10E01088

download 10E01088

of 101

description

jhgf

Transcript of 10E01088

  • PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

    PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

    PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION

    PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

    Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk menem

    SOFFI DIAN FAUZIAH RAMBE

    PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION

    UNIVERSITAS

    PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

    TUGAS AKHIRDiajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk menem

    ujian sarjana Teknik Sipil

    Disusun oleh :

    SOFFI DIAN FAUZIAH RAMBE0

    PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSIONFAKULTAS TEKNIK

    JURUSAN TEKNIK SIPILUNIVERSITAS

    PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

    TUGAS AKHIRDiajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk menem

    ujian sarjana Teknik Sipil

    Disusun oleh :

    SOFFI DIAN FAUZIAH RAMBE070 424 003

    PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSIONFAKULTAS TEKNIK

    JURUSAN TEKNIK SIPILUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2009

    PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

    TUGAS AKHIR

    Diajukan untuk melengkapi tugas tugasdan memenuhi syarat untuk menempuh

    ujian sarjana Teknik Sipil

    Disusun oleh :

    SOFFI DIAN FAUZIAH RAMBE

    PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSIONFAKULTAS TEKNIK

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    SUMATERA UTARA

    PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

    tugas

    puh

    PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION

    SUMATERA UTARA

    PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

    PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION

    SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • LEMBAR PENGESAHAN

    PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

    TUGAS AKHIR

    Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

    Disusun Oleh

    SOFFI DIAN FAUZIAH RAMBE

    070 424 003

    Pembimbing

    Ir. Syahrir Arbeyn

    NIP.19490928 198103 1 001

    Penguji I Penguji II Penguji III

    Prof.Dr.Ing.Johannes Tarigan

    Prof.Dr.Ir.Bachrian Lubis,M.Sc

    Ir.Sanci Barus,MT

    NIP. 19561224 198103 1 002 NIP. 19480206 198003 1 003 NIP. 19520901 198112 1 002

    Diketahui : Koordinator PPE Departemen Teknik Sipil

    Ketua Departemen Teknik Sipil

    Ir. Faizal Ezeddin, M.Sc

    Prof.Dr.Ing.Johannes Tarigan

    NIP. 19490713 198003 1 001 NIP. 19561224 198103 1 002

    PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION FAKULTAS TEKNIK

    JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2009

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • ABSTRAK

    Dalam perancangan struktur gedung, pengaruh gempa merupakan salah satu hal yang penting untuk dianalisa, terutama bangunan-bangunan yang berada dalam wilayah yang sering dilanda gempa besar. Mengingat bahwa wilayah kepulauan Indonesia terletak didaerah yang rawan gempa. Oleh karena itu, diperlukan suatu perancangan yang baik terhadap bahaya gempa agar tidak terjadi tingkat kecelakaan dan kerugian yang besar.

    Dalam tugas akhir ini akan direncanakan struktur gedung beton bertulang menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) sesuai dengan SNI 03-2847-2002 dan SNI 1726-2002. Dimana bangunan model Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) akan menggunakan konsep Strong Column and Weak Beam (kolom kuat dan balok lemah). Struktur yang akan direncanakan adalah gedung perkantoran 6 lantai dan terletak di wilayah gempa zona 5 dan zona 3, dimana ditinjau dengan menggunakan analisa pengaruh beban statik ekuivalen. Sistem Rangka Pemikul Momen adalah Sistem rangka ruang dalam mana komponen-komponen struktur dan join-joinnya menahan gaya-gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial. Dengan adanya sistem ini diharapkan suatu bangunan dapat berperilaku daktail yang nantinya akan memencarkan energi gempa serta membatasi beban gempa yang masuk ke dalam struktur.

    Diharapkan dengan menggunakan metode Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) ini dapat diaplikasikan dan bermanfaat bagi masyarakat khususnya pada daerah rawan gempa tinggi dan menengah sebagai cara sosialisasi kepada masyarakat luas mengingat peraturan-peraturan yang digunakan adalah peraturan baru.

    Kata-kata kunci : SRPMK, SRPMM, strong column weak beam, SNI 03-2847-2002, SNI 1726-2002.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memeberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis sehingga selesainya Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini merupakan persyaratan untuk mencapai

    gelar sarjana Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Judul tugas akhir ini adalah PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG

    BETON BERTULANG, SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

    Penulis juga menyadari bahwa selesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dorongan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua (Dr. H. Abdul Jalil Rambe, SpPD dan Hj.Ilma Wati Harahap) yang senantiasa penulis banggakan yang dalam keadaan sulit pun tetap memperjuangkan penulis untuk menyelesaikan perkuliahan ini sesuai dengan rencana. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada:

    1. Bapak Ir.Syahrir Arbeyn Siregar,MT selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam menyelesaikan tugas akhir ini;

    2. Prof.Dr.Ing.Johannes Tarigan, sebagai ketua departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara;

    3. Ir.Terunajaya,Msc, sebagai sekretaris departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara;

    4. Bapak/Ibu seluruh staf pengajar departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara serta seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuannya selama ini;

    5. Irbar Darmansyah Alwi, untuk dukungan dan semangatnya; 6. Yusen Wijaya, Faurika, Erwin Gultom dan rekan-rekan mahasiswa teknik

    sipil ekstension angkatan 2007 atas semangat dan bantuannya.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini mash memiliki kekurangan-kekurangan yang tidak disadari oleh penulis, disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pemahaman penulis. Untuk itu segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari semua pihak demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis mengharapkan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Medan, Desember 2009

    Soffi Dian Fauziah Rambe

    070 424 003

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • DAFTAR ISI

    LEMBAR ASISTENSI TUGAS AKHIR .. i ABSTRAK. ii KATA PENGANTAR.. iii DAFTAR ISI. v DAFTAR NOTASI.... ix DAFTAR TABEL.. xii DAFTAR GAMBAR.. xiii

    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

    1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................ 3 1.3 Permasalahan ......................................................................................... 3

    1.4 Pembatasan Masalah .............................................................................. 3 1.5 Metodologi ............................................................................................. 4 1.6 Sistematika Pembahasan ........................................................................ 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan ......................................................................................... 6 2.2 Ketentuan Perencanaan Pembebanan .................................................... 6

    2.2.1 Pembebanan .. 6 2.2.2 Deskripsi Pembebanan .. 7

    2.2.2.1 Beban Mati (DL) .. 7 2.2.2.2 Beban Hidup (LL) ... 7 2.2.2.3 Beban Gempa ... 8 2.2.2.4 Arah Pembebanan Gempa 11

    2.2.3 Kombinasi Pembebanan 12 2.3 Persyaratan Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus

    (SRPMK) 13

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 2.3.1 Komponen Struktur Lentur pada SRPMK ... 13 2.3.1.1 Ruang Lingkup .. 13 2.3.1.2 Tulangan Longitudinal ... 13 2.3.1.3 Tulangan Transversal . 14

    2.3.1.4 Persyaratan Kuat Geser .. 15 2.3.2 Komponen Struktur Yang Menerima Kombinasi Lentur dan Beban

    Aksial pada SRPMK .. 16 2.3.2.1 Ruang Lingkup .. 16 2.3.2.2 Kuat Lentur Minimum Kolom .... 16 2.3.2.3 Tulangan Memanjang ... 17 2.3.2.4 Tulangan Transversal 17

    2.3.2.5 Persyaratan Kuat Geser 19 2.3.3 Hubungan Balok Kolom ... 20

    2.3.3.1 Ketentuan Umum . 20 2.3.3.2 Tulangan Transversal ... 21

    2.3.3.3 Kuat Geser 21

    2.3.3.4 Panjang Penyaluran Tulangan Tarik 22 2.4 Persyaratan Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah

    (SRPMM) . 23 2.4.1 Detail Penulangan .... 23

    2.4.2 Kuat Geser ....... 23

    2.4.3 Balok .... 24 2.4.4 Kolom ....... 25

    BAB III APLIKASI PERHITUNGAN 3.1 Deskripsi Model Struktur ..................................................................... 26 3.2 Data Geometrik Struktur ....................................................................... 27 3.3 Preliminari Struktur .............................................................................. 27

    3.3.1 Material .... 27 3.3.2 Balok dan Kolom .. 28 3.3.3 Pelat .. 28 3.3.4 Pondasi .. 28

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 3.4 Pembebanan Struktur 28 3.4.1 Beban Mati .... 29 3.4.2 Beban Hidup pada Pelat Lantai ... 29 3.4.3 Beban Hidup Pada Atap .. 29 3.4.4 Beban Gempa ... 29

    3.5 Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus .......................................... 34 3.5.1 Analisis Terhadap T Reyligh .... 34 3.5.2 Perencanaan Tulangan Balok Akibat Momen Lentur .. 36 3.5.3 Perencanaan Balok Tumpuan .... 38 3.5.4 Perencanaan Balok Lapangan ... 41 3.5.5 Desain Tulangan Geser Balok .. 41 3.5.6 Penulangan Memanjang Kolom .... 44 3.5.7 Pengekangan Kolom .... 46 3.5.8 Penulangan Transversal .... 47 3.5.9 Persyaratan Strong Coloum Weak Beam .... 48

    3.6 Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah 51 3.6.1 Analisis Terhadap T Reyligh .... 51 3.6.2 Perencanaan Tulangan Balok Akibat Momen Lentur .. 53 3.6.3 Perencanaan Balok Tumpuan .... 55 3.6.4 Perencanaan Balok Lapangan ... 57 3.6.5 Desain Tulangan Geser Balok .. 58 3.6.6 Penulangan Memanjang Kolom ... 59 3.6.7 Penulangan Transversal .... 60

    3.7 Struktur Biasa 60 3.7.1 Perencanaan Tulangan Balok ....... 60 3.7.2 Perencanaan Balok Tumpuan .... 61 3.7.3 Perencanaan Balok Lapangan ... 62 3.7.4 Perencanaan Tulangan Geser Balok ..... 62 3.7.5 Penulangan Memanjang Kolom ... 63 3.7.6 Penulangan Transversal .... 64

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ....................................................................... 65 4.2 Saran .................................................................................................... 67

    DAFTAR PUSTAKA .......... xiv LAMPIRAN I .......... xv LAMPIRAN II .......... xvi LAMPIRAN III .......... xvii

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • DAFTAR NOTASI

    A adalah Percepatan puncak Gempa Rencana pada taraf pembebanan nominal sebagai gempa masukan untuk analisis respons dinamik linier riwayat waktu struktur gedung.

