Post on 27-Oct-2015
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya setiap dokter perlu mengenal prinsip-prinsip dasar dalam perawatan
pasien dengan cedera rahang wajah dengan semakin meningkatnya angka-angka kejadian
kecelakaan dari kendaraan rekreasi, volume kecelakaan mobil, cedera konflik antar individu.
Maka setiap dokter pada suatu waktu dapat dihadapkan dengan pasien yang
memerlukan perawatan trauma kepala dan leher. Cedera wajah dan leher ini harus ditangani
dengan tepat, baik pada stadium awal maupun lanjut karena cedera demikian dapat
melibatkan bagian-bagian penting dari seluruh sistem tubuh termasuk juga bagian wajah
dengan keterlibatan estetika.
Setiap dokter harus dapat menilai secara cepat keparahan cedera rahang pada wajah
dan leher dan harus segera merencanakan yang tepat penatalaksanaan pasien tersebut.1 Pada
referat ini akan memaparkan seluruh hal mengenai fraktur condilus leher dari anatomi-
fisiologi, etiologi, mekanisme, diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi.
Bagian anatomi dari kondilus ini terdapat rahang bawah pada mandibula yang paling
sering terjadi fraktur. Namun sangat disayangkan kasus fraktur kondilus ini tidak ada garis
pedoman yang jelas untuk perawatannya karena hanya beberapa penelitian yang mempunyai
ketertarikan mengenai fraktur kondilus leher pada mandibula. Gejala yang terjadi akibat
trauma dari fraktur kondilus ini asimetris pada rahang bawah, terdengar bunyi klik dan terasa
lunak pada anak-anak jarang terjadi tetapi sebaliknya terjadi pada orang dewasa dan
klasifikasi dari fraktur – fraktur kondilus pada mandibula sehingga dapat secara tepat
melakukan penatalaksanaan.2
1
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
MANDIBULA
Secara anatomi tulang mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang
muka yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada
tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka
dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan sedikit digoyangkan dari kiri
ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah. Pada
perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan tulang yang bersendi di sebelah anterior
pada simpisis mental, persatuan kedua belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun
membentuk sebuah korpus yang letaknya horisontal dan berbentuk seperti tapal kuda,
menjorok ke muka serta mempunyai dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung
posterior korpus.3
Bagian – bagian mandibula, yaitu :
A. Korpus
Korpus juga mempunyai dua permukaan, yaitu : 1) Permukaan eksternus ;
Permukaan eksternus kasar dan cembung. Pada bagian ini terdapat suatu linea oblikum yang
meluas dari ujung bawah pinggir anterior ramus menuju ke bawah dan ke muka serta berakhir
pada tuberkumum mentale di dekat garis tengah. Dan terdapat juga foramen montale yang
terletak di atas linea oblikum dan simpisis menti yang merupakan rigi di garis tengah yang
tidak nyata di bagian atas pada tengah pada tempat persatuan dari kedua belahan foetalis dari
korpus mandibula. 2) Permukaan internus ; Permukaan internus agak cekung. Pada
permukaan ini terletak sebuah linea milohyodea, yang meluas oblik dari di bawah gigi molar
ke tiga menuju ke bawah dan ke muka mencapai garis tengah, linea milohyodea ini menjadi
origo dari muskulus milohyodeus. Linea milohyoidea membagi fossa sublingualis dari fossa
submandibularis.
Korpus mempunyai dua buah pinggir, yaitu : 1) Pinggir atas (alveolaris) ; Merupakan
lekuk dari gigi geligi tetap. Terdapat delapan lekuk dari masing – masing belahan mandibula
( dua untuk gigi seri, satu untuk gigi taring, dua untuk gigi premolar dan tiga untuk gigi
molar). Pada orang tua setelah gigi – gigi tanggal lekuk – lekuk ini tidak tampak karena
atropi tulang yang mengakibatkan berkurangnya lebar corpus mandibula. 2) Pinggir bawah
(basis) ; Pinggir ini tebal dan melengkung yang melanjutkan diri ke posterior dengan pinggir
2
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
bawah ramus. Sambungan kedua pinggir bawah ini terletak pada batas gigi molar ke tiga, di
tempat ini basis disilang oleh arteri fasialis. Fossa digastrika yang merupakan lekukan oval
terletak pada masing – masing sisi dari garis tengah. Merupakan origo dari venter anterior
muskulus digastrikus. Sepanjang seluruh basis dilekatkan lapis dari fasia kolli dan tepat di
atasnya (superfasialis) dilekatkan platisma.
