Usulan Penelitian - Universitas Muhammadiyah …directory.umm.ac.id/Data...
Transcript of Usulan Penelitian - Universitas Muhammadiyah …directory.umm.ac.id/Data...
Usulan Penelitian
ANALISIS PEMBERIAN KREDIT PRODUK KCA (Kredit Cepat Aman) Pada PERUM PEGADAIAN CABANG KLAMPIS BANGKALAN
Oleh:
Ferdiansyah Effendy(02610445)
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2007
Judul: Analisis Pemberian Kredit Produk KCA (Kredit Cepat Aman) pada
Perum Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti. Kita tidak
dapat memperkirakan dengan mudah apa yang akan kita hadapi besok, segalanya serba
buram, akan tetapi kondisi ini tidak bisa dihindari. Apa yang terjadi hari ini belum tentu
merupakan rentetan atau sambungan peristiwa kemarin, dan mungkin tidak akan menjadi
bagian dari hari esok. Kondisi ini dipicu oleh adanya perubahan lingkungan yang sangat
cepat disertai kemajuan teknologi dan sistem informasi yang juga begitu cepat.
Kemajuan ini mendorong arus informasi menjadi suatu barang yang murah,
mudah didapat, mudah didengar, dan tidak memerlukan waktu yang lama. Organisasi tidak
mudah untuk menutup-nutupi suatu masalah atau peristiwa yang dianggap tabu didengar
oleh karyawan. Mudahnya mengakses suatu informasi membawa konsekuensi pada
organisasi dan individu, bahwa seorang manajer bukan lagi seseorang yang serba tahu
dibanding stafnya.
Oleh sebab itu, mengingat tingkat persaingan didunia usaha ini semakin ketat,
maka setiap perusahaan harus benar-benar menyusun tujuan dalam strategi yang akan
dijalankan. Dalam hal ini tujuan strategi seperti apapun tidak akan berhasil apabila kurang
mendapat dukungan dari dalam perusahan itu sendiri apakah pada sektor usaha jasa seperti
perkreditan, perbankan atau lainnya yang saat ini menjamur di seluruh daerah dan pelosok
tanah air.
Sebagai suatu lembaga perkreditan kecil yang memiliki fungsi membantu
masyarakat, hal tersebut sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor : KEP.39/MK/6/1/1971 pasal 2 (dua) ditetapkan bahwa Pegadaian
memiliki tugas membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar
gadai kepada para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif,
kaum buruh/Pegawai Negeri yang ekonominya lemah yang bersifat konsumtif. Ikut serta
mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar, ijon, Pegadaian gelap dan praktek
riba lainnya disamping menyalurkan kredit, maupun usaha-usaha lainnya yang bermanfaat
terutama bagi pemerintah dan masyarakat.
Berdasarkan Kepres No. 51 tahun 1981 pasal 2 (dua) Pegadai memiliki tugas
melaksanakan penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai dan fiducia berdasarkan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dalam Pasal 3 disebutkan bahwa
untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 (dua) Pegadaian
memiliki tugas membina penyaluran kredit atas dasar hukum gadai dan fiducia. Mencegah
adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar, ijon, gadai gelap dan praktek riba. Membina
pola perkreditan atas dasar hukum gadai dan fiducia yang bersifat produktif. Membina dan
mengawasi pelaksanaan operasi perusahaan Pegadaian (www.pegadaian.co.id).
Pegadaian mempunyai peranan yang sangat signifikan bagi perekonomian
Negara. Hal ini dapat dilihat dari fungsinya, yaitu penyalur dana kepada pihak yang
membutuhkan dengan mengumpulkan dana dari pihak yang memilikinya. Motivasi
PERUM Pegadaian adalah memperoleh laba, maka PERUM Pegadaian merupakan
lembaga keuangan yang dapat dikatagorikan sebagai lembaga pembiayaan
(www.pegadaian.co.id).
Sasaran pelayanan PERUM Pegadaian sesuai dengan ketetapan Pemerintah
sebagai pemegang sahamnya adalah masyarakat golongan menengah ke bawah. Melalui
pelayanan tersebut, diharapkan masyarakat golongan tersebut dapat melepaskan diri dari
jasa gadai gelap, riba, dan jasa-jasa informal lainnya, yang mengenakan beban yang tidak
wajar (www.pegadaian.co.id)
PERUM Pegadaian mempunyai pelayanan yang dapat dikatagorikan sebagai
Lembaga Keuangan Mikro (LKM). PERUM Pegadaian merupakan LKM terbesar di
Indonesia, kerena asetnya paling besar, sedangkan jaringan pelayanannya paling luas.
