Post on 07-Jul-2018
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
1/21
PENGGUNAAN VISUAL RHETORIC OLEH FOTOGRAFER DALAM PROSES
PEMBUATAN PESAN MELAUI MEDIA FOTO LANDSCAPE
JURNAL
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Peminatan
Komunikasi Massa
Oleh :
Miftachus Sa’idin
NIM.0811220116
JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
2/21
PENGGUNAAN VISUAL RHETORIC OLEH FOTOGRAFER DALAM PROSES
PEMBUATAN PESAN MELAUI MEDIA FOTO LANDSCAPE
(Analisis Deskriptif Kualitatif pada Anggota Komunitas Fotografi Warkop Malang
Miftachus Sa’idin
0811220116
ABSTRACT
Landscape photos not only tell about the beautifull place, but also as media for
persuasive messages such as messages abaout disturbed nature reserve by human presence.
Landscape photo is not a genre but its a medium to communicate. So far, research on the
strategies examined rhetoric in speech. Photographers can also rhetoric with photos. This
reasearch focused on persuasive visual communication with perspective of message process. Researchers want to describe the process of making a persuasive message by photographers
with landscape photos as media.
The approach in this research is qualitative with descriptive method. The unit of
analysis in this research are photographs and interviews with photographers from Warkop
Malang community. While the techniques of data analysis using visual rhetoric analytics.
The result of the research showed that landscape photos is media for photographers
to convey the message to the audience. The message process started from the idea, view the
nature, and then interpreted by photographers. Arrange the composition that is easy
understood by audience, and audience segemented to make the message more effective.
Keywords: Visual Rhetoric, Landscape Photos, Message Processing
PENDAHULUAN
Komunikasi memiliki berbagai macam media sebagai alat untuk berkomunikasi. baik
itu konvensional dan modern. Komunikasi erat kaitannya dengan bahasa visual , visual bukan
hanya benda kosong yang dilihat, namun juga memiliki makna dan pesan di dalamnya. Pesan
visual lebih mudah menangkap perhatian dan juga efektif memberi dampak emosi.( Suh,
1999, hlm.3)
Perkembangan Dunia fotografi dewasa ini dangan pesat diiringi dengan kemajuan
teknologi dewasa ini, dimulai dari penemuan camera obscura hingga penemuan fotografi
digital, hal ini disebabkan oleh tuntutanjaman yang serba instan, praktis dan
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
3/21
ekonomis.(Herlambang, http://elearning.uns.ac.id/course diakses 27 Juni 2013). Pembuatan
karya visual menggunakan pengolahan data digital yang lebih mudah dan praktis seperti
dalam pembuatan desain dan fotografi. Fotografi mempunyai peranan penting untuk merekam
sebuah peristiwa dan juga sebagai ekspresi dari seseorang. Bagaimana pun, fotografi adalah bagian
penting dari kebudayaan manusia.(Rambey, 2010 www.kfk.kompas.com, diakses 10 oktober 2012)
Fotografi merekam berbagai tindakan dan interaksi manusia. Terdapat banyak fungsi
dan genre dari fotografi. Terdapat dua macam genre dari fotografi yaitu documentary dan
art .( erawati, 2012, hasil wawancara tanggal 12 desember 2012)1
Salah satu genre adalah foto landscape atau foto pemandangan. Foto landscape dapat
sebagai dokumentasi sebuah peristiwa alam dan juga dapat sebagai sebuah karya seni. Foto
landscape berkembang pesat di Indonesia karena di Negara ini terdapat banyak sekalai
berbagai keindahan alamnya. Dalam membuat foto landscape tidak hanya dibutuhkan teknik
memotret dan berangkat kesesuatu tempat yang bagus tetapi juga dibutuhkan konsep yang
matang untuk memperkuat pesan dan memperindah gambar.
Selama ini, Foto landscape dikenal sebagai foto yang merekam keindahan dari alam.
Sebenarnya foto Landscape juga merekam tentang nilai kemanusiaan di dalamnya seperti
kondisi yang kumuh di suatu area. Foto landscape yang menceritakan tentang kekumuhan
tidak harus kumuh, foto tersebut diusahakan tetap menarik perhatian untuk dilihat oleh
masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman dan metode yang matang untuk
membuat foto landscape.
Kebaikan dari estetika setiap representasi dari Landscape juga merekam nilai-nilai
kemanusiaan dan tindakan dikenakan pada alam dari waktu ke waktu. Apa yang
diperjuangkan fotografer landscape dalam membangun representasi tersebut? Salah satunya
1 Eny Erawati adalah kurator foto yang terdaftar di dewan kesenian Jakarta. Lulusan dari Art Photography
Intitute Kesenian Jakarta.
