Makalah Perawatan Abses Periodontal
-
Upload
indra-wijaya -
Category
Documents
-
view
783 -
download
35
Transcript of Makalah Perawatan Abses Periodontal
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada
jaringan periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau
abses parietal. Abses periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat dengan cepat
merusak jaringan periodonsium terjadi selama periode waktu yang terbatas serta
mudah diketahui gejala klinis dan tanda-tandanya seperti akumulasi lokal pus dan
terletak di dalam poket. Hal ini terjadi akibat adanya faktor iritasi, seperti plak,
kalkulus, infeksi bakteri, impaksi makanan atau trauma jaringan sehingga terlihat
adanya pengumpulan pus sepanjang akar gigi disebabkan infeksi jaringan
periodontal dan gigi masih vital. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan
alveolar sehingga gigi goyang. Manifestasi klinis abses periodontal dapat berupa
gingiva bengkak, mukosa sekitar berwarna kebiru-biruan, dan terasa sangat sakit
terkadang disertai demam. Periodontitis abses dapat bersifat kronis atau akut,
sering kali abses menjadi kronis ataupun sebaliknya abses kronis menjadi akut.
Abses periodontal diharapkan untuk segera mendapatkan perawatan. Hal ini
penting dilakukan, tidak hanya untuk prognosis periodontitis pada gigi yang
dipengaruhi, tetapi juga kemungkinan adanya penyebaran infeksi.
1.2 Rumusan Masalah
Apa perawatan yang dilakukan pada penderita dengan abses periodontal akut
dan kronis?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui bagaimana perawatan yang dilakukan pada penderita
dengan abses periodontal akut dan kronis.
1.4 Manfaat Penulisan
Memperluas wawasan khusunya di bidang kedokteran gigi yang terkait
dengan penyakit abses periodontal dan macam perawatannya.
2
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Abses periodontal adalah lokal akumulasi pus dalam dinding gingiva dari
poket periodontal. Abses periodontal dapat bersifat akut atau kronis. Diagnosis
abses periodontal membutuhkan hubungan antara riwayat temuan klinis dan
radiografis. Area yang dicurigai harus diprobe dengan hati-hati sepanjang margin
gingiva pada setiap permukaan gigi untuk mendeteksi saluran dari daerah
marginal sampai daerah yang lebih dalam dari jaringan periodontal. Kontinuitas
lesi dari margin gingiva menjadi bukti klinis terjadinya abses periodontal
(Newman,2002; Newman,2006).
Perbedaan abses periodontal dan abses pulpa dapat diketahui dari gejala
klinis dan hasil pemeriksaan obyektif. Abses periodontal dilihat dari adanya poket
periodontal. Pemeriksaan radiografi tampak gambaran resorbsi tulang secara
angular dan terlihat gambaran radiolusen pada bagian furkasi gigi. Pada abses ini,
gigi masih dalam keadaan vital. Selain itu, terdapat pembengkakan jaringan
gingiva dan kadang-kadang terdapat fistula. Nyeri biasanya tumpul dan bersifat
lokal pada suatu tempat. Tes perkusi terkadang dapat menunjukkan rasa sakit atau
bisa juga tidak. Pada abses pulpa biasanya terjadi pada gigi dengan restorasi yang
besar. Abses pulpa tidak ditandai dengan adanya poket, apabila ketika dilakukan
probbing terdapat poket maka hanya terdapat resorbsi tulang yang sedikit. Gigi
sudah dalam keadaan non vital dan pembengkakan sering terlokalisir di apeks gigi
dengan adanya fistula. Rasa nyeri yang dirasakan sangat sakit dan sulit untuk
dilokalisir. Selain itu, tes perkusi menunjukkan rasa sakit (Newman,2006).
