A06vlusfvsdfF
-
Upload
muhammadtaufik -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of A06vlusfvsdfF
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 1/77
1
HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN
KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA
VIVI LUTFIAH
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 2/77
2
RINGKASAN
VIVI LUTFIAH. Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan KeluhanMenstruasi pada Remaja (Dibimbing oleh HARDINSYAH dan EDDY S.MUDJAJANTO).
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungankonsumsi pangan sumber kalsium dengan keluhan menstruasi. Secara khususpenelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari usia awal menstruasi, lama
menstruasi, keteraturan, dan siklus menstruasi, (2) mempelajari keluhanmenstruasi, (3) mempelajari pola konsumsi susu dan pangan sumber kalsium, (4)menganalisis konsumsi dan tingkat konsumsi kalsium, (5) menganalisishubungan konsumsi susu, pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya),dan tingkat konsumsi kalsium dengan keluhan menstruasi, (6) mengujiperbedaan keluhan menstruasi pada tingkat konsumsi kalsium cukup dankurang, (7) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan menstruasi.
Disain penelitian adalah cross-sectional study . Penelitian dilakukan di
SMAN 3 dan SMAN 5 Kota Bogor. Pengambilan data dilakukan pada bulanJanuari hingga Februari 2007. Contoh dalam penelitian adalah semua siswi kelas11. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 327 orang.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Dataprimer terdiri dari keadaan umum lokasi penelitian, karakteristik contoh dankeluarga contoh (usia, uang saku, pekerjaan orang tua, besar keluarga,kebiasaan berolahraga, dan stres), kebiasaan minum susu, konsumsi pangan(meliputi pangan sumber kalsium dan pangan penghambat kalsium), konsumsisuplemen, dan menstruasi. Data sekunder meliputi data kandungan kalsium yang
diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Indonesia (Hardinsyah
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 3/77
3
Rata-rata konsumsi kalsium dari susu adalah 269.84±227.20 mg/hari,
sedangkan rata-rata konsumsi kalsium total adalah 595.87±314.76 mg/hari.Rata-rata konsumsi kalsium total masih terbilang kurang apabila dibandingkandengan angka kecukupan kalsium menurut AKG 2004 untuk remaja putri (1000mg). Lebih dari separuh contoh (66.7%) berada pada tingkat konsumsi kalsiumkurang.
Hasil uji korelasi Pearson menyatakan bahwa tidak ada hubungan antarakonsumsi susu (ml) dengan skor keluhan menstruasi menjelang (p>0.05), saat(p>0.05), dan total (p>0.05). Konsumsi kalsium dari susu dengan skor keluhan
menstruasi baik menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), maupun total (p>0.05) jugatidak berhubungan. Tingkat konsumsi kalsium juga tidak berhubungan denganskor keluhan menstruasi menjelang (p>0.05), saat (p>0.05), maupun total(p>0.05). Konsumsi kalsium dari pangan sumber kalsium (non susu danolahannya) berhubungan positif dengan skor keluhan menjelang (p<0.05), saat(p<0.05), dan total (p<0.05). Hubungan ini menyatakan bahwa semakin tinggikonsumsi kalsium dari pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya), skorkeluhan menstruasi pun semakin tinggi. Hal ini diduga karena kalsium yangdiperoleh dari pangan sumber kalsium (non susu dan hasil olahannya) lebihbanyak berasal dari kacang-kacangan dan hasil olahannya serta sayuran(63.97%). Selain itu, contoh dengan konsumsi pangan sumber kalsium (non susudan olahannya) di atas median lebih banyak yang mengonsumsi panganpenghambat kalsium (p<0.01).
Hasil uji Independent-Samples T Test menunjukkan adanya perbedaannyata antara skor keluhan menstruasi menjelang (p<0.1), saat (p<0.05), dan total(p<0.05) pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup (=66.67%) dankurang (<66.67%). Akan tetapi rata-rata skor keluhan menjelang, saat, dan total
menstruasi pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup lebih tinggi
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 4/77
4
ABSTRACT
VIVI LUTFIAH. The Relation between Calcium Source-food Consumption withMenstrual Complaint in Adolescent. Under the direction of HARDINSYAH andEDDY S. MUDJAJANTO.
The objective of this research is to identify relation between calciumsource-food consumption with menstrual complaint. Samples consisted of 327female students at 11
th grade. The design of this research is cross-sectional
study. There is no correlation between milk consumption (ml), calcium
consumption from milk, and level of calcium consumption with menstrualcomplaint score. Calcium consumption from calcium source-food (non milk andits products) have a positive correlation (p<0.05) with menstrual complaint score.This is could be happen because of the calcium coming from calcium source-food (non milk and its product) is much more coming from legumes and itsproduct and vegetables (63.97%). Besides, samples that consumed calciumsource-food (non milk and its product) more than median are consume morecalcium inhibit food. There is difference between menstrual complaint score insamples with sufficient calcium consumption level and deficit calciumconsumption level. But the average of menstrual complaints score in sampleswith sufficient calcium consumption level higher than samples with deficit calciumconsumption level. This can be caused by the average of calcium inhibit-foodfrequency per day in samples with sufficient calcium consumption level(1.46±0.89) is higher than samples with deficit calcium consumption level(0.95±0.62). Besides, samples with sufficient calcium consumption level is havingmuch more stress during last six months. The result of doubled linier regressiontest revealed that consumption frequency of calcium inhibit food and stress
frequency during last six month are factors influencing menstrual complaint
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 5/77
5
HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM DENGAN
KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 6/77
6
Judul : HUBUNGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER KALSIUM
DENGAN KELUHAN MENSTRUASI PADA REMAJA
Nama Mahasiswa : Vivi Lutfiah
NRP : A54103063
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Ir. Eddy S. Mudjajanto
NIP. 131287340 NIP. 131760849
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 7/77
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 5 September 1984 dari
pasangan Syihabuddin dan Sobriyah. Penulis merupakan anak ke enam dari
sembilan bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan dasar di SD Negeri Kupahandap II pada
tahun 1991-1997, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1
Pandeglang pada tahun 1997-2000. Setelah lulus dari SLTP, penulis melanjutkan
studinya di SMU Negeri 1 Serang pada tahun 2000-2003.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun
2003 melalui jalur SPMB dan memilih Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga. Penulis merupakan staf divisi Pengembangan
Sumberdaya Manusia Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian(HIMAGITA) periode 2004-2005. Penulis juga aktif di Bina Desa GMSK sebagai
staf divisi Kewirausahaan (2004-2005) dan ketua divisi Kewirausahaan (2005-
2006).
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 8/77
8
PRAKATA
Puji dan syukur penulis hadiratkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Konsumsi Pangan Sumber Kalsium dengan Keluhan Menstruasi
pada Remaja”. Penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan
atas semua keikhlasan bantuan yang telah diberikan, yaitu kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS dan Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,
arahan dan dorongan dengan penuh pengertian dan kesabaran sejak awal
penyusunan hingga terselesainya skripsi ini.
2. Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingan dan arahannya selama ini.3. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar sekaligus dosen
penguji atas arahan dan saran yang diberikan.
4. Pihak SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini.
5. Mama, Apa, kakak-kakakku, adik-adikku dan oom yang selalu memberikan
k ih d d k d h ti k d li
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 9/77
9
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik (biasanya setiap
bulan) dari uterus yang merupakan campuran darah, cairan jaringan, dan bagian
kecil dari rahim (endometrium) (Jones, Derek, Abraham, dan Suzanne 1996,
diacu dalam Utami 2003). Peristiwa menstruasi sering disertai gangguan fisik dan
mental. Jeffcoate menyatakan bahwa hanya kira-kira 20 persen diantara para
wanita yang sama sekali tidak mengalami gangguan apapun (Danukusumo &
Affandi 1990).
Gangguan menstruasi pada remaja lebih sering terjadi (Affandi 1990b).
Penelitian Utami (2003) yang dilakukan pada tahun 2002 di SMAN 1 Bogor,
SMAN 1 Ciampea, dan SMAN 81 Jakarta mengungkapkan bahwa sebanyak 79.8persen remaja putri mengalami keluhan menjelang menstruasi dan 82.1 persen
mengalami keluhan saat menstruasi.
Keluhan utama yang dihadapi remaja wanita menjelang dan saat
menstruasi adalah keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada payudara,
lemah dan lesu, lebih emosional, dan jerawat. Keluhan menstruasi lainnya yang
j k d di l i it t lit tid i l j k i d
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 10/77
10
Hubungan utama antara sindrom pramenstruasi dan gizi terutama
terfokus pada metabolisme energi dan status vitamin serta mineral. Faktor gizi
yang berperan dalam membantu mengurangi terjadinya gejala sindrom
pramenstruasi salah satunya adalah dengan mengonsumsi pangan yang banyak
mengandung kalsium (Whitney & Sizer 2000, diacu dalam Briawan 2004).
Pangan sumber kalsium diantaranya yaitu ikan dimakan dengan tulang,
kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe serta sayuran
hijau. Susu dan hasil olahan susu, seperti keju adalah sumber kalsium utama
(Almatsier 2002). Mann dan Truswell (2002) menyatakan bahwa susu
merupakan sumber kalsium yang paling tinggi dan merupakan penyumbang
kalsium terbesar dari konsumsi kalsium harian. Kebutuhan kalsium sehari-hari
sulit diperoleh tanpa penambahan sejumlah susu atau produk susu dalam diit
(Stevenson & Miller 1962). Wiseman (2002) menyatakan bahwa apabila susu
dan produk susu tidak dikonsumsi maka akan sulit untuk mendapatkan asupan
kalsium yang baik kecuali ditambah dengan konsumsi tablet kalsium.
Konsumsi kalsium yang semakin baik diduga dapat menurunkan keluhan-
keluhan yang terjadi sebelum dan saat menstruasi. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan konsumsi pangan sumber kalsium
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 11/77
11
4. Menganalisis konsumsi dan tingkat konsumsi kalsium.
5. Menganalisis hubungan konsumsi susu, pangan sumber kalsium, dan tingkat
konsumsi kalsium dengan keluhan menstruasi.
6. Menguji perbedaan keluhan menstruasi pada tingkat konsumsi kalsium cukup
dan kurang.
7. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan menstruasi.
Kegunaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan konsumsi susu dan pangan sumber kalsium dengan keluhan
menstruasi bagi masyarakat umum, khususnya remaja putri. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberi bahan masukan bagi pengembangan keilmuan dan
institusi terkait, seperti institusi pendidikan dan kesehatan serta kepada pembuatkebijakan terutama dalam bidang pangan dan gizi.
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 12/77
12
TINJAUAN PUSTAKA
Menstruasi
Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa
(Nasoetion & Riyadi 1995). Menurut WHO usia remaja berkisar antara 10 sampai
19 tahun. Usia remaja dimulai dengan masa pubertas (Riyadi 2003). Pubertas
adalah periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang
ditandai dengan perubahan dalam struktur tubuh maupun perkembangan
seksual. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena hormon mulai dihasilkan
sehingga menyebabkan perkembangan fisik dari organ genital bagian dalam
(ovarium, rahim, testis, prostat, dan sebagainya) dan menggerakkan organ-organ
tersebut untuk melakukan fungsinya (Dolto, Schiffmann & Bello 1990).Pubertas biasanya dimulai pada umur 10 sampai 14 tahun dan pada
seorang gadis ditandai dengan permulaan menstruasi (Pearce 2000). Menstruasi
merupakan ciri khas kematangan biologik seorang wanita (Danukusumo &
Affandi 1990). Jones et al . (1996), diacu dalam Utami (2003), mengemukakan
bahwa menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik (biasanya setiap
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 13/77
13
disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik dan
berkurangnya penyakit menahun.
