Mitral Stenosis Dr. Miftah
-
Upload
raka-aditya -
Category
Documents
-
view
34 -
download
4
description
Transcript of Mitral Stenosis Dr. Miftah
PORTOFOLIO
MITRAL STENOSIS
Oleh:
dr. Medika Prasetya
Pembimbing:
dr. Miftah Affandi, Sp. JP, FIHA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH A.M PARIKESIT
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
TENGGARONG
2015
1
LEMBAR PENGESAHAN PORTOFOLIOMITRAL STENOSIS DAN KOMPLIKASI
Diajukan Oleh :
Nama : dr. Medika Prasetya
Dipresentasikan
Tanggal : 29 Desember 2015
Pembimbing I Pembimbing,
(dr.Ibnoe Soedjarto, M.Si.Med., Sp.S) (dr. Miftah Afandi, Sp. JP, FIHA)
Pembimbing II,
(dr. Nurindah Isty R, M.Si.Med., Sp. KFR)
No ID dan Nama Peserta : Medika PrasetyaNo. ID dan Nama Wahana : RSUD AM ParikesitTopik : Mitral Stenosis Tanggal (kasus) : 7 Desember 2015Tanggal Presentasi : 29 Desember 2015Pendamping : dr. Miftah Afandi, Sp. JP, FIHA
2
Obyektif Presentasi√ Keilmuan ○ Keterampilan √ Penyegaran √ Tinjauan Pustaka√ Diagnostik √ Manajemen ○ Masalah ○ Istimewa○ Neonatus ○ Bayi ○ Remaja √ Dewasa ○ Lansia ○Bumil
DeskripsiDewasa perempuan 54 tahun, dibawa ke rumah sakit karena kontrol keluhan sesakTujuanMampu mendiagnosis mitral stenosis, serta melakukan tatalaksana awal.
Bahan Masalah√ Tinjauan pustaka ○ Riset √ Kasus ○ Audit
Cara Membahas○ Diskusi √ Presentasi dan Diskusi ○ Email ○ Pos
3
BAB I
PENDAHULUAN
Stenosis mitral merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aliran
darah pada tingkat katup mitral oleh karena adanya perubahan pada struktur mitral
leaflets, yang menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan
pengisian ventrikel kiri saat diastol.1,2,3
Stenosis mitral merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung
kongestif di negara-negara berkembang.3,4 Di Amerika Serikat, prevalensi dari
stenosis mitral telah menurun seiring dengan penurunan insidensi demam rematik.
Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal pharyngitis turut
berperan pada penurunan insidensi ini.3 Berdasarkan penelitian yang dilakukan
diberbagai tempat di Indonesia, penyakit jantung valvular menduduki urutan ke-2
setelah penyakit jantung koroner dari seluruh jenis penyebab penyakit jantung.2
Dari pola etiologi penyakit jantung di poliklinik Rumah Sakit Mohammad Hoesin
Palembang selama 5 tahun (1990-1994) didapatkan angka 13,94% dengan
penyakit katup jantung.1
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rowe dkk (1925) terhadap 250
penderita mitral stenosis, setelah sepuluh tahun 39% penderita meninggal dunia,
22% menjadi semakin sesak dan 16% memiliki setidaknya satu manifestasi
komplikasi tromboemboli. Setelah 20 tahun kemudian, 7% meninggal dunia, 8%
penderita menjadi semakin sesak dan 26% memilki setidaknya satu manifestasi
tromboemboli.4
Secara keseluruhan 10-years survival rate dari penderita stenosis mitral
tanpa pengobatan lanjut hanya sekitar 50-60%, tergantung dari keluhan yang
timbul saat itu. Tanpa tindakan pembedahan, 20-years survival rate hanya sekitar
85%. Penyebab kematian pada penderita yang tidak mendapat pengobatan, yaitu:3
Gagal jantung (60-70%),
Emboli sistemik (20-30%) dan emboli paru (10%),
Infeksi (1-5%).
4
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tenggarong
Status : Menikah
Agama : Islam
Tanggal MRS : 7 Desember 2015
Tanggal pemeriksaan : 7 Desember 2015
No. RM : RS.69.96
2.2 Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan kepada pasien pada tanggal 7 Desember 2015 di
poliklonik jantung RSUD AM. Parikesit.