Perum Pegadaian pada tahun 2004 mempunyai aktiva tetap Rp 3.167.910 juta. Sampai
tahun 2006 jumlah cabang Perum Pegadaian yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia
adalah 826 unit (Hasil wawancara pada survey awal tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala
Cabang Perum Pegadaian Cabang Klampis)
Perum Pegadaian mempunyai potensi yang sangat besar, sebenarnya sangat
menarik investor untuk memasuki bisnis ini. Hal tersebut tidak mungkin dilakukan kerena
Perum Pegadaian adalah BUMN yang memiliki hak monopoli penyelenggaraan jasa gadai
di Indonesia. PERUM Pegadaian merupakan perusahaan yang memiliki hak monopoli
berdasarkan undang-undang. Pemerintah mempunyai pertimbangan yang positif dengan
memberikan hak monopoli kepada Perum Pegadaian. Salah satu alasannya adalah menjaga
kepastian keamanan barang-barang yang umumnya sangat berarti bagi pemiliknya
(www.pegadaian.co.id)
Pertimbangan lain yang menjadi alasan pemerintah memberikan hak monopoli
adalah jasa gadai yang mempunyai prinsip sederhana dibanding jasa perbankan atau jasa
pembiayaan lainnya, maka bila tidak ada pembatasan hukum akan sangat banyak
perusahaan yang akan memasuki jasa gadai.
Di satu sisi hal ini akan sangat memperkecil pangsa pasar Perum Pegadaian,
sehingga skala usaha yang efisien tidak akan tercapai. Hal ini bisa terjadi apabila integrasi
vertikal usaha keuangan oleh perbankan, karena mereka memiliki sumber dana yang besar,
yang juga merupakan sumber dana utama Perum Pegadaian. Integrasi vertikal di sektor
keuangan secara teoritis sangat berbahaya, kerena dapat menimbulkan kerugian yang
sangat besar. Pihak-pihak yang melakukan integrasi vertikal di sektor keuangan cenderung
melakukan penyimpangan-penyimpangan atau kecurangan-kecurangan
Kinerja Perum Pegadaian di Indonesia secara umum sangat baik. Hal ini bisa
dilihat pada status pada tahun 1990 dari Perusahaan Jawatan (PERJAN) menjadi
Perusahaan Umum (PERUM). Sejak perubahan status tersebut PERUM Pegadaian
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perubahan yang paling signifikan terjadi
pada jumlah pinjaman yang disalurkan. Perum Pegadaian memperolah penghargaan di
tahun ke-4 (pertama 2002), yang berlangsung di Auditarium TVRI Senayan Jakarta pada
tanggal 26 Agustus 2005. Perusahaan gadai ini berhasil menyabet tiga gelar prestisius
sekaligus, yaitu:
1. BUMN Terbaik I 2005
2. CEO BUMN Terbaik I 2005
3. BUMN Terbaik I 2005 Kategori Jasa Keuangan (Hasil wawancara pada survey awal
tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala Cabang Perum Pegadaian Cabang Klampis)
PERUM Pegadaian yang mempunyai motto “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”
dengan tidak menuntut prosedur yang tidak bermacam-macam dan syarat-syarat
administratif, yaitu dengan menyerahkan barang sebagai jaminan yang disertai
keterangan-keterangan singkat mengenai identitas nasabah dan tujuan menggunakan
kredit, maka dengan mudah nasabah akan memperoleh kredit. Kepraktisan dan
kesederhanaan prosedur itulah yang menyebabkan Pegadaian selama ini dekat dengan
kehidupan ekonomi masyarakat yang digunakan sebagai alternatif dalam system kreditnya
(Hasil wawancara pada survey awal tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala Cabang Perum
Pegadaian Cabang Klampis).