2.1 Abses Periodontal Akut
Abses periodontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut dari poket yang
ada sebelumnya terutama terkait pada ketidaksempurnaan dalam menghilangkan
kalkulus dan tindakan medis seperti pada pasien setelah perawatan bedah
periodontal, setelah pemeliharaan preventif, setelah terapi antibiotik sistemik dan
akibat dari penyakit rekuren. Pada abses periodontal akut didapatkan gingival
3
yang membesar, edematous, eksudasi, merah, dengan permukaan yang lembut dan
mengkilap. Abses periodontal akut dapat disertai dengan gejala seperti nyeri,
throbbing, gigi sensitif bila dipalpasi, limpadenitis regional, dan juga dapat
disertai keadaan sistemik seperti demam, leukositosis, dan malaise. Terkadang
pasien merasakan gejala abses periodontal akut tanpa ada perubahan dari lesi atau
perubahan radiografik. Pada gambaran radiografik, abses periodontal tampak
radiolusen yang secara khas nampak dalam apeks akar. Namun pada abses
periodontal awal, tidak didapatkan perubahan radiografik. Gambaran radiografik
tidak dapat dijadikan landasan tunggal dalam mendiagnosa abses periodontal.
Prognosis abses periodontal tergantung pada jumlah dan jenis kerusakan tulang
dan mobilitas gigi. Prognosis regenerasi tulang yang mengalami infeksi akut lebih
baik daripada tulang yang mengalami lesi kronis (Newman,2002; Newman,2006).
Gambar 2.1 Abses Periodontal Akut (http://www.dent.ucla.edu/pic/members/antibiotics/abscess/abscess.html)
2.2 Perawatan Abses Periodontal Akut
Bentuk perawatan pilihan abses periodontal diantaranya, drainase baik
melalui retraksi poket atau insisi, scalling dan root planning, periodontal surgery,
pemberian antibiotik, dan pencabutan gigi penyebab. Tujuan dari perawatan abses
periodontal akut adalah untuk mengurangi rasa sakit, mengendalikan infeksi, dan
drainase abses untuk meredakan gejala akut. Drainase dapat dilakukan dua cara
insisi abses periodontal akut, yaitu (Newman,2002; Newman,2006):
1. Drainase dari dalam poket
Daerah yang akan diinsisi diberi anestesi topikal terlebih dahulu, namun
apabila anestesi topikal tidak memberikan hasil yang memuaskan, dapat
diinjeksikan anestesi lokal disekitar tepi abses karena daerah yang bengkak,
4
tidak boleh diinjeksi. Setelah dianestesi, probe dimasukkan ke dalam poket
dengan hati-hati untuk mempersiapkan drainase dinding poket dengan
menggelembungkan dinding poket. Kemudian dilakukan kuretase pada dinding
poket untuk membersihkan jaringan nekrotik.
2. Drainase melalui insisi eksternal
Apabila insisi dari dalam poket sulit untuk dilakukan, drainase dapat dilakukan
dengan melakukan insisi pada sisi eksternal. Hal yang pertama kali dilakukan
drainase melalui insisi eksternal adalah mengisolasi abses. Setelah diberikan
anestesi topikal, anestesi lokal diinjeksikan di daerah tepi abses. Blade #15
digunakan untuk membuat insisi arah vertikal melalui daerah abses yang
fluktuatif meluas hingga daerah apikal abses. Sebuah kuret atau periosteal
elevator digunakan untuk mengangkat jaringan granulomatosa didalam abses.
Setelah itu menekan daerah luar abses untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan
yang purulen. Dalam hal ini, biasanya tidak diperlukan menjahit daerah luka.
Setelah drainase berhenti, daerah abses dikeringkan dan diolesi antiseptik. Pada
pasien yang tidak mengalami kelainan sistemik, diinstruksikan untuk berkumur
segelas air garam hangat dan pasien dapat dievaluasi dihari berikutnya. Apabila
suhu tubuh pasien meningkat, dapat diberikan penisilin atau antibiotik lainnya
sedangkan analgesik dapat juga diberikan untuk mengurangi rasa sakit. Selain
itu, pasien diinstruksikan untuk istirahat dan menjaga diet.
