Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

19
MAKALAH METODE PELAKSANAAN JEMBATAN BETON BERTULANG BALOK T 1.1 Pengertian Jembatan Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana transportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya. Jembatan juga befungsi untuk suatu system transportasi. Tipe jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah perdaban manusia, dari tipe yang sederhana sampai dengan material yang modern. Jenis jembatan terus berkembang dan beraneka ragam mengakibatkan seorang perencana harus terpt memilih jenis jembatan yang sesuai dengan tempat tertentu. Perencanaan sebuah jembatan menjadi hal yang penting, terutama dalam menentukan jenis jematan apa yang tepat untuk dibangun di tempat tertentu dan metode pelaksanaan apa yang digunakan. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target teat mutu, tepat biaya dan tepat waktu dapat tercapa. Pada saat pelaksanaan konstruksi jembatan harus dilakukan pengawasan dan pengujian yang tepat untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat diselesaikan. Terdapat pula metode-metode pelaksanaan pemasangan jembatan beton bertulang balok T. 1.2 Metode pelaksanaan dari jembatan beton bertulang balok T

Transcript of Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

Page 1: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

MAKALAH METODE PELAKSANAAN JEMBATAN BETON

BERTULANG BALOK T

1.1 Pengertian Jembatan

Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana transportasi jalan

yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya. Jembatan juga befungsi untuk suatu

system transportasi. Tipe jembatan mengalami perkembangan yang sejalan dengan sejarah

perdaban manusia, dari tipe yang sederhana sampai dengan material yang modern. Jenis

jembatan terus berkembang dan beraneka ragam mengakibatkan seorang perencana harus terpt

memilih jenis jembatan yang sesuai dengan tempat tertentu.

Perencanaan sebuah jembatan menjadi hal yang penting, terutama dalam menentukan jenis

jematan apa yang tepat untuk dibangun di tempat tertentu dan metode pelaksanaan apa yang

digunakan. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam

penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target teat mutu, tepat biaya dan

tepat waktu dapat tercapa.

Pada saat pelaksanaan konstruksi jembatan harus dilakukan pengawasan dan pengujian

yang tepat untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat diselesaikan. Terdapat pula

metode-metode pelaksanaan pemasangan jembatan beton bertulang balok T.

1.2 Metode pelaksanaan dari jembatan beton bertulang balok T

a. Bangunan struktur bawah

Bangunan struktur bawah berfungsi untuk menerima atau menahan bebean beban yang

disalurkan dari struktur atas dan kemudian beban-bean tersebut disalurkan kepondasi.

Struktur bawah terdiri dari :

1. Penyeldikan Tanah

Untuk mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan harus diketahui terlebih dahulu

mengenai keadaan, susunan dan sifat lapisan tanah serta daya dukungnya. Masalah-masalah

teknik yang sering dijumpai oleh ahli-ahli teknik sipil adalah dalam menentukan daya dukung

Page 2: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

dan kemungkinan penurunan/settlement yang terjadi. Metode penyelidikan tanah pada jembatan

mencakup seluruh penyelidikan lokasi kegiatan berdasarkan klasifikasi jenis tanah yang didapat

dari hasil tes dengan mengadakan peninjauan kembali terhadap semua data tanah dan material

guna menentukan jenis tipe pondasi yang tepat dan sesuai tahapan kegiatannya, sebagai berikut:

a. Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi Pekerjaan jembatan yang akan

dibangun dengan menetapkan lokasi titik-titik bor yang diperlukan langsung di lapangan.

b. Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air (sub-surface) sehubungan dengan pondasi

jembatan yang akan dibangun.

c.  Menyelidiki lokasi sumber material yang ada di sekitar lokasi Pekerjaan, kemudian

dituangkan dalam bentuk penggambaran peta termasuk sarana lain yang ada seperti jalan

pendekat/oprit, bangunan pelengkap/pengaman dan lain sebagainya.

d. Pekerjaan pengambilan contoh dengan pengeboran (umumnya terhadap undisturbed

sampling) dimaksudkan untuk tujuan penyelidikan lebih lanjut dilaboratorium untuk

mendapatkan informasi yang lebih teliti tentang parameter‐parameter tanah dari pengetesan