    Ac adalah luasan daerah tekan beton akibat lenturan, (mm2) Ag adalah luas bruto penampang, (mm2) As adalah luas tulangan tarik non-prategang, (mm2) Ash adalah luas penampang total tulangan transversal (termasuk sengkang

    pengikat) dalam rentang spasi s dan tegak lurus terhadap dimensi he, (mm2). b adalah lebar efektif flens tekan dari komponen struktur, (mm). bw adalah lebar badan dari komponen struktur (mm) C adalah Faktor Respons Gempa dinyatakan dalam percepatan gravitasi yang

    nilainya bergantung pada waktu getar alami struktur gedung dan kurvanya ditampilkan dalam Spektrum Respons Gempa Rencana.

    d adalah tinggi efektif penampang, (mm) db adalah diameter batang tulangan, (mm) di adalah Simpangan horizontal lantai tingkat i dari hasil analisis 3 dimensi

    struktur gedung akibat beban gempa nominal static ekivalen yang menangkap pada pusat massa taraf lantai-lantai tingkat.

    E adalah pengaruh beban gempa, atau gaya dan momen dalam yang berhubungan dengan beban tersebut.

    EQX1 Beban gempa dengan arah horizontal utara-selatan pada struktur. EQX2 Beban gempa dengan arah horizontal timur-barat pada struktur. EQY1 30% dari beban gempa EQX1 dengan arah tegak lurus EQX1. EQY2 30% dari beban gempa EQX2 dengan arah tegak lurus EQX2. Fi adalah Beban gempa nominal static ekivalen yang menangkap pada pusat

    massa pada taraf lantai tingkat ke-i struktur atas gedung. fc adalah kuat tekan beton yang disyaratkan, (MPa) fy adalah kuat leleh tulangan yang disyaratkan, (MPa) g adalah Percepatan gravitasi. H adalah tebal total komponen struktur, (mm).

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • he adalah dimensi inti kolom diukur dari sumbu ke sumbu tulangan pengekang, (mm).

    I adalah Faktor keutamaan gedung, factor pengali dari pengaruh Gempa Rencana pada berbagai kategori gedung.

    Ig adalah Momen inersia bruto dari penampang kolom, (mm4) ld adalah panjang penyaluran batang tulangan lurus, (mm). ldh adalah panjang penyaluran batang tulangan dengan kait standar, (mm). ln adalah bentang bersih yang diukur dari muka ke muka tumpuan, (mm). lo adalah panjang minimum, diukur dari muka join sepanjang sumbu

    komponen struktur, dimana harus disediakan tulangan transversal, (mm). Mn adalah Momen nominal suatu penampang, (KNm) Mpr adalah Kuat momen lentur mungkin dari suatu komponen struktur, dengan

    atau tanpa beban aksial, (KNm). Mu adalah Momen terfaktor, (KNm). Pn adalah beban aksial nominal, (KN). Pu adalah beban aksial terfaktor yang terjadi pada suatu elemen, (KN). Q adalah nilai yang disebut indeks stabilitas. R adalah faktor reduksi gempa. s adalah spasi tulangan transversal, (mm). smax adalah spasi maksimum tulangan transversal, (mm0. sx adalah spasi longitudinal tulangan transversal dalam rentang panjang lo,

    (mm) T adalah Waktu getar alami struktur gedung dinyatakan dalam detik yang

    menentukan besarnya Faktor Respon Gempa struktur gedung dan kurvanya ditampilkan dalam Spektrum Respons Gempa Rencana.

    V adalah Beban (gaya) geser dasar nominal static ekivalen akibat pengaruh Gempa Rencana yang bekerja di tingkat dasar struktur gedung beraturan dengan tingkat daktalitas umum, dihitung berdasarkan waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan tersebut, (KN).

    Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton, (KN). Vn adalah kuat geser nominal (KN). Vu adalah total geser horizontal berfaktor dari lantai yang ditinjau, (KN).

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Wi adalah Berat lantai tingkat ke-i struktur atas gedung, termasuk beban hidup yang sesuai.

    Wt adalah Berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai. Wu adalah beban terfaktor per meter panjang, (KN/m). zi adalah ketinggian lantai tingkat ke-i suatu struktur gedung terhadap taraf

    penjepitan lateral, (m). ? m adalah defleksi ultimit pada daerah layan, (mm). ? s adalah defleksi maksimum pada atau dekat daerah setengah tinggi akibat

    beban layan, (mm). ?

    adalah ratio tulangan tarik non-prategang ?g adalah ratio luas tulangan total terhadap luas penampang kolom. F

    (phi) adalah faktor reduksi kekuatan SMe adalah Jumlah momen nominal terendah yang konsisten dengan gaya aksial

    terendah yang bertemu pada suatu kolom SMg adalah Jumlah momen nominal dari balok-balok yang bertemu di

    Hubungan Balok Kolom ? (zeta)

    adalah koefisien pengali dari jumlah tingkat struktur gedung yang membatasi waktu getar alami fundamental struktur gedung, bergantung pada wilayah gempa.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Klasifikasi Sistem Rangka Pemikul Momen beserta faktor R dan O0 Tabel 2.2 Faktor Keutamaan I Tabel 3.1 Nilai Koefisian ?

    Tabel 3.2 Berat Struktur untuk SRPMM dan SRPMK Tabel 3.3 Gaya Gempa untuk Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus Tabel 3.4 Gaya Gempa untuk Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah Tabel 3.5 Analisis T Reyligh SRPMK Tabel 3.6 Analisis ?S akibat gempa pada SRPMK Tabel 3.7 Analisis ?m akibat gempa pada SRPMK Tabel 3.8 Resume Momen Desain untuk balok (B298) pada SRPMK Tabel 3.9 Resume Beban Axial dan Momen di kolom (K184) Tabel 3.10 Kapasitas momen balok yang bertemu di HBK Tabel 3.11 Kapasitas momen kolom yang bertemu di HBK Tabel 3.12 Analisis T Reyligh pada SRPMM Tabel 3.13 Analisis ?S akibat gempa pada SRPMM Tabel 3.14 Analisis ?m akibat gempa pada SRPMM Tabel 3.15 Resume Momen Desain untuk balok (B298) pada SRPMM Tabel 3.16 Resume Momen Desain untuk balok (B298) pada Struktur Biasa

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Wilayah Gempa Indonesia Gambar 2.1 Respons Spektrum Gempa Rencana Gambar 2.2 Kombinasi Arah Beban Gempa Gambar 2.3 Contoh Sengkang Tertutup yang dipasang bertumpuk Gambar 2.4 Perencanaan geser untuk balok-kolom Gambar 2.5 Contoh tulangan transversal pada kolom Gambar 2.6 Luas efektif hubungan balok-kolom Gambar 2.7 Gaya Lintang Rencana untuk SRPMM Gambar 3.1 Denah Struktur yang direncanakan Gambar 3.2 Diagram Interaksi kolom bujur sangkar pada K184 Gambar 3.3 Mbalance pada diagram interaksi kolom K148 SRPMK Gambar 3.4 Diagram interaksi kolom yang bertemu di HBK pada struktur SRPMK Gambar 3.5 Diagram interaksi kolom bujur sangkar K184 pada struktur biasa

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia terletak di daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko akibat bencana gempa tersebut perlu direncanakan struktur bangunan tahan gempa. Berdasarkan SNI 1726 tahun 2002, Kota Medan telah diklasifikasikan kedalam daerah yang memiliki resiko gempa sedang (zona yang berwarna hijau) yang memiliki percepatan gempa 0.15 gravitasi (0.15 g).

    Gambar 1.1 Wilayah Gempa Indonesia Sumber: SNI-1726-2002

    Jika bangunan tahan gempa tidak direncanakan dengan baik dapat mengakibatkan kerugian jiwa dan materi yang sangat besar. Perencanaan tahan gempa umumnya didasarkan pada analisa elastis yang diberi faktor beban untuk simulasi kondisi ultimit (batas). Kenyataannya, perilaku runtuh struktur bangunan saat gempa adalah pada saat kondisi inelastis. Dengan merencanakan suatu struktur dengan beban gempa, banyak aspek yang mempengaruhinya

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • diantaranya adalah periode bangunan. Periode bangunan itu sangat dipengaruhi oleh massa struktur serta kekakuan struktur tersebut. Kekakuan struktur sendiri dipengaruhi oleh kondisi struktur, bahan yang digunakan serta dimensi struktur yang digunakan. Evaluasi untuk memperkirakan kondisi inelastis struktur bangunan saat gempa perlu untuk mendapatkan jaminan bahwa kinerjanya memuaskan pada saat terjadinya gempa. Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non struktural maupun pada komponen strukturalnya. Bila terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non strukturalnya, akan tetapi komponen strukturalnya tidak boleh mengalami kerusakan. Bila terjadi gempa besar, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non struktural maupun komponen strukturalnya, akan tetapi penghuni bangunan dapat menyelamatkan diri.

    Pada Tugas Akhir ini struktur bangunan direncanakan dengan menggunakan material beton bertulang. Struktur bangunan yang akan direncanakan adalah model Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Kedua jenis bangunan ini (SRPMM dan SRPMK) akan direncanakan dengan konsep Strong Column and Weak Beam (kolom kuat dan balok lemah). Sistem Rangka Pemikul Momen adalah Sistem rangka ruang dalam mana komponen-komponen struktur dan join-joinnya menahan gaya-gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial.

    Dalam Tugas Akhir ini juga akan dibuat Contoh Perhitungan untuk Bangunan 6 lantai dengan bantuan Software SAP 2000 V.10, dan perhitungan gaya / beban gempa yang bekerja dengan metode Analisis Statik Ekivalen.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 1.2. Maksud dan Tujuan Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah : a) Merencanakan komponen struktur gedung beton bertulang tahan gempa

    dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus kemudian menganalisa kedua model struktur gedung beton bertulang tersebut berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002.

    b) Menghasilkan kesimpulan yang dapat membantu pengguna bukan dalam hal mendesain saja tetapi juga untuk menuntun pengguna untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku komponen struktur tersebut.