Tujuan utama dari pengelolaan kredit adalah untuk mengurangi tingkat kerugian
yang mungkin terjadi pada saat penyaluran kredit. Nasabah selalu menerima uang
pinjaman dibawah nilai pasar dari barang yang digadaikan. Hal ini dilakukan bila nasabah
tidak menebus barang tersebut pada saat jatuh tempo, maka Perum Pegadaian tidak akan
mengalami kerugian jika dilakukan pelelangan. Jika penetapan nilai taksiran sebesar nilai
pasar dan ternyata pada saat pelelangan nilai barang tersebut merosot, maka Perum
Pegadaian akan mengalami kerugian. Perlu dilakukan pengelolaan kredit yang tepat untuk
meminimalisir tingkat kerugian yang mungkin terjadi.
Kebutuhan gadai pada saat ini masih sangat dibutuhkan oleh golongan ekonomi
menengah kebawah. Karena dengan sedikitnya prosedur yang diberikan akan
memudahkan para nasabah untuk memperoleh pinjaman kredit yang dilakukan dengan
cara gadai untuk kebutuhan konsumtifnya.
Selain kemudahan prosedur yang diberikan dan cepat, para nasabah dapat
memperoleh barang yang diinginkan pada waktu pelaksanaan lelang dengan harga yang
relatif mudah dijangkau dan sesuai dengan penghasilan yang didapat, sehingga tidak
menutup kemungkinan dari tahun ketahun nasabah dari Pegadaian tersebut akan
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya kebutuhan ekonomi.
Beberapa produk yang terdapat dalam Pegadaian adalah Kredit Cepat Aman
(KCA), KreditAngsuran Sistem Gadai (KRASIDA), Kredit Angsuran Fidusia (KREASI)
yang kesemuanya itu dapat diperoleh masyarakat dengan system dan administrasi yang
tidak menyulitkan, mudah dan proses cepat, tidak memerlukan jaminan (anggunan) seperti
BPKB kendaraan, sertifikat dan Surat Keterangan Penghasilan (SKP), Surat Kuasa
Pemotogan Gaji (SKPG) bagi pegawai negeri dan lain sebagainya (Hasil wawancara pada
survey awal tanggal 13 Maret 2007 dengan Kepala Cabang Perum Pegadaian Cabang
Klampis)
Kredit KCA adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedur
pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dengan usaha ini, Pemerintah melindungi rakyat
kecil yang tidak memiliki akses kedalam perbankan. Dengan demikian, kalangan tersebut
terhindar dari praktek pemberian uang pinjaman yang tidak wajar. Pemberian kredit
jangka pendek dengan pemberian pinjaman mulai dari Rp. 20.000,- sampai dengan
Rp. 200.000.000,-.
Jaminannya berupa benda bergerak, baik berupa barang perhiasan emas dan
berlian, elektronik, kendaraan maupun alat rumah tangga lainnya. Jangka waktu kredit
maksimum 4 bulan atau 12 hari dan dapat diperpanjang dengan cara hanya membayar
sewa modalnya saja. Kelebihan dari produk KCA (Kredit Cepat Aman) adalah pinjaman
berdasarkan hukum gadai dengan prosedur pelayanan yang mudah, aman dan cepat.
Dengan usaha ini, Pemerintah melindungi rakyat kecil yang tidak memiliki akses kedalam
perbankan (www.pegadaian.co.id).
Hasil pengamatan peneliti dilapangan, bahwa produk Pegadaian yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat adalah jenis Kredit Cepat Aman (KCA), sebab proses
pencairan dana mudah dan cepat disamping nasabah tidak perlu menunggu lama.
