Kata Pengantar
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya Saya bisa menyelesaikan karya tulis yang berjudul Pentingnya
Pengembangan Diri, Syarat untuk Sukses. Karya tulis ini diajukan guna
memenuhi tugas UTS untuk mata kuliah Personality Development yang
dibimbing oleh Bapak Drs. Romelan. Saya mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Karya tulis ini disusun berdasarkan rangkuman dari beberapa sumber-
sumber informasi dan media elektronik yang berkaitan dengan masalah
pengembangan diri, syarat untuk sukses. Begitu pula materi yang disampaikan
pun sesuai dengan pengetahuan tersebut. Dengan bahasa dan uraian yang
sederhana serta penjelasan yang sistematis, karya tulis ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam pembelajaran dan memenuhi target pencapaian
sebagai tugas UTS dari mata kuliah Personality Development.
Karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu Saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini memberikan informasi yang bermanfaat bagi penulis dan
juga bagi semua pihak untuk pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan.
Malang, 15 Mei 2014
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................. 1
Kata Pengantar............................................................................................. 2
Daftar Isi...................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan..................................................................................... 4
BAB II Isi..................................................................................................... 5
A. Pentingnya Pengembangan Diri, Syarat Sukses dan Analisa................. 5
1. Pentingnya Pengembangan Diri......................................................... 5
2. Syarat untuk Sukses........................................................................... 9
3. Analisa................................................................................................ 11
B. Personality Development....................................................................... 12
1. Lifespan perspectives......................................................................... 14
2. Factors influencing personality development..................................... 15
2.1. Genetic factors............................................................................. 15
2.2. Environmental factors.................................................................. 15
2.3. Gene-environment interactions.................................................... 16
3. Analisa................................................................................................ 17
BAB III Kesimpulan.................................................................................... 18
Daftar Pustaka.............................................................................................. 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia masa depan adalah dunia tanpa batas. Kemajuan teknologi dan
terbukanya dunia informasi membuat hubungan antara satu negara dengan negara
lain tidak lagi dibatasi oleh jarak. Begitu juga dengan negara Indonesia yang
merupakan bagian dari masyarakat dunia mau tidak mau pun merasakan dampak
baik secara positif maupun negatif, yang diakibatkan oleh adanya berbagai
perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat Indonesia baik
praktisi bisnis, eksekutif, pejabat pemerintahan, dan aktivis dari berbagai bidang
tidak hanya dituntut untuk memiliki visi, pengetahuan konseptual, kemampuan
manajerial, dan teknik-teknik jitu, melainkan juga harus memiliki kemantapan
kepribadian dan kemampuan membina hubungan interpersonal untuk
menghadirkan profesionalisme di dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari.
Dengan kata lain, kita dituntut untuk mampu melakukan pengembangan diri yang
akan menjadi salah satu satu syarat sukses kita dalam menghadapi globalisasi
dunia modern. Semua hal itu dibutuhkan dan perlu dikembangkan dalam rangka
mengoptimalkan upaya kita untuk mencapai sukses masa depan sekaligus dapat
meningkatkan citra organisasi tempat kita berada.
Pengembangan diri melalui peningkatan kinerja dan profesionalisme
berkaitan erat dengan pengembangan berbagai elemen sumber daya manusia ke
arah yang lebih berkualitas. Langkah awal yang perlu ditempuh adalah
pengembangan potensi yang dimiliki setiap individu melalui peningkatan vision-
passion-belief. Selain itu, penampilan elegan yang selaras dengan citra eksekutif,
pemahaman etiket yang berlaku secara internasional, pemanfaatan bahasa tubuh
secara tepat, dan kemampuan berkomunikasi secara andal merupakan faktor-
faktor yang mutlak dimiliki seorang individu untuk dapat tampil dan hadir secara
profesional.
