Makalah metode observasi

45
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. i DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………ii BAB I (PEMBUKAAN) : A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..1 B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….2 C. Tujuan……………………………………………………………………………….......2 BAB II (PEMBAHASAN) : A. Penertian Observasi……………………………………………………………………..3 B. Materi Observasi………………………………………………………………………..3 C. Waktu dan Pencatatan………………………………………………………………….4 D. Bentuk Pencatatan................................................ .......................................................... .5 E. Pencatatan Lapangan Hasil Observasi………………………………………………….7 F. Jenis-jenis Obsevasi……………………………………………………………………10 G. Keuntungan dan Keterbatasan Observasi……………………………………………..25

description

makalah metode observasi

Transcript of Makalah metode observasi

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR . iDAFTAR ISI iiBAB I (PEMBUKAAN) : A. Latar Belakang..1B. Rumusan Masalah.2C. Tujuan.......2BAB II (PEMBAHASAN) :A. Penertian Observasi..3B. Materi Observasi..3C. Waktu dan Pencatatan.4D. Bentuk Pencatatan...........................................................................................................5E. Pencatatan Lapangan Hasil Observasi.7F. Jenis-jenis Obsevasi10

G. Keuntungan dan Keterbatasan Observasi..25

H. Aspek-Aspek Tingkahlaku yang Cocok di Evaluasi dengan Metode Observasi..26

BAB III (PENUTUP) : KESIMPULAN DAN SARAN...27 DAFTAR PUSTAKA.28

BAB IPEMBUKAANA.Latar Belakang Metode observasi merupakan metode yang di gunakan dalam ilmu fisikologi,observasi terbagi banyak di mensi , termasuk observasi overt dan covert yang di bahas dalam materi ini dan keuntugan sertaketerbatasan observasi yang juga bias sebagai evaluasi yang cocok terhadap aspek-aspek perilaku,yang tentunya di bahas dan dikupas dalam makalah ini. Yang bertujuan membantu mahasiswa agar dapat mengetahui dan menjelaskan tentang observasi,terlebih observasi secara overt dan covert.

B.Rumusan Masalah 1. Sebutkan pengertian observasi?2. Apasajakah materi observasi ?3. Bagaimana pencatatan observasi 4. Apasajakah Jenis observasi dari berbagai para ahli?5. Apa itu observasi overt dan covert?6. Bagaimana jenis observasi berdasarkan sudut pandang?7. Apasajakah keuntungan dan keterbatasan observasi 8. Apasajakah aspek-aspek tingkah laku yang cocok dievaluasi dengan metode observasi ?

C. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian observasi 2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang materi observasi3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang pencatatan observasi4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang Jenis observasi dari berbagai para ahli5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang observasi overt dan covert 6. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang jenis observasi berdasarkan sudut pandang 7. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang keuntungan dan keterbatasan observasi8. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang aspek-aspek tingkah laku yang cocok dievaluasi dengan metode observasi

BAB IIPEMBAHASANA. Penertian Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang perlu dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan. Apabila observasi itu akan dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil observasi itu akan digunakan untuk mengadakan perbandingan antar orang-orang tersebut, maka hendaknya observasi terhadap masing-masing orang dilakukan dalam situasi yang relatif sama.

Sebelum observasi itu dilaksnanakan, pengobservasi (observer) hendaknya telah menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek apayang akan diobservasi dari tingkah laku seseorang. Aspek-aspek tersebut hendaknya telah dirumuskan secara operasional, sehingga tingkah laku yang akan dicatat nanti dalam observasi hanyalah apa-apa yang telah dirumuskan tersebut.

B. Materi Observasi Objek yang dapat diamati yaitu : a. Perilaku Verbal:Intonasi jelas, jeda, kelancaran, volume suara, artikulasi, vibrasi suara, gaya bicara, dialog/dialek/logat, salah ucap, kebiasaan, mengucap, kota kata, isi pembicaraan atau materi, gagap.b. Perilaku non-verbalGerak motorik tubuh, ekspansi wajah, bahasa tubuh, aktivitas, dan isyarat.c. Peristiwa / kejadianSaat dimana kejadian itu berlangsung. Wisuda, ultah, khitanan, pasca bencana, upacara pernikahan.d. Setting. Fisik, waktu, tempat.

Kapan terjadinya. Waktu: pagi, siang, sore, malam, saat dihalte. Tempatnya, dikelas, mall atau di lapangan.e. Interaksi IndividuBerhubungan dan berkomunikasi secara langsung dengan subyek yang ingin diamati.Menurut Azwar (2001), materi observasi tidak dapat bisa di lepaskan dari scope dan tujuan dari pada penelitian yang hendak dilakukan, perlu sekali observer memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah dikerangkakan (observation guide) dan tidak terlalu insindental pada observasinya, dibawah ini adalah contoh kerangka faktor-faktor yang dapat diobservasi (observation guide) secara partisipant beserta ciri-ciri tertentu dari faktor-faktor itu:Para pelakunya Berapa atau bagaimana jumlahnya, besar-kecil Tingkat keaktifan pelaku, aktif-menonton Peranan, pemimpin-anggota dll Sifat hubungan, erat-longgarKonsekuensi interaksia. Keinsyafan: kosekuensi disadari-tidak disadari, dilaksanakan tidak dilaksanakan, b. Tujuan: sama-beda, jangka panjang-jangka pendek, dapat dicapa dalam situasi_ tidak dapat dicapai.

