repository.stikes-bhm.ac.idrepository.stikes-bhm.ac.id/550/1/1.pdf · i ASUHAN KEBIDANAN PADA NY...
Transcript of repository.stikes-bhm.ac.idrepository.stikes-bhm.ac.id/550/1/1.pdf · i ASUHAN KEBIDANAN PADA NY...
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”R“ MASA KEHAMILAN
TRIMESTER III, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN
KB PASCASALIN DI PMB ENDAH WIENDIARTI,S.ST
KABUPATEN MADIUN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh:
ILMAN AMANA
NIM : 201601012
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
PRODI DIII KEBIDANAN
2019
i
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”R“ MASA KEHAMILAN
TRIMESTER III, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN
KB PASCASALIN DI PMB ENDAH WIENDIARTI S.ST
KABUPATEN MADIUN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan
Ahli Madya Kebidanan Pada Prodi DIII Kebidanan
STIKES Bhakti Husada MuliaMadiun
Oleh:
ILMAN AMANA
NIM : 201601012
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
PRODI DIII KEBIDANAN
2019
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas semua berkat dan rahmatNya
sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ Asuhan
Kebidanan Pada Ny ”R“ Masa Kehamilan Trimester III, Bersalin,Nifas,
Neonatus Dan KB Pascasalin Di PMB Endah Wiendiarti S.ST Kabupaten
Madiun”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya
Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Zaenal Abidin, SKM., M.Kes. (Epid) selaku Ketua Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir
ini.
2. Mertisa Dwi Klevina, S.ST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah memberikan
kesempatan menyusun LaporanTugas Akhir ini.
3. Lucia Ani K., S.Si.T., M.Kes, penguji yang telah memberikan bimbingan
sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
4. Yeni Utami, S.Si.T., M.Kes, Selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
5. Cintika Yorinda S., S.ST., M.Kes, Selaku yang telah memberikan bimbingan
sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
v
6. ENDAH WIENDIARTI, S.ST, yang telah memberikan kesempatan untuk
memberikan Asuhan Kebidanan pada pasien di BPM Ny. ENDAH
WIENDIARTI, S.ST
7. Ny.“R” selaku pasien atas kerjasamanya yang baik.
8. Bapak, ibu atas cinta,dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga
Laporan Tugas Akhir ini selesai tepat pada waktunya.
9. Rekan seangkatan dan pihak-pihak terkait yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkan.
Madiun, Maret 2019
Penulis
vi
ABSTRAK
Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB
merupakan suatu kejadian yang fisiologis atau alamiah namun dalam prosesnya
dapat berkembang menjadi masalah atau kompikasi setiap saat yang dapat
membahayakan jiwa ibu dan bayi. Oleh karena itu penulis menggunakan
penyusunan laporan tugas akhir ini untk memberikan asuhan kebidanan
berkelanjutan (continuity of care) dan melakukan dokumentasi SOAP.
Metode yang diunakan penuis adalah asuhan kebidanan berkelanjutan
(continuity of care) di PMB Ny. Endah Wiendiarti, S.ST dan melalui
kunjungan rumah. Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny"R"
berlansung kurang lebih 7 minggu dari selma masa kehamilan TM III,
bersalin, nifas, neonatus sampai KB dengan frekuensi kunjungn hamil
sebanyak tiga kali, kunjungan persalinan sebanyak satu kali, kunjungan nifas
sebanyak tiga kali dan kunjungan neonatus sebanyak tiga kali dan kunjungan
KB sebanyak 3 kali. Pada Ny"R" proses kehamilan berjalan dengan
fisiologis, saat kunugan ANC ibu tidak mengeluhkan apapun. Proses
persalinan berlangsun dengan normal di PMB Ny. Endah Wiendiarti, S.ST
denan kala I fase selama 4 jam, kala II 30 menit, kala III 20 menit dan kala
IV 2 jam. Pada tanggal 01 Mei 2019 pukul 10.00 WIB telah lahir bayi
berjenis kelamin perempuan, lansun menangis, tonus otot baik, warna kulit
merah, BB 3000 gram dan PB 50 cm. Pada asuhan kebidanan masa nifas ibu
mengeluh nyeri pada bekas luka jahitan dan perut terasa mules namun sudah
teratasi denan asuhan kebidanan yang diberikan. Kunjungan KB dilakukan
vii
tiga kali, ada kunjungan pertama ibu mendapat penyuluhan menenai macam-
macam KB, kunjungan kedua menganjurkan ib untuk berdiskusi dengan
suami untuk pemilihan KB dan kunjungan ketiga ibu sudah memutuskan akan
menunakan KB IUD dan pilihanya didukung oleh suami.
Hasil asuhan kebidanan menunjukan bahwa Ny"R" pada masa hamil
sampai KB terdapat kesenjangan antara teori dan kasus nyata. Kesenjangan
tersebut terletak pada masa kehamilan pada kunjungan ANC kedua usia
kehamilan 29 minggu BB ibu tidak mengalami kenaikan, pada
pendokumentasian kunjungan nifas dan neonatus dalam buku KIA tidak
sesuai dengan panduan.
Asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care) yang teah
dilakukan pada Ny"R" didapatkan hasil pemeriksaan dalam batas normal dan
tidak ada penyulit yang menyerta. Diharapkan penulis selanjutnya dapat
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan asuhan kebidanan
secara COC yang dimulai pada ibu hamil TM III, sehingga menambah wawasan
dan sebagai proses persalinan, nifas, neonatus dan KB supaya tidak ada
kesenjangan antara yang diterapkan secara nyata dengan teori. Dan untuk
penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor yang mempenaruhi
penambahan berat badan pada ibu hamil dan cara pendokumentasian kunjungan
nifas dan neonatus dalam buku KIA yang sesuai dengan panduan.
Kata Kunci: Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas Dan KB
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................... i
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................ iv
Kata Pengantar .................................................................................................... v
Abstrak ............................................................................................................... vi
Daftar Isi.............................................................................................................. viii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ................................................................................................. xiv
Daftar Singkatan.................................................................................................. xv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 12
1.3 Tujuan Penyusunan Laporan Tugas Akhir .................................................... 13
1.4 Ruang Lingkup .............................................................................................. 14
1.5 Manfaat ......................................................................................................... 15
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 17
2.1 Kehamilan ..................................................................................................... 17
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan ..................................................................... 17
A. Pengertian Kehamilan ........................................................................... 17
B. Fisiologi Kehamilan .............................................................................. 18
C. Tanda dan Gejala Kehamilan ................................................................ 21
D. Perubahan Fisiologi Kehamilan ............................................................ 25
E. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil ................................................... 29
F. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil .................................................................. 31
G. Tanda Bahaya Kehamilan ..................................................................... 34
H.Gangguan Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Dan Cara Mengatasi ..... 37
I. ANC Terpadu .......................................................................................... 46
J. Kunjungan Kehamilan ............................................................................ 48
K. Kartu Skor Poedji rochjati ..................................................................... 49
2.1.2 AsuhanKebidanan pada Kehamilan ..................................................... 53
2.2 Persalinan ...................................................................................................... 97
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan...................................................................... 97
A. PengertianPersalinan ............................................................................. 97
B. Jenis Persalinan ..................................................................................... 98
C. Teori Terjadinya Persalinan .................................................................. 99
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan ..................................... 100
E. Fisiologi Persalinan ............................................................................... 104
F. Penapisan ibu bersalin........................................................................... 116
G. Lima Benang Merah Dalam Persalinan ................................................ 117
H. Persiapan yang Harus Dilakukan Dalam Melakukan Rujukan ............. 127
I. Standar Pertolongan Persalinan ............................................................ 128
J. Partograf ................................................................................................ 128
ix
2.2.2 Asuhan Kebidanan pada Persalinan ........................................................... 141
2.3 Nifas .............................................................................................................. 171
2.3.1 Konsep Dasar Nifas.............................................................................. 171
A. Pengertian Nifas .................................................................................... 171
B. Fisiologi Nifas ....................................................................................... 171
C. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas ................................................................... 180
D. Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas.................................................... 184
E. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas ............................................................ 186
F. Kunjungan Pada Masa Nifas .................................................................. 198
2.3.2 Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas ................................................... 201
2.4 Neonatus ........................................................................................................ 225
2.4.1 Konsep Dasar Neonatus ....................................................................... 225
A. Pengertian Neonatus .............................................................................. 225
B. klasifikasi bayi baru lahir ...................................................................... 225
C. Ciri-ciri BBL Normal ............................................................................ 227
D. Fisiologi Neonatus ................................................................................ 228
E. Masa Transisi Pada Bayi Baru Lahir 236
F. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir ......................................................... 238
G. Pemeriksaan Antropometri .................................................................... 240
H. Pemeriksaan Neurologis ........................................................................ 241
I. Kunjungan Neonatus............................................................................... 243
J. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Neonatus .................................. 246
K. Tanda tanda bahaya pada BBL............................................................... 247
L. Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Usia 0-3 Bulan ........................ 248
2.4.2 Asuhan Kebidanan pada Neonatus ...................................................... 252
2.5 Kontrasepsi Pasca Salin ................................................................................ 272
2.5.1 Konsep Dasar Kontrasepsi ................................................................... 272
A. Pengertian .............................................................................................. 272
B. Macam-macam Alat Kontrasepsi .......................................................... 275
C. Penapisan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal .................. 290
D. Waktu Untuk Melakukan Kontrasepsi .................................................. 291
E. Langkah – Langkah Konseling KB SATU TUJU .................................. 292
2.5.2 Asuhan Kebidanan Kontrasepsi Pasca Salin ............................................... 295
BAB 3 TINJAUAN KASUS ............................................................................... . 307
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil .................................................... .... 307
3.1.1 Kunjungan ANC I ........................................................................ .... 307
A. Data Subjektif ................................................................................ .... 307
B. Data Objektif ................................................................................. .... 315
C. Analisa .......................................................................................... .... 320
D. Penatalaksanaan ........................................................................... .... 321
3.1.2 Kunjungan ANC II ........................................................................ .... 322
A. Data Subjektif ................................................................................ .... 322
B. Data Objektif ................................................................................. .... 323
C. Analisa .......................................................................................... .... 326
D. Penatalaksanaan ............................................................................ .... 326
x
3.1.3 Kunjungan ANC III ....................................................................... 327
A. Data Subjektif ................................................................................ 327
B. Data Objektif ................................................................................. 328
C. Analisa .......................................................................................... 331
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 331
3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin .................................................. 332
3.2.1 Kala I Fase Aktif ........................................................................... 332
A. Data Subjektif ................................................................................ 332
B. Data Objektif ................................................................................. 333
C. Analisa .......................................................................................... 337
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 337
3.2.2 Kala II ............................................................................................ 339
A. Data Subjektif ................................................................................ 339
B. Data Objektif ................................................................................. 339
C. Analisa .......................................................................................... 340
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 340
3.2.3 Kala III ........................................................................................... 347
A. Data Subjektif ................................................................................ 347
B. Data Objektif ................................................................................. 348
C. Analisa .......................................................................................... 348
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 348
3.2.4 Kala IV........................................................................................... 350
A. Data Subjektif ................................................................................ 350
B. Data Objektif ................................................................................. 351
C. Analisa .......................................................................................... 351
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 351
3.3 Asuhan Kebidanan Nifas...................................................................... 354
3.3.1 Kunjungan 1 (6 Jam post patum) .................................................. 354
A. Data Subjektif ................................................................................ 354
B. Data Objektif ................................................................................. 355
C. Analisa .......................................................................................... 357
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 357
3.3.2 Kunjungan II (7 hari post partum) ............................................... 359
A. Data Subjektif ................................................................................ 359
B. Data Objektif ................................................................................. 360
C. Analisa .......................................................................................... 362
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 362
3.3.3 Kunjungan III (29 Hari post partum) ........................................... 363
A. Data Subjektif ................................................................................ 363
B. Data Objektif ................................................................................. 363
C. Analisa .......................................................................................... 364
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 364
3.4 Asuhan Kebidanan pada Neonatus ....................................................... 365
3.4.1 Kunjungan Neonatus 1 (6 Jam post partum) ................................ 365
A. Data Subjektif ................................................................................ 365
B. Data Objektif ................................................................................. 370
xi
C. Analisa .......................................................................................... 374
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 374
3.4.2 Kunjungan Neonatus II ................................................................. 375
A. Data Subjektif ................................................................................ 375
B. Data Objektif ................................................................................. 376
C. Analisa .......................................................................................... 378
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 378
3.4.3 Kunjungan Neonatus III ............................................................... 379
A. Data Subjektif ................................................................................ 379
B. Data Objektif ................................................................................. 380
C. Analisa .......................................................................................... 380
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 380
3.5 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana .............................................. 381
3.5.1 Kunjungan Keluarga Berencana I ................................................. 381
A. Data Subjektif ................................................................................ 381
B. Data Objektif ................................................................................. 381
C. Analisa .......................................................................................... 382
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 382
3.5.2 Kunjungan Keluarga Berencana II ............................................... 385
A. Data Subjektif ................................................................................ 385
B. Data Objektif ................................................................................. 385
C. Analisa .......................................................................................... 386
D. Penatalaksanaan ............................................................................ 386
3.5.2 Kunjungan Keluarga Berencana III ............................................... 387
E. Data Subjektif ................................................................................ 387
F. Data Objektif ................................................................................. 387
G. Analisa .......................................................................................... 387
H. Penatalaksanaan ............................................................................ 387
BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................. 389
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. . 401
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 404
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Petumbuhan dan Pekembangan Janin .............................................. 20
Tabel 2.2 Perubahan uterus pada ibu hamil ..................................................... 25
Tabel 2.3 Perubahan pada payudara................................................................. 27
Tabel 2.4 Kebutuhan makanan ibu hamil dan tidak hamil .............................. 31
Tabel 2.5 Imunisasi TT .................................................................................... 69
Tabel 2.6 Rekomendasi Penambahan Berat Badan Berdasarkan IMT ............ 79
Tabel 2.7 Usia kehamilan berdasarkan TFU .................................................... 84
Tabel 2.8 Tafsiran Berat Janin Menurut Usia Kehamilan ............................... 87
Tabel 2.9 Pembukaan serviks pada primigravida dan multigravida ................ 107
Table 2.10 Penapisan ibu bersalin .................................................................... 117
Tabel 2.11 Penurunan Kepala Janin Menurut Sistem Perlinan ........................ 158
Tabel 2.12 Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi dalam Persalinan .... 166
Tabel 2.13 Lochea berdasarkan waktu dan warna ........................................... 180
Tabel 2.14 Kunjungan pada Masa Nifas .......................................................... 199
Tabel 2.15 Tinggi dan Berat Uterus Pada Masa Nifas ..................................... 219
Tabel 2.16 Kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus ........................ 239
Tabel 2.17 Penurunan Berat Badan Sesuai Umur ........................................... 258
Tabel 2.18 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Hormonal ........................... 290
Tabel 2.19 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Nonhormonal ..................... 290
Tabel 2.20 Waktu untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui ............ 291
Tabel 2.21 Waktu untuk memulai kontrasepsi pada wanita tidak menyusui ... 291
Tabel 3.1 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. ...................... 310
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses terjadinya kehamilan ......................................................... 19
Gambar 2.2 Kartu Skor Poedji Rochdjati ........................................................ 52
Gambar 2.3 Pembukaan serviks ...................................................................... 108
Gambar 2.4 Penurunan kepala janin melewati gelang serviks.. ....................... 114
Gambar 2.5 Lembar depan partograf ............................................................... 137
Gambar 2.6 Lembar belakang partograf .......................................................... 140
Gambar 2.7 Kurva Lunchenco ......................................................................... 227
Gambar 2.8 Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap ................................................ 245
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan .................................................................... 407
Lampiran 2 Informed Consent ....................................................................... 408
Lampiran 3 Identitas Keluarga ......................................................................... 409
Lampiran 4 Kspr ............................................................................................. 410
Lampiran 5 Catatan Kesehatan Ibu Hamil ....................................................... 411
Lampiran 6 P4k ................................................................................................ 413
Lampiran 7 Penapisan Ibu Bersalin ................................................................. 414
Lampiran 8 Partograf ....................................................................................... 415
Lampiran 9 Surat Keterangan Lahir ................................................................. 417
Lampiran 10 Catatan Kesehatan Ibu Bersalin .................................................. 418
Lampiran 11 Kunjungan Ibu Nifas .................................................................. 419
Lampiran 12 Kunjungan Neonatus .................................................................. 421
Lampiran 13 Lingkar Kepala ........................................................................... 422
Lampiran 14 Pelayanan Esensial BBL ............................................................. 423
Lampiran 15 Tumbuh Kembang ...................................................................... 424
Lampiran 16 grafik BB menurut PB ................................................................ 425
Lampiran 17 Lembar Imunisasi ....................................................................... 426
Lampiran 18 Penapisan KB Non Hormonal .................................................... 427
Lampiran 19 SAP Persiapan dan tanda-tanda Persalinan ................................ 428
Lampiran 20 SAP Tanda Bahaya Pada Masa Nifas ........................................ 434
Lampiran 21 SAP Perawatan Bayi Di Rumah ............................................... 437
Lampiran 22 SAP Tanda-tanda Bahaya pada BBL ........................................ 446
Lampiran 23 SAP Jenis-Jenis KB ................................................................... 449
Lampiran 24 Lembar Konsul ........................................................................... 457
Lampiran 25 Bimbingan LTA .......................................................................... 459
Lampiran 26 Dokumentasi ............................................................................... 460
xv
DAFTAR SINGKATAN
AIDS : Acquired Immuno Deficiency Virus
AKB : Angka kematian bayi
AKDR : Alat kontrasepsi bawah rahim
AKI : Angka kematian ibu
ANC : Antenatal Care
ASI : Air susu ibu
BAB : Buang air besar
BAK : Buang air kecil
BB : Berat badan
BBL : Bayi baru lahir
BBLR : Berat badan lahir rendah
BBMK : Bayi besar untuk masa kehamilan
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BMI : Body Mass Index
CST : Contraction Stress Test
DJJ : Denyut jantung janin
DM : Diabetes Melitus
DMPA : Depo Medroxy Progesterone Asetat
DTT : Desinfeksi tingkat tinggi
EDC : Estimated Date of Confinement
EDD : Estimated Date of Delivery
FAS : Fetal Alcohol Syndrome
FSH : Follicle Stimulating Hormone
Hb : Haemoglobin
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HPHT : Hari pertama haid terakhir
HPL : Hari perkiraan lahir
IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
INC : Intra Natal Care
ISPA : Infeksi Saluran pernapasan akut
IUD : Intra Uterine Device
K1 : Kunjungan satu/pertama
K4 : Kunjungan keempat
KB : Keluarga berencana
KEK : Kurang energy kronis
KPD : Ketuban pecah dini
KU : Keadaan umum
LH : Luteinizing Hormone
LILA : Lingkar lengan atas
Linakes : Persalinan oleh tenaga kesehatan
MAL : Metode Amenore Laktasi
MDGs : Melenium Development Goals
MTCT : Mother To Child Transmitio
NST : Non Stress Test
xvi
PAP : Pintu atas panggul
PB : Panjang badan
PID : Pelvic Inflammatory Disease
PNC : Puerperium Natal Care
PUS : Pasangan usia subur
SDKI : Survey demografi dan kesehatan Indonesia
SIDS : Sudden Infant Death Syndrome
TBC : Tuberculosis
TBJ : Tafsiran berat janin
TD : Tekanan darah
TFU : Tinggi fundus uteri
TM : Trimester
TT : Tetanus Toxoid
TTV : Tanda-tanda vital
USG : Ultra sono grafi
WHO : World health organization
WUS : Wanita Usia Subur
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan alat
kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Kehamilan
dimulai dari konsepsi sampai dengan lahirnya janin yang melibatkan
perubahan fisik dan emosi dari ibu serta perubahan sosial dalam keluarga.
Pemeriksaan dan pengawasan secara berkesinambungan dan komprehensif
sejak masa kehamilan, persalinan, nifas, neonatus sampai dengan keluarga
berencana mutlak diperlukan, karena gangguan kesehatan yang dialami oleh
seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin
dikandungan, saat kelahiran hingga masa pertumbuhan dan nifas. Namun,
pada kenyataannya pelayanan antenatal belum dilakukan secara
berkesinambungan (Saifuddin, 2009).
Saat ini masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu
masalah kesehatan yang menyita perhatian dunia. Hal ini disebabkan karena
Angka Kematian Ibu (AKI) maupun Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat derajat
kesehatan dunia. Terdapat berbagai komponen yang berpengaruh terhadap
proses kematian ibu diantaranya kehamilan, persalinan atau komplikasinya,
dan masa nifas. (Saifuddin, 2010). Pelayanan atau asuhan antenatal
merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu
2
hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan abnormal. Ibu hamil
sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin untuk
mendapatkan pelayanan atau asuhan antenatal yang bertujuan untuk
memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi (Saifuddin, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO, 2015) jumlah AKI di
Indonesia sangat tinggi. Di Indonesia capaian AKI 2015 sebesar 305 per
100.000 KH, AKB sebesar 22,23 per 1000 KH. Sedangkan target AKI
Millenium Development Gold (MDGs) 2015 yaitu AKI sebesar 102 per
100.000 KH dan AKB 23 per 1.000 KH. Sustainable Development Gold
(SDGs) 2030 yaitu sebesar 70 per 100.000 KH dan AKB 12 per 1000 KH,
jadi di Indonesia AKI dan AKB tahun 2015 dapat disimpulkan AKI di
Indonesia belum memenuhi target MDGs maupun SDGs dan AKB di
Indonesia sudah memenuhi target MDGs tetapi belum memenuhi target
SDGs (Kemenkes RI, 2016).
Sementara itu di Jawa Timur pada tahun 2017, AKI mencapai 91,92 per
100.000 KH dari Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2016 yang mencapai 91 per 100.000 KH. Penyebab tertinggi kematian ibu
pada tahun 2017 adalah penyebab lain-lain yaitu 29,11% atau 154
orang, Pre Eklamsi / Eklamsi yaitu sebesar 28,92% atau sebanyak 153
orang dan perdarahan yaitu 26,28% atau sebanyak 139. Angka Kematian
Bayi (AKB) pada Tahun 2017 pada 23,1 per 1.000 KH (angka estimasi dari
3
BPS Provinsi), Angka Kematian Bayi Jatim sampai dengan tahun 2017 masih
diatas target Nasional (Supas) yaitu 32 per 1.000 KH (Dinkes Jatim, 2017).
Sehingga dapat disimpulkan AKI dan AKB di Jawa Timur belum
memenuhi target MDGs sebesar 102∕100.000 KH. Berdasarkan data
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
capaian cakupan ibu hamil K1 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 adalah
98,2% Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 yaitu
89,53%. Capaian ibu hamil K4 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 adalah
89,9 %. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 yaitu
89,5 %. Provinsi Jawa Timur untuk indikator K4 belum mencapai target,
indikator K4 termasuk indikator SPM (Standar Pelayanan Minimal), target
adalah 100% (Dinkes Jatim,2017).
Menurut data yang tercacat di Kabupaten Madiun capaian AKI pada
tahun 2017 sebesar 157 per 100.000 KH angka ini meningkat dibanding tahun
2016 yaitu 109 dan angka ini belum mencapai target Kabupaten tahun 2017
dan target MDG’S sebesar 102/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2017
kejadian kematian ibu terbanyak terjadi di Wilayah Kerja Puskesmas
Pilangkenceng sebanyak 3 kasus , di wilayah kerja Puskesmas Bangunsari,
Mojopurno, Gemarang dan Jiwan masing- masing sebanyak 2 kasus, disusul
wilayah kerja Puskesmas Geger, Wungu, dan Saradan masing-masing 1 kasus
kematian ibu. Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa
penyebab AKI Tahun 2017 yang terbanyak adalah preekslamsia dan
eklamsi 5 kasus, kemudian emboli air ketuban 3 kasus, Jantung terdapat 2
4
kasus, sedangkan Odem paru, HIV, Pendarahan dan Sepsis terdapat 1 Kasus.
Sedangkan AKB pada tahun 2017 sebesar 7,3 per 1000 KH, angka ini
menurun di banding tahun sebelumnya yaitu 8,72 dan ini sudah mencapai
target MDG’S. Penyebab kematian bayi (neonatal) disebabkan karena Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebesar 45,2% (19 kasus), asfiksi 33,3% (14
kasus), sepsis 11,9% (1 kasus), kelainan congenital 3% (3 kasus) dan lain -
lain (5 kasus). Angka Kematian Bayi tertinggi terjadi di Wilayah Kerja
Puskesmas Bangunsari dan Wungu masing – masing sebanyak 6 kasus.
Sedangkan K1 di Kabupaten Madiun tahun 2017 sebesar 97,47% dari 10.167
ibu hamil. Sedangkan cakupan K4 di Kabupaten Madiun tahun 2017 sebesar
90.40% dari 10.167 ibu hamil. Cakupan K4 ini telah mencapai target SPM
sebesar 90.40% (Dinkes Kabupaten Madiun, 2017).
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada Tahun 2017 yaitu
persalinan oleh tenaga kesehatan 8.855 kelahiran atau sebesar atau sebesar
91.24%. Cakupan ini menurun dari capaian Tahun 2016 sebesar 93%.
Cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Madiun pada Tahun 2017 adalah
sebesar 91.3%, sedangkan KN lengkap 2017 sebesar 94.4% menurun
dibandingkan Tahun 2016 sebesar 95.9%, Sedangkan Cakupan ibu nifas
mendapat vitamin A pada Tahun 2017 sebesar 89.58%. cakupan neonates
pada tahun 2017 sebesar 77.63% menurun dibandingkan Tahun 2016 sebesar
86%. Cakupan pelayanan KB Aktif di Kabupaten Madiun Tahun 2017
sebesar 93,85 % meningkat dari Tahun 2016 sebesar 86,2%. (Dinkes
Kabupaten Madiun, 2017).
5
Capaian cakupan ibu hamil K4 Indonesia adalah 87,30% dari target
resentra 76% sedangkan capaian cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan (PN) untuk Indonesia 83,67% secara nasional indikator
tersebut telah memenuhi target renstra yang sebesar 79%. Cakupan
pelayanan nifas (KF) untuk Indonesia 87,36%. Kelas ibu hamil memiliki
target renstra 84% dan cakupan sebesar 93,76% telah memenuhi target
renstra. P4k memiliki target renstra 88% dan cakupan sebesar 91,94% telah
memenuhi target renstra. Pelayanan kontrasepsi memiliki cakupan 63,22%.
KN 1 di Indonesia memiliki target renstra 81% dengan cakupan 92,62%
yang berarti telah memenuhi target (Kemenkes RI ,2017).
Capaian cakupan ibu hamil K1 Provinsi Jawa Timur pada tahun
2017 adalah 98,2% dari target 100% sedangkan, capaian cakupan ibu hamil
K4 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 adalah 89,9% angka ini
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016 sebesar 89,5%. Capaian
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) untuk Provinsi
Jawa Timur pada tahun 2017 mencapai 94,6 % angka ini mengalami
penurunan di bandingakan tahun 2016 yang mencapai 95,1% cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan (PF) pada
tahun 2017 mencapai 94,1%, sedangkan pada tahun 2016 sebesar 94,2%.
Cakupan pelayanan nifas (KF) untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017
adalah sebesar 92,44% angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun
2016 yaitu 95%. Cakupan KN lengkap 2017 sebesar 96,7% angka ini
mengalami penurunan dibadingkan tahun 2016 97,75%. Cakupan KB aktif
6
provinsi jawa timur tahun 2017 sebesar 75,3%, angka ini mengalami
kenaikan dibandingkan tahun 2016 yaitu 68,79%. Sedangkan untuk KB baru
mengalami penurunan dari tahun 2016 sebesar 10,4 menjadi 8,6% ditahun
2017 dan metode KB yang mendominasi adalah NON MKJP/Non metode
kontrasepsi jangka panjang yaitu metode suntik dan pil (Dinkes jatim 2017).
Sehingga bisa diambil kesimpulan untuk kunjungan K1 dan K4 masih ada
kesenjangan, dimana cakupan K1 lebih besar dari pada cakupan K4. Untuk
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) bila dibandingkan dengan
cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (PF)
terjadi kesenjangan, dimana cakupan PN lebih besar dari pada cakupan PF
dan cakupan KF, KN lengkap dan KB baru mengalami penurunan.
K1 di Kabupaten Madiun tahun 2017 sebesar 97,47% dari 10.167
ibu hamil. Sedangkan cakupan K4 di Kabupaten Madiun tahun 2017 sebesar
90,40% dari 10.167 ibu Hamil. Cakupan K4 ini telah mencapai target
Standart Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 90,40%. Untuk cakupan
persalinan oleh nakes di Kabupaten Madiun tahun 2017 mencapai 91,24%
dari 8.8556 kelahiran. Cakupan ini menurun dari capaian tahun 2016 sebesar
93%. Cakupan Pelayanan Nifas di Kabupaten Madiun 2017 sebesar 91,3%
masih dibawah target SPM sebesar 95% (Dinkes Kabupaten Madiun, 2018).
Cakupan Kunjungan Neonatal 1 di kabupaten Madiun tahun 2017 sebesar
96%, sedangkan KN lengkap 94,4% dari target 95%. Cakupan kunjungan
bayi pada tahun 2017 sebesar 101,83%. Cakupan Pelayanan KB aktif di
Kabupaten Madiun tahun 2017 sebesar 93,85% meningkat dari tahun 2016
7
sebesar 86,2 % dan KB Baru sebesar 8,65%, (Dinkes Kabupaten Madiun,
2018).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dampak
Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), di samping Angka Kematian
Bayi (AKB). AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan
pembangunan daerah dan juga digunakan sebagai salah satu
pertimbangan dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
(Dinkes provinsi Jatim,2017)
Keberhasilan pelayanan kebidanan untuk meninkatkan kesehatan ibu dan
anak dapat diketahui dari target cakupan KI dan K4 pada Ibu hamil, cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan, cakupan kunjungan neonatus dan nifas
serta cakupan pelayanan KB oleh tenaga kesehatan (Dinkes Jatim, 2017).
Berdasarkan data diatas terdapat kesenjangan cakupan K1 dan K4,
persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan ibu nifas dan KB baru yang
masih dibawah target. Meskipun banyak ibu hamil yang pernah
memeriksakan kehamilannya ke tenaga medis, namun masih banyak
persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis, khususnya yang terjadi di
pedesaan (Eny, 2011). Didaerah pedesaan sangat memegang teguh tradisi,
mereka lebih menyukai melahirkan dibantu dukun, alasan menggunakan
dukun karena murah, tradisi masyarakat, lebih membutuhkan dukun, akses
kepelayanan kesehatan sulit, persepsi terhadap pengetahuan dan
keterampilan tenaga kesehatan dianggap kurang dibanding dukun (Titately,
2010). Alasan lain adalah bidan lebih cepat meninggalkan ibu dan bayi
8
dibandingkan dengan dukun bayi, bidan sibuk dan buru-buru pergi setelah
membantu persalinan, tak mengunjungi ibu dan bayi baru lahir yang
ditolong dukun bayi, serta tidak member konseling (Rahmawati, 2008).
Masalah masih belum tercapainya cakupan K1 dan K4 di Kabupaten
Madiun tahun 2017 dapat menimbulkan dampak yang mungkin timbul jika
tidak diberikan asuhan Kebidanan adalah menyebabkan kematian ibu pada
saat bersalin dan nifas serta dapat menyebabkan kematian bayi, dampak lain
yang dapat terjadi selama masa kehamilan misalnya adanya anemia pada
kehamilan, kehamilan dengan resiko tinggi, perdarahan antepartum, pre-
eklamsia, Ketuban Pecah Dini (KPD) sehingga dapat menggangu proses
persalinan, serta tidak diketahuinya penyakit yang dapat mengganggu proses
kehamilan dan persalinan. Dalam masa nifas dapat terjadi kelainan seperti
infeksi kala nifas, perdarahan kala nifas sekunder, bendungan ASI, mastitis,
abses payudara serta kelainan lain yang dapat mempengaruhi masa nifas.
Dampak yang dapat terjadi pada bayi bila ibu hamil tidak melakukan asuhan
yang berkualitas adalah asfiksi neonatorum, perlukan kelahiran persalinan,
kelainan kongenital, infeksi neonatorum, berat bayi dapat Lahir Rendah
(BBLR) dan kematian perinatal. Dampak yang terjadi pada ibu ber KB, ibu
dapat mengalami infeksi (Manuaba, 2012).
Berdasarkan data diatas terdapat kesenjanan antara K1 dan K4. Adanya
Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 bisa diartikan karena masih banyak
ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal
9
tetapi tidak meneruskan hingga kunjungan ke-4 pada triwulan ke-3 sehingga
kehamilannya lepas dari pemantauan petugas kesehatan.
Masalah yang sering terjadi yaitu kematian ibu disebabkan oleh
eklamsia, perdarahan, jantung, meningitis, emboli air ketuban, ruptur uteri,
abses perineal . Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia), sepsis,
kelainan congenital, dan aspirasi. Penyebab tidak langsung kematian ibu dan
bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial
ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang
kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut
mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan,
terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan
pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu
banyak, terlalu rapat jarak kelahiran). Keterlambatan pengambilan keputusan
di tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda
bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengatasinya di tingkat keluarga (Depkes RI, 2016).
Pemerintah mengeluarkan berbagai upaya dalam menanggulangi masalah
tersebut. Diantaranya dengan penempatan bidan di desa yang bertujuan untuk
mendekatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Melalui program ANC terpadu yaitu pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil dengan program lain yang
memerlukan intervensi selama kehamilannya, antisipasi defisiensi gizi dalam
10
kehamilan, eliminasi sifilis congenital. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke
bayi, pencegahan malaria dalam kehamilan, pencegahan kecacingan dalam
kehamilan, dan penatalaksanaan dalam kehamilan (ANC). Serta diadakan
pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang salah satu komponennya
adalah manajemen aktif kala III untuk mencegah perdarahan persalinan.
Upaya dalam meningkatkan kesehatan ibu nifas berupa pemberian kapsul
vitamin A 200.000 IU sebanyak (2x24jam), serta pelayanan kesehatan pada
neonates pemberian vitamin K, salep mata, imunisasi hepatitis B pada bayi
baru lahir,dan minimal 3x yaitu dua kali pada usia 0-7 hari dan satu kali pada
usia 8-28 hari atau disebut KN lengkap, Kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi wanita adalah program KB pasca salin untuk
mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran dan pelatihan CTU
untuk bidan selain itu upaya provinsi jawa timur beberapa target MDG’s
sudah terlampaui (Dinkes Jatim, 2017).
Penulis telah melakukan pengambilan data di PMB Ny.Endah
Wiendiarti S.ST tahun 2019. Dari hasil survey didapatkan jumlah cakupan
K1 sejumlah 115 dan K4 186, Intranatal Care sebanyak 66 orang, persalinan
yang dirujuk 13 orang dengan penyebab tertinggi rujukan yaitu 30 melahirkan
di RS tanpa indikasi, 23 kurang bulan, 17 CPD,15 sungsang, 9 KPD, dan 6
pindah rumah. KN sebanyak 66 bayi, KF sebanyak 66 orang. Ibu yang
menggunakan kontrasepsi IUD 22 orang. Implant sebanyak 15 orang, KB
Suntik 1 bulan sebanyak 215 orang, KB Suntik 3 Bulan sebanyak 217 orang
11
dan KB pil sebanyak 12 orang. Selain itu tidak ada kematian ibu dan bayi
pada tahun 2018 (Data Primer 2019).
Continuity of care mempunyai arti bahwa seorang wanita
mengembangkan kemitraan dengan bidan untuk menerima asuhan selama
masa kehamilan, masa persalinan,dan masa nifas. Continuity of care
memastikan ibu dan bayi mendapatkan asuhan yang terbaik dari bidan pada
seluruh periode kehamilan dan melahirkan. Hasil dari studi menemukan
bahwa kontinuitas asuhan (Continuity of care) bidan dapat mengurangi
intervensi obstetric selama persalinan dan tidak ada kematian ibu sesuai
dengan tujuan MDGs 4 dan MDGs 5 yaitu menurunkan angka kematian ibu
dan bayi. Asuhan yang berkesinambungan mengakui bahwa melahirkan yang
aman sangat penting untuk kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak.
Continuity of care merupakan hal yang mendasar dalam model praktik
kebidanan untuk memberikan asuhan holistik, membangun kemitraan yang
berkelanjutan untuk memberikan dukungan, dan membina hubungan saling
percaya antara bidan dan klien. Continuity of care dapat diberikan melalui tim
bidan yang berbagi beban kasus, yang bertujuan untuk memastikan bahwa ibu
menerima semua asuhanya dari satu bidan atau tim praktiknya. Bidan dapat
bekerja sama secara mutidisiplin dalam meakukan konsultasi dan rujukan
dengan tenaga kesehatan lainnya (Astuti dkk, 2017).
Pelaksanaan asuhan yang berkesinambungan sesuai siklus kehidupan
dilakukan mulai dari pasangan usia subur dan wanita usia subur yang
merupakan asuhan prakonsepsi : setelah menikah dan hamil dilakukan
12
pelayanan selama kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir :
pemberian pelayanan bagi bayi dan balita disebut program 1.000 hari pertama
kehidupan, serta pelayanan bagi anak sekolah dasar (SD), remaja sampai
lansia (Astuti dkk, 2017).
Berdasarkan upaya untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas
maka penulis tertarik dalam meningkatkan asuhan kebidanan Asuhan
kebidanan berkelanjutan (continuity of care) di Ny.Endah Wiendiarti S.ST
yaitu pemberian asuhan kebidanan sejak kehamilan, bersalin, nifas, neonatus
hingga memutuskan menggunakan KB ini bertujuan sebagai upaya untuk
membantu memantau dan mendeteksi adanya kemungkinan timbulnya
komplikasi yang menyertai ibu dan bayi dari masa kehamilan sampai ibu
menggunakan KB. Merupakan strategi kesehatan yang efektif primer
memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam mengambilkan
keputusan tentang kesehatan mereka dan perawatan mereka dan Adapun
tujuan dari persalinan, masa nifas dengan baik (IBI 2012).
1.2 Identifikasi Masalah
Asuhan Kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil TM III, bersalin,
masa nifas, neonatus dan Keluarga Berencana secara continuity of care.
Asuhan ini diberikan secara berkelanjutan dimulai dari Ante Natal Care
(ANC), pemantauan Intra Natal Care (INC), kunjungan Puerperium Natal
Care (PNC), perawatan neonatus, dan KB.
13
1.3 Tujuan Penyusunan Laporan Tugas Akhir
1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan yang
dilakukan secara continuity of care pada ibu hamil TM III, bersalin,
nifas, neonatus dan Keluarga Berencana dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2 Tujuan khusus
Setelah study kasus mahasiswa diharapkan mamapu:
1. Memberikan asuhan kebidanan pada kehamilan meliputi:
pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan asuhan,
melaksanakan asuhan dan evaluasi asuhan dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan.
2. Memberikan asuhan kebidanan pada persalinan meliputi:
pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan asuhan,
melaksanakan asuhan dan evaluasi asuhan dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan.
3. Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas meliputi:
pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan asuhan,
melaksanakan asuhan dan evaluasi asuhan dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan.
4. Memberikan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir (BBL)
meliputi: pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan
14
asuhan, melaksanakan asuhan dan evaluasi asuhan dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan.
5. Memberikan asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana
meliputi: pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan
asuhan, melaksanaktan asuhan dan evaluasi asuhan dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu hamil TM III
(28-38 minggu), bersalin, nifas, neonatus, dan pelayanan KB.
1.4.2 Tempat
Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan di
Praktek Mandiri Bidan (PMB) Ny.Endah Wiendiarti S.ST
1.4.3 Waktu
Waktu yang diperlukan mulai dari penyusunan proposal sampai
memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan dimulai dari
ibu hamil trimester III, saat bersalin, selama masa nifas, neonatus dan
Keluarga Berencana adalah pada bulan Februari – Agustus 2019.
15
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat teoritis
Untuk mengembangkan pemberian asuhan kebidanan dan
memperoleh hasil dari asuhan kebidanan secara continuity of care
mulai hamil TM III, bersalin, nifas, neonatus dan Keluarga Berencana.
1.5.2 Manfaat praktis
1. Bagi pasien dan keluarga
Mendapatkan informasi tentang kehamilan TM III,
persalinan, nifas, neonatus dan KB pasca salin dan ibu
mendapatkan pelayanan kebidanan secara continuity of care mulai
dari kehamilan TM III, persalinan, nifas, neonatus dan KB
pascasalin.
2. Bidan dan PMB Ny. Endah Wiendiarti S.ST
Mengetahui perkembangan aplikasi asuhan kebidanan
continuity of care mulai kehamilan TM III, bersalin, nifas,
neonatus dan Keluarga Berencana secara nyata dilapangan dan
sesuai teori yang ada, serta dapat dijadikan sebagai bahan bacaan
dan referensi untuk lahan praktek.
3. Civitas STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan tentang asuhan
kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil TM III,
bersalin, nifas, neonatus dan KB pascasalin.
16
4. Penulis
Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan dan pengetahuan
mahasiswi dalam memberikan asuhan kebidanan secara
berkesinambungan (continuity of care) pada ibu hamil, bersalin,
nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana agar menajadi bidan
professional.
17
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
A. Pengertian
1. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan
kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan
ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2009).
2. Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280
sampai 300 hari atau 37 sampai 42 minggu. Kehamilan dibagi menjadi
tiga triwulan, yaitu triwulan pertama (0 sampai 12 minggu), triwulan
kedua (13 sampai 28 minggu), triwulan ketiga (29 sampai 42 minggu)
(Manuaba, 2013)
3. Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri
dari ovulasi, migrasi spermatozoa, ovum, konsepsi, dan pertumbuhan
zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2012).
18
B. Fisiologi Kehamilan
1. Perkembangan janin
Menurut Manuaba (2012) proses kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari
a. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau
fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung
sebagai berikut :
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi diliputi oleh korona
radiata yang mengandung persediaan nutrisi.
2) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah
sitoplasma yang disebut vitelus.
3) Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona
pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus melalui saluran pada
zona pelusida. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba tempat
yang paling luas, dindingnya penuh jonjot sel yang mempunyai
silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama dalam ampula tuba.
4) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
b. Proses Nidasi atau Implantasi
Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa, terbentuk
zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya
menjadi dua dan seterusnya. Bersamaan dengan pembelahan inti, hasil
konsepsi terus berjalan menuju uterus. Hasil pembelahan sel
19
memenuhi seluruh ruangan dalam ovum dan disebut stadium morula.
Pembelahan berjalan terus dan di dalam morula berbentuk ruangan
yang mengandung cairan yang disebut blastula. Perkembangan dan
pertumbuhan berlangsung, blastula dengan vili korealisnya yang
dilapisi sel trofoblas telah siap untuk mengadakan nidasi. Sel trofoblas
yang meliputi ”primer vili korealis” melakukan destruksi enzim
proteolitik sehingga dapat menanamkan diri dalam endometrium.
Proses penanaman blastula yang disebut nidasi atau implantasi terjadi
pada hari ke-6 sampai 7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya
blastula ke dalam endometrium mungkin terjadi perdarahan yang
disebut tanda Hartman. Proses terjadinya kehamilan dapat dilihat
digambar 2.1
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Kehamilan
Sumber : Manuaba, 2013.Ilmu Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan
20
c. Pembentukan Plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding
depan atau belakang. Pada blastula penyebaran sel trofoblas yang
tumbuh tidak rata, sehingga blastula dengan inner cell mass akan
tertanam dalam endometrium sampai terjadi pembentukan plasenta
yang berasal dari primer vili korialis.
Terjadinya nidasi (implantasi) mendorong sel blastula
mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan eksoselom
membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telur)
sedangkan sel lain membentuk “ektoderm” dan ruangan amnion. Plat
embrio (embryonal plate) terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang
amnion dan kantong yolk salc. Berikut merupakan tabel pertumbuhan
dan perkembangan janin (Manuaba,2012)
Tabel 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
Usia
Kehamilan
Panjang
Janin Ciri Khas
4 minggu 7,4-10mm 1. Rudimenter:hidung,telinga,dan mata
8 minggu 2,5 cm 1. Kepala fleksi ke dada
2. Hidung, kuping dan jari terbentuk
12 minggu 9cm 1. Kuping lebih jelas
2. Kelopakmata terbentuk
3. Genetalia eksterna terbentuk
16minggu 16-18cm 1. Genitaljelas terbentuk
2. Kulit merah tipis,Uterus telah penuh, desidua,
parietalis
20 minggu 25cm 1. Kulit tebal dengan rambut lanugo
2. Kelopak mata jelas alis dan bulu mata tampak
28 minggu 35cm 1. Berat badan 1000gr
2. Menyempurnakan janin
40 minggu 50-55 M 1. Bayi cukup bulan
2. Kulit berambut dengan baik
3. Kulit kepala tumbuh baik
4. Pusat penulangan pada tibia proksimal
Sumber : Manuaba, 2012 .Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan.
21
C. Tanda dan Gejala Kehamilan
1. Tanda Dugaan Hamil
Menurut Manuaba (2010), untuk dapat menegakkan kehamilan
ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan
gejala kehamilan, yaitu sebagai berikut :
a. Amenorea
Pada wanita hamil terjadi konsepsi dan nidasi yang menyebabkan
tidak terjadi pembentukan Folikel de graff dan ovulasi . Hal ini
menyebabkan terjadinya amenorea pada seorang wanita yang sedang
hamil. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dengan
perhitungan Neagle dapat ditentukan hari perkiraan lahir (HPL) yaitu
dengan menambah tujuh pada hari, mengurangi tiga pada bulan, dan
menambah satu pada tahun.
b. Mual dan Muntah
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam
lambung yang berlebihan. Mual dan Muntah pada pagi hari disebut
morning sickness. Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat
diatasi. Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.
c. Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang
demikian disebut ngidam.
22
d. Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope
atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16
minggu.
e. Payudara Tegang
Pengaruh hormon estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara
membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit
terutama pada hamil pertama.
f. Sering Miksi (Sering BAK)
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah
menghilang.
g. Konstipasi atau Obstipasi
Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
h. Pigmentasi Kulit
Terdapat pigmentasi kulit disekitar pipi (cloasma gravidarum). Pada
dinding perut terdapat striae albican, striae livide dan linea nigra
semakin menghitam. Pada sekitar payudara terdapat hiperpigmintasi
pada bagian areola mammae, puting susu makin menonjol.
23
i. Epulsi
Hipertrofi gusi yang disebut epulsi, dapat terjadi saat kehamilan.
j. Varices
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang
mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah terjadi pada sekitar
genetalia, kaki, betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini
menghilang setelah persalinan.
2. Tanda tidak pasti kehamilan dan tanda pasti kehamilan
a. Tanda tidak pasti kehamilan
1) Perut membesar
2) Rahim membesar, sesuai dengan tua nya hamil
3) Pada pemeriksaan dapat di jumpai
a) Tanda hegar, isthmus uteri teraba lebih panjang dan lunak
b) Tanda chadwicks, mukosa vagina berwarna kebiruan karena
hipervaskularisasi hormone estrogen.
c) Tanda piscasek, pembesaran dan pelunakan pada tempat
implantasi, biasanya di temukan saat umur kehamilan 10
minggu.
d) Kontraksi Braxton hicks, kontraksi uterus (perut terasa kencang)
tetapi tidak disertai rasa nyeri.
e) Teraba ballottement, tanda ada benda mengapung atau melayang
dalam cairan, pada umur kehamilan 16-20 minggu.
24
f) Discharge, lebih banyak dirasakan wanita hamil. Ini merupakan
pengaruh hormon estrogen dan progesterone.
g) Tanda goodel, porsio teraba melunak.
h) Pemeriksaan tes kehamilan positif (reaksi kehamilan positif).
i) Sebagian kemungkinan positif palsu
(Marmi,2011).
b. Tanda Pasti Kehamilan
1) Gerakan janin dalam rahim
2) Denyut jantung janin
a) Didengar stetoskop laenec, alat kardiotokografi, alat dopler.
b) Dilihat dengan alat ultrasonografi.
c) Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi (Marmi,2011).
D. PerubahanFisiologi Kehamilan
1. Uterus
Setelah konsepsi uterus berkembang untuk menciptakan lingkungan yang
memberi perlindungan dan nutrisi bagi janin, tempat janin tumbuh dan
berkembang. Selama beberapa minggu pertama bentuk uterus masih
menyerupai buah pir, tetapi ketika usia kehamilan bertambah, bentuk
korpus dan fundus tampak lebih bulat (globular) (Fraser dan Cooper,
2009). Berikut merupakan tabel perubahan uterus pada ibu hamil.
25
Tabel 2.2. Perubahan Uterus Pada Ibu Hamil
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
10 minggu a. Uterus kira-kira sebesar buah jeruk
12 minggu a. Uterus kira-kira sebesar buah grapefruit
b. Uterus tidak lagi anterversi dan antefleksi, telah naik dari
panggul, dan posisi nya tegak.
c. Fundus dapat di palpasi per abdomen di atas simfisis pubis.
d. Segmen atas globular berada pada perpanjangan tangkai yang
terbentuk dari ismus, yang kemudian melunak dan memanjang
hingga tiga kali lipat dari 7 menjadi 25 mm antara minggu ke-
12 dan 36.
20 Minggu a. Fundus uterus dapat di palpasi setinggi umbilicus karena letak
uterus di dalam abdomen terus naik, posisi tuba uterine menjadi
jauh lebih vertical sehingga tegangan pada ligamentum latum
uteri dan ligamentum teres uteri meningkat.
30 Minggu a. Fundus dapat di palpasi diantara umbilicus dan sifisternum
38 Minggu a. Uterus mencapai tinggi sifisternum
b. Ketika frekuensi dan kekuatan kontraksi otot segmen atas
meningkat, segmen bawah uterus tumbuh lebih cepat dan
merengang kea rah luar, bersamaan dengan menipis nya serviks
dan melunak nya jaringan dasar panggul, bagian presentasi
dapat muli turun ke dalam panggul atas.
c. Dengan ini, tinggi fundus akan berkurang, yang di sebut dengan
lightening, sehingga tekanan di bagian atas abdomen akan
berkurang, sedangkan tekanan di dalam panggul justru
meningkat. Akan tetapi, pada mayoritas ibu multipara,
pembesaran jarang terjadi sebelum persalinan.
Sumber: Fraser.2009.Buku Ajar Bidan Myles.
2. Serviks
Perubahan yang penting pada serviks dalam kehamilan adalah menjadi
lunak. Sebab pelunakan ini adalah pembuluh darah dalam serviks
bertambah dan karena timbulnya oedema dari serviks dan hyperplasia
serviks. Pada akhir kehamilan serviks menjadi sangat lunak dan portio
menjadi pendek (lebih dari setengahnya mendatar) dan dapat dimasuki
dengan mudah oleh satu. jari (Prawirihardjo,2011).
3. Ovarium (Indung Telur)
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel
baru juga ditunda.hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di
26
ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal
kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progeteron
dalam jumlah yang relatif minimal (Prawirohardjo, 2011)
4. Vagina dan Vulva
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan
untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan
meningkatnya ketebalan mukosa, mengendorornya jaringan ikat dan
hipertrofi sel otot polos. Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi,
dimana sekresi akan berwarna keputihan, menebal dan PH antara 3,5-6
yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen
yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus
acidophilus (Prawirohardjo, 2011).
5. Perubahan pada Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi
lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan
vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Putih payudara akan lebih
besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama cairan kuning
bernama kolostrum akan keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-
kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air
susu belum dapat diprosuksi karena hormon prolaktin ditekan oleh
prolaktin inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesteron dan
estrogen menurun sehingga pengaruh inhibisi progesterone terhadap α-
laktalbumin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis
27
lactose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu
(Prawirohardjo,2011). Payudara harus kembali diperiksa pada usia
kehamila 3 minggu untuk memastikan perlunya tindakan untuk
mengeluarkan puting yang datar atau masuk kedalam (Varney, 2009).
Berikut merupakan tabel perubahan peyudara pada ibu hamil.
Tabel 2.3. Perubahan pada payudara
Umur
Kehamilan
(Minggu)
Perubahan
3-4minggu Rasa penuh pada payudara
6 minggu Terjadi pembesaran dan sedikit nyeri
8 minggu Pelebaran pembuluh darah vena di sekitar mammae
8 minggu Kelenjar montgomery mulai tampak
12 minggu Penggelapan di sekitar areola dan putting
16 minggu Colostrum sudah mulai di keluarkan
Sumber : Marmi.2011.Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal.
6. Perubahan pada Sistem Kardiovaskuler
a. Volume darah
Volume darah meningkat sekitar 1500 Ml (8.5 s.d 9 BB). Peningkatan
terdiri dari atas: 1000 mL plasma+450 mL sel darah merah (SDM).
Terjadi sekitar minggu ke-10 sampai dengan minggu ke-12.
b. Tekanan darah
1) Tekanan darah arteri (arteri brakialis) di pengaruhi oleh usia,
posisi ibu, kecemasan ibu, dan ukuran manset.
2) Posisi ibu mempengaruhi hasil karena posisi uterus menghambat
aliran balik darah vena, dengan demikian curah jantung dan
tekanan darah menurun. Tekanan darah brakialis tertinggi saat
28
wanita duduk, terendah saat wanita berbaring (posisi rekumben
lateral kiri), pada posisi telentang berada diantara keduanya.
3) Selama pertengahan masa hamil, tekanan sistolik dan diastolik
menurun 5-10 mmHg, kemungkinan disebabkan vasodilatasi
perifer akibat perubahan hormonal.
4) Edema pada ekstremitas bawah dan varises terjadi akibat obstruksi
vena kava inferior oleh uterus. Hal ini juga menyebabkan tekanan
vena meningkat (Marmi,2011).
7. Sistem Pernafasan
Kebutuhan O2 ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan
laju metabolik dan peningkatan kebutuhan O2 jaringan uterus dan
payudara. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligament pada
kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada
meningkat. Karena rahim membesar, panjang paru-paru berkurang.
Kerangka iga bagian bawah tampak melebar. Tinggi diafragma
bergeser 4 cm selama masa hamil. Dengan semakin tuanya
kehamilan, pernafasan dada menggantikan pernafasan perut dan
penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit
(Marmi,2011).
8. Sistem Pencernaan
Selama masa hamil, nafsu makan meningkat, sekresi usus
berkurang, fungsi hati berubah dan absorbsi nutrien meningkat.
Aktivitas peristaltik (motilitas) menurun, akibatnya bising usus
29
menghilang dan konstipas, mual, serta muntah umum terjadi.
Aliran darah ke panggul dan tekanan vena meningkat,
menyebabkan hemoroid terbentuk pada akhir kehamilan
(Marmi,2011).
E. Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil
Perubahan psikologis pada ibu hamil menurut (Manuaba,2011) terjadi
pada trimester I, II dan III kehamilan.
1. Pada trimester I ibu hamil mengalami penyesuaian yang terdapat
perubahan psikologis yaitu:
a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan
kehamilannya.
b. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan.
Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
c. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal
ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
d. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat
perhatian dengan seksama.
e. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia
seorang ibu yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain
atau malah mungkin dirahasiakannya.
f. Hasrat untuk melakukan hubungan seksual berbeda-beda pada setiap
wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.
30
2. Pada trimester II ibu hamil terdapat perubahan psikologis yaitu:
a. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang
tinggi.
b. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.
c. Merasakan gerakan anak.
d. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
e. Libido meningkat.
f. Menuntut perhatian dan cinta.
g. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari
dirinya.
h. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada
orang lain yang baru menjadi ibu.
i. Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan
persiapan untuk peran baru.
3. Perubahan psikologis pada ibu hamil trimester III yaitu:
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan
tidak menarik.
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat waktu.
c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi
yang mencerminkan perhatian dan kekhawatiran.
e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
31
f. Merasa kehilangan perhatian dan sensitif.
g. Libido menurun.
Peran bidan pada masalah tersebut memberikan KIE dan konseling
pada ibu yaitu menjelaskan bahwa yang dialami ibu adalah sesuatu yang
normal, bahwa setiap kehamilan adalah unik, anjurkan ibu untuk
beristirahat, ciptakan suasana yang nyaman dan tentram bagi ibu, serta
luangkan waktu untuk manjakan diri dengan relaksasi atau sesuatu hal
yang dapat menghibur.
F. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
1. Nutrisi
Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15% dibandingkan dengan
kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk
pertumbuhan ibu dan janin. Secara normal kenaikan berat badan ibu
hamil 11-13 kg (Marmi, 2011). Menurut Marmi (2011), kebutuhan
makanan sehari-hari ibu hamil dan tidak hamil yaitu
Tabel 2.4. Kebutuhan Makanan Ibu Hamil dan Tidak Hamil
Jenis Tidak Hamil Hamil
Kalori
Protein(gr)
Kalsium(gr)
Ferrum(mg)
VitaminA(Si)
VitaminC(mg)
Riboflavin(mg)
Vitamin D (Si)
2.500
60 gr
0,8 gr
12 gr
5000IU
70 mg
2,2 mg
+
500
85 gr
1,5 gr
15 gr
6000 IU
100mg
2,5 mg
400-800
Sumber : Marmi.2011.Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal.
32
Pada trimester III, nafsu makan ibu akan sangat baik. Untuk itu ibu
harus mengurangi karbohidrat, tingkatkan protein, sayur–sayuran, dan
buah–buahan (Marmi, 2011).
2. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih, konstipasi terjadi
karena adanya pengaruh hormone ptogesteron yang mempunyai efek
rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus. Selain itu, desakan
usus oleh pembesaran janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih,
terutama ketika lambung dalam keadaan kosong. Sering buang air kecil
merupakan keluhan yang umum di rasakan oleh ibu hamil, terutama pada
trimester I dan III. Hal tersebut adalah kondisi yang fisiologis. ini terjadi
karena pada awal kehamilan terjadi pembesaran uterus yang mendesak
kantong kemih sehingga kapasitasnya berkurang. Sedangkan pada
trimester III terjadi pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan
pada kantong kemih. Tindakan mengurangi asupan cairan untuk
mengurangi keluhan ini sangat tidak di anjurkan, karena akan
menyebabkan dehidrasi (Sulistyawati,2009).
3. Istirahat dan tidur
Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satu nya beban
berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu
33
akan mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat
penting untuk ibu hamil (Sulistyawati,2009).
4. Aktivitas
Dapat seperti biasa (tingkat aktivitas ringan sampai sedang), istirahat
minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki agak
di tinggikan. Jika tingkat aktivitas berat, di anjurkan untuk di kurangi.
Istirahat harus cukup. Olahraga dapat ringan atau sedang, sebaiknya di
pertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi 140 kali per menit. Jika
ada gangguan atau keluhan yang dapat membahayakan (misalnya
perdarahan per vaginam), maka aktivitas fisik harus di hentikan (Dewi
dan Sunarsih, 2011).
5. Rekreasi
Untuk rekreasi, dianjurkan wanita hamil tidak pergi ketempat yang
ramai, sesak, dan panas, serta berdiri terlalu lama di tempat itu karena
akan dapat menimbulkan sesak napas sampai akhirnya jatuh pingsan
(sinkop), apabila berpergian selama kehamilan, maka duduk dalam
jangka waktu lama harus di hindari karena dapat menyebabkan
peningkatan resiko bekuan darah vena dalam (deep vein thrombosis) dan
tromboflebitis selama kehamilan (Sulistyawati,2009).
6. Hubungan seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak di larang selama tidak ada
riwayat penyakit seperti berikut :
34
a. Sering abortus dan kelahiran prematur.
b. Perdarahan per vaginam.
c. Koitus harus di lakukan secara hati-hati terutama pada minggu
terakhir kehamilan.
d. Bila ketuban sudah pecah, koitus di larang karena dapat menyebabkan
infeksi janin intrauteri (Sulistyawati,2009).
G. Tanda Bahaya Kehamilan
Menurut kementerian kesehatan (2013) 6 masalah ini bisa menyebabkan
keguguran atau kelahiran dini (prematur) yang membahayakan ibu dan bayi
yaitu :
1. Perdarahan Pada Hamil Muda Maupun Hamil Tua
Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada
masa awal kehamilan, ibu akan mengalami perdarahan yang sedikit atau
spoting di sekitar waktu pertama terlambat haid. Hal ini karena terjadi
implantasi. Pada waktu lain dalam kehamilan perdarahan ringan mungkin
pertanda dari servik yang rapuh erosi, mungkin normal atau disebabkan
oleh infeksi. Perdarahan vagina yang terjadi pada wanita hamil dapat
dibedakan menjadi 2 bagian: pada awal kehamilan: abortus, mola
hidatidosa dan kehamilan ektopik terganggu. Pada akhir kehamilan:
solusio plasenta dan plasenta previa (Jannah,2011).
2. Bengkak Dikaki, Tangan Atau Wajah Disertai Sakit Kepala Atau Kejang.
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan seringkali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan yang biasa disebabkan
35
oleh pengaruh hormone dan keletihan. Sakit kepala yang menunjukan
suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat dan menetap
dan tidak hilang dengan beristirahat adalah salah satu gejala
preeclampsia. Preeclampsia biasanya disertai dengan penglihatan tiba-
tiba hilang/kabur. Bengkak/oedema pada kaki dan muka disertai nyeri
pada epigastrium (Jannah,2011).
Edema dapat terjadi pada kehamilan normal. Edema yang terjadi pada
kehamilan mempunyai interpretasi, misalnya 40% edema dijumpai pada
hamil normal, 60% edema dijumpai pada kehamilan yang hipertensi,
80% edema dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi dan proteinuria.
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel
kapilar. Edema yang patologik adalah edema yang nondependent pada
muka dan tangan atau edema generalisata dan biasanya disertai dengan
kenaikan berat badan yang cepat (Prawirohardjo, 2010).
3. Demam Atau Panas Tinggi
Demam tinggi terutama yang diikuti tubuh mengigil, rasa sakit seluruh
tubuh, sangat pusing biasanya disebabkan malaria. Pengaruh malaria
terhadap kehamilan : memecahkan butir darah merah sehingga
menimbulkan anemia, infeksi plasenta dapat menghalangi pertukaran dan
menyalurkan nutrisi ke Rahim, panas badan tinggi merangsang terjadi
kontraksi Rahim. Akibat gangguan tersebut dapat terjadi
keguguran,persalinan prematuritas, dismaturitas, kematian neonates
tinggi, kala II memanjang dan retensio plasenta(Jannah,2011).
36
4. Air ketuban keluar sebelum waktunya
Dapat di identifikasikan dengan keluarnya cairan mendadak disertai bau
yang khas. Adanya kemungkinana infeksi dalam Rahim dan persalinan
prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
bayi. Ketuban pecah dini yang disertai kelainan letak akan mempersulit
persalinan yang dilakukan di tempat dengan fasilitas yang belum
memadai (Jannah,2011).
5. Bayi Dikandungan Gerakannya Berkurang Atau Tidak Bergerak
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke 5 atau ke 6.
Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi
tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3
kali dalam periode 3 jam. Biasanya diukur dalam waktu 12 jam yaitu
sebanyak 10 kali (Jannah,2011).
6. Muntah terus (tidak mau makan)
Mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu
pekerjaan sahari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi bisa disebut dengan hyperemesis gravidarum
(Mochtar,2011). Gejala hyperemesis lainnya: napsu makan menurun,
berat badan menurun, nyeri daerah epigastrium, tekanan darah menurun
dan nadi meningkat, lidah kering dan mata nampak cekung
(Jannah,2011).
37
H. Gangguan Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil dan Cara Mengatasi
1. Mual dan muntah
Morning sickness terjadi karena plasenta yang berkembang dan
menghasilkan sejenis hormon HCG. Hormon ini prosentasenya meninggi
sesuai dengan pertumbuhan plasenta. Diperkirakan, hormon inilah yang
mengakibatkan muntah melalui rangsangan terhadap otot dari poros
lambung.
Cara mengatasi:
a. Makan porsi kecil tapi sering kurang lebih setiap 2 jam
b. Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat
tidur di pagi hari.
c. Makan sesuatu yang manis (permen) atau minuman (jus buah)
sebelum tidur malam dan sesudah bangun pagi.
d. Jangan menyikat gigi anda segera setelah makan
e. Hindari makan beraroma kuat atau menyengat.
f. Batasi lemak dalam diet anda.
g. Obat-obatan anti mual.
(Varney,dkk,2009)
2. Leukoria
Leukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan konsistensi
kental atau cair. Sekresi ini bersifat asam akibat pengubahan sebagian
besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh basil
doderlin.
38
Cara mengatasi :
a. Memperhatikan kebersihan tubuh pada area tersebut dan mengganti
cellana dalam berbahan katun sesering mungkin.
b. Ibu hamil sebaiknya tidak melakukan douch atau menggunakan
semprot untuk menjaga kebersihan area genitalia (Varney,dkk,2009)
3. Sering kencing
Peningkatan frekuensi berkemih pada kehamilan sering terjadi pada
dua saat yang berbeda. Peningkatan frekuensi berkemih pada trimester
pertama terjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus. Peningkatan
berat pada fundus uterus ini membuat istmus menjadi lunak (tanda
hegar), menyebabkan antefleksi pada uterus yang membesar. Hal ini
menimbulkan penekanan atau desakan pada uterus, sehingga
menyebabkan sering berkemih.
Sedangkan peningkatan frekuensi berkemih pada trimester ketiga
terjadi karena presentasi janin yang sudah memasuki pintu atas panggul,
sehingga terjadi penekanan pada kandung kemih . Penekanan tersebut
membuat ibu hamil menjadi lebih sering berkemih.
Cara mengatasi :Mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam
sehingga ibu hamil tidak perlu bolak balik ke kamar mandi pada saat
mencoba tidur. (Varney,dkk,2009)
4. Nyeri ulu hati
Penyebab nyeri ulu hati adalah :
39
a. Relaksasi sfinghter jantung pada lambung akibat pengaruh yang
ditimbulkan peningkatan jumlah progesteron.
b. Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot
halus yang kemungkinan disebabkan oleh peningkatan jumlah
progesteron dan tekanan uterus.
c. Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat
dan penekanan uterus yang membesar.
Cara mengatasi :
1) Makan dalam porsi kecil tetapi sering untuk menghindari lambung
menjadi terlalu penuh.
2) Pertahankan postur tubuh yang baik supaya ada ruang lebih besar
bagi lambung anda untuk menjalankan fungsinya.
3) Regangkan lengan anda melampaui kepala untuk memberi ruang
bagi perut anda untuk berfungsi.
4) Hindari makanan berlemak, lemak mengurangi motilitas usus dan
sekresi asam lambung yang dibutuhkan untuk proses pencernaan.
5) Hindari minum bersamaan dengan makan karena cairan cenderung
menghambat asam lambung, diet makanan kering tanpa roti-rotian
dapat membantu sebagian wanita.
6) Hindari makanan pedas atau makanan lain yang dapat
menyebabkan gangguan pencernaan.
7) Upayakan minum susu murni daripada susu manis.
40
8) Hindari makan berat atau makanan lengkap sesaat sebelum tidur.
(Varney, dkk, 2009)
5. Konstipasi
Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat mengalami
masalah ini pada trimester kedua atau ketiga. Konstipasi diduga terjadi
akibat penurunan peristaltik karena relaksasi otot polos pada usus besar
ketika terjadi peningkatan progesteron. Salah satu efek dari
mengkonsumsi tablet Fe yaitu konstipasi, hal ini memperberat masalah
bagi sebagian ibu hamil.
Cara mengatasi :
a. Minum air mineral 8 gelas per hari.
b. Banyak mengkonsumsi buah, baik dalam bentuk buah ataupun jus
c. Istirahat yang cukup (8 jam pada malam hari, ±1 jam pada siang hari)
d. Minum air hangat (air putih atau teh) saat bangkit dari tempat tidur
untuk menstimulasi peristaltic
e. Makan makanan berserat, dan mengandung serat alami (misalnya :
selada, daun seledri, kulit padi)
f. Miliki pola defekasi yang teratur , biasakan untuk defekasi teratur
pada saat tertentu dan jangan menunda jika ingin buang air besar.
(Varney, dkk, 2009)
41
6. Hemoroid
Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh sebab itu, semua
penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid. Ada beberapa
cara untuk mengatasi hemoroid, diantaranya adalah :
a. Hindari konstipasi, pencegahan merupakan cara penanganan yang
paling efektif.
b. Hindari mengejan saat defekasi.
c. Mandi berendam, hangatnya air tidak hanya memberikan kenyamanan
tetapi juga melancarkan sirkulasi.
d. Kompres es (untuk mengurangi hemoroid)
e. Kompres garam epsom (untuk mengurangi hemoroid)
f. Masukkan kembali hemoroid ke dalam rektum (menggunakan
lubrikasi), dilakukan sambil sambil mengencangkan perineum (kegel)
g. Tirah baring dengan cara mengelevasi panggul dan ekstremitas bagian
bawah.
h. Salep analgesik dan atau anastesi topical (Varney, dkk, 2009)
7. Kram tungkai
Penyebab pasti dari kram kaki belum jelas, tetapi salah satu
dugaannya adalah pebesaran uterus memberikan tekanan baik pada
pembuluh darah panggul, sehingga mengganggu sirkulasi, atau pada
saraf sementara, saraf ini melewati foramen obturator dalam perjalanan
menuju ekstremitas bagian bawah.
42
Cara mengatasinya yaitu :
a. Minta ibu meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya
b. Dorong ibu untuk melakukan latihan umum dan memiliki kebiasaan
mempertahankan mekanisme tubuh yang baik guna meningkatkan
sirkulasi darah.
c. Anjurkan elevasi kaki secara teratur sepanjang hari.
d. Anjurkan diet mengandung kalsium dan fosfor (Varney, dkk, 2009)
8. Edema dependen
Edema dependen pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena
dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Gangguan
sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar pada vena-
vena panggul saat wanita tersebut duduk dan berdiri dan pada vena kava
inverior saat ia berada pada posisi terlentang. Pakaian ketat yang
menghambat aliran balik vena dari ekstremitas bagian bawah juga
memperburuk masalah. Edema bagian kaki yang menggantung secara
umum terlihat pada area pergelangan kaki dan kaki harus dibedakan
secara cermat dengan edema yang berhubungan dengan preeklampsia/
eklampsia.
Cara penanganannya adalah:
a. Hindari menggunakan pakaian ketat.
b. Elevasi kaki secara teratur sepanjang hari.
c. Posisi menghadap ke samping saat berbaring.
43
d. Penggunaan penyokong atau korset pada abdomen maternal yang
dapat melonggarkan tekanan pada vena-vena panggul.
(Varney, dkk, 2009)
9. Varices
Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Perubahan ini
diakibatkan penekanan uterus yang membesar pada vena panggul saat
wanita tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava
inverior saat ia berbaring. Pakaian yang ketat menghambat aliran vena
balik dari ekstremitas bagian bawah, atau posisi berdiri yang lama
memperberat masalah tersebut. Relaksasi dinding vena dan katup dan
otot polos sekeliling karena induksi juga turut menyebabkan timbulnya
varises. Varises yang terjadi selama kehamilan paling menonjol pada
area kaki dan/ vulva.
Cara mengatasi varises :
a. Hindari mengenakan pakaian ketat.
b. Hindari berdiri lama.
c. Sediakan waktu istirahat, dengan kaki dielevasi secara periodic
sepanjang hari.
d. Berbaring dengan mengambil posisi sudut kanan beberapa kali
sehari.
e. Pertahankan tungkai untuk tidak menyilang saat duduk.
44
f. Duduk kapanpun memungkinkan, terutama dengan kedua kaki
dielevasi, meminimalkan berdiri.
g. Pertahankan postur tubuh dan mekanisme tubuh yang baik.
h. Kenakan penyokong abdomen maternal atau korset untuk
menghilangkan tekanan pada vena panggul.
i. Melakukan latihan kegel untuk mengurangi varises vulva atau
hemoroid untuk meningkatkan sirkulasi.
j. Melakukan mendi air hangat yang menenangkan.
(Varney, dkk, 2009)
10. Nyeri punggung bawah (nonpatologis)
Nyeri punggung bawah ini disebabkan oleh berat uterus yang
membesar. Jika wanita tersebut tidak memberi perhatian penuh terhadap
postur tubuhnya maka ia akan berjalan dengan ayunan tubuh ke belakang
akibat peningkatan lordosis. Lengkung ini kemudian akan meregangkan
otot punggung dan menimbulkan rasa sakit atau nyeri.
Cara mengatasi nyeri punggung antara lain :
a. Postur tubuh yang baik.
b. Mekanik tubuh yang tepat saat mengangkat beban.
c. Hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan berjalan
tanpa istirahat.
d. Ayunkan panggul/miringkan panggul.
e. Gunakan sepatu tumit rendah; sepatu tumit tinggi tidak stabil dan
memperberat masalah pada pusat gravitasi dan lordosis.
45
f. Jika masalah bertambah parah , penggunaan penyokong abdomen
eksternal dianjurkan (korset maternitas atau penyokong yang
elastis).
g. Kompres hangat.
h. Kompres es pada punggung.
i. Pijatan pada punggung.
j. Untuk istirahat gunakan kasur yang menyokong.
Posisikan badan dengan menggunakan bantal sebagai pengganjal
untuk meluruskan punggung. (Varney,dkk, 2009)
11. Sesak nafas
Sesak napas merupakan ketidaknyamanan terbesar yang dialami
pada trimester ke tiga. Selama periode ini, uterus telah mengalami
pembesaran hingga terjadi penekanan diafragma.
Cara mengatasi :
a. Anjurkan wanita berdiri dan meregangkan lengannya di atas
kepalanya secara berkala dan mengambil napas dalam.
b. Anjurkan mempertahankan postur yang baik, jangan menjatuhkan
bahu.
c. Instruksikan wanita tersebut melakukan peregangan yang sama di
tempat tidur seperti sedang berdiri.
d. Jelaskan alasan terjadinya sesak napas , meredakan kecemasan atau
ketakutan akan mengurangi respons hiperventilas.
(Varney, dkk, 2009)
46
I. ANC Terpadu
Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan komprehensif dan
berkualitas mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative yang meliputi pelayanan KIA, gizi, penyakit menular,
penyakit tidak menular (PTM), kekerasan terhadap perempuan (KTP)
selama kehamilan, yang bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan
bayi yang sehat (Kemenkes,2014).
1. Tujuan umum :
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal
yang berkualitas sehingga mampu menalani kehamilan dengan sehat,
bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
2. Tujuan khusus
a. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan
berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,
koneling KB dan pemberian ASI
b. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan
berkualitas
c. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu
hamil
47
d. Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/ganggguan pada
yang diderita ibu hamil
e. Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
dengan sistem rujukan yang ada.
3. Manfaat ANC (Antenatal Care)
a. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas
tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan
b. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental
c. Ibu sanggup merawat dan memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada
bayinya
d. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti
keluarga berencana setelah kelahiran bayinya (Saifuddin, 2009).
4. Standart pelayanan antenatal 10 T (Kemenkes RI, 2017):
a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
b. Pengukuran tekanan darah
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
tokoid sesuai status imunisasi
f. Pemberian tablet darah minimal 90 tablet selama kehamilan
g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana)
48
i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), HBSAG, golnan darah, HIV∕AIDS, sifilis, pemeriksaan protein
urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya)
j. Tatalaksana kasus
J. KunjunganKehamilan
1. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4x selama
kehamilan (Depkes RI, 2017) :
a. 1x pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 bulan)
b. 1x pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 bulan)
c. 2x pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai
persalinan)
2. Jadwal Kunjungan Ulang menurut (Saifuddin, 2009).
a. Kunjungan I pada TM I (UK 16 minggu) dilakukan untuk Penapisan
dan pengobatan anemia, perencanaan persalinan, pengenalan
komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan.
b. Kunjungan II pada TM II (UK 24-28 minggu) dan Kunjungan III pada
TM III (UK 32 minggu) dilakukan untuk komplikasi akibat kehamilan
dan pengobatan, penapisan preeklampsia, gemelli, infeksi alat
reproduksi dan saluran perkemihan, MAP, dan mengulang
perencanaan persalinan.
49
c. Kunjungan IV pada TM III (UK 36 minggu sampai persalinan)
dilakukan untuk mengenali adanya kelainan letak dan presentasi,
memantapkan rencana persalinan, mengenali tanda-tanda persalinan.
K. Kartu Skor Poedji Rochjati
Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang digunakan
sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga untuk menemukan faktor
risiko ibu hamil, yang selanjutnya mempermudah pengenalan kondisi untuk
mencegah terjadi komplikasi obstetrik pada saat persalinan. KSPR disusun
dengan format kombinasi antara checklist dari kondisi ibu hamil / faktor
risiko dengan system skor. Kartu skor ini dikembangkan sebagai suatu
tekologi sederhana, mudah, dapat diterima dan cepat digunakan oleh tenaga
non profesional.
1. Fungsi KSPR
a. Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko tinggi.
b. Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.
c. Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana
d. (Komunikasi Informasi Edukasi/KIE).
e. Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas.
f. Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan, persalinan,
nifas
g. dengan kondisi ibu dan bayinya.
h. Audit Maternal Perinatal (AMP)
50
2. Sistem Skor
Sistem skor memudahkan pengedukasian mengenai berat ringannya
faktor risiko kepada ibu hamil, suami, maupun keluarga. Skor dengan
nilai 2, 4, dan 8 merupakan bobot risiko dari tiap faktor risiko.
Sedangkan jumlah skor setiap kontak merupakan perkiraan besar risiko
persalinan dengan perencanaan pencegahan.
Kelompok risiko dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) : Skor 2(hijau)
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) : Skor 6-10 (kuning)
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) : Skor ≥ 12 (merah)
3. Faktor Resiko
Terdapat 20 faktor risiko yang dibagi menjadi 3 kelompok faktor risiko
pada penilaian KSPR yaitu:
a. Kelompok Faktor Risiko I (Ada Potensi Gawat Obstetrik)
1) Primi muda : terlalu muda, hamil pertama usia 16 tahun atau
kurang
2) Primi Tua : terlalu tua, hamil usia ≥ 35 tahun
3) Primi Tua Sekunder : jarak anak terkecil >10 tahun
4) Anak terkecil < 2 tahun : terlalu cepat memiliki anak lagi
5) Grande multi : terlalu banyak memiliki anak, anak ≥ 4
6) Umur ibu ≥ 35 tahun : terlalu tua
7) Tinggi badan ≤ 145 cm : terlalu pendek, belum pernah melahirkan
normal dengan bayi cukup bulan dan hidup, curiga panggul sempit
51
8) Pernah gagal kehamilan
9) Persalinan yang lalu dengan tindakan
10) Bekas operasi sesar
b. Kelompok Faktor Risiko II
1) Penyakit ibu : anemia, malaria, TBC paru, payah jantung, dan
penyakit lain.
2) Preeklampsia ringan
3) Hamil kembar
4) Hidramnion : air ketuban terlalu banyak
5) IUFD (Intra Uterine Fetal Death) : bayi mati dalam kandungan
6) Hamil serotinus : hamil lebih bulan (≥ 42 minggu belum
melahirkan)
7) Letak Sungsang
8) Letak Lintang
c. Kelompok Faktor Risiko III
1) Perdarahan Antepartum : dapat berupa solusio plasenta atau
plasenta previa
2) Preeklampsia berat/eklampsia.
Keterangan: Jumlah skor 2 termasuk resiko rendah penolong
persalinan adalah bidan, skor 6- 10 termasuk resiko tinggi penolong
persalinan adalah dokter dan bidan tempat persalinan adalah polindes
atau puskesmas atau rumah sakit, skor lebih dari 12 adalah resiko
52
sangat tinggi penolong persalinan adalah dokter, tempat persalinan
adalah rumah sakit (Depkes RI, 2010).
Gambar 2.2.Kartu Skor Poedji Rochjati
Sumber: Kemenkes RI (2010): layanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan.
53
2.1.2 AsuhanKebidanan Pada Kehamilan
A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Nama : Untuk mengenal ibu dan suami..
2) Umur
Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil adalah wanita dengan
usia 20-35tahun. Usia di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi. Usia di
bawah 20 tahun meningkatkan insiden preeclampsia dan usia diatas
35 tahun meningkatkan insiden diabetes melitus tipe II, hipertensi
kronis, persalinan yang lama pada nulipara, seksio sesaria,
persalinan preterm, IUGR, anomali kromosom dan kematian janin
(Kemenkes RI,2017).
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat membimbing dan
mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya
(Kemenkes RI,2017).
4) Suku/Bangsa
Asal daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh terhadap pola
pikir mengenai tenaga kesehatan, pola nutrisi dan adat istiadat yang
dianut (Kemenkes, 2017).
54
5) Pendidikan.
Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga tenaga
kesehatan dapat melalukan komunikasi termasuk dalam hal
pemberian konseling sesuai dengan pendidikan terakhirnya.
6) Pekerjaan
Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian status
gizinya . Hal ini dapat dikaitkan antara asupan nutrisi ibu dengan
tumbung kembang janin dalam kandungan, yang dalam hal ini
dipantau melalui tinggi fundus uteri ibu hamil (Kemenkes
RI,2017).
7) Alamat
Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam melakukan
follow up terhadap perkembangan ibu (Kemenkes RI,2017).
b. Keluhan utama
Varney (2009) menyatakan bahwa, keluhan ringan pada
kehamilan adalah edemadependen, nokturia, konstipasi, sesak nafas,
nyeri ulu hati, kram tungkai, nyeri punggung bawah. Pada ibu hamil
trimester III, keluhan yang sering dijumpai yaitu:
1) Edema Dependen
Edema dependen pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena
dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.
Gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan uterus yang
55
membesar pada vena-vena panggul saat wanita tersebut duduk atau
berdiri dan pada vena kava inferior saat telentang (Varney, 2009).
2) Nokturia
Nokturiayaitu peningkatan frekuensi berkemih yang terjadi pada
trimester pertama dan mungkin pada trimester ketiga. Aliran balik
vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang berbaring pada
posisi lateral rekumben karena uterus tidak lagi menekan pembuluh
darah panggul dan vena kava inferior (Varney, 2009).
3) Hemoroid
Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Progesteron juga
menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu
pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan tekanan pada vena
hemoroid. Tekanan ini akan mengganggu sirkulasi vena dan
mengakibatkan kongesti pada vena panggul (Varney, 2009).
4) Konstipasi
Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltik yang
disebabkan realaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi
peningkatan jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan yang
terjadi pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentasi
juga dapat menyebabkan motilitas pada susunan gastrointestinal
sehingga menimbulkan kontipasi (Varney, 2009).
56
5) Sesak nafas
Sesak nafas merupakan ketidaknyamanan yang dialami pada
trimester III. Pada trimester III uterus telah mengalami pembesaran
hingga terjadi penekanan diafragma (Varney, 2009).
6) Nyeri ulu hati
Ketidaknyamanan yang mulai timbul menjelang akhir trimester II
dan bertahan hingga trimester III. Hal ini disebabkan relaksasi
sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang ditimbulkan
peningkatan jumlah progesterone, penurunan motalitas
gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot halus yang
kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan
tekanan uterus, tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat
perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar
(Varney, 2009).
7) Varises
Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.
Perubahan ini diakibatkan oleh penekanan uterus yang membesar
pada vena panggul saat wanita duduk atau berdiri dan penekanan
vena inferior saat berbaring. Varises yang terjadi selama kehamilan
paling menonjol pada area kaki dan atau vulva (Varney, 2009).
57
8) Kram tungkai
Salah satu dugaan lainnya adalah bahwa uterus yang membesar
memberi tekanan baik pada pembuluh darah panggul, sehingga
mengganggu sirkulasi atau pada saraf, sementara saraf ini melewati
foramen obturator dalam perjalanan menuju ekstrimitas bagian
bawah (Varney, 2009).
9) Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat intensitasnya
seiring dengan pertambahan usia kehamilan, hal ini dikarenakan
perubahan pada berat uterus yang semakin membesar. Pada ibu
trimester III, biasanya akan berjalan dengan ayunan tubuh
kebelakang akibat peningkatan lordosis. Lengkung ini akan
meregangkan otot punggung dan menimbulkan rasa sakit atau nyeri
(Varney, 2009).
10) Kecemasan menghadapi persalinan
Keluhan psikologis pada ibu hamil trimester III antara lain merasa
cemas dengan kehidupan bayi dan dirinya sendiri, seperti : apakah
nanti bayi nya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan kelahiran
(nyeri, kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak di ketahui)
mengalami proses duka karena hilangnya perhatian dan hak
istimewa khusus selama hamil, rasa kehilangan karena uterusnya
yang penuh tiba-tiba akan mengempis dan kosong, merasa
58
canggung, jelek dan berantakan menjelang akhir kehamilan
(Varney,2009).
c. Riwayat Kesehatan
Kondisi medis tertentu berpotensi mempengaruhi ibu atau bayi atau
keduanya. Berikut ini adalah beberapa kondisi medis pada kategori ini:
1) Anemia
Anemia di definisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah
atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkluasi darah.
Definisi anemia yang di terima secara umum adalah kadar Hb
kurang dari 12,0 gram per 100 mililiter (12 gram/desiliter) untuk
wanita tidak hamil dan kurang dari 10,0 gram per 100 mililiter (10
gram/desiliter) untuk wanita hamil. Walaupun tanpa gejala, anemia
dapat menyebabkan tanda dan gejala berikut : letih, sering
mengantuk, malaise, pusing, lemah, nyeri kepala, luka pada lidah,
kulit pucat, membrane mukosa pucat (missal : konjungtiva),
bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah
(Varney, 2009).
2) Asma
Wanita yang memiliki riwayat asma berat sebelum hamil terbukti
akan terus mengalaminya dan menjadi semakin buruk selama masa
hamil. Asma dihubungkan dengan kematian perinatal hiperemesis
gravidarum, kelahiran preterm, hipertensi kronis, pre eklampsia,
bayi berat lahir rendah dan perdarahan pervaginam (Varney, 2009).
59
3) Infeksi TORCH
Sitomegalovirus (CMV) termasuk golongan virus herpes DNA.
Transmisi CMV dari ibu ke janin dapat terjadi selama kehamilan
dan infeksi pada umur kehamilan kurang dari 16 minggu
menyebabkan kerusakan yang serius. Infeksi CMV congenital
berasal dari infeksi maternal eksogenus ataupun endogenus. Infeksi
endogenus dapat bersfat primer yaitu terjadi pada ibu hamil dengan
pola imunologik serogenetif dan nonprime bila ibu hamil dalam
keadaan seropositive.(Prawirohardjo,2011).
4) Penyakit jantung
Perubahan fisiologis normal pada masa hamil meningkatkan curah
jantung wanita hingga mencapai 40 persen melebihi curah jantung
nya ketika tidak hamil saat ia berada pada keadaan istirahat.
Peningkatan ini terjadi pada awal kehamilan dan mencapai puncak
nya pada usia kehamilan 20 hingga 24 minggu. Di ketahui pula,
terjadi fluktuasi curah jantung yang mencolok ketika terjadi
perubahan posisi tubuh. Curah jantung eningkat lebih lanjt pada
saat persalinan, mencapai 50 persen ketika timbul kontraksi, dan
jumlah tertinggi di pakai beberapa saat setelah melhirkan,
peningkatan curah jantung selama kehamilan, persalinan, dan
pelahiran akan meningkatkan resiko dekompensasi jantung pada
wanita yang mempunyai riwayat penyakit jantung (Varney,2009).
60
5) Epilepsi
Prevalensi epilepsi pada masyarakat umum adalah 1 dalam 200 dan
epilepsi di alami oleh 0,3-0,5 ibu hamil. Kejang epilepsi terjadi
akibat aktivitas listrik yang abnormal di otek, yang di
manifestasikan oleh disfungsi sensorik, motorik, dan otonom yang
singkat. Gangguan ini muncul dengan sendiri nya dan di
kelompokkan sesuai dengan bagian otak yang terganggu
(Fraser,2011).
6) Diabetes mellitus
Bayi yang lahir dari ibu penderita diabetestergantunginsulin
beresiko 10 kali lebih tinggi mengalami malformasi kongenital dan
5 kali lebih tinggi mengalami lahir mati di bandingkan populasi
umum. Komplikasi diabetik, seperti retinopati dan nefropati, dapat
memburuk selama kehamilan, terlebih jika di sertai dengan
hipertensi. Ibu yang mengalami neuropati berat atau penyakit
kardiovaskular sebaiknya di anjurkan untuk tidak hamil.
a) Tujuan asuhan prakonsepsi adalah untuk mencapai kondisi
nurmoglikemia, baik pra-dan perikonsepsi, karena banyak
masalah yang di alami ibu penderita diabetes-tergantung-insulin
di sebabkan lagsung oleh hiperglikemia.
b) Agents hipoglikemik oral yang beredar saat ini belum terbukti
untuk di gunakan selama kehamilan, karena nya ibu penderita
diabetes tipe II yang mendapat pengobatan ini harus di alihkan
61
ke terapi insulin, baik untuk periode prakonsepsi maupun
kehamilan (Farser Cooper,2011).
7) Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi medis yang paling sering di jumpai
selama kehamilan, yang terjadi pada sekitar 5% kehamilan.
Hipertensi merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas
maternal dan janin/neonatus. Kehamilan dapat menginduksi
hipertensi pada wanita yang memiliki tekanan darah normal
(normotensif) sebelum kehamilan, atau dapat memperburuk kondisi
hipertensi yang sudah ada (Fraser Cooper,2009).
8) Penyakit tiroid
Selama masa hamil, kebutuhan terhadap sekresi hormon tiroid
meningkat. Kelenjar tyroid berada dalam keadaan normal, hal ini
tidak akan menimbulkan masalah. Akan tetapi, jika seorang wanita
berada dalam keadaan hipotiroid atau mengalami penyakit
hipotiroid pada tingkat yang belum dapat di kenali atau samar-
samar, maka ia akan menunjukkan gejala sehingga ia dan janin nya
perlu mendapat perhatian khusus. Penyakit hipertiroid juga belum
dapat menunjukkan gejala dan berimplikasi baik bagi ibu maupun
janin (Varney,2009).
62
9) Penyakit paru
Gangguan fungsi paru-paru yang berat sebagai penyalur O2 dan
CO2 dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin sampai
dengan keguguran (Manuaba, 2010).
10) Infeksi ginjal dan saluran kemih
Dalam kehamilan terjadi perubahan anatomik dan fungsional ginjal
dan saluran kemih, yang sering menimbulkan gejala, kelainan fisik,
dan perubahan hasil pemeriksaan laboratorium. Volume, berat, dan
ukuran ginjal bertambah selama kehamilan. Panjang ginjal
bertambah 1 cm dan ginjal kanan lebih besar sedikit daripada ginjal
kiri bila di ukur secara radigrafis. Selain itu juga dapat terjadi
hiperplasia dan hipertrofi otot dinding ureter dan kaliks, dan
berkurang nya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh
kehamilan (Prawirohardjo, 2011).
11) Tuberkulosis
Kehamilan yang disertai dengan infeksi TBC berisiko IUGR, bayi
berat lahir rendah, serta risiko kematian perinatal meningkat
menjadi 6 kali (Saifuddin 2009).
12) Virus Hepatitis B
Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus hepatitis, akan
tetapi, jika terjadi infeksi akut pada kehamilan bisa mengakibatkan
terjadi nya hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan mortalitas
tinggi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat menimbulkan abortus dan
63
terjadinya perdarahan pascapersalinan karena adanya gangguan
pembekuan darah akibat gangguan fungsi hati. Pada bayi masalah
yang serius umumnya tidak terjadi pada masa neonatus, tetapi pada
masa dewasa (Prawirohardjo,2011).
13) Infeksi virus herpes simpleks
Pada suatu survei di india kejadian IgM pada kelompok pasien
dengan riwayat obstetri buruk ( lahir mati, kematian neonatal) di
temukan hanya 3,6%. Infeksi yang terjadi pada bayi relatif jarang,
berupa infeksi paru, mata, dan kulit. Kini terbukti bahwa jika ibu
sudah mempunyai infeksi (vesikel yang nyeri pada vulva secara
kronik), kemungkinan infeksi pada bayi hampir tidak terbukti, jadi
diperbolehkan persalinan pervaginam. Tetapi, sebaliknya infeksi
yang baru terjadi pada kehamilan akan mempunyai resiko,
sehingga dianjurkan persalinan dengan seksio sesarea
(Prawirohardjo, 2011).
14) Gonorea
Gonore adalah semua infeksi yang di sebabkan oleh Neissaria
gonorrhoeae. N. gonnorrhoeae. Infeksi gonore selama kehamilan
telah di asosiasikan dengan pelvic inflamatory disease (PID).
Infeksi ini sering di temukan pada trimester pertama sebelum
korion berfusi dengan desidua dan mengisis kavum uteri. Oleh
karena itu, banyak perempuan hamil dengan resiko tinggi
dianjurkan untuk di lakukan skrining terhadap infeksi gonore pada
64
saat datang untuk pertama kali antenatal dan juga pada trimester
ketiga kehamilan (Prawirohardjo,2011).
15) Sifilis
Sifilis merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh
Treponema pallidum yang dapat mengenai seluruh organ tubuh,
mulai dari kulit, mukosa jantung hingga susunan saraf pusat, dan
juga dapat tanpa manifestasi lesi di tubuh. Pada kehamilan gejala
klinik tidak banyak berbeda dengan keadaan tidak hamil, hanya
perlu di waspadai hasil tes serologi sifilis pada kehamilan normal
bisa memberikan hasil positif palsu (Prawirohardjo,2011).
d. Riwayat kesehatan yang lalu
Adanya penyakit seperti diabetes mellitus dan ginjal dapat
memperlambat proses penyembuhan luka (Hidayat dan Uliyah, 2008).
Gangguan sirkulasi dan perfusi jaringan dapat terjadi pada penderita
diabetes melitus. Selain itu, hiperglikemia dapat menghambat
fagositosis dan menyebabkan terjadinya infeksi jamur dan ragi pada
luka jalan lahir (Kemenkes, 2017).
e. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keturunan yang sering terjadi pada keluarga tertentu, sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan sebelum kehamilan. Bila terjadi
kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan kelainan bawaan (Manuaba,
2010).
65
Manuaba (2010) menambahkan bahwa, anamnesis yang dapat
dilakukan pada riwayat kesehatan keluarga dapat ditanyakan mengenai
latar belakang kesehatan keluarga anggota keluarga yang mempunyai
penyakit tertentu terutama penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis,
penyakit keluarga yang dapat diturunkan seperti kencing manis,
kelainan pembekuan darah, dan asma serta riwayat kehamilan kembar.
f. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui kondisi psikologis ibu yang akan
mempengaruhi proses adaptasi terhadap kehamilan, persalinan,
dan masa nifas-nya (Kemenkes RI, 2017).
g. Riwayat kebidanan
1) Menstruasi
Riwayat menstruasi dikaji untuk menentukan usia kehamilan dan
perkiraan taksiran partus (TP). Taksiran partus dihitung dengan
menambahkan 9 bulan dan 7 hari pada tanggal hari pertama haid
terakhir yang dialami ibu (Varney, 2009).
Gambaran riwayat haid klien yang akurat biasanya membantu
penetapan tanggal perkiraan kelahiran, dengan menggunakan rumus
Neagle h+7 b-3 th+1 untuk siklus 28 hari, sedangkan untuk siklus 35
hari dengan menggunakan rumus h+14 b-3 th+1. Siklus menstruasi
lebih pendek atau lebih panjang dari normal, kemungkinan wanita
tersebut telah hamil saat terjadi perdarahan. Data yang harus
66
ditanyakan tentang haid meliputi siklusnya, nyeri haid, dan kapan
haid terakhirnya (Varney,2009).
2) Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Informasi esensial tentang kehamilan terdahulu mencakup bulan dan
tahun kehamilan tersebut berakhir, usia gestasi pada saat itu, tipe
persalinan (spontan, forsep, ekstaksi vakum, atau bedah sesar), lama
persalinan (lebih baik di hitung dari kontraksi pertama), berat lahir,
jenis kelamin, dan komplikasi lain, kesehatan fisik dan emosi
terakhir harus di perhatikan.
a) Usia gestasi
Usia gestasi saat bayi yang terdahulu lahir harus di ketahui karena
kelahiran preterm cenderung terjadi lagi dank arena beberapa
wanita mengalami kesulitan mengembangkan ikatan dengan bayi
yang di hospitalisasi dalam waktu yang lama.
b) Tipe kelahiran
Catat kelahiran terdahulu apakah pervaginam, melalui bedah
sesar, di bantu forsep atau vakum. Jika wanita pada kelahiran
terdahulu menjalani bedah sesar, untuk kelahiran saat ini ia
mungkin melahirkan pervaginam, keputusan ini, biasanya diambil
berdasarkan lokasi insisi di uterus, kemampuan unit persalinan di
rumah sakit untuk berespon segera bila rupture uteri terjadi, dan
keinginan calon ibu. Jika insisi uterus ada di bagian bawah dan
67
melintang, bukan vertical maka bayi di upayakan untuk di
keluarkan pervaginam.
c) Lama persalinan
Lama persalinan merupakan factor yang penting karena
persalinan yang lama juga mencerminkan suatu masalah dapat
berulang. Kemungkinan ini semakin kuat jika persalinan yang
lama merupakan pola yang berulang. Persalinan pertama yang
lama jarang berulang pada persalinan berikutnya. Namun, tidak
ada salahnya meminta salinan catatan lahir dan persalinan jika
seorang wanita melapor pernah bersalin lebih dari 24 jam.
Persalinan singkat juga harus di catat karena hal ini sering kali
berulang.
d) Berat lahir
Berat lahir sangat penting untuk mengidentifikasi apakah bayi
kecil untuk masa kehamilan (BKMK) atau bayi besar untuk masa
kehamilan (BKMK). Suatu kondisi yang biasa nya berulang,
apabila persalinan pervaginam, berat lahir mencerminkan bahwa
bayi dengan ukuran tertentu berhasil memotong pelvis maternal.
e) Gender/jenis kelamin
Dengan membicarakan jenis kelamin bayi terdahulu, klinisi
memiliki kesempatan untuk menanyai klien tentang perasaan nya
terhadap anak laki-laki dan perempuan serta keinginannya dan
68
pasangannya sehubungan dengan jenis kelamin bayi yang di
kandungnya saat ini.
f) Komplikasi
Setiap komplikasi yang terkait dengan kehamilan harus diketahui
sehingga dapat dilakukan antisipasi terhadap komplikasi
berulang. Kondisi lain yang cenderung berulang adalah anomaly
congenital, diabetes gestasional, preeclampsia, reterdasi
pertumbuhan intrauterine, depresi paska partum, dan perdarahan
paska partum (Romauli,2011).
3) Kehamilan sekarang
Untuk mengetahui beberapa kejadian maupun komplikasi yang
terjadi pada kehamilan sekarang. Hari pertama haid terakhir
digunakan untuk menentukan tafsiran tanggal persalinan dan usia
kehamilan. Gerakan janin yang dirasakan ibu bertujuan untuk
mengkaji kesejahteraan janin Gerakan janin mulai dapat dirasakan
pada minggu ke-16 sampai minggu ke-20 kehamilan (Kemenkes
RI,2017).
Menurut Saifuddin (2009) jadwal pemeriksaan hamil dilakukan
paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu: satu kali pada triwulan
pertama, satu kali pada triwulan kedua, dua kali pada triwulan
ketiga. Pelayanan asuhan kehamilan standar minimal 7T yaitu:
timbang, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian
imunisasi Tenatus Toksoid (TT) lengkap (5x TT yaitu TT5),
69
pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, tes
terhadap penyakit menular seksual, dan temu wicara dalam rangka
persiapan rujukan.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, yaitu:
Tabel 2.5. Imunisasi TT
Antigen Interval (selang waktu
minimal)
Lama perlindungan %perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal
pertama
- -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelh TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25tahun/seumur
hidup
99
Sumber :Saifuddin, Abdul bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.
h. Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui penggunaan metode kontrasepsi ibu secara lengkap
dan untuk merencanakan penggunaan metode kontrasepsi setelah masa
nifas ini (Kemenkes RI,2017).
i. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Nutrisi
Makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil antara lain daging tidak
berlemak, ikan, telur, tahu, tempe, susu, brokoli, sayuran berdaun
hijau tua, kacangan-kacangan, buah dan hasil laut seperti udang.
Sedangkan makanan yang harus dihindari oleh ibu hamil yaitu hati
dan produk olahan hati, makanan mentah atau setengah matang, ikan
yang mengandung merkuri seperti hiu dan marlin serta kafein dalam
kopi, teh, coklat maupun kola. Selain itu, menu makanan dan
70
pengolahannya harus sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang
(Kemenkes RI,2017).
2) Eliminasi
Pada kehamilan trimester III, ibu hamil menjadi sering buang air
kecil dan konstipasi. Hal ini dapat dicegah dengan konsumsi
makanan tinggi serat dan banyak minum air putih hangat ketika
lambung dalam keadaan kosong untuk merangsang gerakan
peristaltik usus (Kemenkes RI,2017).
3) Istirahat
Pada wanita usia reproduksi (20-35 tahun) kebutuhan tidur dalam
sehari adalah sekitar 8-9 jam (Kemenkes RI,2017).
4) Aktivitas
Dapat seperti biasa (tingkat aktivitas ringan sampai sedang), istirahat
minimal 15 menit tiap 2 jam. Jika duduk/berbaring dianjurkan kaki
agak di tinggikan. Jika tingkat aktivitas berat, di anjurkan untuk di
kurangi. Istirahat harus cukup. Olahraga dapat ringan atau sedang,
sebaiknya di pertahankan jangan sampai denyut nadi melebihi 140
kali per menit. Jika ada gangguan atau keluhan yang dapat
membahayakan (missal nya perdarahan per vaginam), maka aktivitas
fisik harus di hentikan (Vivian,Sunarsih,2011).
71
5) Personal hygiene
Kebersihan atau hygiene terutama mengenai kebersihan
tubuh,pakaian dan lingkungan sangat diperlukan karena adanya
peningkatan fungsi ekskresi dan keringat pada ibu hamil.
a) Kebersihan tubuh
Mochtar (2012) menjelaskan bahwa, mandi diperlukan untuk
kebersihan/higiene, terutama untuk perawatan kulit, karena fungsi
ekskresi dan keringat bertambah. Pakaian yang harus digunakan
ibu hamil harus longgar bersih dan tidak ada ikatan yang ketat
pada daerah perut. Dianjurkan memakai bra yang menyokong
payudara. Dua bulan terakhir dilakukan masase, kolostrum
dikeluarkan untuk mencegah penyumbatan. Kemudian menjaga
kebersihan daerah vital, karena saat hamil terjadi pengeluaran
sekret vagina yang berlebihan. Selain dengan mandi, mengganti
celana dalam secara rutin minimal dua kali sehari (Sulistyawati,
2013).
Pemeriksaan gigi paling tidak dibutuhkan dua kali selama
kehamilan, yaitu pada trimester pertama dan ketiga. Dianjurkan
untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat
rentan terhadap terjadinya carries dan gingivitis (Saifuddin,
2010).
72
b) Kebersihan vulva
Kebersihan vulva harus dijaga karena pengeluaran lendir
keputihan semakin banyak pada trimester III. Menurut
Wiknjosastro (2009), vulva merupakan pintu gerbang bagi
kelahiran bayi, untuk itu harus lebih sering dibersihkan, memakai
celana dalam yang bersih dan kering dan membersihkan tidak
hanya luarnya saja, tetapi juga lipatan, labia minora dan mayora
serta vestibulum.
c) Kebersihan pakaian
Pakaian harus disesuaikan dengan postur tubuh, mudah dicuci dan
longgar, sehingga tidak menyebabkan sesak. Pakaian yang tidak
bersih akan memberikan perasaan tidak enak bila dipakai, karena
mengandung kuman-kuman penyakit. Wanita hamil sebaiknya
ganti pakaian setiap pagi dan sore hari, terlebih bagi pakaian
dalam, segera ganti bila basah atau kotor, kalau tidak bisa,
setidak-tidaknya ganti pakaian sekali sehari (Wiknjosastro, 2010).
6) Hubungan seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak di larang selama tidak ada
riwayat penyakit seperti berikut :
a) Sering abortus dan kelahiran prematur.
b) Perdarahan per vaginam.
c) Koitus harus di lakukan secara hati-hati terutama pada minggu
terakhir kehamilan.
73
d) Bila ketuban sudah pecah, koitus di larang karena dapat
menyebabkan infeksi janin intrauteri (Sulistyowati,2009).
7) Riwayat Ketergantungan
Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan dirinya dan
bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun dapat di isap
melalui rokok dapat di transfer lewat plasenta ke dalam tubuh bayi.
Pada ibu hamil dengan merokok berat kita harus waspada akan
resiko keguguran, kelahiran premature, BBLR, bahkan kematian
janin (Sulistyowati,2009).
8) Latar Belakang Sosial Budaya
Terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu
fenomena yang wajar dalam kelangsungn kehidupan manusia.
Namun, berbagai kelompok masyarakat dengan kebudayaan nya di
seluruh dunia memiliki aneka presepsi, interpretasi dan respon dalam
menghadapinya. Proses pembentukan janin hingga kelahiran bayi,
serta pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan ibu nya perlu dilihat
dalam aspek biopsikokulturalnya sebagai suatu kesatuan bukan
hanya dilihat semata dari aspek biologis dan fisiologisnya.
9) Riwayat Psikososial dan spiritual
Pada setiap trimester kehamilan ibu mengalami perubahan kondisi
psikologis. Perubahan yang terjadi pada trimester 3 yaitu periode
penantian dengan penuh kewaspadaan. Oleh karena itu, pemberian
arahan, saran dan dukungan pada ibu tersebut akan memberikan
74
kenyamanan sehingga ibu dapat menjalani kehamilannya dengan
lancer. Data sosial yang harus digali termasuk dukungan dan peran
ibu saat kehamilan ini.
(Kemenkes RI,2017).
2. Data obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Baik
2) Kesadaran
Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.
Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu mengalami
kesadaran penuh dengan memberikan respons yang cukup
terhadap stimulus yang diberikan (Kemenkes RI,2017).
3) Keadaan emosional
Stabil
4) Tinggi Badan
Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik.
Tinggi badan harus diukur pada saat kunjungan awal. Diukur
dalam cm, tanpa sepatu. Tinggi badan kurang dari 145 cm ada
kemungkinan terjadi Cepalo Pelvic Disproposian (CPD) dan
tergolong risiko tinggi (Marmi, 2011).
75
5) Berat Badan
Penambahan berat badan minimal selama kehamilan adalah ≥ 9
kg (Kemenkes RI,2017).
a) IMT
Overweight dan obesitas bisa diketahui dengan mengukur
indeks massa tubuh (IMT), yaitu dengan mengukur berat
badan dan tinggi badan. IMT dihitung dengan membagi berat
badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam
meter). Indeks massa tubuh ini adalah indikator yang paling
sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi
overweight dan obesitas pada orang dewasa. Berdasarkan
klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut kriteria Asia
Pasifik, seseorang dikatakan overweight jika memiliki IMT 23-
24,9 dan seseorang dikatakan obesitas jika memiliki IMT ≥ 25.
Sedangkan menurut Depkes RI, Seseorang dikategorikan
overweight jika BMI > 25 dan obesitas jika BMI > 27.
(Kemenkes RI,2013).
Rumus IMT : Berat badan (Kg)
Tinggi badan²(m)
Menurut Cunningham dalam Saifuddin (2011) rekomendasi
penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks
massa tubuh yaitu dapat dilihat dalam tabel 2.6 :
76
Tabel 2.6 Rekomendasi penambahan berat badan berdasarkan
indeks massa tubuh
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5-18
Normal 19,8-26 11,5-16
Tinggi 26-29 7-11,5
Obesitas > 29 ≥ 7
Gemeli 16-20,5
Sumber : Saifuddin, Abdul Bari. 2011.
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan
gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu
sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang
atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per minggu
masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg (Saifuddin, 2009).
Faktor resiko timbulnya hipertensi bila didapatkan kenaikan
berat badan ≥ 0,57 kg/minggu (Saifuddin, 2009). Salah satu
tanda dan gejala pre-eklamsia adalah kenaikan berat badan 1
kg atau lebih dalam seminggu (Manuaba, 2010).
6) Lingkar lengan atas (LILA)
Standar minimal ukuran LILA pada wanita dewasa atau usia
reproduksi adalah 23,5 cm. jika LILA kurang dari 23,5 cm maka
interpretasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK) (Jannah,
2012). Selain itu LILA merupakan indicator kuat status gizi ibu
yang kurang / buruk, sehingga beresiko untuk melahirkan Berat
Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) (Romauli, 2011).
77
7) Tanda-tanda Vital
Rentang tekanan darah normal pada orang dewasa sehat adalah
100/60 – 140/90 mmHg, tetapi bervariasi tergantung usia dan
variable lainnya. WHO menetapkan hipertensi jika tekanan
sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 95 mmHg. Pada
wanita dewasa sehat yang tidak hamil memiliki kisaran denyut
jantung 70 denyut per menit dengan rentang normal 60-100
denyut per menit. Namun selama kehamilan mengalami
peningkatan sekitar 15-20 denyut per menit. Nilai normal untuk
suhu per aksila pada orang dewasa yaitu 35,8-37,3° C (Kemenkes
RI,2017).
1) Tekanan darah
Mean arterial pressure adalah tekanan arteri rata – rata selama
siklus denyutan jantung yang didapatkan dari pengukuran
tekanan darah systole dan tekanan darah diastole. Nilai normal
MAP adalah bekisar antara 70 – 100 mmHg (Potter & Perry,
2008). Sedangkan rumus MAP adalah:
Ket : D : Diastolik
S : Sistolik
Pada perhitungan MAP akan didapatkan gambaran
penting dalam tekanan darah, yaitu tekanan sistolik adalah
tekanan maksimal ketika darah dipompakan dari ventrikel kiri,
MAP = D + 1/3 (S-D)
78
batas normal dari tekanan sistolik adalah 100-400 mmHg,
tekanan diastolik adalah 60-80 mmHg. Tekanan diastolik
menggambarkan tahanan pembuluh darah yang harus dicapai
oleh jantung (Potter & Perry, 2008).
