....................................................... 33
2.3.2 Dimensi-dimensi religiusitas ............................................ 34
2.4 Aspek-aspek psikologis penderita kanker serviks ........................ 38
2.5 Kerangka Berfikir ........................................................................ 40
2.6 Hipotesis ...................................................................................... 44
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel .................................................................... 46
3.2 Variabel Penelitian ....................................................................... 47
3.3 Pengumpulan Data ....................................................................... 48
3.3.1 Tekhnik pengumpulan data ................................................ 48
3.3.2 Instrumen penelitian ........................................................... 49
3.4 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................. 53
3.5 Hasil Uji Coba (Tryout) .................................................................. 54
3.6 Metode Analisis Data ..................................................................... 57
3.7 Prosedur Penelitian ........................................................................ 57
3.7.1 Tahap persiapan ................................................................. 57
3.7.2 Tahap pengambilan data .................................................... 58
3.7.3 Tahap pengolahan data ...................................................... 58
3.7.4 Tahap pembahasan ............................................................. 58
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
12/94
xii
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian ............................................. 59
4.2 Uji Hipotesis Penelitian ................................................................. 59
4.2.1 Analisis regresi variabel penelitian ...................................... 59
4.2.2 Pengujian variasi masing-masing independent variabel ....... 65
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 69
5.2 Diskusi ......................................................................................... 70
5.3 Saran ............................................................................................ 74
5.3.1 Saran Teoritis .................................................................... 75
5.3.2 Saran Praktis ..................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
13/94
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Bobot Nilai ................................................................................... 48
Tabel 3.2 Blue Print Skala Dukungan Sosial .......... 49
Tabel 3.3 Blue Print Skala Religiusitas ... 50
Tabel 3.4 Blue Print Skala Motivasi untuk berobat ...................................... 51
Tabel 3.5 Blue Print Skala Dukungan Sosial Valid (*) ............................... 53
Tabel 3.6 Blue Print Skala Religiusitas Valid (*) ........................................ 54
Tabel 3.7 Blue Print Skala Motivasi untuk berobat Valid (*) ..................... 55
Tabel 4.1 Square Model Summary........... 59
Tabel 4.2 Anova ........................................................................................... 59
Tabel 4.3 Koefisien Regresi ......................................................................... 60
Table 4.4 Variasi untuk masing-masing independen variabel . 64
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
14/94
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
15/94
1
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Adanya motivasi sangat besar peranannya dalam membentuk tingkah laku. Apa
saja yang dilakukan manusia akan selalu ada motivasi yang mendorong. Motivasi
bagaikan kekuatan yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia
kearah tujuan yang dikehendakinya. Wirawan (2000) mengemukakan bahwa
setiap perbuatan yang dilakukan individu dimulai dengan adanya suatu
ketidakseimbangan dalam diri individu tersebut. Ketidakseimbangan ini tentunya
tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan
untuk meniadakan ketidakseimbangan itu. Kebutuhan inilah yang akan
menimbulkan dorongan atau motivasi untuk berbuat sesuatu.
Setelah perbuatan itu dilakukan dan apabila sesuai dengan kebutuhan
maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu, dan timbul perasaan
puas, senang, aman dan sebagainya. Misal, ketika seorang individu divonis bahwa
dirinya menderita penyakit akut maka individu tersebut akan berusaha
mengembalikan kondisi tubuhnya kedalam kondisi seimbang dengan cara berobat.
Dalam proses pengobatan, penderita harus memiliki keyakinan yang kuat, karena
keyakinan itu sendiri merupakan hal yang penting dalam kehidupan setiap
individu. Tingkah laku yang termotivasi mencakup suatu tujuan tertentu, jadi
dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan faktor penting untuk membangkitkan
atau menggerakkan individu agar dapat bertingkah laku sesuai dengan yang
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
16/94
2
diharapkan oleh individu tersebut. Begitu pentingnya peran motivasi terhadap
tingkah laku setiap individu membuat penulis tertarik untuk membahas motivasi
penderita kanker serviks.
Saat ini menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks
menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan
kematian pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih
dari 15.000 kasus kanker serviks, dan kira-kira sebanyak 8000 kasus di antaranya
berakhir dengan kematian. Kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut.
Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut
(www.infoceria.com/2010/03/mengenal-kanker-serviks-penyakit-kanker.html).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martin dan Dajoux (dalam
Jurnal Penelitian RSU Dr Soetomo, 2007) pada 1000 wanita menemukan bahwa
hanya 48 wanita yang mempunyai leher rahim normal. Besarnya angka kejadian
kanker serviks yang ditemukan, membuat kanker serviks menjadi salah satu jenis
kanker yang paling ditakuti wanita. Selain itu juga sampai saat ini kanker serviks
masih menyebabkan kematian pada wanita yang cukup tinggi, diperkirakan
sebesar 4.900 orang per tahun.
Tingginya angka kematian penderita kanker lebih banyak disebabkan oleh
keterlambatan pengobatan. Menurut Yatim (2005), pasien yang datang berobat ke
Rumah Sakit sebagian besar sudah berada pada stadium lanjut, yakni stadium IIB
- IVB sebanyak 66,4%, stadium IIIB sebanyak 37,3%, serta stadium IA - IIA
sebanyak 28,6%. Keterlambatan ini tentunya sangat merugikan penderita sendiri
http://www.infoceria.com/2010/03/mengenal-kanker-serviks-penyakit-kanker.htmlhttp://www.infoceria.com/2010/03/mengenal-kanker-serviks-penyakit-kanker.html7/24/2019 motivasi berobat.pdf
17/94
3
karena harapan hidup penderita kanker sangat ditentukan oleh stadium atau
tingkat keparahan penderita. Harapan hidup untuk penderita kanker serviks yang
sudah berada pada stadium II sekitar 60%, stadium III sekitar 35% - 40%, stadium
IVA kanker sudah menyebar ke organ-organ tubuh seperti anus, kandung kemih,
ginjal dan stadium IVB sekitar 5% - 10%. Sayangnya, sebanyak 70% - 80%
penderita kanker serviks datang ke Rumah Sakit sudah pada stadium lanjut dan ini
mengakibatkan angka harapan hidup penderita kanker serviks kian menipis
(www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/03/30).
Permasalahannya adalah kurangnya pengetahuan setiap individu mengenai
penyakit kanker serviks hingga akhirnya mereka datang ke Rumah Sakit sudah
pada stadium lanjut, ditambah lagi dengan biaya pengobatan yang pastinya cukup
mahal. Seperti yang diungkapkan oleh Smet (1994) bahwa mahalnya biaya tarif
pengobatan dijadikan alasan setiap individu untuk tidak menganggap serius
penyakitnya.
Bukan hanya masalah biaya pengobatan saja yang menjadi permasalahan
bagi penderita kanker serviks melainkan dampak pengobatan yang dirasakan,
seperti dari segi fisik penderita akan kehilangan rahim karena menjalani
histerektomi, dan gangguan psikilogis seperti : penderita diliputi rasa takut (fear)
dan depresi (murung), penderita menunjukkan reaksi penolakan (denial), tidak
yakin bahwa dirinya menderita kanker. Terkadang penderita menjadi panik dan
melakukan hal-hal yang tidak berarti dan sia-sia. Setelah ini berlalu pada akhirnya
penderita akan sadar dan menerima kenyataan bahwa jalan hidupnya telah
berubah. Sedikit banyaknya penderita telah berpikir dan berperasaan lebih realistis
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/03/30http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/03/307/24/2019 motivasi berobat.pdf
18/94
4
dan mempercayakan sepenuhnya kepada dokter untuk kelanjutan pengobatannya
(Taylor, 2009). Oleh karena itu, dalam proses pengobatannya penderita harus
mempunyai dorongan atau motivasi untuk dapat melaksanakan proses
pengobatannya. Hanya dengan motivasi yang kuat penderita kanker serviks akan
menunjukkan minatnya, aktivitasnya, dan partisipasinya di dalam mengikuti
proses pengobatan.
Penderita kanker serviks yang memiliki motivasi tinggi atau kuat akan
berusaha bangkit melawan penyakitnya walaupun harapan untuk sembuh itu tipis,
sebaliknya jika motivasi penderita itu rendah maka penderita kanker serviks akan
berputus asa dan tidak mau berusaha melawan penyakitnya. Oleh sebab itu,
motivasi untuk berobat merupakan sesuatu yang mendorong dan memperkuat
perilaku serta memberikan arahan dengan tujuan agar penderita dalam
menghadapi situasi-situasi yang sulit dapat tetap bertahan hidup karena tanpa
keinginan untuk hidup, tidak ada kemauan bagi penderita untuk meneruskan
kehidupan.
