Menghitung Populasi Dengan Metode Menangkap

19
MENGHITUNG POPULASI DENGAN METODE MENANGKAP-MENANDAI DAN MENANGKAP ULANG (CAPTURE-RECAPTURE) Disusun oleh : Ayu Hasnatul Maola B1J012034 Kelompok : 4 Asisten : Tutilah Jamilatun LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

description

laporan ekohe

Transcript of Menghitung Populasi Dengan Metode Menangkap

MENGHITUNG POPULASI DENGAN METODE MENANGKAP-MENANDAI DAN MENANGKAP ULANG (CAPTURE-RECAPTURE)

Disusun oleh :

Ayu Hasnatul Maola B1J012034Kelompok : 4Asisten : Tutilah Jamilatun

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2016

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu yang membicarakan tentang hubungan timbal balik

antara organisme dan lingkungannya serta antara organisme itu sendiri. Dalam proses

hubungan timbal balik atau interaksi ini, organisme saling mempengaruhi satu dengan

yang lain dan dengan lingkungan sekitar, begitu pula lingkungan mempengaruhi

kegiatan hidup organisme. Semua individu yang hidup dalam suatu daerah

membentuk suatu populasi. Dan beberapa populasi spesies yang cenderung untuk

hidup bersama di suatu daerah geografis tertentu membentuk suatu komunitas ekologi

dimana suatu komunitas tersebut beserta lingkungan fisik dan kimia disekelilingnya

secara bersama-sama membentuk suatu ekositem yang dipelajari dalam ekologi

(Odum, 1996).

Populasi merupakan suatu kelompok yang sama atau dapat ditafsirkan juga

sebagai suatu kelompok makhluk hidup yang sama spesiesnya dan mendiami suatu

ruang khusus pada waktu yang khusus. Ukuran populasi umumnya bervariasi dari

waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran

poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi

lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu

eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan

tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran

dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.

(Naughton, 1973).

Menurut Odum (1996), Populasi merupakan suatu kelompok individu yang

memiliki spesies yang sama dan mendiami suatu area diwaktu yang sama. Populasi

sendiri mempunyai ciri khas yang menunjukkan identitasnya, misalnya kerapatan,

natalitas, mortalitas, penyebaran umur potensi biotik, tebaran dan bentuk

pertumbuhan. Sifatnya yang lain berhubungan dengan ekologi adalah sifat

penyesuaian diri, keserasian reproduksi ketahanan yaitu peluang untuk pelestarian

jenis.

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam

dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan

volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk

menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan

komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan

kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan

suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut.

Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Subagyo, 1994).

B. Tujuan

Praktikum Ekologi Hewan kali ini bertujuan untuk mengetahui jumlah

populasi dari Achatina fulica dengan metode Capture-Recapture (metode

menangkap-menandai dan menangkap kembali).

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kepadatan populasi merupakan ukuran populasi dalam hubungannya dengan

satuan ruang. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya individu atau biomasa populasi

persatuan luas atau volume. Dalam mempelajari kelimpahan suatu spesies di satu

lokasi tunggal maka idealnya perlu tahu tentang kondisi fisika kimia, tingkat sumber

daya yang dapat diperoleh, daur hidup makhluk itu, pengaruh kompetitor, pemangsa,

parasit dan sebagainya. Perbadaan-perbedaan dalam populasi mungkin dapat

dikorelasikan dengan cuaca, jenis tanah, jumlah predator, dan sebagainya (Soetjipta,

1993). Kepadatan populasi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

Kepadatan kotor, merupakan jumlah individu biomassa persatuan ruang.

Kepadatan ekologi, merupakan jumlah individu atau biomassa persatuan ruang

yang secara nyata tersedia untuk individu dalam populasi.

Kepadatan relatif, merupakan proporsi antara jumlah total individu populasi

persatuan waktu sebagai akibat adanya kelahiran dan imigrasi (Umar, 2013).

Perubahan kepadatan populasi dipengaruhi oleh empat parameter primer dari

populasi yaitu natalitas, mortalitas, imigrasi dan emigrasi. Meningkat atau menurun

suatu spesies tertentu, di karena salah satu dari parameter itu berubah. Apabila

natalitas dan imigrasi meningkat dalam populasi sedangkan emigrasi dan mortalitas

menurun, maka kepadatan populasi akan bertambah. Pertambahan jumlah organisme

kedalam populasi ini disebut laju kepadatan yaitu jumlah organisme atau individu

yang bertambah ke dalam populasi per satuan waktu (Priyono, 2012).