Pada setiap wanita lama menstruasi biasanya tetap. Lama menstruasi
biasanya antara 3 sampai 5 hari, ada yang 1 sampai 2 hari dan diikuti darah
sedikit-sedikit, dan ada yang 7 sampai 8 hari (Affandi 1990a). Peneliti sebagian
besar menemukan bahwa rata-rata lama menstruasi 3 sampai 5 hari dianggap
normal dan lebih dari 8 atau 9 hari dianggap tidak normal (Affandi 1990b).
Penelitian WHO menunjukkan bahwa kemampuan wanita untuk mengingat
kembali lamanya menstruasi (dalam hari) yang terakhir dengan tepat adalah 85
persen (Danukusumo & Affandi 1990).
Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi
yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan
dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus menstruasi yang biasa pada
manusia ialah 25 sampai 32 hari. Panjang siklus menstruasi normal atau siklus
menstruasi yang dianggap klasik adalah 28 hari. Panjang siklus menstruasi
normal bervariasi cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita, tetapi juga
pada wanita yang sama (Affandi 1990a). Cabot (1994) menyatakan bahwa siklus
menstruasi normal dapat bervariasi antara 21 sampai 35 hari.
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 14/77
14
dibuahi yang tiba dalam uterus sehingga menstruasi terjadi dan siklus di ulang
sekali lagi (Pearce 2000).
Siklus menstruasi normal terdiri atas fase folikuler, saat ovulasi, dan fase
luteal. Fase folikuler dini berlangsung tidak lama setelah menstruasi dimulai dan
ditandai dengan berkembangnya beberapa folikel yang dipengaruhi oleh follicle
stimulating hormone (FSH) yang meningkat. FSH yang meningkat disebabkan
oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Perkembangan
folikel menyebabkan produksi estrogen meningkat dan menekan produksi FSH.
Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen dalam plasma meninggi.
Kadar estrogen yang tinggi memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik
dan dengan mendadak terjadi puncak pelepasan luteinising hormone (LH-surge)
pada pertengahan siklus yang mengakibatkan terjadinya ovulasi. Kadar LH
menurun pada fase luteal. Fase luteal terjadi setelah ovulasi ketika sel-sel
granulosa membesar, membentuk vakuola, bertumpuk pigmen kuning (lutein),
dan folikel menjadi korpus luteum. Variasi panjangnya siklus pada siklus
menstruasi normal umumnya disebabkan oleh variasi dalam fase folikuler
(Prawirohardjo et al. 1987).
Siklus menstruasi diatur oleh interaksi kompleks hipotalamus, hipofisis,
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 15/77
15
Ovarium mensekresikan hormon estrogen dan progesteron. Estrogen
diproduksi oleh sel-sel granulosa yang terdapat pada folikel yang belum matang.
Korpus luteum yang memproduksi progesteron selama fase luteal akan terbentuk
setelah ovulasi (Affandi 1990a).
Pada fase folikuler disekresikan juga hormon inhibin. Sekresi hormon
inhibin sejalan dengan estrogen yaitu tetap tinggi sampai menjelang berakhirnya
fase luteal. Hormon ini bertugas menghambat sekresi FSH dan LH, yang
merupakan bagian dari mekanisme umpan balik negatif dari hormon-hormon
ovarium dan hipofisis. Peningkatan progesteron yang sejalan dengan penurunan
gonadotropin mengakibatkan terjadinya regresi korpus luteum. Fungsi korpus
luteum yang berakhir akan mengakibatkan penghentian produksi progesteron
yang memegang peranan penting dalam mekanisme terjadinya menstruasi
(Affandi 1990a).
Keluhan dan Penyebab Menstruasi
Menstruasi tidak hanya sekedar keluarnya darah dari vagina, akan tetapi
disertai pula dengan perasaan tidak nyaman dan stres mental. Gangguan
menstruasi pada remaja lebih sering terjadi (Affandi 1990b). Jumlah dan sifat
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 16/77
16
sebesar 5-95 persen dari wanita yang telah menstruasi dan secara umum sekitar
40 persen wanita telah terpengaruh oleh adanya PMS.
Dismenore atau keram menstruasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
spasmodik apabila terjadi hanya pada saat menstruasi dan disebut kongestif
apabila timbul pada permulaan menstruasi atau sebelum menstruasi
(Danukusumo & Affandi 1990). Setengah dari wanita dengan dismenore yang
cukup parah memiliki gejala-gejala tidak menyenangkan seperti muntah, mual,
diare, pusing, sakit kepala, dan kegugupan (Jones et al. 1996, diacu dalam Utami
2003).
Gejala dismenore spasmodik yaitu perasaan nyeri yang berat, pegal dan
tidak putus-putus di daerah perut atau bagian pinggang yang sempit, kadang-
kadang disertai rasa tumpul dan linu di daerah genital. Rasa sakit tersebut
bersamaan dengan perdarahan yang terjadi dan hampir semua wanita
mengalami keadaan ini. Wanita sebagian diantaranya merasakannya sebagai
rasa sakit yang hebat (Shreeve 1989).
Dismenore kongestif yaitu jenis sakit perut atau sakit pinggang bagian
bawah yang berlangsung sebelum menstruasi. Rasa sakit tersebut disebabkan
karena penyumbatan pada pembuluh darah daerah genital dan panggul. Perut
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 17/77
17
yang sering dialami yaitu pembengkakan dan kenaikan berat badan. Perubahan
ini disebabkan karena tertumpuknya cairan dalam tubuh selama fase
pramenstruasi.
Gejala-gejala mental dan emosional yang timbul yaitu ketegangan, rasa
cepat marah, depresi, lesu, dan kurang konsentrasi. Gejala lainnya yaitu
penderita merasa cepat bereaksi secara emosional, kehilangan kepercayaan,
dan merasa tidak berguna. Penderita merasa ingatannya berkurang, tidak dapat
mengontrol emosi, mengidamkan makanan dan minuman tertentu, serta tidak
mempunyai gairah bekerja dan olahraga karena tubuh terasa lelah sekali. Agresi
dan kemarahan yang irasional adalah gejala yang paling terlihat dari sindrom
pramenstruasi (Shreeve 1989).
Hardinsyah (2004) menyatakan bahwa remaja wanita banyak mengalami
keluhan keram di bawah perut, sakit pinggang, sakit pada payudara, lemah dan
lesu, lebih emosional, dan jerawat pada menjelang dan saat menstruasi. Keluhan
menstruasi lainnya yang juga kadang dialami yaitu stres, sulit tidur, pusing, mual,
jarang kencing, dan berat badan meningkat.
Gangguan menstruasi disebabkan karena berbagai hal, yaitu kelainan
biologik (organik atau disfungsional), psikologik seperti keadaan stres dan
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 18/77
18
Penyebab dismenore spasmodik berkaitan dengan perubahan yang
dialami rahim (uterus) selama menstruasi. Menstruasi terjadi karena pelapis yang
disiapkan rahim untuk menjadi tempat pertumbuhan yang sehat bagi telur yang
telah dibuahi tidak menerima telur seperti itu sehingga perlu dibuang. Hal ini
tejadi melalui kontraksi dinding rahim yang berotot sehingga dinding tersebut
bersih dari pelapis yag tidak terpakai (Shreeve 1989).
Kontraksi jaringan otot yang kuat hampir selalu terasa sakit akibat adanya
gangguan peredaran darah dan penimbunan zat kimia. Dismenore spasmodik
dapat juga disebabkan karena pertumbuhan otot-otot yang kurang baik sehingga
otot-otot yang berkontraksi mengalami kesulitan apabila meregang. Keadaan ini
sangat mempengaruhi wanita pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama
permulaan masa menstruasi sampai mendapatkan hormon estrogen untuk
memperbaiki otot-otot rahim. Peregangan leher rahim juga dapat menyebabkan
rasa sakit pada saat perdarahan terjadi. Leher rahim melebar sebagai jalan
keluar sisa telur yang tidak terpakai (Shreeve 1989).
Shreeve (1989) mengemukakan bahwa zat kimia yang terlibat pada
proses menstruasi dan pramenstruasi adalah hormon. Ketidakseimbangan
hormon memainkan peranan penting atas bermacam manifestasi sindrom
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 19/77
19
menyebabkan ketidaknyamanan, sedangkan kadar estrogen yang terlalu sedikit
dibandingkan progesteron menyebabkan depresi selama fase pramenstruasi.
Sindrom pramenstruasi terjadi karena beberapa hal, diantaranya yaitu
alergi karena hormon steroid, hipogilkemia dan kekurangan vitamin, efek
prolaktin, retensi air, dan hormon reproduksi (Jones et al. 1982, diacu dalam
Utami 2003). Whitney & Sizer (2000), diacu dalam Briawan (2004) menyatakan
bahwa hubungan utama antara sindrom pramenstruasi dan gizi terutama terfokus
pada metabolisme energi serta status vitamin dan mineral. Hal ini disebabkan
selama dua minggu sebelum terjadinya menstruasi ada dua hal yang terjadi dan
dianggap dapat mempengaruhi metabolisme energi pada wanita, yaitu
meningkatnya laju metabolik dasar selama tidur dan meningkatnya selera makan
disertai intik kalori yang lebih banyak. Hal ini dibuktikan dengan adanya
penelitian yang menyebutkan bahwa wanita yang akan mengalami menstruasi 10
hari sebelumnya mengonsumsi 300 kalori lebih banyak dibandingkan dengan
sebelumnya.
Hormon estrogen dan progesteron memberi pengaruh terhadap terjadinya
perubahan yang beraturan pada endometrium baik secara histologik maupun
secara biokimia. Perubahan pada pembuluh endometrium menjelang menstruasi
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 20/77
20
mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua
hormon tersebut (Shreeve 1989).
Upaya Mengatasi Keluhan Menstruasi
Ketidakseimbangan dan kekurangan gizi dapat memperparah sindrom
pramenstruasi. Sindrom pramenstruasi dapat diminimalkan dengan memperbaiki
diit dan atau mengonsumsi suplemen (Cabot 1994). Hardinsyah (2004)
menyatakan bahwa upaya untuk meminimalkan keluhan menstruasi dari segi
makanan adalah dengan mengurangi konsumsi garam, kopi, gula, dan makanan
yang banyak mengandung karbohidrat sederhana seperti mie dan roti; disertai
dengan meningkatkan konsumsi sayur dan buah (termasuk jus), meningkatkan
konsumsi makanan sumber vitamin A, B1, B2, B3, B6, B12, zink (Zn), zat besi
(Fe), kalsium (Ca), magnesium (Mg), chromium (Cr), dan asam lemak omega 3,
omega 6, serta meningkatkan konsumsi protein hewani.
Vitamin B6 dapat meringankan gejala PMS seperti sakit kepala, retensi
cairan, lebih emosional, dan depresi. Vitamin B6 dapat membantu mengatur
biokimia otak dan dibutuhkan untuk mengkonversi triptofan menjadi serotonin.
Serotonin merupakan pengatur suasana hati, sex, tidur, dan rasa lapar. Vitamin
B6 lebih efektif apabila dikonsumsi bersama vitamin B kompleks lainnya seperti
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 21/77
21
esensial juga dapat menolong penyakit inflamasi pelvis dan dapat mengurangi
rasa sakit menstruasi (Cabot 1994).
Suplementasi kalsium dengan dosis 1000-1200 mg/hari dapat
mengurangi gejala-gejala sindrom pramenstruasi. Pada tahun 1989, penelitian
dengan menggunakan sampel kecil (33 partisipan) memperlihatkan penurunan
gejala-gejala sindrom pramenstruasi setelah suplementasi kalsium (dalam bentuk
kalsium karbonat) dengan dosis 1000 mg/hari. Pada tahun 1993, penelitian
menunjukkan bahwa terdapat penurunan gejala-gejala gangguan premenstruasi
dan menstruasi dengan diit yang mengandung kalsium sebanyak 1336 mg/hari
dibandingkan dengan 587 mg/hari (Bendich 2000). Konsumsi kalsium dari
pangan dengan jumlah 1336 mg/hari dapat memperbaiki mood , rasa sakit, dan
retensi cairan selama siklus menstruasi (Thys-Jacobs 2000). Suplementasi
kalsium (dalam bentuk kalsium karbonat) dengan dosis 1200 mg/hari dapat
mengurangi keluhan menstruasi seperti memperbaiki mood , perasaan negatif,
retensi cairan, dan rasa sakit setelah dikonsumsi selama tiga bulan (Thys-
Jacobs, Starkey, Bernstein, Tian 1998).