Ketika penderita kanker serviks mengalami keterpurukan dengan segala
permasalahannya baik dari segi fisik maupun reaksi emosional dalam menghadapi
penyakitnya maka dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh penderita agar dapat
mententramkan dan menenangkannya. Dengan adanya dukungan sosial penderita
merasakan penerimaan dari kebersamaan orang-orang di sekitarnya. Dukungan
sosial ini secara tidak langsung akan mempunyai manfaat emosional yang akan
memberikan kekuatan pada diri individu untuk berusaha bangkit melawan
penyakitnya (Jurnal Epidemiologi Indonesia: Volume 3 Edisi 1-1999). Sarafino
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
19/94
5
(2006) menyatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan dari
orang atau kelompok terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya
bahwa individu tersebut disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong. Sumber
dukungan sosial ini bisa berasal dari keluarga, masyarakat, pihak rumah sakit
ataupun juga kelompok atau komunitas yang serius mencoba membantu mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Symister dan Ronald Friend (dalam Jurnal
Health Psychology, 2003) pada 86 pasien penyakit ginjal kronis yang
menyimpulkan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan optimisme dan
menurunkan depresi pada penderita penyakit kronis. Apakah dukungan sosial
yang dirasakan oleh penyakit ginjal kronis dapat dirasakan juga oleh penderita
kanker serviks untuk menggerakkan motivasi agar penderita kanker serviks dapat
bangkit melawan penyakitnya walau mereka tahu bahwa sebenarnya harapan
mereka sangat tipis.
Selain itu, saat penderita kanker serviks ini mengalami shock, takut (fear),
dan depresi (murung) dalam menghadapi penyakitnya penderita akan berusaha
mendekatkan diri dengan Tuhan, agar hatinya menjadi tentram dan penuh
keyakinan dalam menjalani proses pengobatannya. Dengan mendekatkan diri
kepada Tuhan dapat mengembangkan harapan (hope) dan rasa percaya diri (self
confidence) pada penderita kanker serviks. Mustika (2008) mengemukakan bahwa
obat yang paling mujarab adalah ikhlas dan tawakkal kepada Tuhan. Sebab, sikap
ikhlas dan tawakkal akan membuat penderita kanker serviks merasakan
ketenangan akan penyakit yang dideritanya.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
20/94
6
Penderita kanker serviks yang religius, yang mempunyai hubungan baik
dengan Tuhan tidak akan merasa penyakitnya sebagai suatu beban yang berat.
Oleh karena itu Tuhan baginya merupakan penguasa dari nasib dan kematian
sehingga dia akan bersikap lebih pasrah dan tenang dalam menghadapi
penyakitnya, juga pemberi kehidupan. Tetapi dalam hal ini memerlukan
kemantapan iman (keyakinan) dalam hati dan pelaksanaan ajaran agama yang
teratur dalam kehidupan sehari-hari (Dister, 1993). Namun jika penderita kanker
serviks tidak memiliki hubungan baik dengan Tuhan, maka akan cenderung
menyalahkan Tuhan atas penyakitnya, merasa beban penderitaannya bertambah
dan akan merasakan ketakutan dan kekhawatiran akan kematian. Perasaan-
perasaan tersebut akan membuat penderita kanker serviks menjadi sangat takut
(fear) menghadapi penyakitnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Howsepian dkk (dalam Jurnal Psyco
Oncology, 2009) pada 164 penderita kanker ditemukan bahwa hubungan
keyakinan beragama dan dukungan sosial sangat dirasakan lebih kuat oleh
penderita kanker. Dalam penelitian ini pun disebutkan pula jika agama
memainkan peran dalam kehidupan sejumlah besar orang di Amerika yang
menghadapi stres yang berhubungan dengan penyakit kronis, apalagi psikolog
kesehatan telah mulai mengeksplorasi secara sistematis peran agama dan spiritual
dibidang kesehatan dan kematian. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Siswanto, dkk (dalam Jurnal Epidemiologi Indonesia, 1999) bahwa
dukungan sosial dan religiusitas akan memberikan sumbangan cukup berarti
dalam meningkatkan motivasi kesembuhan pasien penderita kanker. Aspek
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
21/94
7
dukungan sosial yang berkorelasi cukup berarti dengan motivasi kesembuhan
adalah dukungan penghargaan, sedangkan aspek dukungan sosial yang lain
kurang berperan terhadap motivasi kesembuhan. Tingkat religiusitas memberikan
peran cukup besar terhadap motivasi kesembuhan pada penderita kanker,
khususnya aspek pengalaman religiusitas menurut dimensi religiusitas Glock &
Stark.
Dari penelitian-penelitian diatas yang menjelaskan pentingnya religiusitas
dan dukungan sosial terhadap penderita yang mengalami penyakit kronis ditengah
permasalahan yang di alami oleh penderita penyakit kronis, penulis merasa
tertarik melakukan replika terhadap penelitian-penelitian diatas. Namun disini
penulis akan menggunakan alat uji religiusitas dari Fetzer Institute (1999) dan
akan membuktikan apakah benar dukungan sosial dapat berpengaruh cukup baik
terhadap motivasi. Hal ini yang mendasari penulis untuk menggabungkan
beberapa variabel ke dalam satu judul penelitian yaitu : Pengaruh Dukungan
Sosial dan Religiusitas terhadap Motivasi untuk berobat Pada Penderita
Kanker Serviks.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran yang dikehendaki dan supaya
lebih terarah, maka perlu dilakukannya pembatasan masalah.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
22/94
8
Adapun pembatasan masalahnya yakni :
1. Dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan
yang dirasakan oleh penderita kanker serviks, dari kebersamaan dengan
orang-orang disekitarnya, seperti : keluarga, teman, dokter maupun
perawat yang menangani penderita di Rumah Sakit.
2. Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya keyakinan
terhadap Tuhan sehingga menimbulkan rasa aman dan tentram jiwa dan
juga adanya aturan tentang perilaku hidup manusia agar berperilaku
dengan baik.
3. Motivasi untuk berobat yang dimaksud peneliti adalah suatu usaha yang
didasari untuk mempengaruhi tingkah laku individu agar bergerak hatinya
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai suatu hasil atau
tujuan tertentu guna mempertahankan hidupnya.
4. Penderita kanker serviks yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
wanita dewasa madya (30-60 tahun) yang mengalami kanker serviks
stadium lanjut yang sedang melakukan pengobatan di Rumah Sakit
Kanker Dharmais, Jakarta.
1.2.2 Perumusan masalah
Masalah yang di teliti dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi
untuk berobat pada penderita kanker serviks ?
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
23/94
9
2. Apakah ada pengaruh dukungan emosi terhadap motivasi untuk berobat
pada penderita kanker serviks ?
3. Apakah ada pengaruh dukungan penghargaan terhadap motivasi untuk
berobat pada penderita kanker serviks ?
4. Apakah ada pengaruh dukungan instrumental terhadap motivasi untuk
berobat pada penderita kanker serviks ?
5. Apakah ada pengaruh dukungan informasi terhadap motivasi untuk
berobat pada penderita kanker serviks ?
6. Apakah ada pengaruh dukungan jaringan sosial terhadap motivasi untuk
berobat pada penderita kanker serviks ?
7. Apakah ada pengaruh dimensi daily spiritual experiences terhadap
motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks?
8. Apakah ada pengaruh dimensivalue terhadap motivasi untuk berobat pada
penderita kanker serviks ?
9. Apakah ada pengaruh dimensibelief terhadap motivasi untuk berobat pada
penderita kanker serviks ?
10. Apakah ada pengaruh dimensi forgiveness terhadap motivasi untuk
berobat pada penderita kanker serviks ?
11. Apakah ada pengaruh dimensiPrivate religious practiceterhadap motivasi
untuk berobat pada penderita kanker serviks ?
12. Apakah ada pengaruh dimensi Religious/spiritual coping terhadap
motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks ?