Gambar 2.2 Insisi abses periodontal akut. A. Abses periodontal akut yang fluktuatif; B. Insisi abses; C. Setelah tanda-tanda akut mereda (Newman,2002)
Pada evaluasi hasil perawatan, pembengkakan umunya berkurang bahkan
menghilang. Namun apabila gejala ini masih ada, pasien diinstruksikan untuk
mengikuti aturan yang telah diinstruksikan sebelumnya dan kembali kepada
A B C
5
dokter gigi 24 jam lagi. Apabila terjadi suatu kondisi diantaranya seperti celulitis,
poket yang dalam, panas, limphadenopathy regional, dapat diberikan antibiotik
pada pasien. Antibiotik pilihan yang diberikan pada pasien infeksi periodontal
adalah :
1. Amoxicillin 500mg
2. Apabila pasien alergi dengan penisilin, dapat diganti dengan clindamycin
300mg, azithromycin 500mg, atau clarithromycin 500mg
2.3 Abses Periodontal Kronis
Abses periodontal kronis ditandai dengan adanya lesi inflamasi yang
terlokalisir dan mengalami sedikit elevasi pergerakan gigi (Newman,2006). Pada
abses periodontal kronis biasanya dijumpai fistula yang bermuara ke mukosa
gingival sepanjang akar gigi (Gambar 2.3). Muara fistulanya biasanya berupa
penonjolan halus yang sukar terlihat. Apabila diperiksa dengan probe terasa
adanya saluran yang dalam ke arah periodonsium (Gambar 2.4). Muara fistula
tersebut sering pula ditutupi oleh masa jaringan granulasi berbentuk manik-manik
kecil berwarna merah muda. Abses periodontal kronis biasanya asimptomatis
(tanpa gejala), namun bisa juga disertai simptom berupa nyeri sakit yang samar-
samar (nyeri tumpul), gigi terasa memanjang, dan adanya keinginan untuk
mengasah-asahkan gigi. Abses kronis ini bisa mengalami eksaserbasi akut
(Newman,2002). Biasanya abses periodontal kronis tidak berhubungan dengan
kelainan sistemik (Newman,2006).
Gambar 2.3 Abses Periodontal Kronis (http://www.dent.ucla.edu/pic/members/antibiotics/abscess/abscess.html)
6
Gambar 2.4 Supurasi dari Abses Periodontal Kronis. A. Drainase supurasi sinus diantara gigi kaninus dan premolar; B. Pemeriksaan radiografi terlihat kerusakan tulang pada area drainase
sinus (Newman,2002)
2.4 Perawatan Abses Periodontal Kronis
Setelah dilakukan drainase yang adekuat dan pemberian antibiotik, abses
periodontal akut akan berubah menjadi abses periodontal kronis. Pada beberapa
kasus, abses periodontal kronis terjadi drainase spontan. Perawatan selanjutnya
mirip serupa dengan perawatan periodontal poket (Newman,2002).
Gambar 2.5 Perawatan Abses Periodontal Kronis. A. Pemakaian lokal anestesi dan insersi periodontal probe untuk mengetahui keparahan lesi; B. Insisi secara vertikal pada bagian mesial dan distal; C. Permukaan akar terbebas dari kalkulus dan tampak bersih; D. Flap full-thickness ditutup pada posisi yang benar dan dijahit dengan absorbable sutures; E. Dalam 3 bulan, jaringan gingiva akan berwarna pink, kuat, dan adaptasinya baik terhadap gigi, dengan kedalaman yang minimal apabila diprobe (Newman,2006)
A B
D
A
E
B C
7
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa abses
periodontal merupakan suatu inflamasi yang mengandung pus di jaringan
periodontal, yang bisa bersifat kronis atau akut. Perawatan pilihan abses
periodontal diantaranya, drainase baik melalui retraksi poket atau insisi, scalling
dan root planning, periodontal surgery, pemberian antibiotik, dan pencabutan gigi
penyebab.
3.2 Saran
Diharapkan penulis selanjutnya dapat menjelaskan lebih detail mengenai
perawatan abses periodontal akut dan kronis agar wawasan bagi pembaca menjadi
semakin luas.
7
8
DAFTAR PUSTAKA
Newman, MG., Takei, HH., Caranza, FA. 2002. Carranza’s – Clinical Periodontology. 9th edition. Philadelpia: W.B. Saunders Company.
Newman, MG., Takei, HH., Caranza, FA., Klokkevold, PR. 2006. Carranza’s – Clinical Periodontology. 10th edition. Philadelpia: W.B. Saunders Company.