ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

21
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS (DM) A. DEFINISI Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance: 1. Klasifikasi Klinis a. Diabetes Mellitus 1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I 2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas) b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG) c. Diabetes Kehamilan (GDM) 2. Klasifikasi risiko statistik a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa

Transcript of ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

Page 1: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS (DM)

A.    DEFINISI

            Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,

ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John

(2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan

hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau

berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.

            Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and

Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:

1.      Klasifikasi Klinis

a.       Diabetes Mellitus

1)      Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I

2)      Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas ,

dan DMTTI dengan obesitas)

b.      Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)

c.       Diabetes Kehamilan (GDM)

2.      Klasifikasi risiko statistik

a.       Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa

b.      Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa

      Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan hormon

insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan

untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan

mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat

penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat  penurunan jumlah

produksi insulin.

Page 2: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

B.     ETIOLOGI

1.      Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)

a.       Faktor genetic :

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi

atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini

ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.

HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses

imun lainnya.

b.      Faktor imunologi :

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon

abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap

jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c.       Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan

menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat

menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2.      Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang

kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada

awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula

mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi

intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan

DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan

oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya

terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport

glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan

meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi

Page 3: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga

Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang

lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa

kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:

a.       Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

b.      Obesitas

c.       Riwayat keluarga

d.      Kelompok etnik

C.    MANIFESTASI KLINIS

Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila

menderita dua dari tiga gejala yaitu:

1.      Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.

2.      Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl

3.      Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes

Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal,

Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.

D.    PATOFISIOLOGI

            Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti

sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi

dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan

setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein

(Suyono,1999). 

            Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme

sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi

Page 4: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi

insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini

menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi

hiperglikemia.

            Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat

kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah

meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang

batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak

bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula

yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria.

Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria.

Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga

pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut

polidipsi.

            Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-

sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi

menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa

lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak

yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman

darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh

berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita

berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan

terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).

Page 5: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

KASUS DIABETES PADA IBU “ D “

Ibu D ( 45 thn ) masuk rumah sakit dengan luka diabetikum pada kaki yang lama tidak

sembuh, bahkan lukanya sangat dalam sampai kelihatan bentuk tulangnya. Klien mengatakan

merasa lemas dan sering sekali minum, dan inginnya makan terus terus. Dari hasil pengujian

sementara didapatkan : kondisi umum klien : lemah, TTV TD : 160/90 mmhg HR: 90x/ menit ,

suhu : 37 C, RR: 18x/ menit , sudah terjadi neuropati ekstremitas, kakki teraba dingin dan terlihat

pucat, gula dara sementara: 450/dl, ada riwayat DM pada anggota keluarga ( bapaknya

meninggal karena komplikasi ) . sejak kecilibu D mengalami gizi lebih ( obesitas ) , BB sekarang

: 42 kg , TB : 160 cm, sebelum sakit-sakitan BB nya perna mencapai 84 kg.

A. DATA FOKUS

DS :

         Klien mengatakanmerasa lemas

         Klien mengatakan sering kencil, sering minum, dan inginya makan terus

         Neuropati ekstremitas

         Luka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam sampai

kelihatan bentuk tulangnya.

         Kaki teraba dingin dan terlihat pucat

         Mengalami obesitas sejak kecil

DO :

         TD : 160/90 mmHg

         Suhu : 37 C

         RR : 18x/ menit

         HR : 90x/ menit

         Gula dara sementara / sewaktu : 450/dl

         BB sekarang : 42 kg

         BB dahulu : 84 kg

         TB : 160 cm

         Diagnisis Medis : Diabetes Mellitus

Page 6: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

B. ANALISA DATA

N

O

SYMTOMPETIOLOGI PROBLEM

DS DO

1        Klien

mengatakanmerasa

lemas

       Klien mengatakan

sering kencil,

sering minum, dan

inginya makan

terus

      BB sekarang : 42 kg

      BB dahulu : 84 kg

      TD : 160/90 mmHg

      TB : 160 cm

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Faktor Biologis

2        Neuropati

ekstremitas

       Luka ulkus

diabetikum pada

kaki yang tidak

perna sembuh

bahkan lukanya

sangat dalam

sampai kelihatan

bentuk tulangnya.

