SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG …repository.stikes-bhm.ac.id/212/1/49.pdf · DENGAN...
Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG …repository.stikes-bhm.ac.id/212/1/49.pdf · DENGAN...
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
HIPERTENSI DENGAN DUKUNGAN KELUARGA
DALAM PROSES PENYEMBUHAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI PUSKESMAS BANJAREJO
KOTA MADIUN
Oleh:
LISTYANA WIJAYANTI
201302034
PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
i
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
HIPERTENSI DENGAN DUKUNGAN KELUARGA
DALAM PROSES PENYEMBUHAN HIPERTENSI
PADA LANSIA DI PUSKESMAS BANJAREJO
KOTA MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
LISTYANA WIJAYANTI
201302034
PRODI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
ii
iii
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahhirohmannirohim..
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa ku panjatkan kepada Allah SWT
atas karunia-Nya yang begitu besar yang telah memberikan kemudahan,
kelancaran dan kekuatan yang luar biasa kepada saya. Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.
Untuk Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril
maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada
kata seindah lantunan do’a yang paling khusyuk selain do’a yang terucap dari
orang tua. Ucapan terima kasih saja takkan pernah cukup untuk membalas
kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk
kalian Bapak Ibuku.
Untuk Pak Hariyadi, S.Kp., M.Pd dan Ibu Dian Anisia W,
S.Kep.,Ns.,M.Kes terimakasih telah memberikan bimbingan dan masukan dalam
penyusunan proposal dan skripsi dengan penuh sabar dan ketelatenan. Semoga
Allah memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan.
Untuk semua dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun terimakasih
yang telah mendidik dan membimbingku selama ini. Semoga Allah membalas
semua kebaikan dan ilmu yang telah diajarkan.
Untuk Fitri Dwi Herdiyanti, Mas Aditama, Bella Astrika Dio Yolanda,
Restyana Saraswati, terimakasih telah menjadi partner yang baik di perjalanan
masa kuliah saya dan terimaksih telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuanganku perjuangan kita
belum selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita
mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat
mengharumkan nama STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Listyana Wijayanti
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Bekasi, 02 Januari 1995
Agama : Islam
Alamat : Perum. Mojopurno Blok.B No.48
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
2013-Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
2010-2013 : SMK YPK TENGGARONG KALTIM
2007-2010 : SMP YPK TENGGARONG KALTIM
2001-2007 : SDN 008 TENGGARONG KALTIM
vii
ABSTRAK
Listyana Wijayanti
201302034
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG HIPERTENSI
DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PROSES PENYEMBUHAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS BANJAREJO KOTA
MADIUN.
131 Halaman + 14 Tabel + 2 Gambar + Lampiran
Meningkatnya prevalensi hipertensi setiap tahun yang masih menjadi beban
kesehatan di masyarakat karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit hipertensi. Oleh karena itu diperlukan adanya dukungan keluarga yang
baik dalam proses penyembuhan hipertensi. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan dukungan
keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada lansia di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun.
Rancangan penelitian ini Corelations dengan pendekatan Cross Sectional.
Populasi sejumlah 56 pasien hipertensi, sampel yang digunakan sejumlah 36
responden. Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. uji statistik
Somers D dengan α = 0,05.
Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan keluarga baik (61,11%), dan
dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi baik (58,34%). Hasil
analisis Somers D diperoleh p value = 0,000 < α = 0,05. Yang berarti ada
hubungan antara pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
Keeratan hubungan dari 0,603 adalah kuat.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubunganpengetahuan keluarga
tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. Diharapkan
pengetahuan keluarga tentang hipertensi semakin tinggi dan dukungan keluarga
dalam proses penyembuhan hipertensi selalu berjalan dengan baik.
Kata kunci : Pengetahuan, dukungan keluarga, hipertensi.
viii
ABSTRACT
Listyana Wijayanti
201302034
CORRELATION BETWEEN FAMILY KNOWLEDGE ABOUT
HYPERTENSION WITH FAMILY SUPPORT OF HYPERTENSION
HEALING AT AGED IN PUBLIC HEALTH CENTER IN BANJAREJO
MADIUN
131 Pages, 14 Tables, 2 Pictures and Enclosure
Increasing of hypertension prevalency every year which still become
health burden in society because lack of pandemic hypertension family
knowledge. Therefore needed by the existence of good family support in course of
healing hypertension. The aim of this research is to know corelation between
family knowledge about hypertension with family support in course of healing
hypertension at aged in Public Health Center of Banjarejo Madiun.
This Research device is Correlations with Cross Sectional approach.
Population counted 56 hypertension patient, sampel that used counted of 36
responders. Sampling that used is Purposive Sampling and used statistical test of
Somers D with = 0,05
Result of research known that knowledge of good family ( 61,11%), and
family support in course of healing of good hypertension ( 58,34%). Result of
Somers D analysis obtained by p value = 0,000 < α = 0,05. meaning there was
correlation between family knowledge with family support in course of healing
hypertension at aged in Public Health Center of Banjarejo Madiun. Hand in glove
of correlation from 0,603 which means was strength.
Conclusion in this research is there are correlation between family
knowledge about hypertension with family support in course of healing
hypertension at aged in Public Health Center of Banjarejo Madiun. Expected by
family knowledge about excelsior hypertension and family support in course of
healing the hypertension always walk better.
Keywords : Knowledge, family support, hypertension
ix
DAFTAR ISI
Sampul Dalam .................................................................................................... i
Lembar Persetujuan ............................................................................................ ii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iii
Lembar Persembahan .......................................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian ............................................................. v
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ vi
Abstrak ................................................................................................................ vii
Abstract .............................................................................................................. viii
Daftar Isi ............................................................................................................. ix
Daftar Tabel ....................................................................................................... xi
Daftar Gambar .................................................................................................... xii
Daftar Lampiran ................................................................................................. xiii
Daftar Istilah ....................................................................................................... xiv
Daftar Singkatan.................................................................................................. xv
Kata Pengantar .................................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan ............................................................................. 8
2.2 Hipertensi ................................................................................. 13
2.3 Dukungan Keluarga ................................................................. 24
2.4 Konsep Lansia .......................................................................... 32
2.5 Konsep Dasar Lanjut Usia ....................................................... 39
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................... 43
3.2 Hipotesis ................................................................................... 45
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ...................................................................... 46
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................ 46
4.3 Teknik Sampling ...................................................................... 50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ....................................................... 51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Opersional ............................ 52
4.6 Instrumen Penelitian ................................................................. 54
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 58
4.8 Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 58
4.9 Teknik Analisa Data ................................................................. 63
4.10 Etika Penelitian ........................................................................ 67
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi .................................................. 68
x
5.2 Karakteristik Responden .......................................................... 69
5.3 Hasil Penelitian ........................................................................ 75
5.4 Pembahasan .............................................................................. 82
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .............................................................................. 83
6.2 Saran ......................................................................................... 84
Daftar Pustaka .................................................................................................... 85
Lampiran ............................................................................................................ 88
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 4.1 Definisi Opersional Pengetahuan Keluarga tentang
Hipertensi dengan Dukungan Keluarga dalam Proses
Penyembuhan Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun ................................................................ 53
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Keluarga .................... 56
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Dukungan Keluarga dalam
Proses Penyembuhan Hipertensi .................................................. 56
Tabel 4.4 Interval Koefisien Korelasi Spearman Rank ................................ 66
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun ....................... 70
Tabel 5.2 Tendensi Sentral Berdasarkan Usia Responden Di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun............................................... 70
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Responden Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun ....................... 70
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden Di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun............................................... 71
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Hubungan
Keluarga Dengan Pasien Di Puskesmas Banjarejo Kota
Madiun .......................................................................................... 71
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tentang Informasi
Penyembuhan Hipertensi Oleh Tenaga Medis Di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun............................................... 72
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita
Hipertensi Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun ........................ 72
Tabel 5.8 Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi Pada
Responden Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun ....................... 73
Tabel 5.9 Dukungan Keluarga Dalam Proses Penyembuhan
Hipertensi Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun ........................ 74
Tabel 5.10 Tabel Silang Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi
Dengan Dukungan Keluarga Dalam Proses Penyembuhan
Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Banjarejo Kota
Madiun .......................................................................................... 74
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomer Judul Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Keluarga
tentang Hipertensi dengan Dukungan Keluarga dalam
Proses Penyembuhan Hipertensi Pada Lansia di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun ...................................... 43
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Pengetahuan
Keluarga tentang Hipertensi dengan Dukungan
Keluarga dalam Proses Penyembuhan Hipertensi Pada
Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun ....................... 51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat-surat Izin Penelitian ....................................................... 88
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian .................................................. 92
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................ 93
Lampiran 4 Kisi-kisi Kuesioner .................................................................. 94
Lampiran 5 Lembar Kuesioner ................................................................... 95
Lampiran 6 Tabulasi Pengetahuan Keluarga dengan Dukungan
Keluarga .................................................................................. 100
Lampiran 7 Tabulasi Pengetahuan Keluarga .............................................. 102
Lampiran 8 Tabulasi Dukungan Keluarga .................................................. 103
Lampiran 9 Distribusi Frekuensi.................................................................. 105
Lampiran 10 Hasil Uji Korelasi Hubungan Pengetahuan Keluarga
Tentang Hipertensi dengan Dukungan Keluarga
Dalam Proses Penyembuhan Hipertensi Pada Lansia
Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun .................................... 107
Lampiran 11 Hasil Uji Korelasi Somer’s D .................................................. 108
Lampiran 12 Lembar Konsultasi ................................................................... 109
Lampiran 13 Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................... 111
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian ........................................................... 112
xiv
DAFTAR ISTILAH
Analysis : Analisis
Anonimaty : Tanpa Nama
Application : Aplikasi
Arteri : Pembuluh darah
Confidentiality : Kerahasiaan
Comprehension : Memahami
Diastol : Tekanan darah pada saat jantung sedang
berelaksasi / beristirahat
Esensiel : Mendasar
Etiologi : Penyebab
Evaluation : Evaluasi
Hipertensi : Tekanan Darah tinggi
Informed concent : Pernyataan persetujuan
instrumental support material
support
bantuan finansial dan material
Know : Tahu
Prevalensi : Jumlah keseluruhan kasus penyakit yang
terjadi pada suatu waktu tertentu disuatu
wilayah.
Primer : Yang pertama
Problem solving cycle : kasus pemecahan masalah
Purposive sampling : Suatu teknik sampling yang sifatnya dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah
dikenal sebelumnya
Receall : mengingat kembali
Sekunder : Tingkatan ke dua
Sistolik : Tekanan darah pada saat terjadi kontraksi
otot jantung
Statistic Product and Service
Solution (SPSS)
: Perangkat lunak untuk mengolah data
statistic
Synthesis : Sintesis
Survey : Memantau
Value enhancer : Tingkatan nilai
World health organitations : Organisasi dunia kesehatan
xv
DAFTAR SINGKATAN
GBHN : Garis Besar Haluan Negara
mmHg : Milimeter merkuri Hydrargyrum
mg : Miligram
Na : Natrium
SPSS : Statistical Package for the Social Scienses
WHO : World Health Organization
xvi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, Skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi dengan
judul “Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Hipertensi dengan Dukungan
Keluarga dalam Proses Penyembuhan Hipertensi pada Lansia di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun”. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari
bimbingan, saran dan dukungan moral kepada saya, untuk itu saya sampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Drg. Totok Dwi Sanjaya, selaku kepala Puskesmas Banjarejo Kota Madiun
2. Bambang Subanto, SH sebagai Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Madiun.
3. Zaenal Abidin, S.KM, M.Kes (Epid) sebagai Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
4. Mega Arianti P., S.Kep.,Ns.M.Kep sebagai Ketua Prodi S-1 Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
5. Hariyadi, S.Kp.,Ns M.Kep sebagai pembimbing 1 skripsi yang telah
memberi petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya proposal skipsi
ini.
6. Dian Anisia W., S.Kep.,Ns.M.Kep sebagai pembimbing 2 skripsi yang telah
memberi petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya proposal skipsi
ini.
xvii
7. Anastasia Eko, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku dewan penguji yang telah bersedia
meluangkan waktu dan pikirannya untuk menguji skripsi yang telah dibuat
oleh penulis.
8. Keluarga tercinta yang telah memberikan do’a, nasehat-nasehat dan
semangat yang tiada hentinya.
9. Sahabat-sahabat dan teman-teman Program Studi S1 Keperawatan angkatan
2013 yang selalu bersama dalam suka dan duka dalam penyelesaian skripsi
ini
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Madiun, Agustus 2017
Penulis
Listyana Wijayanti
NIM. 201302034
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi termasuk masalah yang besar dan serius karena sering
tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Brunner &
Suddarth, 2002). Ketika gejala timbul, hipertensi sudah menjadi penyakit
yang harus diterapi sumur hidup, pengobatan yang harus dikeluarkan
cukup mahal dan membutuhkan waktu yang lama. Selain prevalensinya
yang tinggi dan cenderung meningkat pada masa yang akan datang, tingkat
keganasannya juga tinggi. Bila tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan masalah lain berupa komplikasi berbagai organ penting
seperti jantung, ginjal, otak dan mata. Hipertensi juga dapat menyebabkan
permanen dan kematian mendadak. (Dewi, 2013). Hipertensi merupakan
faktor utama penyakit kardiovaskuler penyebab dari kematian tertinggi di
Indonesia. Sejauh ini banyak penderita penyakit hipertensi yang tidak
patuh melaksanakan yang di berikan dari pihak Rumah Sakit karena
kurangnya pengetahuan serta dukungan dari keluarga tentang proses
penyembuhan hipertensi (Rosyid & Effendi, 2011).
