Teori Laporan Mektan 1(A6)Aprin
-
Upload
aprin-aryanata-djamhuri -
Category
Documents
-
view
1.387 -
download
11
Transcript of Teori Laporan Mektan 1(A6)Aprin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum Mekanika Tanah I merupakan salah satu persyaratan yang wajib
dari Kurikulum Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut
Teknologi Nasional Bandung. Praktikum ini meneliti mengenai keadaan suatu tanah
yang akan digunakan sebagai tempat berdirinya suatu bangunan. Menghasilkan data-
data yang selanjutnya dianalisa untuk menentukan struktur bangunan, tipe fondasi dan
lain-lain sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki tanah tersebut. Hal-hal tersebut di atas
sangat penting untuk menunjang pembangunan suatu bangunan dan kekuatan dari
fondasi, umur bangunan dan sebagainya,serta dapat digunakan dalam Perencanaan
perkerasan lapisan dasar jalan,Perencanaan struktur di bawah tanah,
Perencanaan galian, dan perencanaan bendungan
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari Praktikum Mekanika Tanah I ini adalah untuk
mengetahui dan memahami segi teknis dari penelitian mengenai tanah baik di
laboratorium maupun di lapangan. Sedangkan mahasiswa dengan adanya praktikum
ini, dapat mempraktikkan teori dalam mata kuliah Mekanika Tanah I yang didapat
pada saat kuliah secara langsung agar dapat bermanfaat bila mahasiswa nanti bekerja
di bidang tersebut dan juga untuk dapat lulus dalam mata kuliah Mekanika Tanah 1.
1.3 Sistematika Pembahasan
Sistematika Pembahasan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. BAB I Pendahuluan membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan
Praktikum Mekanika Tanah serta sistematika pembahasan laporan ini.
2. BAB II Pengambilan Sampel mengungkapkan maksud dan tujuan, teori dasar,
peralatan yang digunakan, prosedur percobaan dan analisa.
3. BAB III Uji Sondir mengungkapkan maksud dan tujuan, teori dasar, peralatan
yang digunakan, prosedur percobaan dan analisa mengenai sondir.
4. BAB IV Dinamic Cone Penetrometer Test (DCP) mengungkapkan maksud
dan tujuan, teori dasar, peralatan yang digunakan, prosedur percobaan dan
analisa mengenai DCP.
5. BAB V Uji Kerucut Pasir mengungkapkan maksud dan tujuan, teori dasar,
peralatan yang digunakan, prosedur percobaan dan analisa mengenai sandcone
test (uji kerucut pasir).
6. BAB VI Indeks Propertis mengungkapkan maksud dan tujuan, teori dasar,
peralatan yang digunakan, prosedur percobaan, dan analisa mengenai kadar
air, serta berat isi tanah.
7. BAB VII Batas-batas Atterberg mengungkapkan maksud dan tujuan, teori
dasar, peralatan yang digunakan, prosedur percobaan dan analisa mengenai
batas cair, batas plastis, batas susut, serta indeks plastisitasnya.
8. BAB VIII Analisa Ukuran Butir mengungkapkan maksud dan tujuan, teori
dasar, peralatan yang digunakan, prosedur percobaan dan analisa mengenai
analisa saringan dan analisa hidrometer.
9. BAB IX Uji Permeabilitas mengungkapkan maksud dan tujuan, teori dasar,
peralatan yang digunakan, prosedur percobaan dan analisa mengenai tinggi
jatuh tetap dari tanah.
10. BAB X Kesimpulan dan Saran mengungkapkan kesimpulan dari seluruh
percobaan yang dilakukan dan saran-saran bagi praktikum.
BAB II
PENGAMBILAN SAMPLE (SAMPLING) – BOR TANGAN (HAND BORING)
2.1. Tujuan
Pengambilan sample (sampling) digunakan untuk mengambil sample tanah
untuk selanjutnya dilakukan pengujian laboratorium dari sample tanah tersebut.
Dalam pengambilan sample tanah dapat dilakukan dengan cara mekanis (hand
boring) dan hidraulik (machine boring). Pada praktikum Mekanika Tanah 1 ini
pengambilan sample tanah dilakukan dengan hand boring. Hand boring adalah
pekerjaan pengeboran yang dilakukan secara mekanik.
2.2. Ruang Lingkup
Melakukan pengambilan sampel di lapangan untuk memperoleh profil
tanah secara visual, elevasi muka air tanah dan sampling tanah untuk pengujian di
laboratorium.
2.3. Teori
Tanah adalah benda alami di permukaan bumi yang terbentuk dari bahan
induk tanah (bahan organik dan atau bahan mineral) oleh proses pembentukan
tanah dari interaksi faktor-faktor iklim, relief/bentuk wilayah, organisma (mikro-
makro) dan waktu, tersusun dari bahan padatan (organik dan anorganik), cairan
dan gas, berlapis-lapis dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Batas atas
adalah udara, batas samping adalah air dalam > 2 meter atau singkapan batuan
dan batas bawah adalah sampai kedalaman aktivitas biologi atau padas yang tidak
tembus akar tanaman, dibatasi sampai kedalaman 2 meter. Deposit tanah dapat
terdiri dari butiran-butiran dengan berbagai jenis bentuk dan ukuran. Ikatan
antara butiran tanah disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida
yang mengendap diantara butiran.
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari:
Agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu
sama lain
Zat Cair
Gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara butiran mineral-mineral padat
tersebut
Tanah berguna sebagai pendukung pondasi bangunan dan juga tentunya
sebagai bahan bangunan itu sendiri.
1. Butiran kasar
1) Kerikil (Gravel) 2 mm - 150 mm
2) Pasir (Sand) 0.06 mm – 2 mm
2. Butiran Halus
1) Lanau (silt) 0.002 mm – 0.06 mm
2) Lempung (clay) <0.0002 mm – 0.002 mm
Batu Kerikil dan Pasir
Golongan ini terdiri dari pecahan batu dengan berbagai ukuran dan bentuk butiran
batu kerikil. Butiran batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan batu, atau terdiri dari
suatu macam zat mineral tertentu, seperti kwartz. Butiran pasir hampir selalu
terdiri dari satu macam zat mineral, terutama kwartz.
Lempung (Clay)
Lempung terdiri dari butiran yang sangat kecil dan menujukkan sifat-sifat kohesi
dan plastis. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian-bagian bahan itu
melekat satu sama lain. Plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan
itu dapat diubah-ubah tanpa adanya perubahan isi atau dapat kembali ke bentuk
asalnya tanpa terjadi retak - retakan atau terpecah-pecah.
Lanau (Silt)
Lanau merupakan peralihan lempung dan pasir halus. Lanau memperlihatkan sifat
kurang plastis, lebih mudah di tembus air daripada lempung, serta adanya sifat
dilatasi yang tidak terdapat pada lempung. Dilatasi adalah gejala perubahan isi
apabila diubah bentuknya. Lanau sebagaimana dengan pasir, menunjukkan sifat
“quick” apabila diguncang atau digetarkan.
