Makalah 003

52
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pencarian minyak bumi dan gas lepas pantai atau yang terkenal dengan sebutan pengeboran lepas pantai semakin marak, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat. Dengan semakin maraknya pengeboran minyak lepas pantai, pembangunan kapal-kapal jenis supply dan anchor handling atau yang sering kita sebut AHTS (Anchor Handling Tug and Supply Vessel) yang notabene merupakan sarana transportasi laut yang paling vital dilokasi pengeboran minyak lepas pantai, juga semakain marak. Hal ini juga berdampak pada banyaknya pertumbuhan perusahaan pelayaran yang khusus bergerak mengoperasikan kapal-kapal jenis supply dan anchor handling, guna melayani kebutuhan mobilitas arus barang demi meningkatkan sarana produktivitas minyak dan gas bumi. Untuk memenuhi kebutuhan transportasi tersebut, perusahaan pelayaran tidak hanya cukup dengan menyediakan kapal-kapal dalam jumlah yang banyak 1

description

Makalah yang berjudul :Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Atas Kapal AHTS MV. Pacific Wrangler

Transcript of Makalah 003

BAB I

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangDewasa ini perkembangan pencarian minyak bumi dan gas lepas pantai atau yang terkenal dengan sebutan pengeboran lepas pantai semakin marak, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat. Dengan semakin maraknya pengeboran minyak lepas pantai, pembangunan kapal-kapal jenis supply dan anchor handling atau yang sering kita sebut AHTS (Anchor Handling Tug and Supply Vessel) yang notabene merupakan sarana transportasi laut yang paling vital dilokasi pengeboran minyak lepas pantai, juga semakain marak. Hal ini juga berdampak pada banyaknya pertumbuhan perusahaan pelayaran yang khusus bergerak mengoperasikan kapal-kapal jenis supply dan anchor handling, guna melayani kebutuhan mobilitas arus barang demi meningkatkan sarana produktivitas minyak dan gas bumi.Untuk memenuhi kebutuhan transportasi tersebut, perusahaan pelayaran tidak hanya cukup dengan menyediakan kapal-kapal dalam jumlah yang banyak saja. Tetapi kapal-kapal harus merupakan armada yang tangguh yang dilengkapi dengan tenaga-tenaga pelaut yang potensial, terampil dan bertanggung-jawab, dalam upaya pencegahan kecelakaan pada saat mengoperasikan kapal.Seperti diketahui bahwa untuk melayani pengangkutan material yang diperlukan oleh pengeboran minyak lepas pantai, jenis kapal supply dan anchor handling harus diawaki dan dinahkodai oleh orang-orang yang kompeten dan mempunyai keahlian tersendiri. Dengan demikian setidaknya telah mengadakan upaya untuk mencegah kecelakaan, pada saat melaksanakan pekerjaan jangkar atau bongkar-muat dari atau ke RIG/platform di lokasi pengeboran minyak lepas pantai, ataupun pekerjaan-pekerjaan lainnya. Juga dengan diawaki oleh reting yang terampil, pihak perusahaan dapat melayani klien dengan cepat dan tepat tanpa adanya suatu resiko kecelakaan. Hal ini diharapkan agar klien perusahaan merasa puas dan tentunya kontrak kerja kapal tersebut dapat dipertahankan yang mendatangkan keuntungan kepada perusahaan. reting dituntut memiliki pengalaman, pengetahuan dan disiplin yang tinggi sehingga pelaksanaan proses pekerjaan berjalan lancar dan aman. Adanya keterampilan yang dimiliki reting dalam menjalankan proses Anchor Handling dan bongkar muat barang dari atau ke RIG/Platforms, atau pekerjaan lainnya di lokasi pengeboran minyak lepas pantai sangat dibutuhkan. Keterampilan seorang reting yang memadai sangat dibutuhkan dalam memenuhi tuntutan pekerjaan yang padat dan penuh resiko kecelakaan. Karena para reting bekerja di laut lepas yang kadang-kadang bergelombang. Selanjutnya dalam upaya pencegahan kecelakaan dalam melaksanakan Anchor Handling dan bongkar-muat cargo dari atau ke RIG/Platforms di lokasi pengeboran minyak lepas pantai di atas kapal MV. Pacific Wrangler, dibutuhkan ketelitian, rasa tanggung jawab dan tingkat disiplin yang tinggi dari reting agar tidak terjadi kecelakaan ataupun korban jiwa yang yang senantiasa mengancam. Dengan terjadinya kecelakaan tentunya hal ini juga akan mengganggu kelancaran pengoperasian kapal dan sudah tentu akan berpengaruh terhadap biaya operasi kapal. Untuk menjaga agar kapal selalu dalam keadaan siap operasi tidak lepas dari peran reting dalam menangani upaya pencegahan kecelakaan pada saat melakukan kerja Anchor Handling dan bongkar-muat barang di pengeboran minyak lepas pantai, yang merupakan satu kesatuan sistem untuk menunjang kelancaran beroperasinya kapal sebagai sarana transportasi laut dan terhindarnya kecelakaan yang tinggi. Jika keterampilan dan kemampuan reting dalam melakukan proses pekerjaan kurang, akan menyebabkan terjadinya kecelakaan atau Near Miss seperti yang telah terjadi di atas kapal MV. Pacific Wrangler pada saat para reting bagian Deck mempersiapkan Kerja mengangkat jangkar dan bongkar muat cargo dari atau ke RIG/Platforms.Kecelakaan atau Near Miss yang terjadi di atas kapal tersebut sebagian besar disebabkan oleh rendahnya keterampilan dan disiplin reting di dalam mengikuti prosedur kerja dan juga kurangnya komunikasi/kordinasi antara reting dengan pekerja di RIG/platform. Karena itulah penulis tertarik untuk menyusun makalah ini dengan judul: Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Atas Kapal AHTS MV. Pacific WranglerB. Tujuan dan Manfaat Penulisan1. Tujuan Penulisana. Untuk mengidentifikasi masalah dalam dalam rangka upaya menurunkan angka kecelakaan di kapal AHTS.b. Untuk mengetahui penyebab timbulnya masalah dan menganalisis penyebab dari rendahnya pelatihan keterampilan reting dalam pengoperasian kapal AHTS khususnya MV. Pacific Wrangler.c. Untuk mencari alternative pemecahan terhadap masalah rendahnya keterampilan serta mengurangi kecelakaan reting dalam pengoperasian kapal MV. Pacific Wrangler. 