Menghitung populasi lamun di pantai serangan

download Menghitung populasi lamun di pantai serangan

of 29

description

untuk memenhi tugas biostatistika, maka kami melakukan perhitungan ini

Transcript of Menghitung populasi lamun di pantai serangan

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangIndonesia adalah salah satu negara mega biodiversitas dunia. Hal ini terlihat dari beraneka ragam flora dan fauna yang hidup di wilayah Indonesia.Keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia habitatnya tersebar tidak hanya di daratan tetapi juga lautan. Keanekaragaman flora dan fauna membentuk ekosistem yang beraneka ragam pula.Salah satu bentuk ekosistem flora adalah ekosistem lamun. Lamun (sea grass)merupakan ekosistem penting di perairan pantai. Lamunadalahtumbuhanberbijitunggal(monokotil). Lamun termasuk tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal (Poiner.1986). Tumbuhan ini telah menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut terdiri atas rhizome, daun dan akar(McKenzie.2003). Komunitas lamun berada di antara batas terendah daerah pasang-surut sampai kedalaman tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut. Lamun di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur atau pasir pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindungi(http://belajarbiologi.com).Lamun yang hidup di perairan pantai membentuk padang lamun. Menurut Wimbaningrum (2003) padang lamun merupakan ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan. Padang lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal yang disusun oleh satu jenis lamun saja atau vegetasi campuran yang disusun mulai dari 2 sampai 12 jenis lamun yang tumbuh bersama pada suatu substrat (Kirkman, 1985 dalam Kiswara dan Winardi, 1997). Padang lamun yang berada di pesisir pantai memiliki peran penting untuk pertumbuhan biota laut di sekitarnya. Kelompok biota laut yang memanfaatkan lamun sebagai tempat hidup adalah golongan herbivore seperti ikan (pisces) (McRoy dan Helferich, 1997 dalam Kiswara dan Winardi, 1997). Biota laut yang hidup di sekitar lamun memanfaatkan lamun sebagai tempat hidup (habitat) ,memijah, mencari makan, dan berlindung(Tomascik et al, 1997dalam Hardiyanti, dkk, 2012).Bali adalah salah daerah kepulauan di Indonesia yang dikelilingi lautan. Hampir setiap daerah di Bali memiliki pantai yang memiliki keanekaragaman ekosistem. Salah satu ekosistem yang juga dimiliki Bali adalah ekosistem padang lamun. Akan tetapi tidak semua pantai di Bali memiliki ekosistem bahari ini. Pantai Serangan merupakan salah satu pantai yang terletak di daerah Selatan Bali. Dari segi ekosistem, Pantai Serangan merupakan salah satu pantai yang memiliki ekosistem padang lamun. Keindahan padang lamun yang terhampar luas di pantai ini membuat kami tertarik untuk meneliti,komposisi jenis, kepadatan pupulasi serta kerapatan spesies lamun yang hidup di Pantai Serangan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.1) Bagaimanakah pengaruh transek terhadap komposisi jenis lamun yang di hidup di Pantai Serangan?2) Bagaimanakah pengaruh transek terhadap kerapatan populasi lamun di Pantai Serangan?3) Bagaimana pengaruh transek terhadap frekuensi populasi lamun di Pantai Serangan?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut.1) Untuk mengetahui pengaruh transek terhadap komposisi jenis padang lamun yang di hidup di Pantai Serangan.2) Untuk mengetahui pengaruh transek terhadap kerapatan populasi padang lamun di Pantai Serangan.3) Untuk mengetahui pengaruh transek terhadap frekuensi populasi padang lamun di Pantai Serangan.