C. Waktu dan Pencatatan Jika situasi normalApabila situasi berjalan normal, maka dilakukan pencatatan sesegera mungkin/pencatatan on the spot, sehingga data yang ingin diperoleh tidak hilang atau lupa. (menurut Sutrisno Hadi).Jika situasi tidak normal.a. Situasi obstrusif, subyek mengetahui bahwa sedang diamati sehingga perilaku yang dimunculkan dibuat-buat atau tidak alami.b. Gejala observee terlalu cepat. Saat kejadian berlangsung, jeda waktunya sangat cepat. c. Ada gangguan dari luar. Gangguan ini bisa dari alam, seperti hujan atau panas. Atau bisa juga orang ketiga yang menganggu.Apabila terjadi situasi yang tidak normal kita bisa melakukan pencatatan dengan kode/symbol (coding system) atau pencatatan dengan kata kunci (key word)

D. Bentuk PencatatanTugas seorang pengamat bukanlah sekedar menjadi penonton dari apa yang menjadi sasaran perhatiannya, melainkan menjadi pengumpul sebanyak mungkin keterangan atas dasar apa yang terlihat mengenai sasaran tadi. Jadi seorang pengamat harus mencatat segala sesuatu yang dianggap penting agar dapat membuat laporan mengenai hasil pengamatannya. Ingatan manusia sangat terbatas waktunya sehingga pengamat perlu selekas mungkin membuat catatan yang terperinci mengenai apa yang dilihatnya. Menurut Hadari (2007) dari uruaian tentang alat pengumpul data dalam observasi dapat disimpulkan bahwa pencatatan pada dasarnya dilakukan dalam salah satu dari dua bentuk sebagai berikut : a. Pencatatan berbentuk kronologis yaitu pencatatan yang dilakukan menurut urutan kejadian b. Pencatatan berbentuk sistematis yaitu pencatatan yang dilakukan dengan memasukkan tiap-tiap gejala yang diamati kedalam kategori tertentu, tanpa memperhatikan urutan kejadiannya.

KronologisBentuk pencatatan yang menekankan pada urutan kejadian/waktu kejadian.Beberapa pertimbangan untuk menempatkan waktu amatan dan waktu jeda a. Kemampuan observer mengingat dan meralat data hasil amatan.b. Dinamika, fleksifitas, kompleksitas perilaku atau kejadian yang muncul.c. Waktu jeda < jarak amatanContoh : Perilaku prososial siswa XII(3) SMAWaktuDeskripsi

07.00 07.50Pada saat awal pelajaran ada seorang anak terlihat lupa membawa buku dan pensil, teman sebangkunya meminjami kepada anak itu.

08.00 08.500Guru akan menulis materi berikutnya tetapi papan tulis penuh dengan tulisan kemudian seorang anak perempuan menolong menghapuskan.

09.00 09.50Ketika jam istirahat. Seorang anak sedang duduk termenung seorang diri, ternyata uangnya hilang kemudian temannya membelikan minum untuknya.

11.00 11.00Buku pelajaran yang ada diatas meja seorang anak laki-laki terjatuh, lalu ketika ada anak perempuan yang melintas diambilkannya buku tersebut.

Waktu observasi- 07.00 11.00- 4 X amatan- waktu pengamatan : 50 menit- Jeda waktu : 10 menitKelebihan dari bentuk pencatatan kronologis adalah :1. Konteks waktu bisa dipertahankan2. Bisa mendapatkan data yang lengkap (deskripsi lengkap)Kelemahannya 1. Data deskripsi (kualitatif) ditransfer ke data kuantitatif2. reliabilitas dan validitas kurang karena datanya sukar diterjemahkan secara kuantitatif.

SistematisKita memasukkan kejadian kedalam kategori atau klasifikasi perilaku yang sejenis. Atau ciri utama kita memasukkan data amatan kedalam klasifikasi atau kategorisasi prilaku yang dibuat sebelum observasi.Contoh : Perilaku prososial siswa XII(3) SMANoKategori / Klasifikasi prilakuAyuAbiAbuAsa

1.Menolong teman dalam memahami pelajaran.-

2. Menolong teman dengan memberikan bantuan sarana/fasilitas belajar.-

3.Menolong guru sehingga tugas belajar menjadi lancar.---

4.Menolong teman yang sedang kesulitan.-

Kelebihan dari bentuk yang sistematis adalah :1. Sudah menjadi data yang kuantitatif2. lebih praktis, karena tinggal memberi data (misal : )

Kelemahan dari bentuk tersebut :1. Tidak bisa melihat urutan kejadian secara utuh.2. Data yang diperoleh tidak selengkap data kronologis

