PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

122
PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR Summary (makalah kelompok 1 - 12) diajukan untuk memenuhi tugas akhir semester enam mata kuliah jurusan bimbingan dan konseling Pengembangan Pribadi Konselor oleh Syufiyatuddin Indah Haqqun 1206104030032 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

description

This file is the final project of the course of personal development counselor in the sixth semester

Transcript of PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Page 1: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Summary (makalah kelompok 1 - 12)

diajukan untuk memenuhi tugas akhir semester enammata kuliah jurusan bimbingan dan konseling

Pengembangan Pribadi Konselor

oleh

Syufiyatuddin Indah Haqqun 1206104030032

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2015

Page 2: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 1

IDENTITAS KONSELOR : “KETERKAITAN DAN PERBANDINGAN KONSELING,

BIMBINGAN DAN PSIKOTERAPI”

Summary

1. Identitas Konselor

1) Pengertian Konselor

Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling. Seeorang

bisa mendapat predikat seorang konselor apabila iamempunyai latar belakang pendidikan

minimal sarjana strata 1 (S1) dari jurusan Bimbingan dan Konseling. Dalam hal ini, mempunyai

organisasi profesi yang menaunginya yaitu Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN).

Melalui proses sertifikasi melihat kompetensi baik secara akademik maupun non akademik yang

dimiliki telah dimiliki konselor, asosiasi ini memberikan lisensi bagi para konselor tertentu

sebagai tanda bahwa yang bersangkutan dapat berwenang memberikan pelayanan konseling dan

pelatihan bagi masyarakat secara legal.

2) Karakteristik Seorang Konselor (Cavanagh)

Self Knowledge (Pemahaman diri) konselor patut memahami dirinya dengan baik,

dia memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan hal itu, dan

masalah apa yang harus dia selesaikan.

Competence (Kompeten) konselor itu memiliki kualitas fisik, intelektual,

emosional, sosial, dan moral  sebagai pribadi yang berguna.

Good Psychological Health (Kesehatan Psikologis yang Baik) Konselor dituntut

untuk memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari kliennya. Hal ini penting

karena mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan keterampilan.  

Trustworthiness (Dapat Dipercaya) konselor itu tidak menjadi ancaman atau

penyebab kecemasan bagi klien.

Honesty (Jujur) bahwa konselor itu bersikap transparan (terbuka), autentik, dan

asli (genuine). 

Strength (Kekuatan) konselor sangat penting dalam konseling, sebab dengan hal

itu klien akan  merasa aman.

Page 3: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Warmth (Bersikap Hangat) Bersikap hangat merupakan manifestasi sikap seperti

misalnya ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang.

Actives responsiveness bersifat dinamis, melalui respon yang aktif, konselor dapat

mengkomunikasikan perhatian dirinya terhadap kebutuhan klien.

Patience (Sabar) Melalui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat

membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami.

Sensitivity (kepekaan) Kualitas ini berarti bahwa konselor menyadari tentang

adanya dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersinggung,

baik pada diri klien maupun dirinya sendiri.

Holistic awareness (Kesadaran Holistik) konselor memahami klien secara utuh

dan menyeluruh.

3) Beberapa Rangkaian Pekerjaan Khusus Untuk Konselor

Konselor sekolah

Konselor Kesehatan Mental Klinis (Badan Konselor)

Konselor pernikahan, pasangan, dan Keluarga

Kemahasiswaan dan Konselor Universitas

Konselor Kecanduan

Konselor rehabilitasi

Konselor pastoral

2. Keterkaitan Dan Perbandingan Konseling, Bimbingan Dan Psikoterapi

Para ahli mempunyai beberapa pendapat tentang konseling dengan psikoterapi adalah sama,

yaitu sama-sama membantu orang lain. Hanya saja konseling lebih banyak digunakan di

kalangan pendidikan , sedangkan psikoterapi digunakan oleh pekerja sosial, psikolog, dan

psikiater.

1) Persamaan Konseling, Bimbingan Dan Psikoterapi

Pada dasarnya tujuan bimbingan, konseling dan psikoterapi adalah sama, yaitu eksplorasi

diri, pemahaman diri, dan perubahan perilaku. Ketiganya mencoba menghilangkan perilaku

merusak diri pada konseli/klien. Baik bimbingan, konseling dan psikoterapi menekankan pada

perkembangan pembuatan keputusan dan keterampilan pembuatan rencana oleh konseli/klien.

Page 4: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Hubungan antara konselor dengan konseli merupakan bagian paling penting dalam bimbingan,

konseling dan psikoterapi.

1) Perbandingan Konseling, Bimbingan Dan Psikoterapi

Perbedaan Bimbingan Konseling Psikoterapi

Jenis Bantuan

Bantuan non material, berupa pemberian informasi atau orientasi.

Bantuan non material (bantuan psikologis).

Bantuan psikis.

Pihak yang terlibat

Seseorang yang menguasai suatu bidang tertentu.

Individu yang membutuhkan informasi atau bimbingan.

Konselor. Konseli.

Para ahli kejiwaan.

Individu yang mengalami gangguan kejiwaan (kesehatan mentalnya terganggu).

TujuanMemberikan informasi dan orientasi tertentu kepada individu yang membutuhkan.

Pemahaman diri. Penerimaan diri. Pengelolaan diri. Mengoptimalkan

potensi dan kemampuan konseli.

Pemecahan masalah. Aktualisasi diri. Mengubah KES T

(Kehidupan Efektif Sehari-hari Terganggu) menjadi KES (Kehidupan Efektif Sehari-hari).

Menyembuhkan atau menghilangkan gangguan kejiwaan yang diderita oleh pasien.

Proses Biasanya menggunakan

metode ceramah. Normatif.

Wawancara konseling sebagai alat utama.

Berkelanjutan. Normatif.

Menggunakan obat penenang.

Berkelanjutan hingga gangguan kejiwaan hilang.

Tahapan Membina hubungan baik. Menyampaikan materi

bimbingan. Menyampaikan tujuan

pemberian materi bimbingan (informasi).

Membina hubungan baik (rapport).

Explorasi masalah. Merumuskan tujuan. Merencanakan

bantuan.

Mengikuti tahapan dokter spesialis gangguan kejiwaan.

Page 5: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kegiatan inti. Evaluasi.

Evaluasi, tindak lanjut.

Hasil (output)

Individu memiliki pemahaman terhadap suatu informasi yang ia butuhkan, sehingga ia mampu memutuskan apa yang harus ia lakukan terhadap hasil informasi tersebut.

Individu yang mandiri. Mencapai KES

(Kehidupan Efektif Sehari-hari).

Terpecahkannya suatu masalah yang dihadapi individu.

Gangguan kejiwaan yang diderita oleh pasien hilang (sembuh).

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa, ada beberapa perbedaan konseling yang lebih

mendalam, yaitu:

Konseling lebih berfokus pada konseren, ikhwal, masalah pengembangan, pendidikan,

dan pencegahan. Sedangkan psikoterapi lebih fokus pada konseren atau masalah

penyembuhan, penyesuaian, dan pengobatan.

Konseling dijalankan atas dasar falsafah atau pandangan terhadap manusia, sedang

psikoterapi atas dasar ilmu atau teori kepribadian dan psikopatologi. Perlu ditambahkan

bahwa konseling juga memanfaatkan teori kepribadian dan teori psikologi lainnya, tetapi

bukan sebagai dasar kerjanya, melainkan hanya sebagai alat bantu dalam memahami

individu.

Konseling dan psikoterapi berbeda dalam tujuan dan caranya dalam mencapai tujuan.

Tujuan psikoterapi adalah mengatasi kelemahan tertentu melalui beberapa cara praktis

mencakup “pembedahan psikis” dan pembedahan otak. Sedang konselor berurusan

dengan identifikasi dan pemgembangan kekuatan-kekuatan positif pada individu.

Penekanan pada perbedaan subyek, konseling lebih menekankan pada hal-hal yang sadar

dan masa kini, sedangkan terapi pada masa yang lalu.

Sifat gangguan yang ditangani konseling dan psikoterapi juga berbeda. Konseling lebih

pada masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan. Sedang psikoterapi menangani

masalah disfungsi atau gangguan emosional yang parah.

Page 6: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Questions and Answers

1. Bagaimanakah kita mengetahui bahwa seorang konselor telah memiliki Holistic awareness

pada dirinya?

Jawaban Kelompok:

Seorang konselor telah dikatakan memiliki Holistic awareness pada dirinya ditandai dengan

dalam melakukan proses konseling seorang konselor tersebut telah memahami klien secara

utuh dan menyeluruh. Artinya bahwa, seorang konselor tidak memilih kasih kepada siapa,

dari golongan mana, keturunan siapa, pekerjaannya apa dalam melakukan proses konseling

kepada konseli/kliennya. Ia menerima klien secara utuh dan menyeluruh dalam proses

konseling yang dilakukan semata hanya untuk membantu klien dalam pemecahan

masalahnya.

2. Bagaimanakah jika kita ingin menjadi konselor kesehatan mental klinis ? Apa saja yang

harus kita tempuh ?

Jawaban Kelompok :

Seorang konselor kesehatan mental klinis adalah seseorang yang telah memperoleh gelarnya

dibidang konseling kesehatan mental klinis atau gelar yang terkait erat dalam konseling

(misalnya, lembaga konseling). Meskipun tidak semua program dapat terakreditasi,

seseorang yang memperoleh gelar dalam konseling kesehatan mental klinis atau yang

sederajat, pada umumnya dilatih untuk melakukan konseling atau psikoterapi untuk mereka

yang berjuang dengan masalah kehidupan, masalah emosional, atau gangguan kesehatan

mental. Mereka biasanya ditemukan bekerja di berbagai instansi atau dalam praktek swasta

yang melakukan konseling dan psikoterapi.

3. Apa perbedaan anatara konselor kecandauan dengan konselor rehabilitas? (marsauri)

Jawaban Kelompok :

Konselor Kecanduan Konselor kecanduan mempelajari berbagai gangguan kecanduan,

seperti penyalahgunaan zat (obat-obatan dan alkohol), gangguan makan, dan kecanduan

seksual. Mereka akrab dengan diagnosis, perencanaan perawatan, dan memahami

pentingnya ilmu pengobatan jiwa pada pekerjaan ini. Dalam hal ini, konselor bertugas

Page 7: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

unutk memberikan informasi dalam hal pencegahan terhadap kecanduan zat-zat yang

berbahaya.

Konselor rehabilitasi Konselor rehabilitasi menawarkan berbagai layanan kepada

orang-orang dengan fisik, emosional, atau cacat perkembangan. Konselor bekerja di

negara bagian instansi kejuruan rehabilitasi, atau lembaga rehabilitasi swasta. Dewan

Pendidikan Rehabilitasi adalah badan akreditasi untuk konseling program rehabilitasi

yang meliputi kursus di SMK, evaluasi, analisis kerja, aspek medis dan psikososial

kecacatan, hukum dan masalah etika dalam rehabilitasi, serta sejarah konseling

rehabilitasi.

4. Bagaimana yang dikatakan konselor harus memiliki sikap hangat?

Jawaban Kelompok :

Warmth (Bersikap Hangat) Bersikap hangat merupakan manifestasi sikap seperti misalnya

ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang.

5. Bagaimana karakteristik konselor yang ideal dalam kaitannya dengan profesionalitas

konselor itu sendiri.

Jawaban Kelompok :

Konselor itu harus memiliki ;

1. Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri (Self-knowledge)

Disini berarti bahwa konselor mawas diri atau memahami dirinya dengan baik, dia

memahami secara nyata apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan itu, dan masalah

apa yang harus dia selesaikan. Pemahaman ini sangat penting bagi konselor, karena

beberapa alasan sebagai berikut.

Konselor yang memilki persepsi yang akurat akan dirinya maka dia juga akan memilki

persepsi yang kuat terhadap orang lain.

Konselor yang terampil memahami dirinya maka ia juga akan memahami orang lain.

Page 8: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

2. Kompetensi (Competence)

Kompetensi dalam karakteristik ini memiliki makna sebagai kualitas fisik, intelektual,

emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor untuk membantu klien. kompetensi

sangatlah penting, sebab klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan

kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan

bahagia. Adapun kompetensi dasar yang seyogianya dimilki oleh seorang konselor, yang

antara lain :

Penguasaan wawasan dan landasan pendidikan

Penguasaan konsep bimbingan dan konseling

Penguasaan kemampuan assesmen

Penguasaan kemampuan mengembangkan progaram bimbingan dan konseling

Penguasaan kemampuan melaksanakan berbagai strategi layanan bimbingan dan

konseling

Penguasaan kemampuan mengembangkan proses kelompok

Penguasaan kesadaran etik profesional dan pengembangan profesi

Penguasaan pemahaman konteks budaya, agama dan setting kebutuhan khusus

3. Kesehatan Psikologis yang Baik

Seorang konselor dituntut untuk dapat menjadi model dari suatu kondisi kesehatan psikologis

yang baik bagi kliennya, yang mana hal ini memiliki pengertian akan ketentuan dari konselor

dimana konselor harus lebih sehat kondisi psikisnya daripada klien. Kesehatan psikolpgis

konselor yang baik sangat penting dan berguna bagi hubungan konseling. Karena apabila

konselor kurang sahat psikisnya, maka ia akan teracuni oleh kebutuhan-kebutuhan sendiri,

persepsi yang subjektif, nilai-nilai keliru, dan kebingungan.

4. Dapat Dipercaya (trustworthness)

Konselor yang dipercaya dalam menjalankan tugasnya memiliki

kecenderungan memilki kualitas sikap dan prilaku sebagai berikut:

Memilki pribadi yang konsisten

Page 9: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya.

Tidak pernah membuat orang lain kesal atau kecewa.

Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak ingkar janji dan mau

membantu secara penuh.

5. Kejujuran (honest

Yang dimaksud dengan Kejujuran disini memiliki pengertian bahwa seorang konselor itu

diharuskan memiliki sifat yang terbuka, otentik, dan sejati dalam pembarian layanannya

kepada konseli. Jujur disini dalam pengertian memiliki kongruensi atau kesesuaian dalam

kualitas diri actual (real-self) dengan penilain orang lain terhadap dirinya (public self). Sikap

jujur ini penting dikarnakan:

Sikap keterbukaan konselor dan klien memungkinkan hubungan psikologis yang dekat

satu sama lain dalam kegiatan konseling.

Kejujuaran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif

terhadap klien.

6. Kekuatan atau Daya (strength)

Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam konseling, sebab dengan hal

itu klien merasa aman. Klien memandang seorang konselor sebagi orang yang, tabaha

dalam menghadapi masalah, dapat mendorong klien dalam mengatasi masalahnya, dan

dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.

Konselor yang memilki kekuatan venderung menampilkan kualitas sikap dan prilaku

berikut.

Dapat membuat batas waktu yang pantas dalam konseling

Bersifat fleksibel

Memilki identitas diri yang jelas

Page 10: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

7. Kehangatan (Warmth)

Yang dimaksud dengan bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan

memberikan kasih sayang. Klien yang datang meminta bantuan konselor, pada

umumnya yang kurang memilki kehangatan dalam hidupnya, sehingga ia kehilangan

kemampuan untuk bersikap ramah, memberikanperhatian, dan kasih sayang. Melalui

konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan melakukan Sharing

dengan konseling. Bila hal itu diperoleh maka klien dapat mengalami perasaan yang

nyaman.

8. Pendengar yang Aktif (Active responsiveness)

Konselor secara dinamis telibat dengan seluruh proses konseling. Konselor yang

memiliki kualitas ini akan: (a) mampu berhubungan dengan orang-orang yang bukan

dari kalangannya sendiri saja, dan mampu berbagi ide-ide, perasaan, (b) membantu

klien dalam konseling dengan cara-cara yang bersifat membantu, (c) memperlakukan

klien dengan cara-cara yang dapat menimbulkan respon yang bermakna, (d)

berkeinginan untuk berbagi tanggung jawab secara seimbang dengan klien dalam

konseling.

9. Kesabaran

Melaui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien untuk

mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukan lebih

memperhatikan diri klien daripada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung

menampilkan sikap dan prilaku yang tidak tergesa-gesa.

10. Kepekaan (Sensitivity)

Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan kehalusan dinamika yang

timbul dalam diri klien dan konselor sendiri. Kepekaan diri konselor sangat penting

dalam konseling karena hal ini akan memberikan rasa aman bagi klien dan klien akan

lebih percaya diri apabila berkonsultasi dengan konselor yang memiliki kepekaan.

11. Kesadaran Holistik

Page 11: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Pendekatan holistik dalam bidang konseling berarti bahwa konselor memahami secara

utuh dan tidak mendekatinya secara serpihan. Namun begitu bukan berarti bahwa

konselor seorang yang ahli dalam berbagai hal, disini menunjukan bahwa konselor

perlu memahami adanya berbagai dimensi yang menimbulkan masalah klien, dan

memahami bagaimana dimensi yang satu memberi pengaruh terhadap dimensi yang

lainnya. Dimensi-dimensi itu meliputi aspek, fisik, intelektual, emosi, sosial, seksual,

dan moral-spiritual.

Konselor yang memiliki kesdaran holistik cenderung menampilkan karakteristik

sebagai berikut :

Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian yang kompleks.

Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan

perlunya referal.

Akrab dan terbuka terhadap berbagai teori.

6. Dimana saja ranah kerja konselor pastoral?

Jawaban Kelompok :

Konselor pastoral biasanya ada pada pelayanan sosial yang bekerja dalam praktik swasta atau

keagamaan. Konselor pastoral sama saja dengan konselor agama mereka yang bekerja pada

bidang tersebut berorientasi pada spiritual yang berhubungan dengan nilai – nilai spiritual,

etika dan keagamaan. Baik yang ada pada peserta didik maupun dalam lingkup sosialnya.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. 2008. Masalah Sertifikasi II, (Online), (www.pelanggaran sertifikasi konselor, diakses tanggal 55 Febuari 2015)

Bahan Ajar PLPG PSG Rayon 15 UM. 2010. Bimbingan dan Konseling. Malang: Universitas Negeri MalangHartono dan Boy Soedarmadji. 2012. Psikologi Konseling. Jakarta. Prenada Media Group. Jones dan Richard Nelson. 2012. Pengantar Keterampilan Konseling (Introduction To Counselling Skills).