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
4/21
landscape sebagai subyek dalam fotografi dapat dianalisis sebagai dokumen resmi untuk
memperluas estetika atau ekspresi pribadi.(Bright, 1985, hlm.1)
Landscape is not genre of art but a medium. Landscape is natural scene mediated by
culture. It is both a represented and presented space, both a signifier and signified .(Mitchell,
1994, hlm.2) Roland Barthes (1981) menambahkan bahwa Foto landscape memiliki pesan
yang beretorika dan persuasive, dalam bukunya Camera Lucida dia mendistribusikan
fotografi ke dalam beberapa bagaian antara lain adalah empirical(professional/ Amateurs)
dan rhetorical (landscapes/ objects / Potraits / Nudes).
David Bate dalam penelitiannya mengemukakan bahwa citra Foto landscape telah
lama digunakan dalam masyarakat untuk mewakili ide-ide alam dan, mitos alam pedesaan
dan nasional dan identitas etnis.( Andrews, 2010) Oleh karena itu foto landscape bukan
hanya sekedar travelling ke suatu tempat dan mengabadikan sebuah keindahan alam.
Dibutuhkan ide dan konsep untuk menyampaikan pesan yang memiliki nilai-nilai
kemanusiaan dan memiliki pesan sosial.
Terdapat dua perspektif utama dalam dalam penelitian komunikasi visual yaitu
penelitian tentang proses pembuatan informasi dan tentang pemaknaan.( Suh, 1999, hlm.7)
Pada penelitian ini penulis meneliti tentang proses pembuatan pesan pada foto landscape.
Berdasarkan pada ulasan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian
adalah Bagaimana Visual rhetoric Fotografer dalam Proses Pembuatan Pesan Melalui Media
Foto Landscape.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika
Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya
sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
5/21
komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: komunikator
adalah orang yang menyampaikan pesan; pesan dimaknai sebagai pernyataan yang didukung
oleh lambang; Komunikan dimaknai Orang yang menerima pesan ; Media adalah Sarana
atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya ;
Efek adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy, 2002, hlm.6)
Retorika dalam bahasa inggris adalah rhetoric yang berarti kepandaian berbicara atau
berpidato (Echols dalam Suhandang, 2009, hlm.25). Retorika adalah seni menggunakan kata-
kata secara mengesankan, baik lisan maupun tulisan, atau berbicara dengan banyak orang
menggunakan pertunjukkan dan rekaan.( Hornby dan Parnwell dalam Suhandang, 2009,
hlm.25)
Retorika itu tidak terbatas pada penyampaian pesan secara lisan saja melainkan juga
secara tertulis, maka kegiatan retorika lebih luas ketimbang public speaking yang memiliki
pengertian terbatas pada berbicara di depan public saja. Karena itu metode komunikasi yang
bisa digunakan dalam aktivitas retorika , tentu saja tidak hanya bersifat auditif saja melainkan
juga bisa menggunakan metode komunikasi yang bersifat visual maupun audio
visual.(Suhandang, 2009, hlm.26)
Retorika visual secara sederhana dapat diartikan bagaimana atau mengapa gambar
visual mempunyai arti. Retorika visual tidak hanya tentang desain atau gambar, tetapi juga
mengenai budaya dan makna yang tercermin di dalam karya visual tersebut. Retorika visual
adalah penerapan perspektif ilmu yang terfokus pada proses simbolis gambar dalam
melakukan komunikasi. Hingga pada tahun 1970 gambar visual dimasukkan ke dalam studi
retorika melalui pertemuan Konferensi Nasional Retorika yang diselenggarakan oleh Speech
Communication Association.( Sloan dalam Foss, 2004 : 141)
Retorika visual adalah gambar yang dihasilkan oleh rhetors yang menggunakan
simbol-simbol visual untuk tujuan berkomunikasi. Retorika visual adalah produk dari
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
6/21
tindakan kreatif, seperti sebuah lukisan, foto, iklan, atau bangunan. Gambar yang termasuk
dalam ranah retorika visual memiliki fungsi sebagai retorik atau persuasif, selain itu juga
terdapat estetika dan manfaat retorika visual. Misalnya karya seni serta iklan, tidak hanya
menjadi alat komunikasi tetapi juga menjadi indah dan menarik.
Tidak semua objek visual merupakan retorika visual, terdapat tiga karakteristik dari
retorika visual. Gambar harus simbolik, melibatkan intervensi manusia, dan disajikan kepada
audien untuk tujuan berkomunikasi dengan audien tersebut.(Foss, 2005, hlm.141)
a. Symbolic Action
Retorika visual seperti semua komunikasi, yang merupakan sistem tanda. Dalam arti
sederhana, tanda berkomunikasi apabila terhubung ke obyek lain. Sebagai contoh , karena
perubahan daun di musim gugur dihubungkan ke perubahan suhu atau tanda berhenti yang
dihubungkan dengan tindakan menghentikan mobil saat mengemudi. Untuk memenuhi syarat
sebagai retorika visual, gambar harus melampaui fungisnya sebagai tanda, dan menjadi
simbolik, dengan hanya gambar tersebut secara tidak langsung terhubung pada referensinya.
