SOKLETASI.docx
-
Upload
triyana-defi -
Category
Documents
-
view
289 -
download
3
Transcript of SOKLETASI.docx
LAPORAN PRAKTIKUM
PROSES EKSTRAKSI SOKLETASI
" MINYAK AMPAS KELAPA"
OLEH
KELOMPOK 5
KELAS A
1. TRIYANA DEFI (1107120892)
2. VIQRIE WAHYUDI (1107114175)
3. SANTOSO NUGROHO (1107114276)
4. VANY SILVIA PURBA (1107120306)
5. WYDA N SARAGI (1107114336)
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
ABSTRAKKelapa (Cocosnucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Hampir semua bagian dari kelapa dimanfaatkan masyrakat, namun biasanya hasil samping kelapa yang berupa ampas kelapa tidak dimanfaatkan lagi oleh banyak orang sedangkan di dalam ampas kelapa masih memiliki kandungan minyak kelapa. ampas kelapa sebagai produk samping pengolahan minyak kelapa murni memiliki kadar protein kasar masih relative tinggi yaitu sebesar 11,35% dengan kadar lemak kasar 23,36% dan kandungan minyak dalam ampas kelapa berkisar 12,2%-15,9%. Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran. Bahan yang digunakan adalah ampas kelapa dengan heksana sebagai pelarutnya. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari dan mengamati proses ekstraksi suatu komponen dari suatu bahan alam dengan metode sokletasi, yaitu ekstraksi dengan pelarut organik yang dilakukan secara berulang-ulang dan menjaga jumlah pelarut konstan, dan menghitung rendemen. Setelah proses sokletasi selesai dilanjutkan dengan destilasi yang bertujuan untuk memisahkan heksana dengan minyak yang didapat. Lalu dioven untuk menghilangkan heksana yang masih tertinggal di dalam minyak, dan didapat 4,71 gram minyak kelapa sampai berat konstan dari 17 gram bahan baku. Ampas kelapa yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kadar airnya sehingga heksana lebih mudah mengikat komponen minyak. Heksana dilewatkan pada ampas kelapa dalam bentuk uap yang nantinya akan mengikat komponen minyak dan membawanya. Rendemen yang didapat adalah 27,7 %,, berbeda dengan teori yang hanya 12,2%-15,9%. Hal ini dikarenakan pelarut heksana tidak hanya menyari minyak tetapi juga protein dalam ampas kelapa. Selain itu, sample yang digunakan dalam percobaan kering, berbeda dengan teori yang masih basah atau mengandung air yang menyebabkan pelarut sulit untuk menyari minyak.
Kata kunci :ampas kelapa, ekstraksi sokletasi, minyak.
ABSTRACTCoconut (Cocosnucifera) is a types of plants from the tribe of palm or Arecaceae. Almost all sections of the coconut used by people, but the form product of coconut thats called coconut pulp not used anymore by many people while in the coconut pulp still contains coconut oil. Coconut pulp has crude protein levels are still relatively high, at 11.35%, with 23.36% crude fat content and oil content in coconut pulp more and less 12.2% -15.9%. Extraction is the process of separating a substance from a mixture by using a solvent which is based on the solubility of the component to other components in the mixture. The materials used are coconut pulp with hexane as a solvent. This experiment aims to study and observe the process of extraction of a component of a material nature with soxhlet method, extraction with organic solvents is done repeatedly and keeping constant the amount of solvent, and calculate the yield. After the process is complete, soxhlet extraction followed by distillation which aims to separate the oil obtained by hexane. Then ovened to remove hexane were still left in the oil, and obtained 4.71 grams of coconut oil until constant weight of 17 grams of raw materials. Coconut pulp used dried first to remove the water content thus easier binding hexane oil component. Hexane coconut pulp is passed on in the form of vapor which will bind and bring the oil component. The yield obtained was 27.7%, different with the theory that contains 12,2%-15,9%. It's because the solvent not only sum up the oil but also the protein in coconut pulp. In addition, the experiment sample used in dry form, in contrast to theories that are still wet or contain water which causes the solvent is difficult to sum up the oil.