2. Manfaat Penulisana. Manfaat bagi Dunia AkademikSebagai bahan masukan dan diharapkan dapat memperkaya pengetahuan bagi penulis sendiri maupun teman-teman seprofesi untuk mengetahui bagaimana upaya dalam mencegah kecelakaan di atas kapal. Bagi lembaga BP3IP sebagai bahan pedoman makalah untuk kelengkapan pustaka sehingga berguna bagi rekan-rekan pasis dan yang baru akan bekerja di kapal AHTS.b. Manfaat bagi Dunia PraktisiDi harapkan dapat memberikan sumbangan, masukan dan saran kepada Perusahan-perusahan yang terkait maupun perusahaan pelayaraan sejenis lainnya dalam meningkatkan mutu reting di dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja di atas kapal AHTS, sehingga reting Indonesia mampu bersaing dengan reting yang berasal dari Negara lain dan mendapat tempat untuk bekerja di atas kapal AHTS dari perusahaan asing.C. Ruang LingkupMengingat begitu luasnya permasalahan yang tercakup dalam pembahasan sehubungan dengan judul di atas yaitu upaya pencegahan kecelakaan kerja di atas kapal AHTS, maka penulis membatasi lingkup bahasaan ini hanya di kapal AHTS MV. Pacific Wrangler. Kapal tersebut beroperasi di pengeboran minyak lepas pantai di Natuna Indonesia.D. Metode Penyajian1. Metode Pengumpulan Dataa. Studi LapanganPengalaman langsung dari lapangan merupakan suatu metode yang sistematis dan yang telah dipertimbangkan dengan baik dan penulis telah bekerja melalui cara pengamatan, penyelidikan, serta penelitian secara langsung pada obyek yang dijadikan topik berkaitan dengan kasus-kasus yang dihadapi.Adapun pengamatan yang dilakukan antara lain:1) Selama penulis berada dan bekerja di kapal tersebut.2) Penelitian secara langsung pada objek yang di jadikan topic pembahasan.3) Penyelidikan atas kasus-kasus yang terjadi.b. Studi KepustakaanData dari studi kepustakaan yang berhubungan dengan makalah ini sebagai dasar ilmiah pendekatan masalah yang ada, dilakukan dengan cara : 1) Buku literatur yang sesuai dengan judul makalah antara lain: Anchor handling Oilfileld,Vol.3(Hancos Michael), Kodefikasi Manajemen Keselamatan(Yatim Rozaimi), dll.2) Mencari data yang diperlukan melalui buku referensi yang ada di perpustakaan BP3IP Jakarta.3) Buku buku pelajaran selama mengikuti perkuliahan di BP3IP Jakarta.2. Metode Analisis DataDalam rangka meningkatkan keselamatan kerja di kapal anchor handling pada khususnya, maka diperlukan ketelitian dan kemahiran penulis, yang menjadi analisis penulis dalam menuangkan makalah ini tentang pencegahan kecelakaan kerja pada saat melaksanakan pekerjaan anchor handling atau pekerjaan bongkar muat barang di pengeboran minyak lepas pantai.BAB IIFAKTA DAN PERMASALAHANA. Fakta1. Obyek PengamatanAHTS MV. Pacific Wrangler adalah kapal yang dirancang khusus untuk melakukan pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai yang memungkinkan kapal tersebut bekerja melayani Barge ataupun Rig baik untuk pemindahan jangkar, menggandeng Barge atau Rig, pekerjaan survey ataupun pengangkutan barang-barang logistik yang diperlukan untuk menunjang pekerjaan di lokasi pengeboran lepas pantai. AHTS MV. Pacific Wrangler adalah kapal dimana penulis bekerja sebagai Master, Kapal tersebut berbendera Indonesia dan perusahaan Pacific Swire Singapore sebagai pemiliknya, Pacific Swire adalah salah satu perusahan yang berada Di Singapore yang bergerak di bidang perkapalan khusus untuk kapal-kapal yang melayani pengeboran minyak lepas pantai. Untuk prosedur standar dalam melaksanakan pekerjaan Anchor Handling ataupun pekerjaan bongkar muat barang sangat diperlukan kecakapan reting dalam melaksanakan pekerjaannya masing-masing sehubungan dengan peralatan anchor handling itu sendiri yang sangat memerlukan keterampilan dalam pengoprasian dan pemeliharaan untuk kelancaran kerja, Sehingga memerlukan suatu system management yang mengatur hal-hal sebagai berikut:a. Perencanaan kerja yang baikb. Prosedur kerja yang baikc. Familiarisasi alat-alat kerjad. Pemeliharaan alat-alat kerjae. Kesiapan reting dalam bekerja2. Fakta KondisiAdapun kondisi yang penulis alami pada saat bekerja di atas kapal AHTS MV. Pacific Wrangler adalah sebagai berikut: a. Kecelakaan Kerja yang Terjadi Di Atas KapalPada saat penulis bekerja di atas kapal MV.Pacific Wrangler pada saat itu kapal ditugaskan untuk mengangkat salah satu jangkar dari Rig SK Berani yang berada di lokasi Nort Belut Natuna Indonesia tepatnya pada tanggal 12 Maret 2014 oleh karena tidak mengikuti prosedur yang benar dan tidak menyadari ada bahaya, pada saat pelepasan shackle Pennant wire yang terhubung dengan work wire dikarenakan masih ada tegangan terhadap wire tersebut kemudian shackle yang di lepas tiba-tiba melayang dan mengenai kaki dari salah satu reting yang menyebabkan kakinya mengalami memar dan bengkak. Dan pernah juga terjadi pada saat towing Rig Karm Roller yang berfungsi sebagai penahan wire tiba-tiba terlepas dan melayang ke udara, hal ini disebabkan oleh karna kurangnya perhatian serta pengecekan dari kondisi peralatan kerja sebelum pekerjaan dimulai.b. Kurang Pedulinya Rating Bagian Deck terhadap Peralatan Kerja di KapalDalam hal perawatan terhadap peralatan di atas kapal, pada umumnya rating tidak melakukannya dengan baik. Mereka melakukan segala sesuatunya dengan kurang bertanggung jawab dan masa bodoh. Salah satu contoh adalah, setelah selesai mempergunakan alat-alat (Helmet, Safety Shoes, Life Jacket, Goggle, Hand Glove, work vest) keselamatan kerja tersebut terkadang tidak dengan segera atau secepatnya untuk menyimpan kembali perlengkapan tersebut ketempat yang sudah disediakan. Mereka kadang-kadang meletakkan peralatan tersebut di sembarangan tempat. Mereka tidak memikirkan bahwa bisa saja alat-alat tersebut hilang jatuh kelaut karena tertiup angin ataupun jatuh kelaut karena terhempas oleh ombak. Jika alat-alat tersebut hilang tentunya mereka akan bekerja tanpa mempergunakanan alat-alat