Diseluruh dunia hampir satu milyar orang menderita hipertensi. Dua
pertiga penyakit hipertensi ini terjadi di Negara berkembang. Hipertensi
2
mengakibatkan 8 juta orang meninggal setiap tahunnya. Kira-kira
sepertiga populasi penduduk di Asia Tenggara mempunyai penyakit
hipertensi (WHO, 2011). Indonesia sendiri prevalensi hipertensi sudah
melebihi rata-rata Nasional. Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Timur
pada tahun 2016, data jumlah penderita hipertensi yang diperoleh dari
dinas kesehatan Provinsi Jawa Timur terdapat 275.000 jiwa penderita
hipertensi. Dari hasil survey tentang penyakit terbanyak di rumah sakit di
Provinsi Jawa Timur, jumlah penderita hipertensi sebesar 4,89% pada
hipertensi essensial dan 1,08% pada hipertensi sekunder. (Dinkes Provinsi
Jawa Timur, 2016). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Madiun,
hipertensi menjadi urutan ke 7 dari 10 besar penyakit di Kota Madiun pada
tahun 2016. Kasus hipertensi yang terjadi pada tahun 2016 di Kota Madiun
sebanyak 7.637 kasus. Berdasarkan tingkat usia, penderita hipertensi pada
tahun 2016 di Kota Madiun menurut Dinas Kesehatan Kota Madiun
terdapat 1.281 kasus atau 16,77% di Puskesmas Banjarejo. Sebanyak 672
penderita hipertensi pada lansia atau 4,66%. Dan sebanyak 609 penderita
hipertensi pada orang dewasa atau 4,25% (Dinkes Kota Madiun, 2016).
Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar
dan merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur
pola aktivitas, sering berolahraga, menghindari alkohol, dan rokok.
Penatalaksanaan hipertensi ini diperlukan pengetahuan keluarga dalam
proses penyembuhannya, serta dukungan keluarga agar proses
penyembuhan berjalan dengan baik (Dalimartha, et al, 2008).
3
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan (Soetjiningsih, 2009). Dukungan dari keluarga meliputi
penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan
material berupa bantuan nyata, suatu kondisi dimana benda atau jasa akan
membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan
langsung, seperti seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu
pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi,
menjaga dan merawat saat sakit dan dapat membantu memecahkan
masalah menurut Sarafino, (1994) dalam Christine, (2010).
Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil
menghadapi masalah dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan
(Taylor 2009), dari penelitian Taylor, (2009) yang berjudul Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kekambuhan Pasien Gastritis Di Puskesmas
Jatinangor, mengatakan bahwa dari 30 keluarga, 8 anggota keluarga atau
sekitar (30%) dari dukungan keluarga menunjukan baik, sedangkan 22
anggota keluarga atau sekitar (70%) menunjukan dukungan keluarga tidak
baik. Dari hasil peneliti, (70%) anggota keluarga tidak mendukung.
Faktor-faktor kurangnya dukungan keluarga disebabkan oleh faktor
persepsi, dan kurang nya pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga,
padahal, perhatian dan empati terhadap pengobatan yang dijalani pasien
4
akan membuat seseorang merasa lebih dihargai dan mempengaruhi tingkah
laku, meningkatkan kesejahteraan psikologis (Rustiana, 2011).
Jika pengetahuan tidak ada maka pasien hipertensi akan tidak patuh
dalam proses penyembuhan, sehingga penyakit hipertensi tidak terkendali
dan terjadi komplikasi. Apabila pengetahuan baik maka pasien hipertensi
akan patuh dalam melaksanakan proses penyembuhan, sehingga penyakit
hipertensi dapat terkendali. Pengetahuan merupakan hasil dari proses
mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat
menjadi dapat untuk proses penyembuhan penyakit pasien hipertensi.
Dalam proses mencari tahu ini, mencakup beberapa metode dan konsep-
konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman
(Notoatmodjo, 2010). Dengan bertambah umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi
pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang (Agoes, dkk 2011).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 10 pasien hipertensi
pada bulan Maret 2017 diperoleh informasi bahwa 3 pasien hipertensi
menyatakan anggota keluarga mendukung proses penyembuhan karena
ada yang menjadi tulang punggung keluarga untuk mencari nafkah, dan
sebagai kepala rumah tangga. Dan sebanyak 7 pasien hipertensi
menyatakan bahwa anggota keluarganya kurang mendukung proses
penyembuhan karena kurangnya pengetahuan dan sebagian ada yang jauh
dari anggota keluarganya. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti
5
ingin melakukan penelitian mengenai pengetahuan keluarga tentang
hipertensi dengan dukungan keluarga tentang proses penyembuhan pasien
hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan
pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam
proses penyembuhan hipertensi pada lansia di wilayah Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan
penelitian yaitu: ”Apakah ada hubungan pengetahuan keluarga tentang
hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
hipertensi pada lansia di wilayah Puskesmas Banjarejo Kota Madiun"?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan
dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada lansia di
wilayah Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
6
2. Mengidentifikasi tingkat dukungan keluarga tentang pasien hipertensi
di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
3. Menganalisis hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi
dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada
lansia di wilayah Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan keluarga
tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
hipertensi pada lansia di wilayah Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. di
harapkan:
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang pentingya proses penyembuhan
hipertensi pada pasien yang menderita penyakit hipertensi serta
dukungan keluarga pada pasien hipertensi sebagai bahan masukan
untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Pasien
Bahan pertimbangan dan masukan bagi pasien hipertensi agar
mengetahui dampak tentang pengetahuan hipertensi, sehinga pasien
akan mematuhi proses penyembuhan penyakit hipertensi.
3. Bagi Keluarga
Bahan pertimbangan dan masukan bagi keluarganya akan pentingnya
memberi dukungan pada pasien hipertensi sehingga dapat menjadi
7
masukan bagi keluarganya untuk memberi motivasi terhadap dukungan
tersebut.
4. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kepada penderita hipertensi khususnya yang kurang
memahami pengetahuan hipertensi serta kurangnya dukungan dari
keluarganya.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari
mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2009). Dan dengan bertambahnya umur
seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan
atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. (Agoes, dkk 2011).
Sedangkan menurut Slameto (2012) menyebutkan bahwa semakin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat
pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya.
Jadi menurut saya, pengetahuan itu sangat penting, karna kalau kita kurang
pengetahuan maka kita juga akan menjadi kurang tanggap dalam
permasalahan kesehatan ataupun permasalahan lainnya. Dan akan menjadi
suatu perkara yang nantinya menjadi masalah besar.
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut
Notoatmodjo (2009) mempunyai 6 tingkat, yaitu :
9
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (receall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh,
dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada
anak balita.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi
materi tersebut secara benar. Contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat
menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan menggunakan rumus statistik
dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle) di
dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang di berikan.
10
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Misalnya: dapat menyusun, dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang
telah ada.
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2009) ada 2 faktor yang mempengaruhi
pengetahuan.
1. Faktor Internal
a. Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh
11
Notoatmodjo (2009) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah
setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan
kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN
Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu
usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam
dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle
Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009) Mengatakan bahwa
tidak adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis
cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk
menjadi dasar pembentukan sikap. Pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat, karena itu sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang
melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam
dan lama membekas.
c. Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan saat berulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang
yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum
12
cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka
makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah
yang dihadapi.
2. Faktor Eskternal
a. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding
dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan
mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan
sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
b. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi
tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap
suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya
digunakan melalui media masa.
13
2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90
mmHg (Dewi, 2013). Menurut WHO (World Health Organization), batas
normal adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi
seseorang disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 160
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95 mmHg, dan tekanan darah
perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg- 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg. Sedangkan menurut
lembaga-lembaga kesehatan nasional (The National Institutes of Health)
mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang sama atau di atas
140 dan tekanan diastolik yang sama atau di atas 90.
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Menurut (Utami, 2009) ada 2 jenis hipertensi, yaitu :
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’
dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun
terakhir telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya.Tekanan
darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vascular, sehingga
tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi
vascular perifer bertambah, atau keduanya. Beberapa faktor yang
14
pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi
yaitu, genetik, lingkungan, jenis kelamin, dan natrium.
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat
dikelompokkan seperti, penyakit parengkim ginjal (3%) dimana setiap
penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab
penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan
cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan
mengakibatkan kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular (1%) dimana
terdiri atas penyakit yang menyebabkan gangguan pasokan darah
ginjal dan secara umum di bagi atas aterosklerosis dan fibrodisplasia.
Endokrin (1%) jika terdapat hipokalemia bersama hipertensi,
tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan
mengakibatkan kelebihan-kelebihan (overload) natrium dan air.
Dengan derajat Hipertensi sebagai berikut:
a. Derajat 1 (ringan) 140-159/ 90-99
b. Derajat 2 (sedang) 160-179/ 100-109
c. Derajat 3 (berat) ≥ 180-110
d. Hipertensi sistolik yang terisolasi ≥ 140 < 90
2.2.3 Etiologi Hipertensi
Sebagian besar kasus tekanan darah tinggi tidak dapat
disembuhkan. Keadaan tersebut berasal dari suatu kecenderungan genetik
yang bercampur dengan faktor-faktor risiko seperti stres, kegemukan,
15
terlalu banyak makan garam, kurang gerak badan dan penyumbatan
pembuluh darah, ini disebut hipertensi esensial. Kalau seseorang
mempunyai sejarah hipertensi keluarga dan mengidap hipertensi ringan,
dia dapat mengurangi kemungkinan hipertensi berkembang lebih hebat
dengan memberi perhatian khusus terhadap faktor-faktor risiko tersebut.
Untuk kasus-kasus yang lebih berat, diperlukan pengobatan untuk
mengontrol tekanan darah. Jenis lain dari hipertensi dikenal sebagai
hipertensi sekunder, yaitu kenaikan tekanan darah yang kronis terjadi
akibat penyakit lain, seperti kerusakan ginjal, tumor, saraf, renovaskuler
dan lain-lain.
2.2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi
Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak
mempunyai tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun
tanpa disadari oleh orang tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba,
misalnya pada waktu mengadakan pemeriksaan kesehatan, atau pada saat
mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa. Kadang-kadang tanda-
tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit kepala,
pusing, gugup, dan palpitasi (Sugiharto, 2007).
Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya
ialah apabila terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada
waktu kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut
terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai dengan
sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
16
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada
retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus
optikus) dan penglihatan kabur (Sugiharto, 2007).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal.
Kebanyakan orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari,
pusing, berdebar-debar, dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda
hipertensi. Tanda-tanda tersebut sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan
darah normal, bahkan seringkali tekanan darah yang relatif tinggi tidak
memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan
seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur
tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah
berlangsung beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing,
napas pendek, pandangan mata kabur, dan mengganggu tidur (Slameto,
2012).
Tanda dan Gejala Hipertensi menurut (Utami, 2009), antara lain :
1. Sakit pada bagian belakang kepala
2. Leher terasa kaku
3. Kelelahan
4. Mual
5. Sesak napas
6. Gelisah
7. Muntah
17
8. Suka tidur
9. Pandangan jadi kabur
2.2.5 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi
Menurut (Sugiharto, 2007) faktor resiko hipertensi ada 6 yaitu:
1. Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih
banyak menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih
besar tingkat morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga
diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik.
Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen
angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik.
2. Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami
hipertensi, bagi mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan
penyakit kardiovaskular yang lain akan meningkat bila tidak ditangani
secara benar.
3. Jenis kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause
dibanding pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormone.
4. Geografi dan lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi
kelompok daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa
Indian, Amerika Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak
18
banyak meningkat sesuai dengan pertambahan usia dibanding
masyarakat barat.
5. Pola hidup
Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap
timbulnya hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30%,
mengkonsumsi banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan
mudah terkena hipertensi.
6. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun
hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan
menyebabkan peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap
pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh
darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan
memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin
(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan
tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan
oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan tubuh.
19
2.2.6 Pencegahan Hipertensi
Pencegahan hipertensi sendiri menurut (Junaidi, 2010) yaitu :
1. Olahraga atau aktivitas fisik
Olahraga atau aktivitas fisik yang cukup dan teratur merupakan salah
satu cara yang efektif dan terbukti dapat membantu menurunkan
hipertensi. Olahraga dan aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita
hipertensi adalah derajat sedang dan dilakukan sekitar 30 – 60 menit
setiap hari.
2. Mengelola stres
Untuk mengatasi stres bisa dilakukan dengan teknik relaksasi seperti
meditasi, latihan pernafasan dalam, rileksasi otot progresif, dan
sebagainya. Kegiatan tersebut sangat sederhana tetapi mampu
membarikan respon rileks yang dibutuhkan oleh tubuh yang
mengalami stres seperti duduk dengan santai, menonton televisi,
membaca buku dan berbaring santai.