4
BAB II
ISI
A. PENTINGNYA PENGEMBANGAN DIRI, SYARAT SUKSES DAN
ANALISA
1. Pentingnya Pengembangan Diri
Dalam dunia bisnis, yang sering dibahas adalah masalah modal, marketing,
keuangan, promosi, dan hal-hal teknis lainnya yang langsung kelihatan. Padahal
di sisi lain yang sangat penting dan sangat berperan dalam menentukan
kesuksesan seorang pebisnis yaitu masalah karakter dan kepribadian. Inilah yang
banyak menyebabkan jatuhnya seorang pengusaha. Kalau karakter seseorang
bermasalah, maka sebagus apapun faktor lain (marketing, keuangan, promosi)
jadi tidak akan bermakna. Untuk itu kita harus memperkokoh pondasi kita
sebagai seorang pebisnis dengan memperkuat karakter dan kepribadian kita yaitu
dengan pengembangan diri sehingga bisa meningkatkan profesionalisme kerja.
Pengembangan diri dapat membuat seseorang memiliki pribadi yang dewasa dan
mandiri. Pribadi dewasa yang dimaksud mencakup kedewasaan jasmani, rohani,
emosional, intelektual juga sosial. Sedangkan pribadi mandiri adalah seseorang
yang tahu apa yang dilakukannya dan sadar benar tentang tujuan hidupnya.
Pengembangan diri perlu diawali dengan mengetahui latar belakang apa
yang kita miliki. Secara umum pribadi memiliki dua kutub eksistensi diri.
Pertama, eksistensi individual yang meliputi rasa berhak untuk mengemukakan
diri, ingin dihargai dan diakui. Kedua, adalah eksistensi sosial yaitu kita dituntut
mampu menyesuaikan diri pada norma-norma yang berlaku dalam lingkungan.
Apabila kedua kutub ini tidak seimbang, terjadilah kondisi mental yang tidak
sehat. Sebaliknya jika dua kutub tersebut seimbang, maka kondisi mental yang
sehat akan dimiliki oleh orang yang bersangkutan. Kondisi ini memungkinkan ia
melakukan perjuangan dan menerima tantangan hidup dan ia akan mampu
mencapainya.
Pengembangan diri yang baik mampu meningkatkan profesionalisme kerja
seseorang. Profesionalisme berkaitan erat sekali dengan masalah kinerja.
Dengan profesionalisme seseorang pasti mampu memperlihatkan kinerja yang
5
berkualitas. Oleh karena itu, kinerja merupakan tolik ukur kadar
profesionalisme. Dengan demikian untuk dapat hadir secara profesioanl, anda
harus menunjukkan kualitas kinerja yang baik.dalam artian kita harus mampu
melaksanakan setiap tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.
Untuk bisa mencapai hal itu maka pertama-tama yang harus kita lakukan
adalah mengenal diri sendiri. Upaya ini perlu kita lakukan untuk mengetahui
seberapa besar kekuatan pribadi yang sebenarnya kita miliki. Kekuatan itu dapat
berbentuk pengetahuan, keterampilan, kemampuan bergerak, dan sebagainya.
Kekuatan pribadi yang kita perlihatkan akan menentukan citra diri kita yang
sebenarnya. Langkah selanjutnya yang dibutuhkan untuk membentuk
profesionalisme adalah pengevaluasian dan pengembangan potensi kekuatan
yang dimiliki.
Pada proses pengenalan diri, terdapat empat kriteria dalam diri kita yang
secara berurutan terbentuk menjadi satu roda, dengan masing-masing unsur
bersifat saling melengkapi. Jika kita menelusuri kriteria itu satu demi satu
sembari berputar mengikuti putaran roda maka niscaya kesuksesan terbentang
mantap di depan mata kita.
Keempat kriteria tersebut adalah:
a. Penampilan fisik
Penampilan fisik dapat dilihat dari dua kelompok, yang pertama bersifat
statis artinya susah untuk diubah, kalaupun harus diubah membutuhkan upaya
yang tidak ringan. Yang kedua bersifat dinamis artinya dapat diubah dan diatur
sedemikian rupa agar selalu selaras dengan kehendak kita. Apabila kita ingin
memperbaiki dan mengubah penampilan fisik secara keseluruhan, bukan hanya
wajah, tubuh, dan sejenisnya saja yang mendapat perhatian, melainkan ekspresi
wajah, suara, dan sejenisnya pun harus diperhatikan secara seksama.
b. Sifat
Sifat sangat dekat hubungannya dengan penampilan fisik, di antara
keduanya terdapat hubungan saling mempengaruhi dan saling mengisi. Dari
penampilan fisik keseluruhan, kita dapat memperkirakan sifat seseorang, atau
sifat seseorang tercermin melalui penampilan fisiknya.
