PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BLIMBING …repository.stikes-bhm.ac.id › 678 › 1 › 1.pdfdi...
Transcript of PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BLIMBING …repository.stikes-bhm.ac.id › 678 › 1 › 1.pdfdi...
-
i
SKRIPSI
PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BLIMBING WULUH
DAN DAUN ALPUKAT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH
LANSIA HIPERTENSI DI KLINIK dr.RINDANG DESA TEGUHAN
KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN
Oleh :
INTANSIH
NIM : 201502096
Oleh:
INTANSIH
NIM:201502096
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
-
ii
SKRIPSI
PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH
DAN DAUN ALPUKAT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH
LANSIA HIPERTENSI DI KLINIK dr.RINDANG DESA TEGUHAN
KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
INTANSIH
NIM : 201502096
PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
-
iii
PERSETUJUAN
skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang
SKRIPSI
PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BELIMBING WULUH
DAN DAUN ALPUKAD TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA
HIPERTENSI DI KLINIK dr.RINDANG DESA TEGUHAN KECAMATAN
JIWAN KABUPATEN MADIUN
Menyetujui
Pembimbing I
(Hariyadi, S.Kp., M.Pd)
NIP: 196811092005011001
Menyetujui
Pembimbing II
(Tantri Arini, S.Kep.Ns., M.Kep)
NIS. 20150126
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
(Mega Arianti Putri, S.Kep.Ns., M.Kep)
NIS. 20130092
-
iv
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dan
dinyatakan telah memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar (S.Kep)
Pada tanggal: 03 September 2019
Dewan Penguji
1. Kuswanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes : ............................................. NIS.20050004
(Ketua Dewan Penguji)
2. Hariyadi, S.Kp., M.Pd : …………………………….. NIP:19681109200501100
(Dewan Penguji I)
3. Tantri Arini, S.Kep., Ns., M.Kep : …………………………….. NIS.20150126
(Dewan Penguji II)
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid)
NIS.20160130
-
v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : INTANSIH
Nim : 201502114
Judul : Efektivitas Rebusan Daun Blimbing Wuluh dan Daun Alpukat
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi
Di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan Kabupaten
Madiun.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
Sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum/tidak di
publikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
Madiun, Agustus 2019
INTANSIH
NIM. 201502096
-
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : INTANSIH
Tempat dan Tanggal Lahir : Bojonegoro, 07 Maret 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds. Teguhan Rt 20 Rw 05 Kec. Jiwan Kab.
Madiun.
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. 1999 – 2000
2. 2000 – 2006
3. 2009 – 2012
4. 2012 – 2015
5. 2015 – sekarang
Riwayat Pekerjaan:
:
:
:
:
:
:
TK Taman Kanak-Kanak Sumberjo
SDN Sumberjo 03
MTSN Negri Bibrik
SMAN 1 Jiwan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Belum pernah bekerja
mailto:[email protected]
-
vii
ABSTRAK
PERBEDAAN EFEKTIVITAS REBUSAN DAUN BLIMBING WULUH
DAN DAUN ALPUKAT TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI KLINIK dr.RINDANG DESA
TEGUHAN KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN
INTANSIH
NIM 201502096
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat.
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung dan gagal ginjal. Salah satu pengobatan non-farmakologis
hipertensi yaitu dengan mengonsumsi rebusan daun blimbing wuluh dan daun
alpukat. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas rebusan daun blimbing
wuluh dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah lansia penderita
hipertensi.
Penelitian ini menggunakan Quasy Eksperiment dengan pendekatan desain
Non Equivalent Control Group. dengan sampel sejumlah 36 orang untuk masing-
masing kelompok intervensi. Rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat
diminum sore hari selama 7 hari berturut-turut dengan dosis 200ml.
Hasil analisa sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun blimbing
wuluh diperoleh nilai sig P-Value = 0,000 < 0,05 artinya terdapat perbedaan
efektivitas pemberian rebusan daun belimbing wuluh terhadap perubahan tekanan
darah. Hasil analisa sebelum dan sesudah pemberian daun alpukat diperoleh nilai
sig P-Value = 0,000 < 0,05 artinya terdapat efektivitas terapi rebusan daun
alpukat terhadap perubahan tekanan darah. Hasil analisa dari Uji Mann Whitney
pada tekanan darah sistolik diperoleh nilai sig P-Value = 0,010 < 0,05 artinya
terdapat perbedaan efektivitas rebusan daun belimbing wuluh dan daun alpukat
terhadap perubahan tekanan darah . Tekanan darah diastolik diperoleh nilai sig P-
Value =0,000 < 0,05 artinya terdapat perbedaan efektivitas rebusan daun
belimbing wuluh dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah lansia
penderita hipertensi di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan
Kabupaten Madiun.
Kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan efektivitas rebusan daun
belimbing wuluh dan rebusan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah
lansia penderita hipertensi di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan
Kabupaten Madiun. Peneliti menyarankan kepada penderita hipertensi rebusan
daun belimbing wuluh dan rebusan daun alpukat sama-sama efektif untuk
menurunkan tekanan darah tapi lebih efektif daun alpukat sebagai alternatif lain
selain obat untuk menurunkan tekanan darah.
Kata Kunci : Rebusan Daun Belimbing Wuluh Dan Daun Alpukat,
Hipertensi
-
viii
ABSTRACT
THE DIFERENCE IN THE EFFECTIVENESS OF WULUH STARFRUIT
LEAF DECOCTION ANDAVOCADO LEAF DECOCTION TO THE
CHANGES OF BLOOD PRESSURE IN ELDERLY PATIENT WITH
HIPERTENSION AT DR. RINDANG CLINIC, TEGUHAN VILLAGE,
JIWAN DISTRICT, MADIUN
INTANSIH
NIM 201502096
Hypertension is a health problem that often occurs in the community.
Uncontrolled hypertension can lead to degenerative diseases such as heart disease
and kidney failure. One of the non-pharmacological treatments for hypertension is
diet management, which is by consuming wuluh starfruit leaf docoction and
avocado leaf decoction. The purpose of this study was to determine the
effectiveness of wuluh starfruit leaf decoction and avocado leaf decoction to the
changes of blood pressure in elderly patients with hypertension.
This study used a Quasy Experiment with Equivalent Control Group
approach,that used 36 people as sample for each intervention group. Wuluh
starfruit leaf decoction and avocado leaf decoction are taken in the afternoon for 7
consecutive days at 200ml of doses.
The results of the analysis of leaf star fruit retrieved value sig P-Value =
0.05 means there is 0.000 < effectiveness of administering therapy decoction of
leaves of star fruit to changes in pressure. The results of the analysis of avocado
leaves obtained the value of sig P-Value = 0.05 means there is 0.000 < therapeutic
effectiveness of the decoction of the leaves of the avocado to changes in blood
pressure. Analysis of the test results of the Mann Whitney on systolic blood
pressure obtained the value of sig P-Value = 0.010 0.05 means that there is a
difference < effectiveness of the decoction of leaves of star fruit wuluh avocado
leaves and to changes in blood pressure. Diastolic blood pressure obtained the
value of sig P-Value = 0.000 0.05 means that there is a difference < effectiveness
of the decoction of leaves of star fruit wuluh avocado leaves and to changes in
blood pressure elderly sufferers of hypertension at the clinic of dr. The Lush
Village Of Teguhan Sub-district Of Madiun Regency Jiwan
The conclusion of this study is there are differences in the effectiveness of
wuluh starfruit leaf decoction and avocado leaf decoction to the changes of blood
pressure in hypertension sufferers at Dr. Rindang Clinic, Teguhan Village, Jiwan
District, Madiun. Researchers recommend that hypertension sufferers consume
wuluh starfruit leaf decoction and avocado leas decoction as an alternative ways
of drugs to lower blood pressure.