Bentuk dan warna tanda berhenti, misalnya,tidak memiliki hubungan alami untuk tindakan
menghentikan mobil karena sedang didorong. Dimensi-dimensi dari tanda tersebut diciptakan
oleh seseorang yang membutuhkan cara untuk mengatur lalu lintas.(Foss, 2005, hlm.307)
b.
Human Intervention
Retorika visual melibatkan beberapa jenis dari tindakan manusia. Manusia terlibat
dalam retorika visual ketika mereka terlibat dalam proses penciptaan gambar misalnya
lukisan cat air atau mengambil foto. Proses ini melibatkan keputusan yang disadari untuk
berkomunikasi serta pilihan yang disadari tentang strategi untuk membuat fungsi di bidang-
bidang seperti warna, bentuk, media,dan ukuran. Intervensi manusia dalam retorika visual
mungkin juga menganggap bentuk dari pengubahan gambar visual non-retorik menjadi
retorika visual. Misalnya, pohon tidak secara inheren menjadi retorika visual. Pohon tersebut
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
7/21
dimaknai seperti itu hanya ketika manusia memutuskan untuk menggunakan pohon sebagai
retorika, seperti ketika mereka dibawa ke rumah-rumah untuk melambangkan Natal hari libur
atau ketika mereka digunakan pada brosur oleh para aktifis lingkungan untuk menciptakan
seruan tentang kasus-kasus lingkungan. Retorika visual memerlukan tindakan manusia baik
dalam proses penciptaan atau dalam proses penafsiran. (Foss, 2005, hlm.307)
c.
Presence of Audience
Elemen visual yang diatur dan dimodifikasi oleh ahli retorik tidak hanya untuk
mengekspresikan diri sendiri. Meskipun itu mungkin motif utama bagi pencipta suatu
gambar, tetapi juga untuk berkomunikasi dengan audien . Pencipta dari suatu gambar dapat
menjadi audien terhadap gambarnya sendiri ,dan audien sendiri tidak perlu menjadi ahli
retorik. (Foss, 2005 , hlm.308)
Sebuah perspektif retorika pada citra visual juga ditandai dengan perhatian khusus
pada satu atau lebih dari tiga aspek visual yaitu sifat, fungsi, dan evaluasi.
a. Nature of Image
Deskripsi sifat retorika visual melibatkan perhatian dua elemen komponen,
elemen yang dipresentasikan dan elemen yang disarankan. Identifikasi dari unsur-unsur
yang disajikan dari suatu gambar melibatkan penamaan ciri-ciri fisik utama gambar.
Identifikasi elemen, konsep, ide, tema, dan alur untuk audien menyimpulkan dari unsur-
unsur yang disajikan.( (Foss, 2005, hlm.309)
b. Function of Image
Perspektif dari fungsi adalah mengetahui bagaimana gampar beroperasi terhadap
audien. Fungsi tidak sama dengan tujuan, dimana fungsi meliputi efek dari intensitas
pembuat gambar. perspektif tentang gambar visual tidak melihat niat pencipta sebagai
alat untuk menentukan kebenaran interpretasi dari sebuah karya. Peneliti dapat melihat
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
8/21
biografi dan sejarah tentang pembuatan karya, tetapi pembuat karya mungkin tidak bisa
menjelaskan secara verbal tujuan dan motivasi mereka.(Foss, 2005, hlm.310)
c.
Evaluation of Image
Sebuah wilayah di mana para peneliti mendapat fokus karena mereka
menerapkan perspektif retorika visual evaluasi dari gambar . Mereka mungkin tertarik
dalam menilai gambar, yang dapat dilakukan dalam berbagai cara. Jika fungsi gambar
untuk mengenang seseorang, misalnya, seperti evaluasi akan melibatkan penemuan
apakah medianya, warna, bentuk, dan isi sebenarnya mencapai fungsi tersebut. (Foss,
2005, hlm.310)
Dalam kamus komunikasi, foto (photograph) berarti gambar orang atau benda sebagai
hasil pemotretan dengan kamera foto (Effendy, 1989, hlm.272). Ilmunya sendiri disebut
fotografi (photography), yaitu proses atau seni menciptakan dari suatu obyek dengan
merekayasa sinar - sinar. Sedangkan orang yang melakukan kegiatan fotografi dikenal
dengan sebutan juru potret, atau dalam bahasa Inggris biasa disebut photographer, yakni
orang yang mempunyai keahlian dalam merekam gambar suatu obyek dengan kamera foto.