keselamatan kerja untuk sementara waktu jika di kapal tidak ada persediaan dengan demikian tentunya akan menghambat operasional kapal dan merugikan perusahaan salah satu contoh kejadian yang terjadi pada tanggal 3 April 2014 pada saat anchor handling yang seharusnya pekerjaan bisa dilakukan oleh empat orang dikarenakan work vest yang bisa digunaka hanya tiga jadi pekerjaan hanya dilakukan oleh tiga orang dengan demikian pekerjaan menjadi terhambat dan tentunya merugikan baik pihak kapal maupun pencharter.B. PermasalahanBerdasarkan fakta yang terjadi di atas kapal maka penulis mengidentifikasi masalah dalam mengurangi resiko kecelakaan kerja di atas kapal diantaranya yaitu :1. ldentifikasi Masalaha. Minimnya Pengawasan Kerja Oleh Perwira JagaDalam kegiatan anchor handling di atas kapal AHTS khususnya, bekerja di pengeboran diperlukan suatu pengawasan kerja yang baik atau ketat terhadap para pekerja I reting didek olehNakhoda atau perwira jaga. Pengawasan ini dapat dilakukan secara langsung dari anjungan karena pandangan dari anjungan dapat melihat lebih luas terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan didek serta kemungkinan resiko yang sedang dihadapi reting dengan menggunakan radio untuk berkomunikasi. Kurangnya pengawasan dapat menyebabkan reting tidak mengikuti prosedur kerja yang telah ada sehingga mereka bertindak semaunya sendiri dan tidak menyadari bahwa ada bahaya yang mengancam keselamatan mereka. Seperti salah satu kejadian kecelakaan yang penulis ceritakan di halaman sebelumnya yaitu ada prosedur yang tidak dijalankan yang tidak diperhatikan oleh perwira jaga yaitu yang seharusnya sebelum melepaskan shackle dari pennant wire dia harus memastikan bahwa benar benar sudah tidak ada tegangan dan disaat melepaskan shackle dia harus tetap awas dan berdiri di tempat yang aman.b. Koordinasi reting Dalam Bekerja yang Masih KurangKecelakaan kerja yang terjadi di atas kapal sering di sebabkan oleh faktor dari kesalahan manusia, yang mana salah satunya bisa disebabkan oleh tidak adanya koordinasi kerja yang baik dan rencana kerja tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan oleh berbagai masalah yang dihadapi oleh para pekerja atau reting itu sendiri yang mungkin karena lamanya masa kerja yang sudah dijalani atau karena tekanan dari pekerjaan yang dilakukannya. Dimana dari pengamatan yang penulis lakukan, para reting tersebut kehilangan kontrol dan konsentrasinya dalam melakukan pekerjaannya dan juga lingkungan kerja yang tidak kondusif akibat ketidak cocokan antara sesama reting yang mengakibatkan kinerja yang tidak optimal sehingga hasil yang didapat tidak memuaskan bahkan bisa menimbulkan kecelakaan fatal.c. Pengawasan Dalam Pelaksanaan Perawatan alat-alat kerja kapal belum optimalPengawasan Pelaksanaan dalam melakukan perawatan alatalat kerja dek kapal AHTS merupakan tanggung jawab dari Mualim I (Chief Officer) dan untuk alat-alat mesin yang berhubungan dengan anchor handling merupakan tanggung jawab dari Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer). Namun kadangkala di dalam pelaksana perawatan alat-alat tersebut, khususnya perawatan alat-alat mesin yang berhubungan dengan kerja anchor handling tidak berjalan dengan baik dan tidak dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Semua tindakan perawatan tidak lepas dari rasa tanggung jawab reting juga sebagai pelaksana. Oleh sebab itu perlu ditanamkan suatu disiplin kerja yang baik kepada reting agar dapat tercapai rencana kerja yang telah direncanakan dan sesuai dengan standar prosedur perawatan yang dimiliki oleh perusahan pelayaran yang lebih dikenal dengan sistem rencana perawatan yang disebut plan maintenance system (PMS). Kerusakan pada alat tentu saja mengganggu kinerja kapal dalam suatu operasi. Dengan adanya pengawasan dari Perwira Senior maka akan dapat meningkatkan kinerja maupun kesadaran reting dalam mendukung efektifnya alat-alat kapal sehingga selalu siap bila akan digunakan.Proses pengawasan dan perawatan kapal yang baik dan sesuai prosedur maka akan rnemperlancar pengoperasian kapal. Karena peralatan kapal AHTS sebagai pendukung utama dalam penunjang pelayanan kegiatan pengeboran minyak lepas pantai dapat digunakan setiap saat jika dibutuhkan.d. Kurangnya keterampilan Reting tentang penggunaan peralatan kerjaKetrampilan anak buah kapal yang melaksanakan pekerjaan Anchor Handling baik awak kapal maupun pekerja Barge I Rig memegang peranan yang sangat vital dalam melaksanaan pekerjaan Anchor Handling.Perlu disadari oleh semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek pengeboran minyak dilepas pantai khususnya kepada perusahaan dimana penulis bekerja untuk mengantisipasi atau menyiapkan tenaga ahli melalui pendidikan khusus atau diklat agar tersedia SDM yang siap pakai yang berhubungan dengan pekerjaan Anchor Handling. Sumber daya manusia yang terlatih dan berkualitas sangat menunjang sukses atau tidaknya suatu pekerjaan, maka sumber daya manusia itu harus ditingkatkan dari segi kualitas dalam mengimbangi dengan keadaan dimana orang itu bekerja serta dapat ataupun mampu menggunakan sarana-sarana dan peralatan yang telah tersedia.Sering kali kita jumpai ada anak buah kapal yang tidak mengerti tugas-tugasnya pada saat pelaksanaan Anchor Handling bahkan ada pula yang tidak tahu peralatan-peralatan yang seharusnya mereka gunakan.Oleh karena itu rendahnya tingkat kompetensi yang dimiliki serta terbatasnya pendidikan dan keterampilan reting yang ditempatkan di atas kapal, sehingga menimbulkan hambatan-hambatan dan masalah-masalah di dalam pengoperasian kapal khususnya pada saat pelaksanaan pekerjaan Anchor Handling.Hambatan dan masalah-masalah tersebut terjadi dikarenakan reting yang ditempatkan di atas kapal belum diberikan pelatihan-pelatihan khusus yang berhubungan dengan pengoperasian kapal AHTS yang bekerja di lepas