motivasi berobat.pdf

download motivasi berobat.pdf

of 94

Transcript of motivasi berobat.pdf

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    1/94

    PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITAS

    TERHADAP MOTIVASI UNTUK BEROBAT PADA

    PENDERITA KANKER SERVIKS

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Oleh :MALA ALLIFNI

    NIM : 207070000004

    FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2011

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    2/94

    ii

    PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITAS TERHADAP

    MOTIVASI UNTUK BEROBAT PADA PENDERITA KANKER SERVIKS

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

    memperoleh gelar Sarjana Psikologi

    Oleh :

    MALA ALLIFNI

    NIM : 207070000004

    Di Bawah Bimbingan

    Gazi, M. Si Nia Tresniasari, M. Si

    NIP. 197112142007011014 NIP. 198410262009122004

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    3/94

    iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN RELIGIUSITASTERHADAP MOTIVASI UNTUK BEROBAT PADA PENDERITA KANKER SERVIKS telah

    diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 November 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

    Jakarta, 23 November 2011

    Sidang Munaqasyah

    Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris

    Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.SiNIP. 130885522 NIP.195612231983032001

    Anggota :

    Neneng Tati Sumiati, M. Si, Psi Gazi, M. Si

    NIP. 197303282000032003 NIP. 197112142007011014

    Nia Tresniasari, M. Si

    NIP. 198410262009122004

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    4/94

    iv

    PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Mala Allifni

    NIM : 207070000004

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Dukungan Sosial dan

    Religiusitas terhadap Motivasi untuk berobat pada Penderita Kanker Serviksadalah benar

    merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi

    tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan

    sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

    Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika

    ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

    Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

    Jakarta, 23 November 2011

    Mala Allifni

    NIM : 207070000004

    Email :[email protected]

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    5/94

    v

    MOTTO

    MOTIVASI TERHEBAT ADA DI DALAM

    DIRI SENDIRI, PERCAYALAH PADAKEMAMPUAN DIRIMU SENDIRI, YAKIN

    DIRIMU PASTI BISA

    Karya sederhana inikupersembahkan kepada Kedua

    Orang tuaku,

    dan adik-adikku,

    Serta sahabat-sahabat

    Terbaiku.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    6/94

    vi

    ABSTRAK

    (A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    (B) 2011

    (C) Mala Allifni

    (D) Pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi untuk berobat pada

    penderita kanker serviks

    (E) 76 halaman + lampiran

    (F) Kanker serviks merupakan penyakit yang menjadi momok menakutkan bagi setiap wanita.Selain fisik, kanker serviks juga menyebabkan psikis penderita dapat terganggu. Apalagi

    penderita kanker serviks masuk ke Rumah Sakit sudah dalam stadium lanjut. Didalam

    penanganannya dibutuhkan motivasi dalam diri penderita kanker serviks untuk dapat

    bangkit melawan penyakitnya. Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri individu agar

    mampu mencapai suatu tujuan guna mencapai pemuasan kebutuhan. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap

    motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks.

    Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di

    Rumah Sakit Kanker Dharmais, yang terletak di Jakarta Barat. Responden penelitian iniadalah pasien rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit Kanker Dharmais di Jakarta Barat

    sebanyak 95 pasien yang diambil dengan teknik Non Probability Sampling. Alat ukur

    dukungan sosial dalam penelitian ini menggunakan skala model Likert dengan alpha

    cronbach sebesar 0,888. Untuk Motivasi berobat juga menggunakan skala Model Likert

    dengan alpha cronbach sebesar 0,903 sedangkan Religiusitas menggunakan skala bakudari Fetzer dengan alpha cronbach sebesar 0,877. Untuk pengujian hipotesis digunakan

    Multiple Regression.

    Jumlah item valid dalam skala dukungan sosial sebanyak 21 item, sedangkan jumlah item

    valid dalam skala religiusitas sebanyak 26 item dan jumlah item valid dalam skala motivasi

    untuk berobat sebanyak 24 item. Dalam pengujian hipotesis didapat nilai R square (R2)

    sebesar 39,3%. Hal ini berarti bahwa variasi dari motivasi untuk berobat yang dijelaskanoleh semua independen variabel adalah sebesar 39,3%, sedangkan 60,7% sisanya

    dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

    Berdasarkan variasi independent variabel, hanya variabel dukungan penghargaan (0,010),

    dukungan informasi (0,045), dukungan jaringan sosial (0,019) danforgiveness(0,011) yangmemiliki pengaruh secara signifikan terhadap motivasi untuk berobat. Sedangkan yang

    memberikan kontribusi secara signifikan hanya variabel dukungan penghargaan (11,4%),

    dukungan informasi (5,4%), dukungan jaringan sosial (5,7%), danforgiveness (7,0%).

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    7/94

    vii

    Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial dan

    religiusitas terhadap motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks. Saran yang

    diajukan dalam penelitian ini adalah pada penelitian yang akan datang sebaiknyamelakukan pendekatan yang lebih dalam terhadap responden agar peneliti bisa lebih

    mengetahui bagaimana kondisi penderita baik dari segi psikis maupun fisik dan juga

    meneliti variabel yang berkaitan seperti berpikir positif.

    (G) Bahan Bacaan : 26 (dari thn1983 - 2011) + 2 pustaka online + 5 pustaka jurnal.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    8/94

    viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu`alaikum Wr. Wb

    Alhamdulillahirobbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

    yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Dukungan Sosial dan Religiusitas terhadapMotivasi untuk berobat pada Penderita Kanker Serviks.Salawat serta salam semoga tetap Allah

    limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat

    merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.

    Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai

    pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak

    terhingga kepada :

    1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jahja Umar, Ph.D. Berkat bimbingan,

    arahan, nasihat dan cerita-cerita beliau mengenai hal-hal yang baru bagi penulis, membuat

    penulis termotivasi untuk terus belajar dan berjuang.2. Dosen Pembimbing I, Gazi, M.Si dan Dosen Pembimbing II, Nia Tresniasari, M.Si atas

    seluruh nasehat, masukan, motivasi, inspirasi, serta saran dan kritik yang membangun

    sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.3. Dosen Pembimbing Akademik Gazi, M.Si., serta seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak

    dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas seluruh ilmu pengetahuan yang telah

    diberikan.

    4. Pembimbing seminar proposal skripsi Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi., atas segala

    bimbingan, dan sarannya.5. Untuk yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, Ayahku Drs.

    Bahruddin , Ibuku tercinta Ela Siti Jamilah, adikku tersayang Ade Syifa Nadifa dan M. HariAdipurna serta seluruh keluarga besarku yang tak pernah putus memberikan dorongan, doa,

    cinta dan kasih sayang yang tulus kepada penulis.

    6. Untuk Agung Taufiqurrahman S, S. Terimakasih atas dukungan, doa, dan kasih sayang yang

    tulus kepada penulis.7. Seluruh staff akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Mas Ayunk, Mba Rini

    dan Pak Deden yang membantu dalam urusan birokrasi dan petugas perpustakaan yakni

    Bapak Haidir dan Bapak Badawi yang selalu membantu penulis dalam mencari referensi.

    8. Keluarga besar Rumah Sakit Kanker Dharmais khususnya ibu Ns. Kemala Rita Wahidi, Skp,

    MARS, selaku pembimbing lapangan, dan Ibu Hilfah yang membantu penulis dalam prosesperizinan, seluruh staff Instalansi Rawat Jalan dan Rawat Inap, serta seluruh responden yang

    mau berbagi dengan penulis.9. Sahabat-sahabat terbaiku dikosan Pondok Allisan, iik, lina, husni, eki, bias, dyah, dan tuti

    atas hari-hari yang telah kita lalui baik dalam keadaan senang maupun sedih serta

    kebersamaan kita yang tidak akan pernah penulis lupakan.10.Seluruh teman-teman di Fakultas Psikologi Non Reguler khususnya angkatan 2007 yang

    selalu kompak dan solid. Teman seperjuangan skripsiku, obet, puri, shinta, dyni, uthe, siro,

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    9/94

    ix

    laras, farah, yang selalu semangat bimbingan di Ruang Dosen dan yang tak pernah bosan

    mengerjakan skripsi dalam Perpustakaan & terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya

    dalam proses pengerjaan skripsi penulis.

    11.Semua teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

    Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikandan bantuan yang di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya

    bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.

    Jakarta, 23 November 2011

    Penulis

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    10/94

    x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

    HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv

    PERSEMBAHAN ............................................................................................... v

    ABSTRAK .......................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

    1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................. 7

    1.3

    Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 10

    1.4 Sistematika Penulisan .................................................................. 11

    BAB 2 KAJIAN TEORI

    2.1 Motivasi ....................................................................................... 13

    2.1.1 Pengertian Motivasi ......................................................... 13

    2.1.2 Teori Motivasi dan Harapan ............................................ 14

    2.1.3 Aspek-aspek Motivasi ...................................................... 15

    2.1.4 Fungsi-fungsi Motivasi .................................................... 17

    2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi .................... 18

    2.1.6 Pengukuran motivasi ........................................................ 21

    2.1.7 Motivasi berobat pada penderita kanker serviks .............. 23

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    11/94

    xi

    2.2 Dukungan Sosial ........................................................................... 26

    2.2.1 Pengertian dukungan sosial .............................................. 26

    2.2.2 Sumber dukungan sosial .................................................. 28

    2.2.3

    Aspek-aspek dukungan sosial .......................................... 29

    2.2.4 Efek dukungan sosial ....................................................... 31

    2.2.5 Dukungan sosial pada penderita kanker serviks ............... 31

    2.3 Religiusitas ................................................................................... 33

    2.3.1 Pengertian religiusitas ....................................................... 33

    2.3.2 Dimensi-dimensi religiusitas ............................................ 34

    2.4 Aspek-aspek psikologis penderita kanker serviks ........................ 38

    2.5 Kerangka Berfikir ........................................................................ 40

    2.6 Hipotesis ...................................................................................... 44

    BAB 3 METODE PENELITIAN

    3.1 Populasi dan Sampel .................................................................... 46

    3.2 Variabel Penelitian ....................................................................... 47

    3.3 Pengumpulan Data ....................................................................... 48

    3.3.1 Tekhnik pengumpulan data ................................................ 48

    3.3.2 Instrumen penelitian ........................................................... 49

    3.4 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ............................................. 53