Keywords: Wuluh starfruit and Avocado Leaves Decoction, Hyper
-
ix
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Halaman Pernyataan............................................................................................ v
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................................ vii
Abstract ............................................................................................................... viii
Daftar Isi.............................................................................................................. ix
Daftar Tabel ........................................................................................................ xi
Daftar Gambar ..................................................................................................... xii
Daftar Lampiran .................................................................................................. xiii
Daftar Istilah........................................................................................................ xiv
Daftar Singkatan.................................................................................................. xv
Kata Pengantar .................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun Blimbing Wuluh ................................................................ 10 2.1.1 Kandungan Daun Blimbing Wuluh ................................. 11 2.1.2 Manfaat Daun Blimbing Wuluh ...................................... 11
2.2 Daun Alpukat............................................................................... 12 2.2.1 Kandunga Daun Alpukat ................................................. 13 2.2.2 Manfaat Daun Alpukat .................................................... 14
2.3 Konsep Lansia ............................................................................. 15 2.3.1 Definisi Lansia ................................................................. 15 2.3.2 Klasifikasi Lansia ............................................................ 16 2.3.3 Perubahan – Perubahan Lansia ........................................ 16
2.4 Konsep Tekanan Darah ............................................................... 19 2.4.1 Definisi Tekanan Darah ................................................... 19 2.4.2 Klasifikasi Tekanan Darah .............................................. 19 2.4.3 fisiologi Tekanan Darah .................................................. 20 2.4.4 Cara Mengukur Tekanan Darah....................................... 21
2.5 Konsep Hipertensi ........................................................................ 23
2.5.1 Definisi Hipertensi........................................................... 23
2.5.2 Klasifikasi Hipertensi ...................................................... 23
2.5.3 Faktor Resiko Hipertensi ................................................. 24
2.5.4 Patofisiologi Hipertensi ................................................... 27
-
x
2.5.5 Manifestasi Klinis Hipertensi .......................................... 29
2.5.6 Komplikasi Hipertensi .................................................... 30
2.5.7 Penatalaksanaan Hipertensi ............................................ 32
2.6 Mekanisme Kandungan Daun Blimbing Wuluh dan Daun Alpukat
Terhadap Perubahan Tekanan Darah .......................................... 34
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 35 3.2 Hipotesis ...................................................................................... 36
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 37 4.4.1 Skema Rancangan Penelitian .......................................... 37
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 38 4.2.1 Populasi ........................................................................... 38 4.2.2 Sampel ............................................................................. 38 4.2.3 KriteriaSampel ................................................................. 40
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 40 4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 41 4.5 Variabel Penelitian ..................................................................... 42
4.5.1 Identifikasi Penelitian ...................................................... 42
4.6 Definisi Operasional .................................................................... 43 4.7 Instrumen Penelitian ................................................................... 44 4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 44 4.9 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 44 4.10 Teknik Analisa Data .................................................................... 47
4.10.1 Pengolahan Data .............................................................. 47 4.10.2 Analisa Data..................................................................... 49 4.10.3 Etika Penelitian ................................................................ 51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 54
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 54
5.1.2 Data Umum Responden ...................................................... 55
5.1.3 Data Khusus Responden ..................................................... 57
5.2 Pembahasan ................................................................................... 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 69
6.2 Saran ............................................................................................... 69
Daftar Pustaka .................................................................................................... 71
Lampiran-lampiran ............................................................................................. 75
-
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Klasifikasi Tekanan Darah ........................................................... 19
Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian ...................................................... 37
Tabel 4.2 Definisi Operasional Penelitian ................................................... 37
Tabel 4.3 Pembagian kelompok pemberian Rebusan Daun Blimbing Wuluh
dan Daun Alpukat ...................................................................... 43
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 55
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................................ 56
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ....................... 56
Tabel 5.4 PerbandinganTekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Sebelum Dan
Sesudah Pemberian Rebusan Daun Blimbing Wuluh ................. 57
Tabel 5.5 PerbandinganTekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Sebelum Dan
Sesudah Pemberian Rebusan Daun Alpukat .............................. 58
Tabel 5.6 Perbedaan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Sebelum Dan
59Sesudah Diberi Rebusan Daun Blimbing Wuluh Dan Rebusan
Daun Alpukat ............................................................................. 59
Tabel 5.7 Efektivitas Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pemberian
Terapi Rebusan Daun Blimbing Wuluh Dan Rebusan Daun
Alpukat ....................................................................................... 60
-
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 35
Gambar 4.1 Kerangka Kerja ...................................................................... 41
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian..................................................................... 75
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................ 76
Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden .................................. 77
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .................................... 78
Lampiran 5 SOP Pembuatan Terapi Rebusan Daun Blimbing Wuluh ........... 79
Lampiran 6 SOP Pembuatan Rebusan Daun Alpukat ..................................... 80
Lampiran 7 Lembar Quosioner ....................................................................... 81
Lampiran 8 Lembar Tabulasi Perubahan Tekanan Darah.............................. 82
Lampiran 9 Lembar Tabulasi Quisioner ......................................................... 83
Lampiran 10 Lembar Frekuensi Data Demografi ............................................ 85
Lampiran 11 Lembar Uji Wilcoxon Rebusan Daun Belimbing Wuluh ............ 86
Lampiran 12 Lembar Uji Wilcoxon Rebusan Daun Alpukat........................... 87
Lampiran 13 Lembar Uji Mann Whitney......................................................... 89
Lampiran 14 Lembar Dokumentasi ................................................................. 90
Lampiran 15 Lembar Penyusunan Skripsi ....................................................... 91
Lampiran 16 Lembar Konsultasi Bimbingan ................................................... 92
-
xiv
DAFTAR SINGKATAN
KEMENKES : Kementrian Kesehatan
BPS : Badan Pusat Statistik
ACE : Angiostensin Converting Enzym
WHO : World Healt Organization
BMR : Basal Metabolic Rate
CO : Cardiac Output
SV : Setrok Volume
HR : Heart Rate
CGS : Sentimeter, gram, detik
CI : Klorida
Na : Natrium
LVH : Left Ventrikel Hypertropi
PRU : Peripheral Resistence Unit
-
xv
DAFTAR ISTILAH
Afterload : Tekanan yang dilawan oleh pompa jantung
Averrhoa bilimbi : Blimbing Wuluh
Basal Metabolic Rate : Kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
Benefit : Prinsip manfaat
Cardiac output : Curah jantung dalam 1 menit
Coding : Pemberian kode
Confidentiallity : Kerahasiaan
Crosscheck : Mengoreksi ulang
Dependent Variabel : Variabel terikat
Door to door : Mendatangi rumah satu persatu
Earpiece : Bagian stetoskop yang diletakkan pada
Telinga
Flight-or-flight : Reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari
luar
Heart Rate : Denyut jantung tiap menit
Independent Variabel : Variabel bebas
Inform Concent : Persetujuan
Left Ventrikel Hypertropi : Pembengkakan ventrikel kiri
Peripheral resistence unit : Satuan tahanan perifer
Persea Americana Mill : Daun alpukat
Pre : Sebelum tindakan
Preload : Kekuatan yang di bentuk oleh otot jantung
Post : Sesudah tindakan
Respeck for justice on inclusiveness : Prinsip keterbukaan dan keadila
Silent killer : Menyebabkan kematian tanpa disertai gejala
Tabulating : Tabulasi
-
xvi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul
“Efektivitas Rebusan Daun Blimbing Wuluh dan Daun Alpukat Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Lansia Hipertensi di Desa Teguhan Kecamatan Jiwan
Kabupaten Madiun”
Adapun maksud penulis menyusun skripsi ini adalah memenuhi
persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun.
Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan setulus hati
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr.Rindang Selaku pemilik Klinik dr. Rindang Desa Teguhan Kecamatan
Jiwan Madiun
2. Zainal Abidin, SKM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
3. Mega Ariyanti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Hariyadi, S.Kp.,M.Pd selaku pembimbing 1 dalam penyusunan skripsi ini.
5. Tantri Arini, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing 2 dalam penyusunan
skripsi ini
-
xvii
6. Kuswanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen penguji dalam proposal ini
terima kasih atas masukan-masukanya.
7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Teman-teman kelas 8c Keperawatan dan semua pihak yang banyak
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
skripsi ini .
Madiun, Agustus 2019
INTANSIH 201502096
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
banyak di Indonesia. Hipertensi merupakan penyakit yang dikategorikan sebagai
the silent killer disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap
hipertensi, hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena tidak ada
gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang merasa sehat
dan energik. Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya
melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat
alias mematikan padahal bila terjadi hipertensi terus menerus bisa memicu stroke,
serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal
kronik (Wahdah, 2011).
Tekanan darah mengalami fluktuasi setiap saat, hipertensi akan menjadi
masalah apabila tekanan darah tersebut persisten, karena hal ini membuat sistem
sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (otak dan jantung) menjadi
tegang. Apabila hipertensi tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan
peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congesive
heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung (Anna & Bryan,
2007).
Hipertensi pada lanjut usia didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
atau terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik diatas
160 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Nugroho W, 2008).