pantai.Seorang reting yang akan naik di atas kapal dituntut untuk segera menguasai pekerjaan dan bekerja sesuai dengan tingkat kompetensi dan jabatan yang disandangnya di atas kapal, seperti yang pernah penulis alami di atas kapal AHTS MV. Pacific Wrangler, ada reting yang baru naik kapal yang tidak memiliki pengalaman bekerja di atas kapal-kapal AHTS bahkan ada juga yang sama sekali belum pernah bekerja di atas kapal.Kondisi seperti ini jelas akan menjadi kendala dan masalah pada saat melakukan pekerjaan Anchor Handling, kondisi seperti ini harus segera di atasi agar tidak menjadi masalah yang berlarut-larut. Pada dasarnya kapal bukan tempat untuk latihan dan setiap personil yang akan bekerja di atas kapal dituntut untuk siap bekerja sesuai dengan tingkat keahlian dan tingkat kompetensi yang dimilikinya, mengetahui tugas dan tanggung jawab serta mampu mengoperasikan alat-alat dan perlengkapan kerja serta alat-alat keselamatan yang ada.Dengan adanya penempatan reting yang tidak berpengalaman dalam pekerjaan Anchor Handling dapat berakibat fatal bagi pihak perusahaan pemilik kapal dimana tidak menjamin akan tingkat keselamatan kerja yang harus diutamakan dalam pekerjaan Anchor Handling. Resiko kecelakaan kerjanya sangat tinggi.e. Kurangnya kedisiplinan reting terhadap pentingnya mengikuti prosedur penggunaan peralatan kerjaDalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari di atas kapal, reting sering mengabaikan perintah maupun arahan yang diberikan oleh chief officer sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Keselamatan kerja merupakan hal yang penting dan perlu diperhatikan. Rendahnya kesadaran reting terhadap keselamatan kerja dapat terlihat pada sikap reting yang mengebaikan prosedur keselamatan seperti, tidak menggunakan sarung tangan keselamatan saat bekerja, tidak memakai kacamata pelindung dan tidak memakai helm keselamatan. Chief Officer memberitahukan kepada reting yang melanggar namun peringatan itu tidak dihiraukan dan reting selalu membantah Chief Officer. Apabila reting tidak patuh terhadap prosedur yang telah ditetapkan makadapat meningkatkan resiko kecelakaan kerja di atas kapal.2. Masalah UtamaDari 5 masalah di atas penulis membahas 2 masalah utama yang akan dicarikan penyebab dan pemecahannya pada Bab Ill yaitu:a. Kurangnya Ketrampilan reting tentang Penggunaan Alat-Alat peralatan Kerjab. Kurangnya Kedisiplinan reting terhadap Pentingnya Mengikuti Prosedur Penggunaan Alat Keselamatan KerjaBAB IIIPEMBAHASANA. Landasan Teori keselamatan kerja merupakan prioritas utama bagi seorang pelaut profesional saat bekerja di atas Kapal. Semua perusahaan pelayaran memastikan bahwa awak kapal mengikuti prosedur keselamatan dan aturan untuk semua operasi yang dibawa di atas Kapal. Untuk mencapai keamanan maksimal di kapal, langkah dasar adalah memastikan bahwa semua reting Kapal memakai peralatan pelindung pribadi mereka dibuat untuk berbagai jenis pekerjaan yang dilakukan pada kapal.Keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk dapat melaksanakan pekerjaan atau tugas tanpa kecelakaan, sehingga dapat dicapai hasil yang menguntungkan dan bebas dari segala bahaya. Kecelakaan adalah suatu yang tidak direncanakan atau tidak diduga semula, kecelakaan dapat terjadi sewaktu-waktu dan mempunyai sifat merugikan baik terhadap manusia maupun terhadap alat-alat material.Jadi dapat disimpulkan, keselamatan kerja adalah suatu kegiatan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan cara peningkatan serta pemeliharaan kesehatan tenaga kerja baik jasmani, rohani dan sosial. Keselamatan kerja secara khusus bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan dan akibatnya, dan untuk mengamankan kapal, peralatan kerja. Secara umum harus diketahui sebab-sebab dan pencegahan terhadap kecelakaan, peralatan, serta prosedur kerjanya di atas kapal. Secara khusus prosedur dan disiplin keselamatan kerja perlu dipahami dan dipatuhi dengan benar oleh seluruh awak kapal di dalam menjalankan tugasnya.Seperti yang kita ketahui bahwa untuk bekerja di atas kapal, Organisasi Maritim lnternasional (IMO) telah menetapkan aturan yang berlaku bagi negara-negara yang menjadi anggota dari organisasi tersebut dimana aturan mengenai pelaut tersebut diatur di dalam :ISM CodeTujuan dari ISM Code yaitu :a. Menyiapkan cara-cara kerja untuk menjamin keselamatan dalam pengoperasian kapal dan keselamatan harta benda.b. Menciptakan perlindungan terhadap segala resiko yang diketahui.c. Secara terus menerus meningkatkan ketrampilan menajemen keselamatan seluruh personal baik di darat maupun di kapal termasuk kesiapan dalam keadaan darurat yang berhubungan dengan keselamatan dan perlindungan lingkungan.ISM Code yang didamnya juga ada Safety Management System menyediakan cara sistematis untuk mengidentifikasi bahaya dan mengendalikan resiko dengan tetap mempertahankan jaminan pengendalian resiko yang efektif. SMS dapat didefinisikan sebagai :Proses yang sistematis, jelas dan lengkap untuk mengelola resiko keselamatan. Seperti dengan semua sistem manajemen, sistem manajemen keselamatan menyediakan penetapan tujuan, perencanaan, dan pengukuran kinerja. Sebuah sistem manajemen keselamatan dari bahan-bahan diolah menjadi sebuah produk dari sebuah organisasi. Tujuannya untuk pengurangan resiko kecelakaan kerja dengan cara yang praktisSafety Management System yang efektif untuk :a. Menentukan organisasi untuk mengelola resikob. Mengidentifikasi resiko kerja dan menerapkan kontrol yang sesuai.c. Melaksanakan komunikasi yang efektif disemua tingkat organisasi.d. Menerapkan proses untuk mengidentifikasi dan memperbaiki ketidaksesuaian.e. Menerapkan proses perbaikan berkesinambungan.Sebuah system manajemen keselamatan dapat dibuat untuk memenuhi setiap jenis usaha dan atau sektor industri.B. Analisis Penyebab MasalahBerdasarkan permasalahan di atas, berikut