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
24/94
10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Seseorang selama hidupnya tentu pernah mengalami berbagai peristiwa baik yang
menggembirakan maupun yang menyedihkan. Setiap saat kita bisa berhadapan
dengan sesuatu yang tidak terduga-duga dan penyakit yang sulit disembuhkan,
seperti kanker serviks. Dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
tentang bagaimana pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi
untuk berobat pada penderita kanker serviks.
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi atas dua hal yakni manfaat teoritis dan praktis.
a. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat menambah dan
memperdalam wawasan mengenai kanker serviks serta dapat menambah
khazanah keilmuan bidang psikologi klinis dan psikologi kesehatan.
b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu para penderita
kanker serviks dan keluarga, sebagai sumber dukungan sosial yang paling
utama agar lebih memperhatikan diri mereka. Selain itu penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan masukan pada orang-orang yang concern
membantu penderita kanker serviks. Sebagai contoh adalah komunitas-
komunitas kanker yang ingin membantu para penderita untuk lebih
memberikan dukungan sosial kepada mereka. Juga peran religiusitas
terhadap penderita yang mengalami kanker serviks agar lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan, karena dibalik semua permasalahan yang
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
25/94
11
dialami oleh penderita kanker serviks pasti ada hikmah yang tersembunyi
didalamnya. Dan yang terakhir semoga yang telah membaca penelitian ini
bisa lebih berhati-hati dan mencegah terjadinya kanker serviks pada
dirinya.
1.4 Sistematika Penulisan
Penelitian ini menggunakan tekhnik penulisan American Psychological
Association (APA)Style. Dan secara garis besar sistematika penulisan ini adalah:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
serta sistematika penulisan.
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan isi
skripsi sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam
penelitian skripsi, yaitu:
1. Motivasi : pengertian motivasi, teori motivasi dan harapan, jenis-
jenis motivasi, fungsi-fungsi motivasi, faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi, pengukuran motivasi, motivasi berobat
pada penderita kanker serviks.
2. Dukungan Sosial : pengertian dukungan sosial, sumber dukungan
sosial, jenis-jenis dukungan sosial, efek dukungan sosial,
dukungan sosial pada penderita kanker serviks.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
26/94
12
3. Religiusitas : pengertian religiusitas, aspek-aspek
religiusitas/dimensi-dimensi religiusitas.
4. Aspek-aspek psikologis yang terjadi pada penderita kanker
serviks.
5. Kerangka berfikir dan Hipotesis penelitian.
BAB 3: METODE PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang metode penelitian yaitu:
populasi dan sampel, definisi operasional variabel, pengumpulan data,
hasil uji coba instrument penelitian, metode analisis data, prosedur
penelitian,
BAB 4: HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang hasil penelitian pada saat
penulis dilapangan, yaitu : gambaran umum subyek penelitian dan uji
hipotesis penelitian.
BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai kesimpulan dari
penelitian, diskusi dan saran yang terdiri dari saran teoritis dan juga
saran praktis.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
27/94
13
BAB II
Kajian Teori
2.1 Motivasi
2.1.1 Pengertian motivasi
Motivasi mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Motivasi
berasal dari kata motif, motif merupakan dasar seseorang melakukan sesuatu.
Menurut Suryabrata (2005) motif adalah keadaan dalam pribadi setiap individu
yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
guna mencapai suatu tujuan. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Purwanto
(1990) yang mendefinisikan motif sebagai suatu dorongan yang timbul dalam diri
individu yang menyebabkan individu tersebut mau bertindak atau melakukan
sesuatu. Dari beberapa definisi mengenai motif dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa motif adalah dorongan yang ada dalam diri individu untuk melakukan
suatu tindakan atau aktivitas.
Berawal dari kata motif itulah maka motivasi dapat diartikan sebagai suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku individu agar tergerak
hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga akan mencapai hasil ataupun juga
tujuan tertentu
Mangkunegara (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi
(energi) yang menggerakkan dalam diri individu yang terarah untuk mencapai
suatu tujuan. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006) istilah motivasi diartikan
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
28/94
14
sebagai satu variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor
tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan,
dan menyalurkan tingkah laku menuju sasaran. Menurut Wirawan (2000),
motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk pada seluruh proses
gerakan, termasuk didalamnya situasi yang mendorong timbulnya tindakan atau
tingkah laku individu. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Woolfolk (2004) yang
menjelaskan bahwa motivasi adalah kegiatan internal yang bersifat membangun,
langsung, dan menimbulkan tingkah laku yang terdiri dari kebutuhan (needs),
minat (interest), kesenangan (enjoyment), hadiah (reward), dan hukuman
(punishment).
Berdasarkan uraian di atas penulis menarik kesimpulan bahwa motivasi
adalah suatu dorongan dalam diri individu agar mampu mencapai suatu tujuan
guna mencapai pemuasan kebutuhan.
2.1.2 Teori motivasi dan harapan
Menurut Teori Ekspektasi (Expectancy Theory) oleh Vroom (dalam Pace dkk,
2006) motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai individu dan
individu tersebut memperkirakan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil
yang diinginkannya, bisa juga berarti kemungkinan subyektif dari usaha yang
memberikan hasil.
Jadi motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai oleh
individu dan individu tersebut memperkirakan bahwa tindakannya akan mengarah
kepada hasil yang diinginkannya. Artinya, apabila setiap individu sangat
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
29/94
15
menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya,
individu tersebut akan berupaya mendapatkannya.
Menurut Pace, dkk (2006), bahwa jika individu menginginkan sesuatu dan
harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, maka individu tersebut akan
sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika
harapan memperoleh hal yang dinginkannya itu tipis, motivasi untuk berupaya
akan menjadi rendah.
2.1.3 Aspek-aspek motivasi
Individu dapat dikatakan mempunyai motivasi yang tinggi dilihat dari
kemampuannya serta usahanya guna mencapai suatu tujuan. Dalam kaitannya
dengan hal diatas, Woolfolk (2004) membedakan motivasi menjadi 2 aspek yaitu :
a. Motivasi intrinsik
Suryabrata (2005) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah suatu
motif yang sudah berada dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari
luar. Sedangkan menurut Pintrich & Schunk (1996) yang dimaksud
dengan motivasi intrinsik adalah dorongan untuk terlibat dalam suatu
aktivitas demi aktivitas itu sendiri. Individu yang memiliki motivasi
intrinsik terdorong untuk mengerjakan suatu aktivitas/tindakan
dikarenakan adanya perasaan menyenangkan (enjoyable) yang dirasakan.
Adapun sumber motivasi intrinsik menurut Woolfolk (2004) meliputi
kebutuhan (needs), minat (interest), kesenangan (enjoyment), dan rasa
ingin tahu (curiosity). Dalam motivasi intrinsik tidak perlu lagi adareward
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
30/94
16
dan punishment bagi individu untuk melaksanakan aktifitasnya. Karena
dorongan yang muncul murni berasal dari dalam diri individu. Menurut
kesimpulan peneliti bahwa motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam
diri individu untuk melakukan tindakan atau aktivitas guna mencapai
tujuan (goal) tanpa perlu adanya rewardataupunishment. Misal, penderita
kanker serviks ingin melakukan pengobatan karena memang penderita
ingin melakukannya bukan atas dorongan dari luar penderita, seperti :
keluarga/kerabat atau bukan juga dikarenakan akan mendapatrewardatau
punishment.
b. Motivasi ekstrinsik
Suryabrata (2005) mengemukakan bahwa pada dasarnya motivasi
ekstrinsik terjadi apabila individu melakukan sesuatu yang disebabkan
oleh adanya rangsangan dari luar. Menurut Pintrich & Schunk (1996) yang
dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk terlibat dalam
suatu aktivitas sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Pada motivasi
ekstrinsik ini individu melakukan aktifitas atas dasar nilai yang terkandung
dalam objek yang menjadi sasaran atau tendensi tertentu. Sumber motivasi
ekstrinsik menurut Woolfolk (2004) meliputi imbalan (rewards), tekanan
sosial (social pressure), dan penghindaran diri dari hukuman
(punishment).
Menurut kesimpulan peneliti motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang
mengerakkan individu untuk terlibat dalam suatu aktivitas guna mencapai
suatu tujuan.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
31/94
17
Dari penjelasan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi
sebagai suatu yang kompleks dimana motivasi merupakan penggerak individu
melakukan suatu perbuatan yang mengarah pada suatu tujuan. Dorongan ini bisa
berasal dari dalam diri (intrinsik) dan juga dari luar diri individu (ekstrinsik).