-
2
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap (Stockslager, 2008). Menurut Kenia & Taviyanda D
(2013), gejalanya berupa sakit kepala, nyeri atau sesak pada dada, pusing,
gangguan tidur, terengah-engah saat beraktifitas, jantung berdebar-debar,
mimisan, kebal atau kesemutan, gelisah dan mudah marah, keringat berlebihan,
kram otot, badan lesu, pembekakan di bawah mata pada pagi.
Secara global data WHO tahun 2011 menunjukkan, di seluruh dunia,
sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan
perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333
juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang,
temasuk Indonesia, hasil riset kesehatan dasar. Kemenkes RI (2012). Prevalensi
hipertensi lansia di Indonesia sebesar 45,9% untuk umur 55-64 tahun, 57,6%
umur 65-74 tahun, 63,8%, dan umur >75 tahun. Menurut data Riskesdas Provinsi
Jawa Timur prevalensi penyakit hipertensi mencapai 26,2%. Prevalensi penyakit
hipertensi tertinggi terdapat pada kelompok usia ≥ 75 tahun yaitu 62,4%.
Prevalensi hipertensi di kota Surabaya mencapai 22,0% (BPPK Kemenkes, 2013).
Di Tahun 2017 di Kota Madiun melakukan pengukuran tekanan darah pada
191.272 orang atau 146,07% dari 130.942 orang jumlah penduduk yang berumur
> 18 tahun ( Hasil Proyeksi Estimasi BPS). Cakupan sampai dengan melebihi
100% disebabkan capaian tersebut juga berasal dari Rumah Sakit dimana sarana
pelayanan kesehatan yang melayani dari luar penduduk Kota Madiun. Dari
191.272 orang tersebut yang menderita hipertensi /tekanan darah tinggi sebanyak
-
3
85.259 orang atau sebanyak 44%, dengan proporsi jumlah laki-laki sebanyak
34.679 orang (39,82%) dan jumlah perempuan sebanyak 50.580 orang (48,55%)
(Profil Kesehatan Kota Madiun 2017).
Berdasarkan survey Data di klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan
Jiwan Kabupaten Madiun pada tahun 2016 didapatkan 202 orang menderita
hipertensi yang terdiri dari 62 lansia, pada tahun 2017 sebanyak 323 dengan 53
lansia, dan pada tahun 2018 didapatkan sebanyak 165 orang dengan 44 lansa.
Dari data diatas menunjukkan ada penurunan selama 2 tahun terakhir .
Penyakit hipertensi dikarenakan oleh pola makan dan gaya hidup yang
salah. Gaya hidup yang mengikuti era globalisasi, membuat kasus hipertensi terus
meningkat. Gaya hidup gemar makan fast food yang kaya lemak, asin, malas
berolahraga dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien
hipertensi (Rudianto, 2013). Saat ini orang lebih suka memilih makanan siap saji
yang umumnya rendah serat, tinggi lemak, dan mengandung garam selain itu
makanan blendrang atau disebut makanan kemarin juga banyak mengandung
kadar garam dan lemak cukup tinggi. Seharusnya masyarakat sadar bahwa dengan
mengkonsumsi makanan di atas dapat memicu terjadinya hipertensi. Bila hal ini
terus dilakukan maka hipertensi mereka akan bertambah parah dan lebih-lebih
juga akan menyebabkan komplikasi seperti kerusakan pada otak, kerusakan pada
jantung, kerusakan pada ginjal, dan kerusakan pada mata (Rudianto, 2013).
-
4
Penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua
pendekataan yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi. Penatalaksanaan
farmakologi untuk hipertensi adalah pemberian antihipertensi dengan tujuan
mencegah komplikasi hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Jenis obat
antihipertensi yang sering digunakan antara lain diuretik, alfa-blocker, beta-
blocker, vasodilator, antagonis kalsium, ACE Inhibitor, angiotensin-II-Blocker
(Susilo Y & wulandari, 2011). Penanganan secara non farmakologis sangat
diminati oleh masyarakat karena sangat mudah untuk dipraktekkan dan tidak
mengeluarkan biaya yang terlalu banyak. Penanganan nonfarmakologis juga tidak
memiliki efek samping yang berbahaya tidak seperti penanganan farmakologis,
sehingga masyarakat lebih menyukai nonfarmakologis (Ramadi, 2012). Tanaman
alpukat memilikiki banyak khasiat untuk kesehatan, salah satunya yaitu daun
alpukat sebagai antihipertensi tetapi memiliki efek samping rasa yang sedikit
pahit jika diseduh, namun rasa pahitnya tidak terlalu melekat di lidah dan dapat
dihilangkan dengan meminum sedikit air putih (Rachdian, 2011).
Penalataksanaan non farmakologis yaitu dengan cara mengatur pola hidup, semua
penderita hipertensi harus melakukan perubahan pola hidup, seperti olahraga
teratur, menurunkan berat badan untuk penderita yang memiliki berat badan
berlebih, mengurangi asupan garam, dan lainnya. Selain beberapa cara tersebut
terapi non farmakologi yang dapat dilakukan pada penderita hipertensi yaitu
menggunakan daun alpukat (AnnaLusia Kus, 2011). Cara kerja daun alpukat
adalah dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang
bersifat toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan garam di dalam tubuh maka
-
5
pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-lahan mengalami
penurunan (AnnaLusia Kus,2011). Daun belimbing wuluh (averrhoa bilimbi)
merupakan alternatif yang baik mengingat daun belimbing mudah didapatkan oleh
masyarakat. Daun belimbing wuluh memiliki kandungan untuk menurunkan
tekanan darah antara lain Tanin, Sulfur, Asam format, Peroksidase, Calium
oxalate, Dan kalium sitrat (junaedi & Rinata,2013)
Hasil penelitian Pontoh (2014) terhadap lansia penderita hipertensi
Didapatkan hasil penelitian dari 19 responden yang mengkomsumsi air rebusan
daun belimbing wuluh hampir keseluruhan mengalami penurunan tekanan darah
dengan mengkonsumsi air rebusan daun belimbing wuluh dapat membantu
menurunkan tekanan darah diastolik yang tinggi dengan terapi non farmakologi
yang bisa dimanfaatkan oleh penderita hipertensi khususnya pada lansia. Daun
belimbing wuluh (averrhoa bilimbi) merupakan alternatif yang baik mengingat
daun belimbing mudah didapatkan oleh masyarakat. Daun belimbing wuluh
memiliki kandungan untuk menurunkan tekanan darah yaitu Tanin, Sulfur, Asam
format, Peroksidase, Calium oxalate, Dan kalium sitrat (junaedi & Rinata,2013).
Hasil penelitian callo (2017) terhadap lansia penderita hipertensi di BPLU Senja
Cerah Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa sebelum melakukan
pengukuran tekanan darah sistol sebelum terdapat pra hipertensi 6 lansia, normal
6 lansia, dan hipertensi derajat 1 sebanyak 13 lansia. Setelah dilakukan pemberian
air rebusan daun alpukat terdapat 10 lansia dengan tekanan darah normal dan
prahipertensi 5. Daun Alpukat ini secara empiris dipercayai sebagai diuretik
yaitu menambah volume urin yang dihasilkan saat urinasi untuk mengurangi
-
6
tekanan darah. Kandungan kimia daun alpukat diantaranya saponin, tanin,
phlobatanin, flavanoid, alkaloid, dan polisakarida. Flavonoid pada daun alpukat
memiliki fungsi menurunkan tekanan darah (Anna, 2011).
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas peneliti tertarik untuk
menganalisis efektivitas air rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat
terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan efektifitas air rebusan daun blimbing wuluh dan
daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di
Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan efektivitas rebusan daun blimbing wuluh dan
alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di
Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun .
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis efektivitas rebusan daun belimbing wuluh terhadap perubahan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan
pemberian air rebusan daun belimbing wuluh .
-
7
2. Menganalisis efektivitas rebusan daun alpukat terhadap perubahan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan
pemberian air rebusan daun alpukat.
3. Menganalisis perbedaan efektivitas pemberian rebusan daun blimbing wuluh
dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi instiusi tempat penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan atau dimanfaatkan sebagai salah satu
metode atau obat untuk menurunkan hipertensi dengan memberikan
rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat.
2. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini dapat memberikan gambaran proses, masukan, dan saran
kepada Institusi Pendidikan tentang kandungan serta manfaat rebusan daun
blimbing wuluh dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
3. Bagi peneliti
Dapat meningkatkan kemampuan serta menambah pengalaman dan
pengetahuan peneliti dalam melakukan riset kuantitatif dalam penelitian di
bidang keperawatan tentang perbandingan efektivitas rebusan daun
-
8
belimbing wuluh dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada
lansia dengan hipertensi .