Pengambilan contoh tanah di lapangan untuk pengujian di laboratorium terdiri
dari :
a. Contoh tanah permukaan diperlukan untuk tanah uji laboratorium, yang
menggunakan tanah permukaan sebagai contoh tanah terganggu.
Contoh tanah dari pekerjaan boring
1) Contoh tanah tak terganggu (undistrube)
Contoh tanah diambil untuk melindungi struktur asli tanah tersebut.
Contoh tanah ini dibawa ke laboratorium dalam tempat tertutup, sehingga
kadar airnya tidak berubah.
2) Contoh tanah terganggu (distrube)
Hasil – hasil pengamatan melalui pengeboran divisualisasikan dalam
bentuk gambar profil tanah, yang menyajikan gambar struktur lapisan–lapisan
tanah terhadap kedalaman tanah dibawah titik bor. Profil tanah menjelaskan
mengenai jenis tanah, warna, tekstur, dan sifat-sifat lain yang dapat diamati
langsung di lapangan.
2.4 Peralatan yang Digunakan
a. Mata bor Auger Iwan
b. Socket
c. Kepala pemutar dan batang pemutar T
d. Batang bor/pipa 6 – 10 buah @100 cm
e. Kunci pipa dan kunci tabung
f. Palu besar
g. Tabung contoh (sample) D = 7 cm, panjang 55 cm
h. Pacul, besi pembersih mata bor, oli, kuas, lilin (paraffin), container (kaleng).
2.5 Bahan yang Digunakan
a. Air untuk mempelancar pengeboran
b. Kantong plastik
c. Karung Goni
d. Stiker kertas untuk keterangan tanah.
2.6 Prosedur Percobaan
1. Persiapan Pengeboran
a. Tentukan lokasi yang akan dibor
b. Alat-alat yang diperlukan disiapkan untuk dibawa ketempat lokasi
c. Tanah di sekitar lokasi dibersihkan dari batu-batuan, rumput dan humus.
2. Pelaksanaan Pengeboran
a. Auger Iwan dipasang pada sebuah batang bor dan pada ujung lainnya
dipasang stang pemutar.
b. Auger Iwan diletakkan pada titik yang akan dibor dengan posisi tegak
lurus dan stang pemutar menggunakan batang pemutar diputar searah
jarum jam sambil ditekan ke bawah.
c. Setelah Auger Iwan terisi penuh oleh tanah, batang bor ditarik ke atas,
tanah dikeluarkan dan tanah tersebut diidentifikasikan secara visual
mengenai jenis, warna, tekstur, dan kira-kira persentase campuran dengan
jenis tanah lain. Hasil pengamatan dicatat dalam lembar data percobaan.
d. Auger Iwan yang telah bersih dari tanah dimasukkan kembali ke dalam
lubang dan pekerjaan ini diulangi hingga kedalaman 5.45 m. Contoh tanah
yang telah dikeluarkan dari Auger Iwan dikumpulkan. Pengambilan
contoh tanah dilakukan setiap 50 cm yang sebagian dimasukkan ke dalam
container untuk pemeriksaan kadar air terhadap kedalaman bor.
e. Bila batang bor sudah terlalu pendek, batang bor dapat disambung dengan
batang bor lain dan seterusnya.
f. Tabung harus memenuhi syarat :
1) Permukaan luas tabung < 10%
((D0² - D1²) / D1²) x 100%,
Dimana D0 = diameter luar tabung
D1 = diameter dalam tabung
2) Permukaan dalam dan luar tabung harus licin
3) Ujung pemotong harus cukup terpelihara serta mempunyai bentuk
dan ukuran tertentu.
g. Tabung contoh dan batang bor dimasukkan kedalam lubang secara
perlahan-lahan dan usahakan masuk tegak lurus. Pada bor tangan diberi
tanda kedalaman tabung yang akan dicapai sehingga kedalaman selama
pemukulan tidak melebihi tinggi tabung ( dapat menyebabkan
pemadatan). Tabung ditekan dengan cara memukul bagian dari kepala
pemukul sehingga tercapai batas tanda yang telah dibuat pada batang bor.
Tabung didiamkan beberapa saat agar terjadi lekatan tanah, setelah itu
batang bor diputar 180° dan batang bor ditarik ke atas dengan bantuan
kunci pipa.
h. Tabung dilepas dari stang bor dengan kunci khusus.
i. Permukaan tanah dalam tabung diratakan dengan pisau kecil dan
diberikan penutup dari lilin yang diencerkan, untuk menjaga kadar air
tanah dalam tabung tidak berubah. Tempelkan label kedalaman dari
contoh tanah..
j. Tabung contoh harus dijaga jangan sampai terguncang-guncang atau
terkena panas matahari.
k. Tabung contoh diganti auger iwan kembali dan pengeboran dilanjutkan.
Contoh tanah diambil dan diidentifikasi, demikian seterusnya dilakukan
pengambilan contoh tanah terganggu pada kedalaman-kedalaman 1.5, 2,
2.5, 3, 3.5, 4, 4.5, 5, 5.5 m.
l. Untuk pengujian laboratorium yang memerlukan tanah permukaan
(misalnya uji pemadatan) dilakukan pengambilan contoh tanah
permukaaan dengan menggunakan cangkul hingga kedalaman 0.2 m, yang
bebas dari akar–akar rumput ataupun kotoran–kotoran lainnya, kemudian
dimasukkan kedalam karung.
2.7 Gambar Alat Pengujian
Extruder
Hand Bor
BAB III
UJI SONDIR (DUCTH CONE PENETROMETER)
3.1 Tujuan
Uji sondir dilakukan untuk mendapatkan nilai perlawanan penetrasi konus
(qc), hambatan lekat (LF), jumlah hambatan lekat (JHL) dan friction ratio (FR)
pada setiap kedalaman tanah, dan juga untuk mngetahui kedalaman lapisan tanah
keras.
3.2 Ruang Lingkup
Melakukan pengujian dan menggambarkan grafik : qc, LF, JHL, FR
terhadap kedalaman dari hasil uji di lapangan.
3.3 Teori
Besaran penting yg diukur pada uji sondir adalah perlawanan ujung yg
diambil sebagai gaya penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir (qc).
Besarnya gaya ini seringkali menunjukkan identifikasi dari jenis tanah dan
konsistensinya. Pada tanah pasiran, tahanan ujung jauh lebih besar daripada tanah
butiran halus.
3.4 Peralatan yang Digunakan
a. Mesin sondir ringan dengan kapasitas 2.5 ton.
b. Pipa sondir lengkap dengan batang dalam, yaitu seebanyak 20 buah pipa
sondir diameter 36 mm dengan panjang 1 m dan 20 buah batang dalam
diameter 15 mm dengan panjang 1 m.
c. 2 buah manometer, yaitu kapasitas 0 – 60 kg/cm²
d. Conus dan biconus
e. 4 buah angker dengan perlengkapannya, kunci pipa, kunci inggris, dan kunci
lainnya.
f. Alat pembersih.
