Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

8
Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

Transcript of Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

Page 1: Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

Page 2: Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

AKTI\TITAS ANTIKANKER KATARANTIN PADA SEL MOUSE IIIAMMARYCANCER MmT06054

Dingse Pandianganr), R. Esyanti2), Edwin de eueljoer)

ABSTRAKKebutuhan terhadap obat anti kanker yang sangat mahal harganya mendorong para peneliti danindustri farmasi untuk mencari terobosa, 6r* i"rgun huruprn mendapatkan senyawa antikankerbaru' Tujuan umum penelitian ini adalah untut ,riena;;;;t;" senyawa antikanker baru denganmerrianfaaikan katarantin sebagai prekursor, se.h11ssa irarga kemoterapi kanker dapat ditekan-Tujuan khususnya adalah memperoieh informasi ilrffi"h *"ig"nai aktivitas antikanker katarantinuntuk menekan pertumbuhan sel kanker. Penelitian iri iilur.utan untuk -engu3i aktivitasantikanker senyawa

fiti-rflarantin. uji,yang.harus ditempuh suatu senyawa aktif yang dikaitkandengan antikanker adalah uji aktivitas. qi aIi"it"r k;;;ti, ,rt;tr;k i;; j"t-;; teknik in vitrodengan menggunakan sel mouse mammary ccmcer MmT06054. Daya hambat pertumbuhankanker ditentukan dengan menghitung sel hiiup oun *uii. p"nentuannya dengan menggunakan ujiMTT. Absorbansi formazan thasil reJutsi MJp girtr, fra" o*jrn, gerombang 560 nm.Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi ,"t ruJ"i terlihat jelas epiteloid dan tidakmengalami perubahan morfologi selama p"rlukrun. Jumlah sel sJmakin'*Lnr*n denganmeningkatnya konsentrasi katarantin- Hasil iengukuran ubsorbansi oada uji tufi *"nrnjukkanadanya penurunan absorbansi dengan persamaan y: _0,0034x + 0,g339 dengan R.: 0,9765.Dari persamaan tersebut dapat dltentukan ID5e yaitu g'g,2 pg/mL IDso yang demikian tidakmendukung dan membantah pernyataan \berapa puurituril"belumnya yang menyatakan bahwakatarantin adalah senyawa antikanker- Dinyatakan suatu senyawa murni sebagai antikankerapabila ID56 < 20 PglmL- Hal ini menunjukkan bahwa katarantin murni tidak aktif sebagaiantikanker' Namun berperan penting sebagal prekursor antikanker dimeralkaloid.Produksi katarantin sangat penting o]t"*rtlurri"" Jiti.gr."ilil, oleh karena melalui kultur in vitrokandungan katarantin dapat ditingkatkan, sedangkan ururoia di-"--.rk yang digunakan senbagaiantikanker selama ini sangat r"iduh. Jelas baiwa p."a.tri antikanker secara in vitro akanmengalami kesulitan dan produksinya sangat rendah. Produksi antikank", uL* u"rrrasil denganmemanfaatkan bioreaklor. hanya dengan produksi monomer kemudian dengan metoda semi-sintetik digabungkan menjadi antikanfer dimerik

"lkdrie. pr;duksi monom"ri? iinggi dan cepattentu produksi antikanker dimerik juga tinggi dan cepat.

Kata kunci : Anti kanker, katarantin.

ANTICAI{CER ACTIVITY OF CATIIARANTHIAI'E TO CELL OF MOUSEMAMMARY CAIICER MmT06054

cancer l1-not easy to-be cured. More over fiJffiear after a surgery proses. To cure canceris very difficult beside that the medicines used are ""d;i";;;;e. Some-researcher reported thatthrough tissue culture such as suspension cells, callu-s, ,*t, *a aggregates cultures productionof alkaloid in c' Roseus were enhance. This research ui*, t"u, to investigated the new anticancersubstances by using the caoraranthine as precursor, then the cost of chemotherapy could bedecreased' The objective of this research l"* rf investigated the information about catharanthineactivity to supressed the cancer cell growth and to nna I"t ir," eell cancer respons by in vitro tobioactive substances from cell aggrelate extract. This research was done for catharanthine andextract cell aggregat anticancer activity assays. Its done by n ,*o and using mouse marnmarycancer MmT 06054' The growth inhibition of cancer w-as determined witli MTT assays. The

l)2)

frogram Studi Biologi FMIPA LINSRAT, ManadoProgram Studi Biologi, SITH ITB Bandung