3. Tidak merokok
Merokok juga merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi.
Dalam rokok terkandung berbagai zat yang dapat merusak lapisan
dinding arteri, yang pada akhirnya akan membentuk plak atau kerak di
arteri. Kerak dan plak ini menyebabkan penyempitan lumen atau
diameter arteri, sehingga diperlukan tekanan yang lebih besar untuk
memompa darah hingga organ-organ yang membutuhkan.
20
4. Membatasi konsumsi alkohol
Alkohol atau etanol jika diminum dalam jumlah besar dapat
meningkatkan tekanan darah. Hal itu dapat terjadi karena alkohol
merangsang dilepaskan epinefrin atau adrenalin, yang membuat arteri
menciut dan menyebabkan penimbunan air dan natrium. Selain itu
orang yang mengonsumsi alkohol secara berlebih beresiko terkena
penyakit jantung dan stroke.
5. Membatasi konsumsi kafein
Kafein merupakan suatu zat yang dapat meningkatkan tekanan darah
yang terdapat dalam kopi, teh, coklat, dan soft drink. Untuk
mengurangi efeknya, batasilah konsumsi kafein dengan hanya
meminum tiga cangkir teh, dua cangkir kopi, atau dua kaleng soft
drink sehari.
6. Mengatasi kegemukan
Obesitas atau kegemukan adalah kelebihan berat badan sebagai akibat
penimbunan lemak untuk menyimpan energi, sebagian lagi untuk
menyekat panas, menyerap guncangan, dan untuk fungsi lainya.
2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi ada 3 macam, Menurut (Junaidi, 2010) yaitu :
1. Pengobatan
Pengobatan hipertensi di bagi 2 kategori : pengobatan non-
farmakologis dan pengobatan farmakologis.
21
a. Pengobatan non-farmakologis, merupakan pengobatan tanpa obat-
obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini,
penurunan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan
menjalani pola hidup sehat dan bahan-bahan alami. Misalnya :
penderita yang kelebihan berat badan di anjurkan menurunkan
berat badannya sampai batas ideal dengan cara membatasi makan
dan mengurangi makanan berlemak, melakukan olahraga, berhenti
merokok, pandai menyiasati dan mengelola stress.
b. Pengobatan farmakologis, adalah pengobatan yang menggunakan
obat-obatan modern. Pengobatan farmakologis dilakukan pada
hipertensi dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih.
Biasanya pengobatan farmakologis dengan obat-obatan modern
dilakukan dengan pengobatan non-farmakologis.
2. Pengaturan Aktivitas
Penanganan hipertensi salah satunya dengan mengatur aktivitas sehari
hari. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
penderita. Misalnya melakukan jogging ringan atau jalan-jalan,
bersepeda atau streching.
3. Pengaturan Diit
Modifikasi diet atau pengaturan diit sangat penting pada klien
hipertensi, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah
mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan
22
darah tinggi dan mengurangi penyakit kardiovaskuler. Secara garis
besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal
mempertahankan keadaan tekanan darah, yakni : diet rendah garam,
diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah
kalori bila kelebihan berat badan. Misalnya, diit rendah garam, rendah
kalori, rendah lemak dan rendah serat.
2.2.8 Komplikasi Hipertensi
1. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang.
2. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma
(Corwin, 2009). Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-
tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti
orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit
digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak
(Corwin, 2010).
3. Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
23
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan
bekuan (Corwin, 2009).
4. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik
(Corwin, 2009).
5. Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan
terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan
di dalam paru-paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan
ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema
(Amir, 2010) Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada
24
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf
pusat. Neron-neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta
kematian (Corwin, 2009).
2.3 Dukungan Keluarga
2.3.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan (Soetjiningsih, 2009). Pada hakekatnya keluarga
diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan
timbal balik rasa cinta dan kasih sayang antara anggota keluarga, antar
kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar keluarga yang
harmonis (Soetjiningsih, 2009). Hubungan kasih sayang dalam keluarga
merupakan merupakan suatu rumah tangga yang bahagia. Dalam
kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang maka semua pihak
dituntut agar memiliki tanggung jawab pengorbanan, saling tolong
menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina pengertian dan
damai dalam rumah tangga (Soetjiningsih, 2009).
25
2.3.2 Bentuk Dukungan Keluarga
Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman, 2010) yaitu:
1. Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi
koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan
ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian
yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang
dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi
pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat,
persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan
perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang
yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu
meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi
alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek
yang positif.
2. Dukungan Instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata
(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda
atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di
dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau
meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan
26
pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit
ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan
masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu
dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga
sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.
3. Dukungan Informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,
memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa
yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan
informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi
dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stressor.
Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan
memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan
menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga
sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.
4. Dukungan Emosional
Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara
emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi
mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai.
Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa
dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat,
empati, rasa percaya, perhatian, sehingga individu yang menerimanya
27
merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan
tempat istirahat dan memberikan semangat.
2.3.3 Dukungan Keluarga Bagi Kesehatan Lansia
Menurut Kuntjoro (2012) dukungan yang diberikan keluarga pada
lansia dalam merawat dan meningkatkan status kesehatan adalah
memberikan pelayanan dengan sikap menerima kondisinya.
Bomar (2010) menjelaskan bahwa dukungan keluarga adalah suatu
bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk
dukungan emosi, penghargaan, informasi dan instrumental. Dukungan
sosial keluarga mengacu pada dukungan-dukungan yang dipandang oleh
anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses atau diadakan untuk
keluarga. Dukungan bisa atau tidak digunakan tapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Keluarga merupakan sistem pendukung yang berarti sehingga dapat
memberikan petunjuk tentang kesehatan mental, fisik dan emosi lanjut
usia. Dukungan keluarga itu dapat dibagi menjadi empat aspek yaitu
dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan informasional dan
dukungan emosional (Kaplan, 2010).
2.3.4 Komponen Dukungan Keluarga
Menurut Sarafino dalam Christine (2010) komponen-komponen
dukungan keluarga terdiri dari :
28
1. Dukungan Pengharapan
Dukungan pengharapan adalah strategi koping yang dapat digunakan
dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan
yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu.
Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang
masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengharapan positif individu
kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau
perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang
lain, misalnya dukungan keluarga dalam bentuk pemberian informasi
seperti meminta penjelasan tentang penyembuhan yang harus dijalani
oleh pasien hipertensi pada dokter dapat membantu meningkatkan
strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan
pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.
2. Dukungan nyata
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata
(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda
atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di
dalamnya bantuan langsung, seperti seseorang memberi atau
meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan
pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit
serta sangat berperan aktif dalam setiap pengobatan dan perawatan.
Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu. Pada
29
dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan
praktis dan tujuan nyata.
3. Dukungan informasi
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dalam masalah,
memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa
yang dilakukan oleh seseorang. Dukungan keluarga dalam bentuk
pemberian informasi seperti meminta penjelasan tentang pengobatan
yang harus dijalani oleh pasien hipertensi pada dokter. Pada dukungan
informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi
informasi.
4. Dukungan emosional
Dukungan emosional memberikan individu perasaa nyaman, merasa
dicintai, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya,
perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada
dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan
memberikan semangat, perhatian, mendoakan dan membesarkan hati
pasien gagal ginjal kronik agar tidak mudah putus asa.
2.3.5 Manfaat Dukungan Keluarga
Wilis dalam Fiedman (2010) menyimpulkan bahwa baik efek-efek
penyangga (dukungan sosial melindungi individu terhadap efek negatif
dari stres) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung
mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan.
30
Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial
terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi secara adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh
dari sakit dan di kalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan
emosi.
Serason (1993) dalam Kuncoro (2012) berpendapat bahwa
dukungan keluarga mencakup 2 hal yaitu :
1. Jumlah sumber dukungan yang tersedia, merupakan persepsi individu
terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu
membutuhkan bantuan.
2. Tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima berkaitan dengan
persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan
berdasarkan kualitas).
2.3.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Purnawan (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga adalah :
1. Faktor Internal
a. Tahap Perkembangan
Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan setiap rentang usia
(bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan
kesehatan yang berbeda-beda.
31
b. Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh
variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang,
pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan
membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk
memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga
kesehatan dirinya.
c. Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya
dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami
respons stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung
berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan
cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam
kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang
mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit.
Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara
emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal
adanya penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.
d. Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,
32
hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari
harapan dan arti dalam hidup.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan
bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup:
stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.
Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari
kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan
kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat
ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap
gejala penyakit yang dirasakannya. Sehingga ia akan segera
mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada
kesehatannya.
b. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara
pelaksaan kesehatan pribadi.
2.4 Konsep Lansia
2.4.1 Definisi Lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi
didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
33
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologi maupun
psikologi. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
contohnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur,
rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semangkin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang
tidak proposional. WHO dan Undang-Undang nomor 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan
bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dalam kematian. Dalam Buku
Ajar Geriatri, Prof.Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono
(1994) bahwa (menjadi adalah proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia
secara perlahan memgalami kemunduran struktur dan fungsi organ.
34
Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut
usia, termasuk kehidupan seksualnya.
Proses menua merupakan proses terus-menurus atau berkelanjutan
secara alami dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Misalnya,
terjadinya penurunan daya ingat pada otak, susunan saraf, dan jaringan
lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikti. Kecepatan proses menua
setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Ada kalanya seseorang
tergolong lanjut usia atau masih muda, tetapi telah menunjukan
kekurangan yang mencolok (deskripansi). Ada pula orang telah
tergolong lanjut usia, penampilan masih sehat, segar bugar, dan
badan tegak.
Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering dialami lanjut usia. Manusia secara lambat dan
progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan
menempuh semangkin banyak penyakit degenerative (misalnya:
hipertensi, arteriosklerosis, diabetes melitus, dan kanker) yang akan
menyebabkan berakhirnya hidup dengan episode terminal yang
dramatis, misanya: stroke, inframiokard, koma asidotik, kanker
metastasis, dan sebagainya.
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor
yang saling berkaitan. Sampai saat ini, banyak teori yang menjelaskan
tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua
didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,
35
intrinsik, progesif, dan detrimental. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan di kemukakan
bermacam-macam teori proses menua yang penting.
2.4.2 Klasifikasi Lansia
1. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa
virilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) senium
2. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi
menjadi empat kriteria berikut ini:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun
b. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun
c. Usia tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
3. Menurut pasal 1 Undang-Undang no. 4 tahun 1965:
Seseorang ikatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut
setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang
lain (Santoso, 2009).
36
2.4.3 Karakteristik Lansia
Menurut Keliat dalam Maryam (2008), lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan).
2. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia diantaranya:
a. Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain
b. Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan kecacatan
c. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan
d. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan
e. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
f. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenic
Hasil penelitian profil penyakit lansia di empat kota (Padang,
Bandung, Denpasar, dan Makasar) adalah sebagai berikut (Santoso, 2009):
1. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun; penglihatan (76,24%); daya
ingat (69,3%); seksual (58,04%); kelenturan (53,23% ); gigi dan mulut
(51,12%).
2. Masalah kesehatan yang sering muncul: sakit tulang atau sendi
(69,39%); sakit kepala (51,5%); daya ingat menurun (38,51%);
37
selera makan menurun (30,08%); mual atau perut perih (26,66%);
sulit tidur (24,88%); dan sesak napas (21,28%)
3. Penyakit kronis: reumatik (33,14%); hipertensi (20,66%); gastritis
(11,34%); dan penyakit jantung (6,45%).
2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang
sering terjadi pada lansia di antaranya hereditas, atau keturunan genetik,
nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan
stress (Santoso, 2009).
2.4.5 Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Santoso, 2009):
1. Perubahan kondisi fisik
Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi perubahan dari
tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskolosketal, gastrointestinal, urogenital, endokrin,
dan integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan
pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacuan
mental akut, nyeri pada dada, berdebar-debar, sesak nafas, pada saat
melakukan aktifitas/ kerja fisik, pembengkakan pada kaki bawah, nyeri
pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul, sulit tidur, sering pusing,
berat badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran,
dan sulit menahan kencing.
38
2. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya lansia mengalami penurunann fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan-perubahan ini erat sekali kaitannya dengan
perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau
pengetahuan, dan situasi lingkungan. Dari segi mental dan emosional
sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan
cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna
lagi. Hal ini bisa meyebabkan lansia mengalami depresi.
3. Perubahan psikososial
Masalah perubahan psikososial serta reaksi individu terhadap
perubahan ini sangat beragam, bergantung pada kepribadian individu
yang bersangkuatan.
4. Perubahan kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif di antaranya adalah kemunduran pada
tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang
memerlukan memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak
mengalami kemunduran, dan kemampuan verbal akan menetap bila
tidak ada penyakit yang menyertai.
39
2.5 Konsep Dasar Lanjut Usia
2.5.1 Pengertian Lanjut Usia
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60
tahun keatas (Setiabudi dan Hardywinoto, 2005). “Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang di derita” (Constantinides dalam Boedhi
Dharmojo, 201).