6
c. Pekerjaan
Kita harus menggunakan pola pikir yang berbeda, yaitu bahwa “pekerjaan”
bukan hanya ditentukan oleh pengetahuan dan ketrampilan saja, melainkan
faktor fisik dan sifat juga berpengaruh besar terhadap kesesuaian pekerjaan.
d. Status Sosial
Status sosial tidak ditentukan hanya melalui sudut pandang orang lain,
melainkan ditentukan oleh diri sendiri. Diri kita yang berhak menentukan status
sosial yang layak kita sandang, karena kitalah yang paling tahu tentang diri kita
sendiri. Status sosial positif hanya dapat terwujud bila kita mampu
menggabungkan sudut pandang pribadi menyangkut proyeksi citra diri kita
sendiri dengan sudut pandang dari keluarga, teman, dan masyarakat di sekitar
kita supaya terdapat kesesuaian antara keinginan kita dengan apa yang mereka
tuntut dari diri kita.
Setelah kita mampu mengenali diri kita sendiri, langkah yang selanjutnya
adalah membangkitkan kekuatan diri sendiri. Kunci pertama yang harus kita
miliki dalam rangka membangkitkan kekuatan untuk dipergunakan menapaki
perjalanan mencapai kesuksesan adalah:
a. Ketrampilan teknis
Merupakan perangkat teoritis yang harus dimiliki seseorang agar mampu
melaksanakan pekerjaan pada bidang-bidang tertentu. Ketrampilan ini
diperoleh melalui proses belajar pada bidang-bidang tertentu yang
diminati.
b. Keterampilan manajerial.
Merupakan ketrampilan konseptual dan aplikatif untuk mengelola dan
memanfaatkan berbagai macam sarana dan fasilitas yang menjadi
pendukung bidang pekerjaan kita.
c. Ketrampilan interpersonal
Merupakan ketrampilan untuk berhubungan dengan orang banyak secara
harmonis dan asertif. Ketrampilan ini dapat diperlihatkan secara nyata
dalam mengadakan kerja sama, negosiasi, membangun jaringan kerja,
dan sebagainya.
7
Apabila kita sudah mampu membangkitkan kekuatan yang kita miliki,
sekarang saatnya bagi kita untuk menerapkan kekuatan pribadi agar selalu
tampil menarik. Ada sebuah rahasia yang membuat orang dapat menjadi magnet
bagi kalangan tertentu yaitu “VPB Continuum” yaitu vission (visi), passion
(semangat), dan belief (keyakinan). Visi disini adalah visi dalam pengertian
manajemen action yang artinya bukan hanya apa yang dilihat tetapi sebetulnya
juga apa yang diimpikan. Visi sebaiknya ditunjang dengan eksistensi semangat
(passion) yang bagus, yang tentunya membuat pribadi kita semakin mempesona.
Dorongan kuat untuk meningkatkan daya tarik dapat dibentuk lebih lanjut
apabila kita melengkapi diri dengan keyakinan (belief) terhadap kemampuan
sendiri. Dengan kata lain selalu tampil penuh percaya diri.
Untuk menunjang agar VPN Continuum dapat diwujudkan secara nyata
maka kita harus mengetahui kelemahan dan kekuatan diri sendiri, sehingga
dengan demikian kita mampu untuk senantiasa mengembangkan diri, dan dapat
mendayagunakan segenap kekuatan yang ada secara positif sekaligus
mengurangi kelemahan yang kita miliki. Hal lain yang dibutuhkan dalam upaya
menjadikan diri kita selalu menarik adalah kita harus memiliki sesuatu yang
dianggap istimewa oleh orang lain (keahlian).