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang
manfaat rembusan daun blimbing wuluh dan alpukat dalam mengurangi
tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi.
-
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun Blimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) adalah sejenis pohon kecil yang
diperkirakan berasal dari kepulauan Maluku (Indonesia), tetapi dari sumber lain
juga mengatakan buah ini dari Amerika tropis. Buahnya khas dan kandungan
kimia berupa glukosida, vitamin B, dan vitamin C, bunganya berkhasiat untuk
antipiretik dan ekspektoran (Elsha Brina, 2018 ).
Pohon Blimbing Wuluh bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 5-10 m
dengan batang yang tidak begitu besar dan diameternya hanya sekitar 30 cm.
Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar dan di temukan dari dataran
rendah sampai 500 m diatas permukaan laut. Batangnya bergelombang kasar,
pendek dan cabangnya sedikit. Daunya membentuk kelompok menyirip
bergantian, panjangnya 30-60 cm dan berkelompok pada akhir cabang. Pada
setiap daun terdapat 11- 45 pasang daun oval. Bunganya kecil, muncul langsung
dari batang dengan tangkai bunga berbulu. Mahkota bunganya berjumlah lima,
warna putih, kuning atau ungu. Buah berbentuk elips seperti torpedo dengan
panjang 4-10 cm. Warnanya hijau ketika muda dengan kelopak yang tersisa
menempel di ujung. Buah masak berwarna kuning atau pucat. Daging buah
berair dengan rasa sangat masam hingga manis. Kulit buahnya mengkilap dan
tipis. Bijinya kecil, datar, coklat, dan di tutupi dengan lender (Elsha Brina,2018).
-
10
2.1.1 Kandungan Daun Blimbing Wuluh
1. Kalium
Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan
meningkat jumlah natrium rendah tekanan darah menurun (Fitriani, 2009).
2. Saponin
Saponin memiliki khasiat diuretik yang menurunkan volume plasma dengan
cara mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium, sehingga dapat
menyebabkan penurunan cardiac output (Asprilia,2016).
3. Flavanoid
Flafanoid akan mempengaruhi kerja angiostensin converting enzym (ACE) ,
penghambatan ACE akan menghambat perubahan angiostensin I menjadi
angiostensin II, yang menyebabkan vasodilatasi sehingga tahanan resistensi
perifer turun dan dapat menurunkan tekanan darah (Safitri, 2015).
2.1.2 Manfaat Daun Blimbing Wuluh
Menurut Nuraini (2014) bagian tumbuhan yang untuk mengobati penyakit
adalah daun, Bunga, dan buah. Beberapa penyakit yang bisa di sembuhkan dengan
daun blimbing wuluh diantaranya sebagai berikut :
1. Rematik
Tumbuk segengam daun blimbing wuluh sampai halus, beri kapur sirih lalu
gosokkan pada bagian yang sakit.
-
11
2. Batuk
Rebus segenggam daun blimbing wuluh, segenggam bunganya, dan 2 buah
blimbing wuluh dalam 2 gelas air dan gula batu hingga airnya menjadi 1
gelas. Saring dan minum 2 kali sehari.
3. Gondongan
Tumbuk 10 ranting muda daun blimbing wuluh beserta daunya dan 4 siung
bawang merah hingga halus. Balurkan ramuan di tempat yang sakit.
4. Pegal Linu
Lumatkan 1 genggam daun belimbing wuluh muda. 10 biji cengkeh, dan 15
biji lada lalu lumurkan pada bagian tubuh yang pegal.
5. Tekanan Darah Tinggi
Rebus 5 gram daun blimbing wuluh, dalam 200 ml air, Minum 1 kali sehari
pada waktu sore di berikan selama 7 hari.
2.2 Daun Alpukat (persea Americana Mill)
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon tahunan yang
mulai berbuah setelah beberapa tahun. Alpukat dikenal dengan beberapa nama
local antara lain alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/jawa Tengah ), boah
pokat, jamboo pokat (Batak), advokad, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat
(Lampumg). Tanaman avokad berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika
Tengah dan diperkirakan masuk indonesia pada abad ke-18. Secara resmi tahun
1920-1930, indonesia telah mengintroduksi 20 varietas avokad dari Amerika
Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna
-
12
meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran
tinggi.
Pohon alpukat mempunyai tinggi yang bervariasi sesuai dengan
varietasnya, mulai dari 3-10 m. Ciri botani tanaman avokad antara lain berakar
tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya cokelat, dan bercabang banyak.
Daunnya termasuk daun tunggal yang letaknya berdesakan di ujung ranting,
Bentuknya memanjang, ujung dan pangkal runcing. Tepi daun rata kadang-kadang
agak menggulung ke atas. Bunganya majemuk, buahnya buah buni, bentuk bola
atau bulat telur. Daging buah jika sudah masak lunak, berwarna hujau hingga
hijau kekuningan.
2.2.1 Kandungan Daun Alpukat
1. Flavonoid
mekanisme kerja dari flavonoid adalah melancarkan peredaran darah dan
mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, sehingga darah dapat
mengalir dengan normal. Flavonoid juga mengurangi kandungan kolesterol
serta mengurangi penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah. Cara kerja
daun alpukat adalah dengan mengeluarkan sejumlah cairan dan elektrolit
maupun zat- zat yang bersifat toksik. Dengan berkurangnya jumlah air dan
garam di dalam tubuh maka pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan
darah perlahan-lahan mengalami penurunan (AnnaLusia Kus,2011).
-
13
2. Kalium
Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan
meningkat,jumlah natrium rendah tekanan darah menurun (Fitriani, 2009)
3. Saponin
Saponin memiliki khasiat diuretik dengan menurunkan volume plasma
dengan cara mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium, sehingga pada
akhirnya cardiac output menurun. Natrium dan air juga dapat mempengaruhi
resistensi perifer (Wiharyani,2016).
2.2.2 Manfaat Daun Alpukat
Menurut Dumilah (2016) bagian tumbuhan yang untuk mengobati
penyakit adalah daging buah, daun, dan biji. Beberapa penyakit yang dapat
disembuhkan dengan daun alpukat di antaranya sebagai berikut :
1. Batu Ginjal
kecil daun alpukat, lalu seduh dengan air panas, minum ramuan sekaligus,
lakukan dua kali sehari pada waktu pagi dan sore hingga batu keluar .
2. Darah Tinggi
Rebus 5 gram daun alpukat dengan 200 ml air, minum satu kali sehari pada
waktu sore di berikan selama 7 hari.
-
14
3. Maag
daun alpukat kering secukupnya, air panas 1 gelas, daun alpukat di rajang
kecil-kecil lalu diambil 1 sendok teh, seduh dengan air panas, tambahkan
gula secukupnya, lalu aduk hingga rata, minum ramuan selagi hangat.
4. Menstruasi
daun alpukat 3-6 lembar, air 1 gelas, rebus daun alpukat dengan 1 gelas air
hingga mendidih, setelah dingin airnya diminum sekali dalam sehari
5. Panas dalam
daun alpukat 4-5 lembar, air bersih 1 gelas, rebus daun alpukat dengan air
sampai mendidih, minum air rebusan 1-2 kali sehari, masing-masing ½
gelas.
6. Pelancar air seni
daun alpukat 4-5 lembar, air bersih 1 gelas, rebus daun avokad dengan air
sampai mendidih, minum air rebusan 1-2 kali sehari, masing- masing 1 gelas.
2.3 Konsep Lansia
2.3.1 Definisi
Lanjut usia adalah suatu proses yang alami dari tumbuh kembang. Semua
orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir (Azizah,2011).
-
15
2.3.2 Klasifikasi
Berikut ini adalah batasan-batasan lanjut usia menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) dalam artinawati (2014) :
a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-60 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) usia 60-75tahun.
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2.3.3 Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Perubaan – perubahan yang terjadi pada lansia menurut (Priyoto, 2015) meliputi:
a) Sel
Menurunya proporsi sel di otak, ginjal, darah, dan hati, berkurangnya
cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
b) Sistem Persyarafan
Mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan
suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, serta kurang sensitif
terhadap sentuhan
c) Sistem Pendengaran
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas usia 65 tahun.