Untuk mecegah terjadinya preeklamsia yaitu dengan
pengawasan antenatal yang rutin dimana salah satunya adalah
dengan dilakukan uji kemungkinan preeklamsia pemeriksaan
Roll Over Test (ROT). PemeriksaanRoll Over Test (ROT) ini
dilakukan dengan cara pasien berbaring dalam sikap miring ke
kiri, kemudian tekanan darah diukur dan dicatat, kemudian
pasien tidur terlentang dan diukur dan dicatat kembali tekanan
darahnya. Tes dianggap positif bila selisih tekanan darah
diastolik anatara posisi baring ke kiri dan terlentang
menunjukkan 20 mmHg atau lebih (Rukiyah, 2010).
2) Nadi
keadaan santai denyut nadi ibu berkisar 60-80 x/menit
(Romauli, 2011). Denyut nadi maternal sedikit meningkat
selama hamil, tetapi jarang melebihi 100 denyut per menit
(dpm). Curigai hipotriodisme jika denyut nadi >100 dpm.
Periksa adanya eksoflatmia dan hiperfleksia yang menyertai
(Marmi, 2011).
79
3) Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36-37,5oC. Bila suhu tubuh
lebih dari 37oC perlu diwaspadai adanya infeksi (Romauli,
2011).
4) Pernafasan
Untuk mengetahui sistem pernafasan, normalnya 16-24 kali
per menit (Romauli, 2011).
b. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau tidak.
Rambut yang mudah dicabut menandakan kurang gizi atau ada
kelainan tertentu (Romauli, 2011).
b. Muka
Tampak kloasma gravidarum sebagai akibat deposit pigmentasi
yang berlebihan, tidak sembab. Bentuk simetris, bila tidak
menunjukkan adanya kelumpuhan (Romauli, 2011). Edema pada
muka atau edema seluruh tubuh merupakan salah satu tanda
gejala adanya pre eklampsia (Saifuddin, 2009).
c. Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal berwarna merah muda, bila
pucat menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila
kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah
80
kemungkinan ada konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak
kemungkinan adanya pre eklampsia (Romauli, 2011).
d. Mulut
Pemeriksaan pada mulut perlu dilihat adakah sariawan, bagaimana
kebersihannya dan dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan
gingivitis yang mengandung pembuluh darah dan mudah berdarah,
maka perlu perawatan mulut agar selalu bersih (Romauli, 2011).
e. Gigi
Adanya caries atau keropos yang menandakan ibu kekurangan
kalsium. Saat hamil sering terjadi caries yang berkaitan dengan
emesis atau hiperemesis gravidarum. Adanya kerusakan gigi dapat
menjadi sumber infeksi (Romauli, 2011).
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak
ditemukan bendungan vena jugularis (Romauli, 2011). Kelenjar
tiroid sedikit membesar selama hamil akibat hiperplasia kelenjar
dan peningkatan vaskularitas. Namun perubahan anatomi ini tidak
menyebabkan tiromegali yang signifikan dan setiap pembesaran
yang signifikan perlu diteliti (Marmi, 2011).
g. Dada
Normal bentuk simetris, hiperpigmentasi areola, putting susu bersih
dan menonjol. Mengetahui ada tidaknya benjolan atau masa pada
payudara (Romauli,2011).
81
h. Payudara
Adanya hiperpigmentasi areola, puting susu bersih dan menonjol.
Pada minggu ke-12 kolostrum mulai keluar dari papila mammae
pada pasien multigravida yang telah mantap menyusui pada masa
kehamilan sebelumnya. Wanita primigravida baru akan
memproduksi kolostrum pada masa akhir kehamilan (Marmi,
2011).
i. Abdomen
Pembesaran abdomen ke depan atau ke samping (pada ascites
abdomen membesar ke samping), pembesaran sesuai usia
kehamilan, tidak ada bekas luka, tampak gerakan janin (Marmi,
2011). Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan dan kusam, yang disebut striae gravidarum
livide. Pada multipara selain striae kemerahan, juga sering
ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik
dari striae sebelumnya dan disebut striae alba. Pada kebanyakan
perempuan kulit di garis pertengahan perut akan berubah menjadi
hitam kecoklatan, yang disebut dengan linea nigra (Romauli,
2011).
j. Genetalia
Pemeriksaan genetalia di lakukan dengan mencari adanya lesi,
eritema, perubahan warna, pembengkakan, ekskoriasi, dan memar.
Pemeriksaan menyeluruh biasanya di lakukan dengan memisah
82
labia mayora, dari minora dan dengan perlahan menarik ujung
klitoris, kemudian periksa dengan cermat adanya lesi yang
kemungkinan menunjukkan sifilis atau herpes. (Marmi,2011).
Leukorea (keputihan) merupakan sekresi vagina dalam jumlah
besar dengan konsistensi kental atau cair yang dimulai dari
trimester I, sebagai bentuk dari hiperplasi mukosa vagina (Marmi,
2011)
k. Anus
Tidak ada benjolan atau pengeluaran darah dari anus (Romauli,
2011).
l. Ekstremitas
Pada ibu hamil trimester III sering terjadi edema pada muka,
tangan, dan disertai proteinuria serta hipertensi perlu diwaspadai
adanya pre eklampsia (Marmi, 2011). Varises dapat diakibatkan
oleh gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada
ekstremitas bagian bawah karena penekanan uterus yang membesar
pada vena panggul saat wanita duduk atau berdiri dan penekanan
pada vena kava inferior saat ia berbaring (Varney, 2009).
2. Pemeriksaan Khusus
a. Palpasi
Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan cara meraba. Tujuannya
untuk mengetahui adanya kelainan dan mengetahui perkembangan
kehamilan (Romauli, 2011).
83
1) Leopold I
a) Untuk mengetahiu umur kehamilan berdasarkan tingginya
fundus uteri
b) Menentukan bagian-bagian janin yang berada pada funus
uteri
Ibu hamil diperiksa dalam keadaan tidur terlentang, kedua
lutut agak ditekuk. Pemeriksa berdiri disebelah kanan ibu dan
menghadap kewajah ibu.
Mulai memeriksa denga mendorog fundus uteri ke
bagian tengah menggunakan tangan kiri, kemudian ditahan
dengan tangan kanan, dengan menggunakan jari-jari tangan
kiri, tinggi fundus uteri diukur dari prsesus xifoideus sampai
puat. Akan diperoleh tinggi fundus uteri beberapa jari
dibawah px. Bila fundus uteri mendekati pusat, tangan kiri
pemeriksa menahan tinggi fundus uteri, tangan kanan
mengukur tinggi fundus uteri mulai dari pusat. Berdasarkan
hasi pengukuran dari pemeriksaan palpasi diperkirakan umur
kehamilan disesuaikan pula dengan hasil anamnesis hari
pertama haid terakhir (Mandriwati, G,A.,2008).
TFU berdasarkan Leopold pada trimester III dapat dicermati
pada tabel 2.7 :
84
Tabel 2.7 Usia Kehamilan berdasarkan TFU
Tinggi Fundus Uteri (TFU) Usia Kehamilan
1/3 di atas simfisis atau 3 jari diatas simfisis 12minggu
½ simfisis-pusat 16 minggu
2/3 di atas simfisis atau 3 jari dibawah pusat 20 minggu
Setinggi pusat 24 minggu
1/3 di atas pusat atau 3 jari diatas pusat 28 minggu
½ pusat-prosesus xifoideus 32 minggu
Setinggi prosesus xifoideus 36 minggu
2 jari (4cm) di bawah prosesus xifoideus 40 minggu
Sumber : Hani,U., dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
Fisiologis.
Setelah tinggi funus uteri diukur dilanjutkan meraba
bagian-bagian janin yang berada pada funus utteri
menggunakan tangan kanan dan tangan kiri menahan
demikian sebaliknya. Bila teraba bagian yang bulat, keras,
dan bila ditekan tersa lentingan merupakan pertanda dari
kepala janin. Bila kepala janin berada pada fundus uteri janin
adalah presentasi bokong. Bila teraba bagian yang besar bulat
lunak dan bila ditekan tidak terasa lentingan merupaka
pertanda dari bokong janin, Bila bokon janin berada pada
fundus uteri janin adalah presentasi kepala (Mandriwati,
G,A.,2008)
2) Leopold II
Untuk mengetahui bagian-bagian janin yang berada pada
bagian samping kanan dan samping kiri uterus.
Setelah meraba bagian-bagian janin pada fundus uteri
pada pemeriksaan leopol I, tangan kiri dipindahkan kebagian
kanan uterus ibu, dan tangan kanan dipindahkan kebagian kiri
85
uterus ibu. Tangan kanan meraba bagian janin yang ada
dibagian sampan kiri uterus, dan tangan kiri menahan uterus
yang berada dbagian samping kana, selanjutnya tangan kiri
meraba bagian janin yang berada dibagian samping kanan,
selanjutnya tangan kiri merababagian janin yang berada
dibaian samping kanan uterus ibu, dan tanan kanan menahan
bagian samping kiri uterus ibu. Bila yang dirasakan bagian
yang datar dan melebar adalah pertanda dari punggung janin,
dan bila dirasakan dibagian samping kiri uterus berarti posisi
janin punggung kiri, sedangkan apabila irasakan disebelah
kanan berarti posisi janin punggung kanan (Mandriwati,
G,A.,2008)
3) Leopold III
(a) Untuk menentukan bagian tubuh janin yang berada pada
bagian bawah uterus.
(b) Utuk mengetahui apakah bagian tubuh janin yang berada
pada bagian bawah yterus sudah atau belum masuk ke pntu
atas panggul ibu.
Setelah meraba bagian kanan dan samping kiri uterus
tangan kiri dipindahkan kefundus uteri, tangan kanan kebagian
bawah uterus. Tangan kiri menahan fundus uteri tangan kanan
meraba dan menggoyankan bagian janin yang berada pada
bagian bawah uterus. Apabila teraba keras dan bila digyangkan
86
ada lentingan pertanda kepala janin, apabila teraba lunak dan
apabila digoyangkan tidak ada lentingan pertanda bokong janin.
Pada saat bagian terendah belum masuk pintu atas panggul ibu.
Sebaliknya apabila pada saat digoyangkan bagian terendah janin
tidak bisa digoyankan berarti bagian terendah janin sudah masuk
ke pintu atas panggul (Mandriwati, G,A.,2008)
4) Leopold IV
(a) Untuk memastiakan apakah bagian terendah janin benar-
benar sudah masuk ke pintu aas panggul atau belum
(b) Untuk menentukan seberapa banyak bagian terendah janin
sudah masuk pintu atas panggul ibu.
Pemeriksaan palpasi dengan teknik leopold IV dilaksanakan
apabila paa pemeriksaan dengan teknik leopold III didapatkan
bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul ibu.
Setelah melakukan pemeriksaan palpasi dengan leopold
III, pemeriksa mengubah posisi menghadap ke bagian kaki
ibu. Ibu diminta utuk meluruskan kakinya atau tidak
menekuk lutut. Tangan kiri pemeriksa dipindahkan kesebelah
lateral kiri uterus ibu, dan tangan kiri pemeriksa dipindahkan
kesebelah lateral kiri uterus ibu, ujung jari tanan kanan dan
kiri berada pada tepi atas tulang simfisis pubis. Pertemukan
kedua ibu jari dan ujung-ujung jari tanan kanan dan kiri.
Apabila ibu jari dan ujung – ujung jari tangan kanan dan kiri
87
bisa bertemu satu sama lain disebut convergen, berarti bagian
terendah janin belum masuk pintu atas panggul ibu. Apabila
ibu jari dan ujung – ujung jari tangan kanan dan kiri sejajar,
berarti bagian terendah janin belum sudah masuk pintu atas
panggul ibu. Sedangkan apabila kedua ibu jari dan ujung –
ujung jari tangan kanan dan kiri tidak bisa dipertemukan
disebut divergen, berarti bagian terendah janin belum sudah
masuk pintu rongga panggul ibu (Mandriwati, G,A.,2008).
5) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Perkiraan usia kehamilan dalam minggu dan cm dapat di lihat
pada tabel 2.7
6) Tafsiran Berat Janin (TBJ)
Menurut Mochtar (2012), tafsiran berat janin dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Johnson Tausak adalah (tinggi
fundus dalam cm) x 155=berat badan (gram). Bila kepala di atas
atau pada spina isciadika maka n=12, dan bila kepala di bawah
spina isciadika maka n=11.
Tafsiran Berat Janin (TBJ) menurut Manuaba (2010) dapat
dilihat pada tabel 2.8 dibawah ini.
Tabel 2.8 Tafsiran Berat Janin Menurut Usia Kehamilan
Usia Kehamilan (bulan) Berat Badan (gram)
7 1000
8 1800
9 2500
10 3000
Sumber : Manuaba.2010.Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan
KB.Jakarta:EGC.
88
b. Auskultasi
Jumlah denyut jantung janin normal antara 120 sampai 160
denyut per menit pada letak kepala tempat DJJ dibawah umbilikus
(Rumauli, 2011). Bila bunyi jantung kurang dari 120 per menit atau
lebih dari 160 per menit atau tidak teratur, maka janin dalam
keadaan asfiksia (kekurangan oksigen) (Marmi, 2011). Cara
menghitung detak jantungjanin dilakukan dengan interval 5 detik,
mulai dengan angka nol, jumlah perhitungan 3x5 detik dikalikan
empat dan dalam 5 detik umumnya antara 10-13 denyutan dalam
batas normal.. Faktor yang menentukan detak jantung janin adalah
presentasi, posisi kedudukan punggung, sikap anak/habitus
terhadap dirinya dan kehamilan kembar (Manuaba, 2013).
c. Pemeriksaan Panggul
Menurut Marmi (2011) persalinan dapat berlangsung dengan baik
atau tidak tergantung pada luasnya jalan lahir yang terutama
ditentukan oleh bentuk dan ukuran-ukuran panggul. Maka untuk
meramalkan apakah persalinan dapat berlangsung biasa, pengukuran
panggul diperlukan.
Pemeriksaan panggul dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Pemeriksaan panggul luar
a) Distantia spinarum, jarak antara spina iliaka anteriorsuperior
kiri dan kanan (normalnya ± 23-26 cm).
89
b) Distantia kristarum, jarak antara krista iliaka kanan dan kiri
(normalnya ± 26-29 cm).
c) Konjungata eksterna (baudeloque), jarak antara pinggir atas
simpisis dan ujung prosessus spinosus ruas tulang lumbal ke-
V (normalnya ± 18-20 cm).
d) Ukuran lingkar panggul, dari pinggir atas simphisis ke
pertengahan antara spina iliaka anterior superior dan
trokantor mayor sepihak dan kembali melalui tempat-tempat
yang sama dipihak yang lain (normalnya 80-90 cm).
2) Pemeriksaan panggul dalam
Pemeriksaan dilakukan pada usia kehamilan 36 minggu.
Dengan pemeriksaan dalam kita dapat kesan mengenai bentuk
panggul. Didapatkan hasil normal bila promontorium tidak teraba,
tidak ada tumor, linea innominata teraba sebagian, spina
iskhiadika tidak teraba, os. sacrum mempunyai inklinasi ke
belakang dan sudut arkus pubis > 90°.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang rutin dilakukan
a. Hamoglobin
Tujuan pemeriksaan haemoglobin adalah untuk mengetahui kadar
Hb dalam darah dan menentukan derajat anemia. Kondisi
haemoglobin ibu hamil menurut Kemenkes RI (2014) dapat
digolongkan sebagai berikut :
90
Hb ≥11 gr/dl : Normal
Hb 8-11 gr/dl : Anemia ringan
Hb 8 gr/dl : Anemia sedang
Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III)
atau < 10,5 g/dl (pada trimester II)
(Kemenkes RI, 2013).
b. Pemeriksaan golongan darah
Diambil dari darah perifer, bertujuan untuk mengetahui golongan
darah, dilakukan pada kunjunganpertama kehamilan
(Romauli,2011).
Pemeriksaan yang dilakukan atas indikasi
a. Pemeriksaan albumin
Albumin adalah protein yang terdapat dalam jaringan tubuh dan
darah, larut dalam air, menggumpal pada pemanasan, dilakukan pada
kunjungan pertama kehamilan dan setiap kunjungan pada akhir
trimester II sampai III kehamilan. Tujuannya untuk mengetahui ada
tidaknya albumin dalam air keruh dan berapa tinggi kadar albumin
dalam air keru (Romauli,2011).
b. Protein Urine
Pemeriksaan urine dilakukan pada kunjungan pertama dan setiap
kunjungan Trimester III. Diperiksa dengan cara dibakar, dilihat
warnanya, kemudian ditetesi asam asetat 2-3 tetes, lalu dilihat
warnanya lagi. Cara menilai hasil menurut (Romauli, 2011) yaitu:
91
1) Tidak ada kekeruhan (-),
2) Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir (+),
3) Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir (++)
4) Kekeruhan jelas dan berkeping-keping (+++),
5) Sangat keruh berkeping besar atau bergumpal (++++).
c. Reduksi urin
Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urine, dilakukan pada waktu
kunjungan pertama kehamilan, pemeriksaan reduksi yang sering di
gunakan yaitu dengan metode fehling (Romauli,2011).
d. Ultrasonografi (USG)
pemeriksaan USG pada TM II dan TM III untuk penentuan usia
kehamilan, evaluasi pertumbuhan janin, penentuan presentasi janin,
penilaian jumlah cairan amnion(Saifuddin,2009).
e. Pemeriksaan WR dan VDRL
Diambil dari darah vena kubiti yang bertujuan untuk mengetahui
apakah ibu hamil terkena sifilis, dilakukan pada waktu pertama kali
periksa kehamilan dan dapat dilakukan di Rumah Sakit, puskesmas,
dan laboratorium klinik (Romauli,2011).
f. Pemeriksaan HbSAg
Diambil dari darah vena, dilakukan pada pemeriksaan hamil yang
pertama, bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya virus
hepatitis B dalam darah, baik dalam kondisi aktif maupun sebagai
carier (Romauli,2011).
92
g. Non Stress Test (NST)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai hubungan gambaran DJJ
dan aktivitas janin. Penilaian dilakukan terhadap frekuensi dasar
DJJ, variabilitas dan timbulnya akselerasi yang menyertai gerakan
janin (Marmi, 2011).Pemeriksaan detak jantung janin dihubungkan
dengan gerak janin. Terjadinya akselerasi menunjukan kesejahteraan
janin optimal intra uteri (Manuaba, 2010).
h. Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)
Setiap ibu hamil diperlukan anamnesa pada Kartu Skor Poedji
Rochjati.
3. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Perumusan diagnosa kehamilan disesuaikan dengan nomenklatur
kebidanan, seperti G….P….A… usia … tahun usia kehamilan ….
minggu fisiologis dan janin tunggal hidup. Perumusan masalah
disesuaikan dengan kondisi ibu. keluhan yang muncul pada kehamilan
trimester III meliputi sering kencing, nyeri pinggang dan sesak napas
akibat pembesaran uterus serta rasa khawatir akan kelahiran bayinya
dan keselamatannya. Selain itu, konstipasi dan sering lelah merupakan
hal wajar dikeluhkan oleh ibu hamil Contoh kebutuhan TM III adalah
perubahan fisik dan psikologis ibu TM III, tanda-tanda persalinan,
tanda bahaya kehamilan TM III, persiapan persalinan, pengurang rasa
nyeri saat persalinan, pendamping persalinan, ASI, cara mengasuh bayi,
cara memandian bayi, imunisasi dan KB (Kemenkes RI,2017).
93
Diagnosa kebidanan
G..P..A.. Usia.. tahun, usia kehamilan …minggu fisiologi dan janin
tunggal, hidup (Kemenkes,RI 2017).
G (gravida) : Jumlah kelahiran yang dialami wanita. Diikuti
dengan jumlah seluruh kehamilan termasuk
kehamilan ini.
P (Para) : Jumlah kehamilan yang diakhiri dengan
kelahiran janin yang memnuhi syarat untuk
melangsungkan kehidupan (28 minggu atau 1000
gram) meliputi aterm, premature, immature,
abortus, hidup (APIAH).
Dengan penjelasan
berikut
:
Aterm : jumlah kelahiran bayi hidup cukup bulan (lebih
dari 36 minggu atau 2500 gram), berisi jumlah
seluruh persalinan aterm yang pernah dialami.
Prematur : jumlah kelahiran premature (28-36 minggu atau
1000-2499 gram )berisi jumlah seluruh
persalinan premature yang pernah dialami.
Immatur : jumlah kelahiran immature (21-28 minggu atau
500-1000 gram) berisi jumlah seluruh persalinan
imatur yang pernah dialami.
Jumlah anak : jumlah anak yang hingga kini masih hidup, berisi
94
hidup jumlaha seluruh anak yang masih hidup sampai
saat dilakukan anamnesis.
Hidup : melalui pemeriksaan auskultasi DJJ jantung
janin.
Janin tunggal, intra uteri: melalui pemeriksaan penunjang USG
(Diana,2017).
4. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
ibu, tindakan. segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif. Sesuai dengan Kemenkes RI (2017), standar pelayanan
antenatal merupakan rencana asuhan pada ibu hamil yang minimal
dilakukan pada setiap kunjungan antenatal, antara lain timbang berat
badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur LILA, ukur TFU,
tentukan status imunisasi dan berikan imunisasi TT sesuai status
imunisasi, berikan tablet tambah darah, tentukan presentasi janin dan
hitung DJJ, berikan konseling mengenai lingkungan yang bersih,
kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara,
body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil,
serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi, berikan pelayanan tes
laboratorium sederhana, dan lakukan tatalaksana.
5. Penatalaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan
rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif,
95
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada ibu dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Asuhan
kebidanan pada ibu hamil itu meliputi menimbang berat badan,
mengukur tinggi badan, mengukur tekanan darah, mengukur LILA,
mengukur TFU, menentukan status imunisasi dan memberikan
imunisasi TT sesuai status imunisasi, memberikan tablet tambah darah,
menentukan presentasi janin dan menghitung DJJ, memberikan
konseling mengenai lingkungan yang bersih, kebutuhan nutrisi,
pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara, body mekanik,
kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil, serta persiapan
persalinan dan kelahiran bayi, memberikan pelayanan tes laboratorium
sederhana, dan melakukan tatalaksana. (Kemenkes RI,2017).
6. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai
melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat,
dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindaklanjuti
sesuai dengan kondisi ibu. Berikut adalah uraian evaluasi dari
pelaksanaan.
a. Telah dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan, tekanan darah, LILA, dan TFU.
b. Status imunisasi tetanus ibu telah diketahui dan telah diberikan
imunisasi TT sesuai dengan status imunisasi.
96
c. Telah diberikan tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan.
d. Telah didapat presentasi janin dan denyut jantung janin. e. Ibu
mengerti dan dapat menjelaskan kembali mengenai lingkungan yang
bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan
payudara, body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi,
senam hamil, serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi.
e. Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium.
f. Telah diberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan
permasalahan yang dialami (Kemenkes RI, 2017).
7. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap,
akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang
ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada
formulir yang tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP.
a. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.
b. O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap
klien.
c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.
d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan (Kemenkes RI, 2017).
97
2.2 Persalinan
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan
A. Pengertian Persalinan
1. Persalianan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan,
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri) (Manuaba,2010).
2. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
mingggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni, Margareth, 2013).
3. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, plasenta dan
cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau jalan
lain dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri (Indrayani, 2012)
4. Persalinan normal adalah peristiwa lahirnya bayi hidup dan plasenta dari
dalam uterus dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa
menggunakan alat, pertolongan pada usia kehamilan 37-42 minggu atau
lebih dengan berat lahir 2500 gram atau lebih dengan lama persalinan
kurang dari 24 jamyang dibantu dengan kekuatan kontraksi uterus dan
tenaga mengejan (Sujiyatini dkk,2011)
5. Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng
teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban,
98
dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri
(Sumarah,2010)
6. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Yanti,2009).
B. Jenis Persalinan
Menurut (Manuaba,2013), jenis persalinan di bagi menjadi:
1. Persalinan Spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2. Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
3. Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan usia kehamilan dan beratjanin
yang dilahirkan adalah sebagai berikut :
a. Abortus, terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup di luar kandungan; usia kehamilan sebelum 28 minggu;
berat janin kurang dari 1000 gr.
b. Persalinan prematuritas. Persalinan sebelum usia kehamilan 28 sampai
36 minggu; berat janin kurang dari 2499 gr.
99
c. Persalinan aterm. Persalinan antara usia kehamilan 37 dan 42 minggu;
berat janin di atas 2500 gr.
d. Persalinan serotinus. Persalinan melampaui usia kehamilan 42
minggu. Pada janin terdapat tanda postmaturitas.
e. Persalinan presipitatus. Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3
jam (Manuaba,2013).
C. Teori Terjadinya Persalinan
(Manuaba,2010) terdapat beberapa teori kemungkinan terjadinya proses
persalinan yaitu :
1. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Keadaan uterus yang terus membesar menyebabkan iskemia otot-otot
uterus.
2. Teori Penurunan Hormone Progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28 minggu, karena
terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan,
sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot
rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone
tertentu.
3. Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitifitas
100
otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Dengan
menrunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan maka
oksitosin dapat meningkatkan aktifitas, sehingga persalinan dimulai.
4. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu,
yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin dianggap dapat merupakan
pemicu terjadinya persalinan.
5. Teori hipotalamus-hipofisis dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini
dikemukakan oleh liggin 1973. Glandula suprarenalis merupakan
pemicu terjadinya persalinan.
6. Teori iritasi mekanik
Menurut Rustam (Mochtar,2011) dibelakang serviks terletak ganglion
servikale fleksus Frankenhauser. Apabila ganglion tersebut digeser dan
ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
D. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan
lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang
keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan. Jalan lahir terdiri atas:
101
a. Jalan lahir/Panggul keras
Bagian keras dibentuk oleh empat buah tulang yaitu:
1) tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os ilium, os ischium dan
os pubis.
2) 1 tulang kelangkang (os sacrum).
3) 1 tulang tungging (os cocygis).
Jenis-jenis panggul:
a) Ginekoid (tipe wanita klasik)
b) Android (mirip panggul pria)
c) Antropoid (mirip panggul kera anthropoid)
d) Platipelloid (panggul pipi
b. Bagian lunak panggul
Bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina,
muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan
bawah panggul (Sumarah dkk, 2010).
2. Passanger (janin)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin (Sumarah dkk, 2010).
3. Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter
dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta
dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai
102
dimulainya persalinan. Apabila servik berdilatasi, usaha volunter dimulai
untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini
memperbesar kekuatan kontraksi involunter. Kekuatan primer membuat
serviks menipis dan berdilatasi dan terjadi penurunan janin. Kekuatan
sekunder terjadi segera setelah bagian presentasi mencapai dasar
panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar.
Sehingga wanita merasa ingin mengedan. Kekuatan sekunder tidak
mempengaruhi dilatasi servik, tetapi setelah dilatasi servik lengkap
(Sumarah dkk,2010).
4. Psikologis Ibu
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga
biasa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah
mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai
suatu “keadaan yang belum pasti“ sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi : Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan
intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari
orang terdekat pada kehidupan ibu.
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam
menghadapi proses persalinan (Wiknjosastro, 2002).
103
6. Posisi Ibu
Macam-macam posisi meneran menurut (Sumarah dkk ,2010),meliputi:
A. Duduk atau setengah duduk
Posisi duduk atau setengah duduk, sering kali nyamanbagi ibu dan ibu
bisa istirahat dengan mudah diantara kontraksi jika merasa lelah.
Keuntungan dari posisi ini adalahmemudahkan melahirkan kepala
bayi. Bagi bidan lebih mudahuntuk membimbing kelahiran kepala
bayi dan memperhatikan perineum.
B. Merangkak
Posisi merangkak seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu
yang mengalami nyeri punggung saat persalinan. Selain itu dapat
membantu bayi melakukan rotasi dan peregangan minimal pada
perineum.
C. Jongkok atau berdiri
Posisi jongkok atau berdiri dapat mempercepat kala I persalinan dan
mengurangi rasa nyeri yang hebat. Selainitu jugadapat membantu
penurunan kepala bayi.Namun posisi ini berisiko terjadinya laserasi
(perlukaan jalan lahir).
D. Berbaring miring kekiri
Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena
cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
hipoksia, karena suplayoksigen tidak terganggu. Seringkali merupakan
posisi yang baik bagi ibu jika kelelahan karena ibu bisa beristirahat
104
dengan mudah di antara kontraksi. Posisi ini juga bisa membantu
mencegah laserasi perineum.
E. Posisi terlentang (Supine)
Pada posisi terlentang dapat menyebabkan hipotensi dapat berisiko
terjadinya syok dan berkurangnya suplay oksigen dalam sirkulasi
uteroplacenta sehingga dapat menyebabkan hipoksia bagi janin, rasa
nyeri yang bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu
mengalami gangguan untuk bernafas,buang air kecil terganggu,
mobilisasi ibu kurang bebas, ibu kurang semangat, risiko laserasi jalan
lahir bertambah, dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan
punggung.
E. Fisiologi Persalinan
Persalinan dibagi menjadi empat kala yang berbeda. Kala I persalinan
mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas,
dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks
yang progesif. Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah
lengkap dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala tiga persalinan dimulai
segera setelah janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban janin (Saifuddin,2010).
1. Tanda persalinan
Tanda-tanda persalinan menurut (Manuaba,2010) adalah sebagai
berikut:
105
a. Terjadinya his persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas
pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur,
interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar, makin
beraktivitas (jalan) makin bertambah.
b. Pengaluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Pembukaan
menyebabkan lendir darah yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
c. Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang
menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru
pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam. Faktor yang
menyebabkanadanya his menurut (Manuaba,2010) terdapat dua
hormon yang paling dominan dalam kehamilan, yaitu:
1) Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim,
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis.
2) Progesteron yang menurunkan sensitivitas otot rahim,
menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, prostaglandin dan rangsangan mekanis.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron
menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis posterior
dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton hicks.
106
Kontraksi Braxton hicks akan menjadi kekuatan dominan saat
dimulainya persalinan.
2. Tahap persalinan
a. Kala I
Pada permulaan his, kala pembukaan tidak begitu kuat sehingga
parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan multigravida sekitar 8
jam. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan pembukaan
primigravida 1cm/jam dan pembukaan multigravida 2cm/jam.
Dengan perhitungan tersebut, maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan (Manuaba, 2010).
Menurut (Wiknjosastro,2010), kala I persalinan dimulai sejak
terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi
dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I
persalinan terdiri atas 2 fase, yaitu:
1) Fase laten
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm, berlangsung hampir atau
hingga 8 jam.
2) Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap, kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali
107
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih, dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10cm akan terjadi dengan keceptan rata-rata 1cm
perjam (primigravida) atau lebih dari 1cm hingga 2cm (multipara)
dan terjadi penurunan bagian bawah janin. Perbedaan pembukaan
serviks pada primigravida dengan multigravida dapat dilihat pada
tabel 2.9.
Tabel 2.9 Pembukaan serviks pada primigravida dan multigravida
Primi Multi
Serviks mendatar
(effacement) dulu, baru
berdilatasi
Mendatar dan membuka dapat terjadi bersamaan
Berlangsung 13-14 jam Berlangsung 6-7 jam
Sumber: Sofian. 2011. Sinopsis Obstetri.
Fase aktif dibagi menjadi 3 subfase yaitu:
a) periode akselerasi
berlangsung 2 jam dengan pembukaan menjadi 4 cm.
b) periode dilatasi maksimal yaitu selama 2 jam dan pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm,
c) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
Proses membukanya servik disebut dengan berbagai istilah
yaitu melembek (softening), menipis (thinned out), terobliterasi
(oblitrated), mendatar dan tertarik ke atas (effaced and taken up)
dan membuka (dilatation) (Sofian, 2011). Proses membukanya
serviks dapat dilihat pada gambar 2.2.
108
Gambar 2.3.Proses membukanya servik
Sumber :Ruth, Jhonson. 2005. Bukuajar praktik kebidanan.
Sifat kontraksi otot rahim (his) kala I menurut
(Manuaba,2010) adalah:
a) Kontraksi bersifat simetris.
b) Fundal dominan, artinya bagian fundus uteri sebagai pusat dan
mempunyai kekuatan yang paling besar.
c) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien (ibu).
d) Intervalnya makin lama makin pendek.
e) Kekuatannya makin besar dan pada kala II diikuti dengan refleks
mengejan.
f) Diikuti retraksi, artinya panjang otot rahim yang telah
berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula.
g) Setiap kontraksi mulai dari miring pace maker yang terletak di
sekitar insersi tuba, dengan arah penjalaran ke daerah serviks uteri
dengan kecepatan 2 cm per detik.
h) Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang, dareah
perut, dan dapat menjalar ke arah paha.
109
Distribusi susunan otot rahim ke arah serviks yang semakin
berkurang menyebabkan serviks bersifat pasif, sehingga terjadi
keregangan (penipisan), seolah-olah janin terdorong ke arah jalan
lahir. Bagian rahim yang berkontraksi dengan yang menipis dapat
diraba atau terlihat, tetapi tidak melebihi batas setangah pusat-
simfisis. Pada kala pertama, amplitudo sebesar 40 mmHg,
menyebabkan pembukaan serviks, interval 3–4 menit dan lamanya
berkisar antara 40–60 detik. Akhir kala pertama ditetapkan dengan
kriteria, yaitu pembukaan lengkap, ketuban pecah, dan dapat disertai
refleks mengejan.
b. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan
lebih lama. Kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Kepala janin telah
turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan
rasa mengedan. Tekanan pada rektum menyebabkan ibu merasa
seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu
his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum
meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir
kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi
berlangsung 1½-2 jam, dan pada multi ½ -1 jam (Sofian, 2011).
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga
110
disebut kala pengeluaran bayi (Wiknjosastro, 2010). Pada kala
pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama,
kira-kira 2–3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke
ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot panggul
yang melaui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan. Oleh
karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar,
dengan tanda anus terbuka. Kekuatan his pada akhir kala I atau
permulaan kala II mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval 3–4
menit, dan durasi berkisar 60–90 detik. Kekuatan his dan mengejan
mendorong janin ke arah bawah dan menimbulkan keregangan yang
bersifat pasif. Kekuatan his menimbulkan putar paksi dalam,
penurunan kepala atau bagian terendah, menekan serviks dimana
terdapat pleksus Frankenhauser, sehingga terjadi refleks mengejan.
Kedua kekuatan his dan refleks mengejan makin mendorong bagian
terendah sehingga terjadilah pembukaan pintu, dengan crowning dan
penipisan perineum. Selanjutnya kekuatan his dan refleks mengejan
menyebabkan ekspulsi kepala, sehingga berturut-turut lahir ubun-
ubun besar, dahi, muka, dan kepala seluruhnya (Manuaba, 2010).
Gerakan utama saat janin melewati jalan lahir selama proses
persalinan adalah masuknya bagian prensentasi ke pintu atas panggul
(engagement), turun (descent), fleksi, rotasi internal (putaran paksi
dalam), ekstensi, rotasi eksternal (putaran paksi luar), dan ekspulsi
(Leveno, 2009).
111
1) Masuknya bagian presentasi (engagement)
Mekanisme bagaimana diameter biparietal, garis tengah
transversal terpanjang kepala janin pada presentasi oksiput,
melewati pintu atas panggul (PAP) disebut sebagai cakap
(engagement). Fenomena ini mungkin sudah terjadi dalam
beberapa minggu terakhir kehamilan, atau sebaliknya belum
terjadi sampai dimulainya persalinan. Jika kepala janin dapat
digerakkan secara bebas di atas PAP pada permulaan persalinan,
maka kepala disebut masih “mengapung”. Kepala yang beukuran
normal biasanya tidak masuk dengan sutura sagitalnya mengarah
anteroposterior. Kepala janin biasanya masuk ke PAP dalam
diameter transversal atau salah satu dari diameter oblik.Meskipun
kepala janin cenderung mengakomodasi sumbu transversal PAP,
namun sutura sagitalis, sementara tetap sejajar dengan sumbu
tersebut, mungkin tidak terletak tepat di pertengahan antara
simfisi dan promontorium sakrum. Sutura sagitalis sering
terdefleksi ke posterior ke arah promontorium atau ke anterior ke
arah simfisis. Defleksi lateral kepala tersebut ke posisi lebih
anterior atau posterior di panggul disebut asinklitismus.
Asinklitismus derajat sedang merupakan hal yang umum pada
persalinan normal, tetapi jika parah, asinklitismus mungkin
menyebabkan disproporsi sefalopelvis bahkan pada panggul
berukuran normal.
112
2) Turun (descent)
Gerakan pertama yang harus terjadi sebelum lahirnya bayi. Pada
nulipara, masuknya bagian presentasi terjadi sebelum awitan
persalinan, dan penurunan lebih lanjut mungkin belum terjadi
sampai awitan kala II. Pada wanita multipara, penurunan biasanya
dimulai bersama masuknya bagian presentasi janin ke panggul.
Penurunan ini terjadi tekanan cairan amnion, tekanan langsung
fundus pada bokong saat kontraksi, upaya mengejan dengan otot
abdomen, ekstensi dan melurusnya tubuh janin.
3) Fleksi
Segera setelah kepala yang turun menemui tahanan, baik dari
serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, biasanya terjadi
fleksi kepala. Dalam gerakan ini, dagu menjadi semakin dekat
bersentuhan dengan toraks janin, dan garis tengah suboksipito
bregmatika yang cukup pendek menggantikan garis tengah
oksipitofrontal yang lebih panjang.
4) Rotasi internal (putaran paksi dalam)
Gerakan berputarnya kepala sehingga oksiput secara bertahap
bergerak dari posisi semula ke arah anterior menuju simfisis pubis
atau yang lebih jarang, ke arah posterior menuju cekungan
sakrum. Putaran paksi dalam ini merupakan gerakan esensial
untuk menyelesaikan persalinan, kecuali jika janin terlalu kecil.
Meskipun selalu berkaitan dengan turunnya janin, rotasi internal
113
biasanya belum selesai hingga kepala mencapai ketinggian spina
sehingga telah cakap.
5) Rotasi eksternal (putaran paksi luar)
Kepala yang lahir kemudian mengalami resusitasi. Jika semula
mengarah ke kiri, oksiput berputar ke arah tuberositas iskiadika,
jika semula mengarah ke kanan, oksiput berputar ke kanan.
Resusitasi kepala ke posisi oblik diikuti oleh tuntasnya putaran
paksi luar ke posisi transversal, yaitu suatu gerakan yang sesuai
dengan rotasi tubuh janin, berfungsi membawa garis tengah
biakromion menjadi berhubungan dengan garis tengah
anteroposterior pintu bawah panggul. Oleh karena itu, satu bahu
terletak anterior di belakang simfisis dan bahu lainnya posterior.
Gerakan ini tampaknya disebabkan oleh faktor-faktor panggul
yang sama dengan yang menyebabkan rotasi internal kepala.
6) Ekspulsi
Hampir segera setelah putaran paksi luar, bahu anterior muncul di
bawah simfisis pubis, dan perineum segera mengalami
peregangan oleh bahu posterior. Setelah bahu keluar, bagian
tubuh janin lainnya dengan cepat lahir.
Penurunan kepala janin melewati gelang pelvic dapat dilihat pada
gambar 2.4.
114
Gambar 2.4.Penurunan kepala janin melewati gelang pelvik
Sumber : Fraser, Diane M dan Cooper, Margaret A. 2009. Buku Ajar Bidan
Myles.
c. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.
Lama kala III untuk primi maupun multigravida adalah 10 menit
(Manuaba, 2010).
Pada kala III persalinan, miometrium berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusupan
ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta. Karena tempat perlekatan plasenta menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah
lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam
vagina. Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu perubahan bentuk dan
tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang, dan semburan darah
mendadak dan singkat. (Wiknjosastro, 2010).
Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Wiknjosastro, 2008). Setelah
bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras
115
dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi
2 kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul
his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5–10 menit, seluruh
plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5–30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira
100-200 cc (Sofian, 2011).Setelah istirahat sekitar 8-10 menit, rahim
berkontraksi untuk melepaskan plasenta dari insersinya, di lapisan
Nitabusch. Pelepasan plasenta dapat mulai dari pinggir atau dari
sentral dan terdorong ke bagian bawah rahim (Manuaba, 2010).
(Manuaba,2009) menyebutkan bahwa ada 2 bentuk utama pelepasan
plasenta, yaitu:
1) Menurut Schultze yaitu terlepas di sentral atau parasentral,
plasenta akan lahir dan baru diikuti perdarahan.
2) Menurut Mathews-Duncan yaitu terlepas di pinggir sehingga
plasenta lahir, baru diikuti dengan perdarahan.
d. Kala IV
Kala IV persalinan dimulai sejak plasenta lahir sampai ±2 jam
setelah plasenta lahir (Hidayat,2010). Kala IV dimaksudkan untuk
melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering
terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi
tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan
116
darah, nadi dan pernapasan, kontraksi uterus terjadinya perdarahan.
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400 sampai 500cc (Manuaba, 2010).
Menurut Wiknjosastro (2008), dua jam pertama setelah
persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Kala IV
dimaksudkan untuk melakukan observasi perdarahan post partum,
paling sering terjadi 2 jam pertama.Perdarahan dianggap masih
normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500cc (Manuaba,
2010).
F. Penapisan ibu bersalin
Ibu hamil yan akan meahirkan harus memenuhi persyaratan yang disebut
penapisan aal. Tujuanya adalah untuk menentukan apakah ibu tersebut
boleh bersalin di PMB atau dirujuk. Apabila didapati salah satu penyuit
seperti dibawah ini maka ibu harus dirujuk ke rumah sakit.
117
Tabel 2.10 Penapisan ibu bersalin
NO PENYULIT YA TIDAK
1 Riwayat bedah sesar
2 Perdarahan Per vaginam
3 Persalinan kurang bulan usia kehamilan kurang dari 37
minggu
4 Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental
5 Ketuban pecah lama
6 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan
kurang dari 37 minggu)
7 Ikterus
8 Anemia berat
9 Tanda/gejala infeksi
10 Pre-eklampsi/Hipertensi dalam kehamilan
11 Tinggi fundus 40 cm/lebih
12 Gawat janin
13 Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala
janin masih 5/5
14 Presentase bukan belakang kepala
15 Presentase ganda (majemuk)
16 Kehamilan ganda atau gemelli
17 Tali pusat menumbung
18 Syok
19 Suami TKI
20 Suami pelayaran
21 Suami/Bumil bertato
22 HIV/AIDS
23 PMS
24 Anak mahal
Sumber: JNPKR-KR (2008): asuhan persalinan normal
Cara pengisian yaitu : jika salah satu jawaban diatas “ya” maka
dilakukan rujukan karena terdapat kemungkinan penyulit.
G. Lima Benang Merah dalam Persalinan
Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan saling
terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman (JNPK-KR, 2012) :
1. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan merupakan proses yang menetukan untuk
menyelesaikan masalah dan menetukan asuhan yang diperlukan oleh
118
pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi
pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.
2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah
membayangkan mengenai asuhan sayang adalah dengan menanyakan
kepada diri kita sendiri “seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan
?” atau “apakah asuhan yang seperti ini yang saya inginkan untuk
keluarga saya yang sedang hamil?”. Dengan begitu ibu akan
mendapatkan rasa aman selama proses persalinan.
3. Pencegahan Infeksi
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-
komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.
Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan
tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri,
virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko
penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum
ditemukan pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS.
4. Pencatatan (Dokumentasi)
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayinya.
Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak
dilakukan. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat
119
keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk
terus menerus meperhatikan asuhan yang diberikan selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan
penolong persalinan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan
dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan
membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya.
5. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas
kesehatan yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian
besar ibu akan mengalami persalinan normalnamun sekitar 10-15%
diantaranya akan mengalami masalah masalah selama proses persalinan
dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan.
Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga
kesiapan untuk merujuk ibu dan bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan
secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi syarat
bagi keberhasilan upaya penyelamatan.
H. 60 Langkah APN
1. Mendengar dan melihat tanda gejala kala II. Tanda gejala kala II yaitu
ibu merasakan ada dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, dan
terlihat kondisi vulva yang membuka dan perineum yang menonjol.
120
2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi
baru lahir.
3. Memakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir dan kemudian keringkan dengan
tissue atau handuk yang bersih dan kering.
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam spuit (gunakan tangan yang
menggunakan sarung tangan DTT dan steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
7. Melakukan vulva hygien dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT.
8. Melakukan periksa dalam dengan hati-hati untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/menit).
121
11. Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya. (ibu memilih posisi setengah duduk).
12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran (bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke
posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman).
13. Melaksanakan pimpinan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit. (ibu memilih posisi setengah duduk).
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Meletakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah
bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih
dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
122
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal.
20. Memeriksa kemungkin adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
25. Melakukan penilaian bayi baru lahir.
Jam … Bayi lahir spontan, A-S = 8-9, tangis kuat, gerak aktif, warna
kulit kemerahan.
123
26. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal).
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intamuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu)
dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat.
32. Meletakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangakan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-
kranial) secara hati-hati. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
124
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan
lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke
dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Plasenta lahir spontan jam 10.20, pada sisi maternal selaput
ketuban utuh, kotiledon 20, lengkap, diameter 20 cm, tebal 2
cm, sisi fetal tidak ada pembuluh darah yang putus panjang tali
pusat 40 cm.
41. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila ada laserasi.( tidak ada laserasi)
125
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.(kontraksi baik, keras pada tfu)
43. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan biarkan bayi tetap melakukan
kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Melakukan pemeriksaan fisik BBL.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1, berikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.(ibu mengerti cara massase yang benar).
48. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. (200 cc)
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pascapersalinan.
50. Memantau tanda-tanda bahaya pada bayi setiap 15 menit. Pastikan
bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh
normal (36,5-37,5 0C).
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
52. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
126
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
55. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Menyelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di bawah kanan lateral. Letakan bayi dalam jangkuan ibu
agar sewaktu – waktu bias disusukana.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5 selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
60. Lengkapi Partograf(halaman depan,belakang).
127
I. Persiapan-persiapan yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan
Rujukan (BAKSOKUDA)
1. B(Bidan):Pastikan ibu / bayi / klien didampingi oleh tenaga kesehatan
yang kompeten yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan
kegawatdaruratan.
2. A (Alat):Bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan seperti
: Spuit, nfuse set, tensi meter, stetoskop dll.
3. K (Keluarga):Beritahu keluarga kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu ke tempat rujukan.
4. S (Surat rujukan):Berikan surat ke tempat rujukan yang berisi
identifikasi ibu(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau
obat-obat yang telah diterima ibu (klien).
5. O (Obat):Bawa obat-obat essensial diperlukan selama perjalanan
merujuk.
6. K (Kendaraan):Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu(klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan dalam waktu yang cepat.
7. U (Uang):Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat dan bahan – bahan kesehatan yang
diperlukan di tempat rujukan.
128
8. Da (Donor Darah):Siapkan calon pendonor darah dari keluarga untuk
berjaga-jaga dari kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah
(Manuaba 2015)
J. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)
Standar pertolongan persalinan menurut (Al-Assaf ,2009), yaitu:
1. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
Bidan menilai secara tepat bahwa persalian sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
2. Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap
sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi
setempat.
3. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
4. Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui
Episiotomi.
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk
memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
K. Partograf
1. Pengertian
129
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR,
2008).
2. Tujuan
Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal.
c. Dengan demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
d. Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa
yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik
dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimanasemua itu dicatatkan
secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru
lahir( JNPK-KR, 2009).
3. Pengisian partograf
Pengisian partograf antara lain:
1. Pencatatan selama Fase Laten Kala I Persalinan
Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus
dicatat. Hal ini dapat dilakukan secara terpisah, baik di catatan
kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu
Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kalimembuat
130
catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi
juga harus dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan
dicatat dengan seksama, yaitu :
1) Denyut jantung janin : setiap 30 menit
2) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30menit
3) Nadi : setiap 30 menit
4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam
5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
7) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2-4 jam
8) Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan
(JNPK-KR,2009).
2. Pencatatan selama fase aktif persalinan
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang
dimulai pada fase aktif persalinan; dan menyediakan lajur dan kolom
untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan,
meliputi:
1) Informasi tentang ibu :
a) Nama, umur
b) Gravida, para, abortus (keguguran)
c) Nomor catatan medik nomor Puskesmas
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat ( atau jika di rumah : tanggal
dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
131
2) Waktu pecahnya selaput ketuban
3) Kondisi janin:
a) DJJ (denyut jantung janin)
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-
tanda gawat janin). Setiap kotak dibagian atas partograf
menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada
garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ.
Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan
garis tegas bersambung.Kisaran normal DJJ terpapar pada
patograf diantara 180 dan 100. Akan tetapi penolong harus
waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.
b) Warna dan adanya air ketuban
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan
dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
Catat semua temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudahpecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah
132
K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak
mengalir lagi (kering)
c) Penyusupan (moulase) kepala janin.
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras
(tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupannya atau
tumpang tindih antara tulang kepalasemakin menunjukan risiko
disporposi kepala panggul (CPD). Ketidak mampuan untuk
berakomodasi atau disporposi ditunjukan melalui derajat
penyusupan atau tumpang tindih (molase) yang berat sehingga
tulang kepala yang saling menyusup, sulit untukdipisahkan.
Apabila ada dugaan disporposi kepala panggul maka penting
untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai
penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan
yang ada dikotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindihtetapi
masih dapat dipisahkan
133
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak
dapat dipisahkan
(JNPK-KR,2009)
4) Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan
kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera dikolom paling kiri
adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan
besarnya dilatasi serviks dalam satuan sentimeter dan menempati
lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur
satu ke lajur yang lain menunjukan penambahan dilatasi serviks
sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan
bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesaui dengan
metode perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukan
waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, DJJ,
kontraksi uterus dan frekwensi nadi ibu.
a) Pembukaan serviks
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf
setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus
dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya
pembukaan serviks.
Perhatikan :
(1) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks
yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada fase
134
aktif persalinan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
dalam.
(2) Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan,
temuan (pembukaan serviks dari hasil pemeriksaan dalam
harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang
sesuai dengan bukaan serviks ( hasil periksa dalam ) dan
cantumkan tanda “X‟ pada ordinat atau titik silang garis
dilatasi serviks dan garis waspada.
(3) Hubungkan tanda “X‟ dari setiap pemeriksaan dengan garis
utuh (tidak terputus)
(JNPK-KR,2009).
b) Penurunan bagian terbawah janin atau persentase janin
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan)
yang menunjukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin
telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal,
kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya
bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian
terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai
7 cm (JNPK-KR,2009).
Berikan tanda “O” yang ditulis pada garis waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika hasil palpasi kepaladiatas simfisis
pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4.
135
Hubungkan tanda “O” dari setiap pemeriksaan dengan garis
tidak terputus.
c) Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan
terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika
pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada
(pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus
dipertimbangkan adanya penyulit. Garis bertindak tertera sejajar
dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah
kanan garis bertindak maka perlu dilakukan tindakan untuk
menyelesaikan persalinan (JNPK-KR,2009).
5) Jam dan waktu
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
c) Setiap kotak padapartograf untuk kolom waktu (jam)
menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
(JNPK-KR,2009).
6) Kontraksi uterus : frekuensi dan lamanya
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan
tulisan “kontraksi per 10 menit“ di sebelah luar kolom paling kiri.
136
Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan
catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi
dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam
waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia
dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari
hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3
kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian
pada 3 kotak kontraksi (JNPK-KR,2009).
7) Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
a) Oksitisin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan
setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume
cairan IV dan dalam tetes per menit.
b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan
IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya(JNPK-
KR,2009).
8) Kondisi ibu
a) Nadi, tekanan darah, dan temperatur
b) Urin (volume, aseton, atau protein)
9) Asuhan, pengamatan,dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam
kolom tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan
persalinan) (Sarwono, 2009).
137
Gambar 2.5.Lembar Depan Partograf
Sumber: JNPK-KR (2017): asuhan persalinan normal
3. Halaman belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta
tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga IV (
termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai
catatan persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang telah diberikan pada
ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk
memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan
membuat keputusan klinik, terutamapada pemantauan kala IV
(mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan
138
persalinan dapat pula digunakan untuk menilai memantau sejauh mana
telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman
(JNPK-KR,2009). Cara melalukan pengisian Lembar belakang
partograf yaitu:
1) Data dasar.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,
alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk,
pendamping saat merujuk dan masalah dalam kehamilan/ persalinan.
2) Kala I. Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat
melewati garis waspada, masalah lain yang timbul, penatalaksanaan,
dan hasil penatalaksanaannya. Untuk penatalaksanaan nomor 10 dan
nomor 11 hanya melingkari jawaban yang sesuai, pertanyaan
selanjutnya hanya di isi jika terdapat masalah lain, cara dan
penatalakanaanya.
3) Kala II.
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu dan masalah dan penatalaksanaannya. Beri tanda √
pada kotak disamping disamping sesuai. Bila pertanyaan nomor 15
jawabanya “ya” tulis indikasinya. Untuk nomor 16 uraikan tinakan
yang akan dilakukan persiapkan untuk pendampin persalinan. Jika
nomor 17 jawabanya “ya” uraikan tindakan yang akan dilakukan.
Jika ditambah ruang untuk menekankan upaya deteksi dini terhadap
gangguan dini tehadap ganguan kondisi kesehatan janin, catat hasil
139
pemantauan tersebut. Pada nomor 19 harus dijelaskan jenis masalah
yang tepat.
4) Kala III.
Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala III,
pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase
fundus uteri, kelengkapan plasenta, retensio plasenta > 30 menit,
laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain,
penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang
disediakan an beri tanda √ pada kotak disamping jawaban yang
sesuai. Untuk nomor 25, 26, dan 28 lingkari jawaban yang benar.
5) Kala IV.
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai
apakah terdapat resiko atau terjadi perdarahan pasca persalinan.
Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu
jam pertama setelah melahirkan dan setia 30 pada satu jam
beriktnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan
jawaban pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang
telah disediakan (Depkes RI, 2008).
6) Bayi baru lahir.
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis
kelamin, penilaian bayi baru lahir, IMD, pemberian ASI, masalah
140
lain dan hasilnya.isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri
tanda √ pada kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk
pertanyaan nomor 37 dan 38 linkari jawaban yang sesuai. Untuk
nomor 39 jawabanya mungkin lebih dari satu
Lembar belakang partograf dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut :
Gambar 2.6 Lembar Belakang Partograf
Sumber: JNPK-KR (2017): asuhan persalinan normal
141
2.2.2 Asuhan kebidanan pada persalinan
A. Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Nama : Untuk mengenal ibu dan suami
2) Umur : Belum matangnya alat reproduksi untuk hamil dapat
merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan
janin. Kehamilan dan persalinan pada remaja memiliki resiko lebih
tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30
tahun (Manuaba, 2010).
