A06vlusfvsdfF

77
7/17/2019 A06vlusfvsdfF http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 1/77  1 HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA VIVI LUTFIAH

description

EFAWFAF

Transcript of A06vlusfvsdfF

Page 1: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 1/77

  1

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN

KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA

VIVI LUTFIAH

Page 2: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 2/77

  2

RINGKASAN

VIVI LUTFIAH. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan KeluhanMenstruasi pada Remaja (Dibimbing oleh HARDINSYAH dan EDDY S.MUDJAJANTO).

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungankonsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi. Secara khususpenelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari usia awal menstruasi, lama

menstruasi, keteraturan, dan siklus menstruasi, (2) mempelajari keluhanmenstruasi, (3) mempelajari pola konsumsi susu dan pangan sumber kalsium, (4)menganalisis konsumsi dan tingkat konsumsi kalsium, (5) menganalisishubungan konsumsi susu, pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya),dan tingkat konsumsi kalsium dengan keluhan menstruasi, (6) mengujiperbedaan keluhan menstruasi pada tingkat konsumsi kalsium cukup dankurang, (7) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan menstruasi.

Disain penelitian adalah cross-sectional study . Penelitian dilakukan di

SMAN 3 dan SMAN 5 Kota Bogor. Pengambilan data dilakukan pada bulanJanuari hingga Februari 2007. Contoh dalam penelitian adalah semua siswi kelas11. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 327 orang.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Dataprimer terdiri dari keadaan umum lokasi penelitian, karakteristik contoh dankeluarga contoh (usia, uang saku, pekerjaan orang tua, besar keluarga,kebiasaan berolahraga, dan stres), kebiasaan minum susu, konsumsi pangan(meliputi pangan sumber kalsium dan pangan penghambat kalsium), konsumsisuplemen, dan menstruasi. Data sekunder meliputi data kandungan kalsium yang

diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Indonesia (Hardinsyah

Page 3: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 3/77

  3

Rata-rata konsumsi kalsium dari susu adalah 269.84±227.20 mg/hari,

sedangkan rata-rata konsumsi kalsium total adalah 595.87±314.76 mg/hari.Rata-rata konsumsi kalsium total masih terbilang kurang apabila dibandingkandengan angka kecukupan kalsium menurut AKG 2004 untuk remaja putri (1000mg). Lebih dari separuh contoh (66.7%) berada pada tingkat konsumsi kalsiumkurang.

Hasil uji korelasi Pearson menyatakan bahwa tidak ada hubungan antarakonsumsi susu (ml) dengan skor keluhan menstruasi menjelang (p>0.05), saat(p>0.05), dan total (p>0.05). Konsumsi kalsium dari susu dengan skor keluhan

menstruasi baik menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), maupun total (p>0.05) jugatidak berhubungan. Tingkat konsumsi kalsium juga tidak berhubungan denganskor keluhan menstruasi menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), maupun total(p>0.05). Konsumsi kalsium dari pangan sumber kalsium (non  susu danolahannya) berhubungan positif dengan skor keluhan menjelang (p<0.05), saat(p<0.05), dan total (p<0.05). Hubungan ini menyatakan bahwa semakin tinggikonsumsi kalsium dari pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya), skorkeluhan menstruasi pun semakin tinggi. Hal ini diduga karena kalsium yangdiperoleh dari pangan sumber kalsium (non susu dan hasil olahannya) lebihbanyak berasal dari kacang-kacangan dan hasil olahannya serta sayuran(63.97%). Selain itu, contoh dengan konsumsi pangan sumber kalsium (non susudan olahannya) di atas median lebih banyak yang mengonsumsi panganpenghambat kalsium (p<0.01).

Hasil uji Independent-Samples T Test  menunjukkan adanya perbedaannyata antara skor keluhan menstruasi menjelang (p<0.1), saat (p<0.05), dan total(p<0.05) pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup (=66.67%) dankurang (<66.67%). Akan tetapi rata-rata skor keluhan menjelang, saat, dan total

menstruasi pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup lebih tinggi

Page 4: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 4/77

  4

ABSTRACT

VIVI LUTFIAH. The Relation between Calcium Source-food Consumption withMenstrual Complaint in Adolescent. Under the direction of HARDINSYAH andEDDY S. MUDJAJANTO.

The objective of this research is to identify relation between calciumsource-food consumption with menstrual complaint. Samples consisted of 327female students at 11

th  grade. The design of this research is cross-sectional

study. There is no correlation between milk consumption (ml), calcium

consumption from milk, and level of calcium consumption with menstrualcomplaint score. Calcium consumption from calcium source-food (non milk andits products) have a positive correlation (p<0.05) with menstrual complaint score.This is could be happen because of the calcium coming from calcium source-food (non milk and its product) is much more  coming from legumes and itsproduct and vegetables (63.97%). Besides, samples that consumed calciumsource-food (non milk and its product) more than median are consume morecalcium inhibit food. There is difference between menstrual complaint score insamples with sufficient calcium consumption level and deficit calciumconsumption level. But the average of menstrual complaints score in sampleswith sufficient calcium consumption level higher than samples with deficit calciumconsumption level. This can be caused by the average of calcium inhibit-foodfrequency per day in samples with sufficient calcium consumption level(1.46±0.89) is higher than samples with deficit calcium consumption level(0.95±0.62). Besides, samples with sufficient calcium consumption level is havingmuch more stress during last six months. The result of doubled linier regressiontest revealed that consumption frequency of calcium inhibit food and stress

frequency during last six month are factors influencing menstrual complaint

Page 5: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 5/77

  5

HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN

KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Page 6: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 6/77

  6

Judul : HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM

DENGAN KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA

Nama Mahasiswa : Vivi Lutfiah

NRP : A54103063

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Ir. Eddy S. Mudjajanto

NIP. 131287340 NIP. 131760849

Page 7: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 7/77

  7

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 5 September 1984 dari

pasangan Syihabuddin dan Sobriyah. Penulis merupakan anak ke enam dari

sembilan bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan dasar di SD Negeri Kupahandap II pada

tahun 1991-1997, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1

Pandeglang pada tahun 1997-2000. Setelah lulus dari SLTP, penulis melanjutkan

studinya di SMU Negeri 1 Serang pada tahun 2000-2003.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun

2003 melalui jalur SPMB dan memilih Program Studi Gizi Masyarakat dan

Sumberdaya Keluarga. Penulis merupakan staf divisi Pengembangan

Sumberdaya Manusia Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian(HIMAGITA) periode 2004-2005. Penulis juga aktif di Bina Desa GMSK sebagai

staf divisi Kewirausahaan (2004-2005) dan ketua divisi Kewirausahaan (2005-

2006).

Page 8: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 8/77

  8

PRAKATA

Puji dan syukur penulis hadiratkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Keluhan Menstruasi

pada Remaja”. Penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan

atas semua keikhlasan bantuan yang telah diberikan, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen

pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,

arahan dan dorongan dengan penuh pengertian dan kesabaran sejak awal

penyusunan hingga terselesainya skripsi ini.

2. Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen pembimbing akademik atas

bimbingan dan arahannya selama ini.3. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar sekaligus dosen

penguji atas arahan dan saran yang diberikan.

4. Pihak SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor yang telah membantu

terlaksananya penelitian ini.

5. Mama, Apa, kakak-kakakku, adik-adikku dan oom yang selalu memberikan

k ih d d k d h ti k d li

Page 9: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 9/77

  9

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik (biasanya setiap

bulan) dari uterus yang merupakan campuran darah, cairan jaringan, dan bagian

kecil dari rahim (endometrium) (Jones, Derek, Abraham, dan Suzanne 1996,

diacu dalam Utami 2003). Peristiwa menstruasi sering disertai gangguan fisik dan

mental. Jeffcoate menyatakan bahwa hanya kira-kira 20 persen diantara para

wanita yang sama sekali tidak mengalami gangguan apapun (Danukusumo &

 Affandi 1990).

Gangguan menstruasi pada remaja lebih sering terjadi (Affandi 1990b).

Penelitian Utami (2003) yang dilakukan pada tahun 2002 di SMAN 1 Bogor,

SMAN 1 Ciampea, dan SMAN 81 Jakarta mengungkapkan bahwa sebanyak 79.8persen remaja putri mengalami keluhan menjelang menstruasi dan 82.1 persen

mengalami keluhan saat menstruasi.

Keluhan utama yang dihadapi remaja wanita menjelang dan saat

menstruasi adalah keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada payudara,

lemah dan lesu, lebih emosional, dan jerawat. Keluhan menstruasi lainnya yang

j k d di l i it t lit tid i l j k i d

Page 10: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 10/77

  10

Hubungan utama antara sindrom pramenstruasi dan gizi terutama

terfokus pada metabolisme energi dan status vitamin serta mineral. Faktor gizi

yang berperan dalam membantu mengurangi terjadinya gejala sindrom

pramenstruasi salah satunya adalah dengan mengonsumsi pangan yang banyak

mengandung kalsium (Whitney & Sizer 2000, diacu dalam Briawan 2004).

Pangan sumber kalsium diantaranya yaitu ikan dimakan dengan tulang,

kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe serta sayuran

hijau. Susu dan hasil olahan susu, seperti keju adalah sumber kalsium utama

(Almatsier 2002). Mann dan Truswell (2002) menyatakan bahwa susu

merupakan sumber kalsium yang paling tinggi dan merupakan penyumbang

kalsium terbesar dari konsumsi kalsium harian. Kebutuhan kalsium sehari-hari

sulit diperoleh tanpa penambahan sejumlah susu atau produk susu dalam diit

(Stevenson & Miller 1962). Wiseman (2002) menyatakan bahwa apabila susu

dan produk susu tidak dikonsumsi maka akan sulit untuk mendapatkan asupan

kalsium yang baik kecuali ditambah dengan konsumsi tablet kalsium.

Konsumsi kalsium yang semakin baik diduga dapat menurunkan keluhan-

keluhan yang terjadi sebelum dan saat menstruasi. Berdasarkan hal tersebut,

peneliti tertarik untuk meneliti hubungan konsumsi pangan sumber kalsium

Page 11: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 11/77

  11

4. Menganalisis konsumsi dan tingkat konsumsi kalsium.

5. Menganalisis hubungan konsumsi susu, pangan sumber kalsium, dan tingkat

konsumsi kalsium dengan keluhan menstruasi.

6. Menguji perbedaan keluhan menstruasi pada tingkat konsumsi kalsium cukup

dan kurang.

7. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan menstruasi.

Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

hubungan konsumsi susu dan pangan sumber kalsium dengan keluhan

menstruasi bagi masyarakat umum, khususnya remaja putri. Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberi bahan masukan bagi pengembangan keilmuan dan

institusi terkait, seperti institusi pendidikan dan kesehatan serta kepada pembuatkebijakan terutama dalam bidang pangan dan gizi.

Page 12: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 12/77

  12

TINJAUAN PUSTAKA

Menstruasi

Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa

(Nasoetion & Riyadi 1995). Menurut WHO usia remaja berkisar antara 10 sampai

19 tahun. Usia remaja dimulai dengan masa pubertas (Riyadi 2003). Pubertas

adalah periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang

ditandai dengan perubahan dalam struktur tubuh maupun perkembangan

seksual. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena hormon mulai dihasilkan

sehingga menyebabkan perkembangan fisik dari organ genital bagian dalam

(ovarium, rahim, testis, prostat, dan sebagainya) dan menggerakkan organ-organ

tersebut untuk melakukan fungsinya (Dolto, Schiffmann & Bello 1990).Pubertas biasanya dimulai pada umur 10 sampai 14 tahun dan pada

seorang gadis ditandai dengan permulaan menstruasi (Pearce 2000). Menstruasi

merupakan ciri khas kematangan biologik seorang wanita (Danukusumo &

 Affandi 1990). Jones et al . (1996), diacu dalam Utami (2003), mengemukakan

bahwa menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik (biasanya setiap

Page 13: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 13/77

  13

disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik dan

berkurangnya penyakit menahun.