Page 3: Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

108 Jurnal llmiah Sains Vol. 8 No. 1, April 2008

absorbance of formazan (MTT reduction ) was determined at 560 nm. This absorbances used todetennined the ID5s.

The result indicated that the cell morphology was epitheloid and change not occured belongtreatrnent. The amount of cell decreased be in accordance with catharanthine and extract cellaggregate concentration. The measuring of absorbance indicated that catharanthine treatment wasdecreased amount of cancer cell, with the equality, Y : -0,0034x + 0,8339 with Rf : 0,9765.From this equality the ID was find out 98.2 pdml.This result indicated that catharanthine didn'tactive as anticancer but it have a role as precursor or monomer dimeric alkaloid anticancer at C.roseus- Production of catharanthine very important to continued and increased, because thecatharanthine contents by in vitro was high, while dimer alkaloid content was a little. Theanticancer production succeed with useful catharanthine as monomer. Production anticanceralkaloid dimeric succeed by in vitro with tecnologr semi-synthetic among catharanthine andalkaloid monomeric other. If the amount catharanthine abundant then the amount of anticancerabundant too. Because ofthat catharanthine production in bioreactor be needed at the 2008 year.

Keywords: Anticancer, catharanthine

PENDAHULUAN

Penelitian tentang senyawa bioaktifsecara konvensional saat ini sudah banyakdilakukan di Indonesia. Namun sampai hanyapada batas wacana, belum sampai pada skalaindustri. Penggunaan tanaman secarakonvensional akan menimbulkan habisnyasumberdaya alam apabila tidak diikuti denganteknik kultur jaringan atau bioreaktor. Salahsatu kelebihan teknik ini adalah dapatdilakukan pengontrolan pertumbuhan sel danpengaturan proses-proses metabolisme secaraotomatis untuk peningkatan produktivitas.(Anderson et al, 1986; Fowler, 1983; Zer*. etal, 1977).

Salah satu masalah pembangunannasional yang menjadi prioritas adalahkesehatan masyarakat. Akhir-akhir ini banyakyang menderita penyakit kanker. Padaawalnya penyakit kanker disebut penyakitgenetik, namun sekarang ini tidaklahdemikian- Keluarga yang tidak pernahmenderita penyakit kanker pun, sekarang inisudah jadi penderita. Hal ini menuqiukkanbahwa kesehatan masyarakat semakin tidakbaik. Pada tahun 2000, frekuensi penyakitkanker payudara pada wanita mendudukiperingkat pertama. Di Indonesia mencapai25.208 kasus per tahun dan kematian hampir50Yo yaitu 10.881 orang per tahun (Parkin e/aL,200fl. Kematian tersebut 90% disebabkankarena observasi dilakukan pada stadiumIanjut" Hal ini terjadi karena mahalnya obat-obatan dari terapi di Indonesia, karena masihtergantung dengan luar negeri. Apabilaproduksinya sudah dilakukan sendiri di

Indonesia sudah tentu dapat menekan hargaobat kanker. Obat kanker dan terapitumbuhan tradisional sangat baik jugamenekan angka resiko tersebut. Denganadanya penelitian ini besar harapan produksiantikanker bisa dilakukan di Indonesia yangtentu dimulai dari perguruan tinggi yangmenciptakan peneliti yang ulet dan tangguh-