Usia dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun
mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi. Usia
dibawah 16 tahun meningkatkan insiden pre eklamsia. Usia diatas 35
tahun meningkatkan insiden diabetes tipe II (yang menyebabkan
peningkatan insiden diabetes kehamilan juga diagnosis diabetes tipe
II); hipertensi kronis (yang menyebabkan peningkatan insiden pre-
eklamsia dan abrupsio plasenta); persalinan yang lama pada
nulipara; seksio sesarea; pelahiran pre term; IUGR; anomali
kromosom; dan kematian janin (Varney, 2009).
Ibu hamil di atas 35 tahun beresiko tinggi karena terjadi
penurunan fungsi organ. Pada proses persalinan diperlukan tenaga
yang lebih besar ditambah lagi kelenturan dan jalan lahir dengan
142
bertambahnya umur keelastisitasannya juga semakin berkurang.
(Sukarni, 2013).
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat membimbing dan
mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya.
4) Suku atau bangsa
Asal daerah dan bangsa seorang ibu berpengaruh terhadap pola pikir
mengenai tenaga kesehatan dan adat istiadat yang dianut.
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga tenaga kesehatan
dapat melalukan komunikasi termasuk dalam hal pemberian
konseling sesuai dengan pendidikan terakhirnya (Kemenkes,RI
2017).
6) Pekerjaan
Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian status
gizinya . Hal ini dikaitkan dengan berat janin saat lahir. Jika tingkat
sosial ekonominya rendah, kemungkinan bayi lahir dengan berat
badan rendah (Kemenkes,RI 2017).
7) Alamat
Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam melakukan
follow up terhadap perkembangan ibu (Kemenkes,RI 2017).
143
8) Paritas
Paritas mempengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi.
Pada multipara jika persalinan sebelumnya serviks mengalami
pembukaan lengkap, pembukaan kali ini tidak akan sulit sehingga
memperpendek lama persalinan. Dominasi fundus uteri pada
multipara lebih besar dengan kontraksi lebih kuat dan dasar panggul
yang relaks sehingga bayi lebih mudah melaluijalan lahir dan
mengurangi lama persalinan. Pada grand multipara, semakin banyak
jumlah janin, persalinan secara progresif menjadi semakin lama.
Semakin tinggi paritas, insiden abrupsio plasenta, plasenta previa,
perdarahan uterus, mortalitas ibu, dan mortilitas perinatal juga
meningkat (Varney, 2009).
b. Keluhan utama
Keluhan utama menurut Manuaba (2012) yaitu :
1) Terjadinya his persalinan. His persalinan mempunyai cirri khas
pinggang terasa nyeri yang menjalar kedepan, sifatnya teratur,
interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar, makin
beraktivitas (jalan) makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir dan darah
3) Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan.
Walaupun diagnosis banding antara persalinan palsu dan persalinan
sejati kadang-kadang sulit ditentukan, diagnosis biasanya dapat
144
dibuat berdasarkan kontraksi yang terjadi. Menurut Cunningham
(2005). Kontraksi persalinan sejati diantaranya kontraksi terjadi
dengan interval yang teratur, interval secara bertahap dan
memendek, intensitas secara bertahap dan meningkat, nyeri
punggung dan abdomen, serviks membuka, nyeri tidak hilang
dengan sedasi.
Menurut Cunningham (2009) sebuah tanda dimulainya
persalinan aktif (asalkan belum dilakukan pemeriksaan vaginal
dalam 48 jam sebelumnya) adalah keluarnya sedikit mukus
bercampur darah dari vagina.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan dulu
a) Epilepsi
Dibandingkan wanita bukan epilepsi, wanita epilepsi memiliki
resiko melahirkan bayi malformasi dua sampai tiga kali lebih
tingi (Cunningham et al, 1993) dan resiko memiliki anak dengan
gangguan kejang 2% sampai 3%. Mereka juga beresiko
mengalami preeklamsia dan persalinan prematur (Wheeler, 2008).
b) Diabetes Mellitus
Wanita diabetik yang hamil memiliki angka kematian bayi yang
tinggi. Bayi lahir mati umum terjadi. Wanita Insulin-Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM) dapat mengalami hipertensi barat,
preeklamsi, ketoasidosis dan bahkan kebutaan serta gagal ginjal.
145
Cairan amnion berlebih dapat terjadi. Janin beresiko tingi
mengalami kelainan kongenital dan mungkin memiliki ukuran
besar atau berukuran sangat besar (makrosomia), kelainan
pervaginam dapat mengiritasi jaringan maternal dan merusak
lengan serta klavikula bayi. Perdarahan pascapartum sering terjadi
(Wheeler, 2008).
c) Hipertensi
Wanita yang memiliki hipertensi kronis beresiko mengalami
preeklamsia, persalinan prematur dan melahirkan bayi yang
mengalami retardasi pertumbuhan. Pemisahan prematur plasenta
(abrupsio plasenta), yang berpotensi mencetuskan morbiditas dan
mortalitas ibu serta janin, cenderung terjadi (Wheeler, 2008).
d) Hepatitis B
Kekhawatiran yang muncul saat seorang wanita hamil mengidap
penyakit ini ialah bayi akan terinfeksi saat dilahirkan dan
meninggal akibat karsinoma hepatoseluler atau sirosis atau
menjadi carrier kronis yang berpotensi menularkan penyakit ke
orang lain (Wheeler, 2008).
e) HIV/AIDS
Pada ibu yang positif terkena HIV dan memilih melahirkan per
vaginam, penggunaan elektroda kulit kepala dan penyampelan
darah janin akan melukai kulit bayi dan dapat meningkatkan
resiko infeksi, oleh sebab itu prosedur ini harus dihindari. Tidak
146
menyusui bayi juga mengurangi total resiko infeksi hingga 50%
(Chamberlain, 2012).
f) Jantung
Dalam kurun 50 tahun terakhir, penyakit demam reumatik,
sebagai penyebab kerusakan katup jantung, telah berkurang di
Inggris karena kondisi rumah yang baik dan penggunaan
antibiotik. Akibat perkembangan dalam bedah jantung pada tahun
70-an, banyak wanita yang mengalami penyakit jantung
kongenital dapat bertahan hidup hingga usia subur. Terlepas dari
keyakinan umum bahwa seksio sesaria merupakan pilihan yang
mudah untuk kasus tersebut, persalinan spontan sederhana dengan
pemberian analgesia epidural untuk mengurangi stres, dan kala
dua yang dibantu dengan baik, berperan mewujudkan angka
mortalitas dan morbiditas terendah (Chamberlain, 2012).
g) Asma
Wanita yang menderita asma berat dan mereka yang tidak
mengendalikan asmanya tampak mengalami penigkatan insiden
hasil maternal dan janin yang buruk, termasuk kelahiran dan
persalinan prematur, penyakit hipertensi pada kehamilan, bayi
terlalu kecil, untuk usia gestasinya, abruptio plasenta,
korioamnionitis, dan kelahiran seksio sesarea (Fraser, 2009).
147
h) Anemia
Anemia sel sabit dapat memberikan efek bagi maternal dan janin.
Resiko maternal meliputi nyeri krisis antenatal dan pascanatal,
infeksi, komplikasi pulmoner, anemia, pre eklamsia, dan seksio
sesarea (Howard et al 1995, Seound et al 1994, Sun et al 2001).
Komplikasi janin dan neonatus meliputi kelahiran prematur,
terlalu kecil untuk usia gestasi, dan ikterik neonatus (Brown et al
1994, Sun et al 2001) (Fraser, 2009).
2) Riwayat kesehatan sekarang
Penting untuk mengetahui apakah ibu memiliki kondisi medis
yang menyebabkan dirinya memerlukan pemantauan ketat selama
persalinan, seperti diabetes, hipertensi, atau infeksi.Ditanyakan juga
apabila pernah mengalami suatu kejadian tertentu yang
menyebabkan ibu mencari pertolongan dari bidan atau rumah sakit
(Varney, 2012)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Informasi tentang keluarga klien penting untuk mengidentifikasi
wanita yang beresiko menderita penyakit genetik yang dapat
mempengaruhi hasil akhir kehamilan atau beresiko memiliki bayi
yang menderita penyakit genetik. Misalnya riwayat penyakit
psikiatri (termasuk depresi), penyalahgunaan obat dan alkohol dan
saudara perempuan atau ibu yang pernah mengalami pre eklamsia.
148
9) Lama kawin dan berapa kali kawin
Untuk membantu menentukan bagaimana keadaan alat kelamin
dalam ibu. Apabila lama pernikahan ibu sesuai usia reproduksi,
berarti alat reproduksi ibu dapat berfungsi dengan baik. Apabila itu
menikah lebih dari 1 kali, dikhawatirkan adanya penyakit menular
seksual (Manuaba,2010).
d. Riwayat Kebidanan
1) Menstruasi
Riwayat menstruasi dikaji untuk menentukan usia kehamilan dan
perkiraan taksiran partus (TP). Taksiran partus dihitung dengan
menambahkan 9 bulan dan 7 hari pada tanggal hari pertama haid
terakhir yang dialami ibu (Varney, 2009).
Gambaran riwayat haid klien yang akurat biasanya membantu
penetapan tanggal perkiraan kelahiran, dengan menggunakan rumus
Neagle h+7 b-3 th+1 untuk siklus 28 hari, sedangkan untuk siklus 35
hari dengan menggunakan rumus h+14 b-3 th+1. Siklus menstruasi
lebih pendek atau lebih panjang dari normal, kemungkinan wanita
tersebut telah hamil saat terjadi perdarahan. Data yang harus
ditanyakan tentang haid meliputi siklusnya, nyeri haid, dan kapan
haid terakhirnya (Varney,2009).
1) Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Informasi esensial tentang kehamilan terdahulu mencakup bulan dan
tahun kehamilan berakhir, usia gestasi pada saat itu, tipe persalinan
149
(spontan, forsep, ekstraksi vakum, atau bedah sesar), lama persalinan
(lebih baik dihitung dari kontraksi pertama), berat lahir, jenis
kelamin, dan komplikasi lain, kesehatan fisik dan emosi terakhir
harus diperhatikan (Romauli, 2011)
Catatan tentang alat bantu lahir harus doiperoleh jika kelahiran
dibantu forceps atau penyedot vakum, hal ini membantu penolong
persalinan menghindari masalah selama proses persalinan dan
melahirkan saat ini. Lama persalinan merupakan faktor yang penting
karena persalinan yang lama merupakan suatu masalah yang dapat
berulang. Berat lahir sangat penting untuk mengidentifikasi apakah
bayi kecil untuk masa kehamilan (BKMK) atau bayi besar untuk
masa kehamilan (BBMK), suatu kondisi yang biasanya berulang.
Apabila persalinan pervaginam berat lahir mencerminkan bahwa
bayi denganukuran tertentu berhasil memotong pelvis maternal
(Wheeler, 2009).
2) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: riwayat ANC, gerakan
janin, tanda-tanda bahaya atau penyulit, keluhan utama, obat yang
dikonsumsi, termasuk jamu, kekhawatiran ibu (Muslihatun, 2009).
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah
sekitar 280 sampai 300 hari atau 37 sampai 42 minggu. Kehamilan
dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama (0 sampai 12
150
minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), triwulan ketiga (29
sampai 42 minggu) (Manuaba, 2013)
3) Keluarga Berencana
Riwayat Keluarga Berencana, meliputi: jenis metode yang dipakai,
waktu, tenaga dan tempat pelayanan, keluhan/alasan berhenti
(Muslihatun. 2009).
4) Pola kehidupan sehari-hari
(a) Nutrisi
Bertujuan untuk mengkaji cadangan energi dan status cairan ibu
serta dapat memberikan informasi pada ahli anestesi jika
pembedahan diperlukan (Kemenkes,RI 2017).
(b) Eliminasi
Saat persalinan akan berlangsung, menganjurkan ibu untuk buang
air kecil secara rutin dan mandiri, paling sedikit setiap 2 jam
(c) Istirahat dan tidur
Pada wanita dengan usia 18-40 tahun kebutuhan tidur dalam
sehari adalah sekitar 8-9 jam (Kemenkes,RI 2017).
(d) Aktivitas
Ibu bersalin harus diberikan kebebasan dalam melakukan gerakan
dan memilih posisi yang nyaman. Posisi terlentang
mengakibatkan berkurangnya aliran darah dari ibu ke janin dan
ibu mengalami rasa nyeri yang lebih hebat. Ibu yang lebih banyak
bergerak dan dibiarkanmemilih posisi yang diinginkan mengalami
151
proses persalinan lebih sngkat, dan kurang merasakan nyeri
(Indrayani, 2013).
(e) Personal hygiene
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak mengeluarkan
keringat. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilkukan beberapa
tindakan misalnya, menggunakan kipas angin, AC, memakai
pakaian yang tipis dan menyerap keringat dan menganjurkan ibu
untuk mandi apabila ibu bisa berdiri dan kuat (Indrayani,
2012).Mandi air hangat dapat menjadi pereda nyeri,dapat
meningkatkan mobilitas tanpa peningkatan efek samping bagi ibu
dan bayinya (Freser, 2009).
(f) Hubungan seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak di larang selama tidak
ada riwayat penyakit seperti berikut :
e) Sering abortus dan kelahiran prematur.
f) Perdarahan per vaginam.
g) Koitus harus di lakukan secara hati-hati terutama pada minggu
terakhir kehamilan.
h) Bila ketuban sudah pecah, koitus di larang karena dapat
menyebabkan infeksi janin intrauteri (Sulistyowati,2009).
e. Riwayat Ketergantungan
Kebiasaan merokok, minum alkohol, dan kecanduan narkotika
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dan
152
menimbulkan kelahiran dengan BBLR bahkan dapat menimbulkan
cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental
(Manuaba, 2010).
f. Sosial Budaya
Kebisaan yang lazim dilakukan namun tidak bermanfaat bahkan
membahayakan antara lain kateterisasi secara rutin, menekan fundus
dengan tangan, mengedan dalam posisi terlentang, episiotomi secara
rutin, memutar leher bayi, melakukan rangsangan berlebihan, dan tidak
menghadirkan orang yang berarti bagi ibu (Saifuddin, 2009).
g. Psikososial dan Spiritual
Ibu bersalin mungkin tidak ingin bercakap-cakap tetapi mungkin akan
merasa nyaman dengan kontak fisik, misalnya berpegangan tangan,
menggosok punggung atau menyeka wajah (Indrayani, 2013).
Perubahan psikologis pada Kala I :
1) Pengalaman sebelumnya
2) Kesiapan emosi
3) Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi)
4) Support sistem
5) Lingkungan
6) Mekanisme koping
7) Kultur
8) Sikap terhadap kehamilan.
Masalah psikologis yang mungkin terjadi :
153
1) Kecemasan menghadapi persalinan
2) Kurang pengetahuan tentang proses persalinan
3) Kemampuan mengontrol diri menurun (Sujiyatini, 2011)
Asuhan kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu, pelayanan
yang bersifat empati dan simpati, informasi bila akan dilakulkan
tindakan, dan memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang
ibu lakukan merupakan tindakan yang dapat meningkatkan kebutuhan
harga diri ibu sehingga psokologi ibu menjadi baik (Sumarah, 2008).
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum: Baik
b. Kesadaran : Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.
Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu mengalami
kesadaran penuh dengan memberikan respons yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan (Kemenkes,RI 2017).
c. Keadaan Emosional: Stabil.
d. Berat Badan: Bertujuan untuk menghitung penambahan berat
badan ibu (Kemenkes,RI 2017).
e. Tanda-tanda Vital: Secara garis besar, pada saat persalinan tanda-
tanda vital ibu mengalami peningkatan karena terjadi peningkatan
metabolisme selama persalinan. Tekanan darah meningkat selama
kontraksi yaitu peningkatan tekanan sistolik 10-20 mmHg dan
diastolik 5-10 mmHg dan saat diantara waktu kontraksi tekanan
154
darah akan kembali ke tingkat sebelum persalinan. Rasa nyeri,
takut dan khawatir dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
Peningkatan suhu normal adalah peningkatan suhu yang tidak lebih
dari 0,5° C sampai 1° C. Frekuensi denyut nadi di antara waktu
kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang
persalinan. Sedikit peningkatan frekuensi nadi dianggap normal.
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal selama
persalinan (Kemenkes,RI 2017).
2. Pemeriksaan fisik
a. Muka
Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang bervariasi pada wajah
dan leher (Chloasma Gravidarum) akibat Melanocyte Stimulating
Hormon. Selain itu, penilaian pada muka juga ditujukan untuk
melihat ada tidaknya pembengkakan pada daerah wajah serta
mengkaji kesimetrisan bentuk wajah (Kemenkes,RI 2017).
b. Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat
menandakan anemia. Sklera normal berwarna putih, bila kuning
menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah
kemungkinan ada konjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak
kemungkinan adanya pre eklampsia (Romauli, 2011).
155
c. Mulut dan gigi
Wanita yang bersalin biasanya mengeluarkan bau napas yang tidak
sedap, mulut kering, bibir kering atau pecah-pecah, tenggorok nyeri
dan gigi berjigong, terutama jika ia bersalin selama berjam-jam
tanpa mendapat cairan oral dan perawatan mulut (Varney, 2009).
d. Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyakit
jantung), apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfa
membengkak(Marmi, 2011).
e. Payudara
Menjelang persalinan, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
kondisi puting ibu misalnya kolostrum kering atau berkerak, muara
duktus yang tersumbat kemajuan dalam megeluarkan puting yang
rata atau inversi pada wanita yang merencanakan untuk menyusui
(Varney, 2009). Kolostrum dikeluarkan untuk mencegah
penyumbatan. Untuk mencegah putting susu kering dan pecah-
pecah, putting susu dan areola payudara dirawat baik-baik (Sofian,
2012).
f. Abdomen
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk menentukan tinggi fundus
uteri, memantau kontraksi, memantau denyut jantung janin,
menentukan presentasi dan menentukan penurunan bagian
terbawah janin (Indrayani, 2012)
156
g. Genetalia
Hispersalinan menyebabkan terjadinya perubahan pada serviks
yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
Terjadi perdarahan karena kapiler pembulih darah pecah (Manuaba,
2010).
h. Anus
Pertanda parturien telah masuk kala pengusiran mulai merasa ingin
mengejan dengan anus mulai terbuka. Apakah ada hemoroid atau
tidak (Manuaba, 2010).
i. Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada varises dan refleks patella
menunjukkan respons positif (Kemenkes,RI 2017).
3. Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
(1) Inspeksi : muncul garis-garis pada permukaan kulit perut
(Striae Gravidarum) dan garis pertengahan pada perut (Linea
Gravidarum) akibat Melanocyte Stimulating Hormon.
(2) Palpasi :
a) Leopold 1, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil,
menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang
terdapat pada fundus. Leopold 2, menentukan batas samping
157
rahim kanan dan kiri, menentukan letak punggung janin dan
pada letak lintang, menentukan letak kepala janin.
b) Leopold 3, menentukan bagian terbawah janin dan
menentukan apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk
ke pintu atas panggul atau masih dapat digerakkan.
c) Leopold 4, pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil dan
menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh bagian
terbawah janin masuk ke pintu atas panggul.
d) Tafsiran Tanggal Persalinan: Bertujuan untuk mengetahui
apakah persalinannya cukup bulan, prematur, atau postmatur.
e) Tafsiran Berat Janin: berat janin dapat ditentukan dengan
rumus Lohnson, yaitu: Jika kepala janin belum masuk ke
pintu atas panggul Berat janin = (TFU – 12) × 155 gram. Jika
kepala janin telah masuk ke pintu atas panggul Berat janin =
(TFU – 11) × 155 gram.
158
Tabel 2.11 Penurunan Bagian Terbawah dengan Metode Lima
Jari (Perlimaan).
Periksa luar Periksaan
Dalam
Keterangan
= 5/5
Kepala diatas PAP, mudah digerakkan
= 4/5
H I-II
Sulit digerakkan, bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
= 3/5
H II-III
Bagian terbesar kepala belum masuk panggul
= 2/5
H III+
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul
= 1/5
H III-IV Kepala didasar panggul
= 0/5
H IV
Di perineum
Sumber: Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari
(perlimaan) menurut JNPK-KR (2017) adalah:
a) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis
pubis
b) 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki
pintu atas panggul
c) 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki
rongga panggul
d) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada
diatas simfisis dan 3/5 bagian telah turun melewati bidang tengah
rongga panggul (tidak dapat digerakan)
159
e) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah
janin yang berada di atas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke
dalam rongga panggul
f) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk
ke dalam rongga panggul.
(3) Auskultasi: Denyut jantung janin normal adalah antara 120-
160 ×/menit (Kemenkes,RI 2017).
(4) Bagian Terendah: Pada akhir trimester III menjelang
persalinan, presentasi normal janin adalah presentasi kepala
dengan letak memanjang dan sikap janin fleksi
(Kemenkes,RI 2017).
(5) Kontraksi: Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung
pada kala persalinan ibu tersebut. Kontraksi pada awal persalinan
mungkin hanya berlangsung 15 sampai 20 detik sedangkan pada
persalinan kala I fase aktif berlangsung dari 45 sampai 90 detik
dengan durasi rata-rata 60 detik. Informasi mengenai kontraksi ini
membantu untuk membedakan antara konraksi persalinan sejati dan
persalinan palsu (Kemenkes,RI 2017).
(6) Perkusi
Reflek patella normal bila tungkai bawah akan bergerak sedikit
ketika tendon diketuk. Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka
hal ini mungkin merupakan tanda pre eklampsi. Bila reflek patella
160
negatif kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1 (Romauli,
2011).
4. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam untuk mengetahui pembukaan serviks,
penurunan bagian terbawah janin dilakukakn setiap 4 jam sekali
(JNPK-KR(2016)
Menurut Cunningham (2009) pemeriksaan vagina secara aseeptik
paling sering dilakukan, kecuali jika sudah ada ada perdarahan (bloody
show) yang berlebihan. Perhatian cermat terhadap hal-hal berikut
penting untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dan untuk
mengurangi kontaminasi bakteri akibat pemeriksaan berulang.
a) Pendataran serviks
Derajat pendataran serviks biasanya dinyatakan dengan panjang
kanalis servisis berbanding dengan panjang yang belum mendatar.
Jika panjang serviks berkurang separuh, dikatakan 50 persen
mendatar, bila serviks menjadi setipis segmen uterus bawah di
dekatnya, serviks dikatakan telah mendatar penuh atau 100 persen.
b) Dilatasi serviks
Dilatasi serviks ditentukan dengan memperkirakan diameter rata-rata
bukaan serviks. Jari pemeriksa disapukan dari tepi serviks di satu sisi
ke sisi yang berlawanan, dan diameter yang dilintasi dinyatakan
dalam sentimeter. Serviks dikatakan membuka penuh bila
161
diameternya 10 cm, karena bagian terbawah ukuran bayi aterm
biasanya dapat melewati serviks yang membuka lebar.
c) Posisi serviks
Hubungan antara ostium serviks dengan kepala janin dikategorikan
sebagai posterior, posisi tengah, atau anterior. Posisi posterior
mengesankan persalinan preterm.
d) Station
Ketinggian bagian terbawah janin di jalan lahir digambarkan dalam
hubungannya dengan spina ischiadika yang terletak di tengah-tengah
antara pintu atas panggul dan pintu bawah panggul. Jika bagian
terbawah janin terletak terletak setinggi spina ischiadika, keadaan ini
disebut sebagai station nol (0). Pada tahun 1988, American College
of Obstreticians and Gynecologis mulai menggunakan suatu
klasifikasi stasion yang membagi panggul di atas dan di bawah spina
menjadi lima bagian. Pembagian ini menggambarkan ukuran (cm) di
atas dan dibawah spina. Jadi, saat bagian terbawah turun dari pintu
atas panggul menuju spina ischiadika, disebut sevagai station -5, -4, -
3, -2, -1 lalu 0. Di bawah spina ischiadika, bagian terbawah janin
melewati station +1, +2, +3, +4 dan +5 untuk lahir. Station +5 cm
setara dengan kepala janin yang terlihat di introitus. Suatu perkiraan
korelasi dua metode untuk menggambarkan station adalah: +2 cm =
+1/3 dan +4 cm = +2/3 (American Academy of Pediatrics and the
American College of Obstetricians and Gynecologists, 1997).
162
Jika bagian terbawah kepala janin berada di station 0 atau lebih
ke bawah lagi, engagement kepala sering kali telah terjadi; yaitu,
bidang biparietal kepala janin telah melewati pintu atas panggul. Jika
kepala mengalami moulage berat, atau jika terjadi pembentukan
kaput yang besar, atau keduanya, engagementmungkin belum terjadi
walaupun kepala tampaknya sudah berada di station 0.
e) Deteksi pecahnya selaput ketuban
Suatu diagnosis pasti pecahnya selaput ketuban dibuat apabila cairan
amnion terlihat berada di forniks posterior atau cairan jernih
mengalir dari kanalis servisis. Jika diagnosis tetap tidak pasti,
metode lain yang dapat digunakan adalah pengujian ph cairan
vagina, ph sekret vagina normalnya bekisar antara 4,5 dan 5,5,
sementara cairan amnion biasanya 7,0 sampai 7,5.
Menurut Varney (2009) frekuensi pemeriksaan dalam pada
wanita intrapartum yang normal dianjurkan melakukan pemeriksaan
dalam sebanyak 5 kali, yakni:
(1) Pada saat datang, untuk menetapkan informasi dasar
(2) Sebelum memutuskan jenis obat, jumlahnya, dan rute
pemberiannya.
(3) Untuk memastikan pembukaan sudah lengkap sehingga dapat
diputuskan apakah ibu harus mengejan, atau sebaliknya
(4) Setelah ketuban pecah, jika dicurigai atau kemungkinan terjadi
prolaps tali pusat.
163
(5) Untuk mengecek prolaps tali pusat ketika perlambatan frekuensi
denyut jantung janin tidak kunjung membaik dengan prasat
biasa.
Menurut Wiknjosastro (2008), pemeriksaan dalam dilakukan
setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit).
5. Pemeriksaan Panggul Dalam
Ukuran panggul dalam menurut Saifuddin (2009) :
a) Bila promontorium teraba pada pemeriksaan dalam, berarti ada
kesempitan panggul
b) Normal linea inominata tidakteraba dalam pemeriksaan dalam, bila
teraba sebagian atau keseluruhan berarti ada kesempitan panggul
c) Spina ischiadika normal, tidak menonjol ke dalam. Bila menonjol
berarti ada kesempitan panggul
d) Sudut arcus pubis > 90°, bila kurang berarti ada kesempitan panggul
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan jika ada indikasi, menggunakan
sample urine dan darah adalah sebagai berikut:
a) Urine
Pemeriksaan yang dilakukan adalah reduksi urine dan kadar albumin
dalam urine sehingga diketahui apakah ibu menderita pre eklampsi
atau tidak (Romauli, 2011)
Menurut Cunningham (2005) pada beberapa unit, sebuah spesimen
urin yang diekskresikan (sedapat mungkin bebas dari debris)
164
diperiksa kadar protein dan glukosanya. Spesimen urin diambil
untuk analisis protein hanya pada ibu hamil dengan hipertensi.
Pasien yang tidak menjalani perawatan prenatal harus dianggap
mempunyai risiko untuk sifilis, hepatitis B, dan HIV.
b) Darah
Ketika seorang wanita dirawat di rumah sakit untuk bersalin,
seringkali pemeriksaan hematokrit dan kadar hemoglobin harus
diulang. Pada pasien yang tidak terdaftar, pemeriksaan laboratorium
tersebut juga harus dilakukan begitu pula pemeriksaan golongan
darah, Rh, dan penapisan antibodi untuk antibodi atipikal
(Cunningham, 2009).
C. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Perumusan diagnosa persalinan disesuaikan dengan nomenklatu
kebidanan, seperti G….P….A…. usia…. tahun usia kehamilan ….
minggu inpartu kala I fase aktif dan janin tunggal hidup. Perumusan
masalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Rasa takut, cemas, khawatir
dan rasa nyeri merupakan permasalahan yang dapat muncul pada
proses persalinan. Kebutuhan ibu bersalin adalah pemenuhan
kebutuhan fisiologis (makan, minum, oksigenasi, eliminasi, istrirahat
dan tidur) kebutuhan pengurangan rasa nyeri, support person ( atau
pendampingan dari orang dekat), penerimaan sikap dan tingkah laku
serta pemberian informasi tentang keamanan dan kesejahteraan ibu
dan janin (Kemenkes,RI 2017).
165
D. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif. Penilaian dan intervensi yang akan dilakukan saat
persalinan adalah sebagai berikut
1. Kala I
a. Lakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi ukur
tanda-tanda vital ibu, hitung denyut jantung janin, hitung
kontraksi uterus, lakukan pemeriksaan dalam, serta catat
produksi urine, aseton dan protein.
b. Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu.
c. Atur aktivitas dan posisi ibu yang nyaman.
d. Fasilitasi ibu untuk buang air kecil.
e. Hadirkan pendamping ibu seperti suami maupun anggota
keluarga selama proses persalinan.
f. Ajari ibu tentang teknik relaksasi yang benar.
g. Berikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic rocking,
kompres hangat dingin pada pinggang, berendam dalam air
hangat maupun wangi-wangian serta ajari ibu tentang teknik
relaksasi dengan cara menarik napas panjang secara
berkesinambungan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
oleh ibu.
166
h. Informasikan tentang perkembangan dan kemajuan persalinan
pada ibu maupun keluarga.
Tabel 2.12 Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi
dalam Persalinan Normal
Parameter Frekuensi pada fase
laten
Frekuensi pada fase
aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
Denyut jantung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*
Penurunan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*
Sumber : Sondakh (2013)
2. Kala II
a. Anjurkan ibu untuk mimilih posisi yang nyaman saat bersalin.
b. Ajari ibu cara meneran yang benar.
c. Lakukan pertolongan kelahiran bayi sesuai dengan standar
asuhan persalinan normal.
3. Kala III
Lakukan pertolongan kelahiran plasenta sesuai dengan managemen
aktif kala III yang tercantum dalam asuhan persalinan normal.
4. Kala IV
a. Lakukan penjahitan luka jika ada luka pada jalan lahir.
b. Fasilitasi ibu untuk memperoleh kebersihan diri, istirahat dan
nutrisi.
c. Lakukan observasi kala IV sesuai dengan standar asuhan
persalinan normal.kondisi klien/pasien (Kemenkes,RI 2017).
167
E. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan
rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif,
efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada ibu.
1. Kala I
a. Melakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi
mengukur tanda-tanda vital ibu, menghitung denyut jantung janin,
menghitung kontraksi uterus, melakukan pemeriksaan dalam,
serta mencatat produksi urine, aseton, dan protein.
b. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu.
c. Mengatur aktivitas dan posisi ibu.
d. Memfasilitasi ibu untuk buang air kecil.
e. Menghadirkan pendamping ibu seperti suami maupun anggota
keluarga selama proses persalinan.
f. Mengajari ibu tentang teknik relaksasi yang benar.
g. Memberikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic rocking,
kompres hangat dingin pada pinggang, berendam dalam air
hangat maupun wangi-wangian serta mengajari ibu tentang teknik
relaksasi dengan cara menarik napas panjang secara
berkesinambungan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
oleh ibu.
h. Menginformasikan tentang perkembangan dan kemajuan
persalinan pada ibu maupun keluarga.
168
2. Kala II
a. Menganjurkan ibu untuk mimilih posisi yang nyaman saat
bersalin.
b. Mengajari ibu cara meneran yang benar.
c. Melakukan pertolongan kelahiran bayi sesuai dengan standar
asuhan persalinan normal.
3. Kala III
a. Melakukan pertolongan kelahiran plasenta sesuai dengan
managemen aktif kala III yang tercantum dalam asuhan
persalinan normal.
4. Kala IV
a. Melakukan penjahitan luka jika ada luka pada jalan lahir.
b. Memfasilitasi ibu untuk memperoleh kebersihan diri, istirahat
dan nutrisi.
c. Melakukan observasi kala IV sesuai dengan standar asuhan
persalinan normal.
8. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat, dikomunikasikan
dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti sesuai dengan
kondisi ibu.
169
1. Kala I
a. Telah dilakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi
ukur tanda-tanda vital ibu, hitung denyut jantung janin, hitung
kontraksi uterus, lakukan pemeriksaan dalam, serta catat produksi
urine, aseton dan protein.
b. Ibu bersedia untuk makan dan minum sebagai upaya persiapan
kelahiran bayi.
c. Ibu memilih untuk jalan-jalan terlebih dahulu lalu berbaring
dengan posisi miring ke kiri.
d. Ibu bersedia untuk buang air kecil secara mandiri.
e. Suami ibu dan atau anggota keluarga ibu telah mendampingi ibu
selama proses persalinan.
f. Ibu mengerti dan dapat melakukan teknik relaksasi dengan benar.
g. Telah diberikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic
rocking, kompres hangat dingin pada punggung, berendam dalam
air hangat maupun wangi-wangian pada ibu, ibu dapat melakukan
teknik relaksasi dengan menarik napas panjang dengan baik dan
benar serta ibu merasa nyaman.
h. Ibu maupun keluarga telah mendapatkan informasi mengenai
perkembangan dan kemajuan persalinan.
2. Kala II
a. Ibu memilih posisi setengah duduk untuk melahirkan bayinya.
b. Ibu mengerti dan dapat meneran dengan benar.
170
c. Bayi lahir jam …. WIB menangis kuat dengan jenis kelamin laki-
laki (Hanya sebagai contoh).
3. Kala III
Plasenta lahir spontan dan lengkap pada jam… WIB
dengan luka pada jalan lahir (Hanya sebagai contoh).
4. Kala IV
a. Luka pada jalan lahir telah didekatkan dengan teknik penjahitan
jelujur dan benang cromic.
b. Ibu bersedia untuk disibin, istirahat, makan dan minum.
c. Observasi kala IV telah dilakukan sesuai dengan standar asuhan
persalinan normal (Kemenkes,RI 2017).
9. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat,
singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan
dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada formulir yang
tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP.
S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.
O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap klien.
A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.
P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi dan rujukan (Kemenkes,RI 2017).
171
2.3 Nifas
2.3.1 Konsep Dasar Nifas
A. Pengertian
1. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas kira-kira berlangsung selama 6 minggu (Saifuddin, 2009).
2. Kala puerperium yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan pada
keadaan yang normal (Manuaba, 2012).
3. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin,2009).
B. Fisiologis Masa Nifas
Menurut (Sulistyawati,2009), masa nifas dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
1. Puerperium Dini
Merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
Merupakan masa kepulihan seluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
3. Remote Puerperium
Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
172
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama
berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting yang
menyertainya, antara lain sebagai berikut :
a. Laktasi
Menurut (Maritalia,2012), laktasi adalah proses produksi,
sekresi dan pengeluaran Air Susu Ibu (ASI). Laktasi atau menyusui
mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (hormon prolaktin)
dan pengeluaran ASI (hormon oksitosin). (Marmi,2012)
menambahkan pada masa hamil terjadi perubahan payudara yang
disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel
duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembuatan ASI. Proses
proliferasi dipengaruhi oleh hormon laktogen, prolaktin,
koriogonadotropin, estrogen dan progesteron.
Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung
putting keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut
karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon
prolaktin dari hipofise. Setelah persalinan kadar estrogen dan
progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin
tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin.
Oleh karena itu ASI segera keluar. Biasanya pengeluaran ASI
dimulai pada hari kedua atau ketiga setelah melahirkan. Setelah
persalinan, segera susukan bayi karena akan memacu lepasnya
173
prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran ASI bertambah lancar.
Dua hari pertama pasca persalinan, payudara kadang-kadang terasa
penuh dan sedikit sakit. Keadaan yang disebut engorgment
disebabkan oleh bertambahnya peredaran darah ke payudara serta
mulainya laktasi yang sempurna.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran
laktasi. Refleks-refleks tersebut antara lain:
1) Refleks prolaktin
Menurut (Maritalia,2012), akhir kehamilan prolaktin
memegang peran untuk membuat kolostrum, tetapi jumlahnya
masih terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen
dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, hormon
estrogen dan progesteron menurun sehingga tidak ada lagi yang
menghambat aktivitas prolaktin. (Marmi,2012) menambahkan
sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada
putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut
afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu dilanjutkan ke
bagian depan hipofise yang memacu pengeluaran hormon
prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi, prolaktin memacu
sel kelenjar memproduksi air susu. Jadi, semakin sering bayi
menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepaskan oleh
hiposife, sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi
oleh sel kelenjar.
174
(Maritalia,2012) menambahkan kadar prolaktin pada ibu
menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun
pengeluaran ASI tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak
menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu
kedua sampai minggu ketiga.
2) Refleks aliran (Let down reflex)
Menurut (Marmi,2012), rangsangan yang ditimbulkan bayi
saat menyusu diantar sampai belakang kelenjar hipofise yang
akan melepas oksitosin dan masuk ke dalam darah. Oksitosin
akan memicu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan
duktuli berkontraksi sehingga ASI dari alveoli ke duktuli dan
sinus menuju putting susu. Keluarnya ASI karena kontraksi otot
polos tersebut disebut refleks aliran. Oksitosin juga
mempengaruhi jaringan otot polos rahim berkontraksi sehingga
mempercepat lepasnya plasenta dari dinding rahim dan
membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu,
bayi baru lahir harus segera disusukan pada ibunya jika keadaan
memungkinkan. Dengan sering menyusui, penciutan rahim akan
semakin cepat dan semakin baik. Refleks aliran dipengaruhi
oleh keadaan kejiwaan ibu. Rasa khawatir dan rasa sakit (misal
luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat menghambat refleks
175
tersebut. Diduga hal ini menyebabkan lepasnya adrenalin yang
menghambat oksitosin tidak dapat mencapai otot polos. Dengan
demikian, tidak ada rangsangan kontraksi otot polos.
(Maritalia,2012) menambahkan ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan reflek aliran antara lain melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk
menyusui bayi
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan
hormon saat melahirkan. Wanita yang menyusui berespon
terhadap menstimulus bayi yang disusui akan terus melepaskan
hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu
(Varney,2009).
Produksi ASI terjadi sesudah kelahiran bayi ketika kadar
hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen
memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI.
Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh
menyusunya bayi pada payudara ibu. Hisapan bayi memicu
pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus kesinus
lactiferous serta merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar
hipofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan
kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepitel) yang mengelilingi
alveolus mamae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel khusus
ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous
176
menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan
(Purwanti,2012).
Menurut (Manuaba ,2012), proses pengeluaran ASI terdiri dari :
a) Kolostrum
(1) Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi.
(2) Kolostrum mengandung imunoglobulin, laktoferin, ion-ion
(Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin (A, E, K, dan D), lemak, dan
rendah laktosa.
(3) Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar 2-3 hari dan
diikuti ASI yang mulai berwarna putih.
(4) Kolostrum banyak mengandung antibody dan anti infeksi
serta dapat menumbuhkembangkan flora dalam usus bayi,
untuk siap menerima ASI.
b) ASI transisi (antara)
ASI antara, mulai berwarna putih bening dengan susunan yang
disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus
bayi. ASI peralihan diproduksi pada hari ke 4-10
(Anggraeni,2010).
c) ASI sempurna
Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi,
sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna.Dengan
memperhatikan perkembangan pengeluaran ASI, tidak ada ASI
yang tidak berguna (Manuaba,2012).
177
ASI sempurna disekresi pada hari ke 10 sampai seterusnya
(Anggraeni,2010).
b. Involusi uterus
Menurut (Manuaba,2012), setelah bayi dilahirkan uterus selama
persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras,
sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada
bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang
membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup
sempurna, dengan demikian terhindar dari perdarahan postpartum.
Pada involusi uteri terjadi proses autolysis yaitu proses
penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uteri. Enzim
proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali
lebarnya dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan
tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibroelastic dalam
jumlah renik sebagai bukti kehamilan (Purwanti, 2012).
Menurut Dewi (Maritalia,2012) proses involusi uterus adalah
sebagai berikut:
1) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif
anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
178
2) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterina. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur
hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebarnya dari
semula salama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai
pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang
berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
3) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterina sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implementasi
plasenta serta mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran uterus
yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika
turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks.
Segera setelah proses persalinan puncak fundus kira-kira 2/3
hingga 3/4 dari jalan atas diantara simpisis pubis dan umbilikus.
Kemudian naik ke tingkat umbilikus dalam beberapa jam dan
bertahan satu hingga dua hari dan kemudian secara berangsur-
angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak dapat
teraba di atas simpisis setelah 10 hari.
179
c. Lochea
Menurut (Varney,2009), lochea adalah istilah untuk sekret dari
uterus yang keluar melalui vagina selama puerpurium.
Menurut (Manuaba,2012). Lochea adalah pengeluaran cairan
sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi plasenta
yang terjadi pada masa nifas, pengeluaran lochea dapat dibagi
berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut :
1) Lochea rubra (kurulenta) keluar dari hari ke 1- 3 hari, berwarna,
merah dan hitam dan terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah.
2) Lochea sanguinolenta, keluar dari hari ke 3-7 hari, berwarna
putih bercampur merah.
3) Lochea serosa, keluar dari hari ke 7-14 hari, berwarna
kekuningan.
4) Lochea alba, keluar setelah hari ke 14, berwarna putih.
Lochea mempunyai karakteristik bau seperti aliran menstruasi.
Bau lochea ini paling kuat pada lochea serosa. Lochea mulai terjadi
pada jam-jam pertama pasca partum, berupa sekret kental dan
banyak. Biasanya wanita mengeluarkan sedikit lochea saat berbaring
dan mengeluarkan darah lebih banyak saat bangkit dari tempat tidur.
Hal ini terjadi akibat pengumpulan darah di forniks vagina atas saat
wanita mengambil posisi rekumben (Varney,2009). Penjelasan
180
mengenai lochea berdasarkan waktu dan warna dpat dilihat pada
tabel 2.13:
Tabel 2.13. Lochea berdasarkan waktu dan warna
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra
(kruenta)
1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan
sisa mekoneum
Sanguinolenta 4-7 hari Merah kecoklatan
dan berlendir
Sisa darah bercampur lender
Serosa 7-14 hari Kuning
kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiri
dari leukosit dan
robekan/laserasi plasenta
Alba >14 hari
postpartum
Putih Mengandung leukosit, sel
desidua dan sel epitel,
selaput lendir serviks dan
serabut jaringan yang mati
Lokia
purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan
seperti nanah berbau busuk
Lokiastasis Lokia tidak lancar keluarnya
Sumber :Anggraini, yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
C. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1. Nutrisi
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap
hari. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap
hari (dianjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Pil zat besi
harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya
(Saifuddin,2009).
181
2. Eliminasi
Segera setelah pascapartum kandung kemih, edema, mengalami
kongesti, dan hipotonik, yang dapat ,menyebabkan overdistensi,
pengosongan yang tidak lengkap, dan residu urien yang berlebihan
kecuali perawatan diberikan untuk memastikan berkemih secara
periodik. Efek persalinan pada kandung kemih dan uretra
menghilang dalam 24 jam pertama pascapartum, kecuali wanita
mengalami infeksi saluran kemih. Diuresis mulai segera setelah
melahirkan dan berakhir hingga hari kelima pascapartum. Diuresis
adalah rute utama tubuh untuk membuang kelebihan cairan
interstisial dan kelebihan volume cairan (Varney, 2009).
Miksi dan defekasi diatur sehingga kelancaran kedua sistem
tersebut dapat berlangsung dengan baik (Manuaba, 2012).
Menurut (Purwanti,2012), ibu setelah melahirkan harus BAK
dalam waktu 6 jam postpartum, bila dalam 8 jam belum BAK atau
sekali BAK belum melebihi 100 cc, maka dilanjutkan kateterisasi.
Jika pada hari ketiga belum BAB, maka berikan laxansia dan diet
tinggi serat.
3. Personal hygiene
Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Sarankan pada ibu untuk mengganti
pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Sarankan
182
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya (Saifuddin, 2009).
Pakaian agak longgar terutama di daerah dada sehingga
payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan
kencang karena tidak akan memengaruhi involusi. Pakaian dalam
sebaiknya yang menyerap, sehingga lochea tidak memberikan iritasi
pada sekitarnya. Kassa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat
terasa penuh dengan lochea (Manuaba, 2012).
4. Istirahat
Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu
dalam beberapa hal, yaitu: mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri (Saifuddin, 2010).
5. Aktivitas
Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan
panggul kembali normal. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa
menit setiap hari sangat membantu, seperti mengurangi rasa sakit
pada punggung (Saifuddin, 2010).
6. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
183
jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan
yang bersangkutan (Saifuddin, 2010).
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri (Purwanti, 2012)
7. Latihan
Delapan jam post partum ibu harus tidur terlentang untuk
mencegah terjadinya perdarahan post partum. Setelah 8 jam boleh
miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya trombosis.
Pada hari kedua, bila perlu, telah dapat dilakukan latihan-latihan
senam. Umumnya pada hari ketiga ia dapat duduk, pada hari
keempat berjalan, dan pada hari kelima, dapat dipulangkan
(Wiknjosastro, 2009).
Menentukan ukuran diastasis rektus abdominalis (derajad
pemisahan otot rektus abdominalis) sebagai evaluasi denyut otot
abdominal dengan menentukan derajad diastasis (Anggraini,2010).
184
8. Senam nifas
Menurut (Anggraini,2010) senam nifas adalah senam yang
dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya
pulih kembali. Tujuannya untuk mengencangkan otot perut, liang
senggama, otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot dasar panggul,
memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah
hamil dan melahirkan, memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki
regangan otot abdomen atau perut setelah hamil, memperbaiki
regangan otot tungkai bawah, dan memperbaiki kesadaran untuk
melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul, kondisi umum ibu jadi
lebih baik, rehabilitasi atau pemulihan jadi bisa lebih cepat,
memperbaiki nafsu makan, hingga asupan makannya bisa
mencukupi kebutuhannya, pada mereka yang melahirkan secara
sesar, beberapa jam setelah keluar kamar operasi, pernapasanlah
yang dilatih guna mempercepat penyembuhan luka, sementara
latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi
darah di tungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun
dari tempat tidur.
D. Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas
Post partum blues biasanya dimulai pada beberapa hari setelah
kelahiran dan berakhir setelah 10-14 hari. Penyababnya antara lain
lingkungan tempat melahirkan yang kurang mendukung, perubahan
hormon yang cepat, dan keraguan terhadap peran yang baru.
185
Karakteristik post partum blues meliputi menangis, merasa letih karena
melahirkan, gelisah, perubahan alam perasaan, menarik diri, serta reaksi
negatif terhadap bayi dan keluarga (Purwanti,2012).
Menurut (Anggraini,2010), ibu menunjukkan depresi ringan
beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai
postpartumblues. Postpartumblues sebagian besar merupakan
perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang
terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi diakibatkan
sejumlah faktor. Penyebab yang paling menonjol adalah kekecewaan
emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami
kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan, rasa sakit masa
nifas awal, kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan
postpartum, kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya
setelah meninggalkan rumah sakit, rasa takut menjadi tidak menarik
lagi bagi suaminya.Menurut Rubin dalam (Anggraini,2010), membagi
nifas menjadi3 tahap :
1. Taking in (1-2 hari post partum)
Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada
dirinya, tubuhnya sendiri. Mengulang-ulang menceritakan
pengalaman proses bersalin yang dialami.
Wanita yang baru melahirkan ini perlu istirahat atau tidur untuk
mencegah gejala lelah, cepat tersinggung, campur baur dengan
proses pemulihan.
186
2. Taking hold (2-4 hari post partum)
Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan
khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya.
Wanita post partum ini berpusat pada kemampuannya dalam
mengontrol diri, fungsi tubuh. Berusaha untuk menguasai
kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan
menyusui, memberi minum, mengganti popok.
Wanita pada masa ini sangat sensitive akan
ketidakmampuannya, cepat tersinggung dan cenderung menganggap
pemberitahuan bidan atau perawat sebagai teguran, maka hati-hati
dalam berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.
3. Letting go
Pada masa ini pada umumnya ibu sudah pulang dari RS. Ibu
mengambil tanggung jawab untuk merawat bayinya, dia harus
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi, begitu juga adanya
grefing karena dirasakan sebagai mengurangi interaksi sosial
tertentu. Depresi post partum sering terjadi pada masa ini.
E. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
1. Perdarahan Post Partum
Menurut (Bahiyatun,2009) perdarahan per vaginam yang
melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan
parca persalinan.
187
Terdapat beberapa masalah mengenai perdarahan per vaginam,
antaralain:
a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya.
Darah tersebut bercampur cairan amnion atau urine. Darah
tersebar pada spon, handuk, dan kain di dalam ember dan lantai.
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi. Kekuatan darah
dapat diketahui dari kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan
kadar HB normal dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan
darah yang mungkin dapat menyebabkan anemia. Seorang ibu
yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal
dari kehilangan darah.
c. Perdarahan postpartum dapat terjadi secara lambat dalam jangka
waktu beberapa jam dan kondisi ini mungkin tidak dikenali
hingga terjadi syok.
Penanganan yang dapat dilakukan kepada pasien adalah
menstabilkan terlebih dahulu dengan memberikan cairan,
menghentikan perdarahan dan rujukan.
2. Lochea Berbau Busuk (PURULENTA)
Menurut (Mochtar,2012), Lochea dibagi dalam beberapa jenis:
a) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
188
b) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
f) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang
disebutkan di atas kemungkinan adanya :
a) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi
uterus yang kurang baik.
b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra
lebih banyak karena kontraksi uterus kurangbaik.
c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik
sehingga lebih lama mengeluarkan lochea dan lochea berbau
anyir atau amis.
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut
bagian bawah kemungkinan diagnosisnya adalah metritis. Metritis
adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau
kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik
(Mochtar, 2012).
189
3. Sub Involusi
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-
60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu disebut sub-involusi (Mochtar,2012). Sub involusi
merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kemunduran
yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif,kadang lebih
banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang
mengarah ke ukurannya (Varney, 2009).
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam
uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2010).
Tanda dan gejala:
a) Letak fundus uteri tetap tinggi atau penurunan fundus uteri
lambat.
b) Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah.
c) Terdapat bekuan darah.
d) Lochea berbau menyengat.
e) Uterus tidak berkontraksi.
f) Terlihat pucat.
g) Tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi
h) Lemah
190
4. Nyeri perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan
komplikasi nifas seperti : Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan
pada peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian
33% dari seluruh kematian karena infeksi. Peritonitis adalah
peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera
dalam rongga perut.
5. Pusing dan lemas yang berlebih
Menurut (Manuaba,2012), pusing merupakan tanda bahaya pada
nifas, Pusing bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah.
Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh
anemia bila kadar haemoglobin 9. Lemas yang berlebihan juga
merupakan tanda tanda bahaya , dimana keadaan lemas disebabkan
oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu
kelihatan pucat, tekanan darah rendah.
Pencegahan dan penanganan :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, vitamine yang cukup
3) Minum sedikit 3 liter setiap hari
4) Pil Zat besi harus diminum untuk menambah zat setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan
191
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
kadar vitamin kepada bayinya
6) Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan berlebih
7) Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi asi dan
memperlambat proses involusi uterus
6. Suhu Tubuh ibu > 38°C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit
baik antara 37,2°C -37,8°C oleh karena reabsopsi benda benda
dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam
reabsorbsi. Hal itu adalah normal. Namun bila terjadi peningkatan
berlebih 38°C secara berturut turut selama 2 hari kemungk inan
terjadi infeksi (Mochtar, 2012).
Penyebab demam di masa puerperium yang berkaitan dengan
persalinan dibagi menjadi 2 yaitu penyebab infeksius dan non
infeksius.
1) Penyebab Infeksius
a) Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia
yang terjadi setiap saat pada awitan pecah ketuban atau
persalinan dan lebih dari 42 jam postpartum atau lebih
dimana terdapat 2 atau lebih gejala berikut:
(1) Nyeri pelvik
(2) Demam 38,5 C atau lebih yang diukur melalui oral
kapan saja.
192
(3) Rabas-vagina yang abnormal
(4) Rabas vagina yang berbau busuk
(5) Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus
b) Infeksi pada payudara, seperti mastitis atau stadium lanjut ,
abses payudara
c) Infeksi saluran kemih
d) Infeksi luka ( jaringan parut pada SC)
e) Gangguan pada tromboembolik, temasuk tromboflebitis
superficial dan thrombosis vena dalam
2) Penyebab Non-infeksius
Peningkatan suhu badan yang tidak banyak merupakan hal
yang sangat umum selama periode post partum terutama dalam
24 jam pertama. Penyebab demam seperti antara lain dehidrasi,
luka/ trauma pada jaringan, reaksi terhadap protein janin,
pembengkakan payudara. Meskipun demam yang terjadi dalam
24 jam pertama setelah persalinan dianggap tidak berkaitan
dengan infeksi , suhu sekitar 38,5°C atau lebih selama 24 jam
pertama harus menyiagakan bidan akan kemungkinan terjadinya
sepsis puerperalis.
Penanganan umum bila terjadi demam :
a) Istirahat baring
b) Rehidrasi per infuse
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
193
d) Jika ada syok segera beri pengobatan, untuk menilai berkala
karena kondisi ini dapat memburuk dengan cepat
(WHO,2012)
7. Sakit kepala
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala
hebat atau penglihatan kabur. Penanganan terhadap gangguan ini
meliputi:
a) Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah, dan pernapasan.
b) Jika ibu tidak bernapas, periksa dan lakukan ventilasi dengan
masker dan balon. Lakukan intubasi jika perlu. Dan jika
pernapasan dangkal, periksa dan bebaskan jalana napas serta
beri oksigen 4-6 liter per menit.
c) Jika pasien tidak sadar atau koma, bebaskan jalan napas,
baringkan miring, ukur suhu tubuh, periksa apakah ada kaku
tengkuk (Bahiyatun, 2009).
8. Pembengkakan wajah atau ekstermitas
Bila terjadi gejala ini, periksa adanya varises, periksa kemerahan
pada betis, dan periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, atau
kaki mengalami oedema (Bahiyatun, 2009). Udem adalah
tertimbunnya cairan dalam jaringan , akibat adanya gannguan
keseimbangan. Udem dapat terjadi oleh :
a) Adanya tekanan hidrostatik yang sangat tinggi pada pembuluh
kapiler seperti misalnya bila aliran darah vena tersumbat,
194
b) Tekanan osmotik terlalu rendah, karena kadar protein plasma,
terutama albumin sangat rendah.
c) Sumbatan pada aliran limfe.
d) Kerusakan dinding kapiler sehingga plasma dapat merembes
keluar dan masuk ke dalam jaringan serta menimbulkan tekanan
osmotik yang melawan tekanan osmotik protein dalam aliran
darah.