Yogyakarta. Pustaka Pelajar.Mashudi, F. 2012. Psikologi Konseling. Jogjakarta: IRCiSoD.Mappiare, Andi. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta. Rajawali Pers.Nugent. Frank A and Karyn Dayle Jones. 2009. Introduction to the Profession of Counseling. London: Pearson

Education, Inc.Sudarsono. 1997. Kamus Konseling. Jakarta. PT Rineka Cipta Anggota IKAPI.Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.Prayitno. 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti Proyek

Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Page 12: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 2

PERBANDINGAN PROFESI-PROFESI KESEHATAN MENTAL : (KONSELOR,

TERAPIS, PSIKOANALISIS, PSIKIATRIS, PSIKOLOG, PSIKOTERAPIS DAN

PEKERJA SOSIAL)

Summary

1. Identitas Konselor: Apa, Siapa, dan Bagaimana

1) Dasar Pemikiran Standarisasi Profesi Konselor

Standarisasi diperlukan oleh setiap profesi. Standarisasi profesi konselor dilakukan atas dasar

pertimbangan sebagai berikut:

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu

kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, dst (UU No.

20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6).

PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

UU nomor 14 tentang Guru dan Dosen, dalam UU No.14 dijelaskan bahwa konselor

memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang tidak sama persis dengan

guru .

Pelayanan ahli bimbingan dan konseling yang diampu oleh konselor berada dalam

konteks tugas “kawasan pelayanan yang bertujuan memandirikan individu dalam

memotivasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan

termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan

karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi

warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan”.

Ekspektasi kinerja konselor yang mengampu pelayanan bimbingan dan konseling selalu

digerakkan oleh motif altruistik dalam arti selalu menggunakan penyikapan yang

empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan kemaslahatan pengguna

pelayanannya, dilakukan dengan selalu mencermati kemungkinan dampak jangka

panjang dari tindak pelayanannya itu terhadap pengguna pelayanan, sehingga pengampu

pelayanan professional itu juga dinamakan the reflective practitioner.

Page 13: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

2) Syarat Konselor Sekolah

Pekerjaan konselor sekolah bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan ringan, sebab

individu-individu yang dihadapi dan ditangani di sekolah memiliki karakteristik, keunikan,

dan permasalahn yang berbeda. Konselor sekolah dalam menjalankan tugasnya harus

mempunyai kemampuan untuk mengahdapi berbagai individu. Oleh karena itu konselor

sekolah harus memenuhi syarat tertentu, antara lain:

Persyaratan pendidikan Formal

Secara general, konselor sekolah adalah sarjana pendidikan (S1) dalam bidang S-1

Bimbingan dan Konseling yang bermuara pada penganugerahan Ijasah Sarjana

Pendidikan dengan Kekhususan Bimbingan dan Konseling

Secara Profesional, mengikuti Progam Pendidikan Profesi Konselor yang bermuara

pada penganugerahan Sertifikat Konselor yang memberi hak kepada lulusannya untuk

menggunakan gelar profesi Konselor, disingkat Kons

Pengalaman

Konselor sekolah yang professional hendaknya memiliki pengalaman mengajar atau

melaksanakan praktek bimbingan dan konseling.

Mengikuti program pelatihan untuk meningkatkan profesionalitas konselor

Terus menerus berusaha dalam meningkatkan kompetensinya dengan jalan mengikuti

perkembangan literatur dalam bidang bimbingan dan konseling, menyelenggarakan

dan memahami hasil-hasil riset, serta berperan serta secara aktif dalam pertemuan-

pertemuan organisasi profesi.

Persyaratan kepribadian/kecocokan pribadi

Mempunyai pemahaman terhadap orang lain secara obyektif dan simpatik

Mempunyai kemampuan untuk bekerjasama yang baik dengan orang lain

Memahami batas-batas kemampuan yang ada pada dirinya

Mempunyai minat yang mendalam dengan individu-individu/para siswa dan

berkeinginan sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan kepada mereka

Mempunyai kematangan emosi, kedewasaan pribadi, mental, sosial dan fisik.

Page 14: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Persyaratan sifat dan sikap

Sifat genuin.

Sikap konselor dalam menerima konseli.

Penuh pengertian terhadap konseli. Sifat jujur dan kesungguhan.

Kemampuan berkomunikasi.

Kemampuan berempati.

Kemampuan membina keakraban.

Sikap terbuka.

3) Identitas Konselor

Seorang konselor hendaknya memiliki kemampuan untuk memahami gambaran perilaku

individu masa depan, dan konselor datang lebih awal memasuki dunia konseli. Sejarah

menunjukkan terjadinya ragam pemaknaan dan pemahaman terhadap bimbingan dan konseling,

dan menghadapkan konselor kepada konflik, ketidak konsistenan, dan ketidak kongruenan peran.

Untuk mempersempit kesenjangan semacam ini perlu ada langkah penguatan dan penegasan

peran dan identitas profesi. Langkah-langkah tersebut adalah:

Memahamkan Kepala Sekolah

Membebaskan konselor dari tugas yang tidak relevan

Mempertegas tanggung jawab konselor

Membangun standar supervise

4) Sifat Dasar Konselor

Konselor sebagai tenaga professional memiliki dua fungsi yakni membimbing dan

melakukan konseling. Dalam memberikan layanan bimbingan konselor memiliki sifat dasar

diantaranya mempunyai integritas, terampil, memiliki kemampuan menilai dan memprediksi.

5) Wawasan Konselor

Wawasan BK secara khusus meliputi: pemahaman tentang pengertian BK, visi misi BK,

bidang layanan BK, kode etik BK, kegiatan pendukung, dan bidang bimbingan BK.

Page 15: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

2. Keterkaitan dan Perbedaan Bimbingan, Konseling, dan Psikoterapi.

1) Keterkaitan Bimbingan, Konseling, dan Psikoterapi.

Tujuan bimbingan, konseling, dan psikoterapi adalah sama, yaitu eksplorasi diri, pemahaman

diri, dan perubahan perilaku. Ketiganya mencoba menghilangkan perilaku merusak diri pada

konseli/klien dan sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku dilingkungan masyarakat

tempat ketiga kegiatan itu diselenggarakan.

2) Perbedaan Bimbingan, Konseling, dan Psikoterapi.

Bantuan psikis, Pihak yang terlibat : ( Konselor, Konseli )

Seseorang yang menguasai suatu bidang tertentu.

Individu yang membutuhkan informasi atau bimbingan.

Konseli.

Para ahli kejiwaan, pihak yang terlibat :

Individu yang mengalami gangguan kejiwaan (kesehatan mentalnya terganggu).

Tujuan Memberikan informasi dan orientasi tertentu kepada individu yang

membutuhkan.

Pemahaman diri.

Penerimaan diri.

Pengelolaan diri.

Mengoptimalkan potensi dan kemampuan konseli.

Pemecahan masalah.

Aktualisasi diri.

Mengubah KES T (Kehidupan Efektif Sehari-hari Terganggu) menjadi KES

(Kehidupan Efektif Sehari-hari).

Menyembuhkan atau menghilangkan gangguan kejiwaan yang diderita oleh

pasien.

Menurut Proses :

Proses Konseling :

Biasanya menggunakan metode ceramah.

Normatif.

Wawancara konseling sebagai alat utama.

Page 16: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Berkelanjutan.

Proses terapis Kejiwaan :

Normatif.

Menggunakan obat penenang.

Berkelanjutan hingga gangguan kejiwaan hilang.

Tahapan

Membina hubungan baik.

Menyampaikan materi bimbingan.

Menyampaikan tujuan pemberian materi bimbingan (informasi).

Kegiatan inti.

Evaluasi.

Membina hubungan baik (rapport).

Explorasi masalah.

Merumuskan tujuan.

Merencanakan bantuan.

Evaluasi, tindak lanjut. Mengikuti tahapan dokter spesialis gangguan kejiwaan.

Hasil (output) Individu memiliki pemahaman terhadap suatu informasi yang ia butuhkan,

sehingga ia mampu memutuskan apa yang harus ia lakukan terhadap hasil informasi tersebut.

Individu yang mandiri.

Mencapai KES (Kehidupan Efektif Sehari-hari).

Terpecahkannya suatu masalah yang dihadapi individu. Gangguan kejiwaan yang diderita

oleh pasien hilang (sembuh).

3. Perbandingan Profesi-profesi Kesehatan Mental (Konselor,Terapis, Psikoanalisis,

Psikiatris, Psikolog, Psikoterapis, Pekerja Sosial).

1) Konselor Latar belakang pendidikan minimal sarjana strata 1 (S1) dari jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Bimbingan Konseling (BK), atau

Bimbingan Penyuluhan (BP). Mempunyai organisasi profesi bernama Asosiasi

Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN).

Page 17: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

2) Terapis orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang mengalami

gangguan jiwa.

3) Psikoanalisis orang yang mempraktekkan suatu bentuk terapi, yaitu psikoanalis. Untuk

menjadi seorang psikoalis, seseorang harus mendapatkan pendidikan spesialisasi di

institute psikoanalisis dan juga harus menjalani psikoanalisis.

4) Psikiatris dokter yang sudah mengambil spesialis kedokteran jiwa. Setelah lulus

sarjana kedokteran (dokter Umum) seseorang yang hendak menjadi psikiatris harus

mengambil keahlian bidang psikiatris sekitar lima tahun. Baru layak menyandang gelar

spesialisasi Psikiatris. Psikiatris bertugas memberikan konsultasi seputar kesehatan jiwa

yang juga dapat memberikan resep obat.

5) Psikolog gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang sudah lulus sarjana

Psikologi. Biasanya setelah lulus S1 Psikologi perlu waktu satu setengah tahun hingga

dua tahun menyelesaikan gelar profesi Psikolog. Bekerja atau praktek sebagai psikologi

klinis di rumah sakit

6) Psikoterapis terapi atau pengobatan yang menggunakan cara-cara psikologik,

dilakukan oleh seseorang yang terlatih khusus, yang menjalin hubungan kerjasama secara

profesional dengan seorang pasien dengan tujuan untuk menghilangkan, mengubah atau

menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat penyakit.

7) Pekerja Sosial/Dokter Untuk menjadi dokter biasanya diperlukan pendidikan dan

pelatihan khusus dan mempunyai gelar dalam bidang kedokteran.

Questions and Answers

1. Jelaskan beserta contoh perbedaan profesi (beserta tugas yang dikerjakan antara psikolog,

psikoanalis, psikiatris dan konselor) !

Jawaban Kelompok:

Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang sudah lulus sarjana

psikologi. Biasanya setelah lulus S1 Psikologi perlu waktu satu setengah tahun hingga

dua tahun menyelesaikan gelar profesi Psikolog.

Seorang psikolog ada yang bekerja atau praktek sebagai psikologi klinis di rumah sakit.

Selain itu ada psikolog dengan spesialisasi psikologi industri dan organisasi dan psikologi

pendidikan. Psikolog industri dan organisasi biasanya bekerja di bagian Human

Page 18: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Resources and Development (HRD). Sedangkan Psikolog pendidikan berkecimpung di

dunia pendidikan, seperti konselor di sekolah.

Psikolog biasanya menggunakan pendekatan sosial dari permasalahan kejiwaan. Untuk

membantu diagnosa, psikolog terkadang menggunakan bantuan tes-tes psikologi. Untuk

menyembuhkan atau menghilangkan permasalahan kejiwaan, psikolog menggunakan

terapi konseling dan intervensi. Jenis tes itu antara lain tes IQ, minat, bakat, karir, tes

kepribadian, dll.

Seorang psikiatris adalah dokter yang sudah mengambil spesialis kedokteran jiwa.

Setelah lulus sarjana kedokteran (dokter Umum) seseorang yang hendak menjadi

psikiatris harus mengambil keahlian bidang psikiatris sekitar lima tahun. Baru layak

menyandang gelar spesialisasi Psikiatris.

Psikiatris bertugas memberikan konsultasi seputar kesehatan jiwa. Sebab mereka

dilengkapi dengan berbagai kemampuan baik konseling dan psikoterapi. Mereka

belajar keahlian ini (dihitung dari S1) selama sepuluh tahun, bahkan bisa lebih.

Disamping itu psikiatris berhak memberikan (resep) obat kepada pasien atau klien.

Psikolog dan konselor sama sekali tidak berhak mengeluarkan resep.

Psikoanalis adalah orang adalah orang yang mempraktekkan suatu bentuk terapi,

yaitu psikoanalis. Untuk menjadi seorang psikoalis, seseorang harus mendapatkan

pendidikan spesialisasi di institute psikoanalisis dan juga harus menjalani

psikoanalisis.

Konselor sendiri adalah seseorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan

konseling. Berlatar belakang pendidikan minimal sarjana strata 1 (S1) dari jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Bimbingan Konseling (BK), atau

Bimbingan Penyuluhan (BP). Mempunyai organisasi profesi bernama Asosiasi

Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN).

Melalui proses sertifikasi, asosiasi ini memberikan lisensi bagi para konselor tertentu

sebagai tanda bahwa yang bersangkutan berwenang menyelenggarakan konseling dan

pelatihan bagi masyarakat umum secara resmi. Konselor bergerak terutama dalam

konseling di bidang pendidikan, tapi juga merambah pada bidang industri dan

organisasi, penanganan korban bencana, dan konseling secara umum di masyarakat.

Page 19: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

2. Coba diperjelas lagi ranah kerja konselor disekolah, dan perbedaan dengan psikolog seperti

apa, karena mengingat banyak psikolog yang bekerja di sekolah!

Jawaban Kelompok:

Profesi konselor dan psikolog mungkin tidak terlalu populer khususnya di Aceh sendiri.

Akan tetapi, di luar negeri profesi ini telah ramai di jalankan. Di Indonesia khususnya,

bimbingan konseling mayoritas bekerja di ranah pendidikan, belum terlihat ramai yang

bekerja di ranah industri juga kesehatan. Oleh karena banyak nya yang belum familiar

dengan kedua profesi ini, masyarakat awam kerap menyamakannya.

Pada tahun yang lalu, formasi lowongan CPNS di salah satu daerah membuka lamaran dan

klasifikasi yang diminta untuk guru bimbingan konseling di sekolah/ konselor sekolah adalah

berijazah S1 Psikologi. Tentu ini menunjukkan betapa masih ada dari pemerintah kita yang

salah kaprah. Jika konselor sekolah adalah harus dari lulusan S1 Psikologi, maka mau dibawa

kemana lulusan S1 Bimbingan Konseling?. Inilah yang disebut mengambil ranah kerja orang

lain.

Jika pun dalam satu sekolah ada konselor yang lulusan S1 Bimbingan Konseling dan S1

Psikologi, biasanya konselor yang dari S1 Psikologi yang menjadi Koordinator BK nya,

bekerja sama dengan konselor yang lulusan S1 Bimbingan Konseling. Termasuk dalam

pembagian pekerjaan, konselor sekolah lulusan S1 Psikologi dibenarkan untuk memberikan

tes-tes psikologis di sekolah, sedangkan konselor lulusan S1 Bimbingan Konseling boleh

sebagai pengamat/ pembantu pengajaran.

3. Coba jelaskan dimana letak keterkaitan atau persamaan antara konselor dan psikolog!

Jawaban Kelompok:

Diantaranya,

Konselor dan psikolog sama-sama punya organisasi yang menampung, seperti ABKIN

misalnya,

Konselor dan psikolog sama-sama menggunakan teknik konseling dalam membantu

kliennya, hanya saja konselor tidak menggunakan teknik konseling yang terlalu jauh

seperti psikolog,

Page 20: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Baik konselor maupun psikolog, yang menjadi penanganannya adalah manusia, tetapi

tetap dalam ranah berikut,

KONSELOR Normal, namun bermasalah.

PSIKOLOG Abnormal

4. Mengenai wawasan seorang konselor, bagaimana jika seorang konselor sekolah yang tidak

memiliki wawasan yang luas dan tidak up to date, lalu bagaimana pengaruhnya terhadap

layanan konseling yang diberikannya di sekolah?

Jawaban Kelompok:

Dunia konseling yang dulunya adalah bergerak lebih pada penyembuhan, sekarang lebih

dikenal dengan counseling development, artinya pengembangan. Istilah counseling for all

pun sekarang tengah diagung-agungkan. Jika konselor yang ranah penangannya manusia

yang baik dari cara pikirnya, cara berkesehariannya terus berubah, dinamis tidak mampu

mengikuti perkembangan diri manusinya, tidak mampu up to date dengan perkembangan

manusianya, maka yang terjadi adalah konseling yang tidak menyeluruh, konseling yang ada

tidak efektif.

Berbeda jaman, beda pula permasalahan yang ada. Disinilah konselor dituntut untuk terus

menerus belajar dan belajar selaku agent of change bagi semua zaman, dituntut untuk peka

terhadap lingkungan nya.

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. 2005. Bandung. PT.Refika Aditama.Mappiare, Andi. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. 2010. Jakarta. Rajawali Pers.Jones dan Richard Nelson. Pengantar Keterampilan Konseling ( Introduction To Counselling Skills). 2012.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar.Akhmad Sudrajat. 2008. Masalah Sertifikasi II, (Online), (www.pelanggaran sertifikasi konselor, diakses tanggal 15

febuari 2015)Bahan Ajar PLPG PSG Rayon 15 UM. 2010. Bimbingan dan Konseling. Malang: Universitas Negeri MalangBrown, Duane and David J.Srebalus. 1998. An Introduction to The Conseling Profession. Bostob: Allyn & BacconNugent. Frank A and Karyn Dayle Jones. 2009. Introduction to the Profession of Counseling. London: Pearson

Education, Inc.Prayitno. 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti Proyek

Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Page 21: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 3

PRIBADI KONSELOR SEBAGAI INSTRUMENT TERPENTING, DAYA PENYEMBUH

DAN KARAKTERISTIK PERSONAL KONSELOR EFEKTIF

Summary

1. Pribadi Konselor

Sebagai “helper” yang profesional konselor hendaknya memiliki kelebihan-kelebihan. Kelebihan

yang hendak dimiliki adalah:

Sebagai mediator bagi konseli dalam menyelesaikan masalah.

Sebagai penunjuk dalam pemecahan masalah konseli.

Keberanian untuk tidak sempurna.

Sebagai pribadi yang menarik.

Menjaga rahasia.

Kemampuan mengungkap masalah berbagai masalah konseli.

Mampu melihat permasalahan dari berbagai aspek.

Mampu berkomunikasi dengan konseli yang berbeda budaya.

Pemahaman diri dan teori yang digunakan.

Memiliki rasa kepedulian.

2. Kualitas Pribadi Konselor

Corey: 1986 menyatakan “alat” yang paling penting untuk dipakai dalam pekerjaan

seorang konselor adalah dirinya sendiri sebagai pribadi (our self as a person). Pada bagian dari

tulisannya itu, ia tidak ragu-ragu mengatakan bahwa “para konselor hendaknya mengalami

sebagai konseli pada suatu saat, karena pengenalan terhadap diri sendiri bisa meinaikkan tingkat

kesadaran (self awarness)” konselor.

3. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor

Dalam Permendiknas nomor 27 tahun 2008, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi  Konselor, dijelaskan bahwa sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi

Page 22: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

akademik dan profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan

ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional konseling. Kompetensi akademik merupakan

landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi:

Memahami secara mendalam konseli yang dilayani

Menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling

Menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan

Mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan.

4. Pribadi konselor sebagai instrument terpenting

Pribadi konselor merupakan instrument yang menentukan bagi adanya hasil yang positif

dalam proses konseling. Kondisi ini akan didukung oleh keterampilan konselor mewujudkan

sikap dasar dalam berkomunikasi dengan konselinya. Pemaduan secara harmonis dua instrumen

ini (pribadi dan keterampilan) akan memperbesar peluang keberhasilan konselor.

Tyler: 1969, menyatakan: “…success  in counseling depend more upon personal qualities

than upon correct use of specified techniques”. Pribadi konselor yang amat penting mendukung

efektivitas perannya adalah pribadi yang altuistis (rela berkorban) untuk kepentingan konseli.

Brammer juga mengakui adanya kesepakatan helper tentang pentingnya pribadi konselor

sebagai alat yang mengefektifkan proses konseling, ia mengatakan: “A general dictum among

people helpers says that if I want to become more affective I must begun with my self; own

personalities thus the principal tools of the helping process…”.

5. Konselor Sebagai Pribadi Penyembuh

Konselor yang efektif adalah mereka yang memiliki identitas.

Mereka menghargai dan menaruh rasa hormat pada diri sendiri.

Mereka mampu mengenal dan menerima kekuatan mereka sendiri. 

Mereka terbuka pada perubahan.

Mereka memperluas kesadaran mereka akan diri mereka sendiri dan diri orang lain.

Mereka bersedia dan mampu untuk menerima adanya ambiguitas.

Mereka mengembangkan gaya konseling mereka sendiri.

Page 23: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Mereka dapat mengalami dan mengetahui dunia kliennya, namun rasa empati mereka

bukanlah diwarnai dengan keinginan untuk memiliki.

Mereka rasakan dirinya bergairah hidup dan pilihan mereka berorientasi pada

kehidupan.

Mereka adalah orang-orang yang otentik, bersungguh-sungguh dan jujur.

Mereka memiliki rasa humor.

Mereka bisa membuat kesalahan dan mau mengakuinya.

Mereka biasanya hidup di masa kini.

Mereka menghargai adanya pengaruh budaya.

Mereka mampu untuk menggali kembali sosok pribadi mereka sendiri.

Mereka adalah orang yang membuat pilihan-pilihan yang bisa membentuk hidup mereka.

Mereka menaruh perhatian yang serius terhadap kesejahteraan orang lain.

Mereka menjadi terlibat secara penuh dalam karya mereka dan menyerap makna

darinya.

6. Karakteristik personal konselor yang efektif (Brammer)

Awareness of self and values (kesadaran akan diri dan nilai)

Awareness of cultural experience (kesadaran akan pengalaman budaya).

Ability to analyze the helper’s own feeling (kemampuan untuk menganalisis kemampuan

konselor sendiri)

Ability so serve as model and influencer (kemampuan melayani sebagai teladan dan

pemimpin atau “orang yang berpengaruh”).

Altruism (altuisme)

Strong sense of ethics (penghayatan etik yang kuat).

Responsibility (tanggung jawab)

Virginia Satir (Willis, 2004: 79) mengemukakan beberapa karakteristik konselor

sehubungan dengan pribadinya yang membuat konseling berjalan efektif.

resource person, artinya konselor adalah orang yang banyak mempunyai informasi dan

senang memberikan dan menjelaskan informasinya.

Page 24: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

model of communication, yaitu bagus dalam berkomunikasi, mampu menjadi pendengar

yang baik dan komunikator yang terampil.

Cavanagh: 1982 mengemukakan bahwa kualitas pribadi konselor ditandai dengan 

karakteristik sebagai berikut.

a. Pemahaman Diri

Self awareness, berarti bahwa konselor memehami dirinya dengan baik, memahami

secara pasti apa yang akan dilakukan, mengapa dilakukan, dan masalah apa yang harus

diselesaikan.

Konselor yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya cenderung akan

memiliki persepsi yang akurat tentang orang lain

Konselor yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan terampil memahami

orang lain

Konselor yang memahami dirinya akan mampu mengajarkan cara memahami diri

kepada orang lain

Pemahaman tentang diri memungkinkan konselor untuk dapat merasa dan

berkomunikasi secara jujur dengan konseli pada saat proses konseling berlangsung.

Kompeten (Competence), diartikan bahwa konselor itu memiliki kualitas fisik,

intelektual, emosional, social, dan moral sebagai pribadi yang berguna.

Kesehatan Psikologis, Konselor yang memiliki kesehatan psikologis yang baik memiliki

kualitas sebagai berikut.

Memperoleh pemuasan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan dan seks

Dapat menghadapi masalah-masalah pribadi yang dimilki

Menyadari kelemahan, atau keterbatasan kemampuan diri

Menciptakan kehidupan yang lebih baik. Konselor dapat menikmati kehidupan secara

nyaman.

Dapat Dipercaya, konselor yang dapat dipercaya sangat penting karena alasan sebagai

berikut.

Esensi tujuan konseling adalah mendorong konseli untuk mengmukakan masalah

dirinya yang paling dalam Konseli dalam konseling perlu mempercayai karakter dan

motivasi konselor.

Page 25: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Konseli yang mendapat penerimaan dan kepercayaan dari konselor, maka akan

berkrmbang dalam dirinya sikap percaya diri. Konselor yang dapat dipercaya

cenderung memiliki kualitas sikap dan perilaku sebagai berikut.

Memiliki pribadi yang konsisten

Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapan maupun perbuatan

Tidak pernah membuat orang lain kecewa atau kesal

Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak inkar janji, dan

mau membantu secara penuh.

Jujur, konselor bersikap transparan (terbuka), autentik, dan asli (genuine).

Kekuatan (Strength), Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam

konseling, sebab dengan hal itu konseli akan merasa aman.

Dapat membuat batasan waktu yang pantas dalam konseling

Besifat fleksibel

Memiliki identitas diri yang jelas.

Besikap Hangat, konselor besikap penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang.

Dengan rasa hangat tersebut mendorong konseli untuk mendapat kehangatan dan

melakukan “sharing” (bercerita) dengan konselor.

Actives Responsiveness, konselor dapat mengkomunikasikan perhatian dirinya terhadap

kebutuhan konseli.

Sabar, sikap sabar konselor dalam konseling dapat membantu konseli untuk

mengembangkan diri secara alami. Sikap sabar konselor menunjukkan lebih

memperhatikan diri konseli dari pada hasilnya.

Kepekaan, konselor menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang tersembunyi

atau sifat-sifat mudah tersinggung, baik pada diri konseli maupun dirinya sendiri.

Kesadaran Holistik (Holistic Awareness), konselor memahami konseli secara utuh dan

tidak mendekatinya secara serpihan.

7. Pribadi Konselor sebagai instrument, daya penyembuh dan karakteristik konselor

Pribadi konselor harus mampu menampilkan jati dirinya secara utuh, tepat, dan berarti

serta membangun hubungan antarpribadi (interpersonal)  yang unik dan harmonis, dinamis,

persuasif dan kreatif sehingga menjadi motor penggerak keberhasilan layanan bimbingan dan

konseling.

Page 26: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Sosok Konselor yang utuh memiliki kompetensi konselor yang mencakup kompetensi

akademik dan profesional sebagai satu keutuhannya. Kompetensi akademik merupakan landasan

ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional konseling yang dijelaskan dalam

Permendiknas nomor 27 tahun 2008, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Konselor, konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik,

kepribadian, sosial, dan profesional.

Comb dalam George dan Christiani (1991) mengungkapkan bahwa faktor personal

konselor tidak hanya bertindak sebagai pribadi semata tetapi dijadikan sebagai instrumen dalam

meningkatkan kemampuan membantu konselinya (self instrument). Untuk menopang peran

sebagai konselor yang efektif, dia perlu mengetahui apa dan siapa “pribadinya”. Kesadaran

konselor terhadap personalnya akan menguntungkan konseli.Dimensi personal yang harus

disadari konselor dan perlu dimiliki adalah spantanitas; fleksibilitas; konsentrasi; keterbukaan;

stabilitas emosi; berkeyakinan akan kemmapuan untuk berubah; komitmen pada rasa

kemanusiaan; kemauan membantu konseli mengubah lingkungannya; pengetahuan konselor;

totalitas.

Sembilan karakteristik seorang konselor itulah yang akan mampu membantu klien untuk

mengembangkan dirinya, sehingga mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.

ada sembilan karakteristik konselor yang efektif adalah :

1. Konfrontasi,

2. Tulus, dapat juga dikatakan   ikhlas

3. Jujur,

4. Hangat

5. Empati

6. Jelas, dalam memberikan   konseling 

7. Polos

8. Hormat

9. Positive regard

Page 27: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Questions and Answers

1. Bagaimana jika ada yang tidak memiliki keinginan untuk berubah kearah yang lebih baik,

bagaimana seorang konselor sebagai penyembuh dan karakteristiknya?

Jawaban Kelompok :

Upaya yang dilakukan oleh konselor untuk menumbuhkan keinginan dalam diri konseli

untuk berubah kearah yang lebih baik adalah konselor bisa meberikan pemahaman tentang

masalah yang dialaminya, dampak dari masalah yang dialaminya kalau dia tidak memiliki

keinginan untuk berubah. Selai itu konselor juga bisa memberikan semacam tips-tips untuk

berubah sesuai dengan masalah yang dialaminya. Dengan begitu konseli bisa berfikir

kedepan. Karena kita sebagai konselor hanya bisa memberikan pemahaman sedangkan

semua keputusan ada ditangan konseli. Jadi, kalau konseli belum memiliki keinginan untuk

berubah maka konselor tidak bisa memaksa konseli harus berubah.

2. Bagaimana cara mengakui kesalahan ketika kita melakukan kesalahan pada konseli?

Jawaban Kelompok :

Cara mengakui kesalahan yang konselor lakukan pada konseli kita adalah, konselor harus

mengatakan kepada konseli bahwa dia salahpahan terhadap apa yang kita tapsirkan

permasalahan yang dialaminya. Selain itu konselor juga bisa melakukan pancingan atau

pengulangan pertanyaan kepada konseli untuk untuk meyakinkan diri konselor terhadap

pernyataan konseli.

3. Perhatian yang seperti apa yang diberikan konselor kepada kesejahteraan hidup orang lain?

Jawaban Kelompok :

Mereka menaruh perhatian yang serius terhadap kesejahteraan orang lain. Perhatian ini

didasarkan pada rasa hormat, kepedulian, kepercayaan, dan penghargaan yang tulus kepada

orang lain. Implikasinya ialah pada kesediaan mereka untuk menantang orang yang

signifikan dalam hidupnya untuk juga tetap membuka diri agar bisa terus berkembang.

4. Dalam melakukan konseling HP konselor bordering, apayang harus dilakukan konselor?

Jawaban Kelompok :

Ketika sedang melakukan konseling, konselor harus berkonsentrasi penuh terhadap konseli,

karna didalam proses konseling konselor harus membina hubungan baik dengan konselinya

agar terciptannya hubungan yang saling membutuhkan adanya yang membutuhkan dan yang

membantu. Nah, ketika konseli sudah akrab sama konselor, sudah terbuka maka konselor

Page 28: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

harus menunjukkan sikap pemerimaannya, dan pada saat proses konseling diharapkan

konselor mendiamkan HP-nya, jangan samapi ketika konseli menceritakan permasalahannya

bisa mengganggu konseli, apalagi konselor sampai mengangkat telponnya. Maka konseli

akan merasa tidak dihargai, sehingga menghilangkan rasa hormat konseli kepada konselor.

5. Jelaskan kembali tentang otentik dan hidup masa kini dan konselor harus menganalisis

kemampuan konselor sendiri?

Jawaban Kelompok :

Otentik itu adalah keaslian, konselor harus bersungguh-sungguh dan jujur konselor

tidak hidup di alam pura-pura melainkan berusaha untuk menjadi orang seperti yang dia

pikirkan dan dia rasakan. konselor bersedia untuk membuka diri terhadap orang lain

yang telah mereka pilih. Mereka tidak bersembunyi di balik topeng, benteng pertahanan

diri, peran-peran yang mandul dan tampang muka.

Mereka biasanya hidup di masa kini. Mereka tidak terpaku pada masa silam, namun

juga tidak terpaut erat dengan masa depan. Mereka mampu untuk berkutat pada “hari

ini”, hidup di masa kini, dan hadir di masa kini dengan orang lain Mereka bisa berbagi

penderitaan atau kegembiraan dengan orang lain oleh karena mereka terbuka terhadap

pengalaman emosional mereka sendiri.

konselor harus menganalisis kemampuan konselor sendiri adalah konselor harus

mengetahui kelemahan dan kelebihannya, sehingga dalam proses konseling konselor

bisa berjalan dengan baik. Dengan konselor menganalisis dirinya sendiri konselor

mengetahui letak kekurangan dan kelebihannya sehingga konselor bisa memperbaiki

diri.

DAFTAR PUSTAKA

Afipudin. 2012. Kualitas pribadi konselor. (http://afipudin16.blogspot.com)Lelyokvitasari. 2002. Psikologi Konseling. (http://lelyokvitasari.blogspot.com)Maynollima. 2013. Karakteristik pribadi konselor. (http://maynollima.blogspot.com)Mozaikbimbingankonseling. 2013. Kekuatan dan kelemahan konselor.

(http://mozaikbimbingankonseling.blogspot.com)Ujangkhiyarusoleh. 2011. Kualitas pribadi konselor. (http://ujangkhiyarusoleh.blogspot.com)Source: Corey, Gerald. 1991. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. California:

Brooks/Cole Publishing Company. Prayitno. 2004. Dasar-dasar bimbingan konseling. Jakatra: rineka ciptaYusuf, syamsu. 2011. Landasan Bimbingan Konseling. Bandung: pt. Remaja rosdakarya

Page 29: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 4

EKSPLORASI DIRI SEBAGAI KONSELOR & PERSONAL TERAPY

Summary

1. Eksplorasi Diri Sebagai Konselor

Menurut Willis eksplorasi adalah keterampilan konselor untuk menggali perasaan,

pengalaman dan pikiran. Dengan demikian eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan,

pikiran, dan pengalaman. Hal ini penting dilakukan, agar konselor dapat megenali diri dan

kemampuannya dalam kemampuannya sebagai konselor.

Teknik eksplorasi ada tiga jenis:

1) Eksplorasi Perasaan

Eksplorasi perasaan, yaitu keterampilan konselor menggali perasaan konseli yang

tersimpan.

2) Eksplorasi Pengalaman

Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan konselor untuk menggali pengalaman yang

dialami oleh konseli

3) Eksplorasi Pikiran

Eksplorasi pikiran adalah keterampilan konselor untuk menggali ide, pikiran, dan

pendapat konseli.

2. Kualitas Pribadi Konselor

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor

penentu bagi pencapaian konseling yang efektif. Calon konselor dituntut untuk memfasiliotaskan

perkembangan pribadi mereka yang berkualitas, yang dapat bertanggung jawab.

Menurut Munro, dkk (1970) menyatakan bahwa tidak ada pola yang tegas tentang sifat-sifat

atau cirri-ciri kepribadian yang harus dimiliki oleh konselor yang efektif, tetati sekurang-

kurangnya seorang konselor hendaknya memiliki sifat-sifat luwes, hangat, dapat menerima orang

lain, terbuka, dapat merasakan penderitaan orang lain, mengenal diri sendiri, tidak berpura-pura,

menghargai orang lain, tidak mau mengenang sendiri, dan obyektif. Munro, dkk (1979)

Page 30: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

mengatakan bahwa untuk menunjukkan sifat-sifat kepribadian konselor yang diingin kan dalam

diri konselor adalah:

Konselor  sebagai Model

Dalam konseling meniru perbuatan konselor serta mengambil hal-hal yang diyakininya

baik untuk menjadi dirinya sendiri. Oleh sebab itu konselor hendaknya selalu menyadari dan

menerima dirinya, nilai-nilainya, dan berbagai tingkah lakunya, sehingga penampilannya

merupakan model yang mantap dan berguna bagi hubungan dan pemecahan masalah secara

efektif.

Hubungan Konseling

Konselor yang efektif adalah mereka yang dapat menciptakan hubungan yang bersifat

membantu dan tanpa tekanan dengan kliennya, sehingga konselor dank lien itu sama-sama dapat

merasakan tentram dan aman untuk saling berhubungan secara bebas dan spontan.

Keberanian Melakukan Konseling

Seorang yang sungguh-sungguh menjadi seorang konselor yang efektif yang harus

menerima tanggungjawab dan ketidakpastian serta berani menempatkan dirinya sendiri dalam

suasana yang mengandung resiko secara pribadi, resiko menyangkut perasaan, menyangkut

hubungan orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik konselor

meliputi:

Sikap Konselor, oleh Shertzet & Stone, (1980)

Penerimaan diri konseling oleh konselor.

Pandangan konselor tentang hakikat manusia.

Gendin melaporkan modifikasi terapi client-clientred.

Termasuk dalam aspek sikap ialah pemahaman realitas.

Sikap emphaty terhadap klien, menghormati klien secara wajar.

Ras, Jenis Kelamin, dan Umur Vontres menyatakan bahwa sulit membina hubungan

konselor dan konseling bila berlainan ras. Ahli lain menyatakan bahwa konselor wanita

lebih asertif, lebih aktif, dan lebih mendorong konseling kearah pemahaman diri.

Page 31: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Pengalaman Kehas dan Moris meneliti konselor yang sebelumnya pernah menjadi

guru. Menjadi guru bahwa ternyata menyebabkan ia lebih memahami konseling, namun

ia mengalami kesulitan dalam hal peranannya.

Keterbukaan Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan yang erat antara

keterbukaan konselor dengan kemampuan konseling membuka diri.

Persepsi Konseling yang berhasil menunjukkan adanya hubungan sosial yang lebih

baik, dan ini disebabkan adanya persepsi yang lebih luas dari konselor.

Konsep Diri Konselor yang tergolong baik, mempunyai konsep diri yang baik dengan

cirri-ciri antara lain: memahammi dirinya, serius, sabar, bicaranya lunak, sadar akan

kepribadiannya, lebih kekeluargaan dan semangat tidak mudah kondor.

Komunikasi Komunikasi verbal atau non verbal dapat digunakan tergantung

situasinya. Tingkah laku yang dapat menunjang komunikasi adalah hangat, empati, dan

keaslian.