E. Pencatatan Lapangan Hasil ObservasiCatatan lapangan berisi tentang hal-hal yang diamati, apapun yang oleh peneliti dianggap penting. Penulisan catatan lapangan dapat dilakukan dalam cara yang berbeda-beda. Yang penting untuk diingat adalah catatan lapangan mutlak dibuat secara lengkap, dengan keterangan tanggal dan waktu yang lengkap.Untuk mampu menulis catatan lapangan yang lengkap dan informatif, peneliti perlu melatih kedisiplinan untuk melakukan pencatatan secara kontinue dan menuliskannya langsung saat melakukan observasi dilapangan. Bila pencatatan tidak mungkin dilakukan langsung di lapangan, hal tersebut wajib dilakukan sesegera mungkin setelah peneliti meninggalkan lapangan. Peneliti harus menyadari ia tidak dapat mengandalkan ingatannya saja dan bila ia tidak segera mencatat apa yang ia amati, sangat mungkin akan kehilangan nuansa yang diamati.Catatan lapangan harus deskriptif, diberi tanggal dan waktu dan dicatat dengan menyertakan informasi-informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa yang hadir di sana, bagaimana setting fisik lingkungan, interaksi sosial dan aktivitas apa yang berlangsung dan sebagainya.Penting untuk diingat bahwa peneliti yang baik akan melaporkan hasil observasinya secara deskriptif, tidak interpretatif. Pengamat tidak mencatat kesimpulan/interpretasi, melahirkan data konkrit berkenaan dengan fenomena yang diamati. Deskripsi harus memadai dalam detil dan ditulis sedemikian rupa untuk memungkinkan pembaca memvisualisasikan setting yang diamati. Deskripsi interpretatif dengan menggunakan penyimpulan-penyimpulan dari peneliti harus dihindari. Interpretasi dengan memberikan label/penjelasan sifat-sifat tidak dianjurkan. Yang perlu dilakukan adalah menjabarkan situasi yang diamati tanpa segera mengambil kesimpulan tentang hal tersebut. Dengan uraian deskriptif sekaligus informatif demikian, pengamat meminimalkan biasnya, sehingga dengan sendirinya juga dapat mengembangkan analisis yang lebih akurat saat menginterpretasikan seluruh data yang ada.Bila relevan dan memungkinkan, catatan lapangan perlu juga diisi kutipan-kutipan langsung apa yang dikatakan obyek yang diamati selama proses observasi. Hal itu akan membantu peneliti dalam mengungkap perspektif orang yang diamati mengenai realitas yang alami.Guba dan Lincoln telah memberikan pedoman dalam pembuatan catatan:a. Pembuatan catatan lapangan, yaitu gambaran umum peristiwa-peristiwa yang telah diamati oleh peneliti. Dalam hal ini pengamat bebas membuat catatan dan biasanya dilakukan pada malam hari setelah melakukan observasi. b. Buku harian, yang dibuat dalam bentuk yang teratur dan ditulis setiap hari, yang isinya diambil dari catatan lapangan.c. Catatan tentang satuan-satuan sistematis, yaitu catatan rinci tentang tema yang muncul.d. Catatan kronologis, yang merupakan catatan rinci tentang urutan peristiwa dari waktu ke waktu.e. Peta konteks, yang dapat berbentuk peta, sketsa atau diagram. Dengan peta konteks ini dapat diperoleh gambaran umum tentang posisi subyek serta perkembangannya.f. Taksonomi dan kategori, yang dikembangkan selama analisis di lapangan.g. Jadwal observasi berisi deskripsi waktu secara rinci tentang apa yang dikerjakan, apa yang diamati, di mana, kapan dan lain-lain.h. Siometrik, merupakan diagram hubungan antara subyek yang sedang diamati.i. Panel, yaitu pengamatan terhadap seseorang atau sekelompok orang secara periodik. j. Kuesioner, yang diisi oleh pengamat untuk memberikan balikan kepada pengamat sehingga dapat lebih mengarahkan dan memperbaiki teknik pengamatannya.k. Balikan dari pengamat lainnya, juga dapat memperbaiki teknik pengamatan yang dipergunakannya.l. Daftar cek, dibuat untuk mengecek apakah semua aspek informasi yang diperlukantelah direkam.m. Piranti elektronik, misalnya kamera/handycam yang disembunyikan.n. Topeng Steno, yaitu alat perekam suara yang diletakkan secara tersembunyi di tubuh peneliti.

Banister (1994) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu membuat catatan observasi, yaitu: a. Deskripsi konteks. b. Deskripsi mengenai karakteristik orang-orang yang diamati. c. Deskripsi tentang siapa yang melakukan observasi. d. Deskripsi mengenai perilaku yang ditampilkan orang-orang yang diamati. e. Interpretasi sementara peneliti terhadap kejadian yang diamati. f. Pertimbangan mengenai alternatif interpretasi lain. g. Eksplorasi perasaan dan penghayatan peneliti terhadap kejadian yang diamati.

Disamping itu dapat pula dibedakan dua bentuk pencatatan dalam versi data yang dicatat, yaitu : a. Pencatatan data faktual yaitu pencatatan gejala yang timbul sebagimana adanya tanpa interpretasi dari observer. b. Pencatatan secara interpretatif yaitu pencatatan yang dilakukan dengan memberikan interpretasi terhadap gejala yang timbul oleh observer yang berkewajibannn memasukkan atau menggolongkan gejala yang diamatinya kedalam suatu kategori yang telah ditetapkan.F. Jenis-jenis Observasi