Udem juga terlihat pada adanya trombosis pada vena-vena betis
yang terletak dalam, biasanya merupakan komplikasi berbahaya
akibat berbaring yang terlalu lama, yang menyebabkan aliran dalam
darah vena menjadi lambat sehinga membeku. Trombosis seperti ini
terjadi akibat infeksi.
9. Payudara bengkak
Menurut (Bahiyatun,2009) payudara bengkak yang tidak disusu
secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas,
terasa sakit, dan akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan
memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
BH/bra yang terlalu ketat mengakibatkan engorgement segmental.
Bila payudara ini tidak disusukan dengan adekuat, dapat terjadi
mastitis. Kelainan pada payudara pada masa nifas diantaranya:
a) Bendungan ASI Disebabkan oleh pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar yang
tidak dikosngkan secara sempurna atau karena kelainan pada
195
putting susu. Keluhan mamae bengkak, keras, dan terasa panas
sampai suhu badan meningkat. Penanganan sebaiknya dimulai
sejak hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelianan-kelainan. Bila terjadi juga berikan terapi
simtomatis untuk sakitnya (analgetika), sebelum menyusukan
pengurutan dahulu atau dipompa sehingga sumbatan hilang.
b) Mastitis dan abses mamae adalah suatu peradangan pada
payudara yang disebabkan kuman, terutama staphylococcus
aureus melalui luka pada puttimng susu, atau melalui peredaran
darah. Mastitis yang tidak segera diobati akan menyebabkan
abses payudara yang bisa pecah ke permukaan kulit dan
menimbulkan borok yang besar. Keluhannya adalah payudara
membesar, keras, nyeri kulit memerah, dan membisul (abses),
dan akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan nanah
bercampur dengan air susu.
Gangguan ini dapat diatasi dengan :
1) Menyusui tetap dilanjutkan. Pertama, bayi disusukan pada
payudara yang sakit selama dan sesering mungkin. Hal ini
dilakukan agar payudara kosong.selanjutnya, susukan bayi pada
payudara yang normal.
2) Beri kompres panas.Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada
payudara yang terkena.
196
3) Ubah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi
berbaring, duduk, atau posisi memegang bola ( football
position).
4) Pakai BH longgar
5) Istirahat yang cukup dan makanan yang bergizi.
6) Banyak minum (2 liter per hari).
Dengan penatalaksanaan tersebut, biasanya peradangan akan
menghilang setelah 48 jam, dan jarang sekali yang menjadi abses.
Tetapi bila dengan cara-cara tersebut tidak ada perbaikan setelah 12
jam, ibu perlu diberi antibiotik selama 5-10 hari dan analgesik
(Bahiyatun, 2009).
10. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
Sesudah bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan mungkin juga
lemas dan karena kehabisan tenaga. Hendaknya ibu lekas diberi
minuman hangat, susu, atau teh yang bergula. Apabila ibu
menghandaki makanan, berikan makanan yang sifatnya ringan.
walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak
langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau
banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya. Sehingga alat
pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaannya kembali.
Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-
banyak nya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya
disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun
197
terganggu sehingga ibu tidak ingin makan sampai kehilangan itu
hilang. (Sunarsih,2011). Menurut (Sunarsih,2011) Penyebab
hilangnya nafsu makan pada si ibu yaitu :
a) Ibu post partum blues
b) Kurangnya dukungan dari keluarga (terutama suami)
c) Ibu mengidap suatu penyakit dlam pencernaan atau anggota
tubuh
d) Kedaan ekonomis yang tidak mendukung
e) Kurang istirahat.
Penanganan hal tersebut adalah :
a) Dengan pendekatan atau bimbingan psikiatri
b) Anjurkan ibu untuk makan yang segar dan bervariasi setiap hari,
yaitu:
1) Makan sumber protein nabati dan hewani, seperti : daging,
telur, kacang-kacangan dan ayam.
2) Makanan sumber kerbohidrat, seperti : beras, jagung,
kentang, dan ubi.
3) Sayuran (sperti : bayam, kangkung) dan buah-buahan
(seperti : jeruk, pepaya, pisang dan mangga)
c) Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tetapi sering
d) Anjurkan ibu untuk makan pil penambah darah, vitamin yang
diberikan dari rumah sakit (Sunarsih,2011)
11. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya dan diri sendiri
198
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih 1
tahun ibu post partum cenderung akan mengalami perasaan-
perasaan yang tidak pada umumnya seperti merasa sedih, tidak
mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebab :
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur
rasa takut yang di alami kebanyakan wanita selama hamil dan
melahirkan.
b) Rasa nyeri pada awal masa nifas.
c) Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah
melahirkan kebanyakan di rumah sakit.
d) Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya
setelah meninggalkan rumah sakit.
e) Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi. (Bahiyatun, 2009)
F. Kunjungan Pada Masa Nifas
Menurut Kemenkes RI (2017), Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah
pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan
sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan. kunjungan
masa nifas yaitu pada 6 jam – 3 hari, 4 – 28 hari, 29– 42 hari pasca
persalinan.
Kunjungan nifas dibagi seperti dalam bentuk tabel berikut:
199
Tabel 2.14 Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1
6jam-3 hari
setelah
persalinan
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
tubuh.
2. Pemantauan jumlah darah yang keluar.
3. Pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6
bulan.
5. Pemberian kapsul vit. A 2 kali yaitu, satu kapsul segera
setelah melahirkan dan satu kapsul setelah 24 jam
pemberian kapsul vit. A pertama.
6. Minum Tablet tambah darah setiap hari.
7. Pelayanan KB pascasalin
2
4-28 hari
setelah
persalinan
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.
2. Pemantauan jumlah darah yang keluar.
3. Pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6
bulan.
5. Minum tablet darah setiap hari.
6. Pelayanan KB pascasalin.
3
29-42hari
setelah
persalinan
1. Pemeriksaan Tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu.
2. Pemantauan jumlah darah yang keluar.
3. Pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6
bulan.
5. Minum tablet tambah darah.
6. Pelayanan KB pascasalin
Sumber:Kemenkes RI,2014.
Standar kebidanan pada ibu nifas :
a) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Tujuan :
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan
serta mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi.
Pernyataan standar:
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
200
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.
(Al- Assaf, 2009)
b) Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Tujuan :
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama
kala 4 untuk memulihkan kesehatan bayi, meningkatkan asuhan
sayang ibu dan sayang bayi, memulai pemberian IMD.
Pernyataan standar :
c) Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang di perlukan. (Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi
pada Masa Nifas.
Tujuan :
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari
setelah persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif.
Pernyataan standar :
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke
enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan
bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini
penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa
nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,
201
kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir,
pemberian ASI, imunisasi dan KB. (Al- Assaf.2009)
Al- Assaf,2009)
2.3.2 Asuhan Kebidanan Pada Nifas
A. Pengkajian Data
1. Data Subyektif
1) Biodata
1) Identitas
a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b) Umur: Semakin tua usia seseorang berpengaruh terhadap
semua fase penyembuhan luka sehubungan dengan adanya
gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang lebih
lambat dan penurunan aktivitas fibroblast (Kemenkes,RI
2017).
c) Agama: Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat
membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai
dengan keyakinannya (Kemenkes,RI 2017).
d) Suku/Bangsa: Asal daerah atau bangsa seorang wanita
berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga kesehatan,
pola kebiasaan sehari-hari (Pola nutrisi, pola eliminasi,
personal hygiene, pola istirahat dan aktivitas) dan adat istiadat
yang dianut (Kemenkes,RI 2017).
202
e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga
tenaga kesehatan dapat melalukan komunikasi dengan istilah
bahasa yang sesuai dengan pendidikan terakhirnya, termasuk
dalam hal pemberian konseling (Kemenkes,RI 2017).
f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
pencapaian status gizinya. Hal ini dapat dikaitkan antara status
gizi dengan proses penyembuhan luka ibu. Jika tingkat sosial
ekonominya rendah, kemungkinan penyembuhan luka pada
jalan lahir berlangsung lama. Ditambah dengan rasa malas
untuk merawat dirinya (Kemenkes,RI 2017).
g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan
dalam melakukan follow up terhadap perkembangan ibu
(Kemenkes,RI 2017).
2) Keluhan utama
Menurut Varney (2009), keluhan yang sering dialami ibu
masa nifas antara lain sebagai berikut :
a) Nyeri setelah bayi lahir
Nyeri setelah kelahiran disebabkan oleh kontraksi dan
relaksasi uterus berurutan yang terjadi secara terus menerus.
Nyeri ini lebih umum terjadi pada wanita dengan paritas
tinggi dan pada wanita menyusui. Nyeri yang lebih berat
pada paritas tinggi adalah penurunan tonus otot uterus,
menyebabkan relaksasi intermitten (sebentar-sebentar)
203
berbeda pada wanita primipara yang tonus otot uterusnya
masih kuat dan uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi
intermitten. Nyeri setelah lahir akan hilang jika uterus tetap
berkontraksi dengan baik, yang memerlukan kandung kemih
kosong.
b) Keringat berlebih
Wanita pascapartum mengeluarkan keringat berlebihan
karena tubuh menggunakan rute ini dan diuresis untuk
mengeluarkan kelebihan cairan interstisial yang disebabkan
oleh peningkatan normal cairan intraseluler selama
kehamilan.
c) Pembesaran payudara
Pembesaran payudara disebabkan kombinasi, akumulasi,
dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas dan
kongesti. Kombinasi ini mengakibatkan kongesti lebih lanjut
karena stasis limfatik dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan
air susu meningkat, pada sekitar hari ke 3 pascapartum baik
pada ibu menyusui maupun tidak menyusui, dan berakhir
sekitar 24 hingga 48 jam. Nyeri tekan payudara dapat
menjadi nyeri hebat terutama jika bayi mengalami kesulitan
dalam menyusu. Peningkatan metabolisme akibat produksi
air susu dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh ringan.
204
d) Nyeri perineum
Beberapa tindakan kenyamanan perineum dapat
meredakan ketidaknyamanan atau nyeri akibat laserasi atau
episiotomi dan jahitan laserasi atau episiotomi tersebut.
Sebelum tindakan dilakukan, penting untuk memeriksa
perineum untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
komplikasi, seperti hematoma. Pemeriksaan ini juga
mengindikasikan tindakan lanjutan apa yang mungkin paling
efektif.
e) Konstipasi
Konstipasi dapat menjadi berat dengan longgarnya
dinding abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan
perineum derajat tiga (atau empat).
f) Hemoroid
Jika wanita mengalami hemoroid mereka mungkin
sangat merasa nyeri selama beberapa hari, jika terjadi selama
kehamilan, hemoroid menjadi taraumatis dan menjadi edema
selama wanita mendorong bayi pada kala II persalinan karena
tekanan bayi dan distensi saat melahirkan.
3) Riwayat Kesehatan
a) Anemia pada kehamilan yang tidak tertangani dengan baik
akan berpengaruh pada masa nifas yang menyebabkan :
terjadi sub involusi uteri, menimbulkan perdarahan post
205
partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah
persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mammae
(Manuaba, 2012).
b) Penyakit TBC
Ibu dengan tuberculosis aktif tidak dibenarkan untuk
memberikan ASI karena dapat menularkan pada bayi
(Manuaba, 2012).
c) Pengaruh penyakit jantung dalam masa pasca persalinan/nifas
menurut Manuaba (2012) :
1) Setelah bayi lahir penderita dapat tiba-tiba jatuh kolaps,
yang disebabkan darah tiba-tiba membanjiri tubuh ibu
sehingga kerja jantung sangat bertambah, perdarahan
merupakan komplikasi yang cukup berbahaya.
2) Saat laktasi kekuatan jantung diperlukan untuk
membentuk ASI.
3) Mudah terjadi infeksi post partum, yang memerlukan
kerja tambahan jantung
4) Ibu yang pernah mengalami episode hipertensi pada
kehamilan dapat terus mengalaminya hingga
pascapartum (Fraser, 2009).
206
4) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui kondisi psikologis ibu yang akan
mempengaruhi proses adaptasi terhadap kehamilan,
persalinan, dan masa nifas-nya (Kemenkes RI, 2017).
4) Riwayat Kebidanan
a) Riwayat haid
Dengan memberikan ASI kembalinya menstruasi atau
haid sulit diperhitungkan dan bersifat individu. Sebagian
besar menstruasi kembali setelah 4 sampai 6 bulan. Dalam
waktu 3 bulan belum menstruasi, dapat menjamin bertindak
sebagai kontrasepsi (Manuaba, 2012).Biasanya wanita tidak
akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan
lagi haidnya selama meneteki (Saifuddin, 2010).
b) Riwayat nifas yang lalu
Masa nifas yang lalu tidak ada penyakit seperti
perdarahan post partum dan infeksi nifas. Maka diharapkan
nifas saat ini juga tanpa penyakit. Ibu menyusui ekslusif
sampai usia 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia anak 2
tahun. Terdapat pengeluaran lochea rubra sampai hari ketiga
berwarna merah. Lochea serosa hari keempat sampai
kesembilan warna kecoklatam. Lochea alba hari kesepuluh
sampai kelimabelas warna putih dan kekuningan. Ibu dengan
riwayat pengeluaran lochea purulenta, lochea stasis, infeksi
207
uterin, rasa nyeri berlebihan memerlukan pengawasan
khusus. Dan ibu meneteki kurang dari 2 tahun. Adanya
bendungan ASI sampai terjadi abses payudara harus
dilakukan observasi yang tepat (Manuaba, 2012).
c) Riwayat Persalinan Sekarang
Menurut Marmi, (2012), lamanya persalinan serta
intervensi medis yang digunakan selam proses persalinan
dapat mempengaruhi psikis ibu. Diduga semakin besar
trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka
akan semakin besar trauma psikis yang muncul dan
kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan mengalami
depresi pascasalin, selain itu pada riwayat persalinan perlu
dikaji tentang jenis persalinan (spontan atau seksio sesaria),
kompikasi dalam persalinan, plasenta dilahirkan secara
spontan lengkap ada kelainan atau ada sisa plasenta, ada
robekan perineum atau tidak dan perdarahan selama proses
persalinan tidak lebih dari 500 cc. Anggraini (2010)
menambahkan tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputi BB, TB dan penolong
persalinan. Hal ini untuk mengetahui proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas.
208
d) Riwayat KB
Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi)
sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh
karena itu, metode amenorhe laktasi dapat dipakai sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan
baru (Saifuddin, 2010).
Menurut Manuaba (2010), pemeriksaan postpartum
merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode
KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan.
Khusus untuk mendapatkan pelayanan kontap wanita
(Metode Operasi Wanita) sama sekali tidak diperlukan hamil.
Pelayanan kontap dapat dilayani setiap saat dikehendaki.
5) Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi: Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang
bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori untuk mendapat
protein, mineral, vitamin yang cukup dan minum sedikitnya
2-3 liter/hari. Selain itu, ibu nifas juga harus minum tablet
tambah darah minimal selama 40 hari dan vitamin A.
b) Pola Eliminasi: Ibu nifas harus berkemih dalam 4-8 jam
pertama dan minimal sebanyak 200 cc (Bahiyatun, 2009).
Sedangkan untuk buang air besar, diharapkan sekitar 3-4 hari
setelah melahirkan.
209
c) Personal Hygiene: Bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi yang dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh,
termasuk pada daerah kewanitaannya dan payudara, pakaian,
tempat tidur dan lingkungan.
d) Istirahat: Ibu nifas harus memperoleh istirahat yang cukup
untuk pemulihan kondisi fisik, psikologis dan kebutuhan
menyusui bayinya dengan cara menyesuaikan jadwal istirahat
bayinya.
e) Aktivitas: aktivitas dapat dilakukan secara bertahap,
memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat. Dalam 2 jam
setelah bersalin ibu harus sudah bisa melakukan mobilisasi
Walyani (2016). Dilakukan secara perlahan lahan dan tetap
bertahap.Dapat dilakukan dengan miring kanan atau kiri
terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur angsur
berdiri dan jalan (Nugroho 2016). Mobilisasi segera setelah
ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari
tempat tidurnya. Klien sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum (Ambarwati, 2010)
f) Hubungan Seksual: Biasanya tenaga kesehatan memberi
batasan rutin 6 minggu pasca persalinan untuk melakukan
hubungan seksual (Kemenkes,RI 2017).
210
5) Data Psikologis
a) Respon orangtua terhadap kehadiran bayi dan peran baru
sebagai orangtua: Respon setiap ibu dan ayah terhadap
bayinya dan terhadap pengalaman dalam membesarkan anak
berbeda-beda dan mencakup seluruh spectrum reaksi dan
emosi, mulai dari tingginya kesenangan yang tidak terbatas
hingga dalamnya keputusasaan dan duka. Ini disesuaikan
dengan periode psikologis ibu nifas yaitu taking in, taking
hold atau letting go.
b) Respon anggota keluarga terhadap kehadiran bayi: Bertujuan
untuk mengkaji muncul tidaknya sibling rivalry.
c) Dukungan Keluarga: Bertujuan untuk mengkaji kerja sama
dalam keluarga sehubungan dengan pengasuhan dan
penyelesaian tugas rumah tangga (Kemenkes,RI 2017).
6) Latar Belakang Sosial Budaya
Dimasa lampau perawatan puerpurium sangat konservatif.
Wanita yang mengalami masa puerpurium diharuskan tidur
telentang selama 40 hari. Dampak sikap demikian pernah
dijumpai di Surabaya, terjadi adhesi antara labium minus dan
labium mayus kanan dan kiri, dan telah berlalu hampir 6 tahun
(Manuaba, 2012).
Menurut Saifuddin (2010), kebiasaan yang tidak bermanfaat
bahkan membahayakan, antara lain:
211
a) Menghindari mengembangkan berprotein, seperti ikan/telur
karena ibu menyusui perlu tambahan kalori sebesar 500
kalori/hari.
b) Penggunaan bebet perut segera pada masa nifas (2-4 jam
pertama).
c) Penggunaan kantong es batu pada masa nifas (2-4 jam
pertama).
d) Penggunaan kantong es batu atau pasir untuk menjaga uterus
berkontraksi karena merupakan perawatan yang tidak efektif
untuk atonia uteri.
e) Memisahkan bayi dari ibunya untuk masa yang lama pada 1
jam setelah kelahiran karena masa transisi adalah masa kritis
untuk ikatan batin ibu dan bayi untuk mulai menyusu.
7) Psikososial
Post partum blues biasanya dimulai pada beberapa hari
setelah kelahiran dan berakhir setelah 10-14 hari. Penyababnya
antara lain lingkungan tempat melahirkan yang kurang
mendukung, perubahan hormon yang cepat, dan keraguan
terhadap peran yang baru. Karakteristik post partum blues
meliputi menangis, merasa letih karena melahirkan, gelisah,
perubahan alam perasaan, menarik diri, serta reaksi negatif
terhadap bayi dan keluarga (Purwanti,2012).
212
Menurut Anggraini (2010), ibu menunjukkan depresi ringan
beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut
sebagai postpartumblues. Postpartumblues sebagian besar
merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh
wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering
terjadi diakibatkan sejumlah faktor. Penyebab yang paling
menonjol adalah kekecewaan emosional yang mengikuti rasa
puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama
kehamilan dan persalinan, rasa sakit masa nifas awal, kelelahan
karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum,
kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit, rasa takut menjadi tidak menarik lagi
bagi suaminya.
8) Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari
atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada
pasangan yang bersangkutan (Saifuddin, 2010).
213
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya
ke dalam vagina tanpa rasa nyeri (Purwanti, 2012)
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum: Baik
b. Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu
c. Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu mengalami
kesadaran penuh dengan memberikan respons yang cukup
terhadap stimulus yang diberikan (Kemenkes,RI 2017).
d. Keadaan Emosional: Stabil (Kemenkes,RI 2017).
e. Tanda-tanda Vital: Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami
peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang
kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama
beberapa hari (Varney, 2008).
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat postpartumdapat
menandakan terjadinya pre eklamsi postpartum (Purwanti, 2012).
1) Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir,
kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum.
214
Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau
persisten dapat memengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi
di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan
mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi
pascapartum lambat (Varney, 2009).
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80
kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan
lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per
menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi (Purwanti, 2012).
2) Suhu
Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke-2-10
post partum dan diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari
disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh
yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi
nifas jika tidak diketemukan sebab-sebab ekstragenital
(Saifuddin, 2009).
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu
tubuh tapi tidak lebih dari 38°C. Bila terjadi peningkatan
melebihi 38°C berturut-turut selama 2 hari, kemungkinan
terjadi infeksi (Manuaba, 2012).
215
Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit
meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24
jam pertama pascapartum (Varney, 2009).
Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan naik
sedikit (37,5°-38°C) sebagai akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada
hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan
ASI. Payudara menjadi bengkak dan merahkarena banyaknya
ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium (mastitis, tractus genitalis, atau sistem lain)
(Purwanti, 2012).
3) Pernafasan
Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan
evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelelahan cairan.
Eksaserbasi asma, dan embolus paru (Varney, 2009).
Keadaan pernafasan akan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak
normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada
gangguan khusus pada saluran pencernaan (Purwanti, 2012).
216
2. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Fisik
a) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda,
bila pucat menandakan anemia. Sklera normal berwarna
putih, bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi
hepatitis, bila merah kemungkinan ada konjungtivitis.
Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya pre
eklamsia (Romauli, 2011).
b) Leher
Normal bila tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ada pembesaran limfe dan tidak ditemukan bendungan vena
jugularis (Romauli, 2011).
c) Payudara
Pada masa nifas pemeriksaan payudara dapat dicari
beberapa hal berikut yaitu Puting susu pecah/pendek/rata,
Nyeri tekan, abses, produksi ASI terhenti, dan pengeluaran
ASI (Saifuddin, 2010).
Menunjukkan adanya kolostrum dan penatalaksanan puting
susu pada wanita menyusui (Varney, 2009).
217
d) Abdomen
Pada abdomen kita harus memeriksa posisi uterus atau
tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, dan ukuran kandung
kemih (Saifuddin, 2010).
Menurut Varney (2009), pemeriksaan abdomen pascapartum
dilakukan selama periode pascapartum dini (1 jam-5 hari)
yang meliputi tindakan berikut :
(1) Pemeriksaan kandung kemih
Dalam memeriksa kandung kemih mencari secara
spesifik distensi kandung kemih yang disebabkan oleh
retensi urin akibat hipotonisitas kandung kemih karena
trauma selama melahirkan. Kondisi ini dapat
mempredisposisi wanita mengalami infeksi kandung
kemih. Oleh karena itu bukti dari kandung kemih yang
penuh harus dievaluasi dalam pemeriksaan abdomen.
Distensi kandung kemih dapat terlihat sebagai
penonjolan pada kontur abdomen diatas simpisis pubis
yang memanjang ke arah umbilikus.
(2) Pemeriksaan uterus
Mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi. Penentuan
lokasi uterus dilakukan dengan mencatat apakah fundus
berada diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus
berada pada garis tengah abdomen atau bergeser ke salah
218
satu lokasi dan ukuran saling tumpang tindih, karena
ukuran ditentukan bukan hanya melalui palpasi, tetapi
juga dengan mengukur tinggi fundus uteri. Konsistensi
uterus memiliki ciri keras dan lunak.
(3) Evaluasi tonus otot abdomen dengan memeriksa derajat
distasis rekti
Penentukan jumlah diastasis rekti digunakan sebagai
alat objektif untuk mengevaluasi tonus otot abdomen.
Diastasis rekti adalah derajat pemisahan otot rektus
abdomen (rektus abdominalis) yang diukur ketika otot
abdomen kontraksi dan relaksasi. Pembilang mewakili
lebar diastasis dalam hitungan lebar jari ketika otot-otot
mengalami kontraksi dan pembagi mewakili lebar jari
ketika otot-otot relaksasi. Misalnya, diastasis yang
ukurannya 2 lebar jari ketika otot-otot berkontraksi dan 5
lebar jari ketika oto-otot relaksasidicatat dengan diastasis
= 2/5 jari. Rangkaian pengukuran tersebut berarti
diastasis = 2 jari ketika otot-otot berkontraksi dan 5 jari
ketika otot-otot relaksasi (Varney, 2009).
Setelah persalinan, dinding perut longgar karena
diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali
dalam 6 minggu. Hari pertama abdomen menonjol masih
seperti mengandung, 2 minggu menjadi rileks, 6 minggu
219
kembali seperti sebelum hamil. Kulit abdomen yang
melebar selama kehamilan tampak melonggar dan
mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan
berbulan-bulan yang dinamakan strie (Anggraini, 2010).
(4) Memeriksa adanya nyeri tekan CVA (Costovertebral
Angel)
Nyeri yang muncul diarea sudut CVA merupakan
indikasi penyakit ginjal.Tinggi dan berat uterus pada
masa nifas dapat dilihat pada tabel 2.15 :
Tabel 2.15 Tinggi dan Berat Uterus Pada Masa Nifas
Waktu Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus
(g)
Plasenta lahir
7 hari
14 hari
42 hari
56 hari
Sepusat
Pertengahan pusat-simpisis
Tidak teraba
Sebesarhamil 2 minggu
Normal
1000
500
350
50
30
Sumber : Manuaba. 2012.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
KB
e) Genetalia
Pemeriksaan tipe, kuantitas, dan bau lokia, pemeriksaan
perineum terhadap memar, edema, hematoma, penyembuhan
setiap jahitan, inflamasi, supurasi (Varney, 2009).
Setelah persalinan, vagina meregang dan membentuk
lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara
perlahan mengecil, tetapi jarang kembali ke ukuran nullipara.
Kadang-kadang pada persalinan lama, ditemukan edema dan
memar pada dinding vagina. Rugae terlihat kembali pada
minggu ketiga. Himen muncul sebagai jaringan kecil yang
220
selama proses sikatrisasi diubah menjadi karunkulae
mirtiformis yang merupakan ciri khas wanita yang pernah
melahirkan (Bahiyatun, 2009).
Selain itu, pada genetalia yang harus diperiksa adalah
pengeluaran lokia.Hal yang perlu dilihat pada pemeriksaan
vulva dan perineum adalah penjahitan laserasi atau luka
episiotomi, pembengkakan, luka dan hemoroid (Saifuddin,
2009).
f) Ekstremitas
Flagmasia alba dolens yang merupakan salah satu bentuk
infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena
temoralis yang terinfeksi dan disertai bengkak pada tungkai,
berwarna putih, terasa sangat nyeri, tampak bendungan
pembuluh darah, suhu tubuh meningkat (Manuaba, 2012).
Pada pengkajian ekstremitas bawah, dilakukan
pemeriksaan kaki apakah ada varises, warna kemerahan pada
betis, atau edema (Bahiyatun, 2009).
Menurut Manuaba (2010), normal, tidak terdapat
flagmasia alba dolens yang merupakan salah satu bentuk
infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena
temoralis yang terinfeksi dan disertai bengkak pada tungkai,
berwarna putih, terasa sangat nyeri, tampak bendungan
pembuluh darah, suhu tubuh meningkat. Anggraini (2010)
221
menambahkan untuk memeriksa adanya tromboplebitis dan
edema yang disebabkan karena tidak lancarnya peredaran
darah daat masa nifas, selain itu menilai pembesaran varices,
dan mengukur reflek patela (jika ada komplikasi menuju
eklampsia postpartum).
2) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dan pengawasan Haemoglobin (Hb) dapat
dilakkukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan
Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut : Tidak
anemia jika Hb 11 g%, anemia ringan jika Hb 9-10 g%, anemia
sedang jika Hb 7-8, anemia berat jika Hb < 7 gr% (
Manuaba,2012)
3) Terapi yang Diperlukan
Terapi yang diberikan pada ibu nifas menurut Bahiyatun
(2009) yaitu :
a) Zat besi 40 tablet diminum dengan dosis 1 x 1 tablet per hari
b) Vitamin A 200.000 IU 2 tablet diminum dengan dosis 1 x 1
tablet per hari.
Menurut Saifuddin (2010), terapi yang dianjurkan antara lain:
a) Pil zat besi yang harus diminum dengan dosis 1x1tablet
selama 40 hari pascasalin
b) Vit A 200.000 IU sebanyak 2 tablet diminum dengan dosis
1x1 tablet selama 2 hari. Kapsul vitamin A 200.000 IU yang
222
bertujuan agar bisa memberikan asupan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
c) Anestetik topical seperti dermoplast aerosol spray atau
nupercainal ointment untuk menghilangkan rasa sakit pada
perineum.
3. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Perumusan diagnosa masa nifas disesuaikan dengan nomenklatur
kebidanan, seperti P…. A… usia… tahun postpartum fisiologis.
Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu.,
ketidaknyamanan yang dirasakan pada ibu nifas adalah nyeri perut
setelah lahir, payudara membesar, nyeri tekan pada payudara dan
puting susu, puting susu pecah-pecah, keringat berlebih serta rasa
nyeri selama beberapa hari jika ibu mengalami hemoroid.
4. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif. Rencana tindakan asuhan kebidanan pada masa nifas
disesuaikan dengan kebijakan program nasional, antara lain
1. Periksa tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea dan cairan
pervaginam lainnya serta payudara.
2. Berikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai
kebutuhan nutrisi, eliminasi, kebersihan diri, istirahat, mobilisasi
dini dan aktivitas, seksual, senam nifas, ASI eksklusif, cara
223
menyusui yang benar, perawatan payudara dan keluarga
berencana.
3. Berikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
(Kemenkes,RI 2017).
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas disesuaikan dengan
rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada ibu dan atau keluarga dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada masa
nifas, adalah:
a. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri,
lokhea dan cairan pervaginam lainnya serta payudara.
b. Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi,
kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual,
senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan
payudara dan keluarga berencana.
c. Memberikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
(Kemenkes,RI 2017).
6. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai
melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat,
224
dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti
sesuai dengan kondisi ibu.
a. Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus
uteri, lokhea dan cairan pervaginam lainnya serta payudara.
b. Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali mengenai kebutuhan
nutrisi, eliminasi, kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan
aktivitas, seksual, senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang
benar, perawatan payudara dan keluarga berencana.
c. Ibu telah memilih metode kontrasepsi dan telah mendapatkannya
(Kemenkes,RI 2017).
7. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat,
singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan
dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada formulir yang
tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP.
S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.
O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap
klien.
A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.
P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan (Kemenkes, RI 2017).
225
2.4 Neonatus
2.4.1 Konsep Dasar Neonatus
A. Pengertian
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1
bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus
lanjut addalah bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun,2010).
Neonatus atau bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan aterm
(37 minggu sampai 42 minggu) dengan berat badan lahir 2500 gr sampai
dengan 4000 gr, tanpa ada masalah atau kecacatan pada bayi samapai umur
28 hari (Arfiana dan Lusiana, 2016).
Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh diatas penulis
menyimpulkan Neonatus adalah bayi yang lahir dari kehamilan aterm (37
minggu sampai 42 minggu) berumur 0 (baru lahir) usia 1 bulan sesudah
lahir dengan berat 2500 gr sampai 4000 gr, tanpa ada masalah atau
kecacatan.
B. Klasifikasi Bayi Baru Lahir
1. Berdasarkan usia kehamilan
a. Neonatus kurang bulan (preterm infant) : kurang dari 259 hari (37
minggu).
b. Neonatus cukup bulan (term infant) : 259 sampai 294 hari (37-42
minggu).
c. Neonatus lebih bulan (posterm infant) : lebih dari 294 (42 minggu)
atau lebih.
226
2. Berdasarkan berat lahir
a. Neonatus berat lahir rendah : kurang dari 2500 gram
b. Neonatus berat lahir cukup : antara 2500 sampai 4000 gram
c. Neonatus berat lahir lebih : lebih dari 4000 gram(Muslihatun,
2010 ).
3. Perkiraan usia kehamilan dan berat badan
a. 2 bulan dengan berat 5 g
b. 3 bulan dengan berat 15 g
c. 4 bulan dengan berat 120 g
d. 5 bulan dengan berat 280 g
e. 6 bulan dengan berat 600 g
f. 7 bulan dengan berat 1000 g
g. 8 bulan dengan berat 1800 g
h. 9 bulan dengan berat 2500 g
i. 10 bulan dengan berat 3000 g
(Manuba, 2010)
4. Penggolongan Berat Badan menurut usia kehamilan (Arviana dan
Lusiana. 2016):
a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) adalah jika bayi lahir dengan berat
badan dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) adalah jika bayi lahir dengan berat
badan diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
227
c. Besar Masa Kehamilan (BMK) adalah jika bayi lahir dengan berat
badan diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan janin.
Gambar 2.7.Kurva Lubchenco
Sumber : Arfiana dan Lusiana. 2016
Klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi
dideskripsikan masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk
masa kehamilannya :
a. Neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
(Marmi dan Rahardjo 2013).
C. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal
1. Berat badan 2.500-4.000 gram.
2. Panjang badan 48-52 cm.
3. Lingkar dada 30-38 cm.
4. Lingkar kepala 33-35 cm.
5. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.
228
6. Pernapasan 30-60 kali/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
9. Kuku tangan dan kaki agak panjang dan lemas.
10. Genetalia : pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora, pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
11. Reflek primitive :
a. Rooting reflek, sucking reflek dan swallowing reflek baik
b. Reflek moro baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan
seperti memeluk
c. Grapping reflek baik, apabila diletakkan sesuatu benda di atas telapak
tangan, bayi akan mengenggam.
12. Eliminasi baik, bayi berkemih dan buang air besar dalam 24 jampertama
setelah lahir. Buang air besar pertama adalah mekonium,yang bewarna
coklat kehitaman (Arfiana dan Lusiana, 2016).
D. Fisiologi Neonatus
Saat lahir, bayi mengalami perubahan fisiologis yang cepat dan hebat.
Kelangsungan hidup bergantung pada pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang cepat dan teratur.Fisiologi neonatus adalah sebagai
berikut:
1. Permulaan Pernafasan Udara
Segera setelah lahir, pola pernafasan bergeser dari inspirasi
episodik dangkal yang khas untuk janin menjadi inhalasi yang lebih
229
teratur dan dalam. Aerasi paru bayi baru lahir bukanlah suatu inflasi
struktur yang kolaps, tetapi penggantian secara cepat cairan di bronkus
dan alveolus oleh udara. Cairan alveolus yang tersisa dibersihkan
melalui sirkulasi paru dan dengan derajat yang lebih rendah, melalui
pembuluh limfe paru. Tertundanya pembersihan cairan ini dari alveolus
dapat menyebabkan sindrom takipnea transien pada neonatus. Sewaktu
cairan diganti oleh udara, terjadi penurunan bermakna tekanan vaskular
paru dan penurunan resistensi terhadap aliran darah. Dengan penurunan
tekanan darah arteri pulmonaris, duktus arteriosus secara normal
menutup. Penutupan foramen ovale bersifat lebih variatif.
Diperlukan tekanan intratoraks yang sangat negatif agar udara
dapat masuk ke dalam alveolus yang dipenuhi oleh cairan. Normalnya
sejak tarikan nafas pertama setelah lahir, secara progresif terjadi
akumulasi udara residual di paru, dan dengan setiap pernafasan
berikutnya, dibutuhkan tekanan pembuka paru yang semakin kecil.
Kurangnya surfaktan yang sering dijumpai pada bayi prematur,
menyebabkan timbulnya sindrom distres pernafasan (Leveno, 2009).
Dalam keadaan normal, neonatus mulai bernafas dan menangis
hampir segera setelah lahir yang menandakan dimulainya pernafasan
aktif. Menurut (Leveno,2009), faktor-faktor yang berperan dalam
pernafasan pertama ini adalah:
a. Penekanan toraks sewaktu kala dua persalinan dan pelahiran
pervaginam, yang mendorong cairan dari saluran nafas. Bayi yang
230
dilahirkan melalui sesar cenderung memiliki lebih banyak cairan dan
lebih sedikit gas di paru selama 6 jam pertama kehidupan (takipnea
transien).
b. Berkurangnya oksigen dan penimbunan karbondioksida yang juga
merangsang pernafasan.
c. Stimulasi fisik, misalnya memegang bayi sewaktu pelahiran dan
resusitasi yang diperkirakan memicu pernafasan.
Saat lahir, bayi mengalami perubahan fisiologis yang cepat dan
hebat. Kelangsungan hidup bergantung pada pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang cepat dan teratur.
2. Perubahan Sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem.
Tindakan ini meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan
terjadinya serangkaian reaksi selanjutnya. Reaksi-reaksi ini dilengkapi
oleh reaksi-reaksi yang terjadi dalam paru sebagai respon terhadap
tarikan napas pertama. Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi
melalui paru dan malah mengalir melalui lubang antara atrium kanan
dan kiri, yang disebut foramen ovale. Darah yang kaya oksigen ini
kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus.
Karena tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit
janin-plasenta terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang
merupakan sistem sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi dan berdiri
sendiri (Varney, 2009).
231
3. Termoregulasi menurut Varney (2009)
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stres karena
perubahan suhu lingkungan. Karena suhu di dalam uterus berfluktuasi
sedikit, janin tidak perlu mengatur suhu. Suhu janin biasanya lebih
tinggi 0,6°C daripada suhu ibu. Pada saat lahir, faktor yang berperan
dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area permukaan
tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulasi lemak
subkutan, dan derajat fleksi otot. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas
melalui 4 mekanisme, yaitu konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi.
a. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi
aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
b. Konduksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi
232
aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
c. Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh
lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas
dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas
tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
d. Evaporasi
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan
panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri, karena setelah lahir,
tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi
pada bayi yang lahir terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak
segera dikeringkan dan diselimuti.
Tempat kelahiran harus disiapkan dengan adekuat untuk
meminimalkan kehilangan panas pada neonatus. Neonatus dapat
menghasilkan panas dengan 3 cara, yaitu menggigil, aktivitas otot
volunter, dan termogenesis (produksi panas tubuh) tanpa menggigil.
Termogenesis tanpa menggigil mengacu pada 1 dari 2 cara berikut
ini: peningkatan kecepatan metabolisme atau penggunaan lemak
coklat (brown fat) untuk memproduksi panas. Neonatus dapat
menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan meningkatkan
233
kecepatan metabolisme mereka. Pada cara kedua, lemak coklat
dimobilisasi untuk menghasilkan panas. Lapisan lemak coklat berada
pada dan di sekitar tulang belakang bagian atas, klavikula dan
sternum, dan ginjal serta pembuluh darah besar. Banyaknya lemak
coklat bergantung pada usia gestasi dan berkurang pada bayi baru
lahir yang mengalami retardasi pertumbuhan. Lemak coklat adalah
sumber yang tidak dapat diperbarui pada bayi baru lahir. Penghasilan
panas melalui penggunaan cadangan lemak coklat dimulai pada saat
bayi lahir akibat lonjakan katekolamin dan penghentian supresor
prostaglandin dan adenosin yang dihasilkan plasenta.
Kehilangan panas pada neonatus segera berdampak pada
hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Dampak tersebut merupakan
akibat peningkatan kebutuhan metabolisme yang disebabkan oleh
usaha bayi baru lahir untuk membuat zona suhu yang netral.
Dianjurkan pada suhu rectal dan aksila tetap dalam rentang 36,5°-
37,5°C dan suhu kulit abdomen dalam rentang 36°-36,5°C.
4. Pengaturan Glukosa
Pada setiap bayi baru lahir, kadar glukosa turun selama periode
waktu yang singkat (1-2 jam setelah kelahiran). Sistem pada bayi baru
lahir yang sehat belajar untuk mengoreksi secara mandiri penurunan
kadar glukosa fisiologis. Koreksi penurunan kadar glukosa darah dapat
terjadi dalam 3 cara: melalui penggunaan ASI atau susu formula,
melalui penggunaan cadangan glikogen, atau melalui pembuatan
234
glukosa dari sumber-sumber lain, khususnya lipid. Bayi baru lahir yang
sehat menghasilkan glukosa sebanyak 4-8 mg/kg/menit sebagai respon
terhadap kebutuhan (Varney, 2009).
5. Perubahan Pada Darah
Bayi baru lahir dilahirkan dengan hematokrit/hemoglobin yang
tinggi. Konsentrasi hemoglobin normal memiliki rentang dari 13,7-
20,0gr/dL. Selama beberapa hari pertama kehidupan, nilai hemoglobin
sedikit meningkat, sedangkan volume plasma menurun. Akibat
perubahan dalam volume plasma tersebut, hematokrit, yang normalnya
dalam rentang 51 hingga 56% pada saat kelahiran, meningkat dari 3
menjadi 6%. Hemoglobin kemudian turun perlahan, tapi terus-menerus
pada 7-9 minggu pertama setelah bayi lahir. Nilai hemoglobin rata-rata
untuk bayi berusia 2 bulan ialah 12,0 gr/dL (Varney, 2009).
6. Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan bayi baru lahir secara struktur telah lengkap
meskipun fungsinya masih belum sempurna jika disbanding saluran
pencernaan dewasa. Lambung memiliki kapasitas kecil (15-30ml), yang
meningkat dengan cepat pada beberapa minggu pertama kehidupan.
Spingter jantung masih lama yang menyebabkan terjadinya
regurgitasi/penggumpalan. Keasaman lambung menurun drastic pada
beberapa hari pertama dan pada hari ke-10. Lambung bayi bersifat
akloridik, yang meningkatkan resiko infeksi. Waktu pengosongan
lambung normal 2-3 jam (Faser, 2009).
235
7. Perubahan Pada Sistem Imun
Sistem imun neonatus tidak matur pada sejumlah tingkat yang
signifikan. Ketidakmampuan fungsional ini membuat neonatus rentan
terhadap banyak infeksi dan respon alergi. Sistem imun yang matur
memberikan baik imunitas alami maupun yang didapat.
(Varney,2009) menyebutkan 2 macam imunitas pada bayi baru
lahir, yaitu:
a. Imunitas alami
1) Imunitas alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi. Beberapa contoh imunitas alami meliputi:
perlindungan barier yang diberikan oleh kulit dan membran
mukosa;
2) kerja seperti saringan oleh saluran napas;
3) kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelindung;
4) perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan asam pada
lambung.
b. Imunitas yang didapat
Neonatus dilahirkan dengan imuitas pasif terhadap virus dan
bakteri yang pernah dihadapi ibu. Janin mendapatkan imunitas ini
melalui perjalanan transplasenta dari imunoglobulin varietas IgG.
Imunoglobulin lain seperti IgM dan IgA, tidak dapat melewati
plasenta.
236
8. Perubahan Pada Sistem Ginjal
Bayi baru lahir cukup bulan memiliki beberapa defisit struktural
dan fungsional pada sistem ginjal. Banyak dari defisit tersebut
memperbaiki dirinya sendiri pada bulan pertama kehidupan. Ginjal bayi
baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan
kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah menyebabkan retensi
cairan dan intoksikasi air. Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine
pada 48 jam pertama kehidupan, sering kali hanya 30-60 ml.
Seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine bayi baru lahir
(Varney, 2009).
E. Masa Transisi Pada Bayi Baru Lahir
Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan diluar Uterus Adaptasi
neonatal atau bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan didalam uterus kekehidupan diluar uterus.
Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis, bila terdapat
gangguan adaptasi maka bayi akan sakit (Muslihatun,2010).
Periode Transisi Periode transisi merupakan fase tidak stabil selama 6
sampai 8 jam pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi.
Periode transisi dibagi mejadi tiga periode yaitu:
1. Periode Reaktivitas I
Periode pertama reaktivitas atau segera setelah lahir, karakeristik
pada periode ini frekuensi pernapasan cepat dan dapat mencapai 80 kali
per menit, adanya retraksi, dan suara seperti mendengkur. Denyut
237
jantung dapat mencapai 180 kali permenit selama beberapa menit
pertama kehidupan (Muslihatun, 2010).
Pada periode ini terjadi fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke
sianosis, tidak ada bising usus dan bayi tidak berkemih. Bayi memiliki
sejumlah mukus, menangis kuat refleks mengisap kuat, mata bayi
terbuka lebih lama dari hari-hari sesudahnya karena bayi dapat
mempertahankan kontak mata dalam waktu lama. Pada periode ini bayi
membutuhkan perawatan khusus, yaitu mengkaji dan memantau
frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama
setelah kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat dengan suhu aksila
36,5°C –37,5°C (Muslihatun, 2010).
2. Fase Tidur atau Tidur Pertama
Periode kedua yaitu fase tidur atau tidur pertama, setelah respon
awal bayi baru lahir menjadi tenang, relaks dan jatuh tertidur, hal ini
terjadi dalam dua jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit
sampai beberapa jam (Muslihatun, 2010).
Menurut (Muslihatun,2010) fase ini dimulai dari 30 menit setelah
periode pertama reaktivitas dan berakhir pada 2 -4 jam. Pada fase ini
frekuensi pernafasan dan denyut jantug menurun kembali kenilai dasar,
warana kulit cenderung stabil dan bisa terdengar bising usus. Pada fase
ini bayi tidak banyak membutuhkan asuhan, karena bayi tidak
memberikan respon terhadap stimulus eksternal.
3. Reaktivitas II
238
Periode ketiga transisi yaitu periode kedua reaktivitas, ini berakhir
sekitar 4-6 jam setelah kelahiran, periode ini bayi memiliki tingkat
sensivitas yang tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan.
Frekuensi nadi sekitar 120-160 kali permenit, frekuensi pernafasan
sekitar 30-60 kali per menit. Terjadi fluktuasi warna merah jambu atau
kebiruan ke sianotik ringan disertai bercak-bercak. Bayi sering
berkemih dan mengeluarkan mekonium, terjadi peningkatan sekresi
mukus dan bayi bisa tersedak pada saat sekresi. Refleks mengisap bayi
sangat kuat dan bayi sangat aktif. Kebutuhan asuhan bayi pada periode
ini memantau secara ketat kemungkinan bayi tersedak saat
mengeluarkan mukus yang berlebihan, memantau setiap kejadian
apneadan mulai melakukan rangsangan taktil, seperti mengusap
punggung, memiringkan bayi serta mengkaji keinginan dan kemampuan
bayi untuk mengisap dan menelan (Muslihatun,2010).
F. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir
1. Nutrisi
Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahankarbohidrat.
Pada hari ke dua energi berasal dari pembakaran lemak setelah
mendapatkan susu (Indrayani, 2013). Kebutuhan dasar cairan dan kalori
pada neonatus dapat dilihat pada tabel 2.16.
239
Tabel 2.16.Kebutuhan Dasar Cairan dan Kalori Pada Neonates
Hari kelahiran Cairan/Kg/hari Kalori/kg/hari
Hari ke-1 60 ml 40 kal
Hari ke-2 70 ml 50 kal
Hari ke-3 80 ml 60 kal
Hari ke-4 90 ml 70 kal
Hari ke-5 100 ml 80 kal
Hari ke-6 110 ml 90 kal
Hari ke-7 120 ml 100 kal
Hari ke- >10 150-200 ml >120 kal
Sumber : Saifuddin, Abdul bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal
Neonatal .
2. Eliminasi
Urine pertama bayi dikeluarkan saat lahir, atau dalam 24 jam
pertama dan setelahnya dengan frekuensi yang semakin sering seiring
meningkatnya asupan cairan. Urine encer, berwarna kuning, dan tidak
berbau. Mekonium dikeluarkan dalam 24 jam pertama kehidupan dan
dikeluarkan seluruhnya dalam 48-72 jam. Sejak hari ke-3 hingga ke-5
kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan menjadi berwarna kuning
kecoklatan. Setelah bayi diberi makan, feses berwarna kuning. ASI
mengakibatkan karakteristik feses lunak, kuning terang, dan bersifat
asam, tetapi aman (Fraser & Cooper,2009).
3. Istirahat dan tidur
Bayi baru lahir tidur 16-18 jam sehari, paling sering blog waktu 45
menit sampai 2 jam. Bayi dapat menangis sedikitnya 5 menit per hari
sampai sebanyak-banyaknya 2 jam per hari (Walsh, 2009).
4. Personal hygiene
Bayi di mandikan ditunda sampai sedikitnya 4-6 jam setelah
kelahiran, setelah suhu bayi stabil. Mandi selanjutnya 2-3 kali seminggu
240
(Walsh, 2009). Perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap
kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun sebelum merawat tali
pusat (Saifudin, 2009).
5. Aktifitas
Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang
simetris pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan
pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada
waktu tidur, kemungkinan gejala kelainan yang perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut (Saifudin, 2010).
6. Psikososial
Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga
di dapat pola tidur yang lebih baik (Saifudin, 2009).
G. Pemeriksaan Antoprometri
1. Berat badan
Berat badan sebaiknya tiap hari dipantau. Penurunan berat badan lebih
dari 5% dari berat badan waktu lahir, menunjukkan kekurangan cairan
(Saifuddin, 2010).
2. Panjang badan
Panjang bayi baru lahir paling akurat dikaji jika kepala bayi baru
lahir terletk rata terhadap permukaan yang keras. Kedua tungkai
diluruskan dan kertas dimeja pemeriksaan diberi tanda. Setelah bayi
baru lahir dipindahkan, bidan kemudian dapat mengukur panjang bayi
dalam satuan sentimeter (Varney, 2009). Panjang bayi rata-rata 50 cm,
241
dengan kisaran normal 48-52 cm. Pertambahan panjang yaitu 2 cm per
bulan pada 6 bulan pertama (Ladewig, 2009)
a) Ukuran kepala menurut (Varney,2009) meliputi dibawah ini:
1) Diameter biparietal : 9 cm
2) Diameter bitemporal : 8 cm
3) Sirkumferensia sub oksipito breghmatika : 32 cm
4) Sirkumferensia fronto oksipito : 34 cm
5) Sirkumferensia mento oksipito : 35 cm
6) Sub oksipito breghmatika : 9,5 cm
7) Sub oksipito fronto :11cm
8) Fronto oksipito :12 cm
9) Mento oksipito :13,5 cm
10) Submento breghmatika :9,5 cm
b) Lingkar dada : 33-38 cm
c) Lingkar lengan : ± 11 cm
H. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis merupakan indikator integritas sistem saraf.
Baik respons yang menurun (hipo) maupun yang meningkat (hiper)
merupakan penyebab masalah (Varney, 2009).Reflek yang dikaji antara
lain:
242
1. Refleks glabella
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan menggunakan
jari telunjuk pada saat mata terbuka. Bayi akanmengedipkan mata pada
4 sampai 5 ketukan pertama (Marmi,2012).
2. Refleks menghisap (Sucking)
Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagunya disentuh. Sebagai
respons, bayi akan menoleh ke samping untuk mencari sumber objek,
dam membuka mulutnya untuk mengisap (Ladewig,2009).
3. Refleks mencari (rooting)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.Misalnya mengusap
pipi bayi dengan lembut, bayi menolehkan kepalanya kearah jari kita
dan membuka mulutnya (Marmi, 2012).
4. Refleks menggenggam (palmar graps)
Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekan dengan gentle,
normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat. Jika telapak tangan
bayi ditekan : bayi mengepalkan tinjunya (Marmi, 2012). Didapat
dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah objek,
atau dengan jari pemeriksa. Respons bayi berupa menggenggam dan
memegang dengan erat, sehingga dapat diangkat sebentar dari tempat
tidur (Ladewig, 2009).
5. Refleks babinsky
Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi lateral telapak kaki
kearah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki. Bayi akan
243
menunjukkan respon berupa semua jari kaki hiperekstensi dengan ibu
jari dorsofleksi (Marmi, 2012).
6. Refleks morro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan (Marmi, 2012).
Didapat dengan cara memberikan isyarat kepada bayi, dengan satu
teriakan kencang atau gerakan yang mendadak. Respons bayi baru lahir
berupa mengehentakkan tangan dan kaki lurus ke arah keluar,
sedangkan lutut fleksi. Tangan kemudian akan kembali lagi ke arah
dada seperti posisi bayi dalam pelukan. Jari-jari Nampak terpisah,
memebentuk huruf C, dan bayi mungkin menangis (Ladewig, 2009).
7. Refleks tonik leher
Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensi, dan
ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke
satu sisi selagi istirahat. Respons ini dapat tidak ada atau tidak lengkap
segera setelah lahir (Marmi, 2012).
I. Kunjungan Neonatus
Kunjungan neonatus menurut Marmi 2011, yaitu:
1. Kunjungan neonatal ke satu (KN 1: 6-48 jam)
Kunjungan neonatal yang ke satu (KN1) adalah kunjungan neonatal
pertama kali yaitu pada hari pertama sampai hari kedua (sejak 6 jam
setelah lahir).Adapun kegiatan yang dilakukan oleh bidan saat
melakukan kunjungan neonatal ke satu yaitu:
244
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, dan berat badan rendah.
b. Perawatan tali pusat.
c. Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada hari lahir.
d. Imunisasi Hepatitis B 0 bila belum diberikan pada saat lahir.
e. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi
2. Kunjungan neonatal yang kedua (KN 2 hari ke 3-7)
Kunjungan neonatal kedua yaitu usia hari ke tiga sampai dengan hari ke
tujuh.Adapun kegiatan yang dilakukan oleh bidan saat melakukan
kunjungan neonatal ke satu yaitu:
a. Pemeriksaan tanda bahaya bayi.
b. Perawatan tali pusat.
c. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi.
3. Kunjungan neonatal yang ketiga (KN 3: hari ke 8-28)
Kunjungan neonatal yang ketiga yaitu pada hari kedelapan sampai
dengan hari ke dua puluh delapan.Adapun kegiatan yang dilakukan
oleh bidan saat melakukan kunjungan neonatal ke dua yaitu:
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, dan berat badan rendah.
b. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk tetap memberikan ASI
secara eksklusif.
245
c. Melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan
menggunakan acuan buku KIA.
d. Konseling imunisasi dasar lengkap.
G. Imunisasi
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti
vaksin BCG, DPT, campak dan melalui mulut, seperti vaksin polio
(Muslihatun, 2010).
Gambar 2.8 Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap
Sumber : Buku KIA (2016)
Keterangan:
1) Imunisasi Hepatitis B : digunakan untuk mencegah kerusakan hati.
Diberikan pada saat usia 0-7 hari. Menurut Wiknjosastro (2008)
246
imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian
vitamin K1.
2) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) : Ditujukan untuk
memberikan kekebalan bayi terhadap bakteri tuberkolosis (TBC).
Diberikan segera setelah bayi lahir di tempat pelayanan kesehatan
atau mulai 1 bulan di posyandu.
3) Imunisasi DPT: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadapat
penyakit Dipteri, Pertusis (batuk rejan) dan tetanus. Imunisasi ini
pertama kalin diberikan pada bayi berusia 2 bulan. Imunisasi
selanjutnya berjarak 4 minggu atau bersamaan dengan Hepatitis B.
4) Imunisasi Polio: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadap
penyakit polio (kelumpuhan). Imunisasi polio diberikan4 kali
dengan selang waktu 4 minggu.
5) Imunisasi Campak : Mencegah bayi terkena infeksi penyakit
campak. Diberikan pada usia 9 bulan.
J. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Neonatal
Standar penanganan kegawatdaruratan neonatal menurut (Al-
Assaf.2009), yaitu:
1. Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatorum
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan
asfiksia, serta melakukan resusitasi, mengusahakan bantuan medis
yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.
247
K. Tanda tanda bahaya pada BBL
1. Tanda Bahaya Neonatus
a. Menurut Varney (2009), segera hubungi dokter anak atau perawat
praktisi anda jika:
1) Bayi anda tampak lemah, tidak mau makan, atau bertingkah
laku tidak wajar.
2) Bayi tidak berkemih dalam 24 jam pertama.
3) Bayi tidak defekasi dalam 48 jam paertama.
4) Tali pusat berbau busuk atau terdapat pus yang keluar.
5) Suhu bayi dibawah 36 derajat atau diatas 37 derajat C, diukur
pada ketiak.
6) Bagian yang berwarna putih pada mata, berubah menjadi
kuning dan warna kulit juga tampak kuning, kecoklatan atau
seperti buah persik.
b. Menurut APN, 2008, tanda-tanda bahaya bayi baru lahir. Bila
ditemukan tanda bahaya berikut, rujuk bayi ke fasilitas kesehatan:
1) Tidak dapat menyusu
2) Kejang
3) Mengantuk atau tidak sadar
4) Napas cepat (>60 per menit)
5) Merintih
6) Retraksi dinding dada bawah
7) Sianosis sentral
248
c. Tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir,
menurut Saiffuddin, 2012:
1) Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit.
2) Kehangatan terlalu panas (>38°C atau terlalu dingin <36°C).
3) Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau
pucat, memar.
4) Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan,
banyak muntah.
5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk,
berdarah, infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar
cairan (nanas). Bau busuk, pernapasan sulit.
6) Tinja/kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek,
sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
7) Aktifitas: menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang
halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.
8) Cari pertolongan medis segera jika timbul hal di atas.
L. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Usia 0-3 Bulan
1. Pengertian
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular,berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya
249
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan
gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan
kemandirian. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan
perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan
merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan
organ yang dipengaruhinya, misalya perkembangan sistem
neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. kesemua
fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh
(Kemenkes RI, 2015).
2. Aspek-aspek Perkembangan
Aspek–aspek perkembangan yang dipantau adalah sebagai berikut:
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh
yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan
sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan
sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
250
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan
mainan selesai bermain), berpisah dengan dengan ibu/pengasuh
anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan
sebagainya (Kemenkes RI, 2015).
3. Stimulasi Tumbuh Kembang Bayi Usia 0 – 3 Bulan
a. Kemampuan motorik kasar
1) Mengangkat kepala.
Gerakkan sebuah mainan berwarna cerah atau buat suara-
suara gembira di depan bayi sehingga ia akan belajar
mengangkat kepalanya.
2) Berguling-guling.
Letakkan mainan berwarna cerah di dekat bayi agar ia dapat
melihat dan tertarik pada mainan tersebut. Kemudian
pindahkan benda tersebut ke sisi lain dengan perlahan.
3) Menahan kepala tetap tegak
Gendong bayi dalam posisi tegak agar ia dapat belajar
menahan kepalanya tetap tegak.
b. Kemampuan Gerak Halus
1) Melihat, meraih dan menendang mainan gantung
2) Memperhatikan benda bergerak
3) Melihat benda-benda kecil
251
4) Memegang benda. Semakin bertambah umur bayimaka ia
akan semakin mampu memegang benda-benda kecil dengan
ujung jarinya (menjimpit). Jaga agar benda itu tidak melukai
bayi atau tertelan dan membuatnya tersedak
5) Merasa dan merasakan bentuk permukaan
c. Kemampuan Bicara Dan Bahasa
1) Berbicara dengan bayi sesering mungkin.
2) Menirukan suara-suara bayi atau ocehan bayi sesering
mungkin, maka ia akan menirukan kembali suara kita.
3) Mengenali berbagai suara dengan mengajak bayi
mendengarkan musik, radio, TV, orang berbicara.
d. Sosialisasi dan kemandirian
1) Memberi rasa aman dan kasih sayang. Sesering mungkin
peluk dan belai bayi, bicara kepada bayi dengan nada lembut
dan halus, serta penuh kasih saying
2) Mengajak bayi tersenyum. Sesering mungkin ajak bayi
tersenyum dan tatap mata bayi
3) Mengajak bayi mengamati benda-benda dan keadaan
sekitarnya
4) Meniru ocehan dan mimic muka bayi
5) Mengayun bayi. Untuk menenangkan bayi dan anda bias
santai, ayunkan bayi dalam kursi ayun
252
6) Menina-bobokan. Ketika menidurkan bayi, bersenandunglah
dengan nada lembut dan penuh kasih sayang (Kemenkes RI,
2015).
2.4.2 Asuhan Kebidanan Pada Neonatus
A. Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Identitas Bayi
Nama : Untuk mengenal bayi.
Jenis Kelamin : Untuk memberikan informasi pada ibu dan
keluarga serta memfokuskan saat pemeriksaan
genetalia.
Anak ke : Untuk mengkaji adanya kemungkinan sibling
rivalry (Kemenkes RI 2017).
b. Identitas Orangtua
1) Nama : Untuk mengenal ibu dan suami.
2) Umur
Usia orangtua mempengaruhi kemampuannya dalam mengasuh
dan merawat bayinya (Kemenkes RI 2017).
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan orangtua sehingga dapat
menuntun anaknya sesuai dengan keyakinannya sejak lahir
(Kemenkes RI 2017).
253
4) Suku/Bangsa
Asal daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh terhadap
pola pikir mengenai tenaga kesehatan, pola nutrisi dan adat
istiadat yang dianut (Kemenkes RI 2017).
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual orangtua yang dapat
mempengaruhi kemampuan dan kebiasaan orangtua dalam
mengasuh, merawat dan memenuhi kebutuhan bayinya
6) Pekerjaan
Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian
status gizi. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemenuhan nutrisi
bagi bayinya. Orangtua dengan tingkat sosial ekonomi yang
tinggi cenderung akan memberikan susu formula pada bayinya
(Kemenkes RI 2017).
7) Alamat
Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam
melakukan follow up terhadap perkembangan bayi.
c. Riwayat antenatal
Bidan harus mencatat usia ibu, periode menstruasi terakhir, dan
perkiraan waktu pelahiran. Jumlah kunjungan pranatal dicatat
bersama setiap masalah pra natal yang ada. Semua hasil
laboratorium dan pengujian pranatal termasuk laporan
ultrasonografi, harus ditinjau. Kondisi pranatal dan kondisi intra
254
partum yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan bayi
baru lahir. (Sondakh, 2013).
d. Riwayat natal
Bayi dilahirkan dengan jenis partus biasa(normal/spontan)
yaitu bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai
alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi
dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Sondakh, 2013).
e. Riwayat postnatal
Riwayat bayi sejak lahir harus ditinjau ulang, termasuk
pola menyusui, berkemih, defekasi, tidur, dan menangis.
Tanda vital, medikasi yang diberikan pada bayi baru lahir
dan hasil laboratorium (Sondakh, 2013).
f. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Kebutuhan cairan pada tiap-tiap bayi untuk mencapai kenaikan
berat badan yang optimal berbeda. Oleh karena itu, pemberian
cairan kepada bayi yang daya isap dan menelannya baik
hendaknya on demand. Menurut Marmi (2012) berikan ASI
sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi 2-3 jam (paling sedikit 4
jam), bergantian kanan dan kiri. Seorang bayi yang menyusu
sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. Biasanya bayi menyusu
255
sekitar 5-10 kali dalam sehari. Untuk peningkatan kebutuhan
dasar cairan dan kalori pada neonatus dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.18: Kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus
Hari kelahiran Cairan/Kg/hari Kalori/kg/hari
Hari ke-1 60 ml 40 kal
Hari ke-2 70 ml 50 kal
Hari ke-3 80 ml 60 kal
Hari ke-4 90 ml 70 kal
Hari ke-5 100 ml 80 kal
Hari ke-6 110 ml 90 kal
Hari ke-7 120 ml 100 kal
Hari ke- >10 150-200 ml >120 kal
Sumber : Saifuddin, Abdul bari .2009.
2) Eliminasi
Menurut Marmi (2012) bayi yang pencernaan normal
akan BAB pada 24 jam pertama setelah lahir yang disebut
dengan mekonium. Umumnya 4-5 minggu pertama dalam
sehari bisa 5-6 kali. Bayi baru lahir cenderung sering BAK
yaitu 7-10x sehari.
3) Istirahat dan tidur
Bayi baru lahir tidur 16-18 jam sehari, paling sering blog waktu 45
menit sampai 2 jam. Bayi dapat menangis sedikitnya 5 menit per hari
sampai sebanyak-banyaknya 2 jam per hari (Sondakh, 2013).
4) Personal hygiene
Bayi di mandikan ditunda sampai sedikitnya 4-6 jam setelah
kelahiran, setelah suhu bayi stabil. Mandi selanjutnya 2-3 kali
seminggu. Perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap
kering dan bersih. Cuci tangan dengan sabun sebelum merawat tali
pusat (Saifudin, 2009). Tali pusat kering lebih cepat dan lebih mudah
256
terpisah ketika terkena udara, sehingga penutupan tali pusat tidak
dianjurkan (Cunningham, 2013)
5) Aktifitas
Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang
simetris pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan
tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi
pada waktu tidur, kemungkinan gejala kelainan yang perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. (Sondakh, 2013).
6) Psikososial
Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga
didapat pola tidur yang lebih baik. (Saifuddin, 2009).
I. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum: Baik
b. Tanda-tanda Vital
1) Suhu
Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur atau ketiak (Saifuddin,
2010). Suhu bayi normal sekitar 36°C- 37°C, suhu
lingkungan 18-21°C (Fraser,2009) Suhu bayi baru lahir dapat
dikaji di berbagai tempat dengan jenis termometer yang
berbeda-beda. Dianjurkan bahwa suhu rektal dan aksila tetap
dalam rentang 36,5°-37,5°C dan suhu kulit abdomen dalam
rentang 36-36,5°C (Varney, 2009).
257
2) Pernafasan
Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir
bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada
waktu inspirasi dan ekspirasi. Gerak pernapasan 30 sampai
50 kali per menit (Saifuddin, 2010).
Pola pernapasan bervariasi sesuai awitan pernapasan.
Pernapasan berfluktuasi dan tidak stabil selama periode
waktu tertentu. Pernapasan pada bayi baru lahir dapat
terdengar ribut selama periode transisi. Frekuensi rata-rata 40
kali per menit. Rentang 30 sampai 60 kali per menit.
Pernapasan merupakan pernapasan diafragma dan abdomen
(Varney, 2009).
3) Nadi
Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira
180/menit yang kemudian turun sampai 140/menit-
120/menit pada waktu bayi berumur 30 menit
(Wiknjosastro, 2009)
c. Antropometri :
1) Pemeriksaan Antoprometri
a) Berat badan
Menurut Cunningham (2013) Jika bayi baru lahir
normal cukup mendapat asupan gizi beratlahir akan pulih
258
setelah hari ke 10. Beratbada akan meningkat terus 25
g/hari selama bebrapa bulan pertama.
Tabel 2.19 Penurunan Berat Badan Sesuai Umur
Umur Penurunan atau kenaikan BB yang dapat diterima
dalam bulan pertama
1 minggu Turun sampai 10%
2-4 minggu Naik setidak-tidaknya 160 gram perminggu (setidaknya 15
gram perhari).
1 bulan Naik setidak-tidaknya 300 gram dalam bulan pertama
Bila penimbangan dilakukan setiap hari dengan alat
Minggu pertama Tidak ada penurunan berat badan atau kurang dari 10%
Setelah minggu
pertama
Setiap hari terjadi kenaikan pada bayi kecil setidak-
tidaknya 20 gram.
Sumber : Wiknjosastro (2009)
d) Panjang badan
Panjang bayi baru lahir paling akurat dikaji jika
kepala bayi baru lahir terletak rata terhadap
permukaan yang keras. Panjang bayi normal 48-52
cm(JNPK-KR, 2017)
e) Ukuran kepala menurut Sondakh (2013) meliputi :
(1) Diameter suboksipito-bregmatika (9,5 – 10 cm)
(2) Diameter oksipito-frontalis (11 – 12 cm)
(3) Diameter oksipito metalis (13,5 – 15 cm)
(4) Diameter submento-bregmatika (9,5 – 10 cm)
(5) Diameter biparientalis (9,5 – 10 cm)
(6) Diameter bitemporalis (8 – 10 cm)
(7) Sirkumferensia suboksipito-bregmatikus (33 – 34 cm)
(8) Sirkumferensia submento-bregmatiku (32 – 34 cm)
(9) Sirkumferensia oksipito frontalis (33 – 35 cm)
259
(10) Sirkumferensia mento – oksipitalis (34 – 35,5 cm)
f) Lingkar dada : 33-38 cm
g) Lingkar lengan : ± 11 cm
d. Apgar Score: Skor Apgar merupakan alat untuk mengkaji
kondisi bayi sesaat setelah lahir dalam hubungannya dengan 5
variabel. Penilaian ini dilakukan pada menit pertama, menit ke-5
dan menit ke-10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan
bahwa bayi berada dalam keadaan baik (Kemenkes RI 2017).
e. jam kelahiran. Sefalhematoma pertama kali muncul pada 12
sampai 36 jam setelah kelahiran dan cenderung semakin besar
ukurannya, diperlukan waktu sampai 6 minggu untuk dapat
hilang. Adanya memar atau trauma sejak lahir harus diperiksa
untuk memastikan bahwa proses penyembuhan sedang terjadi
dan tidak ada tanda-tanda infeksi (Kemenkes RI, 2017).
2. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak di belakang
atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang, sebagai
akibat proses kelahiran, atau tumor lunak hanya di belahan
kiri atau kanan saja, atau di sisi kiri dan kanan tetapi tidak
melampaui garis tengah bujur kepala. Ukur lingkar kepala
(Saifuddim, 2009).
260
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran
dan tampilannya normal. sutura yang berjarak lebar
mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Periksa adanya trauma kelahiran misalnya :
caput suksedaneum, sefal hematoma, perdarahan sub
aponeurotik atau fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya
kelainan seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya (Marmi, 2012).
Rambut bayi lembut dan halus, beberapa bayi umumnya
tidak memiliki rambut, sedangkan sebagian bayi lainnya
memiliki rambut yang lebat (Fraser, 2009).
Ubun-ubun belakang menutup pada minggu ke-6 sampai
ke-8. Ubun-ubun depan tetap terbuka hingga bulan ke-18
(Fraser, 2009).
b) Mata
Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil
berwarna putih. Periksa adanya trauma seperti palpebra,
perdarahan konjungtiva atau retina. Periksa adanya sekret
pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat
menjadi pnoftalmia dan menyebabkan kebutaan (Marmi,
2012).
Pupil harus sama dan reaktif terhadap cahaya, terjadi
refleks merah/orange menunjukkan kornea dan lensa normal.
261
Sklera harus diperiksa adanya hemoragi. Kemerahan pada
konjungtiva dapat mengidentifikasikan adanya infeksi
(Walsh, 2009).
Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa
bercak merah yang akan menghilang dalam waktu 6 minggu
(Saifuddin, 2010).
c) Hidung
Mengkaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup
bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Periksa adanya
pernafasan cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernafasan (Marmi, 2012).
Simetris, memebran mukosa merah muda dan lembab,
tidak ada pernafasan cuping hidung (Walsh, 2009).
d) Mulut
Salivasi tidak terdapat pada bayi normal. Bila terdapat
secret yang berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan
saluran cerna (Saifuddin, 2006).
Membran mukosa mulut lembab dan berwarna merah
muda. Reflek menghisap dan menelan terkoordinasi. (Fraser,
2009).
Simetris, tidak ada sumbing (skizis), refleks hisap kuat,
saliva berlebihan dikaitkan dengan fistula atau atresia
trakeoesofagus (Walsh, 2009).
262
Mulut diperiksa untuk melihat kemungkinan infeksi
dengan kandida (oral trush) (Wiknjosastro, 2011).
e) Leher
Melihat adanya cidera akibat persalinan (Saifuddin,
2010).
Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pada fleksus brakhialis. Adanya lipatan kulit yang
berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21 (Marmi, 2012).
f) Dada
Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir
bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada
waktu inspirasi dan ekspirasi. Gerak pernapasan 30 sampai
50 kali per menit (Saifuddin, 2010).
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas. Apabila
tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks,
paresis diafragma atau hernia diafragma. Pernafasan yang
normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat
bernafas perlu diperhatikan. Pada bayi cukup bulan, puting
susu sudah terbentuk baik dan tampak simetris (Marmi,
2012).
263
Pigmentasi diputing lebih gelap pada bayi yang berkulit
lebih gelap (Fraser, 2009). Pernafasan diafragma, dada, perut
naik dan turun (Fraser, 2009).
Pada bayi laki-laki maupun perempuan hilangnya
estrogen maternal menyebabkan pembesaran payudara,
kadang disertai oleh sekresi air susu pada hari ke-4 atau ke-5
(Fraser, 2009).
g) Punggung
Mengkaji adanya benjolan/tumor dan tulang punggung
dengan lekukan yang kurang sempurna (Saifuddin, 2010).
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat saat menangis,
perdarahan tali pusat, lembek saat menangis (Saifuddin,
2010).
Jika ada pembengkakan, lesung, atau rambut yang
melekat dapat menandakan adanya cacat tulang belakang
tersamar (Fraser, 2009).
Bokong harus diregangkan untuk mengkaji lesung dan
sinus yang dapat mengindikasikan anomali medula spinalis
(Walsh, 2009).
h) Abdomen
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat saat menangis,
perdarahan tali pusat, lembek saat menangis (Saifuddin,
2010).
264
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara
bersamaan dengan gerakan dada saat bernafas. Kaji adanya
pembengkakan (Marmi, 2012)
Jika perut cekung kemungkinan terdapat hernia
diafragmatika. Abdomen yang membuncit kemungkinan
karena hepatosplenomegali atau tumor lainnya.Jika perut
kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel atau ductus omfaloentriskuspersisten (Marmi,
2012).
Pelvis neonatus berukuran kecil, kandung kemih dapat
diraba diabdomen saat penuh (Fraser, 2009)
Bentuk perut biasanya bulat (Fraser, 2009).
Pada umumnya tali pusat akan puput pada waktu bayi
berumur 6 sampai 7 hari (Wiknjosastro, 2009).
i) Genetalia
(1) Laki-laki
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar
1-1,3 cm. Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak
boleh ditarik karena menyebabkan fimosis. Periksa
adanya hipospadia dan epispadia. Jika pada skrotum
tampak tonjolan kemungkinan adanya hernia inguinalis
(Marmi, 2012).
265
Testis turun ke skrotum yang memiliki banyak rugae
dan meatus uretra bermuara di ujung penis dan
preposium melekat ke kelenjar (Fraser, 2009)
(2) Perempuan
Pada bayi cukup bulan, labia mayora menutupi labia
minora. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina
(Marmi, 2012).
Pada bayi aterm labia mayor menutup minor, himen
dan klitoris dapat tampak membesar (Fraser, 2009).
Pigmentasi digenetalia lebih gelap pada bayi yang
berkulit lebih gelap (Fraser, 2009)
Terkadang tampak adanya secret yang berdarah dari
vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu
(Withdrawl bledding) (Marmi, 2012).
j) Anus
Anus berlubang (Saifuddin, 2010).
Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya (Marmi,
2012)
k) Ektremitas
Ukuran setiap tulang harus prporsional untuk ukuran
seluruh tungkai dan tubuh secara umum. Tungkai harus
simetris harus terdapt 10 jari. Telapak harus terbuka secara
penuh untuk memeriksa jari ekstra dan lekukan telapak
266
tangan. Sindaktili adalah penyatuan atau penggabungan jari-
jari, dan polidaktili menunjukkan jari ekstra. Kuku jari harus
ada pada setiap jari
Panjang tulang pada ekstremitas bawah harus dievaluasi
untuk ketepatannya. Lekukan harus dikaji untuk menjamin
siimetrisitas(Walsh, 2008).
l) Kulit dan kuku
Bayi matur memiliki garis kulit didaerah telapak tangan
dan telapak kaki. Kuku telah sempurna terbentuk dan melekat
diujung jari, terkadang sedikit lebih panjang daripada ujung
jari (Fraser, 2009).
Dalam keadaan normal, kulit berwarna kemerahan
kadang-kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan.
Pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan
adanya kelainan. Waspada timbulnya kulit dengan warna
yang tidak rata (Cutis Marmorata), telapak tangan, telapak
kaki atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat atau
kuning. Bercak-bercak besar biru yang sering terdapat di
sekitar bokong (Mongolian Spot) akan menghilang pada
umur 1-5 tahun (Saifuddin, 2010).
Kulit bayi baru lahir yang normal tipis, halus dan mudah
sekali mengalami trauma akibat desekan, tekanan atau
zatyang memiliki pH berbeda. Rambut halus disebut dengan
267
lanugo, menutupi kulit dan banyak terdapat dibahu, lengan
atas dan paha. Warna kulit bayi bergantung pada asal suku,
bervariasi mulai dari merah muda dan putih hingga coklat
kekuningan atau coklat tua (Fraser, 2009).
3. Pemeriksaan Refleks
a. Morro: Respon bayi baru lahir akan menghentakkan tangan dan
kaki lurus ke arah luar sedangkan lutut fleksi kemudian tangan
akan kembali ke arah dada seperti posisi dalam pelukan, jari-jari
nampak terpisah membentuk huruf C dan bayi mungkin
menangis. Refleks ini akan menghilang pada umur 3-4 bulan.
Refleks yang menetap lebih dari 4 bulan menunjukkan adanya
kerusakan otak. Refleks tidak simetris menunjukkan adanya
hemiparises, fraktur klavikula atau cedera fleksus brakhialis.
Sedangkan tidak adanya respons pada ekstremitas bawah
menunjukkan adanya dislokasi pinggul atau cidera medulla
spinalis (Kemenkes RI,2017).
b. Rooting: Setuhan pada pipi atau bibir menyebabkan kepala
menoleh ke arah sentuhan. Refleks ini menghilang pada 3-4
bulan, tetapi bisa menetap sampai umur 12 bulan khususnya
selama tidur. Tidak adanya refleks menunjukkan adanya
gangguan neurologi berat (Hidayat dan Uliyah, 2008).
c. Sucking: Bayi menghisap dengan kuat dalam berenspons
terhadap stimulasi. Refleks ini menetap selama masa bayi dan
268
mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi. Refleks yang
lemah atau tidak ada menunjukkan kelambatan perkembangan
atau keaadaan neurologi yang abnormal (Kemenkes RI,2017).
d. Grasping: Respons bayi terhadap stimulasi pada telapak tangan
bayi dengan sebuah objek atau jari pemeriksa akan
menggenggam (Jari-jari bayi melengkung) dan memegang objek
tersebut dengan era. Refleks ini paralisis. Refleks menggenggam
yang menetap menunjukkan gangguan serebral (Kemenkes
RI,2017).
e. Startle: Bayi meng-ekstensi dan mem-fleksi lengan dalam
merespons suara yang keras, tangan tetap rapat dan refleks ini
akan menghilang setelah umur 4 bulan. Tidak adanya respons
menunjukkan adanya gangguan pendengaran (Kemenkes
RI,2017).
f. Tonic Neck: Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala
diputar ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi ke arah sisi
putaran kepala dan fleksi pada sisi yang berlawanan. Normalnya
refleks ini tidak terjadi pada setiap kali kepala diputar. Tampak
kira-kira pada umur 2 bulan dan menghilang pada umur 6 bulan
(Kemenkes RI,2017).
g. Neck Righting: Bila bayi terlentang, bahu dan badan kemudian
pelvis berotasi ke arah dimana bayi diputar. Respons ini
dijumpai selama 10 bulan pertama. Tidak adanya refleks atau
269
refleks menetap lebih dari 10 bulan menunjukkan adanya
gangguan sistem saraf pusat (KemenkesRI,2017).
h. Babinski: Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi,
dijumlah sampai umur 2 tahun. Bila pengembangan jari kaki
dorsofleksi setelah umur 2 tahun menunjukkan adanya tanda lesi
ekstrapiramidal (Kemenkes RI,2017).
i. Merangkak: Bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan
dan kaki bila diletakkan pada abdomen. Bila gerakan tidak
simetris menunjukkan adanya abnormalitas neurologi
(Kemenkes RI,2017).
j. Menari atau melangkah: Kaki bayi akan bergerak ke atas dan ke
bawah bila sedikit disentuhkan ke permukaan keras. Hal ini
dijumpai pada 4-8 minggu pertama kehidupan. Refleks menetap
melebihi 4-8 minggu menunjukkan keadaan abnormal
(Kemenkes RI,2017).
k. Ekstruasi: Lidah ekstensi ke arah luar bila disentuh dan dijumpai
pada umur 4 bulan. Esktensi lidah yang persisten menunjukkan
adanya sindrom Down (Kemenkes RI,2017).
l. Galant’s: Punggung bergerak ke arah samping bila distimulasi
dan dijumpai pada 4-8 minggu pertama. Tidak adanya refleks
menunjukkan adanya lesi medulla spinalis transversa
(Kemenkes RI,2017)
270
II. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
Perumusan diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan dengan
nomenklatur kebidanan, seperti Normal Cukup Bulan, Sesuai Masa
Kehamilan (NCB SMK). Masalah yang dapat terjadi pada bayi baru
lahir adalah bayi kedinginan. Kebutuhan BBL adalah kehangatan, ASI,
pencegahan infeksi dan komplikasi (Kemenkes RI,2017).
III. Perencanaan
Menurut Kemenkes RI (2017), penanganan bayi baru lahir
antara lain bersihkan jalan napas, potong dan rawat tali pusat,
pertahankan suhu tubuh bayi dengan cara mengeringkan bayi dengan
handuk kering dan lakukan IMD, berikan vitamin K 1 mg, lakukan
pencegahan infeksi pada tali pusat, kulit dan mata serta berikan
imunisasi Hb-0. Monitoring TTV setiap jam sekali terdiri dari suhu,
nadi, dan respirasi.
IV. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan
dengan rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based
kepada bayi, meliputi membersihkan jalan napas, memotong dan
merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara
mengeringkan bayi dengan handuk kering dan melakukan IMD,
memberikan vitamin K 1 mg, melakukan pencegahan infeksi pada tali
271
pusat, kulit dan mata serta memberikan imunisasi Hb-0 (Kemenkes
RI,2017).
V. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai
melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi bayi kemudian dicatat,
dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti
sesuai dengan kondisi bayi.Bayi dapat menangis dengan kuat dan
bergerak aktif Bayi telah dikeringkan dengan handuk dan telah
dilakukan IMD selama 1 jam. Tali pusat bayi telah dirawat dengan
benar. Bayi telah dijaga kehangatannya dengan cara dibedong. Bayi
telah mendapatkan injeksi vitamin K 1 mg, salep mata dan imunisasi
Hb-0 (Kemenkes,RI 2017).
VI. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap,
akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang
ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada
formulir yang tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP.
S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.
O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap
klien.
A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.
P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif,
272
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi dan rujukan (Kemenkes,RI 2017).
2.5 Kontrasepsi Pasca Salin
2.5.1 Konsep Dasar Kontrasepsi
A. Pengertian
Keluarga berencana postpartum adalah melakukan tindakan KB
ketika wanita baru melahirkan dan gugur kandung di rumah sakit, atau
member pengarahan agar memilih KB efektif (melakukan sterilisasi
wanita atau pria, menggunakan AKDR, menerima KB hormonal dalam
brntuk suntik atau susuk) (Manuaba, 2010).
KB pasca persalinan merupakan upaya untuk pencegahan
kehamilan dengan alat dan obat kontrasepsi segera setelah melahirkan
sampai dengan 42 hari / 6 minggu setelah melahirkan. Peningkatan
pelayanan KB pasca persalinan sangat mendukung tujuan pembangunan
kesehatan dan hal ini juga ditunjang dengan banyaknya calon peserta
KB baru (ibu hamil dan bersalin) yang sudah pernah kontak dengan
tenaga kesehatan. Seorang ibu yang baru melahirkan bayi biasanya
lebih mudah untuk diajak menggunakan kontrasepsi, sehingga waktu
setelah melahirkan adalah waktu yang paling tepat untuk mengajak ibu
menggunakan kontrasepsi (BKKBN, 2012).
B. Manfaat KB Pasca Salin
1. Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu rapat
(minimal 2 tahun setelah melahirkan)
273
2. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3. Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi, dan balita
4. Ibu memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk dirinya sendiri,
anak dan keluarga(Buku kia, 2012).
C. Macam-macam Alat Kontrasepsi
1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
a. Pengertian
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian
ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. MAL dapat
dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh (lebih
efektif bila pemberian >8x sehari), belum haid, dan umur bayi
kurang dari 6 bulan (Prawirohardjo, 2010).
Menurut Prawirohardjo, Sarwono (2012) MAL dapat
dipakai sebagai kontrasepsi bila:
1) Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif
bila pemberian > 8 x sehari.
2) Belum haid
3) Umur bayi kurang dari 6 bulan
b. Cara Kerja
Metode Amenorea Laktasi (MAL) sangat efektif untuk
mencegah kehamilan (Pencegahan 98% jika dilaksanakan secara
benar pada 6 bulan pertama pascapersalinan; eksklusif ASI
274
(lebih dari 8x sehari); pencegahan 93% jika dilaksanakan
sampai 12 bulan pascapersalinan(Prawirohardjo,Sarwono,2012).
c. Keuntungan MAL
1) Segera efektif
2) Tidak mengganggu senggama
3) Tidak ada efeksamping secara sistemik
4) Tidak perlu pengawasan medis
5) Tidak perlu obat ataupun alat
6) Tanpa biaya (Saifuddin, 2010).
d. Kerugian/kekurangan/ keterbatasan MAL
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui segera dalam 30 menit pasca persalinan.
2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social.
3) Tidak melindungi terhadap penyakit IMS termasuk virus
hepatitis B/ HBV dan HIV/ AIDS (Saifuddin, 2010).
e. Indikasi MAL
1) Wanita yang menyusui secara ekslusif.
2) Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6
bulan.
3) Wanita yang belum mendapatkan haid pascamelahirkan
(Marmi, 2016).
f. Kontraindikasi MAL:
1) Pascamelahirkan yang sudah mendapatkan haid.
275
2) Tidak menyusui secara ekslusif.
3) Bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
4) Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan
5) Menggunakan metode kontrasepsi tambahan (Marmi,2016).
2. Kontrasepsi Hormonal
a. Pengertian
Konrasepsi hormonal adalah metode kontrasepsi yang
mengandung hormon progesteron saja dan mengandung hormon
progesteron dan estrogen.
b. Jenis-jenis KB Hormonal
1) Progestin
a) Suntik Progestin
Suntik progestin yaitu kontrasepsi parental yang
mengandung g-alfa medroksi progesteron
(Wiknjosastro, 2010).
(1) Cara kerja
(a) Mencegah ovulasi
(b) Mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan penetrasi sperma
(c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan
atrofi
(d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
(Saifuddin, 2010).
276
(2) Efektifitas (98,5%).
(3) Keuntungan
(a) Sangat efektif.
(b) Pencegahan kehamilan jangka panjang.
(c) Tidak berpengaruh pada hubungan seksual.
(d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak
berdampak serius terhadap penyakit jentung,
dan gangguan pembekuan darah.
(e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
(f) Sedikit efek samping.
(g) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35
tahun sampai menopause (Saifuddin, 2010).
(4) Kerugian
(a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti
siklus haid yang memendek atau memanjang,
perdarahan yang banyak atau sedikit,
perdarahan tidak teratur atau perdarahan
bercak (spotting), tidak haid sama sekali.
(b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana
pelayanan kesehatan (harus kembaliuntuk
suntikan).
(c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu
sebelum suntikan berikutnya.
277
(d) Permasalahan berat badan merupakan efek
samping tersering.
(e) Terlambatnya kembali kesuburan bukan
karena terjadinya kerusakan/kelainan pada
organ genetalia, melainkan karena belum
habisnyapelepasan obat suntikan dari deponya
(tempat suntikan) (Saifuddin, 2010).
(5) Indikasi
(a) Usia reproduksi
(b) Nulipara dan yang telah memiliki anak
(c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan
yang memiliki efektivitas tinggi
(d) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
(e) Setelah abortus atau keguguran
(f) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki
tubektomi
(g) Perokok
(h) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan
masalah anemia
(i) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
(6) Kontraindikasi
(a) Hamil atau dicurigai hamil
278
(b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya
(c) Menderita kanker payudara atau riwayat
kanker payudara
(d) Diabetes mellitus disertai komplikasi
(Saifuddin, 2010)
b) Pil Progestin
Pil progestin disebut juga mini pil, tablet pil oral
berisi progestin saja (Hartanto, 2009).
1) Cara Kerja Pil Progestin
(a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium
(b) Endometrium mengalami transformasi lebih
awal sehingga implantasi lebih sulit
(c) Mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma
(d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi
sperma terganggu
(Saifuddin, 2010)
2) Keuntungan
(a) Sangat efektif bila digunakan dengan benar
(b) Tidak mengganggu hubungan seksual
(c) Tidak mempengaruhi ASI
279
(d) Kesuburan cepat kembali
(e) Nyaman, mudah digunakan
(f) Tidak mengandung estrogen.
(g) Dapat dihentikan setiap saat (Saifuddin, 2010)
3) Keterbatasan
(a) Peningkatan atau penurunan berat badan
(b) Harus digunakan setiap hari dan pada jam
yang sama
(c) Bila lupa satu pil saja kegagalan menjadi lebih
besar.
(d) Payudara menjadi tegang, mual, pusing,
dermatitis atau jerawat
(e) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid
(perdarahan sela, spotting, amenorea)
(Saifuddin, 2010)
4) Indikasi
(a) Telah memiliki anak atau yang belum
memiliki anak
(b) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang
efektif selama periode menyusui
(c) Pasca persalinan dan tidak menyusui
(d) Pasca keguguran
(e) Perokok segala usia
280
(f) Mempunyai tekanan darah tinggi (>180/110
mmHg)
(g) Tidak boleh menggunakan esterogen atau
lebih senang tidak menggunakan esterogen
5) Kontraindikasi
(a) Hamil atau diduga hamil
(b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya
(c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan
haid
(d) Miom uterus,karena progestin memicu
pertumbuhan miom uterus
(e) Riwayat stroke
(Varney, 2009).
2) Implant
Implan adalah suatu alat kontrasepsi modern yang
terdiri dari berbagai macam, tetapi di Indonesia yang paling
sering digunakan adalah jenis Jedena. Jedena merupakan
salah satu jenis kontrasepsi implan dengan lama kerja 3
tahun. Implan jedena terdiri atas 2 batang kapsul silastik,
yang mengandung 75 Levonorgestrel. Lokasi pemasangan
di bagian dalam lengan atas melalui suatu tindakan operasi
kecil. Khasiat kontrasepsi ini timbul beberapa jam setelah
281
insersi, sedangkan tingkat kesuburan atau fertilitas akan
kembali segera setelah pencabutan implan (Hartanto, 2009).
1) Cara kerja
(a) mengentalkan lendir servik
(b) Mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasimmengurangi
transportasi sperma dan menekan ovulasi
(Saifuddin, 2010).
2) Keuntungan
(a) Daya guna tinggi
(b) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
(c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
(d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
(e) Bebas dari pengaruh estrogen
(f) Tidak mengganggu ASI
(g) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
(Saifuddin, 2010).
3) Kekurangan
(a) Nyeri kepala
(b) Peningkatan atau penurunan berat badan
(c) Nyeri payudara
(d) Perasaan mual
282
(e) Pusing kepala
(f) Kegelisahan
(g) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk
insersi dan pencabutan.
(Saifuddin, 2010).
4) Indikasi
(a) Usia reproduksi
(b) Nulipara atau multipara
(c) Menghendaki kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
(d) Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak
sterilisasi
5) Kontraindikasi
(a) Hamil atau diduga hamil
(b) Perdarahan dalam yang tidak diketahui
(c) penyebabnya
(d) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
(e) Mioma uteri
(f) Gangguan toleransi glukosa
(Saifuddin, 2010)
3. Kontrasepsi Non Hormonal
1) Profil
2) Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai
10 tahun: CuT-380A), haid menjadi lebih lama dan banyak,
283
pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan, dapat
dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi, tidak boleh
dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi Menular
Seksual (IMS) (Saifuddin, 2010).
3) Jenis
a) AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk
huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari
tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-
mana. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T
(Schering).
(1) Cara Kerja
(a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopi.
(b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri.
(c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan
ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma
sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
(d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur
dalam uterus (Saifuddin, 2010).
284
(2) Keuntungan
(a) Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.
(b) Sangat efektif 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan
dalam 1 tahun pertama.
(c) AKDR dapa tefektif segera setelah pemasangan.
(d) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
(e) Dapat segera dipasang setelah melahirkan atau
sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
(Saifuddin, 2010).
(3) Kerugian
(a) Perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama
dan akan berkurang setelah 3 bulan).
(b) Haid lebih lama dan banyak.
(c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
(d) tidak mencegah IMS termasuk HIVAIDS.
(e) Klien tidak bisa melepas AKDR sendiri.
(f) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR
(Saifuddin, 2010).
(4) Indikasi
(a) Usia reproduktif
(b) Keadaan nulipara
(c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang
285
(d) Menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi
(e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
(f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat
adanya infeksi
(g) Resiko rendah IMS
(h) Tidak menghendaki kontrasepsi hormonal
(i) Tidak menyukai untuk mengingat – ingat minum
pil setiap hari
(j) Perokok
(5) Kontraindikasi
(a) Adanya tanda – tanda kehamilan
(b) Infeksi panggul bagian dalam
(c) Erosi pada cerviks uteri
(d) Diperkirakan adanya tumor , miom, cavum uteri
kurang dari 5 cm
(e) Adanya perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, perdarahan pada saluran
kencing/infeksi panggul
(f) Perdarahan haid yang hebat
(g) Adanya kelainan bentuk rahim
(h) Adanya keganasan kanker
(Saifuddin, 2011)
286
b) Kontrasepsi Mantap
1) Pengertian
(a) Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk
menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang
perempuan (Saifuddin, 2010).
(b) Vasektomi adalah prosedur klinik untuk
menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan
jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga
alur transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi
(Saifuddin, 2010).
2) Cara Kerja
(a) Tubektomi
Cara kerja dengan mengoklusi tuba falopi
(mengikat/memotong atau memasang cincin)
sehingga sperma tidak dapat betemu dengan ovum
(Saifuddin, 2010).
(b) Vasektomi
Cara kerja dengan jalan melakukan oklusi vas
deferensia sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan
ovum) tidak terjadi (Saifuddin, 2010).
287
3) Keuntungan
(a) Tubektomi
(1) Tekniknya mudah sehingga bias dilakukan
oleh dokter umum
(2) Peralatan dan perlengkapan bedah sederhana
(3) Dapat dilakukan di RS kecil atau Puskesmas
(4) Dapat dilakukan pasca persalinan dan
keguguran
(5) Waktu pembedahan singkat, biaya relative
murah
(6) Masa penyembuhan pasca pembedahan
singkta
(b) Vasektomi
(1) Efektif, kemungkinan gagal tidak ada karena
dapat di cek kepastiannya di laboratorium
(2) Aman, morbiditas rendah dan tidak ada
mortalitas
(3) Cepat, hanya memerlukan waktu 10-15 menit
dan pasien tidak perlu dirawat di RS
(4) Tidak menganggu hubungan seksual
selanjutnya.
288
4) Kerugian
(a) Tubektomi
(1) Harus dipertimbangkan sifat mantap metode
kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali)
(2) Klien dapat menyesal dikemudian hari
(3) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam
jangka pendek setelah tindakan
(4) Tidak melindungi diri dari infeksi menular
seksual
(b) Vasektomi
(1) Harus dengan tindakan bedah
(2) Masih adanya keluhan seperti kemungkinan
perdarahan dan infeksi
(3) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih
ingin memiliki anak lagi
(4) Harus menunggu beberapa hari, minggu, atau
bulan sampai sel mani manjadi negative
5) Indikasi
Yang dapat menjalani tubektomi usia > 26 tahun,
paritas > 2, yakin telah mempunyai jumlah anggota
keluarga yang sesuai dengan kehendaknya dan paham
289
serta secara sukarela setuju dengan prosedur ini
(Saifuddin, 2010).
Yang dapat menggunakan vasektomi yaitu harus
sukarela, mendapat persetujuan istri, jumlah anak yang
cukup, mengetahui akibat-akibat vasektomi, usia tidak
kurang dari 30 tahun (Handayani, 2011)
6) Kontraindikasi
(a) Tubektomi
(1) Wanita yang hamil atau dicurigai hamil
(2) Wanita dwngan perdarahan pervaginam yang
belum diketahui penyebabnya
(3) Wanita dengan infeksi sistemik atau pelvic
yang
(4) Wanita yang tidak boleh menjalani proses
pembedahan
(b) Vasektomi
(1) Infeksi kulit local, misalnya scabies
(2) Infeksi traktus genetalia
(3) Kelainan skrotum dan sekitarnya
(4) Penyakit diabetes melitud dan jantung
(Handayani, 2011)
290
3. Penapisan Alat Kontrasepsi Hormonal dan Non Hormonal
Tabel 2.20. Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Hormonal
Metode hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan dan susuk) Ya Tidak
Hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca persalinan
Perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama
Ikterus pada kulit atau mata
Nyeri kepala hebat atau gangguan visual
Nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (odeme)
Tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik)
Massa atau benjolan pada payudara
Sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi)
Sumber: prawirohardjo (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Tabel 2.21. Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Nonhormonal
AKDR(semua jenis pelapas tembaga dan progestin) Ya Tidak
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual(IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau
kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih dari 1-2
pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
Apakah pernah mengalami dismenore berat yang
membutuhkan anlgetik dan/atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan bercak antara haid
aatau setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular
atau congenital
Sumber: prawirohardjo (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi
Cara melakukan penilaian yaitu:
1. Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalina
maka pil kombinasi adalah metode pilihan terakhir.
2. Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan (DMPA atau
NET-EN) atau susuk
291
3. Tidak cocok untuk suntikan suntikan progestin (DMPA atau NET-
EN).
Jika semua nilai diatas adalah “Tidak” (negatif) dan tidak dicurigai
adanya kehamilan maka dapat diteruskan dengan konseling metode
khusus. Bila respon banyak yang “Ya” (positif), berarti klien perlu
dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.
Catatan: klien tidak sesalu memberikan informasi yang benar
tentang dirinya. Namun petugas kesehatan harus
mengetahui bagaimana keadaan dengan cara yang
berbeda. Juga perlu diperhitungkan masalah social, budaya
atau agama yang mungkin berpengaruh terhadap respon
klien tersebut (dan pasanganya
4. Waktu untuk Memulai Kontrasepsi
a. Waktu untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui dapat
dilihat pada tabel 2.22
Tabel 2.22. Waktu untuk Memulai Kontrasepsi pada Wanita
Menyusui
Metode Kontrasepsi Waktu yang Dianjurkan
MAL Segera setelah bayi lahir
AKDR 3 mgg pasca salin
AKDR Post plasenta Setelah plasent lahir
Kontap 6 minggu pasca salin
Kondom 6 minggu pasca salin
Kontrasepsi Progestin 6 minggu pasca salin
Kontrasepsi Kombinasi 6 bulan pasca salin
Sumber : Saifuddin Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi.
292
b. Untuk klien yang tidak menyusui dianjurkan menggunakan
kontrasepsi seperti tabel 2.23 :
Tabel 2.23. .Waktu untuk Memulai Kontrasepsi Pada Wanita yang
Tidak Menyusui
Metode Kontrasepsi Waktu yang Dianjurkan
AKDR 3 minggu pasca salin
AKDRPost plasenta Setelah plasenta lahir
Kontap 6 minggu pasca salin
Kondom Setelah persalinan
Kontrasepsi Progestin Setelah persalinan
Kontrasepsi Kombinasi 3 bulan pasca salin
Sumber : Saifuddin Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi.
5. Langkah – Langkah Konseling KB SATU TUJU
Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon klien KB yang baru
hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan kata
kunci SATU TUJU.Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu
dilakukan secara berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri
dengan kebutuhan klien .Beberapa klien membutuhkan lebih banyak
perhatian pada langkah yang satu dibandingkan dengan langkah
lainnya.Kata kunci SATU TUJU dalah sebagai berikut :
a. SA : sapa dan salam
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan.
Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat
yan nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk
293
membangun rasa percaya diri.Tanyakan kepada klien apa yang perlu
dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
b. T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien
untuk berbicaramengenai pengalaman keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan
kesehatan dan kehidupan keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan
diiginkan ole klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang
disampaikan oleh klien ssuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan
caranya.Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien.Perlihatkan
bahwa kita memahami. Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan
dan keinginan klien kita dapat membantunya.
c. U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia
ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis lain yang ada. Juga jelaskan
alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.Uraikan
jugamengenai risiko penularan HIV/ Aids dan pilihan metode ganda.
d. TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yangpaling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan
294
pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien
mempertimbangkan criteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis
kontrasepsi.Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan
dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan
mengenai pilihan tersebut pada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan
bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat
menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilhan jenis
kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan.
e. J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan perlihatkan alat/ obat kontrasepsinya.Jelaskan bagaimana
alat / obat kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara
penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan
petugas menjawab secara jelas dan terbuka.Beri penjelasan juga
tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya kondom yang
dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS).Cek pengetahuan klien
tantang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila
dapat menjawab dengan benar.
f. U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah
perjanjian, kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan
295
atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu
mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.
2.5.2 Asuhan kebidanan kontrasepsi pasca salin
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Biodata
a) Umur
Usiareproduksi, dapat digunakan oleh perempuan usia
>35 tahun sampai menopause (Saifuddin, 2010).
Pada fase menjarangkan kehamilan umur antara 20-30
tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan
melahirkan. Segera setelah anak pertama lahir, maka
dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama
(Hartanto, 2009). Untuk penggunaan KB tubektomi menurut
Saifuddin (2010) dianjurkan usia ibu lebih dari 26 tahun,
paritas lebih dari 2.
b) Status pernikahan
IUD tidak untuk klien dengan partner seksual yang
banyak (Hartanto, 2009).
c) Jenis kelamin
Kondomdigunakan oleh pria dengan penyakit genetalia,
sensitivitas penis terhadap sekret vagina, herpes genitalis atau
kondiloma akuminata (Hartanto, 2009). Kondom digunakan
296
untuk mencegah penularan mikroorganisme (IMS dan
HIV/AIDS)dari satu pasangan ke pasangan yang lain
(Saifudddin, 2010).
2) Keluhan utama
a) Untuk klien yang menyusui secara ekslusif tidak memerlukan
kontrasepsi pada 6 minggu pasca persalinan. Pada klien yang
menggunakan MAL waktu tersebut dapat sampai 6 bulan.
Jika klien menginginkan metode selain MAL, perlu
didiskusikan efek samping metode kontrasepsi tersebut
terhadap laktasi dan kesehatan bayi (Saifuddin, 2010).
b) Untuk klien yang tidak menyusui dianjurkan menggunakan
kontrasepsi seperti tabel 2.23.
3) Riwayat kesehatan
Ibu dengan penggunaan obat tuberkulosis seperti rifampisin,
serta obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat), riwayat kanker
payudara, mioma uterus, riwayat stroke, diabetes mellitus yang
disertai komplikasi tidak dapat mengunakan KB progestin
(Saifuddin, 2010).
Ibu dengan penyakit infeksi alat genital (vaginitis, servisitis),
sedang mengalami atau menderita PRP atau abortus septik,
kelainan bawaaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yang mempengaruhi kavum uteri, penyakit trofoblas yang ganas,
297
TBC pelvik, kanker alat genital tidak diperkenankan
menggunakan AKDR (Saifuddin, 2010).
4) Riwayat kebidanan
a) Riwayat Haid
Pada ibu pasca salin, ibu tidak mengalami menstruasi
dan dapat langsung menggunakan KB MAL. Ketika ibu
mulai mendapatkan haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur
kembali dan harus segera mulai menggunakan KB lain
disamping MAL. Perdarahan sebelum 56 hari pasca
persalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid)
(Saifuddin,2010).
Penggunaan KB hormonal progestin diperbolehkan pada
ibu dengan riwayat haid teratur dan tidak ada perdarahan
abnormal dari uterus (Hartanto, 2009). Dianjurkan juga untuk
wanita yang haid dengan jumlah darah yang banyak disertai
anemia (Saifuddin, 2010). Penggunaan KB hormonal
progestin mempunyai efek pada pola haid tetapi tergantung
pada lama pemakaian. Perdarahan inter-menstrual dan
perdarahan bercak berkurang dengan berjalannya waktu.
Sedangkan kejadian amenorea bertambah besar
(Hartanto,2011). Bagi ibu dengan riwayat dismenorhea berat,
jumlah darah haid yang banyak, haid yang ireguler atau
298
perdarahn bercak (spotting) tidak dianjurkan menggunakan
IUD (Hartanto, 2011).
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Bila mini-Pil gagal dan terjadi kehamilan, maka
kehamilan tersebut jauh lebih besar kemungkinannya sebagai
kehamilan ektopik, ini serupa dengan IUD, maka ibu tidak
diperkenankan menggunakan KB pil progestin dan IUD
(Hartanto, 2008). Ibu dengan riwayat keguguran septik dan
kehamilan ektopik, tidak diperkenankan menggunakan KB
AKDR (Saifuddin, 2010). Pada ibu pasca keguguran ada
infeksi pemasangan AKDR ditunda 3 bulan sampai infeksi
teratasi (Saifuddin, 2010). Apabila pada persalinan terjadi
perdarahan banyak hingga Hb <7 gr% maka penggunaan
AKDR ditunda hingga anemia teratasi (Safuddin, 2010).
c) Riwayat KB
Bila mini-Pil gagal dan terjadi kehamilan, maka
kehamilan tersebut jauh lebih besar kemungkinannya sebagai
kehamilan ektopik, ini serupa dengan IUD, maka ibu tidak
diperkenankan menggunakan KB pil progestin dan IUD lagi
(Hartanto, 2008).
299
5) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
KB Hormonal (Implan, suntik, pil) merangsang pusat
pengendali nafsu makan dihipotalamus yang menyebabkan
akseptor makan lebih banyak daripada biasanya
(Hartanto,2009).
b) Personal Hygiene
Penggunaan kontrasepsi progestin dapat menimbulkan
jerawat, sehingga kebersihan wajah harus diperhatikan
(Saifuddin, 2010). Kebersihan perlu lebih diperhatikan
karena pada pemakaian IUD potensial PID lebih tinggi
(Saifuddin, 2010).
c) Eliminasi
Dilatasi ureter oleh pengaruh kontrasepsi hormonal
(progestin), sehingga timbul statis dan berkurangnya waktu
pengosongan kandung kencing karena relaksasi otot
(Hartanto, 2009).
d) Istirahat/tidur
Gangguan tidur yang dialami ibu pemakai kontrasepsi
hormonal dikarenakan pada awal pemakaian dapat
memberikan efek samping dari (mual, pusing, nyeri
payudara, perubahan perasaan) (Saifuddin, 2010).
300
e) Aktifitas
Rasa lesu dan tidak bersemangat dalam melakukan
aktivitas karena mudah atau sering pusing dan cepat lelah
serta depresi (Wiknjosastro, 2010).
6) Kehidupan seksual
Pada penggunaan jangka panjang kontrasepsi hormonal dapat
menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido
(Saifuddin,2010).
7) Riwayat ketergantungan
Untuk penggunaan KB hormonal tidak dianjurkan oleh ibu
yang menggunkan obat-obatan dalam jangka panjang (Saifuddin,
2010). Bagi ibu yang perokok dapat menggunakan kontasepsi
suntikan progestin begitu juga dengan ibu yang menggunakan
obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberculosis
(rifampisin) (Saifuddin,2010).
8) Keadaan psikologis
Menyusui dapat meningkatkan hubungan psikologi ibu dan
anak (Saifuddin, 2010). KB implan dapat menyebabkan
perubahan body image yaitu peningkatan berat badan, jerawat,
alopesia (botak), perubahan perasaan (mood) dan kegelisahan
(Saifuddin, 2010). Beberapa klien malu untuk membeli kondom
di tempat umum (Saifuddin, 2010).
301
9) Latar belakang budaya
Kontrasepsi suntik dipandang dari sudut agama baik itu
Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu diperbolehkan asal
bertujuan untuk mengatur kehamilan bukan untuk mengakhiri
kehamilan (Hartanto, 2009).
b. Data Obyektif
1) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Untuk pengguna KB hormonal progestin tekanan
darahnya harus<180/110 mmHg (Saifuddin, 2010).
b) Denyut nadi
Irreguler tidak di anjurkan memakai KB implan
(Saifuddin, 2010). MAL dapat diberikan saat ibu sehat
maupun sakit (Saifuddin, 2010).IUD jenis Cut-380 A tidak
mempunyai efek samping hormonal, jadi tidak dipengaruhi
tekanan darah (Saifuddin, 2010).
c) Suhu
Suhu normal36°-37°C, pada akseptor IUD dengan PID
akan terjadi kenaikan suhu mencapai 38°C atau lebih
(Hartanto, 2009).
302
2) Pemeriksaan antropometri
Untuk pemakaian KB hormonal dapat terjadi
kenaikan/penurunan berat badaan sebanyak 1-2 kg
(Saifuddin,2010).
3) Pemeriksaan fisik, menurut beberapa ahli menjelaskan :
a) Muka: Pada penggunaan KB hormonal agak lama akan
timbul flek-flek, jerawat pada pipi dan dahi, muka tidak
sembab (Saifuddin, 2010).Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu
berlebihan di daerah muka), tetapi sangat jarang terjadi
(Saifuddin, 2010).
b) Mata: Kontrasepsi hormonal dapat digunakan dengan
konjungtiva palpebra pucat (anemis), sklera putih (tidak
ikterus), pandangan mata tidak kabur (Saifuddin, 2010).
c) Leher: Tidak ditemukan penegangan vena jugularis, tidak
pembengkakan pada kelenjar tyroid dan limfe
(Saifuddin,2010).
d) Dada: Untuk pengguna KB MAL Pembesaran payudara
simetris, kedua payudara tampak penuh, puting susu
menonjol, ASI keluar lancar. Saat selesai menyusui kedua
payudara tampak kenyal dan kosong. (Saifuddin, 2010).