Pengobatan kanker sangat sulit danobat-obatannya yang sangat mahal, sepertivinblastin yang berharga 16,7A US$ permiligram atau sekitar Rp. 1.670.000,00 pergram (catalog Sigma-aldrich, 2001, dengan IDolar Amerika sama dengan Rp 10.000).Kemoterapi kanker leukemia denganmenggunakan vinblastin diberikan dosisnormal untuk dewasa 1-1,4 mdfr:'2 pennukaantubuh setiap 1 kali seminggu @e Padua &Bunyapraphatsara, 1999). Berbagai jenisalkaloid antikanker seperti katarantin,vinblastin, vindesin, vinorelbin dan vinlcristintelah di produksi dari C. roseus secara in vivo.Produksi 50 mg vinkristin dan 2 g vinblastinmembutuhkan I ton dtrun kering C. roseus,karena kandungan dalam daun hanya sekitar0,70-0,82 % (Samiran, 2000). NamunVerpoorte et al- (1993) menyatakan bahwakatarantin dapat diproduksi 230 mg/l dalamkultur suspensi sel setelah 1 minggupertumbuhan. Hal tersebut menunjukkanbahwa penerapan kultur jaringan ataubioreaktor dalam memproduksi alkaloidantikanker sangat menguntungkan, konsistendan cepat.

Pada penelitian sebelumnya olehpenulis telah dilakukan berbagai upaya untukmembuktikan kandungan katarantin dalam

-

Page 4: Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

kulur jaringan mulai dari kalus sampai padatingkat sel. Disamping itu juga dilakukanproses peningkatan dengan berbagai caraseperti penambahan zat pengatur tumbuhNAA, prekursor, dan elisitasi. Ada hasil yangmenggembirakan untuk memproduksikatarantin tersebut dengan memanfaatkanhasil-hasil tersebut. Namun ada hal yangmenjadi pertanyaan selama penelitianberjalan. Apakah benar katarantin inimempunyai kemampuan untuk menekanpertumbuhan kanker? Untuk menjawabnyapeneliti mencoba menelusuri beberapapustaka baik jurnal, buku, internet bahkankontak person lewat e-mail kepada Prof.Jolicuour di Belanda yang telah menelititentang katarantin dalam hal sintesisnya.Beliau memberi jawaban bahwa hal itu belumpernah dipelajari sehingga pertanyaan belumterjawab sampai saat ini. Laporan yang sudahada adalah bahwa katarantin adalah senyawaprekursor untuk sintesis vinblastin danvinkristin. Tapi pada beberapa buku ditulissecara implisit bahwa katarantin juga sebagaiantikanker, namun belum ada yangmenyatakan dalam jumal (hasil penelitian).Untuk mengatasi masalah di atas maka perludilakukan suatu penelitian untuk mengujiaktivitas antikanker katarantin denganmenggunakan lini sel

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mampu melakukan uji penghambatanpertumbuhan sel oleh katarantin denganmengamati viabilitas sel yang dilakukansecara in vitro tanpa harus menggunakanhewan utuh yang merupakan suatulangkah mengurangi pembunuhan hewansebagai langkah efisiensi.Mampu membuktikan seberapa besar ID5skatarantin dan ekstrak hasil kulturjaringan terhadap sel kanker, sebagairujukan untuk melangkah pada penelitianselanjutnya.Memperoleh informasi ikniah mengenaiefektifitas katarantin untuk menekanpertumbuhan kanker sebagaimanainformasi yang sudah lama beredar dimasyarakat.Mengetahui respons sel kanker terhadapsenyawa bioaktif katarantin yangdihirapkan dapat menekan pertumbuhansel-selnya sebagai acuan untukmenetapkan apakah katarantin sendiri

Pandiongan, Esyanti, dan Queljoe: Aktifitas antikanker ..... 109

dapat dijadikan sebagai senyawaantikanker atau tidak.