2.1.4 Fungsi-fungsi motivasi
Menurut Najati (dalam Rahman dkk, 2004) serta Purwanto (1990) motivasi
memiliki tiga komponen pokok yaitu :
a. Menggerakkan, yakni menimbulkan kekuatan pada individu, serta
mendorong untuk bertindak dengan cara tertentu.
b. Mengarahkan, yakni mengarahkan tingkah laku untuk mencapai suatu
tujuan. Apabila sasaran atau tujuan tersebut merupakan sesuatu yang
diinginkan individu, maka motivasi berperan mendekatkan (approach
motivation), dan apabila tujuan tersebut tidak diinginkan oleh individu,
maka motivasi berperan menjauhkan sasaran atau tujuan (avoidance
motivation).
c. Menopang, yakni menjaga dan menopang tingkah laku dimana lingkungan
sekitar harus menguatkan intensitas serta arah dorongan-dorongan dan
kekuatan individu.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui tentang fungsi-fungsi motivasi. Tiga
fungsi tersebut sangat penting peranannya bagi individu untuk mencapai apa yang
diinginkan guna mencapai suatu tujuan.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
32/94
18
2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Menurut Handoko (1998) dan Widyatun (1999), ada dua faktor yang
mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri manusia,
biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga
menjadi puas. Faktor internal meliputi :
1. Faktor fisik
Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik
penderita kanker serviks.
2. Faktor proses mental
Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tetapi
ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut.
Penderita kanker serviks dengan keadaan mental yang shock saat
mengetahui penyakitnya sudah memasuki stadium lanjut, mereka akan
cenderung tidak bisa mengontrol emosinya tetapi disaat penderita
kanker serviks itu sudah bisa menerima kondisi dirinya maka mereka
akan memiliki pandangan hidup yang positif serta memiliki keyakinan
diri bahwasanya mereka akan mampu mengatasi kecemasannya dan
selalu berfikir optimis untuk dapat melawan penyakit yang
dideritanya.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
33/94
19
3. Faktor hereditas
Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe kepribadian
yang secara hereditas dibawa sejak lahir. Ada tipe kepribadian tertentu
yang mudah termotivasi atau sebaliknya. Orang yang mudah sekali
tergerak motivasinya, akan dengan cepat bereaksi terhadap apa yang
menimpa dirinya. Sebaliknya ada yang hanya bereaksi apabila
menghadapi kejadian-kejadian yang memang sungguh penting.
4. Keinginan dalam diri
Misalnya keinginan untuk bisa merasakan kehidupan yang lebih lama,
ingin berlama-lama merasakan berada didalam sebuah keluarga dll.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah factor motivasi yang berasal dari luar diri
seseorang yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan.
Faktor eksternal ini meliputi :
1. Faktor lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar pengguna napza baik
fisik, psikologis, maupun social (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan di
dalam Rumah Sakit sangat berpengaruh terhadap motivasi penderita
kanker serviks. Lingkungan Rumah Sakit yang tidak mendukung dan
kurang kondusif akan membuat stress bertambah.
2. Dukungan sosial
Gottlieb (1983) menyatakan bahwa bentuk perilaku dukungan social
terdiri dari informasi dan nasehat verbal dan non verbal, bantuan
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
34/94
20
nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban social atau didapat
karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau
efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan sosial sangat
mempengaruhi dalam memotivasi penderita kanker serviks untuk
dapat bangkit melawan penyakitnya, meliputi dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi
dan dukungan jaringan sosial (Cohen & McKay dalam Sarafino,
2002).
3. Fasilitas
Ketersediaan fasilitas yang menunjang pengobatan penderita kanker
serviks tersedia, mudah terjangkau menjadi motivasi penderita kanker
serviks untuk dapat berobat dengan maksimal.termasuk dalam fasilitas
adalah ketersediannya sumber biaya yang mencukupi bagi pengobatan
penderita kanker serviks.
4. Media
Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan atau info
(Sugiono, 1999). Adanya media ini membuat penderita kanker serviks
menjadi lebih tahu tentang penyakitnya dan pada akhirnya dapat
menjadi motivasi untuk dapat melakukan pengobatan.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
35/94
21
2.1.6 Pengukuran motivasi
Menurut Pintrich & Schunk (1996), motivasi dapat diukur dengan berbagai
macam cara, antara lain sebagai berikut :
1. Pengamatan langsung
Pada pengukuran ini, perilaku individu diamati secara langsung. Metode
ini merupakan indikator yang valid bagi motivasi, namun mengabaikan
proses kognitif dan afektif yang mendasari munculnya tingkah laku yang
termotivasi tadi.
2. Penilaian orang lain
Dengan cara ini, sejumlah pengamat (misalnya dokter, perawat, keluarga)
menilai penderita berdasarkan beberapa karakteristik yang menunjukkan
adanya motivasi. Dengan metode ini, pengamat lebih objektif dalam
menilai penderita dibandingkan jika penderita menilai dirinya sendiri.
Selain itu, metode ini juga melengkapi metode pengamatan langsung
dengan melibatkan proses motivasional yang mendasari perilaku. Namun
dibandingkan dengan pengamatan langsung, validitas metode ini rendah
karena melibatkan ingatan pengamat dan penarikan kesimpulan atas
perilaku penderita.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
36/94
22
3. Self Inventory(Lapor Diri)
Lapor diri melibatkan penilaian dan pernyataan individu tentang diri
mereka sendiri. Metode lapor diri ini terdiri beberapa tipe, diantaranya
adalah :
a. Kuesioner
Dalam kuesioner, responden diberikan sejumlah pertanyaan mengenai
perilaku dan keyakinannya. Pertanyaan ini bisa berupa pertanyaan
terbuka dan tertutup.
b. Wawancara
Dalam wawancara, sejumlah pertanyaan diberikan oleh pewawancara
dan diwajibkan secara verbal oleh responden. Metode ini digunakan
jika peneliti ingin mengetahui perasaan dan keyakinan individu lebih
mendalam.
c. Stimulated Recall
Dalam stimulated recall, responden dihadapkan pada suatu situasi
dimana ia diberikan suatu tugas, seperti menjalankan kemoterapi dan
perilaku responden selama pengerjaan tugas akan diamati.
d. Think Alouds
Dalam metode ini, responden diberikan suatu tugas, seperti kemoterapi
dan responden diminta untuk mengucapkan pikiran, perilaku dan
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
37/94
23
emosi yang dirasakan selama mengerjakan tugas. Metode ini sangat
bergantung pada verbalisasi yang dilakukan oleh responden.
e. Dialog
Dialog adalah percakapan antara dua orang atau lebih, dimana
percakapan tersebut dicatat dan dianalisis untuk mengetahui
pernyataan-pernyataan motivasi yang terdapat dalam percakapan.
2.1.7 Motivasi berobat pada penderita kanker serviks
Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah motivasi untuk berobat. Dari
penjabaran tentang motivasi, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi
adalah dorongan dasar yang menggerakkan individu untuk bertingkahlaku guna
mencapai pemuasan kebutuhan. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses
melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan keinginannya. Jadi bisa dikatakan
bahwa motivasi terjadi apabila individu mempunyai keinginan dan kemauan
untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
Sedangkan menurut penulis berobat sendiri dapat diartikan sebagai
pengaturan dalam diri individu untuk melawan penyakitnya atau
ketidakseimbangan. Atau dapat juga dikatakan sebagai kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh individu dalam rangka mencapai status seimbang bagi
tubuhnya.
Ketidakseimbangan yang terjadi pada penderita kanker serviks adalah
menderita suatu penyakit yang tentunya berdampak bagi kondisi fisik maupun
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
38/94
24
psikisnya. Beberapa penderita kanker serviks mencoba mengubah kondisi
ketidakseimbangan tersebut dengan memunculkan suatu dorongan yang ada
dalam diri mereka. Salah satunya adalah dorongan untuk berobat. Diharapkan
dengan adanya dorongan untuk berobat membuat penderita kanker serviks lebih
baik dari keadaan sebelumnya dan mempertahankan hidupnya. Dorongan-
dorongan tersebut bisa berasal dari dukungan yang dirasakan penderita saat
melakukan pengobatan.
Dorongan untuk berobat ini sangat penting bagi aspek psikologis penderita
yang tentunya akan berpengaruh bagi kondisi fisik penderita. Dorongan-dorongan
tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri (internal)
maupun luar diri (eksternal) para penderita.
Dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah motivasi untuk berobat
dalam kaitannya dengan dukungan sosial dan religiusitas pada penderita kanker
serviks. Motivasi untuk berobat adalah suatu usaha yang didasari untuk
mempengaruhi tingkah laku individu agar bergerak hatinya untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu guna
mempertahankan hidupnya. Penderita kanker serviks yang memiliki motivasi
untuk berobat umumnya dapat dilihat dari keseriusannya untuk melakukan
pengobatan dan mencari informasi sebanyak mungkin mengenai penyakitnya.
Motivasi atau semangat hidup merupakan hal yang sangat penting bagi
seseorang yang sedang menderita penyakit kanker serviks sehingga
mengharuskannya melakukan berbagai pengobatan. Motivasi sendiri sebagai
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
39/94
25
bentuk dorongan untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki, dengan kata lain
motivasi merupakan penyemangat yang timbul dari dirinya sendiri ataupun
dengan bantuan pihak lain sebagai motivator bagi dirinya sendiri.
Motivasi intrinsik mengarah pada kepuasan dalam melakukan suatu
kegiatan. Motivasi intrinsik ini dapat menjadikan seseorang merasa tidak terpaksa
dalam mengikuti suatu aktivitas, karena dorongan yang muncul murni berasal dari
dalam individu itu sendiri. Pada penderita kanker serviks yang memiliki motivasi
intrinsik melakukan berbagai pengobatan karena memang penderita ingin
melakukannya, bukan karena stimulus eksternal misalnya diberikan suatu
penghargaan pada dirinya (mendapat pujian dari keluarga karena telah mau
mengikuti terapi), tetapi menurut hemat penulis selain mengarah kepada kepuasan
penderita dalam melakukan suatu aktivitas ataupun tindakan religiusitaspun
termasuk didalam intrinsik setiap manusia karena religiusitas merupakan
pemahaman setiap individu terhadap agamanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik
lebih mengarah pada suatu kegiatan yang dipengaruhi stimulus dari luar.
Penderita yang mempunyai motivasi ekstrinsik akan melakukan serangkaian
pengobatan lebih didorong oleh stimulus eksternal, sebagai contohnya karena
dipaksa berobat oleh keluarga ataupun juga mengikuti sebuah komunitas kanker
yang memberikan dukungan sosial bagi dirinya dan juga memiliki teman senasib
dengannya.
Woolfolk (2004) menyebutkan bahwa motivasi ekstrinsik di dorong oleh
stimulus eksternal yaitu dukungan sosial (keluarga, dokter maupun perawat),
Siswanto dkk (1999) pun dalam penelitiannya menyebutkan bahwa faktor
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
40/94
26
eksternal yang mempengaruhi motivasi adalah dukungan sosial karena dengan
adanya dukungan sosial penderita akan merasakan kebersamaan dengan orang-
orang disekitarnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Petra Symister dkk
(2002) bahwa dukungan sosial juga dapat meningkatkan optimisme dan
menurunkan depresi pada penderita penyakit kronis. Untuk membuktikan
pentingnya peran dukungan sosial terhadap motivasi maka penulis akan
membahas mengenai dukungan sosial secara lebih rinci dibawah ini.
2.2 Dukungan Sosial
2.2.1 Pengertian dukungan sosial
Setiap manusia pasti membutuhkan bantuan ataupun peranan orang lain dalam
hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan satu
sama lainnya. Kebutuhan manusia itu banyak macamnya. Mulai dari kebutuhan
fisik, kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikis, itu semua tentu tidak akan mungkin
terpenuhi tanpa bantuan dari orang lain. Jika seseorang sedang menghadapi
masalah baik ringan ataupun berat, keberadaan orang lain disampingnya tentu
akan sangat berdampak bagi orang tersebut. Efek atau peranan positif ini
dinamakan dukungan sosial. Misal, ketika seseorang menderita sakit, keluarga
yang datang untuk menjenguknya serta menemaninya selama proses pengobatan
berlangsung merupakan sumber dukungan bagi dirinya. Dukungan sosial dari
orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketentraman hidupnya,
seperti : dokter, perawat atau komunitas yang memang fokus dan perduli terhadap
penderita kanker serviks.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
41/94
27
Banyak definisi mengenai dukungan sosial yang dikemukakan para ahli.
Sheridan dan Radhmacer (1992) yang menekankan pengertian dukungan sosial
sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain. Social
support is the resources provided to us through our interaction with other
people.
Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu kepada
kesenangan yang dirasakan bahwa adanya penerimaan dari orang atau kelompok
terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi,
diperhatikan, dihargai, dan ditolong.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Gottlieb (dalam Smet, 1994) yang
mendefinisikan : Dukungan sosial sebagai informasi verbal atau non-verbal,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan orang-orang yang
akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran
dalam hal-hal yang memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada
tingkah laku penerimanya.
Sependapat dengan pengertian lainnya menurut Taylor (2009) dukungan
sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan,
memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan
komunikasi dan kewajiban bersama. Social support is information from others
that one is loved and cared for, esteemed and valued. And part of a network of
communication and mutual obligation.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
42/94
28
Cobb (dalam Smet 1994:136) dukungan sosial itu terdiri atas informasi
yang menuntun orang meyakini bahwa ia diurus dan disayangi. Setiap informasi
apapun dari lingkungan sosial yang mempersiapkan persepsi subyek bahwa ia
penerima efek positif, penegasan, atau bantuan, menandakan ungkapan dukungan
sosial.
Menurut Cohen & Wills (dalam Davidson dkk, 2006) bahwa dukungan
sosial memiliki dua aspek utama, yaitu dukungan sosial struktural dan dukungan
sosial fungsional. Dukungan sosial struktural menyangkut jaringan hubungan
sosial yang dimiliki individu, misalnya status pernikahan dan jumlah teman yang
dimiliki. Dukungan sosial fungsional lebih menekankan pada kualitas hubungan
sosial yang dimiliki. Misal, sejauh mana individu percaya bahwa dirinya memiliki
teman-teman yang akan membantunya pada saat dibutuhkan.
Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan
sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik
dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai,
diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu
kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.
2.2.2 Sumber dukungan sosial
Menurut Gottlieb (1983) terdapat tiga sumber dukungan sosial diantaranya :
a. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional
(significant other) seperti : keluarga, teman dekat atau rekan kerja.
Hubungan dengan kalangan non-profesional merupakan hubungan yang
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
43/94
29
menempati bagian terbesar dari kehidupan seorang individu dan menjadi
sumber dukungan sosial yang sangat potensial karena lebih mudah
diperoleh, bebas dari biaya finansial dan berakar pada keakraban yang
cukup lama.
b. Profesional, seperti : psikolog, dokter, dan perawat.
c. Kelompok-kelompok dukungan sosial
Kelompok pendukung (support group) merupakan suatu kelompok kecil
yang melibatkan suatu interaksi langsung dari para anggotanya,
menekankan pada partisipasi individu yang hadir secara sukarela yang
bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan pemecahan masalah
dalam menolong anggota-anggota kelompok menghadapi masalah, serta
menyediakan dukungan emosi kepada para anggotanya.
2.2.3 Aspek-aspek dukungan sosial
Aspek-aspek didalam dukungan sosial merupakan suatu cara yang diwujudkan
bisa dalam bentuk ekspresi, ungkapan atau perwujudan bantuan dari individu
yang satu ke individu yang membutuhkan. Cohen & McKay (dalam Sarafino,
2002) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk, yaitu :
a. Dukungan Emosi
Dukungan emosi adalah suatu bentuk dukungan yang diekspresikan
melalui perasaan positif yang berwujud empati, perhatian, dan kepedulian
terhadap individu yang lain. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan
perasaan nyaman, perasaan dilibatkan, dan dicintai oleh individu yang
bersangkutan.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
44/94
30
b. Dukungan Penghargaan
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan, penghargaan atau
penilaian yang positif untuk individu, dorongan untuk maju dan pemberian
semangat, dan juga perbandingan positif individu dengan orang lain.