Dalam kaitannya dengan ilmu komunikasi, foto adalah sebagai pesan (message) yang
disampaikan dalam bentuk gambar yang dicetak di atas kertas foto. Dalam komunikasi massa
pesan terdiri dari dua aspek, yakni isi pesan (the content of message) dan lambang (symbol)
untuk mengekspresikannya. Lambang yang disampaikannya pun beraneka ragam macamnya.
Lambang utama pada radio adalah bahasa lisan, pada surat kabar adalah tulisan, gambar
(karikatur, foto), sedangkan pada film dan televisi adalah gambar hidup.
Fotografi secara keseluruhan bukan hanya mengandalkan kehadiran cahaya saja,
melainkan gabungan beberapa ilmu alam, ilmu kimia, mekanika, elektronika dan seni. Sangat
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
9/21
erat hubungannya dengan informasi dan dokumentasi, karena itu tidak berlebihan bila
fotografi menjadi salah satu studi komunikasi. (Sunarjo, 1995, hlm.236)
Dalam sebuah foto terdapat berbagai macam tujuan dalam pembuatannya. Teori
tentang tujuan fotografi digunakan peneliti sebagai acuan dalam subyek penelitian ini yang
menghasilkan karya fotografi. Setiap fotografer memiliki tujuan dan ranah yang spesifik.
Beberapa tujuan dari fotografi adalah sebagai berikut : (Feininger, 1969, hlm.6)
a)
Information
Fotografi dokumenter dalam majalah, surat kabar,dan foto untuk pendidikan
adalah yg utama dalam kategori ini. Tujuan member informasi dan mengedukasi
masyarakat atau untuk mempermudah mereka dalam mengambil keputusan.
b)
Slanted Information
Kategori ini antara lain fotografi komersil, fotografi iklan, dan propaganda
politik(kampanye). Tujuan utamanya adalah penjualan dari sebuah produk, pelayanan,
dan ide.
c) Discovery
Ranah ini bertujuan foto dapat membuka eksplorasi dalam sebuah penelitian.
Explorasi dari berbagai macam bidang untuk membantu keilmuan dalam sebuah
penelitian. Dokumentasi discovery dapat sering dikaitkan dengan penelitian dan
pengembangan sebuah persitiwa dan kebudayaan.
d) Recording
Fotografi bertujuan untuk mendomentasikan berbagai macam kegiatan atau
peristiwa karena mudah untuk diakses, disimpan dan murah. Fotografi bertujuan
menyimpan sejarah, baik berskala besar maupun yang berskala kecil seperti
pendokumentasian kehidupan pribadi.
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
10/21
e)
Entertainment
Fotografi juga digunakan sebagai media hiburan. Motion Picture adalah
pengembangan fotografi sebagai entertainment yang lebih sering kita kenal sebagai
gambar bergerak atau video. Gambar dalam majalah travelling adalah media hiburan
yang mengajak viewer untuk melakukan liburan atau perjalanan.
f)
Self Expression
Untuk meningkatkan kemampuan, fotografer menggunakan kreatifitas mereka
dalam membuat karya foto sebagai ekspresi pribadi. Dengan cara yang berbeda dan lebih
mengekpresikan visi pribadi mereka melaui bentukan berupa foto.
Kita berada disekitar suatu benda dimana kita tidak membuatnya dan hal tersebut
mempunyai kehidupan dan struktur yang berbeda dari kita : bunga-bunga, rerumputan,
sungai, bukit, awan. Hal tersebut menginspirasi kita dengan rasa ingin tahu dan kekaguman.
Kita menciptakan ulang mereka dengan imajinasi kita untuk merefleksikan ekspresi kita.
(Clark dalam Mitchel, 1994, hlm. 2). Terdapat beberapa pengertian Landscape dalam buku
Landscape and Power (Mitchel, 1994 , hlm.1):
a) Landscape bukan sebuah genre tetapi sebuah medium.
b)
Landscape adalah media pertukaran antara manusia dan alam, diri dan lainnya. Dengan
demikian, seperti uang: baik bukan untuk landscape itu sendiri , namun potensi
ekspresi tak terbatas dari sebuah nilai alam.
c)
landscape adalah pemandangan natural yang termediasi oleh budaya.
Merepresentasikan dan menampilkan ruang dan wilayah, baik frame dan isi dari frame
tersebut, baik nature of reality atau resemblance of reality (simulacrum).
d) Landscape adalah media yang ditemukan di semua budaya.