Berbekal visi, misi, dan peran itulah kita mengembangkan diri. Bidang
yang kita kembangkan antara lain:
a. Integritas Diri
Merupakan sikap yang melekat pada diri kita yang membuat kita mampu tampil
dan bekerja secara utuh, tak terpecah antara lahir dan batin, antara kata dan
perbuatan, antara prinsip dan tindakan, antara cita-cita dan kenyataan.
b. Kedisiplinan
Merupakan sikap menundukkan diri pada prinsip-prinsip hidup yang diyakini
dan dipegang. Jika kita berpegang pada prinsip, kita mendapat patokan dan
tuntunan hidup untuk mewujudkan visi, mewujudkan misi, dan melaksanakan
peran kita.
8
c. Kegigihan dan Kebijaksanaan
Dengan sikap gigih, pribadi kita ditempa, tekad kita diperkuat, dan motivasi kita
diperkokoh. Sedangkan dengan kebijaksanaan kita akan mampu mengambil
resiko, tetapi sudah mempertimbangkan masak-masak segala konsekuensi
negatif dan positifnya.
d. Etika Kerja
Merupakan pemikiran yang mendalam mulai dari sebab sampai alasan yang
terakhir mengenai lingkup, seluk beluk, makna, tujuan, manfaat, cara
melaksanakan, dan dampak kerja bagi pribadi manusia, masyarakat, dan dunia.
2. Syarat untuk Sukses
Sukses adalah cita-cita atau harapan yang senantiasa diimpi-impikan oleh
segenap orang dalam setiap lini kehidupan mereka. Harapannya tentu agar
kebahagiaan senantiasa menaungi mereka. Karenanya tidak sedikit orang yang
mati-matian mengerahkan seluruh potensi diri, waktu, tenaga, bahkan nyawa
sekalipun demi meraih kesuksesan tersebut.
Sukses sangat kompleks dan beragam tergantung pola pikir yang
melandasinya. Bagi kaum materialisme misalnya yang menjadi materi sebagai
standar kesuksesan akan berpendapat bahwa orang sukses adalah mereka yang
memiliki harta melimpah, jabatan yang tinggi, dan lain sebagainya. Intinya
kesuksesan diimbangi dengan sedikit banyaknya materi yang dimiliki oleh
seseorang.
Selain dilihat dari segi materi, ada berbagai macam jenis kesuksesan lain
yang bisa dicapai oleh seseorang. Menurut A.B. Susanto dapat berbicara di
depan forum dengan baik merupakan salah satu bentuk kesuksesan. Karena
banyak orang yang pandai namun tidak memiliki kemampuan untuk tampil
sebagai pembicara publik, bahkan dalam forum kecil yang dihadiri oleh rekan-
rekan kerja sendiri.
Menyatakan sesuatu dengan baik, bukan merupakan pekerjaan yang
mudah. Namun, bukan berarti sulit untuk dicapai. Cara yang dapat ditempuh
sederhana saja, pertama-tama kita harus menghentakkan diri kita sendiri dengan
suatu prinsip bahwa mulut kita harus dipergunakan untuk berbicara. Kedua
9
adalah kesadaran bahwa setiap manusia harus berbicara. Oleh karena itu
janganlah ragu untuk mengungkapkan isi kepala kita kepada khalayak luas.
Salah satu metode istimewa yang bisa kita gunakan yaitu metode
“SPEAK”, yang merupakan kunci yang memungkinkan seseorang dapat tampil
secara cemerlang sebagai pembicara di depan audiens. SPEAK yaitu Sincerity,
Practice, Enthusiasm, Ability, dan Knowledge. Berbicara berdasarkan
kandungan pengetahuan sendiri merupakan cara terbaik untuk tampil sukses
sebagai pembicara publik dan apa yang dibicarakan benar-benar muncul dari
dasar hati yang terdalam.