Dukungan ini menitik beratkan pada adanya ungkapan penilaian yang
positif atas individu dan penerimaan individu apa adanya. Bentuk
dukungan ini membentuk perasaan dalam diri individu bahwa ia berharga,
mampu dan berarti.
c. Dukungan instrumental
Merupakan suatu bentuk dukungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk
bantuan langsung misalnya pemberian dana atau pemberian bantuan
berupa tindakan nyata atau benda.
d. Dukungan informasi
Dukungan ini dapat diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat atau
saran, pengarahan, pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan
individu.
e. Dukungan jaringan sosial
Hubungan jenis ini menggambarkan bentuk hubungan persahabatan yang
memungkinkan individu melakukan aktivitas sosial.
Dari definisi mengenai aspek-aspek dukungan sosial, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa dukungan yang diperlukan dan diterima individu tergantung
pada keadaan dan situasi stres yang dialami. Kelima aspek-aspek dukungan
sosial di ataslah yang penulis pilih untuk penelitian ini. Diharapkan aspek-aspek
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
45/94
31
dukungan sosial ini dapat berpengaruh cukup besar terhadap motivasi berobat
penderita kanker serviks.
2.2.4 Efek dukungan sosial
Sarafino (2006) mengemukakan bahwa ada dua model peranan dukungan sosial
dalam kehidupan manusia, yaitu model efek langsung (direct effect) dan model
efek pelindung (buffering effect). Dalam model efek langsung (direct effect),
dukungan sosial berperan dalam meningkatkan kesejahteraan individu walaupun
individu tersebut tidak dalam keadaan stres. Model ini menekankan pada struktur
dukungan, seperti jumlah orang dalam jaringan sosial atau kegiatan yang ada
dalam kegiatan sosial.
Pada efek pelindung (buffering effect), dukungan sosial memiliki peranan
untuk melindungi individu dari efek negatif akibat stres. Model ini menekankan
pada fungsi dukungan yang dirasakan individu dalam hubungan sosialnya. Kedua
model ini pada akhirnya menekankan bahwa dukungan sosial memiliki peranan
dalam melemahkan efek negatif dari kondisi dan situasi stres terhadap
kesejahteraan mental individu.
2.2.5 Dukungan sosial pada penderita kanker serviks
Ketika seorang individu divonis dokter menderita penyakit kronis, maka individu
tersebut pasti merasakan sebuah ketakutan yang terjadi pada dirinya. Disaat itulah
mereka membutuhkan dorongan yang dapat menjadikan penyemangat dalam
hidupnya. Semangat itulah yang dapat menumbuhkan keyakinan pada dirinya
untuk terus berusaha maju dalam melawan penyakitnya. Semangat atau dorongan
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
46/94
32
tersebut bukan berasal hanya dari dirinya sendiri ataupun keluarga terdekat
melainkan juga dari orang yang dipercaya dalam menangani penyakitnya tersebut
baik dokter, perawat, maupun juga sebuah komunitas yang concern terhadap
penyakitnya.
Menurut Dizon dkk (2011) dengan melibatkan keluarga dan dukungan
sosial dapat membantu penderita kanker serviks dalam menghadapi saat yang
amat sulit dalam hidup penderita kanker serviks. Dukungan sosial adalah
pengaruh positif yang diberikan oleh keluarga, dokter, perawat maupun juga
sebuah komunitas terhadap penderita kanker serviks dalam mendukung semua hal
yang berkaitan dengan pengobatannya.
Peran dukungan sosial amatlah penting bagi penderita, karena dengan
adanya kebersamaan dengan orang-orang disekitar penderita, penderita akan
merasa bahwa ia disayangi, dihargai dan mendapatkan suatu kepedulian terhadap
penyakit yang dideritanya. Dukungan sosial merupakan andil yang besar dalam
menentukan status pengobatan penderita. Jika dukungan-dukungan tersebut
mengharapkan penderita untuk berobat, mendukung bahkan memperlihatkan
dukungannya dalam berbagai hal, maka penderita akan merasa lebih percaya diri,
lebih bahagia dan siap dalam menjalani semua pengobatannya.
Merujuk pada efek pelindung bahwa dukungan sosial mempengaruhi
kesehatan dengan cara melindungi individu dari efek negatif stress. Perlindungan
ini akan efektif hanya ketika individu menghadapi stressor yang berat.
Berdasarkan paparan diatas, dukungan sosial yang diberikan kepada penderita
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
47/94
33
kanker serviks dapat menumbuhkan perasaan percaya diri, disayangi, bersemangat
sehingga dapat mempengaruhi motivasi berobat penderita kanker serviks.
Selain dukungan sosial yang dirasakan sangatlah penting bagi penderita,
penderita yang religiuspun akan senantiasa lebih mendekatkan diri kepada Maha
Pencipta yaitu Tuhan. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan diharapkan
penderita kanker serviks lebih tentram, berpikiran positif dan ikhlas dalam
menghadapi penyakitnya. Untuk lebih jelasnya mengenai Religiusitas penderita
kanker serviks, penulis akan membahasnya secara rinci dibawah ini.
2.3 Religiusitas
2.3.1 Pengertian religiusitas
Menurut Chaplin (2008) religion adalah satu sistem yang kompleks dari
kepercayaan, keyakinan, sikap-sikap, dan upacara-upacara yang menghubungkan
individu dengan satu keberadaan atau makhluk yang bersifat ketuhanan.
Agama dalam pengertian Glock & Stark (dalam Ancok, 1994), adalah
sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang
terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang
dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).
Selanjutnya Fetzer (1999) juga mendefinisikan religiusitas adalah sesuatu
yang lebih menitik beratkan pada masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah
doktrin dari setiap agama atau golongan. Karenanya doktrin yang dimiliki oleh
setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
48/94
34
Dari berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah
adanya keyakinan terhadap Tuhan sehingga menimbulkan rasa aman dan tentram
jiwa dan juga adanya aturan tentang perilaku hidup manusia agar berperilaku
dengan baik.
2.3.2 Dimensi-Dimensi Religiusitas
Keberagaman atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan
manusia. Aktivitas beragama tidak terjadi pada saat individu melakukan perilaku
ritual (beribadah) saja, namun juga ketika melakukan aktivitas yang tampak dan
dapat dilihat oleh mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi didalam
hati individu (dalam Ancok, 1994). Dalam sebuah laporan penelitian yang
diterbitkan oleh John E. Fetzer Institute (1999) yang berjudul Multidimensional
Measurement of Religiousness, Spirituality for Use in Health Research
menjelaskan dua belas dimensi religiusitas, tetapi disini penulis hanya akan
menjelaskan enam dimensi saja, dikarenakan penulis hanya ingin melihat peran
agam dalam mempengaruhi tingkah laku individu dan bagaimana cara individu
tersebut bersosialisasi didalam kehidupannya :
a. Daily Spiritual Experiences
Underwood (dalam Fetzer Institute, 1999) menjelaskan bahwa dimensi ini
memandang dampak agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini Daily Spiritual Experiences merupakan persepsi individu
terhadap sesuatu yang berkaitan dengan transenden dalam kehidupan
sehari-hari dan persepsi terhadap interaksinya pada kehidupan tersebut,
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
49/94
35
sehingga Daily Spiritual Experiences lebih kepada pengalaman
dibandingkan kognitif. Konsep Daily Spiritual Experiences yang
diungkapkan oleh Underwood (dalam Fetzer Institute 1999) sama halnya
dengan Dimensi Pengalaman yang diungkapkan oleh Glock & Stark
(dalam Ancok, 1994) bahwa pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan,
persepsi-persepsi, dan esensi-esensi yang dialami individu atau
didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan yang melihat komunikasi
walaupun kecil dalam suatu esensi keTuhanan.
b. Value
Menurut Idler (dalam Fetzer Institute, 1999) value adalah pengaruh
keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti mengajarkan tentang nilai
cinta, saling menolong, saling melindungi, dan sebagainya.
c. Belief
Konsep belief menurut Idler (dalam Fetzer Institute, 1999) merupakan
sentral dari religiusitas. Religiusitas merupakan keyakinan akan konsep-
konsep yang dibawa oleh suatu agama. Dalam bahasa Indonesia belief
disebut keimanan, yakni kebenaran yang diyakini dengan hati dan
diamalkan dengan perbuatan. Dimensi belief dalam hal ini sama dengan
dimensi ideologi (keyakinan) menurut Glock & Stark (dalam Ancok,
1994) bahwa yang menjadi dasar adanya keyakinan adalah hubungan
Tuhan, manusia, dan alam. Setiap agama mempertahankan keyakinan di
mana penganutnya diharapkan taat.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
50/94
36
d. Forgiveness
Dimensi ini maksudnya adalah suatu tindakan memaafkan dan bertujuan
untuk memaafkan orang yang melakukan kesalahan dan berusaha keras
untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan, dan cinta.