    3.5 Hasil Uji Coba (Tryout) .................................................................. 54

    3.6 Metode Analisis Data ..................................................................... 57

    3.7 Prosedur Penelitian ........................................................................ 57

    3.7.1 Tahap persiapan ................................................................. 57

    3.7.2 Tahap pengambilan data .................................................... 58

    3.7.3 Tahap pengolahan data ...................................................... 58

    3.7.4 Tahap pembahasan ............................................................. 58

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    12/94

    xii

    BAB 4 HASIL PENELITIAN

    4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian ............................................. 59

    4.2 Uji Hipotesis Penelitian ................................................................. 59

    4.2.1 Analisis regresi variabel penelitian ...................................... 59

    4.2.2 Pengujian variasi masing-masing independent variabel ....... 65

    BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan .................................................................................. 69

    5.2 Diskusi ......................................................................................... 70

    5.3 Saran ............................................................................................ 74

    5.3.1 Saran Teoritis .................................................................... 75

    5.3.2 Saran Praktis ..................................................................... 75

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    13/94

    xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Bobot Nilai ................................................................................... 48

    Tabel 3.2 Blue Print Skala Dukungan Sosial .......... 49

    Tabel 3.3 Blue Print Skala Religiusitas ... 50

    Tabel 3.4 Blue Print Skala Motivasi untuk berobat ...................................... 51

    Tabel 3.5 Blue Print Skala Dukungan Sosial Valid (*) ............................... 53

    Tabel 3.6 Blue Print Skala Religiusitas Valid (*) ........................................ 54

    Tabel 3.7 Blue Print Skala Motivasi untuk berobat Valid (*) ..................... 55

    Tabel 4.1 Square Model Summary........... 59

    Tabel 4.2 Anova ........................................................................................... 59

    Tabel 4.3 Koefisien Regresi ......................................................................... 60

    Table 4.4 Variasi untuk masing-masing independen variabel . 64

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    14/94

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    15/94

    1

    BAB I

    Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Adanya motivasi sangat besar peranannya dalam membentuk tingkah laku. Apa

    saja yang dilakukan manusia akan selalu ada motivasi yang mendorong. Motivasi

    bagaikan kekuatan yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia

    kearah tujuan yang dikehendakinya. Wirawan (2000) mengemukakan bahwa

    setiap perbuatan yang dilakukan individu dimulai dengan adanya suatu

    ketidakseimbangan dalam diri individu tersebut. Ketidakseimbangan ini tentunya

    tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan

    untuk meniadakan ketidakseimbangan itu. Kebutuhan inilah yang akan

    menimbulkan dorongan atau motivasi untuk berbuat sesuatu.

    Setelah perbuatan itu dilakukan dan apabila sesuai dengan kebutuhan

    maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu, dan timbul perasaan

    puas, senang, aman dan sebagainya. Misal, ketika seorang individu divonis bahwa

    dirinya menderita penyakit akut maka individu tersebut akan berusaha

    mengembalikan kondisi tubuhnya kedalam kondisi seimbang dengan cara berobat.

    Dalam proses pengobatan, penderita harus memiliki keyakinan yang kuat, karena

    keyakinan itu sendiri merupakan hal yang penting dalam kehidupan setiap

    individu. Tingkah laku yang termotivasi mencakup suatu tujuan tertentu, jadi

    dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan faktor penting untuk membangkitkan

    atau menggerakkan individu agar dapat bertingkah laku sesuai dengan yang

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    16/94

    2

    diharapkan oleh individu tersebut. Begitu pentingnya peran motivasi terhadap

    tingkah laku setiap individu membuat penulis tertarik untuk membahas motivasi

    penderita kanker serviks.

    Saat ini menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks

    menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan

    kematian pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih

    dari 15.000 kasus kanker serviks, dan kira-kira sebanyak 8000 kasus di antaranya

    berakhir dengan kematian. Kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut.

    Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut

    (www.infoceria.com/2010/03/mengenal-kanker-serviks-penyakit-kanker.html).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martin dan Dajoux (dalam

    Jurnal Penelitian RSU Dr Soetomo, 2007) pada 1000 wanita menemukan bahwa

    hanya 48 wanita yang mempunyai leher rahim normal. Besarnya angka kejadian

    kanker serviks yang ditemukan, membuat kanker serviks menjadi salah satu jenis

    kanker yang paling ditakuti wanita. Selain itu juga sampai saat ini kanker serviks

    masih menyebabkan kematian pada wanita yang cukup tinggi, diperkirakan

    sebesar 4.900 orang per tahun.

    Tingginya angka kematian penderita kanker lebih banyak disebabkan oleh

    keterlambatan pengobatan. Menurut Yatim (2005), pasien yang datang berobat ke

    Rumah Sakit sebagian besar sudah berada pada stadium lanjut, yakni stadium IIB

    - IVB sebanyak 66,4%, stadium IIIB sebanyak 37,3%, serta stadium IA - IIA

    sebanyak 28,6%. Keterlambatan ini tentunya sangat merugikan penderita sendiri

    http://www.infoceria.com/2010/03/mengenal-kanker-serviks-penyakit-kanker.htmlhttp://www.infoceria.com/2010/03/mengenal-kanker-serviks-penyakit-kanker.html
  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    17/94

    3

    karena harapan hidup penderita kanker sangat ditentukan oleh stadium atau

    tingkat keparahan penderita. Harapan hidup untuk penderita kanker serviks yang

    sudah berada pada stadium II sekitar 60%, stadium III sekitar 35% - 40%, stadium

    IVA kanker sudah menyebar ke organ-organ tubuh seperti anus, kandung kemih,

    ginjal dan stadium IVB sekitar 5% - 10%. Sayangnya, sebanyak 70% - 80%

    penderita kanker serviks datang ke Rumah Sakit sudah pada stadium lanjut dan ini

    mengakibatkan angka harapan hidup penderita kanker serviks kian menipis

    (www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/03/30).

    Permasalahannya adalah kurangnya pengetahuan setiap individu mengenai

    penyakit kanker serviks hingga akhirnya mereka datang ke Rumah Sakit sudah

    pada stadium lanjut, ditambah lagi dengan biaya pengobatan yang pastinya cukup

    mahal. Seperti yang diungkapkan oleh Smet (1994) bahwa mahalnya biaya tarif

    pengobatan dijadikan alasan setiap individu untuk tidak menganggap serius

    penyakitnya.

    Bukan hanya masalah biaya pengobatan saja yang menjadi permasalahan

    bagi penderita kanker serviks melainkan dampak pengobatan yang dirasakan,

    seperti dari segi fisik penderita akan kehilangan rahim karena menjalani

    histerektomi, dan gangguan psikilogis seperti : penderita diliputi rasa takut (fear)

    dan depresi (murung), penderita menunjukkan reaksi penolakan (denial), tidak

    yakin bahwa dirinya menderita kanker. Terkadang penderita menjadi panik dan

    melakukan hal-hal yang tidak berarti dan sia-sia. Setelah ini berlalu pada akhirnya

    penderita akan sadar dan menerima kenyataan bahwa jalan hidupnya telah

    berubah. Sedikit banyaknya penderita telah berpikir dan berperasaan lebih realistis

    http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/03/30http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/03/30
  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    18/94

    4

    dan mempercayakan sepenuhnya kepada dokter untuk kelanjutan pengobatannya

    (Taylor, 2009). Oleh karena itu, dalam proses pengobatannya penderita harus

    mempunyai dorongan atau motivasi untuk dapat melaksanakan proses

    pengobatannya. Hanya dengan motivasi yang kuat penderita kanker serviks akan

    menunjukkan minatnya, aktivitasnya, dan partisipasinya di dalam mengikuti

    proses pengobatan.

    Penderita kanker serviks yang memiliki motivasi tinggi atau kuat akan

    berusaha bangkit melawan penyakitnya walaupun harapan untuk sembuh itu tipis,

    sebaliknya jika motivasi penderita itu rendah maka penderita kanker serviks akan

    berputus asa dan tidak mau berusaha melawan penyakitnya. Oleh sebab itu,

    motivasi untuk berobat merupakan sesuatu yang mendorong dan memperkuat

    perilaku serta memberikan arahan dengan tujuan agar penderita dalam

    menghadapi situasi-situasi yang sulit dapat tetap bertahan hidup karena tanpa

    keinginan untuk hidup, tidak ada kemauan bagi penderita untuk meneruskan

    kehidupan.

    Ketika penderita kanker serviks mengalami keterpurukan dengan segala

    permasalahannya baik dari segi fisik maupun reaksi emosional dalam menghadapi

    penyakitnya maka dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh penderita agar dapat

    mententramkan dan menenangkannya. Dengan adanya dukungan sosial penderita

    merasakan penerimaan dari kebersamaan orang-orang di sekitarnya. Dukungan

    sosial ini secara tidak langsung akan mempunyai manfaat emosional yang akan

    memberikan kekuatan pada diri individu untuk berusaha bangkit melawan

    penyakitnya (Jurnal Epidemiologi Indonesia: Volume 3 Edisi 1-1999). Sarafino

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    19/94

    5

    (2006) menyatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan dari

    orang atau kelompok terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya

    bahwa individu tersebut disayangi, diperhatikan, dihargai, dan ditolong. Sumber

    dukungan sosial ini bisa berasal dari keluarga, masyarakat, pihak rumah sakit

    ataupun juga kelompok atau komunitas yang serius mencoba membantu mereka.

    Penelitian yang dilakukan oleh Symister dan Ronald Friend (dalam Jurnal

    Health Psychology, 2003) pada 86 pasien penyakit ginjal kronis yang

    menyimpulkan bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan optimisme dan

    menurunkan depresi pada penderita penyakit kronis. Apakah dukungan sosial

    yang dirasakan oleh penyakit ginjal kronis dapat dirasakan juga oleh penderita

    kanker serviks untuk menggerakkan motivasi agar penderita kanker serviks dapat

    bangkit melawan penyakitnya walau mereka tahu bahwa sebenarnya harapan

    mereka sangat tipis.