Key Word : Coconut pulp, soxhlet extraction, oil
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses pemisahan atau ekstraksi untuk mengambil suatu senyawa atau unsur
tertentu dari suatu komponen sering kali dilakukan baik dalam industri,
laboratorium bahkan dikehidupan kita sehari-hari. Teknik atau cara yang
digunakanpun bermacam-macam. Namun, tingkat kemurnian akan hasil yang
diperoleh berbeda-beda sesuai dengan keefektifan pemisahannya. Jika sampel
yang digunakan semakin kecil dan kandungan minyak yang akan diperoleh
semakin sedikit maka proses ekstraksi akan semakin sulit dilakukan. Karena hal
tersebut, maka dilakukan metode ekstraksi dengan cara sokletsi yaitu pemisahan
dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi sokletasi dilakukan berdasarkan jenis
pelarut yang sesuai dengan sampel dan berdasarkan titik uap pelarut. Pelarut yang
digunakan dapat bersifat polar atau non polar sesuai dengan sampelnya. Contoh
pelarut yang digunakan adalah hexene, alkohol, petroleum eter, dan lain-lain.
Tanaman kelapa (Cocos nucifera) pertama kali ditemukan di Amerika
Selatan yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
Kelapa sangat banyak digunakan karena seluruh bagian dari kelapa dapat
digunakan seperti tempurung kelapa untuk bahan bakar, air kelapa untuk diminum
dan daging buah kelapa untuk makanan. Namun, daging buah kelapa tidak
difungsikan semaksimal mungkin karena ampas kelapa yang telah diambil
santannya masih mengandung minyak. Minyak yang terkandung didalamnya
dapat digunakan sebagai minyak goreng. Karena hal tersebut makanya para
ilmuwan meneliti bagaimana caranya untuk memperoleh tersebut.
Metode yang digunakan dalam pemisahan ini adalah ekstraksi sokletasi
dimana pemisahan berdasarkan pelarut seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Ampas kelapa bersifat non polar dan pelarut yang digunakan untuk mengambil
minyak haruslah bersifat polar juga. Oleh karena hal tersebut, pelarut yang
digunakan adalah hexene. Ekstraksi soklektasi sangat efektif digunakan karena
ekstraksi sokletasi dapat memisahkan minyak dari sampel dengan tingkat
kemurnian yang maksimal.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Mempelajari dan mengamati proses isolasi suatu komponen dari suatu
bahan alam dengan metode sokletasi.
2. Menghitung rendemen.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) adalah salah satu jenis tumbuhan dari suku aren-
arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos.
Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia, mulai dari
akar, kulit, batang, daun, tandan bunga, sabut, hingga buahnya. Akar kelapa
menginspirasi penemuan teknologi penyangga bangunan Cakar Ayam (dipakai
misalnya pada Bandar Udara Soekarno Hatta) oleh Sedyatmo.
Batangnya, yang disebut glugu dipakai orang sebagai kayu dengan mutu
menengah, dan dapat dipakai sebagai papan untuk rumah. Daunnya dipakai
sebagai atap rumah setelah dikeringkan. Daun muda kelapa, disebut janur, dipakai
sebagai bahan anyaman dalam pembuatan ketupat atau berbagai bentuk hiasan
yang sangat menarik, terutama oleh masyarakat Jawa dan Bali dalam berbagai
upacara, dan menjadi bentuk kerajinan tangan yang berdiri sendiri (seni
merangkai janur). Tangkai anak daun yang sudah dikeringkan, disebut lidi,
dihimpun menjadi satu menjadi sapu. Tandan bunganya, yang disebut mayang
(sebetulnya nama ini umum bagi semua bunga palma), dipakai orang untuk hiasan
dalam upacara perkawinan dengan simbol tertentu. Bunga betinanya, disebut
bluluk (bahasa Jawa), dapat dimakan. Cairan manis yang keluar dari tangkai
bunga, disebut (air) nira atau legèn (bhs. Jawa), dapat diminum sebagai penyegar
atau difermentasi menjadi tuak. Oleh karena itu, kelapa dianggap sebagai
tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat tropis.
Unsur-unsur kimia yang terdapat di dalam kelapa adalah sebagai berikut:
1. Kadar air 90,59%, kalori 437 kkal/100 g, minyak 26,67 %, protein 10,67 %,
serat kasar 3,98 %, totalkarbohidrat 38 ,45 %, pati 13 ,53 %, gula sebagai
glukosa 24 ,92 %.
2. Daging buah kelapa juga mengandung asam amino dengan komposisi,
diantaranya : isoleusin 2,5 g/16 g N, leusin 4,9 g/16 gN, lisin 2,7 g/16 g N,
metionin 1,5 g/16 g N, threosin 2,3 g/16 g N, tripthopan 0,6 g/16 g N dan
valin 3,8 g/16 g.
