BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Motivasi Pengertian Motivasi
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Motivasi Pengertian Motivasi
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor -faktor yang menyebabkan, menyalurkan,
dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Nursalam, 2007).
Motivasi adalah proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi untuk mencapai sasaran
organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut untuk memuaskan
kebutuhan sejumlah individu. Meskipun secara umum motivasi merujuk ke upaya yang
dilakukan guna mencapai setiap sasaran, disini kita merujuk ke sasaran organisasi karena
fokus kita adalah perilaku yang berkaitan dengan kerja (Robbins & Coulter, 2007).
Oleh sebagian besar ahli, proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan atau
hasil yang dicari karyawan dipandang sebagai kekuatan yang bisa menarik orang.
Memotivasi orang adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak (Suarli dan
Bahtiar, 2010).
11
Menurut Suarli dan Bahtiar (2010), menurut bentuknya motivasi terdiri atas:
a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu.
b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari luar diri individu.
c. Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya
serentak serta menghentak dan cepat sekali.
2. Teori Motivasi
Teori-Teori Awal Tentang Motivasi
a. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Teori motivasi yang paling dikenal mungkin adalah Teori Hierarki Kebutuhan
Abraham Maslow. Maslow adalah psikolog humanistik yang berpendapat bahwa pada
diri tiap orang terdapat hierarki lima kebutuhan.
1) Kebutuhan fisik: makanan, minuman, tempat tinggal, kepuasan seksual, dan
kebutuhan fisik lain.
2) Kebutuhan keamanan: keamanan dan perlindungan dari gangguan fisik dan emosi,
dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik akan terus terpenuhi.
3) Kebutuhan sosial: kasih sayang, menjadi bagian dari kelompoknya, diterima oleh
teman-teman, dan persahabatan.
4) Kebutuhan harga diri: faktor harga diri internal, seperti penghargaan diri, otonomi,
pencapaian prestasi dan harga diri eksternal seperti status, pengakuan, dan
perhatian.
5) Kebutuhan aktualisasi diri: pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan
pemenuhan diri sendiri; dorongan untuk menjadi apa yang dia mampu capai.
12
Menurut Maslow, jika ingin memotivasi seseorang kita perlu memahami ditingkat
mana keberadaan orang itu dalam hierarki dan perlu berfokus pada pemuasan
kebutuhan pada atau diatas tingkat itu (Robbins & Coulter, 2007).
b. Teori X dan Y Mc Gregor Douglas McGregor terkenal karena rumusannya tentang
dua kelompok asumsi mengenai sifat manusia : Teori X dan Teori Y. Teori X pada
dasarnya menyajikan pandangan negatif tentang orang. Teori X berasumsi bahwa para
pekerja mempunyai sedikit ambisi untuk maju, tidak menyukai pekerjaan, ingin
menghindari tanggung jawab, dan perlu diawasi dengan ketat agar dapat efektif
bekerja. Teori Y menawarkan pandangan positif. Teori Y berasumsi bahwa para
pekerja dapat berlatih mengarahkan diri, menerima dan secara nyata mencari tanggung
jawab, dan menganggap bekerja sebagai kegiatan alami. Mc Gregor yakin bahwa
asumsi Teori Y lebih menekankan sifat pekerja sebenarnya dan harus menjadi
pedoman bagi praktik manajemen (Robbins & Coulter, 2007).
c. Teori Motivasi Higienis Herzberg
Teori ini menyatakan bahwa kepuasan dan ketidak-puasan seseorang dipengaruhi oleh
dua kelompok faktor independen yakni faktor-faktor penggerakan motivasi dan faktor-
faktor pemelihara motivasi. Menurut Herzberg, karyawan memiliki rasa kepuasan
kerja dalam pekerjaannya, tetapi faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan berbeda
jika dibandingkan dengan faktor-faktor ketidakpuasan kerja. Rasa kepuasan kerja dan
rasa ketidakpuasan kerja tidak berada dalam satu kontinum. Lawan dari kepuasan
13
adalah tidak ada kepuasan kerja sedangkan lawan dari ketidakpuasan kerja adalah
tidak ada ketidak-puasan kerja.
Faktor-faktor yang merupakan penggerak motivasi (faktor-faktor intrinsik) ialah:
1) Pengakuan (cognition), artinya karyawan memperoleh pengakuan dari pihak
perusahaan bahwa ia adalah orang, berprestasi, baik, diberi penghargaan, pujian,
dimanusiakan, dan sebagainya.