Bukan rahasia lagi banyak orang menolak untuk berbicara di depan forum
bukan karena mereka tidak mau tampil, melainkan karena mereka takut untuk
tampil. Untuk menghindari hal tersebut, kita harus melakukan persiapan matang
dan memiliki perencanaan yang baik tentang apa yang harus kita lakukan di atas
podium. Jangan pula memperlihatkan sikap yang kurang menyenangkan akibat
kegugupan kita di atas podium, karena sikap tersebut akan mempengaruhi citra
diri kita secara keseluruhan. Cara terbaik mengendalikan kegugupan adalah
mengatur pernapasan yang membuat anda tenang kembali.
Pembicara yang baik adalah pembicara yang mampu berbicara dengan
spontanitas tinggi. Suara kita menunjukkan ekspresi diri kita, dengan suara yang
berkualitas dan powerfull kita dapat mengekspresikan diri secara maksimal.
Uraian di atas menjelaskan tentang kesuksesan dalam berbicara di depan
forum, untuk yang selanjutnya adalah kesuksesan dalam pekerjaan. Berikut akan
dijelaskan 4 syarat untuk bisa mencapai kesuksesan tersebut:
a. Profesionalism (profesionalisme)
Yakni tepat waktu, melakukan persiapan yang baik, dan tidak menunda segala
sesuatu yang bisa kita kerjakan sekarang.
b. Passion (semangat)
Kecintaan kita pada pekerjaan, kalau kita mempunyai passion, maka pekerjaan
kita akan jauh terasa lebih ringan dan menyenangkan dan kita lebih menikmati
waktu mempersiapkan dan melakukannya, bukan lagi sebagai beban.
10
c. Personality (kepribadian)
Kita harus cocok dengan pekerjaan kita, meski begitu kita harus berbeda dengan
orang lain. Kita harus punya otentik sendiri yang berbeda dengan orang lain.
d. Purpose (tujuan)
Kita harus mempunyai tujuan yang jelas dalam melakukan segala sesuatu, agar
bisa mengambil langkah dengan tepat.
3. Analisa
Menurut penjelasan yang ada diatas, dapat diketahui bahwasannya
pengembangan kepribadian diri merupakan suatu tindakan yang sangat memiliki
pengaruh terhadap kehidupan mendatang kita. Dengan dikembangkannya pribadi,
maka secara tidak langsung kegiatan dan prilaku akan lebih condong pada
kepositifan, karena pengembangan diri sedikit banyak lebih mencakup pada
pengembangan yang bertujuan di bagian visi misi yang kita lakukan. Benar
bukan?.
Dengan kita melakukan pengembangan kepribadian ini pula, kita akan
belajar dalam hal profesionalisme diri, sebab kita adalah makhluk sosial yang
tidak hanya akan mementingkan visi misi kita, dan ini kembali pada
pengembangan kepribadian diri yang menuntun kita pada integritas diri,
kedisiplinan, etika bekerja, dan yang lainnya yang banyak mengandung unsur
bersosial. Disini kita dituntut untuk merancang kehidupan yang akan kita lakukan
selanjutnya, dan menyesuaikannya. Secara alami pun, kepribadian dari diri kita
akan melakukan perbaikan yang tanpa sadar.
Seperti saat kita berbicara didepan umum yang membuat kita sulit berbicara,
namun itu semua akan menjadi lebih baik setelah kita melakukannya beberapa
kali, disini dapat diketahui bahwasannnya, visi misi kita untuk dapat berbicara
didepan umumlah yang mendorong kita untuk dapat merubah itu semua dengan
jalan selalu mencoba lebih baik dari sebelumnya, coba saja bila memang kita tidak
memiliki niat untuk dapat berbica lues didepan umum, dan menjadi lebih baik,
maka perilaku yang selalu mencoba itu pasti terabaikan begitu saja.
Jadi, bisa dikatakan bahwa sukses seseorang ditentukan :
20 % oleh ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis;
11
80 % oleh hal-hal lain ( termasuk kecerdasan emosional ).
Bahwa kasus-kasus yang terjadi dalam pekerjaan disebabkan :
15 % oleh kesalahan dan kurang terampil ( tidak bisa bekerja );
80 % oleh factor rasa suka atau tidak suka.