Pada setiap wanita lama menstruasi biasanya tetap. Lama menstruasi

biasanya antara 3 sampai 5 hari, ada yang 1 sampai 2 hari dan diikuti darah

sedikit-sedikit, dan ada yang 7 sampai 8 hari (Affandi 1990a). Peneliti sebagian

besar menemukan bahwa rata-rata lama menstruasi 3 sampai 5 hari dianggap

normal dan lebih dari 8 atau 9 hari dianggap tidak normal (Affandi 1990b).

Penelitian WHO menunjukkan bahwa kemampuan wanita untuk mengingat

kembali lamanya menstruasi (dalam hari) yang terakhir dengan tepat adalah 85

persen (Danukusumo & Affandi 1990).

Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi

yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan

dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus menstruasi yang biasa pada

manusia ialah 25 sampai 32 hari. Panjang siklus menstruasi normal atau siklus

menstruasi yang dianggap klasik adalah 28 hari. Panjang siklus menstruasi

normal bervariasi cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita, tetapi juga

pada wanita yang sama (Affandi 1990a). Cabot (1994) menyatakan bahwa siklus

menstruasi normal dapat bervariasi antara 21 sampai 35 hari.

Page 14: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 14/77

  14

dibuahi yang tiba dalam uterus sehingga menstruasi terjadi dan siklus di ulang

sekali lagi (Pearce 2000).

Siklus menstruasi normal terdiri atas fase folikuler, saat ovulasi, dan fase

luteal. Fase folikuler dini berlangsung tidak lama setelah menstruasi dimulai dan

ditandai dengan berkembangnya beberapa folikel yang dipengaruhi oleh follicle

stimulating hormone  (FSH) yang meningkat. FSH yang meningkat disebabkan

oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Perkembangan

folikel menyebabkan produksi estrogen meningkat dan menekan produksi FSH.

Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi.

Kadar estrogen yang tinggi memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik

dan dengan mendadak terjadi puncak pelepasan luteinising hormone (LH-surge)

pada pertengahan siklus yang mengakibatkan terjadinya ovulasi. Kadar LH

menurun pada fase luteal. Fase luteal terjadi setelah ovulasi ketika sel-sel

granulosa membesar, membentuk vakuola, bertumpuk pigmen kuning (lutein),

dan folikel menjadi korpus luteum. Variasi panjangnya siklus pada siklus

menstruasi normal umumnya disebabkan oleh variasi dalam fase folikuler

(Prawirohardjo et al. 1987).

Siklus menstruasi diatur oleh interaksi kompleks hipotalamus, hipofisis,

Page 15: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 15/77

  15

Ovarium mensekresikan hormon estrogen dan progesteron. Estrogen

diproduksi oleh sel-sel granulosa yang terdapat pada folikel yang belum matang.

Korpus luteum yang memproduksi progesteron selama fase luteal akan terbentuk

setelah ovulasi (Affandi 1990a).

Pada fase folikuler disekresikan juga hormon inhibin. Sekresi hormon

inhibin sejalan dengan estrogen yaitu tetap tinggi sampai menjelang berakhirnya

fase luteal. Hormon ini bertugas menghambat sekresi FSH dan LH, yang

merupakan bagian dari mekanisme umpan balik negatif dari hormon-hormon

ovarium dan hipofisis. Peningkatan progesteron yang sejalan dengan penurunan

gonadotropin mengakibatkan terjadinya regresi korpus luteum. Fungsi korpus

luteum yang berakhir akan mengakibatkan penghentian produksi progesteron

yang memegang peranan penting dalam mekanisme terjadinya menstruasi

(Affandi 1990a).

Keluhan dan Penyebab Menstruasi

Menstruasi tidak hanya sekedar keluarnya darah dari vagina, akan tetapi

disertai pula dengan perasaan tidak nyaman dan stres mental. Gangguan

menstruasi pada remaja lebih sering terjadi (Affandi 1990b). Jumlah dan sifat

Page 16: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 16/77

  16

sebesar 5-95 persen dari wanita yang telah menstruasi dan secara umum sekitar

40 persen wanita telah terpengaruh oleh adanya PMS.

Dismenore  atau keram menstruasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu

spasmodik   apabila terjadi hanya pada saat menstruasi dan disebut kongestif

apabila timbul pada permulaan menstruasi atau sebelum menstruasi

(Danukusumo & Affandi 1990). Setengah dari wanita dengan dismenore  yang

cukup parah memiliki gejala-gejala tidak menyenangkan seperti muntah, mual,

diare, pusing, sakit kepala, dan kegugupan (Jones et al. 1996, diacu dalam Utami

2003).

Gejala dismenore spasmodik  yaitu perasaan nyeri yang berat, pegal dan

tidak putus-putus di daerah perut atau bagian pinggang yang sempit, kadang-

kadang disertai rasa tumpul dan linu di daerah genital. Rasa sakit tersebut

bersamaan dengan perdarahan yang terjadi dan hampir semua wanita

mengalami keadaan ini. Wanita sebagian diantaranya merasakannya sebagai

rasa sakit yang hebat (Shreeve 1989).

Dismenore  kongestif   yaitu jenis sakit perut atau sakit pinggang bagian

bawah yang berlangsung sebelum menstruasi. Rasa sakit tersebut disebabkan

karena penyumbatan pada pembuluh darah daerah genital dan panggul. Perut

Page 17: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 17/77

  17

yang sering dialami yaitu pembengkakan dan kenaikan berat badan. Perubahan

ini disebabkan karena tertumpuknya cairan dalam tubuh selama fase

pramenstruasi.

Gejala-gejala mental dan emosional yang timbul yaitu ketegangan, rasa

cepat marah, depresi, lesu, dan kurang konsentrasi. Gejala lainnya yaitu

penderita merasa cepat bereaksi secara emosional, kehilangan kepercayaan,

dan merasa tidak berguna. Penderita merasa ingatannya berkurang, tidak dapat

mengontrol emosi, mengidamkan makanan dan minuman tertentu, serta tidak

mempunyai gairah bekerja dan olahraga karena tubuh terasa lelah sekali. Agresi

dan kemarahan yang irasional adalah gejala yang paling terlihat dari sindrom

pramenstruasi (Shreeve 1989).

Hardinsyah (2004) menyatakan bahwa remaja wanita banyak mengalami

keluhan keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada payudara, lemah dan

lesu, lebih emosional, dan jerawat pada menjelang dan saat menstruasi. Keluhan

menstruasi lainnya yang juga kadang dialami yaitu stres, sulit tidur, pusing, mual,

 jarang kencing, dan berat badan meningkat.

Gangguan menstruasi disebabkan karena berbagai hal, yaitu kelainan

biologik (organik atau disfungsional), psikologik seperti keadaan stres dan

Page 18: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 18/77

  18

Penyebab dismenore  spasmodik   berkaitan dengan perubahan yang

dialami rahim (uterus) selama menstruasi. Menstruasi terjadi karena pelapis yang

disiapkan rahim untuk menjadi tempat pertumbuhan yang sehat bagi telur yang

telah dibuahi tidak menerima telur seperti itu sehingga perlu dibuang. Hal ini

tejadi melalui kontraksi dinding rahim yang berotot sehingga dinding tersebut

bersih dari pelapis yag tidak terpakai (Shreeve 1989).

Kontraksi jaringan otot yang kuat hampir selalu terasa sakit akibat adanya

gangguan peredaran darah dan penimbunan zat kimia. Dismenore  spasmodik  

dapat juga disebabkan karena pertumbuhan otot-otot yang kurang baik sehingga

otot-otot yang berkontraksi mengalami kesulitan apabila meregang. Keadaan ini

sangat mempengaruhi wanita pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama

permulaan masa menstruasi sampai mendapatkan hormon estrogen untuk

memperbaiki otot-otot rahim. Peregangan leher rahim juga dapat menyebabkan

rasa sakit pada saat perdarahan terjadi. Leher rahim melebar sebagai jalan

keluar sisa telur yang tidak terpakai (Shreeve 1989).

Shreeve (1989) mengemukakan bahwa zat kimia yang terlibat pada

proses menstruasi dan pramenstruasi adalah hormon. Ketidakseimbangan

hormon memainkan peranan penting atas bermacam manifestasi sindrom

Page 19: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 19/77

  19

menyebabkan ketidaknyamanan, sedangkan kadar estrogen yang terlalu sedikit

dibandingkan progesteron menyebabkan depresi selama fase pramenstruasi.

Sindrom pramenstruasi terjadi karena beberapa hal, diantaranya yaitu

alergi karena hormon steroid, hipogilkemia dan kekurangan vitamin, efek

prolaktin, retensi air, dan hormon reproduksi (Jones et al.  1982, diacu dalam

Utami 2003). Whitney & Sizer (2000), diacu dalam Briawan (2004) menyatakan

bahwa hubungan utama antara sindrom pramenstruasi dan gizi terutama terfokus

pada metabolisme energi serta status vitamin dan mineral. Hal ini disebabkan

selama dua minggu sebelum terjadinya menstruasi ada dua hal yang terjadi dan

dianggap dapat mempengaruhi metabolisme energi pada wanita, yaitu

meningkatnya laju metabolik dasar selama tidur dan meningkatnya selera makan

disertai intik kalori yang lebih banyak. Hal ini dibuktikan dengan adanya

penelitian yang menyebutkan bahwa wanita yang akan mengalami menstruasi 10

hari sebelumnya mengonsumsi 300 kalori lebih banyak dibandingkan dengan

sebelumnya.

Hormon estrogen dan progesteron memberi pengaruh terhadap terjadinya

perubahan yang beraturan pada endometrium baik secara histologik maupun

secara biokimia. Perubahan pada pembuluh endometrium menjelang menstruasi

Page 20: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 20/77

  20

mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua

hormon tersebut (Shreeve 1989).

Upaya Mengatasi Keluhan Menstruasi

Ketidakseimbangan dan kekurangan gizi dapat memperparah sindrom

pramenstruasi. Sindrom pramenstruasi dapat diminimalkan dengan memperbaiki

diit dan atau mengonsumsi suplemen (Cabot 1994). Hardinsyah (2004)

menyatakan bahwa upaya untuk meminimalkan keluhan menstruasi dari segi

makanan adalah dengan mengurangi konsumsi garam, kopi, gula, dan makanan

yang banyak mengandung karbohidrat sederhana seperti mie dan roti; disertai

dengan meningkatkan konsumsi sayur dan buah (termasuk jus), meningkatkan

konsumsi makanan sumber vitamin A, B1, B2, B3, B6, B12, zink (Zn), zat besi

(Fe), kalsium (Ca), magnesium (Mg), chromium (Cr), dan asam lemak omega 3,

omega 6, serta meningkatkan konsumsi protein hewani.

Vitamin B6 dapat meringankan gejala PMS seperti sakit kepala, retensi

cairan, lebih emosional, dan depresi. Vitamin B6 dapat membantu mengatur

biokimia otak dan dibutuhkan untuk mengkonversi triptofan menjadi serotonin.

Serotonin merupakan pengatur suasana hati, sex, tidur, dan rasa lapar. Vitamin

B6 lebih efektif apabila dikonsumsi bersama vitamin B kompleks lainnya seperti

Page 21: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 21/77

  21

esensial juga dapat menolong penyakit inflamasi pelvis dan dapat mengurangi

rasa sakit menstruasi (Cabot 1994).

Suplementasi kalsium dengan dosis 1000-1200 mg/hari dapat

mengurangi gejala-gejala sindrom pramenstruasi. Pada tahun 1989, penelitian

dengan menggunakan sampel kecil (33 partisipan) memperlihatkan penurunan

gejala-gejala sindrom pramenstruasi setelah suplementasi kalsium (dalam bentuk

kalsium karbonat) dengan dosis 1000 mg/hari. Pada tahun 1993, penelitian

menunjukkan bahwa terdapat penurunan gejala-gejala gangguan premenstruasi

dan menstruasi dengan diit yang mengandung kalsium sebanyak 1336 mg/hari

dibandingkan dengan 587 mg/hari (Bendich 2000). Konsumsi kalsium dari

pangan dengan jumlah 1336 mg/hari dapat memperbaiki mood , rasa sakit, dan

retensi cairan selama siklus menstruasi (Thys-Jacobs 2000). Suplementasi

kalsium (dalam bentuk kalsium karbonat) dengan dosis 1200 mg/hari dapat

mengurangi keluhan menstruasi seperti memperbaiki mood , perasaan negatif,

retensi cairan, dan rasa sakit setelah dikonsumsi selama tiga bulan (Thys-

Jacobs, Starkey, Bernstein, Tian 1998).