3.5 Bahan yang Digunakan
Minyak hidrolik dan oli.
3.6 Prosedur pengujian
1. Bersihkan lokasi yang akan dilakukan uji sondir dari kerikil, aspal maupun
rumput.
2. Pasang 4 buah angker diatas lahan yang telah dibersihkan, angker ini
berfungsi sebagai penahan mesin sondir.
3. Tempatkan mesin sondir diantara 4 buah angker yang telah terpasang pada
posisi tegak lurus vertical, kemudian letakkan besi pengunci dan pastikan
mesin sondir tidak bergerak.
4. Periksa tabung pengisian minyak hidraulik, isi penuh tabung tersebut sampai
bebas dari gelembung-gelembung udara.
5. Pasang 2 buah manometer pada posisinya.
6. Sambungkan pipa sondir pertama dengan biconus, kemudian pasang
rangkaian pipa sondir dan biconus tersebut pada mesin sondir.
7. Tekanlah pipa sondir ke dalam tanah sampai kedalaman tertentu, umumnya
setiap 30-40 cm.
8. Tahan pipa sondir dengan kunci inggris, lakukan penekanan batang sondir
sedalam 30-40 cm, kemudian baca manometer yang merupakan pembacaan
penetrasi konus (qc).
9. Lanjutkan penekanan sampai kedalaman 30-40 cm, kemudian baca
manometer yang merupakan pembacaan jumlah perlawanan (qt), yaitu
jumlah perlawanan penetrasi konus dan perlawanan gesek (friction).
10. Tekanlah pipa bersama batang sampai kedalaman berikutnya yang diukur.
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 30-40 cm.
11. Pekerjaan uji sondir dihentikan apabila pada pembacaan manometer terjadi 3
kali berturut-turut menunjukkan nilai qc > 150 kg/cm².
3.7 Gambar Alat Pengujian
BAB IV
DYNAMIC CONE PENETROMETER TEST (DCP)
4.1 Tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk dapat mengetahui kekuatan suatu tanah pada
kedalaman ± 1.0 meter, yang dapat dikorelasi dengan nilai CBR lapangan.
4.2 Ruang Lingkup
Menentukan nilai CBR lapangan pada kedalaman tanah tertentu ± 1,0
meter.
4.3 Teori
DCPT ini dilakukan dengan menjatuhkan palu jatuh dari ketinggian
tertentu dan pengukuran kedalaman penetrasi per pukulan untuk setiap
kedalaman diuji. DCPT adalah tes cepat untuk membuat, menjalankan, dan
mengevaluasi di situs yg ditentukan.
4.4 Peralatan yang Digunakan
Alat DCP yang terdiri dari :
Hammer/penumbuk beban
Konus dan stang/stick untuk penetrasi ke dalam tanah
Mistar ukur yang dilekatkan pada stang/ stick
4.5 Bahan yang Digunakan
Kertas formulir pengujian, pulpen pencatat data
4.6 Prosedur Percobaan
1. Letakkan penetroneter yang telah dirakit di atas tanah yang akan diperiksa.
Letakkan alat ini sedekimian rupa sehingga berada dalam posisi vertical,
penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan kesalahan pengukuran yang
relatif besar.
2. Baca posisi awal penunjuk mistar ukur (X0) dalam satuan mm yang terdekat.
Penunjukkan X0 ini tidak perlu tepat pada angka nol (0) karena nilai X0 akan
diperhitungkan pada nilai penetrasi. Masukkan nilai X0 pada formulir
perhitungan data kolom ke-2 untuk tumbukan n=0 ( baris ke-1 ).
3. Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pegangan lalu lepaskan sehingga
menumbuk landasan penumbuk, ini menyebabkan konus menembus tanah ke
bawah.
4. Baca posisi penunjukkan mistar ukur (X1) setelah terjadi penetrasi.
Masukkan nilai X1 pada formulir pada kolom ke-2 pada baris ke-2 (n=1).
Isilah kolom ke-3 formulir data besarnya nilai :
25X1−X o
x1
5. Ulangi lagi prosedur 3 dan 4 berulang kali sampai batas kedalaman yang
akan diperiksa. Masukkan data X2, X3, …………,Xn pada baris ke-2 sesuai
dengan baris n=2, n=3,………….n= n.
6. Isilah kolom ke-3 pada formulir data yaitu selisih antara X1 dengan X0 (1, 2,
3, 4,….,n). isilah kolom ke-4 ( tumbukan per 25 mm ) dengan rumus :
25Xn−1−X n
xn
4.7 Gambar Alat Pengujian
BAB V
UJI KERUCUT PASIR (SAND CONE TEST)
5.1 Tujuan
Maksud dari pengujian ini adalah untuk menentukan kepadatan tanah di
lapangan dan kepadatan relatif tanah (%) terhadap kepadatan tanah dari hasil
pengujian di laboratorium (hasil pemadatan kompaksi).
5.2 Ruang Lingkup
Menentukan kepadatan taanah di lapangan, dengan cara mengukur dry
density tanah tersebut serta kepadatan relatif tanah (%) terhadap kepadatan tanah
hasil pengujian kompaksi di laboratorium.
5.3 Teori
Aplikasi utama dari tesini adalah kasus-kasus
seperti pembangunan tanggul dan perkerasan, ini pada dasarnya adalah uji
pengawasan mutu di mana tingkat pemadatan tertentudiperlukan. Tes ini juga
digunakan dalam analisis stabilitas tanggul dan lereng,untuk perhitungan tekanan
di dasar strata untuk masalah permukiman dan jugadesain struktur bawah tanah.
5.4 Perlatan yang Digunakan
a. Kerucut pasir yang terdiri dari :
Botol (dari gelas atau plastik), yang nantinya akan diisi pasir
Kran yang dapat dibuka – tutup
Corong berupa kerucut
Plat dasar
b. Timbangan
Timbangan dengan kapasitas 10 kg dengan ketelitian 1,0 gram
Timbangan dengan kapasitas 500 gram dengan ketelitian 0.1 gram
c. Alat pembantu
Palu, pahat, sendok besar untuk membuat lubang pada tanah juga tempat
tanah (cawan), kuas
d. Alat perlengkapan penentuan kadar air
5.5 Bahan yang Digunakan
Pasir bersih yang kering (pasir Ottawa atau pasir Kuarsa lokal yang bersih,
seragam dan bulat butirannya), yang lolos saringan No.20, tetapi tertahan di
saringan No.30.
5.6 Prosedur Percobaan
1. Persiapan Percobaan
Sebelum pelaksanaan pengujian yang perlu diketahui :
a. Berat volume pasir ( pasir ) dalam gr/cm²
b. Keran kerucut ditutup.