2.2.1 Keluhan Utama
Kontrol keluhan sesak nafas
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang perempuan, berusia 54 tahun, datang berobat ke RSUD AM.
Parikesit pada tanggal 7 Desember 2015 dengan keluhan kontrol keluhan
sesak napas. Pasien mengalami sesak nafas sejak Oktober 2014.
Sesak dirasakan semakin bertambah saat pasien berbaring terlentang dan
berkurang bila dalam posisi duduk. Sesak juga muncul saat pasien
kelelahan setelah beraktifitas berat (saat bekerja). Sesak tidak dipengaruhi
cuaca dan makanan.
5
Rasa nyeri di dada kiri juga terkadang terasa menyertai sesak dan
menyebar ke punggung dan bahu, nyeri timbul tiba-tiba dengan durasi ± 5
menit.
Batuk sejak 3 hari SMRS, batuk tidak berdahak, tidak berdarah, dan tidak
ada demam.
Nyeri ulu hati sejak 5 hari yang lalu, tidak ada mual dan muntah.
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat di RSUD AM. Parikesit pada Oktober 2012 dengan
diagnosis masuk Nevus + Hipertensi stage II, dan pada November 2014
dengan Acute Lung Oedem ec Mitral Stenosis + Hipertensi Stage II.
Riwayat DM dan gangguan ginjal disangkal.
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa. Penyakit asthma
disangkal.
2.2.5 Riwayat Pengobatan
Pada rawatan November 2014 pasien diberikan terapi Furosemid 2x1 amp,
Spironolakton 1 x 25 mg (p.o), Bisoprolol 5mg 1x ¼ tab, Candesartan
1x8mg, Ceterizine 1x1 tab, N. Asestilsistein 2x1 tab (p.o).
2.3 Pemeriksaan Fisik
2.3.1 Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : cukup baik
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign : TD : 110/70 mmHg
nadi : 88 x/menit
RR : 18 x/menit
suhu : Afebris
Pernapasan : sesak (-),
Kulit : turgor kulit normal, sianosis (-), ikterik (-)
Kelenjar limfe : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Otot : dbn
6
Tulang : tidak ada deformitas
2.3.2 Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
- Bentuk : bulat, simetris
- Rambut : hitam, bergelombang
- Mata : konjungtiva anemis : -/-
sklera ikterus : -/-
refleks cahaya : +/+
- Hidung : sekret (-), bau (-), pernapasan cuping hidung (-)
- Telinga : sekret (-), bau (-), perdarahan (-)
- Mulut : sianosis (-), bau (-),
b. Leher
- KGB : tidak ada pembesaran
- Tiroid : tidak ada pembesaran
- JVP : 5+0 cm H20
c. Thorax
1. Cor :
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis teraba 2 jari lateral LMCS RIC VI
- Perkusi : batas jantung kiri melebar, pinggang jantung hilang.
- Auskultasi : S1S2 tunggal, irreguler, diastolik rumble (+), opening snap
sulit dinilai, gallop (-)
7
2. Pulmo :
DEXTRA SINISTRA
Inspeksi:
Retraksi (-)
Gerak nafas tertinggal (-)
Inspeksi:
Retraksi (-)
Gerak nafas tertinggal (-)
Palpasi:
Fremitus raba (n)
Deviasi trakea (-)
Nyeri tekan (-)
Palpasi:
Fremitus raba (n)
Deviasi trakea (-)
Nyeri tekan (-)
Perkusi:
Sonor
Perkusi:
Sonor
Auskultasi:
Vesikuler (+)
Ronkhi (-)
Wheezing (-)
Auskultasi:
Vesikuler (+)
Ronkhi (-)
Wheezing(-)
d. Abdomen
- Inspeksi : tidak ada distensi
- Auskultasi : bising usus (+) N
- Perkusi : timpani
- Palpasi : soepel, nyeri tekan epigastrium (-), Hepar teraba 1 jari BAC
e. Ekstremitas
- Superior : akral hangat +/+, CRT< 2”, edema -/-
- Inferior : akral hangat +/+, CRT< 2”, edema -/-
2.4 Pemeriksaan Penunjang
8
2.4.1 Elektrokardiografi (EKG)
Kesan: sinus rhytm dengan LVH
2.5 Resume
Anamnesis à Seorang perempuan 54 tahun mengeluh sesak, nyeri dada,
dan kaki kanan dan kiri bengkak
Pemeriksaan fisik à didapatkan keadaan umum pasien baik, peningkatan
JVP, lateralisasi ictus, hilangnya pinggang jantung, diastolic rumble,
hepaomegali.