      Gula darah

sementara : 450/dl

      Diagnisis Medis :

Diabetes Mellitus

      TD : 160/90 mmHg

Kerusakan

integritas jaringan

Faktor Mekanik

Page 7: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

C. PRIORITAS DIAGNOSA

1.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis (ketidakmampuan

tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi ) d/d

DS :

         Klien mengatakanmerasa lemas

         Klien mengatakan sering kencil, sering minum, dan inginya makan terus

DO :

      BB sekarang : 42 kg

      BB dahulu : 84 kg

      TD : 160/90 mmHg

      TB : 160 cm

2.      Kerusakan integritas jaringan b/d dengan faktor mekanik: ( terjadinya neuropati ekstremitas ) d/d

DS :

         Neuropati ekstremitas

         Luka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam sampai

kelihatan bentuk tulangnya.

DO :

      Gula darah sementara : 450/dl

      Diagnisis Medis : Diabetes Mellitus

      TD : 160/90 mmHg

D. INTERVENSI / PERENCANAAN

Tgl No

Dx

NOC NIC RASIONAL T.T.D

21- 12- 1 Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam klien menunjukan perbaikan status nutrisi

Manajemen Nutrisi      kaji pola makan klien

       Pengkajian pola makan klien untuk memntau perkembangan nutrisi klien

Page 8: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

2012 dengan kriteria hasilNutrisonal Status

       100405 :BB stabil tidak terjadi mal nutrisi,

       100403 : tingkat energi adekuat,

       110401: pemasukan nutrisi adekuat

       100402: pemasukan makanan yang baik bagi keadaan klien

      Kaji adanya alergi makanan    Untuk memastikan tidak adanya gangguan pada peningkatan pola nutrisi dan makan klien

      Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.

   Untuk membantu pasien mendapatkan asupan nutrisi sesui dengan kebutuhan tubuh

      Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya

   Untuk mempercepat kesembuhan dan keseimbangan nurtrisi pada pasien.

      Ajarkan pasien bagaimana memili makanan yang sesui dengan kebutuhan tubuh

   Agar pasien dapat menja pola makan dan mengontro makanan yang dikonsumsi agar tidak terjadinya peningkatan kadar gula darah

Monitor Nutrisi

     Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.

     Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.

     Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.

Page 9: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatanpada pasienselama 6x24 jam penyembuhan luka meningkat dengan kriteria hasil :Wound healing

       Penyembuhan Luka mengecil dalam ukuran

       Dan adanya peningkatan granulasi jaringan

Wound care      Monitor karakteristik luka:tentukan

ukuran dan kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers

      Catat karakteristik cairan secret yang keluar

       Bersihkan dengan cairan anti bakteri       Dressing dengan kasa steril sesuai

kebutuhan       Pertahankan tehnik dressing steril

       Hubungi atau kolaborasi dengan dokter dalam perawatan luka

       Ajarkan pasien atau anggota keluarga prosedur perawatan luka

       Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka

       Berikan posisi terhindar dari tekanan

  agar perawat dapat mengetahui karakteristik luka dan teknik penngobatan

  dapat mengetahui cairan dan sekret yang ada pada luka

  untuk menghindari infeksi pada luka

  untuk membalut luka aga mempercepat proses penyembuhan

  untuk mempercepat proses penyembuhan

  agar pasien atau anggota kelluaraga dapat melakukan teknik rawat luka mandiri

  agar perawat mengetahui perubahan yang terjadi pada luka

  agar luka tidak semakin parah

Page 10: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

C.   RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC

1 Nyeri akut b/d

agen injuri fisik

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, tingkat kenyamanan klien meningkat, dan dibuktikan dengan level nyeri: klien dapat melaporkan nyeri pada petugas, frekuensi nyeri, ekspresi wajah,  dan menyatakan kenyamanan fisik dan psikologis, TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-20x/mntControl nyeri  dibuktikan dengan klien melaporkan gejala nyeri dan control nyeri.

Manajemen nyeri :1.      Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan ontro presipitasi.

2.  Observasi  reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

3.  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.

4.  Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.

5.  Kurangi ontro presipitasi nyeri.6.  Pilih dan lakukan penanganan nyeri

(farmakologis/non farmakologis)..7.  Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,

distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..8.  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.9.  Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol

nyeri.10.         Kolaborasi dengan dokter bila ada

komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.

