129083014 Pre Eclampsia
-
Upload
onesiforus-sopater -
Category
Documents
-
view
63 -
download
0
Transcript of 129083014 Pre Eclampsia
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO B BLOK 17
Disusun oleh:
Kelompok 7
Tutor : dr. Nur Aida Sri Wahyuni
Anggota:
Khusnul Dwinita 04101401063
Joas Vinsensius Davian 04101401066
Fulvian Budi Azhar 04101401081
Sri Dayang Intan 04101401091
Herly Zulkarnain 04101401095
Novianty 04101401096
Ayu Ratnasari 04101401097
Cinthya Farah Diba 04101401099
Nadila Ayu Putri 04101401100
Vina Novin Phenomie 04101401111
Riko Aldino Dian Putra 04101401128
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2013
KATA PENGANTAR
Penulis sangat berterima kasih kepada Dosen pembimbing atas bimbingan beliau
selama proses tutorial skenario B Blok 17 ini berlangsung.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada kedua
orang tua, yang telah bekarja keras selama ini untuk memenuhi kebutuhan moril maupun
materil penulis dalam menjalani pendidikan.
Terima kasih juga kepada para teman-teman sejawat dan seperjuangan di Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya atas semua dorongan dan semangatnya sehingga segala
yang berat terasa begitu ringan dan yang sulit menjadi mudah.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang
bermanfaat bagi kita semua.
Palembang,25Februari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Maksud dan Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
2.2 Skenario
2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah
II. Identifikasi Masalah
III. Analisis Masalah
IV.Hipotesis
V.Kerangka Konsep
BAB III SINTESIS
1.Fisologi Kehamilan aterm
2. Hipertensi dalam kehamilan
3. Pre-eklampsia berat
4. Syndromes HELLP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Obstetri adalah blok 17 pada Semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran
untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis
memaparkan kasus yang diberikan mengenai seorang wanita, 17 tahun, G1P0A0, dibawa ke
rumah sakit dengan ambulan karena mengeluh sakit kepala hebat dan penurunan pergerakan
pada janin. Keadaan selanjutnya akan dibahas pada Skenario B di bawah ini.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran
KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutorial Skenario A
Tutor : dr. Nur Aida Sri Wahyuni
Moderator : Joaz Vinsensius Davian
Notulis : Nadila Ayu Putri
Sekretaris : Sri Dayang Intan
Waktu : Senin, 25 Februari 2013
Rabu, 27 Februari 2013
Peraturan tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
dengan cara mengacungkan tangan terlebih dahulu dan apabila
telah dipersilahkan oleh moderator.
3. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan selama proses
tutorial berlangsung.
4. Tidak diperbolehkan makan dan minum.
2.2. Skenario B
Stimulus 1
A 17 years old woman is admitted to the labour ward by ambulance because of a
severe headache and reduced fetal movement. This is her first pregnancy.
She did not discover that she was pregnant until very late and was uncertain of her last
menstrual period date so was dated by ultrasound scan at 23 weeks, at that time the blood
pressure was 120/68 mmHg and protein urine was negative.
According to that scan she is now 37 weeks. The blood pressure was last checked 1 week ago
and was 132/74 mmHg and protein urine was still negative. Booking blood test were all
normal.
This morning she woke with a frontal headache which has persisted despite paracetamol. She
says that her vision is a bit blurred but she cannot be more specific about this. She also reports
nausea and epigastric discomfort but has not vomited. She also denies leg or finger swelling.
Stimulus 2
Physical Examination :
Height : 152 cm, Weight : 65 kg ;
BP : 180/110 mmHg, HR : 83x/min, RR : 24x/ min, She is apyrexial.
Her face is minimally swollen and funduscopy is normal.
Cardiac and respiratory examination are normal.
Abdominally she is tender in the epigastrium and beneath the right costal margin, but the
uterus is soft and no tender. The legs and fingers are mildly oedematous and lower limb
reflexes are very brisk, with clonus.s
Obstetric examination :
Outer examination : fundal height 32 cm, cephalic presentation, 3/5 palpable, no contraction
of the uteri, FHR : 150x/min.
Laboratory Results
No. Laboratory Results In Case Normal Range in
Pregnancy
1. Haemoglobin 11,6 g /dl 11-14
2. Packed cell volume 42,2% 31-38
3. Mean cell volume 79 fL 74,4-95,6
4. White cell count 5000/mm3 6-16
5. Platelets 126.000/mm3 150-400
6. Sodium 141 mmol/L 130-140
7. Potassium 4,0 mmol/L 3,3-4,1
8. Urea 3,8 mmol/L 2,4-4,3
9. Creatinine 92 umol/L 34-82
10. SGOT 189 IU/L 6-32
11. SGPT 74 IU/L 30-300
12. Gammaglutamyl
transaminase
34 IU/L 5-43
13. Lactate dehydrogenase 853 IU/L < 600
14. Bilirubin 12 umol/L 3-14
15. Albumin 24 g/L 28-37 g/L
16. Uric acid 0,46 mmol/L 0,14-0,38
17. Urinanalysis +++ protein -
2.3. Paparan.
1. Klarifikasi Istilah
No. Istilah Klarifikasi
1. Frontal headache Nyeri kepala di bagian frontal
2. Fetal movement Pergerakan janin saat di intra uterine
3. Epigastric discomfort Sensasi tidak menyenangkan di daerah abdomen yang
mengacu ingin muntah
4. Nausea Perasaan tidak nyaman di regio epigastric ( daerah perut
bagian tengahdan atas yang terletak di antara
angulussterni )
5. Oedema Pengumpulan cairan secara abnormal dalam ruang
jaringanin terseluler tubuh
6. Apyrexial Tidak ada demam
7. Tender Keadaan sensitivitas yang tidak biasa terhadap sentuhan
atau tekanan
8. 3/5 palpable leopold IV ; belum masuk tiga jari dari pintu atas
panggul (p.a.p)
9. GGT enzim yang terdapat di luar membrane plasma terutama
di dalam sel ginjal dan berfungsi sebagai transporter.
10. LDH Sebuah enzim yang dikatalase oleh laktat dan pyruvate
yang biasanya ditemukan dari jaringan ginjal, otot
rangka, hati, dan myocardium.
II. Identifikasi Masalah
1. Seorang wanita, G1P0A0, datang ke UGD dengan keluhan sakit kepala yang berat
dan ada penurunan gerakan janin.
2. Dia tidak menyadari kehamilannya dan tidak mengetahui HPHT-nya sampai pada
pemeriksaan USG diketahui usia kehamilannya telah 23 minggu, dengan BP 120/
68 mmHg, proteinuria negative.
3. Sekarang usia kehamilannya 37 minggu, BP seminggulalu 132/74 mmHg,
proteinuria negative, pemeriksaan darah normal.
4. Pagi ini, dia bangun dengan frontal headache yang menetap setelah diberi
paracetamol, vision disturbance, nausea, epigastric discomfort tapi tidak muntah,
dan menyangkala dan pembengkakan ekstremitas.