3. Personal Theraphy

Terapi yang dilakukan untuk menyelami diri sendiri, untuk melihat kemampuan dan

keterampilan yang dimiliki dalam mengembangkan keahlian di bidang kesehatan mental.

Sehingga dalam praktek kerjanya nanti, individu ini dapat dengan baik dan efektif dalam

melakukan kewajibannya. Personal terapi ini meliputi :

1) Meningkatkan Empati

Mempercayai bahwa duduk di kursi konseli mingguan - mengalami apa rasanya menjadi

konseli - akan sangat meningkatkan empati konselor pemula. Konselor yang telah berpartisipasi

dalam personal theraphy mereka sendiri akan memiliki empati yang lebih besar bagi konseli

mereka karena mereka telah ada.

2) Meningkatkan Kesabaran dan Toleransi Ketidakpastian

Dengan menjadi konseli sendiri, konselor pemula memperoleh kemantapan batin yang

meningkatkan kemampuan mereka untuk membantu orang lain. Dalam belajar penerimaan diri

dan kesabaran melalui personal theraphy, konselor pemula akan merasa lebih mudah untuk

bersabar dengan konseli dan menghormati proses yang unik masing-masing individu dan

Page 32: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

berulang-ulang. Ini juga akan menjadi kurang dari sebuah tantangan untuk mentolerir

ketidakpastian dan ambiguitas yang tak terelakkan dari pekerjaan klinis. (Konselor harus ingat,

bagaimanapun, bahwa beberapa konseli mungkin dirugikan oleh ketidakpastian berkelanjutan

dan memerlukan struktur yang lebih dalam pekerjaan klinis.)

3) Terapi Memfasilitasi

Diri pengetahuan yang didapat melalui personal theraphy adalah alat penting bagi

konselor. Salah satu manfaat lebih jarang dibahas ini pengetahuan diri adalah bahwa hal itu

memfasilitasi terapi. Memuncak kesadaran konselor 'perasaan mereka menyediakan, sebagai

menjelaskan, "sumber terbaik data yang dapat diandalkan" tentang konseli.

4) Mencegah Bahaya Konseli Melalui Pengetahuan Diri

Pengetahuan yang didapat melalui personal theraphy ini menjadi pusat tanggung jawab

etis seorang konselor. ACA Kode Etik menyatakan bahwa "Konselor bertindak untuk

menghindari merugikan konseli mereka" (Standard A.4.a.) dan "Konselor menyadari nilai-nilai

mereka sendiri, sikap, keyakinan dan perilaku dan menghindari memaksakan nilai-nilai yang

tidak sesuai dengan tujuan konseling "(Standard A.4.b.). Hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan diri sangat penting untuk menghindari kerugian pada konseli.

5) Mencegah Bahaya Konseli Melalui Perawatan Diri

Personal theraphy adalah komponen inti dari perawatan diri konselor, yang merupakan

cara lain untuk mencegah bahaya konseli. Standard C.2.g. Kode Etik ACA mengatakan,

"Konselor selalu waspada terhadap tanda-tanda gangguan dari masalah fisik, mental atau

emosional mereka sendiri dan menahan diri dari menawarkan atau memberikan jasa profesional

ketika gangguan tersebut cenderung merugikan konseli atau orang lain. Mereka mencari bantuan

untuk masalah yang mencapai tingkat kerusakan profesional. "

6) Penurunan Stigma Psikoterapi

Pengalaman personal theraphy untuk konselor pemula bermanfaat tidak hanya angka dua

klinis tetapi juga profesi secara keseluruhan karena mengurangi stigma terapi. Menekankan

personal theraphy dalam proses pendidikan akan, awal karir konselor, menanamkan terapi

Page 33: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

sebagai pilihan kesehatan mental diterima, sehingga normalisasi itu, mendorong mereka untuk

melihatnya sebagai alat lain yang tersedia dan mengajar mereka untuk tidak negatif menilai

penggunaannya oleh konselor lainnya.

7) Melampaui Pengawasan

Meskipun pengawasan sangat membantu dalam menyoroti dan membahas bagaimana

keyakinan pribadi konselor yang berdampak karyanya atau klinis nya, pengawasan adalah suatu

usaha yang berfokus pada konseli. Pengawasan bisa, bagaimanapun, akan difasilitasi oleh

personal theraphy, memberikan angka dua pengawas dengan lebih solid, dasar yang luas untuk

memahami pengalaman konselor dan kontratransferensi.

Tanpa personal theraphy, dipercaya konselor pemula cacat - konseling lain tanpa

mengetahui dampak potensial dan sumber daya jiwa mereka sendiri dan menerapkan

pengetahuan tanpa mengalami kebenaran dari dalam ke luar. Agar efektif, sadar dan etika dalam

pekerjaan kami dengan klien, kita harus mengalami pekerjaan terapeutik kita sendiri.

Questions and Answers

1. Jelaskan kembali maksud eksplorasi dalam konseling

Jawaban Syufiyatuddin Indah Haqqun :

Eksplorasi merupakan teknik konseling, yang bertujuan untuk menggali hal yang belum

terungkap secara mendalam. Hal ini dilakukan untuk mengenali diri secara mendalam dan

dapat mengetaui kelebihan dan kekurangan individu dengan baik.

2. Jika konselor dalam keadaan lelah dalam melakukan konseling, apa yang harus dilakukan

untuk menghadapi konseli?

Jawaban Syufiyatuddin Indah Haqqun :

Berikan pengertian tentang keadaan diri konselor kepada konseli (atas azaz dalam

konseling mengenai keterbukaan yang tidak menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya).

Buat kesepakatan kepada koseli jika ia terus memaksa konselor untuk melakukan

konseling, berikan pemahaman bahwa jika konselor dalam kondisi tidak sehat kegiatan

layanan konseling yang akan dilakukan belum tentu berjalan maksimal.

Page 34: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Bentuklah kerjasama yang solid antara konselor dengan konseli sehingga membangun

kepercayaan untuk melakukan konseling dengan baik.

Dengan membentuk hubungan yang hangat dan kerjsama yang baik, maka layanan

konseling yang dilakukan akan terlaksana dengan baik.

3. Bagaimana maksud personal terapi dalam membangun pribadi konselor?

Jawaban Syufiyatuddin Indah Haqqun :

Personal terapi adalah merupakan terapi yang dilakukan untuk menguji kesiapan konselor

atau tenaga ahli kesehatan mental sebelum mereka melakukan prakteknya dilapangan. Hal ini

untuk melihat kelayakan kemampuan sebagai tenaga profesional terlepas dari pendidikan

teori yang mereka dapatkan dalam masa pembelajaran teori.

Maksud kegiatan personal terapi dalam membangu pribadi konselor disini adalah untuk

membangun keyakinan para tenaga akli kesehatan mental termasuk konselor untuk siap

dalam memilih profesinya. Sehingga dalam prakteknya dilapangan tidak tercipta

kesalahpahaman ataupun mal praktek yang berakibat fatal kepada klien yang dihadapinya.

Kegiatan dalam personal terapi juga untuk mempertajam kemampuan kemanusiaan, seperti

empati, kesabaran, toleransi, dll. Disebutkan juga bahwa personal terapi dapat membantu

konselor dalam :

Meningkatkan Empati

Meningkatkan Kesabaran dan Toleransi Ketidakpastian

Terapi Memfasilitasi

Mencegah Bahaya Konseli Melalui Pengetahuan Diri

Mencegah Bahaya Konseli Melalui Perawatan Diri

Melampaui Pengawasan

4. Bagaimana cara mengubah prilaku yang tidak sabaran dengan personal terapi!

Jawaban Syufiyatuddin Indah Haqqun :

Personal theraphy membantu konselor baru belajar kesabaran dan ketenangan bagaikan air

tak terduga dari pekerjaan klinis. Tanpa personal theraphy, dipercaya konselor lebih rentan

Page 35: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

terhadap bertindak prematur dan menumbangkan periode sulit dan bera sangat penting untuk

kemajuan terapi. (Konselor harus ingat, bagaimanapun, bahwa beberapa konseli mungkin

dirugikan oleh ketidakpastian berkelanjutan dan memerlukan struktur yang lebih dalam

pekerjaan klinis.)

Dengan menjadi konseli sendiri, konselor pemula memperoleh kemantapan batin yang

meningkatkan kemampuan mereka untuk membantu orang lain. Dalam belajar penerimaan

diri dan kesabaran melalui personal theraphy, konselor pemula akan merasa lebih mudah

untuk bersabar dengan konseli dan menghormati proses yang unik masing-masing individu

dan berulang-ulang. Ini juga akan menjadi kurang dari sebuah tantangan untuk mentolerir

ketidakpastian dan ambiguitas yang tak terelakkan dari pekerjaan klinis.

5. Jelaskan serta beri contoh dari eksplorasi perasaan, pikiran dan pengalaman.

Jawaban Syufiyatuddin Indah Haqqun :

Eksplorasi Perasaan

Eksplorasi perasaan, yaitu keterampilan dalam menggali perasaan yang tersimpan.

Maksudnya konselor dapat mengetahui hal-hal yang dirasakannya, hal ini dapat

mengembangkan keterrampilan dalam mengendalikan emosi sehingga konselor

mampumengontrol emosinya dengan baik. Sehingga dalam melakukan kegiatan layanan

bibingan konseling konselor mampu mengendalikan emosinya untuk tidak terbawa dan larut

ke dalam emosi yang disalurkan oleh konseli.

Contoh : ketika konselor mengeksplorasikan perasaannya seperti, “bagaimana perasaan anda

ketika ingin melakukan kegiatan konseling untuk pertama kalinya…”

Eksplorasi Pengalaman

Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan dalam menggali pengalaman. Hal ini bertujuan

untuk melihat seberapa besar kesiapan konselor untuk melakukan layanan konseling. Untuk

mengetahui kesanggupan konselor dalam menangani permasalahan yang cukup krisis dan

melihat seberapa tangguh kemampuan konselor dalam melakukan layanan konseling.

Page 36: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Contoh : ketika konselor mengeksplorasikan pengalamannya seperti, “bagaimana cara anda

menghadapi konseli yang bersikeras harus melakukan layanan konseling dengan anda ketika

anda sedang tidak dalam keadaan maksimal untuk melakukan layanan konseling…”.

Eksplorasi Pikiran

Eksplorasi pikiran adalah keterampilan dalam menggali ide, pikiran, dan pendapat.

Eksplorasi pikiran ini bertujuan untuk melihat seberapa kreatif dan terampilnya konselor

dalam menaggapi permasalahan kegiatan layanan konseling.

Contoh : ketika konselor mengeksplorasikan pikirannya seperti, “apa yang anda lakukan

ketika merhadapan dengan konseli yang ingin mengakhiri hidupnya ketika sedang melakukan

konseling dengan anda…”

DAFTAR PUSTAKA

Arintoko. 2011. Wawancara Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Andi.Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.Lumongga Lubis, Namora. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Kencana.Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung: AlfabetaNorcross, Amanda E. 2010. A case for personal therapy in counselor education.

http://ct.counseling.org/2010/08/reader-viewpoint/.Latipun. 2006. Psikologi Konseling. Malang: UMM PressGantina. Eka dan Karsih. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT IndeksMc Leod, John.2006.Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus.Jakarta:Fajar Interpratama

Offset.Walgito Bimo. Bimbingan + konseling. CV Andi : Yogyakarta. 2010.Surya Muhamad. Teori-Teori Konseling. Pustaka Bani Quraisy : Bandung. 2003.

Page 37: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 5

NILAI-NILAI KONSELOR DAN PROSES KONSELING SERTA PERAN NILAI

DALAM PROSES KONSELING

Summary

1. Nilai-nilai Konselor

Karakteristik kepribadian dan nilai-nilai yang perlu dimiliki seorang konselor adalah

sebagai berikut:

Beriman dan bertakwa

Menyenangi manusia

Komunikator yang terampil

Pendengar yang baik

Memiliki ilmu yang luas, terutama tentang wawasan tentang manusia dan sosial-budaya

Menjadi narasumber yang kompeten

Fleksibel, tenang, dan sabar

Menguasai keterampilan atau teknik

Memiliki intuisi

Memahami etika profesi

Respek, jujur, asli, menghargai, dan tidak menilai

Empati, memahami, menerima, hangat, dan bersahabat

Fasilitator dan motivator

Emosi stabil; pikiran jernih, cepat, dan mampu

Objektif, rasioanl, logis, dan konkrit

Konsisten dan tanggung jawab.

Sementara itu, ABKIN (Asosiasi Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia)

merumuskan bahwa salah satu komponen standar kompetensi yang harus dijiwai dan dimiliki

oleh konselor adalah mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan, yang di

dalamnya meliputi :

Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

Page 38: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat;

Memiliki kesadaran diri dan komitmen terhadap etika profesional;

Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat tugas dan secara eksternal

antarprofesi; dan

Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.

2. Nilai-nilai Proses Konseling

1) Konsep nilai-nilai pribadi

Sifat bermakna, hubungan konseling mengandung harapan bagi konseli dan

konselor, juga bertujuan, yaitu tercapainya perkembangan konseli.

Bersifat Efek, Efek hadir dalam hubungan konseling karena adanya keterbukaan

diri ( self-disclosure) konseli, keterpikatan, keasyikan diri (self-absorbed ) dan saling

sensitif satu sama lain.

Integrasi Pribadi, Integritas pribadi menyangkut sikap yang genuine” dari kedua

belah pihak (konseli dan konselor),

Persetujuan Bersama, adanya komitmen bersama, bukan sebuah paksaan.

Kebutuhan, kebutuhan konseli dalam hubungannya dengan persoalan yang tengah

dihadapi.

Perubahan, Tujuan hubungan konseling adalah perubahan positif yang terjadi pada

diri konseli.

2) Keyakinan konselor terhadap hakikat manusia

Filsafat bimbingan dan konseling bersumber dari filsafat tentang hakikat manusia.Ragam

penafsiran dalam memahami hakikat manusia dapat digolongkan ke dalam tiga model.

Pertama, penafsiran rasionalistis atau klasik, bersumber dari filsafat yunani dan romawi,

yang memandang manusia sebagai makhluk rasional dan manusia di pahami dari segi

hakikat dan keunikan pikirannya.

Kedua, penafsiran teologis melihat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan dibuat

menurut aturan Tuhan. Manusia hanya akan menemukan dirinya apabila dia mampu

mengakui hakikat dirinya kepada Tuhan

Page 39: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Ketiga, penafsiran ilmiah yang diwarnai ragam sudut pandang keilmuan, antara lain ilmu-

ilmu fisis yang menganggap manusia sebagai bagian dari alam fisikal sehingga harus

dipahami dari segi-segi hukum fisis dan biologisnya.

3. Peran Nilai Dalam Proses Konseling

Polmantier (1966) telah mengadakan survei dan studi mengenai nilai-nilai kepribadian

konselor menyatakan:

Konselor menjadi pribadi yang intelegen, memiliki kemampuan berpikir verbal dan

kuantitatif, bernalar dan mampu memecahkan masalah secara logis dan persetif.

Konselor dapat menunjukkan minat kerja sama dengan orang lain, di samping seorang

ilmuwan yang dapat memberikan pertimbangan dan menggunakan ilmu pengetahuan

mengenai tingkah laku individual dan social

Konselor dapat menampilkan kepribadian yang dapat menerima dirinya dan tidak akan

menggunakan kliennya untuk kepuasan kebutuhan pribadinya melebihi batas yang

ditentukan oleh kode etik profesionalnya.

Konselor memiliki nilai-nilai yang diakui kebenarannya sebab nilai-nilai ini akan

mempengaruhi perilakunya dalam situasi konseling dan tingkah lakunya secara umum.

Konselor menunjukkan sifat yang penuh toleransi terhadap masalah-masalah yang mendua

dan ia memiliki kemampuan untuk menghadapi hal-hal yang kurang menentu tersebut

tanpa terganggu profesinya dan aspek kehidupan pribadinya.

Konselor cukup luwes untuk memahami dan memperlakukan secara psikologis tanpa

tekanan-tekanan sosial untuk memaksa klien menyesuaikan dirinya.

4. Peran Nilai Dalam Pengembangan Tujuan-Tujuan Konseling

Selain dengan perkembangannya konsepsi bimbingan dan konseling, maka tujuan bimbingan

dan konseling pun mengalami perubahan, dari yang sederhana sampai ke yang lebih

komprehensif. Perkembangan itu dari waktu ke waktu dapat dilihat dari kutipan dibawah ini :

...untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian dan

interpretasi-interpretasi dalam hubungannya denga situasi tertentu. (Hamrin & Clifford, dalam

Jones, 1951)

Page 40: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

... untuk membantu orang-orang menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekedar mengikuti

kegiatan-kegiatan yang berguna saja. &Tiedeman, dalam Bernard & Fullmer. 1969)

Questions and Answers.

1. Jika dalam proses konseling seorang konselor tidak memiliki atau tidak mengindahkan nilai-

nilai yang sudah sepatutnya dimiliki oleh seorang konselor. Itu bagaimana?

Jawaban Kelompok:

Pada dasarnya saat konselor mengadakan konseling itu ada banyak langkah yang patut ia

persiapkan. Seorang konselor yang siap melayani konselinya juga buka konselor yang asal-

asal yang tidak mengetahui bagaimana sebenarnya proses konseling itu seharusnya berjalan.

Nah, jika dalam hal ini konselor akan melakukan proses konseling dengan konselinya tetapi ia

tidak paham betul atau bahkan tidak memiliki nilai-nilai yang sepatutnya dimiliki oleh

konselor. Ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi. Kemungkinan tersebut antara lain:

Pertama proses jalannya konseling kemungkinan efektifnya itu sedikit

Hasil yang dicapai dalam konseling tidak tercapai secara sempurna

Konseli merasa risih berhubungan dengan konselornya

Tujuan utama dalam konseling tidak tercapai dengan baik

Pengentasan masalah dilakukan oleh konselor sendiri yang berupa nasehat-nasehat

2. Bagaimana yang dimaksud gambaran nilai dalam proses konseling?

Jawaban Kelompok:

Nilai selalu muncul apabila manusia mengadakan hubungan sosial dan bermasyarakat dengan

manusia lain. Namun dalam proses konseling nilai ini akan terlihat saat terjadi interaksi

timbal-balik, yang di dalamnya terjadi hubungan saling mempengaruhi antara konselor

sebagai pihak yang membantu dan klien sebagai pihak yang dibantu

Nilai yang terkandung dalam proses konseling:

proses konseling terjadi karena adanya keterbukaan diri (self-disclosure) konseli,

keterpikatan, keasyikan diri (self-absorbed ) dan saling sensitif satu sama lain.