3. Mineral utama yang terdapat pada daging buah kelapa adalah Fe (17 ppm), S
(4 ,4 ppm), Cu (3 ,2) , P (2.4 ppm).
4. Kandungan vitamin pada buah meliputi vitamin C (10 ppm), vitamin B(15
IU), dan vitamin E (2 ppm).
5. Minyak kelapa mengandung trigliserida yang tersusun dari lemak rantai
sedang (C6- C12).
6. Asam lemak dalam minyak kelapa adalah rantai C8 5 %, C 10 6 – 10 % dan
C 12 44 – 45 % (total 55- 65 % asamlemak rantai sedang).
7. Komposisi asam-asam lemak, yaitu asam laurat 36,12-38,28%, asam miristat
13,42- 15,90%, asam kaprilat 8,78-11,10%, asam kaprat 6,38-8,08%, asam
palmitat 6,48- 7,95%, asam oleat 4,27-5,26%, asam stearat 1,76-2,54%, dan
asam linoleat 1,44-1,66%. Asam lemak rantai sedang lainnya yang
mempunyai khasiat untuk kesehatan adalah asam kaprat, asam oleat (Omega-
9), dan asam linoleat (Omega-6).
2.2. Ampas Kelapa
Berbagai industri pengolahan kelapa seperti industri santan dan minyak
kelapa meninggalkan ampas berupa daging kelapa parut di akhir pengolahannya.
Ampas industri-industri pengolahan kelapa memiliki nilai gizi dan kandungan
serat yang tinggi dan sangat baik untuk kesehatan. Kandungan minyak di dalam
ampas kelapa berkisar 12,2%-15,9%. Selama ini ampas kelapa hanya sebagian
kecil yang dimanfaatkan, seperti untuk pakan ternak, sisanya terbuang sebagai
limbah.
Ampas kelapa hasil samping pembuatan minyak kelapa murni masih
memiliki kandungan protein kasar yang cukup tinggi yaitu sebesar 11,35%
dengan kadar lemak kasar 23,36%. Hal ini menyebabkan ampas kelapa berpotensi
untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi pakan. Kandungan seratnya yang mudah
dicerna juga merupakan suatu keuntungan tersendiri untuk menjadikan sumber
energi yang baik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, seperti
sebagai bahan pakan pelet (calf). Pakan asal ampas kelapa juga terbukti membuat
ternak dapat menghasilkan susu yang lebih kental dan rasa yang enak.
2.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan. Secara umum, ekstraksi terbagi atas 3 jenis, yaitu ekstraksi
mekanik, ekstraksi pelarut, dan ekstraksi rendering. Ekstraksi pelarut sendiri dapat
dilakukan dengan cara panas dan cara dingin. Cara dingin terdiri dari maserasi dan
perkolasi.
Maserasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan
prinsip metoda pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetic
berarti dilakuakn pengadukan kontinyu. Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarutsetelah dilakukan ekstraksi maserat pertama
dan seterusnya.
Perkolasi, adalah ekstraksi pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
umumnya pada suhu ruang. Prosesnya didahului dengan pengembangan
bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penampungan
ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang
jumlahnya 1-5 kali bahan
Sedangkan cara panas terdiri dari reflux, sokletasi, digesi, destilasi uap, dan
infuse.
Reflux, adalah ekstraksi pelarut pada temperature didihnya selamawaktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya
pendingin balik
Sokletasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah
pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik.
Digesi, adalahmaserasi kinetic pada temperature lebih tinggi dari temperature
kamar sekitar 40-50 C
Destilasi uap, adalah ekstraksi zat kandungan menguap dari bahan dengan uap
air berdasarkan peristiwa tekanan parsial zat kandungan menguap dengan fase
uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan diakhiri dengan
kondensasi fse uap campuran menjadi destilat air bersama kandungan yang
memisah sempurna atau sebagian.
Infuse, adalah ekstraksi pelarut air pada temperature penangas air 96-98 C
selama 15-20 menit.
Tabel 2.1 Perbedaan Ekstraksi Maserasi, Perkolasi dan Sokletasi.