    1.3. Permasalahan Semakin banyaknya masalah yang terjadi pada perencanaan dan

    pembangunan suatu gedung dengan material beton bertulang diantaranya adalah:

    Dimensi bangunan yang tidak sesuai dengan beban yang dipikul oleh bangunan;

    Pondasi yang tidak sesuai dengan jenis tanah dan bangunan;

    Bangunan yang direncanakan tidak memperhitungkan pengaruh gempa;

    Tidak sesuainya desain dan analisis struktur pada daerah yang rawan gempa.

    1.4. Pembatasan Masalah Ruang Lingkup pembahasan Tugas Akhir ini dibatasi pada :

    Analisa Model Struktur gedung beton bertulang dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus ;

    Aspek aspek yang ditinjau :

    Dimensi Balok dan Kolom ;

    Gaya Dalam ;

    Berat Struktur ;

    Pengaruh P delta (P delta effect) tidak diperhitungkan ;

    Kondisi tanah keras dan tidak mengalami pergerakan ;

    Asumsi Hubungan Balok Kolom merupakan sambungan kaku (Rigid) ;

    Perhitungan gempa menggunakan analisis stasis ekuivalen.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 1.5. Metodologi Prosedur penulisan Tugas Akhir ini mengikuti diagram alir sebagai berikut:

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 1.6. Sistematika Pembahasan Sistematika penulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara garis besar isi setiap bab yang akan dibahas pada tugas akhir ini. Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini berisi latar belakang masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah, metodologi dan sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang kriteria pembebanan gempa dan konsep perencanaan struktur bangunan tahan gempa dengan menggunakan model struktur bangunan beton bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah.

    BAB III APLIKASI PERHITUNGAN

    Bab ini berisi pemodelan struktur bangunan dengan menggunakan bantuan program SAP2000 V.10, hasil-hasil perhitungan dalam perencanaan struktur bangunan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah dan analisis yang dilakukan berdasarkan batasan-batasan yang sudah ditetapkan dalam ruang lingkup dan batasan pembahasan.

    BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

    Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh kegiatan tugas akhir ini dengan menitikberatkan pada kinerja dan perilaku kedua sistem struktur bangunan tersebut.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pendahuluan Filosofi dasar dari perencanaan bangunan tahan gempa adalah terdapatnya.

    Komponen struktur yang diperbolehkan untuk mengalami kelelehan. Komponen struktur yang lelah tersebut merupakan komponen yang menyerap energi gempa selama bencana gempa terjadi. Agar memenuhi konsep perencanaan struktur bangunan tahan gempa tersebut, maka pada saat gempa kelelehan yang terjadi hanya pada balok. Oleh karena itu kolom dan sambungan harus dirancang sedemikian rupa agar kedua komponen struktur tersebut tidak mengalami kelelehan ketika gempa terjadi.

    Dalam bab ini akan dibahas dua konsep perencanaan dalam perencanaan bangunan tahan gempa, yaitu Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Sistem Rangka Pemikul Momen adalah Sistem rangka ruang dalam mana komponen-komponen struktur dan join-joinnya menahan gaya-gaya yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial.

    2.2. Ketentuan Perencanaan Pembebanan Perencanaan pembebanan ini digunakan beberapa acuan standar sebagai

    berikut: 1) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-

    2002) ; 2) Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI

    1726-2002) ; 3) Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1987).

    2.2.1. Pembebanan Berdasarkan peraturan peraturan diatas, struktur sebuah gedung harus direncanakan kekuatannya terhadap beban beban berikut : 1. Beban Mati (Dead Load), dinyatakan dengan lambang DL ; 2. Beban Hidup (Live Load), dinyatakan dengan lambing LL ; 3. Beban Gempa (Earthquake Load), dinyatakan dengan lambang E.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 2.2.2. Deskripsi Pembebanan Beban beban yang bekerja pada struktur bangunan ini adalah sebagai berikut:

    2.2.2.1. Beban Mati (DL) Beban mati yang diperhitungkan dalam struktur gedung bertingkat ini merupakan berat sendiri elemen struktur bangunan yang memiliki fungsi struktural menahan beban. Beban dari berat sendiri elemen elemen tersebut diantaranya sebagai berikut :

    Beton = 2400 kg/m3

    Tegel + Spesi = 45 kg/m2

    Plumbing = 10 kg/m2

    Ducting AC = 20 kg/m2

    Plafon + Penggantung = 18 kg/m2

    Dinding bata = 250 kg/m2 (hanya dipasang pada bagian samping bangunan, dan pada lantai ke 5 dipasang setinggi 1,2 meter)

    Beban tersebut harus disesuaikan dengan volume elemen struktur yang akan digunakan. Karena analisis dilakukan dengan program SAP2000, maka berat sendiri akan dihitung secara langsung.

    2.2.2.2. Beban Hidup (LL) Beban Hidup yang diperhitungkan adalah beban hidup selama masa layan. Beban hidup selama masa konstruksi tidak diperhitungkan karena diperkirakan beban hidup masa layan lebih besar daripada beban hidup pada masa konstruksi. Beban hidup yang direncanakan adalah sebagai berikut : a) Beban Hidup pada Lantai Gedung

    Beban hidup yang digunakan mengacu pada standar pedoman pembebanan yang ada, yaitu sebesar 250 kg/m2.

    b) Beban Hidup pada Atap Gedung Beban hidup yang digunakan mengacu pada standar pedoman pembebanan yang ada, yaitu sebesar 100 kg/m2.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 2.2.2.3. Beban Gempa Beban gempa adalah beban yang timbul akibat percepatan getaran tanah

    pada saat gempa terjadi. Untuk merencanakan struktur bangunan tahan gempa, perlu diketahui percepatan yang terjadi pada batuan dasar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, wilayah Indonesia dapat dibagi ke dalam 6 wilayah zona gempa.

    Struktur bangunan yang akan direncanakan terletak pada wilayah gempa 3 dan wilayah gempa 5. Berikut ini adalah grafik dan table Respons Spektra pada wilayah gempa Zona 3 dan wilayah gempa Zona 5 untuk kondisi tanah lunak, sedang, dan keras.

    Gambar 2.1 Respons Spektrum Gempa Rencana (Sumber: SNI 1729-2002)

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Analisis yang digunakan dalam perencanaan beban gempa ini adalah metode analisis Statik Ekivalen yang bekerja pada gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa tersebut.

    Berdasarkan SNI 1726-2002, beban geser dasar nominal statik ekivalen V yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung berdasarkan persamaan :

    WtR

    IcV

    [10]

    Dimana:

    V adalah gaya geser dasar rencana total, N R adalah faktor modifikasi respon (lihat tabel 2.2) Wt adalah berat total struktur, N I adalah Faktor keutamaan gedung C adalah Nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum

    Respons Gempa Rencana untuk waktu getar alami fundamental dari struktur gedung.

    Berat total struktur Wt ditetapkan sebagai jumlah dari beban beban berikut ini: 1) Beban mati total dari struktur bangunan ; 2) Bila digunakan dinding partisi pada perencanaan lantai maka harus

    diperhitungkan tambahan beban sebesar 0,5 kPa ; 3) Pada gudang gudang dan tempat penyimpanan barang maka sekurang

    kurangnya 25% dari beban hidup rencana harus diperhitungkan ; 4) Beban tetap total dari seluruh peralatan dalam struktur bangunan harus

    diperhitungkan.

    Sistem Struktur Deskripsi R O0 Sistem rangka Pemikul Momen (Sistem Rangka yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban Lateral dipikul rangka terutama melalui mekanisme lentur.

    1.Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus 8,5 2,8

    2.Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah 5,5 2,8

    3.Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa 3,5 2,8

    Tabel 2.1. Klasifikasi Sistem Rangka Pemikul Momen Beserta faktor R dan O0 (Sumber: SNI 1729-2002)

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Kategori Gedung Faktor Keutamaan

    I1 I2 I

    Gedung umum seperti untuk penghunian , perniagaan dan perkantoran 1,0 1,0 1,0

    Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6

    Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio, dan televisi

    1,4 1,0 1,4

    Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, dan beracun

    1,6 1,0 1,6

    Cerobong, tangki diatas menara 1,5 1,0 1,5

    Tabel 2.2. Faktor Keutamaan I (Sumber: SNI 1729-2002)

    Gaya geser nominal V harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke i menurut persamaan :

    VZiWi

    ZiWiFin

    i 1

    [10]

    Keterangan :

    Wi = berat lantai tingkat ke i, termasuk beban hidup yang sesuai ; zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral ; n = nomor lantai tingkat paling atas.

    Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 V harus dianggap sebagai beban horizontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat paling atas, sedangkan 0,9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekivalen.

    Untuk menentukan waktu getar alami struktur gedung beraturan dalam arah masing-masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Reyligh sebagai berikut :

    n

    i

    n

    i

    diFig

    diWiT

    1

    2

    13,6 [10]

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Keterangan :

    Wi = berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai ; zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral ; n = nomor lantai tingkat paling atas ;

    di = simpangan horizontal lantai tingkat ke-i dinyatakan dalam mm ; g = percepatan gravitasi sebesar 9810 mm/detik2

    2.2.2.4. Arah Pembebanan Gempa Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh Gempa

    Rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga pengaruh terbesar terhadap unsur-unsur subsistem dan sistem struktur secara keseluruhan.

    Untuk menstimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitasnya hanya 30%. Hal ini telah ditetapkan pada SNI 1726-2002 pasal 5.8.2.

    Berikut adalah 4 kombinasi gempa:

    Gambar 2.2 Kombinasi Arah Beban Gempa

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 2.2.3. Kombinasi Pembebanan Dengan mengacu pada kombinasi pembebanan SNI 1729-2002, standard kombinasi pembebanan sebagai berikut :

    1,4DL ;

    1,2DL + 1,6LL + 0,5 (A atau R) ;

    1,2DL + 1,0LL 1,6W + 0,5 (A atau R) ;

    0,9DL 1,6W ;

    1,2DL + 1,0LL 1,0E ;

    0,9DL 1,0E [10]

    Keterangan :

    D = Beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanent, termasuk dinding, lantai, atap, plafond, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap ;

    L = Beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain lain ;

    A = Beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak ;

    R = Beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air ; W = Beban angin ; E = Beban gempa.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 2.3. Persyaratan Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) 2.3.1. Komponen Struktur Lentur pada SRPMK

    (SNI 03-2847-2002 Pasal 23.3) 2.3.1.1. Ruang Lingkup

    Komponen struktur lentur pada SRPMK harus memenuhi syarat-syarat dibawah ini:

    1) Gaya aksial tekan terfaktor pada komponen struktur tidak boleh melebihi 0,1Agfc.