    Selain itu, saat penderita kanker serviks ini mengalami shock, takut (fear),

    dan depresi (murung) dalam menghadapi penyakitnya penderita akan berusaha

    mendekatkan diri dengan Tuhan, agar hatinya menjadi tentram dan penuh

    keyakinan dalam menjalani proses pengobatannya. Dengan mendekatkan diri

    kepada Tuhan dapat mengembangkan harapan (hope) dan rasa percaya diri (self

    confidence) pada penderita kanker serviks. Mustika (2008) mengemukakan bahwa

    obat yang paling mujarab adalah ikhlas dan tawakkal kepada Tuhan. Sebab, sikap

    ikhlas dan tawakkal akan membuat penderita kanker serviks merasakan

    ketenangan akan penyakit yang dideritanya.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    20/94

    6

    Penderita kanker serviks yang religius, yang mempunyai hubungan baik

    dengan Tuhan tidak akan merasa penyakitnya sebagai suatu beban yang berat.

    Oleh karena itu Tuhan baginya merupakan penguasa dari nasib dan kematian

    sehingga dia akan bersikap lebih pasrah dan tenang dalam menghadapi

    penyakitnya, juga pemberi kehidupan. Tetapi dalam hal ini memerlukan

    kemantapan iman (keyakinan) dalam hati dan pelaksanaan ajaran agama yang

    teratur dalam kehidupan sehari-hari (Dister, 1993). Namun jika penderita kanker

    serviks tidak memiliki hubungan baik dengan Tuhan, maka akan cenderung

    menyalahkan Tuhan atas penyakitnya, merasa beban penderitaannya bertambah

    dan akan merasakan ketakutan dan kekhawatiran akan kematian. Perasaan-

    perasaan tersebut akan membuat penderita kanker serviks menjadi sangat takut

    (fear) menghadapi penyakitnya.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Howsepian dkk (dalam Jurnal Psyco

    Oncology, 2009) pada 164 penderita kanker ditemukan bahwa hubungan

    keyakinan beragama dan dukungan sosial sangat dirasakan lebih kuat oleh

    penderita kanker. Dalam penelitian ini pun disebutkan pula jika agama

    memainkan peran dalam kehidupan sejumlah besar orang di Amerika yang

    menghadapi stres yang berhubungan dengan penyakit kronis, apalagi psikolog

    kesehatan telah mulai mengeksplorasi secara sistematis peran agama dan spiritual

    dibidang kesehatan dan kematian. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

    oleh Siswanto, dkk (dalam Jurnal Epidemiologi Indonesia, 1999) bahwa

    dukungan sosial dan religiusitas akan memberikan sumbangan cukup berarti

    dalam meningkatkan motivasi kesembuhan pasien penderita kanker. Aspek

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    21/94

    7

    dukungan sosial yang berkorelasi cukup berarti dengan motivasi kesembuhan

    adalah dukungan penghargaan, sedangkan aspek dukungan sosial yang lain

    kurang berperan terhadap motivasi kesembuhan. Tingkat religiusitas memberikan

    peran cukup besar terhadap motivasi kesembuhan pada penderita kanker,

    khususnya aspek pengalaman religiusitas menurut dimensi religiusitas Glock &

    Stark.

    Dari penelitian-penelitian diatas yang menjelaskan pentingnya religiusitas

    dan dukungan sosial terhadap penderita yang mengalami penyakit kronis ditengah

    permasalahan yang di alami oleh penderita penyakit kronis, penulis merasa

    tertarik melakukan replika terhadap penelitian-penelitian diatas. Namun disini

    penulis akan menggunakan alat uji religiusitas dari Fetzer Institute (1999) dan

    akan membuktikan apakah benar dukungan sosial dapat berpengaruh cukup baik

    terhadap motivasi. Hal ini yang mendasari penulis untuk menggabungkan

    beberapa variabel ke dalam satu judul penelitian yaitu : Pengaruh Dukungan

    Sosial dan Religiusitas terhadap Motivasi untuk berobat Pada Penderita

    Kanker Serviks.

    1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1.2.1 Pembatasan masalah

    Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran yang dikehendaki dan supaya

    lebih terarah, maka perlu dilakukannya pembatasan masalah.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    22/94

    8

    Adapun pembatasan masalahnya yakni :

    1. Dukungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan

    yang dirasakan oleh penderita kanker serviks, dari kebersamaan dengan

    orang-orang disekitarnya, seperti : keluarga, teman, dokter maupun

    perawat yang menangani penderita di Rumah Sakit.

    2. Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya keyakinan

    terhadap Tuhan sehingga menimbulkan rasa aman dan tentram jiwa dan

    juga adanya aturan tentang perilaku hidup manusia agar berperilaku

    dengan baik.

    3. Motivasi untuk berobat yang dimaksud peneliti adalah suatu usaha yang

    didasari untuk mempengaruhi tingkah laku individu agar bergerak hatinya

    untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai suatu hasil atau

    tujuan tertentu guna mempertahankan hidupnya.

    4. Penderita kanker serviks yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    wanita dewasa madya (30-60 tahun) yang mengalami kanker serviks

    stadium lanjut yang sedang melakukan pengobatan di Rumah Sakit

    Kanker Dharmais, Jakarta.

    1.2.2 Perumusan masalah

    Masalah yang di teliti dirumuskan sebagai berikut :

    1. Apakah ada pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi

    untuk berobat pada penderita kanker serviks ?

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    23/94

    9

    2. Apakah ada pengaruh dukungan emosi terhadap motivasi untuk berobat

    pada penderita kanker serviks ?

    3. Apakah ada pengaruh dukungan penghargaan terhadap motivasi untuk

    berobat pada penderita kanker serviks ?

    4. Apakah ada pengaruh dukungan instrumental terhadap motivasi untuk

    berobat pada penderita kanker serviks ?

    5. Apakah ada pengaruh dukungan informasi terhadap motivasi untuk

    berobat pada penderita kanker serviks ?

    6. Apakah ada pengaruh dukungan jaringan sosial terhadap motivasi untuk

    berobat pada penderita kanker serviks ?

    7. Apakah ada pengaruh dimensi daily spiritual experiences terhadap

    motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks?

    8. Apakah ada pengaruh dimensivalue terhadap motivasi untuk berobat pada

    penderita kanker serviks ?

    9. Apakah ada pengaruh dimensibelief terhadap motivasi untuk berobat pada

    penderita kanker serviks ?

    10. Apakah ada pengaruh dimensi forgiveness terhadap motivasi untuk

    berobat pada penderita kanker serviks ?

    11. Apakah ada pengaruh dimensiPrivate religious practiceterhadap motivasi

    untuk berobat pada penderita kanker serviks ?

    12. Apakah ada pengaruh dimensi Religious/spiritual coping terhadap

    motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks ?

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    24/94

    10

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1 Tujuan penelitian

    Seseorang selama hidupnya tentu pernah mengalami berbagai peristiwa baik yang

    menggembirakan maupun yang menyedihkan. Setiap saat kita bisa berhadapan

    dengan sesuatu yang tidak terduga-duga dan penyakit yang sulit disembuhkan,

    seperti kanker serviks. Dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

    tentang bagaimana pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi

    untuk berobat pada penderita kanker serviks.

    1.3.2 Manfaat penelitian

    Manfaat penelitian ini dibagi atas dua hal yakni manfaat teoritis dan praktis.

    a. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat menambah dan

    memperdalam wawasan mengenai kanker serviks serta dapat menambah

    khazanah keilmuan bidang psikologi klinis dan psikologi kesehatan.

    b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu para penderita

    kanker serviks dan keluarga, sebagai sumber dukungan sosial yang paling

    utama agar lebih memperhatikan diri mereka. Selain itu penelitian ini juga

    diharapkan dapat memberikan masukan pada orang-orang yang concern

    membantu penderita kanker serviks. Sebagai contoh adalah komunitas-

    komunitas kanker yang ingin membantu para penderita untuk lebih

    memberikan dukungan sosial kepada mereka. Juga peran religiusitas

    terhadap penderita yang mengalami kanker serviks agar lebih

    mendekatkan diri kepada Tuhan, karena dibalik semua permasalahan yang

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    25/94

    11

    dialami oleh penderita kanker serviks pasti ada hikmah yang tersembunyi

    didalamnya. Dan yang terakhir semoga yang telah membaca penelitian ini

    bisa lebih berhati-hati dan mencegah terjadinya kanker serviks pada

    dirinya.

    1.4 Sistematika Penulisan

    Penelitian ini menggunakan tekhnik penulisan American Psychological

    Association (APA)Style. Dan secara garis besar sistematika penulisan ini adalah:

    BAB 1 : PENDAHULUAN

    Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,

    pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

    serta sistematika penulisan.

    BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam bab ini dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan isi

    skripsi sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam

    penelitian skripsi, yaitu:

    1. Motivasi : pengertian motivasi, teori motivasi dan harapan, jenis-

    jenis motivasi, fungsi-fungsi motivasi, faktor-faktor yang

    mempengaruhi motivasi, pengukuran motivasi, motivasi berobat

    pada penderita kanker serviks.

    2. Dukungan Sosial : pengertian dukungan sosial, sumber dukungan

    sosial, jenis-jenis dukungan sosial, efek dukungan sosial,

    dukungan sosial pada penderita kanker serviks.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    26/94

    12

    3. Religiusitas : pengertian religiusitas, aspek-aspek

    religiusitas/dimensi-dimensi religiusitas.

    4. Aspek-aspek psikologis yang terjadi pada penderita kanker

    serviks.

    5. Kerangka berfikir dan Hipotesis penelitian.

    BAB 3: METODE PENELITIAN

    Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang metode penelitian yaitu:

    populasi dan sampel, definisi operasional variabel, pengumpulan data,

    hasil uji coba instrument penelitian, metode analisis data, prosedur

    penelitian,

    BAB 4: HASIL PENELITIAN

    Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang hasil penelitian pada saat

    penulis dilapangan, yaitu : gambaran umum subyek penelitian dan uji

    hipotesis penelitian.

    BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

    Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai kesimpulan dari

    penelitian, diskusi dan saran yang terdiri dari saran teoritis dan juga

    saran praktis.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    27/94

    13

    BAB II

    Kajian Teori

    2.1 Motivasi

    2.1.1 Pengertian motivasi

    Motivasi mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Motivasi

    berasal dari kata motif, motif merupakan dasar seseorang melakukan sesuatu.

    Menurut Suryabrata (2005) motif adalah keadaan dalam pribadi setiap individu

    yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

    guna mencapai suatu tujuan. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Purwanto

    (1990) yang mendefinisikan motif sebagai suatu dorongan yang timbul dalam diri

    individu yang menyebabkan individu tersebut mau bertindak atau melakukan

    sesuatu. Dari beberapa definisi mengenai motif dapat diambil suatu kesimpulan

    bahwa motif adalah dorongan yang ada dalam diri individu untuk melakukan

    suatu tindakan atau aktivitas.

    Berawal dari kata motif itulah maka motivasi dapat diartikan sebagai suatu

    usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku individu agar tergerak

    hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga akan mencapai hasil ataupun juga

    tujuan tertentu

    Mangkunegara (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi

    (energi) yang menggerakkan dalam diri individu yang terarah untuk mencapai

    suatu tujuan. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006) istilah motivasi diartikan

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    28/94

    14

    sebagai satu variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor

    tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan,

    dan menyalurkan tingkah laku menuju sasaran. Menurut Wirawan (2000),

    motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk pada seluruh proses

    gerakan, termasuk didalamnya situasi yang mendorong timbulnya tindakan atau

    tingkah laku individu. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Woolfolk (2004) yang

    menjelaskan bahwa motivasi adalah kegiatan internal yang bersifat membangun,

    langsung, dan menimbulkan tingkah laku yang terdiri dari kebutuhan (needs),

    minat (interest), kesenangan (enjoyment), hadiah (reward), dan hukuman

    (punishment).

    Berdasarkan uraian di atas penulis menarik kesimpulan bahwa motivasi

    adalah suatu dorongan dalam diri individu agar mampu mencapai suatu tujuan

    guna mencapai pemuasan kebutuhan.

    2.1.2 Teori motivasi dan harapan

    Menurut Teori Ekspektasi (Expectancy Theory) oleh Vroom (dalam Pace dkk,

    2006) motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai individu dan

    individu tersebut memperkirakan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil

    yang diinginkannya, bisa juga berarti kemungkinan subyektif dari usaha yang

    memberikan hasil.

    Jadi motivasi merupakan akibat dari suatu hasil yang ingin dicapai oleh

    individu dan individu tersebut memperkirakan bahwa tindakannya akan mengarah

    kepada hasil yang diinginkannya. Artinya, apabila setiap individu sangat

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    29/94

    15

    menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya,

    individu tersebut akan berupaya mendapatkannya.

    Menurut Pace, dkk (2006), bahwa jika individu menginginkan sesuatu dan

    harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, maka individu tersebut akan

    sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika

    harapan memperoleh hal yang dinginkannya itu tipis, motivasi untuk berupaya

    akan menjadi rendah.

    2.1.3 Aspek-aspek motivasi

    Individu dapat dikatakan mempunyai motivasi yang tinggi dilihat dari

    kemampuannya serta usahanya guna mencapai suatu tujuan. Dalam kaitannya

    dengan hal diatas, Woolfolk (2004) membedakan motivasi menjadi 2 aspek yaitu :

    a. Motivasi intrinsik

    Suryabrata (2005) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah suatu

    motif yang sudah berada dalam diri individu tanpa adanya rangsangan dari

    luar. Sedangkan menurut Pintrich & Schunk (1996) yang dimaksud

    dengan motivasi intrinsik adalah dorongan untuk terlibat dalam suatu

    aktivitas demi aktivitas itu sendiri. Individu yang memiliki motivasi

    intrinsik terdorong untuk mengerjakan suatu aktivitas/tindakan

    dikarenakan adanya perasaan menyenangkan (enjoyable) yang dirasakan.

    Adapun sumber motivasi intrinsik menurut Woolfolk (2004) meliputi

    kebutuhan (needs), minat (interest), kesenangan (enjoyment), dan rasa

    ingin tahu (curiosity). Dalam motivasi intrinsik tidak perlu lagi adareward

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    30/94

    16

    dan punishment bagi individu untuk melaksanakan aktifitasnya. Karena

    dorongan yang muncul murni berasal dari dalam diri individu. Menurut

    kesimpulan peneliti bahwa motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam

    diri individu untuk melakukan tindakan atau aktivitas guna mencapai

    tujuan (goal) tanpa perlu adanya rewardataupunishment. Misal, penderita

    kanker serviks ingin melakukan pengobatan karena memang penderita

    ingin melakukannya bukan atas dorongan dari luar penderita, seperti :

    keluarga/kerabat atau bukan juga dikarenakan akan mendapatrewardatau

    punishment.

    b. Motivasi ekstrinsik

    Suryabrata (2005) mengemukakan bahwa pada dasarnya motivasi

    ekstrinsik terjadi apabila individu melakukan sesuatu yang disebabkan

    oleh adanya rangsangan dari luar. Menurut Pintrich & Schunk (1996) yang

    dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk terlibat dalam

    suatu aktivitas sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Pada motivasi

    ekstrinsik ini individu melakukan aktifitas atas dasar nilai yang terkandung

    dalam objek yang menjadi sasaran atau tendensi tertentu. Sumber motivasi

    ekstrinsik menurut Woolfolk (2004) meliputi imbalan (rewards), tekanan

    sosial (social pressure), dan penghindaran diri dari hukuman

    (punishment).

    Menurut kesimpulan peneliti motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang

    mengerakkan individu untuk terlibat dalam suatu aktivitas guna mencapai

    suatu tujuan.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    31/94

    17

    Dari penjelasan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi

    sebagai suatu yang kompleks dimana motivasi merupakan penggerak individu

    melakukan suatu perbuatan yang mengarah pada suatu tujuan. Dorongan ini bisa

    berasal dari dalam diri (intrinsik) dan juga dari luar diri individu (ekstrinsik).

    2.1.4 Fungsi-fungsi motivasi

    Menurut Najati (dalam Rahman dkk, 2004) serta Purwanto (1990) motivasi

    memiliki tiga komponen pokok yaitu :

    a. Menggerakkan, yakni menimbulkan kekuatan pada individu, serta

    mendorong untuk bertindak dengan cara tertentu.

    b. Mengarahkan, yakni mengarahkan tingkah laku untuk mencapai suatu

    tujuan. Apabila sasaran atau tujuan tersebut merupakan sesuatu yang

    diinginkan individu, maka motivasi berperan mendekatkan (approach

    motivation), dan apabila tujuan tersebut tidak diinginkan oleh individu,

    maka motivasi berperan menjauhkan sasaran atau tujuan (avoidance

    motivation).

    c. Menopang, yakni menjaga dan menopang tingkah laku dimana lingkungan

    sekitar harus menguatkan intensitas serta arah dorongan-dorongan dan

    kekuatan individu.

    Dari penjelasan diatas dapat diketahui tentang fungsi-fungsi motivasi. Tiga

    fungsi tersebut sangat penting peranannya bagi individu untuk mencapai apa yang

    diinginkan guna mencapai suatu tujuan.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    32/94

    18

    2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

    Menurut Handoko (1998) dan Widyatun (1999), ada dua faktor yang

    mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

    a. Faktor internal

    Faktor internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri manusia,

    biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga

    menjadi puas. Faktor internal meliputi :

    1. Faktor fisik

    Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik

    penderita kanker serviks.

    2. Faktor proses mental

    Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tetapi

    ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut.

    Penderita kanker serviks dengan keadaan mental yang shock saat

    mengetahui penyakitnya sudah memasuki stadium lanjut, mereka akan

    cenderung tidak bisa mengontrol emosinya tetapi disaat penderita

    kanker serviks itu sudah bisa menerima kondisi dirinya maka mereka

    akan memiliki pandangan hidup yang positif serta memiliki keyakinan

    diri bahwasanya mereka akan mampu mengatasi kecemasannya dan

    selalu berfikir optimis untuk dapat melawan penyakit yang

    dideritanya.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    33/94

    19

    3. Faktor hereditas

    Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe kepribadian

    yang secara hereditas dibawa sejak lahir. Ada tipe kepribadian tertentu

    yang mudah termotivasi atau sebaliknya. Orang yang mudah sekali

    tergerak motivasinya, akan dengan cepat bereaksi terhadap apa yang

    menimpa dirinya. Sebaliknya ada yang hanya bereaksi apabila

    menghadapi kejadian-kejadian yang memang sungguh penting.

    4. Keinginan dalam diri

    Misalnya keinginan untuk bisa merasakan kehidupan yang lebih lama,

    ingin berlama-lama merasakan berada didalam sebuah keluarga dll.

    b. Faktor eksternal

    Faktor eksternal adalah factor motivasi yang berasal dari luar diri

    seseorang yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan.

    Faktor eksternal ini meliputi :

    1. Faktor lingkungan

    Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar pengguna napza baik

    fisik, psikologis, maupun social (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan di

    dalam Rumah Sakit sangat berpengaruh terhadap motivasi penderita

    kanker serviks. Lingkungan Rumah Sakit yang tidak mendukung dan

    kurang kondusif akan membuat stress bertambah.

    2. Dukungan sosial

    Gottlieb (1983) menyatakan bahwa bentuk perilaku dukungan social

    terdiri dari informasi dan nasehat verbal dan non verbal, bantuan

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    34/94

    20

    nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban social atau didapat

    karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau

    efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan sosial sangat

    mempengaruhi dalam memotivasi penderita kanker serviks untuk

    dapat bangkit melawan penyakitnya, meliputi dukungan emosional,

    dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi

    dan dukungan jaringan sosial (Cohen & McKay dalam Sarafino,

    2002).

    3. Fasilitas

    Ketersediaan fasilitas yang menunjang pengobatan penderita kanker

    serviks tersedia, mudah terjangkau menjadi motivasi penderita kanker

    serviks untuk dapat berobat dengan maksimal.termasuk dalam fasilitas

    adalah ketersediannya sumber biaya yang mencukupi bagi pengobatan

    penderita kanker serviks.