Macammacam Observasi menurut Sugiyono (2004)Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participan observation (observasi berperan serta) dan non participan observation. Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. a. Observasi berperan serta (Participan observation)Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan seharihari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikedakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna, dari setiap perilaku yang nampak.Contoh: Dalam suatu perusahaan peneliti dapat berperan sebagai karyawan. Ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat keduanya, bagaimana hubungan satu karyawan dengan karyawan lainnya, hubungan antara karyawan dengan supervisor dan pimpinan, keluhan dalam pekerjaan dan lain sebagainya.b. Observasi Non PartisipanKalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas-aktivitas orangorang yang sedang diamati, maka dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.Contoh: dalam suatu pusat belanja, peneliti dapat mengamati bagaimana perilaku pembeli terhadap barangbarang. Barangbarang apa saja yang paling diminati pembeli saat itu. Peneliti mencatat menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang perilaku pembeli, dan barangbarang apa saja yang paling diminati pembeli. Pengumpulan data dengan observasi non partisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilainilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.Dalam suatu bekerja dalam mengolah bahan baku, komponen mesin mana yang masih bagus di proses produksi, peneliti dapat mengamati bagaimana masingmasing an yang kurang bagus, bagaimana kualitas barang yang dihasilkan dan bagaimana performance tenaga kerja atau operator mesinnya. c. Observasi terstrukturObservasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur atau angket tertutup dapat juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.Contoh: Peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kinja karyawan bidang pemasaran melalui pengamatan, maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dengan menggunakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.d. Observasi tidak terstrukturObservasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa ramburambu pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri dalam berbagai negara., peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.

Azwar (2003) menambahkan dalam penelitian dapat menggunakan metode observasi alamiah (naturalistic Observation), dalam pendekatan alamiah ini, observasi dilakukan tanpa adanya campur tangan sama sekali dari pihak peneliti. Objek observasi adalah fenomenafenomena yang dibiarkan terjadi secara alamiah.Observasi alamiah dapat dilakukan pada paling tidak dua arena (settings) yang berbeda, yaitu (a) pada lingkungan alamiah (natural environment) berupa "dunia nyata" tempat subjek penelitian berada, dan (b) pada lingkungan alamiah tiruan (simulated natural environment) sehingga subjek penelitian dapat bebas bereaksi secara alamiah akan tetapi tetap dalam batasbatas fenomena yang dikehendaki oleh peneliti. Observasi alamiah yang diadakan pada lingkungan alamiah dicontohkan oleh penelitian. mengenai tradisi sosial suku bangsa dengan partisipan langsung dari fihak peneliti. Peneliti harus membaurkan diri dalam masyarakat setempat dan mengikuti semua aktivitas sosial yang berlaku sehingga seakanakan menjadi bagian dari kehidupan sosial subjek penelitian.Menurut Hadi (1991), jenis-jenis observasi adalah sebagai berikut :Observasi Partisipasi VS Non PartisipanObservasi Sistematik VS Non SistematikObservasi Eksperiment VS Non Ekperiment1. OBSERVASI PARTISIPAN Observasi terjun langsung, meleburkan diri, berinteraksi langsung dan mengumpulkan data dalam situasi atau lingkungan yang diobservasi (Bagdam & Taylor, 1984). Untuk riset eksploratif, menyelidiki perilaku individu dalam situasi sosial. Hal yang perlu diperhatikan :a. Materi observasi : materi yang dibuat sebelum melakukan observasi harus benar-benar matang sehingga tidak lepas dari tujuan yang sebenarnya.b. Waktu dan cara pencatatan : dilakukan pencatatan sesegera mungkin agar data tidak hilang atau lupa, untuk lebih memudahkan dapat memakai kode atau kata kunci.c. Hubungan antara observer dan observee1) Mencegah kecuriaan observee terhadap observer2) Mengadakan pendekatan yang baik, supaya hubungan yang terjalin setelah melakukan observasi tetap baik.3) Menjaga situasi tetap wajar, agar subyek tidak tahu kalau sedang diamati.d. Dalam dan luasnya partisipasi tergantung pada tujuan dan situasi.Observasi Partisipasi dibagi menjadi 2 yaitu :1. Full PartisipationObseerver ikut semua aktifitas yang dibedakan oleh masyarakat sekitar.Full Partisipation dibagi menjadi 2 :a. Intensive PartisipationMenggali informasi yang sedalam-dalamnya / sedetail-detailnyab. Surface PartisipationIkut semua kegiatan, tapi tidak perlu digali lebih dalam /hanya permukaan saja.2. Partical PartipationObserver hanya mengikuti beberapa aktivitas saja.Partical Partisipation juga dibagi menjadi 2 : a. Intensive ParticalIkut beberapa aktivitas dan mengali informasi sedalam-dalamnya. b. Surface ParticalHanya permukaan saja/secara garis besar saja.2. OBSERVASI SISTEMATIK (Observasi kerangka berstruktur)Observer sudah menyiapkan kerangka (pedoman) yang memuat aspek-aspek atau ciri-ciri khusus dari tiap variabel yang diamati. Hal yang perlu diperhatikan :a. Materi observasi : materi yang diobservasi lebih khusus (judul dikhususkan).b. Cara pencatatanMemungkinkan jawaban respon, reaksi, dicatat secara teliti.Memungkinkan mengadakan kuantifikasic. Hubungan antara observer dan abserveeMengusahakan pendekatan yang baik.3. OBSERVASI EKSPERIMENTAL Dengan mengendalikan unsur-unsur penting kedalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi tersebut dapat diatur sesuai dengan tujuan riset dan dapat dikendalikan untuk menghindari atau mengurangi bahaya timbulnya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi situasi itu. Ciri-ciri dari observasi eksperimental :a. Situasi yang seragam untuk semua observee, situasi yang dibuat oleh observer harus sama untuk semua subyek yang ingin diteliti.b. Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga muncul variasi tingkah laku. Seorang observer harus pandai membuat situasi yang mendukung, sehingga akan memunculkan keunikan atau variasi tingkah laku.c. Observee tidak tahu maksud situasi observasi yang sebenarnya. Subyek sebaiknya tidak tahu kalau sedang diamati, karena bila tahu sedang diamati subyek akan memunculkan perilaku yang tidak alami atau dibuat-buat.d. Dibuat catatan tentang aksi-aksi, reaksi secara lengkap.Contoh : Konsentrasi BelajarJudul : Pengaruh kebisingan terhadap konsentrasi belajarFaktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar1. Suhu2. Penerangan3. Kenyamanan sarana dan prasaranaKelebihan dari observasi eksperimental :a. Kita bisa memunculkan perilaku yang jarang muncul / tampak.b. Peneliti mudah untuk membandingkan antara 1 orang dengan orang yang lain karen ada kontrol yang kuat.c. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku telah dikontrol sehingga tinggal 1 atau 2 faktor yang diamati dari satu karya observasi dapat memunculkan banyak pengetahuan daripada observer natural yang dilakukan dalam waktu yang lama.Kekurangan Nilai terapan kecilLINCOLN & GUBA (1989)Mengkategorikan bentuk observasi dalam kombinasi 3 dimensi, yaitu :1. Dimensi kesadaran subyek (Covert Vs Overt)2. Dimensi derajat interaksi dengan subyek (Partisipan Vs Non Partisipant)3. Dimensi situasi observasi (alam/natural Vs buatan/contrived)