METODOLOGI PENELITIAN

Pembuatan Larutan Induk Katarantin

Ekstrak kering hasil isolasi padatahun 2006 yang berisi katrantin dankatarantin murni ditimbang sebanyak I mgdan dimasukkan ke dalam eppendorfukuran ImL. Pada tabung ditambahkan 0,1 mL larutanDMSO steril sampai larut. Kemudianditambahkan aquadest steril sampai garistanda I mL dan divortex sampai homogen.Larutan yang diperoleh disaring denganmembran filter 0,45 pm dan dimasukkan kedalam tabung bertutup steril. Konsentrasilarutan induk yang diperoleh 1000 mg/L-

Pembuatan Larutan Uji Katarantin(Sampel)

Tabung bertutup steril dipersiapkansebanyak 3 buah. Tambahkan 880 pl larutanDMSO l0 % steril pada tabung 1,2 dan 3.Tabung 1 tidak diisi katarantin dan sebagailarutan kontrol digunakan larutan DMSO 10% steril. Pada tabung 2 ditambahkan 120 pllarutan induk katarantin hasil ekshaksikemudian digoyang perlahan sampaihomogen. Tabung 3 ditambahkan larutaninduk katarantin murni DA pl kemudiandigoyang perlahan sampai homogen-Konsentrasi larutan uji yang diperoleh 120mgtL. Pembuatan konsentrasi lainnyadilakukan dengan cara yang sama, sehinggavariasi katarantin standar dari 0, 15, 30, 60,l2A, mgll- demikian juga katarantin hasilekstraksi agregat sel-

Cara Kerja Uji Antikanker

Bahan percobaan

Pada penelitian ini digunakan selmouse momary cancer MmT 06054 yarrgdipelihara di dalam botol kultur berisimedium pemeliharaan yang mengandungmedium dasar RPMI-1640 dari Gibco danFetol Bovine Serum (Gibco) 10%\ . Seldiinkubasi dalam inkubator CO, (FormaScientific) pada suhu inkubasi 36,50C,kelembaban 90% dan kadar COz Soh.Katarantin yang digunakan adalah katarantinmurni yang diperoleh dari Verpoorte dan

Page 5: Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

I 10 Jurnal llmioh Sains Vol. 8 No. I, April 20A8

Magdy El-Sayed dari Laboratorium Gorlaeus,

Pusat Ilmu Pengetahuan Biofarmq Leiden-Nedherland.

Sterilisasi alat dan medium

Alat-alat medium Yang digunakan

berada dalam keadaan steril. Semua alat yangdigunakan dicuci terlebih dahulu. Alat-alatgelas dan plastik disonikasi dengan sonikator(Baranson a Smith kline Company) selama 30

menit, kemudian dikeringkan dalam oven(Heraeus) 600C. Alat-alat gelas disterilkand"rgu, oven (Heraeus) pada suhu 1800C

selama 2 jan, sedangkan alat-alat yangterbuat dari plastik disterilkan dengan

autoklaf (Electric pressure steam sterilizermodel 25X) pada suhu 1210C, tekanan 15

lbVinch2 selama 20 menit.Medium dasar disterilkan dengan

metode filtrasi menggunakan membran

milipore 0,2 pm (Gelman Sciences) Mediumperlakuan, larutan tripsin serta larutan EDTAdifiltrasi dengan menggunakan Acrodiscsyringe filter yar,g memilki pori 0,2 pm.Larutan FBS disterilkan menggunakanautoklaf pada suhu 12fC, tekanan 15

lbs/inch2 selama 30 menit.

Kultur sel

Pengkulturan sel dilakukan dalamkondisi steril. Sel mouse mornory concerMmT 06054 dipelihara dengan 5 mL mediumpemeliharaan dalam botol kultur 25 cm'(Nunclon). Medium pemeliharaan digantisetiap 2 hari dan subkultur dilakukan ketikakultur sel telah memenuhi SAYI substrat.Subkultur dilakukan seperti cara yangdigunakan Alley (1998)

Kuantifikasi jumlah sel

Kultur sel yang telah memenuhi 80%subshat siap untuk didisosiasi- Disosiasidilahrkan dengan cara pencucian kultur seldengan FBS sebanyak 3 kali lalu dibilasdengan EDTA A,02 yo dan diberi tripsin 0,25Yo serta diinkubasi pada suhu 37 % dalaminkubator CO2 selama 2 menit sampai sellepas dari substrat botol kultur. Suspensi sel

ditambah dengan medium pemeliharaan yangmengandung 5o/o FBS dengan perbandinganvolume 1:1 Sel kemudian disentrifugasidengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit.Supernatan hasil sentrifirgasi dibuang dan

pelet sel diberi medium pemeliharaan. Sel

hidup dihitung dengan menggunakan

hemasitometer tipe Improved -Neubauerdengan rumus perhitungan Freshney, (2000).