Menurut Idler (dalam Fetzer Institute, 1999) forgiveness mencakup lima
dimensi turunan, yaitu:
1. Pengakuan dosa (Confession).
2. Merasa diampuni oleh Tuhan (feeling forgivene by God.)
3. Merasa dimaafkan oleh orang lain (feeling forgiven by others).
4. Memaafkan orang lain (forgiving others).
5. Dan memaafkan diri sendiri (forgiving one self)
Sedangkan menurut Kendler dkk (2003) Dimensi Forgiveness
mengambarkan pendekatan kepedulian, rasa kasih sayang, dan saling
maafmemaafkan. Dimensi ini merefleksikan sikap, perhatian, kasih
sayang, dan pendekatan memaafkan kepada dunia. Berbeda dengan Idler
yang mengatakan bahwa salah satu dimensi turunan dari forgiveness
adalah merasa diampuni oleh Tuhan, sedangkan dalam Kendler faktor
forgiveness tidak menampakkan istilah Tuhan.
e. Private religious practice
Menurut Levin (dalam Fetzer Institute, 1999) dimensi ini merupakan
perilaku beragama dalam praktek agama meliputi ibadah, mempelajari
kitab, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan religiusitasnya.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
51/94
37
Menurut Glock & Stark (dalam Ancok, 1994) dimensi ini disebut Dimensi
Praktik Agama, karena mencakup mengenai ketaatan dan hal-hal yang
dilakukan individu untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang
dianutnya. Praktik-praktik keberagaman menurutnya terdiri atas :
1. Ritual, dapat mengetahui sejauh mana setiap individu dalam
mengerjakan kegiatan-kegiatan ibadahnya sebagaimana yang
diperintahkan oleh agamanya.
2. Ketaatan. Apabila aspek ritual lebih formal dan khas publik, berbeda
dengan ketaatan yang lebih kepada diri pribadi setiap individu
mengerjakan kegiatan ibadahnya sebagaimana yang diperintahkan oleh
agamanya.
f. Religious/spiritual coping
Menurut Pargament (dalam Fetzer Institute, 1999) bahwa religious/spiritual
coping merupakan coping stress dengan menggunakan pola dan metode
religius. Seperti dengan berdoa, beribadah untuk menghilangkan stres, dan
sebagainya. Pargament (dalam Fetzer Institute, 1999) menjelaskan bahwa ada
tiga jeniscopingsecara religius, yaitu:
1. Deferring Style, yaitu meminta penyelesaian masalah kepada Tuhan
saja. Yaitu dengan cara berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan
menolong hamba-Nya dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan.
2. Colaborative Style, yaitu hamba meminta solusi kepada Tuhan dan
hambanya senantiasa berusaha untuk melakukancoping.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
52/94
38
3. Self-directing Style, yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam
menjalankancoping.
Diharapkan dimensi yang penulis pilih dapat berpengaruh cukup besar
terhadap Motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks.
2.4 Aspek-aspek psikologis yang terjadi pada penderita kanker serviks
Cervix sendiri berasal dari bahasa Latin yang artinya leher, leher ini merupakan
bagian paling bawah dari rahim yang menonjol ke dalam vagina. Fungsi dari leher
rahim adalah sebagai saluran ke dalam dan ke luar dari rahim. Sedangkan kanker
merupakan penyakit dengan karakteristik pertumbuhan sel tidak terkendali yang
akhirnya menyebabkan kerusakan jaringan normal yang sehat (Dizon dkk, 2011)
Kanker tergolong penyakit kronis, hal ini dikarenakan penyakit kanker
dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya. Taylor (2003) mengemukakan
ada lima tahap reaksi emosi yang berhubungan dengan penyakit kronis yakni
penyangkalan (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (barganing for extra),
depresi (depression), dan penerimaan diri (acceptance).
a. Penyangkalan (denial)
Penyangkalan adalah sistem pertahanan yang membuat seseorang
berusaha menghindari dampak yang ditimbulkan dari suatu penyakit dan
biasanya berlangsung dalam beberapa hari.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
53/94
39
b. Kemarahan (anger)
Pada tahapan ini pasien berusaha mempertanyakan mengapa harus saya
yang menderita penyakit kronis?.
c. Tawar-menawar untuk sesuatu yang lebih (barganing for extra)
Pada tahapan ini penderita kanker mengalihkan kemarahan dengan lebih
baik dan strategi yang berbeda, misalnya berjanji untuk hidup lebih sehat
dan juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
d. Depresi (depression)
Istilah depresi sebagai kurangnya kontrol yang merupakan realisasi dari
memburuknya suatu simtom sebagai kondisi dari penyakit yang tidak
membaik. Pada tahap ini penderita kanker akan merasa muak, sesak, letih,
sulit makan, sulit mengontrol diri, sulit memfokuskan perhatian,
menghindar dari sakit dan juga perasaan tidak nyaman.
e. Penerimaan Diri (acceptance)
Pada tahap ini penderita kanker sudah tidak marah lagi dan sudah
membiasakan diri dengan ide kematian yang membuatnya tertekan dan
juga menghadapi pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diketahui bahwa banyak aspek
psikologis yang terjadi pada penderita kanker. Namun demikian tidak semua
individu mencapai semua taraf yang diuraikan, hanya dua, tiga tahap atau bahkan
satu tahap saja yang dialami, misalnya tahap marah dan depresi, atau penolakan
dan depresi. Dengan semakin kompleksnya masalah psikologis yang terjadi pada
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
54/94
40
penderita kanker tentu akan berpengaruh terhadap motivasi untuk berobat bagi
penderita sendiri.
2.5 Kerangka Berfikir
Setiap wanita pasti akan terkejut saat mengetahui bahwa dirinya menderita kanker
serviks, apalagi saat wanita tersebut tahu bahwa penyakit yang dideritanya
tersebut sudah termasuk dalam stadium lanjut. Mereka akan merasakan ketakutan,
berusaha menyangkal tentang penyakitnya, depresi dan khawatir mengenai
penyakit yang dideritanya tetapi lama-kelamaan penderita tersebut mulai
menerima apa yang terjadi pada dirinya (Taylor, 2003).
Disaat penderita mulai menerima kondisi tubuhnya timbulah suatu
dorongan atau motivasi pada diri penderita untuk bangkit melawan penyakit yang
dideritanya. Penderita yang memiliki motivasi tinggi akan berusaha bangkit dan
tidak berpasrah diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya walaupun
sebenarnya penyakit yang dideritanya sudah dalam stadium lanjut, sedangkan bagi
penderita yang memiliki motivasi rendah akan mudah terpuruk dan berpasrah diri
dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.
Menurut Woolfolk (2004) terdapat dua aspek motivasi yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik ini dapat menjadikan individu
merasa tidak terpaksa dalam mengikuti suatu aktivitas, karena dorongan yang
muncul murni berasal dari dalam individu itu sendiri. Pada penderita kanker
serviks yang memiliki motivasi intrinsik melakukan berbagai pengobatan karena
memang penderita berusaha semampunya untuk bertahan hidup. Sedangkan
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
55/94
41
motivasi ekstrinsik lebih mengarah pada suatu kegiatan yang dipengaruhi stimulus
dari luar. Penderita yang mempunyai motivasi ekstrinsik akan melakukan
serangkaian pengobatan lebih didorong oleh stimulus eksternal, sebagai
contohnya karena dipaksa berobat oleh keluarga ataupun juga mengikuti sebuah
komunitas kanker yang memberikan dukungan sosial bagi dirinya.
Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu
tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan
anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Terdapat
5 aspek dukungan sosial yaitu dukungan emosi, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial (Cohen
& McKay dalam Sarafino, 2002). Dukungan-dukungan tersebutlah yang
diharapkan bisa membantu meningkatkan motivasi berobat penderita kanker
serviks.