penulis menguraikan penyebab-penyebab dari permasalahan-permasalahan yang timbul, antara lain :1. Kurangnya Ketrampilan retingtentang Penggunaan Alat Alat peralatan KerjaDari permasalahan ini penulis menganalisa penyebab penyebabnya diantaranya yaitu :a. Reting Kapal yang Belum BerpengalamanPendidikan formal saja tidak dapat diandalkan untuk mempercepat atau memperlancar proses keahlian yang dibutuhkan, pendidikan formal yang sifatnya sangat umum dan luas itu baik sekali untuk mempersiapkan tenaga-tenaga yang terampil supaya kelak dapat melibatkan diri di dalam proses keahlian itu, akan tetapi yang dibutuhkan di sini adalah tenaga kerja yang terampil sesuai dengan bidang profesi yang digelutinya yakni pelaksanaan kerja Anchor Handling, dengan tingkat kompetensi dan profesionalisme sehingga dapat menyesuaikan diri di dalam era globalisasi dan kemudian dapat memenangkan persaingan yang semakin ketat.Menempatkan reting yang terdidik saja tidak dapat menjamin bahwasanya reting itu bisa langsung menguasai pekerjaannya di atas kapal, akan tetapi reting tersebut seyogyanya juga dibekali dengan pengalaman yang dibutuhkan sesuai dangan jenis kapal Anchor Handling sehingga dalam tugasnya kelak reting tersebut akan dapat langsung memahami dan menguasai apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.Alat-alat peralatan kerja di atas kapal AHTS memiliki kekhususan yang disesuaikan dengan sifat pekerjaan dari jenis kapal AHTS yang berkaitan dengan daerah operasinya di lokasi kerja. Penggunaan dari pada alat-alat keselamatan kerja tersebut harusbenar-benardikuasai oleh reting di dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya sehingga pada pelaksanaan kerja Anchor Handling dibutuhkan personel yang benar-benar terampil untuk melaksanakan kerja Anchor Handling dan dituntut untuk mampu dan mengetahui akan tugas serta berpengalaman dibidangnya sesuai dengan jabatan di atas kapal.Seringnya terjadi hambatan-hambatan pada saat pelaksanaan kerja Anchor Handling yang disebabkan oleh sumber daya manusia yang kurang mampu dan berpengalaman dalam pelaksanaan kerja Anchor Handling baik perwira maupun reting, masalah ini timbul karena disebabkan:1) Perusahaan yang tidak selektif dalam memilih atau menerima reting kapal yang akan naik kapal, seperti yg penulis alamidimana bosun (serang kapal) yang hanya berpengalaman sebagai juru mudi di kapal penumpang tiba tiba di kapal AHTS menjadi serang kapal.2) Tidak tersedianya waktu yang cukup untuk melaksanakan pengenalan (Familiarisasi) alat kerja dan alat keselamatan.3) Belum ada atau jarangnya perusahaan yang memberi pelatihan-pelatihan kepada reting yang baru diterima.b. Kurangnya Pendidikan dan Pelatihan Khusus untuk Anchor Handling bagi RetingSeperti yang kita ketahui bersama bahwa disekolah-sekolah atau institusi pendidikan sekolah pelayaran hanya secara umum mempelajari jenis-jenis ilmu pelayaran secara umum seperti kapal-kapal cargo, container, tanker and passenger tapi belum ada tempat pendidikan yang membuka program khusus untuk kapal-kapal khusus seperti anchor handling dan survey.Satu-satunya sumber yang dapat dikembangkan adalah sumber daya manusia, jika peralatan kerja yang sering digunakan semakin hari akan semakin berkurang fungsinya jika tidak di berikan perawatan yang baik, sedangkan sumberdaya manusia berkembang sebaliknya setiap hari sumber daya manusia itu semakin terampil dan berpengalaman dan hanya sumber daya manusialah yang dapat berkembang dan dibina sepanjang ia mampu.Sumber daya manusia yang berhubungan dengan tingkat kompetensi reting memegang peranan yang sangat penting dalam pengoperasian kapal sesuai dengan pengalaman yang pernah penulis alami pada saat pelaksanaan Anchor Handling di atas kapal AHTS MV. Pacific Wrangler sering terjadi masalah dan kendala sehingga terhambatnya kegiatan Anchor Handling yang di akibatkan dari faktor sumber daya manusia yang kurang terlatih dimana sebagian reting maupun perwira kapal yang ada di atas kapal belum begitu memahami pekerjaan dan tanggung jawab masing masing sehingga sering terjadi kesalahfahaman dalam pekerjaan. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadi kelalaian dalam keselamatan kerja sehingga dapat menimbulkan kecelakaan yang sangat fatal yang dapat merugikan semua pihak, baik perusahan pemilik kapal, pencarter bahkan reting yang bekerja di atas kapal.Untuk bekerja di atas kapal jenis AHTS diperlukan sumber daya manusia yang terlatih dan terampil di bidangnya karena kapal jenis ini memiliki spesifikasi dan karakteristik yang berbeda dengan jenis kapal pada umumnya dalam pengoperasian serta memiliki tingkat kesulitan dan resiko yang sangat tinggi.2. Kurangnya Kedisiplinan Reting terhadap Pentingnya Mengikuti Prosedur Penggunaan Alat peralatan KerjaDari permasalahan ini penulis menganalisa penyebab penyebabnya diantaranya yaitu :a. Kurangnya pemahaman Reting pada bahaya akibat tidak mengikuti prosedur penggunaan alat peralatan kerjaSebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pekerjaan pada kapal anchor handling dan supply adalah pekerjaan yang sangat berat dan sangat beresiko. Terkadang crew kapal kurang menyadari atau kurang memperhatikan resiko atau dampak yang bisa membahayakan bila tidak mengikuti prosedur penggunaan alat -alat peralatan kerja dengan baik dan benar. Hal tersebut sehingga mereka terkesan tidak peduli dengan hal tersebut yang disebabkan karena mereka sudah terbiasa bekerja di jenis kapal tersebut atau mereka sudah sangat tertekan dengan bekerja di lepas pantai tanpa adanya hiburan yang menunjang buat mereka. Namun seharusnya mereka menyadari bahwa dengan kurangnya mereka berdisiplin pada prosedur penggunaan alat peralatan kerja akan sangat membahayakan bagi jiwa mereka saat bekerja.b. Kurangnya kontrol kerja terhadap reting pada penggunaan alat peralatan kerjaDalam urutan susunan