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
11/21
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan paradigma konstruktif dengan
pendekatan kualitatif karena penelitian ini menjelaskan permasalahan dengan sedalam -
dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini berfokus pada
deskripsi dari retorika visual fotografer dalam proses pembuatan pesan fotografer melalui
media foto landscape. Subyek penelitian adalah fotografer yang membuat pesan melalui
media foto landscape. Peneliti akan meneliti proses pembuatan pesan fotogafer melalui
media foto landscape. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto landscape yang
dibuat oleh fotografer yang menjadi anggota komunitas fotografi Warkop Malang.
Unit analisis data dalam penelitian ini adalah berupa benda, yaitu foto landscape yang
dibuat oleh fotografer yang memiliki visual rhetoric. Sedangkan Unit responnya adalah
fotografer yang tergabung dalam komunitas fotografi Warkop Malang. Perspektif dari
fotografer yang membuat foto landscape, proses mereka dalam membuat pesan. Data yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer dalam penelitian ini adalah hasil karya foto landscape yang telah mendapatkan kurasi
dari kurator foto. Data sekunder adalah informasi dari fotografer.pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan metode wawancara terstruktur untuk untuk mendapatkan informasi
mengenai pembuatan foto landscape tersebut. Dalam penelitian ini, teknik analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis berdasarkan teori visual rhetoric. Menurut Wendy
Hesford dan Brenda Jo Brueggemann, analisis fotografi melibatkan gambar dalam hal
bentuk, isi, perspektif, dan audien/konten, semua bagian dari sehingga disebut segitiga
retoris. Segitiga retoris digunakan peneliti sebagai panduan untuk mengemukanan visual
rhetoric pada objek berupa foto landscape
a) Subject/Content :
· Subyek gambar, penampilan dan sudut pandang
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
12/21
· Komponen gambar, pengaturan, penggunaan warna, dan point of interest
·
Jenis-jenis elemen naratif apa yang diceritakan? Apakah ada kronologi sebelum atau
sesudah gambar?
b)
Audience/Content :
· Dari konteks sejarah dan budaya mana gambar tersebut muncul
· konteks sejarah dan budaya dimana gambar terlihat atau terbaca oleh audien –
pemahaman akan latar belakang audiens oleh fotografer
· Pesan / gambar itu sendiri, dan bagaimana konteks sejarah dan budaya membentuk
tema atau topik tertentu yang disajikan
c)
Perspective
· Sudut pandang fotografer dari sudut kamera.
·
Frame dari bentuk subjek.
·
Penggunaan kamera untuk membentuk ilusi keintiman, atau rasa jarak.
PEMBAHASAN
Foto landscape oleh M. Fadli Rozi
Gambar 7. Apa Yang Terjadi Jika? oleh Fadli Rozi
Foto Apa yang Terjadi Jika? dilihat dari Segitiga Visual rhetoric
a)
Subject/Content
Objek dalam foto di atas adalah pepohonan di atas bukit dengan latar belakang
area gelap. Pepohonan hijau disimbolkan oleh fotografer sebagai lingkungan yang
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
13/21
mulai semakin tergerus dengan area yang gelap. Sudut pandang sebagai Human
Intervention terhadap objek foto dibuat untuk menggambarkan posisi audien yang
berada di posisi yang lebih tinggi ketika melihat foto ini. Komponen penyusun foto
tersebut hanya terdiri dari dua unsur yaitu pohon dan area yang gelap. kesederhanaan
tersebut dimaksudkan fotografer agar objek dalam foto tersebut mudah dipahami oleh
audien. komposisi yang digunakan terhadap objek utama yaitu dengan memperkuat
objek utama dari segi warna dan bentuk yang menonjol dalam foto. Foto tersebut
hanaya menggunakan dua warna yaitu hijau dan hitam. Hijau adalah warna kehidupan
yang digambarkan dalam foto dan warna hitam adalah warna yang cenderung dengan
hal yang keras dan nuansa yang gelap serta cenderung negatif yang menjadi penguat
simbol pembangunan yang merusak lingkungan.
Terdapat kronologi sebelum pengambilan keputusan dalam membuat gambar
ini yaitu pengalaman pribadi fotografer dalam melihat pembangunan kota banyak
yang tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya, hal tersebut yang menjadi latar
belakang pembuatan foto tersebut di atas.
b)
Audience/Content
Tema yang dibuat adalah tentang konservasi alam dilingkungan fotografer
tinggal. Konservasi alam tersebut adalah konservasi yang diharapkan oleh fotografer
di sekitar tempat tinggalnya. Konteks budaya dan sejarah tema foto tersebut muncul
adalah berdasarkan pada kebudayaan dan jejak rekam pembangunan yang berada di
daerah sekitar fotografer tinggal yaitu Malang.