Lanjut usia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap
infeksi dan akan semakin menumpuk banyak distorsi metabolik dan
struktural yang di sebut sebagai “penyakit degeneratif” (seperti hipertensi,
aterosklerosis, diabetes melitus, dan kanker) sehingga lanjut usia
berpotensi mengalami komplikasi lanjut seperti stroke, infark miokard,
koma asidotik, metastasis kanker dsb.
Jadi lanjut usia dapat kita artikan sebagai kelompok penduduk
yang berusia 60 tahun ke atas proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya.
2.5.2 Batasan Lanjut Usia
Menurut WHO Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia 60
sampai 74 tahun, Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia 75 sampai 90
tahun, Usia sangat tua (very old) ialah usia di atas 90 tahun. Sedangkan
40
menurut pendapat Sumiati dalam buku keperawatan gerontik (2000)
Membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut:
Umur 40 – 65 tahun : masa setengah umur (prasenium), 65 tahun ke atas :
masa lanjut usia (senium). Lain halnya dengan pendapat Masdani (2000)
yang mengatakan bahwa lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia
dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi fase prasenium, antara 55 dan
65 tahun dan fase senium, antara 65 tahun hingga tutup usia. Sedangkan
menurut Setyonegoro dalam buku keperawatan gerontik (2000)
Pengelompokan lanjut usia sebagai berikut : Lanjut usia (geriatric age)
lebih dari 65 atau 70 tahun. Untuk umur 70-75 tahun (young old), 75-80
tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old).
2.5.3 Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara
terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis dan dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan
akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan
(Depkes RI, 1998). Perubahan yang terjadi pada lanjut usia yaitu:
1. Perubahan Fisiologis
Menurut Nugroho (2008) terjadi perubahan fisik meliputi perubahan
dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan suhu tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal,
genitourinaria, endokrin dan integumen. Menurut setia budhi (1999)
41
perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lanjut usia yaitu
adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya
metabolisme protein, gangguan metabolisme DNA, terjadi ikatan
DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetika,
gangguan kegiatan enzim dan system pembuatan enzim, menurunnya
proporsi protein diotak, otot, ginjal darah dan hati, terjadinya
pengurangan parenchim serta adanya penambahan lipofuscin.
2. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lanjut usia meliputi short term memory,
frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan (Maryam,
2008).
3. Perubahan psikis
Pada lanjut usia adalah besarnya individual differences pada lanjut
usia. Lanjut usia memiliki kepribadian yang berbeda dengan
sebelumnya. Penyesuaian diri lanjut usia juga sulit karena
ketidakinginan lanjut usia untuk berinteraksi dengan lingkungan
ataupun pemberian batasan untuk dapat berinteraksi (Hurlock, 2000).
4. Perubahan Sosial
Umumnya lanjut usia banyak yang melepaskan partisipasi sosial
mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang
lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan
mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement
42
theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lanjut usia juga
mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lanjut usia.
5. Perubahan Ekonomi
Menurut Kuntjoro (2002) Pada umumnya perubahan ini diawali ketika
masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lanjut
usia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam
kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran,
kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa
pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut pada umumnya
mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya
akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka.
Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-
hari.
43
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HEPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang
dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
Keterangan :
: Hubungan
: Berpengaruh
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka konsep hubungan antara pengetahuan keluarga
tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo
Madiun.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Pengalaman
3. Usia
4. Ekonomi
5. Informasi
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Dukungan :
1. Pengetahuan
2. Faktor Emosi
3. Spiritual
4. Faktor Sosioekonomi
5. Latar Belakang / Budaya
Pengetahuan Keluarga
Tentang Hipertensi
Dukungan Keluarga Dalam Proses
Penyembuhan Hipertertensi Pada
Lansia
44
Pengetahuan keluarga terhadap hipertensi sangat penting karena
dengan tingginya pengetahuan keluarga terhadap penyakit hipertensi dapat
membantu anggota keluarga dalam penanganan/ penyembuhan penyakit
hipertensi. Pengetahuan keluarga tersebut harus di dasari dengan tingginya
informasi yang di dapat, pengalaman yang pernah dialami sebelumnya
juga bisa menambah ilmu untuk lebih dalam lagi mengetahui tentang
penyakit hipertensi, faktor yang mempengaruhi pengetahuan juga bisa
karena kurangnya pendidikan, dan faktor usia karena mungkin sudah tidak
mampu mengingat apa-apa saja untuk proses penyembuhan pada anggota
yang terkena hipertensi. Faktor ekonomi salah satunya bisa jadi
penghalang untuk mendukungnya proses penyembuhan pada penderita
hipertensi. Keluarga harus mengerti tentang proses penyembuhan pada
penderita hipertensi dengan demikian diperlukan dukungan yang besar dari
keluarga, sehingga proses penyembuhan bisa berjalan dengan baik. Dan
jika dukungan itu tidak di dapatkan pada yang menderita hipertensi, maka
kemungkinan proses penyembuhan tidak berjalan dengan baik.
Kebanyakan lansia sangat butuh dukungan dari keluarganya, agar proses
penyembuhan hipertensi berjalan dengan lancar. Faktor yang
mempengaruhi dukungan pada keluarga adalah dengan tingkat
pengetahuan, faktor emosi, spiritual keluarga, faktor sosioekonomi
keluarga, dan dari latar belakang keluarga itu sendiri. Dalam proses
penyembuhan pada hipertensi dibutuhkan 2 variabel untuk proses
penyembuhan agar berjalan dengan baik.
45
3.2 Hipotesis
Hipotesa adalah jawaban sementara dari suatu penelitian yang
kebenarannya dibuktikan dalam penelitian setelah melalui pembuktian dari
hasil penelitian maka hipotesis dapat benar atau juga salah, dapat diterima
atau ditolak (Notoatmodjo, 2010).
H1 : Ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang hipertensi
dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi
pada lansia.
46
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang
mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2008).
Berdasarkan tujuan penelitian desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah korelasional yaitu untuk mengungkapkan hubungan
korelatif antara variabel independen dengan dependen. Peneliti dapat
mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji
berdasarkan teori yang ada (Nursalam, 2008). Penelitian ini menggunakan
Cross Sectional dimana dalam desain ini variabel independen dan
dependen pengukurannya dilakukan hanya satu kali atau satu saat
(Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu
hubungan antara pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan
dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada lasia di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah subjek atau objek yang memenuhi kriteria yang
diharapkan. Populasi adalah keseluruhan suatu variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota
47
keluarga yang menderita Hipertensi di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun
dalam kurun waktu 2 bulan terakhir Februari-Maret yang rata-rata dalam 1
bulan sejumlah 56 penderita Hipertensi pada Lansia.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini
adalah pasien hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
Kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria ini diperlukan dalam upaya mengendalikan variabel
penelitian yang tidak diteliti tetapi memiliki pengaruh terhadap variabel
independen. Kriteria inklusi merupakan karakteristik yang dimiliki oleh
subjek penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi
merupakan karakteristik dari subjek penelitian yang tidak memenuhi syarat
sebagai sampel (Hidayat, 2009). Dengan kriteria sampel sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
saetiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Nursalam, 2008).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Bersedia menjadi responden.
b. Keluarga penderita Hipertensi pada lansia yang masih dalam
proses penyembuhan di Puskesmass Banjarejo Kota Madiun.
48
c. Keluarga yang merawat (Suami/ Istri, Anak, Cucu, Saudara,
Sepupu). Dan keluarga yang tinggal bersama pasien.
d. Keluarga yang bisa membaca dan menulis.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena adanya penyakit yang
mengganggu, hambatan etis dan subjek menolak berpatisipasi
(Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya adalah :
a. Keluarga yang menolak untuk menjadi responden
b. Keluarga yang memiliki penyakit seperti Jantung, Paru,
Stroke dan sebagainya, tidak memungkinkan untuk dijadikan
responden.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah anggota keluarga
penderita hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
Sampel yang digunakan sebanyak 36 responden dengan teknik
pengambilan sampel adalah purposive sampling.
Untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan rumus Slovin (Sevilla,
Consuelo G. et. al, 2007) sebagai berikut :
n = 𝑁
1+𝑁(𝑑)2
49
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas
toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan
persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel
menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan
5% berarti memiliki tingkat akurasi 95%. Penelitian dengan batas
kesalahan 10% memiliki tingkat akurasi 90%. Dengan jumlah populasi
yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar jumlah
sampel yang dibutuhkan.
n = 𝑁
1+𝑁(𝑑)2
n = 56
1+56(0,1)2
n = 56
1+56(0.01)
n = 56
1+0,56
n = 56
1,56
n = 35,897 = 36
Jadi jumlah minimal sampel adalah 36 responden.
50
4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
cara non probability sampling atau purposive sampling. Purposive
sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu sesuai yang peneliti kehendaki yaitu sampel yang sesuai dengan
kriteria inklusi (Setiadi, 2007).
51
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian hubungan pengetahuan keluarga tentang
hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
Populasi
Semua Keluarga penderita Hipertensi di Puskesmas Banjarejo sebanyak 56 orang
Sampel
Sebagian Keluarga penderita Hipertensi di Puskesmas Banjarejo sebanyak 36 orang
Teknik Sampling
Purposive
Desain Penelitian
Analitik dengan pendekatan cross sectional
Pengumpulan data
Menggunakan Kuesioner
Pengolahan data
Editing, coding, scoring, tabulating
Analisis : Somers’D
Hasil dan kesimpulan
Pelaporan
Variabel bebas :
Pengetahuan
keluarga
Variabel terikat :
Dukungan
Keluarga
52
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi
objek pengamatan penelitian. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa
variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di
peroleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Penjelasan variabel-variabel tersebut adalah :
1. Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel depeden
(Sugiyono, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pengetahuan keluarga.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang di pengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel dependen (Sugiyono, 2011).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga
dalam proses penyembuhan hipertensi.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua
istilah yang akan di gunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga
mempermudah pembacaan penguji dalam mengartikan makna penelitian
(Nursalam, 2008).
53
Tabel 4.1 Definisi Operasional pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan
dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada lasia
di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
Variabel
penelitian
Definisi
Operasional Parameter Alat ukur
Skala
data Skor
Variabel
Independen :
pengetahuan
keluarga
tentang
hipertensi
Tingkat
pengetahuan
yang dimiliki
keluarga
pasien
hipertensi
tentang
sejumlah
pertanyaan
yang
dilakukan oleh
peneliti
a. pengertian
b. tanda gejala
c. penyebab
e. penatalaksanaan
f. faktor resiko
Kuesioner Ordinal Skor:
Benar = 1
Salah = 0
Dengan kategori:
a. Baik =
(>75%)
b. Cukup =
(60 – 75%)
c. Kurang =
(<60%)
(Arikunto,
2002)
Variabel
Dependen :
dukungan
keluarga
dalam
proses
penyembuha
n hipertensi
Informormasio
nal saat
keluarga
memberikan
informasi
tentang hal
yang di
butuhkan
pasien.
Penilaian
ketika
keluarga
1. Dukungan
informasi
2. Dukungan
penilaian
3. Dukungan
instrumental
4. Dukungan
emosional
Kuesioner Ordinal Selalu = 4
Sering = 3
Kadang = 2
Tidak pernah=1
Baik=79-100%
Cukup=56-78%
Kurang= ≤55%.
(Nursalam,
2008)
54
memberikan
dukungan dan
penghargaan
pada pasien.
Instrumental
saat keluarga
membantu
pasien dalam
aktifitasnya.
Emosional saat
keluarga
benar-benar
memperhatika
n kesehatan
pasien.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan di gunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010) Dalam penelitian ini
menggunakan intrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner bersifat
pertanyaan tertutup.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang di gunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010). Kuesioner yang di gunakan
adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih (Arikunto, 2010).
Dalam penelitian ini variabel pengetahuan keluarga tentang
hipertensi, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner (daftar pertanyaan). Pertanyaan yang digunakan adalah angket
55
tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa
sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab yang sudah ada
(responden hanya memberikan tanda () pada jawaban yang telah
disediakan). Dalam penelitian ini variabel dukungan keluarga dalam
proses penyembuhan hipertensi pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian berupa kuesioner (daftar pertanyaan). Secara
langsung mendatangi keluarga pasien dan memberikan kuesioner sehingga
peneliti dapat mengetahui seberapa sering keluarga mendukung proses
penyembuhan hipertensi pada lansia.