Pemeriksaan penunjang à EKG: sinus rhytm dengan LVH
2.6 Diagnosis Kerja
Mitral stenosis + CHF class II + Dyspepsia syndrome
9
2.7 Penatalaksanaan
Planning Diagnosis
Pemeriksaan Ekokardiografi untuk menentukan derajat MS
Planning Pengobatan
Nonfarmakologi
Istirahat
Diet rendah garam
Farmakologi
Furosemid 40mg (1-0-0)
Candesartan 1 x 16mg
Bisoprolol 1 x ¼ tab
Omeprazole 1 x 1 tab
Planning Edukasi
Istirahat yang cukup
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien kepada keluarga
à penyebab, perjalanan penyakit, perawatan, prognosis,
komplikasi serta usaha pencegahan komplikasi
Pemenuhan kebutuhan gizi
Menjaga kondisi lingkungan sekitar pasien agar mendukung
penyembuhan pasien
2.8 Prognosis
Dubia at malam
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
TextbookAnamnesis
dyspnea dapat disertai batuk/wheezing Orthopnea Palpitasi Batuk darah Nyeri dada Suara parau
Klinis PasienAnamnesis
Dyspnea Batuk Nyeri dada Nyeri perut
Pemeriksaan Fisik Dyspnea Palpitasi Sianosis perifer / wajah Opening snap Diastolic rumble Distensi vena jugular Respiratory distress Digital clubbing Systemic embolization Asites, hepatomegali, oedema
perifer
Pemeriksaan Fisik Distensi vena jugular Lateralisasi ictus Hilangnya pinggang jantung Diastolic Rumble Hepatomegali
Pemeriksaan PenunjangEKG:
P mitral Deviasi aksis ke kanan Hipertrofi ventrikel kanan Atrial fibrilasi
Rontgen: dilatasi atrium kiri pembesaran arteri pulmoner,
atrium, dan ventrikel kanan (pada MS berat)
kalsifikasi katup mitral tanda-tanda bendungan vena
pulmonalis edema interstitial bat wing appearance
Pemeriksaan PenunjangEKG:
Sinus rhytm LVH
12
Ekokardiografi:
E-F slope mengecil dari
anterior leaflets katup mitral,
dengan menghilangnya
gelombang a,
Berkurangnya permukaan
katup mitral,
Berubahnya pergerakan katup
posterior,
Penebalan katup akibat
fibrosis dan multiple mitral
valve echo akibat kalsifikasi.
Terapi:Farmakologi:
Beta blocker Diuretik: furosemid,
spironolakton Digitalis: digoxin Antikoagulan: warfarin Antiaritmia: amiodaron, sulfas
kinidin, beta blocker, ca antagonis
Non-Bedah: Valvotomy
Bedah: Reparasi katup mitral:
komisurotomi, valvulotomi, anuloplasti, rekonstruksi korda
Penggantian katup mitral: katup mitral mekanik dan bioprotesa
Terapi: Furosemid 40mg (1-0-
0)
Candesartan 1 x 16mg
Bisoprolol 1 x ¼ tab
Omeprazole 1 x 1 tab
BAB IV
PEMBAHASAN MITRAL STENOSIS
4.1 Pengertian
Stenosis mitral merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aliran
darah pada tingkat katup mitral oleh karena adanya perubahan pada struktur mitral
leaflets, yang menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan
pengisian ventrikel kiri saat diastol.1,2,3
4.2 Etiologi
Penyebab tersering dari stenosis mitral adalah endokarditis reumatik,
akibat reaksi yang progresif dari demam rematik oleh infeksi streptokokkus.1,2,3,4
Diperkirakan 90% stenosis mitral didasarkan atas penyakit jantung rematik.2,5
Penyebab lainnya walaupun jarang yaitu stenosis mitral kongenital, vegetasi dari
systemic lupus eritematosus (SLE), deposit amiloid, mucopolysaccharhidosis,
rheumatoid arthritis (RA), Wipple’s disease, Fabry disease, akibat obat
fenfluramin/phentermin, serta kalsifikasi annulus maupun daun katup pada usia
lanjut akibat proses degeneratif.1,2,3
4.3 Patofisiologi
Pada stenosis mitral akibat demam rematik akan terjadi proses peradangan
(valvulitis) dan pembentukan nodul tipis di sepanjang garis penutupan katup.