Cabot (1994) menyatakan bahwa cara meminimalkan sindrom

pramenstruasi dapat dilakukan dengan memperbaiki diit. Diit untuk

Page 22: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 22/77

  22

Gaya hidup sehat dibutuhkan untuk meminimalkan sindrom

pramenstruasi. Olahraga secara teratur dapat mengurangi kejang otot,

meningkatkan endorphin otak dan meningkatkan persediaan darah pada kelenjar

hormon. Konsumsi air dua sampai empat liter dalam sehari dapat membantu

menjaga berat badan dan mengurangi sakit kepala, masalah kulit, nyeri pada

payudara, dan meningkatkan kadar energi (Cabot 1994).

KalsiumFungsi dan Angka Kecukupan Kalsium

Kalsium merupakan unsur terbanyak ke lima dan kation terbanyak di

dalam tubuh manusia. Kalsium terdapat dalam jumlah 1.5-2 persen dari

keseluruhan berat tubuh (Olson, Broquist, Chichester, Darby, Kolbye Jr, &

Stalvey 1988). Kalsium dengan jumlah lebih dari 99 persen dan fosfor dengan

 jumlah 85 persen di dalam tubuh terdapat pada tulang dengan rasio 2:1

(Khomsan 2003). Bagian tubuh yang paling banyak terdapat kalsium adalah

tulang, akan tetapi fungsi kalsium yang paling penting adalah menjaga

kontraktilitas otot, struktur sel, serta respon terhadap hormon dan

neurotransmitter  (Bender 1993).

Page 23: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 23/77

  23

membantu regulasi aktivitas otot-otot kerangka, jantung, dan jaringan-jaringan

lain; (4) sebagai bagian dari enzim, yaitu lipase, suksinat dehidrogenase,

adenosin trifosfatase, dan beberapa enzim proteolitik tertentu; (5) kontraksi dan

relaksasi otot; (6) membantu penyerapan vitamin B12; (7) mengirimkan isyarat

syaraf ke jaringan-jaringan tubuh; (8) penyimpanan dan pelepasan

neurotransmitter; (9) penyimpanan dan pelepasan hormon; (10) penyerapan dan

pengikatan asam amino; (11) pengaturan sekresi gastrin; dan (12) menjaga

keseimbangan osmotik.

Kontrol homeostatik dari fraksi terionisasi kalsium plasma dibutuhkan

untuk kontraktilitas otot normal, fungsi miokardial, dan irritabilitas neuromuskuler.

Penurunan kadar kalsium plasma terionisasi dalam jumlah yang nyata

mengakibatkan tetanus dan kekejangan, sedangkan peningkatannya dapat

menyebabkan kegagalan kerja jantung atau pernapasan dan koma. Kadar

normal kalsium ekstraseluler dibutuhkan untuk koagulasi darah, untuk keutuhan

bahan perekat intraseluler, dan untuk menjaga permeabilitas selektif pada

berbagai membran (Olson et al . 1988).

Kalsium merupakan salah satu mineral yang berfungsi sebagai anti stres.

Stres dapat disebabkan karena penyebab fisik maupun faktor emosional.

Page 24: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 24/77

  24

Pengendalian Kalsium dalam Darah

 Almatsier (2002) menyatakan bahwa kalsium di dalam serum berada

dalam tiga bentuk yaitu bentuk ion bebas (50%), bentuk anion-kompleks terikat

dengan fosfat, bikarbonat atau sitrat (5%), dan bentuk terikat dengan protein

terutama dengan albumin atau globulin (45%). Jumlah kalsium di dalam serum

dijaga agar berada pada konsentrasi 9-10.4 mg/dl. Konsentrasi kalsium dalam

cairan tubuh diatur oleh hormon-hormon paratiroid dan tirokalsitonin dari kelenjar

tiroid serta vitamin D. Hormon paratiroid dan vitamin D meningkatkan kalsium

darah dengan cara sebagai berikut:

a. Vitamin D merangsang absorpsi kalsium oleh saluran cerna;

b. Vitamin D dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari tulang

ke dalam darah;

c. Vitamin D dan hormon paratiroid menunjang reabsorpsi kalsium di dalam

ginjal.

Pengaruh kalsitonin diduga terjadi dengan cara merangsang

pengendapan kalsium pada tulang. Hal ini terutama terjadi dalam keadaan stres,

seperti pada masa pertumbuhan dan kehamilan. Kalsitonin dalam hal ini

menurunkan kalsium darah. Kelenjar tiroid mengeluarkan kalsitonin apabila

Page 25: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 25/77

  25

Absorpsi dan Ekskresi Kalsium

Holman (1987) menyatakan bahwa kalsium diabsorpsi di duodenum.

Menurut Bender (1993) kalsium diabsorpsi dalam proses yang aktif di sel mukosa

pada usus kecil. Kalsium makanan diabsorpsi ke dalam darah sebagian besar

oleh 30 cm pertama usus kecil, dimana lapisan selnya disesuaikan khusus untuk

tujuan tersebut (Wiseman 2002).

Kemampuan tubuh mengabsorpsi kalsium dipengaruhi oleh interaksi

berbagai macam zat gizi (Meyer 1978). Tidak semua kalsium dalam bahan

pangan dapat diserap. Beberapa senyawa dalam makanan dapat membentuk

kompleks dengan kalsium atau dapat membentuk garam kalsium tidak dapat

larut yang tidak dapat diserap (Bender 1993).

Faktor-faktor dalam makanan dapat menurunkan atau meningkatkan

absorpsi kalsium di dalam usus. Faktor dalam makanan yang meningkatkan

absorpsi kalsium antara lain adalah beberapa asam amino seperti lisin dan

arginin, laktosa, dan vitamin D (Olson et al . 1988).

 Absorpsi kalsium paling baik terjadi dalam keadaan asam. Asam klorida

yang dikeluarkan lambung membantu absorpsi dengan cara menurunkan pH di

bagian atas duodenum. Proses menua menurunkan efisiensi absorpsi kalsium

Page 26: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 26/77

  26

oksalat, suatu garam kimia yang tidak dapat digunakan tubuh. Khomsan (2004)

menyatakan bahwa konsumsi 100 gram cokelat akan meningkatkan ekskresi

oksalat dan kalsium tiga kali lipat.

 Asupan oksalat dalam jumlah besar atau produk makanan yang belum

diolah yang tidak difermentasikan dengan kombinasi masukan kalsium dalam

 jumlah rendah kemungkinan dapat merusak status kalsium pada beberapa

individu. Kelainan pada metabolisme tulang yang ditimbulkan dapat diperbaiki

dengan meningkatkan masukan kalsium atau dengan mengurangi makanan yang

terbuat dari biji-bijian pecah kulit (Olson et. al. 1988).

 Asam fitat (ikatan yang mengandung fosfor yang terutama terdapat di

dalam sekam serealia) dapat membentuk kalsium fosfat yang juga tidak dapat

larut sehingga tidak dapat diabsorpsi (Almatsier 2002). Pengurangan absorpsi

kalsium oleh komponen-komponen dalam makanan seperti fitat, selulosa, atau

asam galakturonat secara umum bergantung pada daya cerna dan tempat

berlangsungnya pencernaan bahan makanan tersebut. Daya cerna yang rendah

mengakibatkan peningkatan pengikatan kalsium di dalam usus yang akan

mempengaruhi jumlah kalsium yang tersedia untuk diserap (Olson et al . 1988).

Kalsium bersama fosfor dapat membentuk kalsium fosfat yang tidak larut

Page 27: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 27/77

  27

aluminium. Konsumsi es krim, yoghurt, teh, kopi, rokok, dan produk yang

mengandung aluminium dianjurkan untuk dikurangi (Khomsan 2003).

Serat mengganggu absorpsi kalsium (terutama buncis, kacang-kacangan,

dan kulit gandum) (Anderson & Deskins 1995). Serat dapat menurunkan absorpsi

kalsium karena diduga dapat menurunkan waktu transit makanan di dalam

saluran cerna sehingga mengurangi kesempatan untuk absorpsi (Almatsier

2002).

Konsumsi gula yang tinggi dapat menyebabkan penurunan absorpsi

kalsium. Gula akan menyebabkan penurunan kadar fosfor dalam darah. Eskrim

yang berasal dari susu dan gula memiliki kandungan kalsium yang tinggi, akan

tetapi tidak dapat dimanfaatkan tubuh. Kadar gula eskrim yang tinggi

menurunkan kadar fosfor sehingga rasio kalsium dengan fosfor tidak sebanding

(Khomsan 2003).Perubahan hormon  postmenopause, kurang berolahraga, dan beberapa

steroid dapat mempercepat kehilangan kalsium (Anderson & Deskins 1995).

 Aktivitas fisik berpengaruh baik terhadap absorpsi kalsium. Orang yang kurang

bergerak atau bila lama tidak bangkit dari tempat tidur karena sakit atau usia tua

bisa kehilangan sebanyak 0.5 persen kalsium tulang dalam sebulan. Stres

Page 28: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 28/77

  28

ringan yang mengandung kafein juga akan menyebabkan tubuh mengeluarkan

kalsium dengan terpaksa (Khomsan 2003).

Kalsium dieksresikan melalui urin dan feses. Ginjal mengeksresikan

kelebihan kalsium dalam darah sebesar 7 mg/100 ml dalam kondisi normal.

Regulasi hormon akan mempengaruhi keseimbangan kalsium yang dieksresikan

oleh urin (Burton & Foster 1988). Kalsium sebagian besar (70-90%) yang

dibuang tubuh dieksresi dalam feses. Kalsium dalam feses terdiri dari mineral

diet yang tidak diabsoprsi. Sejumlah kecil kalsium yaitu 1-20 mg/jam bisa hilang

dari tubuh apabila seseorang berada dalam keadaan aktivitas berat yang

mengeluarkan banyak keringat (Weafer 1999).

Kehilangan kalsium melalui urin meningkatkan jumlah kalsium yang

diabsorpsi. Kehilangan kalsium melalui urin meningkat pada asidosis dan pada

konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium juga terjadi melalui sekresi cairan kedalam saluran cerna dan melalui keringat (Almatsier 2002).

Pangan dan Suplemen Kalsium 

Kebutuhan kalsium selain dari makanan dapat diperoleh dari suplemen

makanan. Khomsan (2004) menyatakan bahwa pemenuhan gizi seimbang di

Page 29: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 29/77

  29

pangan yang banyak mengandung kalsium. Jus wortel mengandung kalsium

sama banyak dengan segelas susu.

Susu dan produk susu (keju dan yoghurt) merupakan sumber kalsium

terbaik dan paling dapat dicerna (Holman 1987). Bender (1993) dan Almatsier

(2002) menyatakan bahwa sumber kalsium utama adalah susu dan keju. Sumber

terbaik kalsium adalah susu nonfat   karena memilki ketersediaan biologik yang

tinggi (Almatsier 2002). Kandungan kalsium berbagai jenis pangan disajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2 Nilai kalsium berbagai jenis pangan (mg/100g)Jenis pangan mg Jenis pangan mg

Tepung Susu Skim 1300 Udang kering 1209

Susu Skim 123 Udang segar   136Tepung susu 904 Teri kering  1200Keju 777 Bayam 267

Susu sapi segar 143 Kacang ijo 125Yogurt 120 Kacang panjang 163Susu Kental Manis 275 Mujair goreng 346

Susu Kental Tak Manis 243 Mujair segar 96Susu Kerbau 206 Telur ayam 54Eskrim 123 Telur asin 120

Mentega 15 Empal goreng 151Susu Kambing 98 Sawi 220Sarden kaleng 354 Daun singkong  165

Tempe kedelai 129 Kangkung  73

Page 30: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 30/77

  30

Susu merupakan penyumbang utama kalsium dalam diit. Intik kebutuhan

kalsium sehari-hari sulit diperoleh tanpa penambahan sejumlah susu atau produksusu dalam diit. Para ahli gizi menganjurkan pemberian satu quart  susu atau

setara dengan itu untuk anak-anak dan satu pint  (0.568 liter) untuk orang dewasa

(Stevenson & Miller 1962). Holman (1987) menyatakan bahwa remaja dengan

usia di bawah 19 tahun membutuhkan empat cangkir susu sehari untuk

memenuhi kebutuhan kalsium.