4.6.1 Validitas dan Reliabilitas
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang
diberikan kepada responden, kemudian dilakukan pengujian terhadap
kuesioner untuk mengukur tingkat kebaikan kuesioner, maka dapat
dilakukan analisis validitas dan reliabilitas. Validitass menunjukan sejauh
mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang ditanyakan atau apa yang
ingin diukur dalam penelitian. Validitas suatu indeks yang menunjukkan
alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur (Nursalam, 2011). Untuk
mengukur r atau koefisien korelasi dan tingkat signifikannya dapat
digunakan bantuan program komputer. Menurut Arikunto 2011, rumus
korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Person,
yang dikenal dengan rumus korelasi product moment pearson. Adapun ≤
0,05 maka item pertanyaan dinyatakan valid, begitupun sebaliknya jika
signifikannya > 0,05 maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid. Atau
56
didasarkan pada nila r, dimana pertanyaan dinyatakan valid apabila r
hitung > r tabel pada taraf signifikan 5%, sehingga pertanyaan dapat
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
Untuk hasil uji validitas kuesioner pengetahuan keluarga tentang
hipertensi diperoleh r hitung antara 0,976-0,688 item pertanyaan
dinyatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel (0,652) pada taraf
signifikan 5% yaitu r hitung > r tabel. Dan untuk hasil uji validitas
kuesioner dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi
diperoleh r hitung antara 0,987–0,319 item pertanyaan dinyatakan valid
jika r hitung lebih besar dari r tabel (0,863) pada taraf signifikan 5% yaitu
r hitung > r tabel.
4.2 Tabel hasil uji validasi variabel pengetahuan keluarga
No r Hitung Syarat Keterangan
1. 0,749 >0,652 Item Soal Valid
2. 0,749 >0,652 Item Soal Valid
3. 0,976 >0,652 Item Soal Valid
4. 0,826 >0,652 Item Soal Valid
5. 0,976 >0,652 Item Soal Valid
6. 0,761 >0,652 Item Soal Valid
7. 0,976 >0,652 Item Soal Valid
8. 0,688 >0,652 Item Soal Valid
9. 0,761 >0,652 Item Soal Valid
10. 0,761 >0,652 Item Soal Valid
4.3 Tabel hasil uji validasi variabel dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi.
No r Hitung Syarat Keterangan
1. 0,891 >0,863 Item Soal Valid
2. 0,891 >0,863 Item Soal Valid
3. 0,891 >0,863 Item Soal Valid
4. 0,375 >0,863 Item Soal Tidak Valid
5. 0,319 >0,863 Item Soal Tidak Valid
6. 0,891 >0,863 Item Soal Valid
7. 0,704 >0,863 Item Soal Valid
57
8. 0,973 >0,863 Item Soal Valid
9. 0,973 >0,863 Item Soal Valid
10. 0,926 >0,863 Item Soal Valid
11. 0,926 >0,863 Item Soal Valid
12. 0,926 >0,863 Item Soal Valid
13. 0,950 >0,863 Item Soal Valid
14. 0,987 >0,863 Item Soal Valid
15. 0,987 >0,863 Item Soal Valid
16. 0,987 >0,863 Item Soal Valid
17. 0,891 >0,863 Item Soal Valid
18. 0,891 >0,863 Item Soal Valid
4.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan
disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Setelah 10 item pertanyaan
Pengetahuan Keluarga dan 20 item pertanyaan Dukungan Keluarga di uji
kevalidannya, maka proses berikutnya masuk pada uji reliabilitas
kuesioner tersebut dengan cara yang sama dengan komputerisasi
menggunakan teknik Alpha Cronbach (α) dalam uji reliabilitas r hasil
adalah alpha. Jika r alpha > r tabel pernyataan tersebut reliabel, begitu juga
sebaliknya. Suatu instrument dikatan reliabel jika memberikan nilai Alpha
Cronbach > 0,6 (Sujarweni, 2014). Dan hasil dari reliabilitas untuk hasil
kuesioner yang sudah valid menunjuk nilai alpha 0,783, dan untuk
kuesioner variabel pengetahuan keluarga tentang hipertensi disini sudah
reliabel karena nilai sudah memenuhi syarat yaitu 0,783 > 0,6. Dan hasil
dari reliabilitas untuk hasil kuesioner yang sudah valid menunjuk nilai
alpha 0,769, dan untuk kuesioner variabel dukungan keluarga dalam
58
proses penyembuhan hipertensi disini sudah reliabel karena nilai sudah
memenuhi syarat yaitu 0,769 > 0,6.
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun
dan akan dilakukan pada bulan Januari-Agustus 2017.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2008).
4.8.1 Pengumpulan Data
1. Mengajukan persetujuan judul kepada KaProdi S1 Keperawatan yang
telah disetujui oleh Pembimbing 1 dan Pembimbing 2.
2. Mengurus perijinan persetujuan judul penelitian sebagai pengantar
surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada ketua STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun untuk melakukan penelitian di
Puskesmas Banjerojo Kota Madiun.
3. Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada
Kepala KESBANGPOLINMAS Kota Madiun untuk melakukan
penelitian di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
4. Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada
Kepala Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
59
5. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan pengumpulan data yaitu
dengan mendatangi Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
6. Setelah mendapatkan data. Lalu peneliti melakukan penelitian dari
rumah ke rumah pasien penderita hipertensi.
7. Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang
maksud dan tujuan dari penelitian.
8. Peneliti juga menjelaskan syarat-syarat yang bisa di jadikan sebagai
responden, yaitu responden yang tidak menderita penyakit paru-paru,
jantung, dan stroke.
9. Apabila calon responden bersedia menjadi responden, maka
dipersilahkan untuk menandatangani informed concent, dan apabila
calon responden tidak bersedia menjadi responden maka peneliti tetap
menghormati keputusan itu.
10. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang telah
menandatangani informed concent kemudian responden mengisi
kuesioner.
11. Setelah kuesioner diisi oleh responden maka kuesioner tersebut
dikumpulkan kembali kepada peneliti pada saat itu juga.
12. Setelah kuesioner terkumpul peneliti memeriksa kelengkapan data dan
jawaban dari kuesioner yang diisi oleh responden.
60
4.8.2 Analisa Data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan
penelitian setelah kegiatan pengumpulan data. Menurut Azwar (2010), ada
tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu :
1. Editing
Yaitu memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data, dan
keseragaman data, apakah sudah sesuai seperti yang diharapkan atau
tidak. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kelengkapan,
kesinambungan, keserasian, dan kejelasan data yang diperoleh dari
responden agar seluruh data yang diterima dapat diolah dan dianalisa
dengan baik dan mudah.
Peneliti memeriksa kembali semua data yang telah dikumpulkan
melalui kuesioner, hal ini untuk mengecek kembali apakah kuesioner
sudah diisi dan bila ada ketidakcocokan meminta kembali mengisi yang
masih kosong.
2. Coding
Yaitu kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2009). Peneliti dalam
penelitian memberikan kode terhadap kelompok variabel sebagai
berikut :
Data demografi :
a. Jenis Kelaminn
1= Laki-laki
61
2= Perempuan
b. Usia:
1= 13-45 tahun
2= 46-70 tahun
c. Pendidikan terakhir:
1= SD
2= SMP
3= SMA
4= Perguruan Tinggi
d. Pekerjaan
1= PNS
2= Swasta
3= Wiraswasta
4= Buruh Tani
e. Status Hubungan Keluarga dengan Pasien
1= Anak
2= Orang Tua
3= Suami / Istri
4= Saudara Yang Tinggal Serumah Dengan Pasien
f. Apakah saudara sudah diberitahu oleh tenaga kesehatan tentang
penyembuhan hipertensi?
1= Sudah
2= Belum
62
g. Berapa lama menderita hipertensi?
1= 1-2 tahun
2= 3-4 tahun
3= ≥5 tahun
h. Apakah keluarga ada yang menderita penyakit seperti paru-paru,
jantung, stroke?
1= YA
2= TIDAK
3. Scoring
Yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan
yang berkaitan dengan tindakan responden. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan bobot pada masing-masing jawaban, sehingga
mempermudah perhitungan (Nazir, 2011).
Skor kuesioner dukungan keluarga :
Selalu = 4
Sering = 3
Kadang-kadang = 2
Tidak pernah = 1
Menurut Setiadi (2007) hasil pengolahan data dukungan
keluarga di klasifikasikan sebagai berikut :
Skor atau nilai 79-100% : Dukungan keluarga baik
Skor atau nilai 56-78% : Dukungan keluarga cukup
Skor atau nilai ≤55% : Dukungan keluarga kurang
63
4. Tabulating
Tabulating adalah kegiatan memasukkan data ke dalam tabel-
tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus
dalam berbagai kategori (Nazir, 2011).
4.9 Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan varabel dari
seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono,
2013).
Pada penelitian ini menggunakan sistem komputer yaitu SPSS
dalam penghitunganya. Adapun analisa data dalam penelitian ini yaitu :
4.9.1 Analisa Deskriptif
Analisa deskriptif adalah suatu prosedur pengolahan data dengan
menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk
tabel atau grafik (Nursalam, 2008).
1. Data Umun
Untuk prosentase data umum meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan
kemudian dikelompokkan sesuai jawaban yang diisi pada kuesioner
menggunakan rumus Distribusi frekuensi.
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, pekerjaan, jenis
kelamin dan status pernikahan dalam bentuk distribusi frekuensi :
64
P = 𝐹
𝑁x 100%
Keterangan :
P : Peresentase
F : Frekuensi jumlah reponden
N : Banyaknya responden
2. Data Khusus
a. Variabel Independen
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu
dilakukan pengolahan data, tetapi sebelumnya setiap item
pertanyaan diberi skor sebagai berikut :
Skor :
1 = Benar
0 = Salah
a. Baik = (>75%)
b. Cukup = (60 – 75%)
c. Kurang = (<60%)
b. Variabel Dependen
Selalu = 4
Sering = 3
Kadang-kadang = 2
Tidak Pernah = 1
Untuk mengetahui kategori variabel dukungan keluarga
digunakan dengan rumus :
65
N = 𝑆𝑃
𝑆𝑀x 100 %
Keterangan :
N : nilai yang didapat
SP : skor yang didapat responden
SM : skor maksimal
Menurut Setiadi (2007) hasil pengolahan data dukungan keluarga
di klasifikasikan sebagai berikut :
Skor atau nilai 79-100% : Dukungan keluarga baik
Skor atau nilai 56-78% : Dukungan keluarga cukup
Skor atau nilai ≤55% : Dukungan keluarga kurang
4.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang di duga atau
berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini analisis bivariat
dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang
hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
hipertensi pada lansia. Pengolahan analisa data bivariat ini dengan
menggunakan bantuan komputerisasi SPSS 16.0 For Windows. Uji
statistik yang akan di gunakan adalah Somers’D dengan α = 0.05. Dasar di
gunakannya uji statistik Somers’D, jika data yang akan diolah
mengandung unsur skala ordinal maka dapat dilakukan uji Somers’D.
Adapun pedoman signifikansi memakai panduan sebagai berikut : Bila p
value < α (0,05), maka signifikan atau ada hubungan. Korelasi Somers’D
menurut Sugiyono (2012) sebagai berikut:
66
Dimana :
rs = koefisien korelasi Somers’D yang menunjukkan keeratan hubungan
antara unsur-unsur variabel x dan variabel y
di = selisih mutlak antara rangking data varaibel x dan variabel y (x1-y1)
n = banyaknya responden atau sampel yang diteliti
Apabila hasil perhitungan koefisien korelasi Somers’D rs hitung >
rs tabel maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0)
ditolak, adanya hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan
dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada lansia.
Tetapi bila sebaliknya rs hitung < rs tabel maka hipotesis nol (H0) diterima
dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak, yaitu tidak ada hubungan pengetahuan
keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi pada lansia.
Tabel 4.4 Interval Koefisien Korelasi Somers’D (Sugiyono, 2012)
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 - 0,799
0,80 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
rs = 1 – 6 𝑑𝑖2
𝑖=1
𝑛(𝑛2−1)
67
4.10 Etika Penelitian
Setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia tidak boleh
bertentangan dengan etika.
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian,
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta manfaat dilakukannya penelitian. Setelah diberikan
penjelasan, lembar persetujuan di berikan kepada subjek penelitian.
Jika subjek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Peneliti juga tidak memaksa
subjek penelitian untuk menjadi responden apabila tidak mau untuk di
teliti.
2. Tanpa Nama (Anonimaty)
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden sehingga hanya
peneliti saja yang mengetahui hasil jawaban dari masing-masing
responden. Selanjutnya peneliti hanya memberikan kode berupa
nomor urut pada lembar kuesioner yang urutannya hanya diketahui
oleh peneliti saja.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh responden dijamin oleh
peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset hanya terbatas pada
kelompok data tertentu yang terkait dengan masalah penelitian.
68
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data
dengan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan peneliti mengenai hubungan
pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. Hasil
penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel.
Pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan yaitu mulai tanggal 22 Juni-
13 Juli 2017. Dengan jumlah responden sebanyak 36 responden, sedangkan
penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data umum dan data khusus. Data umum
terdiri dari data demografi yang meliputi : jenis kelamin, usia, pendidikan,
pekerjaan, status hubungan dengan pasien, informasi penjelasan tentang
penyembuhan, berapa lama menderita penyakit hipertensi, dan adakah keluarga
yang menderita penyakit berat. Setelah data umum disajikan dilanjutkan dengan
data khusus yang didasarkan pada variabel yang diukur, yaitu pengetahuan
keluarga tentan hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
hipertensi pada lansia.