5. Pemeriksaan fisik
6. Pemeriksaan obstetrik
7. Pemeriksaan laboratorium
III. Analisis Masalah
1. Bagaimana fisiologi kehamilan aterm (36-37 minggu pada kasus ini )
?(sintesis)
2. Apa etiologi dan mekanisme dari severe headache pada kasus ini?
Jawab:
Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsi) pasokan darah ke ginjal
berkurang kerusakan glomerulus permeabilitas membran basalis
meningkat proteinuria (hipoalbuminemia) tekanan osmotik
menurun edema di jaringan otak nyeri kepala
Hipertensi terjadi vasokonstriksi pembuluh darah pasokan darah ke
otak berkurang hipoksia jaringan otak nyeri kepala
3. Apa etiologi dan mekanisme dari reduced fetal movement pada kasus ini?
Jawab:
karena menurunnya aliran darah dari Ibu ke janin (kurang nutrisi,
oksigen, dll). Seperti dijelaskan teori pathogenesis bahwa terjadi vasospasme
dan disfungsi endotel pada Ibu dengan preeclampsia. Sehingga dampak nya
tidak baik terhadap janin yaitu restriksi pertumbuhan hingga kematian janin.
4. Bagaimana hubungan usia, kehamilan pertama, dan keluhan utama pada kasus
ini?
Jawab:
Hubungan usia, kehamilan pertama, dengan keluhan utama pada kasus ini
Keluhan utama pada kasus ini merupakan salah satu manifestasi klinis dari pre
eklampsia berat, usia dan kehamilan pertama merupakan factor resiko
terjadinya pre eklampsia. Dari beberapa literature menyebutkan bahwa
kehamilan pada usia ekstrem ( <20 tahun dan >35 tahun) menyebabkan tubuh
tidak terlalu siap dengan perubahan fisiologik kehamilan itu sendiri sehingga
rentan timbul penyakit penyerta kehamilan. Sedangkan untuk kehamilan
pertama ( primigravida) , terdapat teori tentang terjadinya intoleransi
imunologik antara ibu dan janin. Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi
penurunan ekspresi HLA-G yang berperan penting dalam modulasi respon
imun sehingga tubuh ibu tidak meolak hasil konsepsi, dapat melindungi
trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural killer dan mempermudah invasi sel
trofoblas ke jaringan desidua ibu lalu mempermudah perfusi uteroplasental.
5. Apa saja tanda-tanda kehamilan ?
Jawab
tanda-tanda kehamilan terbagi menjadi 3 yaitu :
tanda dugaan/ tidak pasti
tanda kemungkinan
tanda pasti
Berikut masing-masing penjelasannya
a. Tanda-tanda dugaan hamil adalah :
1). Amenorea (tidak mendapat haid). Gejala ini sangat penting karena
umunnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal
hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan
tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.
2). Mual dan muntah. Umumnya terjadi pada bulan-bulan
pertama kehamilan, keadaan ini sering terjadi pada pagi hari tetapi tidak
selalu dan keadaan ini disebut ”morning sickness”. Dalam batas-batas
tertentu keadaan ini masih fisiologis, tetapi bila terlalu sering dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan yang biasa disebut hiperemesis
gravidarum.
3). Sering kencing. Keadaan ini terjadi pada kehamilan bulan-bulan
pertama disebabkan uterus yang membesar menekan pada kandung
kemih, gejala ini akan hilang pada trimester kedua kehamilan. Pada
akhir kehamilan gejala ini akan kembali terjadi karena kandung kemih
ditekan oleh kepala janin.
4). Mammae membesar, tegang dan sedikit nyeri. Disebabkan oleh
pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli
payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar (Rustam
Mochtar, 1998).
5). Striae dan hiperpigmentasi kulit. Pada pipi, hidung dan dahi
tampak deposit pigmen yang berlebihan yang dikenal dengan cloasma
gravidarum. Areola mammae menghitam. Pada linea alba tampak
menjadi lebih hitam.
6). Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid (Hanifa, 2005).
7). Epulis adalah suatu hipertrofi papilla gingivae. Sering terjadi pada
triwulan pertama (Hanifa, 2005).
8). Varises. Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada
daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada
multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan yang
terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama (Hanifa, 2005).
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil adalah :
1). Tanda hegar
Dengan meletakkan 2 jari pada forniks posterior dan tangan
lain di dinding perut diatas simpisis pubis, maka terasa korpus uteri
seakan-akan terpisah dengan serviks ( istmus sangat lembek
pada kehamilan). Pada kehamilan 6 – 8 minggu dengan pemeriksaan
bimanual sudah dapat diketahui tanda hegar ini (Hanifa, 2005).
2). Tanda piskacekejurusan uterus yang membesar (uterus
dalam keadaan hamil tumbuh cepat pada tempat implantasinya)
(Armi, 2006).
3). Tanda Braxton hicks
Uterus pada saat hamil bila dirangsang mudah berkontraksi.
Kontraksi yang tidak teratur tanpa nyeri disebut kontraksi
Braxton Hicks. Adanya kontraksi Braxton Hicks ini
menunjukkan bahwa kehamilan bukan kehamilan ektopik
(Armi, 2006).
4). Tanda ballotement
Pada kehamilan muda (kira-kira 20 minggu) air ketuban jauh
lebih banyak sehingga dengan menggoyangkan uterus atau
sekonyong-konyong uterus ditekan maka janin akan melenting
dalam uterus, keadaan inilah yang disebut dengan
ballottement (Hanifa, 2005).
5). Tanda Chadwick adalah warna selaput lendir vulva dan
vagina menjadi ungu (Hanifa, 2005).
c. Tanda-tanda pasti kehamilan adalah sebagai berikut :
1). Gerakan janin dalam rahim
a). Terlihat atau teraba gerakan janin
b). Teraba bagian-bagian janin
2). Denyut jantung janin
a). Didengar dengan stetoskop laenec, alat
kardiotokografi, alat dopler.
b). Dilihat dengan ultrasonografi.
c). Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen
untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi.
Untuk membantu membuat diagnosa kehamilan sedini-dininya
dapat dilakukan beberapa pemeriksaanberdasarkanadanya
khoriogonadotropin (human chorionic gonadotropin = HCG)
yang dihasilkan oleh plasenta (Armi, 2006).
6. Bagaimana pengaruh dari dia tidak menyadari kehamilannya sampai usia 23
minggu?
Jawab:
Nutrisi penting pada awal kehamilan: calcium
Ibu hamil harus menjaga kesehatan (jangan beraktivitas berlebih) pada awal
kehamilan dan banyak mengkomsumsi makanan yang bergizi.
7. Bagaimana progresivitas dari kenaikan tekanan darah dan proteinuria dari 23
minggu hingga 37 minggu ?
Jawab:
Progresivitas pada kasus preeclampsia kebanyakan memang sangat
cepat. Bahkan dari preeclampsia ringan bisa beberapa hari berubah menjadi
eklampsia bila tidak segera ditangani. Kasus ini pada kehamilan 36 minggu
diketahui tekanan darah masih relative normal dan belum ada proteinuria,
namun pada 37 minggu telah terjadi kenaikan tekanan darah hingga 180/110
mmHg dan proteinuria (+++) . Sebenarnya sudah mulai terjadi disfungsi
endotel sedikit demi sedikit pada trimester I. Dan pada waktu nya tubuh sudah
tidak bisa mengkompensasi dan terjadi vasokonstriktor menyeluruh yang
berlanjut hingga hipoperfusi ginjal dan menyebabkan disfungsi glomerulus dan
penurunan GFR. Hal ini selanjutnya dengan cepat menyebabkan proteinuria.