2) Tanggung jawab (responsibility), artinya karyawan diserahi tanggung jawab
dalam pekerjaan yang dilaksanakannya, tidak hanya semata-mata melaksanakan
pekerjaan.
3) Prestasi (achievement), artinya karyawan memperoleh kesempatan untuk
mencapai hasil yang baik atau berprestasi.
4) Pertumbuhan dan perkembangan (growth and development), artinya dalam setiap
pekerjaan itu ada kesempatan bagi karyawan untuk tumbuh dan berkembang.
5) Pekerjaan itu sendiri (job it self), artinya memang pekerjaan yang dilakukan itu
sesuai dan menyenangkan bagi karyawan.
Adapun faktor-faktor pemelihara motivasi (faktor-faktor ekstrinsik) ialah:
1) Gaji (salary) yang diterima karyawan
2) Kedudukan (status) karyawan
3) Hubungan antar pribadi dengan teman sederajat, atasan atau bawahan
4) Penyeliaan (supervisi) terhadap karyawan
5) Kondisi tempat kerja (working condition)
14
6) Keselamatan kerja (job safety)
7) Kebijakan dan administrasi perusahaan, khususnya dalam bidang personalia
Menurut Herzberg, meskipun faktor-faktor pendorong motivasi baik keadaannya
(menurut penilaian karyawan), tetapi jika faktor faktor pemeliharaan tidak baik
keadaannya, tidak akan menimbulkan kepuasan kerja bagi karyawan. Oleh sebab itu,
untuk meningkatkan motivasi dengan cara perbaikan faktor-faktor pemeliharaan, baru
kemudian faktor-faktor pendorong motivasi
Berdasarkan JCM, setiap pekerjaan dapat didefinisikan menurut lima dimensi inti
yaitu sebagai berikut:
1) Keragaman keterampilan, tingkat sejauh mana keragaman kegiatan yang
diperlukan oleh pekerjaan tertentu agar karyawan dapat menggunakan berbagai
bakat dan keterampilannya yang berbeda-beda.
2) Identitas tugas, tingkat sejauh mana pekerjaan menuntut penyelesaian keseluruhan
dan potongan kerja yang dapat diidentifikasi.
3) Signifikansi tugas, tingkat sejauh mana pekerjaan berdampak besar pada
kehidupan atau pekerjaan orang lain.
4) Otonomi, tingkat sejauh mana pekerjaan memberi kebebasan, kemandirian, dan
keleluasaan yang besar kepada seseorang dalam menjadwal pekerjaan itu dan
menentukan prosedur yang digunakan untuk melaksanakannya.
5) Umpan balik, tingkat sejauh mana pelaksanaan kegiatan-kegiatan kerja yang
dituntut oleh pekerjaan tertentu menyebabkan orang tersebut mendapatkan
informasi yang langsung dan jelas mengenai efektivitas kinerjanya.
15
B. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Pengalaman penelitian tertulis bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi
setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu
(Bambang, 2008).
Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu membenarkan (justifies)
kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila
seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru
dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Pengetahuan merupakan
konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan
pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu proses yang
16
unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan pengetahuan
melibatkan perasaan dan sistem kepercayaan (belief sistems) dimana perasaan atau sistem
kepercayaan itu bisa tidak disadari (Bambang, 2008).
2. Tingkatan Pengetahuan di dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang dicapai di
dalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan yakni :
a. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat yang paling rendah. Kata
kerja bahwa untuk mengukur orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Comprehension (memahami), Diartikan sebagai sesuatu untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obejek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, memperkirakan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil atau sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
17
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis tersebut dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja.
e. Sintesis, menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru. Kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi, berkaitan
dengan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-peniaian itu berdasarkan suatu kriteria tersendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada (Soekidjo, 2003).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penilaian atau responden.
Kedalaman pengetahuan orangtua yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai
berikut:
a. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan penyelidikan epidemiologinya. Angka
– angka kesakitan maupun kematian hampir semua keadaan menunjukkan hubungan
dengan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur di laporkan tetap, apakah
panjangnya interval didalam pengelompokkan cukup atau tidak.