    2) Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi efektifnya.

    3) Perbandingan lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang dari 0,3. 4) Lebarnya tidak boleh:

    a. Kurang dari 250 mm b. Lebih lebar dari lebar komponen struktur pendukung (diukur pada

    bidang tegak lurus terhadap sumbu longitudinal komponen struktur lentur) ditambah jarak pada tiap sisi komponen struktur pendukung yang tidak melebihi tiga perempat tinggi komponen struktur lentur.

    2.3.1.2. Tulangan Longitudinal 1) Pada setiap irisan penampang komponen struktur lentur:

    Jumlah tulangan atas dan bawah tidak boleh kurang dari

    [9]

    Tidak boleh kurang dari 1,4bwd/fy [9]

    Rasio tulangan ? tidak boleh melebihi

    0,025.

    Sekurang-kurangnya harus ada dua batang tulangan atas dan dua batang tulangan bawah yang dipasang secara menerus.

    2) Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom tidak boleh lebih kecil dari setengah kuat lentur negatifnya pada muka tersebut. Baik kuat lentur negatif maupun kuat lentur positif pada setiap penampang di sepanjang bentang tidak boleh kurang dari seperempat kuat lentur terbesar yang disediakan pada kedua muka kolom tersebut.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 3) Sambungan lewatan pada tulangan lentur hanya diizinkan jika ada tulangan spiral atau sengkang tertutup yang mengikat bagian sambungan lewatan tersebut. Spasi sengkang yang mengikat daerah sambungan lewatan tersebut tidak melebihi d/4 atau 100 mm. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan pada: a. Daerah hubungan balok kolom; b. Daerah hingga jarak dua kali tinggi balok dari muka kolom; c. Tempat-tempat yang berdasarkan analisis, memperlihatkan kemungkinan

    terjadinya leleh lentur akibat perpindahan lateral inelastis struktur rangka.

    2.3.1.3. Tulangan Transversal 1) Sengkang tertutup harus dipasang pada komponen struktur pada daerah-

    daerah dibawah ini: a. Pada daerah hingga dua kali tinggi balok diukur dari muka tumpuan ke

    arah tengah bentang, di kedua ujung komponen struktur lentur. b. Disepanjang daerah dua kali tinggi balok pada kedua sisi dari suatu

    penampang dimana leleh lentur diharapkan dapat terjadi sehubungan dengan terjadinya deformasi inelastik struktur rangka.

    2) Sengkang tertutup pertama harus dipasang tidak melebihi dari 50mm dari muka tumpuan.

    Jarak maksimum antara sengkang tertutup tidak boleh melebihi:

    d/4;

    delapan kali diameter terkecil tulangan memanjang;

    24 kali diameter batang tulangan sengkang tertutup;

    300 mm. 3) Pada daerah yang memerlukan sengkang tertutup, tulangan memanjang pada

    perimeter harus mempunyai pendukung lateral. 4) Pada daerah yang tidak memerlukan sengkang tertutup, sengkang dengan

    kait gempa pada kedua ujungnya harus dipasang dengan spasi tidak lebih dari d/2 di sepanjang bentang komponen struktur.

    5) Sengkang atau sengkang ikat yang diperlukan untuk memikul geser harus dipasang di sepanjang komponen struktur.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 6) Sengkang tertutup dalam komponen struktur lentur diperbolehkan terdiri dari dua unit tulangan, yaitu: sebuah sengkang dengan kait gempa pada kedua ujung dan ditutup oleh pengikat silang. Pada pengikat silang yang berurutan yang mengikat tulangan memanjang yang sama, kait 90 derajat harus dipasang secara berselang-seling. Jika tulangan memanjang yang diberi pengikat silang dikekang oleh pelat lantai hanya pada satu sisi saja maka kait 90 derajatnya harus dipasang pada sisi yang dikekang.

    Gambar 2.3. Contoh Sengkang Tertutup yang dipasang bertumpuk

    2.3.1.4. Persyaratan Kuat Geser 1) Gaya Rencana

    Gaya geser rencana Ve harus ditentukan dari peninjauan gaya statik pada bagian komponen struktur antara dua muka tumpuan. Momen-momen dengan tanda berlawanan sehubungan dengan kuat lentur maksimum, Mpr, harus dianggap bekerja pada muka-muka tumpuan, dan komponen struktur tersebut dibebani dengan beban gravitasi terfaktor disepanjang bentangnya.

    2) Tulangan Transversal Tulangan transversal sepanjang daerah yang ditentukan harus dirancang untuk memikul geser gempa dengan menganggap Vc = 0, bila: a. Gaya geser akibat gempa yang dihitung sesuai dengan gaya rencana

    mewakili setengah atau lebih daripada kuat geser perlu maksimum di sepanjang daerah tersebut,

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • b. Gaya aksial tekan terfaktor, termasuk akibat gempa, lebih kecil dari Agfc/20.

    Gambar 2.4 Perencanaan geser untuk balok-kolom

    2.3.2. Komponen Struktur Yang Menerima Kombinasi Lentur dan Beban Aksial pada SRPMK (SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4)

    2.3.2.1. Ruang Lingkup Komponen struktur pada SRPMK harus memenuhi syarat-syarat berikut ini: 1) Ukuran penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui titik pusat

    geometris penampang, tidak kurang dari 300mm; 2) Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalam arah

    tegak lurusnya tidak kurang dari 0,4.

    2.3.2.2. Kuat Lentur Minimum Kolom 1) Kuat lentur setiap kolom yang dirancang untuk menerima beban aksial tekan

    terfaktor melebihi Agfc/10.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 2) Kuat lentur kolom harus memenuhi

    [9]

    adalah jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal kolom yang merangka pada hubungan balok-kolom tersebut. Kuat lentur kolom harus dihitung untuk gaya-gaya aksial terfaktor, yang sesuai dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau, yang menghasilkan nilai kuat lentur yang terkecil.

    adalah jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan kuat lentur nominal balok-kolom yang merangka pada hubungan balok-kolom tersebut/ Pada konstruksi balok-T, dimana pelat dalam keadaan tertarik pada muka kolom, tulangan pelat yang berada dalam daerah lebar efektif pelat harus diperhitungkan dalam menentukan kuat lentur nominal balok bila tulangan tersebut terangkur dengan baik pada penampang kritis lentur.

    3) Jika persamaan (2.10) tidak dipenuhi maka kolom pada hubungan balok-kolom tersebut harus direncanakan dengan memberikan tulangan transversal yang dipasang disepanjang tinggi kolom.

    2.3.2.3. Tulangan Memanjang Rasio penulangan ?g tidak boleh kurang dari 0,01 dan tidak boleh lebih dari 0,06

    2.3.2.4. Tulangan Transversal 1) Ketentuan mengenai jumlah tulangan transversal

    a. Rasio volumetrik tulangan spiral atau sengkang cincin ?s, tidak boleh kurang dari:

    [9]

    Dan tidak boleh kurang dari:

    [9]

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Dengan fy adalah kuat leleh tulangan spiral, tidak boleh diambil lebih dari 400 MPa.

    b. Luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang dari:

    [9]

    [9]

    c. Tulangan transversal harus berupa sengkang tunggal atau tumpuk. Tulangan pengikat silang dengan diameter dan spasi yang sama dengan diameter dan spasi sengkang tertutup boleh dipergunakan. Tiap ujung tulangan pengikat silang harus terikat pada tulangan longitudinal terluar. Pengikat silang yang berurutan harus ditempatkan secara berselang-seling berdasarkan bentuk kait ujungnya.

    d. Bila kuat rencana pada bagian inti komponen struktur telah memenuhi ketentuan kombinasi pembebanan termasuk pengaruh gempa maka persamaan (2.11) dan (2.12) tidak perlu diperhatikan.

    e. Bila tebal selimut beton di luar tulangan transversal pengekang melebihi 100 mm, tulangan transversal tambahan perlu dipasang dengan spasi tidak melebihi 300 mm. Tebal selimut di luar tulangan transversal tambahan tidak boleh melebihi 100 mm.

    Gambar 2.5. Contoh tulangan transversal pada kolom

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 2) Tulangan transversal harus diletakkan dengan spasi tidak melebihi daripada: a. dari dimensi terkecil komponen struktur, b. 6 kali diameter tulangan longitudinal,

    c.

    Nilai sx tidak perlu lebih besar daripada 150 mm dan tidak perlu lebih kecil daripada 100 mm.

    3) Tulangan pengikat silang tidak boleh dipasang dengan spasi lebih daripada 350mm dari sumbu-ke-sumbu dalam arah tegak lurus sumbu komponen struktur.

    4) Tulangan transversal harus dipasang disepanjang lo dari setiap muka hubungan balok-kolom dan juga sepanjang lo pada kedua sisi dari setiap penampang yang berpotensi membentuk leleh lentur akibat deformasi lateral inelastic struktur rangka. Panjang lo ditentukan tidak boleh kurang daripada: a. Tinggi penampang komponen struktur pada muka hubungan balok-kolom

    atau pada segmen yang berpotensi membentuk leleh lentur, b. 1/6 bentang bersih komponen struktur, c. 500 mm.

    5) Bila gaya-gaya aksial terfaktor pada kolom akibat beban gempa melampaui Agfc/10, dan gaya aksial tersebut berasal dari komponen struktur lainnya yang sangat kaku yang didukungnya, misalnya dinding, maka kolom tersebut harus diberi tulangan transversal pada seluruh tinggi kolom.

    6) Bila tulangan transversal tidak dipasang diseluruh panjang kolom maka pada daerah sisanya harus dipasang tulangan spiral atau sengkang tertutup dengan spasi sumbu-ke-sumbu tidak lebih daripada nilai terkecil dari enam kali diameter tulangan longitudinal kolom atau 150 mm.