8. Bagaimana pengaruh konsumsi obat paracetamol pada ibu hamil?
Obat pada perempuan Hamil dan janinnya
Obat Kategori obat Menembus
plasenta
Penggunaan
selama kehamilan I II III
Asetaminofen B B B Ya Obat pilihan nyeri
Aspirin D D D Ya Tidak
direkomendasikan
kecuali atas
indikasi spesifik
Ibuprofen B B D Ya Digunakan secara
hati-hati pada
trimester III
ketoprofen B B D Ya Digunakan secara
hati-hati dan
dihindari pada
trimester III
Naproksen B B D Ya Digunakan secara
hati-hati dan
dihindari pada
trimester III
Konsumsi parasetamol pada ibu hamil ini tidak ada pengaruhnya sama sekali dengan
kehamilannya,tetapi jika pengunaan paracetamol pada jangka panjang bisa
membahayakan janin.
9. Apa etiologi dan mekanisme dari blurred vision pada kasus ini?
Jawab:
Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan
visus. Gangguan visus berupa : pandangan kabur, skotomata, amaurosis yaitu
kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio retinae (retinal detachment)
10. Apa etiologi dan mekanisme dari nausea ,epigastric discomfort tapitidak
muntah pada kasus ini?
Jawab:
Penurunan prostaglandin peningkatan sekresi asam lambung refluks
asam lambung nyeri epigastrium
11. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan fisik ?
Jawab:
No. Pemeriksaan Fisik Kasus Interpretasi
1. Tekanan Darah 180/110 mmHg Hipertensi
2. BMI 28,13 Normal pada kehamilan
3. HR 83x/menit Normal
4. RR 24x/menit Normal
5. Suhu Tubuh Apyrexial Normal
6. Kepala Muka sedikit bengkak Normal,
fisiologi kehamilan
7. Jantung & Respirasi Normal Normal
8. Abdomen Nyeri epigastrium Abnormal,
Akibat peregangan kapsula
glisson
Uterus lembut & non-tender Normal
9. Ekstremitas Edema jari & tungkai Abnormal,
Karena peningkatan
permeabilitas membran &
hipoalbumin
Reflex ekstremitas bawah
cepat
Meningkat
12. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan obstetrik ?
Jawab:
No Kasus
interpretasi
1 fundal height 32 cm Tinggi fundus 32cm
2 Cephalic presentation,3/5 palpable Tiga jari di atas simpisis
3 no contraction of the uteri Tidak ada kontraksi di uteri
4 FHR 150x/menit Normal (120-170)
13. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan laboratorium ?
Jawab:
No. Laboratory Results In Case Normal Range in
Pregnancy
interpretasi
1. Haemoglobin 11,6 g /dl 11-14 normal
2. Packed cell volume 42,2% 31-38 Meningkat
3. Mean cell volume 79 fL 74,4-95,6 Normal
4. White cell count 5000/mm3 6-16 Leucopenia
5. Platelets 126.000/mm3 150-400 Menurun
6. Sodium 141 mmol/L 130-140 Meningkat
7. Potassium 4,0 mmol/L 3,3-4,1 Normal
8. Urea 3,8 mmol/L 2,4-4,3 Normal
9. Creatinine 92 umol/L 34-82 Meningkat
10. SGOT 189 IU/L 6-32 Meningkat
11. SGPT 74 IU/L 30-300 Normal
12. Gammaglutamyl
transaminase
34 IU/L 5-43 Normal
13. Lactate
dehydrogenase
853 IU/L < 600 Meningkat
14. Bilirubin 12 umol/L 3-14 Normal
15. Albumin 24 g/L 28-37 g/L Hipoalbuminemia
16. Uric acid 0,46 mmol/L 0,14-0,38 Meningkat
17. Urinanalysis +++ protein - Abnormal
(kebocoran
protein)
Hematokrit meningkat : akibat bocornya protein pada ginjal, menyebabkan
kadar albumin darah berkurang, sebagaimana kita tahu bahwa albumin
berperan dalam menjaga tekanan oncotic di dalam pembuluh darah, yang
mencegah cairan intravaskuler keluar ke jaringan interstitial. Apabila albumin
darah berkurang maka akan terjadi hipovolemia karena cairan keluar ke
jaringan interstitial yang menyebabkan terjadinya pengentalan darah atau
hemokonsentrasi yang ditandai dengan peningkatan hematorkrit.
Creatine meningkat m,erupakan indicator dari kerja atau fungsi dari organ
ginjal. Karena terjadi hipertensi pada ibu ini, maka endotel pembuluh darah
mengalami disfungsi, lama kelamaan akan berdampak pada penurunan laju
filtrasi ginjal, yang nantinya akan menurunkan produksi urin. Akibat penurunan
sekresi creatin yang harusnya keluar lewat urin, maka kadarnya dalam tubuh
akan meningkat.
Asam urat meningkat mekanismenya sama dengan peningkatan kadar creatin,
karena asam urat yang memang di produksi tubuh secara endogen setiap
harinya akan diekresikan di ginjal melalui pembuangan urin ini terhambat
proses pembuangannya, maka kadarnyadalam tubuh juga meningkat.
Proteinuria dan albumin menurun. Hal ini disebabkan oleh hipertensi yang
terjadi pada kasus ini. Peningkatan tekanan darah yang signifikan akan
menciderai dari endotel pembuluh darah ibu, terutama pada endotel di
glomerulus ginjal, bila hal ini terus berlangsung akan menyebabkan
peningkatan permeabilitas dan perubahan tekanan pada membranenya.
Akibatnya protein yang seharusnya tidak dapat melewati jarring-jaring
slomerulus dapat keluar dan terbuang melalui urin. Hal ini menyebabkan
positifnya kadar protein di urin sekaligus bila terus dibiarkan akan mengurangi
cadangan protein albumin darah yang dapat menyebabkan ibu ini mengalami
edema.
Menurunnya kadar platelet merupakan akibat dari berbagai mekanisme
misalnya saja, pada ibu yang ini terjadi hipovolemia yang nanti akan direspon
tubuh dengan melakukan vasokonstriksi pada arteriole-arteriole, yang nantinya
akan meningkatkan viskositas darah dan penurunan kadar platelet yang ebredar
di darah perifer.
Selain itu dengan merujuk pada teori disfungsi endotel, penurunan akdar
platelet, dapat diakibatkan terpakainya platelet karena agregasi ke lesi-lesi di
seluruh pembuluh darah ibu yang mengalami kerusakan karena peningkatan
tekanan darah yang signifikan dalam waktu yang sangat singkat, yang juga
menjadi penyebab hipertensi ibu semakin parah.
Peningkatan SGOT. Hal ini mungkin karena adanya kerusakan sel hepar.
Sebagai dampak dari vasospasme arteriole, iskemia terjadi pada hepar, iskemia
yang berujung pada nekrosis jaringan ini dapat menyebabkan adanya
pendarahan padasel periportal hepar lobus perifer. Bila pendarahan meluas
hingga kapsula hepar maka disebut subkapsular hematoma. Peristiwa ini
nantinya akan menyebabkan rasa nyeri epigastrium yang bila dibiarkan dapat
menyebabkan rupture hepar.
Adanya peningkatan sodium yang hampir tidak bearti ini. Ternyata adalah
peristiwa patologi.. ibu normal yang seharusnya mengalami penurunan kadar
sodium dan kalium. Namun ibu ini mengalami penigkatan. Ha ini berhubungan
dengan kadar air dalam tubuh. Pad aibu normal, tubuh ibu itu akan mengalami
hipervolumia sebagai kompensasi kehadiran janin di tubuhnya, namun pada ibu
PE ini terjadi kebocoran protein yang berujung dengan berkurangnya kadar air
dalam tubuhnya, maka kadar sodium dan kaliumnya cenderung normal ataupun
mungkin malah meningkat.