Perlakuan Sel Kanker dengan Katarantin

Perlakuan dilakukan denganmenggunakan multiwell plate dengan 96

sumur. Dalam percobaan, sebelum sel diberiperlakuan, masing-masing 2.000 sel per

sumur ditanam dengan medium dasar yangdiberi 20 FBS dalam multiwell plate dandiinkubasi semalam atzu 24 jam agar sel

melekat pada subshat. Pada hari berikutnyasel diberi perlakuan.

Kelompok percobaan dibagi menjadidua yaitu kelompok kontrol dan kelompokperlakuan. Kelompok kontrol yaitu sel yangdipelihara dalam medium SFDM tanpa diberikatarantin (K). Kelompok perlakuanmerupakan sel yang dipelihara dalam mediumSerum Free Define Medium (SFDM). Pada

setiap kelompok percobaan, sel ditanamdalam cawan petri kultur multiwell dengan96 sumur (Nunclon).

Sel diinkubasi selama 48 jam dan

medium perlakuan diganti setiap 24 jarn.

Pengamatan morfologi sel denganmenggunakan mikroskop fase kontras (Nikoneclipase TE 300) dilakukan pada masainkubasi 0,24 dan 48 jam. Tahap pengerjaanini diulang sebanyak 3 kali. Hasil pengamatandidokumentasikan dengan Nikon Digitalcamera DW 1200F dan program ACT-Iversi 2.

Pengukuran aktivitas antikanker denganMTTAssays

Aktivitas proliferasi sel setelahperlakuan diukur dengan pemberian larutanMTT. Medium dibuang dan diberi 200 FLmedium dasar yang mengandung 2% FBS dan50 pL larutan MTT untuk setiap sumur- Seldiberi MTT untuk mengukur efek sitotoksiksampel (katarantin dan ekstrak). Seldiinkubasi kembali selama 4 j*n pada suhu370C dengan kondisi gelap. Setelah itu,medium dibuang dan diberi 200 pL DMSOdan 25 pL bufer glisin. Intensitas wamakemudian diukur dengan menggunakanmicroplale reader pada panjang gelombang560 nm. Intensitas absorbansi warna dibuatuntuk mencari nilai Inhibition concentration

Page 6: Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

sebanyak 5A % QC5e) dari katarantin dan

ekstrak agregat sel.

IIASIL DAII PEMBAIIASAN

Hasil pengamatan uji MTT dari sel

kanker dengan perlakuan katarantin murnidapat dilihat pada Tabel 1. Data tersebutmerupakan rata-tara absorbansi dari 8 kalipengukuran yang sudah dikurangi absorbansiblanko masing-masing. Kemudian rata-rataabsorbansi di buat persamuurn regresinya(Gambar 13), yaitu Y : -0,0034x + 0,8339dengan * : 0,9765. ID50 dihitung denganmenentukan Y (absorbansi formazan) 0,5,yang artinya 50o/o sel mati dan 50 % sel hidup(Fresney (2000). Melalui subsitusi Y: 0,5

pada persamaan tersebut diperoleh ID 50

adalah 98,2 pglml (Gambar 1). Hasil inimenunjukkan bahwa katarantin murni itusangat rendah antikankernya, atau tidak aktif.

Tabel l. Rata-rata hasil pengukuranabsorbansi formazan pada ujiMTT sel mouse mommary concerMmT 06054 pada l' 560 nmdengan perlakuan berbagaikonsentrasi katarantin murni.