    4. Media

    Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan atau info

    (Sugiono, 1999). Adanya media ini membuat penderita kanker serviks

    menjadi lebih tahu tentang penyakitnya dan pada akhirnya dapat

    menjadi motivasi untuk dapat melakukan pengobatan.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    35/94

    21

    2.1.6 Pengukuran motivasi

    Menurut Pintrich & Schunk (1996), motivasi dapat diukur dengan berbagai

    macam cara, antara lain sebagai berikut :

    1. Pengamatan langsung

    Pada pengukuran ini, perilaku individu diamati secara langsung. Metode

    ini merupakan indikator yang valid bagi motivasi, namun mengabaikan

    proses kognitif dan afektif yang mendasari munculnya tingkah laku yang

    termotivasi tadi.

    2. Penilaian orang lain

    Dengan cara ini, sejumlah pengamat (misalnya dokter, perawat, keluarga)

    menilai penderita berdasarkan beberapa karakteristik yang menunjukkan

    adanya motivasi. Dengan metode ini, pengamat lebih objektif dalam

    menilai penderita dibandingkan jika penderita menilai dirinya sendiri.

    Selain itu, metode ini juga melengkapi metode pengamatan langsung

    dengan melibatkan proses motivasional yang mendasari perilaku. Namun

    dibandingkan dengan pengamatan langsung, validitas metode ini rendah

    karena melibatkan ingatan pengamat dan penarikan kesimpulan atas

    perilaku penderita.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    36/94

    22

    3. Self Inventory(Lapor Diri)

    Lapor diri melibatkan penilaian dan pernyataan individu tentang diri

    mereka sendiri. Metode lapor diri ini terdiri beberapa tipe, diantaranya

    adalah :

    a. Kuesioner

    Dalam kuesioner, responden diberikan sejumlah pertanyaan mengenai

    perilaku dan keyakinannya. Pertanyaan ini bisa berupa pertanyaan

    terbuka dan tertutup.

    b. Wawancara

    Dalam wawancara, sejumlah pertanyaan diberikan oleh pewawancara

    dan diwajibkan secara verbal oleh responden. Metode ini digunakan

    jika peneliti ingin mengetahui perasaan dan keyakinan individu lebih

    mendalam.

    c. Stimulated Recall

    Dalam stimulated recall, responden dihadapkan pada suatu situasi

    dimana ia diberikan suatu tugas, seperti menjalankan kemoterapi dan

    perilaku responden selama pengerjaan tugas akan diamati.

    d. Think Alouds

    Dalam metode ini, responden diberikan suatu tugas, seperti kemoterapi

    dan responden diminta untuk mengucapkan pikiran, perilaku dan

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    37/94

    23

    emosi yang dirasakan selama mengerjakan tugas. Metode ini sangat

    bergantung pada verbalisasi yang dilakukan oleh responden.

    e. Dialog

    Dialog adalah percakapan antara dua orang atau lebih, dimana

    percakapan tersebut dicatat dan dianalisis untuk mengetahui

    pernyataan-pernyataan motivasi yang terdapat dalam percakapan.

    2.1.7 Motivasi berobat pada penderita kanker serviks

    Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah motivasi untuk berobat. Dari

    penjabaran tentang motivasi, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi

    adalah dorongan dasar yang menggerakkan individu untuk bertingkahlaku guna

    mencapai pemuasan kebutuhan. Motivasi dapat juga diartikan sebagai proses

    melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan keinginannya. Jadi bisa dikatakan

    bahwa motivasi terjadi apabila individu mempunyai keinginan dan kemauan

    untuk melakukan suatu tindakan tertentu.

    Sedangkan menurut penulis berobat sendiri dapat diartikan sebagai

    pengaturan dalam diri individu untuk melawan penyakitnya atau

    ketidakseimbangan. Atau dapat juga dikatakan sebagai kegiatan atau aktivitas

    yang dilakukan oleh individu dalam rangka mencapai status seimbang bagi

    tubuhnya.

    Ketidakseimbangan yang terjadi pada penderita kanker serviks adalah

    menderita suatu penyakit yang tentunya berdampak bagi kondisi fisik maupun

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    38/94

    24

    psikisnya. Beberapa penderita kanker serviks mencoba mengubah kondisi

    ketidakseimbangan tersebut dengan memunculkan suatu dorongan yang ada

    dalam diri mereka. Salah satunya adalah dorongan untuk berobat. Diharapkan

    dengan adanya dorongan untuk berobat membuat penderita kanker serviks lebih

    baik dari keadaan sebelumnya dan mempertahankan hidupnya. Dorongan-

    dorongan tersebut bisa berasal dari dukungan yang dirasakan penderita saat

    melakukan pengobatan.

    Dorongan untuk berobat ini sangat penting bagi aspek psikologis penderita

    yang tentunya akan berpengaruh bagi kondisi fisik penderita. Dorongan-dorongan

    tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri (internal)

    maupun luar diri (eksternal) para penderita.

    Dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah motivasi untuk berobat

    dalam kaitannya dengan dukungan sosial dan religiusitas pada penderita kanker

    serviks. Motivasi untuk berobat adalah suatu usaha yang didasari untuk

    mempengaruhi tingkah laku individu agar bergerak hatinya untuk bertindak

    melakukan sesuatu sehingga mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu guna

    mempertahankan hidupnya. Penderita kanker serviks yang memiliki motivasi

    untuk berobat umumnya dapat dilihat dari keseriusannya untuk melakukan

    pengobatan dan mencari informasi sebanyak mungkin mengenai penyakitnya.

    Motivasi atau semangat hidup merupakan hal yang sangat penting bagi

    seseorang yang sedang menderita penyakit kanker serviks sehingga

    mengharuskannya melakukan berbagai pengobatan. Motivasi sendiri sebagai

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    39/94

    25

    bentuk dorongan untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki, dengan kata lain

    motivasi merupakan penyemangat yang timbul dari dirinya sendiri ataupun

    dengan bantuan pihak lain sebagai motivator bagi dirinya sendiri.

    Motivasi intrinsik mengarah pada kepuasan dalam melakukan suatu

    kegiatan. Motivasi intrinsik ini dapat menjadikan seseorang merasa tidak terpaksa

    dalam mengikuti suatu aktivitas, karena dorongan yang muncul murni berasal dari

    dalam individu itu sendiri. Pada penderita kanker serviks yang memiliki motivasi

    intrinsik melakukan berbagai pengobatan karena memang penderita ingin

    melakukannya, bukan karena stimulus eksternal misalnya diberikan suatu

    penghargaan pada dirinya (mendapat pujian dari keluarga karena telah mau

    mengikuti terapi), tetapi menurut hemat penulis selain mengarah kepada kepuasan

    penderita dalam melakukan suatu aktivitas ataupun tindakan religiusitaspun

    termasuk didalam intrinsik setiap manusia karena religiusitas merupakan

    pemahaman setiap individu terhadap agamanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik

    lebih mengarah pada suatu kegiatan yang dipengaruhi stimulus dari luar.

    Penderita yang mempunyai motivasi ekstrinsik akan melakukan serangkaian

    pengobatan lebih didorong oleh stimulus eksternal, sebagai contohnya karena

    dipaksa berobat oleh keluarga ataupun juga mengikuti sebuah komunitas kanker

    yang memberikan dukungan sosial bagi dirinya dan juga memiliki teman senasib

    dengannya.

    Woolfolk (2004) menyebutkan bahwa motivasi ekstrinsik di dorong oleh

    stimulus eksternal yaitu dukungan sosial (keluarga, dokter maupun perawat),

    Siswanto dkk (1999) pun dalam penelitiannya menyebutkan bahwa faktor

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    40/94

    26

    eksternal yang mempengaruhi motivasi adalah dukungan sosial karena dengan

    adanya dukungan sosial penderita akan merasakan kebersamaan dengan orang-

    orang disekitarnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Petra Symister dkk

    (2002) bahwa dukungan sosial juga dapat meningkatkan optimisme dan

    menurunkan depresi pada penderita penyakit kronis. Untuk membuktikan

    pentingnya peran dukungan sosial terhadap motivasi maka penulis akan

    membahas mengenai dukungan sosial secara lebih rinci dibawah ini.

    2.2 Dukungan Sosial

    2.2.1 Pengertian dukungan sosial

    Setiap manusia pasti membutuhkan bantuan ataupun peranan orang lain dalam

    hidupnya. Hal ini dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan satu

    sama lainnya. Kebutuhan manusia itu banyak macamnya. Mulai dari kebutuhan

    fisik, kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikis, itu semua tentu tidak akan mungkin

    terpenuhi tanpa bantuan dari orang lain. Jika seseorang sedang menghadapi

    masalah baik ringan ataupun berat, keberadaan orang lain disampingnya tentu

    akan sangat berdampak bagi orang tersebut. Efek atau peranan positif ini

    dinamakan dukungan sosial. Misal, ketika seseorang menderita sakit, keluarga

    yang datang untuk menjenguknya serta menemaninya selama proses pengobatan

    berlangsung merupakan sumber dukungan bagi dirinya. Dukungan sosial dari

    orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketentraman hidupnya,

    seperti : dokter, perawat atau komunitas yang memang fokus dan perduli terhadap

    penderita kanker serviks.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    41/94

    27

    Banyak definisi mengenai dukungan sosial yang dikemukakan para ahli.

    Sheridan dan Radhmacer (1992) yang menekankan pengertian dukungan sosial

    sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain. Social

    support is the resources provided to us through our interaction with other

    people.

    Sarafino (2006) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu kepada

    kesenangan yang dirasakan bahwa adanya penerimaan dari orang atau kelompok

    terhadap individu yang menimbulkan persepsi dalam dirinya bahwa ia disayangi,

    diperhatikan, dihargai, dan ditolong.

    Pendapat lainnya dikemukakan oleh Gottlieb (dalam Smet, 1994) yang

    mendefinisikan : Dukungan sosial sebagai informasi verbal atau non-verbal,

    saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan orang-orang yang

    akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran

    dalam hal-hal yang memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada

    tingkah laku penerimanya.