crew di atas kapal kita mengetahui bahwa crew kapal terdiri dari perwira dan rating (bintara ). Perwira bertugas untuk memastikan pekerjaan yang diberikan perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik dan mengawasi kerja dari reting agar operasi kapal dapat berjalan lancar. Tanpa adanya kontrol dari perwira, maka rating yang bertugas sebagai pelaksana lapangan akan bekerja dengan seenaknya sendiri tanpa mengikuti prosedur yang ada. Walaupun sebelum memulai suatu pekerjaan di adakan tool box meeting dan risk assessment yang menyebutkan beberapa hal tentang prosedur yang harus dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan urutannya. Untuk itu selama proses penyelesaian pekerjaan secara tidak langsung di kontrol oleh sistem kerja tersebut. Dan hal tersebut akan mengakibatkan banyaknya kecelakaan yang terjadi di atas kapal.C. Analisis Pemecahan Masalah1. Kurangnya Ketrampilan reting di Kapal AHTS sehingga terabainya keselamatan dalam kerjaDari analisa penyebab yang tersebut di atas, penulis menganalisa dan mencari solusi pemecahannya sebagai berikut :a. Penempatan reting di AHTS Seharusnya yang Sudah BerpengalamanTingkat keterampilan standar yang telah dimiliki oleh reting dengan mengikuti pendidikan atau pelatihan yang dilaksanakan diakademi, tidak akan bisa menjamin seorang awak kapal untuk langsung mengerti dan memahami tugas dan tanggung jawabnya di atas kapal.Suatu perusahaan pelayaran khususnya yang mengoperasikan kapal-kapal jenis AHTS sangat kesulitan untuk mencari dan mempekerjakan reting yang sudah berpengalaman di bidang Anchor Handling karena tenaga-tenaga ahli ini pada saat ini jumlahnya sangat terbatas.Ada beberapa cara untuk mengatur pengawakan bagi kapalkapal jenis Anchor Handling yang ditetapkan oleh perusahaan antara lain :1) Mempekerjakan reting secara langsung oleh perusahaan pelayaran.2) Mempekerjakan reting melalui serikat pekerja.3) Mempekerjakan reting melaui agen-agen pengawakan.Untuk memenuhi kebutuhan reting yang berkompetensi dan berpengalaman dalam hal pelaksanaan kerja Anchor Handling, suatu perusahaan melakukan penempatan reting yang kurang bahkan tidak berpengalaman di atas kapal jenis AHTS yang sebenarnya sangat membahayakan keselamatan reting itu sendiri maupun teman kerjanya.Penempatan reting di atas kapal AHTS untuk menambah pengalaman dari seorang reting sebenarnya mempunyai resiko bagi operasional suatu kapal akan tetapi keuntungan yang akan diperoleh sangat besar nilainya. Adapun keuntungannya antara lain :1) Keuntungan bagi retingReting tersebut akan mendapatkan pengalaman yang baru dibidang pelaksanaan kerja Anchor Handling dan pengalaman tersebut tidak mungkin ia dapatkan dari pendidikan dan latihan yang formal ataupun di atas kapal niaga lainya.2) Keuntungan bagi perusahaanPengeluaran perusahaan dapat diminimalisasi karena apabila mempekerjakan reting yang tidak berpengalaman akan lebih boros dari pada reting yang sudah berpengalaman.Biasanya di dalam perjanjian kerja laut (crew agreement) kontrak kerja antara reting dengan perusahaan pelayaran selama satu tahun akan tetapi dengan masa percobaan selama tiga bulan, bila mana reting tersebut kurang mampu dan cakap denganpekerjaannya maka pihak perusahaan akan mengakhiri kontrak kerja tersebut.Pada masa percobaan tiga bulan tersebut harus benar-benar di manfaatkan oleh reting untuk belajar dan pengenalan peralatan kerja dan cara mengoperasikan serta memahami prosedur-prosedur pelaksanaan pekerjaan Anchor Handling dan prosedur keselamatan.b. Melaksanakan Pelatihan Khusus untuk Anchor Handling di Darat Sebelum Bekerja di Kapal AHTSPeningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pekerja merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam program pendidikan dan pelatihan akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja yang pada akhirnya akan berdampak pada perbaikan keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan.Pendidikan dan pelatihan khusus untuk Anchor Handling adalah suatu pendidikan dan pelatihan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan pada saat pelaksanaan kerja Anchor Handling dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode pelatihan yang lebih mengutamakan praktek pelaksanaan kerja Anchor Handling yang lebih menekankan pada unsur keselamatan kerja.Ada tiga unsur yang terpenting dalam hal pembinaan sumber daya manusia untuk pelaksanaan Anchor Handling yakni :1) ldentitas sasaran yang telah ditetapkan harus jelas bagi setiap reting yang melaksanakan pekerjaan Anchor Handling.2) Kegiatan yang dilakukan oleh reting harus pula mempunyai standar atau taraf kepandaian dan keahlian minimum standar yang berlaku.3) Usaha yang dapat melahirkan kegiatan yang tepat guna untuk mencapai identitas sasaran yang telah di tentukan.Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan pelatihan untuk menghadapi dan melaksanakan suatu pekerjaan Anchor Handling adalah sebagai berikut :1) Rencana kerjaAdanya kemampuan untuk menyusun suatu rencana kerja, misalnya sumber daya manusia yang melaksanakan pekerjaan untuk Anchor Handling dan peralatan-peralatan yang akan dipergunakan harus dipersiapkan dan di periksa sebelum pekerjaan di mulai.2) Situasi dan kondisiPenting untuk di perhitungkan dalam menyusun suatu rencana kerja, karena situasi dan kondisi yang ada tidak mungkin dapat digunakan untuk melaksanakan pekerjaan Anchor Handling tersebut. Misalnya karena keadaan cuaca, tempat atau lokasi positioning jangkar yang berdekatan dengan platform atau melalui pipe line atau cable line di dasar Iaut.3) Tanggung jawabDapat memperhitungkan dan memperhatikan adanya tanggung jawab yang akan dibebankan kepada reting yang akan melaksanakan pekerjaan Anchor Handling, apakah kegiatan itu dapat di pertanggung jawabkan.4) Kerja sama I Team workHal ini sangat penting dalam mendukung untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu proses pelaksanaan pekerjaan Anchor Handling sebab kerja sama yang baik akan menambah efisiensi dan keselamatan kerja pada saat pelaksanaan anchor handling.Oleh karena itu seyogyanya perusahaan-perusahaan pelayaran dan badan atau instansi pemerintah baik di dalam maupun di luar negeri bekerja sama mendirikan atau mengadakan diklat-diklat khusus di dalam bidang pelaksanaan kerja Anchor Handling yang tidak menyimpang dari konvensi STCW 1978 amandemen 2010 sehingga dapat menghasilkan awak kapal yang berkompetensi dan terampil dibidang pelaksanaan kerja Anchor Handling.Karena tidak adanya diklat-diklat yang dikhususkan untuk pelaksanaan kerja Anchor Handling yang dilaksanakan oleh badan badan atau instansi pemerintah maka setiap kapal AHTS diharuskan melakukan dan melaksanakan pelatihan-pelatihan di atas kapal bagi reting yang sesuai dengan konvensi STCW 1978 amandemen 2010.Dimana semua pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di atas kapal harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :1) Reting menerima pelatihan yang praktis dan mudah dipahami bagaimana bekerja di AHTS dan cara menggunakan peralatan kerja.2) Harus dikoordinasikan dan dipantau oleh master dan perwiraperwira yang berkompeten di dalam pelaksanaan Anchor Handling.3) Setiap pelatihan yang dilaksanakan harus didokumentasikan di dalam catatan pelatihan.Setiap kapal AHTS harus mempunyai program-program pelatihan yang secara berkesinambungan dilaksanakan di atas kapal dan harus dikoordinasikan oleh nakhoda atau perwira yang berkompetensi dibidang pelaksanaan kerja Anchor Handling.Program-program pelatihan pelaksanaan kerja Anchor Handling untuk awak kapal harus meliputi:1) Familiarisasi kepada semua reting mengenai nama-nama alat yang dipakai untuk anchor handling di atas kapal, di dalam pengenalan alat alat kerja dan keselamatan sebaiknya dilakukan tidak kurang dari 6 hari agar supaya reting kapal benar benar mengenal dan memahami cara kerja dan kegunaan dari alat-alat tersebut.2) Prosedur pelaksanaan kerjaSetiap reting diberikan pengarahan tentang prosedur prosedur pelaksanaan kerja positioning jangkar dengan mengutamakan keselamatan kerja.3) Jenis-jenis jangkar dan pelampungnyaMengetahui dari jenis-jenis jangkar dan pelampung yang biasa digunakan pada saat pe!aksanaan kerja Anchor Handling.4) Karakteristik kapal dan Barge I RigMengerti karakteristik olah gerak dari kapal dan berbagai macam jenis dari Barge I Rig.5) Perbaikan dan pemeliharaan peralatanCara-cara melakukan perbaikan dan pemeliharaan dari peralatan yang biasa dipergunakan untuk pelaksanaan kerja Anchor Handling.6) Tehnik berkomunikasiPenekanan tentang pentingnya berkomunikasi antara deck dan bridge sehingga pelaksanaan kerja Anchor Handling dapat terkoordinasi dengan baik.7) Keadaan daruratPenjelasan mengenai cara-cara menghadapi keadaan yang tidak terduga atau darurat.Setelah reting mengikuti dan melaksanakan pelatihanpelatihan pelaksanaan kerja Anchor Handling di atas kapal maka diharapkan reting mempunyai pengetahuan standar dan dapat diterapkan pada saat pelaksanaan kerja Anchor Handling yang antara lain :1) Reting dapat mengetahui nama-nama alat-alat di kapal (Anchor Handling Tool) yang di pakai untuk pekerjaan Anchor Handling.2) Reting dapat mengetahui dari jenis-jenis jangkar dan pelampung serta bagaimana penataannya.3) Reting dapat memahami teknis pelaksanaan kerja Anchor Handling.4) Dapat menerapkan prosedur-prosedur keselamatan pada saat pelaksanaan kerja Anchor Handling.5) Reting dapat berkomunikasi dengan baik.Keuntungan-keuntungan yang akan didapatkan oleh awak kapal apabila melaksanakan pelaksanaan pelatihan kerja di atas kapal antara lain :1) Reting memperoleh kecakapan dan keterampilan dibidang pelaksanaan pekerjaan Anchor Handling.2) Dapat mengembangkan kemampuan diri dari reting.3) Menciptakan rasa aman bagi semua personel yang bekerja.4) Menghilangkan adanya kecanggungan dalam mengambil tindakan.5) Mempermudah dalam hal penyesuaian diri.6) Menanamkan adanya hubungan kerja yang harmonis (team kerja yang solid)Mengingat di Indonesia belum ada tempat khusus yang mengadakan sertifikasi khusus untuk Anchor Handling maka ada alternatif tempat untuk mengikuti sertifikasi Anchor Handling di luar negeri seperti di Singapore atau di Malaysia.Mengingat akan pentingnya pengetahuan tentang Anchor Handling bagi reting yang ingin bekerja di atas kapal AHTS maka akan sangat positif sekali dan akan sangat menguntungkan seandainya di Indonesia membuka tempat pendidikan khusus untuk Anchor Handling.Sekarang ini perusahaan pelayaran khusus kapal-kapal AHTS selalu mempertanyakan pengalaman bagi setiap pelamar atau pencari kerja, seandainya ada bukti sertificate khusus untuk Anchor Handling maka akan mempermudah para pelaut untuk mendapatkan pekerjaan diluar negeri.2. Kurangnya Kedisiplinan Reting terhadap Pentingnya Mengikuti prosedur Penggunaan Alat Peralatan KerjaDari analisa penyebab yang tersebut di atas, penulis menganalisa dan mencari solusi pemecahannya sebagai berikut :a. Meningkatkan pemahaman reting terhadap bahaya akibat tidak mengikuti prosedur penggunaan alat peralatan kerjaUntuk meningkatkan pemahaman reting tentang bahaya akibat dari tidak mengikuti prosedur penggunaan alat keselamatan kerja dengan benar dalam setiap minggunya ada kegiatan yang harus di lakukan oleh safety officer atau Chief officer yaitu menonton video tentang keselamatan yang juga memberikan pemahaman reting resiko resiko yang timbul atau bahaya yang akan terjadi saat bekerja di kapal. Dan buku buku petunjuk pengunaan beserta prosedurnya yang tersedia di kapal bagian mees room dan bridge (anjungan kapal) diharuskan kepada setiap reting untuk membacanya dan menandatangani jika awak kapal tersebut telah membacanya dan mengerti benar tentang isi buku petunjuk keselamatan