2. Pelaksanaan Percobaan
a. Isilah botol dengan pasir secukupnya. Timbanglah berat botol bersama
pasir = W1 gram.
b. Persiapkan permukaan tanah yang akan diuji, sehingga diperoleh bidang
rata dan datar. Letakkan plat dasar diatas tanah, buat tanda lubang plat
pada tanah.
c. Buat/gali lubang pada tanah di dalam tanda batas yang telah dibuat,
dengan kedalaman ± 15 cm berbentuk cekungan. Kerjakan hati-hati dan
hindarkan terganggunya tanah sekitar dinding dasar lubang. Perlu sangat
hati-hati untuk tanah yang mudah longsor (tanah non kohesif).
d. Kumpulkan/masukkan tanah hasil galian (jangan sampai ada yang
tercecer) dalam cawan yang telah diketahui berat = W3 (berat cawan
kosong = W2 gram).
e. Dengan plat dasar di atas tanah, letakkan botol pasir dengan menghadap
ke bawah di tengah plat dasar. Buka kran dan tunggu pasir yang masih
dalam botol mengalir mengisi lubang dan corong, kemudian tutup kran.
f. Tutup botol bersama corong dengan pasir yang masih ada dalam botol
kemudian ditimbang = W4 gram.
g. Ambil sebagian tanah dalam cawan dan periksa kadar airnya, misal
didapat kadar airnya = w (%).
5.7 Gambar Alat Pengujian
BAB VI
INDEKS PROPERTIS (SIFAT FISIK TANAH)
A. KADAR AIR (WATER CONTENT)
6.1.A Tujuan
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah. Kadar
air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah
dengan berat tanah kering tersebut dan dinyatakan dalam persen (%).
6.2.A Ruang Lingkup
Menentukan kadar air (water content) tanah dengan simbol w dan
satuannya persen (%).
6.3.A Teori
kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu
105oC hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap. Kadar air tanah yang
ditentukan adalah berat air tanah asli dan kadar air tanah untuk penentuan sifat
mekanis tanah seperti pemadatan tanah, CBR laboraturium, batas cair, batas plastis,
batas susut tanah. Kadar air digunakan dalam berbagai bidang ilmiah dan teknis, dan
dinyatakan sebagai rasio, yang bisa berkisar dari 0 (benar-benar kering) dengan nilai
bahan ' porositas di saturasi. Hal ini dapat diberikan atas dasar (gravimetri) volumetrik
atau massa
6.4.A Peralatan yang Digunakan
a. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
110° ±5 °.
b. Cawan yang kedap udara dan tidak berkarat, dengan ukuran yang
memadai. Cawan dibuat dari glas atau logam anti karat.
c. Neraca (timbangan) dengan ketelitian 0,01 gram, neraca dengan ketelitian
0,10 gram dan neraca dengan ketelitian 1,00 gram.
d. Desicator, Extruder/dongkrak, pisau.
6.5.A Bahan yang Digunakan
Berat benda uji yang digunakan untuk menentukan kadar air tanah :
Ukuran
Butir Maksimum
Berat Benda Uji Ketelitian Timbangan
¾ “
Lolos saringan No. 10
Lolos saringan No. 40
6.6.A Prosedur Percobaan
1. Timbang cawan dalam keadaan bersih dan kering dan catat beratnya (W3).
2. Masukkan contoh tanah ke dalam cawan tersebut.
3. Cawan dan tanah kemudian ditimbang dan beratnya dicatat (W1)
4. Masukkan cawan dan tanah kedalam oven selama ± 18−¿24 jam, sampai
beratnya konstan..
5. Keluarkan cawan dan tanah dari oven dan dinginkan dalam desikator.
6. Setelah dingin, cawan dan tanah ditimbang dan beratnya dicatat (W2).
7. Benda di uji minimal 2 buah.
Diagram Fase Tanah
Ket :Tanah komposisi oleh fase: s-tanah (kering), v-void (pori-pori
diisi dengan air atau udara), w-air, udara. V adalah volume, M adalah
massa.
B. BERAT ISI (UNIT WEIGHT)
6.1.B. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan berat volume tanah
basah. Berat isi/volume tanah adalah perbandingan antara berat tanah
termasuk air yang terkandung didalamnya dengan volume total.
6.2.B. Ruang Lingkup
Menentukan berat isi atau volume (unit weight) tanah dengan simbol
dan satuannya merupakan satuan berat/satuan volume.
6.3.B Teori
Membandingkan antara berat tanah total dengan volume tanah total. Berat
volume tanah merupakan berat volume tanah asli merupakan sifat fisik tanah, jika
diketahui kadar air tanah akan dapat menentukan nilai berat volume kering tanah
tersebut.Berat unit, atau kepadatan, beton bervariasi dengan jumlah dan kepadata
n agregat,jumlah udara yang terjebak atau entrained, dan air dan isi semen.
6.4.B Peralatan yang Digunakan
a. Timbangan (neraca) dengan ketelitian 0.01 gram
b. Ring baja besi dari karat
c. Pisau perata
d. Extruder
e. Jangka sorong
f. Kain pembersih
6.5.B Bahan yang Digunakan
Tanah asli yang sudah ditentukan berat volume tanahnya.
6.6.B Prosedur Pengujian
1. Ring dibersihkan dari bekas-bekas tanah dan kotoran yang melekat
ditimbang.(W1)
2. Ring diolesi minyak pelumas untuk menghindari melekatnya tanah pada
ring.
3. Ambil sampel dari tabung dengan cara menekan ring tersebut pada tabung
sampai ring terisi penuh dengan menggunakan extruder.
4. Setelah ring dikeluarkan, ratakan tanah sehingga kedua permukaan tanah
memiliki elevasi yang sama dengan permukaan ring dan bersihkan bagian
luar ring.
5. Timbang ring dengan contoh tanah tadi.(W2)
6. Hitung volume tanah dengan mengukur ukuran bagian dalam ring.
7. Berat tanah (W) = W2 - W1
C. BERAT JENIS (SPECIFIC GRAFITY)
6.1.C Tujuan
Untuk mendapatkan harga Spesific Gravity /berat jenis tanah (Gs),
yaitu perbandingan berat isi butir tanah dan berat isi air pada suhu 20° . Berat
jenis tanah ini dapat memperkirakan bahan-bahan galian yang terkandung di
dalamnya.
6.2.C Ruang Lingkup
Menentukan berat jenis (specivic gravity) tanah dengan notasi Gs.
Dengan mengetahui nilai Gs suatu tanah dapat diketahui suatu contoh tanah
apakah tanah tersebut organik atau anorganik. Untuk tanah yang terdiri dari
campuran bahan organik dan anorganik tentu mempunyai nilai Gs yang
berbeda tergantung dari komposisi campuran bahan tersebut. Untuk
perencanaan bangunan, pengetahuan tentang adanya bahan organik sangat
penting, karena tanah organik berbahaya untuk tanah bangunan.
6.3.C Teori
Gravitasi spesifik adalah rasio densitas (massa dari satuan
volume) dari suatu zatdengan densitas (massa satuan volume yang
sama) dari bahan referensi.Dengan mengetahui nilai Gs suatu tanah dapat
diketahui suatu contoh tanah apakah tanah tersebut organik atau anorganik.