Cabot (1994) menyatakan bahwa cara meminimalkan sindrom
pramenstruasi dapat dilakukan dengan memperbaiki diit. Diit untuk
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 22/77
22
Gaya hidup sehat dibutuhkan untuk meminimalkan sindrom
pramenstruasi. Olahraga secara teratur dapat mengurangi kejang otot,
meningkatkan endorphin otak dan meningkatkan persediaan darah pada kelenjar
hormon. Konsumsi air dua sampai empat liter dalam sehari dapat membantu
menjaga berat badan dan mengurangi sakit kepala, masalah kulit, nyeri pada
payudara, dan meningkatkan kadar energi (Cabot 1994).
KalsiumFungsi dan Angka Kecukupan Kalsium
Kalsium merupakan unsur terbanyak ke lima dan kation terbanyak di
dalam tubuh manusia. Kalsium terdapat dalam jumlah 1.5-2 persen dari
keseluruhan berat tubuh (Olson, Broquist, Chichester, Darby, Kolbye Jr, &
Stalvey 1988). Kalsium dengan jumlah lebih dari 99 persen dan fosfor dengan
jumlah 85 persen di dalam tubuh terdapat pada tulang dengan rasio 2:1
(Khomsan 2003). Bagian tubuh yang paling banyak terdapat kalsium adalah
tulang, akan tetapi fungsi kalsium yang paling penting adalah menjaga
kontraktilitas otot, struktur sel, serta respon terhadap hormon dan
neurotransmitter (Bender 1993).
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 23/77
23
membantu regulasi aktivitas otot-otot kerangka, jantung, dan jaringan-jaringan
lain; (4) sebagai bagian dari enzim, yaitu lipase, suksinat dehidrogenase,
adenosin trifosfatase, dan beberapa enzim proteolitik tertentu; (5) kontraksi dan
relaksasi otot; (6) membantu penyerapan vitamin B12; (7) mengirimkan isyarat
syaraf ke jaringan-jaringan tubuh; (8) penyimpanan dan pelepasan
neurotransmitter; (9) penyimpanan dan pelepasan hormon; (10) penyerapan dan
pengikatan asam amino; (11) pengaturan sekresi gastrin; dan (12) menjaga
keseimbangan osmotik.
Kontrol homeostatik dari fraksi terionisasi kalsium plasma dibutuhkan
untuk kontraktilitas otot normal, fungsi miokardial, dan irritabilitas neuromuskuler.
Penurunan kadar kalsium plasma terionisasi dalam jumlah yang nyata
mengakibatkan tetanus dan kekejangan, sedangkan peningkatannya dapat
menyebabkan kegagalan kerja jantung atau pernapasan dan koma. Kadar
normal kalsium ekstraseluler dibutuhkan untuk koagulasi darah, untuk keutuhan
bahan perekat intraseluler, dan untuk menjaga permeabilitas selektif pada
berbagai membran (Olson et al . 1988).
Kalsium merupakan salah satu mineral yang berfungsi sebagai anti stres.
Stres dapat disebabkan karena penyebab fisik maupun faktor emosional.
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 24/77
24
Pengendalian Kalsium dalam Darah
Almatsier (2002) menyatakan bahwa kalsium di dalam serum berada
dalam tiga bentuk yaitu bentuk ion bebas (50%), bentuk anion-kompleks terikat
dengan fosfat, bikarbonat atau sitrat (5%), dan bentuk terikat dengan protein
terutama dengan albumin atau globulin (45%). Jumlah kalsium di dalam serum
dijaga agar berada pada konsentrasi 9-10.4 mg/dl. Konsentrasi kalsium dalam
cairan tubuh diatur oleh hormon-hormon paratiroid dan tirokalsitonin dari kelenjar
tiroid serta vitamin D. Hormon paratiroid dan vitamin D meningkatkan kalsium
darah dengan cara sebagai berikut:
a. Vitamin D merangsang absorpsi kalsium oleh saluran cerna;
b. Vitamin D dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari tulang
ke dalam darah;
c. Vitamin D dan hormon paratiroid menunjang reabsorpsi kalsium di dalam
ginjal.
Pengaruh kalsitonin diduga terjadi dengan cara merangsang
pengendapan kalsium pada tulang. Hal ini terutama terjadi dalam keadaan stres,
seperti pada masa pertumbuhan dan kehamilan. Kalsitonin dalam hal ini
menurunkan kalsium darah. Kelenjar tiroid mengeluarkan kalsitonin apabila
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 25/77
25
Absorpsi dan Ekskresi Kalsium
Holman (1987) menyatakan bahwa kalsium diabsorpsi di duodenum.
Menurut Bender (1993) kalsium diabsorpsi dalam proses yang aktif di sel mukosa
pada usus kecil. Kalsium makanan diabsorpsi ke dalam darah sebagian besar
oleh 30 cm pertama usus kecil, dimana lapisan selnya disesuaikan khusus untuk
tujuan tersebut (Wiseman 2002).
Kemampuan tubuh mengabsorpsi kalsium dipengaruhi oleh interaksi
berbagai macam zat gizi (Meyer 1978). Tidak semua kalsium dalam bahan
pangan dapat diserap. Beberapa senyawa dalam makanan dapat membentuk
kompleks dengan kalsium atau dapat membentuk garam kalsium tidak dapat
larut yang tidak dapat diserap (Bender 1993).
Faktor-faktor dalam makanan dapat menurunkan atau meningkatkan
absorpsi kalsium di dalam usus. Faktor dalam makanan yang meningkatkan
absorpsi kalsium antara lain adalah beberapa asam amino seperti lisin dan
arginin, laktosa, dan vitamin D (Olson et al . 1988).
Absorpsi kalsium paling baik terjadi dalam keadaan asam. Asam klorida
yang dikeluarkan lambung membantu absorpsi dengan cara menurunkan pH di
bagian atas duodenum. Proses menua menurunkan efisiensi absorpsi kalsium
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 26/77
26
oksalat, suatu garam kimia yang tidak dapat digunakan tubuh. Khomsan (2004)
menyatakan bahwa konsumsi 100 gram cokelat akan meningkatkan ekskresi
oksalat dan kalsium tiga kali lipat.
Asupan oksalat dalam jumlah besar atau produk makanan yang belum
diolah yang tidak difermentasikan dengan kombinasi masukan kalsium dalam
jumlah rendah kemungkinan dapat merusak status kalsium pada beberapa
individu. Kelainan pada metabolisme tulang yang ditimbulkan dapat diperbaiki
dengan meningkatkan masukan kalsium atau dengan mengurangi makanan yang
terbuat dari biji-bijian pecah kulit (Olson et. al. 1988).
Asam fitat (ikatan yang mengandung fosfor yang terutama terdapat di
dalam sekam serealia) dapat membentuk kalsium fosfat yang juga tidak dapat
larut sehingga tidak dapat diabsorpsi (Almatsier 2002). Pengurangan absorpsi
kalsium oleh komponen-komponen dalam makanan seperti fitat, selulosa, atau
asam galakturonat secara umum bergantung pada daya cerna dan tempat
berlangsungnya pencernaan bahan makanan tersebut. Daya cerna yang rendah
mengakibatkan peningkatan pengikatan kalsium di dalam usus yang akan
mempengaruhi jumlah kalsium yang tersedia untuk diserap (Olson et al . 1988).
Kalsium bersama fosfor dapat membentuk kalsium fosfat yang tidak larut
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 27/77
27
aluminium. Konsumsi es krim, yoghurt, teh, kopi, rokok, dan produk yang
mengandung aluminium dianjurkan untuk dikurangi (Khomsan 2003).
Serat mengganggu absorpsi kalsium (terutama buncis, kacang-kacangan,
dan kulit gandum) (Anderson & Deskins 1995). Serat dapat menurunkan absorpsi
kalsium karena diduga dapat menurunkan waktu transit makanan di dalam
saluran cerna sehingga mengurangi kesempatan untuk absorpsi (Almatsier
2002).
Konsumsi gula yang tinggi dapat menyebabkan penurunan absorpsi
kalsium. Gula akan menyebabkan penurunan kadar fosfor dalam darah. Eskrim
yang berasal dari susu dan gula memiliki kandungan kalsium yang tinggi, akan
tetapi tidak dapat dimanfaatkan tubuh. Kadar gula eskrim yang tinggi
menurunkan kadar fosfor sehingga rasio kalsium dengan fosfor tidak sebanding
(Khomsan 2003).Perubahan hormon postmenopause, kurang berolahraga, dan beberapa
steroid dapat mempercepat kehilangan kalsium (Anderson & Deskins 1995).
Aktivitas fisik berpengaruh baik terhadap absorpsi kalsium. Orang yang kurang
bergerak atau bila lama tidak bangkit dari tempat tidur karena sakit atau usia tua
bisa kehilangan sebanyak 0.5 persen kalsium tulang dalam sebulan. Stres
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 28/77
28
ringan yang mengandung kafein juga akan menyebabkan tubuh mengeluarkan
kalsium dengan terpaksa (Khomsan 2003).
Kalsium dieksresikan melalui urin dan feses. Ginjal mengeksresikan
kelebihan kalsium dalam darah sebesar 7 mg/100 ml dalam kondisi normal.
Regulasi hormon akan mempengaruhi keseimbangan kalsium yang dieksresikan
oleh urin (Burton & Foster 1988). Kalsium sebagian besar (70-90%) yang
dibuang tubuh dieksresi dalam feses. Kalsium dalam feses terdiri dari mineral
diet yang tidak diabsoprsi. Sejumlah kecil kalsium yaitu 1-20 mg/jam bisa hilang
dari tubuh apabila seseorang berada dalam keadaan aktivitas berat yang
mengeluarkan banyak keringat (Weafer 1999).
Kehilangan kalsium melalui urin meningkatkan jumlah kalsium yang
diabsorpsi. Kehilangan kalsium melalui urin meningkat pada asidosis dan pada
konsumsi fosfor tinggi. Kehilangan kalsium juga terjadi melalui sekresi cairan kedalam saluran cerna dan melalui keringat (Almatsier 2002).
Pangan dan Suplemen Kalsium
Kebutuhan kalsium selain dari makanan dapat diperoleh dari suplemen
makanan. Khomsan (2004) menyatakan bahwa pemenuhan gizi seimbang di
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 29/77
29
pangan yang banyak mengandung kalsium. Jus wortel mengandung kalsium
sama banyak dengan segelas susu.
Susu dan produk susu (keju dan yoghurt) merupakan sumber kalsium
terbaik dan paling dapat dicerna (Holman 1987). Bender (1993) dan Almatsier
(2002) menyatakan bahwa sumber kalsium utama adalah susu dan keju. Sumber
terbaik kalsium adalah susu nonfat karena memilki ketersediaan biologik yang
tinggi (Almatsier 2002). Kandungan kalsium berbagai jenis pangan disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai kalsium berbagai jenis pangan (mg/100g)Jenis pangan mg Jenis pangan mg
Tepung Susu Skim 1300 Udang kering 1209
Susu Skim 123 Udang segar 136Tepung susu 904 Teri kering 1200Keju 777 Bayam 267
Susu sapi segar 143 Kacang ijo 125Yogurt 120 Kacang panjang 163Susu Kental Manis 275 Mujair goreng 346
Susu Kental Tak Manis 243 Mujair segar 96Susu Kerbau 206 Telur ayam 54Eskrim 123 Telur asin 120
Mentega 15 Empal goreng 151Susu Kambing 98 Sawi 220Sarden kaleng 354 Daun singkong 165
Tempe kedelai 129 Kangkung 73
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 30/77
30
Susu merupakan penyumbang utama kalsium dalam diit. Intik kebutuhan
kalsium sehari-hari sulit diperoleh tanpa penambahan sejumlah susu atau produksusu dalam diit. Para ahli gizi menganjurkan pemberian satu quart susu atau
setara dengan itu untuk anak-anak dan satu pint (0.568 liter) untuk orang dewasa
(Stevenson & Miller 1962). Holman (1987) menyatakan bahwa remaja dengan
usia di bawah 19 tahun membutuhkan empat cangkir susu sehari untuk
memenuhi kebutuhan kalsium.