Page 41: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

adanya sikap yang genuine” dari kedua belah pihak (konseli dan konselor), yaitu sikap

yang menunjukkan ketulusan, tanpa kepura-puraan, menampilkan keaslian diri,

membuang kesombongan, arogansi dan kebohongan. Adanya ketulusan, kejujuran

keutuhan dan keterbukaan.

Hubungan konseling terjadi atas persetujuan bersama,adanya komitmen bersama, bukan

sebuah paksaan.

Tercapainya tujuan konseling yaitu perubahan positif yang terjadi pada diri konseli.

Misalnya kemampuan konseli dalam mengatasi masalah,mampu melakukan penyesuaian

diri, mampu mengembangkan diri secara optimal.

3. Apa pentingnya seorang konselor meyakini hakikat manusia?

Jawaban Kelompok:

Sebagai seorang konselor yang profesional, saat akan melakukan praktek konseling di

sekolah. Maka ia harus sudah benar benar paham tentang segala sesuatu mengenai

konselinya.

Hal ini penting karena pada saat konselor melayani konselinya saat kegiatan konseling itu

agar konselor tidak menganggap konseli itu bersalah, agar konselor itu tdak berprasangka

buruk terhadap konselinya. Karena pada dasarnya setiap konseli itu tidak pernah salah,

konseli tidak selamanya datang dengan keadaan yang tidak baik. Karna beberapa alasan

itulah yang mana konselor penting untuk memahami hakikat manusia itu sendiri. Seperti kata

B.F Skinner dan Watsan (Gerold Corey, Terjemahan E. Koeswara, 1988). Menerangkan

tentang hakikat manusia : Manusia dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan

positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh

lingkungan sosial budaya.

4. Bagaimana peran nilai dalam pengembangan tujuan-tujuan konseling?

Jawaban Kelompok:

Bahwa nilai dalam konseling akan terlihat saat proses konseling terjadi antara konselor dan

klien. Dengan adanya nilai dalam proses konseling ini sangat membantu dalam pencapaian

tujuan-tujuan dalam proses konseling. Dimana dengan nilai dalam proses konseling yang

Page 42: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

sangat membedakan antara mana keadaan tukar pikiran biasa dan mana proses teurapetik

(konseling). Nilai-nilai proses konseling ini menjadi suatu ciri khas yang menentukan

jalannya proses konseling, jika nilai-nilai ini dijalankan dengan baik antara klien dan

konselor maka akan terbentuk hubungan teurapetik yang memang sangat diharapkan dalam

konseling. Jika nilai ini sudah dijalankan dengan semestinya maka tujuan-tujuan konseling

akan tercapai dengan sempurna, dan diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan dalam proses

konseling karena sudah dilandasi oleh nilai yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Anas Salahudin, “Bimbingan dan Konseling”, hal. 194.Anas Salahudin, 2010.“Bimbingan dan Konseling”. Bandung: CV Pustaka Setia.Hal: 194.Farid mashudi, 2013.“Psikologi Konseling”. Jogjakarta: IRCiSoD. Hal: 97.Jamal Ma’mur Asmani, 2010.“Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah”.

Sampangan: DIVA Press, 2010.Hal: 170.Jamal Ma’mur Asmani, “Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling Di Sekolah”, hal. 196.John McLeod, 2006,“Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus”.Jakarta: Kencana Prenada

Media Group. Hal: 546.Mansur, Tamin, “Psikologi Konseling”, hal. 124.Mansur, Tamin, 1987,“Psikologi Konseling”. Selangor: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka,

hal. 119.Namora Lumongga Lubis, 2011. “Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan

Praktik”.Jakarta: Kencana Predana Media group. Hal: 24Prayitno dan Erman Amti, 2008 “Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling”. Jakarta : Rineka

Cipta. Hal: 112

Page 43: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 6

PROSEDUR PENGENALAN POTENSI DIRI PADA KONSELOR PEMULA

Summary

5. Masalah Yang Dihadapi Konselor Dalam Melakukan Konseling

1) Masalah-Masalah yang Berkaitan Personal Sosial Individu

Konflik dan Frustasi

Dalam beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya frustasi antara lain:

Frustasi lingkungan,

Frustasi pribadi, frustasi yang timbul karena perbedaan antara kemampuan dan

keinginan. Atau ada perbedaan antara ideal self dengan real self.

Frustasi konflik

Stres,

Masalah adaptasi

Proses penyesuaian diri sering menimbulkan masalah terutama bagi individu itu sendiri.

Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya maka

disebut "Well adjusted". Dan jika sebaliknya, jika individu gagal dalam proses penyesuaian

diri disebut "maladjusted".

2) Masalah yang Berhubungan Dengan Akademik

Berbagai masalah akademik yang dapat dialami individu diantaranya:

Diagnosa kesulitan belajar

Multiple Intelegence (Kecerdasan Majemuk)

Kecerdasan spiritual (spiritual Quotion)

Pengembangan kreativitas

6. Cara Mengenal Potensi Diri

Bidang apa saja yang kita senangi

Bertanya kepada orang terdekat

Mencoba hal-hal baru

Banyak membaca, melihat dan merasakan

Page 44: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

3. Cara Mengenal Kelemahan Diri dan Cara Mengatasinya

1) Cara Mengenal Kelemahan Diri

Hal yang penting untuk melakukan introspeksi adalah :

Menghilangkan perasaan superior,

Jangan pernah menganggap orang lain lemah, sebelum menemukan kelemahan diri

sendiri.

Menanamkan pemahaman kepada diri sendiri bahwa tujuan introspeksi adalah untuk

memperbaiki diri agar lebih baik dalam bersikap maupun bertingkahlaku.

Memperhatikan kritikan yang masuk.

Menggunakan bantuan alat ukur dalam bentuk angket atau kuersioner yang khusus

dibuat untuk menguji kelemahan diri. Ini biasanya dilakukan oleh lembaga psikologi.

2) Cara Mengatasi Kelemahan Diri

Evaluasi diri secara obyektif

Beri penghargaan yang jujur terhadap diri

Positive thinking

Gunakan self-affirmation

Untuk memerangi negative thinking, gunakan self-affirmation yaitu berupa kata-kata

yang membangkitkan rasa percaya diri.

Berani mengambil resiko

Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan

Menetapkan tujuan yang realistik

Questions and Answers

1. Potensi diri yang bagaimana yang harus dimiliki oleh konselor pemula ? (Taufik Hidayat)Jawaban Kelompok:

Ada beberapa potensi yang harus di miliki konselor pemula salah satunya yaitu percaya diri,percaya diri sangatlah penting bagi konselor pemula dalam melakukan pelayanan bimbingan konseling,karena biasanya konselor pemula sulit prcaya diri dalam melakukan konseling karena ia menganggap dirinya belum banya berpengalaman dalam melakukan layanan .apabila seorang konselor tidak memiliki rasa percaya diri dalam melakukan layanan maka akan menghambat proses layanan tersebut,selain percaya diri konselor juga harus mempunyai potensi seperti bertanggung jawab,maksud bertanggung jawab disini adalah bertanggung jawab apa pun hal –hal yang terjadi dalam proses konseling.

Page 45: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

2. Contoh permasalahan dan bagaimana cara menanggapi ? serta jelaskan Konflik dan kaitannya dengan potensi konselor! (Marsauri)Jawaban Kelompok:

Dalam proses konseling terutama konselor pemula pasti banyak mengalami permasalahan saat melakukan proses konseling salah satu permasalahan yang di hadapi konselor pemula adalah kebosanan,ini sangat sering sekali terjadi pada konselor pemula,cara menanggapi yaitu Untuk mengatasinya, konselor harus benar-benar memetakan apa akar permasalahan yang telah ditangkap dari ungkapan tersirat/tersurat dari kien, memberikan feedback kepada klien terkait akar permasalahan yang konselor ungkapkan apakah itu sudah benar atau tidak dan bila perlu, gantilah jadwal pertemuan di hari lain.

Potensi adalah kemampuan sesuatu yang telah dimiliki oleh seseorang,sedangkan potensi konselor adalah kemampuan yang harus dimiliki dan harus didalami oleh konselor dalam memberikan layanan kepada kliennya nanti,apabila seorang konselor tidak memiliki potensi konselor yang sesuai maka akan menimbulkan konflik di dalam dirinya.

3. Potensi seperti apa yang harus dimiliki oleh konselor ? (Yuwinda Ardila)Jawaban Kelompok:

Telah di jelaskan pada pertanyaan pertama bahwa beberapa potensi yang harus di miliki konselor pemula salah satunya yaitu percaya diri,percaya diri sangatlah penting bagi konselor pemula dalam melakukan pelayanan bimbingan konseling,karena biasanya konselor pemula sulit prcaya diri dalam melakukan konseling karena ia menganggap dirinya belum banya berpengalaman dalam melakukan layanan .

4. Jelaskan kembali permasalahan pada yang dialami konselor.Apa yang dimaksud kesulitan tersembunyi ? (Dina Mahmuliana)Jawaban Kelompok:

Sebagai konselor pemula pasti akan terjadi permasalahan pada proses awal pelaksaan konseling baik kesalahan yang sadar maupun yang tidak sadar.Agar proses konseling berjalan secara efektif dan sesuai dengan tujuan yang di inginkan maka ada beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh konselor pemula salah satunya yaitu kesulitan bersembunyi.SepertiPenerimaan yang berlebihan,penerimaan sangat penting dalam melakukan proses konseling agar konseli merasa di terima,tetapi apabila penerimaan dilakukan secara berlebihan juga tidak baik dalam proses konseling maka dari itu konselor harus memperhatikan hal ini

Page 46: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

5. Apa yang harus kita lakukan jika tidak diperhatikan oleh konselor pemula ? (Ayufiyatuddin Indah Haqqun)Jawaban Kelompok:

Hal yang harus kita lakukan adalah menyadari hal-hal yang ada pada proses konseling karena konselor harus memliki kemampuan dan pengetahuan yang luas. Agar tidak terjadinya malpraktik dalam memberikan pelayanan BK pada konselor pemula. Kita juga harus mehetahui dan memhami kelemahan dan potensi yang ada pada diri kita dan belajar untuk meingkatkannya.

6. Kesehatan psikologis tidak kukuh (goyang) apa yang dilakukan konselor pemula ? (Qonita Fitriana)Jawaban Kelompok:

Kesehatan psikologis koselor mempuyai peranan penting bagi keefektifan konselor. Namun jika kesehatan psikologis tidak kukuh, maka yang harus dilakukan konselor pemula yaitu belajar untuk dapat memahami kesehatan psikologis yang dihadapi klien. Tidak terpengaruh dengan permasalahan yang dihadapi oleh klien tersebut dan perasaan yag dirasakan oleh konselor jika ada konseli atau konselor yang mempunyai perasaan terhadap salah satunya.

DAFTAR PUSTAKA

Munifah, Siti. 2006. Bimbingan Konseling. STKIP Ponorogo.Habsari, Sri. (2005). Bimbingan & Konseling SMA kelas XI. Jakarta: GrasindoWiyono, Slamet. (2006). Managemen Potensi Diri. Jakarta: PT Grasindo.Prayitno, H. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.

Jakarta : PT Rineka CiptaTohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Dra. Siti munifah M.Pd, Bimbingan Konseling, STKIP Ponorogo, 2006Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.McGraw, Martha Mary. 2006. 60 Cara Pengembangan Diri. Yogyakarta: Kanisius.Suparno, 1987. Manajemen Kepribadian. Jakarta: Pilar Multisindo.

Page 47: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 7

PENGEMBANGAN KARAKTERISTIK KONSELOR YANG EFEKTIF

Summary

1. Konselor yang Efektif

1) Pengetahuan akademik

2) Kualitas pribadi

Kualitas pribadi seorang konselor yang efektif memiliki ciri–ciri sebagai berikut :

Memiliki human interest (pribadi yang menarik)

Memiliki kemampuan untuk mendengar

Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan nyaman

Memiliki pemahaman tentang empati yaitu kemampuan konselor untuk masuk

kedalam internal frame of reference (kerangka acuan pikir) klien dengan mengontrol

peran dia sebagai seorang konselor.

Pemahaman secara penuh pada hal-hal emosi

Selalu introspeksi diri

Memiliki kemampuan untuk tidak melayani dirinya sendiri

Memiliki kemampuan untuk menahan kedekatan emosional

Memiliki sense of humor (mempunyai cita rasa yang menyenangkan

Bekerja sesuai wewenang yang dimilikinya

3) Keterampilan konseling

Ketrampilan antar pribadi

Keterampilan intervensi

Keterampilan integrasi

2. Karakteristik Konselor yang Efektif

Menurut Carl Rogers (1971) dalam Jeanette (2006) menyebutkan ada tiga karakteristik utama

yang harus dimilki oleh seorang konselor yang efektif, yaitu :

1) Cogruence (genuineness, authenticity), konselor yang efektif mampu membedakan

individu mana yang betul-betul sesungguhna adalah dirinya, yang benar – benar

Page 48: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

mengatakan apa yang ingin dikatakannya (means exactly what he says), dan perasaan

yang ada di dalam lubuk hatinya yang terdalam adalah sama dengan yang dia

ekspresikan.

2) Unconditional positive regard (acceptance), Seorang konselor harus dapat menerima

bahwa orang-orang yang dihadapinya mempunyai nilai-nilai sendiri, kebutuhan-

kebutuhan sendiri yang lain daripada yang dimiliki olehnya.

3) Empathy

3. Perbedaan Konselor Efektif Dan Non Efektif

Barbara F. okun (Sofyan S. Willis, 2004 ) telah mengidentifikasi beberapa prilaku verbal

dan nonverbal konselor yang efektif dan tidak efektif sebagaimana tampak dalam table berikut

ini:

Prilaku Verbal

Efektif Tidak EfektifMenggunakan kata – kata yang dapat dipahami klien

Memberi nasihat

Memberikan referensi dan penjelasan terhadap pernyataan lain

Terus – menerus menggali dan bertanya terutama bertanya “ mengapa “

Penafsiran yang baik / sesuai Bersifat menentramkan klienMembuat kesimpulan – kesimpulan Menyalahkan klienMerespon pesan utama klien Menilai klienMemeberi dorongan minimal Membujuk klienMemanggil kilen dengan nama panggilan atau “ anda “

Menceramahi

Member informasi sesuai keadaan Mendesak klienMenjawab pertanyaan tentang diri konselor

Terlalu banyak berbicara mengenai diri sendiri

Menggunakan umur secara tepat tentang pernyataan klien

Menggunakan kata – kata yang tidak di ungkapi

Penafsiran yang sesuai dengan situasi Penafsiran yang berlebihanSikap merendahkan klienSering menuntut / meminta klienMenyimpang dari topicSok intelektualAnalisi yang berlebihanSelalu menyalahkan klien

Page 49: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Prilaku Nonverbal

Efektif Tidak EfektifNada suara disesuaikan dengan klien (tenang, sedang )

Bebicara terlalu cepat atau terlalu pelan

Memelihara kontak mata yang baik Duduk menjauh dari klienSelalu menganggukkan kepala Senyum menyeringai / senyum sisnisWajah yang bersemangat Menggerakkan dahiKadang – kadang member isyarat tangan

Cemberut

Jarak dengan klien relative dekat Merapatkan mulutUcapan tidak terlalu cepat atau lambat Menggoyang – goyangkanDuduk agak condong kearah klien MenguapSentuhan disesuaikan dengan usian klien dengan budaya local

Gerak – gerak isyarat yang mengacaukan

Air muka ramah dan senyum Menutup mata atau mengantukNada suara tidak menyenangkanMembuang pandangan

Questions and Answers

1. Apa yang dilakukan konselor jika klien datang dalam keadaan lusuh, apakah harus diterima? (Rizka Tami Untari)Jawaban Kelompok:

Kita harus menerima klien apa adanya dengan tangan terbuka, karena salah satu karakteristik konselor efektif adalah acceptance, yaitu penerimaan tanpa syarat atau respect kepada klien harus mampu ditunjukkan oleh seorang konselor kepada klien. Seorang konselor harus dapat menerima bahwa orang yang dihadapinya mempunyai nilai-nilai tersendiri, kebutuhan sendiri. Jika klien datang dalam keadaan lusuh maka konselor harus kreatif agar konselor tetap nyaman dengan kedatangan klen tersebut. Sehingga klien merasa diterrima oleh konselor. Misalnya klien yang bau mulut, konselo bisa berinisiati dengan memasang kipas angin untuk menghindari bau tersebut.

2. Bagaimana cara menghadapi klien yang balik bertanya kepada konselor? (Lia Riski Andani)Jawaban Kelompok:

Selama apa yang ditanyakan klien masih behubungan dengan topik permasalahan. Konselor bisa menjawab pertanyaan tersebut. Karena jawaban dari konselor dapat menimbulkan nilai-nilai positif yang bisa diambil oleh konselor. Akan tetapi jika pertanyaan diluar topik, maka konselor harus bisa mencutting off pembicaraan, atau mengalihkan pembicaraan agar tetap fokus. Pengalihan topik ini harus sopan dan tidak menyinggung perasaan klien tersebut.

Page 50: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

3. Bagaimana menyadarkan klien tanpa menyinggung perasaannya? (Darma Sena)Jawaban Kelompok:

Cara yang tepat untuk menyadarkan klien adalah dengan menanyakan kembali kepada klien apakah menurutnya perbuatan yang telah ia lakukan itu baik atau tidak, benar atau tidak. Jika ia menjawab tidak maka hendaklah konselor menanyakan kembali apakah ia ingin berubah atau tidak. Dengan pertanyaan tersebut maka klien akan berpikir ulang tentang apa yang telah ia lakukan. Sehingga dalam hal ini ia akan perlahan sadar akan perbuatannya. Dan konselor pun tidak menyinggung perasaan klien.

4. Bagaimana contoh ekspresi menggerakkan dahi? (Cut Nurul Wazna)Jawaban Kelompok:

Maksud dari ekspresi menggerakkan dahi adalah prilaku nonverbal yang tidak efektif, karena akan membuat keraguan klien terhadap konselor. Klien merasa bahwa konselor tidak memahaminya, karena bisa saja gerakan dahi itu merupakan tanda bingungnya konselor terhadap permasalahan klien. Oleh karena itu gerakan ini harus dihindari karena akan mengurangi kepercayaan klien

5. Apakah kualitas pribadi konselor menyangkut semua aspek kehidupan konselr? (M. Bahagia)Jawaban Kelompok:

Tidak, dalam hal ini Kualitas pribadi yang dimaksud adalah kemampuan dari seorang konselor dalam melakukan konseling. Bukanlah meliputi semua aspek kehidupan. Kualitas pribadi yang dimaksud meliputi:

Memiliki human interest (pribadi yang menarik)

Memiliki kemampuan untuk mendengar

Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan nyaman

Memiliki pemahaman tentang empati yaitu kemampuan konselor untuk masuk kedalam

internal frame of reference (kerangka acuan pikir) klien dengan mengontrol peran dia

sebagai seorang konselor.