    2.3.2.5. Persyaratan Kuat Geser 1) Gaya-gaya rencana

    Gaya geser rencana, Ve, harus ditentukan dengan memperhitungkan gaya-gaya maksimum yang dapat terjadi pada muka hubungan balok-kolom pada setiap ujung komponen struktur. Gaya-gaya pada muka hubungan balok-kolom tersebut harus ditentukan menggunakan kuat momen maksimum, Mpr,

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • dari komponen struktur tersebut yang terkait dengan rentang beban-beban aksial terfaktor yang bekerja. Gaya geser rencana tersebut tidak perlu lebih besar daripada gaya geser rencana yang ditentukan dari kuat hubungan balok-kolom berdasarkan kuat momen maksimum, Mpr, dari komponen struktur transversal yang merangka dari hubungan balok-kolom tersebut. Gaya geser rencana, Ve, tidak boleh lebih kecil daripada geser terfaktor hasil perhitungan analisis struktur.

    2) Tulangan transversal pada komponen struktur sepanjang lo, harus direncanakan untuk memikul geser dengan menganggap Vc = 0, bila: a. Gaya geser akibat gempa mewakili 50% atau lebih dari kuat geser perlu

    maksimum pada bagian sepanjang lo tersebut, b. Gaya tekan aksial terfaktor termasuk akibat pengaruh gempa tidak

    melampaui Agfc/20.

    2.3.3. Hubungan Balok Kolom (SNI 03-2847-2002 Pasal 23.5) 2.3.3.1. Ketentuan Umum

    1) Gaya-gaya pada tulangan longitudinal balok di muka hubungan balok-kolom harus ditentukan dengan menganggap bahwa tegangan pada tulangan tarik lentur adalah 1,25fy.

    2) Kuat hubungan balok-kolom harus direncanakan menggunakan faktor reduksi kekuatan.

    3) Tulangan longitudinal balok yang berhenti pada suatu kolom harus diteruskan hingga mencapai sisi jauh dari inti kolom terkekang.

    4) Bila tulangan longitudinal balok diteruskan hingga melewati hubungan balok-kolom, dimensi kolom dalam arah parallel terhadap tulangan longitudinal balok tidak boleh kurang daripada 20 kali diameter tulangan longitudinal terbesar balok untuk beton berat normal. Bila digunakan beton ringan maka dimensi tersebut tidak boleh kurang daripada 26 kali diameter tulangan longitudinal terbesar balok.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 2.3.3.2. Tulangan Transversal 1) Tulangan berbentuk sengkang tertutup harus dipasang dalam daerah

    hubungan balok-kolom, kecuali bila hubungan balok-kolom tersebut dikekang oleh komponen-komponen struktur.

    2) Pada hubungan balok-kolom dimana balok-balok, dengan lebar setidak-tidaknya sebesar lebar kolom, merangka pada keempat sisinya, harus dipasang tulangan transversal setidak-tidaknya sejumlah dari yang ditentukan. Tulangan transversal ini dipasang di daerah hubungan balok-kolom disetinggi balok terendah yang merangka ke hubungan tersebut. Pada daerah tersebut, spasi tulangan transversal dapat diperbesar menjadi 150 mm.

    3) Pada hubungan balok-kolom, dengan lebar balok lebih besar daripada kolom, tulangan transversal harus dipasang pada hubungan tersebut untuk memberikan kekangan terhadap tulangan longitudinal balok yang berada diluar daerah inti kolom, terutama bila kekangan tersebut tidak disediakan oleh balok yang merangka pada tulangan tersebut.

    2.3.3.3. Kuat Geser 1) Kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar

    daripada ketentuan berikut ini untuk beton berat normal.

    Untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada keempat sisinya

    Untuk hubungan yang terkekang pada ketiga sisinya atau dua sisi yang

    berlawanan .

    Untuk hubungan lainnya

    Luas efektif hubungan balok-kolom Aj ditunjukkan pada gambar 2.6

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Gambar 2.6. Luas efektif hubungan balok-kolom

    Suatu balok yang merangka pada suatu balok-kolom dianggap memberikan kekangan bila setidak-tidaknya bidang muka hubungan balok-kolom tersebut tertutupi oleh balok yang merangka tersebut. Hubungan balok-kolom dapat dianggap terkekang bila ada empat balok merangka pada keempat sisi hubungan balok-kolom tersebut.

    2) Untuk beton ringan, kuat geser nominal hubungan balok-kolom tidak boleh diambil lebih besar daripada nilai-nilai yang diberikan oleh ketentuan kuat geser.

    2.3.3.4. Panjang Penyaluran Tulangan Tarik 1) Panjang penyaluran ldh untuk tulangan tarik dengan kait standard 900 dalam

    beton berat normal tidak boleh diambil lebih kecil daripada 8db, 150 mm, dan nilai yang ditentukan oleh:

    [9]

    Untuk diameter tulangan sebesar 10 mm hingga 36 mm, Untuk beton ringan, panjang penyaluran tulangan tarik dengan kait standard 900 tidak boleh diambil lebih kecil daripada 10db, 190 mm, dan 1,25 kali nilai yang ditentukan persamaan (2.16). Kait standard 900 harus ditempatkan di dalam inti terkekang kolom atau komponen batas.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 2) Untuk diameter 10 mm hingga 36 mm, panjang penyaluran tulangan tarik ld tanpa kait tidak boleh diambil lebih kecil daripada: a. Dua setengah kali panjang penyaluran, bila ketebalan pengecoran beton

    dibawah tulangan tersebut kurang dari 300 mm, b. Tiga setengah kali panjang penyaluran, bila ketebalan pengecoran beton

    dibawah tulangan tersebut melebihi 300 mm. 3) Tulangan tanpa kait yang berhenti pada hubungan balok-kolom harus

    diteruskan melewati inti terkekang dari kolom atau elemen batas. Setiap bagian dari tulangan tanpa kait yang tertanam bukan di dalam daerah inti kolom terkekang harus diperpanjang sebesar 1,6 kali.

    2.4. Persyaratan Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) (SNI 03-2847-2002 Pasal 23.10)

    2.4.1. Detail Penulangan Bila beban aksial tekan terfaktor pada komponen struktur tidak melebihi

    (Agfc/10). Bila beban aksial tekan terfaktor pada komponen melebihi (Agfc/10), maka 2.11.4 harus dipenuhi kecuali bila dipasang tulangan spiral sesuai persamaan

    2.4.2. Kuat Geser Kuat geser rencana balok, kolom dan konstruksi pelat dua arah yang

    memikul beban gempa tidak boleh kurang daripada: 1) Jumlah gaya lintang yang timbul akibat termobilisasinya kuat lentur nominal

    komponen struktur pada setiap ujung bentang bersihnya dan gaya lintang akibat beban gravitasi terfaktor.

    2) Gaya lintang maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana termasuk pengaruh beban gempa, E, dimana nilai E diambil sebesar dua kali nilai yang ditentukan dalam peraturan perencanaan tahan gempa.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Gambar 2.7 Gaya Lintang Rencana untuk SRPMM

    2.4.3. Balok 1) Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom tidak boleh

    lebih kecil dari sepertiga kuat lentur negatifnya pada muka tersebut. Baik kuat lentur negative maupun kuat lentur positif pada setiap irisan penampang disepanjang bentang tidak boleh kurang dari seperlima kuat lentur yang terbesar yang disediakan pada kedua muka-muka kolom di kedua ujung komponen struktur tersebut.

    2) Pada kedua ujung komponen struktur lentur tersebut harus dipasang sengkang sepanjang jarak dua kali tinggi komponen struktur diukur dari muka perletakan kearah tengah bentang. Sengkang pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih daripada 50 mm dari muka perletakan.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Spasi maksimum sengkang tidak boleh melebihi: a. d/4; b. Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil; c. 24 kali diameter sengkang; d. 300 mm.

    3) Sengkang harus dipasang di sepanjang bentang balok dengan spasi tidak melebihi d/2.

    2.4.4. Kolom

    1) Spasi maksimum sengkang ikat yang dipasang pada rentang l0 dari muka hubungan balok-kolom adalah s0. Spasi s0 tersebut tidak boleh melebihi: a. Delapan kali diameter sengkang ikat, b. 24 kali diameter sengkang ikat, c. Setengah dimensi penampang terkecil komponen struktur, d. 300 mm. Panjang l0 tidak boleh kurang daripada nilai terbesar berikut ini: a. Seperenam tinggi bersih kolom, b. Dimensi terbesar penampang kolom, c. 500 mm

    2) Sengkang ikat pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih daripada 0,5 s0 dari muka hubungan balok-kolom.

    3) Tulangan hubungan balok-kolom harus memenuhi: Pada sambungan-sambungan elemen portal ke kolom harus disediakan tulangan lateral dengan luas tidak kurang daripada yang diisyaratkan dalam

    persamaan dan dipasang di dalam kolom sejauh tidak

    kurang daripada tinggi bagian sambungan paling tinggi dari elemen portal yang disambung, kecuali untuk sambungan yang bukan merupakan bagian dari sistem utama penahan beban gempa, yang dikekang pada keempat sisinya dan oleh balok atau pelat yang mempunyai ketebalan yang kira-kira sama.

    4) Spasi sengkang ikat pada sembarang penampang kolom tidak boleh melebihi 2 s0.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • BAB III APLIKASI PERHITUNGAN

    3.1. Deskripsi Model Struktur Dalam Tugas Akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen untuk dua

    sistem struktur yang menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus. Struktur dimodelkan tiga dimensi (portal ruang) sebagai portal terbuka dengan bantuan program SAP 2000.

    Dimensi dari struktur bangunan yang akan direncanakan adalah 30 m x 30 m, dengan arah sumbu x dan sumbu y bangunan memiliki 6 segmen dengan masing-masing bentang sepanjang 6 meter sedangkan tinggi lantai pertama sebesar 4 meter dan lantai selanjutnya adalah 3,80 meter. Model yang direncanakan adalah struktur bangunan gedung dengan 6 lantai. Berikut adalah denah bangunan yang akan direncanakan :

    Gambar 3.1. Denah Struktur yang direncanakan

    Perencanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan ketentuan sebagai berikut : 1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-

    2002) ; 2. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI

    1726-2002) ;

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 3. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.2.53.1987).

    Pengerjaan dimulai dengan menggambar pemodelan struktur bangunan pada program SAP 2000.

    3.2. Data Geometri Struktur Pada Tugas Akhir ini akan dimodelkan suatu struktur bangunan perkantoran

    6 lantai dengan lokasi wilayah gempa 3 dan 5. Data karakteristik geometri bangunan adalah sebagai berikut :

    1. Bangunan perkantoran 6 lantai ; 2. Tinggi lantai dasar adalah 4 meter dan tinggi antar lantai tipikal selanjutnya

    adalah 3,80 meter ; 3. Lokasi pembangunan terletak pada wilayah gempa Zona 3 dan Zona 5

    dengan kondisi tanah keras ; 4. Struktur utama direncanakan dengan sistem portal terbuka, konstruksi kolom

    dan balok menggunakan struktur beton bertulang, pelat atap dan pelat lantai menggunakan pelat beton bertulang dengan tebal 140 mm.