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian
Puskesmas Banjarejo merupakan salah satu dari 6 Puskesmas yang
ada di Kota Madiun, yaitu terletak di dataran rendah di wilayah Kecamatan
Taman. Secara administratif, wilayah Puskesmas Banjarejo di bagi
menjadi 4 wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Banjarejo, Kejuron,
69
Mojorejo, dan Manisrejo. Luas wilayah seluruhnya 6,7 km dengan batas-
batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kelurahan Kanigoro, Kelurahan Klegen, Kelurahan
Kartoharjo.
- Sebelah Timur : Kelurahan Munggut, Kelurahan Mojopurno.
- Sebelah Selatan : Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Demangan.
- Sebelah Barat : Kelurahan Taman, Kelurahan Pandean.
5.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian terdiri dari data umum dan data khusus. Data
umum meliputi, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan, informasi tentang penyembuhan hipertensi dan lama nya
menderita hipertensi. Sedangkan data khusus menampilkan pengetahuan
keluarga tentang hipertensi, dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi, dan hubungan pengetahuan keluarga tentang
hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
hipertensi.
5.2.1 Data Umum
Data umum yang di identifikasi dari responden adalah jenis
kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status hubungan keluarga dengan
pasien, informasi tentang penyembuhan hipertensi dan lama nya menderita
hipertensi.
70
Karakteristik Responden
a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.
No Jenis Kelamin Frekuensi ( f ) Persentase ( % )
1. Laki-laki 14 38,89
2. Perempuan 22 61,11
Total 36 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar
respondennya sebanyak 22 responden (61,11%) berjenis kelamin
perempuan.
b. Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.2 Tendensi Sentral berdasarkan usia responden di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.
No Variabel Mean Modus Median Minimal
Maksimal
Standar
Deviasi
CI
95%
1. Usia 46,11 48 46,50 34
56 5,19 55,15
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa rata-rata usia
responden adalah 46,11 tahun, rata-rata usia yang sering muncul pada
responden adalah 48 tahun. Usia yang termuda adalah 34 tahun
sedangkan yang tertua adalah 56 tahun.
c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan terakhir
responden di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun pada bulan
Juli 2017.
No Pendidikan Terakhir Frekuensi ( f ) Persentase ( % )
1. SD 5 13,89
2. SMP 12 33,33
3. SMA 13 36,11
71
4. Perguruan Tinggi 6 16,67
Total 36 100
Sumber : Data Primer.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebanyak 13
responden (36,11%) paling banyak berpendidikan terakhir SMA dan 5
responden (13,89%) paling sedikit berpendidikan terakhir SD.
d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden di
Puskesmas Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.
No Pekerjaan Frekuensi ( f ) Persentase ( % )
1. PNS 7 19,44
2. Swasta 8 22,22
3. Wiraswasta 13 36,11
4. Buruh Tani 8 22,22
Total 36 100
Sumber : Data Primer.
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebanyak 13
responden (36,11%) paling banyak memiliki pekerjaan wiraswasta dan
sebanyak 7 responden (19,44%) paling sedikit memiliki pekerjaan PNS.
e. Karakteristik responden berdasarkan status hubungan keluarga
dengan pasien
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan status hubungan keluarga
dengan pasien di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun pada
bulan Juli 2017.
No Status Hubungan keluarga
Dengan Pasien Frekuensi ( f ) Persentase ( % )
1. Anak 28 77,77
2. Orang Tua 0 0
3. Suami / Istri 5 13,88
4. Saudara yang tinggal serumah 3 8,33
Total 36 100
Sumber : Data Primer.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebanyak 28
responden (77,77%) paling banyak memiliki status hubungan dengan
72
pasien yaitu adalah Anak nya dan sebanyak 3 responden (8,33%) paling
sedikit memiliki status hubungan dengan pasien yaitu Orang tua nya.
f. Karakteristik responden berdasarkan tentang informasi
penyembuhan hipertensi oleh tenaga medis.
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan informasi tentang
penyembuhan hipertensi oleh tenaga medis di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.
No Informasi Frekuensi ( f ) Persentase ( % )
1. Sudah 36 100
2. Belum 0 0
Total 36 100
Sumber : Data Primer.
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebanyak 36
responden (100%) sudah mendapatkan informasi tentang penyembuhan
hipertensi oleh tenaga medis.
g. Karakteristik responden berdasarkan lama menderita hipertensi
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi berdasarkan lama menderita hipertensi di
puskesmas Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.
No Berapa Lama Menderita
Hipertensi Frekuensi ( f ) Persentase ( % )
1. 1-2 Tahun 16 44,40
2. 3-4 Tahun 12 33,30
3. ≥ 5 Tahun 8 22,3
Total 36 100
Sumber : Data Primer.
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebanyak 16
responden (44,40%) paling banyak menderita hipertensi selama 1-2
tahun dan sebanyak 8 responden (22,3%) paling sedikit menderita
hipertensi selama ≥ 5 tahun.
73
5.2.2 Data Khusus
Setelah mengetahui data umum dalam penelitian ini maka berikut
akan ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus yang
meliputi menampilkan pengetahuan keluarga tentang hipertensi, dukungan
keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi, dan hubungan
pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam
proses penyembuhan hipertensi. dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
serta tabulasi silang tentang variabel independen dan variabel dependent.
a. Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi di Puskesmas
Banajarejo Kota Madiun.
Tabel 5.8 Pengetahuan keluarga pada responden di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun pada bulan Juli 2017.
No Pengetahuan Keluarga Frekuensi ( f ) Persentase ( % )
1. Baik 22 61,11
2. Cukup 10 27,78
3. Kurang 4 11,11
Total 36 100
Sumber : Data primer.
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa secara umum dukungan
keluarga yang diperoleh pasien hipertensi di Puskesmas Banjarejo Kota
Madiun dari 36 responden termasuk dalam kategori baik yaitu 22
responden (61,11%) dan sebanyak 4 responden (27,78%) termasuk
dalam kategori kurang.
74
b. Dukungan Keluarga Tentang Pasien Hipertensi di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun.
Tabel 5.9 Dukungan keluarga pada responden di Puskesmas Banjarejo
Kota Madiun pada bulan Juli 2017
No Dukungan Keluarga Frekuensi ( f ) Persentase ( % )
1. Baik 21 58,34
2. Cukup 12 33,33
3. Kurang 3 8,33
Total 36 100
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dukungan keluarga pada
pasien hipertensi di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun dari 36
responden sebanyak 21 responden (58,34%) dukungan keluarga baik
dan sebanyak 3 responden (8,33%) dukungan keluarga kurang
c. Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi dengan
Dukungan Keluarga dalam Proses Penyembuhan Hipertensi pada
Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
Tabel 5.10 Tabel silang pengetahuan keluarga dengan dukungan
keluarga pada pasien hipertensi di Puskesmas Banjarejo
Kota Madiun pada bulan Juli 2017.
Dukungan Keluarga
Baik Cukup Kurang Total
Pengetahuan
Keluarga N % N % N % N %
Baik 18 50 4 11,2 0 0 22 61,2
Cukup 2 5,6 6 16,6 2 5,6 10 27,8
Kurang 1 2,7 2 5,6 1 2,7 4 11
Total 21 58,2 12 33,2 3 8,2 36 100
α = 0,05 r = 0,603 ρ value = 0,000
Berdasarkan tabel 5.10 diatas menunjukkan bahwa pengetahuan
keluarga yang paling banyak diberikan kepada responden termasuk ke
dalam kategori baik sebanyak 22 responden (61,2%) serta dukungan
keluarga yang di dapatkan oleh responden adalah 21 (58,2%) dalam
kategori baik.
75
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik
Somers’ D dengan program SPSS versi 16.0 di dapatkan ρ value =
0,000 < α = 0,05 artinya Ha diterima berarti ada hubungan pengetahuan
keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota
Madiun. Hasil uji Somer’ D bahwa r hitung = 0,603 yaitu positif, yang
berarti semakin tinggi pengetahuan keluarga maka semakin baik
dukungan keluarga yang dialami oleh pasien hipertensi. Keeratan
hubungan dapat dilihat dari nilai r = 0,603 yang dikategorikan kuat
(0,60-0,788) yang artinya keeratan hubungan pengetahuan keluarga
tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota
Madiun adalah kuat.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi di Puskesmas Banjarejo
Kota Madiun.
Hasil penelitian tabel 5.8 menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga
yang diterima oleh pasien hipertensi di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun
adalah termasuk dalam kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 22
responden (61,11%). Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fara Ida Umami (2015) Hubungan
Pengetahuan Keluarga dengan Dukungan Keluarga terhadap Asupan
Natrium Penderita Hipertensi Rawat Jalan di RSUD Kabupaten Sukoharjo.
76
Yang menunjukan dari 45 responden, 25 responden (57,8%) memiliki
pengetahuan keluarga baik.
Menurut Viera, et al (2008), peningkatan pengetahuan keluarga
tentang hipertensi dapat digunakan untuk upaya pencegahan kekambuhan
hipertensi seperti dalam menjaga pola makan, serta pola aktivitas yang
baik. Menurut Slameto (2012) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang maka semakin membutuhkan pusat-pusat
pelayanan kesehatan sebagai tempat berobat bagi dirinya dan keluarganya.
Berdasarkan dari faktor predisposisi tingkat pengetahuan. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya
pendidikan (Notoadmodjo, 2010). Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun
berpendidikan SMA sebanyak 10 responden (27,77%). Menurut
Notoatmodjo (2010) pendidikan dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang yang memiliki
pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung untuk mendapatkan
informasi baik dari orang lain maupun dari media masa. Semakin besar
informasi yang di dapatkan semakin banyak pula pengetahuan yang di
dapat tentang kesehatan sehingga peneliti berpendapat seorang yang
berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan
dengan yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Namun perlu ditekankan
bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula.
77
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi pengetahuan pasien yaitu
usia, dapat diketahui berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa usia
responden terbanyak adalah 46-70 tahun yaitu sebanyak 22 responden
(61,11%). Menurut Notoatmodjo (2012) usia merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pengetahuan. Semakin bertambahnya usia, maka
semakin banyak pengalaman hidup yang di jalani nya, sehingga banyak
pengetahuan baik yang di dapatkan.
Dari analisa kuesioner kepada responden, sebanyak 10 soal diketahui
bahwa pengetahuan keluarga yang paling sedikit tentang aktivitas pasien
hipertensi pada lansia. Dari 36 responden, sebanyak 4 responden yang
menjawab benar tentang penatalaksanaan lansia.
Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar
dan merubah gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur
pola aktivitas, sering berolahraga, menghindari alkohol, dan rokok.
Penatalaksanaan hipertensi ini diperlukan pengetahuan keluarga dalam
proses penyembuhannya, serta dukungan keluarga agar proses
penyembuhan berjalan dengan baik (Dalimartha, et al, 2008).
Peneliti berasumsi bahwa keluarga harus mengetahui tentang apa
saja penatalaksanaan yang boleh di lakukan dan yang tidak boleh di
lakukan pada pasien hipertensi pada lansia. Jika keluarga dapat membatasi
penatalaksanaan pasien hipertensi pada lansia dengan benar, maka proses
penyembuhan hipertensi bisa berjalan dengan baik.
78
5.3.2 Dukungan Keluarga dalam Proses Penyembuhan Hipertensi Pada
Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.9 menunjukkan bahwa
dukungan keluarga yang diterima oleh pasien hipertensi di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun adalah termasuk dalam kategori dukungan baik
yaitu sebanyak 21 responden (58,34%) dan sebanyak 3 responden (8,33%)
termasuk dalam kategori dukungan kurang. Penelitian ini memiliki hasil
yang sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Sulistyarini (2013)
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pencegahan terjadinya Hipertensi
di Ruang Rawat Inap RS. Baptis Kediri yang menunjukan dari 25
responden lebih dari 50% responden memiliki dukungan keluarga baik
sebanyak 37 responden (92%).
Berdasarkan hasi tabel 5.5 Status hubungan keluarga dengan pasien
Hipertensi di Puskesmas Banjrejo kota Madiun dapat diketahui bahwa
status hubungan keluarga dengan pasien yang paling banyak mendukung
yaitu dari Anak nya, sebanyak 28 responden (77,77%). Penelitian ini
memiliki hasil yang sama dengan Prasetyo Tri Utomo (2013).
Menurut Efendi (2009), bahwa keluarga terdiri dari anggota yang
saling ketergantungan satu sama lainnya. Dukungan keluarga dapat berasal
dari hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengakatan, hal ini
disebabkan oleh sumber dukungan keluarga yang ada. Dukungan keluarga
dapat diwujudkan dengan memberikan perhatian, bersikap empati,
memberikan dorongan, memberikan saran, memberikan pengetahuan dan
sebagainya.
79
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 36 responden,
sebanyak 13 responden (36,11%) bekerja sebagai wiraswasta dan
sebanyak 7 responden (19,44%) bekerja sebagai PNS. Thomas (2013)
mengatakan pekerjaan merupakan kesibukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupan keluarga. Simamora (2014)
menyatakan bahwa ekonomi adalah kegiatan menghasilkan uang di
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya pengobatan
kepada anggota yang sedang sakit.