Proses ini akan menimbulkan fibrosis dan penebalan daun katup, kalsifikasi, fusi
komisura serta pemendekan korda atau kombinasi dari proses tersebut. Keadaan
ini akan menimbulkan distorsi dari apparatus mitral yang normal, mengecilnya
area katup mitral menjadi seperti mulut ikan (fish mouth) atau lubang kancing
(button hole). Fusi dari komisura akan menimbulkan penyempitan dari orifisium,
sedangkan fusi korda mengakibatkan penyempitan dari orifisium sekunder.1,2
Pada endokarditis reumatik, daun katup dan korda akan mengalami
sikatrik dan kontraktur bersamaan dengan pemendekan korda, sehingga
menimbulkan penarikan daun katup menjadi bentuk funnel shape.1,2
13
Pada keadaan normal katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm2, bila area
orifisium katup berkurang sampai 2 cm2, maka diperlukan upaya aktif atrium kiri
berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal dapat
terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi bila pembukaan katup berkurang hingga
menjadi 1 cm2.1,4 Pada tahap ini diperlukan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25
mmHg untuk mempertahankan cardiac output yang normal.1 Peningkatan tekanan
atrium kiri akan meningkatkan tekanan pada vena pulmonalis dan kapiler,
sehingga bermanifestasi sebagai exertional dyspneu.4 seiring dengan
perkembangan penyakit, peningkatan tekanan atrium kiri kronik akan
menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal, yang selanjutnya akan
menyebabkan kenaikan tekanan dan volume akhir diatol, regurgitasi trikuspidal
dan pulmonal sekunder dan seterusnya sebagai gagal jantung kanan dan kongesti
sistemik.1,4
Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
stenosis mitral. Pada awalnya hipertensi pulmonal terjadi secara pasif akibat
kenaikan tekanan atrium kiri, terjadi perubahan pada vaskular paru berupa
vasokonstriksi akibat bahan neurohormonal seperti endotelin atau perubahan
anatomi yaitu remodel akibat hipertrofi tunika media dan penebalan intima
(reactive hypertension).1
Pelebaran progresif dari atrium kiri akan memicu dua komplikasi lanjut,
yaitu pembentukan trombus mural yang terjadi pada sekitar 20% penderita, dan
terjadinya atrial fibrilasi yang terjadi pada sekitar 40% penderita.4
Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain berdasarkan gradien
transmitral, dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan
antara lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian opening snap.
Berdasarkan luasnya area katup mitral derajat stenosis mitral sebagai berikut:
Minimal : bila area >2,5 cm2
Ringan : bila area 1,4-2,5 cm2
Sedang : bila area 1-1,4 cm2
Berat : bila area <1,0 cm2
Reaktif : bila area <1,0 cm2
14
Keluhan dan gejala stenosis mitral akan mulai muncul bila luas area katup
mitral menurun sampai seperdua dari normal (<2-2,5 cm2). Hubungan antara
gradien dan luasnya area katup serta waktu pembukaan katup mitral dapat dilihat
pada tabel berikut:
Derajat stenosis A2-OS interval Area Gradien
Ringan >110 msec >1,5 cm2 <5 mmHg
Sedang 80-110 msec >1 cm2-1,5 cm2 5-10 mmHg
Berat <80 msec <1 cm2 >10 mmHg
A2-OS: Waktu antara penutupan katup aorta dengan pembukaan katup mitral
Dengan bertambah sempitnya area mitral maka tekanan atrium kiri akan
meningkat bersamaan dengan progresi keluhan. Apabila area mitral <1 cm2 yang
berupa stenosis mitral berat maka akan terjadi limitasi dalam aktifitas.