Konteks sejarah dan budaya dimana gambar terlihat atau terbaca oleh audien
dibatasi segementasi audien dengan latar belakang pendidikan menengah ke atas
karena menurut fotografer audien dengan usia tersebut dapat memahami simbol yang
ada di dalam foto dipilih fotografer Segmentasi audien yang berikutnya adalah orang
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
14/21
yang peduli terhadap lingkungan dan juga orang-orang yang berperan dalam
pembangunan sebuah kota. Karena, fungsi persuasi dari fotografer adalah ingin
mengkritik pembangunan kota yang selama ini merusak lingkungan. Dan mengajak
orang lain untuk ikut peduli terhadap lingkungan sekitar kita. pemilihan segmentasi
berdasarkan geografis yang utama adalah warga Malang yang terdapat kedekatan
wilayah dengan kerusakan akibat pembangunan yang terjadi di Malang.
Pesan dalam foto ini berasal dari ide fotografe pribadi tanpa melihat audien
terlebih dahulu karena ini adalah ekspresi pribadi fotografer dalam mengkritik
pembangunan. Pesan tersebut disesuaikan dengan audien yang akan menjadi viewer
foto tersebut.
c)
Perspective
Sudut pandang fotografer dari sudut kamera ingin menceritakan bahwa
lingkungan yang ada disekitar mereka semakin jauh dan semakin berada dibawah
kegelapan. Interaksi dengan audien dibuat melalui warna yang hijau sebagai simbol
dari lingkungan dan jarak yang jauh . sedangkan komposisi foto dan proporsi skala
area gelap yang lebih besar berfungsi sebagai pemantik emosi tentang sebuah
kekhawatiran akan rusaknya lingkungan.
Berdasarkan penjelasan tentang segitiga visual rhetoric di atas dapat dijelaskan
tentang proses pembuatan pesan foto “Apa yang Terjadi Jika?” di awali oleh pengalaman
pribadi fotografer tentang sudut pandangnya dalam melihat pembangunan disekitar rumahnya
yang dirasa sangat merusak lingkungan. Dari latar belakang tersebut muncul ide tentang
pesan kerusakan lingkungan karena pembangunan. Kemudia fotografer mengintrepertasi
objek pepohonan dengan latar belakang yang gelap sebagai media visual. Judul yang
digunakan ditambahi kata tanya sebagai fungsi untuk audien agar bertanya kepada diri sendiri
tentang apa yang terjadi jika pembangunan merusak lingkungan.
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
15/21
Foto Landscape oleh Teguh Hermawan
Sailing oleh Teguh Hermawan
Foto Sailing dilihat dari segitiga Visual rhetoric.
a)
Subject/Content
Subyek pada foto di atas adalah interaksi manusia dengan alam yang luas.
Interaksi manusia dibuat dengan adanya objek yang melakukan tindakan terhadap
alam. Subyek di dalam foto tersebut adalah point of interest karena yang paling
menjadi kontent utama dari fotografer adalah manusia dan interaksi mereka dengan
alam. Subyek pada foto dan komponen lainnya digambarkan dengan sudut sama
seperti mata fotografer melihat. Sudut tersebut dipilih karena fotografer ingin
membuat visual yang sama ketika audien melihat foto tersebut. dari segi sudut
pandang yang berdiri tegak dan mengarah ke depan dan menggunakan lensa medium
untuk membuat kesamaan dengan perbesaran mata memandang.
Komponen dalam foto ini digunakan untuk memperindah dan membuat
imajinasi tentang berlayar di lautan alam yang luas. Karena sebenarnya layar tersebut
adalah tiang penyannga yang digunakan untuk kabel penyalur listrik. Cerita atau
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
16/21
pesan yang dihasilkan dari penataan kompoenen adalah alam yang indah dan manusia
menikmatinya dengan berlayar di atasnya.
b) Audience/Content
Tema yang dibuat oleh fotografer dalam foto Sailling adalah Me Human and
Nature. Me mewakili fotografer sebagai orang yang melihat peristiwa, human adalah
orang yang berinteraksi dengan alam, dan nature adalah alam yang diajak berinteraksi
oleh manusia. Konteks sejarah dan budaya munculnya ide dan tema tersebut adalah
kebiasaan fotografer mendokumentasikan aktivitas teman-temannya yang sedang
menikmati atau berinteraksi dengan alam. . Konteks sejarah dan budaya dimana
gambar terlihat atau terbaca oleh audien dibatasi segementasi berdasar pada kedekatan
hubungan dengan fotografer dan link yang ada dijejaring sosial. Kedekatan hubungan
dipilih karena teman-teman dekat fotografer dapat memehami dengan mudah simbol
tersebut, dikarenakan teman-teman dekat fotografer bisa saja orang yang di
dokumentasikan atau teman dari orang yang dijadikan subjek di dalam foto. Link
jejeraing sosial disegmentasikan karena fotografer berusaha untuk dikenal oleh
jaringan pertemanan yang ada di sosial media sebagai seorang fotografer. Selain itu
fotografer juga mempelajari audien yang ada di sosial media karena itu adalah media
dia untuk berbisnis.