Index Properties (Besaran Indeks) dan Engineering Properties (Besaran Struktural Indeks).

e. Penyelidikan tanah untuk desain jembatan yang umum dilaksanakan di lingkungan Bina

Marga dengan bentang > 60 m digunakan bor mesin (alat bor yang digerakkan dengan mesin)

di mana kapasitas kedalaman bor dapat mencapai 40 m disertai alat split spoon sampler untuk

Standar Penetration Test ( SPT ) menurut AASHTO T 206 – 74. Sedangkan untuk bentang <

60m (relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi) digunakan peralatan utama lapangan yang

terdiri atas: (a) Alat sondir dengan bor tangan (digerakkan dengan tangan); (b) Pengeboran

harus dilakukan sampai kedalaman yang ditentukan (bila tidak ditentukan lain) untuk

mendapatkan letak lapisan tanah dan jenis batuan beserta ukurannya dan harus mencapai

tanah keras/batu dan menembus sedalam kurang lebih 3.00 m; (c) Boring dan sampling harus

dikerjakan dengan memakai ”Manual Operated Auger” dengan kapasitas hingga kedalaman

10 m; dan (d) Alat tes sondir tipe “Gouda” atau sejenisnya, antara lain “Dutch Cone

Penetrometer” yang memakai sistem metrik dan harus dilengkapi dengan “Friction Jacket

Cone”, kapasitas tegangan konus minimum 250 kg/cm2 dan kedalamannya dapat mencapai 25

m.

Page 3: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

f. Pada setiap jembatan, penyelidikan tanah yang dibutuhkan pada masing-masing lokasi

rencana pondasi harus sudah menetapkan penggunaan jenis bor dan posisi lubang bor yang

direncanakan serta jumlah titik bor minimal satu titik boring, yaitu satu titik bor mesin atau

satu set bor tangan dan sondir, tergantung bentang rencana jembatannya. Hal ini tergantung

pada kondisi area (alam dan lokasi), kepentingan stuktur dan tersedianya peralatan pengujian

beserta teknisinya.

g. SPT dilakukan pada interval kedalaman 1,50 m sampai dengan 2,00 m untuk diambil

contohnya (undisturbed dan disturbed).

h. Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk mendapatkan undisturbed sample

yang diinginkan dengan baik, dapat digunakan mata bor steel bit untuk tanah clay, silt dan

mata bor jenis core barrel.

i. Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor cenderung mudah runtuh.

j. Untuk menentukan besaran index dan structural properties dari contoh-contoh tanah, baik

yang terganggu (disturbed) maupun yang asli (undisturbed) tersebut di atas dan contoh

material (quarry), maka pengujian di laboratorium dikerjakan berdasarkan spesifikasi SNI,

SK SNI, AASHTO, ASTM, BS dengan urutan terdepan sebagai prioritas pertamanya.

k. Laporan penyelidikan tanah dan material harus pula berisi analisa dan hasil daya dukung

tanah serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai dengan daya dukung tanah tersebut dan

hasil bor log dituangkan dalam bentuk tabel/formulir bor log dan form drilling log yang

dilengkapi dengan keterangan/data diantaranya tentang tipe bor yang digunakan, kedalaman

lapisan tanah, tinggi muka air tanah, grafik log, uraian lithologi, jenis sample, nilai SPT,

tekanan kekuatan (kg/cm2), liquid/ plastis limit, perhitungan pukulan (SPT) dan lain

sebagainya.

2. Pondasi

Pondasi pada jembatan memiliki fungsi yang sama dengan pondasi yang ada pada struktur

bangunan gedung, dimana fungsi dari pondasi adalah menyalurkan beban-beban yang ditahan

ketanah. Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena

itu langkah awal yang dilakukan adalah pemetaan terlebih dahulu, dan dari pemetaan ini dapat

diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan kondisi lapangan.