Covert : Observasi (subyek) yang sedang diamati, tidak menyadari kalau sedang diamati oleh observer. Observer tidak memberitahu, tidak memberikan reaksi/tanda kalau dirinya sedang mengamati observee. Overt : Kebalikan dari covert. Obsevee tahu bahwa dirinya sedang diamati oleh observer. Observer memberitahukan kepada observer kalau dia sedang diamati.

Partisipan : Terjun langsung, dan ada interaksi antara observee dan observer. Non Partisipan : Tidak terjun langsung dan tidak terjadi interaksi antara observee dengan observer. Observer menjaga jarak dengan observee.

Alami : Tempat kita melakukan observasi adalah tempat yang aslinya situasi yang apa adanya, tanpa ada manipulasi, tidak ada perlakuan. Contohnya : pasar, mall, dan lain-lain. Buatan : Lingkungan yang kita buat sedemikian rupa. Ada rekayasa kecintaan, pengharapan bisa muncul, ada manipulasi. Dan biasanya ada perlakuan.

Jenis-jenis observasi, berdasar kombinasi 3 dimensi :1. Observasi Covert Partisipan Alami (CPA)Contoh : Melihat demonstrasi di Kantor Pos Malioboro2. Observasi Covert Partisipan Buatan (CPB)Contoh : Mengajari anak play group untuk berkreasi dengan tepung dan pewarna. 3. Observasi Covert Non Partisipan Alami (CAN)Contoh : Mengamati pendukung festival band. 4. Observasi Overt Partisipan Buatan (OPB)Contoh : Mengobserver pada anak saat dipertontonkan film action. 5. Observasi Overt Partisipan Alami (OPA)Contoh : Mengamati adat istiadat sebuah suku di pedalaman di Kalimantan 6. Observasi Overt Partisipan Buatan (OPB)Contoh : Reka adegan sebuah pembunuhan di sebuah rumah.7. Observasi Overt Non Partisipan Alami (ONA)Contoh : Mengamati orang membuat kue untuk lebaran 8. Observasi Overt Non Partisipan Buatan (ONB)Contoh : Lomba memasak yang diadakan saat 17 an.