B. Ramus
Ramus terdiri dari dua permukaan, yaitu : 1) Permukaan eksternus (lateralis) ;
Permukaan ini kasar dan datar. Bagian posterior atas licin yang berhubungan dengan glandula
parotis. Sisa dari permukaan merupakan insersio dari muskulus masseter. 2) Permukaan
internus (medialis) ; Pada permukaan ini terletak foramen mandibulare yang merupakan awal
dari kanalis mandibularis serta dilalui oleh nervus dentalis dan pembuluh – pembuluh
darahnya.
Pinggir – pinggir pada ramus, yaitu :
1. Pinggir superior, merupakan insisura – insisura tajam dan cekung mandibularis di
antara prosesus – prosesus koronoideus dan prosesus kondiloideus.
2. Pinggir anterior, melanjutkan diri ke bawah dengan garis oblik.
3. Pinggir posterior, tebal dan alur – alur merupakan permukaan medialis dari glandula
parotis.
4. Pinggir inferior, melanjutkan diri dengan pinggir inferior korpus dan bersama – sama
membentuk basis mandibula.
3
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
4
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
Peranan fisiologi dari tulang mandibula adalah ikut membantu seluruh rahang bawah
dan daerah wajah untuk bergerak.4
Tulang mandibula mempunyai 2 prosesus yaitu 1) prosesus alveolar yang
mengelilingi akar-akar gigi geligi bawah dan menyangga gigi. 2) prosesus koronoid yang
adalah prosesus yang tajam seperti gunting di anterior prosesus kondilaris, yang terjadi
tarikan daerah insersio m.temporal, perluasan ligamen superior tepi anterior ramus. Ramus
mandibula inilah yang naik vertikal pada kedua sisi dari aspek posterior kondilus
mandibula.3,4
Perubahan dalam keseimbangan otot yang mengikuti fraktur condilus.
Gambar tarikan otot pada tulang mandibula
5
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
Perubahan dalam keseimbangan otot yang mengikuti fraktur condilus dari gambar
tarikan otot pada tulang kondilus diatas. Deviasi dari garis tengah mandibula dalam posisi
tertutup yang mengikuti fraktur kondilus tidak dapat dijelaskan dengan ligamen dari tindakan
tanpa perlawanan otot pterigoid eksternal di sisi fraktur. Jelas bahwa efek menarik apapun
dari otot pterigoid eksternal di sisi tidak patah akan menyebabkan kondilus bergerak ke depan
ke eminensia ligamen.
Setiap gerakan kondilus di sisi saja pada dasarnya terdiri dari rotasi sumbu vertikal.
Pada otot pterigoid eksternal tidak memiliki fungsi dalam menggerakan rahang atas,
sedangkan pada otot pterigoid internal dan otot maseter bergabung untuk mengerakan rahang
bawah ligamen vertikal. Ketika terjadi fraktur di kondilus maka yang terjadi adalah otot-otot
yang melapisinya akan kaku. Pada sisi yang terjadi fraktur maka sumbu vertikal tersebut
akan berlawanan arah pada garis tengah mandibula. Kompensasi pada otot maseter dan otot
pterigoid internal yang dalam melawan ketegangan ini terlihat jelas ketika membuka mulut
terjadi penyimpangan atau wajah terlihat tidak simetris yang mana rahang bawah tersebut
tertarik ke sisi fraktur.