Penyebaran populasi merupakan pola pergerakan individu-individu kedalam

atau keluar dari populasi yang disebabkan oleh dorongan mencari makan, menghindar

dari predator, pengaruh iklim, terbawa angin atau air, perilaku kawin dan faktor fisik

lain.Penyebaran populasi dapat terjadi melalui 3 cara (Umar, 2013) :

Emigrasi : merupakan pola pergerakan individu keluar dari daerah populasinya ke

tempat lain, dan tinggal permanen di tempat barunya.

Imigrasi : merupakan pola penyebaran individu ke dalam suatau daerah populasi

lain dan individu tersebut menetap di tempat baru.

Migrasi : merupakan pola penyebaran individu dua arah, ke luar dan masuk atau

pergi dan dating secara periodik selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan

sehingga individu suatu populasi akan berpindah tempat.

Metode Capture-Recapture (tangkap-tandai-lepas-tangkap kembali-lepas)

merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran populasi

dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung, atau mamalia

kecil. Metode Capture-Recapture yang biasa digunakan adalah metode Lincoln-

Peterson. Individu yang ditangkap diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam

periode waktu yang pendek (1 hari). Setelah jangka waktu tertentu dilakukan

penangkapan yang kedua yang kemudian diidentifikasi (Umar, 2013).

Metode Capture-Recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga ukuran

populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode Capture-

Recapture sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk itu dilakukan metode Removal

Sampling yang tidak   melepaskan kembali hewan yang telah disampling. Contoh

metode Removal Sampling adalah Metode Zippin yang dilakukan dengan cara

penangkapan pertama tidak dilepaskan kembali, kemudian dalam jangka waktu

tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan

kembali. Sehingga dengan menggunakan persamaan Zippin dapat diduga populasi

hewan dalam suatu areal (Umar, 2013).

III. DESKRIPSI LOKASI

Lokasi yang digunakan untuk praktikum yaitu terletak di taman belakang

Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Suhu di lokasi tersebut 28oC

dengan kelembapan tanah sekitar 83%. Hasil pengukuran pH tanah dilokasi yaitu 7.

Vegetasi yang ada di lokasi antara lain pohon jati, pohon mengkudu dan beberapa

jenis rumut-rumputan.

IV. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kuas, cat, dan

30 ekor Achatina fulica.

B. Metode

1. Achatina fulica ditangkap hingga didapatkan 30 ekor.

2. Achatina fulica di beri tanda dengan cara mengecat pada bagian cangkang, cat

ditunggu hingga kering

3. Achatina fulica yang sudah ditandai dilepaskan kembali

4. Setelah 24 jam Achatina fulica ditangkapan kembali dan hitung jumlah Achatina

fulica yang tidak ada tandanya, yang ada tandanya dan jumlah keseluruhannya.

5. Setelah didapatkan hasil maka dihitung menggunakan rumus.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Perhitungan:

N = M .n

m

N = 30 . 17 = 36,43

Var N = 302. 17 (17-14)

143

= 900 . 51 2,744

= 16,72

Keterangan :

N = taksiran jumlah individu dalam populasi

M = jumlah individu yang ditandai pada penangkapan pertama

n = jumlah total individu-individu yang tertangkap kembali baik yang bertanda

maupun tidak bertanda

m = jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada penangkapankedua

14

Gambar 1. Mengukur suhu dan kelembaban tanah

Gambar 2. Mengukur pH tanah

Gambar 3. Menandai dan melepas bekicot

Gambar 4. Menangkap kembali bekicot

B. Pembahasan

Achatina fulica merupakan hewan bertubuh lunak (Molusca) yang tidak

memiliki tulang belakang. Tubuhnya dilindungi oleh cangkang dari bahan kapur

yang kuat dan didalmnya mengandung lapisan mutiara. Cangkang bekicot terpilin

Spiral (Body whorl) dengan jumlah putaran tujuh, bentuk cangkang fusiform,

tidak memiliki tutup cangkang (Operculum). Warna cangkang coklat dengan pola-

pola garis gelap di permukaannya. Binatang yang termasuk dalam

kelas Gastropod ini pada bagian anteriornya dijumpai dua pasang antena yang

pada masing-masing ujungnya terdapat mata dan pada bagian bawahnya terdapat

mulut yang dilengkapi dengan gigi parut (radula) (Wiryono, 2006). Klasifikasi

dari Achatina fulica adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Animalia

Filum : Molusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Apestrabranchis

Famili : Achatinidae

Genus : Achantina

Spesies : Achantina fulica

Gastropoda merupakan kelompok hewan yang paling kaya akan jenis.