Wiseman (2002) menyatakan bahwa apabila susu dan produk susu tidak
dikonsumsi maka akan sulit untuk mendapatkan asupan kalsium yang baik
kecuali ditambah dengan konsumsi tablet kalsium. Susu tidak hanya kaya akan
kalsium, akan tetapi mineral dalam susu juga diabsorpsi dengan baik. Satu liter
susu sapi (1.7 pint) mengandung sekitar 1200 mg kalsium (satu pint kurang lebih
mengandung 700 mg kalsium). Kebutuhan kalsium harian sebaiknya sekitar 1500mg dan dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi 600 ml (satu pint) susu skim per
hari (700 mg kalsium) dan sekitar 100 g (3-4 ons) keju keras rendah lemak (700
mg kalsium). Tablet kalsium dapat dikonsumsi apabila hal tersebut tidak
memungkinkan. Konsumsi kalsium lebih dari 1500 mg per hari tidak memberikan
perlindungan yang lebih besar. Bendich (2000) menyatakan bahwa tingkat aman
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 31/77
31
Suplemen makanan adalah produk yang digunakan untuk melengkapi
makanan dan mengandung satu atau lebih bahan sebagai berikut: (1) vitamin, (2)mineral, (3) tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, (4) asam amino,
(5) bahan yang digunakan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan gizi, atau
(6) konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak, atau kombinasi dari beberapa
bahan tersebut. Bentuk suplemen dapat berupa tablet, kapsul, serbuk, dan cair
yang sangat spesifik dan cenderung mirip seperti bentuk obat (Sampoerno &
Fardiaz 2001). Sebagian besar suplemen yang beredar di pasaran adalah
multivitamin dan multimineral yang bermanfaat untuk membantu metabolisme
tubuh (Khomsan 2004).
Suplemen kalsium tersedia dalam beberapa bentuk yang berbeda seperti
kalsium laktat, kalsium glukonat, dan kalsium karbonat (Olson et. al. 1988).
Masing-masing mempunyai konsentrasi, daya absorpsi, dan cara kerja yangberbeda. Kalsium karbonat mengandung 40 persen kalsium, kalsium sitrat
mengandung 24 persen kalsium, sedangkan kalsium glukonat hanya 9 persen
kalsium (Simon 2002).
Kalsium karbonat merupakan bentuk kalsium dengan ketersediaan
kalsium yang paling baik untuk tubuh. Kalsium karbonat merupakan bahan aktif
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 32/77
32
KERANGKA PEMIKIRAN
Peristiwa menstruasi ditentukan oleh proses somato-psikik dan bersifat
kompleks yang meliputi unsur-unsur hormonal, biokimiawi, dan psikososial.
Menstruasi tidak hanya sekedar keluarnya darah dari vagina, tetapi juga disertai
gangguan fisik dan mental. Keluhan utama yang dihadapi remaja wanita
menjelang dan saat menstruasi adalah keram di bawah perut, sakit pinggang,
sakit pada payudara, lemah dan lesu, lebih emosional, dan jerawat. Keluhan
menstruasi lainnya yang juga kadang dialami yaitu stres, sulit tidur, pusing, mual,
jarang kencing, dan berat badan meningkat (Hardinsyah 2004).
Keluhan-keluhan menstruasi dipengaruhi berbagai faktor. Faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi terjadinya keluhan-keluhan mentruasi yaitu
konsumsi pangan, keturunan, keadaan psikis, dan ketidakseimbangan hormon.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa keluhan-keluhan menstruasi
disebabkan karena kurangnya zat gizi mikro seperti asam lemak, vitamin, dan
mineral. Asam lemak merupakan bahan pembentuk prostaglandin yang dapat
meredakan gejala-gejala mental dan fisik sindrom pramenstruasi (Shreeve 1989).
Vitamin dan mineral yang dapat meminimalkan keluhan menstruasi yaitu vitamin
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 33/77
33
Konsumsi Pangan
Sumber Kalsium
Konsumsi Kalsium
Total
Suplemen
Kalsium
Konsumsi
Susu
Konsumsi Pangan
Sumber Kalsiumselain Susu
Kebiasaan
Pangan PenghambatKalsium
Vitamin DKadar Kalsium
dalam tubuh
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 34/77
34
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu
Penelitian mengenai hubungan konsumsi pangan sumber kalsium dengan
keluhan menstruasi dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional
Study . Penelitian ini dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota
Bogor, yaitu SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor. Pengambilan data
dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2007.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Penentuan SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor sebagai lokasi
penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa siswa-siswi
di lokasi penelitian umumnya berasal dari status sosial ekonomi menengah ke
atas sehingga diharapkan siswa-siswi mengonsumsi pangan sumber kalsiumdengan baik. Contoh dalam penelitian adalah semua siswa wanita (siswi) kelas
11. Pemilihan kelas dilakukan secara purposive yaitu semua kelas 11. Semua
siswi kelas 11 diminta mengisi kuesioner penelitian setelah mendapatkan
penjelasan dari peneliti. Siswi yang mengembalikan kuesioner dan mengisi
semua item pertanyaan dengan lengkap dijadikan contoh. Jumlah contoh dalam
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 35/77
35
Karakteristik contoh dan keluarga contoh meliputi usia, uang saku,
pekerjaan orangtua, besar keluarga, kebiasaan berolahraga, dan stres. Datamengenai kebiasaan minum susu meliputi jenis susu, kuantitas, dan frekuensi
mengonsumsinya. Data konsumsi pangan diperoleh dengan menggunakan Food
Frequency Questionaire meliputi kuantitas dan frekuensi (kali/minggu) konsumsi
pangan contoh terhadap makanan dan minuman sumber kalsium serta pangan
yang menghambat absorbsi kalsium. Pangan tersebut diduga dapat
mempengaruhi terjadinya keluhan-keluhan menstruasi selama sebulan terakhir.
Data sekunder meliputi data kandungan kalsium pangan yang diperoleh
dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Indonesia (Hardinsyah & Briawan
1994). Data, jenis data, dan cara pengumpulan data ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Data, jenis data, dan cara pengumpulanNo Data Jenis data Cara pengumpulan
data1 Karakteristik contoh dan Keluarga Contoh Primer Kuesioner
a. Usia
b. Uang saku
c. Pekerjaan orangtua
d. Besar keluarga
e. Kebiasaan berolahraga
f. Stres
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 36/77
36
pengolahan meliputi pemberian kode, pengeditan data, entri data, skoring data,
dan cleaning data. Secara deskriptif data diolah dengan tabel frekuensi dantabulasi silang. Data yang diolah secara deskriptif meliputi data karakteristik
contoh dan keluarga contoh, kebiasaan minum susu, konsumsi pangan,
konsumsi suplemen, dan menstruasi. Korelasi Pearson digunakan untuk
mengetahui hubungan antar variabel dan untuk menguji beda digunakan
Independent-Samples T Test .
Data konsumsi pangan diolah secara deskriptif. Konsumsi kalsium
diperoleh dengan cara menghitung jumlah kalsium dari konsumsi pangan contoh
terhadap makanan dan minuman sumber kalsium dalam satu bulan terakhir.
Konsumsi kalsium kemudian dikali dengan frekuensi konsumsi bahan pangan
tersebut. Konsumsi kalsium bahan pangan dihitung dengan cara sebagai berikut
(Hardinsyah & Briawan 1994):KGij = (Bj/100) x Gij x (BDD/100)
Keterangan:
KGij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j dengan berat B g
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gij = Kandungan zat gizi i dalam 100 g BDD bahan makanan j
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 37/77
37
keluhan/nol, ringan, sedang, dan berat). Skor untuk masing-masing keluhan
menstruasi dibuat berdasarkan pada tingkat keparahan keluhan menstruasi. Anonim (2002) menyatakan bahwa keram yang disebabkan oleh kontraksi otot-
otot halus rahim dan sakit kepala merupakan gangguan menstruasi dalam bentuk
yang berat. Jones et al. (1996), diacu dalam Utami (2003) menyatakan bahwa
dismenore (sakit keram di bawah perut) dalam bentuk yang berat akan
menyebabkan mual, muntah, dan pusing. Jerawat merupakan keluhan
pramenstruasi yang ringan (Shreeve 1989). Keluhan-keluhan yang berat akan
sangat mengganggu aktivitas, keluhan-keluhan yang sedang akan mengganggu
aktivitas-aktivitas tertentu, dan keluhan-keluhan yang ringan hanya sedikit
menggangu aktivitas (Utami 2003).
Keluhan berat diberikan skor 3 (keram di bawah perut, sakit kepala, mual,
dan muntah), keluhan sedang diberi skor 2 (sakit pada payudara, sakit pinggang,dan lesu) dan keluhan ringan diberi skor 1 (jerawat, lebih emosional, dan keluhan
lainnya). Total skor keluhan menstruasi sebesar 21 baik menjelang maupun saat
menstruasi (Utami 2003). Skor keluhan menstruasi ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Skor keluhan menstruasiNo. Jenis keluhan Skor
1 Sakit keram di bawah perut 3
38
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 38/77
38
pada tingkat konsumsi kalsium cukup dan kurang serta mengetahui perbedaan
frekuensi stres enam bulan terakhir dan konsumsi pangan penghambat kalsiumterhadap konsumsi pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya) dan
tingkat konsumsi kalsium. Untuk melihat faktor-faktor dominan yang
mempengaruhi menstruasi dilakukan uji regresi linier berganda. Model regresinya
didefinisikan dengan persamaan berikut :
Y = ß0 + ß1X1+ ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + ß5X5 + e
Keterangan :
Y = Menstruasi
X1 = Tingkat konsumsi kalsium
X2 = Konsumsi kalsium dari susu
X3 = Konsumsi pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya)
X4 = Frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsiumX5 = Frekuensi stres enam bulan terakhir
e = Galat
Definisi Operasional
Contoh yaitu siswi SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Kota Bogor kelas 11 yang
39
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 39/77
39
Konsumsi Kalsium yaitu masukan kalsium ke dalam tubuh yang berasal dari
susu dan olahannya, pangan sumber kalsium (non susu dan olahannya), sertasuplemen.
Konsumsi Pangan yaitu kuantitas dan frekuensi (kali/minggu) konsumsi pangan
contoh terhadap makanan dan minuman yang mengandung kalsium dan yang
menghambat absorbsi kalsium selama satu bulan terakhir.
Konsumsi Suplemen Kalsium mengacu pada konsumsi suplemen kalsium
yang biasa dikonsumsi oleh contoh dengan jumlah dan frekuensi tertentu
(kali/minggu).
Konsumsi Susu yaitu kegiatan minum susu yang dilakukan contoh dengan
frekuensi (kali/minggu) dan jumlah tertentu (minimal segelas dalam satu minggu)
yang berlangsung secara terus menerus.
Lama menstruasi yaitu jumlah hari menstruasi pada satu periode.Lama Siklus Menstruasi yaitu jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang
lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (hari). Panjang siklus menstruasi normal
yaitu 21 sampai 35 hari.
Pangan Sumber Kalsium adalah pangan yang menurut literatur disebut sebagai
pangan sumber kalsium atau dikonsumsi dalam jumlah banyak sehingga dapat
40
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 40/77
40
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
SMA Negeri 3 Kota Bogor memiliki lokasi yang strategis karena terletak di
pusat kota, tepatnya di Jalan Pakuan nomor 4 Bogor. Sekolah tersebut dekat
dengan rumah penduduk, beberapa rumah makan, supermarket, hotel, dan
perkantoran.