-
16
d) Sistem Penglihatan
Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap,hilangya daya
akomodasi, menurunya lapangan pandang, berkurang luas pandanganya.
e) Sistem Kardiovaskular
Pada sistem kardiovaskuler terjadi penurunan elastisitas dinding aorta
dan terjadi penebalan pada katub jantung dan kemudian menjadi kaku.
Kemampuan jantung memompa darah akan menurun 1% setiap tahun sesudah
umur 20 tahun yang menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah yang mengakibatkan kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi yang berdampak pada
perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri ) akan menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak). Tekanan darah juga akan meninggi yang diakibatkan oleh
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
f) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
termostat, yaitu menetapkan pada suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi
karena beberapa faktor yang mempengaruhi. Hal yang sering ditemui, antara
lain temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis +35˚C ini akibat
metabolisme yang menurun serta keterbatasan refleks menggigil dan tidak
dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas
otot.
-
17
g) Sistem Endokrin
Menurunya daya pertukaran gas, serta menurunya sekresi hormon
kelamin, misalnya progesteron, estrogen, dan testosteron, menurunya
aktivitas tiroid, menurunya BMR (Basal Metabolic Rate).
h) Sistem Integumen
Pada lansia, kulit akan mengeriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi,
serta perubahan ukuran dan bentuk – bentuk sel epidermis,mekanisme
proteksi kulit menurun, ditandai dengan produksi serum menurun dan
gangguan pigmentasi kulit.
i) Sistem Muskuloskeletal
Persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut, dan
mengalami skelerosis.Terjadi atropi serabut otot (otot-otot serabut mengecil)
sehingga pergerakan menjadi lamban, otot-otot menjadi kram dan tremor.
j) Perubahan Psikologis
Masalah psikologis pertama yang dialami oleh golongan lansia ini
adalah mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka
hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk
memikirkanya. Stereotipe psikologis lansia biasanya sesuai dengan
pembawaannya pada waktu muda.
-
18
2.4 Konsep Tekanan Darah
2.4.1 Definisi
Tekanan darah adalah darah yang di pompa oleh ventrikel kiri dan masuk
ke aorta mengakibatkan tekanan meningkat sampai puncak yang disebut sebagai
tekanan sistol, kemudian tekanan akan turun sampai titik terendah yang disebut
diastole (wiarto, 2013). Sedangkan menurut kozier et al., (2010) tekanan darah
adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding
pembuluh darah.
2.4.2 Klasifikasi Tekanan Darah
Berikut ini adalah mengenai tekanan darah menurut (Triyanto, 2014)
Tabel 2.6 Klasifikasi tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Kategori Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah
Diastolik
Normal dibawah 130 mmHg di bawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi
Ringan)
140-149 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi
Sedang
160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 ( Hipertensi
Berat)
180-209 mmHg 110-109 mmHg
Stadium4 (Hipertensi
Maligna)
210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
-
19
2.4.3 Fisiologi Tekanan Darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung atau
cardiac output (CO) dan tekanan pembuluh darah darah perifer (Muttaqin, 2009).
Menurut Guyton & Hall dalam Wiarto (2013). Curah jantung adalah jumlah darah
yang di pompa ke dalam aorta oleh jantung setiap menit dan jumlah darah yang
mengalir melalui sirkulasi. Curah jantung di pengaruhi oleh isi sekuncup atau
setrok volume (SV) dan dipengaruhi oleh nadi atau heart rate (HR).
Isi sekuncup adalah volume darah yang dipompa jantung setiap kali
jantung berdenyut yang normalnya adalah 70 ml (Wiarto,2013). Isi sekuncup di
pengaruhi oleh tekanan pengisian (preload) yaitu suatu kekuatan yang dibentuk
oleh otot jantung dan (afterload) yaitu tekanan yang harus dilawan oleh pompa
jantung, sehingga apabila afterload meningkat tekanan darah juga akan meningkat
atau jika terjadi stenosis (penyempitan) pada katup aliran keluar (Ward et
al.,2009). Sedangkan nadi adalah denyut nadi atau jantung dalam 1 menit.
Jantung disuplai oleh 2 komponen sistem saraf otonom yaitu saraf simpatik yang
jika dirangsang akan meningkat denyut nadi dan saraf parasimpatik yang jika
dirangsang akan menurunkan denyut nadi (wiarto,2013).
Tahanan perifer dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah dan perbedaan
tekanan dalam pembuluh darah. Bila perbedaan tekanan antara dua titik dalam
pembuluh adalah 1 mmHg dan aliran adalah 1 ml/detik, tahanan dikatakan sebesar
1 satuan tahanan perifer atau disingkat PRU (peripheral resistence unit).
Tahanan juga dapat dinyatakan dengan satuan fisik dasar yang disebut satuan
-
20
CGS (sentimeter, gram, detik), satuan ini adalah dyne detik /sentimeterᵌ (Guyton
& Hall, 1997).
Viskositas darah adalah kekentalan darah yang mengandung unsur kimia,
viskositas di pengaruhi oleh hematokrit sehingga peningkatan hematokrit akan
meningkatkan viskositas darah. Bila viskositas darah meningkat maka diperlukan
tenaga yang lebih besar untuk memompa darah dan aliran akan lambat. Hal ini
dikarenakan gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah dan pembuluhnya
meningkat sehingga tekanan darah akan meningkat. Sebaliknya bila viskositas
darah menurun maka tekanan darah akan menurun (Guyton & Hall, 1997).
2.4.4 Cara Mengukur Tekanan Darah
Langkah-langkah mengukur tekanan darah menurut Kozier et al,. (2010)
sebagai berikut :
1. Mengkaji tempat/lingkungan yang baik (bersih dan nyaman ) untuk
melakukan pengukuran tekanan darah .
2. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan tensimeter, manset tekanan darah
dan stetoskop, pena serta lembar observasi tekanan darah.
3. Jelaskan kepada responden tindakan yang akan dilakukan tentang prosedur
dan tujuan dari tindakan. Menjaga privasi responden dan mengatur posisi
responden.
4. Posisi responden harus dalam posisi duduk, kedua telapak kaki harus
menyentuh lantai karena kaki yang menyilang pada lutut akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik ( Faster-fitzpatrick & braun
dalam kozier et al,. 2010).
-
21
5. Menggulung lengan baju klien pada bagian atas lengan. Mempalpasi arteri
branchialis. Meletakkan manset 2,5 cm di atas nadi branchialis (ruang
antekubital). Dengan manset masih kempis, pasang manset dengan rata dan
pas di sekeliling lengan atas. Memastikan bahwa menometer diposisikan
secara vertical sejajar mata. Pengamat tidak boleh lebih jauh dari 1 meter.
6. Mempelajari arteri radialis atau branchialis dengan ujung jari dari satu
tangan dengan menggembungkan manset dengan cepat sampai tekanan 30
mmHg di atas titik dimana denyut nadi tidak teraba.Dengan perlahan
kempiskan manset dan catat dimana denyut nadi muncul lagi.
Mengempiskan manset dan tunggu 30 detik.
7. Meletakkan earpieces stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi jelas, tidak
muffed. Ketahui lokasi arteri branchialis dan letakkan bel atau diafragma
chestpiece diatasnya jangan pernah membiarkan chestpiece menyentuh
manset atau baju klien.
8. Gembungkan manset 30 mmHg di atas tekanan sistolik yang di palpasi.
Dengan perlahan lepaskan dan biarkan air raksa turun dengan kecepatan 2-3
mmHg perdetik, apabila kecepatanya lebih tinggi atau lebih rendah akan
terjadi kesalahan pada hasil pengukuran tekanan darah.
9. Cara titik pada manometer saat bunyi jelas yang pertama terdengar sebagai
tekanan sistolik. Lanjutkan mengempiskan manset, catat titik pada
manometer sampai 2 mmHg terdekat dimana bunyi tersebut hilang sebagai
tekanan diastolik. Kempiskan manset dengan cepat dan sempurna.
-
22
10. Tunggu selama 1-2 menit sebelum melakukan pengukuran selanjutnya,
langkah ini memugkinkan darah yang terperangkap dalam vena untuk
mengalir kembali.
11. Melepaskan manset dan stetoskop dari lengan responden, rapikan pakaian
responden, dan memberikan informasi tentang nilai tekanan darah.
2.5 Konsep Hipertensi
2.5.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg,berdasarkan pada dua kali pengukuran
atau lebih (Brunner & Suddarth, 2017. Sedangkan menurut Udjianti (2013)
hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh
darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu periode.