Berasal dari Tema besar yang sering ia kerjakan yaitu Me, Human and Nature,
maka Pesan foto landscape tersebut di atas juga berasal dari pemahaman fotografer
terhadap surat Al Imron ayat 90-93 dan Ulil Albab bahwa semua yang diciptakan di
bumi ini tidak ada yang sia-sia dan memiliki fungsi dan peranannya masing-masing.
c)
Perspective
Sudut pandang fotografer dari sudut kamera adalah menyamakan dengan mata
manusia memandang karena terdapat kata Me di dalam tema Me, Human, and Nature.
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
17/21
Menyamakan dengan mata juga membuat kedekatan dengan audien, kamera adalah
mata bagi audien tanpa harus ke lokasi dimana objek tersebut dipotret.
Frame dari bentuk subjek dan objek yang menyerupai atau di imajinasikan
seperti berlayar sehingga fungsi foto tersebut adalah untuk membayangkan diri audien
berada di lokasi dan kondisi tersebut.
Berdasarkan penjelasan tentang segitiga visual rhetoric di atas dapat dijelaskan tentang
proses pembuatan pesan foto tersebut diawali dari ide utama yang dijadikan sebuah project
yaitu Me, Human, and Nature. Dari konsep tersebut fotografer membuat foto yang
menceritakan sudut pandang kamera sebagai pengganti mata fotografer, dan objek manusia
yang berinteraksi dengan alam. Pada foto Sailling fotografer membuat pesan tentang manusia
dalam menikmati alam seperti berlayar di atas lautan awan. Judul yang digunakan sebagai
alat untuk memunculkan imajinasi ketika melihat foto tersebut. Dilihat dari segi fungsinya
foto tersebut sebagai ajakan kepada audien untuk ikut berinteraksi dengan alam.
Foto Landscape oleh Mukti Echwantono
Between Us oleh Mukti Echwantono
Foto Between Us dilihat dari segitiga Visual rhetoric.
a) Subject/Content
Objek pada foto adalah perahu yang disimbolkan sebagai bahtera perjalanan
hidup yang mengarungi dunia dengan simbol dari lautan. Sudut pandang fotografer
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
18/21
terhadap objek foto ingin membuat ujung perahu mendekat yang menyimbolkan
sebuah kasih sayang. Karang disimbolkan sebagai kekuatan dan rasa tegar, biru
adalah kehidupan, putih adalah cinta, dan laut adalah dunia yang diarungi.
Komponen gambar tersebut saling terkait antara satu sama lain yang terdapat
fungsi nature of reality dan makna yang ada di dalam simbol tiap komponennya.
Perahu adalah kendaraan yang digunakan di air. Fungsi yang sama dengan realita
akan mudah dipahami oleh audien. Dari segi warna, fotografer cenderung
menggunakan warna yang tidak terlalu kuat contrast warnanya. Pengaruh contrast
warna adalah durusi mata audien dalam melihat warna tersebut. warna-warna di
dalam foto tersebut memiliki makna-makna sendiri dan mengikuti objek yang terdapat
warna. Point of interest dalam foto di atas adalah 2 perahu yang paling terang dari
segi pencahayaan dan warna yang terang dari segi warna. Point of interest pada
bagian sepertiga membuat foto tersebut sederhana untuk dilihat secara komposisi.
Elemen naatif dibentuk oleh fotografer adalah simbol-simbol di tiap komponen foto
yang saling berakitan dan berurutan membuat cerita.
b)
Audience/Content
Tema yang dibuat oleh fotografer yang akan disampaikan pada audien adalah
tentang perjalanan hidup. Konteks budaya dan latar belakang pribadi fotografer
dalam perjalanan hidup dan inspirasi visual dari fotografer idola yang berasal dari
kanada membuat pesan tentang perjalanan hidup. Pesan tersebut diberikan kepada
audien dengan segmentasi usia 20 tahun ke-atas dan berasal dari Negara Eropa karena
simbol yang dibuat oleh fotografer sesuai dengan kebudayaan di negara tersebut. dari
segi warna yang tidak contrast fotografer berusaha membuat foto tersebut adalah
berasal dari negara di Eropa. Usia lebih dari 20 tahun karena perjalanan hidup
berpasangan menurut fotografer mulai di alamai oleh orang dengan usia tersebut.