Tipe of Soil Gs
Sand 2,65 – 2,67
Silty Sand 2,67 – 2,70
Inorganic Silt 2,70 – 2,80
Soil with micas or iron 2,75 – 3,00
Organic Soil ¿2,00
6.4.C Peralatan yang Digunakan
a. Piknometer dengan tutupnya bervolume 500 ml
b. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
c. Saringan no. 40 (ASTM)
d. Termometer
e. Oven
f. Kompor listrik
g. Timbangan
h. Cawan
i. Alat pembersih
6.5.C Bahan yang Digunakan
a. Aquades
b. Tanah asli yang lolosa saringan No.40 sebanyak 500 gram kering oven.
6.6.C Prosedur Pengujian
1. Persiapan Pengujian
1. Disiapkan ± 5buah piknometer yang telah dibersihkan dan dikeringkan.
2. Untuk bahan uji digunakan sampel tanah sebanyak 500 gram yang
lolos saringan no. 40 dan sudah dikeringkan dalam oven selama 24
jam.
3. Tumbuk kedua contoh tanah tersebut.
4. Untuk bahan uji digunakan sample sebanyak 500 gram yang lolos
saringan no.40.
5. Siapkan 4 (empat) buah piknometer yang sudah dibersihkan dan
dikeringkan.
2. Pelaksanaan Pengujian
1. Piknometer kosong dan kering dibersihkan dengan kain bersih.
2. Piknometer diisi dengan aquades sampai tanda 500 ml kemudian
dibersihkan lalu ditimbang, (W1) gram.
3. Temperatur aquades dalam piknometer diukur dengan menggunakan
termometer, misalkan T.
4. Masukkan contoh tanah dalam piknometer.
- Untuk tanah kohesif
Tanah terlebih dahulu diaduk dengan aquades sampai menyerupai
pasta, kemudian rendam dengan tambahan aquades selama 12
sampai
1 jam, dan masukkan ke dalam piknometer.
- Untuk tanah pasir/non kohesif
Tanah dapat langsung dimasukkan ke dalam piknometer.
5. Piknometer berisi pasta tanah atau tanah kering tersebut diberi aquades
sampai di bawah leher piknometer, udara yang terperangkap dalam
tanah pada piknometer dihilangkan dengan cara dipanaskan sambil
digoyang-goyang selama ± 15menit, sampai gelembung udara tidak ada
dan air di atas tanah bersih, kemudain diisi aquades sampai tanda 500
ml dan ditimbang (W2) gram. Temperatur aquades dalam piknometer
diukur dan digunakan nilai koreksi temperatur (α ).
6. Tuangkan campuran tanah dan aquades dari dalam piknometer ke
dalam cawan, sampai semua butir-butir tanah benar-benar bersih dari
piknometer dengan cara membilasnya.
7. Masukkan cawan berisi campuran tanah dan aquades tersebut ke dalam
oven selama 24 jam atau sampai beratnya konstan.
8. Timbang berat tanah kering (W2) gram.
9. Timbang 4 (empat) buah piknometer kemudian tanah yang telah
ditimbang ke dalam piknometer yang telah dikeringkan sebelumnya.
10.Timbang lagi semua contoh tanah tersebut bersama piknometernya.
11.Isikan piknometer dengan aquades hingga terbentuk pasta, panaskan
piknometer dengan kompor selama 15 menit.
12.Dinginkan piknometer selama 24 jam.
13.Tambahkan air ke dalam piknometer sampai meluap, lalu ditimbang
dan diukur temperaturnya.
BAB VII
BATAS-BATAS ATTERBERG (ATTERBERG LIMIT)
A. BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)
7.1.A Tujuan
Untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas cair dalam
satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis, plastis, serta kemampatan dari
tanah (perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklasifikasikan tanah,
serta untuk mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organik atau tidak.
7.2.A Ruang Lingkup
Mencari batas-batas atau angka-angka Atterberg seperti batas cair / liquid
limit (WL/LL) dari tanah berbutir halus dan mencari sifat fisis, plastis, serta sifat
kemampatan dari tanah dan klasifikasi tanah serta mengetahui apakah tanah itu
mengandung zat-zat organik atau tidak.
7.3.A Teori
Atterberg limit adalah ukuran dasar sifat denda-grained tanah. Tergantung pada kadar
air tanah, mungkin muncul di empat negara bagian: padat, semi-padat, plastik dan
cair. menentukan batas batas-batas kadar air antara negara-negara fluida non-plastik,
plastik dan kental. Indeks plastisitas (PI) mendefinisikan lengkap negara
plastik.diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air dari masing-masing sampel,
kemudian digambar dalam bentuk grafik. Jumlah ketukan (pukulan) sebagai sumbu
mendatar dengan skala logaritma sedangkan nilai kadar air sebagai sumbu tegak
dengan skala .Dengan membuat garis lurus melalui titik-titik tersebut atau jika
diperoleh titik-titik tersebut tidak pada satu garis lurus, maka garis lurus dibuat
sebagai garis regresi linear dari ketiga garis tersebut. batas cair mendefinisikan batas
antara negara fluida plastik dan kental
7.4.A Peralatan yang digunakan
a. Alat pembuat alur (grooving tool)
b. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
c. Cawan kadar air ±4 buah, desikator
d. Spatula dengan panjang 12.5 cm, sendok alat batas cair standar
e. Oven yang dilengkapi dengan pengkuran suhu untuk memanasi
sampai 110°-5° C
f. Plat kaca, mangkok porselin, pisau dempul, botol tempat air suling.
7.5.A Bahan yang Digunakan
a. Tanah asli yang lolos saringan No. 40 ( kering udara)
b. Air suling
c. Kertas semi logaritma
7.6.A Prosedur Pegujian
1. Siapkan contoh tanah yang lolos saringan no.40 (kering udara)
sebanyak 100 gram.
2. Letakan contoh tanah tersebut di atas pelat kaca.
3. Dengan menggunakan spatula, aduk contoh tanah dengan
menambahkan air sedikit demi sedikit sampai contoh tanah homogen.
4. Ambil sebagian contoh tanah yang sudah homogen dan taruh dalam
cawan batas cair (cawan casagrande).
5. Ratakan permukaannya sehingga sejajar dengan dasar/alas alat
casagrande dan bagian yang paling tebal harus 1 cm.
6. Buat alur pada contoh tanah tersebut dengan membagi dua contoh
tanah menggunakan grooving tool. Caranya dengan menarik grooving
tool yang tegak lurus permukaan cawan casagrande sepanjang diameter
cawan.
7. Putar alat casagrande sehingga cawan naik turun dengan kecepatan 2
putaran/detik.
8. Hentikan pemutaran apabila pada ketukan antara 40 – 50 alur sudah
tertutup sepanjang ± 1,25 cm, kemudian catat jumlah ketukannya
9. Ambil sebagian contoh tanah tersebut, masukkan ke dalam cawan yang
sudah diketahui beratnya, timbang contoh tanah + cawan dan
masukkan ke dalam oven selama 24 jam.