Beberapa persyaratan yang harus dilengkapi saat pengajuan kredit gadai di Pegadaian
hanya melampirkan fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP), mengisi blangko
permohonan kredit dan jumlah nominal yang diinginkan, kemudian analis dari Pegadaian
akan melakukan taksiran terhadap jenis barang yang akan digadai.lihat tabel 1 berikut
tentang perhitungan pada Kredit cepat Aman yang terdapat di Perum Pegadaian :
Tabel 1Perhitungan Sewa Modal pada Produk KCA Perum. Pegadaian
RUBRIK KETERANGAN UP-MINIMAL UP-MAKSIMALSEWA
MODAL (%)
AKN A-Kain 20,000 150,000 1.000AKT A-Kantong 22,222 150,000 1.000AGD A-Gudang 22,222 150,000 1.000BGD B-Gudang 151,000 500,000 1.450BKT B-Kantong 151,000 500,000 1.450CGD C-Gudang 505,000 20,000,000 1.450CKT C-Kantong 505,000 20,000,000 1.450CMT C-Motor 505,000 20,000,000 1.450CMB C-Mobil 505,000 20,000,000 1.450DGD D-Gudang 20,050,000 200,000,000 1.000DKT D-Kantong 20,050,000 200,000,000 1.000Berlaku Mulai : 2007-01-01
Setelah itu, nasabah kemudian akan dipanggil untuk menandatangani resi
penerimaan gadai sejumlah nominal yang diinginkan. Terakhir kasir akan memanggil dan
merealisasikan permohonan. Dan sistem pelunasan dilakukan oleh nasabah dengan
ketentuan bahwa, Uang Pinjaman ditambah Sewa Modal Maksimal. Pelunasan dapat
dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo, yaitu 120 hari atau 4 bulan. Jika sampai tanggal
jatuh tempo barang tersebut tidak ditebus, maka akan dilakukan pelelangan. Pelunasan
harus lebih besar dari pada pelelangan (Hasil wawancara pada survey awal tanggal 13
Maret 2007 dengan Kepala Cabang Perum Pegadaian Cabang Klampis)
Berbeda halnya dengan sistem kredit yang terdapat dibeberapa lembaga keuangan
ataupun perbankan. Proses pengajuan kredit pada perbankan harus melengkapi beberapa
persyaratan khusus seperti KTP, Slip Gaji, Fotocopy rekening tabungan 3 bulan terakhir,
Kartu Keluarga (KK), Rekening Listrik, jenis anggunan yang akan digadai oleh
bank/lembaga keuangan dan sebagainya. Proses terakhir sebelum direalisasi adalah survey
untuk menentukan karakter konsumen. Setelah proses tersebut selesai, pihak
bank/lembaga keuangan akan melakukan proses wawancara untuk menentukan jumlah
nominal uang yang akan dicairkan.
Beberapa proses, sistem administrasi dan prosedur di atas menunjukkan bahwa
selain, pelayanan, fasilitas dan sarana-prasarana, kemudahan birokrasi menjadi
keunggulan bagi Pegadaian dalam menarik simpati masyarakat untuk melakukan kredit
gadai di Pegadaian.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
yang mempunyai judul: “Analisis pemberian Kredit Produk KCA (Kredit Cepat
Aman) pada Perum Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan”
B. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, ada beberapa hal yang dapat
ditarik untuk dijadikan suatu perumusan permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur dan mekanisme pemberian kredit KCA pada PERUM Pegadaian
Cabang Klampis Bangkalan
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pengelolaan kredit KCA pada
PERUM Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah perlu dilakukan dengan tujuan agar pokok permasalahan
yang diteliti tidak terlalu melebar dari yang sudah ditentukan, atau dengan kata lain agar
penelitian terfokus pada tujuan yang diteliti, peneliti dalam hal ini membatasi masalah
sebagai berikut:
1. Menitikberatkan pada upaya yang dilakukan oleh PERUM Pegadaian dalam proses
penyaluran kredit pada produk KCA, pelunasan, dan pelelangan yang dilakukan antara
periode 2004 sampai dengan 2006
2. Kredit yang diteliti hanya pada 1 produk yaitu, Kredit Cepat Aman (KCA), karena
Kredit Cepat Aman (KCA) merupakan kredit yang lebih mudah diterima oleh
kalangan masyarakat luas dan lebih banyak dipilih oleh para nasabah PERUM
Pegadaian disamping itu juga memperoleh prosedur yang mudah dan sederhana.
3. Barang yang diteliti terbatas pada agunan berupa: perhiasan, elektronik dan sepeda
motor karena barang-barang tersebut mempunyai kemungkinan resiko yang lebih
besar dibandingkan dengan barang yang lain.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
1. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
a. Ingin mengetahui bagaimana prosedur dan mekanisme pemberian kredit KCA
pada PERUM Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan
b. Ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam
pengelolaan kredit KCA pada PERUM Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan
2. Kegunaan penelitian
a. Bagi manajer Cabang PERUM Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu sebagai sumbangan
pemikiran dalam rangka untuk mengembangkan pengambilan keputusan yang
lebih baik lagi dalam menyelesaikan masalah terutama dalam pengelolaan kredit
gadai.
b. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih
lanjut, terutama penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan kredit gadai, dan
juga sebagai referensi dalam meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi untuk
permasalahan yang sama.
E. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini seperti telah dilakukan oleh Agustina pada tahun 2003, dengan judul
“Analisis Pengelolaan Kredit Gadai Guna Mengurangi Tingkat Kerugian (studi kasus
pada Perum Pegadaian Cabang Lumajang”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui berapa tingkat kerugian kredit gadai yang mungkin bisa terjadi pada Perum
Pegadaian Cabang Lumajang sampai dengan pelaksanaaan lelang pada periode
2000-2003.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa kinerja Perum. Pegadaian Cabang
Lumajang sepanjang tahun 2000 hingga 2003 masih belum maksimal namun demikian
tidak menyebabkan tingkat kerugian yang begitu berarti sebab penyaluran kredit pada
tahun 200 hingga 2003 tetap mengalami kenaikan akan tetapi jika dilihat dari jumlah
pelanggannya mengalami penurunan. Kenaikan penyaluran kredit pada Perum. Pegadaian
Cabang Lumajang mengalami kenaikan sebesar 10% dari tahun sebelumnya.
Kondisi tersebut membuktikan bahwa pada tahun 2000 hingga 2003 Perum.
Pegadaian Cabang Lumajang telah mengalami peningkatan perkembangan usaha dengan
minimnya tingkat kerugian yang dialaminya sebab masih dapat ditangani dengan adanya
peningkatan penyaluran kredit kepada nasabahnya.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agustina pada tahun
2000-2003 ada beberapa kesamaan dengan penelitian yang sekarang, yakni sama-sama
meneliti tentang analisis pemberian kredit pada produk Kredit Cepat Aman (KCA) disatu
sisi lokasi penelitian yang obyek permasalahan yang diteliti berbeda dengan penelitian
sebelumnya. Pada penelitian kali ini lebih difokuskan pada prosedur dan mekanisme
pemberian kredit KCA serta faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam
pengelolaan kredit KCA pada PERUM Pegadaian Cabang Klampis Bangkalan
2. Landasan teori
a. Keputusan pemberian kredit
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan yang
asing bagi masyarakat Indonesia. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat
di kota-kota besar, tetapi juga sampai di desa-desa. Kata kredit tersebut sudah sangat
popular. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu credere yang berarti
kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan.
Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit
di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan
(Suyatno, 2003:12)
Keputusan pengambilan kredit hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pemutus
Kredit atau pimpinan kantor cabang. Sebelum memberikan putusan kredit pimpinan
kantor cabang harus memeriksa dan meneliti kelengkapan kredit. Berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan bisnis yang dimilikinya, pimpinan kantor cabang dengan
melihat analisis dan evaluasi yang dibuat oleh penaksir akan mampu memberikan
putusan kredit secara akurat. Putusan kredit tersebut harus memuat antara lain: strukur
dan tipe kredit, syarat dan ketentuan kredit.
Putusan kredit yang telah disetujui oleh pimpinan kantor cabang, selanjutnya
diserahkan ke bagian administrasi untuk dipesiapkan hal-hal sebagai berikut:
1) Memberikan surat penawaran putusan kredit kepada nasabah yang memuat
struktur dan tipe kredit serta syarat-syarat dan ketentuan kredit yang harus
dipenuhi oleh nasabah. Surat penawaran tersebut harus mencantumkan jatuh
tempo kepada pemohon untuk memberikan persetujuan atau penolakan.
Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan nasabah tidak menebus
barang jaminannya, maka akan dilakukan pelelangan.
2) Mempersiapkan dokumen perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok.
Perjanjian kredit dapat dibuat sesuai resiko kredit menurut pimpinan kantor
cabang dengan cara notariil maupun dibawah tangan. Semua perjanjian kredit
harus memuat secara lengkap unsur-unsur yang dikehendaki seperti yang
tertuang dalam putusan kredit dan memuat agunan-agunan yang diberikan
pengikatannya
3) Mempersiapkan dokumen perjanjian perikatan agunan, yaitu perjanjian yang
dibuat berdasarkan perjanjian kredit yang bersangkutan.
b. Faktor-faktor yang dipertibangkan dalam pemberian kredit
Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama.
Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standart penilaian
perusahaan. Biasanya criteria penilaian dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan
nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.
Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit sebagai berikut:
1) Character
suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan
kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah
baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi sperti:
cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan social
standingnya. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar
2) Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuan dalam bidang bisnis yang dihubungkan
dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemempuannya
dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan
kemampuannya dalam menjalankan usahanya, termasuk kekeuatan yang dimiliki.
Pada akhirnya akan melihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang
disalurkan.
3) Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca
dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas
dan solvabilitasnya, rentabilitas, dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari
sumbe mana saja modal yang ada sekarang ini.
4) Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun
non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan
juga herus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka
jaminan yang dititipkan akan sapat dipergunakan secepat mungkin.
5) Condition
Dalam menilai kredit hendakanya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan
kemungkinan untuk dimasa yang akan datang sesuai sector masing-masing, serta
diakibatkan dengan prospek usaha dari sektor yang dijalankan. Penilaian prospek
bidang usaha yang dibiayai hendakanya benar-benar memiliki prospek yang baik,
sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
Sedangan penilaian dengan analisis 7P kredit adalah sebagai berikut:
1) Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari
maupun masalahnya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan
tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
2) Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga
nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas
yang berbeda dari bank.
3) Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis
kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-
macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi.
4) Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau
tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting
mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek,
bukan hanya perusahaan yang rugi akan tetapi juga nasabah.
5) Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga
jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.
6) Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
7) Protection
Tujuannya adalah bagaiman menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan
perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan
asuransi. (Kasmir 1998:104-107)
Suatu kredit harus mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
1) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit behwa prestasi yang
diberikan akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu
di masa yang akan datang.
2) Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima di masa yang akan datang.
3) Degree of risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapai sebagai akibat dari
adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontra prestasi yang akan diterima di kemudian hari.
4) Prestasi, yaitu suatu bentuk obyek kredit yang tidak saja diberikan dalam
bentuk uang, tetapi juga dapat dalam bentuk uang atau jasa (Suyatno, 2003:14)
Tujuan kredit secara umum
1) Turut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
2) Meningkatkan aktifitas perusahan agar dapat menjalankan fungsinya guna
menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
3) Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat
memperluas usahanya (Suyatno, 2003: 14-15)
Kegunaan.kredit secara umum :
1) Kredit investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau menbangun
proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
2) Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya
(Kasmir, 1998:99)
c. Analisis Kelayakan kredit
Menurut Susilo (2000: 185-187) dalam melakukan analisis terhadap kelayakan
kredit maka kriteria penilaian kinerja PERUM Pegadaian adalah sebagai berikut:
1) Pemberian pinjaman
Nilai taksiran atas barang yang akan digadaikan tidak sama dengan besarnya
pinjaman yang diberikan. Setelah nilai taksiran ditentukan, maka petugas
menentukan jumlah uang pijaman yang dapat diberikan. Penentuan jumlah uang
pinjaman ini juga berdasarkan prosentase tertentu dalam nilai taksiran, dan
prosentase ini juga telah ditentukan oleh Perum Pegadaian berdasarkan golongan
yang besarnya berkisar antara 80 hingga 90%.
Pinjaman kemudian digolongkan atas dasar jumlahnya untuk menentukan
syarat-syarat pijaman seperti besarnya sewa modal, jangka waktu pelunasan,
jadwal dan waktu pelelangan.
Berdasarkan penjelasan diatas, nilai uang pinjaman yang diberiakan lebih kecil
dari pada nilai pasar dari barang yang digadaikan. Perum Pegadaian secara sengaja
mengambil kebijakan ini untuk mencegah kerugian. Apabila ternyata nasabah pada
saat jatuh tempo tidak mampu atau tidak bersedia menebus barang yang
digadaikan, maka Perum Pegadaian akan menjual barang tersebut melalui
pelelangan.
2) Pelunasan
Sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan .pada waktu pemberian
pinjaman, nasabah mempunyai kewajiban melakukan pelunasan pemberian yang
telah diterima. Pada dasarnya, nasabah dapat melunasi kewajibannya setiap saat
tanpa herus menunggu jatuh tempo. Pelunasan pinjaman beserta sewa modalnya
(bunga) dibayarkan langsung ke kasir disertai surat surat gadai. Setelah adanya
pelunasan atau penebusan yang disertai pemenuhan kewajiban nasabah yang lain,
nasabah dapat mengambil kembali barang yang digadaikan.