Patton menjelaskan berbagai alternatif cakupan dalam pendekatan observasi yang perlu dipertimbangkan dengan baik, yakni: 1.Apakah pengamat berpartisipasi aktif dalam setting yang diamatinya ataukah ia menjadi pengamat pasif, dalam arti tidak terlibat dalam aktivitas yang diamatinya tersebut? (partisipasi/non partisipasi) Pengamat yang partisipasif akan menggunakan strategi pendekatan lapangan yang beragam: secara simultan mengkombinasikan analisis dokumen, mewawancara responden dan informan, berpartisipasi langsung sekaligus mengamati dan melakukan introspeksi. Hal-hal tersebut tidak dilakukan peneliti yang melakukan observasi tidak terlibat (tidak partisipasif). Keputusan sejauh mana peneliti perlu terlibat dalam aktivitas yang diteliti akan tergantung pada pada banyak hal, antara lain sifat fenomena yang diteliti, konteks politis, maupun pertanyaan-pertanyaan peneliti. Bila sebagian peneliti menyatakan keterlibatan aktif dalam konteks yang diamati merupakan cara paling ideal, Patton menganjurkan agar kita tidak perlu berpikir demikian. Yang paling penting adalah menegosiasikan dan menyesuaikan derajat partisipasi aktif peneliti dengan karakteristik subjek/objek penelitian, sifat interaksi peneliti-subjek penelitian, maupun konteks sosial politik yang melingkupi fenomena yang diteliti. Dalam kasus-kasus tertentu, keterlibatan dan partisipasi aktif pengamat justru dapat memunculkan masalah dan mengganggu langkah-langkah pengumpulan data. 2.Apakan peneliti melakukan observasinya secara terbuka, ataukah secara tertutup/terselubung? (overt/covert)Diyakini bahwa manusia pada umumnya akan bertingkah laku berbeda bila tahu bahwa mereka diamati. Sebaliknya, individu yang tidak menyadari bahwa ia sedang diamati akan bertingkah laku biasa (tidak dibuat-buat/disesuaikan dengan harapan sosial). Karenanya, sebagian peneliti berpendapat observasi yang tidak terbuka (covert) akan memungkinkan peneliti menangkap kejadian yang sesungguhnya daripada observasi terbuka. Meski demikian, tinjauan etis mengungkapkan problema berbeda: apakah etis melakukan observasi sistematis tanpa memberi tahu dan meminta izin?3. Apakah observasi perlu dilakukan dalam jangka waktu lama/cukup dalam waktu yang terbatas?Dalam tradisi studi antropologis, observasi dapat berlangsung sangat lama, dilakukan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, dengan maksud agar peneliti dapat memperoleh pemahaman holistik mengenai budaya kelompok yang ditelitinya. Sementara, dalam studi ilmu sosial fenomena osial pada umumnya tujuan digunakannya observasi adalah untuk mengungkap kompleksitas dan pola-pola realitas sosial. Untuk studi yang lebih praktis, waktu observasi yang terlalu lama tidak diperlukan, apalagi bila fenomena yang diteliti adalah fenomena spesifik yang berlangsung pada saat-saat tertentu saja. Dalam situasi yang demikian, yang penting adalah keberhasilan peneliti melakukan observasi terhadap fenomena khusus yang jarang terjadi tersebut. 4.Variasi berkenaan dengan fokus observasi: fenomena utuh/aspek-aspek khusus?Ada observasi yang difokuskan pada fenomena utuh, dalam situasi seperti ini dibutuhkan perhatian meluas pada semua aspek yang terlibat. Ada pula observasi yang sempit, misalnya dengan memfokus pada aspek-aspek/elemen-elemen tertentu saja dari keseluruhan fenomena yang kompleks.

Sedangkan Banister (1994) menambahkan beberapa variasi pendekatan yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut:1.Variasi dalam struktur observasi:Dapat bervariasi mulai dari observasi yang dilakukan secara sangat terstruktur dan mendetail sampai pada observasi yang tidak terstruktur. 2.Variasi dalam fokus observasi:Dapat bervariasi mulai dari dikonsentrasikan secara sempit pada aspek-aspek tertentu saja (misal: bentuk komunikasi non verbal tertentu saja)/diarahkan secara luas pada berbagai aspek yang dianggap relevan. 3.Variasi dalam metode dan sarana/instrumen yang digunakan untuk melakukan dan mencatat observasi: Mulai dari tulisan tangan, penggunaan komputer (note book), dipakainya lembar pengecek, stop watch/alat-alat yang lebih canggih seperti perekam suar dan gambar. 4.Pemberian umpan balik:Apakah umpan balik (perlu) diberikan kepada orang-orang yang diamati? Bila umpan balik disampaikan, sejauh mana informasi akan disampaikan dan mengapa?