6
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
ETIOLOGI
Menurut survey di district of Columbia hospital dari 540 kasus fraktur condilus
mandibula yaitu 1) 69 % kasus terjadi akibat kekerasan fisik (perkelahian), 2) 27 % akibat
kecelakaan lalu lintas, 3) 12 % akibat kecelakaan kerja, 4) 2% akibat kecelakaan saat
olahraga.6
7
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
PATOFISOLOGI
Kelainan patofisiologi berupa dislokasi, Internal derangement dan closedlock ; 1)Dislokasi
seringkali timbul dan disebabkan oleh hipermobilitas dari kondilus mandibula. Subluksasi ( dislokasi parsial
dari sendi) menyebabkan pemindahan dari kondilus, biasanya tidak membutuhkan pengelolaan medis.
Kondisi yang lebih serius timbul ketika kondilus mandibula bertranslasi ke anterior di depan artikular
eminence dan terkunci pada posisi itu. Dislokasi dapat terjadi secara unilateral atau bilateral dan dapat
timbul secara spontan ketika mulut membuka secara lebar, seperti pada saat menguap, makan, atau
pada saat prosedur perawatan gigi. Dislokasi dari kondilus mandibula yang bertahan lebihdari
beberapa detik biasanya akan menyebabkan sakit dan biasanya juga menibulkan kekakuan otot parah.
Dislokasi dapat diatasi sesegera mungkin. Pengurangannya dilakukan dengan membuat tekanan ke
bawah pada gigi posterior dantekanan ke atas pada dagu, disertai dengan displacement ( pemindahan ) pada
posterior mandibula. Pengurangan ini biasanya juga tidak sulit. Bagaimanapun, kaku otot dapat
menghambat pengurangan tersebut, terutama sekali ketika dislokasi tidak dapat dikurangi sesegara mungkin.
2) internal derangement ; merupakan salah satu kelainan intraartikular sendi temporo mandibular,
dimana terdapat hubungan yang tidak harmonis antara diskus artikularis dengan kondilus. Baik itu bersifat
unilateral ataupun bilateral. Jika perlekatan meniskus pada kutub processus kondilaris lateral mengendur atau
terputus, atau jika mengalami kerusakan atau degenerasi akibat trauma atau penyakit sendi ( terutama stratum
superior, yaitu serabut elastik), atau keduanya, maka stabilitas sendi akan terganggu. Akibatnya akan
terjadi pergeseran diskus ke arah antero medial akibat tidak adanya penahan terhadap musculus
pterigoideus lateralis superior. Berkurangnya pergeseran ke arah lateral anterior yang spontan dari
diskus akan menimbulkan ³clicking´ yang khas, yang akan terjadi bila jarak antar insisal meningkat.
Sumber ³clicking´ sendi ini berhubungan dengan pergeseran processus kondilaris melewati
pita posterior meniskus yang tebal. Dengan memendeknya pergeseran anterior dari meniskus,
terjadi ³clicking´ berikutnya. Pada tahap inilah diskus akan bersifat fibro kartilagenus, yang mendorong
terbentuknya konfigurasi cembung-cembung. Terdapat 2 klasifikasi dalam internal derangement: 1.dengan
reduksi ; cliking opening dan closing ( reciprocalcliking ), pembukaan mulut normal, rasa sakit deviasi
mandibula. 2. tanpa reduksi ; tidak adanya cliking, keterbatasan membuka mulut, nyeri, mandibula
defleksi.
3 ) closed lock ; Merupakan akibat dari pergeseran diskus ke anterior yang terus bertahan. Bila pita
posterior dari diskus yang mengalami deformasi tertahan di anterior processus condylaris, akan
terbentuk barier mekanis untuk pergeseran processus condylaris yang normal. Jarak antar insisal
jarang melebihi 25mm, tidak terjadi translasi, dan fenomena ³clicking´ hilang. Closed lock dapat terjadi
sebentar-sebentar dengan disela oleh ³clicking´ dan ³locking ,́ atau bias juga bersifat permanen. Pada
8
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
kondisi persisten, jarak antarainsisal secara bertahap akan meningkat akibat peregangan dari perlekatan
posterior discus yang disertai dengan osteoarthritis pada processus condylaris dan eminentia
articularis.Terdapat juga keadaan dimana closed lock bersifat akut yang mana keadaan closed lock yang
akut biasanya diakibatkan oleh trauma yang menyebabkan processus condilaris terdorong ke posterior
dengan akibat terjadi cedera pada perlekatan posterior. Rasa sakit atau tidak enak yang
ditimbulkannya dapat sangat parah, dan keadaan ini kadang disebut sebagai discitis. Discitis ini lebih
menggambarkan peradangan pada perlekatan discus dari pada keadaan diskus yang avascular/aneural.