Katarantin(uplml) Absorbansi l" 560 nm+Stdv

0 0.861+0,03715 0.788+0.05730 0"691+0,05260 0,626+0,051na 0.0435+0.054

Menurut Alley (1988) dan Geran eraI. (1972) bahwa suatu senyawa murnidikatakan aktif apabila nilai IC50 sekitar 2-4pgrnL. Bila dibandingkan dengan hasilpengamatan maka katarantin itu sendiribukan antikanker. Katarantin merupakanprekursor atau monomer untuk antikankerdimerik alkaloid seperti vinblastin, vinkristin(ISO, 2006; Noble, 1990), vinorelbine,vindesin (de Papua et al., 1999; Roberge etal., 2000). Penelitian ini menegaskankesalahan persepsi yang selama ini terjadibahwa katarantin adalah senyawa antikanker(Wijawakusuma et ol. 1992 dan Dalimartha"2004). Nama katarantin memang merupakannama yang sama dengan Catharonthusroseus. Uji sitotoksik pada ekstrak C. roseus

Pandiangan, Esyanti, dan Queljoe: Aklifitas antikanker -...' l1 I

yang sangat aktif sebagai antikanker bukan

karena katarantin yang ada di ekstrak

tersebu! tetapi karena adanya vinkristin,vinblastin, vindesin dan vinorelbin dalamekstrak tersebut.

Gambar 1. o..,;;?,,, hasir Mrrkatarantin pada konsentrasi 0,15, 30, 60, 120 pglml danpenentuan ID50 pada 98 pglmL

Hasil analisis regresi absorbansi ujiMTT digunakan untuk penentuan [D:o Hasilmenunjukkan bahwa katarantin kurang efektifsebagai antikanker. Hal ini dibuktikan denganmembandingkan antara kontrol dengankatarantin. Dari hasil uji t pada o : 0,001

maka diperoleh hasil bahwa katarantin tidakberbeda nyata dengan kontrol. Walaupunperbedaan itu jika dikaitkan dengan alctivitassebagai antikanker tetap tidak afektif, hal itudisebabkan karena ID5s nla masih jauh dariyang ditentukan yaitu < 20 pglml.. ID5sekstrak agregat sel masih di 58,5 pdmL.

Jika dikaitkan dengan aktivitasantikanker obat antikanker vinkristin danvinblastin, maka katarantin tidak efektifsebagai antikanker. Hal ini dibahas dari hasiluji antiproliferasi dan anti-calmodulinvinkristin dan vinblastin yang dilakukan olehMolnar et al. (1995) menunjukkan bahwa ICso

vinkristin adalah 400 pM atau IDso adalah0,39 pglml- dan ICso viblastin adalah 430pM atau IDso adalah 0,37 pglmL. Apabiladibandingkan dengan hasil tersebu! rnakakatarantin tidak dapat dijadikan antikankersendiri, tetapi harus digabungkan denganvindolin atau monomerik alkaloid lainnya(Verma et a|.2007).

Sebagaimana dilaporkan oleh dePadua et al. (1999), Verma et al.(2007) darrRoberge et al. (2000) senyawa antikankervinkristin dan vinblastin tidak dapatdidapatkan dengan teknik sintetik kimia total,

l.tI

0,9

o 0.8

X o,! o.e

E o.t5 o-4ts<0J

o2o,I

0

Page 7: Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

112 Jurnal llmiah Sains Yol. 8 No. l, April 2008

disamping itu selama ini antikanker komersialtersebut dibuat secara semisintetik dan tekniksemisintetik tersebut dikerjakan denganmenggabungkan monomer katarantin denganmonomer alkaloid lainnya dengan oksidasikatarantin singlet oksigen dalam larutan asamHCL 0,1 M (Verma, et al- 2007).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

a) Penghambatanoleh katarantinvitro atau ID5s98,2 pg/mL.

pertumbuhan sel kankeryang dilakukan secara izkatarantin terjadi pada

Anonim. 2007b. MTT assay for cellproliferation http://www.protocolonline.org/prot/CelLBiolory/Cel I_Growh_Cyotoxi citylMTTCel l_proliferation_Assay/index.html (15 Januarti2007).