1.4. Batasan MasalahAgar permasalahan yang dibahas lebih terperinci dan tidak meluas maka penulis memberi batasan masalah sebagai berikut. 1) Komposisi jenis lamun yang di hidup di Pantai Serangan.2) Kerapatan populasi lamun di Pantai Serangan.3) frekuensi populasi padang lamun di Pantai Serangan

1.5. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis mengenai komposisi, populasi, dan frekuensi padang lamun di Pantai Serangan. Selain itu dapat juga dijadikan referensi oleh lembaga terkait sebagai media penelitian terkait eksistensi lamun di Pantai Serangan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Ekosistem Lamun 2.1.1. Deskripsi Lamun Lamun (seagrass) adalah salah satu tumbuhan laut yang termasuk tumbuhan sejati karena sudah dapat dibedakan antara batang, daun, dan akarnya. Lamun adalah tumbuhan berbunga yang tumbuh di perairan dangkal dan estuari yang ada di seluruh dunia. Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara utuh memiliki perkembangan sistem perakaran dan rhizoma yang baik (Kawaroe 2009). Lamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik substrat. Di Indonesia padang lamun dikelompokkan kedalam enam katagori berdasarkan karakteristik tipe substratnya, yaitu lamun yang hidup di substrat berlumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang, dan batu karang (Kiswara dan Hutomo 1985). Sebagian besar lamun mempunyai morfologi luar yang secara kasar hampir sama. Lamun mempunyai daun-daun panjang, tipis dan seperti pita yang memiliki saluran-saluran air. Lamun tumbuh dari rhizoma yang merambat. Bagian tubuh lamun dapat dibedakan kedalam morfologi yang tampak seperti daun, batang, akar, bunga dan buah (Nybakken 1992). Padang lamun sangat mirip dan bahkan menyerupai padang rumput di daratan dan hidup pada kedalaman yang relatif dangkal (1-10 meter) kecuali beberapa jenis seperti Halodule sp., Syringodium sp. dan Thalassodendrum sp., yang juga di temukan pada kedalaman sampai dengan 20 meter dengan penetrasi cahaya yang relatif rendah dan ditemukan jenis Halophila pada kedalaman 90 meter (Den Hartog 1970). Namun umumnya sebagian besar padang lamun menyebar pada kedalaman 1 10 meter. Di beberapa perairan dangkal, kita dapat menyaksikan padang lamun dengan kepadatan yang cukup tinggi yang memberikan kesan hijau pada dasar perairan (Nybakken 1992). Parameter lingkungan yang mempengaruhi distribusi dan pertumbuhan ekosistem padang lamun adalah kecerahan, temperatur, salinitas, substrat, dan kecepatan arus (Dahuri 2003).1. Kecerahan Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanakan proses fotosintesis. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang menunjukkan 8 bahwa distribusi padang lamun hanya terbatas pada perairan yang tidak terlalu dalam. Namun demikian, pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebaran komunitas lamun di dunia masih ditemukan hingga kedalaman 90 meter, asalkan pada kedalaman ini masih terdapat cahaya matahari. Beberapa aktivitas seperti membuang sampah kelaut, aktivitas kapal, tempat pariwisata, dlldapat meningkatkan muatan sedimen pada badan air yang akan berakibat pada tingginya kekeruhan perairan, sehingga berpotensi mengurangi penetrasi cahaya. Hal ini dapat menimbulkan gangguan terhadap produktivitas primer ekosistem lamun (Dahuri 2003).2. Temperatur Walaupun padang lamun secara geografis tersebar luas pada kenyataannya spesies lamun di daerah tropic mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan temperatur. Kisaran temperatur optimal bagi spesies lamun adalah 28-30oC. Kemampuan proses fotosintesis akan menurun dengan tajam apabila temperature perairan berada di luar kisaran optimal tersebut (Dahuri 2003).3. Salinitas Spesies lamun memiliki kemampuan toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar, yaitu antara10- 40o /oo. Nilai salinitas optimum untuk spesies lamun adalah 35o /oo. Salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan ekosistem padang lamun adalah meningkatnya salinitas yang diakibatkan oleh berkurangnya suplai air tawar dari sungai (Dahuri 2003).4. Substrat Padang lamun hidup pada berbagai macam tipesubstrat, mulai dari lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang. Kesesuaian substrat yang paling utama bagi perkembangan lamun ditandai dengan kandungan sedimen yang cukup. Semakin tipis substrat perairan akan menyebabkan kehidupan lamun yang tidak stabil, sebaliknya semakin tebal substrat, lamun akan tumbuh subur yaitu berdaun panjang dan rimbun serta pengikatan dan penangkapan sedimen semakin tinggi. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup dua hal, yaitu: 9 a) Pelindung tanaman dari arus laut. b) Tempat pengolahan dan pemasok nutrien (Berwick 1983 dalam Argandi 2003).5. Kecepatan Arus Kecepatan arus memiliki pengaruh terhadap padang lamun, contohnya pada daerah yang arusnya cepat, sedimen pada padang lamun terdiri dari lumpur halus dan detritus. Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Rendahnya kecepatan arus sangat mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan lamun dan ikan, kecepatan arus berpengaruh besar dalam transportasi telur, larva dan ikan-ikan kecil (Laevastu dan Hayes 1981 dalam Merryanto 2000).