14. Apasaja diagnosis banding pada kasus ini?
Jawab:
Trombotik Angiopati
Kelainan konsumtif fibrinogen, misalnya :
- Acute fatty liver of pregnancy
- Hipovolemia berat-perdarahan berat
- Sepsis
- Kelainan jaringan ikat: SLE
- Penyakit ginjal primer
15. Bagaimana penegakan diagnosis dan working diagnosis pada kasus ini?
Jawab:
1. riwayat penyakit
Dilakukan anamnesis pada pasien / keluarganya
a. Adanya gejala: nyeri kepala, ggn visus, rasa panas di muka, dispneu, nyeri
dada, mual muntah , kejang
b. Penyakit terdahulu: adanya hipertensi dalam kehamilan, penyakit ginjal,
infeksi saluran kemih
c. Riwayat penyakit keluarga: riwayat kehamilan dan penyulitnya pada ibu
dan saudara perempuannya
d. Riwayat gaya hidup: keadaan lingkungan social, merokok, minum alcohol
2. pemeriksaan fisik
a. kardiovascular: evaluasi TD, suara jantung, pulsasi perifer
b. paru: auskultasi paru utk mendiagnosis edema paru
c. abdomen: palpasi utk menentukan adanya nyeri hepar. Evaluasi keadaan
rahim dan janin.
d. reflex: adanya klonus
e. funduskopi: utk menentukan adanya retinopati derajat I-III
3. pada pelayanan kesehatan primer
Dokter umum dapat melakukan pemeriksaan diagnostic dasar:
a. Pengukuran TD
b. Mengukur proteinuria
c. Menentukan edema anasarka
d. Menentukan tinggi fundus uteri utk mendeteksi dini IUGR
e. Pemeriksaan funduskopi
Kriteria HELLP Syndrome :
a.Klasifikasi Mississippi :
a.Kelas I : trombosit < 50.000mikro liter
b.Kelas II : trombosit > 50.000 tapi < 100.000 mikro/L
c. Kelas III : trombosit > 100.000 tapi < 150.000 mikro/L .Disertai hemolisis
dan disfungsi hepar :
LDH > 600 IU/
SGOT dan atau SGPT > 40 IU/
b.Klasifikasi Tennesse :
a.Komplit :1) Trombosit < 100.000/
2) LDH > 600 IU/L
3) SGOT > 70IU/L
b.Inkomplit/parsial : Hanya terdapat 1 atau 2 tanda pada komplit.Kelas I
mempunyai resiko mortalitas dan morbiditas perinatal yang paling tinggi
16. Apa epidemiologi pada kasus ini?
Jawab: angka kejadian lebih besar berisiko tinggi untuk usia di atas 35 tahun
dan di bawah 20 tahun,dan paling banyak terjadi di negara berkembang untuk
ras yang berkulit hitam lebih banyak dibandinkan berkulit putih.
17. Apa etiolog idan factor risiko pada kasus ini?
Jawab:
Etiologi pada kasus ini belum bisa di ketahui dengan pasti (idiopatik)
Factor risiko:
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalanya molahidatidosa, kehamilan multipel,
DM, hidrops fetalis, bayi besar.
3. Umur yang ekstrim
4. Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia
5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum
hamil
6. Obesitas
18. Bagaimana pathogenesis pada kasus ini?
Jawab:
19. Apa saja manifestasi klinis pada kasus ini?
Pasien sindrom HELLP dapat mempunyai gejala dan tanda yang sangat
bervariasi, dari yang bernilai diagnostic sampai semua gejala dan tanda pada pasien
preeklampsi-eklampsi yang tidak menderita sindrom HELLP.
Sibai (1990) menyatakan bahwa pasien biasanya muncul dengan keluhan nyeri
epigastrium atau nyeri perut kanan atas (90%), beberapa mengeluh mual dan
muntah (50%), yang lain bergejala seperti infeksi virus. Sebagian besar pasien
(90%) mempunyai riwayat malaise selama beberapa hari sebelum timbul tanda
lain. Dalam laporan Weinstein, mual dan/atau muntah dan nyeri epigastrium
diperkirakan akibat obstruksi aliran darah di sinusoid hati, yang dihambat oleh
deposit fibrin intravaskuler.
Pasien sindrom HELLP biasanya menunjukkan peningkatan berat badan yang
bermakna dengan udem menyeluruh. Hal yang penting adalah bahwa hipertensi
berat (sistolik 160 mmHg, diastolic 110 mmHg) tidak selalu ditemukan. Walaupun
66% dari 112 pasien pada penelitian Sibai dkk (1986) mempunyai tekanan darah
diastolic 110 mmHg, 14,5% bertekanan darah diastolic 90 mmHg.
Dalam laporan awal Weinstein (1952) atas 29 pasien, kurang dari setengah (13
pasien) mempunyai tekanan darah saat masuk rumah sakit 160/110 mmHg. Jadi
sindrom HELLP dapat timbul dengan tanda dan gejala yang sangat bervariasi, yang
tidak bernilai diagnosis, dan dapat diikuti dengan kesalahan pemberian obat dan
pembedahan seperti apendisitis, gastroenteritis, glomerulonefritis, pielonefritis dan
hepatitis virus.
20. Apa tatalaksana yang tepat pada kasus ini?
Jawab:
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan
dasar sebagai berikut :
1. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya yaitu terapi medikamentosa
dengan pemberian obat-obatan.
a). Segera masuk rumah sakit
b). Tirah baring
c).monitoring input cairan dan output cairan
d) pemberian antikejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang
dengan dosis 4 gr MgSO4 : intravena (40% dalam 10 cc) selama 15
menit, dan berikan antidotum MgSO4 apabila terjadi intoksikasi dengan
: kalsium glukonas 10% = 1 gr (10% dalam 10 cc) diberikan i.v. 3
menit.
e). pemberian antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah secara
bertahap,yaitu penurunan awal 25% dari tekanan sistolik dan tekanan
darah diturunkan mencapai <160/105 atau MAP < 125, dengan
antihipertensi lini pertama yaitu: nifedipin dengan dosis 10-20mg per
oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam.
Sikap terhadap kehamilan :
Sikap terhadap kehamilan pada sindrom HELLP, tanpa memandang umur
kehamilan, kehamilan segera diakhiri. Persalinan dapat dilakukan secara
perabdominan atau pervaginam . Perlu diperhatikan adanya gangguan
pembekuan darah bila hendak melakukan anestesi regional (spinal).
21. Apa saja komplikasi yang mungkin timbul pada kasus ini?
Jawab:
Pada ibu:
1. Sistem saraf pusat
Perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral, hipertensi ensefalopati,
edema serebri, edema retina, makular atau retina detachment dan
kebutaan korteks.
2. Gastrointestinl-hepatik: subskapular hematoma hepar, ruptur kapsul hepar
3. Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut
4. Hematologik: DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi
5. Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, depresi atau
arrest pernapasan, kardiak arrest, iskemia miokardium
6. Lain-lain: asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendalikan
Pada janin:
Intrauterine fetal growth restriction, solusio plasenta, premturitas, sindroma
distres napas, kematian janin intrauterine, kematian neonatal perdarahan
intraventikuler, necrotizing enterocolitis, sepsis, cerebral palsy
22. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Jawab:
Dubia
Tergantung indeks gestosis, makin tinggi indeks gestosis makin jelek
prognosisnya.