tersebut, dan di tambahkan penjelasan dari perwira di atas kapal. meningkatkan pemahamanan reting tentang alat-alat keselamatan yang ada di atas kapal. Untuk itu buku-buku dan video petunjuk tersebut di atas, reting mudah memahami akibat bahaya yang terjadi jika tidak mengikuti prosedur penggunaan alat-alat keselamatan kerja dan yang terpenting adalah sebelum memulaikan suatu pekerjaan agar dilaksanakan toolbox meeting atau pengarahan untuk menjelaskan tentang pekerjaan yang akan dilakukan dan memastikan bahwa reting tersebut memahami tentang prosedur dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.Dalam usaha meningkatkan pemahaman reting tentang pentingnya mengikuti prosedur penggunaan alat peralatan juga dapat dilakukan dengan cara bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di darat dan mengirim reting ke lembaga-lembaga pendidikan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan reting untuk menggunakan sesuai prosedur mengenai alat-alat keselamatan sehingga akan mampu bekerja dengan baik dan selalu mengutamakan keselamatan kerja di atas kapal.Sebelum bekerja di kapal reting yang akan bekerja juga diharuskan mengikuti pendidikan atau pembinaan safety course untuk pembinaan sumber daya manusia (SDM) pembinaan anak buah kapal agar sasaran utama yaitu: menganalisa kualitas kerja reting dalam upaya mencegah kecelakaan kerja di kapal merupakan suatu sasaran yang akan dicapai.b. Meningkatkan control kerja terhadap reting pada penggunaan alat peralatan kerjaPerusahaan perlu memastikan bahwa reting yang berada di kapal selalu bekerja dengan aman atau bebas dari bahaya bahaya yang secara garis besarnya dapat diminimalkan efek saat melakukan pekerjaan apapun di atas kapal. Maka dalam hal ini perusahaan khususnya HSE(Health Safety and Environment) departemen mengeluarkan suatu peraturan yang sebelum melakukan pekerjaan hingga sampai selesainya suatu pekerjaan atau selama reting tersebut tetap dalam dalam pengawasan atasan atau sesama reting yang saling menjaga atau mengingatkan akan bahaya bahaya yang akan terjadi.Perusahaan memberikan suatu tugas kepada seluruh reting untuk membuat STOP CARD yang menceritakan atau melaporkan kejadian kejadian yang di anggap tidak aman maupun yang aman terhadap seorang reting yang sedang bekerja maupun saat berada atau selama berada di kapal. STOP CARD wajib di buat oleh setiap reting minimal 1 buah dalam sebulan dan kemudian di kirimkan ke perusahaan dan kemudian di review atau di analisa oleh atasan di kapal dan HSE departemen perusahaan memberikan petunjuk jika mana hal tersebut di anggap berbahaya agar di kemudian hari reting tidak melakukan hal sama dan juga menjadi suatu pembelajaran atau masukan terhadap reting yang lainnya.Selain itu juga perwira yang bertugas harus selalu mengadakan kontrol langsung selama pekerjaan itu belum selesai. Bilamana reting masih saja tidak mematuhi prosedur penggunaan peralatan kerja tersebut. Maka perwira atau atasan yang bertanggung jawab dapat memberikan sanksi berupa peringatan pertama dan kedua apabilah masih saja tidak mematuhi bisa melaporkan hal tersebut kepada perusahaan di HSE departemen untuk ditindak lanjuti reting tersebut. Dengan ancaman di berhentikan dan kalau perlu tidak di panggil lagi (black list) bekerja di perusahaan tersebut di kemudian hari. Di daerah operasi kerja untuk pengeboran lepas pantai secara umum kontrol dan pengawasan terhadap reting menjadi utama juga karena sebagai pencharteryang langsung mengontrol sebagian tingkah laku reting selama berada di kapal maupun saat bekerja. Dengan adanya peraturan tentang kontrol kerja reting di kapal otomatis menjadi prioritas utama semua reting karena adanya ancaman tersebut. Hal ini sangat membantu perwira atau atasan untuk meminimalkan kecelakaan atau resiko yang timbul saat bekerja bekerja di kapal.BAB IVPENUTUPA. KesimpulanDari berbagai macam permasalahan dan analisis penyebab mengenai bagaimana meningkatkan keselamatan kerja anchor handling di atas kapal AHTS MV. Pacific Wrangler dengan ini penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :1. Kurangnya keterampilan reting di kapal AHTS disebabkan reting yang belum berpengalaman dan terbatasnya tempat pendidikan dan pelatihan .khusus untuk anchor handling sehingga sering terjadi kecelakaan kerja di atas kapal.2. Kurangnya Kedisiplinan dan minimnya kesadaranreting dalam mengikuti prosedur penggunaan peralatan kerja dan juga kurangnya control kerja terhadap reting pada pengunaan peralatan kerja.B. SaranBerdasarkan kesimpulan di atas, maka untuk meningkatkan keselamatan kerja Anchor Handling di atas kapal AHTS dapat diambil langkah - langkah sebagai berikut:1. Sebaiknya Perusahaan memberikan pelatihan khusus Anchor Handling bagi anak buah kapal di darat sebelum naik di atas kapal AHTS, hendaknya juga di berikan pelatihan di atas kapal tentang Anchor handling2. HendaknyaNakhoda memberikan pemahaman kepada reting terhadap bahaya akibat tidak mengikuti prosedur penggunaan alat keselamatan kerja dan juga motivasi untuk meningkatkan kedisiplina juga kesadaran didalam pentingnya mengikuti prosedur di dalam bekerja dan juga memastikan setiap perwira jaga untuk meningkatkan control kerja terhadap reting.DAFTAR PUSTAKADanoeasmoro Goenawan, (2003), Kesehatan keselamatan kerja, Yayasan Bina Citra Samudera, Jakarta.Hancos, Michael, (1994) Anchor Handling Oilfield Seamenship, Vol.3.Samsudin Sadili, (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia, Pustaka Setia, Bandung.Suardi Rudi, (2005), Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lembaga Manajemen PPM, Jakarta.YatimRozaimi, (2003), Kodefikasi Manajemen Keselamatan Internasional (ISM CODE), Penerbit yayasan Bina Citra Samudera Jakarta.(2011), STCW Convention and STCW Code Including 2010 Manila Amandements Third Consolidated edition 2011, IMO Publication, London.8