    Sependapat dengan pengertian lainnya menurut Taylor (2009) dukungan

    sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan,

    memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan

    komunikasi dan kewajiban bersama. Social support is information from others

    that one is loved and cared for, esteemed and valued. And part of a network of

    communication and mutual obligation.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    42/94

    28

    Cobb (dalam Smet 1994:136) dukungan sosial itu terdiri atas informasi

    yang menuntun orang meyakini bahwa ia diurus dan disayangi. Setiap informasi

    apapun dari lingkungan sosial yang mempersiapkan persepsi subyek bahwa ia

    penerima efek positif, penegasan, atau bantuan, menandakan ungkapan dukungan

    sosial.

    Menurut Cohen & Wills (dalam Davidson dkk, 2006) bahwa dukungan

    sosial memiliki dua aspek utama, yaitu dukungan sosial struktural dan dukungan

    sosial fungsional. Dukungan sosial struktural menyangkut jaringan hubungan

    sosial yang dimiliki individu, misalnya status pernikahan dan jumlah teman yang

    dimiliki. Dukungan sosial fungsional lebih menekankan pada kualitas hubungan

    sosial yang dimiliki. Misal, sejauh mana individu percaya bahwa dirinya memiliki

    teman-teman yang akan membantunya pada saat dibutuhkan.

    Dari beberapa definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan

    sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik

    dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai,

    diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu

    kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.

    2.2.2 Sumber dukungan sosial

    Menurut Gottlieb (1983) terdapat tiga sumber dukungan sosial diantaranya :

    a. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional

    (significant other) seperti : keluarga, teman dekat atau rekan kerja.

    Hubungan dengan kalangan non-profesional merupakan hubungan yang

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    43/94

    29

    menempati bagian terbesar dari kehidupan seorang individu dan menjadi

    sumber dukungan sosial yang sangat potensial karena lebih mudah

    diperoleh, bebas dari biaya finansial dan berakar pada keakraban yang

    cukup lama.

    b. Profesional, seperti : psikolog, dokter, dan perawat.

    c. Kelompok-kelompok dukungan sosial

    Kelompok pendukung (support group) merupakan suatu kelompok kecil

    yang melibatkan suatu interaksi langsung dari para anggotanya,

    menekankan pada partisipasi individu yang hadir secara sukarela yang

    bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan pemecahan masalah

    dalam menolong anggota-anggota kelompok menghadapi masalah, serta

    menyediakan dukungan emosi kepada para anggotanya.

    2.2.3 Aspek-aspek dukungan sosial

    Aspek-aspek didalam dukungan sosial merupakan suatu cara yang diwujudkan

    bisa dalam bentuk ekspresi, ungkapan atau perwujudan bantuan dari individu

    yang satu ke individu yang membutuhkan. Cohen & McKay (dalam Sarafino,

    2002) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk, yaitu :

    a. Dukungan Emosi

    Dukungan emosi adalah suatu bentuk dukungan yang diekspresikan

    melalui perasaan positif yang berwujud empati, perhatian, dan kepedulian

    terhadap individu yang lain. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan

    perasaan nyaman, perasaan dilibatkan, dan dicintai oleh individu yang

    bersangkutan.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    44/94

    30

    b. Dukungan Penghargaan

    Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan, penghargaan atau

    penilaian yang positif untuk individu, dorongan untuk maju dan pemberian

    semangat, dan juga perbandingan positif individu dengan orang lain.

    Dukungan ini menitik beratkan pada adanya ungkapan penilaian yang

    positif atas individu dan penerimaan individu apa adanya. Bentuk

    dukungan ini membentuk perasaan dalam diri individu bahwa ia berharga,

    mampu dan berarti.

    c. Dukungan instrumental

    Merupakan suatu bentuk dukungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk

    bantuan langsung misalnya pemberian dana atau pemberian bantuan

    berupa tindakan nyata atau benda.

    d. Dukungan informasi

    Dukungan ini dapat diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat atau

    saran, pengarahan, pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan

    individu.

    e. Dukungan jaringan sosial

    Hubungan jenis ini menggambarkan bentuk hubungan persahabatan yang

    memungkinkan individu melakukan aktivitas sosial.

    Dari definisi mengenai aspek-aspek dukungan sosial, maka dapat ditarik

    kesimpulan bahwa dukungan yang diperlukan dan diterima individu tergantung

    pada keadaan dan situasi stres yang dialami. Kelima aspek-aspek dukungan

    sosial di ataslah yang penulis pilih untuk penelitian ini. Diharapkan aspek-aspek

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    45/94

    31

    dukungan sosial ini dapat berpengaruh cukup besar terhadap motivasi berobat

    penderita kanker serviks.

    2.2.4 Efek dukungan sosial

    Sarafino (2006) mengemukakan bahwa ada dua model peranan dukungan sosial

    dalam kehidupan manusia, yaitu model efek langsung (direct effect) dan model

    efek pelindung (buffering effect). Dalam model efek langsung (direct effect),

    dukungan sosial berperan dalam meningkatkan kesejahteraan individu walaupun

    individu tersebut tidak dalam keadaan stres. Model ini menekankan pada struktur

    dukungan, seperti jumlah orang dalam jaringan sosial atau kegiatan yang ada

    dalam kegiatan sosial.

    Pada efek pelindung (buffering effect), dukungan sosial memiliki peranan

    untuk melindungi individu dari efek negatif akibat stres. Model ini menekankan

    pada fungsi dukungan yang dirasakan individu dalam hubungan sosialnya. Kedua

    model ini pada akhirnya menekankan bahwa dukungan sosial memiliki peranan

    dalam melemahkan efek negatif dari kondisi dan situasi stres terhadap

    kesejahteraan mental individu.

    2.2.5 Dukungan sosial pada penderita kanker serviks

    Ketika seorang individu divonis dokter menderita penyakit kronis, maka individu

    tersebut pasti merasakan sebuah ketakutan yang terjadi pada dirinya. Disaat itulah

    mereka membutuhkan dorongan yang dapat menjadikan penyemangat dalam

    hidupnya. Semangat itulah yang dapat menumbuhkan keyakinan pada dirinya

    untuk terus berusaha maju dalam melawan penyakitnya. Semangat atau dorongan

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    46/94

    32

    tersebut bukan berasal hanya dari dirinya sendiri ataupun keluarga terdekat

    melainkan juga dari orang yang dipercaya dalam menangani penyakitnya tersebut

    baik dokter, perawat, maupun juga sebuah komunitas yang concern terhadap

    penyakitnya.

    Menurut Dizon dkk (2011) dengan melibatkan keluarga dan dukungan

    sosial dapat membantu penderita kanker serviks dalam menghadapi saat yang

    amat sulit dalam hidup penderita kanker serviks. Dukungan sosial adalah

    pengaruh positif yang diberikan oleh keluarga, dokter, perawat maupun juga

    sebuah komunitas terhadap penderita kanker serviks dalam mendukung semua hal

    yang berkaitan dengan pengobatannya.

    Peran dukungan sosial amatlah penting bagi penderita, karena dengan

    adanya kebersamaan dengan orang-orang disekitar penderita, penderita akan

    merasa bahwa ia disayangi, dihargai dan mendapatkan suatu kepedulian terhadap

    penyakit yang dideritanya. Dukungan sosial merupakan andil yang besar dalam

    menentukan status pengobatan penderita. Jika dukungan-dukungan tersebut

    mengharapkan penderita untuk berobat, mendukung bahkan memperlihatkan

    dukungannya dalam berbagai hal, maka penderita akan merasa lebih percaya diri,

    lebih bahagia dan siap dalam menjalani semua pengobatannya.

    Merujuk pada efek pelindung bahwa dukungan sosial mempengaruhi

    kesehatan dengan cara melindungi individu dari efek negatif stress. Perlindungan

    ini akan efektif hanya ketika individu menghadapi stressor yang berat.

    Berdasarkan paparan diatas, dukungan sosial yang diberikan kepada penderita

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    47/94

    33

    kanker serviks dapat menumbuhkan perasaan percaya diri, disayangi, bersemangat

    sehingga dapat mempengaruhi motivasi berobat penderita kanker serviks.

    Selain dukungan sosial yang dirasakan sangatlah penting bagi penderita,

    penderita yang religiuspun akan senantiasa lebih mendekatkan diri kepada Maha

    Pencipta yaitu Tuhan. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan diharapkan

    penderita kanker serviks lebih tentram, berpikiran positif dan ikhlas dalam

    menghadapi penyakitnya. Untuk lebih jelasnya mengenai Religiusitas penderita

    kanker serviks, penulis akan membahasnya secara rinci dibawah ini.

    2.3 Religiusitas

    2.3.1 Pengertian religiusitas

    Menurut Chaplin (2008) religion adalah satu sistem yang kompleks dari

    kepercayaan, keyakinan, sikap-sikap, dan upacara-upacara yang menghubungkan

    individu dengan satu keberadaan atau makhluk yang bersifat ketuhanan.

    Agama dalam pengertian Glock & Stark (dalam Ancok, 1994), adalah

    sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang

    terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang

    dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).

    Selanjutnya Fetzer (1999) juga mendefinisikan religiusitas adalah sesuatu

    yang lebih menitik beratkan pada masalah perilaku, sosial, dan merupakan sebuah

    doktrin dari setiap agama atau golongan. Karenanya doktrin yang dimiliki oleh

    setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    48/94

    34

    Dari berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah

    adanya keyakinan terhadap Tuhan sehingga menimbulkan rasa aman dan tentram

    jiwa dan juga adanya aturan tentang perilaku hidup manusia agar berperilaku

    dengan baik.