Wiseman (2002) menyatakan bahwa apabila susu dan produk susu tidak

dikonsumsi maka akan sulit untuk mendapatkan asupan kalsium yang baik

kecuali ditambah dengan konsumsi tablet kalsium. Susu tidak hanya kaya akan

kalsium, akan tetapi mineral dalam susu juga diabsorpsi dengan baik. Satu liter

susu sapi (1.7 pint) mengandung sekitar 1200 mg kalsium (satu pint kurang lebih

mengandung 700 mg kalsium). Kebutuhan kalsium harian sebaiknya sekitar 1500mg dan dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi 600 ml (satu pint) susu skim per

hari (700 mg kalsium) dan sekitar 100 g (3-4 ons) keju keras rendah lemak (700

mg kalsium). Tablet kalsium dapat dikonsumsi apabila hal tersebut tidak

memungkinkan. Konsumsi kalsium lebih dari 1500 mg per hari tidak memberikan

perlindungan yang lebih besar. Bendich (2000) menyatakan bahwa tingkat aman

Page 31: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 31/77

  31

Suplemen makanan adalah produk yang digunakan untuk melengkapi

makanan dan mengandung satu atau lebih bahan sebagai berikut: (1) vitamin, (2)mineral, (3) tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, (4) asam amino,

(5) bahan yang digunakan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan gizi, atau

(6) konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak, atau kombinasi dari beberapa

bahan tersebut. Bentuk suplemen dapat berupa tablet, kapsul, serbuk, dan cair

yang sangat spesifik dan cenderung mirip seperti bentuk obat (Sampoerno &

Fardiaz 2001). Sebagian besar suplemen yang beredar di pasaran adalah

multivitamin dan multimineral yang bermanfaat untuk membantu metabolisme

tubuh (Khomsan 2004).

Suplemen kalsium tersedia dalam beberapa bentuk yang berbeda seperti

kalsium laktat, kalsium glukonat, dan kalsium karbonat (Olson et. al.  1988).

Masing-masing mempunyai konsentrasi, daya absorpsi, dan cara kerja yangberbeda. Kalsium karbonat mengandung 40 persen kalsium, kalsium sitrat

mengandung 24 persen kalsium, sedangkan kalsium glukonat hanya 9 persen

kalsium (Simon 2002).

Kalsium karbonat merupakan bentuk kalsium dengan ketersediaan

kalsium yang paling baik untuk tubuh. Kalsium karbonat merupakan bahan aktif

Page 32: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 32/77

  32

KERANGKA PEMIKIRAN

Peristiwa menstruasi ditentukan oleh proses somato-psikik dan bersifat

kompleks yang meliputi unsur-unsur hormonal, biokimiawi, dan psikososial.

Menstruasi tidak hanya sekedar keluarnya darah dari vagina, tetapi juga disertai

gangguan fisik dan mental. Keluhan utama yang dihadapi remaja wanita

menjelang dan saat menstruasi adalah keram di bawah perut, sakit pinggang,

sakit pada payudara, lemah dan lesu, lebih emosional, dan jerawat. Keluhan

menstruasi lainnya yang juga kadang dialami yaitu stres, sulit tidur, pusing, mual,

 jarang kencing, dan berat badan meningkat (Hardinsyah 2004).

Keluhan-keluhan menstruasi dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor

yang diduga mempengaruhi terjadinya keluhan-keluhan mentruasi yaitu

konsumsi pangan, keturunan, keadaan psikis, dan ketidakseimbangan hormon.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa keluhan-keluhan menstruasi

disebabkan karena kurangnya zat gizi mikro seperti asam lemak, vitamin, dan

mineral. Asam lemak merupakan bahan pembentuk prostaglandin yang dapat

meredakan gejala-gejala mental dan fisik sindrom pramenstruasi (Shreeve 1989).

Vitamin dan mineral yang dapat meminimalkan keluhan menstruasi yaitu vitamin

Page 33: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 33/77

  33

Konsumsi Pangan

Sumber Kalsium

Konsumsi Kalsium

Total

Suplemen

Kalsium

Konsumsi

Susu

Konsumsi Pangan

Sumber Kalsiumselain Susu

Kebiasaan

Pangan PenghambatKalsium

Vitamin DKadar Kalsium

dalam tubuh

Page 34: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 34/77

  34

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian mengenai hubungan konsumsi pangan sumber kalsium dengan

keluhan menstruasi dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional

Study . Penelitian ini dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota

Bogor, yaitu SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor. Pengambilan data

dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2007.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Penentuan SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor sebagai lokasi

penelitian dilakukan secara  purposive dengan pertimbangan bahwa siswa-siswi

di lokasi penelitian umumnya berasal dari status sosial ekonomi menengah ke

atas sehingga diharapkan siswa-siswi mengonsumsi pangan sumber kalsiumdengan baik. Contoh dalam penelitian adalah semua siswa wanita (siswi) kelas

11. Pemilihan kelas dilakukan secara  purposive yaitu semua kelas 11. Semua

siswi kelas 11 diminta mengisi kuesioner penelitian setelah mendapatkan

penjelasan dari peneliti. Siswi yang mengembalikan kuesioner dan mengisi

semua item pertanyaan dengan lengkap dijadikan contoh. Jumlah contoh dalam

Page 35: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 35/77

  35

Karakteristik contoh dan keluarga contoh meliputi usia, uang saku,

pekerjaan orangtua, besar keluarga, kebiasaan berolahraga, dan stres. Datamengenai kebiasaan minum susu meliputi jenis susu, kuantitas, dan frekuensi

mengonsumsinya. Data konsumsi pangan diperoleh dengan menggunakan Food

Frequency Questionaire meliputi kuantitas dan frekuensi (kali/minggu) konsumsi

pangan contoh terhadap makanan dan minuman sumber kalsium serta pangan

yang menghambat absorbsi kalsium. Pangan tersebut diduga dapat

mempengaruhi terjadinya keluhan-keluhan menstruasi selama sebulan terakhir.

Data sekunder meliputi data kandungan kalsium pangan yang diperoleh

dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Indonesia (Hardinsyah & Briawan

1994). Data, jenis data, dan cara pengumpulan data ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Data, jenis data, dan cara pengumpulanNo Data Jenis data Cara pengumpulan

data1 Karakteristik contoh dan Keluarga Contoh Primer Kuesioner

a. Usia

b. Uang saku

c. Pekerjaan orangtua

d. Besar keluarga

e. Kebiasaan berolahraga

f. Stres

Page 36: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 36/77

  36

pengolahan meliputi pemberian kode, pengeditan data, entri data, skoring data,

dan cleaning   data. Secara deskriptif data diolah dengan tabel frekuensi dantabulasi silang. Data yang diolah secara deskriptif meliputi data karakteristik

contoh dan keluarga contoh, kebiasaan minum susu, konsumsi pangan,

konsumsi suplemen, dan menstruasi. Korelasi Pearson  digunakan untuk

mengetahui hubungan antar variabel dan untuk menguji beda digunakan

Independent-Samples T Test .

Data konsumsi pangan diolah secara deskriptif. Konsumsi kalsium

diperoleh dengan cara menghitung jumlah kalsium dari konsumsi pangan contoh

terhadap makanan dan minuman sumber kalsium dalam satu bulan terakhir.

Konsumsi kalsium kemudian dikali dengan frekuensi konsumsi bahan pangan

tersebut. Konsumsi kalsium bahan pangan dihitung dengan cara sebagai berikut

(Hardinsyah & Briawan 1994):KGij = (Bj/100) x Gij x (BDD/100)

Keterangan:

KGij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j dengan berat B g

Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi i dalam 100 g BDD bahan makanan j

Page 37: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 37/77

  37

keluhan/nol, ringan, sedang, dan berat). Skor untuk masing-masing keluhan

menstruasi dibuat berdasarkan pada tingkat keparahan keluhan menstruasi. Anonim (2002) menyatakan bahwa keram yang disebabkan oleh kontraksi otot-

otot halus rahim dan sakit kepala merupakan gangguan menstruasi dalam bentuk

yang berat. Jones et al.  (1996), diacu dalam Utami (2003) menyatakan bahwa

dismenore (sakit keram di bawah perut) dalam bentuk yang berat akan

menyebabkan mual, muntah, dan pusing. Jerawat merupakan keluhan

pramenstruasi yang ringan (Shreeve 1989). Keluhan-keluhan yang berat akan

sangat mengganggu aktivitas, keluhan-keluhan yang sedang akan mengganggu

aktivitas-aktivitas tertentu, dan keluhan-keluhan yang ringan hanya sedikit

menggangu aktivitas (Utami 2003).

Keluhan berat diberikan skor 3 (keram di bawah perut, sakit kepala, mual,

dan muntah), keluhan sedang diberi skor 2 (sakit pada payudara, sakit pinggang,dan lesu) dan keluhan ringan diberi skor 1 (jerawat, lebih emosional, dan keluhan

lainnya). Total skor keluhan menstruasi sebesar 21 baik menjelang maupun saat

menstruasi (Utami 2003). Skor keluhan menstruasi ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Skor keluhan menstruasiNo. Jenis keluhan Skor

1 Sakit keram di bawah perut 3

38

Page 38: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 38/77

  38

pada tingkat konsumsi kalsium cukup dan kurang serta mengetahui perbedaan

frekuensi stres enam bulan terakhir dan konsumsi pangan penghambat kalsiumterhadap konsumsi pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya) dan

tingkat konsumsi kalsium. Untuk melihat faktor-faktor dominan yang

mempengaruhi menstruasi dilakukan uji regresi linier berganda. Model regresinya

didefinisikan dengan persamaan berikut :

Y = ß0 + ß1X1+ ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + e

Keterangan :

Y = Menstruasi

X1 = Tingkat konsumsi kalsium

X2 = Konsumsi kalsium dari susu

X3 = Konsumsi pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya)

X4 = Frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsiumX5 = Frekuensi stres enam bulan terakhir

e = Galat

Definisi Operasional

Contoh yaitu siswi SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor kelas 11 yang

39

Page 39: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 39/77

  39

Konsumsi Kalsium yaitu masukan kalsium ke dalam tubuh yang berasal dari

susu dan olahannya, pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya), sertasuplemen.

Konsumsi Pangan yaitu kuantitas dan frekuensi (kali/minggu) konsumsi pangan

contoh terhadap makanan dan minuman yang mengandung kalsium dan yang

menghambat absorbsi kalsium selama satu bulan terakhir.

Konsumsi Suplemen Kalsium  mengacu pada konsumsi suplemen kalsium

yang biasa dikonsumsi oleh contoh dengan jumlah dan frekuensi tertentu

(kali/minggu).

Konsumsi Susu  yaitu kegiatan minum susu yang dilakukan contoh dengan

frekuensi (kali/minggu) dan jumlah tertentu (minimal segelas dalam satu minggu)

yang berlangsung secara terus menerus.

Lama menstruasi yaitu jumlah hari menstruasi pada satu periode.Lama Siklus Menstruasi  yaitu jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang

lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (hari). Panjang siklus menstruasi normal

yaitu 21 sampai 35 hari. 

Pangan Sumber Kalsium adalah pangan yang menurut literatur disebut sebagai

pangan sumber kalsium atau dikonsumsi dalam jumlah banyak sehingga dapat

40

Page 40: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 40/77

  40

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 3 Kota Bogor memiliki lokasi yang strategis karena terletak di

pusat kota, tepatnya di Jalan Pakuan nomor 4 Bogor. Sekolah tersebut dekat

dengan rumah penduduk, beberapa rumah makan, supermarket, hotel, dan

perkantoran.