Pemakaian KB hormonal memiliki kontra indikasi pada
ibu yang memiliki kangker payudara dimana (pembesaran
payudara yang tidak simetris, tegang, ada benjolan abnormal,
303
ada cairan abnormal, puting susu ada tarikan ke dalam, kulit
payudara mengkerut seperti kulit jeruk, ada benjolan pada
axilla). Tidak ada tanda-tanda hamil (hiperpigmentasi areola
dan papila, payudara membesar dan tegang), tidak sesak
nafas (Saifuddin, 2010).
e) Abdomen: Tidak ada tanda-tanda kehamilan (tidak ada
hiperpigmentasi linea alba tidak ada striae dan tidak ada
pembesaran uterus, tidak ada benjolan pada adneksa). Untuk
pengguna KB hormonal (suntik, pil dan implan) tidak ada
nyeri tekan, klien tidak menderita KET, kanker
endometrium/PID (Hartanto, 2009).
f) Genetalia: Pada penggunaan KB hormonal, flour albus akan
semakin timbul dengan semakin lamanya pemakaian KB
hormonal karena infeksi jamur kandidiasis dibandingkan
tanpa KB, tetapi lebih terlindung terhadap infeksi parasit
Trikomoniasis (Hartanto, 2009).
g) Ekstremitas: Klien dengan oedema pada kaki tidak
diperkenankan menggunaan KB hormonal karena diduga ada
indikasi penyakit jantung. Serta tidak terdapatnya varises
yang berat dan nyeri pada tungkai karean kemungkinan klien
menderita tromboflebitis aktif serta memiliki resiko tinggi
untuk kelainan pembekuan darah (Saifuddin, 2010).
304
4) Pemeriksaan khusus
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali
tersedia uji kehamilan yang lenih sensitif (Saifuddin,2009).
Pemeriksaan panjang uterus, ukuran rongga rahim kurang
dari 5cm merupakan kontra indikasi pemasangan AKDR
(Saifuddin,2010).
6. Diagnosa Kebidanan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI (2009), dalam
perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, bidan menganalisa
data yang diperoleh pada pengkajian, menginterpretasikannya secara
akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan
yang tepat. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah adalah:
a. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan.
b. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien.
c. Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
Diagnosa Kebidanan untuk kontrasepsi pascasalinP ≥ 1, umur 15-
49 tahun, menggunakan KB MAL/Kondom/Coitus
Interuptus/Kontrasepsi Progestin/AKDR/Kontap, keadaan umum
baik tidak ada/ada kontraindikasi untuk menggunakan kontrasepsi
pasca salin.
305
7. Perencanaan
Diagnosa : P ≥ 1, umur 15-49 tahun, menggunakan KB
MAL/AKDR/Kontap/Kondom/Kontrasepsi Progestin,
lama...., keadaan umum baik tidak ada/ada kontraindikasi
untuk menggunakan kontrasepsi MAL/AKDR/ Kontap/
kondom/ Kontrasepsi Progestin.
Tujuan : Kontrasepsi pasca persalinan dapat menunda kehamilan
berikutnya sedikitnya 2 tahun (Saifuddin, 2010).
Kriteria : Menurut Saifuddin (2010)
- Ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang telah
diberikan petugas.
- Ibu memilih salah satu KB yang sesuai.
PerencanaanmenurutBKKBN (2009), adalah:
a. Kaji pengetahuan klien tentang KB
R/Makin rendah pendidikan klien, semakin efektif metode KB yang
dianjurkan.
b. Tanyakan pada klien rencana jumlah anak yang diinginkan dan tujuan
menggunakan KB
R/menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda,
usia tua dan jarak kelahiran yang terlalu dekat.
c. Berikan pengetahuan kepada klien tentang KB pasca salin meliputi
MAL, kondom, progestin, AKDR, KONTAP
306
R/Membantu klien memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
digunakan dan meningkatkan keberhasilan KB.
d. Bantu klien menentukan krontrasepsi sesuai kebutuhan klien.
R/Pengalaman menunjukkan saat ini calin peserta memilih sendiri
metode kontrasepsi yang diinginkan
e. Lakukan penapisan sesuai dengan alat kontrasepsi yang dipilih klien.
R/Menilai apakah ibu masuk dalam kontra indikasi alat kontrasepsi
yang dipilih.
f. Persilahkan untuk klien dan suami mengisi informed consent
R/Setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan.
g. Minta klien mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
R/Membantu klien untuk membuat suatu pilihan dan membantu klien
untuk mengerti dan mengingat.
h. Beri kesempatan klien mengajukan pertanyaan
R/Merupakan salah satu teknik yang digunakan saat konseling agar
kelangsungan pemakaian lebih tinggi.
307
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
3.1.1 Kunjungan ANC I
Tanggal Pengkajian : 12 April 2019
Waktu Pengkajian : Pukul 16.00 WIB
Tempat Pengkajian :PMB Endah W.,S.ST
E. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. R Tn. E
Umur : 28 tahun 37 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : Perguruan Tinggi SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Jl.Tegal Arum rt.04 rw.01 Kb. Madiun
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak kedua, umur 9 bulan datang ke bidan untuk
memeriksakan kehamilannya.
308
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit dengan gejala batuk lama, BB
menurun, hilang nafsu makan, berkeringat malam hari (TBC), banyak makan,
banyak minum, sering kencing (DM), nyeri perut sebelah kanan, kuning pada
kulit/anggota badan (hepatitis). Berkeringat berlebihan di telapak tangan dan
jantung berdebar-debar (jantung) dan tekanan darah tinggi, tidak pernah
mengalami sesak nafas berbunyi (asma), tidak mempunyai penyakit dengan gejala
daya tahan menurun, mudah jatuh sakit (HIV/AIDS), tidak mengalami/merasa
lemah, letih, lesu, lunglai, lemas (anemia). Tidak pernah keputihan yang gatal dan
berbau, tidak nyeri saat BAK (PMS.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit TBC, DM, hepatitis, jantung,
asma, HIV/AIDS, anemia. PMS, ibu tidak pernah MRS, tidak pernah menjalani
operasi apapun.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ibu maupun suami tidak pernah atau sedang menderita penyakit dengan
gejala batuk lama, BB menurun, hilang nafsu makan, berkeringat malam hari
(TBC), banyak makan, banyak minum, sering kencing (DM), nyeri perut sebelah
kanan, kuning pada kulit/anggota badan (hepatitis). Berkeringat berlebihan di
telapak tangan dan jantung berdebar-debar (jantung) dan tekanan darah tinggi,
tidak pernah mengalami sesak nafas berbunyi (asma), tidak mempunyai penyakit
dengan gejala daya tahan menurun, mudah jatuh sakit (HIV/AIDS),
309
mengalami/merasa lemah, letih, lesu, lunglai, lemas (anemia). Keluarga tidak
mempunyai riwayat kembar.
4. Riwayat Pernikahan
Umur menikah : 24 tahun
Lama menikah : 4 tahun
Berapa kali menikah : 1 kali
Status Pernikahan : Sah
5. Riwayat Kebidanan
Menarche : 12 Tahun
Bau : Amis
Lama : 7 hari
Siklus : 28 Hari
Warna : Merah Segar
Jumlah : 2-3 x ganti pembalut dalam sehari
Disminorhea : Tidak
Konsistensi : Encer
HPHT : 18 Juli 2018
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Tabel 3.1 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Ke UK
Pen
yuli
t
Temp
at
Pen
olo
ng
Jenis
Persa
linan
JK BB
Lahir
Umur
Anak
H/
M
Lakta
si
Kom
plika
si
KB
1
39
Mg
- BPM Bid
an
Spon
tan
Laki-
Laki
3100
Gram
38
Bulan
H ASI - -
310
2 H A M I L I N I
7. Riwayat kehamilan sekarang
a. Trimester I
Berapa kali periksa : 2x di PMB pertama kali pada usia 10 minggu
Keluhan : mual
Terapi : hufamag 1x1, kalk 1x1, etabion 1x1
Penyuluhan yang telah didapat :
1) Istirahat cukup
2) Menurangi aktivitas berat
3) Memenuhi nutrisi
b. Trimester II
Berapa Kali periksa : 3x periksa di PMB pertama kali merasakan gerakan janin
pada usia kehamilan 5 bulan
Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun
Terapi : Etabion 1x1, asam folat 2x1 dan kalk 1x1
Penyuluhan yang telah didapat :
1) Mengurangi aktivitas terlalu berat
2) Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu hamil
c. Trimester III
Berapa kali periksa : 3x periksa di PMB dan 1x di PKM
Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun
Terapi : Etabion 1x1, Kalk 2x1
Penyuluhan :
311
1) Istirahat cukup
2) Memenuhi nutrisi
3) Persiapan dan tanda tanda persalinan
d. Riwayat imunisasi TT
Ibu mengatakan sudah imunisasi TT lengkap
8. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun sebelumnya.
9. Pola Kebiasaan sehari hari
1) Nutrisi
(a) Sebelum
hamil
: Makan teratur, 3x sehari dengan
komposisi nasi, sayur (bayam,
kangkung, kecambah), lauk (ikan,
ayam, tahu), minum air putih 7-8
gelas/hari
312
(b) Selama
hamil
: Ibu makan 3-4x sehari, makanan lebih
beragam dengan komposisi makanan
nasi, sayur (bayam, kangkung, sawi,
wortel), lauk (tahu, tempe, ayam) tidak
ada pantangan makanan, minum air
putih 8-10 gelas/hari ditambah minum
susu 1x/hari dengan cara diseduh
dengan air hangat.
2) Eliminasi
(a) Sebelum
hamil
: BAB teratur 1 x sehari, konsistensi
lunak, warna kuning, tidak ada keluhan
BAB. BAK 5-6 kali sehari, warna
kuning jernih, tidak ada keluhan BAK.
(b) Selama
hamil
: BAB teratur 1 x sehari, konsistensi
lunak, warna kuning, tidak ada keluhan
BAB. BAK 7-9 kali sehari, urine warna
kuning jernih dan tidak ada keluhan
saat BAK.
3) Istirahat
(a) Sebelum
hamil
: Ibu siang ± 1 jam, tidur malam ± 7-8
jam pukul 22.30-04.30 WIB.
(b) Selama
hamil
: Tidur siang ± 2 jam, tidur malam ± 7-8
jam pukul 21.30-05.00 WIB.
313
4) Aktivitas
(a) Sebelum
hamil
: Ibu melakukan aktivitas dirumah seperti
menyapu, memasak dan mencuci.
(b) Selama
hamil
: Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga
yang ringan seperti menyapu, dan
memasak
5) Personal Higiene
(a) Sebelum
hamil
: Mandi 2 kali sehari, keramas 3 hari
sekali, menggosok gigi setiap kali
mandi, genetalia dibersihkan setiap kali
BAB dan BAK.
(b) Selama
hamil
: Mandi 2 kali sehari,keramas 3 hari
sekali, menggosok gigi setiap kali
mandi dan sebelum tidur, genetalia
dibersihkan setiap kali BAB dan BAK,
kuku dipotong 2 minggu sekali, pakaian
setiap habis mandi ganti.
6) Seksual
(1) Sebelum
hamil
: Ibu melakukan hubungan seksual
seminggu 2-3x. Saat berhubungan
seksual ibu tidak ada keluhan, tidak
mengalami perdarahan.
(2) Selama : Ibu melakukan hubungan seksual
314
hamil seminggu 2x karena umur kehamilan
yang sudah tua.
10. Riwayat Ketergantungan
Ibu mengatakan sebelum hamil dan selama hamil ibu dan suami tidak memiliki
ketergantungan terhadap rokok, minuman beralkohol maupun obat obatan
terlarang serta jamu jamuan.
11. Latar belakang sosial budaya
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan pijat perut,minum jamu jamuan dan
tidak ada pantangan terhadap makanan
tertentu seperti telur, daging, ikan dan ada kebiasaan tingkepan 7 bulanan.
12. Psikososial dan spiritual
Ibu megatakan bahwa hubungan dengan suami baik, suami dan keluarga sangat
mendukung atas kehamilannya. Dan ibu berharap kehamilannya lancar sampai
bayinya lahir pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami, ibu suami dan
keluarga selalu berdoa agar diberi kesehatan dan keselamatan sampai proses
persalinan nanti.
F. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Keadaan emosional : Stabil
d. Antropometri
TB : 153 cm
315
BB Sekarang : 65.6 kg
BB Sebelum hamil: 52 kg
Kenaikan berat badan ibu selama hamil 13,4 kg
LILA : 25 cm
IMT :
Berat badan (kg)
IMT= ---------------------------
(Tinggi badan(m)²
52 52
IMT= --------- = ------ =22.21 (Normal)
1,53² 2.309
e. TTV
TD : 110/80 mmHg N: 80 x/menit
R : 22x/menit S: 36 °C
HPL: 25 April 2019
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi : Bersih simetris, rambut lurus, warna rambut hitam, penyebaran rambut
merata dan tidak ada benjolan abnormal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b. Muka
316
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak sembab, tidak odema, dan tidak ada cloasma
gravidarum.
c. Mata
Inspeksi :Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna putih,
konjungtiva merah muda, pupil isokor, tidak menggunakan alat bantu penglihatan
fungsi penglihatan baik.
d. Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret dan polip dan tidak ada pernafasan cuping
hidung
e. Telinga
Inspeksi :Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada serumen, tidak ada
perdarahan, fungsi pendengaran baik.
f. Mulut dan Gigi
Inspeksi :Simetris, bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak
ada perdarahan gusi, tidak ada caries gigi dan lidah bersih
g. Leher
Inspeksi :Simetris, bersih, tidak ada benjolan
abnormal, dan tidak ada hiperpigmentasi
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid dan tidak ada bendungan
vena jugularis.
h. Aksila
Inspeksi : Bersih,tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
317
i. Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : paru paru : tidak ada suara wheezing dan ronchi
Jantung : suara jantung normal lup dup
Perkusi : jantung : pekak
: paru paru : sonor
j. Payudara
Inspeksi:Simetris, bersih, kedua putingmenonjol, terdapat hiperpigmentasi pada
areola dan papila
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan ,tidak ada benjolan abnormal, konsistensi keras,
colostrum sudah keluar.
k. Abdomen
Inspeksi :simetris, pembesaran perut kedepan sesuai usia kehamilan, tidak ada
bekas luka, terdapat linea nigra dan strie livide.
l. Genetalia
Inspeksi :Tidak ada odema dan varises, tidak ada condiloma akuminata, tidak ada
flour albus, tidak ada perdarahan pervaginam.
318
m. Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari anus.
n. Ekstremitas
Inspeksi :Simetris, kuku bersih, tidak ada gangguan gerak, jumlah jari tangan dan
kaki lengkap.
Palapasi :Pada ekstremitas bawah tidak ada odema, tidak ada varises.
Perkusi : Refleks patella +/+
3. Pemeriksaan Khusus
a. Palpasi
Leopod 1 :TFU setinggi prosessus xyphoideus. Pada fundus teraba bagian
bundar, lunak, tidak melenting (bokong).
Leopod 2 : pada bagian kiri perut teraba bagian keras, memanjang seperti papan
(punggung janin) pada bagian kanan perut ibu teraba bagian kecil kecil janin
(ekstremitas)
Leopod 3 : pada bagian bawah perut ibu teraba bagian bundar, keras (kepala),
tidak bisa di goyangkan (sudah masuk PAP)
Leopod 4 : kedua ujung jari tangan pemeriksa tidak saling bertemu (divergen).
b. Perlimaan : penurunan 3/5 bagian
c. TFU Mc donald 28 cm
d. TBJ (28-11) x 155 =2.635 gram
e. DJJ 144x/menit punctum maksimum 3 jari bawah pusat
sebelah kiri teratur, kuat.
4. Pemeriksan penunjang
319
Tanggal : 03 Maret 2019 Tempat : Puskesmas Jiwan
Hb : 13 g/dl HbSAg : NR
Protein Urin : Negatif VTC :NR
Gol darah : B Syifiis : Negatif
GDA : 130 mg/dl
Skor Puji Rochyati (KSPR)
Skor awal ibu sampai dengan ANC ke 11 yaitu 2
G. Analisa
G2P10001 usia 28 tahun, usia kehamilan 38 minggu fisiologis dan janin tunggal
hidup.
H. Penatalaksanaan pukul : 16.15 WIB
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa
keadaan ibu dan janin baik
E/Ibu senang mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Memberitahu ibu bahwa Indeks Masa Tubuhnya normal
yaitu 22.21, rekomedasi kenaikan berat badanya yaitu 11,5-
16 dan ibu mengalami kenaikan berat badan selama hamil
13.4 ini menunjukan bahwa kenaikan berat badan ibu
normal dan ibu harus mempertahankan berat badanya serta
memberitahu ibu agar tetap menjaga pola nutrisinya.
E∕ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan petugas
320
3. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan TM
III,dan tanda tanda persalinan
E/Ibu dapat mengulangi penjelasan yang diberikan
4. Mendiskusikan kembali persiapan persalinan
a. Penolong persalinan
b. Tempat persalinan
c. Transportasi yang di pakai
d. Persiapan biaya
e. Pengambil keputusan
f. Pendamping persalinan
g. Keperluan ibu dan bayi
h. Pendonor jika diperlukan
Ibu ingin bersalin ditolong oleh bidan di tempat praktik mandiri,menggunakan
transportasi sendiri,biaya sudah diciptakan pengambil keputusan nantinya adalah
suami,ibu ingin didampingi suami saat melahirkan ibu sudah mempersiapkan
keperluan untuk dirinya sendiri dan bayinya dan ibu sudah mempersiapkan siapa
nanti yang jadi pendonor untuk dirinya.
5. Memberikan Etabion 1x1, kalk 1x1 sehari serta
menjelaskan cara minum yang benar dan aturan minumnya.
E/Ibu dapat mengulangi penjelasan dari bidan dan bersedia minum obat secara
teratur
6. Menyepakati kunjungan ulang 1 minggu lagi yaitu tanggal
19-04-2019 atau sewaktu waktu jika ada keluhan
321
E/Ibu bersedia periksa kembali 1 minggu lagi tanggal 19 april 2019 atau sewaktu
waktu jika ada keluhan
ILMAN AMANA
3.1.3 Kunjungan ANC II
Tanggal Pengkajian : 19 April 2019
Waktu Pengkajian : 15.30 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Endah W.,S.ST
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum Baik, Kesadaraan Composmentis,
Keadaan emosional Stabil
b. Antropometri : BB sekarang 66 kg
Kenaikan berat badan ibu selama hamil 14 kg
c. Tanda tanda vital : TD : 100/60 mmHg, N: 80x/menit,
RR : 21x/menit, S : 36,5°C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna putih, konjungtiva
merah muda, tidak menggunankan alat bantu penglihatan dan fungsi penglihatan
baik
322
b. Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Pada paru paru Tidak ada suara wheezing dan ronchi dan suara
jantung normal lup dup
Perkusi : bagian paru paru sonor dan bagian jantung pekak
c. Payudara
Inspeksi :Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi
pada areola mamae
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan abnormal, konsistensi keras,
kolostrum sudah keluar
d. Abdomen
Inspeksi: Simetris, pembesaran perut kedepan, pembesaran perut sesuai usia
kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra,dan strie livide.
e. Genetalia
Inspeksi : Tidak ada bekas luka pada perineum, tidak ada odema dan varises,
tidak ada condiloma akuminata, tidak ada flour albus dan tidak ada perdarahan
pervaginam
f. Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari anus.
323
g. Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, kuku bersih tidak cyanosis, tidak ada gangguan gerak,
jumlah jari tangan dan kaki lengkap
Palpasi : Pada ektremitas bawah tidak ada odema, tidak ada varises
Perkusi : refleks patella +/+
3. Pemeriksaan khusus
a. Palpasi
Leopod 1 :TFU setinggi prosessus xyphoideus, pada fundus teraba bagian
bundar, lunak, kurang melenting (bokong).
Leopod 2 : Pada perut bagian kiri teraba bagian lurus,keras dan memanjang
seperti papan (punggung). Pada perut bagian kanan teraba bagian kecil janin
(ekstremitas janin).
Leopod 3 : Pada perut ibu bagian bawah teraba bagian janin yang bulat, keras
(kepala) sulit digoyangkan (sudah masuk PAP).
Leopod 4 : kedua ujung jari tangan pemeriksa tidak saling bertemu(Divergen.
b. Perlimaan: penurunan 3/5 bagian
c. TFU Mc Donald 29 cm
d. TBJ (29-11)X155=2,790 gram
e. Perkusi DJJ 144x/menit, punctum maksimum 3 jari kiri
bawah pusat,teratur,kuat.
C. Analisa
324
G2P10001 usia 28 tahun, usia kehamilan 39 minggu fisioogis dan janin tunggal
hidup.
D. Penatalaksanaan pukul : 17.00 WIB
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
bahwa ibu dan janin sehat
E/Ibu mengerti dan merasa senang dengan hasil pemeriksaannya.
2. Memberitahukan kepada ibu jika ibu merasa
kenceng kenceng merupakan hal yang wajar
sebab kehamilannya sudah tua dan merupakan
tanda tanda dari persalinan.
E/Ibu mengerti tentang penjelasan bidan
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengobservasi
gerakan janin
E/Ibu akan selalu mengobservasi gerakan janin nya setiap hari
4. Memberikan etabion 1x1, kalk 1x1 sehari serta
menjelaskan cara minum yang benar dan aturan
minumnya
E/Ibu dapat mengulangi penjelasan dari bidan dan bersedia minum obat secara
teratur
5. Mengulang kembali tentang tanda tanda
persalinan
E/ibu dapat mengulang kembali apa saja tanda tanda persalinan
325
6. Memberitahukan kepada ibu untuk kembali lagi
tanggal 26 April 2019 atau sewaktu waktu jika ada
keluhan
E/Ibu bersedia kembali lagi tgl 26 April 2019 atau sewaktu waktu jika terdapat
keluhan.
3.1.4 Kunjungan ANC III
Tanggal Pengkajian : 26 April 2019
Waktu Pengkajian : 16.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Endah W.,S.ST
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum Baik, Kesadaraan Composmentis,,
Keadaan emosional : Stabil
b. Antropometri : BB sekarang 66 kg
Kenaikan berat badan ibu selama hamil 14 kg
c. Tanda tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N: 80x/menit,
RR : 21x/menit, S : 36,5°C
2. Pemeriksaan Fisik
326
a. Mata
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna putih, konjungtiva
merah muda, tidak menggunankan alat bantu penglihatan dan fungsi penglihatan
baik
b. Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Pada paru paru Tidak ada suara wheezing dan ronchi dan suara
jantung normal lup dup
Perkusi : bagian paru paru sonor dan bagian jantung pekak
c. Payudara
Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areola mamae
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan abnormal, konsistensi keras,
kolostrum sudah keluar
d. Abdomen
Inspeksi: Simetris, pembesaran perut kedepan, pembesaran perut sesuai usia
kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra,dan strie livide.
e. Genetalia
Inspeksi : Tidak ada bekas luka pada perineum, tidak ada odema dan varises,
tidak ada condiloma akuminata, tidak ada flour albus dan tidak ada perdarahan
pervaginam.
f. Anus
327
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari anus.
g. Ekstremitas
Inspeksi : Simetris, kuku bersih tidak cyanosis, tidak ada gangguan gerak,
jumlah jari tangan dan kaki lengkap
Palpasi : Pada ektremitas bawah tidak ada odema, tidak ada varises
Perkusi : refleks patella +/+
3. Pemeriksaan khusus
h. Palpasi
Leopod 1 :TFU 3 jari bawah prosessus xyphoideus, pada fundus teraba
bagian bundar, lunak, kurang melenting (bokong).
Leopod 2 : Pada perut bagian kiri teraba bagian lurus,keras dan memanjang
seperti papan (punggung). Pada perut bagian kanan teraba bagian kecil janin
(ekstremitas janin).
Leopod 3 : Pada perut ibu bagian bawah teraba bagian janin yang bulat, keras
(kepala) sulit digoyangkan (sudah masuk PAP).
Leopod 4 : kedua ujung jari tangan pemeriksa tidak saling bertemu(Divergen)
i. Perlimaan: penurunan 3/5 bagian
j. TFU Mc Donald 29 cm
k. TBJ (29-11)X155=2,790 gram
328
l. Perkusi DJJ 144x/menit, punctum maksimum 3 jari kiri
bawah pusat,teratur,kuat.
C. Analisa
G2P10001 usia 28 tahun, usia kehamilan 40 minggu fisioogis dan janin tunggal
hidup.
D. Penatalaksanaan pukul : 17 .15 WIB
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
bahwa ibu dan janin sehat
E/Ibu mengerti dan merasa senang dengan hasil pemeriksaannya.
2. Memberitahukan kepada ibu jika ibu merasakan
kenceng kenceng merupakan hal yang wajar
sebab kehamilannya sudah tua dan merupakan
tanda tanda dari persalinan.
E/Ibu mengerti tentang penjelasan bidan
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengobservasi
gerakan janin
E/Ibu akan selalu mengobservasi gerakan janin nya setiap hari
4. Memberikan etabion 1x1, kalk 1x1 sehari serta
menjelaskan cara minum yang benar dan aturan
minumnya
E/Ibu dapat mengulangi penjelasan dari bidan dan bersedia minum obat secara
teratur
5. Mengulang kembali tentang tanda tanda persalinan
329
E/ibu dapat mengulang kembali apa saja tanda tanda persalinan
6. Memberitahukan kepada ibu untuk kembali lagi
tanggal 03 Mei 219 atau sewaktu waktu jika ada
keluhan
E/Ibu bersedia kembali lagi tgl 03 Mei 2019 atau sewaktu waktu jika terdapat
keluhan.
ILMAN AMANA
3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
3.2.1 Kala I Fase Aktif
Tanggal Pengkajian : 01 Mei 2019 Pukul : 05.00 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan merasakan kenceng kenceng mulai pukul 01.00 WIB dan
mengeluarkan lendir bercampur darah.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum Baik, Kesadaraan Composmentis, Keadaan Emosional Stabil.
2. BB: 66 kg
3. Tanda tanda vital : TD : 100/70 mmHg, N: 80x/menit, RR :
20x/menit, S : 36,1°C
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
330
Inspeksi : Bersih simetris, rambut lurus, warna rambut hitam, penyebaran rambut
merata dan tidak ada benjolan abnormal
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b. Muka
Inspeksi:Simetris bersih tidak sembab tidak odema,dan tidak ada cloasma
gravidarum.
c. Mata
Inspeksi:Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera berwarna putih, konjungtiva
merah muda, pupil isokor,tidak menggunakan alat bantu penglihatan fungsi
penglihatan baik.
d. Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret dan polip dan tidak ada pernafasan cuping
hidung
e. Telinga
Inspeksi :Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada serumen, tidak ada
perdarahan, fungsi pendengaran baik.
f. Mulut dan Gigi
Inspeksi:Simetris, bersih, mukosa bibir lembab,tidak ada stomatitis, tidak
ada perdarahan gusi, tidak ada caries gigi dan lidah bersih
g. Leher
331
Inspeksi:Simetris,bersih,tidak ada benjolan abnormal, dan tidak ada
hiperpigmentasi
Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid dan tidak ada
bendungan vena jugularis.
h. Aksila
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Dada
Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : paru paru : tidak ada suara wheezing dan ronchi
Jantung : suara jantung normal lup dup
Perkusi : jantung : pekak
: paru paru : sonor
j. Payudara
Inspeksi : Simetris bersih kedua puting menonjol terdapat hiperpigmentasi pada
areola dan papila
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan ,tidak ada benjolan abnormal, konsistensi keras,
colostrum sudah keluar.
k. Abdomen
Inspeksi :simetris, pembesaran perut kedepan sesuai usia kehamilan,tidak ada
bekas luka, terdapat linea nigra dan strie livide.tampak gerakan janin
l. Genetalia
332
Inspeksi :Terdapat pengeluaran darah bercampur lendir dari jalan lahir tidak ada
odema dan varises tidak ada condiloma akuminata dan matalata
Palapasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar skene dan bartholin, perineum
kaku.
m. Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari anus
n. Ekstremitas
Inspeksi :Simetris,kuku bersih,tidak ada gangguan gerak, jumlah jari tangan dan
kaki lengkap.
Palapasi :Pada ekstremitas bawah tidak ada odema,tidak ada varises.
Perkusi : Refleks patella +/+
5. Pemeriksaan Khusus
a. Palpasi
Leopod 1 : TFU 3 jari bawah pusat-prosessus xyphoideus. Pada fundus teraba
bagian bundar lunak tidak melenting (bokong).
Leopod 2 : pada bagian kiri perut teraba bagian keras, memanjang seperti
papan (punggung janin) pada bagian kanan perut ibu teraba bagian kecil kecil
janin(ekstremitas)
Leopod 3 : pada bagian bawah perut ibu teraba bagian bundar, keras(kepala),
tidak bisa di goyangkan (sudah masuk PAP)
Leopod 4 : kedua ujung jari tangan pemeriksa tidak saling bertemu (divergen)
b. Perlimaan: penurunan kepala 3/5 bagian
c. TFU Mc donald 29 cm
333
d. TBJ (29-11) x 155 =2.790 gram
e. DJJ 144x/menit terdengar 3 jari kiri bawah pusat
teratur,kuat
f. His 4 x/10 menit lamanya 30 detik
g. VT jam 05.30 : Blood slym, pembukaan 4 cm, eff
50 %, ketuban (+) bagian terbawah kepala Hodge
III UUK kiri depan tidak ada bagian kecil janin
disamping kepala janin.
C. Analisa
G2P10001 usia 28 tahun, usia kehamilan 41 minggu dengan inpartu kala 1 fase aktif
dan janin tunggal hidup.
D. Penatalaksanaan pukul : 05.10 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
bahwa kondisi ibu dan janin baik
E/ ibu dan keluarga merasa senang dengan hasil pemeriksaan
2. Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan teknik
relaksasi saat ada kontraksi yaitu dengan mengambil nafas
dalam dari hidung dan mengeluarkannya melalui mulut
E/ibu bisa mempraktekan teknik relaksasi yang diajarkan
3. Memberitahu ibu tentang proses persalinan dan kemajuan
persalinan.
E/ibu mengerti dan kooperatif terhadap proses dan kemajuan persalinannya.
334
4. Mengajari bagaimana posisi dan cara meneran yang baik
untuk meneran.
E/ibu bersedia mempraktekkan.
5. Menganjurkan ibu untuk berbaring miring kiri
E/ Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan
6. Meminta ibu untuk tidak mengejan dulu sebelum
pembukaan lengkap
E/Ibu mau mengikuti anjuran bidan
7. Memberitahukan kepada ibu untuk makan dan minum saat
tidak ada kontraksi dan segera ke kamar mandi jika merasa
ingin BAK.
E/Ibu mau mengikuti anjuran bidan
8. Melanjutkan observasi his, DJJ, nadi, tiap 30 menit tekanan
darah tiap 4 jam dan pembukaan tiap 4 jam atau sewaktu
waktu bila ada indikasi.
9. Mencatat hasil ke partograf
ILMAN AMANA
3.2.2 Kala II
Tanggal Pengkajian : 01 Mei 2019 pukul : 09.30 WIB
A. Data Objektif
335
Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering serta semakin sakit dan
merasakan adanya dorongan untuk mengejan seperti ingin BAB yang tidak dapat
ditahan.
B. Data obyektif
1. Ibu tampak kesakitan, Keadaan Emosional Stabil.
2. Perineum menonjol, vulva membuka dan adanya tekanan yang kuat
pada anus dan vagina dan terdapat pengeluaran darah dan cairan
semakin banyak dari jalan lahir
3. Penurunan kepala 0/5 bagian
4. Auskultasi DJJ 148 x/menit lamanya 40 detik
5. VT 09.30 : Pembukaan 10 cm eff 100% ketuban jernih hodge IV
UUK bawah sympisis sutura teraba jelas tidak ada bagian kecil janin
disamping kepala janin.
C. Analisa
Inpartu kala II, KU ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan jam: 09.35
Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu, bahwa pembukaan sudah lengkap.
Hasil : Ibu tampak cemas dan kesakitan.
MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat tanda Kala Dua persalinan.
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan
vagina
336
c. Vulva dan sfingter ani membuka
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan
a. tempat datar, keras, bersih, kering dan hangat
b. 3 handuk/kain bersih dan kering
c. alat penghisap lender
d. lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
3. Pakai clemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir dan kemudian keringkan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
menggunakan sarung tangan DTT dan steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT.
(5) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
337
(6) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
(7) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam
sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% → langkah # 9) pakai
sarungan tangan DTT/steril untuk melaksanakan tugas lanjutan
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap.
Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
9. Dekontaminasi sarung tangan (mencelupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan dan rendam dalam
keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci tangan
setelah sarung tangan dilepaskan dan setelah itu tutup kembali partus set.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ dalam batas normal (120-160x/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, semua
temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan kedalam partograf.
MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
MENERAN
11. Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
338
a. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang
ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara
benar.
12. Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa
meneran atau kontraksi yang kuat, ibu diposisikan setengah duduk atau
posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau
timbulnya kontraksi yang kuat.
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
d. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
f. Berikan cukup asupan cairan per oral (minum).
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
339
h. Segera rujuk bila bayi belum atau tidak segera lahir setelah pembukaan
lengkap dan dipimpin meneran 120 menit (2 jam) pada primigravida
atau 60 menit (1 jam) pada multigravida.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang
waktu 60 menit.
PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mngeringkan bayi) diperut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 sebagai alas bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.
PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI
Lahirnya kepala :
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu untuk meneran secara efektif atau bernapas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi) segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Perhatikan!
340
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut.
21. Setelah kepala bayi, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara
spontan.
Lahirnya bahu :
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arcus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai :
23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan
bahu belakang tangan yang lain menelusuri lengan dan siku
anterior bayi serta menjaga bayi terpegang baik.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang
kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan
pegang kedua mata kaki dengan melingkarkan ibu jari pada
sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu
dengan jari telunjuk).
25. Lakukan penilaian (selintas):
341
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa
kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi
pada bayi baru lahir denga asfiksia. Bila semua jawaban “YA”, lanjut ke-26.
26. Keringkan tubuh bayi.
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (kecuali
kedua tangan) tanpa membersihkan verniks.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi
yang lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda
(gemeli).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktiu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin
10 unit IM (intramuskular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi
tali pusat ke arah ibu dan klem kembali tali pusat pada 2 cm
distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
342
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkar kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala
bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah
dari puting ibu.
a. Selimuti ibu dan bayi dengan kain kering dan hangat,
pasang topi di kepala bayi.
b. biarkan bayi melakukan kontak kulit didada ibu paling
sedikit 1jam
c. sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam
waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu
dari satu payudara.
d. biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu.
343
ILMAN AMANA
3.2.4 Kala III
Tanggal Pengkajian : 01 Mei 2019 pukul: 10.00 WIB
A. Data Subyektif
Ibu mengatakan lega karena bayinya sudah lahir dan Ibu mengatakan perutnya
masih mules.
B. Data obyektif
1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Keadaan
Emosional Stabil.
2. Kandung kemih kosong, Kontraksi uterus baik, TFU setinggi pusat
3. Tali pusat nampak di depan vulva.
4. Darah keluar tiba-tiba.
C. Analisa
Inpartu Kala III, KU ibu baik
D. Penatalaksanaan pukul : 10.05 WIB
MANAJEMEN AKTIF KALA III (MAK III)
33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva.
344
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas
simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain menegangkan
tali pusat.
35. Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas
(dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversia uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya, dan
ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu/suami untuk melakukan
stimulasi putting susu.
Mengeluarkan plasenta :
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal
maka lanjutkan dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat
dilahirkan.
a. Ibu boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan (Jangan
ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai
dengan sumbu jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas)
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat.
345
1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutmya.
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar hingga selaput ketuban terpilih
kemudian dilahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan (pasenta lahir jam 10.20 WIB). Jika selaput
ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan selaput yang
tertinggal.
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massage
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan message
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan yang
diperlukan (Kompresi Bimanual Internal, kompresi aorta
abdominais. Tampon kondom-kateter). Jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik setelah rangsangan taktil/massage.
(Lihat penatalaksanaan atonia uteri)
346
MENILAI PERDARAHAN
39. Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan
perineum. (laserasi derajad 2, sudah dilakukan penjahitan)
40. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedalam katung plastik atau
tempat khusus.
ILMAN AMANA
3.2.4 Kala IV
Tanggal Pengkajian : 01 Mei 2019 pukul : 10.30 WIB
A. Data Subyektif
Ibu mengatakan merasa lega dan senang plasenta telah lahir.
B. Data Obyektif
1. Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis, Keadaan Emosional
Stabil.
2. TTV TD: 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, RR: 23x/menit,
S : 36,3°C
3. TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik., kandung kemih
kosong, perdarahan ± 200 cc
C. Analisa
P20002 kala IV , KU ibu baik
D. Penatalaksanaan pukul : 10. 35 WIB
ASUHAN PASCA PERSALINAN
347
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42. Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan kateterisasi.
Evaluasi :
43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%. Bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan
bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan kemudian keringkan
dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
44. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus dan
menilai kontraksi.
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60x/menit).
a. Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan
segera merujuk kerumah sakit.
b. Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS
Rujukan.
c. Jika kaki diraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan
kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu
selimut.
Kebersihan dan keamanan
348
48. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh denga
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lender dan darah
diranjang atau disekitar ibu berbaring. Menggunakan larutan klorin
0,5% lalu bilas dengan air DTT. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering.
49. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
50. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedala
larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan menggunakan tisu dan handuk pribadi yang bersih
dan kering.
55. Pakai sarung tangan yang membersih untuk memberikan vitamin K1
(1mg) IM dipaha kiri bawah lateral dan salep mata proflaksis infeksi
dalam 1 jam pertama kelahiran.
349
56. Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah 1 jam kelahiran bayi).
Pastikan kondisi bayi tetap baik (pernafasan normal 40-60x/menit
dan temperature tubuh normal 36,5-37,5C) setiap 15 menit.
57. Setelah 1 jam pemberian pemberian Vitamin K berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi
didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
ILMAN AMANA
3.3 Asuhan Kebidanan Nifas
3.3.1 Kunjungan 1 (6 Jam post patum)
Tanggal : 01 Mei 2019 Pukul : 17.00 WIB
Tempat : PMB Endah W.,S.ST
A. Data Subjektif
1. Keluhan utama : ibu mengatakan masih merasa mules pada
perutnya
350
2. Ibu mengatakan sudah dapat BAK spontan dan belum BAB
3. Ibu dapat miring kanan dan kiri dan ibu dapat duduk pada 2
jam post partum
4. Ibu sudah dapat berdiri dan berjalan jalan di sekitar ruangan
pada 6 jam post partum
5. Ibu mengatakan ASI sudah keluar dan ibu sudah
memberikanya pada bayi
6. Ibu masih tergantung pada keluarga dan belum bisa
merawat bayinya sendiri
7. Riwayat kehamilan dan persalinan saat ini
Usia kehamilan : 40-41 minggu
Kelainan selama kehamilan : tidak ada
Tanggal persalinan : 01 Mei 2019
pukul : 10.00 WIB
Jenis persalinan : spontan
Penyulit dalam persalinan : tidak ada
Anak : hidup,BB 3000 gram,PB 50 cm
Kelainan bawaan : tidak ada
8. Riwayat psikologis ibu keluarga dan suami mengatakan
senang dengan kelahiran bayinya
B. Data Objektif
1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Keadaan
Emosional Stabil.
351
2. Tanda tanda vital, TD : 100/60 mmHg, N : 80x/menit,
S : 36,5°C, RR : 21x/menit
3. Pemeriksaan fisik
a. Mata
Inspeksi:Simetris,bersih,tidak ada sekret,sklera berwarna putih,konjungtiva merah
muda,pupil isokor,tidak menggunakan alat bantu penglihatan fungsi penglihatan
baik.
Inspeksi:Simetris,bersih,mukosa bibir lembab,tidak ada stomatitis,tidak
ada perdarahan gusi,tidak ada caries gigi dan lidah bersih
b. Dada
Inspeksi : Simetris,bersih,tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : paru paru : tidak ada suara wheezing dan ronchi
Jantung : suara jantung normal lup dup
Perkusi : jantung : pekak
: paru paru : sonor
5. Payudara
Inspeksi : Simetris bersih kedua puting menonjol terdapat hiperpigmentasi pada
areola dan papila.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan ,tidak ada benjolan abnormal, konsistensi keras,
colostrum sudah keluar.
352
6. Abdomen
Inspeksi :simetris,tidak ada bekas luka operasi, terdapat linea nigra dan strie
livide
Palpasi : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus teraba keras dan bundar
kandung kemih kosong
7. Genetalia
Inspeksi :Terdapat pengeluaran cairan berwarna merah (lochea rubra) jumlah 50
cc terdapat jahitan di jalan lahir, tidak ada odema dan varises tidak ada condiloma
akuminata dan matalata
Palapasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar skene dan bartholin, perineum
kaku.
8. Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid,tidak ada perdarahan dari anus
9. Ekstremitas
Inspeksi :Simetris,kuku bersih,tidak ada gangguan gerak,jumlah jari tangan dan
kaki lengkap.
Palapasi :Pada ekstremitas bawah tidak ada odema, tidak ada varises.
C. Analisa
P20002 usia 28 tahun, 6 jam post partum fisiologis
D. Penatalaksanaan pukul : 17.30 WIB
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan baik
353
E/ Ibu bersyukur dan mengucapkan alhamdulillah
2. Menjelaskan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif 6
bulan dan menganjurkan ibu menyusui bayinya setiap 2
jam atau setiap bayi menangis
E/ Ibu mengerti dan mau melakukannya
3. Menjelaskan pada ibu cara menjaga vulva hygiene dan
perawatan luka perinium
E/Ibu mengerti dan mau melakukannya
4. Memberitahu pada ibu tentang kebutuhan dasar ibu nifas
E/ibu mengerti dan bisa mengikuti nya
5. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas
E/ibu paham dan segera datang ke petugas kesehatan apabila terjadi masalah
seperti tanda tanda tersebut
6. Memberikan kapsul vit. A 2 kali yaitu, satu kapsul segera
setelah melahirkan dan satu kapsul setelah 24 jam pemberian
kapsul vit. A pertama dan tablet tambah darah.
E/ibu bersedia meminum kapsul Vit A dan tablet tambah darah yang diberikan.
7. Memberikan penyuluhan tentang macam macam KB pasca
salin
E/Ibu paham dan mengerti tentang macam-macam KB.
8. Memberitahu ibu jadwal kontrol ulang 1 minggu lagi yaitu
pada tanggal 07 Mei 2019 atau sewaktu waktu jika ada
keluhan
354
E/ibu bersedia kembali lagi 1 minggu lagi tanggal 07 Mei 2019 atau sewaktu
waktu jika ada keluhan.
ILMAN AMANA
3.3.2 Kunjungan II (7 hari post partum)
Tanggal : 07 Mei 2019 pukul : 16.00 WIB
Tempat : PMB Endah W.,S.ST
A. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada luka bekas
jahitan
2. Ibu lebih mandiri mengurus bayinya sendiri
3. Asi sudah keluar dan sudah menyusui bayinya setiap 2 jam
atau saat bayi menangis
4. Ibu makan 3x sehari dengan komposisi nasi sayur tempe
tahu dan telur dan minum air putih 8 gelas sehari dan tidak
ada pantangan makanan tertentu
5. Ibu BAB 1x sehari konsistensi lembek warna kuning dan
BAK 4-5x sehari warna jernih dan tidak ada keluhan dalam
BAB dan BAK.
6. Ibu mandi 2x sehari ganti baju dan celana dalam tiap kali
mandi ganti pembalut tiap merasa penuh cebok tiap selesai
355
BAK dan BAB dengan sabun dan air bersih dari arah
depan ke belakang keramas 2x seminggu.
7. Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu
memasak dan mencuci baju
8. Ibu tidur ketika bayi tidur dan saat malam hari ibu bangun
setiap 2 jam untuk menyusui bayinya.
9. Dalam keluarga tidak ada kebiasaan senden,minum jamu
traadisional,pantangan makanan dan pengggunaan stagen
yang terlalu ketat
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum Baik, kesadaran komposmentis, Keadaan
Emosional Stabil.
2. Tanda tanda vital TD : 110/70 mmHg, N : 81 x/menit
S : 36,5°C, RR : 20x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Dada
Inspeksi : Simetris,bersih,tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : paru paru : tidak ada suara wheezing dan ronchi
Jantung : suara jantung normal lup dup
Perkusi : jantung : pekak
: paru paru : sonor
b. Payudara
356
Inspeksi : Simetris bersih kedua puting menonjol terdapat hiperpigmentasi pada
areola dan papila.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan ,tidak ada benjolan abnormal konsistensi keras
ASI sudah keluar.
c. Abdomen
Inspeksi :simetris, tidak ada bekas luka operasi.
Palpasi : TFU pertengahan pusat syimpisis
d. Genetalia
Inspeksi :Terdapat pengeluaran cairan berwarna kuning kecoklatan (lochea
serosa) terdapat luka jahitan masih sedikit basah tidak ada odema dan varises
tidak ada condiloma akuminata dan matalata
Palapasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar sken dan bartolinitis, perinium
kaku.
Anus
Inspeksi : Tidak ada hemoroid,tidak ada perdarahan dari anus
e. Ekstremitas
Inspeksi :Simetris, kuku bersih, tidak ada gangguan gerak, jumlah jari tangan dan
kaki lengkap.
Palapasi :Pada ekstremitas bawah tidak ada odema, tidak ada varises.
C. Analisa
P20002 usia 28 tahun, 7 hari post partum fisiologis.
D. Penatalaksanaan pukul : 16.20 WIB
357
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan
baik
E/Ibu merasa senang dan bersyukur dengan hasil pemeriksaan
2. Mengingatkan pada ibu cara menjaga vulva hygiene dan
perawatan luka perinium
E/Ibu mengerti dan mau melakukannya
3. Menjelaskan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif 6
bulan dan menganjurkan ibu menyusui bayinya setiap 2
jam atau setiap bayi menangis
E/ Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan
4. Menganjurkan pada ibu untuk berdiskusi dengan suami
tentang pemilihan KB
E/Ibu sudah paham dengan macam-macam KB dan mau berdiskusi untuk
pemilihan KB
5. Menganjurkan ibu untuk kontrol kembali tanggal 29 Mei
2019 atau sewaktu waktu jika ada keluhan
E/Ibu bersedia kembali lagi sesuai tanggal yang ditentukan
ILMAN AMANA
3.3.3 Kunjungan III (29 Hari post partum)
Tanggal : 29 Mei 2019 Pukul : 10.00 WIB
A. Data Subjektif
358
Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan apapun selama nifas ibu belum
melakukan hubungan seksual, ASI lancar sering menyusui dan bayi menyusui
dengan kuat.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum baik dan kesadaraan composmentis,
keadaan emosional stabil
b. Tanda tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,5
°C
2. Pemeriksaan Fisik
Payudara : puting bersih, hiperpigmentasi areola dan papilla mammae, tidak
lecet, ASI keluar lancar, tidak ada massa, bayi menyusu kuat
Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong
Genetalia : lochea alba, bekas luka jahitan perineum bersih dan kering
Eksteremitas : tidak ada odema
C. Analisa
P20002 usia 28 tahun, 29 hari post partum fisiologis
D. Penatalaksaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu
dalam keadaan sehat
E/Ibu mengerti dan merasa senang dengan penjelasan bidan
359
2. Menjelaskan pada ibu untuk memberikan ASI eksklusif 6
bulan dan menganjurkan ibu menyusui bayinya setiap 2
jam atau setiap bayi menangis
E/Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.
3. Menanyakan dan memastikan KB yang ingin dipakai ibu
E/ibu ingin KB IUD.
4. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke
posyandu untuk menimbangkan bayinya setiap bulan dan
pergi ke bidan untuk pemberian imunisasi dasar pada
bayi.
E/Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan
ILMAN AMANA
3.4 Asuhan Kebidanan pada Neonatus
3.4.1 Kunjungan Neonatus 1 (6 Jam post partum)
Tanggal : 01 Mei 2019 pukul : 16.00 WIB
Tempat : PMB Endah W.,S.ST
A. Data Subjektif
1. Biodata bayi
Nama : Bayi Ny. “R”
Tanggal lahir : 01 Mei 2019, pukul 10.00 WIB
Umur : 6 jam
360
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : Kedua
2. Biodata orang tua
Nama : Ny. R Tn. E
Umur : 28 tahun 37 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : Perguruan Tinggi SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Jl.Tegal Arum rt.04 rw.01 Kb. Madiun
3. Keluhan Utama
-
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan bayi sejak lahir sampai sekarang belum pernah sakit
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan ayah tidak pernah menderita penyakit
menahun dengan gejala sering sesak nafas,nyeri dada dan berdebar debar
(Jantung), menurun dengan gejala sering BAK, sering merasa haus, dan
lapar(DM) dan pusing serta tekanan darah tinggi (Hipertensi) dan tidak menderita
penyakit menular dengan gejala batuk lama disertai dahak dan darah,nafsu makan
berkurang (TBC) Dan nyeri perut sebelah kanan serta kuning pada anggota
badan/kulit (Hepatitis) dan tidak mempunyai penyakit dengan gejala daya tahan
361
tubuh menurun, mudah jatuh sakit(HIV/AIDS),dan tidak pernah mengalami
keputihan yang gatal dan berbau dan merasakan nyeri saat BAK(PMS).
5. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Antenatal
1. Trimester I
Berapa kali periksa : 1x di PMB pertama kali pada usia 10 minggu dan 1x di
PKM.
Keluhan : Pusing dan mual
Terapi : Asam Folat 2x1, B6 X1
Penyuluhan yang telah didapat :
a) Perubahan fisiologi pada ibu hamil
b) Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu hamil
c) Istirahat cukup
2. Trimester II
Berapa Kali periksa : 3x periksa di PMB pertama kali merasakan gerakan janin
pada usia kehamilan 5 bulan
Keluhan :Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun
Terapi : Etabion 1x1, asam folat 2x1 dan kalk 2x1
Penyuluhan yang telah didapat :
362
a) Mengurangi aktivitas terlalu berat
b) Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu hamil
3. Trimester III
Berapa kali periksa : 5x periksa di PMB dan 1x di PKM
Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun
Terapi :Etaboin 1x1, Kalk 2x1
Penyuluhan yang telah di dapat :
a) Persiapan persalinan
b) Istirahat cukup
c) Nutrisi
b. Riwayat Natal
Ibu menagatakan telah melahirkan bayinya secara spontan pada tanggal 01 Mei
2019 pukul 10.00 WIB bayi lahir spontan menangis kuat dan gerak aktif jenis
kelamin perempuan BB 3000 gram PB 50 cm AS 8-9 tidak ada kelainan
bawaan,tidak ada benjolan di kepala tidak ada perdarahan ibu mengatakan segera
setelah bayi lahir lansung disusukan dan melakukan IMD.
c. Riwayat Posnatal
Ibu mengatakan bayinya setelah lahir dalam kondisi baik,bayi lahir lansung
menangis, IMD, ± 1 jam kolostrum ibu sudah keluar dan bayi lansung menyusu
kuat bayi sudah BAK 1 kali warna jernih,bayi sudah BAB 1 kali warna
kehitaman,konsistensi lunak bayi sudah mendapatkan imunisasi HB 0 dan Vit K
setelah lahir
363
6. Pola kebiasaan sehari hari
a. Nutrisi
Ibu mengatakan Bayi diberi ASI saja, frekuensi sering setiap 2 jam sekali
b. Eliminasi
Ibu mengatakan BAB 1 kali konsistensi lunak,warna feses kehitaman bayi BAK 1
kali warna kuning jernih tidak ada keluhan saat BAK dan BAB
c. Istirahat/tidur
Ibu mengatakan Bayi lebih banyak tidur ,tidak rewel, menangis ketika lapar BAK
dan BAB
d. Aktivitas
Ibu mengatakan Bayi menangis kuat dan gerak aktif
e. Personal hygiene
Ibu mengatakan selalu mengganti pakaian bayinya setiap basah dan
kotor,mengganti popok setiap BAB dan BAK.
5. Latar belakang sosial budaya
Ibu mengatakan setelah pulang nanti bayi akan dirawat dan tinggal bersama orang
tua dan keluarganya,dalam keluarga ada kebiasaan memberikan makanan
tambahan pada bayi setelah usia 6 bulan dan tidak ada kebiasaan merawat tali
pusat dengan ramuan tradisional.
6. Psikososial dan spiritual
Ibu,suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
364
a. Keadaan umum baik
b. Tanda tanda vital
Suhu 36,5 °C RR 40x/menit
c. Pengukuran antropometri
BB : 3000 gram SOB :30 cm
PB : 50 cm MO : 33 cm
LK : 34 cm FO : 36 cm
LD : 32 cm LILA : 11 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi : rambut warna hitam, penyebaran merata,
Palpasi :ubun ubun teraba datar, tidak ada caput succadaneum, cephal hematoma
dan tidak ada tanda hidrosefalus dan tidak ada molase.
b. Muka
Inspeksi :simetris, tidak pucat, tidak sembab,tidak ikterik, tidak sianosis dan
warna kemerahan.
c. Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,tidak
ikterus, tidak ada pengeluaran sekret berlebih dan tidak ada kelainan.
d. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada sekret pada hidung, tidak ada polip dan pernafasan
cuping hidung
365
e. Mulut
Inspeksi :bibir kemerahan, tidak ada labio palato skisis, mukosa bibir lembab, ada
reflek rooting dan sucking serta reflek swallowing kuat mulut tampak seperti ingin
minum
f. Telinga
Inspeksi : simetris,tidak ada pengeluaran serumen,
Palpasi : daun telinga cepat kembali
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan bendungan vena
jugularis.
h. Dada
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada tarikan dinding dada kedalam saat bayi
menangis
Auskultasi : pernafasan teratur, tidak ada suara wheezing dan ronchi, tidak ada
kelainan irama jantung.
Perkusi : suara paru sonor dan suara jantung pekak
i. Abdomen
Inspeksi : dinding abdomen simetris,tali pusat masih basah, tidak ada perdarahan
pada tali pusat, tidak berbau busuk, tidak ada pus dan tali pusat dibungkus dengan
tali pusat kering dan steril
Perkusi : suara perut tympani.
j. Genetalia
366
Inspeksi : jenis kelamin perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora
dan terdapat lubang uretra.
k. Anus
Inspeksi : terdapat lubang anus
l.Ektremitas
Atas : simetris, normal, jumlah jari lengkap, tidak ada kelainan dan gerak aktif
Bawah : simetris, normal,jumlah jari jari lengkap, tidak ada kelainan,gerak aktif
m. Kulit
Inspeksi : warna kemerahan, tidak pucat kulit halus lembut, tidak ada
pengelupasan kulit, torgor kulit baik.
3. Pemeriksaan neurologik
a. Reflek sucking
Baik bayi mampu menghisap puting dengan kuat
b. Reflek rooting
Baik bayi bereaksi jika Mendapat rangsangan pada bibir atau pipi bayi
c. Reflek morrow
Baik saat dikagetkan bayi bergerak seperti memeluk
d. Reflek swallowing
Baik bayi dapat menelan dengan baik
e. Reflek grasping
Baik saat bayi jari pemeriksa diletakkan pada telapak tangan bayi bayi merespon
dengan menggenggam jari tersebut
f. Reflek babinsky
367
Baik saat jari pemeriksa mengusap bagian bawah telapak kaki bayi jari bayi
membuka
g. Reflek tonic neck
Baik kepala bayi di miringkan ke kiri dan lengan kirinya melipat sementara siku
lengan kanannya meregang lurus.
h. Reflek glabela
Baik ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis mata) menyebabkan
mata bayi berkedip
i. Reflek staping
Baik ketika bayi di gendong berdiri kaki bayi akan menapak seperti berjalan dan
melangkah
C. Analisa
neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan, usia 6 jam keadaan umum baik.