Langkah-langkah persiapan pekerjaan pondasi adalah membersihkan/mempersiapkan area

Page 4: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

proyek dan pembuatan penulangan tiang bor. Setelah alat pengebor, tulangan, serta ready mix

concrete-nya sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat-alat bornya dapat

dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Skema alat-alat bor

Gambar di atas bisa menggambarkan secara skematik alat-alat yang digunakan untuk mengebor.

Dalam praktiknya, mesin bornya terpisah sehingga perlu Crane atau Excavator tersendiri.

a. Pengeboran

Pada pekerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter tiang bor menjadi parameter

utama dipilihnya alat-alat bor. Terdapatnya batuan atau material di bawah permukaan tanah, ini

perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode dan peralatan yang cocok. Kalau asal

mengebor saja, mata bornya bisa stack di bawah.

Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi untuk menghindari tanah di tepi lubang

berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam

kurang lebih sama dengan diameter lubang bor. Setelah casing terpasang, maka pengeboran

dapat dilanjutkan. Mata aunger sudah diganti dengan Cleaning Bucket yaitu untuk membuang

tanah atau lumpur di dasar lubang.

Page 5: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah

menjadi kondisi tanah keras, maka untuk sistem pondasi bore pile bagian bawah pondasi yang

bekerja dengan mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai bor khusus

(Belling Tools).

Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkiranakan sudah mencapai kedalaman rencana

maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu

dengan pemeriksaan manual. Perlu juga diperhatikan bahwa hasil pengeboran perlu juga

diperiksa dengan data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang

diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah

sebelumnya umumnya diambil dari satu atau dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan

proses pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat,

satu persatu pada titik yang dibor. 

Jika kedalaman dan lubang bor telah siap maka selanjutnya adalah penempatan tulangan

(Gambar 2). Jika terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan.

Pengangkatannya bertahap.

Gambar 2. Pekerjaan Penulangan Pondasi

b. Pengecoran

Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran

beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu

Page 6: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

pondasi. Meskipn proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka

gagal pula podasi tersebut secara keseluruhan. Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi

tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau

segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat.

Adanya air pada lubang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus,

yaitu pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau  lebih panjang dengan

kedalaman lubang yang dibor. Memasukkan pipa tremi ke dalam lubang bor menggunakan alat

bantu, yaitu crane. Setelah pipa tremi sudah berhasil dimasukkan, ujung atas harus ditahan

sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh, lalu corong pipa tremi

dipasang. Pada kondisi pipa sudah siap maka pengecoran dapat dilakukan.

Pada Pekerjaan pengecoran diperlukan pengalaman yang banyak. Tahap pengecoran,

menuangkan  beton ke corong pipa tremi menggunakan Concrete Bucket dengan bantuan Crane

(Gambar 3). Dalam menuangkan beton tidak boleh langsung banyak, karena pipa tremi perlu

dicabut lagi, jadi kalau beton tertuang terlalu banyak maka akan sulit untuk mencabutnya. Jika

terlalu dini mencabut pipa tremi dan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik,

maka bisa terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Proses semua itu terjadi di bawah (dalam

lubang bor) dan tidak kelihatan, jadi pengalaman para pelaksana di lapangan yang mengangkat

pipa tremi memegang peran yang sangat penting. Pada kasus ini, tidak hanya teori, tetapi perlu

feeling yang tepat. Jika terjadi kesalahan, maka akan berakibat pondasi akan gagal.

Jika beton yang dicor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi harus

mulai ditarik ke atas. Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar

lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air dan lumpur. Karena berat jenis

beton lebih besar dari berat jenis lumpur maka beton semakin lama semakin kuat untuk

mendesak lumpur nai ke atas.

Proses pengecoran ini memerlukan supply  beton yang selalu siap (tidak boleh terlambat).

Jika sampai terjadi keterlambatan pipa treminya bisa tertanam dan tidak bisa dicabut, sedangkan

kalau keburu dicabut maka tiang beton tidak continue. Jadi bagian logistik/pengadaan beton

harus memperhatikan itu.

Page 7: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

Gambar 3. Pekerjaan Pengecoran Pondasi

Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton

dapat muncul dari kedalaman lubang. Jadi pemasangan pipa tremi mensyaratkan bahwa selama

pengecoran dan penarikan, pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Pada

kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau

kecampuran lumpur.