    2.3.2 Dimensi-Dimensi Religiusitas

    Keberagaman atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan

    manusia. Aktivitas beragama tidak terjadi pada saat individu melakukan perilaku

    ritual (beribadah) saja, namun juga ketika melakukan aktivitas yang tampak dan

    dapat dilihat oleh mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi didalam

    hati individu (dalam Ancok, 1994). Dalam sebuah laporan penelitian yang

    diterbitkan oleh John E. Fetzer Institute (1999) yang berjudul Multidimensional

    Measurement of Religiousness, Spirituality for Use in Health Research

    menjelaskan dua belas dimensi religiusitas, tetapi disini penulis hanya akan

    menjelaskan enam dimensi saja, dikarenakan penulis hanya ingin melihat peran

    agam dalam mempengaruhi tingkah laku individu dan bagaimana cara individu

    tersebut bersosialisasi didalam kehidupannya :

    a. Daily Spiritual Experiences

    Underwood (dalam Fetzer Institute, 1999) menjelaskan bahwa dimensi ini

    memandang dampak agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

    Dalam hal ini Daily Spiritual Experiences merupakan persepsi individu

    terhadap sesuatu yang berkaitan dengan transenden dalam kehidupan

    sehari-hari dan persepsi terhadap interaksinya pada kehidupan tersebut,

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    49/94

    35

    sehingga Daily Spiritual Experiences lebih kepada pengalaman

    dibandingkan kognitif. Konsep Daily Spiritual Experiences yang

    diungkapkan oleh Underwood (dalam Fetzer Institute 1999) sama halnya

    dengan Dimensi Pengalaman yang diungkapkan oleh Glock & Stark

    (dalam Ancok, 1994) bahwa pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan,

    persepsi-persepsi, dan esensi-esensi yang dialami individu atau

    didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan yang melihat komunikasi

    walaupun kecil dalam suatu esensi keTuhanan.

    b. Value

    Menurut Idler (dalam Fetzer Institute, 1999) value adalah pengaruh

    keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti mengajarkan tentang nilai

    cinta, saling menolong, saling melindungi, dan sebagainya.

    c. Belief

    Konsep belief menurut Idler (dalam Fetzer Institute, 1999) merupakan

    sentral dari religiusitas. Religiusitas merupakan keyakinan akan konsep-

    konsep yang dibawa oleh suatu agama. Dalam bahasa Indonesia belief

    disebut keimanan, yakni kebenaran yang diyakini dengan hati dan

    diamalkan dengan perbuatan. Dimensi belief dalam hal ini sama dengan

    dimensi ideologi (keyakinan) menurut Glock & Stark (dalam Ancok,

    1994) bahwa yang menjadi dasar adanya keyakinan adalah hubungan

    Tuhan, manusia, dan alam. Setiap agama mempertahankan keyakinan di

    mana penganutnya diharapkan taat.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    50/94

    36

    d. Forgiveness

    Dimensi ini maksudnya adalah suatu tindakan memaafkan dan bertujuan

    untuk memaafkan orang yang melakukan kesalahan dan berusaha keras

    untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan, dan cinta.

    Menurut Idler (dalam Fetzer Institute, 1999) forgiveness mencakup lima

    dimensi turunan, yaitu:

    1. Pengakuan dosa (Confession).

    2. Merasa diampuni oleh Tuhan (feeling forgivene by God.)

    3. Merasa dimaafkan oleh orang lain (feeling forgiven by others).

    4. Memaafkan orang lain (forgiving others).

    5. Dan memaafkan diri sendiri (forgiving one self)

    Sedangkan menurut Kendler dkk (2003) Dimensi Forgiveness

    mengambarkan pendekatan kepedulian, rasa kasih sayang, dan saling

    maafmemaafkan. Dimensi ini merefleksikan sikap, perhatian, kasih

    sayang, dan pendekatan memaafkan kepada dunia. Berbeda dengan Idler

    yang mengatakan bahwa salah satu dimensi turunan dari forgiveness

    adalah merasa diampuni oleh Tuhan, sedangkan dalam Kendler faktor

    forgiveness tidak menampakkan istilah Tuhan.

    e. Private religious practice

    Menurut Levin (dalam Fetzer Institute, 1999) dimensi ini merupakan

    perilaku beragama dalam praktek agama meliputi ibadah, mempelajari

    kitab, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan religiusitasnya.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    51/94

    37

    Menurut Glock & Stark (dalam Ancok, 1994) dimensi ini disebut Dimensi

    Praktik Agama, karena mencakup mengenai ketaatan dan hal-hal yang

    dilakukan individu untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang

    dianutnya. Praktik-praktik keberagaman menurutnya terdiri atas :

    1. Ritual, dapat mengetahui sejauh mana setiap individu dalam

    mengerjakan kegiatan-kegiatan ibadahnya sebagaimana yang

    diperintahkan oleh agamanya.

    2. Ketaatan. Apabila aspek ritual lebih formal dan khas publik, berbeda

    dengan ketaatan yang lebih kepada diri pribadi setiap individu

    mengerjakan kegiatan ibadahnya sebagaimana yang diperintahkan oleh

    agamanya.

    f. Religious/spiritual coping

    Menurut Pargament (dalam Fetzer Institute, 1999) bahwa religious/spiritual

    coping merupakan coping stress dengan menggunakan pola dan metode

    religius. Seperti dengan berdoa, beribadah untuk menghilangkan stres, dan

    sebagainya. Pargament (dalam Fetzer Institute, 1999) menjelaskan bahwa ada

    tiga jeniscopingsecara religius, yaitu:

    1. Deferring Style, yaitu meminta penyelesaian masalah kepada Tuhan

    saja. Yaitu dengan cara berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan

    menolong hamba-Nya dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan.

    2. Colaborative Style, yaitu hamba meminta solusi kepada Tuhan dan

    hambanya senantiasa berusaha untuk melakukancoping.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    52/94

    38

    3. Self-directing Style, yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam

    menjalankancoping.

    Diharapkan dimensi yang penulis pilih dapat berpengaruh cukup besar

    terhadap Motivasi untuk berobat pada penderita kanker serviks.

    2.4 Aspek-aspek psikologis yang terjadi pada penderita kanker serviks

    Cervix sendiri berasal dari bahasa Latin yang artinya leher, leher ini merupakan

    bagian paling bawah dari rahim yang menonjol ke dalam vagina. Fungsi dari leher

    rahim adalah sebagai saluran ke dalam dan ke luar dari rahim. Sedangkan kanker

    merupakan penyakit dengan karakteristik pertumbuhan sel tidak terkendali yang

    akhirnya menyebabkan kerusakan jaringan normal yang sehat (Dizon dkk, 2011)

    Kanker tergolong penyakit kronis, hal ini dikarenakan penyakit kanker

    dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya. Taylor (2003) mengemukakan

    ada lima tahap reaksi emosi yang berhubungan dengan penyakit kronis yakni

    penyangkalan (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (barganing for extra),

    depresi (depression), dan penerimaan diri (acceptance).

    a. Penyangkalan (denial)

    Penyangkalan adalah sistem pertahanan yang membuat seseorang

    berusaha menghindari dampak yang ditimbulkan dari suatu penyakit dan

    biasanya berlangsung dalam beberapa hari.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    53/94

    39

    b. Kemarahan (anger)

    Pada tahapan ini pasien berusaha mempertanyakan mengapa harus saya

    yang menderita penyakit kronis?.

    c. Tawar-menawar untuk sesuatu yang lebih (barganing for extra)

    Pada tahapan ini penderita kanker mengalihkan kemarahan dengan lebih

    baik dan strategi yang berbeda, misalnya berjanji untuk hidup lebih sehat

    dan juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

    d. Depresi (depression)

    Istilah depresi sebagai kurangnya kontrol yang merupakan realisasi dari

    memburuknya suatu simtom sebagai kondisi dari penyakit yang tidak

    membaik. Pada tahap ini penderita kanker akan merasa muak, sesak, letih,

    sulit makan, sulit mengontrol diri, sulit memfokuskan perhatian,

    menghindar dari sakit dan juga perasaan tidak nyaman.

    e. Penerimaan Diri (acceptance)

    Pada tahap ini penderita kanker sudah tidak marah lagi dan sudah

    membiasakan diri dengan ide kematian yang membuatnya tertekan dan

    juga menghadapi pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan.

    Dari beberapa penjelasan diatas dapat diketahui bahwa banyak aspek

    psikologis yang terjadi pada penderita kanker. Namun demikian tidak semua

    individu mencapai semua taraf yang diuraikan, hanya dua, tiga tahap atau bahkan

    satu tahap saja yang dialami, misalnya tahap marah dan depresi, atau penolakan

    dan depresi. Dengan semakin kompleksnya masalah psikologis yang terjadi pada

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    54/94

    40

    penderita kanker tentu akan berpengaruh terhadap motivasi untuk berobat bagi

    penderita sendiri.

    2.5 Kerangka Berfikir

    Setiap wanita pasti akan terkejut saat mengetahui bahwa dirinya menderita kanker

    serviks, apalagi saat wanita tersebut tahu bahwa penyakit yang dideritanya

    tersebut sudah termasuk dalam stadium lanjut. Mereka akan merasakan ketakutan,

    berusaha menyangkal tentang penyakitnya, depresi dan khawatir mengenai

    penyakit yang dideritanya tetapi lama-kelamaan penderita tersebut mulai

    menerima apa yang terjadi pada dirinya (Taylor, 2003).

    Disaat penderita mulai menerima kondisi tubuhnya timbulah suatu

    dorongan atau motivasi pada diri penderita untuk bangkit melawan penyakit yang

    dideritanya. Penderita yang memiliki motivasi tinggi akan berusaha bangkit dan

    tidak berpasrah diri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya walaupun

    sebenarnya penyakit yang dideritanya sudah dalam stadium lanjut, sedangkan bagi

    penderita yang memiliki motivasi rendah akan mudah terpuruk dan berpasrah diri

    dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.

    Menurut Woolfolk (2004) terdapat dua aspek motivasi yaitu motivasi

    intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik ini dapat menjadikan individu

    merasa tidak terpaksa dalam mengikuti suatu aktivitas, karena dorongan yang

    muncul murni berasal dari dalam individu itu sendiri. Pada penderita kanker

    serviks yang memiliki motivasi intrinsik melakukan berbagai pengobatan karena

    memang penderita berusaha semampunya untuk bertahan hidup. Sedangkan

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    55/94

    41

    motivasi ekstrinsik lebih mengarah pada suatu kegiatan yang dipengaruhi stimulus

    dari luar. Penderita yang mempunyai motivasi ekstrinsik akan melakukan

    serangkaian pengobatan lebih didorong oleh stimulus eksternal, sebagai

    contohnya karena dipaksa berobat oleh keluarga ataupun juga mengikuti sebuah

    komunitas kanker yang memberikan dukungan sosial bagi dirinya.

    Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan

    kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu

    tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan

    anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama. Terdapat

    5 aspek dukungan sosial yaitu dukungan emosi, dukungan penghargaan,

    dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial (Cohen

    & McKay dalam Sarafino, 2002). Dukungan-dukungan tersebutlah yang

    diharapkan bisa membantu meningkatkan motivasi berobat penderita kanker

    serviks.

    Selain dukungan yang dirasakan dari kebersamaan dengan orang-orang

    disekitarnya, penderita yang religus akan mencari dukungan lain selain dukungan

    dari orang-orang disekitarnya seperti dukungan dari Maha Sang Pencipta yaitu

    Tuhan, dukungan ini sangat diperlukan oleh penderita. Penderita yang religius

    yang mengalami ketakutan, depresi dan kekhawatiran akan berusaha berhubungan

    dan mendekatkan diri dengan Tuhan, agar hatinya menjadi tentram dan penuh

    keyakinan dalam menjalani proses pengobatan. Penderita yang religius yang yakin

    akan kekuasaan Tuhannya akan memasrahkan dirinya karena hidup dan mati

    semua makhluk hidup didunia ini sudah diatur oleh Tuhan YME. Oleh karenanya

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    56/94

    42

    religiusitas adalah adanya keyakinan terhadap Tuhan sehingga menimbulkan rasa

    aman dan tentram jiwa dan juga adanya aturan tentang perilaku hidup manusia

    agar berperilaku dengan baik.

    Penderita akan berusaha mengambil hikmah dibalik penyakit yang

    dideritanya dan tidak akan berfikiran negatif atas apa yang menimpa diri

    penderita. Karena apapun yang terjadi didunia ini pasti atas kuasa Tuhan dan

    sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan kita hanya mampu berusaha

    semaksimal mungkin dan tidak boleh berputus asa dengan apa yang sudah

    menimpa diri kita. Dari beberapa dimensi religiusitas menurut Fetzer Institute

    (1999) yang penulis pilih, yaitu Daily Spiritual Experiences, Values, Beliefs,

    Forgiveness, Private Religious Practices, Religious/Spiritual Coping.

    Diharapkan dengan adanya dukungan sosial beserta aspek-aspeknya dan

    religiusitas beserta dimensi-dimensinya dapat sangat memberikan pengaruh yang

    besar terhadap motivasi untuk berobat.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    57/94

    43

    Dukungan Sosial

    Religiusitas

    Motivasi

    berobat

    penderita

    kanker

    serviks

    Dukungan Emosi

    Dukungan Penghargaan

    Dukungan Jaringan

    Sosial

    Dukungan Informasi

    Dukungan Instrumental

    DimensiDaily SpiritualEx eriences

    DimensiValue

    DimensiBelief

    Dimensi

    Religious/Spiritual

    Coping

    DimensiPrivate

    Religious Practise

    DimensiForgiveness

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    58/94

    44

    2.6 Hipotesis

    Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang masih

    harus diujikan, maka hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti sebagai berikut :

    Hipotesis Umum

    Ha : Ada pengaruh dukungan sosial dan religiusitas terhadap motivasi untuk

    berobat pada penderita kanker serviks.

    Hipotesis Khusus

    Ha1 : Ada pengaruh dukungan emosi terhadap motivasi untuk berobat pada

    penderita kanker serviks.

    Ha2 : Ada pengaruh dukungan penghargaan terhadap motivasi untuk berobat

    pada penderita kanker serviks.

    Ha3 : Ada pengaruh dukungan instrumental terhadap motivasi untuk berobat

    pada penderita kanker serviks.

    Ha4 : Ada pengaruh dukungan informasi terhadap motivasi untuk berobat pada

    penderita kanker serviks.

    Ha5 : Ada pengaruh dukungan jaringan sosial terhadap motivasi untuk berobat

    pada penderita kanker serviks.

    Ha6 : Ada pengaruh dimensidaily spiritual experienceterhadap motivasi untuk

    berobat pada penderita kanker serviks.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    59/94

    45

    Ha7 : Ada pengaruh dimensivalueterhadap motivasi untuk berobat pada

    penderita kanker serviks.

    Ha8 : Ada pengaruh dimensibeliefterhadap motivasi untuk berobat pada

    penderita kanker serviks.

    Ha9 : Ada pengaruh dimensi forgivenessterhadap motivasi untuk berobat pada

    penderita kanker serviks.

    Ha10 : Ada pengaruh dimensiPrivate religious practiceterhadap motivasi untuk

    berobat pada penderita kanker serviks.

    Ha11 : Ada pengaruh dimensiReligious/spiritual copingterhadap motivasi

    untuk berobat pada penderita kanker serviks.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    60/94

    46

    BAB III

    Metode Penelitian

    3.1 Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kanker serviks yang sedang berobat

    di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Adapun karakteristik populasi dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a. Mengalami kanker serviks stadium lanjut

    Mengapa penulis menginginkan penelitian ini dengan penderita kanker

    serviks stadium lanjut karena penulis ingin melihat apakah motivasi

    berobat dalam diri penderita yang mengalami kanker serviks stadium

    lanjut masih sangat tinggi dalam menghadapi penyakitnya, ditambah lagi

    dari beberapa artikel juga buku yang penulis baca penderita kanker serviks

    rata-rata datang ke Rumah Sakit memang sudah dalam stadium lanjut dan

    menurut Dizon (2011) semakin tinggi tingkat stadium seorang penderita

    kanker serviks semakin kecil tingkat kesembuhan yang akan mereka

    rasakan. Dan juga untuk melihat apakah peran dukungan sosial dan

    religiusitas yang penderita rasakan sangatlah cukup berarti bagi penderita

    sendiri.

    b. Wanita dewasa madya (30-60 tahun)

    Pertimbangan lainnya mengapa penulis mencantumkan pertimbangan

    umur karena dari beberapa artikel dan buku yang kemudian penulis

    simpulkan bahwa penderita kanker serviks umumnya muncul pada wanita

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    61/94

    47

    berumur 30-60 tahun dan menurut Santrock (2005) wanita yang berumur

    30-60 tahun termasuk dalam wanita dewasa madya.

    c. Berobat rawat/inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.

    Mengapa penulis memilih Rumah Sakit Kanker Dharmais, karena Rumah

    Sakit ini merupakan Rumah Sakit Kanker Nasional dimana hampir semua

    jenis kanker di rawat di Rumah Sakit ini termasuk kanker serviks.

    Dari populasi yang ada penulis hanya akan mengambil 95 penderita sebagai

    sampel di Rumah Sakit Kanker Dharmais dengan karakteristik yang penulis

    sebutkan diatas. Mengapa penulis hanya mengambil 95 penderita sebagai sampel

    karena di Rumah Sakit Kanker Dharmais populasi dihitung setiap tahun sekali,

    oleh karenanya penulis tidak bisa mengetahui jumlah populasi di Rumah Sakit

    tersebut untuk menentukan sampel. Dalam penelitian ini, tekhnik yang akan

    digunakan adalah tekhniknon-probability sampling yaitu tekhnik dimana setiap

    populasi tidak memiliki kesempatan (peluang) yang sama untuk dijadikan sampel

    (Riduwan, 2009).

    3.2 Variabel Penelitian

    Definisi Operasional Variabel

    Definisi Operasional dari variabel Dukungan sosial adalah hasil pengukuran skala

    dukungan sosial yang diadaptasi dari aspek-aspek dukungan sosial menurut

    Sarafino (2002) yaitu dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan

    instrumental, dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial.

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    62/94

    48

    Definisi Operasional dari variabel Religiusitas adalah hasil pengukuran dimensi

    religiusitas dengan menggunakan skala baku dari Fetzer (1999) yaitu dimensi

    daily spiritual experience, dimensi value, dimensi belief, dimensi forgiveness,

    dimensiprivate religious practice, dimensireligious/spiritual coping.

    Definisi Operasional dari Motivasi untuk berobat adalah hasil pengukuran skala

    motivasi yang diadaptasi dari aspek-aspek motivasi menurut Woolfolk (2004)

    yang membedakan motivasi menjadi 2 jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

    ekstrinsik.

    3.3 Pengumpulan Data

    3.3.1 Teknik pengumpulan data

    Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

    dengan menggunakan skala. Penggunaan skala pada pengumpulan data

    didasarkan bahwa untuk mengungkap data seperti mengenai sikap terhadap

    sesuatu. Adapun skala yang digunakan adalah skala model Likert dengan empat

    alternatif jawaban. Selain itu pernyataannya dibuat dengan kategori positif atau

    kesetujuan (favorable) dan item yang disebut negatif atau ketidaksetujuan

    (unfavorable) (Sevilla, 1993).

    Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala Likert dengan menggunakan 4

    pilihan jawaban yakni sebagai berikut:

    Sangat Setuju (SS)

    Setuju (S)

    Tidak Setuju (TS)

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    63/94

    49

    Sangat Tidak Setuju (STS).

    Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang dipilih

    sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable atau unfavorable. Jika

    digambarkan dalam bentuk tabel, maka hasilnya sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Bobot Nilai

    Kategori Respon SS S TS STS

    Favorabel 4 3 2 1

    Unfavorabel 1 2 3 4

    3.3.2 Instrumen penelitian

    Pada penelitian ini digunakan instrument pengambilan data berupa (1) skala

    dukungan sosial, (2) skala baku religiusitas, dan (3) skala motivasi. Skala yang

    digunakan adalah skala model Likert. Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga

    skala, yaitu :

    a. Skala Dukungan Sosial

    Penulis akan membuat pernyataan-pernyataan mengenai dukungan sosial yang

    penderita rasakan berdasarkan teori Sarafino (2002). Adapun blue print skala

    dukungan sosial terdapat dalam tabel dibawah ini :

  • 7/24/2019 motivasi berobat.pdf

    64/94