Dari analisa kuesioner kepada responden, sebanyak 16 soal diketahui
bahwa dukungan keluarga yang paling banyak tentang Dukungan
Informasional. Dari 36 responden, sebanyak 15 responden yang menjawab
benar tentang Dukungan Informasional. Dukungan informasional adalah
pemberian informasi terkait dengan hal yang dibutuhkan individu. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dari
orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain, manusia mengikuti
sistem komunikasi dan informasi yang ada. Sistem dukungan informasi
mencakup pemberian nasihat, saran serta umpan balik mengenai keadaan
individu. Jenis informasi yang dapat diberikan seperti menolong individu
untuk mengenali dan mengatasi masalah yang sedang dihadapi (Suryadun,
2014).
Peneliti berasumsi bahwa dukungan yang baik dari keluarga dapat di
pengaruhi juga oleh seberapa banyak waktunya di habiskan bersama
keluarga. Apabila keluarga memiliki pekerjaan yang mengharuskannya
80
untuk jauh dari keluarga dan jarang memiliki waktu bersama,
dimungkinkan dukungan tidak terlalu baik.
5.3.3 Hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan
dukungan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi
pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
Hasil uji Somer’s D menunjukkan bahwa ρ value = 0,000 < α = 0,05
artinya Ha diterima dengan demikian ada hubungan pengetahuan keluarga
tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. Hasil uji
Somer’s D bahwa r hitung = 0,603 yaitu positif, yang berarti semakin
tinggi pengetahuan keluarga maka semakin baik dukungan keluarga
dengan pasien hipertensi. Keeratan hubungan dapat dilihat dari
pengetahuan keluarga tentang hipertensi baik sebanyak (61,2%) dan
dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi pada Lansia
baik sebanyak (58,2%) nilai r = 0,603 yang dikategorikan kuat (0,60-
0,799) yang artinya keeratan hubungan pengetahuan keluarga tentang
hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
hipertensi adalah kuat. Penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan
penelitian yang di lakukan Prasetyo Tri Utomo (2013) Hubungan Tingkat
Pengetahuan Keluarga dengan Dukungan keluarga dalam upaya
pencegahan kekambuhan hipertensi pada Lansia si Desa Blulukan
Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar yaitu Ha diterima, yang
artinya terdapat ada hubungan.
Dari hasil analisa data diperoleh pengetahuan keluarga baik dengan
dukungan keluarga yaitu dukungannya baik. Hal ini didukung oleh teori
81
yang dikemukakan oleh Niven (2008) yang menyatakan bahwa salah satu
faktor pengetahuan baik yang mempengaruhi proses penyembuhan yaitu
dari dukungan. Dukungan yang baik merupakan domain penting bagi
seseorang, seseorang akan merasakan perasaan saling memiliki antara satu
sama lain sehingga tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.
Keluarga sebagai kesatuan sosial yang saling berhubungan atau
interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain sebagai
satu ikatan atau kesatuan, maka didalamnya terdapat fungsi-fungsi dan
peran keluarga terhadap anggotanya, antara lain adalah fungsi psikologis
dan peran perawatan kesehatan. Dukungan keluarga merupakan bagian
dari pasien yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Pasien akan
merasa nyaman dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan
dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut menimbulkan
kepercayaan dalam diri pasien untuk menghadapi, mengelola penyakitnya
dengan lebih baik dan meminimalkan keterbatasan fisik serta mau
menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang
kesehatannya. (Setiadi, 2008)
Tingkat keeratan hubungan antara Pengetahuan Keluarga dengan
Dukungan Keluarga adalah kuat. Menurut Notoatmodjo (2010) Faktor
yang mempengaruhi pengetahuan dengan dukungan yaitu ada nya faktor-
faktor pendidikan, pengalaman, usia, ekonomi, dan pengetahuan.
Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah adanya responden
dengan pengetahuan keluarga yang kurang namun dukungan keluarga nya
cukup sebanyak (5,6%). Hal ini dapat terjadi karena anggota keluarga
82
merasakan naluri untuk mendukung proses penyembuhan hipertensi pada
Lansia. Penelitian ini sama dengan penelitian yang di lakukan Prasetyo Tri
Utomo (2013) Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan
Dukungan keluarga dalam upaya pencegahan kekambuhan hipertensi pada
Lansia si Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan hasil tersebut, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan
keluarga yang baik pada pasien hipertensi dapat mendukung jalannya
proses penyembuhan hipertensi. Dukungan keluarga terhadap pasien perlu
segera diatasi karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan pasien
hipertensi. Dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa keluarga sebagai
orang yang paling dekat dengan lansia secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi semangat lansia untuk menjalani proses
penyembuhan hipertensi.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti merasa belum optimal
akan hasil yang telah didapatkan karena terdapat kelemahan dan
keterbatasan antara lain :
1. Salah satu cara pengumpulan data menggunakan kuesioner,
memungkinkan responden menjawab pertanyaan dengan tidak jujur
atau tidak mengerti pertanyaan yang dimaksud, sehingga
menimbulkan beda persepsi tetapi kuesioner ini telah dilakukan uji
validitas dan reliabilitas.
83
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini peneliti akan menyampaikan tentang hubungan pengetahuan
keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat Pengetahuan Keluarga pada pasien Hipertensi di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun adalah baik yaitu sebanyak 61,11%.
2. Tingkat Dukungan Keluarga pada pasien Hipertensi di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun adalah baik yaitu 58,34%.
Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga tentang
hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan
hipertensi pada Lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun dengan ρ
value = 0,000 ≤ 0,05. Nilai keeratan antara dua variabel yaitu 0,603 yang
dikategorikan kuat (0,60-0,799).
84
6.2 SARAN
1. Bagi responden (lingkungan di wilayah kerja PKM Banjarejo Kota
Madiun).
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pemahaman
tentang pengetahuan keluarga tentang hipertensi sehingga masyarakat
dapat mengetahui dan dapat mencegahnya.
2. Bagi tenaga kesehatan (Perawat)
Tenaga kesehatan (perawat) yang bekerja di Puskesmas Banjarejo
Kota Madiun diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang
pentingnya pengetahuan hipertensi dan dukungan keluarga dalam
proses penyembuhan hipertensi pada Lansia..
3. Bagi tempat penelitian (Puskesmas Banjarejo Kota Madiun)
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan
daftar pustaka berkaitan dengan hubungan pengetahuan hipertensi
dengan dukungan keluarga dalam proses penyembuhan hipertensi
pada Lansia.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Menjadi referensi untuk penelitan selanjutnya dengan berbagai
variabel yang lebih baik.
5. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan institusi dapat menyediakan referensi yang lebih banyak
lagi dan dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai referensi
baru dan bahan tolak ukur untuk melakukan penelitian selanjutnya.
85
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A dkk 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Faktor Resiko
Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi. (Diakses januari 2016).
, dkk, 2011. Tatalaksana Hipertensi, cermin Dunia Kedokteran,
Volume 39 no.4.
Amir, M. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung
Koroner. Jakarta : PT. Intisari Media Utama.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta.
Jakarta
Azwar, A. 2009. Sikap manusia: Teori Dan Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta
Pustaka Belajar.
Bomar, P.J. 2010. Promoting Health In Families: To Nursing Practice.
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.
Christine. 2010. Skripsi Hubungan Dukungan Keluarga dengan Sikap Lansia
dalam Penyembuhan Hipertensi di Rumah Sakit Advent Medan. Diakses
pada 20 Januari 2017
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3 : Jakarta: EGC.
Dalimartha, et al. 2008. Care Your Self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus +.
Darmojo, R. Boedhi, Martono Hadi 1999. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan
Umur Lanjut, Edisi 8. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Darmojo, R. Boedhi, 2011. Beberapa aspek gerontology dan pengantar geriatric.
Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Dewi, R.P. 2013. Penyakit Penyakit Mematikan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Depkes RI. 2008. Profil Derpartemen Kesehatan. Jakarta
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2016. Profil Kesehatan Indonesia.
86
Dinkes Kota Madiun. 2016. Profil Kesehatan Indonesia.
Friedman, 2010. Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktek. Edisi 5, Jakarta:
EGC.
Hidayat, A.A, 2009. Metodologi Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika
Hurlock B.E. 2007. PSIKOLOGI Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Junaedi, Edi. 2013. Hipertensi kandas Berkat Herbal, Jakarta: Imprint Argo
Media Pustaka.
Kaplan M. Norman. 2010. Measurenment of Blood Preasure and Primary
Hypertension: Pathgenesis in Clinical Hypertension: Sevent Edition.
Baltimore, Maryland USA: Williams & Wilkins.
Kontjoro, S. Z. 2012. Dukungan Sosial Pada Lansia. Diaskes pada tanggal 22 juli
2016.
Maryam, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika.
Masdani, 2002. Keperawatan Gerontik ed 2. Jakarta : Penerbit EGC.
Nazir. 2011. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Notoatmodjo, S. 2012. Pengantar pendidikan Kesehtan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Adi Offset.
. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
. 2009. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC.
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Rosyid, F.N., Efendi,N., 2011. Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi
Dengan Dukungan Keluarga Dalam Proses Penyembuhan. Kabupaten
Sumenep Madura.
87
Rustiana, 2011. Faktor-faktor Dukungan Keluarga dengan Pengetahuan
Keluarga pada lanjut usia penderita Hipertensi. Kabupaten Boyolali.
Santoso, H. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia . Jakarta : Gunung Mulia.
Setyonegoro, 2000. Batasan Usia Lanjut. Jakarta : Salemba Medika.
Setiabudhi, T. 2008. Gangguan Pola Tidur Pada Lanjut Usia. Cermin Dunia
Kedokteran No. 53, Jakarta. Majalah Dunia Kedokteran PT Temprint.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Sevilla, Consuelo G. Et. Al. 2007. Research Methods. Rex Printing Company.
Quezon City.
Slameto, 2012. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineke Cipta,
Jakarta.
Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung
Seto.
Sugiharto. 2007. Faktor-faktor hipertensi pada masyarakat. Studi kasus di
Kabupaten Karanganyar.
Sugiyono, 2010. Statistic Untuk Penelitian. Jawa Barat : IKAPL.
Sugiyono, 2009. Statistic Untuk Penelitian. Jawa Barat : IKAPL
Sumiati, 2000. Dasar-dasar Ilmu Gerontologi. Jakarta : EGC.
Suriyasa, P. 2009. Tingkat Pendidikan Menurunkan Resiko hipertensi. Jurnal
berita Kedokteran Masyarakat, vol 20, No 4.
Taylor, E.S. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Kencana.
Utami P. Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi. Jakarta Selatan: Agromedia; 2009.
WHO 2011. World Health Organization. World Health Statistic. Geneva : WHO.
Retrieved December 5, 2015.
88
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian dari STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
89
Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
90
Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan
91
Surat Keterangan Selesai Penelitian
92
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi Dengan Dukungan
Keluarga Dalam Proses Penyembuhan Hipertensi pada Lansia
Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun.
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Saya adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun yang sedang melakukan penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan
keluarga tentang hipertensi dengan dukungan keluarga dalam proses
penyembuhan hipertensi pada lansia di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun. Saya
mengharapkan partisipasi Saudara/Saudari, Bapak/Ibu yang menjadi subjek dalam
penelitian ini dengan menjawab pernyataan-penyataan yang ada pada kuesioner.
Identitas dan jawaban Saudara/Saudari dan Bapak/Ibu akan dijamin
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan.
Responden dapat memilih untuk menolak berpartisipasi dalam penelitian ini
kapan pun tanpa ada tekanan dari siapa pun.
Jika Saudara/Saudari, Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini
perhatikan petunjuk pengisian kuesioner untuk menjawab pernyataan yang ada
dan menandatangani formulir persetujuan ini. Terimakasih atas partisipasinya.
Madiun, Juli 2017
Peneliti
( Listyana Wijayanti )
93
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau sebagai
responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa “Program Studi S1
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun” bernama Listyana
Wijayanti yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi
Dengan Dukungan Keluarga Dalam Proses Penyembuhan Hipertensi pada Lansia
Di Puskesmas Banjarejo Kota Madiun ”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini besar manfaatnya
bagi peningkatan ilmu keperawatan dan akan dijamin kerahasiaannya.
Madiun , Juli 2017
Responden
( )
94
Lampiran 4
KISI-KISI KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG HIPERTENSI
DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PROSES
PENYEMBUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA
DI PUSKESMAS BANJAREJO
KOTA MADIUN
No. Variabel Penelitian Parameter No. Soal
1. Pengetahuan
Keluarga
a. pengertian
b. tanda gejala
c. penyebab
e. penatalaksanaan
f. faktor resiko
1-2
3
4-7
8
9-10
2. Dukungan Keluarga 1. Dukungan Informasi
2. Dukungan Penilaian
3. Dukungan Instrumental
4. Dukungan Emosional
1 – 4
5 – 7
8 – 12
13 – 16
95
Lampiran 5
No. Responden
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG HIPERTENSI
DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PROSES
PENYEMBUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA
DI PUSKESMAS BANJAREJO
KOTA MADIUN
Petunjuk :
1. Berilah tanda centang ( ) pada salah satu jawaban yang benar!
2. Semua pertanyaan harus dijawab!
3. Bila ada yang kurang dimengerti silahkan bertanya kepada peneliti!
A. DATA DEMOGRAFI
1. Apa jenis kelamin anda?
Laki-laki
Perempuan
2. Berapa usia anda?
18-45 tahun
46-70 tahun
3. Apa pendidikan terakhir anda?
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
96
4. Apa pekerjaan anda?
PNS
Swasta
Wiraswasta
Buruh Tani
5. Apa status hubungan anda dengan pasien?
Anak
Orang Tua
Suami / Istri
Saudara yang tinggal serumah dengan pasien
6. Apakah saudara sudah diberitahu oleh tenaga kesehatan tentang
penyembuhan hipertensi?