3) Pelelangan
Penjualan barang yang digadaikan melalui suatu pelelangan akan dilakukan
oleh Perum Pegadaian pada saat yang telah ditentukan di muka apabila hal-hal
berikut ini terjadi:
a) Pada saat masa pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak bisa menebus
barang yang digadaikan dan membayar kewajiban lainnya kerena berbagai
alasan.
b) Pada masa saat pinjaman habis atau jatuh tempo, nasabah tidak
memperpanjang batas waktu pinjamannya kerena berbagai alasan.
Hasil pelelangan barang yang digadaikan akan digunakan untuk melunasi
seluruh kewajiban nasabah kepada Perum Pegadaian yang terdiri dari:
a) Pokok pinjaman
b) Sewa modal atau bunga
c) Biaya lelang
Apabila barang yang digadaikan tidak laku dilelang atau terjual dengan
harga yang lebih rendah daripada nilai taksiran yang telah dilakukan pada awal
pemberian pinjaman kepada nasabah yang bersangkutan, maka barang yang tidak
laku dilelang tersebut dibeli oleh negara dan kerugian yang timbul ditanggung oleh
Perum Pegadaian.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum pihak pemberi kredit
memberikan kredit ada beberapa faktor yang diperhatikan yaitu tujuan dan arah
pemberian kredit harus dipertimbangkan terlebih dahulu sebelun menilai faktor
yang lain.
Secara umum jaminan kredit diartikan sebagai penyerahan kekayaan atau
pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran kembali suatu
utang. Kegunaan barang jaminan adalah:
1) Memberikan hak dan kekuasaan kepada PERUM Pegadaian untuk
mendapatkan pelunasan barang-barng jaminan tersebut, apabila nasabah
melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya pada waktu
yang telah ditentukan dalam perjanjian.
2) Menjamin agar nasabah berperan serta didalam transaksi untuk membiayai
usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usahanya atau
proyeknya dengan merugikan diri sendiri, dapat dicegah atau kemungkinan
untuk berbuat demikian dapat diperkecil.
3) Memberi dorongan kepada nasabah untuk memenuhi perjanjian kredit,
khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang
telah disetujui agar tidak kehilangan barangnya yang telah dijaminkan kepada
pegadaian. (Suyatno, 2003:88)
Gadai yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak,
yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau oleh seorang lain atas
namanya, dan memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-
orang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk lelang barang tersebut
dan biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang tersebut
digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan .
Kredit KCA (Kredit Cepat Aman) adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai
dengan prosedur pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dengan usaha ini,
Pemerintah melindungi rakyat kecil yang tidak memiliki akses kedalam perbankan
(www.pegadaian.co.id)..
Dengan demikian, kalangan tersebut terhindar dari praktek pemberian uang
pinjaman yang tidak wajar. Pemberian kredit jangka pendek dengan pemberian
pinjaman mulai dari Rp. 20.000,- sampai dengan Rp. 200.000.000,-. Jaminannya
berupa benda bergerak, baik berupa barang perhiasan emas dan berlian, elektronik,
kendaraan maupun alat rumah tangga lainnya. Jangka waktu kredit maksimum 4
bulan atau 120 hari dan dapat diperpanjang dengan cara hanya membayar sewa
modalnya saja (www.pegadaian.co.id).
Barang bergerak diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seseorang
yang mempunyai utang. Seseorang yang berpiutang tersebut memberikan
kekuasaan kepada orang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang
telah diserahkan untuk melunasi apabila pihak yang berpiutang tidak memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo. (Susilo, dkk, 2000: 179)
Dari pengertian yang terkandung diatas terdapat unsur-unsur di dalam gadai,
yaitu:
a) Hak yang diperoleh kreditur atas benda bergerak
b) Benda bergerak tersebut diserahkan debitur kepada kreditur.
c) Penyerahan benda bergerak yang dijadikan jaminan utang.
d) Kreditur mempunyai hak dalam pelunasan piutangnya dengan kekuasaan
melelang barang jaminan tersebut kreditur tidak dapat melunasi atau
membayar utangnya.
e) Pelunasan tersebut didahulukan dari kreditur-kreditur lainnya
f) Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan barang jaminan dilunasi terlebih dahulu
dari hasil lelang sebelum pelunasan piutang.