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
19/21
Kedekatan pesan dari segi usia dan karakter warna yang sesuai dengan geografis
menjadi salah satu pertimbangan fotografer untuk menyampaikan pesan dengan
segmentasi tersebut.
c)
Perspective
Sudut pandang fotografer dari sudut kamera ingin menunjukkan pasangan
dalam kehidupan dengan sudut dari atas dan membuang garis horizon air. Sedangkan
interaksi dengan audien dibentuk dengan intrepertasi terhadap simbol baik bentuk
maupun warna yang fotografer gunakan dalam foto tersebut. Proporsi dan komposisi
dibuat semudah mungkin untuk mempermudah audien menagkap pesan.
Berdasarkan penjelasan tentang segitiga visual rhetoric di atas dapat dijelaskan
tentang proses pembuatan pesan foto tersebut diawali dengan melihat karya visual lain dan
perjalanan hidup fotografer. Pesan tentang kasih sayang disimbolkan dengan penggabungan
beberapa elemen yang ada di alam dan menyimbolkannya berdasarkan sudut pandang
fotografer. Kemudian untuk intrepertasi audien, judul membantu audien dalam memaknai
simbol dan pesan yang ada di dalam foto tersebut.
KESIMPULAN
Proses pembuatan pesan yang dilakukan oleh fotografer dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a) M. Fadli Rozi
Proses pembuatan pesan berawal dari konteks budaya yang ada disekitar
fotografer, baik itu diri sendiri maupun budaya yang ada di lingkungan sekitar. Objek
yang ada di alam disimbolkan ke dalam media foto landscape, objek dapat berupa nature
of reality maupun resemblence of reality. Segmentasi audien adalah audien yang
memiliki kedekatan terhadap isi pesan yang ada di dalam foto. ekspresi pribadi adalah
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
20/21
tujuan dari pembuatan foto tersebut. Pesan-pesan persuasif yang disampaiakan adalah
tentang konservasi lingkungan dan ajakan untuk menikmati alam.
b) Teguh Hermawan
Proses pembuatan pesan berawal dari konteks budaya fotografer. Terdapat dua ide
mendasar dari semua foto yang dibuat. Pertama adalah Me, Human, And Nature tentang
interaksi manusia dan alam. Kedua adalah tentang pemahaman bahwa segala semua yang
diciptakan di bumi ini tidak ada yang sia-sia dan memiliki fungsi serta peranannya
masing-masing. Referensi dari beberapa fotografer juga mempengaruhi pembuatan foto
landscape. Objek-objek yang digunakan di dominasi oleh nature of reality karena
fotografer ingin mengedukasi audien tentang dasar-dasar estetika visual. Segmentasi
audien dari teguh hermawan adalah link yang ada di jejering sosial, karena jejering sosial
dijadikan fotografer sebagai media pengenalan.
c) Mukti Echwantono
Proses pembuatan pesan yang dilakukan oleh fotografer berawal dari kebudayaan
fotografer yang mistis dan melihat filosofi alam dari unsur-unsur yang ada di alam.
Objek objek yang ada di alam selalu disimbolkan tanpa menggunakan nature of reality.
Segmentasi audien yang berada di negara-negara Eropa sehingga fotografer
menyesuaikan warna-warna yang ada pada fotonya dengan warna alam yang ada disana.
Penggunaan komposisi yang selalu sederhana menurut fotografer adalah langkah untuk
mempermudah audien dalam memahami fotonya.
DAFTAR RUJUKAN
Adams, Ansel . (2003). The Camera, The Ansel Adams Photography Series. New York :
Little, Brown and Company.
8/19/2019 Penggunaan Visual Rhetoric Oleh Fotograf
21/21
Barthes, Roland. (1981). Camera Lucida. New York: Hill and Wang.
Bright, Deborah. (1985). Of Mother Nature and Marlboro Men, An Inquiry Into the Cultural
Meanings of Landscape Photography Culture. Upper Saddle River, New Jersey:
Prentice Hall.
Feininger, Andreas. (1969). The Complete Photographer . New Jersey: Prentice-Hall.
Foss, Sonja K. (2005). Defining Visual rhetoric . London : Lawrence Erlbaum Associates.
Hesford, Wendy, and Brueggemann, Brenda. (2006). Rhetorical Visions: Reading and
Writing in a Visual. Upper Saddle River, New Jersey : Prentice Hall.
Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media
Group.
Mitchell, W.J.T. (1994). Landscape and Power . Chicago: University of Chicago Press.
R.M. Soelarko. (1985). Penuntun Fotografi. Bandung: Karya Nusantara.
Rakhmat , Jalaluddin. (2000). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Suh, Taewon . (1999). Visual Communication Research Trend . Saint Louis : Saint Louis
University.