Pemahaman secara penuh pada hal-hal emosi

Selalu introspeksi diri

Memiliki kemampuan untuk tidak melayani dirinya sendiri

Memiliki kemampuan untuk menahan kedekatan emosional

Memiliki sense of humor (mempunyai cita rasa yang menyenangkan

Bekerja sesuai wewenang yang dimilikinya

Page 51: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

DAFTAR PUSTAKA

Brammer, L.M & Shostrom, E.L. 1982. Therapeutic Psychology. New Jersey : Prentice-Hall. Inc.

Corey, M.S (2007). Becoming a Helper, USA: Thomson Brooks/coleDYP. Mugiharto dan Mulawarman. 2007. Psikologi Konseling. Buku Ajar Universitas Negeri

SemarangJanette Murad Lesmana,. Dasar – dasar konseling, ( Jakarta: universitas Indonesia, 2005 )Lesmana, J.M. 2006. Dasar – Dasar Konseling. Jakarta : UI Press.Surya, M. 2003. Psikologi Konseling. Bandung : C.V. Pustaka Bani Quraisy.Syamsu yusuf dan A. Juntika Nurihsan,. Landasan bimbingan dan konseling. ( Bandung: PT

remaja rosda karya, 2005 )Thohari Musnamar dan Tim (Ed.). (1992). Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling

Islami. Yogyakarta : UII Press.

Page 52: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 8

ETIKA PROFESIONAL DALAM KONSELING

Summary

1. Dasar Kode Etik Profesi BK

Adapun dasar-dasar dari kode etik profesi dari bimbingan dan konseling itu sendiri, antara

lain (Rizka Ratnasari, 2013):

Pancasila, mengingat profesi bimbingan dan konseling merupakan usaha pelayanan

terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara Indonesia yang

bertanggung jawab.

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (pasal 28 ayat 1, 2 dan 3 tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2008 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

2. Fungsi Kode Etik Profesi Konselor

Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) dalam Husna Elviza, 2009, mengemukakan tiga fungsi kode

etik yaitu:

Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah

Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi

Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

3. Tujuan Kode Etik Profesi Konselor

Menjunjung tinggi martabat profesi

Melindungi pelanggaran dari perbuatan mala-praktik

Meningkatkan mutu profesi

Page 53: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Menjaga standard mutu dan status profesi

Menegakkan ikatan antara tenaga profesi dan profesi yang disandangnya (Pengurus Besar

ABKIN, 2005).

4. Pentingnya Kode Etik

Kode etik profesional diperlukan dengan beberapa alasan antara lain:

1) Untuk melindungi profesi sesuai dengan ketentuan dan kebijaksanaan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

2) Untuk mengontrol terjadinya ketidak-sepahaman dan persengketaan dari para pelaksana.

3) Melindungi para praktisi dalam masyarakat terutama dalam kaitan kasus-kasus

malapraktek (praktek-praktek yang salah).

4) Melindungi klien dari praktek-praktek yang menyimpang dari orang-orang yang secara

profesional tidak berwenang.

5. Kode etik profesi konselor :

1) Konselor mampu menjaga kerahasiaan permasalahan konseli.

2) Konselor mampu memberi bantuan konseli sesuai dengan kebutuhan konseli.

3) Konselor pada saat memberi bantuan konseli mampu menjalin hubungan hangat.

4) Konselor mampu menerapkan teknik Bimbingan dan Konseling secara profesional.

5) Konselor mampu membantu konseli untuk mengembangkan diri konseli secara optimal.

6) Konselor mampu menjalin hubungan yang baik dengan rekan sekerja dalam usaha untuk

memberikan pelayanan terhadap konseli.

7) Konselor mampu bekerja sama dengan sesama konselor untuk dapat memperlancar

memberi bantuan konseli.

8) Konselor selalu berusaha untuk mengembangkan diri , inovatif agar dapat memberi

bantuan atau pelayanan konseli sesuai dengan perkembangan kehidupan

masyarakat,bangsa dan Negara.

9) Konselor dalam memberi batuan pada konseli selalu berpegang pada kaidah moralitas.

10) Konselor perlu menjalin hubungan baik dengan stok holder didalam sekolah agar mampu

mencapai keberhasilan dalam memberi bantuan pada konseli.

Page 54: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

11) Konselor perlu menjalin hubungan baik dengan stok holder yang ada di luar sekolah agar

mampu mencapai keberhasilan dalam memberi bantuan pada konseli.

12) Konselor mampu mengembangkan bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial,

bimbingan belajar, bimbingan karier, untuk konseli.

13) Konselor mampu mengembangkan berbagai kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling

untuk konseli.

14) Konselor mampu mengembangkan berbagai kegiatan pendukung untuk konseli.

15) Konselor didalam mengarahkan konseli berpegang pada kaidah hukum yang berlaku.

16) Konselor didalam mengarahkan konseli berpegang pada kaidah religius yang dapat

meningkatkan keimanan dan ketakwaan konseli terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

17) Konselor selalu berusaha untuk meningkatkan profesionalitas dalam usaha memberi

bantuan konseli.

18) Konselor memberi kesempatan kepada konseli untuk memilih alternative pemecahan

masalah.

19) Konselor memberi kesempatan kepada konseli untuk mengambil keputusan didalam

memecahkan masalah.

20) Konselor mampu mengembangkan program Bimbingan dan Konseling secara inovatif

agar dapat memberi bantuan pada konseli secara maksimal.

6. Bentuk pelanggaran kode etik

1) Terhadap Konseli

Menyebarkan/membuka rahasia konseli kepada orang yang tidak terkait dengan

kepentingan konseli.

Melakukan perbuatan asusila (pelecehan seksual, penistaan agama, rasialis).

Melakukan tindak kekerasan (fisik dan psikologis) terhadap konseli.

Kesalahan dalam melakukan pratik profesional (prosedur, teknik, evaluasi, dan tindak

lanjut).

2) Terhadap Organisasi Profesi

Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi.

Mencemarkan nama baik profesi (menggunakan organisasi profesi untuk kepentingan

pribadi dan atau kelompok).

Page 55: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

3) Terhadap Rekan Sejawat dan Profesi Lain Yang Terkait

Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik (penghinaan, menolak untuk bekerja

sama, sikap arogan).

Melakukan referal kepada pihak yang tidak memiliki keahlian sesuai dengan masalah

konseli.

7. Sanksi Pelanggaran

Konselor wajib mematuhi kode etik profesi Bimbingan dan Konseling. Apabila terjadi

pelanggaran terhadap kode etik Profesi Bimbingan dan Konseling maka kepadanya

diberikan sangsi sebagai berikut.

 Memberikan teguran secara lisan dan tertulis.

Memberikan peringatan keras secara tertulis.

Pencabutan keanggotan ABKIN.

Pencabutan lisensi.

Apabila terkait dengan permasalahan hukum/ kriminal maka akan diserahkan pada pihak

yang berwenang.

8. Mekanisme Penerapan Sanksi

Mendapatkan pengaduan dan informasi dari konseli dan atau masyarakat.

 Pengaduan disampaikan kepada dewan kode etik di tingkat daerah.

Apabila pelanggaran yang dilakukan masih relatif  ringan maka penyelesaiannya

dilakukan oleh dewan kode etik di tingkat daerah.

 Pemanggilan konselor yang bersangkutan untuk verifikasi data yang disampaikan oleh

konseli dan atau masyarakat.

Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh dewan kode etik

daerah terbukti kebenarannya maka diterapkan sangsi sesuai dengan masalahnya.

Questions and Answers

1. Tindakan kekerasan psikologis yang bagaimana yang dimaksud oleh kelompok didepan ?

(Ipak rima tuah niate)

Jawaban Kelompok:

Page 56: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Tindakan psikologis yang dimaksud oleh kelompok adalah hal-hal yang membuat konseli

merasa terancam ataupun tidak nyaman bahkan merasa sakit hati dengan perkataan konselor,

misalnya konselor bukannya memberikan relaxasi kepada konseli tetapi juga malah membuat

konseli merasa terancam dengan masalah yang sedang ia hadapi.

Bentuk kekerasan psikologis lainnya yaitu mengejek konseli ataupun kalimat menjatuhkan

mental konseli yang membuat konseli merasa semakin terpuruk dengan masalah yang sedang

ia hadapi, sebagai seorang konselor kita seharusnya membuat konseli merasa lega ataupun

membantu konseli untuk mengurangi beban yang di hadapinya, bukan malah elakukan

tindakan kekerasan psikologis

2. Adakah perbedaan kode etik antara konselor pemula dengan konselor ahli? (Auliani putri)

Jawaban Kelompok:

Tidak ada perbedaan kode etik antara konselor pemula ataupun konselor yang sudah ahli,

karena setiap orang yang sudah menyendang profesi konselor, harus mematuhi kode etik

yang telah ditetapkan, jikalau konselornya masih dikategorikan pemula maka baiknya ia

lebih berhati-hati dan terus melatih diri adar ia terbiasa dan kemudian menjadi ahli dengan

pengalaman-pengalamannya.

Jikalau seandainya ada keringanan kode etik untuk konselor pemula maka seorang konselor

tidak pernah mau berusaha untuk menjadi ahli, maka selamanya ia akan menjadi konselor

pemula. Hal ini akan merugikan profesi karena dianggap tidak professional.

Jadi, kode etik itu sama dalam sebuah profesi dan juga berlaku untuk seluruh anggota profesi.

3. Jika seorang guru bk terbukti melanggar kode etik, maka bagaimana tindakan abkin, apakah

langsung dipecat, ataupun ada peringatan terlebih dahulu.? (Ariyana rustam)

Jawaban Kelompok:

Penerapan kode etik itu mempunyai aturan sendiri dalam sebuah profesi, begitu juga dengan

profesi konseling, penerapannya juga ada kaidah tersendiri, jikalau ada guru bk yang

melanggar aturan atau pun kode etik, maka akan diberi sangsi sesuai dengan pelanggaran

yang ia lakukan.

Page 57: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Jikalau pelanggaran ringan maka bisa jadi tindakannya ditangani oleh organisasi profesi

tingkat daerah, misalnya dengan membrikan nasehat ataupun peringatan kepada guru bk

tersebut. Jikalau sudah berat maka akan ditindak sesuai dengan aturan yang berlaku.

Penerapan sangsi dan hukuman juga mempunyai aturan sendiri juga terlah ditetapkan secara

tertulis dalam kode etik yang telah dirumuskan bersama.

4. Apabila yang melanggar adalah anggota abkin sendiri, maka siapakah yang akan mengambil

tindakan ? (Miranda zr)

Jawaban Kelompok:

Yang akan mengambil tinadakan jika anggota abkin yang melanggar adalah pihak yang

berwewenang yang juga manjadi pengawas anggota abkin yang bertugas, mungkin orang

yang menjadi petinggi yang mengawasi ataupun pihak yang bertugas mengambil tindakan.

Walaupun tindakan yang akan diberikan kepada anggotanya sendiri. Peraturan harus di

junjung tinggi, kode etik yang telah ditetapkan berlaku untuk semua anggota yang

menyandang profesi dibawah naungan abkin yaitu profesi konselor.

Dalam sebuah profesi biasanya ada bagian tersendiri yang bertugas dalam berbagai bidang,

termasuk juga bagian yang memberikan sangsi terhadap pelanggaran ataupun bagian penjaga

atau penegak kode etik, maka merekalah yang akan bertindak memberikan sangsi.

5. Alih tangan kasus yang bagaimana yang termasuk pelanggaran kode etik? (Taufik hidayat)

Jawaban Kelompok:

Alih tangan kasus yang konselinya di referalkan kepihak yang bukan ahli dari pada masalah

yang sedang dihadapi konseli. Misalnya konseli menderita gangguan jiwa, konselor

mereferalkan konseli tersebut kepihak kepolisian. Hal ini melanggar kode etik karena dapat

merugiakn konseli.

Tindakan ini bukan menyelesaikan masalah konseli malah dapat merugikan konseli. Karena

akan timbu masalah baru yang harus dihadapinya.

Page 58: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Alihtangan kasus boleh dilakukan sesuai dengan kebutuhan, ahli tangan kasus juga

mempunyai aturan sendiri dalam melakukannya. Misalnya konselor sudah tidak mempu lagi

menangani konseli, maka konselor boleh mengambil tindakan alih tangan kasus.

Alih tangan kasus juga bisa dilakukan bila mana setelah didalami permasalahan konseli

ternyata hal itu bukan ranahnya konselor. Misalnya ini berhungan dengan penyakit fisik,

maka konseli boleh mereferalkan konselinya ke dokter.

6. Bagaimanakah tindakan kita bila melihat guru bk disekolah membongkar rahasia muridnya ?

(Dina mahmuliana)

Jawaban Kelompok:

Tindakan kita sebagai orang yang mengerti bahwa itu adalah pelanggaran kode etik adalah

harus mengambil sebuah tindakan. Tindakan itu dapat berupa mengingatkan guru tersebut

bahwa hal itu tidak boleh dilakukan karena dapat menganggu atau merugikan konseli.

Jikalau keadaaan tidak memungkinkan. Maka kita bisa mengambil tindakan lain, misalnya

melapor kepada pengawas kinerja guru bk. Atau melaporkan kepada guru bk lainnya. Agar

diingatkan keguru bk tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko terhadap

hubungan kita dengan guru bk tersebut.

Jikalau tetap tidak diindahkan maka kita boleh melapor kepada pihak yang berwewenang.

Misalnya ke bakin untuk diberikan tindakan kepadanya ataupun peneguran.

7. Apakah kode etik yang ditetapkan abkin juga berlaku jika seorang konselor tidak sedang

menjalankan tugasnya sebagai konselor. Misalnya ia lagi cuti atau tidak sedang bekerja ?

(Syufiatuddin indah haqqun)

Jawaban Kelompok:

Kode etik harus dipatuhi oleh setiap orang yang menjalankan profesi, termasuk konselor

dimanapun ia berada, asalkan dia sudah menyandang status sebagai anggota profesi maka

berarti ia wajib mematuhi kode etik.

kode etik itu mengatur seluruh aspek kehidupan. Ada yang berlaku saat menjalankan profesi,

ada juga yang berlaku saat ia tidak menjalankan profesi, misalnya seorang yang lagi cuti, ia

Page 59: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

juga harus menjaga kehormatan profesinya dengan tidak melakukan perbuatan diluar norma

karena itu akan merugikan nama baik profesinya.

Namun bagi sebagian kode etik harus dijaga hanya ketika ia menjalankan profesinya sebagai

konselor ataupun saat ia berhadapan dengan konselinya.

Hal ini semua telah diatur dengan rapi dalam kode etik, ada aturan dan waktu tersendiri yang

juga harus benar-benar dipahami oleh seorang konselor

8. Bagaimana cara kita mengetahui bahwa seseorang melanggar kode etik ? (Darma sena)

Jawaban Kelompok:

Cara kita mengetahui bahwa seseorang melanggar kode etik adalah dengan memahami kode

etik tersebut. Jikalau kita tidak memahaminya kita tidak bisa mngatakan bahwa seseorang

melanggar kode etik.

Kita juga bisa melihat tindakan yang ia lakukan tidak sesuai dengan norma atau merugikan

konseli ataupun pihak lain. Hal-hal yang merugikan orang lain biasanya termasuk kedalam

pelanggaran kode etik.

DAFTAR PUSTAKA

D.K.Sukardi, 2008, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta.Hunainah.2013.etika profesi bimbingan dan konseling.bandung: rizqi presPrayitno dkk.2013. Dasar-dasar bimbingan dan konseling.jakarta: rineka ciptaSyamsu Yusuf .JLN, 2010, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung, Remaja Rosda

Karya.Tohirin.2009. bimbingan konseling di sekolah dan madrasah .jakarta: Rajawali pres

Page 60: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 9

PENTINGNYA EKSPLORASI PENGALAMAN DALAM PROSES KONSELING

Summary

1. Terapi Pribadi Pengalaman

Konselor harus memiliki pengalaman dalam program pendidikan yang menantang agar dapt

tumbuh secara intelektual dan secara pribadi. Filosofi dari program BK adalah siswa perlu

lingkungan yang mendukung di mana mereka dapat merasa cukup untuk berbagi, sementara pada

saat yang sama, ditantang untuk tumbuh aman. Ini merupakan "konstruktif pengembangan" yaitu

filosofi penting bagi banyak program pendidikan konselor, dengan membangun keyakinan

bahwa jika diberikan lingkungan pengasuhan, siswa dapat mengembangkan peningkatan

fleksibilitas dan relativis berpikir dengan cara pemahaman dunia mereka (Eriksen & McAuliffe,

2006; McAuliffe & Eriksen, 2010). Hal ini juga merupakan kualitas yang diperlukan bagi

seorang konselor yang efektif.

2. Proses konseling

Menurut Ansbacher & Anbacher (Shertzer & Stone, 1980, 204) ada tiga komponen

pokok dalam proses konseling :

Memperoleh pemahaman gaya hidup klein yang spesifik, gejala dan masalahnya, melalui

empati, intuisi dan penaksiran konselor. Dalam unsur ini konselor membentuk hipotesis

mengenai gaya hidup dan situasi klien.

Proses menjelaskan kepada klien, dalam komponen ini hipotesis gaya hidup yang

dikembangkan dalam komponen pertama harus ditafsirkan dan dikomunikasikan dengan

klien sehingga dapat diterima. Psikologi individual menekankan pentingnya membantu

klien untuk memperoleh tilikan terhadap kondisinya.

Proses memperkuat minat sosial, klien dengan menghadapkan mereka, secara seimbang,

dan menunjukkan minat dan kepedulian mereka.

Page 61: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

3. Pengertian Eksplorasi

Dengan demikian eksplorasi adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk memecahkan

masalah klien dengan cara menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien. Dengan begitu

klien dapat memaparkan masalah yang ada dalam dirinya hingga tidak ada lagi kesulitan untuk

memaparkannya.

4. Eksplorasi Pengalaman

Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan konselor untuk menggali pengalaman yang

dialami oleh klien.

Contoh:

Saya terkesan dengan pengalaman yang anda lalui. Namun saya ingin memahami lebih jauh

tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda.

Seorang konselor dapat dikataan berhasil dalam mengeksplorasi kliennya atau dalam

latihan mikronya jika:

Calon konselor mampu berkomunikasi dengan klien dengan menggunakan kata/kalimat

yang dapat menggugah perasaan, pikiran, dan pengalamannya sehingga dengan jujur

mengungkapkan secara dalam dan rinci.