SMAN 3 dikepalai oleh Drs. H. Juskardi. Jumlah tenaga pengajar padasekolah ini terdiri dari guru tetap dan guru honorer. Jumlah seluruh siswa pada
sekolah ini 1003 orang dengan rincian 316 siswa duduk di kelas 10, 358 siswa
duduk di kelas 11, dan 329 siswa duduk di kelas 12. Jumlah siswa dan ruangan
kelas yang tidak sebanding mengakibatkan pelaksanaan belajar mengajar dibagi
menjadi dua waktu yaitu pagi dan siang. Kegiatan belajar mengajar untuk siswa
kelas 11 dan 12 dilaksanakan pagi hingga siang hari dari pukul 07.00-12.00 WIB,
sedangkan kegiatan belajar mengajar untuk siswa kelas 10 dilaksanakan pada
waktu siang hingga sore hari dari pukul 12.30-17.00 WIB. Jumlah kelas 10 dan
12 yaitu masing-masing delapan kelas ditambah satu kelas accelerasi ,
sedangkan kelas 11 terdapat delapan kelas. Sekolah ini menetapkan iuran
41
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 41/77
41
kelas 10, 369 siswa duduk di kelas 11, dan 386 siswa duduk di kelas 12.
Kegiatan belajar mengajar di SMAN 5 dibagi menjadi dua waktu yaitu pagi dansiang. Kegiatan belajar mengajar untuk siswa kelas 11 dan 12 dilaksanakan pagi
hingga siang hari dari pukul 07.00-12.00 WIB, sedangkan kegiatan belajar
mengajar untuk siswa kelas 10 dilaksanakan pada waktu siang hingga sore hari
dari pukul 12.30-17.00 WIB. Sekolah ini menetapkan besarnya iuran sekolah
untuk siswa kelas 10 dan 12 sebesar Rp 120 000.00 dan Rp 115 000.00 bagi
siswa kelas 11.
SMAN 5 memiliki fasilitas dan sarana prasarana yang memadai. SMAN 5
memiliki 18 ruangan kelas dengan rincian sebanyak 15 ruangan kelas terdapat di
lantai bawah dan tiga ruangan kelas dilantai atas. Selain ruangan kelas, sekolah
ini dilengkapi dengan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar seperti
laboratorium IPA dan komputer. Mushalla, UKS, koperasi, dan kantin jugamenjadi sarana penunjang di sekolah tersebut. Di bagian depan sekolah terdapat
sebuah aula yang dapat digunakan untuk kegiatan olahraga siswa seperti basket,
voli, futsal, senam, maupun untuk kegiatan lain.
Karakteristik Contoh dan Keluarga Contoh
42
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 42/77
42
Tabel 7 menunjukkan bahwa lebih dari separuh uang saku contoh
(56.3%) antara Rp 70 001.00 sampai Rp 140 000.00 yang mencerminkan uangsaku contoh per hari antara Rp.10.000.00 sampai Rp 20 000.00. Contoh dengan
uang saku lebih dari Rp 140 000.00 terdapat 12.2 persen, sedangkan contoh
dengan uang saku di bawah Rp 35 000.00 terdapat 4.6 persen. Rata-rata uang
saku contoh yaitu Rp 96 113.15±42 867.19.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan uang saku per minggu
Uang saku (Rp/minggu) Jumlahn %
a. < 35 000 15 4.6b. 35 000-70 000 88 26.9c. 70 001-140 000 184 56.3
d. >140 000 40 12.2Total 327 100
X±SD 96 113.15±42 867.1920 000
350 000
Minimum
Maksimum
Uang saku mempengaruhi daya beli terhadap pangan. Uang saku yang
besar akan meningkatkan kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli. Hasil uji
korelasi Pearson menunjukkan hubungan positif antara uang saku contoh
dengan konsumsi kalsium dari susu (p<0.01, r=186), dan uang saku dengan
43
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 43/77
43
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tuaJenis pekerjaan Pekerjaan Jumlah
n %a. PNS 111 33.9b. Swasta 99 30.3
Pekerjaan c. Wiraswasta 72 22.0 Ayah d. Pensiunan 7 2.1
e. TNI/POLRI 9 2.8
f. Lainnya 29 8.9
Total 327 100
a. PNS 73 22.3
b. Swasta 19 5.8Pekerjaan c. Wiraswasta 19 5.8
Ibu d. Pensiunan 1 0.3e. TNI/POLRI 1 0.3f. IRT 214 65.4
Total 327 100
Besar Keluarga
Keluarga adalah jumlah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dariayah, ibu, dan anak (keluarga inti), akan tetapi ada pula keluarga yang hanya
terdiri dari ayah atau ibu dan anak karena salah satu orang tua telah meninggal
dunia. Menurut BKKBN (1998), keluarga kecil terdiri dari dua sampai empat
anggota keluarga, keluarga sedang terdiri dari lima sampai enam anggota
keluarga, dan keluarga besar memiliki anggota keluarga lebih dari enam.
44
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 44/77
44
tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat konsumsi
kalsium (p>0.05, r=-0.107).
Kebiasaan Berolahraga
Tabel 10 menjelaskan bahwa lebih dari separuh contoh (61.5%) tidak
biasa melakukan olahraga di luar jam olahraga sekolah. Kurang berolahraga
dapat mempercepat kehilangan kalsium (Anderson & Deskins 1995). Aktivitas
fisik berpengaruh baik terhadap absorpsi kalsium. Orang yang kurang bergerak
atau bila lama tidak bangkit dari tempat tidur karena sakit atau usia tua bisa
kehilangan sebanyak 0.5 persen kalsium tulang dalam sebulan (Almatsier 2002).
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan berolahraga di luar jamolahraga sekolah
Kebiasaan olahraga di luar jam sekolah Jumlah
n %
a. Ya 126 38.5
b. Tidak 201 61.5
Total 327 100
Sebagian besar contoh yang biasa berolahraga di luar jam sekolah
melakukan olahraga 1 sampai 2 kali per minggu (82.5%). Contoh yang
melakukan olahraga di luar jam olahraga sekolah 6 sampai 7 kali per minggu
45
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 45/77
45
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan jenis olahragaJenis olahraga Jumlah
n %a. Joging 67 53.2b. Voli 7 5.6
c. Renang 30 23.8d. Basket 20 15.9e. Senam, tari dan aerobik 31 24.6
f. Badminton/tennis 15 11.9f. Bela diri 14 11.1h. Lainnya 7 5.6
Stres
Tabel 13 menjelaskan bahwa sebanyak 45 persen contoh mengalami
stres yang mengganggu belajar selama enam bulan terakhir. Pratama (2005)
menyatakan bahwa apabila dalam enam bulan terakhir seseorang mengalami
gejala stres lebih dari tiga kali, maka dapat dikategorikan sering mengalami
gejala stres. Sebagian besar contoh (78.2%) yang mengalami stres mengalami
stres satu sampai tiga kali dalam enam bulan terakhir (Tabel 14). Hal ini berarti
contoh termasuk tidak sering mengalami stres. Almatsier (2002) mengemukakan
bahwa stres mental atau stres fisik cenderung menurunkan absorpsi dan
meningkatkan ekskresi kalsium. Keadaan stres juga dapat menyebabkan
gangguan menstruasi (Affandi 1990b)
46
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 46/77
12.54±1.17 tahun. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Prawirohardjo et al.
(1987) bahwa rata-rata usia awal menstruasi adalah sekitar usia 12.5 tahun.Menurut Prawirohardjo et al. (1987), usia awal menstruasi pada remaja
bervariasi lebar, yaitu antara 10 sampai 16 tahun. Khomsan (2004) pun
menyatakan bahwa kisaran normal usia awal menstruasi adalah umur 10 sampai
16 tahun. Berdasarkan hal tersebut sebagian besar (96.6%) contoh mengalami
menstruasi pertama pada kisaran normal usia awal menstruasi, akan tetapi ada
sebagian kecil contoh (3.4%) yang mengalami usia awal menstruasi tidak normal
(kurang dari 10 tahun) dan tidak ada contoh yang mengalami usia awal
menstruasi lebih dari 16 tahun.
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan usia awal menstruasiUsia awal menstruasi (tahun) Jumlah
n %
a. <10 11 3.4
b. 10-14 301 92.0c. 15-16d. >16
150
4.60
Total 327 100
X±SD 12.54±1.17
Lama Menstruasi
Tabel 16 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (73.7%)
47
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 47/77
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan lama menstruasiLama menstruasi (hari) Jumlah
n %a. <3b. 3-5
065
019.9
b. 6-8 241 73.7c. >8 21 6.4
Total 327 100
X±SD 6.64±1.43
Keteraturan dan Lama Siklus Menstruasi
Tabel 17 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (53.2%)
mengalami siklus menstruasi yang teratur, sedangkan contoh yang mengalami
siklus menstruasi tidak teratur terdapat hampir separuh contoh (46.8%).
Danukusumo dan Affandi (1990) menyatakan bahwa sejak tahun 1880 para
peneliti menemukan bahwa siklus yang tidak teratur adalah suatu yang normal.
Ketidakteraturan siklus menstruasi adalah suatu kompleks fisiologis menyangkut
berbagai organ, hormon, dan susunan syaraf pusat. Menstruasi yang tidak
teratur juga dapat ditimbulkan oleh stres.
Siklus menstruasi yang tidak teratur biasa terjadi pada remaja wanita
yang baru saja mengalami menstruasi. Tubuh membutuhkan waktu untuk
membiarkan segala perubahan terjadi Seorang remaja wanita bisa mengalami
48
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 48/77
siklus menstruasi kurang dari 21 hari (10.7%) dan contoh yang mengalami
panjang siklus menstruasi lebih dari 35 hari (6.7%). Prawirohardo et al. (1987)
menyatakan bahwa siklus menstruasi yang lebih pendek dari biasanya (kurang
dari 21 hari) disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan
gangguan ovulasi atau masa luteal menjadi pendek atau dapat juga disebabkan
karena kongesti ovarium karena peradangan dan endometriosis. Lama siklus
menstruasi yang lebih panjang dari biasanya (lebih dari 35 hari) disebabkan oleh
gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, dan penyakit infeksi.
Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan lama siklus menstruasiLama siklus menstruasi Jumlah
n %
a.<21 35 10.7
b. 21-24 17 5.2c. 25-32 238 72.8d. 33-35 15 4.6
e. >35 22 6.7Total 327 100
X±SD 29.29±8.18
Keluhan Menstruasi
Tabel 19 dan 20 menjelaskan mengenai ada tidaknya keluhan menjelang
dan saat menstruasi. Affandi (1990b) menyatakan bahwa menstruasi tidak hanya
49
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 49/77
sedangkan sakit kepala, sakit pinggang, dan lesu lebih banyak dialami pada saat
menstruasi.
Lebih dari separuh contoh mengalami keluhan sakit keram di bawah perut
baik menjelang (53.2%) maupun saat menstruasi (66.1%). Hal ini sesuai dengan
yang dinyatakan Prawirohardjo et al. (1987) bahwa frekuensi dismenore atau
sakit keram di bawah perut cukup tinggi. Penelitian Andersch dan Milsom (1982)
mengungkapkan bahwa dari total 90.9 persen wanita berusia 19 tahun yang
menjadi responden dalam penelitian, sebanyak 72.4 persen menyatakan
menderita dismenore (Jones et al . 1996, diacu dalam Utami 2003).
Keluhan lebih emosional juga dialami oleh lebih dari separuh contoh yaitu
sebesar 67.6 persen menjelang menstruasi dan 66.1 persen pada saat
menstruasi. Keluhan lain yang dialami oleh lebih dari separuh contoh adalah
jerawat yaitu sebesar 59.9 persen pada menjelang menstruasi dan 50.2 persen
pada saat menstruasi. Keluhan yang paling sedikit dialami contoh adalah muntah
yaitu sebesar 1.2 persen baik pada menjelang maupun saat menstruasi.
Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan jenis keluhan menstruasiJenis keluhan Menjelang menstruasi Saat Menstruasi
n % n %
a. Sakit keram di bawah perut 174 53.2 216 66.1
b S kit k l / i 67 20 5 69 21 1
50
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 50/77
sedang diberikan kepada contoh dengan skor keluhan menjelang atau saat
menstruasi 3 sampai 6, dan kategori skor berat diberikan kepada contoh dengan
skor keluhan menjelang atau saat menstruasi lebih dari 6 (Tabel 22).
Tabel 22 Kategori skor keluhan menjelang dan saat menstruasiSkor keluhan Kategori keluhan menstruasi
01-23-6
> 6
Tidak ada keluhanRinganSedang
Berat
Skor keluhan menstruasi total diperoleh dari penjumlahan skor menjelang
menstruasi dengan skor saat menstruasi dan dibuat kategori berdasarkan rata-
rata dan standar deviasi skor keluhan menstruasi total. Kategori skor nol
diberikan kepada contoh yang tidak memilki keluhan menstruasi, kategori skor
ringan diberikan kepada contoh dengan skor keluhan menstruasi 1 sampai 5,
kategori skor sedang diberikan kepada contoh dengan skor keluhan menstruasi 6
sampai 12 dan kategori skor berat diberikan kepada contoh dengan skor keluhan
menstruasi lebih dari 12 (Tabel 23).
Tabel 23 Kategori skor keluhan menstruasi totalSkor keluhan Kategori keluhan menstruasi
01-5
Tidak ada keluhanRingan
51
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 51/77
Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan skor keluhan menstruasiSkor keluhan Menjelang Saat Total
menstruasi n % n % n %a. Nol 13 4.0 14 4.3 6 1.8b. Ringan 44 13.5 36 11.0 44 13.5
c. Sedang 143 43.7 138 42.2 136 41.6d. Berat 127 38.8 139 42.5 141 43.1
Total 327 100 327 100 327 100
Konsumsi Susu dan Pangan Sumber Kalsium
Konsumsi Susu
Kebiasaan Minum Susu. Mann dan Truswell (2002) menyatakan bahwa
susu merupakan sumber kalsium yang paling tinggi dan merupakan penyumbang
kalsium terbesar dari konsumsi kalsium harian. Tabel 25 menunjukkan bahwa
sebagian besar contoh terbiasa minum susu (88.1%). Kurang dari seperdelapan
contoh (11.9%) tidak terbiasa minum susu.Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan minum susuKebiasaan minum susu Jumlah
n %
a. Ya 288 88.1b. Tidak 39 11.9
Total 327 100
52
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 52/77
tetapi kemudian berhenti minum susu dan mulai lagi minum susu sejak SD,
SLTP, atau SMA maka termasuk kategori mulai terbiasa minum susu sejak SD,
SLTP, atau SMA. Berdasarkan hal tersebut, sebagian besar contoh mulai biasa
minum susu sejak balita (80.9%). Kebiasaan minum susu sejak SD (8.3%), SLTP
(3.5%), dan SMA (7.3%) hanya terdapat kurang dari seperdelapan contoh.
Kebiasaan mulai minum susu yang paling sedikit yaitu ketika SLTP.
Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan mulai biasa minum susu
Mulai biasa minum susu Jumlahn %
a. Bali ta 233 80.9
b. SD 24 8.3
c. SLTP 10 3.5
d. SMA 21 7.3
Total 288 100
Waktu minum susu dibagi menjadi empat yaitu pagi, siang, sore, dan
malam. Minum susu bisa dilakukan satu sampai empat kali dalam sehari. Tabel
28 menjelaskan bahwa lebih dari separuh contoh minum susu pada saat pagi
(70.8%) dan malam (52.8%). Waktu pagi merupakan waktu minum susu yang
paling banyak dilakukan contoh. Waktu minum susu yang paling jarang adalah
ketika sore (13.9%).
53
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 53/77
Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan alasan tidak minum susu Alasan tidak minum susu Jumlah
n %a. Mual 3 7.7b. Diare 3 7.7
c. Alergi 0 0d. Tidak suka 25 64.1e. Tidak mampu beli 2 5.1
f. Takut gemuk 6 15.4
Total 39 100
Jenis Susu. Jenis susu dibagi menjadi tujuh kategori, yaitu susu cair
kemasan tidak berlabel (industri rumah tangga), susu cair kemasan berlabel
(buatan industri), susu kental manis, susu bubuk biasa, susu bubuk skim, susu
bubuk tinggi kalsium, dan susu lainnya yang hanya terdiri dari susu kedelai.
Tabel 30 menjelaskan bahwa lebih dari separuh contoh mengonsumsi susu
bubuk biasa (53.8%). Contoh yang mengonsumsi susu cair kemasan berlabel
terdapat kurang dari separuh contoh (42.4%). Jenis susu yang paling sedikit
dikonsumsi contoh (0.7%) adalah susu kedelai. Susu bubuk tinggi kalsium
dikonsumsi oleh kurang dari seperlima contoh (19.1%).
Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan jenis susu yang dikonsumsi
Jenis susu Jumlah
n %
54
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 54/77
Pangan sumber kalsium dibagi menjadi kelompok pangan susu dan non
susu. Kelompok non susu terdiri dari pangan hewani, kacang-kacangan dan
olahannya, serta sayuran. Rata-rata konsumsi susu contoh dalam sehari yaitu
167.67 ml (Tabel 31). Jumlah rata-rata konsumsi susu contoh masih jauh dari
yang dianjurkan. Holman (1987) mengemukakan bahwa remaja dengan usia di
bawah 19 tahun membutuhkan empat cangkir (0.9463 liter) susu sehari untuk
memenuhi kebutuhan. Konsumsi pangan hewani (non susu dan olahannya)
contoh adalah sebesar 80.13±57.01 g/hari, sedangkan kacang-kacangan dan
olahannya serta sayuran adalah 66.86±49.86 g/hari dan 63.12±53.90 g/hari.
Produk olahan susu seperti keju, es krim, dan yoghurt jarang dikonsumsi contoh.
Rata-rata konsumsi produk olahan susu adalah 34.80±55.27 g/hari.
Tabel 31 Rata-rata konsumsi pangan sumber kalsium
Pangan sumber kalsium Jumlah konsumsi (g/hari)
Susu 167.67±134.88*Produk olahan susu 34.80±55.27
Non susu
Pangan hewani 80.13±57.01
Kacang-kacangan dan olahan 66.86±49.86
Sayuran 63.12±53.90
*ml/hari
Susu menyumbang konsumsi kalsium terbesar (45 28%) dari rata rata
55
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 55/77
Pangan hewani (non susu dan olahannya) serta kacang-kacangan dan
olahannya memberikan sumbangan kalsium terbesar kedua dan ke tiga setelah
susu yaitu masing-masing sebesar 90.62 mg kalsium (15.21%) dan 86.73 mg
kalsium (14.56%). Pangan olahan susu memberikan sumbangan kalsium
sebanyak 71.96 mg kalsium (12.08%). Selain dari pangan, kalsium juga
diperoleh dari suplemen. Suplemen kalsium memberikan sumbangan kalsium
terkecil yaitu sebesar 7.43 mg kalsium (1.25%).
Tabel 32 Rata–rata konsumsi dan sumbangan kalsium
Sumber kalsium Ca (mg/hari) Sumbangan Ca (%)
Jumlah Jumlah
Susu 269.84±227.20 45.28
Olahan susu 71.96±100.84 12.08Non susu
Pangan hewani 90.62±79.09 15.21Kacang-kacangan dan olahan 86.73±65.23 14.56
Sayuran 74.17±79.08 12.45Suplemen kalsium 7.43±47.96 1.25
Total 595.87±314.76 100.00
Lampiran 3 menyajikan rata-rata konsumsi kalsium dan sumbangan jenis
pangan terhadap konsumsi kalsium. Enam jenis pangan yang menyumbangkan
konsumsi kalsium terbesar yaitu susu sebanyak 269.84 mg kalsium (45.28%),
56
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 56/77
terganggu, sedang sakit atau dalam proses penyembuhan, dan kondisi-kondisi
lain yang menyebabkan asupan makanan yang beragam menjadi berkurang.
Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan konsumsi suplemenKonsumsi suplemen Jumlah
n %
a. ya 86 26.3b. Tidak 241 73.7
Total 327 100
Rata-rata frekuensi konsumsi suplemen contoh adalah 6.03±3.59 kali per
minggu. Sebagian besar contoh (90.7%) mengonsumsi suplemen 1 sampai 7 kali
per minggu. Sebesar 1.2 persen contoh mengonsumsi suplemen 15 sampai 21
kali per minggu (Tabel 34).
Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi suplemenFrekuensi konsumsi suplemen (kali/ minggu) Total
n %
a. 1-7 78 90.7b. 8-14 7 8.1
c. 15-21 1 1.2
Total 86 100
X±SD 6.03±3.59
Sebesar 14.0 persen contoh terbiasa mengonsumsi suplemen kalsium.
Jenis suplemen yang paling banyak dikonsumsi yaitu vitamin C (30.2%) (Tabel
57
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 57/77
rata konsumsi pangan penghambat kalsium contoh adalah 7.83±5.31 kali per
minggu.
Frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium merupakan jumlah dari
seluruh frekuensi konsumsi contoh terhadap pangan penghambat kalsium seperti
teh, agar-agar, suplemen serat, kopi, cokelat dan minuman bersoda dalam satu
minggu. Konsumsi pangan penghambat kalsium dapat menyebabkan kalsium
dalam tubuh tidak dapat diabsorpsi dengan baik sehingga menyebabkan
ketersediaan kalsium dalam tubuh menurun. Bender (1993) mengemukakan
bahwa tidak semua kalsium dalam bahan pangan dapat diserap. Beberapa
senyawa dalam makanan dapat membentuk kompleks dengan kalsium, atau
dapat membentuk garam kalsium tidak dapat larut yang tidak dapat diserap.
Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan penghambatkalsium
Frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium (kali/minggu) Jumlahn %
a. 0 18 5.5
b. 1-2 35 10.7c. 3-6 91 27.8d. 7-8 59 18.0
e. >8 124 37.9
Total 327 100
X±SD 7.83±5.31
58
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 58/77
Lebih dari separuh contoh berada pada tingkat konsumsi kalsium kurang
(66.7%) yang meliputi 41.0 persen berada pada tingkat konsumsi kalsium kurang
dari 50 persen dan sebesar 25.7 persen berada pada tingkat konsumsi kalsium
antara 50 sampai 66.66 persen. Contoh yang berada pada tingkat konsumsi
kalsium cukup hanya terdapat sepertiga (33.3%). Contoh dengan tingkat
konsumsi kalsium antara 66.67 sampai 79.99 persen, 80 sampai 100 persen, dan
lebih dari 100 persen masing-masing sebesar 13.1 persen, 9.5 persen, dan 10.7
persen (Tabel 37).
Tabel 37 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi kalsiumTingkat konsumsi
kalsium (%)Tingkat konsumsikalsium (%)
Jumlah Jumlah
n % n %
Cukup (<66.67) a. <50 134 41.0 218 66.7
b. 50-66.66 84 25.7Kurang (=66.67) c. 66.67-79.99 43 13.1 109 33.3
d. 80-100 31 9.5
e. >100 35 10.7Total 327 100 327 100
X±SD 59.59±31.48
Hubungan Konsumsi Susu, Pangan Sumber Kalsium, dan TingkatKonsumsi Kalsium dengan Keluhan Menstruasi
Hasil uji korelasi Pearson menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
k i ( l) d k k l h t i j l ( 0 05
59
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 59/77
konsumsi kalsium. Hal tersebut menyatakan bahwa pada contoh yang
mempunyai tingkat konsumsi kalsium semakin tinggi, frekuensi pangan
penghambat kalsium pun semakin tinggi. Frekuensi pangan penghambat kalsium
yang tinggi diduga menyebabkan ketersediaan kalsium dalam tubuh menurun
sehingga diduga dapat meningkatkan keluhan menstruasi. Bender (1993)
tenyatakan bahwa tidak semua kalsium dalam bahan pangan dapat diserap.