Bahwa pondasi utama untuk sukses :
1. jujur pada orang lain dan diri sendiri;
2. disiplin;
3. bergaul baik dengan semua orang;
4. dukungan orang tua / keluarga ( termasuk pasangan hidup );
5. ulet dan bekerja keras.
B. PERSONALITY DEVELOPMENT
Terminology configurationaling to constitute translation and English
Language “ personality ”. personality's terminology etymological ala originates
and Latin language “ persona ” (mask) and “ personare ” (through). “Personal ”
usually been used by performers on ancient time for memerankan one behavioral
form and person character, Meanwhile intended one with “ personare ” is that that
performer with pass through its mask tries through issue to express one given
human picture form. E.g.: a namby-pamby, stolid, merrymaker, backslapper,
bullying, etcetera. So that persona is not personal that player is alone, but person
picture and given man type with pass through mask that be used. Severally pro
also defines about personality base paradigm that they believes and analisis's
focus of theory that they develops. Therefore of that, will there are many we meet
definition about that personality. Between configurational definition group that
dikemukan by pro, for example:
a. Gordon W. Allport
On Allport's beginning define personality as “ What a. man really
is.”But that definition by Allport is seen not is equal to then she revises that
definition (Soemadi Suryabrata, 2005: 240) Definition is next to be
12
formulated by Allport is: “Personality is the dynamic organization within
the individual of those psychophysical systems that determine his unique
adjustments to his environment ” (Singgih dirgagunarso, 1998: 11).
Allport's opinion upon if deciphered as: Personality is organisational
dynamic deep individual as psikofisis's system prescriptive its typical deep
trick conforms to environmentally.
b. Krech and Crutchfield
David Krech and Richard S. Crutchfield (1969) in its book that gets
Elements Of Psychology's title formulate personality definition as follows:
“Personality is the integration of all of an individual ’ s characteristics into
a. unique organization that determines, and is modified by his attemps at
adaption to his continually changing environment.” (Personality is
integration of all individual characteristic into an unique unity prescriptive,
and one modified by its effort in conform to environmentally which changed
perpetual). Personality can also diartikan as “ individuals behavioural
quality which adjusted tajamrnelakukan her to environmentally unique ala ”.
That adjusted uniqueness really gets bearing with that configurational
aspects alone, which is cover following things:
a. Character, which is behaviour delineation with self-assertive appreciative
(really incorrect, well bad) well explicit ala and also implisit.
b. Temperament, which is someones reactive disposition, or quick / its slowing
reacts to excitement that come from environment.
c. Attitude to object (person, object, scene, norm etcetera) one that gets positive
character, negative or ambivalent (hum and haw).
d. Emotion stability, which is stability rate reacts emotional to excitement and
environmentally. As: edge out don't it be pertained beside oneself, downcast or
hopeless at something.
e. Responsibilitas (accountability), kesiapan to accept risk and action or conduct
that is done. As: receptive risk to the manner born, wash puts hand out, or escapes
faced risk.
13
f. Sosiabilitas, which is person disposition that gets bearing with subjective
interpersonal. This disposition as observable as deep enclosed personal character
or exposed; and ability gets communication with other people.
Personality traits are defined as the relatively enduring patterns of thoughts,
feelings, and behaviors that distinguish individuals from one another. [1] The
dominant view in the field of personality psychology today holds that personality
emerges early and continues to change in meaningful ways throughout the
lifespan.[2] Evidence from large-scale, long-term studies has supported this
perspective.