Agar para calon konselor mampu membuat rasa aman terhadap diri klien sehingga di

terbuka, jujur, dan berpartisipasi dalam konseling.

Questions and Answers

Pertanyaan:

1. Di dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling terdapat azas kekinian, apakah ada

hubungannya dengan tehnik eksplorasi. (Riska Tami Untari)

Jawaban Kelompok:

Azas kekinian merupakan permasalahan yang sedang dirasakan oleh klien bukan masalah

yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami di masa yang akan

datang. Sedangkan tehnik eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran dan

pengalaman klien. Dan menurutnya pula eksplorasi ini penting dilakukan karena banyak klien

Page 62: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

atau konselee menyimpan rahasia batin, menutup diri atau tidak mampu mengemukakan

pendapatnya. Dengan demikian teknik eksplorasi ini memumungkinkan klien untuk bebas

berbicara tanpa rasa takut tertekan dan terancam.

Dengan demikian eksplorasi adalah teknik yang digunakan oleh konselor untuk memecahkan

masalah klien dengan cara menggali perasaan, pikiran dan pengalaman klien. Dengan begitu

klien dapat memaparkan masalah yang ada dalam dirinya hingga tidak ada lagi kesulitan

untuk memaparkannya.

Jadi terdapat hubungan antara azas kekinian dengan tehnik eksplorasi yaitu bisa saja

permasalahan yang sedang dialami oleh klien pada saat ini disebabkan oleh pengalamannya

pada masa lalu.

2. Jelaskan langkah-langkah eksplorasi itu seperti apa. .? (Auliani Putri)

Jawaban Kelompok:

Tehnik eksplorasi dapat dilakukan dengan cara konselor mennggali perasaan, pikiran dan

pengalaman klien karena teknik eksplorasi memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa

rasa takut, tertekan, dan terancam. Sebagaimana refleksi, eksplorasi ada tiga jenis:

1) Eksplorasi perasaan, keterampilan konselor menggali perasaan klien yang tersimpan.

Konselor dapat menggunakan kalimat-kalimat berikut ini untuk memulai keterampilan

eksplorasi perasaan.

”Bisakah Saudara menjelaskan bagaimana perasaan bingung yang Anda maksudkan”

“Saya kira rasa sedih Anda begitu dalam pada peristiwa tersebut. Dapatkah Anda

kemukakan perasaan Anda lebih jauh? ”

2) Eksplorasi pengalaman, keterampilan konselor untuk menggali pengalaman yang

dialami oleh klien.

Saya terkesan dengan pengalaman yang anda lalui. Namun saya ingin memahami

lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda.

3) Eksplorasi pikiran, keterampilan konselor untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat

klien. Dalam mengoperasikan keterampilan ini konselor dapat menggunakan kalimat

berikut ini.

Page 63: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih jauh tentang apa pendapat anda tentang

hadirnya ibu tiri dalam rumah Anda.

Saya kira, pendapat Anda mengenai hal itu sangat baik sekali, dapatkan Anda

menguraikannya lebih lanjut?

Seorang konselor dapat dikataan berhasil dalam mengeksplorasi kliennya atau dalam

latihan mikronya jika:

Calon konselor mampu berkomunikasi dengan klien dengan menggunakan

kata/kalimat yang dapat menggugah perasaan, pikiran, dan pengalamannya sehingga

dengan jujur mengungkapkan secara dalam dan rinci.

Agar para calon konselor mampu membuat rasa aman terhadap diri klien sehingga di

terbuka, jujur, dan berpartisipasi dalam konseling.

3. Bagaimanakah solusi untuk konseli yang belum selesai permasalahannya akan tetapi dia

tidak ingin mrlanjutkan proses konseling kembali. Apakah konselor perlu melakukan

eksplorasi masalah terhadap permasalahan sedangkan konseli sendiri tidak mau

menyelesaikannya. (Cut nurul wazna)

Jawaban Kelompok:

Eksplorasi masalah adalah tehnik dalam konseling dan juga keterampilan yang harus dimilki

oleh konselor untuk menggali pikiran, perasaan dan persaan.

Dalam kasus diatas, pada tahap eksplorasi masalah adanya aspek yang tidak diperhatikan

oleh konselor, baik dalam mengeksplorasi perasaan maupun pikiran atau pengalaman.

Mungkin dalam proses mengeksplorasi konselor menyinggug perasaan konseli tersebut, yang

menyebabkan dia tidak ingin melanjutkan proses konseling lagi. Dalam hal ini konselor

harus mengklarisifikasinnya dengan konseli, tetapi jika konseli tetap tidak mau

melanjutkannya maka proses konseling dihentikan.hal ini dilihat dari azas kesukarelaan

dalam konseling yang tidak memperbolehkan untuk memaksa konseli dalam mengikuti

kegiatan konseling.

4. Hambatan apa saja yang ditemukan konselor dalm mengeksplorasi perasaan klien. .? (Windria

riska)

Jawaban Kelompok:

Page 64: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Dalam mengeksplorasi baik perasaan, pikiran maupun pengalaman yang akan menjadi

hambatan bagi konselor adalah konseli yang introvert.pribadi seperti ini cenderung untuk

menutupi segala hal yang dirasakan maupun dialaminya. Dalam hal ini konselor harus

berusaha lebih keras dan membentuk raport yang mendalam untuk membuat konseli percaya

dan yakin untuk terbuka dalam melakukan proses konseli.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.Arintoko. 2011. Wawancara Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Andi.Calvin S. Hall & Gardner Lidzey (editor A. Supratiknya). 2005. Teori-Teori Psiko Dinamik

(Klinis) : Jakarta : KanisiusCorey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.Djumhar I dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Guidance &

Counseling). Bandung : CV Ilmu.Lumongga Lubis, Namora. 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling. Jakarta: Kencana.Nurihsan, A. Juntika. 2007. Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.

Bandung: Refika Aditama.Prayitno& Amti Erman. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.PT. Rineka Cipta Jakarta.Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Page 65: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 10

ISU ETIK DALAM PRAKTIK KONSELING

Summary

1. Pengertian Etika dan Kode Etik

Kode etik merupakan seperangkat aturan atau kaidah – kaidah, nilai-nilai yang mengatur segala

perilaku (tindakan dan perbuatan serta perkataan) suatu profesi atau organisasi bagi para

anggotanya.

2. Pentingnya Kode Etik

Kode etik profesional diperlukan dengan beberapa alasan antara lain:

1) Untuk melindungi profesi sesuai dengan ketentuan dan kebijaksanaan yang telah

ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Kode etik ini

akan memberikan kemungkinan profesi dapat mengatur dirinya sendiri dan melaksanakan

fungsinya secara otomatis dalam kendali perundang-undangan yang berlaku.

2) Untuk mengontrol terjadinya ketidak-sepahaman dan persengketaan dari para pelaksana.

Dengan demikian kode etik dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan

eksternal profesi.

3) Melindungi para praktisi dalam masyarakat terutama dalam kaitan kasus-kasus

malapraktek (praktek-praktek yang salah). Bila kegiatan praktek sesuai dengan garis-

garis etika, maka perilaku praktek dapat dianggap memenuhi standar.

4) Melindungi klien dari praktek-praktek yang menyimpang dari orang-orang yang secara

profesional tidak berwenang.

3. Peran dan Kode Etik Konselor

1) Memiliki kompetensi dan keahlian yang disiapkan melalui pendidikan dan latihan khusus

dalam standar kecakapan yang tinggi.

2) Ada perangkat aturan untuk mengatur perilaku profesional dan melindungi kesejahteraan

publik. Aspek penting dalam hal ini adalah kepercayaan :

Page 66: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

a. Adanya kodifikasi perilaku profesional sebagai aturan yang mengandung nilai

keadilan dan kaidah-kaidah perilaku profesional yang tidak semata-mata melindungi

anggota profesi tetapi juga melindungi kesejahteraan publik.

b. Bahwa anggota profesi akan mengorganisasikan dan bekerja dengan berpegang

kepada standar professional conduct. Diyaknini bahwa seorang profesional akan

menerima tanggung jawab mengawasi dirinya sendiri; mampu melakukan self

regulation. Dua aspek penting dari self regulation adalah: (i) melahirkan sendiri kode

etik, dan (ii) standar praktek

3) Anggota profesi dimotivasi untuk melayani orang-orang dengan siapa mereka bekerja.

Keyakinan ini barangkali paling rawan; menyangkut komitmen seorang profesional

terhadap nilai yang melintasi nilai-nilai kepentingan pribadi dan motivasi finansial.

4. Landasan dari Praktik Etis

Ada kemungkinan seorang praktisi sadar dan beritikat baik dalam mengikuti kode etik

profesinya masih bisa berlaku tidak etis secara “tidak sadar” dan telah melakukan pelanggaran.

Sebagai kesimpulan umum dapat dikatakan bahwa praktik etis menguntungkan klien, sementara

praktik tidak etis dilakukan demi keuntungan praktisi. Beberapa praktik jelas-jelas etis, dan yang

lainnya tidak etis.

1) Menilai Praktek Etis dan Tidak Etis

Pope, Tabachnick, dan Keith Spiegel (Corey, 2005:) mengutip hasil survey yang

dilakukan oleh para peneliti tentang identifikasi terapis yang melalukan praktek baik, dan yang

buruk. Adapaun penjelasan singkatnya sebagai berikut :

a. Sex

Terapis (konselor) mengadakan kontak seksual dengan klien

Melakukan kegiatan erotic dengan klien

Melepas pakaian didepan klien

Membiarkan klien melepaskan pakaiannya

Berhubungan seks dengan orang yang dibawah pengawasan klinik.

Page 67: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelima hal tersebut diatas, sama sekali tidak dibenarkan dan sangat tidak etis karena akan

mencenderai proses pelayanan konseling yang efiktif dan professional.

b. Aktifitas bisnis

Mereferal (mengalihtangankan) klien kepada pihak lain dengan imbalan uang

Berbisns dengan klien

Meminjam uang dari klien

c. Isu kerahasiaan

Pope, dkk (Corey 2005:), mengemukakan beberapa contoh berkenaan dengan isu

kerahasiaan ini, yaitu tanpa sengaja membuka data rahasia dan membahas keadaan klien

(dengan menyebutkan nama) kepada teman.

Sehubungan dengan pengelolaan kerahasiaan ini Bigg & Blocher (1986:137-144)

mengemukakan tiga level kerahasiaan yang bisa diterapakan dalam situasi klinis, yakni :

Tingkat pertama. Pada level ini dasar yang penting sekali adalah bahwa semua

informasi mengenai individu, organisasi, yang menyangkut harga diri, rahasia pribadi

dan lain-lain, di handle/ ditangani secara professional, jenis rahasia ini bukan hanya

diterapkan pada klien yang ditandai, tapi juga para individu lain atau organisasi lain

seperti teman, keluarga, sekolah, agen-agen keamanan dan lain-lain yang mungkin

memberikan informasi, dijaga kerahasiannya sebagai bagian dari proses klinis. Para

professional menyimpan informasi tersebut yang tidak akan pernah dibocorkan secara

sembrono kepada siapapun.

Tingkat kedua. Ciri yang menonjol dari tingkat kerahasiaan ini adalah bahwa

informasi-informasi hanya akan dibocorkan untuk kebaikan klien.

Tingkat ketiga. Dalam tingkat ini kerahasiaan akan dibocorkan hanya dalam situasi

yang ekstrim seperti membahayakan orang lain.

d. Memberi pelayanan kompetensi

Beberapa contohnya yakni :

Terlibat hubungan seks dengan mantan klien

Memberi terapi kepada salah seorang teman anda

Mengundang klien ke pesta atau pertemuan keakraban

Secara langsung  mengusulkan seseorang untuk menjadi klien anda

Page 68: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

2) Hak Klien

Hak untuk menyatakan persetujuan atas hal-hal yang telah diinformasikan

sebelumnya.

Hak untuk mendapatkan rujukan yaitu apabila konselor sudah tidak mampu lagi

membantu meyelesaikan permasalahan klien.

Factor yang mempengaruhi keinginan klien untuk masuk dalam kegiatan konseling

5. Pelanggaran Kode Etik Bagi Konselor

Sebagaimana diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ABKIN, Bab X, Pasal 26 ayat 1 dan 2

sebagai berikut:

Pada organisasi tingkat nasional dan tingkat propinsi dibentuk Dewan Pertimbangan

Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia.

Dewan Pertimbangan Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia sebagaimana

yang dimaksud oleh ayat (1) mempunyai fungsi pokok:

a. Menegakkan penghayatan dan pengalaman Kode Etik Bimbingan dan Konseling

Indonesia.

b. Memberikan pertimbangan kepada Pengurus Besar atau Pengurus Daerah ABKlN

atau adanya perbuatan melanggar Kode Etik Bimbingan dan Konseling oleh

Anggota setelah mengadakan penyelidikan yang seksama dan bertanggungjawab.

c. Bertindak sebagai saksi di pengadilan dalam perkara berkaitan dengan profesi

bimbingan dan konseling.

1) Sangsi Pelanggaran

Memberikan teguran secara lisan dan tertulis.

Memberikan peringatan keras secara tertulis.

Pencabutan keanggotan ABKIN.

Pencabutan lisensi.

Apabila terkait dengan permasalahan hukum/ kriminal maka akan diserahkan pada pihak

yang berwenang.

Page 69: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

2) Mekanisme Penerapan Sangsi

Mendapatkan pengaduan dan informasi dari konseli dan atau masyarakat.

Pengaduan disampaikan kepada dewan kode etik di tingkat daerah.

Apabila pelanggaran yang dilakukan masih relatif  ringan maka penyelesaiannya

dilakukan oleh dewan kode etik di tingkat daerah.

Pemanggilan konselor yang bersangkutan untuk verifikasi data yang disampaikan oleh

konseli dan atau masyarakat.

Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh dewan kode etik daerah terbukti

kebenarannya maka diterapkan sangsi sesuai dengan masalahnya.

Questions and Answers

1. Pada layanan bk jika konselornya laki-laki dan konselinya seorang perempuan .jika timbul

suatu perasaan suka atau cinta pada saat proses konseling apakah hal itu melanggar kode

etik? (Dina mahmuliana)

Jawaban Kelompok:

hal itu melanggar kode etik dan dinilai sangat tidak etis karena layanan konseling tidak akan

berjalan optimal dan maksimal apabila antara klien dan konselor terikat oleh hubungan

emosional. Oleh sebab itu diperlukan adanya ketahanan diri seorang konselor sebagai tenaga

yang profesional dibidangnya.

Namun, apabila di antara klien dan konselor tidak mampu membendung perasaan mereka

masing-masing maka akan lebih bijak bila konselor menyerahkan permasalahan klien pada

konselor lain yang dinilai mampu menyelesaikan masalah yang dialami klien (referal).

2. Apa hubungan seks dengan praktek etis dan tidak etis dan kompetensi apa yang ada dalam

layanan bk? (Dika fadila)

Jawaban Kelompok:

hubungan tentang seks dengan praktik etis dan tidak etisnya suatu layanan konseling terletak

pada kemungkinan-kemungkinan yang memang mungkin terjadi di antara klien dan konselor

senagai manuasia biasa, diantaranya :

Page 70: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

mengadakan kontak seksual dengan klien, Melakukan kegiatan erotic dengan klien, Melepas

pakaian didepan klien, Membiarkan klien melepaskan pakaiannya, Berhubungan seks dengan

orang yang dibawah pengawasan klinik.

Hal ini yang membuat penilaian tidak etis pada saat melakukan proses konseling sehingga

melanggar kode etik. Kompetensi yang ada pada layanan bk yaitu konselor menghindari

perbuatan-perbuatan yang melanggar kode etik seperti Terlibat hubungan seks dengan

mantan klien, Memberi terapi kepada salah seorang teman anda, Mengundang klien ke pesta

atau pertemuan keakraban, Secara langsung  mengusulkan seseorang untuk menjadi klien.

Jadi konselor harus memiliki kemampuan untuk memahami bagaimana menjadi seorang

konselor yang profesional dan memahami kode etik dalam bimbingan koseling.

3. Bagaimana hubungan antara aktifitas bisnis dengan kode etik? (Rayyan)

Jawaban Kelompok:

hubungan yang dimaksud adalah adanya penyimpangan yang dilakukan salah satu pihak

ketika proses layanan konseling sedang berlangsung. Misalnnya aktifitas bisnis yang

menguntungkan pihak tertentu yang tak peduli dengan kerugian yang dialami pihak lain

seperti Mereferal (mengalihtangankan) klien kepada pihak lain dengan imbalan uang,

Berbisnis dengan klien, Meminjam uang dari klien. Hal ini sangat berhubungan dengan kode

etik yaitu melanggar kode etik dimana sebagai seorang konselor tidak seharusnya

menjadikan pelayanan bk untuk aktifitas bisnis melainkan untuk memberikan suatu

pemahaman dan informasi kepada klien serta membantunya menyelesaikan masalh hidup

yang menghambat perkembangann diri klien itu sendiri.

4. Apa maksud dari anggota profesi dimotivasi untuk melayani orang-orang dengan siapa orang

bekerja? (Ariyana rustam)

Jawaban Kelompok:

maksudnya adalah Seorang konselor profesional mesti menaruh kepedulian khusus terhadap

klien, karena klien amat rawan untuk dimanipulasi dan dieksploitasi. Etika konseling harus

melibatkan kesadaran dan komitmen untuk memelihara pentingnya tanggung jawab

melindungi kepercayaan klien (client trust). Seorang konselor harus menyadari akan

Page 71: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

kemungkinan pengaruh tindakannya terhadap status klien pada saat ini dan yang akan datang,

dan harus mampu membuat judgmen moral/etik.

5. Bagaimana peran konselor dalam menerapkan kode etik yang melakukan pelanggaran? (Lia

rizki andhani)

Jawaban Kelompok

Jawaban: Konselor wajib mematuhi kode etik profesi Bimbingan dan Konseling. Apabila

terjadi pelanggaran terhadap kode etik Profesi Bimbingan dan Konseling maka kepadanya

diberikan sangsi sebagai berikut.

1. Memberikan teguran secara lisan dan tertulis.

2. Memberikan peringatan keras secara tertulis.

3. Pencabutan keanggotan ABKIN.

4. Pencabutan lisensi.

5. Apabila terkait dengan permasalahan hukum/ kriminal maka akan diserahkan pada pihak

yang berwenang.