3. Pekerjaan Abutment (Kepala Jembatan)

Abutment atau kepala jembatan merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung

bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah. Pada proyek ini bagian abutmen menggunakan

struktur pasangan batu. Pekerjaan pasangan batu untuk abutment yaitu semen, pasir, dan air

dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan concrete mixer. Batu terlebih dahulu

dibersihkan, lalu disusun dengan baik, kemudian diisi/diikat dengan campuran mortar dengan

dimensi sesuai gambar kerja. Abutment dengan pondasi diikat menggunakan angkur (baja)

sehingga menjadi struktur yang monolit. Untuk lebih jelasnya, lihat Gambar 4 dibawah ini.

Page 8: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

Gambar 4. Pekerjaan Abutment

b. Bangunan Struktur Atas

Struktur atas merupakan bagian atas suatu jembatan yang berfungsi menampung beban-

beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas orang dan kendaraan maupun lainnya, yang kemudian

menyalurkannya ke bangunan bawah.

Struktur atas terdiri dari :

1. Pekerjaan Gelagar Induk, Gelagar Melintang, dan Plat Lantai

a. Pekerjaan Perancah dan Bekisting

Jembatan beton bertulang ini dipasang dengan menggunakan perancah. Bahan berasal dari

baja. Perancah yang dibuat harus memperhatikan kondisi aliran sungai pada waktu banjir. Sungai

Brantas mempunyai aliran yang deras, sehingga tiang perancah tidak boleh terendam air,

dikarenakan jika sewaktu-waktu sungai banjir tiang perancah akan diterjang aliran air yang deras

sehingga berakibat perancah tidak kokoh atau terguling. Solusinya yaitu kaki tiang perancah

khususnya pada posisi tengah dilindungi dengan box plat baja (air di dalam box baja di pompa

keluar). Untuk kaki perancah pada posisi tepi juga dilindungi menggunakan box plat baja, agar

tanah yang sebagai tumpuan tidak tergerus oleh aliran sungai. Perakitan perancah pada proyek

Jembatan Vinolia menggunakan bantuan Crane. Dalam merakit perancah harus benar-benar kuat

dan sesuai dengan ketentuan yang sudah ada. Untuk lebih jelasnya tentang perakitan perancah,

lihat Gambar 5.

Page 9: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

Gambar 5. Pekerjaan Perancah

Setelah perancah selesai dibuat dan diyakini stabil dan kuat, mulai dibuat bekisting untuk

gelagar beton bertulang dan plat lantai. Bekisting dibuat dengan dimensi sesuai dengan gambar

rencana, mempunyai kelurusan yang baik dan tidak bocor. Bekisting yang digunakan pada

proyek ini, menggunakan bekisting dari multipleks yang diperkuat baja profil. Setelah selesai

perakitan bekisting, maka harus diperiksa ulang kekuatannya agar tidak melendut saat

pengecoran, dan diperiksa permukaan bekisting agar tidak terjadi kebocoran saat pengecoran.

Bekisting yang menumpu pada abutment bagian bawah diberi tumpuan dari baja atau kayu,

untuk tempat Elastomer Karet jembatan. Untuk lebih jelas tentang perakitan bekisting balok dan

plat lantai, lihat Gambar 6 dibawah ini.

Page 10: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

Gambar 6. Pekerjaan Bekisting

Page 11: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

Gambar 7. Perancah dan Bekisting Balok dan Plat Jembatan

b. Penulangan

Setelah acuan selesai, maka harus diolesi dengan minyak bekisting atau oli bekas.  Setelah

itu mulai dipasang baja tulangan dalam acuan tersebut, dengan memperhatikan selimut tebal

selimut beton dengan menahan baja tulangan dengan beton decking. Mutu beton decking harus

lebih tinggi dari beton yang akan dicor.  Prosedur Pekerjaan pekerjaan penulangan yaitu:

Page 12: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

Menyiapkan material baja tulangan sesuai dengan ukuran dan gambar yang sudah

direncanakan.

Menyiapkan lokasi untuk pemotongan dan perakitan tulangan.