0 1 2 3
Edema sesudah istirahat - Pre tibial umum -
Proteinuria (% Esbach) <0.5 0.5 - +2 2 - +5 >+5
TD sistolik <140 140-160 160-180 >180
TD diastolic <90 90-100 100 >110
23. Bagaimana KDU pada kasus ini?
Jawab: 3b memberi tatalaksana awal dan merujuk ke rumah sakit dan dokter
spesialis.(kasus gawat darurat
IV.Hipotesis
Seorang wanita, 17 tahun, G1P0A0, mengalami severe headache dan reduced fetal
movement karena menderita pre-eklampsia berat dengan infending eklampsia dengan
komplikasi syndrome HELLP kelas III.
BAB III
SINTESIS
Fisiologikehamilanaterm
Perubahan Anatomi Fisiologi pada Kehamilan Trimester III
Perubahan Anatomi dan Fisiologi
a) Uterus
Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram (berat uterus
normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama
kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat agak gepeng. Pada kehamilan 16
minggu, uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti
bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya
kehamilan sangat penting diketahui antara lain untuk membentuk diagnosis, apakah
wanita tersebut hamil fisiologik, hamil ganda atau menderita penyakit seperti mola
hidatidosa dan sebagainya.
Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 jari diatas pusat atau 1/3
jarak antara pusat ke prosssus xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu, fundus uteri
terletak antara ½ jarak pusat dan prossesus xipoideus. Pada kehamilan 36 minggu,
fundus uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah prossesus xipoideus. Bila
pertumbuhanjanin normal, maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu adalah
25 cm, pada 32 minggu adalah 27 cm dan pada 36 minggu adalah 30 cm. Pada
kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari dibawah
prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang pada primigravida
turun dan masuk kedalam rongga panggul.
Pada trimester III, istmus uteri lebih nyata menjadi corpus uteri dan berkembang
menjadi segmen bawah uterus atau segmen bawah rahim (SBR). Pada kehamilan tua,
kontraksi otot-otot bagian atas uterus menyebabkan SBR menjadi lebih lebar dan tipis
(tampak batas yang nyata antara bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang
lebih tipis). Batas ini dikenal sebagai lingkaran retraksi fisiologik. Dinding uterus
diatas lingkaran ini jauh lebih tebal daripada SBR.
b) Serviks Uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen.
Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi, maka
konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih banyak mengandung jaringan
ikat yang terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit
mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter,
sehingga pada saat partus serviks akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus
uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin kebawah. Sesudah partus, serviks akan
tampak berlipat-lipat dan tidak menutup seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada
serviks perlu diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa
hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya dengan kasar, sehingga
dapat mengganggu kehamilan.
Kelekjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih
banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan
keadaan fisiologik, karena peningakatan hormon progesteron. Selain itu prostaglandin
bekerja pada serabut kolagen, terutama pada minggu-minggu akhir kehamilan. Serviks
menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan.
c) Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vula tampak lebih merah dan agak
kebiru-biruan (livide). Warna porsio tampak livide. Pembuluh-pembuluh darah alat
genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan
nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut menigkat. Apabila terjadi kecelakaan pada
kehamilan/persalinan maka perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat
mengakibatkan kematian. Pada bulan terakhir kehamilan, cairan vagina mulai
meningkat dan lebih kental.
d) Mammae
Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih
agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang
mulai bersekresi.
e) Sirkulasi Darah
Volume darah akan bertambah banyak ± 25% pada puncak usia kehamilan 32 minggu.
Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi
penambahan volume plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi hemoglobin dalam
darah menjadi lebih rendah. Walaupun kadar hemoglobin ini menurun menjadi ± 120
g/L. Pada minggu ke-32, wanitahamil mempunyai hemoglobin total lebih besar
daripada wanita tersebut ketika tidak hamil. Bersamaan itu, jumlah sel darah putih
meningkat (± 10.500/ml), demikian juga hitung trombositnya.
Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung akan meningkat ± 30%
pada minggu ke-30. Kebanyakan peningkatan curah jantung tersebut disebabkan oleh
meningkatnya isi sekuncup, akan tetapi frekuensi denyut jantung meningkat ± 15%.
Setelah kehamilan lebih dari 30 minggu, terdapat kecenderungan peningkatan tekanan
darah.
Sama halnya dengan pembuluh darah yang lain, vena tungkai juga mengalami distensi.
Vena tungkai terutama terpengaruhi pada kehamilan lanjut karena terjadi obstruksi
aliran balik vena (venous return) akibat tingginya tekanan darah vena yang kembali
dari utrerus dan akibat tekanan mekanik dari uterus pada vena kava. Keadaan ini
menyebabkan varises pada vena tungkai (dan kadang-kadang pada vena vulva) pada
wanita yang rentan.
Aliran darah melalui kapiler kulit dan membran mukosa meningkat hingga mencapai
maksimum 500 ml/menit pada minggu ke-36. Peningkatan aliran darah pada kulit
disebabkanoleh vasodilatasi ferifer. Hal ini menerangkan mengapa wanita “merasa
panas” mudah berkeringat, sering berkeringat banyak dan mengeluh kongesti hidung.
Gambaran protein dalam serum berubah, jumlah protein, albumin, dan gamma globulin
baru meningkat perlahan-lahan pada akhir kehamilan, sedangkan beta globulin dan
bagian-bagian fibrinogen terus meningkat. LED pada umumnya meningkat sampai 4x
sehingga dalam kehamilan tidak dapat dipakai sebagai ukuran.
f) Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena pergerakan diafragma
terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil bernafas lebih dalam, dengan
meningkatkan volume tidal dan kecepatan ventilasi, sehingga memungkinkan
pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek
ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada kehamilan lanjut,
kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan mungkin tidak kembali pada keadaan
sebelum hamil, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan
penampilan badannya.
g) Traktus Digestivus
Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi cairan intraseluler yang
disebabkan oleh progesteron. Spinkter esopagus bawah relaksasi, sehingga dapat
terjadi regorgitasi isilambung yang menyebabkan rasa terbakar di dada (heathburn).
Sekresi isilambungberkurang dan makanan lebih lama berada di lambung. Otot-otot
usus relaks dengan disertai penurunan motilitas. Hal ini memungkinkan absorbsi zat
nutrisi lebih banyak, tetapi dapat menyebabkan konstipasi, yang memana merupakan
salah satu keluhan utamawanita hamil.
h) Traktus Urinarius
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai tuun ke PAP, keluhan sering kencing dan
timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali. Disamping itu, terdapat
pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada
kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69%. Reabsorbsi
tubulus tidak berubah, sehingga produk-produk eksresi seperti urea, uric acid, glukosa,
asam amino, asam folik lebih banyak yang dikeluarkan.
i) Sistem Imun
HCG dapat menurunkan respon imun wanita hamil. Selain itu kadar Ig G, Ig A dan Ig
M serum menurun mulai dari minggu ke-10 kehamilan hingga mencapai kadar
terendah pada minggu ke-30 dan tetap berada pada kadar ini, hingga aterm.
j) Metabolisme Dalam Kehamilan
BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada trimester III. Kalori
yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran karbohidrat, khususnya
sesudah kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan, dipakailah lemak
ibu untuk mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam keadaan
biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian tenaganya.
Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-tulangnya dan hal ini
terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya diperkirakan telah
mengandung 1,5-2,5 gr kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium tertahan dalam badan
untuk keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk pertumbuhan janin tanpa
mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum memang lebih rendah, mungkin
oleh karena adanya hidremia, akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi
hingga dapat menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani.
Segera setelah haid terlambat, kadar enzim diamino-oksidase (histamine) meningkat
dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil 16 minggu.
Kadar ini mencapai puncaknya sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16 minggu dan
seterusnya sampai akhir kehamilan.Pinosinase adalah enzim yang dapat membuat
oksitosin tidak aktif. Pinositase ditemukan banyak sekali di dalam darah ibu pada
kehamilan 14-38 minggu.
Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg.
Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir.
Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi, fetus placenta
dan liquor.
Table perubahan dan adaptasi pada ibu hamil
No. Perubahan Normal (dibanding tidak hamil)
1. Cardiac output Meningkat
2. Vol. darah Hipovolemia
3. Resistensi perifer Menurun
4. Aliran darah ke:
Uteroplasenta
Ginjal
Otak
hepar
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
5. Berat badan Meningkat
6. Edema 40% ada edema
7. Sel darah Meningkat
8. hemokonsentrasi Hemodilusi
9. Viskositas darah Menurun
10. Ht Menurun
11. Elektrolit Menurun
12. Natrium dan kalium Disesuaikan dengan peningkatan cairan tubuh
13. Protein serum dan plasma menurun
14. As. Urat dan kreatinin menurun
Hipertensi dalam kehamilan
Hipertensi yang terjadi pada preeklamsi adalah akibat vasospasme,dengan konstriksi
arterial dan penurunan volume intravaskular relatif dibandingkan dengan kehamilan normal.
Sistem vaskular pada wanitahamil menunjukkan adanya penurunan respon terhadap peptida
vasoaktif sepertiangiotensinII dan epinefrin. Wanita yang mengalami preeklamsimenunjukkan
hiperresponsif terhadap hormon-hormon ini dan hal inimerupakan gangguan yang dapat
terlihat bahkan sebelum hipertensitampak jelas. Pemeliharaan tekanan darah pada level normal
dalamkehamilan tergantung pada interaksi antara curah jantung dan resistensivaskular perifer,
tetapi masing-masing secara signifikan terganggu dalamkehamilan. Curah jantung meningkat
30-50% karena peningkatan nadi danvolume sekuncup. Walaupun angiotensin dan renin yang
bersirkulasimeningkat pada trimester II, tekanan darah cenderung untuk
menurun,menunjukkan adanya reduksi resistensi vaskular sistemik. Reduksidiakibatkan
karena penurunan viskositas darah dan sensivitas pembuluhdarah terhadap angiotensin karena
adanya prostaglandin vasodilator.
Ada bukti yang menunjukkan bahwa adanya respon imun maternalyang terganggu
terhadap jaringan plasenta atau janin memiliki kontribusiterhadap perkembangan preeklamsi.
Disfungsi endotel yang luasmenimbulkan manifestasi klinis berupa disfungsi multi organ,
meliputisusunan saraf pusat, hepar, pulmonal, renal, dan sistem hematologi.Kerusakan endotel
menyebabkan kebocoran kapiler patologis yang dapatbermanifestasi pada ibu berupa kenaikan berat
badan yang cepat, edemanon dependen (muka atau tangan), edema pulmonal, dan
hemokonsentrasi.Ketika plasenta ikut terkena kelainan, janin dapat terkena dampaknyaakibat
penurunan aliran darah utero-plasenta. Penurunan perfusi inimenimbulkan manifestasi klinis
seperti tes laju jantung janin yang non-reassuring,skor rendah profil biofisik, oligohidramnion,
dan pertumbuhan janin terhambat pada kasus-kasus yang berat
Selama kehamilan normal, tekanan darah sistolik hanya berubahsedikit, sedangkan
tekanan darah diastolik turun sekitar 10 mmHg padausia kehamilan muda (13-20 minggu) dan
naik kembali pada trimester keIII. Pembentukkan ruangan intervillair, yang menurunkan
resistensivaskular, lebih lanjut akan menurunkan tekanan darah.
Patogenesis pada konvulsi eklamsi masih menjadi subyek penelitian dan spekulasi.
Beberapa teori dan mekanisme etiologi telahdipercaya sebagai etiologi yang paling mungkin,
tetapi tidak ada satupunyang dengan jelas terbukti. Beberapa mekanisme etiologi yang
dipercayasebagai patogenesis dari konvulsi eklamsi meliputi vasokonstriksi atauvasospame
serebral, hipertensi ensefalopati, infark atau edema serebral,perdarahan serebral, dan
ensefalopati metabolik. Akan tetapi, tidak adakejelasan apakah penemuan ini merupakan
sebab atau efek akibatkonvulsi
HIPERTENSI PADA KEHAMILANHipertensi (HTN) yang berkaitan dengan kehamilan
dibedakan menjadi 4, yaitu:
•Hipertensi kronis
•Hipertensi yang diinduksi kehamilan
•Preeklampsia
•Eklampsia
Masing-masing diagnosa hipertensi tersebut dikelompokkan atas:Ringan: sistole > 140
mm Hg dan/atau diastole > 90 mm HgBerat: sistole > 160 mm Hg dan/atau diastole > 110 mm
HgSatu-satunya pengobatan hipertensi pada kehamilan (kecuali hipertensi kronis
yangsudah ada) adalah dengan mengakhiri kehamilan.Hipertensi menyebabkan kematian
pada wanita hamil sekitar 15 % (kedua setelahemboli paru).Lihat gambar 1 untuk
algoritme penanganan.
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
NormalAsam arakidonat memacu terjadinya 2 jalur:
1 .prostasikl in: penurunan tekanan darah melalui :
• pengurangan vasokonstriksi
•peningkatan aliran dauteroplacental2.tromboksan: peningkatan tekanan darah melalui:
• peningkatan vasokonstriksi
• penurunanaliran darah uteroplacental
Pada keadaan hipertensi dalam kehamilanKeseimbangan dianggap terjadi melalui jalur
tromboksan.Hipertensi kronis dan kehamilanMerupakan hipertensi yang sudah ada sebelum
kehamilan:
Ringan: sistole > 140 mm Hg dan/atau diastole > 90 mm Hg
Berat: sistole > 160 mm Hg dan/atau diastole > 110 mm Hg
J ika selama kehamilan, pasien dengan hipertensi kronik mengalami peningk
atantekanan darah sistolik sebesar 30 mm Hg atau diastolik meningkat sebesar 15 mm Hg,hal
tersebut merupakan
hipertensi yang diinduksi kehamilan pada pasien denganhipertensi kronis
PREEKLAMSIA
a. Definisi Preeklampsia
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew warden, MD, 2005). Preeklampsia terjadi pada
umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu,
tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat
berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat (George, 2007).