Gambar mekanisme arah trauma
Gambar ilustrasi arah trauma
Mekanisme fraktur kondilus ; 1) Arah trauma dari luar (Kinetic Emergency Imparted to the
Individual) berupa pukulan atau serangan dari orang lain. 2) Arah trauma dari pasien sendiri
(Kinetic Emergency Derived from the Individual) berupa benturan suatu suatu benda. 3)
Kombinasi 1 dan 2. 6 (gambar arah trauma)
9
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
DIAGNOSA
Diagnosis fraktur dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dari riwayat kejadian, pemeriksaan
klinis, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Pada anamnesis keluhan subyektif berkaitan dengan fraktur dicurigai dari adanya 1) nyeri ; Rasa nyeri
yang hebat dapat dirasakan saaat pasien mencoba menggerakkan rahang untuk berbicara, mengunyah atau
menelan. ,2) pembengkakan oklusi abnormal, 3) mati rasa pada distribusi saraf mental, 4) pembengkakan, 5)
memar, 6) ketidakmampuan mengunyah. 7) trismus ; Ketidakmampuan membuka mulut lebih dari 35 mm,
batas terendah nilai normal adalah 40 mm. 8) Krepitasi tulang tulang adalah bunyi berciut yang terdengar jika
tepian-tepian fraktur bergesakan saat berlangsungnya gerakan mengunyah, bicara, atau menelan.
Selain itu keluhan biasanya disertai riwayat trauma seperti 1. Kecelakaan lalu lintas, 2. Kekerasan, 3.
Terjatuh, 4.Kecelakaan olah raga.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ; fraktur 1. Pemeriksaan klinis ekstraoral tampak diatas tempat terjadinya fraktur
biasanya terjadi ekimosis dan pembengkakan. Sering terjadi laserasi jaringan lunak dan terlihat jelas
deformasi. Jika terjadi perpindahan tempat dari fragmen-fragmen itu pasien tidak menutup mulut
menggantung kendur dan terbuka. Pasien sering kelihatan menyangga rahang bawah dengan tangan. Dapat
pula air ludah bercampur darah menetes dari sudut mulut pasien.Palpasi lembut dengan ujung-ujung jari
dilakukan terhadap daerah kondilus kedua sisi, kemudian diteruskan kesepanjang perbatasan bawah
mandibula. Bagian-bagian melunak harus ditemukan pada daerah-daerah fraktur, demikian pula terjadinya
perubahan kontur dan krepitasi tulang. Jika fraktur mengenai saraf maka bibir bawah akan mengalami mati
rasa. 2. Pemeriksaan klinis intraoral ; Setiap serpihan gigi yang patah harus dikeluarkan. Dari dalam mulut.
Sulkus bukal diperiksa adanya ekimosis dan kemudian sulkus lingual. Hematoma di dalam sulkus lingual
akibat trauma rahang bawah selalu patognomonik fraktur mandibula.Dengan hati-hati dilakukan palpasi pada
daerah dicurigai farktur ibu jari serta telunjuk ditempatkan di kedua sisi dan ditekan untuk menunjukkan
mobilitas yang tidak wajar pada daerah fraktur.6
10
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambar foto lateral kepala dan leher
Pada gambar foto lateral kepala dan leher terlihat dislokasi mandibula. Kedua kondilus mandibular
(berlabel M) dislokasi anterior untuk masing-masing fossa mandibular (panah merah dan hitam) di temporal
tulang. Panah biru menunjuk ke eminensia ligament yang mencegah kondilus (hitam M) dari relokasi di
fossa mandibular (panah hitam).