18
b. Pendidikan
Mendidik atau pendidik adalah dua hal yang saling berhubungan. Segi bahasa
mendidik adalah kata kerja, pendidik kata benda. Kita mendidik berarti kita melakukan
suatu kegiatan atau tindakan, kegiatan mendidik menunjukkan adanya yang mendidik
disuatu pihak yang dididik adalah suatu kegiatan yang mengandung antara dua
manusia atau lebih.
c. Pengalaman
Huston (2010), mengatakan bahwa pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan
ingatan yang didapat sebelumnya. Huston (2010), menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang terkait dengan kurang pengetahuan (deficient knowledge) terdiri dari : kurang
terpapar informasi, kurang daya ingat/hapalan, salah menafsirkan informasi,
keterbatasan kognitif, kurang minat untuk belajar dan tidak familiar terhadap sumber
informasi.
C. Komunikasi Efektif
1. Pengertian Komunikasi Efektif
Menurut Gillies (2000) adalah komunikasi yang berhasil menyampaikan pikiran dengan
menggunakan perasaan yang disadari.
Menurut Gillies (2000) bahwa komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berusaha
memilih cara yang tepat agar gambaran dalam benak dan isi kesadaran dari komunikator
dapat dimengerti, diterima bahkan dilakukan oleh komunikan.
19
2. Prinsip Komunikasi Efektif
Agar komunikasi menghasilkan komunikasi yang efektif, seseorang harus memahami
prinsip-prinsip dalam berkomunikasi. Ada lima prinsip komunikasi yang efektif yang
harus dipahami. Lima prinsip tersebut disingkat dengan REACH, yaitu Respect,
Empathy, Audible, Care,dan Humble. Lima prinsip komunikasi yang efektif itu adalah
sebagai berikut :
a. Respect
Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang
akan kita sampaikan.
b. Empathy
Komunikasi yang efektif akan dengan mudah tercipta jika komunikator memiliki sikap
empathy. Empathy artinya kemampuan seorang komunikator dalam memahami dan
menempatkan dirinya pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain.
c. Audible
Audible adalah pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan melalui
media atau delivery channel.
d. Care
Care berarti komunikator memberikan perhatian kepada lawan komunikasinya.
Komunikasi yang efektif akan terjalin jika audience lawan komunikasi personal
merasa diperhatikan.
e. Humble
Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling menghargai.
20
3. Langkah-langkah untuk Membangun Komunikasi Efektif
Adapun langkah-langkah untuk membangun komunikasi yang efektif adalah sebagai
berikut :
a. Memahami maksud dan tujuan berkomunikasi
b. Mengenali komunikan
c. Menyampaikan pesan dengan jelas
d. Menggunakan alat bantu yang baik
e. Memusatkan perhatian
f. Menghindari gangguan komunikasi
g. Membuat suasana yang menyenangkan
h. Menggunakan bahasa tubuh (body language) yang benar
D. Komunikasi SBAR
1. Pengertian SBAR
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang
membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif
dan meningkatkan keselamatan pasien.
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini
digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah
kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam
menyampaikan kondisi pasien.
21
SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift
atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim
kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan
rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan
atau tim kesehatan lainnya.
2. Adapun keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:
a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan
kondisi pasien.
c. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
3. Sistem Pendokumentasian dengan SBAR (Nursalam, 2013), Komite Akreditasi
Rumah Sakit (KARS, 2012)
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,
Recommendation. SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien
yang memerlukan perhatian atau tindakan segera, diharapkan dokumentasi catatan
perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat
mengetahui perkembangan pasien.
a. S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
1) Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter
yang merawat
22
2) Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/ keluhan
Penerapan Rumah Sakit :
a) Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke ruang
tujuan pemindahan
b) Dokter yang merawat : isi dengan nama DPJP atau dokter spesialis yang
merawat
c) Diagnosa medis : isi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan oleh
dokter yang merawat
d) Isi pilihan ya atau tidak bila pasien/keluarga sudah atau belum dijelaskan
mengenai diagnosa pasien.
e) Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah keperawatan pasien
yang secara aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruang kepindahan
yang baru
b. B : Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)
1) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis
keperawatan
2) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat –
obatan termasuk cairan infus yang digunakan
3) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap diagnosis
keperawatan
4) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat –
obatan termasuk cairan infus yang digunakan
5) Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis
23
Penerapan Rumah Sakit :
a) Riwayat alergi/reaksi obat : isi dengan apa jenis alergi yang diderita atau
jenis reaksi obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang
b) Intervensi medik/keperawatan : isi dengan jenis tindakan yang sudah
dilakukan terhadap pasien, baik tindakan dokter maupun perawat. contoh
pemasangan gips, NGT, dll
c) Hasil investigasi abnormal : isi keadaan abnormal/keluhan saat pasien datang
ke RS sehingga mengharuskan pasien tersebut dirawat (riwayat keluhan saat
masuk rumah sakit)
d) Kewaspadaan/ precaution: pilih apa jenis kewaspadaan sesuai dengan jenis
kasus pasien. contoh : TBC, maka dipilih droplet
c. A : Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
1) Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor
nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score,
status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain – lain.
2) Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
Penerapan Rumah Sakit :
a) Observasi terakhir, GCS: Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi dengan vital sign
dan tingkat kesadaran pasien secara numerik.
contoh : E 4, V 5 M 6
b) BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist sesuai
keadaan pasien
c) Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus, jaringan
nekrotik, dll,) lokasi dan ukurannya juga dilengkapi
d) CVP : isi dengan ceklist dan skor/undulasi dengan satuan CmH20
e) Peralatan khusus yang diperlukan: isi misalnya WSD, colar brace, infuse
pump dll
24
f) Hal-hal istimewa yang berhubungan dengan kondisi pasien. contoh : pasien
tidak ada keluarga
d. R : Recommendation
Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer to
nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.
Penerapan Rumah Sakit :
a) Konsultasi, fisiotherafi dll, isi dengan rencana konsultasi, rencana
fisiotherafi dll
b) Obat, barang dan berkas-berkas yang lain : isi jumlah barang / berkas
E. Operan/ Timbang Terima
1. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover adalah
komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada
pergantian shift jaga.
Nursalam, (2007) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang
informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan
yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang
dilakukan, tanggung jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke
perawat yang akan melanjutnya perawatan.
25
Nursalam, (2007) menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah waktu dimana
terjadi perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang pasien dari perawat yang satu
ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang
akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang
akan terjadi dan antisipasinya.
2. Tujuan Timbang Terima
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
3. Timbang Terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan
tindakan keperawatan.
26
4. Langkah-langkah dalam Timbang Terima
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift selanjutnya
meliputi :
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
d. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien.
5. Prosedur dalam Timbang Terima
a. Persiapan
1) Kedua kelompok dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
27
2) Nurse station perawat sebagai tempat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a) Identitas klien dan diagnosa medis.
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
d) Intervensi kolaborasi dan dependen.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya : operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
g) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
h) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat. (Nursalam, 2007).
28
6. Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung jawab,
meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang melakukan
pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang shift
sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan
tugas yang dilimpahkan. Aktivitas dari perawat yang menerima operan untuk
melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau pada pasien langsung.
7. Metode dalam Timbang Terima
a. Timbang terima dengan metode tradisional Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Kassesan dan Jagoo (2005) disebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih
tradisional adalah :
1) Dilakukan hanya di meja perawat.
2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
3) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
4) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
29
b. Timbang terima dengan metode bedside handover
Handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside handover
yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan
pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
8. Kelebihan Handover
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional
maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa
kelebihan diantaranya :
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara
khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada
informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis
yang lain.
9. Metode Pelaksanaan Handover
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya :
a. Menggunakan tape recorder : melakukan perekaman data tentang pasien kemudian
diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa
one way communication.
30
b. Menggunakan komunikasi oral atau spoken : melakukan pertukaran informasi dengan
berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis (written) : melakukan pertukaran informasi dengan
melihat pada medical record saja atau media tertulis lain.
10. Evaluasi dalam Timbang Terima
a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain :
Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala
ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift
yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam
dipimpin oleh perawat primer.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam
menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang
terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke tempat tidur klien dan kembali
lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah
keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan
khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil
31
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
11. Hal yang harus diperhatikan sebelum serah terima pasien, perawat harus
melakukan :
a. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
b. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan.
c. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang
harus dilanjutkan.
d. Perawat membaca dan memahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya.
e. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.
F. Faktor - faktor yang mempengaruhi Komunikasi Efektif saat Handover
1. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan,
dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Nursalam, 2007).