Beberapa spesies gastropoda dikenal memiliki daging yang lezat dan bernilai

ekonomi tinggi, seperti: Abalone haliotis sp, Bekicot Achatina fulica, dan laim-

lain. Selain dagingnya yang lezat, bentuk, tekstur dan warna cangkang yang indah

dari gastropoda menjadi daya tarik sendiri untuk dimanfaatkan sebagai bahan

baku kerajinan tangan (Abbas dkk, 2013). Dalam masyarakat daging Bekicot dan

lendirnya sangat bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti

abortus, sakit waktu menstruasi, radang selaput mata, sakit gigi, gatal-gatal, sakit

jantung, penyakit kulit dan luka ringan. Penyembuhan dengan lendir Bekicot

menjadi salah satu alternatif karena mudah dalam penggunaan, daya sebarnya

pada kulit baik, tidak menyumbat pori-pori kulit, juga memiliki efek anti bakteri

(Oroh dkk, 2015).

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh nila taksiran jumlah individu

populasi (N) sebesar 36,43 dengan jumlah individu yang ditandai pada

penangkapan pertama (M) yaitu 30 ekor, jumlah total individu yang tertangkap

kembali baik yang bertanda maupun tidak bertanda (n) sebanyak 17 ekor dan

jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua (m)

sebanyak 14 ekor. Menurut Ferial (2013), Besarnya populasi di alam maupun

kelimpahan populasi pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman

dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada

habitat tersebut. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi

faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya

kompetisi antar individu.

Metode capture-recapture, merupakan metode yang sudah populer

digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan

yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal

juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya. Metode ini

pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan

yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda

yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam

periode waktu yang pendek (umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau

dua minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua terhadap

sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu

diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama

dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua. Adapun cara

menandai hewan bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti,

habitatnya (daratan, perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi.

Namun, dalam cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat

sebagai berikut (Soegianto, 1994) :

a. Tanda yang disunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang

hilang atau rusak selama periode pengamatan.

b. Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku

aktivitas dan peluang hidup

c. Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan

individu-individu lain di dalam hidup.

d. Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang

bertanda maupun tidak

Dari dua kali hasil penangkapan tersebut diatas, dapat diduga ukuran atau

besarnya populasi (N : indeks Petersen-Lincoln) dengan rumus sebagai berikut:

Dengan catatan :

N : Taksiran jumlah individu populasi

M : Jumlah individu yang ditandai pada penangkapan pertama

n : Jumlah total individu yang tertangkap kembali baik yang bertanda maupun

tidak bertanda

m : Jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua

Banyak spesies hewan konservasi atau kepentingan ekonomi sulit untuk

survei karena mereka bergerak atau tersembunyi, dan hanya sebagian kecil dari

populasi terdeteksi dalam sampel apapun. Jarak sampling dan capture-recapture

metode memungkinkan untuk deteksi lengkap, tetapi dalam bentuk mereka lebih

sederhana setiap metode memiliki keterbatasan. Gabungan jarak dan metode

capture-recapture mengatasi masalah ketersediaan pengambilan sampel

jarak yang lengkap (Efford, 2011).

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Nilai taksiran jumlah individu populasi (N) sebesar 36,43 dengan jumlah

individu yang ditandai pada penangkapan pertama (M) yaitu 30 ekor, jumlah

total individu yang tertangkap kembali baik yang bertanda maupun tidak

bertanda (n) sebanyak 17 ekor dan jumlah individu bertanda yang

tertangkap kembali pada penangkapan kedua (m) sebanyak 14 ekor.

2. Metode capture-recapture merupakan metode yang digunakan untuk

menghitung atau memperkirakan jumlah suatu populasi.

B. Saran

Saran yang sapat berikan pada praktikum kali ini sebaiknya asisten selalu

mendampingi praktikan saat praktikum berlangsung sehingga jika terjadi

kesalahan yang mungkin terjadi dapat diminimalisir.

DAFTAR REFERENSI

Abbas, Ahmad. A., dkk. 2013. Biodiversitas Gastropoda Epifauna di Kawasan Mangrove Perairan Bontolebang Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin. Makasar.

Efford, Murray G. 2011. Estimation Of Population Density By Spatially Explicit Capture–Recapture Analysis Of Data From Area Searches. Ecology. 92(12) : 2202 – 2207.

Ferial, E. W., 2013. Pengetahuan Lingkungan. Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin. Makassar.

Naughton, 1973. Ekologi Umum edisi ke-2. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Odum, Eugene P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Erlangga. Jakarta.

Oroh, C. G., dkk. 2015. Efektivitas Lendir Bekicot (Achatina Fulica) Terhadap Jumlah Sel Fibroblas pada Luka Pasca Pencabutan Gigi Tikus Wistar. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-GiGi (eG). 3(2): 515-520.

Priyono, B. 2012. Ekologi Kuantitatif. Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia. Jakarta.

Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional.Surabaya.

Soetjipta, 1992. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Subagyo, A. 1994. Penuntun Ekologi Umum. Universitas Jambi. Jambi.

Umar, M. R., 2013. Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.