11
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
PENATALAKSANAAN
Perawatan pada penderita fraktur kondilus mandibula dapat menggunakan beberapa cara : 1)
pemberian obat – obatan ; obat-obatan yang diberikan berupa obat yang melenturkan otot, untuk
meredakankan rasa nyeri misalnya anti peradangan non steroid. 2) fisioterapi ; dapat berupa pengurangan
otot-otot yang kaku. 7 Perawatan fraktur dislokasi ; 1).Reposisi Manual. 2). Bila gagal serclation (IV
Diazepam) atau muscle relaxan immobilsasi 10-14 hari. Perawatan Indirect reduction ; Dengan cara traksi
melalui Angulus Mandibula. Perawatan Direct reduction ; condylectomi ; tidak menjadi suatu indikasi
primer dalam menangani fraktur condilus. Sangat jarang dilakukan ini dikarenakan produksi osteofit pada
permukaan ligament ikut terganggu.
Penatalaksanaan disesuaikan dengan klasifikasi sederhana sesuai dengan golongan anak-anak dan
dewasa pada fraktur –fraktur kondilus mandibula sebagai berikut:
Anak ;
1. Fraktur-fraktur intrakapsular yang menyangkut langsung pada persendiaan. Sebagian anak yang
mengalami fraktur kondilus kartilago serta permukaan artikular timbul terjadi gangguan pertumbuhan. Pada
kelompok ini harus dirawat dengan cara gerakan-gerakan aktif yang harus dimulai dari awal agar supaya
dapat menekan sekecil mungkin risiko terjadinya ankilosis. Jika terjadi maloklusi sebagai akibat terjadinya
injuri kondilar, maka itu dapat di abaikan karena akan terjadi perbaikan yang spontan bila gigi-gigi
berkembang.
2. Fraktur-fraktur ekstrakapsular ; Fraktur ekstrakapsular ini di rawat secara konservatif meskipun
mempunyai resiko terjadinya ankilosis. Pada umumnya gerakan permulaan harus dicoba tetapi jika terasa
nyeri maka diperbolehkan memakai cara imobilisasi singkat kurang lebih selama 7 hari. Lebih lanjut untuk
semua fraktur kondilus yang parah terjadi pada anak disarankan agar melakukan tindakan lanjut
pemeriksaan sampai proses pertumbuhan berhenti.
Dewasa ;
1. Fraktur intrakapsular unilateral; Oklusi biasanya terganggu dan fraktur sebaiknya dirawat secara
konservatif tanpa melakukan imobilisasi pada mandibula. Kadang-kadang terjadi sedikit maloklusi, terutama
bila bersamaan terjadinya pengeluaran cairan ke dalam sendi itu, dapat dipakai fiksasi intrakapsular yang
sederhana dengan memakai kawat “eyelet”. Hal ini sebaiknya tidak dipertahankan lebih dari 2 minggu untuk
mencegah resiko kecil pada ankilosis.
2. Fraktur ekstrakapsular unilateral ; pada fraktur yang oklusi nya tidak manggangu tidak perlu
perawatan aktif. Pada kasus dislokasi fraktur yang maloklusi sehubungan terjadinya pemendekan tinggi ramus
12
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
da kontak prematur gigi-gigi molar perlu menggunakan fiksasi intermaksilarr yang dipertahankan selama 3
sampai 4 minggu untuk penyatuan stabilitas fraktur.
3. Fraktur intrakapsular bilateral ; pada fraktur intrakapsular bilateral ini biasanya akan kaku atau sendi-
sendi temporomandibular akan ankilosis jika imobilisasi diperpanjang lebih dari 2 atau 3 minggu bilamana
oklusi tidak terganggu sesudah periode tersebut. Walaupun pada kenyataaannya akan terganggu secara
menetap kecuali kalau fiksasi intermaksilar itu btetap dipertahankan untuk periode yang lebih lama. Ini akan
sangat baik dipasang splin pada bagian atas dan bawah serta lengkungan dengan gantungan-gantungan agar
elastic intermaksilar yang berselang-berseling dapat dipasang. Mandibula di mobilisasi secara sempurna
selama 2 minggu dan pasien diharuskan memakai fiksasi yang elastic antara splin atas dan bawah setiap
malam. Selama siang elastic tersebut dikendurkan atau di buka sepenuhnya dan dicoba untuk melakukan
gerakan aktif. Metode ini dipertahankan selama 6 minggu pada waktu mana oklusi yang stabil sehingga
hasilnya memuaskan sehingga berfungsinya kembali dengan baik.2
diagram yang menunjukan suatu cara pemasangan splin pada bagian atas dan bawah atau lengkungan dengan
gantungan dengan memakai fiksasi elastic.