DAFTAR PUSTAKA

McLeod, John. (2010). Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta :Kencana Prenada Media Group.Haries, Ronald. 2013. Psikologi Konseling. Depok: Penerbit Romeo PressCorey,Gerald.,Schneider.Corey,Marianne & Callanan,Patrick. (2005). Issues and Ethics In The

Helping Professions Eight Edition. Brooks/Cole,Cengage Learning. Belmont,CA,USA.http://lilis-istiqomah.blogspot.com/2013/06/isu-etika-dalam-praktik-konseling_23.html diakses

pada 18 Maret 2015 pukul 11.00ABKIN. 2007. Rambu Rambu Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur

Pendidikan Formal. [online]. Tersedia : http://sunaryo.fip.upi.edu. [18 Maret 2015]Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan

Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: PPB UPI. Tersedia : http://www.te2n.com/peran-dan-kode-etik-konselor (18 Maret 2015)

Page 72: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 11

ISSUE ETIK DALAM PERSPEKTIF LINTAS BUDAYA

Summary

1. Konselor sadar budaya dalam Pelaksanaan Konseling Lintas Budaya

Karakteristik konselor dalam tuntutan konseling lintas budaya sebagai berikut :

1. Konselor lintas Budaya sadar terhadap nilai-nilai pribadi yang dimiliki dan asumsi-

asumsi terbaru tentang prilaku manusia

2. Konselor sadar bahwa dia memiliki nilai-nilai sendiri yang dijunjung tinggi dan akan

terus dipertahankan.

3. Konselor lintas budaya sadar terhadap karakteristik konseling secara umum

4. Konselor memiliki pemahaman yang cukup mengenai konseling secara umum sehingga

akan membantunya dalam melaksanakan konseling, sebaiknya sadar terhadap pengertian

dan kaidah dalam melaksanakan konseling.

5. Konselor lintas budaya harus mengetahui pengaruh kesukuan dan mereka mempunyai

perhatian terhadap lingkungannya

6. Konselor dalam melaksanakan tugasnya harus tanggap terhadap perbedaan yang

berpotensi untuk menghambat proses konseling. Terutama yang berkaitan dengan nilai,

norma dan keyakinan yang dimiliki oleh suku agama tertentu.

7. Konselor lintas budaya tidak boleh mendorong klien untuk dapat memahami budaya dan

nilai-nilai yang dimiliki konselor.

8. Konselor lintas agama dan budaya dalam melaksanakan konseling harus mempergunakan

pendekatan ekletik. Pendekatan ekletik adalah suatu pendekatan dalam konseling yang

mencoba untuk menggabungkan beberapa pendekatan dalam konseling untuk membantu

memecahkan masalah klien.

2. Perspektif etik dan emik

Definisi Emik dan Etik Secara sangat sederhana, emik mengacu pada pandangan warga

masyarakat yang dikaji, sedangkan etik mengacu pada pandangan si peneliti. Kontruksi emik

adalah deskripsi dan analisis yang dilakukan dalam konteks skema dan kategori konseptual yang

dianggap bermakna oleh partisipan dalam suatu kejadian atau situasi yang dideskripsikan dan

Page 73: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

dianalisis. Kontruksi etik adalah deskripsi dan analisis yang dilakukan dalam konteks skema dan

kategori konseptual yang dianggap bermakna oleh komunitas penganut ilmiah.

Deskripsi dan eksplanasi antropologi adalah etik apabila memenuhi hal-hal sebagai berikut :

Deskripsi harus bermakna sesuai dengan komunitas luas pengamat ilmiah.

Deskripsi harus divalidasi oleh pengamat secara independen.

Deskripsi harus memenuhi persyaratan berupa aturan-aturan dalam memperoleh

pengetahuan dan bukti ilmiah.

Deskripsi harus dapat diterapkan secara lintas budaya.

Kajian-kajian dalam konteks teori tahap-tahap perkembangan yang mengilustrasikan

bahaya yang bakalan menimpa ilmu-ilmu sosial yang gagal membedakan emik dan etik.

3. Bias Budaya

Kata bias dapat diartikan sebagai pembelokan. Atau tidak adanya kesamaan, atau tidak

adanya titik temu dalam suatu masalah. Bias budaya terjadi karena adanya ketidak samaan dalam

memahami kebenaran atau nilai - nilai budaya. Hal ini terjadi antara satu dengan yang lain,

memahami budaya yang ada dengan menggunakan kerangka pandangnya sendiri – sendiri.

Bias disini merupakan kecenderungan berprasangka yang menghambat, membelokan,

atau mencegah penilaian yang imparsial. Menurut dia, komunikasi yang efektif terjadi apabila

dua individu memiliki banyak kesamaan (homophilous). Pada intinya yang dimaksud dengan

bias budaya, tidak adanya kesefahaman terhadap suatu budaya atau saling memahami budaya

yang lain. Itulah bias budaya. Faktor penyebab bias budaya antara lain:

Bahasa Usia Latar pendidikan keluarga Nilai Stereotip Kelas Sosial Ras atau suku Jenis kelamin(gender) Usia Preferensi Seksual/ Orientasi. Gaya Hidup Keadaan orang-orang cacat

Page 74: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Qoestions and Answers

1. Apakah berhak konselor membuang gaya hidup konseli yang buruk tapi tidak berkenaan

dengan masalah? (Rizka tami untari)

Jawaban Kelompok:

berhak, apabila gaya hidup tersebut berpengaruh dengan masalah yang dialami konseli,

karena bagaimanapun gaya hidup yang buruk pasti ada hubungannya dengan masalah yang ia

alami, jadi konselor berhak membuang gaya hidupnya yang buruk tersebut.tetapi apabila

gaya hidup tersebut memang tidak berpengaruh sama sekali, mungkin konselor hanyak

berhak menasehati agar ia bisa hidup lebih baik lagi.

2. Apakah mempengaruhi bagi konselor pemua dalam menerima ilmu dari dosen yang sudah

berumur? (Taufik hidayat)

Jawaban Kelompok:

Konseling merupakan ilmu sosial, maka dari itu ilmu ini akan terus berkembang berdasarkan

kebutuhan manusia yang terus bertambah. Oleh karena itu kemungkinan akan menimbulkan

pengaruh bagi mahasiswa yang belajar konseling dengan dosen lama yang kurang menerima

perubahan, tetapi apabila dosen tersebut terus belajar menyesuaikan ilmu yang telah

dimilikinya dengan perubahan yang ada maka akan lebih baik. Tetapi jika mahasiswa yang

masih saja mendapat ilmu dari dosen yang kurang menerima perubahan tersebut, maka

mahasiswa itu bisa mencari pengetahuan lain disekitarnya, atau mencati informasi terbaru

tentang konseling di berbagai media, dengan demikian ia tidak sepenuhnya mengambil

pengetahuan dari dosen tersebut.

3. Sebutkan contoh stereotip ! (Febriyanti)

Jawaban Kelompok:

1) Stereotipe berdasarkan jenis kelamin, misalnya: laki-laki kuat sedangkan perempuan

lemah.

2) Stereotipe berdasarkan etnis, misalnya: Jawa halus, Batak kasar, dan seterusnya.

3) Stereotipe berdasarkan negara, Jerman orangnya kaku, Indonesia ramah

Page 75: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

4) Stereotipe berdasarkan usia, misalnya orang lanjut usia jika berbicara biasanya

menggurui,suatu pekerjaan memberi masa pensiun kepada lansia karena lansia sudah

tidak dapat bekerja secara maksimal

5) Stereotipe berdasarkan ekonomi, misalkan orang yang secara ekonomi berlebih

biasanya berpenampilan glamour,orang dari ekonomi pas-pasan berpenampilan

sederhana

4. Jelaskan maksud dari unconditional positive regard ? (Ariyana rustam)

Jawaban Kelompok:

Jawab : Menerima keadaan klien secara utuh tanpa memberikan penilaian apapun terhadap

keberadaan dan prilaku klien. Konselor berusaha berpikir positif memahami dunia klien apa

adanya tanpa adanya kritikkan yang akan membuat klien membangun mekanisme pertahanan

diri yang kuat, sehingga menciptakan rasa aman yang membuat klien bisa memahami

masalahnya secara utuh.

DAFTAR PUSTAKAJumarlin. 2002. Dasar – Dasar Konseling Lintas Budaya. Yokyakarta : Pustaka PelajarSyamsu Yusuf, 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: RosdakaryaSinggih Gunarsa, 2007. Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Gunung Mulia.Yusuf, Yusmar. Psikologi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.Winkel, W.S. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT

Grasindo, 1991Arik Aryanto. 2011. Etika Konseling Lintas Budaya. Anak Agung Ngurah Adhiputra, Konseling Lintas Budaya, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2013)Ahmadi, H. Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Page 76: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Kelompok 12

ISU ETIK DALAM PERSPEKTIF LINTAS BUDAYA “Peran Asesmen dan Diagnostik

dalam Konseling Sadar Budaya, Dual dan Multi Relasi dalam Praktik Konseling”

Summary

1. Sensifitas Budaya

Konseling antar budaya akan berhasil apabila telah mengembangkan 3 dimensi kemampuan

yaitu dimensi keyakinan, dan sikap pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan klien

antar budaya yang akan dilayani. Konselor tidak dipersiapkan secara khusus untuk menangani

klien-klien yang latar belakang budaya, suku atau ras, dan kelompok- Kelompk sosial ekonomi

tertentu, akan tetapi menangani klien yang bersifat antar budaya atau bahkan multi budaya.

2. Perbedaan Budaya Yang Mempengaruhi Konselor Lintas Budaya

Antara konselor dengan konseli pada hakekatnya merupakan hubungan dua orang yang

saling berbeda. Perbedaan tersebut didasari atas latar belakang yang berbeda dari kedua belah

pihak tersebut, yang diantaranya dapat berasal dari lingkungan kelurganya, usia, agama, jenis

kelamin, sosial ekonominya, bahasa dan yang lainnya.

Konselor harus pandai memahami persoalan-persoalan konseli yang memiliki pandangan

berbeda-beda. Keadaan yang ada pada konseli itu juga terjadi pada konselor, namun karena

posisi konselor sebagai helper, maka konselor harus memiliki kesadaran diri

Menurut Draguns (dalam Pedersen et al.,1981) mengutip beberapa tema tumpang tindih yang

sering muncul dalam berbagai bentuk. Tema tersebut diantaranya:

1) Pemilihan etic dan emic

Istilah ini dari ahli seorang bahasa. Isu ini melihat budaya dari luar dan dari dalam. Etik

memandang data dalam konsep eksternal budaya yang sifatnya universal. Emik memandang data

atas dasar praktik-praktik pribumi (indigenous) atau keunikan budaya.

Isu etik emik menjadi perdebatan karena pada akhirnya berkenaan dengan masalah

hubungan konselor-konseli. Dalam hubungannya, kedua pihak mengadakan transaksi yang

datangnya dari latar budaya yang bebeda.

2) Dilema autoplastis dan aloplastis

Page 77: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Konsep autoplastis mengacu pada bagaiman mengakomodasikan seseorang pada suatu

latar dan struktur sosial yang bersifat memberi. Apabila konseling mengacu pada model

autoplastis maka intinya konselor mengajak konseli untuk mengadakan penyesuaian dengan

lingkungan. Sebaliknya, konselor yang berorientasi aloplastis mengajak konseli untuk mengubah

lingkungan.

3) Hubungan versus teknik

Isu ini berkenaan dengan hubungan konselor-konseli versus teknik-teknik konseling.

Apabila ditinjau dari hakekat konseling, isu ini mengacu pada persoalan-persoalan apakah proses

konseling perlu dilakukan dalam kerangka budaya konselor atau dapat dlakukan diluar kerangka

budaya konselor?, konseling merupakan inti hubungan konselor-konseli atau merupakan

penerapan teknik-teknik yang dapat dimanipulasi sesuai dengan lingkungan budaya yang

berbeda-beda?

4) Hubungan bilateral antara konselor-konseli

Yang dimaksud hubungan bilateral disini ialah hubungan konselor-konseli yang mengacu

pada tingkat proses belajar dalam konseling yang mempengaruhi konselor maupun konseli.

Pengalaman konseling merupakan proses belajar bilateral, pengaruh timbal balik konselor dan

konseli.

3. Peran asesmen dan diagnostik dalam konseling sadar budaya.

Seorang konselor perlu memahami, menggali potensi, serta membimbing konseli dalam

memahami dirinya sendiri. Oleh karena itu konselor perlu data yang akurat untuk menggali

informasi dari konseli dengan menggunakan metode yang tepat. Data tentang konseli dan juga

lingkungannya harus diolah dan diarsipkan secara baik dan teratur sehingga mudah diperoleh

kembali jika suatu saat diperlukan

4. Dual dan multi dalam praktik konseling

Sebagai rangkuman dari apa yang telah dijelaskan di atas, maka ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam kaitannya dengan konseling lintas budaya. Menurut Pedersen (1980)

dinyatakan bahwa konseling lintas budaya memiliki tiga elemen yaitu:

1) konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan melakukan

konseling dalam latar belakang budaya (tempat) klien;

Page 78: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

2) konselor danklien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan melakukan

konseling dalamlatar belakang budaya (tempat) konselor; dan

3) konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan melakukan

konseling di tempat yang berbeda pula.

Lebih lanjut, menurut Pedersesn, Lonner dan Draguns (dalam Carter, 1991) dinyatakan

bahwa beberapa aspek dalam konseling lintas budaya adalah (1) latar belakang budaya yang

dimiliki oleh konselor, (2) latar belakang budaya yang diimiliki oleh klien, (3) asumsi-asumsi

terhadap masalah yang akan dihadapi selama konseling, dan (4) nilai-nilai yang mempengaruhi

hubungan konseling, yaitu adanya kesempatan dan hambatan yang berlatar belakang tempat di

mana konseling itu dilaksanakan.

Questions and Answers

Pertanyaan :

1. Saya kurang mengerti tentang dual dan multi relasi, tolong di jelaskan kembali beserta

contohnya!

2. Tolong kelompok jelaskan tentang hubungan judul kelompok dengan kaitannya dalam

pengembangan pribadi konselor!

3. Saya kurang mengerti tentang arti dari “ada perbedaaan yang mempengaruhi Konseling

Lintas Budaya” tolong dijelaskan kembali beserta contohnya!

4. Dimanakah letak peran assesmen dalam Konseling Lintas Budaya, dan maksud dari

“Penilaian menyajikan fungsi-fungsi assesmen, berikan contoh!

Jawaban :

1. Maksud dari dual dan multi relasi yaitu konselor perlu menyadari akan nilai-nilai yang

berlaku secara umum. Kesadaran akan nilai-nilai yang berlaku bagi dirinya dan

masyarakat pada umumnya akan membuat konselor mempunyai pandangan yang sama

tentang sesuatu hal. Persamaan pandangan atau persepsi ini merupakan langkah awal bagi

konselor untuk melaksanakan konseling.

Page 79: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Sebagai rangkuman dari apa yang telah dijelaskan di atas, maka ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan konseling lintas budaya. Menurut

Pedersen (1980) dinyatakan bahwa konseling lintas budaya memiliki tiga elemen yaitu:

a. konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan

melakukan konseling dalam latar belakang budaya (tempat) klien;

b. konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan

melakukan konseling dalam latar belakang budaya (tempat) konselor; dan

c. konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan

melakukan konseling di tempat yang berbeda pula.

Contohnya adalah dimana konselor dan konseli mampu beradaptasi dengan

budaya masing-masing serta budaya ditempat dilakukan konseling tersebut, seperti

konselor adalah orang Aceh dan konseli adalah orang Jawa dan mereka melakukan proses

konseling misalnya di sulawesi. Maka konselor dan konseli perlu untuk saling

beradaptasi dengan budaya mereka ddan proses konselingnya disesuaikan dengan norma-

norma yang ada di lingkungan tempat berlangsungnya kegiatan konseling tersebut seperti

apabila disulawesi tersebut tidak dibolehkan untuk berduaan di cafe maka konselor

haruslah mengajak konselinya untuk melakukan proses konseli di kantor saja dan tidak

menjadwalkan kegiatan di cafe.

2. Dengan adanya konselor mengetahui dan mendapatkan wawasan seputar isu etik dalam

perspektif lintas budaya maka diharapkan konselor mampu untuk melakukan proses

konseling dengan profesioanal dan dapat menerima konseli dan beradaptasi dengan latar

belakang dari budaya konseli itu sendiri.

3. Antara konselor dengan konseli pada hakekatnya merupakan hubungan dua orang yang

saling berbeda. Perbedaan tersebut didasari atas latar belakang yang berbeda dari kedua

belah pihak tersebut, yang diantaranya dapat berasal dari lingkungan kelurganya, usia,

agama, jenis kelamin, sosial ekonominya, bahasa dan yang lainnya. Pada dasarnya

budayalah yang membedakan sesorang dengan orang lain (konselor dan konseli),yang

tampak berupa perbedaan pada nilai-nilai mereka dan dapat mempengaruhi tingkah laku

mereka.Orang-orang biasanya mencoba untuk sailng berhubungan satu sama lain

sekalipun berasal dari kebudayaan yang berbeda, agar apa yang menjadi kebutuhan dalam

Page 80: PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

hubungannya dengan orang lain dapat tercapai dengan berhasil dan begitupun

berhubungan dengan alam.

4. Letaknya adalah pada saat awal konselor bertemu dengan konseli, maka konselor perlu

untuk mengetahui biodata dari konselinya agar konselor dapat lebih memahami dan bisa

beradaptasi dengan kepribadian, lingkungan tempat tinggalnya serta budayanya yang bisa

juga dipakai nanti untuk menerapkan metode konseling dan cara pemecahan masalah

yang sesuai dengan konseli itu sendiri. Sementara maksud dari “penilaian menyajikan

fungsi-fungsi assesmen itu adalah fungsi dari penilaian itu sendiri yaitu:

a. Untuk merangsang konselor dan klien untuk mempertimbangkan berbagai

masalah,

b. Untuk menjelaskan sifat masalah atau masalah,

c. Dapat menyarankan solusi untuk masalah,

d. Menyediakan sebuah metode untuk membandingkan berbagai alternatif sehingga

keputusan dapat dibuat atau dikonfirmasi, untuk mengaktifkan konselor dan klien

dalam mengevaluasi efektivitas solusi tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi AksaraArifin,Zaenal (2009),  Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non-     Publikasi.Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Fuadi, Athok. 2006. Sistem Pengembangan Evaluasi. Bandung: Ponorogo PressNana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda

KaryaRahayu, Iin Tri,dkk. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang: BayumediaDanandjaja, James. 1994. Antropologi Psikologi: Teori, Metode, dan Sejarah Perkembangannya.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kode etik profesi konseling 2003.Wantu, Tuti. 2010. Konseling Lintas Budaya. Gorontalo UNG: Tidak di terbitkan