2.1.2. Pola Distribusi dan Sebaran Geografis Lamun di Pantai Serangan BaliSecara geografis, Pulau Serangan terletak di Kecamatan Denpasar Selatan, Kotamadya Denpasar, Provinsi Bali. Topografi wilayah ini dicirikan dengan adanya daratan rendah dengan ketinggian maksimum 3 m dari permukaan laut dengan iklim panas (28-31 C) serta curah hujan rata-rata 1000 mm/tahun. Pulau serangan secara geologi terbentuk dari formasi endapan ulvium kwarter dan formasi batunya tersusun dari batuan karang pada bagian bawah serta tertutup oleh endapan marin pada bagian atasnya. Bahan marin bersal dari pecahan batuan gamping karang, cangkang, binatang laut, dan pasir sehingga Pulau serangan tersusun atas pasir Putih.

Zonasi sebaran lamun dari pantai kearah tubir pada umumnya berkesinambungan, perbedaan yang terdapat biasanya pada komposisi jenisnya (vegetasi tunggal atau campuran) maupun luas penutupannya (Hutomoet al., 1989 dalam Zulkifli 2000). Secara umum ada 3 (tiga) tipe vegetasi padang lamun (Tomasciket al., 1997) yaitu:1. Padang lamun vegetasi tunggal (monospesificseagrass beds), dimana hanya terdapat satu spesies saja.2. Padang lamun yang berasosiasi dengan dua atau tiga spesies, dimana lebih sering dijumpai dibandingkan vegetasi tunggal. 3. Padang lamun vegetasi campuran (mixed seagrass beds), umumnya terdiri dari spesies-spesies Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis dan Halophila ovalis. Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan pantai Indonesia. Tipe perairan tropis seperti Indonesia, padang lamun lebih dominan tumbuh dengan koloni beberapa jenis (mix species) pada suatu kawasan tertentu yang berbeda dengan kawasan temperate atau daerah dingin yang kebanyakan di dominasi oleh satu jenis lamun (single species). Penyebaran lamun memang 10 sangat bervariasi tergantung pada topografi pantai dan pola pasang surut. Jenis lamun beranekaragam, di Indonesia bisa dijumpai 12 jenis lamun dari sekitar 50 jenis lamun di dunia dengan dominasi beberapa jenis diantaranya Enhalus acoroides, Cymodoceaserrulata, Cymodocea rotundata,Halodulepinifolia, Halodule univervis, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila spinulosa, Halophila decipiens, Syringodium isoetifolium, Thallasia hemprichii dan Thalassodendron ciliatum (Azkab 2006).

2.2 Morfologi Lamun di Pantai SeranganAda beberapa jenis Lamun yang ditemukan di Pantai Serangan sebagai berikut :1. Cymodocea rotundata

Local: Settu/gusungiEnglish: Round tippes seagrass Klasifikasi:Kingdom: PlantaeDivisi : AntophytaKelas : AngiospermaeOrdo : HelobiaeFamili : PotamogetonaceaeGenus : CymodoceaSpesies : Cymodocea rotundata

Cymodocea rotundataTerdapat di daerah intertidal, umumnya dijumpai di daerah intertidal didekat hutan mangrove. Ciri ciri morfologi dariCymodocea rotundataadalah :1. Tepi daun halus atau licin, tidak bergerigi.2. Akar pada tiap nodus terdiri dari 2 3 helai.3. Akar tidak bercabang tidak punya rambut akar.4. Tulang daun sejajar.5. Jumlah tulang daun pada selembar daun adalah+9 15 buah.6. Lebar daun dari samping ke samping+4 mm.7. Jarak antar nodus+1 cm.8. Tiap nodus hanya ada satu tegakan.9. Tiap tegakan terdiri dari 3 4 helai daun (Nybakken, 1992).