10. Keluarkan contoh tanah + cawan dan dinginkan dalam desikator,
kemudian timbang untuk mengetahui kadar airnya
11. Ulangi percobaan di atas minimal 3 kali dengan variasi kadar air yang
berbeda, sehingga diperoleh perbedaan jumlah pukulan (ketukan)
sebesar 8 – 10 pukulan.
B. BATAS PLASTIS (PLASTIC LIMIT)
7.1.B Tujuan
Untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas plastis dalam
satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis plastis, serta kemampuan dari tanah
(perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklasifikasikan tanah, serta
untuk mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organik atau tidak.
7.2.B Ruang Lingkup
Mencari batas-batas atau angka-angka Atterberg seperti batas plastis/plastic
limit (Wp/PL), indeks plastisitas, indeks liquid, dan indeks konsisitensi dari tanah
berbutir halus dan mencari sifat fisis, plastis, serta sifat kemampatan dari tanah dan
klasifikasi tanah serta mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organik
atau tidak.
7.3.B Teori
Batas plastik mendefinisikan batas antara negara-negara non-plastik dan
plastik. Hal ini ditentukan hanya dengan melinting benang tanah dan
menyesuaikan kadar air sampai istirahat di 1 / 8 inch diameter.Ukuran keplastisan
tanah disebut indeks plastis (PI), yaitu :
PI = LL – PL
Dimana : PI/IP = Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
LL = Batas Cair (Liquid Limit)
PL = Batas Plastis (Plastic Limit)
7.4.B Peralatan yang digunakan
a. Batang pembanding dengan diameter 3 mm pajang 10cm
b. Timbangan dengan keteltian 0.01 gram
c. Cawan kadar air ±2 buah, desikator
d. Oven pemanas (110 ± 5)
e. Plat kaca, mangkok porselin, pisau/sendok dempul, botol tempat air
suling.
7.5.B Bahan yang Digunakan
a. Tanah asli yang lolos saringan No. 40 (kering udara)
b. Air suling
7.6.B Prosedur percobaan
1. Persiapan Pengujian
1. Siapkan tanah lolos saringan No.40 (kering udara)
2. Alat-alat dibersihkan
3. Mengkalibrasi timbangan yang akan digunakan
4. Menyiapkan botol penyemprot dan air suling
5. Cawan yang diperlukan dipersiapkan dan ditimbang
2. Pelaksanaan Pengujian
1. Ambil sampel tanah ± 20 gram yang lolos saringan No.40, letakkan benda
uji di atas pelat kaca, kemudian diaduk sehingga kadar airnya merata.
2. Setelah kadar air cukup merata, buatlah bola-bola tanah dari benda uji itu
seberat 8 gram, kemudian bola-bola tanah itu di roling di atas plat kaca
dilakukan dengan maju mundur kecepatan 80 – 90 roling per menit.
3. Roling dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang silinder
dengan diameter 3 mm. Kalau dalam waktu roling itu ternyata sebelum
benda uji mencapai 3 mm sudah retak maka benda uji disatukan kembali
ditambah air sedikit dan diaduk sampai rata. Jika tanah yang di roling
mencapai diameter ¿3mm tanpa menunjukan retak-retakan, maka contoh
perlu dibiarkan beberapa saat di udara agar kadar airnya berkurang
sedikit. Kumpulkan batang-batang silinder tanah tersebut dalam dua
moisture can dan dalam satu moisture can sebanyak 5 – 8 gram untuk
menentukan kadar airnya.
4. Pengadukan dan roling digulungi terus sampai retak-retakan itu terjadi
pada saat gulungan mempunyai diameter 3 mm dan perlu diperiksa kadar
airnya.
C. BATAS SUSUT (SHRINKAGE LIMIT) (SL)
7.1.C Tujuan
Untuk menentukan kadar air suatu tanah pada keadaan batas susut dalam
satuan persen (%), dapat mengetahui sifat fisis plastis, serta kemampuan dari tanah
(perubahan volume yang dapat terjadi) dan untuk mengklasifikasikan tanah, serta
untuk mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organik atau tidak.
7.2.C Ruang Lingkup
Mencari batas-batas atau angka-angka Atterberg seperti batas plastis/plastic
limit (Ws/SL), indeks plastisitas, indeks liquid, dan indeks konsistensi dari tanah
berbutir halus dan mencari sifat fisis, plastis, serta sifat kemampatan dari tanah dan
klasifikasi tanah serta mengetahui apakah tanah itu mengandung zat-zat organik
atau tidak.
7.3.C Teori
Batas susut (SL) adalah kadar air dimana kerugian lebih lanjut dari kelembaban tidak
akan menghasilkan apapun reduksi volume yang lebih. . Batas susut jauh kurang
umum digunakan dari batas cair dan batas plastis Batas susut dapat dihitung melalui
persamaan berikut :
Kadar Air (%) Pasir (Sand) Lanau (Slit) Lempung (Clay)
Batas Cair, LL 15 – 20 30 – 40 40 – 150
Batas Plastis, PL - 20 – 40 25 – 50
Indeks Plastisitas, IP 0 10 – 25 10 – 100
Batas Susut, SL 12 – 18 14 - 25 8 – 35
7.4.C Peralatan yang digunakan
a. Evaporating dish, porselin diameter ± 4.5 inch
b. Spatula (sudip/sendok), panjang ± 3 inch, lebar ± ¾ inch
c. Cawan susut, dasar rata, diameter ± 1¾ inch, tinggi ± ½ inch, terbuat
dari porselen/monel
d. Mistar logam (straight edge), plat kaca (prong plate), timbangan
dengan ketelitian 0.01 gram
e. Cawan gelas, cangkir, permukaan rata, diameter ± 2 inch, tinggi ± 1
inch
f. Gelas ukur 25 ml, denga ketelitian 0.2 ml
7.5.C Bahan yang Digunakan
a. Tanah asli lolos saringan No.40 (kering udara)
b. Air raksa (mercury)
7.6.C Prosedur pengujian
1. Persiapan Benda Uji
1. Siapkan tanah lolos saringan No.40 ( kering udara ) 30 gram
2. Alat-alat dibersihkan, mengkalibrasi timbangan yang akan digunakan.
3. Menyiapkan botol penyemprot dan air suling
4. Cawan yang diperlukan disiapkan dan ditimbang.
2. Pelaksanaan Pengujian
1. Letakan contoh tanah dalam cawan dan campur baik-baik dengan air
suling (aquades) secukupnya untuk mengisi seluruh pori-pori tanah
menyerupai pasta, sehingga mudah diisikan ke dalam cawan penyusut
sampai tidak membawa langsung gelembung-gelembung udara.
Banyaknya air yang dibutuhkan kira-kira sama atau sedikit lebih besar
dari batas cair. Pisahkan segumpal pasta tanah yang ditentukan kadar
airnya (w).
2. Bagian dari dalam cawan penyusut dilapisi oleh vasilin atau grease
(stempet) yang kental untuk mencegak melekatnya tanah pada cawan
sesudah itu cawan penyusut ditimbang beratnya (W1).