D. Penatalaksanaan pukul: 17.20 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan
bayinya baik
E/Ibu mengetahuai keadaan bayinya dan merasa senang
2. Menjelaskan mengenai perawatan bayi sehari hari meliputi
menjaga kehangatan bayi,perawatan tali pusat,mengganti popok
setelah selesai BAB dan BAK dan memandikan bayi
E/ ibu mengerti dan bisa mengulangi penjelasan bidan
3. Menjelaskan tentang tanda bahaya bayi
368
E/Ibu mengerti dengan penjelsan bidan
4. Memberitahu ibu untuk membawa anaknya ke bidan jika ibu
menjumpai tanda bahaya pada bayinya
E/Ibu mengerti dan akan melaksanakannya
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan adekuat dan
memberikan ASI ekslusif pada bayinya
E/ibu selalu menyusui bayinya setiap 2 jam sekali dan akan memberikan ASI
ekslusif kepada bayinya.
6. Mengajarkan pada ibu cara tekhnik menyusui yang benar
E/ibu paham dan bisa mengulang kembali penjelasan bidan
7. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh bayi agar tetap
hangat
E/ibu paham dan mau membedong bayinya
8. Menyepakati kunjungan neonatus pada usia 7 hari tanggal 7 Meil
2019 atau sewaktu waktu jika ada keluhan atau tanda bahaya pada
bayi.
E/ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang atau kembali jika ada
masalah.
ILMAN AMANA
3.4.2 Kunjungan Neonatus II
Tanggal : 7 Mei 2019 (7 hari post bayi baru lahir)
Pukul : 16.00 WIB
369
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat, bayi menangis kuat, bayi tidur
pulas dan menangis saat lapar, BAK, BAB dan saat dimandikan bayi minum ASI
tiap kali menangis, bayi tidak rewel, BAK 6-8 kali sehari, lancar warna kuning
jernih BAB 2 kali sehari warna kuning konsistensi lunak berat badan 2900 gram.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum bayi baik kesadaran komposmentis
b. Suhu 36,8 °C RR 45x/menit
c. BB 2900
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Inspeksi : Rambut warna hitam,penyebaran merata
Palpasi : Ubun ubun datar,tidak ada benjolan abnormal
Muka
Inspeksi : Simetris,tidak pucat,tidak sembab dan tidak ikterik
Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris,konjungtiva merah muda,sklera putih,tidak ada
pengeluaran sekret berlebih,tidak ada kelainan
Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris,tidak ada sekret pada hidung,dan tidak ada polip dan
pernafasan cuping hidung
370
Mulut
Inspeksi : Bibir kemerahan,mukosa bibir lembab ada reflek rooting dan sucking
serta reflek swallowing kuat mulut tampak seperti ingin minum
Telinga
Inspeksi : Simetris,tidak ada pengeluaran sekret dan serumen
Palpasi : Daun telinga cepat kembali
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid limfe dan bendungan vena
jugularis
Dada
Inspeksi : bentuk simetris,tidak ada tarikan dinding dada kedalam saat bayi
menangis
Auskultasi: pernafasan teratur,tidak ada suara wheezing dan ronchi,tidak ada
kelainan irama jantung.
Perkusi : suara paru sonor dan suara jantung pekak
Abdomen
Inspeksi : dinding abdomen simetris, tali pusat sudah lepas.
Perkusi : suara perut tympani
Genetalia
Inspeksi : jenis kelamin perempuan,labia mayora sudah menutupi labia minora
dan terdapat lubang uretra.
Anus
Inspeksi : terdapat lubang anus
Ektremitas
371
Atas : simetris,normal,jumlah jari lengkap,tidak ada kelainan dan gerak aktif
Bawah :simetris,normal,jumlah jari jari lengkap,tidak ada kelainan,gerak aktif
Kulit
Inspeksi :warna kemerahan,tidak pucat kulit halus lembut,tidak ada pengelupasan
kulit,torgor kulit baik
C. Analisa
Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan usia 7 hari keadaan umum baik.
D. Penatalaksanaan pukul : 16.00 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi dalam
keadaan baik
E/ibu mengerti kondisi baik
2. Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi hari
agar bayinya mendapat sinar matahari yang cukup
E/ibu sudah melaksanakan setiap pagi
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya minimal
minimal setiap 2 jam sekali atau sesering mungkin
E/Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan
4. Menjelaskan kembali mengenai asuhan pada bayi meliputi,
merawat agar bayi tetap hangat,tanda bahaya pada
bayi,perawatan sehari hari,pemberian ASI ekslusif dan
tekhnik menyusui yang benar.
E/ ibu mengerti dengan penjelasan bidan
372
5. Menganjurkan ibu untuk imunisasi BCG + Polio 1 pada
bayinya pada usia 0-1 bulan
E/ibu mengerti dan akan segera memberikan imunisasi pada bayinya
6. Menyepakati kunjungan neonatus pada tangal 29 Mei 2019
atau sewaktu waktu bila ada keluhan atau tanda bahaya
pada bayi
E/ibu mengerti dan mau kembali untuk melakukan kunjungan.
ILMAN AMANA
3.4.3 Kunjungan Neonatus III
Tanggal : 29 Mei 2019 (29 hari post bayi baru lahir)
Pukul : 10.00 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya lebih banyak tidur tidak pernah rewel dan kuat
menyusui.
B. Data Objektif
1. Keadaan umum bayi baik,kesadaraanP composmentis
2. Suhu 36,5°C,Nadi 100x/menit,RR 40x/menit
3. BB 3300 gram
4. Mata bersih, sklera putih,konjungtiva merah muda,tidak
ada pernafasan cuping hidung, mulut bersih,bibir lembab
bibir berwarna kemerahan terdapat putih putih dilidah (oral
trush) tidak ada retraksi dada, pernafasan teratur,perut
373
tidak kembung pusar bersih genetalia bersih,anus bersih,
warna kulit kemerahan.
C. Analisa
Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan usia 29 hari keadaan umum baik.
D. Penatalaksanaan pukul : 10.15 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi
dalam keadaan baik
E/ibu mengerti dan merasa senang dengan hasil pemeriksaannya
2. Menjelaskan kembali mengenai asuhan pada bayi
meliputi, merawat agar bayi tetap hangat,tanda bahaya
pada bayi,perawatan sehari hari,pemberian ASI ekslusif
dan tekhnik menyusui yang benar.
E/ ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3. Memberitahu ibu cara mengobati oral trush seperti
membasuhi kassa dengan air hangat ,membersihkan dalam
mulut dengan menggunakan kassa lakukan setiap habis
mandi.
E/Ibu paham dan bisa melakukannya
4. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan bayinya
seperti mengganti pempers atau popok setelah terasa
penuh atau bayi merasa tidak nyaman.
E/ ibu mengerti dengan penjelasan bidan
5. Mengingatkan ibu untuk selalu rutin membawa bayinya ke
posyandu untuk timbang dan diberikan imunisasi dasar
pada bayi.
374
E/ibu paham dan bersedia mengikuti anjuran bidan
ILMAN AMANA
3.5 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
3.5.1 Kunjungan Keluarga Berencana I
Tanggal : 01 Mei 2019 Pukul: 16. 30 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan sekarang belum menggunakan KB apapun.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. TTV : TD: 110/70 mmHg S: 36,5 °C
N : 81x/menit R: 21x/menit
3. Muka tidak sembab, tidak pucat, konjungtiva merah muda,tidak
ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, payudara bersih,
konsistensi lunak, ASI lancar TFU tidak teraba, kandung kemih
kosong, genetalia bersih.
C. Analisa
P20002 Usia 28 tahun, calon peserta KB pascasalin
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu. ibu terlihat lega dengan
keadaannya
375
2. Memberikan KIE tentang macam – macam KB
4. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
g. Pengertian
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif
selama 6 bulan.
h. Keuntungan MAL
7) Tidak mengganggu senggama
8) Tidak perlu pengawasan medis
9) Tidak perlu obat ataupun alat dan tanpa biaya
i. Kerugian MAL
4) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui 30 menit setelah bayi lahir.
5) Tidak melindungi terhadap penyakit IMS
5. Kondom
Suatu selubung atau karet yang terbuat dari berbagai bahan plastic atau lakten
yang dipasang pada penis pada saat hubugan seksual.
1) Keuntungan
Efektifitas jika digunakan dengan benar, tidak menganggu prouksi ASI, dapat
dibeli secara umum, mencegah peyakit IMS.
2) Keruigian
Cara penggunaan mempengaruhi keberhasilan, menganggu saat hubungan seksua.
6. Suntik progestin
1) Keuntungan
376
Sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada
hubungan seksual, tidak mengangu proses laktasi
2) Kerugian
Haid lama atau tidak haid sama sekali, BB meningkat
7. Pil Progestin
Pil progestin disebut juga mini pil, tablet pil oral.
6) Keuntungan
a) Sangat efektif bila digunakan dengan benar
b) Tidak mengganggu hubungan seksual
c) Tidak mempengaruhi ASI
d) Kesuburan cepat kembali
e) Dapat dihentikan setiap saat
7) Keterbatasan
Harus digunakan setiap hari dan pada jam yang sama, bila lupa satu pil saja
kegagalan menjadi lebih besar.
8. Implant
6) Keuntungan
(h) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
(i) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
(j) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
(k) Tidak mengganggu ASI
7) Kekurangan
377
(h) Nyeri kepala, nyeri payudara
(i) Peningkatan atau penurunan berat badan
(j) Membutuhkan tindak pembedahan kecil untuk insersi dan
pencabutan
9. AKDR atau IUD
(6) Pengertian
Alat berukuran kecil yang dimasukan dalam rahim
(7) Keuntungan
efektifitasnya tinggi, tidak mempengaruhi proses laktasi, dapat segera dipasang
setelah melahirkan atau sesudah abortus.
(8) Kerugian
(g) Perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama dan akan
berk urang setelah 3 bulan).
(h) Haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spotting)
(i) tidak mencegah IMS termasuk HIVAIDS.
3. Memberitahu ibu bahwa tanggal 07 mei 2019 akan ada kunjungan
lagi
E∕ Ibu mengerti dan paham dengan penjelasan bidan
ILMAN
AMANA
378
3.5.2 Kunjungan Keluarga Berencana II
Tanggal : 07 Mei 2019 Pukul: 11. 00 WIB
A. Data Subjektif
1. bu mengatakan belum haid
2. Ibu mengatakan masih bingung dan belum berdiskusi dengan
suami tentang KB yang akan digunakan.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD: 110/70 mmHg S: 36,5 °C
N : 81x/menit R: 21x/menit
4. Muka tidak sembab, tidak pucat, konjungtiva merah muda,tidak
ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, payudara bersih,
konsistensi lunak, ASI lancar TFU tidak teraba, kandung kemih
kosong, genetalia bersih.
C. Analisa
P20002 Usia 28 tahun, calon akseptor KB pascasalin.
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik
E/Ibu mengerti keadaannya dan merasa senang
2. Menanyakan kembali pemahaman ibu tentang macam-macam KB.
E∕ ibu dapat menjeaskan kembali tentang macam- macam KB
379
3. Menganjurkan pada ibu untuk berdiskusi dengan suami tentang
pemilihan KB
E/ Ibu mau berdiskusi dengan suami untuk pemilihan KB
4. Memberitahu ibu bahwa tanggal 29 mei 2019 akan ada kunjungan
lagi
E∕ Ibu mengerti dan paham dengan penjelasan bidan
ILMAN AMANA
3.5.2 Kunjungan Keluarga Berencana III
Tanggal : 29 Mei 2019 Pukul: 11. 00 WIB
C. Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin mengunakan KB IUD, ibu mengatakan belum haid, ibu
tidak memiliki pasangan seks lain, tidak pernah megalami IMS, kehamilah diluar
kandugan, tidak pernah haid banyak dan lama, tidak nyeri saat haid, tidak bercak
setelah senggama, tidak pernah menderita peyakit jantun.
D. Data Objektif
5. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
6. TTV : TD: 110/70 mmHg S: 36,5 °C
N : 81x/menit R: 21x/menit
380
7. Muka tidak sembab, tidak pucat, konjungtiva merah muda,tidak
ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, payudara bersih,
konsistensi lunak, ASI lancar TFU tidak teraba, kandung kemih
kosong, genetalia bersih.
E. Analisa
P20002 Usia 28 tahun, calon akseptor KB IUD
F. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu cocok
mneggunakan KB IUD
E/Ibu mengerti keadaannya dan merasa senang
2. Menanyakan dan memastikan KB yang ingin dipakai ibu
E/ibu ingin KB IUD.
3. Menjelaskan kembali tentang KB IUD.
E∕ Ibu mengerti dan paham dengan penjelasan bidan
4. Memberi saran kepada ibu untuk datang ketenaga kesehatan jika ibu
sudah ingin memasang KB IUD
E∕ Ibu mengerti dan paham dengan penjelasan bidan
ILMAN AMANA
389
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas kesesuaian antara tinjauan teori dalam bab 2
dengan tinjauan kasus dalam bab 3. Pembahasan ini bertujuan untuk merumuskan
kesenjangan-kesenjangan antara teori dengan kasus nyata pada asuhan kebidanan
secara continuity of care pada Ny. “R” G2P10001 selama kehamilan trimester III,
persalinan, masa nifas, neonatus, dan pemakaian alat kontrasepsi pascasalin yang
dilakukan mulai tanggal 12 April 2019 di PMB Ny.Endah W S.ST. Kab.Madiun
dengan menggunakan standart asuhan kebidanan yang terdiri dari pengkajian,
merumuskan diagnosa, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan dan evaluasi
asuhan dan mendokumentasikan asuhan kebidanan. Berdasarkan pengkajian pada
Ny “R”, terdapat beberapa kesamaan dan kesenjangan antara teori dan praktik,
diantaranya sebagai berikut:
A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
Pada biodata didapatkan bahwa Ny. “R” berusia 28 tahun. Menurut
(Kemenkes RI,2017) Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil adalah wanita
dengan usia 20-35tahun. Usia di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi. Usia di bawah 20
tahun meningkatkan insiden preeclampsia dan usia diatas 35 tahun
meningkatkan insiden diabetes melitus tipe II, hipertensi kronis, persalinan
yang lama pada nulipara, seksio sesaria, persalinan preterm, IUGR, anomali
kromosom dan kematian janin. Berdasarkan teori, kasus ini tidak ada
390
kesenjangan karena usia 27 tahun termasuk dalam usia reproduksi sehat.
Terdapat kesesuaian antara teori dan kasus nyata.
Ny. R memiliki tinggi badan 153 cm. Menurut Marmi (2011) Tubuh
yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik. Tinggi badan harus
diukur pada saat kunjungan awal. Diukur dalam cm, tanpa sepatu. Tinggi
badan kurang dari 145 cm ada kemungkinan terjadi Cepalo Pelvic
Disproposian (CPD) dan tergolong risiko tinggi. Sedangkan untuk lingkar
lengan atas, Ny. R memiliki LILA baik yaitu 25 cm. Menurut Jannah (2012),
Standar minimal ukuran LILA pada wanita dewasa atau usia reproduksi
adalah 23,5 cm. Hasil pengukuran antropometri ibu, menunjukkan ibu
memiliki ukuran tinggi badan dan LILA yang normal. Berarti tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
Berat badan Ny. R sebelum hamil adalah 52 kg dan IMT 22,21 maka
Ny. R memiliki berat badan yang normal. Kenaikan BB selama hamil 14 kg.
Menurut Saifuddin (2011) Penambahan berat badan pada wanita hamil
menurut IMT Wanita dengan berat badan normal yaitu (11,5-16 kg). Berarti
tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
Pada kujungan ANC tanggal 26 Mei 2019 berat badan Ny.R 66 kg
sedangkan kunjungan sebelumnya pada tangal 19 Mei 2019 yaitu berat badan
ibu 66 kg maka Ny. R tidak terjadi peningkatan berat badan. Menurut
Saifuddin (2009), Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi
baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg∕ mg,
sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan
391
menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.
Faktor resiko timbulnya hipertensi bila didapatkan kenaikan berat badan ≥
0,57 kg/minggu. Hal ini berarti terjadi kesenjangan antara kasus nyata dan
teori karena ibu tidak mengalami peningkatan berat badan.
Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan hasil bahwa DJJ frekuensi
144 kali/menit, jelas dan kuat, punctum maksimum 3 jari kiri bawah pusat.
Menurut (Rumauli, 2011) jumlah denyut jantung janin normal antara 120
sampai 160 denyut per menit pada letak kepala tempat DJJ dibawah
umbilikus. Berarti tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
Menurut Kemenkes RI (2017) Asuhan kebidanan pada ibu hamil itu
meliputi menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, mengukur tekanan
darah, mengukur LILA, mengukur TFU, menentukan status imunisasi dan
memberikan imunisasi TT sesuai status imunisasi, memberikan tablet tambah
darah minimal 90 tablet, menentukan presentasi janin dan menghitung DJJ,
memberikan konseling mengenai lingkungan yang bersih, kebutuhan nutrisi,
pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara, body mekanik, kebutuhan
seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil, serta persiapan persalinan dan
kelahiran bayi, memberikan pelayanan tes laboratorium sederhana, dan
melakukan tatalaksana. (Kemenkes RI,2017).
B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Ny. R merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 30 April 2019 pukul
23.30 WIB dan keluar lendir bercampur darah tanggal 01 Mei 2019 pukul
01.00 WIB. Menurut Manuaba (2012), tanda dari kala I persalinan adalah
392
terjadinya his persalinan. His persalinan mempunyai cirri khas pinggang
terasa nyeri yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval makin pendek,
dan kekuatannya makin besar, makin beraktivitas (jalan) makin bertambah,
pengeluaran lendir dan darah, pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah
yang menimbulkan pengeluaran cairan. Ini menunjukkan antara teori dengan
kasus nyata tidak terdapat kesenjangan.
Pada kasus, berdasarkan HPHT, Ny.R memasuki persalinan pada usia
kehamilan 41 minggu. Menurut Sukarni dan Margareth (2013). Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 mingggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. Ini menunjukkan
antara teori dengan kasus nyata tidak terdapat kesenjangan.
Pembukaan lengkap dialami ibu pada tanggal 01 Mei 2019 pukul 09.30
WIB. Bayi lahir pukul 10.00 WIB. Plasenta lahir pukul 10.15 WIB.
Pertolongan persalinan kala II dilaksanakan sesuai 60 langkah APN secara
runtut tanpa ada yang tidak dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan teori menurut
JNPK-KR (2008), mengenai langkah APN 60 langkah.
Penyusunan intervensi pada kala I dilakukan sesuai dengan teori
dan menerapkan asuhan sayang ibu pada proses persalinan. meliputi
menjelaskan proses persalinan, memberikan dukungan, menganjurkan ibu
didampingi oleh keluarga/suami, menganjurkan ibu makan dan minum,
serta penyuluhan tentang posisi yang nyaman, tekhnik destraksi relaksasi
393
dan manfaat nyeri persalinan itu sendiri. Observasi persalinan dilakukan
sesuai dengan teori, yaitu: DJJ, his, dan nadi setiap 1/2 jam; pembukaan
serviks, penurunan bagian terendah janin dan tekanan darah setiap 4 jam
atau sewaktu-waktu jika ada tanda gejala kala II, suhu tubuh dan produksi
urin setiap 2 jam, mengajarkan ibu teknik pernafasan yang benar saat ada
his, anjurkan ibu jalan-jalan, anjurkan ibu makan/minum, memberikan
motivasi dan dukungan, meminta ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB.
Pada kala II hingga kala IV penyusunan intervensi yaitu membantu
kelahiran bayi dengan APN agar ibu dan bayi sehat dan tidak terdapat
permasalahan yang serius serta menilai keadaan bayi baru lahir. Setelah itu
melakukan pemantauan keadaan umum ibu serta bayi.Tidak lupa
memberikan injeksi vitamin K dan salep mata serta memberikan imunisasi
Hb 0 pada bayi. Menurut JNPK-KR (2008), sedapat mungkin persalinan
ditolong secara APN untuk meminimalisasi adanya komplikasi lain. Ini
menunjukkan kesesuaian antara teori dan kasus nyata.
Pada kasus Ny. R masuk di Kala I fase aktif sampai pembukaan 10
cm, berlangsung 4 jam, yaitu sejak tanggal 01 Mei 2019 pukul 05.00 WIB.
Pembukaan lengkap Pukul 09.30 Bayi lahir jam 10.00 bayi lahir secara
spontan belakang kepala. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung
12 jam, sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva
Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam dan
pembukaan multigravida 2cm/jam (Manuaba, 2010). Menurut Sofian
(2013), fase aktif akselerasi dari pembukaan 3–4 cm, dicapai dalam 2 jam.
394
Fase aktif dilatasi maksimal, dari pembukaan 4–9 cm, dicapai dalam 2
jam. Fase aktif deselerasi dari pembukaan 9–10 cm selama 2 jam.
Kemajuan pembukaan 1 cm per jam untuk primipara dan 2 cm per jam
untuk multipara. Berarti membuktikan tidak adanya kesenjangan antara
kasus nyata dan teori.
Pada pemeriksaan dalam yang telah dilakukan pukul 05.30
diketahui pembukaan servik 4 cm, penipisan 50%, ketuban positif,
penurunan kepala HII. 4 jam kemudian, pada pukul 09.30 dilakukan
pemeriksaan dalam dengan hasil pemeriksaan pembukaan 10 cm,
penipisan 100%, ketuban jernih, penurunan kepala HIII. Menurut JNPK-
KR(2016) pemeriksaan dalam untuk mengetahui pembukaan serviks,
penurunan bagian terbawah janin dilakukakn setiap 4 jam sekali. Berarti
membuktikan tidak adanya kesenjangan antara kasus nyata dan teori. Hal
ini dilakukan pemeriksaan dalam karena ibu mengeluh sakit, dan kenceng-
kenceng semakin lama dan sering.
C. Asuhan Kebidanan pada Neonatus
Pada pemeriksaan keadaan umum bayi baik, pemeriksaan tanda-
tanda vital bayi didapatkan hasil suhu 36,5ºC, nadi 132x /menit, respirasi
40x /menit. Menurut Varney, Kriebs, dan Gegor (2008) suhu aksila
normalnya 36,5-37,5oC, pernafasan pada bayi normalnya 30-60 kali per
menit, dan nadi pada bayi normalnya menurut Wiknjosastro (2008) yaitu
120-140 denyut per menit.
395
Pada kunjungan neonatus hari ke 7 hari pasclahir berat bayi 2900
gram sedang berat lahir 3000 gram ini menunjukkan terjadi penurunan 100
gram. Menurut Wiknjosastro (2009) pada usia 7 hari, berat badan Turun
sampai 10 %. Tidak terdapat kesenjangan antara kasus nyata dan teori. Hal
ini membuktikan bahwa bayi Ny. R terjadi kenaikan berat badan dibawah
normal.
Pada kunjungan neonatus hari ke 29 hari pasca lahir, menurut
Marmi (2011), Kunjungan neonatal yang ketiga yaitu pada hari kedelapan
sampai dengan hari ke dua puluh delapan. Hal ini membuktikan bahwa
terjadi kesenjangan antara kasus nyata denan teori.
Pada kunjungan ketiga berat bayi 3500 gram sedang berat lahir
3000 gram ini menunjukkan terjadi peningkatan 500 gram. Menurut
Wiknjosastro (2009) pada usia 2–4 minggu, berat badan naik setidak-
tidaknya 160 gr/minggu (setidak-tidaknya 15gram/hari). Tidak terdapat
kesenjangan antara kasus nyata dan teori. Hal ini membuktikan bahwa
bayi Ny. R terjadi kenaikan berat badan standar dengan nilai normal.
Pemberian imunisasi Hb 0 pada kasusnya dilakukan saat 2 jam
setelah bayi lahir. Menurut Wiknjosastro (2008) imunisasi Hepatitis B
pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1, pada saat bayi baru
berumur 1 jam. Terdapat kesesuaian antara teori dan kasus nyata.
Dalam 6 jam pertama, bayi sudah bisa BAK 2 kali, warna kuning
jernih, BAB 1 kali feses lengket, warna hijau kehitaman pada usia 6 jam.
Sedangkan pada usia 6 hari dan seterusnya bayi bisa BAK 8-10 kali/hari,
396
warna kuning jernih, BAB 2-3 kali warna kuning, konsistensi lunak.
Menurut Fraser & Cooper (2009), bahwa urine pertama bayi dikeluarkan
saat lahir, atau dalam 24 jam pertama dan setelahnya dengan frekuensi
yang semakin sering seiring meningkatnya asupan cairan. Urine encer,
berwarna kuning, dan tidak berbau. Mekonium dikeluarkan dalam 24 jam
pertama kehidupan dan dikeluarkan seluruhnya dalam 48-72 jam. Sejak
hari ke-3 hingga ke-5 kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan
menjadi berwarna kuning kecoklatan. Setelah bayi diberi makan, feses
berwarna kuning. ASI mengakibatkan karakteristik feses lunak, kuning
terang, dan bersifat asam, tetapi aman. Tali pusat bayi dibungkus dengan
menggunakan kasa steril dan kering tanpa dibubuhi ramuan atau alkohol.
Menurut Saifuddin (2009), perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali
pusat tetap kering dan bersih. Hal ini sesuai antara teori dengan kenyataan.
Pada pendokumentasian buku KIA kunjungan neonatus I, II dan III
menurut Kemenkes RI (2016), beri tanda (+) bila ditemukan tanda atau
gejala, beri tanda (-) bila tidak ditemukan pada berikut ini: Memeriksa
adanya diare, memeriksa ikterus. Hal ini menunjukkan adanya
kesenjangan antara pelaksanaan dengan teori dikarenakan pada penulisan
buku KIA kunjungan neonatus I, II ,III yang seharusnya diberi tanda (+/-)
petugas menulisnya dengan kata (ya/tidak).
D. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas
Pada kunjungan nifas pertama 6 jam postpartum Ny. R mengeluh
nyeri perut. Menurut Kemenkes,RI (2017).Persoalan yang dirasakan pada
397
ibu nifas adalah rasa nyeri pada jalan lahir, nyeri ulu hati, konstipasi, kaki
bengkak, nyeri perut setelah lahir, payudara membesar, nyeri tekan pada
payudara dan puting susu, puting susu pecah-pecah, keringat berlebih serta
rasa nyeri selama beberapa hari jika ibu mengalami hemoroid. Dilihat dari
keluhan ibu tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori, karena keluhan
tersebut masih dalam batas normal dan tidak menyebabkan komplikasi.
Ibu juga sudah bisa BAK spontan di kamar mandi. Ibu diharapkan
dapat BAB sekitar 3-4 hari postpartum (Nugroho, 2015). Saat pengkajian
6 jam postpartum, ibu sudah bisa miring kanan dan kiri, belajar duduk dan
berjalan. Menurut Walyani (2016), aktivitas dapat dilakukan secara
bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat. Dalam 2 jam
setelah bersalin ibu harus sudah bisa melakukan mobilisasi. Dilakukan
secara perlahan lahan dan tetap bertahap.Dapat dilakukan dengan miring
kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur angsur
berdiri dan jalan. Menurut Nugroho (2016), mobilisasi segera setelah ibu
melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya.
Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam
postpartum (Ambarwati, 2010). Hal ini menunjukkan kesesuaian antara
kasus nyata dengan teori.
Pada pemeriksaan payudara 6 jam postpartum tanggal 01 Mei 2019
didapatkan hasil kolostrum sudah keluar, TFU 2 jari dibawah pusat dan
lochea rubra, warna merah segar, bau anyir. Menurut Manuaba (2012)
398
segera setelah plasenta lahir TFU sepusat. Pengeluaran lochea rubra
sampai hari ke-3 yang berwarna merah.
Pada kunjungan nifas tanggal 07 Mei 2019 (7 hari postpartum),
didapatkan pemeriksaan payudara bersih, tidak ada nyeri tekan, ASI
lancar, putih kekuningan. Menurut (Anggraeni,2010) ASI transisi atau
antara, mulai berwarna putih bening dengan susunan yang disesuaikan
kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus bayi. ASI peralihan
diproduksi pada hari ke 4-10. Tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan kasus
TFU hari ke-7 ibu pertengahan pusat syimpisis, lochea serosa,
warna kekuningan dan kecooklatan. Menurut (Manuaba,2012) Lochea
serosa, keluar dari hari ke 7-14 hari, berwarna kekuningan. Hal ini Tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada kunjungan nifas tanggal 29 Mei 2019 (28 hari postpartum),
didapatkan pemeriksaan payudara bersih, tidak ada nyeri tekan, ASI
lancar. Menurut Manuaba (2012). ASI sempurna pengeluaran ASI penuh
sesuai dengan perkembangan usus bayi, sehingga dapat menerima susunan
ASI sempurna. Dengan memperhatikan perkembangan pengeluaran ASI,
tidak ada ASI yang tidak berguna. Menurut Anggraeni (2010) ASI
sempurna disekresi pada hari ke 10 sampai seterusnya.
TFU hari ke-29 ibu sudah tidak teraba. Menurut Manuaba (2012)
bahwa hari ke 29 TFU adalah tidak teraba lagi. terdapat lochea alba, warna
putih. Hal ini Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
399
Ibu mendapat vitamin A sebanyak 2 buah diminum 1x1.Menurut
Bahiyatun (2009),terapi yang diberikan pada ibu nifas yaituVitamin A
200.000 IUyang bertujuan agar bisa memberikan asupan vitamin A kepada
bayinya melalui ASInya. Terdapat kesesuaian antara teori dan kasus nyata.
Pada pendokumentasian kunjungan nifas menurut Kemenkes RI
(2016), Pelayanan KB Ibu Nifas Tanggal/bulan/tahun : tulis tanggal, bulan
dan tahun pelayanan KB diberikan Tempat : tempat pelayanan diberikan
Cara KB/Kontrasepsi : tulis jenis dan cara pemasangan alat kontrasepsi.
Hal ini terjadi kesenjangan antara pelaksanaan dengan teori dikarenakan
pada penulisan buku KIA kunjungan nifas I, II ,III tidak sesuai panduan
kemenkes RI 2016.
E. Asuhan Kebidanan pada Peserta KB Pascasalin
Ny. R dan suami sepakat menggunakan KB untuk menjarangkan
kehamilan. Ibu merencanakan ingin menggunakan kontrasepsi IUD.
Menurut Hartanto (2008), ibu pascasalin dalam menentukan penggunaan KB
memiliki pertimbangan yang berbeda, yaitu menjarangkan dan mengakhiri
kesuburan tergantung dengan usia ibu pascasalin dan jumlah anak yang
dimiliki. Menurut Manuaba (2012), sebagian besar menstruasi kembali
setelah 4 sampai 6 bulan. Hal ini menunjukkan ada kesesuaian antara teori
dan kasus.
Menurut Saifuddin (2010) pemilihan kontrasepsi yang rasional untuk
fase menjarangkan kehamilan antara umur 20–35 tahun. Menurut Saifuddin
(2013), bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal tidak diperbolehkan pada
400
ibu yang pernah mengalami karsinoma payudara, penyakit jantung, hati,
tekanan darah tinggi, diabetes mellitus.Menurut Saifuddin (2013) kontrasepsi
IUD dapat digunakan jika tekanan darah < 180/110 mmHg. Berdasarkan teori
IUD sangat efektif, aman, dapat dipakai dalam usia reproduksi dan cocok
untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI (Saifuddin, 2013).
Antara kasus dengan teori terdapat kesesuaian.
Pada tanggal 07 Mei 2019 ibu sudah mengambil keputusan akan
menggunakan KB MAL dan rencana kedepan KB IUD, sehingga dilakukan
KIE tentang keuntungan dan kerugian metode pascasalin yang dipilih ibu. Ibu
dapat serta menyepakati kunjungan ulang ke PMB untuk KB IUD. MAL
adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif,
artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun
lainnya. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh
(lebih efektif bila pemberian >8x sehari), belum haid, dan umur bayi kurang
dari 6 bulan (Prawirohardjo, 2010).
IUD adalah alat kontrasepsi kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel,
berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga
(Cu). Sehingga dilakukan evaluasi keuntungan dan kerugian metode
pascasalin yang dipilih ibu. Ibu menyepakati kunjungan ulang ke BPM jika
sudah siap untuk KB IUD. Terdapat kesesuaian antara perencanaan dengan
pelaksanaan.
401
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus
dan pemakaian kontrasepsi di PMB Ny. Endah W S.ST. pada Ny. “R” dengan
menggunakan pendokumentasian manajemen kebidanan yang diterapkan
dengan 7 langkah dan catatan perkembangan dalam bentuk SOAP yang
dilaksakan mulai tanggal 12 April 2019 sampai 29 Mei 2019 disimpulkan
sebagai berikut.
1. Ny. “R” G2P10001, usia 27 tahun, asuhan kebidanan dimulai pada usia
kehamilan 38-40 minggu, tanggal 12 Mei 2019 sampai dengan 29 Mei
2019. Selama kehamilan melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 13 kali,
selama proses kehamilan tidak ada keluhan khusus yang mengganggu
kehamilan. Terjadi kesenjangan dengan teori yaitu tentang penambahan
berat badan namun tidak menimbulkan masalah.
2. Ny.”R” G2P10001 pada usia kehamilan 41 minggu. Proses persalinan
Ny.”R” berlangsung dengan normal, ibu meneran kuat, tidak ada penyulit,
plasenta lahir spontan dan lengkap, terdapat laserasi pada jalan lahir, tidak
ada perdarahan setelah melahirkan.
3. By.Ny. “R” Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan. Bayi lahir
spontan belakang kepala pada tanggal 01 Mei 2019 pukul 10.00 WIB,
jenis kelamin perempuan, berat lahir 3000 gram, panjang badan 50cm,
langsung menangis, gerak aktif, keadaan fisik normal, tidak ada kelainan
402
dan tidak ada cacat bawaan. Bayi Ny. “R” sehat mendapat imunisasi Hb 0
2 jam setelah lahir. Bayi mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai
sekarang. Tali pusat bayi lepas pada hari ke 7, tidak berbau, tidak
kemerahan, serta tidak ada tanda-tanda infeksi.
4. Masa nifas berlangsung normal, laktasi lancar, involusi normal dan lochea
normal, ibu menyusui secara eksklusif. Setelah nifas selesai Ny. “R”
mantap ingin menggunakan kontrasepsi KB MAL dan rencana KB IUD.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pasien dan Keluarga
Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan
kebidanan yang ada seperti pemeriksaan kehamilan secara rutin,
terlaksananya persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
perawatan ibu nifas dan neonatus serta peningkatan peserta KB pascasalin
sehingga menaikkan derajat kesehatan ibu dan bayi.
5.2.2 Bagi pelayanan kesehatan (PMB)
Masa kehamilan, persalinan, nifas, neonatus dan penggunaan
kontrasepsi pascasalin, maka diharapkan petugas pelayanan kesehatan
terutama bidan mampu mendeteksi secara dini masalah-masalah ibu hamil
agar mendapat asuhan yang sesuai sehingga bisa bersalin secara normal,
masa nifas tanpa komplikasi, perawatan neonatus optimal dan pemilihan
alat kontrasepsi pascasalin dengan tepat dan mempercayakannya di bidang
kesehatan.
403
5.2.3 Bagi Civitas STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Institusi hendaknya selalu memberikan wawasan dan pengetahuan
yang terkini mengenai perkembangan asuhan kebidanan
secaraberkesinambungan. Dan juga meningkatkan pembelajaran materi
dalam upaya penerapan asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
nifas, KB dan neonatus oleh mahasiswa kebidanan yang akan menjadi
bidan yang bekerja di lapangan.
5.2.4 Bagi Penulis
Diharapkan penulis selanjutnya dapat meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara COC yang
dimulai pada ibu hamil TM III, sehingga menambah wawasan dan sebagai
proses persalinan, nifas, neonatus dan KB supaya tidak ada kesenjangan
antara yang diterapkan secara nyata dengan teori. Dan untuk penelitian
selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor yang mempenaruhi
penambahan berat badan pada ibu hamil dan cara pendokumentasian
dalam buku KIA yang sesuai dengan panduan.
404
DAFTAR PUSTAKA
Al- Assaf. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan. EGC: Jakarta.
Ambarwati,E.R., dan A. Setiawan (ed). 2009. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Mitra Cendekia.
Anggraini,Y. 2010.Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta:PustakaRihama.
Astuti,S,dkk. 2017. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Jakarta: Erlangga.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Jakarta:EGC.
Cunningham,F.2009.Obstetri William.jakarta:EGC
Fraser,D.M., dan M.A Cooper (ed),. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
Dewi, N. V., dan, T. Sunarsih. 2011.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
Dinkes Jatim. 2018a. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2017.Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
.2018b. Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2017.Surabaya: Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
.2018c. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI. 2017.
G.A, Mandriwati. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta:
EGC.
Hani,U. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis.Jakarta: Salemba
Medika.
Hartanto, H. 2009. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta:PustakaSinar
Harapan.
Hidayat, A. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan.Yogyakarta:NuhaMedika.
Indrayani dan M. E. U Djami. 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir.Jakarta: Trans Info Media.
Jannah, N. 2011. Buku ajar asuhan kebidanan (kehamilan).Yogyakarta:ANDI.
405
JNPK-KR. 2009. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini.Jakarta:
Jhpiego.
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta:
KemenkesRI.
. 2013. Keputusan Menteri KesehatanRI no.938/MENKES/SK/VIII/ 2007
Tentang Standar AsuhanKebidanan.Jakarta: Kemenkes.
. 2014. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.Jakarta: Kemenkes RI.
. 2015. Pedoman Pelaksanaan, Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
. 2015. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu Dan Anak.
Jakarta : Departemen Kesehatan.
.2017.Profil Kesehatan Indonesia Tahun2018.Jakarta:Kemenkes RI.
Ladewig, P. W., M. L. London, dan S.B. Olds. 2009. Buku SakuAskeb Pada Ibu
dan BBL edisi 5. Jakarta; EGC.
Leveno, K. J., dkk. 2009. Obstetri William Panduan Ringkas.Jakarta:EGC.
Manuaba, I. B. Gde. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit KandungandanKeluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
. 2013. Ilmu Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Marmi. 2011a. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
_______. 2011b. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, ObstetriJilid 1Edisi
3.Jakarta : EGC.
Muslihatun, W. N., Mufdillah, dan N. Setyawati. 2009.Dokumentasi Kebidanan.
Yogyakarta: Fitra Maya.
_______. 2010a. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:Fitramaya.
Prawirohardjo, S. 2010a. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta: YBPSP.
406
_______. 2010b. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat, cetakanketiga.Jakarta : YBPSP.
Romauli, S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta:NuhaMedika.
Ruth, J. 2009. Bukuajar praktik kebidanan. Jakarta : EGC
Saifuddin, A. B. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
_______. 2010a. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
_______. 2010b. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta.
Halaman U-52.
Sofian, A. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Sondakh, J. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga.
Sujiyatini, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II. Yogyakarta: Rohima Press.
Sukarni, I. dan M. Z. H. dalam laparan tugas akhir Antira Kusumawati 2015.
2013. Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Yogyakarta:Nuha Medika.
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.Jakarta:
Salemba Medika.
.2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.Jakarta: Salemba
Medika.
Sumarah, dkk.2010. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin).Yogyakarta: Penerbit Fitramaya.
______. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitra Maya
Varney, H. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1.Jakarta:EGC.
_______. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC.
Varney,dkk. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4, Volume 1.Jakarta:EGC.
Wiknjosastro,H. 2009. Asuhan Persalinan Normal. Edisi revisi IV.Jakarta:
Depkes RI. Kemenkes RI.
407
LAMPIRAN 1
(Lembar Permohonan)
408
LAMPIRAN 2
(Informed Consent)
409
LAMPIRAN 3
(Identitas Keluarga)
410
LAMPIRAN 4
(KSPR)
411
LAMPIRAN 5
(Catatan Kesehatan Ibu Hamil)
412
413
LAMPIRAN 6
(P4K)
414
LAMPIRAN 7
(Penapisan Ibu Bersalin)
415
LAMPIRAN 8
(Partograf)
416
417
LAMPIRAN 9
(Surat Keterangan Lahir)
418
LAMPIRAN 10
(Catatan Kesehatan Ibu bersalin)
419
LAMPIRAN 11
(Kunjungan Ibu Nifas)
420
421
LAMPIRAN 12
(Kunjungan Neonatus)
422
LAMPIRAN 13
(Lingkar Kepala)
423
LAMPIRAN 14
(Lampiran Pelayanan Esensial BBL)
424
LAMPIRAN 15
(Lembar KMS)
425
LAMPIRAN 16
(Grafik Berat Badan Menurut Panjang Badan)
426
LAMPIRAN 17
(Lembar Imunisasi)
427
LAMPIRAN 18
(Penapisan KB Non Hormonal)
428
LAMPIRAN 19
(SAP Persiapan dan tanda-tanda Persalinan)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Hari/Tanggal : 12 April 2019
Waktu : Pukul 16.00 WIB
Penyaji : Ilman Amana
Pokok Pembahasan : Persiapan dan tanda-tanda Persalinan
Sub Pokok Pembahasan :Menjelaskan pada ibu tanda bahaya
kehamilan, persiapan persalinan, dan tanda-
tanda persalinan
Sasaran : Ny. Risma
Tempat : PMB Endah W.,S.ST.
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami
dan mengerti tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda persalinan.
II. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1. Persiapan persalinan
2. Tanda-tanda persalinan
III. Media
429
Buku KIA
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Tahapan /waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
Pembukaan 5
menit
-Memberikan Salam
-Menjelaskan Tujuan
Penyuluhan
- menjawab salam
-mendengarkan dan
memperhatikan
Inti 10 menit -Menjelaskan tentang
persiapan tanda-tanda
persalinan
-Menyimak dan
mendengarkan
Penutup 5 menit
-Meminta kepada ibu untuk
menjelaskan kembali
tentang persiapan
persalinan
-Membri salam penutup
- menjawab salam
V. Evaluasi Hasil
Ibu dapat menjelaskan tentang persiapan persalinan
dan tanda-tanda persalinan.
430
431
432
433
434
LAMPIRAN 20
(SAP Tanda Bahaya Pada Masa Nifas)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Hari/Tanggal : Rabu, 01 Mei 2019
Waktu : Pukul 16.00 WIB
Penyaji : Ilman Amana
Pokok Pembahasan : Masa nifas
Sub Poko Pembahasan : Menjelaskan tanda bahaya pada masa nifas
Sasaran : Ny.Risma
Tempat : PMB Endah W.,S.ST
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan ini, diharapkan ibu dapat mengetahui
tanda- tanda bahaya pada masa nifas.
II. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mendapat penyuluhan ini, diharapkan ibu dapat mengetahui apa
saja yang termasuk tanda bahaya pada masa nifas, mengetahui tanda-
tandanya dan penanganannya.
III. Media
Buku KIA
435
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu
Pembukaan
2 menit
-Mengucapkan salam
-Menyampaikan tujuan
-Menjawab salam
-Mendengarkan
Inti 5 menit Menjelaskan tentang tanda-
tanda bahaya pada masa
nifas, tanda dan gejala serta
Penanganannya
Melihat Mendengarkan
Memperhatikan
Penutup 3
Menit
Tanya jawab mengakhiri
penyuluhan Salam
Mengajukan pertanyaan
Menjawab Menjawab salam
V. Evaluasi Hasil
Ibu dapat menjelaskan tanda bahaya masa nifas.
436
437
LAMPIRAN 21
(SAP Perawatan Bayi Di Rumah)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Hari/Tanggal : Rabu, 01 Mei 2019
Waktu : 17.30 WIB
Penyaji : Ilman Amana
Pokok Pembahasan : Bayi Baru Lahir
Sub Poko Pembahasan :Menjelaskan cara perawatan bayi di rumah
Sasaran : Ny. Risma
Tempat : PMB Endah W.,S.ST
I. Tujuan Intruksional Umum
1. Setelah mendapatkan penyuluhan ini, diharapkan ibu dapat
mengetahui tentang perawatan bayi sehari-hari dirumah.
2. Setelah mendapatkan penyuluhan ini, diharapkan ibu dapat
mengetahui tentang ASI eksklusif dan tekhnik menyusui yang
benar.
II. Tujuan Intruksional Khusus
1. Setelah mendapat penyuluhan ini, diharapkan ibu dapat mengetahui
438
dan memperagakan cara perawatan bayi yang dapat dilakukan
dirumah, seperti perawatan tali pusat, memandikan bayi, mencegah
2. hipotermi dan menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi dan
mengetahui tanda-tanda bahaya pad bayi.
3. Setelah mendapat penyuluhan ini, diharapkan ibu dapat mengetahui
cara pemberian ASI eksklusif dan tekhnik menyusui yang baik dan
cara penyimpanan ASI, Ibu dapat mendemonstrasikan cara
menyusui yang benar.
III. Media
Buku KIA dan leaflet
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
NO Proses Waktu Kegiatan
1 Menyampaikan tujuan 3 menit Mendengarkan
2 1. Menjelaskan tentang perawatan
bayi di sehari-hari.
2. Menjelaskan tentang asi
ekslusif.
3. Menjelaskan tentang tehnik
cara menyusui bayi yang benar
6 menit Melihat
,mendengar dan
memperhatikan
3 Tanya jawab 6 Menit
V. Evaluasi Hasil
Ibu dapat menjelaskan perawatan bayi di rumah
439
440
441
442
MATERI PENYULUHAN
ASI EKSKLUSIF
1. Pengertian
adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada
bayi sampai umur 6 (enam) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain
kecuali sirup obat
2. Manfaat asi eksklusif bagi bayi
a. Memperkuat sistem kekebalan tubuh
b. Meningkatkan kekebalan pada sistem pencernaan
c. Menurunkan terjadinya resiko berbagai penyakit
d. Mendukung pertumbuhan kecerdasan anak
e. Memiliki komposisi nutrisi yang tepat dan seimbang
3. Manfaat asi bagi ibu
a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu
b. Perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
c. Rahim ibu kembali keukuran sebelum hamil
d. Mempercepat berhentinya pendarahan setelah melahirkan
e. Menjarangkan kehamilan.
4. Cara penyimpanan asi
a. Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau
wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam
microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik.
443
b. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik
styrofoam.
c. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
d. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang
diijinkan (+ 2 minggu).
e. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama
semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan
makanan),
f. Gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6 bulan)
g. Jika Anda hanAya menaruhnya pada suhu ruangan biasa, ASI dapat
bertahan selama 8 jam
h. Di dalam lemari es (dengan suhu empat derajat), ASI dapat bertahan
selama 2x24 jam.
i. Jika di dalam freezer (dengan suhu minus lima belas derajat)
5. Cara menyusui yang benar
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun,
b. perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
c. duduk dan berbaring dengan santai.
d. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh
bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus,
444
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu,
e. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya
dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
f. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah
bayi terletak di bawah puting susu.
6. Tanda-tanda bayi cukup asi
a. Tidurnya nyenyak,
b. Segar saat terbangun,
c. Bera badannya bertambah Sesuai perkembangan usia
7. Masalah dalam menyusui dan cara mengatsinya
a. Putting susu datar atau terbenam (pijat dengan ibu jari dan telunjuk pada
puting susu menuju ke arah yang berlawanan)
b. Putting susu tidak lentur (lakukan latihan seperti cara mengatasi putting
susu yang terbenam).
c. Putting susu lecet
1) kalau lecet tidak terlalu berat, ibu bisa terus menyusui bayi.
putting susu diolesi ASI dan biarkan mengering
2) Menggunakan BH yang tidak terlalu ketat.
3) apabila nyeri hebat, atau luka makin berat, putting susu yang sakit
445
diistirahatkan sampai memungkinkan untuk kembali menyusui bayi
4) Selama putting susu yang bersangkutan diistirahatkan, ASI
dikeluarkan oleh ibu dengan tangan.
d. Payudara bengkak
1) bayi disusui sampai payudara harus kosong.
2) gunakan BH yang dapat menopang dengan nyaman.
3) kompres dingin dapat mengurangi rasa tidak enak.
4) ASI dapat diperas sedikit dengan tangan, frekuensi pengeluaran harus
lebih sering.
5) Dalam waktu 1-2 hari keluhan akan reda.
446
LAMPIRAN 22
(SAP Tanda-tanda Bahaya pada BBL)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Hari/Tanggal : Rabu 01 Mei 2019
Waktu : 17.20 WIB
Penyaji : Ilman Amana
Pokok Pembahasan : Tanda-tanda Bahaya pada BBL
Sub Poko Pembahasan : Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda
bahaya pada BBL
Sasaran : Ny. Risma
Tempat : PMB Endah W.,S.ST
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat
memahami dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada BBL dan
perawatan Tali Pusat.
II. Tujuan Intruksional Khusus
447
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali
Memahami tanda-tanda bahaya pada BBL dan perawatan Tali Pusat.
III. Media
Buku KIA
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Tahapan /waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
Pembukaan 5
menit
-memberikan salam
-menjelaskan tujuan
penyuluhan.
- menjawab salam
-mendengarkan dan
memperhatikan
Inti 10 menit -Menjelaskan tentang tanda
- tanda bahaya pada BBL
-Menyimak dan
mendengarkan
Penutup 5 menit
-Meminta kepada ibu untuk
menjelaskan kembali
tentang tanda-tanda bahya
pada BBL
-Membri salam penutup
- menjawab salam
V. Evaluasi Hasil
Ibu dapat menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya pada BBL.
448
449
LAMPIRAN 23
(SAP Jenis-Jenis KB)
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Hari/Tanggal : Selasa, 07 Mei 2019
Waktu : 16.00 WIB
Penyaji : Ilman Amana
Pokok Pembahasan : KB
Sub Poko Pembahasan : Menjelaskan pada ibu tentang jenis-jenis KB
Sasaran : Ny. Risma
Tempat : BPM Ny. Endah W., S.ST
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat
memahami dan mengerti tentang KB.
II. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali
:
1. Pengertian KB
2. Jenis-jenis KB
3. Kelebihan dan kekurangan KB
III. Media
Leafet
450
IV. Jadwal Kegiatan Penyuluhan
Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
Pembukaan 5
menit
- Memberikan salam
- Menjelaskan tujuan penyuluhan
- Menjawab salam
- Mendengarkan dan memperhatikan
Inti 10 menit - Menjelaskan pengertian KB,
jenis-jenis KB, kelebihan dan
kekurangan KB
- Menyimak dan mendengarkan
Penutup 5
menit
- Meminta kepada ibu untuk
menjelaskan kembali tentang
pengertian KB, jenis-jenis KB,
kelebihan dan kekurangan KB
- Memberi salam penutup
- Menjawab salam
V. Evaluasi Hasil
Ibu dapat menjelaskan tentang jenis-jenis KB.
451
MATERI PENYULUHAN
KELUARGA BERENCANA
a. Pengertian KB
Kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel telur matang dan
sperma untuk mencegah kehamilan.
Jarak kehamilan yang dianjurkan pada ibu hamil yang ideal dihitung dari
sejak ibu persalinan hingga akan mema- suki masa hamil selanjutnya yaitu 2-
5 tahun anita yang melahirkan dengan jarak yang sangat ber- dekatan (< 2
tahun) akan men galami resiko antara lain (Yolan, 2007) :
a. Resiko perdarahan T– 3
b. Plasenta previa
c. Anemia
d. Ketuban pecah dini
e. Endometriosis masa nifas
f. Kematian saat melahirkan
g. Kehamilan dengan jarak yang terlalu jauh juga beresiko menimbulkan
persalinan lama
b. JENIS-JENIS KONTRASEPSI
452
a. KONDOM
1) Keuntungan kondom :
a) Memberi perlindungan terha- dap Penyakit Menular Seksual
(PMS)
b) Dapat diandalkan, sederhana, ringan, dispo able, dan mudah
digunakan
c) Efektif segera setelah di- pasang
d) Mudah didapatkan dan tidak perlu resep dokter
e) Murah karena digunakan dalam jangka pendek
2) Kerugian kondom :
a) Efektivitas tidak terlalu tinggi
b) Perlu menghentikan aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna
memasang kondom
c. PIL KB
1) Keuntungan pil KB :
a) Efektivitasnya tinggi bila diminum secara rutin
b) Nyaman, mudah digunakan, dan tidak mengganggu senggama
c) Relatif murah
453
2) Kerugian pil KB :
a) Rasa mual, pusing, kencang pada payudara dapat terjadi
b) Efektivitas dapat berkurang bila diminum bersama obat tertentu
c) Kemungkinan untuk gagal sangat be sar karena lupa
d. Kontrasepsi Suntik
1) Keuntungan Suntik :
a) Memberikan per- lindungan jangka panjang
selama 3 bulan
b) Bila digunakan bersama pil KB dapat mengurangi resiko yang
ditimbulkan karena lupa meminum pil KB
c) Tidak mengganggu senggama
d) Relatif murah
2) Kerugian Suntik:
a) Berat badan naik
b) Siklus menstruasi kadang terganggu
c) Pemulihan kesuburan kadang-kadang terlambat
e. Susuk / Implan
1) Keuntungan :
454
a) Tidak mengganggu senggama
b) Resiko untuk lupa
c) lebih kecil dibandingkan pil KB dan suntikan karena Norplant
dipasang tiap 5 tahun
d) Mudah diangkat dan segera setelah diangkat kesuburan akseptor
akan kembali
2) Kerugian :
a) Efektivitas dapat berkurang bila digunakan bersama obat-obatan
ter- tentu
b) Merubah siklus haid dan meningkat- kan berat badan
c) Tergantung pada petugas
d) Tidak melindungi dari resiko tertu- larnya PMS
c. AKDR/IUD
1) Keuntungan :
a) Dapat memberikan
b) perlindungan jangka panjang sampai dengan 10 tahun
455
c) Reversibel
d) Akseptor hanya kembali ke klinik bila muncul keluhan
e) Murah
2) Kerugian AKDR :
a) Perlunya pemeriksaan pelvis dan penapisan PMS sebelum
pemasangan
b) Butuh pemerikasaan benang setelah periode menstruasi jika terjadi
kram, bercak, atau nyeri.
c) Akseptor tidak dapat berhenti menggunakan kapanpun ia mau
d. MOW DAN MOP
1) Keuntungan :
a) Sangat efektif
b) Permanen
c) Tidak mengganggu senggama
d) Baik untuk klien yang bila mengalami kehamilan akan
membahyakan ji- wanya
e) Tidak ada gangguan seksual
456
2) Kerugian MOW :
a) Permanen
b) Nyeri setelah prosedur serta komplikasi lain akibat pembedahan
dan anestesi
c) Hanya dapat dilakukan oleh dokter yang terlatih
d) Tidak memberi perlindungan terha- dap PMS
457
457
LAMPIRAN 24
(Lembar Konsul)
458
459
LAMPIRAN 25
(Lembar Bimbingan LTA)
460
LAMPIRAN 26
(Dokumentasi)