2.5.2 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut ( brunner & suddarth, 2017)
a) Normal: sistolik kurang dari 120 mmHg diastolic kurang dari 80 mmHg
b) Prahipertensi: sistolik 120 sampai 139 mmHg diastolik 80 -89 mmHg.
c) Stadium 1:sistolik 140 sampai 159 mmHg diastolik 90-99 mmHg.
d) Stadium 2: sistolik > 160 mmHg diastolik > 100 mmHg.
-
23
2.5.3 Faktor Resiko
Menurut Susilo & Wulandari (2011) dalam seiyuda (2017) hipertensi
dipengaruhi 2 faktor dapat diubah dan tidak dapat diubah:
1. Faktor yang tidak dapat diubah antara lain:
a) Usia
Terjadinya hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan
usia.Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan
darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg.Hal ini dipengaruhi
degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usia.
b) Jenis kelamin
Laki-laki mempuyai resiko lebih tinggi menderita hipertensi lebih
awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap
morbiditas dan motralitas berapa penyakit kardiovaskuler, sedangkan
diatas 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
c) Keturunan
Dalam tubuh manusia terdapat faktor-faktor keturunan yang
diperoleh dari kedua orang tuanya. Jika orang tua mempunyai riwayat
hipertensi maka garis keturunan berikutnya mempunyai resiko besar
menderita hipertensi.
-
24
2. Faktor-faktor yang dapat di ubah antara lain:
a) Stres
Stres atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal
untuk mengeluarkan adrenalin dan memacu jantung berdenyut kuat.
Akibatnya darah meningkat.
b) Berat Badan
Kegemukan atau kelebihan berat badan tidak hanya mengganggu
penampilan seseorang, tetapi juga tidak baik untuk kesehatan. Mereka
yang memiliki berat badan lebih cenderung memiliki tekanan darah
darah tinggi dibanding mereka yang kurus. Pada mereka yang gemuk,
jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa darah. Hal ini dapat
dipahami karena biasanya pembuluh darah orang-orang yang gemuk
terjepit kulit yang berlemak. Pada orang yang gemuk pembakaran kalori
akan bekerja lebih karena untuk membakar kalori yang masuk.
Pembakaran kalori ini memerlukan oksigen dalam darah yang cukup
semakin banyak alori yang di bakar, semakin banyak pula pasokan
oksigen dalam darah. Pasokan darah tentu menjadikan jantung bekerja
lebih keras.
c) Penggunaan kontrasepsi oral pada wanita
Peningkatan ringan tekanan darah biasa ditemukan pada wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral terutama yang berusia di atas 35
tahun, yang telah menggunakan kontrasepsi selama 5 tahun. Hipertensi
-
25
disebabkan oleh peningkatan volume plasma akibat peningkatan aktivitas
renin angiostensin –aldosteron yang muncul ketika kontrasepsi oral
digunakan. Kelainan ini bersifat masih bias diperbaiki, namun
membutuhkan waktu beberapa minggu setelah obat kontrasepsi tersebut
berhenti diminum
d) Konsumsi garam berlebih
Kandungan natrium dalam garam di dalam darah dapat
mempengaruhi tekanan darah seseorang. Natrium (Na) bersama klorida
(Cl) dalam garam dapur (NaCl) sebenernya bermanfaat bagi tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan
darah. Meningkatnya volume darah mengakibatkan meningkatnya
tekanan pada dinding pembuluh darah sehingga kerja jantung dalam
memompa darah semakin meningkat.
e) Kebiasaan merokok
Seseorang disebut memiliki kebiasaan merokok apabila ia
melakukan aktivitas merokok setiap hari dengan jumlah satu batang
atau lebih sekurang-kurangnya selama selama satu tahun. Merokok
adalah salah satu faktor hipertensi melalui mekanisme pelepasan
Norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik yang dipacu oleh nikotin
.
-
26
2.5.4 Patofisiologi
Berikut ini adalah patofisiologi hipertensi menurut Susilo & Wulandari
(2011):
Renin dan angiostensin memegang peranan penting dalam pengaturan
tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada
substrat protein plasma untuk memisahkan angiostensin I, yang kemudian diubah
oleh converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiostensin II kemudian
menjadi angiostensin III. Angiostensin II dan III mempunyai aksi vasokontriktor
yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap
pelepasan aldosteron. Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada
aldoteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis,
angiostensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada
ekskresi garam ( Natrium ) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Meningkatnya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi
melalui beberapa cara yaitu Darah pada setiap denyut jantung di paksa untuk
melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Inilah yang terjadi pada lanjut usia, dimana dinding arterinya telah
menebal dan kaku karena arteriosklerosis.
Dengan cara yang sama tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
-
27
karena perangsangan saraf atau hormone di dalam darah. Bertambahnya cairan
dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatkan tekanan darah. Hal ini terjadi
jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh yang meningkat sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Sebaliknya jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami
pelebaran, banyak cairan kelur dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam
fungsi ginjal dan sistem syaraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur
berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Ginjal mengendalikan tekanan darah
melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah
pengeluaran garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah
dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin, yang memicu pembentukan hormon aldosteron. Ginjal merupakan
organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyakit
dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Misalnya
penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis ) bisa
menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal
juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah. Dengan meningginya tekanan
darah menunjukan tanda dan gejala seperti sakit kepala,pusing,palpitasi (berdebar-
-
28
debar), mudah lelah bahkan pada beberapa kasus penderita tekanan darah tinggi
biasanya tidak merasakan apa-apa, bila demikian gejala baru akan muncul setelah
terjadi komplikasi pada ginjal, otak, atau jantung.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang
untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon flight-or-
flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar) meningkatnya arteriola di
daerah tertentu misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih
banyak mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh untuk melepaskan hormone epinefrin
(adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin) yang merangsang jantung dan
pembuluh darah. Faktor stres merupakan satu faktor pencetus terjadinya
peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan
norepinefrin.
2.5.5 Manifestasi klinis
Hipertensi biasanya terjadi tanpa adanya gejala atau tanda-tanda peringatan
untuk hipertensi dan sering disebut “silent killer”.Pada kasus hipertensi berat,
gejala yang di alami klien antara lain :sakit kepala (rasa berat di tengkuk),
palpitasi, kelelahan, nausea, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada,
epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta
kesulitan tidur.
-
29
2.5.6 Komplikasi
Berikut ini beberapa komplikasi dari hipertensi menurut( soeryoko, 2010)
1. Stroke
Stroke adalah penyakit otak yang disebabkan berhentinya suplai
darah ke otak. Stroke merupakan salah satu penyakit komplikasi akibat
tekanan darah tinggi. Penyakit stroke sangat di takuti masyarakat karena
dapat mengakibatkan berhentinya aktivitas hidup, baik pada sebagian
anggota badan maupun total (meninggal).
2. Serangan Jantung
Jantung dalam kondisi tekanan darah tinggi terus-menerus memompa
darah lebih keras di bandingkan dalam kondisi normal. Pemompaan ini
bertujuan untuk mengalirkan darah merata ke semua organ tubuh. Namun,
bila pemompaan ini terus terjadi dalam kondisi berat atau tidak nyaman
maka kondisi ini menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropi) atau
pembengkakan ventrikel kiri. Akibat yang ditimbulkan LVH tersebut adalah
penderita hipertensi merasakan nyeri dada, sesak napas, dan mudah lelah
ketika beraktivitas.
3. Edema Paru
Edema paru adalah pembengkakan yang terjadi di dalam paru.
Edema paru menunjukkan adanya akumulasi cairan di dalam paru. Paru
dapat mengalami pembengkakan akibat tekanan darah tinggi . seperti kita
ketahui, dalam kaitanya dengan tekanan darah , terdapat dua hal yang harus
diukur, yaitu sistolik dan diastolik. Bila terjadi beban yang berlebihan pada
-
30
ventrikel kiri pada saat sistolik maka resiko terjadinya pembengkakan paru
semakin besar. Demikian pula bila terjadi beban yang berat pada saat
diastolik, volume paru akan membesar.
4. Gagal ginjal
Gagal ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal tidak dapat
melakukan fungsinya dengan baik. Ginjal tidak mampu lagi
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Keadaan semacam ini menyebabkan penumpukan urea dan sampah nitrogen
di dalam darah .Seseorang yang mengalami gagal ginjal dan tidak
melakukan cuci darah secara teratur sering ditandai dengan rasa sakit luar
biasa pada sekujur tubuh maupun tidak bisa tidur.