Perbedaan Maserasi Perkolasi Sokletasi
Bahan yang
digunakan
Tidak tahan panas Tidak tahan panas Tahan panas
Hasil ekstraksi Kurang maksimal Maksimal Maksimal
Proses kerja Sampel direndam
pelarut
Sampel dialiri
pelarut
Sampel direndam
dan dialiri pelarut
Peralatan Sederhana Sederhana Agak rumit
Biaya Murah Mahal Mahal
Waktu yang
dibutuhkan
Lama Lama Lama
Sistem Alat Tertutup Terbuka Tertutup
Sumber: Irwan (2010)
2.4. Sokletasi
Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang – ulang dengan pelarut yang
sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan
sempurna. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam
jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi,
melainkan dengan teknik lain di mana pelarut yang digunakan harus selalu dalam
keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih
efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi. Proses pengambilan minyak dari
ampas kelapa dapat dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi.
Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa dari
material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan adalah
seperangkat alat sokletasi yang terdiri atas labu didih, tabung soklet, dan
kondensor. Sample dalam sokletasi perlu dikeringkan terlebih dahulu untuk
menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample dan dihaluskan untuk
mempermudah pelarutan senyawa.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara
pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam
labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang
telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary
evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran
organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :
1. Pelarut yang mudah menguap seperti: n-heksan, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah.
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
Keunggulan dari metode sokletasi ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan sokletasi adalah sebagai berikut:
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah
rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi
penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi
meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah
menguap.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang
sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi
harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar
matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian
atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa
artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi.
2.5. Jenis – Jenis Pelarut yang Digunakan
Dalam sokletasi ada beberapa pelarut yang dapat digunakan. berikut adalah
pembagian pelarut-pelarut yang dapat digunakan dalam sokletasi:
Tabel 2.2 Jenis-jenis Pelarut
Solvent Titik didihKonstanta
DielektrikMassa jenis
Pelarut Non-Polar
Heksana 69 °C 2.0 0.655 g/ml
Benzena 80 °C 2.3 0.879 g/ml
Toluena 111 °C 2.4 0.867 g/ml
Dietil eter 35 °C 4.3 0.713 g/ml
Kloroform 61 °C 4.8 1.498 g/ml
Etil asetat 77 °C 6.0 0.894 g/ml
Pelarut Polar
1,4-Dioksana 101 °C 2.3 1.033 g/ml
Tetrahidrofuran
(THF)66 °C 7.5 0.886 g/ml
Diklorometana
(DCM)40 °C 9.1 1.326 g/ml
Asetona 56 °C 21 0.786 g/ml
Asetonitril (MeCN) 82 °C 37 0.786 g/ml
Dimetilformamida
(DMF)153 °C 38 0.944 g/ml
Dimetil sulfoksida
(DMSO)189 °C 47 1.092 g/ml
Asam asetat 118 °C 6.2 1.049 g/ml
n-Butanol 118 °C 18 0.810 g/ml
Isopropanol (IPA) 82 °C 18 0.785 g/ml
n-Propanol 97 °C 20 0.803 g/ml
Etanol 79 °C 30 0.789 g/ml
Metanol 65 °C 33 0.791 g/ml
Asam format 100 °C 58 1.21 g/ml
Air 100 °C 80 1.000 g/ml
Sumber: Ana (2011)
2.5.1 Eter
Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R-O-R’ dengan
R dapat berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah
pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat
umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia karena gugus ini merupakan
gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.
Tabel 2.3. Karakteristik Pelarut Eter
Beberapa Alkil Eter
Eter StrukturTitik Lebur
(0C)
Titik Didih
(0C)
Momen Dipol
(D)
Dimetil eter CH3-O-CH3 -138,5 -23,0 1,30
Dietil eterCH3-CH2-O-CH2-
CH3
-116,3 34,4 1,14
Tetrahidrofura
n
O(CH2)4 -108,4 66,0 1,74
Dioksana O(C2H4)2O 11,8 101,3 0,45
Sumber: Ratna (2010)
2.5.2 Kloroform
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform
sering dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun
kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri.
Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan namun mudah menguap.
Tabel 2.4. Karakteristik Pelarut Kloroform
Karakteristik Pelarut Kloroform
Rumus Molekul CHCl3
Massa Molar 119,38 g/mol
Densitas 1,48 g/cm3
Titik Lebur -63,5 0C
Titik Didih 61,2 0C
Sumber: Widiyo (2011)
2.5.3 Heksana
Heksana (C6H14) atau CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 merupakan pelarut non
polar yang tidak berwarna dan mudah menguap dengan titik didih 69 oC, pada T
dan P normal berbentuk cair. Senyawa ini merupakan fraksi petroleum eter yang
ditemukan oleh Castille da Henri. Secara umum Heksana merupakan senyawa
dengan 6 rantai karbon lurus yang didapatkan dari gas alam dan minyak mentah.