b. Epidemiologi Preeklampsia
Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang
mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan
lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10% (Triatmojo, 2003),
sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari
semua kehamilan, yaitu 23,6 kasus per 1.000 kelahiran (Dawn C Jung, 2007). Pada
primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida,
terutama primigravida muda, Sudinaya (2000) mendapatkan angka kejadian preeklampsia dan
eklampsia di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1431 persalinan
selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan preeklampsia sebesar 61
kasus (4,2%) dan eklampsia 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-
24 tahun dengan primigravida (17,5%). Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda,
hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya preeklampsia (Trijatmo, 2005). Peningkatan kejadian preeklampsia pada usia > 35
tahun mungkin disebabkan karena adanya hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa dengan
superimposed PIH (Deborah E Campbell, 2006). Di samping itu, preeklampsia juga
dipengaruhi oleh paritas. Surjadi, dkk (1999) mendapatkan angka kejadian dari 30 sampel
pasien preeklampsia di RSU Dr. Hasan Sadikin Bandung paling banyak terjadi pada ibu
dengan paritas 1-3 yaitu sebanyak 19 kasus dan juga paling banyak terjadi pada usia
kehamilan diatas 37 minggu yaitu sebanyak 18 kasus. Wanita dengan kehamilan kembar bila
dibandingkan dengan kehamilan tunggal, maka memperlihatkan insiden hipertensi gestasional
(13 % : 6 %) dan preeklampsia (13 % : 5 %) yang secara bermakna lebih tinggi. Selain itu,
wanita dengan kehamilan kembar memperlihatkan prognosis neonatus yang lebih buruk
daripada wanita dengan kehamilan tunggal (Cunningham, 2003).
c. Faktor Risiko Preeklampsia
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia,
tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya
preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi;
1) Riwayat preeklampsia. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat
keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia
2) Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat (blocking
antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia.
Perkembangan preeklampsia semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan
kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
3) Kegemukan
4) Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai bayi
kembar atau lebih.
5) Riwayat penyakit tertentu. Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu
sebelumnya, memiliki risiko terjadinya preeklampsia. Penyakit tersebut meliputi hipertensi
kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degeneratif seperti reumatik arthritis atau lupus.
d. Etiologi Preeklampsia
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori yang
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut
“penyakit teori”; namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori
sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori “iskemia plasenta”.
Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini
(Rustam, 1998). Adapun teori-teori tersebut adalah ;
i. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada
kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah
sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat
perubahan ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan
penurunan volume plasma (Y. Joko, 2002).
ii. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan pertama terjadi
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada
preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti
dengan terjadinya pembentukan proteinuria.
iii. Peran Faktor Genetik
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada anak dari ibu yang
menderita preeklampsia.
iv. Iskemik dari uterus.
Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
v. Defisiensi kalsium.
Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh
darah (Joanne, 2006).
vi. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial.
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam patogenesis
terjadinya preeklampsia. Fibronektin dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan
dan meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil dengan preeklampsia. Kenaikan
kadar fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan
meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan (Drajat koerniawan)
e. Patofisiologi Preeklampsia Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi
perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Wanita dengan hipertensi pada kehamilan
dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet.
Penumpukan trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai
dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis
hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi
terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskular, meningkatnya cardiac
output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,
2005). Perubahan pada organ-organ:
1) Perubahan kardiovaskuler.
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia dan eklampsia.
Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload jantung
akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara
patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan
onkotik atau kristaloid intravena, dan aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam ruang
ektravaskular terutama paru (Cunningham, 2003).
2) Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui penyebabnya.
Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita preeklampsia dan eklampsia
daripada pada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita
preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal
ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak
berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas
normal (Trijatmo, 2005 ).
3) Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat terjadi
ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi
untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukan tanda preeklampsia berat
yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini
disebabkan oleh adanya perubahan preedaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri
atau di dalam retina (Rustam, 1998).
4) Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri,
pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo, 2005).
5) Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada
preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap
rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.
6) Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang
menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau
abses paru (Rustam, 1998).
f. Gambaran Klinis Preeklampsia
Gejala subjektif Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma,
diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-
gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk
bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi, edema dan
proteinuria bertambah meningkat (Trijatmo, 2005).
Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan
tekanan sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari
140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110 mmHg
dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan takikardia,
takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan
otak (Michael, 2005). Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium.
Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu;
1) Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
• Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah
normal.
• Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter atau
midstream.
2) Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
• Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
• Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
• Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
• Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
• Terdapat edema paru dan sianosis
• Trombositopeni
• Gangguan fungsi hati
• Pertumbuhan janin terhambat (Lanak, 2004).
g. Penatalaksanaan Preeklampsia Berat
a) Penanganan umum.
• Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik diantara
90-100 mmHg.
• Pasang infus RL ( Ringer Laktat )
• Ukur keseimbangan cairan, jangan sapai terjadi overload
• Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
• Jika jumlah urin < 30 ml perjam:
o Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam
o Pantau kemungkinan edema paru • Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai
aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
• Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam.
• Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Krepitasi merupakan tanda edema paru.
Jika terjadi edema paru, stop pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya furosemide 40
mg intravena.
• Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi
sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati (Abdul Bari, 2001).
b) Antikonvulsan.
Pada kasus preeklampsia yang berat dan eklampsia, magnesium sulfat yang diberikan secara
parenteral adalah obat anti kejang yang efektif tanpa menimbulkan depresi susunan syaraf
pusat baik bagi ibu maupun janinnya. Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus
kontinu atau intramuskular dengan injeksi intermiten. Infus intravena kontinu
• Berikan dosis bolus 4 – 6 gram MgSO4 yang diencerkan dalam 100 ml cairan dan diberikan
dalam 15-20 menit.
• Mulai infus rumatan dengan dosis 2 g/jam dalam 100 ml cairan intravena.
• Ukur kadar MgSO4 pada 4-6 jam setelah pemberian dan disesuaikan kecepatan infuse untuk
mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEg/l (4,8-8,4 mg/l).
• MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.
Injeksi intramuskular intermiten:
• Berikan 4 gram MgSO4 sebagai larutan 20% secara intravena dengan kecepatan tidak
melebihi 1 g/menit.
Lanjutkan segera dengan 10 gram MgSO4 50%, sebahagian (5%) disuntikan dalam di kuadran
lateral atas bokong (penambahan 1 ml lidokain 2 % dapat mengurangi nyeri). Apabila kejang
menetap setelah 15 menit, berikan MgSO4 sampai 2 gram dalam bentuk larutan 20% secara
intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1g/menit. Apabila wanita tersebut bertubuh besar,
MgSo4 dapat diberikan sampai 4 gram perlahan.
• Setiap 4 jam sesudahnya, berikan 5 gram larutan MgSO4 50% yang disuntikan dalam ke
kuadran lateral atas bokong bergantian kiri-kanan, tetapi setelah dipastikan bahwa:
o Refleks patela (+)
o Tidak terdapat depresi pernapasan
o Pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml • MgSO4 dihentikan 24 jam
setelah bayi lahir.
• Siapkan antidotum
Jika terjadi henti napas, berikan bantuan dengan ventilator atau berikan kalsium glukonat 2 g
(20 ml dalam larutan 10%) secara intravena perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.
c) Antihipertensi.
• Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-pelan selama 5 menit
sampai tekanan darah turun.
• Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 intramuskular setiap 2
jam.
o Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.
o Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah tidak membaik dalam 10
menit, maka dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg intravena (Cunningham, 2003).
d) Persalinan.
Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Jika seksio sesarea akan
dilakukan, perhatikan bahwa tidak terdapat koagulopati. Anestesi yang aman/terpilih adalah
anastesia umum. Jangan lakukan anastesia lokal, sedangkan anestesia spinal berhubungan
dengan hipotensi.
Syndromes HELLP
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Patogenesis sindrom HELLP sampai sekarang belum jelas. Yang ditemukan pada
penyakit multisistem ini adalah kelainan tonus vaskuler, vasospasme, dan kelainan koagulasi.