5. Kebutaan
Tidak sedikit penderita hipertensi berakhir dengan kebutaan
permanen. Kebutaan ini muncul akibat hipertensi yang berlangsung selama
bertahun-tahun atau disebut hippertensi kronis. Pada penderita tekanan
darah tinggi, tekanan pada bola mata bisa melebihi normal. Tekanan darah
pada bola mata dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah mata.
Akibatnya mata tidak mendapat pasokan nutrisi yang di bawa oleh darah
tersebut. Pada kasus tertentu, tekanan darah pada bola mata ini diikuti
dengan keluarnya bola mata sehingga penderita seperti selalu melotot.
6. Pendengaran menurun
Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita hipertensi
adalah menurunya fungsi pendengaran. Selain itu, telinga sering berdenging
-
31
sepanjang hari. Namun, hal tersebut hanya terjadi pada penderita tekanan
darah tinggi menahun. Hipertensi akut atau hipertensi baru belum
memberikan dampak yang hebat. Pendengaran yang tidak mendapatkan
penanganan yang memadai bisa mengurangi kualitas hidup karena akan
mengganggu komunikasi dengan orang lain.
2.5.7 Penatalaksanaan
Terapi non farmakologis yang dapat digunakan untuk hipertensi adalah
teknik mengurangi setres, penurunan berat badan, pembatasan alkohol, kafein,
natrium, tembakau, (rokok), dan olah raga atau latihan (savitri, 2016). Sedangkan
menurut Muttaqin (2009) terapi farmakologis antara lain .
a) Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretic yang paling sering diresepkan untuk
mengobati hipertensi ringan atau pada klien baru. Obat antihipertensi dapat
menyebabkan retensi cairan, karena itu sering kali diuretic diberikan bersama
antihipertensi.
b) Simpatolitik
Penghambat (adrenergic bekerja di sentral simpatolitik), penghambat
adrenergik alfa dan adrenergic beta, dan penghambat neuron adrenergik
diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik atau simpatolitik.
c) Penghambat Adrenergik –alfa
Golongan obat ini memblok reseptor adrenergic alfa 1, menyebabkan
vasodilatasi dan penurunan tekanan darah
-
32
d) Penghambat neuron adrenergik (Simpatolitik yang Bekerja Perifer)
Penghambat neuron adrenergik merupakan obat antihipertensi yang
kuat menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan
norepinefrin menjadi berkurang dan menyebabkan baik curah jantung
maupun tahanan vaskular periver menurun. Reserpin dan guanelidin ( dua
obat yang paling kuat ) dipakai untuk mengendalikan hipertensi yang pling
berat
e) Vasodilator Arteriol yang Bekerja Langsung
Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja
merelaksasikan otot-otot polos pembuluh darah, terutama pembuluh darah
arteri,sehingga menyebabkan vasodilatasi. Vasodilatasi akan menyebabkan
tahanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan sehingga
menyebabkan edema perifer, oleh karena itu diuretic dapat diberikan
bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi
edema.
f) Antagonis Angiostensin (ACE Inhibitor)
Obat golongan ini menghambat enzim angiostensi (ACE) yang
nantinya akan menghambat pembentukan angiostensin II (vasokontriktor) dan
menghambat pelepasan aldosteron. Aldosteron akan meningkatkan retensi
natrium dan ekskresi kalium. Jika aldosteron dihambat, natrium diekskresikan
bersama dengan air. Kaptopril, enalapril, dan lisinopril adalah ketiga
angiostensin dan dipakai pada klien dengan kadar renin serum yang tinggi.
-
33
2.6 Mekanisme Kandungan Daun Blimbing Wuluh dan Daun Alpukat
Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Daun blimbing wuluh dan daun alpukat memiliki kandungan yang kurang
lebih hampir sama, berdasarkan penelitian sebelumnya beberapa kandungan dari
daun tersebut yang memiliki khasiat dalam menurunkan tekanan darah adalah ,
kalium sitrat, saponin, dan flavanoid (Masithoh,2018).
Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan
meningkat, jumlah natrium rendah tekanan darah menurun (Fitriani, 2009). Selain
itu kalium diperlukan untuk keseimbangan elektrolit dan mengontrol tekanan
darah ( Irawati,2015).
Saponin mempunyai khasiat diuretik dengan menurunkan volume plasma
dengan cara mengeluarkan air dan elektrolit terutama natrium, sehingga pada
akhirnya cardiac output menurun (Irawati, 2015). Flavanoid akan mempengaruhi
kerja angiostensin converting enzym (ACE). Penghambatan ACE,akan
menghambat peubahan angiostensin I menjadi angiostensin II, yang menyebabkan
vasodilatasi sehingga tahanan resistensi periver turun dan dapat menurunkan
tekanan darah (Safitri,2015).
-
34
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Efektifitas Rebusan Daun Blimbing Wuluh dan Daun
alpukad Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Keterangan : Diteliti
: Tidak diteliti
Flavonoid
Daun Belimbing wuluh Daun Alpukat
Menurunkan
renin
angiostensin
aa Perubahan
angiostensin I
dan II dihambat
Saponin
Menurunkan
volume plasma
Mengeluarkan air dan
elektrolit (Na) Vasodilatasi pembuluh darah
Perubahan
tekanan darah
Kalium sitrat
Sebagai diuretik
Sebagai
diuretik
Dapat menurunkan
Cardiac output
Cairan natrium
meningkat
Jumlah natrium
rendah
-
35
Pada daun blimbing wuluh dan daun alpukat mengandung flavanoid,
kalium, dan saponin dapat mempengaruhi tekanan darah. Flavanoid dapat
menurunkan aktivitas renin angiostensin, perubahan angiotensinogen (ACE) I
menjadi angiotensinogen II (ACE) dihambat sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan menyebabkan penurunan tahanan resistensi perifer sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga
pengeluaran cairan natrium meningkat, jumlah natrium rendah tekanan darah
menurun. Saponin berkhasiat sebagai diuretik yaitu menurunkan volume plasma
dengan cara mengeluarkan air dan elektrolit natrium (Na) sehingga dapat
menyebabkan penurunan cardiac output (CO) dan menurunkan tekanan darah.
3.2 Hipotesis
Hipotesis yang dapat dirumuskan dari penelitian ini adalah ada perbedaan
efektivitas antara rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat terhadap
perubahan tekanan darah.
Ha: 1. pemberian rebusan daun blimbing wuluh efektif terhadap
Perubahan tekanan darah lansia penderita hipertensi.
2. pemberian rebusan daun alpukat efektif terhadap perubahan
tekanan darah lansia penderita hipertensi.
3. Ada perbedaan efektivitas antara pemberian rebusan daun blimbing
wuluh dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah lansia
Penderita hipertensi.
-
36
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian
yang diharapkan dan berperan sebagai pedoman atau panutan penelitian pada
seluruh penelitian (Nursalam, 2017).
Desain penelitian ini menggunakan Quasy Exsperiment yaitu eksperimen
yang belum atau tidak memiliki cirri-ciri rancangan eksperimen
sebenarnya,karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi
sulit dilakukan. Dengan Non Equivalent Control Group yaitu membandingkan
hasil intervensi program kesehatan dengan suatu klompok kontrol yang serupa,
tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama . Tujuan dari penelitian adalah
untuk menganalisis perbedaan efektifitas antara rebusan daun blimbing wuluh
dan daun alpukat terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
Pada penelitian ini observasi atau penilaian tekanan darah dilakukan sebanyak dua
kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen (pre dan post test ).
4.4.1 Skema Rancangan Penelitian
Quasy Ekperiment dengan Non Equivalent Control Group
Subjek Pre Test Perlakuan Post Test
Rebusan daun blimbing wuluh A a A1
Rebusan daun alpukat B b B1
-
37
Keterangan :
a : Intervensi rebusan daun blimbing wuluh 200 ml
b : Intervensi rebusan daun alpukat 200 ml
A : Tekanan darah sebelum diberikan intervensi rebusan daun blimbing wuluh
B : Tekanan darah sebelum diberikan intervensi rebusan daun alpukat
A1 : Tekanan darah sesudah diberikan intervensi rebusan daun blimbing wuluh
B1 : Tekanan darah sesudah diberikan intervensi rebusan daun alpukat
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek ( misalnya manusia ; klien) yang
memenuhi kriteria yang ditetapkan ( Nursalam, 2017 ).