11.         Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.

Administrasi analgetik :.1.  Cek program pemberian analogetik; jenis,

dosis, dan frekuensi.2.  Cek riwayat alergi..3.  Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian

dan dosis optimal.4.  Monitor TTV sebelum dan sesudah

pemberian analgetik.5.  Berikan analgetik tepat waktu terutama saat

nyeri muncul.6.  Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan

gejala efek samping.

2. Ketidakseimbang

an nutrisi kurang

dari kebutuhan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, klien menunjukan status nutrisi adekuat dibuktikan dengan BB

Manajemen Nutrisi1. kaji pola makan klien2. Kaji adanya alergi makanan.3. Kaji makanan yang disukai oleh klien.4. Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan

Page 11: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

tubuh bd

ketidakmampuan

tubuh

mengabsorbsi

zat-zat gizi

berhubungan

dengan faktor

biologis.

stabil tidak terjadi mal nutrisi, tingkat energi adekuat, masukan nutrisi adekuat

nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.5. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan

nutrisinya.6. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung

cukup serat untuk mencegah konstipasi.7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

dan pentingnya bagi tubuh klien.Monitor Nutrisi

1. Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.2. Monitor respon klien terhadap situasi yang

mengharuskan klien makan.3. Monitor lingkungan selama makan.4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak

bersamaan dengan waktu klien makan.5. Monitor adanya mual muntah.6. Monitor adanya gangguan dalam proses

mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.

7. Monitor intake nutrisi dan kalori.

3. Kerusakan

integritas

jaringan bd faktor

mekanik:

perubahan

sirkulasi,

imobilitas dan

penurunan

sensabilitas

(neuropati)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Wound healing meningkatdengan criteria:Luka mengecil dalam ukuran dan peningkatan granulasi jaringan

Wound care1.    Catat karakteristik luka:tentukan ukuran dan

kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers

2.    Catat karakteristik cairan secret yang keluar3.    Bersihkan dengan cairan anti bakteri4.    Bilas dengan cairan NaCl 0,9%5.    Lakukan nekrotomi K/P6.    Lakukan tampon yang sesuai7.    Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan8.    Lakukan pembalutan9.    Pertahankan tehnik dressing steril ketika

melakukan perawatan luka10. Amati setiap perubahan pada balutan11. Bandingkan dan catat setiap adanya

perubahan pada luka12. Berikan posisi terhindar dari tekanan

4.. Kerusakan

mobilitas fisik bd

tidak nyaman

nyeri, intoleransi

aktifitas,

penurunan

Setelah dilakukan Asuhan keperawatan, dapat teridentifikasi Mobility levelJoint movement: aktif.Self care:ADLsDengan criteria hasil:

1.     Aktivitas fisik meningkat

Terapi Exercise : Pergerakan sendi1.    Pastikan keterbatasan gerak sendi yang

dialami2.     Kolaborasi dengan fisioterapi3.    Pastikan motivasi klien untuk

mempertahankan pergerakan sendi4.    Pastikan klien untuk mempertahankan

pergerakan sendi

Page 12: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

kekuatan otot 2. ROM normal3. Melaporkan perasaan

peningkatan kekuatan kemampuan dalam bergerak

4. Klien bisa melakukan aktivitas

5. Kebersihan diri klien terpenuhi walaupun dibantu oleh perawat atau keluarga

5.    Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan

6.    Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual; keteraturan, Latih ROM pasif.Exercise promotion

1.    Bantu identifikasi  program latihan yang sesuai

2.    Diskusikan dan instruksikan pada klien mengenai latihan yang tepatExercise terapi ambulasi

1.    Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi

2.    Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi3.    Fasilitasi penggunaan alat Bantu

Self care assistance:Bathing/hygiene, dressing, feeding and toileting.