2. Pengetahuan
32
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi
setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu
3. Karakteristik Individu
Keperawatan menurut hasil lokakarya nasional keperawatan tahun 1983 Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosial yang komprehensip, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
Pengertian perawat dan keperawatan tersebut di atas jelas bahwa seorang tenaga perawat
adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidang keperawatan, dan
mempunyai kewenangan untuk memberikan pelayanan keperawatan. Tenaga perawat
dituntut untuk professional dibidangnya. Pemberian pelayanan keperawatan oleh tenaga
perawat ditentukan oleh tenaga perawat sendiri, yang pada pelaksanaannya dipengaruhi
oleh banyak faktor. Salah satu faktornya yaitu karakteristik dari individu perawat.
Karakteristik individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan
demografis. Karakteristik demografis individu terdiri dari umur, jenis kelamin,
33
pendidikan dan lama kerja. Perawat sebagai seorang individu mempunyai karateristik
demografis, seperti diuraikan berikut ini :
a. Umur
Semakin tinggi usia semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa dan semakin
dapat berpikir rasional, semakin bijaksana, mampu mengendalikan emosi dan
semakin terbuka terhadap pandangan orang lain.
b. Jenis Kelamin
Pekerja wanita mengalami lebih banyak stres dibandingkan pria, karena adanya
struktur yang unik pada wanita. Beberapa perbedaan cara pria dan wanita mendapat
keseimbangan yang nyaman, dimana pria selalu mendefinisikan dirinya melalui kasih
sayang dan hubungannya dengan orang lain, sedangkan wanita mencoba
memfokuskan pada keberhasilan pekerjaan.
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang makin besar keinginan untuk memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan. Perawat yang memiliki pendidikan lebih tinggi
diharapkan mampu memberikan masukan-masukan bermanfaat terhadap pimpinan
dalam upaya peningkatan kinerja perawat. Selain itu pendidikan perawat yang lebih
tinggi akan lebih mudah dalam memahami tugas.
d. Lama kerja
Semakin lama bekerja semakin meningkat pengalaman perawat dan memberikan arti
bagi pekerjaannya apabila perawat tersebut melakukan komunikasi
34
4. Komunikasi Efektif SBAR
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini
digunakan pada saat perawat melakukan handover. Komunikasi SBAR adalah kerangka
teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan
kondisi pasien.
G. Komunikasi Efektif Timbang Terima Pasien dilihat dari sudut pandang kerangka
teori Model Konsep Imogene King ( Interacting system framework model and goal
attainment)
Pada Komunikasi Efektif saat timbang terima pasien adanya interaksi antara perawat dengan
perawat lainnya dalam menyampaikan kondisi pasien, adapun kerangka konseptual King
terdiri dari tiga sistem yang saling berinteraksi, yaitu sistem personal (individual), sistem
interpersonal (kelompok) dan sistem sosial.
Berikut diagram sistem interaksi menurut King :
2.1 Skema Kerangka teori King
35
Gambar : Dynamic interacting systems
(King, 1981 dalam Tomey & Alligood, 2006)
a. Sistem Personal (individual)
Individu berada dalam sistem personal. Konsep yang perlu dipahami dalam sistem
personal antara lain :
1) Gambaran diri (body image)
adalah persepsi tentang diri individu sendiri dan persepsi orang lain tentang
dirinya.
2) Pertumbuhan dan perkembangan (growth & devolepment)
36
3) Perubahan yang terjadi pada individu secara terus menerus baik secara seluler,
molekuler dan tingkatan-tingkatan aktivitas perilaku yang kondusif untuk
menolong individu bergerak ke arah kedewasaan.
4) Persepsi (perception)
Persepsi adalah menyalurkan energi dari lingkungan dan mengelompokkannya
melalui informasi, penyimpanan informasi dan menyampaikannya dalam bentuk
tingkah laku yang jelas.
5) Persepsi adalah proses organisasi, interpretasi dan transformasi data yang
diingatnya melalui perasaan.
6) Diri sendiri (self)
Diri sendiri adalah lingkungan subjektif seseorang secara keseluruhan. Hal ini
merupakan pusat yang istimewa dari pengalaman dan signifikansi. Diri sendiri
menunjukkan dunia seseorang pada bagian dalam yang dibedakan dari dunia luar
yang terdiri dari orang lain dan berbagai hal. Diri sendiri adalah individu seperti
yang dikenal sebagai individu, adalah ketika kita mengatakan "aku" (Jersild,
1952, p. 10 dalam Tomey & Alligood, 2006).