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita hipertensi
yang ada di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan Jiwan Kabupaten
Madiun yaitu sebanyak 41 orang. jumlah tersebut diperoleh dari rata-rata data
kunjungan di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan pada bulan Januari, februari,
maret, dan april 2019.
4.2.2 Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sementara sampling adalah proses
menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam,
2017). Besar Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Federer :
(n-1)x (t-1)≥ 15
-
38
Keterangan :
n= Besar sampel tiap kelompok
t= Banyaknya kelompok
(n-1)x (t-1) >15
(n-1) x (2-1) > 15
(n-1)x (1) > 15
n -1 > 15\
n ≥ 15+1
n ≥ 16
Hasil jumlah dengan hitungan rumus yang didapat adalah minimal n= 16
sampel responden. Untuk mengantisipasi responden yang hilang atau
mengundurkan diri maka dilakukan koreksi atau perubahan jumlah sampel
berdasarkan prediksi sampel drop out dari peneliti. Rumus yang digunakan untuk
koreksi jumlah sampel adalah:
n'=
Keterangan
n'= Besar samel setelah dikoreksi
n=Jumlah sampel sebelumnya
f= Prediksi sampel droup out diperkirakan 10%(f=0,1)
n'=
n'=
n'=
-
39
n'= 17,7
n'= dibulatkan menjadi 18
Sampel yang diperlukan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus
drop out adalah masing –masing kelompok perlakuan dalam penelitian sejumlah
18 sampel sehingga jumlah seluruh sampel penelitian sebanyak 36 responden.
4.2.3 Kriteria sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi
bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2017).
1. Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a) Bersedia menjadi responden
b) Lansia di Klinik dr.Rindang
c) Lansia dengan Hipertensi
2. Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan/ mengeluarkan subjek yang tidak
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a) Lansia yang mengkonsumsi obat anti hipertensi ≤ 1 minggu
-
40
4.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability
sampling yaitu pengambilan sampel bukan secara acak. Pengambilan sampel
dengan menggunakan purposive sampling atau disebut juga judgement sampling.
purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel di antara populasi sesuai dengan yang di kehendaki peneliti
(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel dapat mewakili karakteristik
populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2016)
-
41
4.4 Kerangka Kerja
Gambar 4.3 : Kerangka Kerja Efektifitas Rebusan Daun Blimbing Wuluh dan
Daun Alpukat Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Populasi
Semua lansia penderita hipertensi sebesar 41 orang di klinik dr.Rindang
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasy Eksperiment dengan Non
Equivalent Control Group
Pengumpulan Data:
Mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan
perlakuan
Pre eksperimen
Rebusan daun blimbing
wuluh
Post eksperimen
Pre eksperimen
Rebusan daun alpukat
Post eksperimen
Post eksperimen Pengolahan data
Editing, Coding, Tabulating
Analisis:
Independent T-test
Hasil dan Kesimpulan
Sampel
Sebagian dari lansia penderita hipertensi di Klinik dr.Rindang yaitu
sebesar 36 orang
Sampling: Purposive sampling
-
42
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Identifikasi Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel dalam penelitian ini
dibagi menjadi 2 yaitu (Nursalam, 2017) :
1. Variabel Bebas ( Independent Variabel )
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain.
Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu
dampak pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi,
diamati, dan di ukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap
variabel lain.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian rebusan daun
blimbing wuluh (Averrhoa blimbi L.) dan rebusan daun Alpukat (Persea
americana Mill).
2. Variabel Terikat ( Dependent Variabel )
Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain.
Variabel akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain.
Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang di amati
dari suatu organisme yang dikenal stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat
adalah faktor yang diamati dan di ukur untuk menentukan ada tidaknya
hubungan atau pengaruh dari variabel bebas.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi
-
43
4.6 Definisi Operasional
Variabel Definisi Indikator Alat Skala Skor
Variabel
independent:
Rebusan daun
blimbing
wuluh dan
Rebusan daun
alpukat
Minuman yang
terbuat dari
daun blimbing
wuluh dan daun
alpukat dengan
cara direbus
untuk
menurunkan
tekanan darah
-Jumlah masing-masing
daun 5 gram
-Air 200cc/pemberian
-Lama : 1 minggu
(7 hari)
-Waktu : Setiap sore
Gelas
ukur
Ukur
Nominal Nominal 1.Rebusa
daun
blimbing
wuluh :1
2.Rebusan
daun
Alpukat :2
Variabel
Dependent:
Tekanan
Darah
Tekanan darah
lansia di dalam
pembuluh darah
yang dapat
diukur dengan
tensimeter
Tekanan darah
Tensi meter Tensi
meter
Rasio
-
44
4.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk
memperoleh, mengelola, dan mengintreprasikan informasi dan para responden
yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Nasir, 2011).
Alat ukur ( instrument) dalam penelitian ini antara lain tensimeter merk
ABN dengan tingkat ketelitian 3 mmHg, stetoskop merk Spirit, gelas ukur,
kompor, panci, irus, penyaring , lembar kuisioner, lembar observasi, dan lembar
tabulasi. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah daun blimbing wuluh yang
berwarna hijau muda dan daun alpukat yang berwarna hijau tua.
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Klinik dr.Rindang Desa Teguhan Kecamatan
Jiwan Kabupaten Madiun Desember-Juli 2019 .
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2017).
Dalam melakukan penelitian, prosedur pengumpulan data yang ditetapkan
adalah sebagai berikut :
1. Perijinan
Peneliti mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat ijin
dari Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun yang ditujukan kepada Klinik
dr.Rindang Desa Teguhan Jiwan Madiun.
-
45
Mendatangi calon responden dengan cara door to door untuk
memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan kepada responden tentang
tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian pemberian intervensi yaitu rebusan
daun blimbing wuluh dan daun alpukat terhadap tekanan darah. responden
yang bersedia kemudian diberi lembar inform concent untuk mendatangani
pernyataan sebagai bukti ketersediaan untuk menjadi responden. Setelah
responden menandatangani lembar inform concent peneliti mengajukan
pertanyaan yang ada pada lembar kuisioner kemudian jawaban dari responden
di isi pada lembar kuisioner tersebut.
2. Pre eksperimen
Pengukuran tekanan darah dilakukan1 hari sebelum pemberian
rebusan daun Blimbing Wuluh dan daun Alpukat. Pengukuran dilakukan
pada saat pagi karena kondisi tubuh masih dalam keadaan segar dan posisi
responden duduk dengan dua telapak kaki menyentuh lantai, menurut Faster-
Fitzpatrick & Braun dalam Kozier et al., (2010). Kaki yang menyilang pada
lutut akan menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik.
Hasil pengukuran kemudian ditulis di dalam lembar observasi
3. Eksperimen
Dalam penelitian ini peneliti mengajak 3 orang teman, sebagai asisten
peneliti membagi kelompok rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat.
Pembagian kelompok akan digambarkan pada tabel berikut ini:
-
46
Minggu Rebusan Daun Blimbing
Wuluh
Rebusan Daun Alpukat
1a 19b
2a 20b
3a 21b
4a 22b
5a 23b
6a 24b
7a 25b
8a 26b
9a 27b
Kedua 10a 28b
11a 29b
12a 30b
13a 31b
14a 32b
15a 33b
16a 34b
17a 35b
18a 36b
Kelompok dibagi menjadi 2 kelompok untuk minggu pertama berjumlah
18 responden 9 diberi rebusan daun belimbing wuluh, 9 diberi rebusan daun
alpukat. Peneliti membuat rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat 1 jam
sebelum di berikan pada responden. Untuk 1 responden membutuhkan 5 gram
daun blimbing wuluh direbus dengan 200 ml air, kemudian 5 gram daun alpukat
direbus dengan air 200ml. Minggu kedua berjumlah 18 responden 9 diberi
rebusan daun belimbing wuluh, 9 diberi rebusan daun alpukat. Peneliti membuat
rebusan daun blimbing wuluh dan daun alpukat 1 jam sebelum di berikan pada
responden. Untuk 1 responden membutuhkan 5 gram daun blimbing wuluh
direbus dengan 200 ml air, kemudian 5 gram daun alpukat direbus dengan air
-
47
200ml. rebusan daun di buat sore jam 16.00 WIB. diberikan selama 7 hari setiap
sore, setelah itu dilakukan pengamatan pemberian rebusan untuk memastikan
rebusan diminum dan langsung dihabiskan dalam waktu ± 10 menit.
4. Post Eksperimen
Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah satu hari setelah diberi
rebusan daun Blimbing Wuluh dan D