1.    Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan mandi dan kebersihan diri, berpakaian, makan dan toileting klien

2.    Berikan bantuan kebutuhan sehari – hari sampai klien dapat merawat secara mandiri

3.    Monitor kebersihan kuku, kulit, berpakaian , dietnya dan pola eliminasinya.

4.    Monitor kemampuan perawatan diri klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

5.    Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai kemampuan

6.    Promosi aktivitas sesuai usia

Page 13: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan nya

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pengetahuan klien meningkat.Knowledge : Illness Care dg kriteria :

1  Tahu Diitnya2  Proses penyakit 3  Konservasi energi 4  Kontrol infeksi 5  Pengobatan 6  Aktivitas yang dianjurkan 7  Prosedur pengobatan 8  Regimen/aturan

pengobatan 9  Sumber-sumber

kesehatan 10                    Manajemen

penyakit

Teaching : Dissease Process1.    Kaji  tingkat pengetahuan klien dan keluarga

tentang proses penyakit2.    Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda

dan gejala serta penyebab yang mungkin3.    Sediakan informasi tentang kondisi klien4.    Siapkan keluarga atau orang-orang yang

berarti dengan informasi tentang perkembangan klien

5.    Sediakan informasi tentang diagnosa klien6.    Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit

7.    Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatan

8.    Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi

9.    Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan atau memperoleh alternatif pilihan

10. Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi11. Anjurkan klien untuk mencegah efek samping

dari penyakit12. Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada13. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan

gejala yang muncul pada petugas kesehatan14. kolaborasi dg  tim yang lain.

6. Defisit self care Setelah dilakukan asuhan keperawatan, klien mampu Perawatan diri Self care :Activity Daly Living (ADL) dengan indicator :

   Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, kebersihan, toileting, ambulasi)

   Kebersihan diri pasien terpenuhi

Bantuan perawatan diri 1. Monitor kemampuan pasien terhadap

perawatan diri2. Monitor kebutuhan akan personal hygiene,

berpakaian, toileting dan makan3. Beri bantuan sampai klien mempunyai

kemapuan untuk merawat diri4. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.5. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas

sehari-hari sesuai kemampuannya6. Pertahankan aktivitas perawatan diri secara

rutin7. Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari.8. Berikan reinforcement atas usaha yang

dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari hari.

7. PK: Hipo / Hiperglikemi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan

Managemen Hipoglikemia:1.    Monitor tingkat gula darah sesuai indikasi

Page 14: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

perawat akan menangani dan meminimalkan episode hipo / hiperglikemia

2.    Monitor tanda dan gejala hipoglikemi ; kadar gula darah < 70 mg/dl, kulit dingin, lembab pucat, tachikardi, peka rangsang, gelisah, tidak sadar , bingung, ngantuk.

3.    Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk / sejenis jahe setiap 15 menit sampai kadar gula darah > 69 mg/dl

4.    Berikan glukosa 50 % dalam IV sesuai protokol

5.    K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk dietnya.

Managemen Hiperglikemia1.    Monitor GDR sesuai indikasi2.    Monitor tanda dan gejala diabetik ketoasidosis

; gula darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit kepala, pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria, polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun.

3.    Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi4.    Berikan insulin sesuai order5.    Pertahankan akses IV6.    Berikan IV fluids sesuai kebutuhan7.    Konsultasi dengan dokter jika tanda dan

gejala Hiperglikemia menetap atau memburuk8.    Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi

hipotensi9.    Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl

khususnya adanya keton pada urine10. Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi &

irama, warna kulit, waktu pengisian kapiler, nadi perifer dan kalium

11. Anjurkan banyak minumMonitor status cairan I/O sesuai kebutuhan

8. PK : Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan, perawat akan menangani / mengurangi komplikasi defesiensi imun  

1.   Pantau tanda dan gejala infeksi primer & sekunder

2.   Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.

3.   Batasi pengunjung bila perlu.4.   Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci

tangan saat kontak dan sesudahnya.5.   Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci

tangan.6.   Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah

tindakan keperawatan.

Page 15: ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DIABETES_MELITUS.docx

7.   Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.

8.   Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.

9.   Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari.

10.  Amati keadaan luka dan sekitarnya dari tanda – tanda meluasnya infeksi

11.  Tingkatkan intake nutrisi.dan cairan12.  Berikan antibiotik sesuai program. 13.  Monitor hitung granulosit dan WBC.14.  Ambil kultur jika perlu dan laporkan bila

hasilnya positip.15.  Dorong istirahat yang cukup.16.  Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.17.  Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan

gejala infeksi