SMAN 3 dikepalai oleh Drs. H. Juskardi. Jumlah tenaga pengajar padasekolah ini terdiri dari guru tetap dan guru honorer. Jumlah seluruh siswa pada

sekolah ini 1003 orang dengan rincian 316 siswa duduk di kelas 10, 358 siswa

duduk di kelas 11, dan 329 siswa duduk di kelas 12. Jumlah siswa dan ruangan

kelas yang tidak sebanding mengakibatkan pelaksanaan belajar mengajar dibagi

menjadi dua waktu yaitu pagi dan siang. Kegiatan belajar mengajar untuk siswa

kelas 11 dan 12 dilaksanakan pagi hingga siang hari dari pukul 07.00-12.00 WIB,

sedangkan kegiatan belajar mengajar untuk siswa kelas 10 dilaksanakan pada

waktu siang hingga sore hari dari pukul 12.30-17.00 WIB. Jumlah kelas 10 dan

12 yaitu masing-masing delapan kelas ditambah satu kelas accelerasi ,

sedangkan kelas 11 terdapat delapan kelas. Sekolah ini menetapkan iuran

41

Page 41: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 41/77

  41

kelas 10, 369 siswa duduk di kelas 11, dan 386 siswa duduk di kelas 12.

Kegiatan belajar mengajar di SMAN 5 dibagi menjadi dua waktu yaitu pagi dansiang. Kegiatan belajar mengajar untuk siswa kelas 11 dan 12 dilaksanakan pagi

hingga siang hari dari pukul 07.00-12.00 WIB, sedangkan kegiatan belajar

mengajar untuk siswa kelas 10 dilaksanakan pada waktu siang hingga sore hari

dari pukul 12.30-17.00 WIB. Sekolah ini menetapkan besarnya iuran sekolah

untuk siswa kelas 10 dan 12 sebesar Rp 120 000.00 dan Rp 115 000.00 bagi

siswa kelas 11.

SMAN 5 memiliki fasilitas dan sarana prasarana yang memadai. SMAN 5

memiliki 18 ruangan kelas dengan rincian sebanyak 15 ruangan kelas terdapat di

lantai bawah dan tiga ruangan kelas dilantai atas. Selain ruangan kelas, sekolah

ini dilengkapi dengan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar seperti

laboratorium IPA dan komputer. Mushalla, UKS, koperasi, dan kantin jugamenjadi sarana penunjang di sekolah tersebut. Di bagian depan sekolah terdapat

sebuah aula yang dapat digunakan untuk kegiatan olahraga siswa seperti basket,

voli, futsal, senam, maupun untuk kegiatan lain.

Karakteristik Contoh dan Keluarga Contoh

42

Page 42: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 42/77

  42

Tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari separuh uang saku contoh

(56.3%) antara Rp 70 001.00 sampai Rp 140 000.00 yang mencerminkan uangsaku contoh per hari antara Rp.10.000.00 sampai Rp 20 000.00. Contoh dengan

uang saku lebih dari Rp 140 000.00 terdapat 12.2 persen, sedangkan contoh

dengan uang saku di bawah Rp 35 000.00 terdapat 4.6 persen. Rata-rata uang

saku contoh yaitu Rp 96 113.15±42 867.19.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan uang saku per minggu

Uang saku (Rp/minggu) Jumlahn %

a. < 35 000 15 4.6b. 35 000-70 000 88 26.9c. 70 001-140 000 184 56.3

d. >140 000 40 12.2Total 327 100

X±SD 96 113.15±42 867.1920 000

350 000

Minimum

Maksimum

Uang saku mempengaruhi daya beli terhadap pangan. Uang saku yang

besar akan meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli. Hasil uji

korelasi Pearson  menunjukkan hubungan positif antara uang saku contoh

dengan konsumsi kalsium dari susu (p<0.01, r=186), dan uang saku dengan

43

Page 43: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 43/77

  43

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tuaJenis pekerjaan Pekerjaan Jumlah

n %a. PNS 111 33.9b. Swasta 99 30.3

Pekerjaan c. Wiraswasta 72 22.0 Ayah d. Pensiunan 7 2.1

e. TNI/POLRI 9 2.8

f. Lainnya 29 8.9

Total 327 100

a. PNS 73 22.3

b. Swasta 19 5.8Pekerjaan c. Wiraswasta 19 5.8

Ibu d. Pensiunan 1 0.3e. TNI/POLRI 1 0.3f. IRT 214 65.4

Total 327 100

Besar Keluarga 

Keluarga adalah jumlah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dariayah, ibu, dan anak (keluarga inti), akan tetapi ada pula keluarga yang hanya

terdiri dari ayah atau ibu dan anak karena salah satu orang tua telah meninggal

dunia. Menurut BKKBN (1998), keluarga kecil terdiri dari dua sampai empat

anggota keluarga, keluarga sedang terdiri dari lima sampai enam anggota

keluarga, dan keluarga besar memiliki anggota keluarga lebih dari enam.

44

Page 44: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 44/77

  44

tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat konsumsi

kalsium (p>0.05, r=-0.107).

Kebiasaan Berolahraga

Tabel 10 menjelaskan bahwa lebih dari separuh contoh (61.5%) tidak

biasa melakukan olahraga di luar jam olahraga sekolah. Kurang berolahraga

dapat mempercepat kehilangan kalsium (Anderson & Deskins 1995). Aktivitas

fisik berpengaruh baik terhadap absorpsi kalsium. Orang yang kurang bergerak

atau bila lama tidak bangkit dari tempat tidur karena sakit atau usia tua bisa

kehilangan sebanyak 0.5 persen kalsium tulang dalam sebulan (Almatsier 2002).

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan berolahraga di luar jamolahraga sekolah

Kebiasaan olahraga di luar jam sekolah Jumlah

n %

a. Ya 126 38.5

b. Tidak 201 61.5

Total 327 100

Sebagian besar contoh yang biasa berolahraga di luar jam sekolah

melakukan olahraga 1 sampai 2 kali per minggu (82.5%). Contoh yang

melakukan olahraga di luar jam olahraga sekolah 6 sampai 7 kali per minggu

45

Page 45: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 45/77

  45

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan jenis olahragaJenis olahraga Jumlah

n %a. Joging 67 53.2b. Voli 7 5.6

c. Renang 30 23.8d. Basket 20 15.9e. Senam, tari dan aerobik 31 24.6

f. Badminton/tennis 15 11.9f. Bela diri 14 11.1h. Lainnya 7 5.6

Stres

Tabel 13 menjelaskan bahwa sebanyak 45 persen contoh mengalami

stres yang mengganggu belajar selama enam bulan terakhir. Pratama (2005)

menyatakan bahwa apabila dalam enam bulan terakhir seseorang mengalami

gejala stres lebih dari tiga kali, maka dapat dikategorikan sering mengalami

gejala stres. Sebagian besar contoh (78.2%) yang mengalami stres mengalami

stres satu sampai tiga kali dalam enam bulan terakhir (Tabel 14). Hal ini berarti

contoh termasuk tidak sering mengalami stres. Almatsier (2002) mengemukakan

bahwa stres mental atau stres fisik cenderung menurunkan absorpsi dan

meningkatkan ekskresi kalsium. Keadaan stres juga dapat menyebabkan

gangguan menstruasi (Affandi 1990b)

  46

Page 46: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 46/77

12.54±1.17 tahun. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Prawirohardjo et al. 

(1987) bahwa rata-rata usia awal menstruasi adalah sekitar usia 12.5 tahun.Menurut Prawirohardjo et al. (1987), usia awal menstruasi pada remaja

bervariasi lebar, yaitu antara 10 sampai 16 tahun. Khomsan (2004) pun

menyatakan bahwa kisaran normal usia awal menstruasi adalah umur 10 sampai

16 tahun. Berdasarkan hal tersebut sebagian besar (96.6%) contoh mengalami

menstruasi pertama pada kisaran normal usia awal menstruasi, akan tetapi ada

sebagian kecil contoh (3.4%) yang mengalami usia awal menstruasi tidak normal

(kurang dari 10 tahun) dan tidak ada contoh yang mengalami usia awal

menstruasi lebih dari 16 tahun.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan usia awal menstruasiUsia awal menstruasi (tahun) Jumlah

n %

a. <10 11 3.4

b. 10-14 301 92.0c. 15-16d. >16

150

4.60

Total 327 100

X±SD 12.54±1.17

Lama Menstruasi

Tabel 16 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (73.7%)

  47

Page 47: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 47/77

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan lama menstruasiLama menstruasi (hari) Jumlah

n %a. <3b. 3-5

065

019.9

b. 6-8 241 73.7c. >8 21 6.4

Total 327 100

X±SD 6.64±1.43

Keteraturan dan Lama Siklus Menstruasi

Tabel 17 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (53.2%)

mengalami siklus menstruasi yang teratur, sedangkan contoh yang mengalami

siklus menstruasi tidak teratur terdapat hampir separuh contoh (46.8%).

Danukusumo dan Affandi (1990) menyatakan bahwa sejak tahun 1880 para

peneliti menemukan bahwa siklus yang tidak teratur adalah suatu yang normal.

Ketidakteraturan siklus menstruasi adalah suatu kompleks fisiologis menyangkut

berbagai organ, hormon, dan susunan syaraf pusat. Menstruasi yang tidak

teratur juga dapat ditimbulkan oleh stres.

Siklus menstruasi yang tidak teratur biasa terjadi pada remaja wanita

yang baru saja mengalami menstruasi. Tubuh membutuhkan waktu untuk

membiarkan segala perubahan terjadi Seorang remaja wanita bisa mengalami

  48

Page 48: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 48/77

siklus menstruasi kurang dari 21 hari (10.7%) dan contoh yang mengalami

panjang siklus menstruasi lebih dari 35 hari (6.7%). Prawirohardo et al.  (1987)

menyatakan bahwa siklus menstruasi yang lebih pendek dari biasanya (kurang

dari 21 hari) disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan

gangguan ovulasi atau masa luteal menjadi pendek atau dapat juga disebabkan

karena kongesti ovarium karena peradangan dan  endometriosis. Lama siklus

menstruasi yang lebih panjang dari biasanya (lebih dari 35 hari) disebabkan oleh

gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, dan penyakit infeksi.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan lama siklus menstruasiLama siklus menstruasi Jumlah

n %

a.<21 35 10.7

b. 21-24 17 5.2c. 25-32 238 72.8d. 33-35 15 4.6

e. >35 22 6.7Total 327 100

X±SD 29.29±8.18

Keluhan Menstruasi

Tabel 19 dan 20 menjelaskan mengenai ada tidaknya keluhan menjelang

dan saat menstruasi. Affandi (1990b) menyatakan bahwa menstruasi tidak hanya

  49

Page 49: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 49/77

sedangkan sakit kepala, sakit pinggang, dan lesu lebih banyak dialami pada saat

menstruasi.

Lebih dari separuh contoh mengalami keluhan sakit keram di bawah perut

baik menjelang (53.2%) maupun saat menstruasi (66.1%). Hal ini sesuai dengan

yang dinyatakan Prawirohardjo et al.  (1987) bahwa frekuensi dismenore  atau

sakit keram di bawah perut cukup tinggi. Penelitian Andersch dan Milsom (1982)

mengungkapkan bahwa dari total 90.9 persen wanita berusia 19 tahun yang

menjadi responden dalam penelitian, sebanyak 72.4 persen menyatakan

menderita dismenore (Jones et al . 1996, diacu dalam Utami 2003).