Adult personality traits are believed to have a basis in infant temperament,
meaning that individual differences in disposition and behavior appear early in
life, possibly even before language or conscious self-representation develop.[3]
The Five Factor Model of personality has been found to map onto dimensions of
childhood temperament,[4] suggesting that individual differences in levels of the
“big five” personality traits (neuroticism, extraversion, openness to experience,
agreeableness, and conscientiousness) are present from young ages.[5]
1. Lifespan perspectives
Classic theories of personality, such as Freud’s tripartite theory, and post-
Freudian theories, including developmental stage theories and type theories, have
often held the perspective that most personality development occurs in childhood,
and that personality is stable by the end of adolescence. As recently as the 1990s,
modern personality theorists concurred with William James’ 1890 assertion that,
by age 30, personality is “set like plaster”.[6] Currently, lifespan perspectives that
integrate theory and empirical findings dominate the research literature. The
lifespan perspective of personality is based on the plasticity principle, that
personality traits are open systems that can be influenced by the environment at
any age.[7] This interactional model of development emphasizes the relationships
between an individual and her environment, and suggests that there is a dialectic
between continuity and change throughout the lifespan.[8][9] Large-scale
longitudinal studies have demonstrated that the most active period of personality
development appears to be between the ages of 20-40.[10] Personality grows
14
increasingly consistent with age and plateaus sometime around age 50, but never
reaches a period of total stability.[11] Although change is less likely later in life,
individuals retain the potential for change from infancy to old age.[12]
2. Factors influencing personality development
Personality traits demonstrate moderate levels of continuity, smaller but still
significant normative or mean-level changes, and individual differences in change,
often late into the life course.[13] This pattern is influenced by genetic,
environmental, transactional, and stochastic factors.[14]
2.1. Genetic factors
Twin and adoption studies have demonstrated that the heritability of
personality traits ranges from .3-.6, with a mean of .5.[15] Heritability of .5 means
that 50% of variation in observable personality traits is attributable to genetic
influences. But a given genotype will lead to a certain phenotype only under the
right environmental circumstances.[16] In other words, the heritability of a trait
may change depending on an individual’s environment and/or life events. An
example of the way environment can moderate the expression of a gene is the
finding by Heath, Eaves, and Martin (1998)[17] that marriage was a protective
factor against depression in genetically identical twins, such that the heritability of
depression was as low as 29% in a married twin and as high as 51% in an
unmarried twin. Ultimately, emerging evidence suggests that genetic and
environmental influences on personality differ depending on other circumstances
in a person’s life.[18]
2.2. Environmental factors
With the effects of genetic similarity are removed, children from the same
family often appear no more alike than randomly selected strangers;[19] yet
identical twins raised apart are nearly as similar in personality as identical twins
raised together.[20] What these findings suggest is that shared family environment
has virtually no effect on personality development, and that similarity between
15
relatives is almost entirely due to shared genetics. Although the shared
environment (including features like the personality, parenting styles, and beliefs
of parents; socioeconomic status; neighborhood; nutrition; schools attended;
number of books in the home; etc.) may have a lasting impact at the extremes of
parenting practice, such as outright abuse, most personality researchers have
concluded that the majority of “average expectable environments”[21] do not have
an effect on personality development.
The weakness of shared environmental effects in shaping personality came
as a surprise to many psychologists, and spurred research into nonshared
environment, or the environmental influences that make siblings different from
one another instead of similar.[22] Nonshared environmental effects encompass the
variability in behavioral outcomes that is not explained by genetic and family
environmental influences. The nonshared environment may include differential
treatment by parents, individually distinct reactions to the shared family
environment, peer influences, and experiences that occur outside the family. [23] In
adults, nonshared environment also encompasses the unique roles and
environments experienced after leaving the family of origin. Further effects of
environment in adulthood are demonstrated by findings that different work,
marital, and family experiences are associated with personality change.[24]
2.3. Gene-environment interactions
Van Gestel and Van Broeckhoven (2003) write, “Almost by definition,
complex traits originate from interplay between (multiple) genetic factors and
environment.”[25] Interactions between genetic predisposition and the environment
are a major factor in personality development. The corresponsive principle of
personality development states that “life experiences may accentuate and reinforce
the personality characteristics that were partially responsible for the particular
environmental elicitations in the first place”.[26] This principle is summarizes how
gene-environment interactions (also called person-situation transactions) maintain
and reinforce the continuity of personality throughout the lifespan. Three main
types of gene-environment interactions are active (the process by which
16
individuals with certain genotypes select and create environments that facilitate
the expression of those genotypes), passive (the process by which genetic parents
provide both the genes and the early environmental influences that contribute to
the development of a characteristic in their children), and reactive (the process by
which non-family individuals respond to the behavior produced by a genotype in
characteristic ways).[27]
3. Analisa
Sehingga persona itu bukan pribadi pemain atas diri sendiri, tetapi
gambaran pribadi dan tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang
dipakainya. Beberapa ahli juga mendefinisikan tentang kepribadian berdasarkan
paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka
kembangkan. Maka dari itu, akan banyak kita jumpai definisi tentang kepribadian
tersebut.