ObserverSpradley (1980) menyebutkan bahwa peran observer dalam metode observasi adalah:1. Observer tidak berperan sama sekaliDalam observasi observer tidak berperan, kehadiran dalam area penelitian hanya untuk melakukan observasi tetapi tidak diketahui oleh subyek yang diamati. Observasi ini bisa dilakukan, misalnya dengan menggunakan kaca one way mirror seperti pengamatan pada sekolompok anak-anak dengan perilakunya di dalam kelas dalam suatu ruangan/kelas, /menggunakan teropong jarak jauh untuk mengamati perilaku seorang/sekelompok orang. Pengamatan semacam itu juga bisa dilakukan dengan cara menggunakan handycam sehingga peneliti benar-benar tidak melakukan peran sam sekali.2. Observer berperan pasifDalam jenis ini observer mendatangi peristiwa, akan tetapi kehadirannya di lapangan menunjukkan peran paling pasif. Kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh orang yang diamati dan bagaimanapun hal itu membawa pengaruh. Agar kehadiran peneliti tidak mempengaruhi sifatalamiah subyek, sebaiknya peneliti tidak membuat catatan selama penelitian, kecuali mungkin dengan menggunakan perekaman secara tersembunyi. Tetapi setelah selesai melakukan pengamatan, peneliti harus segera membuat catatannya secepatnya sebelum tertumpuk oleh informasi lainnya.3.Observer berperan aktif Dalam observasi ini peneliti dapat memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi sesuai dengan kondisi subyek yang diamati. Cara ini dilakukan semata untuk dapat mengakses data yang diperlukan bagi penelitian. Keberadaan peneliti sebenarnya diketahui oleh subyek yang diteliti, tetapi peneliti telah dianggap sebagai bagian dari mereka dan kehadirannya tidak mengganggu/mempengaruhi sifat naturalistiknya. Apa yang dilakukan peneliti tak ubahnya sebagaimana yang dilakukan subyek yang diteliti. 4.Observer berperan penuh Pada observasi ini peneliti ini bisa jadi sebagai anggota resmi dari kelompok yang diamati/sebagai orang dalam/orang luar tetapi telah dianggap sebagai orang dalam. Peran peneliti dalam observasi terlibat penuh, bukan sekedar partisipasi aktif dalam kegiatan subyek yang diteliti, tetapi juga bisa lebih menjadi pengarah acara agar sebuah peristiwa terarah sesuai dengan skenario peneliti agar kedalaman dan keutuhan datanya tercapai. Dalam melakukan observasi ada beberapa hal yang mempengaruhi kecermatan dalam observasi, yaitu:1.Prasangka-prasangka dan keinginan-keinginan dari observer.2.Keterbatasan panca indera, kemampuan pengamatan dan ingatan manusia.3.Keterbatasan wilayah pandang.4.Ketangkasan menggunakan alat-alat pencatatan.5.Ketelitian pencatatan hasil-hasil observasi.6.Ketepatan alat dalam observasi.7.Pengertian observer tentang gejala yang diobservasi.8. Kemampuan menangkap hubungan sebab akibat tergantung pada keadaan mental, indera pada suatu waktu. Oleh karena itu untuk dapat menjadi seorang observer yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:1. Mengerti latar belakang tentang materi yang akan diobservasi. Untuk mengobservasi tentang perkembangan anak maka seorang observer harus menguasai teori tentang perkembangan yang harus dilalui oleh setiap anak.2. Mampu memahami kode-kode/tanda-tanda tingkah laku untuk membedakan tingkah laku yang satu dengan yang lain. Seorang obsever hendaknya mempunyai kemampuan untuk membedakan tanda-tanda tingkah laku agar dapat membedakan tingkah laku yang satu dengan yang lain. Juga perlu mengetahui perbedaan mengekspresikan emosi ke dalam perilaku bagi masing-masing kelompok masyarakat. Contoh: ekspresi wajah marah, sedih dan gembira.3. Membagi perhatian. Seorang observer harus mampu membagi perhatiannya antara mengamati tindakan yang dilakukan oleh observee dan mencatat perilaku tersebut.4. Dapat melihat hal-hal yang detailSeorang observer harus mampu mengamati perilaku observee sampai pada perilaku yang sekecil-kecilnya, karena bisa saja perilaku yang dianggap tidak penting justru merupakan perilaku yang sangat penting.5. Dapat mereaksi dengan cepat dan menerangkan contoh-contoh tingkah laku secara verbal/non verbal. Seorang observer harus bisa memahami dengan cepat perilaku yang ditunjukkan oleh observee dan bagaimana respon yang harus diberikan. 6. Menjaga hubungan antara observer dan observee. Kemampuan menjalin hubungan baik dengan observee merupakan faktor yang sangat penting dalam observasi. Jenis-jenis Observasi Secara Sudut PandangKlasifikasi tentang jenis-jenis observasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandangan antara lain :a. Berdasarkan situasi yang diobservasi Observasi terhadap situasi bebas (free situasion), observasi yang dilakukan terhadap situasi yang terjadi secara wajar, tanpa adanya campur tangan dari pengobservasi. Misalnya observasi yang dilakukan terhadap siswa-siswa yang sedang bermain secara bebas. Observasi terhadap situasi yang dimanipulasikan (manipulated situasion), yaitu situasi yang telah dirancang oleh pengobservasi dengan menambahkan satu atau lebih variabel. Misalnya seorang pengobservasi ingin mengetahui sifat kepemimpinan sekelompok siswa. Observasi terhadap situasi yang setengah terkontrol (partially controlled), jenis observasi ini adalah merupakan kombinasi dari kedua jenis observasi situasi bebas dan situasi yang dimanipulasikan.

b. Berdasarkan keterlibatan pengobservasi Observasi partisipasi, yaitu apabila pengobservasi ikut terlibat dalam kegiatan subyek yang sedang diobservasi. Misalnya seorang guru bidang studi yang ingin mengetahui bagaimana antosias siswa-siswanya terhadap pelajaran yang diberikan. Observasi non partisipasi, dalam observasi ini pengobservasi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diobservasi. Misalnya seorang petugas bimbingan ingin mengetahui bagaimana antosias siswa terhadap bimbingan karir. Observasi quasi partisipasi, dalam jenis ini sebagian waktu dalam satu periode observasi pengobservasi ikut melibatkan diri dalam kegiatan yang diobservasi, dan sebagian waktu lainnya ia terlepas dari kegiatan tersebut. Misalnya kita ingin mengetahui bagaimana aktifitas siswa dalam melaksanakan suatu tugas kelompok.

c. Berdasarkan pencatatan hasil-hasil observasi Observasi berstruktur, aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi telah dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis. Bentuk catatan yang sistematis yaitu : *daftar chek (chek list), adalah suatu daftar yang memuat catatan tentang sejumlah tingkah laku yang akan diobservasi. * skala bertingkat (rating scale), adalah gejala-gejala yang akan diobservasi itu didalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Kelemahan dari observasi berstruktur ini adalah bahwa pengobservasi sangat terikat dengan daftar yang telah tersusun sehingga ia tidak mungkin mengembangkan observasinya dengan aspek-aspek lain yang kebetulan terjadi selama observasi berlangsung. Untuk mengatasi kelemahan ini, dapat ditemouh dengan cara kombinasi, yaitu menggunakan suatu daftar yang terperinci tentang tingkah laku yang diobservasi, yang dilengkapi dengan blanko untuk mencatat tingkah laku tertentu yang muncul, yang belum terekam dalam daftar. Observasi tak berstruktur, dalam melaksanakan observasi ini pengobservasi tidak menyediakan daftar terlebih dahulu tentang aspek-aspek yang akan diobservasi. Dalam hal ini pengobservasi mencatat semua tingkah laku yang dianggap penting dalam suatu periode observasi.