Ciri-ciri morfologi Cymodocea rotundata:1. Tulang daun tidak lebih dari 3 2. Ujung daun membulat, ujung seperti gergaji. 3. Daun berwarna hijau dan tergolong dalam daun monokotil. 4. Panjang daun berkisar antara 10 25 cm.

2. Syringodium isoetifolium

Local: Settu/gusungiEnglish: Syringe grass Klasifikasi:Kingdom : PlantaeDivisi : AntophytaKelas : AngiospermaeOrdo : HelobiaeFamili : PotamogetonaceaeGenus : SyringodiumSpesies : Syringodium isoetifolium

Syringodinium isoetifolium ;Umum di jumpai didaaerah subtidal dangkal dan berlumpur.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Waktu : 14 Desember 2015 Jam : 08.00 13.00 Wita Tempat : Pantai Serangan

3.2. Alat dan Bahan

Alat :

1. Empat buah pipa air berbentu lurus dengan panjang 1 meter2. Pipa berbentuk L3. Tali rafia4. Rol meter 5. Alat tulis untuk mencatat hasil. 6. Kantong plastik digunakan untuk menyimpan lamun. 7. Hp kamera untuk dokumentasi penelitian. 8. Batu untuk menahan tali rapia.

Bahan :1. Lamun Cyamodocea rotundata 2. Lamun Syringodium isoetifolium

3.3. Langkah kerja :

1. Dipersiapkan alat yang akan dibuat transek yaitu pipa berbentuk lurus dan L serta tali rafia. Pipa yang sudah dipotong berukuran 1 meter sebanyak 4 buah dihubungkan satu sama lain dengan pipa berbentuk L dibentuk kotak. Kemudian, ikat pipa tersebut dengan rafia pada bagian kanan dan kiri hingga terbagi menjadi empat bagian yang sama yaitu berukuran 25 cm2.

2. Ditentukan stasiun dan plot yang diukur dengan rol meter dan tali raffia membentang mulai dari bibir pantai, kemudian diambil jarak 15 meter yang digunakan sebagai stasiun 1. Stasiun 2 dan stasiun 3 membentang secara horizontal dari stasiun 1 dengan jarak yang sama bila diukur dari bibir pantai. Jarak antar stasiun adalah 20 meter.

3. Setelah stasiun ditentukan dibuat plot dengan mengambil jarak 15 meter dari masing masing stasiun, satu stasiun terdapat dua plot yang membentang secara vertikal ke arah laut. 4. Masing masing stasiun dan plot diberi tanda dengan batu dan tali rafia yang dibentangkan.

5. Setelah plot dan stasiun dipersiapkan, dilakukan perhitungan jumlah lamun dengan cara dipasangkan transek yang dimulai dari stasiun 1 plot 1, kemudian stasiun 1 plot 2, dilanjutkan di stasiun 2 plot 1 dan 2, dan stasiun 3 plot 1 dan 2.

6. Lamun yang masuk dalam transek dihitung, tetapi lamun yang dihitung hanya pada transek yang berukuran 25 cm2. Lamun yang masuk transek itu dicabut agar dimudahkan dalam perhitungan. Masing masing plot diberi perlakuan yang sama.

7. Lamun yang sudah dicabut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Setelah itu dihitung dan dicatat masing masing individu lamun yang ada.

8. Semua kegiatan yang dilakukan di dokumentasikan melalui foto.

Gambar denah pengukuran populasi lamun 20 m20 m

Stasiun IStasiun IIStasiun III

15 m 15 m15 m

Plot 1Plot 1Plot 1

Plot 2Plot 2Plot 215 m15 m15 m

Gambar transek

1 m 25 cm25 cm

25 cm25 cm

1 m

Ukuran transek untuk menghitung populasi lamun adalah 25 cm2.