Selain dukungan yang dirasakan dari kebersamaan dengan orang-orang
disekitarnya, penderita yang religus akan mencari dukungan lain selain dukungan
dari orang-orang disekitarnya seperti dukungan dari Maha Sang Pencipta yaitu
Tuhan, dukungan ini sangat diperlukan oleh penderita. Penderita yang religius
yang mengalami ketakutan, depresi dan kekhawatiran akan berusaha berhubungan
dan mendekatkan diri dengan Tuhan, agar hatinya menjadi tentram dan penuh
keyakinan dalam menjalani proses pengobatan. Penderita yang religius yang yakin
akan kekuasaan Tuhannya akan memasrahkan dirinya karena hidup dan mati
semua makhluk hidup didunia ini sudah diatur oleh Tuhan YME. Oleh karenanya
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
56/94
42
religiusitas adalah adanya keyakinan terhadap Tuhan sehingga menimbulkan rasa
aman dan tentram jiwa dan juga adanya aturan tentang perilaku hidup manusia
agar berperilaku dengan baik.
Penderita akan berusaha mengambil hikmah dibalik penyakit yang
dideritanya dan tidak akan berfikiran negatif atas apa yang menimpa diri
penderita. Karena apapun yang terjadi didunia ini pasti atas kuasa Tuhan dan
sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan kita hanya mampu berusaha
semaksimal mungkin dan tidak boleh berputus asa dengan apa yang sudah
menimpa diri kita. Dari beberapa dimensi religiusitas menurut Fetzer Institute
(1999) yang penulis pilih, yaitu Daily Spiritual Experiences, Values, Beliefs,
Forgiveness, Private Religious Practices, Religious/Spiritual Coping.
Diharapkan dengan adanya dukungan sosial beserta aspek-aspeknya dan
religiusitas beserta dimensi-dimensinya dapat sangat memberikan pengaruh yang
besar terhadap motivasi untuk berobat.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
57/94
43
Dukungan Sosial
Religiusitas
Motivasi
berobat
penderita
kanker
serviks
Dukungan Emosi
Dukungan Penghargaan
Dukungan Jaringan
Sosial
Dukungan Informasi
Dukungan Instrumental
DimensiDaily SpiritualEx eriences
DimensiValue
DimensiBelief
Dimensi
Religious/Spiritual
Coping
DimensiPrivate
Religious Practise
DimensiForgiveness
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
58/94
44
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang masih
harus diujikan, maka hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti sebagai berikut :
Hipotesis Umum
Ha : Ada pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi untuk
berobat pada penderita kanker serviks.
Hipotesis Khusus
Ha1 : Ada pengaruh dukungan emosi terhadap motivasi untuk berobat pada
penderita kanker serviks.
Ha2 : Ada pengaruh dukungan penghargaan terhadap motivasi untuk berobat
pada penderita kanker serviks.
Ha3 : Ada pengaruh dukungan instrumental terhadap motivasi untuk berobat
pada penderita kanker serviks.
Ha4 : Ada pengaruh dukungan informasi terhadap motivasi untuk berobat pada
penderita kanker serviks.
Ha5 : Ada pengaruh dukungan jaringan sosial terhadap motivasi untuk berobat
pada penderita kanker serviks.
Ha6 : Ada pengaruh dimensidaily spiritual experienceterhadap motivasi untuk
berobat pada penderita kanker serviks.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
59/94
45
Ha7 : Ada pengaruh dimensivalueterhadap motivasi untuk berobat pada
penderita kanker serviks.
Ha8 : Ada pengaruh dimensibeliefterhadap motivasi untuk berobat pada
penderita kanker serviks.
Ha9 : Ada pengaruh dimensi forgivenessterhadap motivasi untuk berobat pada
penderita kanker serviks.
Ha10 : Ada pengaruh dimensiPrivate religious practiceterhadap motivasi untuk
berobat pada penderita kanker serviks.
Ha11 : Ada pengaruh dimensiReligious/spiritual copingterhadap motivasi
untuk berobat pada penderita kanker serviks.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
60/94
46
BAB III
Metode Penelitian
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kanker serviks yang sedang berobat
di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Adapun karakteristik populasi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengalami kanker serviks stadium lanjut
Mengapa penulis menginginkan penelitian ini dengan penderita kanker
serviks stadium lanjut karena penulis ingin melihat apakah motivasi
berobat dalam diri penderita yang mengalami kanker serviks stadium
lanjut masih sangat tinggi dalam menghadapi penyakitnya, ditambah lagi
dari beberapa artikel juga buku yang penulis baca penderita kanker serviks
rata-rata datang ke Rumah Sakit memang sudah dalam stadium lanjut dan
menurut Dizon (2011) semakin tinggi tingkat stadium seorang penderita
kanker serviks semakin kecil tingkat kesembuhan yang akan mereka
rasakan. Dan juga untuk melihat apakah peran dukungan sosial dan
religiusitas yang penderita rasakan sangatlah cukup berarti bagi penderita
sendiri.
b. Wanita dewasa madya (30-60 tahun)
Pertimbangan lainnya mengapa penulis mencantumkan pertimbangan
umur karena dari beberapa artikel dan buku yang kemudian penulis
simpulkan bahwa penderita kanker serviks umumnya muncul pada wanita
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
61/94
47
berumur 30-60 tahun dan menurut Santrock (2005) wanita yang berumur
30-60 tahun termasuk dalam wanita dewasa madya.
c. Berobat rawat/inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.
Mengapa penulis memilih Rumah Sakit Kanker Dharmais, karena Rumah
Sakit ini merupakan Rumah Sakit Kanker Nasional dimana hampir semua
jenis kanker di rawat di Rumah Sakit ini termasuk kanker serviks.
Dari populasi yang ada penulis hanya akan mengambil 95 penderita sebagai
sampel di Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan karakteristik yang penulis
sebutkan diatas. Mengapa penulis hanya mengambil 95 penderita sebagai sampel
karena di Rumah Sakit Kanker Dharmais populasi dihitung setiap tahun sekali,
oleh karenanya penulis tidak bisa mengetahui jumlah populasi di Rumah Sakit
tersebut untuk menentukan sampel. Dalam penelitian ini, tekhnik yang akan
digunakan adalah tekhniknon-probability sampling yaitu tekhnik dimana setiap
populasi tidak memiliki kesempatan (peluang) yang sama untuk dijadikan sampel
(Riduwan, 2009).
3.2 Variabel Penelitian
Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional dari variabel Dukungan sosial adalah hasil pengukuran skala
dukungan sosial yang diadaptasi dari aspek-aspek dukungan sosial menurut
Sarafino (2002) yaitu dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental, dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial.
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
62/94
48
Definisi Operasional dari variabel Religiusitas adalah hasil pengukuran dimensi
religiusitas dengan menggunakan skala baku dari Fetzer (1999) yaitu dimensi
daily spiritual experience, dimensi value, dimensi belief, dimensi forgiveness,
dimensiprivate religious practice, dimensireligious/spiritual coping.
Definisi Operasional dari Motivasi untuk berobat adalah hasil pengukuran skala
motivasi yang diadaptasi dari aspek-aspek motivasi menurut Woolfolk (2004)
yang membedakan motivasi menjadi 2 jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan skala. Penggunaan skala pada pengumpulan data
didasarkan bahwa untuk mengungkap data seperti mengenai sikap terhadap
sesuatu. Adapun skala yang digunakan adalah skala model Likert dengan empat
alternatif jawaban. Selain itu pernyataannya dibuat dengan kategori positif atau
kesetujuan (favorable) dan item yang disebut negatif atau ketidaksetujuan
(unfavorable) (Sevilla, 1993).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala Likert dengan menggunakan 4
pilihan jawaban yakni sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
63/94
49
Sangat Tidak Setuju (STS).
Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang dipilih
sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable atau unfavorable. Jika
digambarkan dalam bentuk tabel, maka hasilnya sebagai berikut:
Tabel 3.1
Bobot Nilai
Kategori Respon SS S TS STS
Favorabel 4 3 2 1
Unfavorabel 1 2 3 4
3.3.2 Instrumen penelitian
Pada penelitian ini digunakan instrument pengambilan data berupa (1) skala
dukungan sosial, (2) skala baku religiusitas, dan (3) skala motivasi. Skala yang
digunakan adalah skala model Likert. Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga
skala, yaitu :
a. Skala Dukungan Sosial
Penulis akan membuat pernyataan-pernyataan mengenai dukungan sosial yang
penderita rasakan berdasarkan teori Sarafino (2002). Adapun blue print skala
dukungan sosial terdapat dalam tabel dibawah ini :
7/24/2019 motivasi berobat.pdf
64/94
Top Related