Keluhan lebih emosional juga dialami oleh lebih dari separuh contoh yaitu

sebesar 67.6 persen menjelang menstruasi dan 66.1 persen pada saat

menstruasi. Keluhan lain yang dialami oleh lebih dari separuh contoh adalah

 jerawat yaitu sebesar 59.9 persen pada menjelang menstruasi dan 50.2 persen

pada saat menstruasi. Keluhan yang paling sedikit dialami contoh adalah muntah

yaitu sebesar 1.2 persen baik pada menjelang maupun saat menstruasi.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan jenis keluhan menstruasiJenis keluhan Menjelang menstruasi Saat Menstruasi

n % n %

a. Sakit keram di bawah perut 174 53.2 216 66.1

b S kit k l / i 67 20 5 69 21 1

  50

Page 50: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 50/77

sedang diberikan kepada contoh dengan skor keluhan menjelang atau saat

menstruasi 3 sampai 6, dan kategori skor berat diberikan kepada contoh dengan

skor keluhan menjelang atau saat menstruasi lebih dari 6 (Tabel 22).

Tabel 22 Kategori skor keluhan menjelang dan saat menstruasiSkor keluhan Kategori keluhan menstruasi

01-23-6

> 6

Tidak ada keluhanRinganSedang

Berat

Skor keluhan menstruasi total diperoleh dari penjumlahan skor menjelang

menstruasi dengan skor saat menstruasi dan dibuat kategori berdasarkan rata-

rata dan standar deviasi skor keluhan menstruasi total. Kategori skor nol

diberikan kepada contoh yang tidak memilki keluhan menstruasi, kategori skor

ringan diberikan kepada contoh dengan skor keluhan menstruasi 1 sampai 5,

kategori skor sedang diberikan kepada contoh dengan skor keluhan menstruasi 6

sampai 12 dan kategori skor berat diberikan kepada contoh dengan skor keluhan

menstruasi lebih dari 12 (Tabel 23).

Tabel 23 Kategori skor keluhan menstruasi totalSkor keluhan Kategori keluhan menstruasi

01-5

Tidak ada keluhanRingan

  51

Page 51: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 51/77

Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan skor keluhan menstruasiSkor keluhan Menjelang Saat Total

menstruasi n % n % n %a. Nol 13 4.0 14 4.3 6 1.8b. Ringan 44 13.5 36 11.0 44 13.5

c. Sedang 143 43.7 138 42.2 136 41.6d. Berat 127 38.8 139 42.5 141 43.1

Total 327 100 327 100 327 100

Konsumsi Susu dan Pangan Sumber Kalsium

Konsumsi Susu

Kebiasaan Minum Susu. Mann dan Truswell (2002) menyatakan bahwa

susu merupakan sumber kalsium yang paling tinggi dan merupakan penyumbang

kalsium terbesar dari konsumsi kalsium harian. Tabel 25 menunjukkan bahwa

sebagian besar contoh terbiasa minum susu (88.1%). Kurang dari seperdelapan

contoh (11.9%) tidak terbiasa minum susu.Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan minum susuKebiasaan minum susu Jumlah

n %

a. Ya 288 88.1b. Tidak 39 11.9

Total 327 100

  52

Page 52: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 52/77

tetapi kemudian berhenti minum susu dan mulai lagi minum susu sejak SD,

SLTP, atau SMA maka termasuk kategori mulai terbiasa minum susu sejak SD,

SLTP, atau SMA. Berdasarkan hal tersebut, sebagian besar contoh mulai biasa

minum susu sejak balita (80.9%). Kebiasaan minum susu sejak SD (8.3%), SLTP

(3.5%), dan SMA (7.3%) hanya terdapat kurang dari seperdelapan contoh.

Kebiasaan mulai minum susu yang paling sedikit yaitu ketika SLTP.

Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan mulai biasa minum susu

Mulai biasa minum susu Jumlahn %

a. Bali ta 233 80.9

b. SD 24 8.3

c. SLTP 10 3.5

d. SMA 21 7.3

Total 288 100

Waktu minum susu dibagi menjadi empat yaitu pagi, siang, sore, dan

malam. Minum susu bisa dilakukan satu sampai empat kali dalam sehari. Tabel

28 menjelaskan bahwa lebih dari separuh contoh minum susu pada saat pagi

(70.8%) dan malam (52.8%). Waktu pagi merupakan waktu minum susu yang

paling banyak dilakukan contoh. Waktu minum susu yang paling jarang adalah

ketika sore (13.9%).

  53

Page 53: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 53/77

Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan alasan tidak minum susu Alasan tidak minum susu Jumlah

n %a. Mual 3 7.7b. Diare 3 7.7

c. Alergi 0 0d. Tidak suka 25 64.1e. Tidak mampu beli 2 5.1

f. Takut gemuk 6 15.4

Total 39 100

Jenis Susu. Jenis susu dibagi menjadi tujuh kategori, yaitu susu cair

kemasan tidak berlabel (industri rumah tangga), susu cair kemasan berlabel

(buatan industri), susu kental manis, susu bubuk biasa, susu bubuk skim, susu

bubuk tinggi kalsium, dan susu lainnya yang hanya terdiri dari susu kedelai.

Tabel 30 menjelaskan bahwa lebih dari separuh contoh mengonsumsi susu

bubuk biasa (53.8%). Contoh yang mengonsumsi susu cair kemasan berlabel

terdapat kurang dari separuh contoh (42.4%). Jenis susu yang paling sedikit

dikonsumsi contoh (0.7%) adalah susu kedelai. Susu bubuk tinggi kalsium

dikonsumsi oleh kurang dari seperlima contoh (19.1%).

Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan jenis susu yang dikonsumsi

Jenis susu Jumlah

n %

  54

Page 54: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 54/77

Pangan sumber kalsium dibagi menjadi kelompok pangan susu dan non 

susu. Kelompok non  susu terdiri dari pangan hewani, kacang-kacangan dan

olahannya, serta sayuran. Rata-rata konsumsi susu contoh dalam sehari yaitu

167.67 ml (Tabel 31). Jumlah rata-rata konsumsi susu contoh masih jauh dari

yang dianjurkan. Holman (1987) mengemukakan bahwa remaja dengan usia di

bawah 19 tahun membutuhkan empat cangkir (0.9463 liter) susu sehari untuk

memenuhi kebutuhan. Konsumsi pangan hewani (non  susu dan olahannya)

contoh adalah sebesar 80.13±57.01 g/hari, sedangkan kacang-kacangan dan

olahannya serta sayuran adalah 66.86±49.86 g/hari dan 63.12±53.90 g/hari.

Produk olahan susu seperti keju, es krim, dan yoghurt jarang dikonsumsi contoh.

Rata-rata konsumsi produk olahan susu adalah 34.80±55.27 g/hari.

Tabel 31 Rata-rata konsumsi pangan sumber kalsium

Pangan sumber kalsium Jumlah konsumsi (g/hari)

Susu 167.67±134.88*Produk olahan susu 34.80±55.27

Non susu

Pangan hewani 80.13±57.01

Kacang-kacangan dan olahan 66.86±49.86

Sayuran 63.12±53.90

*ml/hari

Susu menyumbang konsumsi kalsium terbesar (45 28%) dari rata rata

  55

Page 55: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 55/77

Pangan hewani (non susu dan olahannya) serta kacang-kacangan dan

olahannya memberikan sumbangan kalsium terbesar kedua dan ke tiga setelah

susu yaitu masing-masing sebesar 90.62 mg kalsium (15.21%) dan 86.73 mg

kalsium (14.56%). Pangan olahan susu memberikan sumbangan kalsium

sebanyak 71.96 mg kalsium (12.08%). Selain dari pangan, kalsium juga

diperoleh dari suplemen. Suplemen kalsium memberikan sumbangan kalsium

terkecil yaitu sebesar 7.43 mg kalsium (1.25%).

Tabel 32 Rata–rata konsumsi dan sumbangan kalsium

Sumber kalsium Ca (mg/hari) Sumbangan Ca (%)

Jumlah Jumlah

Susu 269.84±227.20 45.28

Olahan susu 71.96±100.84 12.08Non susu

Pangan hewani 90.62±79.09 15.21Kacang-kacangan dan olahan 86.73±65.23 14.56

Sayuran 74.17±79.08 12.45Suplemen kalsium 7.43±47.96 1.25

Total 595.87±314.76 100.00

Lampiran 3 menyajikan rata-rata konsumsi kalsium dan sumbangan jenis

pangan terhadap konsumsi kalsium. Enam jenis pangan yang menyumbangkan

konsumsi kalsium terbesar yaitu susu sebanyak 269.84 mg kalsium (45.28%),

  56

Page 56: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 56/77

terganggu, sedang sakit atau dalam proses penyembuhan, dan kondisi-kondisi

lain yang menyebabkan asupan makanan yang beragam menjadi berkurang.

Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi suplemenKonsumsi suplemen Jumlah

n %

a. ya 86 26.3b. Tidak 241 73.7

Total 327 100

Rata-rata frekuensi konsumsi suplemen contoh adalah 6.03±3.59 kali per

minggu. Sebagian besar contoh (90.7%) mengonsumsi suplemen 1 sampai 7 kali

per minggu. Sebesar 1.2 persen contoh mengonsumsi suplemen 15 sampai 21

kali per minggu (Tabel 34).

Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi suplemenFrekuensi konsumsi suplemen (kali/ minggu) Total

n %

a. 1-7 78 90.7b. 8-14 7 8.1

c. 15-21 1 1.2

Total 86 100

X±SD 6.03±3.59

Sebesar 14.0 persen contoh terbiasa mengonsumsi suplemen kalsium.

Jenis suplemen yang paling banyak dikonsumsi yaitu vitamin C (30.2%) (Tabel

  57

Page 57: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 57/77

rata konsumsi pangan penghambat kalsium contoh adalah 7.83±5.31 kali per

minggu.

Frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium merupakan jumlah dari

seluruh frekuensi konsumsi contoh terhadap pangan penghambat kalsium seperti

teh, agar-agar, suplemen serat, kopi, cokelat dan minuman bersoda dalam satu

minggu. Konsumsi pangan penghambat kalsium dapat menyebabkan kalsium

dalam tubuh tidak dapat diabsorpsi dengan baik sehingga menyebabkan

ketersediaan kalsium dalam tubuh menurun. Bender (1993) mengemukakan

bahwa tidak semua kalsium dalam bahan pangan dapat diserap. Beberapa

senyawa dalam makanan dapat membentuk kompleks dengan kalsium, atau

dapat membentuk garam kalsium tidak dapat larut yang tidak dapat diserap.

Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan penghambatkalsium

Frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium (kali/minggu) Jumlahn %

a. 0 18 5.5

b. 1-2 35 10.7c. 3-6 91 27.8d. 7-8 59 18.0

e. >8 124 37.9

Total 327 100

X±SD 7.83±5.31

  58

Page 58: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 58/77

Lebih dari separuh contoh berada pada tingkat konsumsi kalsium kurang

(66.7%) yang meliputi 41.0 persen berada pada tingkat konsumsi kalsium kurang

dari 50 persen dan sebesar 25.7 persen berada pada tingkat konsumsi kalsium

antara 50 sampai 66.66 persen. Contoh yang berada pada tingkat konsumsi

kalsium cukup hanya terdapat sepertiga (33.3%). Contoh dengan tingkat

konsumsi kalsium antara 66.67 sampai 79.99 persen, 80 sampai 100 persen, dan

lebih dari 100 persen masing-masing sebesar 13.1 persen, 9.5 persen, dan 10.7

persen (Tabel 37).

Tabel 37 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi kalsiumTingkat konsumsi

kalsium (%)Tingkat konsumsikalsium (%)

Jumlah Jumlah

n % n %

Cukup (<66.67) a. <50 134 41.0 218 66.7

b. 50-66.66 84 25.7Kurang (=66.67) c. 66.67-79.99 43 13.1 109 33.3

d. 80-100 31 9.5

e. >100 35 10.7Total 327 100 327 100

X±SD 59.59±31.48

Hubungan Konsumsi Susu, Pangan Sumber Kalsium, dan TingkatKonsumsi Kalsium dengan Keluhan Menstruasi

Hasil uji korelasi Pearson menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

k i ( l) d k k l h t i j l ( 0 05

  59

Page 59: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 59/77

konsumsi kalsium. Hal tersebut menyatakan bahwa pada contoh yang

mempunyai tingkat konsumsi kalsium semakin tinggi, frekuensi pangan

penghambat kalsium pun semakin tinggi. Frekuensi pangan penghambat kalsium

yang tinggi diduga menyebabkan ketersediaan kalsium dalam tubuh menurun

sehingga diduga dapat meningkatkan keluhan menstruasi. Bender (1993)

tenyatakan bahwa tidak semua kalsium dalam bahan pangan dapat diserap.