Menyiapkan peralatan dan tenaga penulangan sesuai dengan yang dibutuhkan.

Pastikan perakitan tulangan dengan bendrat bersilang tumpang tindih.

Potong dan rakit pembesian dengan sesuai ukuran gambar rencana.

Menyiapkan lokasi pemasangan panel rakitan pembesian di lapangan bersih dari segala

kotoran.

Pastikan posisi ikatan antar besi tulangan sudah cukup kuat dan pada tempatnya.

c. Pengecoran

Perencanaan urutan pengecoran harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Melintang → dimulai pengecoran beton di tengah, bergerak keluar secara seimbang/teratur.

Memanjang → pengecoran beton sedemikian sehingga lendutan maksimum terjadi pada awal,

sehingga bila pengerasan awal terjadi, beton tidak akan terpengaruh oleh lendutan yang

disebabkan pengecoran beton kemudian.

Bila balok atau plat yang sedang dicor tidak lurus, biasanya dalam praktek dikerjakan dari titik

terendah menuju titik tertinggi.

Pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum mengecor pelat lantai adalah sebagai berikut:

Periksa bahwa semua kotoran debu, beton lama, potongan kawat pengikat dan sebagainya

dibersihkan dari acuan.

Menegaskan bahwa jembatan kerja (runway) ditopang bebas dari penulangan.

Jika keadaan cuaca kurang baik, terutama cuaca panas, periksa agar pekerjaan dapat

berlangsung tanpa melanggar syarat–syarat teknik.

Memastikan adanya pengaturan untuk cahaya buatan (penerangan) bila pengecoran tidak

dapat diselesaikan sebelum gelap.

Memastikan terdapat cukup kayu untuk membuat stop – end bila persediaan beton

terganggu/terlambat.

Page 13: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

Memastikan ketersediaan tenaga dan fasilitas untuk mengambil benda uji bahan atau

beton sesuai dengan syarat – syarat teknik.

Menegaskan bahwa talang (chutes) terbuat dari logam atau dilapisi logam sehingga beton

tidak akan terpisah dalam talang atau diperbolehkan jatuh lebih dari 1,5 m.

Memeriksa tersedianya alat cadangan (standby) yang cukup, termasuk pengetar, dalam

kondisi siap pakai.

Beton yang digunakan yaitu beton ready mix. Proses pengecoran menggunakan Concrete

Pump (dipompa). Pada waktu pengecoran dilakukan penggetaran/pemadatan terhadap beton

dengan alat Concrete Vibrator.

Untuk plat lantai jembatan, bila lantai akan diberi lapisan permukaan aspal, suatu daya

lekat yang baik akan terjadi antara beton dan aspal bila permukaan diperkasar, dan ini didapat

dengan cara menyeret sapu  kaku secara melintang pada permukaan sebelum mengeras. Timing

dari kegiatan ini penting untuk mendapat hasil yang baik. Prosedur perawatan dimulai segera

setelah pengerasan awal terjadi. Untuk lebih jelas proses pengecoran, lihat Gambar 8 di bawah

ini.

Gambar 8. Pekerjaan Pengecoran

Page 14: Makalah metode pelaksanaan_jembatan_beto

2. Pekerjaan Sandaran (Railling)

Pekerjaan sandaran (railing) meliputi pekerjaan bekisting, penulangan, pemasangan pipa

pegangan, dan pengecoran. Semua pekerjaan pada pekerjaan sandaran (railling) harus dikerjakan

sesuai dengan yang direncanakan dan syarat-syarat yang telah ada.

3. Pekerjaan Oprit Jembatan

Pekerjaan oprit pertama kali yaitu proses pemadatan tanah. Tanah dipadatkan bertujuan

agar tanah dapat menahan titik as pada roda transportasi. Pekerjaan oprit meliputi pembuatan plat

injak, pemadatan material, dan pengaspalan jalan. Pemadatan material dengan menggunakan alat

berat yang disebut Pad Foot Roller. Pemadatan dilakukan beberapa kali lintasan sampai material

benar-benar padat.

Gambar 9. Proses Pemadatan Tanah Oprit