Menurut Meyer (1978), kemampuan tubuh mengabsorpsi kalsium dipengaruhi
oleh interaksi berbagai macam zat gizi. Faktor-faktor dalam makanan dapat
menurunkan atau meningkatkan absorpsi kalsium di dalam usus (Olson et al .
1988). Senyawa dalam makanan dapat membentuk kompleks dengan kalsium,
atau dapat membentuk garam kalsium tidak dapat larut yang tidak dapat diserap
(Bender 1993).
Faktor lain yang dapat menyebabkan keluhan menstruasi adalah faktor
stres. Affandi (1990b) menyatakan bahwa gangguan menstruasi disebabkan
karena berbagai hal, diantaranya yaitu karena faktor psikologik seperti keadaan
stres dan gangguan emosi. Stres mental atau stres fisik juga cenderung
menurunkan absorpsi dan meningkatkan ekskresi kalsium (Almatsier 2002).
Hubungan antara frekuensi stres enam bulan terakhir dengan skor keluhan
60
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 60/77
kalsium (non susu dan olahannya), skor keluhan menstruasi pun semakin tinggi.
Hal ini diduga karena kalsium yang diperoleh dari pangan sumber kalsium (non
susu dan hasil olahannya) lebih banyak berasal dari kacang-kacangan dan hasil
olahannya serta sayuran (63.97%). Almatsier (2002) menyatakan bahwa kacang-
kacangan dan hasil kacang-kacangan seperti tahu dan tempe serta sayuran hijau
merupakan sumber kalsium yang baik, tetapi bahan makanan tersebut
mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat,
fitat, dan oksalat.
Faktor lain yang dapat menyebabkan konsumsi kalsium dari pangan
sumber kalsium (non susu dan olahannya) berhubungan positif dengan skor
keluhan menstruasi adalah contoh dengan konsumsi pangan sumber kalsium
(non susu dan olahannya) di atas median lebih banyak yang mengonsumsi
pangan penghambat kalsium. Uji beda menunjukkan ada perbedaan nyata
(p<0.01) antara frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium dari pangan
sumber kalsium (non susu dan olahannya) di atas median dengan di bawah
median. Rata-rata frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium contoh di
atas median lebih besar (1.26±0.80) dibandingkan dengan di bawah median
(0.97±0.68) (Tabel 38).
61
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 61/77
keluhan menstruasi dari segi makanan adalah dengan mengurangi konsumsi
garam, kopi, gula, dan makanan yang banyak mengandung karbohidrat
sederhana seperti mie dan roti; disertai dengan meningkatkan konsumsi sayur
dan buah, meningkatkan konsumsi makanan sumber vitamin A, B1, B2, B3, B6,
B12, zink (Zn), zat besi (Fe), magnesium (Mg), chromium (Cr), asam lemak
omega 3, omega 6, dan meningkatkan konsumsi protein hewani. Zat-zat gizi
tersebut kemungkinan dalam keadaan cukup pada contoh yang mengalami skor
keluhan menstruasi berat dengan tingkat konsumsi kalsium kurang dari 50
persen.
Tabel 39 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi kalsium dan skorkeluhan menjelang menstruasi
Tingkat konsumsi kalsium (%)
Skor keluhan menjelang menstruasi
Nol Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Kurang <50 8 61.5 21 47.7 64 44.8 41 32.350-66.66 2 15.4 7 15.9 41 28.7 34 62.8
Cukup 66.67-79.99 1 7.7 2 4.5 18 12.6 22 17.3
80-100 1 7.7 7 15.9 11 7.7 12 9.4
>100 1 7.7 7 15.9 9 6.3 18 14.2
Total 13 100 44 100 143 100 127 100
Contoh dengan kategori skor keluhan saat menstruasi nol sebagian besar
62
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 62/77
(52.3%) yang berada pada tingkat konsumsi kalsium kurang dari 50 persen
terdapat lebih dari separuh. Kurang dari separuh contoh dengan skor keluhan
menstruasi sedang (43.4%) berada pada tingkat konsumsi kalsium kurang dari
50 persen. Contoh dengan skor keluhan total nol tidak ada yang berada pada
tingkat konsumsi kalsium antara 50 sampai 66.67 persen dan tingkat konsumsi
kalsium lebih dari 100 persen (Tabel 41).
Tabel 41 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi kalsium dan skorkeluhan menstruasi total
Tingkat konsumsi kalsium (%) Skor keluhan menstruasi total
Nol Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Kurang <50 4 66.7 23 52.3 59 43.4 48 34.0
50-66.66 0 0.0 7 15.9 41 30.1 36 25.5
Cukup 66.67-79.99 1 16.7 4 9.1 14 10.3 24 17.0
80-100 1 16.7 4 9.1 13 9.6 13 9.2
>100 0 0.0 6 13.6 9 6.6 20 14.2
Total 6 100 44 100 136 100 141 100
Pangan Penghambat Kalsium dan Tingkat Konsumsi Kalsium
Kemampuan tubuh mengabsorpsi kalsium dipengaruhi oleh interaksi
berbagai macam zat gizi (Meyer 1978). Faktor-faktor dalam makanan dapat
menurunkan atau meningkatkan absorpsi kalsium di dalam usus (Olson et al .
63
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 63/77
Lebih dari seperempat contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang
dari 50 persen (22.4%) dan tingkat konsumsi kalsium antara 50 sampai 66.66
persen (38.1%) mengonsumsi pangan penghambat kalsium lebih dari delapan
kali (Tabel 42). Hal ini dapat menyebabkan ketersediaan kalsium dalam tubuh
contoh semakin menurun.
Pangan Penghambat Kalsium dan Keluhan Menstruasi
Tabel 43 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (58.3%) yang
berada pada skor keluhan menjelang menstruasi berat mengonsumsi pangan
penghambat kalsium lebih dari delapan kali. Hal ini menunjukkan bahwa hampir
separuh contoh dengan skor keluhan menjelang menstruasi berat mengonsumsi
pangan penghambat kalsium minimal satu kali sehari. Konsumsi pangan
penghambat kalsium semakin sering akan menurunkan ketersediaan kalsium
dalam tubuh dan diduga dapat meningkatkan keluhan menstruasi.Contoh dengan skor keluhan menjelang menstruasi ringan (36.4%) dan
sedang (37.8%) yang mengonsumsi pangan penghambat kalsium lebih dari
delapan kali terdapat lebih dari sepertiga. Lebih dari separuh contoh dengan skor
keluhan menjelang menstruasi nol (53.8%) mengonsumsi pangan penghambat
kalsium lebih dari delapan kali Hardinsyah (2004) menyatakan bahwa upaya
64
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 64/77
Tabel 44 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh dengan skor
keluhan saat menstruasi berat (58.3%) dan nol (57.1%) mengonsumsi pangan
penghambat kalsium lebih dari delapan kali. Lebih dari sepertiga contoh dengan
skor keluhan saat menstruasi ringan (41.7%) dan sedang (34.1%) mengonsumsi
pangan sumber kalsium lebih dari delapan kali.
Tabel 44 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi pangan penghambatkalsium dan skor keluhan saat menstruasi
Frekuensi Pangan
PenghambatKalsium
Skor Keluhan Saat Menstruasi
Nol Ringan Sedang Beratn % n % n % n %
0 1 7.1 1 2.8 10 7.2 6 4.3
1-2 1 7.1 6 16.7 18 13.0 10 7.2
3-6 4 28.6 9 25.0 46 33.3 32 23.0
7-8 0 0.0 5 13.9 17 12.3 10 7.2
>8 8 57.1 15 41.7 47 34.1 81 58.3
Total 14 100 36 100 138 100 139 100
Tabel 45 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh dengan skor
keluhan menstruasi total berat (57.4%) dan nol (66.7%) mengonsumsi pangan
penghambat kalsium lebih dari delapan kali. Lebih dari sepertiga contoh dengan
skor keluhan menstruasi total ringan (38.6%) dan sedang (36.0%) mengonsumsi
pangan sumber kalsium lebih dari delapan kali.
65
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 65/77
berlebihan sehingga menyebabkan jantung berdebar keras dan cepat. Produksi
hormon adrenalin membutuhkan kehadiran zat-zat gizi seperti berbagai vitamin
B, mineral seng, kalium, dan kalsium. Keadaan stres dapat menguras zat-zat gizi
tersebut (Khomsan 1998).
Contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang dari 80 persen lebih
sedikit yang mengalami stres dibandingkan contoh dengan tingkat konsumsi
kalsium lebih dari 80 persen. Contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang
dari 50 persen, antara 50 sampai 66.66 persen, dan antara 66.67 sampai 79.99persen yang mengalami stres selama enam bulan terakhir berjumlah kurang dari
separuh (41.0%, 41.7%, dan 41.9%), sedangkan contoh dengan tingkat
konsumsi kalsium antara 80 sampai 100 persen dan lebih dari 100 persen yang
mengalami stres berjumlah lebih dari separuh (51.6% dan 62.9%).
Tabel 46 Sebaran contoh berdasarkan stres enam bulan terakhir dan tingkat
konsumsi kalsium
Stres enam bulanterakhir
Tingkat Konsumsi Kalsium (%)
<50 50-66.66 66.67-79.99 80-100 >100
n % n % n % n % n %
Ya 55 41.0 35 41.7 18 41.9 16 51.6 22 62.9
Tidak 79 59.0 49 58.3 25 58.1 15 48.4 13 37.1
Total 134 100 84 100 43 100 31 100 35 100
66
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 66/77
Tabel 48 menyatakan bahwa lebih dari separuh contoh (53.2%) yang
berada pada skor keluhan saat menstruasi berat mengalami stres enam bulan
terakhir. Sebagian besar contoh (85.7%) yang berada pada skor keluhan saat
menstruasi nol tidak mengalami stres enam bulan terakhir dan lebih dari separuh
contoh dengan skor keluhan saat menstruasi ringan (77.8%) dan sedang (55.1%)
tidak mengalami stres selama enam bulan terakhir.
Tabel 48 Sebaran contoh berdasarkan stres enam bulan terakhir dan skorkeluhan saat menstruasi
Stres enam bulanterakhir
Skor keluhan saat menstruasi
Nol Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Ya 2 14.3 8 22.2 62 44.9 74 53.2
Tidak 12 85.7 28 77.8 76 55.1 65 46.8
Total 14 100 36 100 138 100 138 100
Tabel 49 menyatakan bahwa lebih dari separuh contoh (53.2%) yang
berada pada skor keluhan menstruasi total berat mengalami stres enam bulan
terakhir. Contoh sebagian besar berada pada skor keluhan menstruasi total nol
(85.7%) dan ringan (81.8%) tidak mengalami stres enam bulan terakhir dan lebih
dari separuh contoh dengan skor keluhan menstruasi total sedang (54.4%) tidak
mengalami stres selama enam bulan terakhir.
67
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 67/77
kalsium cukup dan kurang. Rata-rata frekuensi konsumsi pangan penghambat
kalsium pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup (1.46±0.89) lebih
tinggi dibandingkan contoh dengan tingkat konsumsi kalsium kurang (0.95±0.62)
(Tabel 51).
Selain itu, contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup juga lebih
banyak yang mengalami stres selama enam bulan terakhir. Uji beda
menunjukkan ada perbedaan nyata (p<0.1) frekuensi stres enam bulan terakhir
pada contoh dengan tingkat konsumsi kalsium cukup dan kurang. Rata-ratafrekuensi stres enam bulan terakhir pada contoh dengan tingkat konsumsi
kalsium cukup adalah 1.82 kali, sedangkan pada contoh dengan tingkat
konsumsi kalsium kurang adalah 1.21 kali (Tabel 51). Hal ini diduga
menyebabkan ketersediaan kalsium dalam tubuh contoh dengan tingkat
konsumsi kalsium cukup semakin menurun sehingga mengalami skor keluhan
menstruasi yang lebih besar.