4.4 Gejala Klinis
Kebanyakan penderita mitral stenosis bebas keluhan dan biasanya keluhan
utama berupa sesak napas dan dapat juga berupa fatigue. Pada stenosis mitral
yang bermakna dapat mengalami sesak pada aktifitas sehari-hari, paroksismal
nokturnal dispnea, ortopnea atau oedema paru.1,2,3,4,5,6
Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering
terjadi pada stenosis mitral, yaitu 30-40%. Sering terjadi pada usia yang lebih
lanjut atau distensi atrium yang akan merubah sifat elektrofisiologi dari atrium
kiri, dan hal ini tidak berhubungan dengan derajat stenosis.1
Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral seperti
tromboemboli, infektif endokarditis atau simtomatis karena kompresi akibat
besarnya atrium kiri seperti disfagia dan suara serak.1
4.5 Diagnosis
15
Diagnosis dari mitral stenosis ditegakkan dari riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti foto thoraks, elektrokardiografi (EKG)
atau ekokardiografi.1,2,3,4,5,6 Dari riwayat penyakit biasanya didapatkan adanya:
Riwayat demam rematik sebelumnya, walaupun sebagian besar penderita
menyangkalnya.3,4,5
Dyspneu d’effort.3,4,6
Paroksismal nokturnal dispnea.3,4,6
Aktifitas yang memicu kelelahan.4
Hemoptisis.4
Nyeri dada.4
Palpitasi.4
Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan:
Sianosis perifer dan wajah.4
Opening snap.1,2,3,4,5,6
Diastolic rumble.1,2,3,4,5,6
Distensi vena jugularis.4
Respiratory distress.4
Digital clubbing.4
Systemic embolization.4
Tanda-tanda kegagalan jantung kanan seperti asites, hepatomegali dan oedem
perifer.1,2,3,4,5
Dari pemeriksaan foto thoraks, didapatkan pembesaran atrium kiri serta
pembesaran arteri pulmonalis, penonjolan vena pulmonalis dan tanda-tanda
bendungan pada lapangan paru.1,2,3
Dari pemeriksaan EKG dapat terlihat adanya gelombang P mitral berupa
takik pada gelombang P dengan gambaran QRS kompleks yang normal. Pada
tahap lebih lanjut dapat terlihat perubahan aksis frontal yang bergeser ke kanan
dan kemudian akan terlihat gambaran RS pada hantaran prekordial kanan.5,6
Dari pemeriksaan ekokardiografi akan memperlihatkan:2
16
E-F slope mengecil dari anterior leaflets katup mitral, dengan menghilangnya
gelombang a,
Berkurangnya permukaan katup mitral,
Berubahnya pergerakan katup posterior,
Penebalan katup akibat fibrosis dan multiple mitral valve echo akibat
kalsifikasi.
4. 6 Penatalaksanaan
Stenosis mitral merupakan kelainan mekanis, oleh karena itu obat-obatan
hanya bersifat suportif atau simtomatis terhadap gangguan fungsional jantung,
atau pencegahan terhadap infeksi. Beberapa obat-obatan seperti antibiotik
golongan penisilin, eritromisin, sefalosporin sering digunakan untuk demam
rematik atau pencegahan endokardirtis. Obat-obatan inotropik negatif seperti ß-
blocker atau Ca-blocker, dapat memberi manfaat pada pasien dengan irama sinus
yang memberi keluhan pada saat frekuensi jantung meningkat seperti pada
latihan.1,4
Fibrilasi atrium pada stenosis mitral muncul akibat hemodinamik yang
bermakna akibat hilangnya kontribusi atrium terhadap pengisian ventrikel serta
frekuensi ventrikel yang cepat. Pada keadaan ini pemakaian digitalis merupakan
indikasi, dapat dikombinasikan dengan penyekat beta atau antagonis kalsium.1,4
Antikoagulan warfarin sebaiknya digunakan pada stenosis mitral dengan
fibrilasi atrium atau irama sinus dengan kecenderungan pembentukan trombus
untuk mencegah fenomena tromboemboli.1
Valvotomi mitral perkutan dengan balon, pertama kali diperkenalkan oleh
Inoue pada tahun 1984 dan pada tahun 1994 diterima sebagai prosedur klinik.