Sampai sekarang tidak ditemukan faktor pencetusnya. Sindrom ini kelihatannya merupakan
akhir dari kelainan yang menyebabkan kerusakan endotel mikrovaskuler dan aktivasi
trombosit intravaskuler; akibatnya terjadi vasospasme, aglutinasi dan agregasi trombosit dan
selanjutnya terjadi kerusakan endotel. Hemolisis yang didefinisikan sebagai anemi hemolitik
mikroangiopati merupakan tanda khas.
Sel darah merah terfragmentasi saat melewati pembuluh darah kecil yang endotelnya
rusak dengan deposit fibrin. Pada sediaan apus darah tepi ditemukan spherocytes, schistocytes,
triangular cells dan burr cells.
Peningkatan kadar enzim hati diperkirakan sekunder akibat obstruksi aliran darah hati oleh
deposit fibrin di sinusoid. Obstruksi ini menyebabkan nekrosis periportal dan pada kasus yang
berat dapat terjadi perdarahan intrahepatik, hematom subkapsular atau ruptur hati.(4,5)
Nekrosis periportal dan perdarahan merupakan gambaran histopatologik yang paling sering
ditemukan. Trombositopeni ditandai dengan peningkatan pemakaian dan/atau destruksi
trombosit.
Banyak penulis tidak menganggap sindrom HELLP sebagai suatu variasi
daridisseminated intravascular coagulopathy (DIC), karena nilai parameter koagulasi seperti
waktu prothrombin (PT), waktu parsial thromboplastin (PTT), dan serum fibrinogen normal.
Secara klinis sulit mendiagnosis DIC kecuali menggunakan tes antitrombin III, fibrinopeptide-
A, fibrin monomer, D-Dimer, 2 antiplasmin, plasminogen, prekallikrein, dan fibronectin.
Namun tes ini memerlukan waktu dan tidak digunakan secara rutin. Sibai dkk. mendefinisikan
DIC dengan adanya trombositopeni, kadar fibrinogen rendah (fibrinogen plasma < 300 mg/dl)
dan fibrin split product > 40 µg/ml2. Semua pasien sindrom HELLP mungkin mempunyai
kelainan dasar koagulopati yang biasanya tidak terdeteksi.
MANIFESTASI KLINIS
Pasien sindrom HELLP dapat mempunyai gejala dan tanda yang sangat bervariasi, dari
yang bernilai diagnostic sampai semua gejala dan tanda pada pasien preeklampsi-eklampsi
yang tidak menderita sindrom HELLP.(1,2,5)
Sibai (1990) menyatakan bahwa pasien biasanya muncul dengan keluhan nyeri epigastrium
atau nyeri perut kanan atas (90%), beberapa mengeluh mual dan muntah (50%), yang lain
bergejala seperti infeksi virus. Sebagian besar pasien (90%) mempunyai riwayat malaise
selama beberapa hari sebelum timbul tanda lain. Dalam laporan Weinstein, mual dan/atau
muntah dan nyeri epigastrium diperkirakan akibat obstruksi aliran darah di sinusoid hati, yang
dihambat oleh deposit fibrin intravaskuler.(1)
Pasien sindrom HELLP biasanya menunjukkan peningkatan berat badan yang bermakna
dengan udem menyeluruh. Hal yang penting adalah bahwa hipertensi berat (sistolik 160
mmHg, diastolic 110 mmHg) tidak selalu ditemukan. Walaupun 66% dari 112 pasien pada
penelitian Sibai dkk (1986) mempunyai tekanan darah diastolic 110 mmHg, 14,5% bertekanan
darah diastolic 90 mmHg.(1,2)
Dalam laporan awal Weinstein (1952) atas 29 pasien, kurang dari setengah (13 pasien)
mempunyai tekanan darah saat masuk rumah sakit 160/110 mmHg. Jadi sindrom HELLP
dapat timbul dengan tanda dan gejala yang sangat bervariasi, yang tidak bernilai diagnosis,
dan dapat diikuti dengan kesalahan pemberian obat dan pembedahan seperti apendisitis,
gastroenteritis, glomerulonefritis, pielonefritis dan hepatitis virus.(1
Kriteria HELLP Syndrome :
a.Klasifikasi Mississippi :
a.Kelas I : trombosit < 50.000mikro liter
b.Kelas II : trombosit > 50.000 tapi < 100.000 mikro/L
c. Kelas III : trombosit > 100.000 tapi < 150.000 mikro/L .Disertai hemolisis dan
disfungsi hepar :
LDH > 600 IU/
SGOT dan atau SGPT > 40 IU/
b.Klasifikasi Tennesse :
a.Komplit :
1) Trombosit < 100.000/
2) LDH > 600 IU/L
3) SGOT > 70IU/L
b.Inkomplit/parsial : Hanya terdapat 1 atau 2 tanda pada komplit.Kelas I mempunyai resiko
mortalitas dan morbiditas perinatal yang paling tinggi
Pengujian dilakukan untuk menindaklanjuti pasien dengan hemolisis yang telah terbukti
a.Uji sampel serum bilirubin tak terkonjugasi
b.Mengukur tingkat hemoglobin plasma. Ini ditinggikan (N: 10-40 mgJL).
c.Haptoglobins serum dikurangi. Tingkat dalam sampel pasca transfusi harusdibandingkan
dengan bahwa dalam sampel pretransfusion sebagai kisaran normaladalah sangat luas. Periksa
sampel pasca-transfusi urine untuk hemoglobin bebas. Halini dilakukan pada sampel urin yang
dikumpulkan baru. Dalam hal keterlambatandalam evaluasi reaksi hemolitik
urin dapat diuji untuk haemosiderin. Kehadiran seldarah merah utuh
menunjukkan hemolisis perdarahan atau tidak.
d.Lakukan pemeriksaan koagulasi (PT,PTTK ,TT) dan hitung trombosit untuk memeriksa
DIC.
e.Memantau urea darah & creatnine serum untuk menilai fungsi ginjal
DAFTAR PUSTAKA
Martin JN Jr, Rinehart BK, May WL, Magann EF, Terrone DA, Blake PG (Jun 1999). "The
spectrum of severe preeclampsia: comparative analysis by HELLP (hemolysis, elevated liver
enzyme levels, and low platelet count) syndrome classification". Am J Obstet Gynecol 180 (6
Pt 1): 1373–84. PMID 10368474.
JN, Owens MY, Keiser SD, Parrish MR, Tam Tam KB, Brewer JM, Cushman JL, May WL
(2012). "Standardized Mississippi Protocol treatment of 190 patients with HELLP syndrome:
slowing disease progression and preventing new major maternal morbidity". Hypertens
Pregnancy 31
Chapter 14: Complications of Preeclampsia in Clark SL, Cotton D, et al. “Critical Care
Obstetrics” third edition, Blackwell Science, USA, 1977. page 251-278.
m. Chkheidze.A.R. “Standards in prevention, classification and sonography” in Standards in
Gestosis : Consensus conference. Ed. Zichella, A. Vizzone, Organisation Gestosis-press 1992.
n. Chronic Hyperetension in Pregnancy; ACOG Practise Bulletin; number 29, July 2001.
o. Churcill D. Beevers DG. Definitions and Classification Systems of the Hypertensive
Disoders in Pregnancy in Churchill D, Beevers DG. “Hyperetension in Pregnancy”. BMJ
Books, London, 1999.