3. Contoh pasta tanah dimasukkan ke dalam cawan susut sampai cawan
susut yang sudah 1/3 nya terisi pasta tanah tersebut lalu diketuk-ketuk,
kira-kira 1/3 nya diatas permukaan yang kokoh diberi bantalan beberapa
lembar kertas atau bahan lain sampai tanah padat dan semua udara
didalamnya terbawa ke permukaan. Tambah pasta tanah lagi dan terus
diketuk-ketukkan sampai cawan terisi penuh dan kelebihan tanah sehingga
meluber ke pinggiran cawan. Tanah kelebihan tersebut kemudian
dipotong dengan straight edge. Semua tanah yang melekat diluar cawan
dibersihkan.
4. Setelah diratakan dan dibersihkan, ditimbang dengan segera berat cawan
susut + berat tanah basah = W2 gram. Pasta tanah dibiarkan mengering di
udara sehingga warna pasta berubah dari tua menjadi muda lalu
dimasukkan ke dalam oven (dikeringkan). Setelah kering betul, ditimbang
: berat cawan + tanah kering = W3 gram. Timbang berat cawan kosong
bersih dan kering = W1 gram.
5. Volume cawan susut = volume tanah susut, diukur dengan diisi penuh
sampai meluap dengan air raksa, buang yang kelebihan dengan cara
menekan plat kaca kuat-kuat diatas cawan, ukur dengan gelas ukur
banyaknya air raksa yang tinggal dalam cawan susut = volume tanah
basah = V.
6. Volume tanah kering diukur dengan mengeluarkan tanah kering dari
cawan susut lalu dicelupkan ke dalam cawan gelas yang penuh dengan air
raksa. Caranya sebagai berikut :
Cawan gelas diisi penuh dengan air raksa dan kelebihan air raksa
dibuang dengan cara menekan plat.
Air raksa yang tertekan keluar dari cawan dibersihkan.
Letakkan cawan gelas yang berisikan air raksa itu ke dalam cawan
gelas yang lebih besar.
Letakkan tanah kering di atas air raksa pada cawan gelas.
Tekan hati-hati tanah kering itu ke dalam air raksa dengan
menggunakan “prong plate”, sampai rata dengan bibir cawan.
Perhatikan betul-betul jangan sampai ada udara yang terbawa masuk
ke dalam air raksa.
Air raksa yang tumpah, diukur volumenya dengan gelas ukur =
volume tanah kering (W5).
D. Gambar Alat Pengujian
BAB VIII
ANALISA UKURAN BUTIR (GRAINSIZE ANALYSIS)
A. ANALISA SARINGAN (SIEVE ANALYSIS)
8.1.A Tujuan
Menentukan distribusi butiran suatu contoh tanah (pasir dan kerikil) sebagai
dasar untuk mengklasifikasikan macam-macam tanah.
8.2.A Ruang Lingkup
Menentukan distribusi butiran tanah serta menentukan klasifikasi jenis
tanah dan membandingkan persentase butiran kerikil dan pasir.
8.3.A Teori
Sleve analisis (atau uji gradasi) adalah sebuah praktek atau prosedur
yang digunakan (biasanya digunakan dalam teknik sipil) untuk
menilai distribusiukuran partikel (juga disebut gradasi) dari bahan granular.
Distribusi ukuran sering sangat penting dengan
cara materi melakukan digunakan.Sebuah analisis saringan dapat dilakukan pada setia
p jenis bahan granularnon-organik atau organik,
termasuk pasir, batu hancur, lempung, granit, feldspar,batu
bara, tanah, berbagai macam bubuk diproduksi, gandum dan biji-bijian, keukuran min
imum tergantung pada metode yang tepat. butiran tanah terpisah menjadi beberapa
bagian dengan batas ukuran yang diketahui.
8.4.A Peralatan yang Digunakan
a. Nomor saringan standard yang digunakan adalah nomor saringan no.
4,10,20,40,60,100,200, dan pan.
b. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
c. Mesin pengguncang saringan ( sieve shaker ).
d. Oven
e. Talam, kuas, sikat kuningan, sendok.
8.5.A Bahan yang Digunakan
a. Contoh tanah yang di uji dengan kedalaman tertentu 350 gram.
8.6.A Prosedur Percobaan
a. Siapkan contoh tanah kering sebanyak 350 gr dan rendam di dalam
mangkuk dengan air selama 24 jam.
b. Saringkan contoh tanah tersebut dengan saringan no. 200 dan tambahkan
air secukupnya sehingga didapat yang lolos saringan 50 gr. Contoh
tanah yang lolos saringan dikeringkan dalam oven selama 24 jam untuk
hidrometer.
c. Contoh tanah yang tertahan dikeringkan dalam oven selama 24 jam.
d. Keluarkan dan dinginkan pada desikator.
e. Masukkan contoh tanah tersebut kedalam ayakan dan digoyangkan
dengan menggunakan mesin pengayak ( sieve shaker ) selama 15 menit.
f. Timbang contoh tanah yang tertahan pada setiap ayakan.
8.7.A Gambar Alat Pengujian
B. ANALISA LUMPUR (HIDROMETER ANALYSIS)
8.1.B Tujuan
Menentukan persentase kadar lumpur dalam tanah (menentukan butiran
suatu contoh tanah ( lanau dan lempung ).
8.2.B Ruang Lingkup
Menentukan distribusi butiran tanah serta menentukan klasifikasi jenis
tanah dan membandingkan persentase butiran lanau dan lempung.
8.3.B Teori
Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat
jenis (atau kepadatanrelatif) dari cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan
densitas air.hubungan antara kecepatan jatuh dari suatu butiran di dalam suatu
larutan, diameter butiran, berat jenis butiran, berat jenis larutan dan kepekaan
larutan.
8.4.B Peralatan yang digunakan
a. Hydrometer tipe 151 H atau 152 H
b. Gelas ukur dengan kapasitas 1000 ml, 20 ml, dan 50 ml
c. Mixer Pengaduk
d. Stopwatch
e. Termometer dengan ketelitian 0.1 °C
f. Cawan, gelas kaca, pengaduk kaca.
8.5.B Bahan yang Digunakan
a. Contoh tanah kering oven lolos saringan no.200 atau contoh tanah sisa
dari pencucian pada percobaan Sieve Analysis seberat ± 50 gram.
b. Air suling / ledeng.
c. Water glass / sodium sikat (Na2SiO3) untuk tanah yang bersifat asam
d. Sodium metafosfat / Calgon (NaPO3) untuk tanah berifat alkali/basa.
8.6.B Prosedur Pengujian
1. Persiapan Pengujian
1. Ambil contoh tanah secukupnya, kemudian beratnya ditimbang ± 50
gram.
2. Contoh yang sudah ditimbang, direndam selama ± 24 jam.
3. Contoh tanah yang sudah direndam, kemudian dicuci dengan saringan
no.200, dibiarkan mengendap.
4. Contoh tanah yang lolos saringan no.200, kemudian dilakukan analysis
hidrometer.