Mulanya dilakukan dengan dua balon, tetapi akhir-akhir ini dengan perkembangan
dalam teknik pembuatan balon, prosedur valvotomi cukup memuaskan dengan
prosedur satu balon.1
Intervensi bedah, reparasi atau ganti katup (komisurotomi) pertama kali
diajukan oleh Brunton pada tahun 1902 dan berhasil pertama kali pada tahun
1920. Akhir-akhir ini komisurotomi bedah dilakukan secara terbuka karena
17
adanya mesin jantung-paru. Dengan cara ini katup terlihat jelas antara pemisahan
komisura, atau korda, otot papilaris, serta pembersihan kalsifikasi dapat dilakukan
dengan lebih baik. Juga dapat ditentukan tindakan yang akan diambil apakah itu
reparasi atau penggantian katup mitral dengan protesa.1
Indikasi untuk dilakukannya operasi adalah sebagai berikut:2
Stenosis sedang sampai berat, dilihat dari beratnya stenosis (<1,7 cm2) dan
keluhan,
Stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal,
Stenosis mitral dengan resiko tinggi terhadap timbulnya emboli, seperti:
Usia tua dengan fibrilasi atrium,
Pernah mengalami emboli sistemik,
Pembesaran yang nyata dari appendage atrium kiri.
Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:2
1. Closed mitral commissurotomy, yaitu pada pasien tanpa komplikasi,
2. Open commissurotomy (open mitral valvotomy), dipilih apabila ingin dilihat
dengan jelas keadaan katup mitral dan apabila diduga adanya trombus di
dalam atrium,
3. Mitral valve replacement, biasa dilakukan apabila stenosis mitral disertai
regurgitasi dan kalsifikasi katup mitral yang jelas.
Sesuai dengan petunjuk dari American Collage of Cardiology/American
Heart Association (ACC/AHA) dipakai klasifikasi indikasi diagnosis prosedur
terapi sebagai berikut:1
1. Klas I: keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum bahwa
prosedur atau pengobatan itu bermanfaat dan efektif,
2. Klas II: keadaan dimana terdapat perbedaan pendapat tentang manfaat atau
efikasi dari suatu prosedur atau pengobatan,
a. II.a. Bukti atau pendapat lebih ke arah bermanfaat atau efektif,
b. II.b. Kurang/tidak terdapatnya bukti atau pendapat adanya
menfaat atau efikasi.
18
3. Klas III: keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum bahwa
prosedur atau pengobatan itu tidak bermanfaat bahkan pada
beberapa kasus berbahaya.
4.7 Prognosis
Apabila timbul atrium fibrilasi prognosisnya kurang baik (25% angka
harapan hidup 10 tahun) dibandingkan pada kelompok irama sinus (46% angka
harapan hidup 10 tahun). Hal ini dikarenakan angka resiko terjadinya emboli
arterial secara bermakna meningkat pada atrium fibrilasi.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Alperth, J.S., Sabik, J.F., and Cosgrove, D.M. Mitral Valve Disease in : Text
Book of Cardiovascular Medicine. Editor : Eric J. Topol, et al. 2nd Edition.
Philadelpia. Lipincott Williams & Wilkins : 2002.
2. Braunwald, E. Valvular Heart Disease in : Harrison’s Principles of Internal
Medicine Volume II. Editor : Kasper, et al. 16th Edition. New York. Mc Graw
Hill : 2005.
3. Indrajaya, T., dan Ghanie, A. Mitral Stenosis dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Editor : Aru W. Sudoyo, dkk. Edisi 4. Jakarta. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI : 2006.
4. Purnomo, H. Insufisiensi Aorta dalam : Buku Ajar Kardiologi. Editor : Lily I.
Rilantono, dkk. Edisi 1. Jakarta. Balai Penerbit FKUI : 2004.
19
5. Stewart, W.J. and Carabello, B.A. Aortic Valve Disease in : Text Book of
Cardiovascular Medicine. Editor : Eric J. Topol, et al. 2nd Edition. Philadelpia.
Lipincott Williams & Wilkins : 2002.
6. Yusak, M. Stenosis Mitral dalam : Buku Ajar Kardiologi. Editor : Lily I.
Rilantono, dkk. Edisi 1. Jakarta. Balai Penerbit FKUI : 2004.
20