Alley, M.C., Scudiero, D.A., Monks, A.,Hursey, M.L.,Czerwinski, M.J., Fine,D.L., Abbott, B.J., Mayo,J.G-,Shoemaker, R.H., and Boyd, M.R.1988. Feasibility of drug screening withpanels of human tumor cell lines usinga microculfuretetrazolium assay.Cancer Research. 48: 589-601.

Asada, M. & M. L. Shuler. 1989. Stimulationof Ajmalicine Production and Excretionfrom Catharanthus roseus : Effect ofAdsorption in situ Elicitor and Alginateimmobilization. Dalam : Apptied ofMicrobiologt Biotechnologt. 30 : 47 4 _481.

de Padua, L.S., Bunyapraphatsara, N. AndLemmens, R.H.M.J. (Editors). lgg9.Plant Resources of South East Asia no-12(1). Medicinal and pcjisonous plants1. PROSEA Foundation, Bogor,lndonesia. p. 185-190

Dicosmo, F. & M- Misawa. 1995- plant Cell- and Tissue Culture : Altematives forMetabolites Productions. Dalam :Bioteclmologt Advances.3 : 425 - 453.

Fowler, M. W' 1983. Commercial Applicationand Economic Aspect of Mass plantCulture,dalam: plant Bioteclmologt.Mantell, S. H. & H. Smith. CambridgeUniversity. London.

Freshney, R.I. 2000- Culture of animal cell: amanual of basic technique, 4d' ed.Willey-Liss Inc. Canada

Hidayat, M. H. 2002. Uji AktivitasAntikanker Ekstrak Heksana Daun

! uqatorium triplineme Vahl. TerhadapKultur Sel Mieloma. Jurnal ILMUDASA& Vol. 3 No.2, hal: 92_97

ISO Indonesia. 2006. Informasi SpesialiteObat Indonesia Vol 41. Ikatan SarjanaFarmasi Indonesia. Jakarta

b) Katarantin tidak efektif untuk menekanpertumbuhan kanker melalui uji MTT.Lebih efektif digunakan monomer atauprekursor antikanker dimer alkaloid (obatantikanker).

c) Ekstrak agregat sel dan katarantin tidakefektif setelah dibandingkan denganaktivitas antikanker vinkristin danvinblastin.

Saran

Perlu dilanjutkan produksi katarantinpada skala bioreaktor, ini sangat pentingkarena produksi senyawa antikanker aimeriialkaloid seperti vinorelbin, vindesin,vinblastin dan vinkristin, sangat rendah padain vitro sedangkan untuk mengatasi ekplorasisumber daya alam sebagai tumbuhan obatagar tidak mengalami kepunahan teknik rzvitro sangat dibutuhkan. Semisintetikmerupakan solusi produksi antikanker yangtepat dengan menggabungkan katarantindengan monomerik alkaloid lainnya agarantikanker baru didapatkan

DAr"TAR PUSTAKA

Alexandrova, R., I. Alexandrova,M.Velcheva, T. Varadinova. 2000.Phytoproduct and Cancer. Exp. pathol-Porasitol.,4, 15-26

Anonim. 20A7a. protocols MTT Assay

bin/proYview cache.cgi?JD:2509) 15

E

Janaari2007 -

Page 8: Volume 8 Nomor 1 Aprrl 2008

Lazo Lab Protocol online MTT Assayshttp://www.protocolonl ine.org/prot/Cel IB iology/Ce I lGrowth_CytotoxicityiMTT _Cell_Proliferation_Assay/index.html (down Ioad 15 Oktober 2006).

Molnar, A-, Liliom, K., Orosz, F., Vertessy,B.G., Ovadi, J. Anti-Calmodulinpotency of indol alkaloids in in vitrosystems.

Noble, R.L. 1990. The discovery of the vincaalkaloids-chemotherapeutic agentsagainst cancer. Biochem. Cell Biol. 68:1344-t351.