3.4. Data RAL (Rancangan Acak Lengkap)

PerlakuanUlangan Jumlah (TA)Rerata (y A)

12

A0119301420210

A1158398556278

A21038018391,5

A3012512562,5

A461303364182

A5137262399199,5

TY578146920471023.5

Hipotesis :Rancanagn Acak Lengkap (RAL)H0 = 01 = 02 H1 01 02 H0 = Tidak ada pengaruh peletakkan transek terhadap banyaknya populasi lamun di Pantai Serangan, DenpasarH1 = Ada pengaruh peletakkan transek terhadap banyaknya populasi pamun di Pantai Serangan, Denpasar1.

2. 14.161+90.601+24.964+158.404+10.609+6.400+0+15.625+3721 +91.809+18.769+68.644)

3.

4.

Tabel Sidik Ragam RALSumber KeragamanDerajat BebasJumlah KuadratKuadrat TengahF HitungF Tabel (5%)

Perlakuan563.990,4212798,080,8484,39

Galat690.535,5015089,25

Total11154525,9227887,33

Hasil akhir dari pengujian menunjukkan F Hitung < F Tabel 5%. Sehingga H0 diterima.

BAB IVPEMBAHASAN

4.1. KOMPOSISI JENIS LAMUNBerdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di 3 stasiun yang masing-masing stasiun terdapat 2 plot ,didapatkan 2 jenis lamun yang hidup di perairan Pantai Serangan, Denpasar, Bali. Yaitu keduanya termasuk jenis lamun dari keluarga Potamagetonaceae namun berbeda antar spesies. Lamun pertama yang kami sebutnya berbentuk pipih merupakan jenis dari Cymodocea rotundata dan lamun kedua yang kami sebut berbentuk gilig merupakan jenis dari Syringodium isoetifolium. Komposisi jenis lamun pada setiap stasiun ditampilkan pada gambar berikut :Stsiun I : Cymodocea rotundata

Syringodium isoetifolium

Stasiun II : Cymodocea rotundata

Syringodium isoetifolium

Stasiun III : Cymodocea rotundata

Syringodium isoetifolium

(A) (B)

(C)Gambar 1 : Komposisi Jenis Lamun disetiap Stasiun (Stasiun I, Stasiun II, Stasiun III)Pada ketiga stasiun tersebut masing-masing ditemukan adanya lamun jenis Cymodocea rotundata dan lamun jenis Syringodium isoetifolium. Pada stasiun I komposisi penyebaran Cymodocea rotundata sebesar 28% dan Syringodium isoetifolium mencapai 72%. Hal yang sama juga terjadi pada stasiun II dan III yaitu lebih didominasi oleh lamun jenis Syringodium isoetifolium dengan persentase masing-masing mencapai 67% dan 74%. Ketiga stasiun yang digunakan untuk pengambilan sampel terletak pada area yang selalu tergenang air walaupun kondisi perairan sedang mengalami pasang ataupun surut. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya dominasi oleh lamun jenis Syringodium isoetifolium. Menurut (Kuriandewa, 2009 dalam Ismail, 2011) lamun jenis ini tidak dijumpai di daerah yang mengalami pemaparan saat surut. Pendapat ini diperkuat oleh (Kiswara, 1997 dalam Ismail, 2011) yang melaporkan bahwa lamun jenis Syringodium isoetifolium dapat tumbuh subur pada perairan yang selalu tergenang oleh air, dan sulit tumbuh di daerah yang dangkal.

4.2. KERAPATAN JENIS LAMUN Kerapatan jenis lamun mempunyai ketergantungan dari jenis lamunnya sendiri. Lamun jenis Syringodium isoetifolium memiliki kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan lamun jenis Cymodocea rotundata karena berhubungan dengan bentuk, proporsi, dan kecepatan tumbuh lamun. Penghitungan kerapatan jenis lamun dan kerapatan total lamun pada setiap stasiun :1. Penghitungan Kerapatan Jenis Lamun

Stasiun I :5. Cymodocea rotundata ind/m26. Syringodium isoetifolium ind/m2

Stasiun II :7. Cymodocea rotundata ind/m28. Syringodium isoetifolium ind/m2Stasiun III :9. Cymodocea rotundata ind/m2