4. Fraktur ekstrakapsular bilateral ; Ini dilakukan saat kedua kondilus terkena farktur di bawah kapsul,
biasanya terjadi dislokasi pada satu atau lainnya yang paling umum terjadilah secara anteromedial. Oklusi
13
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
sering mengganjal pada gigi-gigi posterior. Imobilasi pada mandibula dipertahankan selama 4 sampai 6
minggu untuk penyatuan fraktur yang stabil. Meskipun imobilisasi diperpanjang tetapi fraktur kondilus tidak
mengalami remodeling secara cukup karena tinggi vertical ramus yang harus diperbaiki saat di fiksasi
dibuang. Suatu gigitan terbuka akan terus tumbuh bilamana gerakan diperbolehkan, meskipun ankilosis pada
sendi temporomandibular itu sendiri tidak terjadi dengan fraktur ekstrakapsular, yang akan terjadi adalah
pembentukan kalus yang menyebabkan perpindahan sendi. Dengan alasan inilah banyak ahli bedah yang
berupaya untuk dapat mereduksi fraktur pada salah satu ada kedua sisi dengan cara distraksi atau eksplorasi
terbuka. Distraksi pada tempat fraktur dapat dilakukan dengan memakai intermaksilar dengan bekas luka itu
dibuka ke arah posterior pada lapisan oklusal atau memakai splin yang dipertebal secara lokal ini adalah suatu
operasi yang sulit .
Gambar ini menunjukan suatu cara memfiksasi langsung fraktur pada kondilus yang berubah tempat
dengan memakai kawat kirschner.2
14
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
KOMPLIKASI
Komplikasi Fraktur Kondiler Mandibula mempunyai efek : 1. Kerusakan fungsi oklusi,. 2.Kerusakan
sendi 3.Ankilosis sendi sehingga ada gangguan rahang. 4. Kerusakan pertumbuhan rahang bawah.
15
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
BAB III
RESUME
Fraktur kondilus cenderung terjadi karena posisinya yang menonjol. Kondilus
mandibula merupakan sasaran pukulan dan benturan yang mana banyak ditemukan pada
anak-anak dan dewasa muda. Fraktur kondilus mempunyai gambaran yang khas pada wajah
penderita yang sukar menutup kedua rahangnya, dan anamnesis mempunyai riwayat trauma
serta pemeriksaan fisik yang sudah di uraiakan kemudian dengan pemeriksaan penunjang
semakin memperkuat diagnosis kerja kita. Kemudian dilakukan penatalaksanaan yang sesuai
berdasarkan kelompok usia anak atau remaja dan jaringan fraktur nya yang terklasifikasi.
Tatalaksana yang dilakukan umumnya dengan memfiksasi tulang yang patah dengan
memakai kawat kirschner. Jika tidak segera ditatalaksanakan akan terjadi komplikasi.
16
REFERAT Periode 16 april s/d 12 mei 2012
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, George L, et all. 1997. Boeis : Buku Ajar Penyakit THT, Cetakan III. EGC.
Jakarta
2. Suryo, sutatmi. 1992. Peter banks : Buku Fraktur Pada Mandibula Menurut Killey.
Cetakan I. GAJAH MADA UNIVERSITY. Yogyakarta.
3. Basmajian, John V. 2005. Grant Anatomi Klinik. BINARUPA AKSARA. Tangerang.
4. Liebgott, Bernard. 1994. Dasar-dasar Anatomi Kedokteran Gigi. EGC. Jakarta.
5. Nanci, Antonio.2003. Oral Histology. MOSBY. Canada.
6. Rowe, L., et all. 1995. Fractures of the Facial Skeleton. LIVINGSTONE. London.
7. Robert, et all. 1995. Fractures of the Jaws. Edisi III. LEA AND FEBIGER.
Philadelphia.
8. Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. EGC. Jakarta.
17