    3.3. Preliminari Struktur Komponen Struktur yang terdapat pada bangunan ini meliputi balok, kolom,

    pelat, dan pondasi akan direncanakan terlebih dahulu dimensi awal dari komponen struktur bangunan (Pra Perencanaan).

    3.3.1. Material Material yang akan digunakan dalam merencanakan dan membangun

    struktur bangunan ini adalah material beton bertulang. Pendefinisian material akan dilakukan pada program SAP 2000 Ver.10.

    Material beton bertulang yang akan digunakan pada struktur bangunan ini mempunyai mutu fc 40 MPa dan fy 400 MPa.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 3.3.2. Balok dan Kolom Komponen struktur balok dan kolom dihubungkan dengan sambungan yang

    kaku sehingga tempat terjadinya sendi plastis adalah pada kedua ujung balok dan pada ujung bawah kolom lantai dasar. Balok dan Kolom dibuat dari beton bertulang. Dengan dimensi yang akan disesuaikan untuk menahan beban yang diberikan pada bangunan ini.

    3.3.3. Pelat Pelat yang digunakan pada model struktur bangunan ini menggunakan Pelat

    beton bertulang. Pelat beton bertulang kombinasi dengan metal deck digunakan sebagai pelat untuk pelat atap dan pelat lantai dengan ketebalan masing-masing 140 mm.

    3.3.4 Pondasi Pemodelan pondasi dilakukan dengan menganggap bahwa pondasi

    memberikan kekangan translasi dan rotasi yang cukup pada semua arah sumbu bangunan. Berdasarkan asumsi yang digunakan tersebut pondasi dimodelkan sebagai perletakan jepit pada lantai dasar bangunan, yaitu pada ujung-ujung bawah kolom lantai dasar. Pondasi yang direncanakan menggunakan Pondasi tiang pancang beton bertulang pra tegang (Pre Stressed Concrete Pile) dan dipancang hingga kedalaman tanah keras, sehingga pada perhitungan gaya gempa, diasumsikan kondisi tanah diatas pondasi adalah tanah keras dan tidak mengalami pergerakan.

    3.4. Pembebanan Struktur Perencanaan pembebanan adalah pendefinisian beban-beban yang bekerja

    pada struktur sesuai dengan Pedoman Perencanaan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.53.1987). Seluruh beban yang telah didefinisikan akan bekerja pada model struktur bangunan ini. Beban-beban yang akan bekerja pada struktur bangunan ini antara lain :

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 3.4.1. Beban Mati Beban mati adalah seluruh bagian dari komponen struktur bangunan yang

    bersifat tetap dan tidak terpisahkan dari bangunan tersebut selama masa layannya. Beban mati yang diperhitungkan untuk struktur bangunan ini antara lain :

    Beton = 2400 kg/m3

    Tegel + Spesi = 45 kg/m2

    Plumbing = 10 kg/m2

    Ducting AC = 20 kg/m2

    Plafon + Penggantung = 18 kg/m2

    Dinding bata = 250 kg/m2 (hanya dipasang pada bagian samping bangunan)

    3.4.2. Beban Hidup pada Pelat Lantai Beban hidup yang direncanakan dan diperhitungkan adalah sebesar 250

    kg/m2 untuk beban pelat lantai. Beban ini disesuaikan dengan kegunaannya sebagai gedung perkantoran. Kemudian ditambah dengan Beban Partisi sebesar 100 kg/m2

    luas lantai karena diasumsikan partisi tersebut dapat dipindah-pindah sesuai kebutuhan.

    3.4.3. Beban Hidup pada Atap Beban hidup yang direncanakan dan diperhitungkan adalah sebesar

    100kg/m2 untuk beban pelat atap, beban ini juga disesuaikan dengan kegunaannya sebagai gedung perkantoran.

    3.4.4. Beban Gempa Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung

    atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Beban geser nominal statik ekivalen V yang terjadi di tingkat dasar yang dapat dihitung menurut persamaan berikut :

    WtR

    IcV

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Beban geser nominal V harus dibagikan setinggi tinggi struktur bangunan gedung menjadi beban beban gempa nominal statik ekivalen Fi yang bekerja pada pusat massa lantai tingkat ke i menurut persamaan ;

    VZiWi

    ZiWiFin

    i 1

    Dimana Wi adalah berat lantai tingkat ke-i, zi adalah ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral.

    Waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing-masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Reyligh sebagai berikut:

    n

    i

    n

    i

    diFig

    diWiT

    1

    2

    13,6

    Dimana di adalah simpangan horizontal lantai ke-i akibat beban Fi yang dinyatakan dalam mm dan g adalah percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9,810 m/detik2. Taksiran waktu getar alami (T) secara empiris berdasarkan UBC Section 1630.2.2.

    Tinggi gedung (hn) = 23 Meter Ct = 0.0731 [11] Tempiris = Ct (hn)3/4 [11]

    = 0.0731 (23)3/4

    = 0.7677 detik Untuk mencegah penggunaan struktur bangunan gedung yang terlalu

    fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental T1 dari struktur bangunan harus dibatasi, bergantung pada koefisien ? untuk wilayah gempa dan jenis struktur bangunan gedung, menurut persamaan :

    T1< ? . n [10]

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Dimana n adalah jumlah tingkat dan koefisien ? ditetapkan menurut tabel berikut ini :

    Wilayah Gempa ?

    1 0.20

    2 0.19

    3 0.18

    4 0.17

    5 0.16

    6 0.15

    Tabel 3.1. Nilai Koefisien ?

    (Sumber: SNI 1729-2002)

    Gedung mempunyai tinggi 23 meter dan memiliki jumlah tingkat 6 sehingga :

    Untuk SRPMM (WG 3) Untuk SRPMK (WG 5) Tempiris < 0,18 x 6 Tempiris < 0,16 x 6 Tempiris < 1,08 detik Tempiris < 0,96 detik Tempiris 1,22 detik Tempiris 1,25 detik Jadi digunakan waktu getar alami sebesar 1,22 detik untuk SRPMM dan 1,25 detik untuk SRPMK sebagai taksiran awal perencanaan. Dalam satu bangunan kita harus meninjau pembebanan gempa dalam dua arah baik dalam arah x maupun arah y bangunan. Beban gempa seharusnya diperhitungkan terhadap 4 kombinasi pembebanan pada arah gempa utama 100% serta arah tegak lurusnya 30% (hanya dipergunakan pada perhitungan Struktur 3 Dimensi)

    Untuk perhitungan beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan tersebut, maka dibuat pra perencanaan, dimana ditentukan terlebih dahulu berat total struktur yang dimana memerlukan dimensi awal dari profil beton bertulang yang akan digunakan. Berikut adalah dimensi profil awal kolom dan balok pada konstruksi Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Kolom untuk SRPMM dan SRPMK:

    50 x 50 Balok untuk SRPMM dan SRPMK:

    Balok untuk Lantai 1,2,3,4 dan 5 digunakan 60 x 40;

    Balok untuk Lantai 6 digunakan 55 x 40 Perhitungan Berat Total Struktur untuk SRPMM dan SRPMK:

    Lantai Total Mati (Kg) Total Hidup (Kg) Total Beban (Kg) 1 794700 315000 1109700 2 789540 315000 1104540 3 789540 315000 1104540 4 789540 315000 1104540 5 789540 315000 1104540 6 736140 90000 826140

    Tabel 3.2. Berat Struktur untuk SRPMM dan SRPMK

    Untuk menghitung koefisien dasar gempa V data data yang harus diketahui sebagai berikut : c SRPMM = 0,19 (Tanah keras dan WG 3) c SRPMK = 0,28 (Tanah keras dan WG 5) I = 1 (Faktor keutamaan untuk Perkantoran) Wt SRPMM = 6354000 Kg Wt SRPMK = 6354000 Kg R SRPMM = 5.5 R SRPMK = 8.5 Perhitungan Gaya Gempa Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus :

    Lantai

    Tinggi Lantai

    W SRPMK (Kg)

    Wi x hi SRPMK (Kgm)

    R SRPMK

    V SRPMK (Kg)

    F SRPMK (KNm)

    1 4 1109700 4438800 8.5 209308.24 111.82 2 7.8 1104540 8615412 8.5 209308.24 217.04 3 11.6 1104540 12812664 8.5 209308.24 322.78 4 15.4 1104540 17009916 8.5 209308.24 428.51 5 19.2 1104540 21207168 8.5 209308.24 534.25 6 23 826140 19001220 8.5 209308.24 478.68

    Tabel 3.3 Gaya Gempa untuk Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Perhitungan Gaya Gempa Untuk Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah :

    Lantai

    Tinggi Lantai

    W SRPMM (Kg)

    Wi x hi SRPMM (Kgm)

    R SRPMM

    V SRPMM (Kg)

    F SRPMM (KNm)

    1 4 1109700 4438800 5.5 219501.82 117.27 2 7.8 1104540 8615412 5.5 219501.82 227.61 3 11.6 1104540 12812664 5.5 219501.82 338.50 4 15.4 1104540 17009916 5.5 219501.82 449.38 5 19.2 1104540 21207168 5.5 219501.82 560.27 6 23 826140 19001220 5.5 219501.82 501.99

    Tabel 3.4 Gaya Gempa untuk Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah

    Kombinasi Pembebanan yang digunakan untuk Analisa Struktur dengan SAP2000:

    1.4DL ;

    1.2DL + 1.6LL ;

    1.2DL + 1.0LL + 1.0EQX1 + 1.0EQY1 ;

    1.2DL + 1.0LL - 1.0EQX1 - 1.0EQY1;

    0.9DL + 1.0EQX1 + 1.0EQY1 ;

    0.9DL - 1.0EQX1 - 1.OEQY1 ;

    1.2DL + 1.0LL + 1.0EQX2 + 1.0EQY2;

    1.2DL + 1.0LL - 1.0EQX2 - 1.0EQY2;

    0.9DL + 1.0EQX2 + 1.0EQY2 ;