Heksana biasanya digunakan dalam pembuatan makanan termasuk ekstraksi dari
minyak nabati
Tabel 2.5. Karakteristik Pelarut Heksana
Sumber: Roy (2011)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat-alat
1. Satu set/unit alat soklet
2. Corong
3. Gelas Ukur 500 ml
4. Labu didih
5. Mantel Pemanas
6. Kapas
7. Benang
8. Selotip pipa
3.2. Bahan-bahan
1. Ampas kelapa dari proses mesin yang dudah dikeringkan
2. N – Heksana
3. Air
4. Batu didih
3.3. Prosedur Percobaan
1. Bersihkan soklet, masukkan 3 butir batu didih dan keringkan, timbang,
catat berat labu+batu didih.
2. Siapkan contoh dari ampas kelapa yang dikeringkan selama 1 hari.
3. Buat selongsong (timbel) dari kertas saring, ukurannya disesuaikan
dengan besarnya tabung soklet. Timbang berat selongsong kosong.
4. Isi selongsong dari kertas saring dengan contoh. Timbang berat
selongsong+contoh. Berat contoh saja dapat dihitung.
5. Masukkan selongsong yang berisi contoh kedalam tabung soklet.
6. Sambungkan tabung soklet yang berisi contoh dengan labu soklet,
jangan lupa merekatkan selotip pipa ke ujung tabung soklet, untuk
memudahkan waktu membukanya nanti.
7. Berdirikan labu pada mantel pemanas, dan tabung soklet yang
tersambung pada labu di klem kan pada standar, posisinya harus berdiri
tegak lurus.
8. Masukkan pelarut n-heksana dari mulut tabung soklet, sampai terisi
penuh. Setelah penuh, pelarut dengan sendirinya akan turun ke labu
soklet. Setelah tabung soklet kosong pelarut, tambahkan lagi n-heksana
sampai contoh yang ada dalam tabung terendam sempurna.
9. Pasangkan pendingin pada mulut tabung soklet. Jangan lupa
merekatkan selotip pipa ke mulut pendingin,untuk memudahkan waktu
membukanya nanti.
10. Alirkan air pendingin dari kran, periksa kalau ada kebocoran, kalau ada,
harus diperbaiki sebelum pekerjaan dilanjutkan.
11. Hidupkan mantel pemanas, dan proses sokletasi dimulai.
12. Pelarut yang ada dalam labu akan menguap karena pemanasan. Uap
naik kebagian atas, dan diembunkan oleh pendingin, menetes kedalam
tabung soklet dan menumpuk dalam tabung sambil merendam contoh.
Waktu merendam inilah n-heksana akan menarik minyak kelapa dari
jaringan ampas kelapa. Bila tabung soklet penuh oleh pelarut yang telah
melarutkan minyak kelapa, maka dengan sendirnya pelarut akan turun
kelabu. Di labu pelarut kembali menguap dan meninggalkan minyak.
Pelarut yang menguap kembali naik dan mengembun kedalam tabung
soklet untuk merendam contoh sekaligus melarutkan minyak yang
masih tersisa dalam ampas kelapa. Setelah penuh kembali turun kelabu
sambil membawa minyak. Sirkulasi tersu terjadi selama proses,
sehingga akhirnya semua minyak terlarutkan oleh n –heksana.
13. Bila proses dipandang telah siap, amka mantel pemanas dimatikan.
Biarkan beberapa saat, kemudian selongsong contoh dikeluarkan dari
dalam tabung soklet, diremas, sehingga kering pelarut, pelarut hasil
remasan dimasukkan kedalam tabung soklet.
14. Setelah contoh dikeluarkan, unit alat dipasangkan kembali, dan mantel
pemanas dihidupkan lagi. Dimulai proses pengambilan pelarut. Amati
dengan teliti, bila tabung sudah hampir penuh, pemanas cepat
dimatikan, dan pelarut yang ada dalam tabung diambil, disimpan dalam
botol tersendiri. Kalau terlambat, tabung sempat penuh, maka semua
pelarut akan turun kelabu dibagian bawah, sedangkan sekarang kita
pada tahap pengambilan pelarut.