7) Ruang (space)
Ruang (space) ditandai dengan karakteristik universal. Semua orang mempunyai
beberapa konsep personal yang bergantung pada hubungan dengan situasi,
dimensi, area, jarak, waktu dan tanggapan yang berdasar pada persepsi masing-
masing individu.
37
8) Waktu
King menggambarkan waktu sebagai jangka waktu antar peristiwa satu dengan
peristiwa yang lainnya dan dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing
individu, sehingga peristiwa yang satu dengan yang lain akan saling berhubungan.
b. Sistem Interpersonal
Sistem interpersonal dibentuk ketika dua atau lebih individu saling berhubungan,
pembentukan oleh dua orang atau tiga orang. Interaksi perawat dan pasien adalah
satu jenis dari sistem interpersonal. Keluarga, sebagai kelompok kecil, dapat
dipertimbangkan sebagai sistem interpersonal. Sistem interpersonal diperlukan satu
pemahaman tentang konsep komunikasi, interaksi, peran, stres dan transaksi.
1) Komunikasi
Komunikasi didefinisikan sebagai proses pemberian informasi dari individu satu
ke individu yang lain secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi
merupakan komponen interaksi. Termasuk didalamnya perubahan tanda-tanda
non verbal dan simbol-simbol antara perawat-klien dengan lingkungan merupakan
komunikasi.
2) Interaksi
Interaksi merupakan suatu proses persepsi dan komunikasi antara individu dengan
lingkungan dan antara individu yang satu dengan individu yang lain, diwujudkan
dengan perilaku verbal dan diarahkan untuk mencapai tujuan. Setiap individu
38
yang berinteraksi dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan dalam pengetahuan,
tujuan, pengalaman terdahulu dan persepsi.
3) Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dari individu yang
memiliki peraturan yang menjelaskan hak dan kewajiban. Jika harapan peran
berbeda dan tidak sesuai dengan yang terjadi, dapat menimbulkan konflik. Hal ini
berdampak pada penurunan keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan oleh
perawat.
4) Stres
Stres adalah tingkatan yang dinamis dalam interaksi individu – lingkungan. Stres
melibatkan perpindahan energi dan informasi antara individu – lingkungan untuk
pengaturan dan pengendalian stressor.
5) Transaksi
Transaksi didefinisikan sebagai maksud dari interaksi untuk mencapai tujuan
tertentu.
c. Sistem Sosial
Sistem yang saling berinteraksi secara menyeluruh yang terdiri dari kelompok
masyarakat, dikenal sebagai sistem sosial. Sistem sosial penting untuk memahami
otoritas konsep, pengambilan keputusan, organisasi, status.
1) Otoritas (autority )
39
Merupakan proses transaksi yang aktif dalam pengalaman seseorang untuk
memahami nilai yang berpengaruh, legitimasi dan menerimanya sebagai posisi
dalam organisasi berkaitan dengan otoritasnya.
2) Pengambilan keputusan (decision making)
Adalah perubahan dan proses yang disengaja melalui proses memilih sesuai
dengan tujuan dengan mengidentifikasi aktivitas yang mungkin dilakukan oleh
individu atau group untuk mencapai tujuan.
3) Organisasi ( organization )
Individu yang memiliki peran yang diharapkan sesuai dengan posisinya. Orang
tersebut akan menggunakan berbagai sumber untuk mencapai tujuan baik
personal maupun organisasi.
4) Status
Status adalah hubungan seseorang di dalam groupnya dengan anggota lainnya
dalam satu group atau group yang satu dengan group yang lainnya.
40
H. Kerangka Teori
2.2 Skema Kerangka Teori
Sumber : Safitri, 2012 ; Amirah, 2013 ;Yudianto, 2015
Motivasi Perawat
Intrinsik
Ekstrinsik
Terdesak
Pengetahuan Perawat
Tahu
Memahami
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Teori Konsep Imogene King :
1. Sistem Personal (individual) :
gambaran diri, tumbang,
persepsi, diri sendiri, ruang,
waktu.
2. Sistem Interpersonal :
komunikasi, interaksi, peran,
stress, transaksi
3. Sistem Sosial : otoritas,
pengambilan keputusan,
organisasi, status
Komunikasi Efektif
(SBAR) saat timbang
terima pasien :
S :Situation
B :Background
A :Assessement
R :Recommendation
Peningkatan
Sasaran
Keselamatan
Pasien 2 :
Komunikasi
Efektif