7. Sudah
Belum
7. Berapa lama pasien menderita hipertensi?
1 – 2 tahun
3 – 4 tahun
≥ 5 tahun
8. Apakah keluarga ada yang menderita penyakit seperti paru-paru,
jantung, stroke?
1= YA
2= TIDAK
97
Lembar Kuesioner Pengetahuan Hipertensi
Petunjuk menjawab : Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang sesuai.
No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1 Penyakit hipertensi merupakan tekanan darah tinggi
2 Hipertensi pada lansia adalah dimana lansia mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg
3 Apabila lansia mengalami sakit kepala, rasa berat di
tengkuk, susah tidur, pusing merupakan tanda gejala
tekanan darah tinggi
4 Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan
tekanan darah tinggi
5 Membatasi makanan berlemak dan penggunaan jelantah
merupakan salah satu usaha untuk mencegah tekanan
darah tinggi
6 Keturunan, jenis kelamin, umur merupakan faktor
penyebab terjadinya tekanan darah tinggi
7 Merokok dan minuman alkohol merupakan penyebab
timbulnya kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi
8 Orang yang memiliki riwayat hipertensi harus rutin
memeriksakan tekanan darah ke pelayanan kesehatan
terdekat
9 Apabila lansia menderita gagal ginjal, penyakit jantung,
stroke, gangguan perkemihan merupakan komplikasi
tekanan darah tinggi
10 Apabila lansia mengalami gangguan gerak seperti
ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun
98
Lembar Kuesioner Dukungan Keluarga dalam Proses Penyembuhan
Hipertensi
1. Selalu : Keluarga selalu mengingatkan kepada bapak/ibu
jadwal kontrol ke Puskesmas
2. Sering : Keluarga sering mengingatkan kepada bapak/ibu
untuk kontrol ke Puskesmas
3. Kadang - kadang : Keluarga kadang-kadang mengingatkan kepada
bapak/ibu setiap kontrol ke Puskesmas
4. Tidak Pernah : Keluarga tidak pernah mengingatkan kepada
bapak/ibu untuk kontrol ke Puskesmas
No Pertanyaan
Selalu
(4)
Sering
(3)
Kadang-
kadang
(2)
Tidak
Pernah
(1)
Skor
Dukungan Informasi
1 Keluarga bapak/ibu mengetahui
sesuai jadwal kontrol ke
puskesmas
2 Keluarga bapak/ibu memberikan
informasi yang berhubungan
dengan jadwal kontrol ke
Puskesmas
3 Keluarga bapak/ibu
memberitahukan tentang berapa
kali jadwal harus ke Puskesmas
4 Keluarga bapak/ibu mengingatkan
jadwal untuk kontrol ke
Puskesmas
Dukungan Penilaian
5 Apakah bapak/ibu setiap sakit
berobat ke Puskesmas
6 Apakah bapak/ibu mempelajari
kembali apa yang di anjurkan oleh
petugas kesehatan ketika berada
di rumah
7 Apakah keluarga peduli dengan
penyembuhan bapak/ibu
Dukungan Instrumental
8 Keluarga bapak/ibu memberikan
ongkos/uang kepada bapak/ibu
untuk datang ke Puskesmas
99
9 Keluarga bapak/ibu memberikan
waktu untuk istirahat yang cukup
10 Keluarga bapak/ibu selalu siap
bila bapak/ibu meminta bantuan
untuk mengantar ke Puskesmas
11 Keluarga memberikan menu diet
sehari-hari ke bapak/ibu
12 Keluarga melayani dan membantu
ketika bapak/ibu membutuhkan
sesuatu
Dukungan Emosional
13 Keluarga mendukung pada saat
bapak/ibu menyatakan akan pergi
ke Puskesmas
14 Keluarga bersedia menemani pada
saat bapak/ibu menyatakan akan
pergi ke Puskesmas
15 Keluarga memotivasi bapak/ibu
dalam menjalani proses
penyembuhan
16 Keluarga memberikan dorongan
bapak/ibu untuk tetap menjaga
kesehatan
100
Lampiran 6
Tabulasi Pengetahuan Keluarga dengan Dukungan Keluarga
No.
Resp
Jenis
Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan
Status
Hubungan
dengan
Keluarga
Informasi
Lama Menderita
Penyakit
Berat
Dukungan
Keluarga
Pengetahuan
Keluarga Hipertensi
1 1 47 2 2 1 1 3 2 1 1
2 2 36 3 1 1 1 3 2 1 1
3 1 48 2 3 1 1 3 2 1 1
4 2 46 3 2 1 1 2 2 1 1
5 2 47 1 3 1 1 2 2 1 1
6 1 50 1 4 1 1 3 2 2 2
7 2 38 3 2 1 1 2 2 1 1
8 1 44 2 3 1 1 2 2 2 1
9 2 50 3 3 1 1 1 2 1 1
10 1 44 3 2 1 1 1 2 1 1
11 1 56 2 4 1 1 2 2 1 1
12 2 46 3 3 3 1 1 2 1 1
13 2 52 3 3 3 1 1 2 2 2
14 2 48 3 3 1 1 1 2 2 2
15 1 49 4 1 1 1 1 2 1 1
16 2 55 2 4 1 1 2 2 1 1
17 2 45 1 4 1 1 1 2 1 1
18 2 44 4 1 1 1 1 2 1 1
19 1 53 2 3 1 2 2 2 2 3
20 1 48 2 4 1 1 2 2 2 2
21 2 40 1 4 1 1 3 2 2 2
22 2 46 2 3 1 1 1 2 1 1
23 2 45 2 3 1 1 3 2 2 1
101
24 1 47 4 1 1 1 1 2 3 2
25 2 39 4 1 1 1 2 2 2 2
26 2 34 3 2 1 1 3 2 2 1
27 2 42 3 3 1 1 1 2 2 1
28 2 48 3 2 1 1 1 2 1 1
29 1 43 3 2 1 1 1 2 2 3
30 2 52 3 3 1 1 2 2 1 2
31 2 53 3 3 1 1 1 2 1 1
32 2 40 1 2 3 1 2 2 1 1
33 1 51 2 4 1 1 1 2 1 2
34 1 48 3 1 1 1 2 2 3 2
35 2 40 4 1 1 1 1 2 3 3
36 1 46 2 4 1 1 3 2 1 3
102
Lampiran 7
Tabulasi Pengetahuan Keluarga
No.
Resp
Pengetahuan Keluarga Kode Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SP SM %
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 10 90 1 Baik
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 1 Baik
3 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 10 80 1 Baik
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 1 Baik
5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 90 10 90 1 Baik
6 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 70 10 70 2 Cukup
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 1 Baik
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 10 100 1 Baik
9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 80 10 80 1 Baik
10 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 80 10 80 1 Baik
11 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 80 10 80 1 Baik
12 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 80 10 80 1 Baik
13 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 70 10 70 2 Cukup
14 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 60 10 60 2 Cukup
15 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 80 10 80 1 Baik
16 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 10 80 1 Baik
17 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 80 10 80 1 Baik
18 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 80 10 80 1 Baik
19 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 50 10 50 3 Kurang
20 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 60 10 60 2 Cukup
21 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 60 10 60 2 Cukup
22 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 80 10 80 1 Baik
23 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 90 10 90 1 Baik
24 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 80 10 80 2 Cukup
25 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 60 10 60 2 Cukup
26 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 90 10 90 1 Baik
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 90 10 90 1 Baik
28 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 80 10 80 1 Baik
29 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 40 10 40 3 Kurang
30 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 60 10 60 2 Cukup
31 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 80 10 80 1 Baik
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 90 10 90 1 Baik
33 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 70 10 70 2 Cukup
34 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 70 10 70 2 Cukup
35 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 50 10 50 3 Kurang
36 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 5 10 50 3 Kurang
103
Lampiran 8
Tabulasi Dukungan Keluarga
No.Res Dukungan Keluarga
SP SM % Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 55 64 85,94 Baik
2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 51 64 79,69 Baik
3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 4 4 2 46 64 71,88 Baik
4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 55 64 85,94 Baik
5 3 3 3 3 4 2 3 4 2 3 2 3 4 4 3 3 49 64 76,56 Baik
6 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 38 64 59,38 Cukup
7 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 51 64 79,69 Baik
8 4 4 3 3 4 3 2 1 4 3 1 1 3 3 3 3 45 64 70,31 Cukup
9 4 4 3 4 2 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 55 64 85,94 Baik
10 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 59 64 92,19 Baik
11 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 62 64 96,88 Baik
12 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 2 4 4 59 64 92,19 Baik
13 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 45 64 70,31 Cukup
14 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 46 64 71,88 Cukup
15 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 60 64 93,75 Baik
16 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 58 64 90,63 Baik
17 4 4 4 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 58 64 90,63 Baik
18 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 59 64 92,19 Baik
19 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 46 64 71,88 Cukup
20 1 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 37 64 57,81 Cukup
21 3 2 2 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 44 64 68,75 Cukup
22 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 57 64 89,06 Baik
23 3 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 45 64 70,31 Cukup
104
24 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2 1 2 1 28 64 43,75 Kurang
25 4 3 2 1 4 3 2 3 2 2 1 1 2 2 3 3 38 64 59,38 Cukup
26 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 46 64 71,88 Cukup
27 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 46 64 71,88 Cukup
28 4 3 2 4 4 2 4 3 3 4 3 3 4 4 2 4 53 64 82,81 Baik
29 1 1 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 37 64 57,81 Cukup
30 4 2 2 4 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 55 64 85,94 Baik
31 4 4 4 3 2 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 58 64 90,63 Baik
32 4 3 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 57 64 89,06 Baik
33 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 61 64 95,31 Baik
34 3 4 3 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 33 64 51,56 Kurang
35 2 3 2 4 1 1 2 1 2 2 1 1 3 2 3 3 33 64 51,56 Kurang
36 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 58 64 90,63 Baik
105
Lampiran 9
Distribusi Frekuensi Responden
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-laki 14 38,89
Perempuan 22 61,11
Total 36 100
Lama Anggota Keluarga Menderita Hipertensi Frekuensi %
1-2 Tahun 16 44,40
3-4 Tahun 12 33,30
≥ 5 Tahun 8 22,3
Total 36 100
Pendidikan Frekuensi %
SD 5 13,89
SMP 12 33,33
SMA 13 36,11
PT 6 16,67
Total 36 100
Pekerjaan Frekuensi %
PNS 7 19,44
SWASTA 8 22,22
WIRASWASTA 13 36,11
BURUH TANI 8 22,22
Total 36 100
Status Hubungan dengan Keluarga Frekuensi %
Anak 28 77,77
Orang Tua 0 0,00
Suami / Istri 5 13,88
Saudara yang tinggal serumah 3 8,33
Total 36 100
106
Informasi Frekuensi %
Sudah 36 100
Belum 0 0
Total 36 100
Keeluarga memiliki riwayat penyakit berat Frekuensi %
Ya 0 0,00
Tidak 36 100,00
Total 36 100
107
Lampiran 10
Hasil Uji Korelasi
Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi
dengan Dukungan Keluarga dalam Proses Penyembuhan
Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas
Banjarejo Kota Madiun
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan_keluarga *
Dukungan_keluarga 36 100.0% 0 .0% 36 100.0%
Pengetahuan_keluarga * Dukungan_keluarga Crosstabulation
Count
Dukungan_keluarga
Total Baik Cukup Kurang
Pengetahuan_keluarga Baik 18 4 0 22
Cukup 2 6 2 10
Kurang 1 2 1 4
Total 21 12 3 36
Directional Measures
Value
Asymp.
Std.
Errora
Approx.
Tb
Approx.
Sig.
Ordinal by
Ordinal
Somers' d Symmetric .567 .122 4.239 .000
Pengetahuan_keluarg
a Dependent .564 .119 4.239 .000
Dukungan_keluarga
Dependent .569 .131 4.239 .000
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
108
Lampiran 11
Hasil Uji Korelasi Somer’s D
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora
Approx.
Tb
Approx.
Sig.
Interval by Interval Pearson's R .564 .128 3.978 .000c
Ordinal by Ordinal Somer’s D Corelation .603 .129 4.406 .000c
N of Valid Cases 36
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
109
Lampiran 12
110
111
Lampiran 13
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No. Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pembuatan dan Konsul
Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Ujian Proposal
5. Revisi Proposal
6. Pengambilan Data
7. Penyusunan dan Konsul
Skripsi
8. Ujian Skripsi
112
Lampiran 14
Dokumentasi Penelitian