Menurut Meyer (1978), kemampuan tubuh mengabsorpsi kalsium dipengaruhi

oleh interaksi berbagai macam zat gizi. Faktor-faktor dalam makanan dapat

menurunkan atau meningkatkan absorpsi kalsium di dalam usus (Olson et al .

1988). Senyawa dalam makanan dapat membentuk kompleks dengan kalsium,

atau dapat membentuk garam kalsium tidak dapat larut yang tidak dapat diserap

(Bender 1993).

Faktor lain yang dapat menyebabkan keluhan menstruasi adalah faktor

stres. Affandi (1990b) menyatakan bahwa gangguan menstruasi disebabkan

karena berbagai hal, diantaranya yaitu karena faktor psikologik seperti keadaan

stres dan gangguan emosi. Stres mental atau stres fisik juga cenderung

menurunkan absorpsi dan meningkatkan ekskresi kalsium (Almatsier 2002).

Hubungan antara frekuensi stres enam bulan terakhir dengan skor keluhan

  60

Page 60: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 60/77

kalsium (non susu dan olahannya), skor keluhan menstruasi pun semakin tinggi.

Hal ini diduga karena kalsium yang diperoleh dari pangan sumber kalsium (non

susu dan hasil olahannya) lebih banyak berasal dari kacang-kacangan dan hasil

olahannya serta sayuran (63.97%). Almatsier (2002) menyatakan bahwa kacang-

kacangan dan hasil kacang-kacangan seperti tahu dan tempe serta sayuran hijau

merupakan sumber kalsium yang baik, tetapi bahan makanan tersebut

mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat,

fitat, dan oksalat.

Faktor lain yang dapat menyebabkan konsumsi kalsium dari pangan

sumber kalsium (non  susu dan olahannya) berhubungan positif dengan skor

keluhan menstruasi adalah contoh dengan konsumsi pangan sumber kalsium

(non  susu dan olahannya) di atas median lebih banyak yang mengonsumsi

pangan penghambat kalsium. Uji beda menunjukkan ada perbedaan nyata

(p<0.01) antara frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium dari pangan

sumber kalsium (non  susu dan olahannya) di atas median dengan di bawah

median. Rata-rata frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium contoh di

atas median lebih besar (1.26±0.80) dibandingkan dengan di bawah median

(0.97±0.68) (Tabel 38).

  61

Page 61: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 61/77

keluhan menstruasi dari segi makanan adalah dengan mengurangi konsumsi

garam, kopi, gula, dan makanan yang banyak mengandung karbohidrat

sederhana seperti mie dan roti; disertai dengan meningkatkan konsumsi sayur

dan buah, meningkatkan konsumsi makanan sumber vitamin A, B1, B2, B3, B6,

B12, zink (Zn), zat besi (Fe), magnesium (Mg), chromium (Cr), asam lemak

omega 3, omega 6, dan meningkatkan konsumsi protein hewani. Zat-zat gizi

tersebut kemungkinan dalam keadaan cukup pada contoh yang mengalami skor

keluhan menstruasi berat dengan tingkat konsumsi kalsium kurang dari 50

persen.

Tabel 39 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi kalsium dan skorkeluhan menjelang menstruasi

Tingkat konsumsi kalsium (%)

Skor keluhan menjelang menstruasi

Nol Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

Kurang <50 8 61.5 21 47.7 64 44.8 41 32.350-66.66 2 15.4 7 15.9 41 28.7 34 62.8

Cukup 66.67-79.99 1 7.7 2 4.5 18 12.6 22 17.3

80-100 1 7.7 7 15.9 11 7.7 12 9.4

>100 1 7.7 7 15.9 9 6.3 18 14.2

Total 13 100 44 100 143 100 127 100

Contoh dengan kategori skor keluhan saat menstruasi nol sebagian besar

  62

Page 62: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 62/77

(52.3%) yang berada pada tingkat konsumsi kalsium kurang dari 50 persen

terdapat lebih dari separuh. Kurang dari separuh contoh dengan skor keluhan

menstruasi sedang (43.4%) berada pada tingkat konsumsi kalsium kurang dari

50 persen. Contoh dengan skor keluhan total nol tidak ada yang berada pada

tingkat konsumsi kalsium antara 50 sampai 66.67 persen dan tingkat konsumsi

kalsium lebih dari 100 persen (Tabel 41).

Tabel 41 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi kalsium dan skorkeluhan menstruasi total

Tingkat konsumsi kalsium (%) Skor keluhan menstruasi total

Nol Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

Kurang <50 4 66.7 23 52.3 59 43.4 48 34.0

50-66.66 0 0.0 7 15.9 41 30.1 36 25.5

Cukup 66.67-79.99 1 16.7 4 9.1 14 10.3 24 17.0

80-100 1 16.7 4 9.1 13 9.6 13 9.2

>100 0 0.0 6 13.6 9 6.6 20 14.2

Total 6 100 44 100 136 100 141 100

Pangan Penghambat Kalsium dan Tingkat Konsumsi Kalsium

Kemampuan tubuh mengabsorpsi kalsium dipengaruhi oleh interaksi

berbagai macam zat gizi (Meyer 1978). Faktor-faktor dalam makanan dapat

menurunkan atau meningkatkan absorpsi kalsium di dalam usus (Olson et al .

  63

Page 63: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 63/77

Lebih dari seperempat contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang

dari 50 persen (22.4%) dan tingkat konsumsi kalsium antara 50 sampai 66.66

persen (38.1%) mengonsumsi pangan penghambat kalsium lebih dari delapan

kali (Tabel 42). Hal ini dapat menyebabkan ketersediaan kalsium dalam tubuh

contoh semakin menurun.

Pangan Penghambat Kalsium dan Keluhan Menstruasi

Tabel 43 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (58.3%) yang

berada pada skor keluhan menjelang menstruasi berat mengonsumsi pangan

penghambat kalsium lebih dari delapan kali. Hal ini menunjukkan bahwa hampir

separuh contoh dengan skor keluhan menjelang menstruasi berat mengonsumsi

pangan penghambat kalsium minimal satu kali sehari. Konsumsi pangan

penghambat kalsium semakin sering akan menurunkan ketersediaan kalsium

dalam tubuh dan diduga dapat meningkatkan keluhan menstruasi.Contoh dengan skor keluhan menjelang menstruasi ringan (36.4%) dan

sedang (37.8%) yang mengonsumsi pangan penghambat kalsium lebih dari

delapan kali terdapat lebih dari sepertiga. Lebih dari separuh contoh dengan skor

keluhan menjelang menstruasi nol (53.8%) mengonsumsi pangan penghambat

kalsium lebih dari delapan kali Hardinsyah (2004) menyatakan bahwa upaya

  64

Page 64: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 64/77

Tabel 44 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh dengan skor

keluhan saat menstruasi berat (58.3%) dan nol (57.1%) mengonsumsi pangan

penghambat kalsium lebih dari delapan kali. Lebih dari sepertiga contoh dengan

skor keluhan saat menstruasi ringan (41.7%) dan sedang (34.1%) mengonsumsi

pangan sumber kalsium lebih dari delapan kali.

Tabel 44 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan penghambatkalsium dan skor keluhan saat menstruasi

Frekuensi Pangan

PenghambatKalsium

Skor Keluhan Saat Menstruasi

Nol Ringan Sedang Beratn % n % n % n %

0 1 7.1 1 2.8 10 7.2 6 4.3

1-2 1 7.1 6 16.7 18 13.0 10 7.2

3-6 4 28.6 9 25.0 46 33.3 32 23.0

7-8 0 0.0 5 13.9 17 12.3 10 7.2

>8 8 57.1 15 41.7 47 34.1 81 58.3

Total 14 100 36 100 138 100 139 100

Tabel 45 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh dengan skor

keluhan menstruasi total berat (57.4%) dan nol (66.7%) mengonsumsi pangan

penghambat kalsium lebih dari delapan kali. Lebih dari sepertiga contoh dengan

skor keluhan menstruasi total ringan (38.6%) dan sedang (36.0%) mengonsumsi

pangan sumber kalsium lebih dari delapan kali.

  65

Page 65: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 65/77

berlebihan sehingga menyebabkan jantung berdebar keras dan cepat. Produksi

hormon adrenalin membutuhkan kehadiran zat-zat gizi seperti berbagai vitamin

B, mineral seng, kalium, dan kalsium. Keadaan stres dapat menguras zat-zat gizi

tersebut (Khomsan 1998).

Contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang dari 80 persen lebih

sedikit yang mengalami stres dibandingkan contoh dengan tingkat konsumsi

kalsium lebih dari 80 persen. Contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang

dari 50 persen, antara 50 sampai 66.66 persen, dan antara 66.67 sampai 79.99persen yang mengalami stres selama enam bulan terakhir berjumlah kurang dari

separuh (41.0%, 41.7%, dan 41.9%), sedangkan contoh dengan tingkat

konsumsi kalsium antara 80 sampai 100 persen dan lebih dari 100 persen yang

mengalami stres berjumlah lebih dari separuh (51.6% dan 62.9%).

Tabel 46 Sebaran contoh berdasarkan stres enam bulan terakhir dan tingkat

konsumsi kalsium

Stres enam bulanterakhir

Tingkat Konsumsi Kalsium (%)

<50 50-66.66 66.67-79.99 80-100 >100

n % n % n % n % n %

Ya 55 41.0 35 41.7 18 41.9 16 51.6 22 62.9

Tidak 79 59.0 49 58.3 25 58.1 15 48.4 13 37.1

Total 134 100 84 100 43 100 31 100 35 100

  66

Page 66: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 66/77

Tabel 48 menyatakan bahwa lebih dari separuh contoh (53.2%) yang

berada pada skor keluhan saat menstruasi berat mengalami stres enam bulan

terakhir. Sebagian besar contoh (85.7%) yang berada pada skor keluhan saat

menstruasi nol tidak mengalami stres enam bulan terakhir dan lebih dari separuh

contoh dengan skor keluhan saat menstruasi ringan (77.8%) dan sedang (55.1%)

tidak mengalami stres selama enam bulan terakhir.

Tabel 48 Sebaran contoh berdasarkan stres enam bulan terakhir dan skorkeluhan saat menstruasi

Stres enam bulanterakhir

Skor keluhan saat menstruasi

Nol Ringan Sedang Berat

n % n % n % n %

Ya 2 14.3 8 22.2 62 44.9 74 53.2

Tidak 12 85.7 28 77.8 76 55.1 65 46.8

Total 14 100 36 100 138 100 138 100

Tabel 49 menyatakan bahwa lebih dari separuh contoh (53.2%) yang

berada pada skor keluhan menstruasi total berat mengalami stres enam bulan

terakhir. Contoh sebagian besar berada pada skor keluhan menstruasi total nol

(85.7%) dan ringan (81.8%) tidak mengalami stres enam bulan terakhir dan lebih

dari separuh contoh dengan skor keluhan menstruasi total sedang (54.4%) tidak

mengalami stres selama enam bulan terakhir.

  67

Page 67: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 67/77

kalsium cukup dan kurang. Rata-rata frekuensi konsumsi pangan penghambat

kalsium pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup (1.46±0.89) lebih

tinggi dibandingkan contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang (0.95±0.62)

(Tabel 51).

Selain itu, contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup juga lebih

banyak yang mengalami stres selama enam bulan terakhir. Uji beda

menunjukkan ada perbedaan nyata (p<0.1) frekuensi stres enam bulan terakhir

pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup dan kurang. Rata-ratafrekuensi stres enam bulan terakhir pada contoh dengan tingkat konsumsi

kalsium cukup adalah 1.82 kali, sedangkan pada contoh dengan tingkat

konsumsi kalsium kurang adalah 1.21 kali (Tabel 51). Hal ini diduga

menyebabkan ketersediaan kalsium dalam tubuh contoh dengan tingkat

konsumsi kalsium cukup semakin menurun sehingga mengalami skor keluhan

menstruasi yang lebih besar.