15. Bila proses pengambilan pelarut sudah dianggap selesai, yakni minyak
dalam labu sudah terlihat lebih pekat, maka pemanas dimatikan, dan
alat dilepas menjadi bagian –bagiannya.
16. Minyak yang ada dalam labu, dikeringkan lagi dari pelarutnya dengan
cara memanaskan dalam oven pada suhu diatas titik didih pelarut.
Diovenkan selama 15 menit, kemudian dinginkan dan ditimbang.
17. Pekerjaan seperti no. 16 dilakukan berulang sampai didapat berat tetap.
18. Berat minyak dapat dihitung, sehingga persentase minyak dalam ampas
kelapa juga dapat dihitung.
19. Minyak hasil sokletasi disimpan pada botol tersendiri.
3.4. Rangkaian Alat
Keterangan :
1. Kondensor
2. Tabung soklet
3. Selongsong
4. Selang
5. Statif
6. Labu didih dasar bulat
7. Minyak dan pelarut
8. Mantel pemanas
Gambar 3.1 Rangkaian alat sokletasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Perhitungan
Dari percobaan didapat besarnya rendemen minyak dari ampas kelapa
adalah sebagai berikut:
1. Berat sampel (ampas kelapa) = 17 gram
2. Sampel + selongsong + kapas = 17,755 gram
3. Berat labu didih + labu didih = 186,756 gram
4. Volume heksana yang digunakan = 300 ml
5. Suhu pemanasan = 20°C
6. Waktu refluks
a. Refluks 1 = 23,51 menit
b. Refluks 1 = 19,53 menit
c. Refluks 1 = 20,42 menit
d. Refluks 1 = 18,55 menit
e. Refluks 1 = 18,28 menit
f. Refluks 1 = 18,59 menit
g. Refluks 1 = 23,36 menit
h. Refluks 1 = 21,59 menit
i. Refluks 1 = 21,22 menit
j. Refluks 1 = 21,06 menit
k. Refluks 1 = 20,33 menit
l. Refluks 1 = 21,26 menit
m. Refluks 1 =20,54 menit
7. Berat pengovenan
a. Menit ke-15 (1) = 191,48 gram
b. Menit ke-15 (2) = 191,472 gram
c. Menit ke-5 (3) = 191,466 gram
Jadi, rendemen minyak dari ampas kelapa adalah :
Re ndemen=outputinput
x100 %
= 4,71 gram/17 gram x 100%
= 27,7 %
4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.selain itu ekstraksi
juga dapat diartikan sebagai penguraian zat-zat berkhasiat atau zat aktif dibagian
tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan yang pada umumnya mengandung
senyawa-senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik.
Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi.
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut
ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam
jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi,
melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam
keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih
efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.
Prinsip kerja sokletasi penyarian secara berkesinambungan dimana cairan
penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan akan terkondensasi molekul-
molekul cairan penyari oleh pendingin balik dengan turun kedalam klonsong
menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat setelah
melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif menjadi
sempurna.
Dalam percobaan ini langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun alat
sokletasi, yakni labu didih dan batu didih yang telah ditimbang sebelumnya
disusun diatas mantel pemanas. Batu didih dalam hal ini untuk mengurangi
letupan dan meratakan panas pada pelarut. Langkah selanjutnya adalah
menimbang ampas kelapa yang telah dikeringkan sebanyak 17 gram kemudian
dibungkus hingga membentuk selongsong dengan kertas saring. Kemudian
selongsong dimasukan ke alat soklet dan disusun diatas labu didih yang diikuti
dengan pengisian pelarut hexan sebanyak 300 ml setelah itu disusunnya alat
kondensor/pendingin. Kondensor ini bertujuan untuk mendinginkan uap pelarut
sehingga uap tersebut mencair dan turun kembali kedalam tabung soklet untuk
melarutkan minyak kembali. Setelah semua alat soletasi terpasang air dialirkan ke
kondensor didikuti dengan dihidupkannya alat pemanas.