2. Pelaksanaan Pengujian
1. Contoh tanah yang lolos saringan no.200, kita biarkan hingga mengendap.
2. Endapan yang tersebut di atas, dimasukkan ke dalam gelas, kemudian
dikocok ke arah horizontal selama 1 menit.
3. Sejalan dengan langkah ke dua siapkan alat hydrometer dan stopwatch.
4. Segera setelah tabung diletakkan, hydrometer dimasukkan, tepat 1 menit
pertama hydrometer dibaca, lalu menit kedua dibaca kembali kemudian
hydrometer diangkat dan pada menit ke 2,5 hidrometer dimasukkan
kembali dan dibaca kembali hingga menit ke-4.
5. Pembacaan dihentikan dan tabung di kocok kembali.
6. Dilakukan pembacaan kembali berulang-ulang hingga dicapai harga yang
sama (umumnya dilakukan 3 kali berturut-turut), jika hal ini telah dicapai
maka larutan dapat homogen.
7. Usahakan air agak tenang agar pembacaan agak jelas kemudian dilakukan
pembacaan berturut-turut dengan interval waktu pada menit 0 menit, 2, 5,
8, 16, 30, 60 menit kemudian 2, 4, 8, 16, 32, 96 jam.
8.7.B Gambar Alat Pengujian
BAB IX
UJI PERMEABILITAS TANAH (PERMEABILITY TEST)
TINGGI JATUH (FALLING HEAD)
9.1. Tujuan
Untuk menentukan koefisien permeability (k) di laboraturium dari tanah
berbutir halus.
9.2. Ruang Lingkup
Menentukan koefisien permeability.
9.3. Teori
Permeabilitas tanah adalah pengukuran kadar
air bergerak melalui tanah.Permeabilitas
tanah diatur oleh susunan tanah. Sandy dan tanah berbatu memilikitingkat ting
gi permeabilitas tanah, sedangkan jenis tanah lempung memiliki tingkatyang
rendah. Tingkat permeabilitas tanah dapat mempengaruhi teknik danperencana
an untuk struktur seperti sistem saluran pembuangan dan tambak. Ini
juga digunakan untuk menentukan ketahanan di gedung-
gedung untuk mencegahpengendapan. Ada beberapa metode yang
digunakan untuk mengukur danmenghitung permeabilitas tanah.
9.4. Peralatan yang Digunakan
a. Permeameter dengan perlengkapannya
b. Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
c. Termometer
d. Stopwatch
e. Gelas ukur kapasitas 500 ml, can, sendok
9.5. Bahan yang Digunakan
a. Tanah asli yang berbutir halus
b. Kertas filter
9.6. Prosedur Pengujian
1. Siapkan sample tanah secukupnya dan timbang kira-kira 500 gr.
2. Letakkan silinder di atas pelat dasar dengan batu pori dan letakkan
silinder yang berisi tanah di atasnya. Kemudian letakkan batu pori di
atas sample tanah dan kenakan pelat penutup.
3. Letakkan saringan pada pelat dasar dengan batu pori dan letakkan
silinder yang berisi tanah di atasnya. Kemudian letakkan batu pori di
atas sample tanah dan kenakan pelat penutup.
4. Tentukan berat sample tanah di dalam silinder dengan cara
mengurangkan berat sample tanah yang disiapkan dengan sisa tanah.
5. Tentukan berat jenis (Gs) dan kadar air tanah (w).
6. Pasangkan silinder yang sudah terisi sample dengan selang yang
menghubungkan dengan buret.
7. Tutup keran pada buret dan isi buret dengan air.
8. Jenuhkan sample tanah dengan cara membuka keran pada buret dan
membiarkan air mengalir melalui sample tanah, sehingga air keluar
dari bawah silinder.
9. Isi kembali buret dengan air hingga suatu ketinggian dan ukur tinggi
muka air tersebut dari ujung bawah sample tanah untuk mendapatkan
h1.
10. Alirkan air dan tekanlah stopwatch. Biarkan air mengalir melalui
sample tanah hingga air dalam buret hampir kosong atau hingga
ketinggian tertentu.
11. Stop aliran air dan tekanlah stopwatch, kemudian catat pembacaan
waktu dan tinggi muka air pada buret untuk mendapatkan h2.
12. Buret isi kembali dengan air dan ulang percobaan 2 kali lagi. Catat pula
suhu air dalam buret untuk setiap kali percobaan.
BAB X
KESIMPULAN dan SARAN
10.1 KESIMPULAN
10.1.1 Pengambilan Sampel
Dapata disimpulkan bahwa dalam pengambilan sample ada beberapa
afaktor yang mempengaruhi besar kuat tekan alat sondir terhadapap tanah
yaitu tekanan tanah. Hal ini dipengarui karna adanya kadar air yang berebeda
dalam tanah dan kdikarenakan pula bedanya kedalaman sample tanah.
10.1.2 Indeks Properties
Tujauan indeks properties adalah untuk menentukan kadar air tanah,
menentukan berat volume tanah basah, dan mendapatkan harga Spesific
Gravity /berat jenis tanah (Gs),
10.1.3 Batas-batas Atterberg
Dapat ditarik kesimpulan bahwa liquid limit(LL),plastic limit(PL), dan
shirnkage limit(SL) akan saling berpengaruh.
10.1.4 Analisa ukuran Butir
Analisa ukuran butir dimaksudkan untuk menetukan jenis-jenis tanah
mulai dari clay,pasir,lempung dll.
10.1.5 Uji Kerucut Pasir
Kepadatan dilapangan dan kepadatan relatif tanah hasil pengujian
kompaksi di laboratorium .
10.1.6 Dinamic Cone Penetrometer (DCP)
Percobaan ini lebih mengukur kekuatan tanah atribut penetrasi dan instrumen kompaksi
10.1.7 Uji Sondir
Uji sondir ini telah menunjukkan manfaat untuk pendugaan profil atau
pelapisan (stratifikasi) tanah terhadap kedalaman karena jenis perilaku tanah telah
dapat diindentifikasi dari kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung dan gesekan
selimutnya.
10.1.8 Uji Permeabilitas
Setelah melakukan percobaan, dapat mengetahuin kumpulan partikel
padat dengan rongga yang saling berhubungan. Rongga ini memungkinkan air dapat
mengalir di dalam partikel melalui rongga dari satu titik yang lebih tinggi ke titik
yang lebih rendah.
10.2 SARAN
Adapun beberapa saran yang dapat kami sampaikan :
- Waktu pengerjaan laporan dan assistennsi sebaiknya diperpanjang, karena
mahasiswa kesulitan dalam hal pengerjaan laporan tersebut
- Alat-alat sebaiknya dirawat dan diperbanyak jumlahnya, karena hal ini
akan berpengaruh pada ketetepatan pengumpulan data dan laporan
mahasiswa
- Lokasi praktikum dilapangan sebaiknya tidak selalu di lokasi yang sama,
karena dapat mempengaruhi praktikukum-praktikum mekanika tanah
sebelumnya.
LAPORAN PRAKTIKUM
oleh:
Aprin Aryanata
22-2009-005
Asisten
Ingrid Multi, ST., MT.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2010