Tabel 50 Rata-rata skor keluhan menstruasi menurut tingkat konsumsi kalsiumRata-rata skor keluhan

TK < 66.67% (n=218) TK = 66.67% (n=109)

Menjelang 5.77±3.70 a

  6.76±4.56 

Saat 5.90±3.62 c

  6.85±4.09 

Total 11.67±6.52e

13.61±8.13 

  68

Page 68: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 68/77

meningkatkan keluhan menstruasi. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa setiap

peningkatan satu satuan skor frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium

akan meningkatkan 0.170 satuan skor keluhan menstruasi.

Keluhan menstruasi juga dipengaruhi oleh frekuensi stres enam bulan

terakhir. Affandi (1990b) menyatakan bahwa gangguan menstruasi disebabkan

karena berbagai hal, diantaranya yaitu karena faktor psikologik seperti keadaan

stres dan gangguan emosi. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa setiap

peningkatan satu satuan skor frekuensi stres enam bulan terakhir akanmeningkatkan 0.156 satuan skor keluhan menstruasi.

Nilai Adjusted R2 hasil uji regresi linier adalah 6.6 persen. Hal ini berarti

sebesar 6.6 persen faktor yang berpengaruh terhadap keluhan menstruasi

contoh dapat dijelaskan dari hasil regresi, sedangkan sisanya (93.4%) dijelaskan

oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 52 Hasil uji regresi faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan menstruasi

Tidak Terstandardisasi Terstandardisasi t Sig

B Std. Error ß(Constant) 9.126 1.029 8.870 .000**

Tingkat konsumsi kalsium .016 .028 .069 .562 .575Konsumsi kalsium dari susu -.003 .004 -.085 -.762 .447

Konsumsi pangan sumberk l i ( d 000 004 003 041 968

  69

Page 69: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 69/77

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Contoh sebagian besar mengalami usia awal menstruasi (96.6%) dan

lama menstruasi (95.7%) normal. Lebih dari separuh contoh (53.2%) mengalami

siklus menstruasi yang teratur. Contoh sebagian besar (82.6%) mengalami lama

siklus menstruasi normal.

Contoh sebagian besar mengalami keluhan menjelang (96.0%) dan saat

menstruasi (95.7%). Keluhan yang paling banyak dialami menjelang menstruasi

adalah lebih emosional (67.6%), sedangkan keluhan yang paling banyak dialami

saat menstruasi adalah lebih emosional (66.1%) dan sakit keram di bawah perut

(66.1%). Keluhan jerawat, mual, dan nyeri pada payudara lebih banyak dialami

menjelang menstruasi, sedangkan sakit kepala, sakit pinggang, dan lesu lebih

banyak dialami pada saat menstruasi.Contoh sebagian besar mengonsumsi susu (88.1%), akan tetapi lebih dari

tiga perempat (76.0%) frekuensi minum susu hanya 1 sampai 7 kali per minggu.

Susu menyumbang konsumsi kalsium terbesar (45.28%) dari rata-rata konsumsi

pangan sumber kalsium. Pangan hewani (non  susu dan olahannya) (15.21%)

t k k d l h (14 56%) b ik b

  70

Page 70: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 70/77

Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi

pangan penghambat kalsium dan frekuensi stres enam bulan terakhir merupakan

faktor yang dominan dalam mempengaruhi keluhan menstruasi. Setiap

peningkatan satu satuan skor frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium

akan meningkatkan 0.170 satuan skor keluhan menstruasi. Setiap peningkatan

satu satuan skor frekuensi stres enam bulan terakhir akan meningkatkan 0.156

satuan skor keluhan menstruasi.

SaranKonsumsi pangan sumber kalsium bukanlah satu-satunya faktor yang

mempengaruhi keluhan menstruasi. Stres dan aktivitas olahraga ikut

mempengaruhi hal ini. Oleh karena itu, mengurangi stres dan berolahraga secara

rutin terutama jenis aerobik tiga sampai lima kali dalam seminggu selama 25

sampai 30 menit perlu dilakukan. Konsumsi pangan kalsium terutama susu

sebagai sumber kalsium utama sebaiknya lebih ditingkatkan. Remaja di bawah

usia 19 tahun dianjurkan mengonsumsi susu empat cangkir sehari. Selain itu,

sebaiknya tidak terlalu banyak mengonsumsi pangan penghambat kalsium

seperti cokelat, teh, kopi, minuman bersoda, agar-agar, dan suplemen serat.

Pangan penghambat kalsium juga sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan

  71

Page 71: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 71/77

DAFTAR PUSTAKA

 Affandi B. 1990a. Fisiologi Haid . Di dalam: Affandi B, editor. 1990. GangguanHaid Pada Remaja dan Dewasa. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. hlm. 1-8.

------------. 1990b. Gangguan Haid Pada Remaja dan Dewasa. Di dalam: AffandiB, editor. 1990. Gangguan Haid Pada Remaja dan Dewasa. Jakarta:Balai Penerbit FKUI. hlm. 17-20.

 Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta: Gramedia.

 Anderson J, Deskins B. 1995. Nutrition Bible. New York: William Morrow &company.

 Anonim. 2002. Menstruasi. http://www.kesrepro.info. [11 Desember 2006].

Bender DA. 1993. Introduction to Nutrition and Metabolism.  England: UCL.

Bendich A. 2000. The potential for dietary supplements to reduce premenstrual

syndrome (PMS) symptomps. J of the Am College of Nutr  1:3-12.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. GerakanKeluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta: Badan KoordinasiKeluarga Berencana Nasional.

Briawan D. 2004. Potensi Pisang untuk Mengatasi Sindrom Pramenstruasi.http://www.kompas.com. [7 Juni 2006].

  72

Page 72: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 72/77

Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor.

---------------. 2004. Kiat Mengatasi Keluhan Menstruasi . Bogor: Klinik Gizi danKlub Diet GMSK.

Harper LJ, Deaton BJ, Dreskel JA. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian. Suhardjo,penerjemah. Jakarta: UI Press.

Holman SR. 1987. Essentials of Nutrition for the Health Proffessions .

Philadelphia: J. B. Lippincott Company.

Iswahanik. 2001. Pengaruh Penambahan Madu (Honey Bee) terhadap UmurSimpan Susu Skim dan Susu Penuh Pateurisasi [skripsi]. Bogor:Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Iertanian Bogor.

Izenberg N. 2004. All about menstruation. www.kidshealth.org. [27 Februari2007].

Khomsan A. 1998. Vitamin Mineral Pelindung di Saat Stres.http://www.indomedia.com/intisari/1998/april/obat. [27 Februari 2007].

-------------------. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

-------------------. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta:

  73

Page 73: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 73/77

Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Sumapraja S, Saifuddin AB, editor. 1987. IlmuKandungan. Ed ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.

Riyadi H. 2003. Penilaian Gizi Secara Antropometri . Bogor: Departemen GiziMasyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor.

Sampoerno, Fardiaz D. 2001. Kebijakan dan Pengembangan PanganFungsional dan Suplemen di Indonesia. Di dalam: Nuraida L, HariyadiRD, editor. Pangan Tradisional Basis bagi Industri Pangan Fungsional

dan Suplemen.  Bogor: Pusat Kajian Makanan Tradisional InstitutPertanian Bogor.

Shreeve C. 1989. Sindrom Pramenstruasi . Priliani Pranaya, penerjemah.Jakarta: ARCAN. Terjemahan dari: The Premenstrual Syndrome.

Simon H. 2002. Calcium. http://www.mercydesmoines.org/ADAM/WellConnected/articles. [18 Maret 2007].

Soehardi S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. Bandung:ITB.

Soekatri M, Kartono D. 2004. Angka kecukupan mineral kalsium, fosfor,magnesium dan flor. Dalam Soekirman et al . 2004. Widyakarya NasionalPangan dan Gizi VIII (hlm 375-391). Jakarta: LIPI.

  74

Page 74: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 74/77

LAMPIRAN

  75

Page 75: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 75/77

Lampiran 1 Komposisi kalsium berbagai macam susuBahan makanan mg

Susu cair dalam kemasan berlabel (250 ml) 300

Susu cair dalam kemasan tidak berlabel* (100 gram) 143Susu kental manis (40 gram) 114Susu bubuk biasa (40 gram) 352Susu bubuk skim* (100 gram) 123

Susu bubuk tinggi kalsium (40 gram) 400Susu cair tinggi kalsium (200 ml) 260

*Sumber: Hardinsyah dan Briawan (1994)

Lampiran 2 Rata-rata konsumsi pangan sumber kalsiumNo. Kelompok Pangan Jenis pangan Total konsumsi (g/hari)

1 Susu Susu 167.67±134.88*2 Pangan olahan susu Keju 4.50±7.56

Es krim 20.61±36.29

Yoghurt 9.69±27.103 Sayuran Sawi 15.08±23.35

Bayam 11.08±12.63

Kangkung tumis 16.72±12.78

Daun singkong rebus 13.82±25.98

Kacang panjang 6.42±10.994 Kacang-kacangan Tahu 29.29±24.77

dan olahannya Tempe kedelai murni 27.88±28.91

Oncom kedelai 1.23±3.59

Kacang merah 1.21±3.29

Kacang tanah kupas kulit 1.56±4.33

  76

Page 76: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 76/77

Lampiran 3 Rata–rata konsumsi dan sumbangan kalsium

No. Kelompok sumber

kalsium

Sumber kalsium Ca

(mg/hari)

Sumbangan Ca

(%)Total Total

1 Susu Susu 269.84 45.282 Pangan olahan Keju 34.99 5.87

susu Es krim 25.35 4.26Yoghurt 11.62 1.95

3 Sayuran Sawi 28.86 4.84Bayam 16.63 2.79Kangkung tumis 4.21 0.71

Daun singkong rebus 22.11 3.71Kacang panjang 2.36 0.40

4 Kacang-kacangan Tahu 36.32 6.09

dan olahannya Tempe kedelai murni 35.96 6.04Oncom kedelai 1.18 0.20Kacang merah 0.92 0.15

Kacang tanah kupas kulit 5.24 0.88Kacang hijau 7.12 1.20

5 Pangan hewani Empal goreng 12.80 2.15

(non susu dan Sarden kaleng 13.62 2.29olahannya) Udang 4.15 0.70

Mujair segar 11.08 1.86

Telur asin 3.19 0.54Telur ayam 21.00 3.52Teri nasi kering 24.78 4.16

6 Suplemen Suplemen kalsium 7.43 1.25

Total 595.87 100.00

  1

Lampiran 5 Hasil korelasi Pearson Peubah Skor

k l hSkork l h

Skork l h

Tingkatk i

Konsumsik l i

Uangk

Page 77: A06vlusfvsdfF

7/17/2019 A06vlusfvsdfF

http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 77/77

keluhan

menjelang

keluhan

saat

keluhan

total

konsumsi

kalsium

kalsium

dari susu

saku

Tingkat konsumsi kalsium r 0.079 0.065 0.079

p 0.154 0.239 0.152

Konsumsi kalsium dari susu r 0.009 -0.028 -0.010

p 0.868 0.614 0.861

Konsumsi kalsium dari pangan sumber r 0.113* 0.146* 0.142*

kalsium (non susu dan olahannya) p 0.041 0.008 0.010

Konsumsi susu (ml) r 0.032 -0.017 0.009

p 0.558 0.762 0.866

Frekuensi konsumsi pangan r 0.160** 0.110** 0.190** 0.353**

penghambat kalsium p 0.004 0.001 0.001 0.000

Frekuensi stres enam bulan terakhir r 0.206** 0.115* 0.177** 0.096

p 0.000 0.038 0.001 0.084

Uang saku r 0.112* 0.186**

p 0.043 0.001

Besar keluarga r -0.107-0.147** -0.141*

p 0.052 0.001 0.010

Keterangan: * korelasi signifikan pada p = 0.05

** korelasi signifikan pada p = 0.01