Dalam proses ini terjadilah kondensasi pelarut hexan dimana pelarut yang
telah menguap menetes kembali ke tabung soklet membasahi sampel dan
tertampung di dalam tabung soklet sampai tinggi pelarut dalam pipa siphon sama
dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan masuk
kembali ke dalam labu didih bulat dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut
dengan efek siphon. pada ekstraktor Soxhlet cairan akan masuk ke dalam labu
setelah tinggi pelarut dalam selongsong sama dengan pipa siphon ini dimaksud-
kan agar simplisia yang diinginkan dapat terekstrak dengan
sempurna. Sehingga menyebabkan ada bagian pada sampel yang berkontak lebih
lama dengan cairan daripada bagian lainnya. Sehingga sampel yang berada di
bawah akan terekstraksi lebih banyak daripada bagian atas. Proses ini berlangsung
secara terus menerus selama kurang lebih 5 jam, dan mengalami refluks sebanyak
13 kali.
Selongsong dalam alat soklet dikeluarkan, dan kemudian dilakukan proses
destilasi, sehingga hanya sedikit pelarut yang tersisa di dalam labu didih bulat.
Setelah proses destilasi selesai minyak yang terekstraksi di dalam labu didih
bulat dikeringkan dengan menggunakan oven, kamudian hasilnya ditimbang
dan di oven kembali sampai beratnya stabil baru kemudian hasil minyak yang
telah di ekstraksi disimpan. Rendemen minyak kelapa yang didapat 27,7%
sedangkan berdasarkan teori, rendemen minyak kelapa dari ampas kelapa
berkisar 12,2%-15,9%. Rendemen yang didapatkan dari percobaan berbeda
dengan teorinya dikarenakan hasil ekstraksi sokletasi yang didapat tidak hanya
mengandung minyak ampas kelapa saja. Hal ini dikarenakan pelarut heksan,
tidak hanya menyari minyak, tetapi juga menyari protein. Protein mengandung
asam amino yang non polar dan bersifat hidrofob sehingga larut dalam pelarut
non polar seperti heksana. Selain itu, lebih besarnya rendemen hasil percobaan
dikarenakan sample yang digunakan kering, berbeda dengan teoritisnya yang
masih basah atau mengandung air. kandungan air dalam sample menyebabkan
pelarut sulit untuk menarik minyak karena heksana yang bersifat non polar dan
air yang bersifat polar tidak dapat saling melarutkan. Itulah sebabnya kenapa
rendemen percobaan yang didapatkan lebih besar dari teorinya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ekstraksi sokletasi merupakan metode pemisahan komponen dari sampel
dengan penyarian berulang-ulang dengan pelarut organik dalam keadaan panas.
Rendemen yang didapat dari hasil percobaan adalah 27,7%
5.2 Saran
1. Berhati-hati dalam memasang alat sokletasi, serta tidak lupa
mengolesinya dengan vaselin
2. Lihat kondisi alat sebelum membuka kembali susunan alat sokletasi,
lebih baik ditunggu hingga dingin.
3. Praktikan hendaknya selalu mengawasi percobaan agar tidak ada
refluks yang terlewati.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Minyak Biji Jarak Pagar.http://id.wikipedia.org/wiki/Jarak_pagar.
Diakses pada 30 Desember 2012.
Anonim. Sokletasi. http://aneetha_soeka.student.fkip.uns.ac.id/sokletasi. Diakses
pada 01 oktober 2012.
Davia. 1995. Organic Laporatory Tecniques. Second edition, USA.
Irdoni HS & Nirwana HZ. 2012. Modul Praktikum Kimia Organik. Universitas
Riau.
Puriyanto, Edi. Ekstraksi Minyak Jagung. http://edipuriyanto.blogspot.com/eks-
traksi-minyak-jagung.html.Diakses pada 30 oktober 2012.
Putri, Yolani. Sokletasi.http://yolanisyaputri.blogspot.com/2012/01/sokletasi.html.
Diakses pada 01 oktober 2012.
Rahmayanti, Rini. Sokletasi Minyak Jarak Pagar.http://rinirahmayanti18.-
blogspot.com/2012/02/sokletasi. Diakses pada 30 oktober 2012.
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
Gambar A.1. Rangkaian alat ekstraksi sokletasi dan proses berlangsungnya.
Gambar A.2. Proses penuangan pelarut kedalam tabung sokletasi.
Gambar A.3. Proses pengovenan minyak hasil ekstraksi untuk memperoleh
berat konstant.
Gambar A.4. Selongsong dengan sampel ampas kelapa
Gambar A.5. Mantel pemanas dan labu didih berdasar bulat.
Gambar A.6. Tabung soklet