OliffA, J.B.Gibbs, F. Cormick. 1996. Newmolecular targets for cancer therapy.Scienti Am 275 (3) : I 10- I 15

Pandiangan, D., B- Doodoh, D.M.F.Sumampow- 2000. Induksi kalus dantunas Catharanthusroseus- ProsidingSeminar Nasional MIPA I"Pengembangan sains dan teknologidalam pemanfaatan sumber dayaalam". FMIPA UNSRAT Manado.

Pandiangan, D. dan N. Nainggolan. 2A06a.Produksi Alkaloid dari kalus tapakdara, Jurnal llmiah Sains. 6: 48-54.

Pandiangan, D. dan N. Nainggolan. 2006b.Peningkatan produksi katarantin padakultur kalus C. roseus yang diberiNAA. Jurnal Hayati l3,3 pg0-94

Pandiangan, D., Rompas, D., Aritonang, H.,Esyanti. & Marwani, E. 2006a-Pengaruh triptofan terhadappertumbuhan dan kandungan katarantinpada kultur kalus C. roseus. hnnalMatematikn don Sains I I :4. p. I I l-1 18.

Pandiangan, D., Rompas, D., Aritonang, H.,Esyanti. R, Marwani, E. 2006b.Produksi katarantin pada kultur agregatsel C. raseus: Optimasi danpeningkatan produksi. LaporanPenelitian Hibah Pekerji. LembagaPenelitian UNSRAT-

Pandiangan, Esyanti, dan Queljoe: AhiJitas antikanker ..... I l3

Roberge, R, Cinel, 8., Anderson,H.J.,Lim,L., Jiang, X., Xu, L., Bigg C.M-,Kelly, M.T. and Andersen, R.J. 2000.Cell-based Screen for AntimitoticAgents and identification of Analoguesof Rhizoxin, Eleutherobin, andPaclitaxel in Natural Extracts. ConcerResearch 60, 5052-5058.

Scragg, A. H. 1994. Bioreactors for The MassCultivation of Plant Cells. Dalam :

Plant Biotechnologt. Fowler, M. W.,Warren, G. S., & Mo+.Young M.Pergamon Press. [nc. New York. p. 49

- 62.

Samiran. 2001. Tapak dara penumpas kankerpayudara. Laboratorium Fitokimia,Balitbang Botani (Herbarium) LIPIBogor. Dalam Majalah Intisari bulanJanuari 2001.

Shuler, M. L. & F. Kargi. 1992. BioprocessEngineering : Basic Concepts. Prentice-Hall lnc. Engelwood Cliffs. NewJersey.

Seger, R- Hanoch, T., Kraus, S-, Fridman, y.,Bendetz-Nezer, S., Churland, D., Maik-Rachline, G., Shaul, Y.D., & Butenko,Y. 2004. Intracellular signalingcascades. Departement of BiologicalRegulation dalamhttp ://www.weizrnann. ac. illB iolo gicalReey'l.IewF i les/rony/publ ication.htnl

Stevan, F.R., Oliveira, M.8., Bucchi, D.F.,Noseda, Iacomini, M., & Duarte,M-E.200 I . Cytotoxic effects against HeLacells of polysaccharides from seaweeds. -ISubmicrosc Cytol pathol 33: 477-84

Swanson, S.M., Pezzuto, J.M. 1990.Bioscreening Technique for CytotoxicPotential and Ability to InhibitMacromole,cule Biosynthesis, in :

Thompson, E3., Drug Bioscreening:Drug Evaluation Technique inPharmacologt, VCH Fublishers Inc.,NewYork, p-273-295"

Wetter, L. R. & F. Constabel. 1991. MetodeKultur Joringan Tanaman. Ed. Z.Penerbit ITB. Bandung.

Wijayakusuma, H.M.H., Dalihmarta S.,Winar, AS. l99Z.Tanaman BerkasiotObat di Indonesia, Jilid I. pustakaKartini,Ikapi Jaya.