Tabel 50 Rata-rata skor keluhan menstruasi menurut tingkat konsumsi kalsiumRata-rata skor keluhan
TK < 66.67% (n=218) TK = 66.67% (n=109)
Menjelang 5.77±3.70 a
6.76±4.56
Saat 5.90±3.62 c
6.85±4.09
Total 11.67±6.52e
13.61±8.13
68
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 68/77
meningkatkan keluhan menstruasi. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa setiap
peningkatan satu satuan skor frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium
akan meningkatkan 0.170 satuan skor keluhan menstruasi.
Keluhan menstruasi juga dipengaruhi oleh frekuensi stres enam bulan
terakhir. Affandi (1990b) menyatakan bahwa gangguan menstruasi disebabkan
karena berbagai hal, diantaranya yaitu karena faktor psikologik seperti keadaan
stres dan gangguan emosi. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa setiap
peningkatan satu satuan skor frekuensi stres enam bulan terakhir akanmeningkatkan 0.156 satuan skor keluhan menstruasi.
Nilai Adjusted R2 hasil uji regresi linier adalah 6.6 persen. Hal ini berarti
sebesar 6.6 persen faktor yang berpengaruh terhadap keluhan menstruasi
contoh dapat dijelaskan dari hasil regresi, sedangkan sisanya (93.4%) dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 52 Hasil uji regresi faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan menstruasi
Tidak Terstandardisasi Terstandardisasi t Sig
B Std. Error ß(Constant) 9.126 1.029 8.870 .000**
Tingkat konsumsi kalsium .016 .028 .069 .562 .575Konsumsi kalsium dari susu -.003 .004 -.085 -.762 .447
Konsumsi pangan sumberk l i ( d 000 004 003 041 968
69
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 69/77
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Contoh sebagian besar mengalami usia awal menstruasi (96.6%) dan
lama menstruasi (95.7%) normal. Lebih dari separuh contoh (53.2%) mengalami
siklus menstruasi yang teratur. Contoh sebagian besar (82.6%) mengalami lama
siklus menstruasi normal.
Contoh sebagian besar mengalami keluhan menjelang (96.0%) dan saat
menstruasi (95.7%). Keluhan yang paling banyak dialami menjelang menstruasi
adalah lebih emosional (67.6%), sedangkan keluhan yang paling banyak dialami
saat menstruasi adalah lebih emosional (66.1%) dan sakit keram di bawah perut
(66.1%). Keluhan jerawat, mual, dan nyeri pada payudara lebih banyak dialami
menjelang menstruasi, sedangkan sakit kepala, sakit pinggang, dan lesu lebih
banyak dialami pada saat menstruasi.Contoh sebagian besar mengonsumsi susu (88.1%), akan tetapi lebih dari
tiga perempat (76.0%) frekuensi minum susu hanya 1 sampai 7 kali per minggu.
Susu menyumbang konsumsi kalsium terbesar (45.28%) dari rata-rata konsumsi
pangan sumber kalsium. Pangan hewani (non susu dan olahannya) (15.21%)
t k k d l h (14 56%) b ik b
70
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 70/77
Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa frekuensi konsumsi
pangan penghambat kalsium dan frekuensi stres enam bulan terakhir merupakan
faktor yang dominan dalam mempengaruhi keluhan menstruasi. Setiap
peningkatan satu satuan skor frekuensi konsumsi pangan penghambat kalsium
akan meningkatkan 0.170 satuan skor keluhan menstruasi. Setiap peningkatan
satu satuan skor frekuensi stres enam bulan terakhir akan meningkatkan 0.156
satuan skor keluhan menstruasi.
SaranKonsumsi pangan sumber kalsium bukanlah satu-satunya faktor yang
mempengaruhi keluhan menstruasi. Stres dan aktivitas olahraga ikut
mempengaruhi hal ini. Oleh karena itu, mengurangi stres dan berolahraga secara
rutin terutama jenis aerobik tiga sampai lima kali dalam seminggu selama 25
sampai 30 menit perlu dilakukan. Konsumsi pangan kalsium terutama susu
sebagai sumber kalsium utama sebaiknya lebih ditingkatkan. Remaja di bawah
usia 19 tahun dianjurkan mengonsumsi susu empat cangkir sehari. Selain itu,
sebaiknya tidak terlalu banyak mengonsumsi pangan penghambat kalsium
seperti cokelat, teh, kopi, minuman bersoda, agar-agar, dan suplemen serat.
Pangan penghambat kalsium juga sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan
71
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 71/77
DAFTAR PUSTAKA
Affandi B. 1990a. Fisiologi Haid . Di dalam: Affandi B, editor. 1990. GangguanHaid Pada Remaja dan Dewasa. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. hlm. 1-8.
------------. 1990b. Gangguan Haid Pada Remaja dan Dewasa. Di dalam: AffandiB, editor. 1990. Gangguan Haid Pada Remaja dan Dewasa. Jakarta:Balai Penerbit FKUI. hlm. 17-20.
Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi . Jakarta: Gramedia.
Anderson J, Deskins B. 1995. Nutrition Bible. New York: William Morrow &company.
Anonim. 2002. Menstruasi. http://www.kesrepro.info. [11 Desember 2006].
Bender DA. 1993. Introduction to Nutrition and Metabolism. England: UCL.
Bendich A. 2000. The potential for dietary supplements to reduce premenstrual
syndrome (PMS) symptomps. J of the Am College of Nutr 1:3-12.
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. GerakanKeluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta: Badan KoordinasiKeluarga Berencana Nasional.
Briawan D. 2004. Potensi Pisang untuk Mengatasi Sindrom Pramenstruasi.http://www.kompas.com. [7 Juni 2006].
72
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 72/77
Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor.
---------------. 2004. Kiat Mengatasi Keluhan Menstruasi . Bogor: Klinik Gizi danKlub Diet GMSK.
Harper LJ, Deaton BJ, Dreskel JA. 1985. Pangan, Gizi dan Pertanian. Suhardjo,penerjemah. Jakarta: UI Press.
Holman SR. 1987. Essentials of Nutrition for the Health Proffessions .
Philadelphia: J. B. Lippincott Company.
Iswahanik. 2001. Pengaruh Penambahan Madu (Honey Bee) terhadap UmurSimpan Susu Skim dan Susu Penuh Pateurisasi [skripsi]. Bogor:Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Iertanian Bogor.
Izenberg N. 2004. All about menstruation. www.kidshealth.org. [27 Februari2007].
Khomsan A. 1998. Vitamin Mineral Pelindung di Saat Stres.http://www.indomedia.com/intisari/1998/april/obat. [27 Februari 2007].
-------------------. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
-------------------. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta:
73
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 73/77
Prawirohardjo S, Wiknjosastro H, Sumapraja S, Saifuddin AB, editor. 1987. IlmuKandungan. Ed ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.
Riyadi H. 2003. Penilaian Gizi Secara Antropometri . Bogor: Departemen GiziMasyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor.
Sampoerno, Fardiaz D. 2001. Kebijakan dan Pengembangan PanganFungsional dan Suplemen di Indonesia. Di dalam: Nuraida L, HariyadiRD, editor. Pangan Tradisional Basis bagi Industri Pangan Fungsional
dan Suplemen. Bogor: Pusat Kajian Makanan Tradisional InstitutPertanian Bogor.
Shreeve C. 1989. Sindrom Pramenstruasi . Priliani Pranaya, penerjemah.Jakarta: ARCAN. Terjemahan dari: The Premenstrual Syndrome.
Simon H. 2002. Calcium. http://www.mercydesmoines.org/ADAM/WellConnected/articles. [18 Maret 2007].
Soehardi S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. Bandung:ITB.
Soekatri M, Kartono D. 2004. Angka kecukupan mineral kalsium, fosfor,magnesium dan flor. Dalam Soekirman et al . 2004. Widyakarya NasionalPangan dan Gizi VIII (hlm 375-391). Jakarta: LIPI.
74
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 74/77
LAMPIRAN
75
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 75/77
Lampiran 1 Komposisi kalsium berbagai macam susuBahan makanan mg
Susu cair dalam kemasan berlabel (250 ml) 300
Susu cair dalam kemasan tidak berlabel* (100 gram) 143Susu kental manis (40 gram) 114Susu bubuk biasa (40 gram) 352Susu bubuk skim* (100 gram) 123
Susu bubuk tinggi kalsium (40 gram) 400Susu cair tinggi kalsium (200 ml) 260
*Sumber: Hardinsyah dan Briawan (1994)
Lampiran 2 Rata-rata konsumsi pangan sumber kalsiumNo. Kelompok Pangan Jenis pangan Total konsumsi (g/hari)
1 Susu Susu 167.67±134.88*2 Pangan olahan susu Keju 4.50±7.56
Es krim 20.61±36.29
Yoghurt 9.69±27.103 Sayuran Sawi 15.08±23.35
Bayam 11.08±12.63
Kangkung tumis 16.72±12.78
Daun singkong rebus 13.82±25.98
Kacang panjang 6.42±10.994 Kacang-kacangan Tahu 29.29±24.77
dan olahannya Tempe kedelai murni 27.88±28.91
Oncom kedelai 1.23±3.59
Kacang merah 1.21±3.29
Kacang tanah kupas kulit 1.56±4.33
76
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 76/77
Lampiran 3 Rata–rata konsumsi dan sumbangan kalsium
No. Kelompok sumber
kalsium
Sumber kalsium Ca
(mg/hari)
Sumbangan Ca
(%)Total Total
1 Susu Susu 269.84 45.282 Pangan olahan Keju 34.99 5.87
susu Es krim 25.35 4.26Yoghurt 11.62 1.95
3 Sayuran Sawi 28.86 4.84Bayam 16.63 2.79Kangkung tumis 4.21 0.71
Daun singkong rebus 22.11 3.71Kacang panjang 2.36 0.40
4 Kacang-kacangan Tahu 36.32 6.09
dan olahannya Tempe kedelai murni 35.96 6.04Oncom kedelai 1.18 0.20Kacang merah 0.92 0.15
Kacang tanah kupas kulit 5.24 0.88Kacang hijau 7.12 1.20
5 Pangan hewani Empal goreng 12.80 2.15
(non susu dan Sarden kaleng 13.62 2.29olahannya) Udang 4.15 0.70
Mujair segar 11.08 1.86
Telur asin 3.19 0.54Telur ayam 21.00 3.52Teri nasi kering 24.78 4.16
6 Suplemen Suplemen kalsium 7.43 1.25
Total 595.87 100.00
1
Lampiran 5 Hasil korelasi Pearson Peubah Skor
k l hSkork l h
Skork l h
Tingkatk i
Konsumsik l i
Uangk
7/17/2019 A06vlusfvsdfF
http://slidepdf.com/reader/full/a06vlusfvsdff 77/77
keluhan
menjelang
keluhan
saat
keluhan
total
konsumsi
kalsium
kalsium
dari susu
saku
Tingkat konsumsi kalsium r 0.079 0.065 0.079
p 0.154 0.239 0.152
Konsumsi kalsium dari susu r 0.009 -0.028 -0.010
p 0.868 0.614 0.861
Konsumsi kalsium dari pangan sumber r 0.113* 0.146* 0.142*
kalsium (non susu dan olahannya) p 0.041 0.008 0.010
Konsumsi susu (ml) r 0.032 -0.017 0.009
p 0.558 0.762 0.866
Frekuensi konsumsi pangan r 0.160** 0.110** 0.190** 0.353**
penghambat kalsium p 0.004 0.001 0.001 0.000
Frekuensi stres enam bulan terakhir r 0.206** 0.115* 0.177** 0.096
p 0.000 0.038 0.001 0.084
Uang saku r 0.112* 0.186**
p 0.043 0.001
Besar keluarga r -0.107-0.147** -0.141*
p 0.052 0.001 0.010
Keterangan: * korelasi signifikan pada p = 0.05
** korelasi signifikan pada p = 0.01