Hasil-hasil observasi ini dicatat dalam bentuk catatan yang bersifat anekdot (anecdotal record), yaitu suatu catatan (record) tentang tingkah laku siswa dalam suatu situasi tertentu. Catatan yang bersifat anekdot tersebut harus ditulis apa adanya, tanpa interpretasi. Setelah terkumpul beberapa catatan dari beberapa periode observasi, maka buatlah suatu ihtisar tentang catatan-catatan tersebut, kemudian diadakan interpretasi tentang tingkah laku siswa tersebut. Contoh catatan yang bersifat anekdot (anecdotal record) tentang seorang siswa sebagai berikut : 12-8-1990 : sebelum bel berbunyi ketika anak-anak sedang bercakap-cakap dalam kelompok-kelompok kecil, B tinggal seorang diri. 17-8-1990 : B tidak ikut ambil bagian dalam diskusi yang diadakan oleh teman-temannya tentang apa yang akan dilihat di moseum. 23-8-1990 : B membuat karangan tentang kunjungan ke moseum, tapi kemudian ia merobek tulisannya dan melemparkannya ke keranjang sampah. Dan sebagainya. Ada beberapa kelemahan dalam penggunaan observasi dan anecdotal record, yaitu sebagai berikut: Karena adanya tugas-tugas lain sering guru-guru tidak mempunyai kesempatan untuk menuliskan hasil-hasil observasi yang telah dilakukan. Pencatatan hasil-hasil observasi dan penafsiran terhadap catatan-catatan observasi tersebut seringkali sangat subyektif.G. Keuntungan dan Keterbatasan Observasi

a. Dengan observasi kita mengamati tingkah laku siswa dalam tingkah laku siswa dalam kondisi wajar, sehingga tingkah laku yang kita amati adalah tingkah laku yang muncul secara spontan. Jadi data yang kita peroleh adalah bersifat alamiah (natural), tidak dibuat-buat.

b. Subyek yang diobservasi tidak merasa dibebani tugas tambahan. Ia tetap pada kegiatan yang telah dilakukannya tanpa merasa terganggu. Berbeda dengan interview atau kuesioner di mana subyek merasa di sita waktu dan tenaganya untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam interview atau kuisioner tersebut.

Observasi tidak dilkaukan terhadap beberapa situasi atau beberapa siswa dalam wktu yang sama. Apabila kita hendak mengobservasi semua sisiwa yang kita asuh maka kita akan emerlukan waktu yang sangat panjang. Kelemahan dari observasi ialah bahwa penafsiran terhadap hasil-hasil observasi sering bersiifat subyektif. Sikap dari pengobservasi, jarak waktu yang panjang antara situasi-situasi tingka laku yang diobservasi, serta obyektivitas dari pencatatan-pencatatan sangat mempengaruhi validitas dari observasi. Sehubunungan dengan kelemaan-kelemaan tersebut, ada beberapa ala yang perlu diperatikan ole petugas observasi. Untuk mengatasi subyektivitas terhadap hasil-asil observasi, hendaknya intrpretasi jangan dilkaukan hanya terhadap satu kali observasi saja, sebaiknya interpretasi baru dilakukan setela dilakukan setela dua atau tiga kali observasi.

H.Aspek-Aspek Tingkahlaku yang Cocok di Evaluasi dengan Metode Observasi

Aspek tingka laku yang cocok dievaluasi dengan metode observasi adalah tempramen, karakter, penyesuaian, sikap dan minat. Intelegensi, bakat dan asil belajar dapat pula dievaluasi dengan metode observasi, tetapi pelaksanaannya sangat sulit dan kurang efektif. Dalam mengevaluasi penyesuaian sosial dapat dilakukan observasi tentang al-al sebagai berikut : dalam situasi manakah siswa-siswa itu bermain sendiri bersama dengan teman-temannya? Dalam bermain bersama apaka ia sebagai pemimpin atau pengikut? Apaka ia bertengkar dengan siswa-siswa lain? Dan sebagainya. Untuk mengevaluasi penyesuaian personal dapat dilakukan observasi terhadap hal-hal sebagai berikut : apakah siswa ini biasanya gugup? Apakah ia pemarah? Dan sebagainya.

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan : Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Materi observasi ada 5 objek, yaitu : Perilaku Verbal, Perilaku non-verbal, Peristiwa / kejadian, Setting(Fisik, waktu, tempat),dan Interaksi Individu.Kategorikan observasi dalam kombinasi ada3 dimesi, yaitu: Dimensi kesadaran subyek (Covert Vs Overt), Dimensi derajat interaksi dengan subyek (Partisipan Vs Non Partisipant), dan Dimensi situasi observasi (alam/natural Vs buatan/contrived). Aspek tingka laku yang cocok dievaluasi dengan metode observasi adalah tempramen, karakter, penyesuaian, sikap dan minat. Intelegensi, bakat dan asil belajar dapat pula dievaluasi dengan metode observasi, tetapi pelaksanaannya sangat sulit dan kurang efektif.

Saran :Semoga materi ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami dan mengetahui ilmu perilaku dengan observasi, terutama observasi overt dan covert.

DAFTAR PUSTAKA Hidayati,farida & karyono.2002.psikologi klinis.Semarang : P.S Psikologi fakultas kedokteran undip. Markam suprati sumarto ,2003.pengantar fisilogi klinis.Jakarta : penerbit universitas Indonesia.