Pada mulanya kepribadian didefinisikan sebagai “What a man really
is.”Tetapi definisi tersebut dipandang tidak memadai yang kemudian direvisi
definisi tersebut (Soemadi Suryabrata, 2005: 240)menjadi “Personality is the
dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that
determine his unique adjustments to his environment” yang memiliki arti
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis
yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. Sehinggga Kepribadian dapat juga diartikan sebagai “kualitas
perilaku individu yang tajam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan
secara unik”. Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek
kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal berikut :
a. Karakter
b. Temperamen.
c. Sikap terhadap objek
d. Stabilitas emosi
e. Responsibilitas
f. Sosiabilitas
17
BAB III
KESIMPULAN
Sikap pengembangan diri perlu dibangun karena menentukan keberhasilan
kita dalam dunia kerja maupun kehidupan sosial. Sikap hidup menentukan
tindakan, pola hubungan dengan orang lain, perlakuan yang kita terima dari
orang lain, keberhasilan dan kegagalan, menentukan hasil akhir, cara pandang
yang positif dan optimis. Sikap kita saat ini merupakan hasil dari sikap-sikap
kita selama ini. Segala aktivitas ditentukan oleh niat dan seseorang akan menuai
hasil aktivitasnya sesuai dengan niatnya.
Kesuksesan kita peroleh tidak lepas dari awal proses pengembangan diri
kita sendiri. Jika kita mampu mengembangkan diri dengan baik, maka kita akan
mampu mendorong diri kita untuk menuju sukses. Empat syarat mencapai
kesuksesan : Profesionalism (profesionalisme), Passion (semangat), Personality
(kepribadian) dan Purpose (tujuan).
Kegagalan kita dalam melakukan pengembangan diri pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap kinerja kita dan membawa dampak buruk pada diri kita.
Dalam lingkungan kerja jika kita tidak dapat bersikap baik dan bahkan semau
kita sendiri, atasan akan memberikan kita teguran bahkan akan memutuskan
hubungan kerja (PHK). Untuk menghindari hal tersebut harusnya kita dapat
menjadi pribadi yang baik dengan diiringi pengembangan diri yang maksimal.
Menjadi pribadi yang disiplin adalah salah satunya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, A.B., 1997, Professional Image, PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta
http://beenetdelanggu.blogspot.com/2012/05/pentingnya-pengembangan-diri-
untuk.html
Caspi, A. & Roberts, B. W. (2001). Personality development across the life
course: The argument for change and continuity. Psychological Inquiry 12(2): 49-
66.
Roberts, B. W., Wood, D., & Caspi, A. (2010). The development of personality
traits in adulthood. In O. P. John, R. W. Robins, & L. A. Pervi (Eds.), Handbook
of personality: Theory and research (3rd ed., pp. 375-398). New York, NY:
Guilford Press.
Rothbart, M. K., Ahadi, S. A., & Evans, D. E. (2000). Temperament and
personality: Origins and outcomes. Journal of Personality and Social Psychology
78: 122-135.
Putnam, S. P., Ellis, L. K., & Rothbart, M. K. (2001). The structure of
temperament from infancy through adolescence. In A. Eliasz & A. Angleitner
(Eds.), Advances in research on temperament (pp. 165-182). Germany: Pabst
Science.
Deal, J. E., Halverson, C. F., Havill, V., & Martin, R. (2005). Temperament
factors as longitudinal predictors of young adult personality. Merrill-Palmer
Quarterly 51(3): 315-334.
Costa, P. T. Jr. & McCrae, R. R. (1994). Set like plaster? Evidence for the
stability of adult personality. In T. F. Heatherton & J. L. Weinberger (Eds.), Can
personality change? (pp. 21-40). Washington, DC: American Psychological
Association.
19
Top Related