    0.9DL - 1.0EQX2 - 1.0EQY2. Dalam hal ini EQY1 merupakan 30% dari EQX1 dan EQY2 merupakan 30 % dari EQX2. Dan gaya gempa sudah merupakan gaya gempa yang telah diamplifikasi. Kombinasi ini berdasarkan pada SNI 1726-2002. Rekapitulasi Hasil Analisa Struktur Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah dengan menggunakan Program SAP2000 akan ditampilkan pada lampiran.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 3.5. Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus 3.5.1. Analisis Terhadap T Reyligh

    Besarnya T yang dihitung sebelumnya memakai cara-cara empiris harus dibandingkan dengan T reyligh dengan rumus:

    n

    i

    n

    iR

    diFig

    diWiT

    1

    2

    13,6

    [10]

    Besarnya T yang dihitung sebelumnya sesuai dengan pasal 6.2.2. tidak boleh menyimpang lebih dari 20% hasil T reyligh

    80%TR < T < 120%TR [10]

    Untuk menghitung T reyligh maka, harus dilakukan analisis struktur 3 dimensi untuk mengetahui defleksi lantai ke-i. Analisis dilakukan dengan program SAP2000 dan sudah dilakukan sebelumnya. Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan retak sepanjang komponen struktur. Akibat dari retak ini maka kekakuan (Inersia) dari tiap-tiap komponen tereduksi sebagai berikut:

    1. Untuk komponen balok (dalam hal ini balok T) Inya = 2 x Ibalok = 2 x 35% . Ig = 0,7 Ig [9]

    2. Untuk komponen kolom

    Inya = 0,7 Ig

    Berikut adalah tabel analisis T reyligh

    Lantai ke

    hx (m)

    wi (KN)

    F (KN)

    di (mm) wi . di

    2 F . di 1 4 11097 111.82 5,31 312982 594

    2 7,8 11045,4 217.04 12,22 1649392 2652

    3 11,6 11045,4 322.78 18,60 3821267 6004

    4 15,4 11045,4 428.51 23,85 6282872 10220

    5 19,2 11045,4 534.25 27,56 8389573 14724

    6 23 8261,4 478.68 29,61 7243200 14174

    S

    27699196 48367

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Tabel 3.5 Analisis T reyligh SRPMK

    Maka T reyligh = n

    i

    n

    i

    diFig

    diWi

    1

    2

    13,6

    =

    483679810276991963,6

    x

    = 1,522

    Syarat yang harus dipenuhi: 80%TR < T < 120%TR 1,218 < 1,25 < 1,826 Oke

    Kinerja batas layan (?S) dan kinerja batas ultimit (?m) [10] Syarat kinerja batas layan (?S) =

    x hi =

    x 3800 = 13,41 mm

    =

    x hi =

    x 4000 = 14,12 mm

    Syarat kinerja batas ultimit (?m) = 0,02 x hi = 0,02 x 3800 = 76 mm = 0,02 x hi = 0,02 x 4000 = 80 mm

    Lantai ke

    hi (m)

    ? S (mm)

    Drift ? S antar tingkat (mm)

    Syarat drift antar tingkat

    (mm) Keterangan

    1 4 5,31 5,31 14,21 Oke

    2 7,8 12,22 6,91 13,41 Oke

    3 11,6 18,60 6,38 13,41 Oke

    4 15,4 23,85 5,25 13,41 Oke

    5 19,2 27,56 3,71 13,41 Oke

    6 23 29,61 2,05 13,41 Oke

    Tabel 3.6 Analisis ?S akibat gempa pada SRPMK

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Lantai ke

    hi (m)

    Drift ? S antar tingkat (mm)

    Drift ? m antar tingkat (mm)

    Syarat drift ? m (mm) Keterangan

    1 4 5,31 31,59 80 Oke

    2 7,8 6,91 41,11 76 Oke

    3 11,6 6,38 37,96 76 Oke

    4 15,4 5,25 31,24 76 Oke

    5 19,2 3,71 22,07 76 Oke

    6 23 2,05 12,19 76 Oke

    Tabel 3.7 Analisis ?m akibat gempa pada SRPMK

    Drift ? m antar tingkat dihitung sesuai pasal 8.2 SNI 1726 2002 dimana ? m = 0,7R. ? S (antar tingkat)

    3.5.2. Perencanaan Tulangan Balok Akibat Momen Lentur Dalam perencanaan tulangan balok, akan dipakai program SAP2000. Seperti

    yang terlihat pada lampiran I. Akan diberikan juga perhitungan perencanaan secara manualnya untuk beberapa balok yang ditentukan oleh penulis. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui apakah SAP (dengan peraturan ACI 318-2005) sama dengan SNI 1726-2002.

    Berikut adalah tabel resume momen desain untuk balok (B298) Beban Lokasi Momen (KNm)

    Dead Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    -83,7

    48,29 -66,87

    Live

    Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    -35,63 21,15 -27,78

    Gempa E Tumpuan Kiri

    Tumpuan Kanan

    -89,06 -95,59

    1,4 DL

    Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    -117,181 67,602 -93,616

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 1,2D + 1,6L Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    -157,454 91,858 -124,684

    1.2D+1L+1EQX+0.3EQY

    Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    -47,034

    79,025 -203,626

    1.2D+1L-1EQX-0.3EQY Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    -225,114 95,116 -12,411

    0.9D-1EQX-0.3EQY Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    -164,370 66,351 35,425

    0.9D+1EQX+0.3EQY Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    13,710 50,101 -155,789

    1.2D+1L+1EQY+0.3EQX Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    -109,431 77,696 -136,751

    1.2D+1L-1EQY-0.3EQX Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    -162,717 80,736 -79,286

    0.9D-1EQY-0.3EQX Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    -101,973 46,888 -31,449

    0.9D+1EQY+0.3EQX Tumpuan Kiri

    Lapangan

    Tumpuan Kanan

    -48,688 42,060 -88,914

    Tabel 3.8 Resume Momen Desain untuk balok (B298) pada SRPMK

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Momen tumpuan kiri negatif maximum = -225,114 KNm Momen tumpuan kiri positif maximum = 13,710 KNm Momen tumpuan kanan negatif maximum = -203,626 KNm Momen tumpuan kanan positif maximum = 35,425 KNm

    Sebelum dilakukan penulangan baiknya dilakukan kontrol syarat-syarat komponen beton bertulang yang merupakan bagian SPBL tersebut di pasal 23.2 SNI 03-2847-2002 untuk WG 5 dan 6, sebagai berikut:

    Beban aksial balok sudah pasti sangat kecil (Pu < 0,1 Ag fc)

    Bentang bersih minimum harus lebih besar dari 4d Bentang bersih = 6 m 0,5 m > 4 x 550 mm

    5,5 m > 2,2 m .Oke

    Ratio

    =

    = 0,667 > 0,3

    bw = 400 mm > 250 mm

    bw = 400 < lebar kolom + 1,5d = 400 < 500 + 1,5 (550) = 400 mm < 1325 mm .Oke

    3.5.3. Perencanaan Balok Tumpuan Diketahui :

    bw = 400 mm h = 600 mm d = 600 50 = 550 mm (asumsi 1 layer tulangan) fc = 40 MPa

    fy = 400 MPa fys = 275,7903 MPa

    A. Perencanaan Balok Tumpuan Kiri Momen Negatif Diketahui : Mu negatif maximum kiri = - 225,114 KNm Dimana :

    m =

    = 11,764 TR [9]

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Q =

    = 0,00581 [9]

    Maka :

    Asperlu = b.d [9]

    =

    .400 . 550

    = 1325,15 mm2 (519 = 1417,5 mm2)

    Asmin = .bw.d atau Asmin = .bw.d [9]

    = . 400. 550 = .400.550

    = 770 mm = 869,626 mm2

    Asmax = 0,025 . bw.d [9] = 0,025 . 400 . 550 = 5500 mm2 (pasal 23.3.2.1.SNI 03-2847-2002)

    Asmax > Asperlu > Asmin Oke

    B. Perencanaan Balok Tumpuan Kiri Momen Positif Diketahui :

    Mu negatif max kanan = 13,71 KNm atau

    Mu = M negatif max kiri = x 225,114 = 112,557 KNm [9] maka, Mu yang dipakai untuk desain = 112,557 KNm Dimana :

    m = 11,7647

    Q =

    = 0,0029

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Maka :

    Asperlu = b.d [9]

    =

    .400 . 550

    = 649,27 mm2

    Asmin = 869,626 mm2 (419 = 1134 mm2) Karena Asperlu < Asmin, maka As yang dipakai adalah 869,626 mm2

    C. Perencanaan Balok Tumpuan Kanan Momen Negatif Diketahui : Mu negatif maximum kiri = -203,626 KNm Dimana :

    m = 11,7647

    Q =

    = 0,00526

    Maka :

    Asperlu = b.d [9]

    =

    .400 . 550

    = 1195,41 mm2 (519 = 1417,5 mm2) Asmin = 869,626 mm2

    Asmax = 5500 mm2

    Asmax > Asperlu > Asmin Oke

    D. Perencanaan Balok Tumpuan Kanan Momen Positif Diketahui :

    Mu negatif max kanan = 35,425 KNm atau

    Mu = M negatif max kiri = x 203,626 = 101,813 KNm [9] maka, Mu yang dipakai untuk desain = 101,813 KNm Nilai Mu yang ada sudah pasti lebih kecil dari MRminimum. Jadi luas tulangan (AS) = AS min = 869,626 mm2 (419 = 1134 mm2)

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • 3.5.4. Perencanaan Balok Lapangan Diketahui: Mu lapangan = 95,116 KNm Nilai Mu yang ada sudah pasti lebih kecil dari MRminimum. Jadi luas tulangan (AS) = AS min = 869,626 mm2 (419 = 1134 mm2)

    Setelah tulangan pada balok (B298) dihitung. Selanjutnya perlu dikontrol pula pemenuhan ketentuan-ketentuan berikut ini: a) Pasal 23.3.2.2

    Kuat momen positif terpasang dimuka kolom > kuat negative. Ini sudah dipenuhi pada perhitungan diatas.

    b) Pasal 23.3.2.2 Ditiap potongan sepanjang balok tidak boleh ada kuat momen positif ataupun negatife yang kurang dari kuat momen maximum = x 225,114 = 56,279 KNm. Ini sudah terpenuhi dengan ASmin = 869,626 mm2, memberikan kuat momen MRmin = 186,869 KNm.