10. Syringodium isoetifolium ind/m2

2. Kerapatan Total Lamun11. Stasiun I : ind/m2

12. Stasiun II : ind/m213. Stasiun III : ind/m2

Grafik Kerapatan Jenis Lamun

Gambar 2 : Kerapatan Jenis Lamun

Grafik Kerapatan Total Lamun

Gambar 3 : Kerapatan Total Lamun

3. KERAPATAN RELATIF Merupakan perbandingan antar jumlah individu spesies dan jumlah total individu seluruh spesies. Bertujuan untuk mengetahui presentase kerapatan per spesies dalam total jumlah seluruh spesies (Odum, 1998). Penghitungan Kerapatan Relatif Jenis Lamun : Dengan :Kepadatan Relatif Jumlah total tegakan spesies-i Jumlah total individu seluruh spesies1. Cymodocea rotundata

2. Syringodium isoetifolium

Gambar 4 : Kerapatan Jenis Lamun Berdasarkan Spesies pada Ketiga Stasiun4.3. FREKUENSI Frekuensi spesies adalah peluang suatu spesies ditemukan dalam titik contoh yang diamati, bertujuan untuk mengetahui penyebaran jenis lamun tersebut dalam komunitas. Spesies yang mempunyai frekuensi besar umumnya, memiliki daya adaptasi yang lebih besar terhadap faktor lingkungan yang berbeda. Frekuensi spesies dihitung dengan rumus (Odum, 1998).

Dengan :Frekuensi SpesiesJumlah petak contoh dimana ditemukan species i Jumlah total petak contoh Frekuensi Jenis Lamun pada Ketiga Stasiun :Stasiun 1 :4. Cymodocea rotundata

5. Syringodium isoetifolium

Frekuensi RelatifFrekuensi Relatif adalah perbandingan antara frekuensi species () dengan jumlah frekuensi semua spesies (), bertujuan untuk mengetahui presentase penyebaran jenis lamun tersebut dalam komunitas (Odum, 1998). Dengan : Frekuensi Relatif Frekuensi spesies-i Jumlah frekuensi semua spesiesFrekuensi Jenis Lamun pada Ketiga Stasiun :1. Cymodocea rotundata

2. Syringodium isoetifolium

BAB VPENUTUPSimpulanKomposisi lamun yang mendominasi di Pantai Serangan Denpasar adalah spesies Syringodium isoetifolium. Pada stasiun I komposisi penyebaran Cymodocea rotundata sebesar 28% dan Syringodium isoetifolium mencapai 72%. Stasiun II dan III yaitu lebih didominasi oleh lamun jenis Syringodium isoetifolium dengan persentase masing-masing mencapai 67% dan 74% sedangkan Cymodocea rotundata dan Dominasi jenis ini disebabkan ketiga stasiun yang digunakan untuk pengambilan sampel terletak pada area yang selalu tergenang air walaupun kondisi perairan sedang mengalami pasang ataupun surut. Lamun jenis Syringodium isoetifolium memiliki kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan lamun jenis Cymodocea rotundata karena berhubungan dengan bentuk, proporsi, dan kecepatan tumbuh lamun. Statiun I kerapatan Cymodocea rotundata sebesar ind/m2 dan Syringodium isoetifolium sebesar ind/m2. Stasiun II dan III kerapatan Cymodocea rotundata ind/m2 dan ind/m2 sedangkan Syringodium isoetifolium ind/m2 dan ind/m2. Kerapatan masing masing stasiun adalah dari stasiun I,II, dan III sebesar ind/m2, ind/m2, dan ind/m2. Kerapatan relatif lamun total semua stasiun yaitu Cymodocea rotundata sebesar dan Syringodium isoetifolium sebesar Dari kedua spesies lamun yang hidup di Pantai Serangan frekuensi spesies yang paling besar adalah Syringodium isoetifolium sebesar yang berarti bahwa daya adaptasi lamun Syringodium isoetifolium lebih besar terhadap faktor lingkungan yang berbeda. Dari data dan hasil analisis dengan perhitungan yang telah dilakukan kami mendapatkan angka F Hitung < F Tabel 5%. Sehingga hipotesis H0 yang menyatakan tidak ada pengaruh peletakkan transek terhadap banyaknya populasi lamun di Pantai Serangan, Denpasar diterima. Populasi padang lamun di Pantai Serangan dipengaruhi oleh berbagai hal yang menjadi faktor eksternal pendukung salah satunya adalah keadaan pantai yang selalu tergenang air.