    c) Pasal 23.3.2.1 Tiap potongan baik sisi bawah maupun sisi atas harus ada 2 batang tulangan. Ini dipenuhi oleh tulangan minimum.

    d) Pasal 23.5.1.4 Bila tulangan menembus, maka d = 550 mm > 20db 20db = 20 x 19 = 380 mm (db = diameter tulangan memanjang yang akan dipakai)

    3.5.5. Desain Tulangan Geser Balok Sebagaimana diatur oleh pasal 23.3.4, gaya geser rencana Vc harus

    ditentukan dari peninjauan gaya statik pada bagian komponen struktur antara 2 muka tumpuan. Momen Mpr dengan tanda berlawanan dianggap bekerja pada muka-muka kolom tadi dan komponen tersebut dibebani penuh beban gravitasi terfaktor. Mpr dihitung dengan persamaan:

    Mpr = AS (1,25.fy)(d - a) [9] Dimana:

    a = [9] dan = 1

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • A. Pada Tumpuan Kiri Momen Positif Diketahui : AS = 869,626 mm2

    Maka:

    a = = = 31,971 mm

    Mpr+ kiri = AS (1,25.fy)(d - a) = 1 x 869,626 x (1,25.400) x (550 - .31,971) = 232,196 KNm

    B. Pada Tumpuan Kiri Momen Negatif Diketahui : AS = 1325,15 mm2

    Maka:

    a = = = 48,72 mm

    Mpr- kiri = AS (1,25.fy)(d - a) = 1 x 1325,15 x (1,25.400) x (550 - .48,72) = 348,276 KNm

    C. Pada Tumpuan Kanan Momen Positif Diketahui : AS = 869,626 mm2

    Maka: Mpr+ kanan = 232,196 KNm

    D. Pada Tumpuan Kanan Momen Negatif Diketahui : AS = 1195,41 mm2

    Maka:

    a = = = 43,95 mm

    Mpr- kanan = AS (1,25.fy)(d - a) = 1 x 1195,41 x (1,25.400) x (550 - .43,95) = 315,603 KNm

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Maka gaya geser maximum ? Vn = 239,14 KN

    Cek apakah beton memberi sumbangan geser atau tidak ?

    1. Jika gaya geser akibat gempa saja (akibat Mpr) > 0,5 total geser (akibat Mpr + beban gravitasi) maka VC = 0 Dalam hal ini gaya geser akibat gempa saja = 110,65 KN < 0,5 x 239,14 = 110,65 KN < 119,57 KN Maka, VC ? 0

    Gaya axial tekan < [9]

    Karena gaya axial tekan pasti sangat kecil sekali, maka VC = 0

    Dari kedua syarat diatas hanya syarat no.2 yang terpenuhi. Maka, dengan anggapan VC = 0 akan menghasilkan desain yang konservatif.

    = 318,85 KN

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Kontrol kuat geser nominal tidak boleh lebih besar dari VSmax (pasal 13.5.6.8) VSmax =

    .bw.d.

    =

    .400.550. = 927,601 KN > 318,85 KN ...Oke

    VS =

    .bw.d.

    =

    .400.550.

    = 463,8 KN > 318,85 KN ..Oke

    Dengan menggunakan tulangan geser 212 (Av = 226mm2), diperoleh s sebesar:

    = 113,45 mm

    Smax sepanjang sendi plastis diujung balok 2h = 2 x 600 mm = 1200 mm, tidak boleh lebih besar dari (Pasal 23.3.3.2) :

    - = 134,6 mm

    - 8 db tulangan longitudinal = 152 mm - 24 db hoop = 288 mm - 300 mm

    Dipakai s = 100 mm. Sesuai dengan pasal 23.3.3.1 hoop pertama 212 mm dipasang 50 mm dari muka kolom di kedua ujung balok.

    Pemasangan begel di luar sendi plastis (di luar 2h) mengikuti pasal 23.3.3.4 dan Vu = 104,468 KN (pada jarak 1200 mm)

    = 139,29 KN

    Jika dipakai begel 212 (Av = 226 mm2), maka:

    = 349,49 mm

    Syarat pemasangan begel di luar sendi plastis (pasal 23.3.3.4 dan pasal 13.3.1.1) -

    = x 538,3 = 269,25 mm

    Jadi dipasang begel 212 - 250 mm di tengah bentang.

    3.5.6. Penulangan Memanjang Kolom Syarat dimensi kolom menurut pasal 23.4.1 harus dipenuhi bila:

    Kolom sebagai bagian SPBL

    Menerima beban axial berfaktor lebih besar dari 0,1AS.fc 0,1 . 5002. 40 = 1000 KN

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Ukuran penampang terkecil 500 mm > 300 mm Oke

    Ratio > 0,4 ..Oke

    Berikut dibawah ini adalah resume beban Pu dan Mu pada kolom K184

    Jenis Beban Pu (KN) Pu / Mu (KNm) Mu / 1,4 DL 1569,242 2414,218 -61,358 94,397 1,2D + 1,6L 1859,013 2860,020 -83,928 129,120 1.2D+1L+1EQX+0.3EQY 1848,846 2844,378 179,521 276,186 1.2D+1L-1EQX-0.3EQY 1483,718 2282,643 -109,036 167,748 0.9D-1EQX-0.3EQY 826,234 1032,793 -125,019 156,274 0.9D+1EQX+0.3EQY 1191,363 1832,866 163,538 251,597 1.2D+1L+1EQY+0.3EQX 1721,514 2648,483 -91,913 141,405 1.2D+1L-1EQY-0.3EQX 1611,050 2478,538 -52,441 80,678 0.9D-1EQY-0.3EQX 953,567 1191,959 -24,033 30,041 0.9D+1EQY+0.3EQX 1064,030 1636,969 62,553 96,235

    Tabel 3.9 Resume Beban Axial dan Momen di kolom (K184)

    = 0,65 ? jika Pu > 1000 KN

    = 0,65 0,8 ? jika Pu < 1000 KN ( di asumsi = 0,8)

    Berdasarkan kombinasi beban diatas maka kolom K184 cukup diberi tulangan 1% tersebar merata disemua sisi. Seperti terlihat pada gambar 3.2. diagram interaksi dengan tulangan kolom sebesar 8D20 (2512 mm2).

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Gambar 3.2. Diagram interaksi kolom bujur sangkar pada K184

    3.5.7. Pengekangan Kolom Memenuhi pasal 23.4.4.4. ujung-ujung kolom sepanjang lo harus dikekang

    dengan spasi sesuai pasal 23.4.4.2 oleh tulangan transversal (Ash) lo = h = 500 mm

    = 1/6 ln = 1/6 3400 mm = 566,67 mm = 500 mm lo dipakai 570 mm

    Dengan s memenuhi ketentuan berikut: x 500 mm = 125 mm 6 tul.longitudinal = 6 x 20 = 120 mm = 150 mm < 100 mm

    Sehingga s diambil = 100 mm Ash min diperoleh sesuai pasal 23.4.4.1, dengan asumsi s = 100 mm, fyh = 400 MPa, selimut beton = 40 mm dan s = 12 mm.

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Ash = 0,3 (s.hc.fc/fy)(Ag/Ach 1) [9] = 0,3 [100 x (500 - 2x40 20) x 40/400].[(5002/(500 2x40)2 1] = 500,68 mm2

    atau

    Ash = 0,09 (s.hc.fc/fy) [9] = 0,09 [100 x (500 - 2x40 20) x 40/400] = 360 mm2

    Untuk memenuhi pasal 23.4.4.3 dipasang Ash 413 = 530,66 mm2.

    3.5.8. Penulangan Transversal Gaya geser rencana VC, untuk menentukan kebutuhan tulangan geser kolom

    menurut pasal 23.4.5.1 harus ditentukan dari kuat momen maximum, Mpr, dari setiap ujung komponen struktur yang bertemu di HBK yang bersangkutan. Mpr ini ditentukan berdasarkan rentang beban axial terfaktor yang mungkin terjadi dengan =1. Mpr diambil = Mbalance dari diagram interaksi dari kolom yang bersangkutan momen pakai fs = 1,25, fy = 1,25 x 400 = 500 MPa didapat Mbalance = 648 KNm

    Gambar 3.3. Mbalance pada Diagram interaksi kolom K184 SRPMK

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Karena Mpr diatas dan dibawah kolom adalah sama,

    maka Ve = = 341,053 KN

    Nilai Ve > Vu (hasil dari analisis struktur) ..Oke

    Dengan sisa panjang kolom harus tetap dipasang tulangan transversal : s = 6 db tul.memanjang = 6 x 20 = 120 mm

    = 150 mm Jadi dipasang begel 413 - 120 mm di tengah bentang kolom

    3.5.9. Persyaratan Strong Coloum and Weak Beam Persyaratan Strong Coloum and Weak Beam untuk K148

    SMe >

    SMg [9]

    Dimana:

    = Jumlah momen nominal terendah yang konsisten dengan gaya aksial

    terendah yang bertemu pada suatu kolom

    = Jumlah momen nominal dari balok-balok yang bertemu di HBK

    AStop ASbot MR+

    MR-

    Balok fc

    fy b d Top steel

    Bottom

    steel

    Positif

    Moment

    Negatif

    Moment

    Kiri

    B - 232 40 400 400 550 1244,86 815,62 174,544

    262,474

    Kanan

    B - 298 40 400 400 550 1326,08 866,51 185,111

    278,808

    Tabel 3.10 Kapasitas Momen Balok yang bertemu di HBK

    MR+ = ASbot . fy (d - a) [9] MR- = AStop . fy (d - a) [9]

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Kolom Axial force MR+

    (KNm) MR-

    (KNm) K 154 (atas) 1444,125 471 471

    K 148 (bawah) 1725,884 513 513 Tabel 3.11 Kapasitas Momen Kolom yang bertemu di HBK

    Gambar 3.4. Diagram interaksi kolom yang bertemu di HBK pada struktur SRPMK

    Soffi Dian Fauziah Rambe : Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), 2010.

  • Kondisi I (searah jarum jam)

    SMg = 174,544 + 278,808 = 453,352 KNm SMe = 471 + 513 = 984 KNm

    Syarat SCWB ?

    >

    > 1,2

    2,17 > 1,2 ..Oke

    Kondisi II (berlawanan arah jarum jam)

    SMg = 185,111 + 262,4