Gadai mempunyai sifat sebagai berikut:
Gadai bersifat asesoir, yaitu sebagai dari perjanjian pokok hutang piutang. Gadai
tergantung pada adanya perjanjian pokok hutang piutang, tanpa hal itu gadai tidak
akan terlaksana (Soedewi, 1999:97)
Hak dan kewajiban pemegang gadai:
a) Hak pemegang gadai adalah sebagai berikut:
1. Menahan barang yang dijaminkan sampai waktu utang dilunasi, baik yang
mengenai jumlah pokok maupun bunga.
2. Mengambil pelunasan dari hasil penjualan barang tersebut, apabila orang yang
berutang tidak menepati kewajibannya. Penjualan barang ini dapat dilakukan
sendiri atau minta perantaraan hakim.
3. Berhak meminta ganti biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan
barang tanggungan itu.
4. Berhak menggadaikan lagi jaminan itu
b) Kewajiban pemegang gadai adalah sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab terhadap hilangnya/kemunduran harga barang jaminan,
jika hal itu disebabkan kelalaiannya.
2. Harus memberi tahu kepada orang yang berutang apabila ia hendak menjual
barang jaminan.
3. Harus memberikan perhitungan tentang pendapatan penjualan barang itu dan
setelah ia mengambil pelunasan utangnya, maka ia harus menyerahkan
kelebihannya kepada si berutang. (Suyatno, 2003: 93)
c) Macam-macam hak gadai:
Menurut Hak gadai dapat dibedakan menjadi dua:
1. Taksah, yaitu hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap dalam
kekuasaan pemberi gadai, ataupun hak yang kembali atas kemampuan
penerima gadai.
2. Hak gadai hapus
a Apabila barang gadai tersebut dari kekuasaan si penerima gadai
b Apabila barang tersebut hilang dari tangan si penerima gadai ini atau di
curi, maka ia berhak menuntut kembali, sedangkan apabila barang
tersebut didapatkan kembali, maka hak gadainya itu dianggap tidak
pernah hilang. (Subekti,1986:271)
Tolok ukur yang digunakan PERUM Pegadaian dalam kelayakan penggunaan
kredit yaitu meliputi:
1) Tidak melanggar hukum atau peraturan pemerintah.
2) Tidak dipergunakan untuk spekulasi.
3) Tidak menyimpang dari kebijakan kredit.
4) Untuk menanganinya tidak membutuhkan keahlian khusus
5) Tidak menyimpang dari standar umum penggunaan kredit (Sutojo, 2000:53)
Dalam pemberian kredit PERUM Pegadaian menetapkan standar dalam
kebijakan kelayakan kreditur, yaitu meliputi:
1) Kredit hanya diserahkan kepada debitur yang jujur, bahan usahanya dikelola
secara professional (untuk debitur koperasi), mempunyai kemampuan melunasi
kredit dari sumber dana yang normal, prospek pada masa depan usahanya
cerah dan dalam hal ini di dukung oleh jaminan yang cukup.
2) Setiap rekomendasi persetujuan kredit harus didukung oleh jadwal pelunasan
kredit yang disetujui oleh nasabah.
3) Selama perjanjian kredit berjalan, harus mendapat kepastian bahwa nasabah
mempunyai kemampuan untuk melunasinya.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban duga yang dianggap besar kemungkinan untuk
menjadi jawaban yang benar. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti mengambil hipotesis
yaitu pengelolaan kredit gadai pada PERUM Pegadaian Cabang Klampis dapat dikatakan
baik.
G. Metode Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan pada Perum Pegadaian Cabang Klampis Jl. Raya
Klampis 121 Klampis, Bangkalan
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian studi kasus yang berarti mengadakan suatu
penelitian secara intensif, terperinci dan mendalam yaitu Perum Pegadaian Cabang
Klampis, Bangkalan
3. Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis ini termasuk bersifat terapan yaitu
penelitian yang menekankan pada pemecahan masalah-masalah praktis dan
diarahkan untuk menjawab pertanyaan spesifik dala rangka pemenuhan kebijakan,
tindakan, atau kinerja tertentu.
4. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional menurut pendapat (Indriantoro 2002:69) menjelaskan cara
tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct,
sehingga memungkiakan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi
pengukuran dengan cara pengukuran construct yang lebih baik. Berdasarkan konsep
yang ada maka variabel-variabel yang perlu di teliti adalah:
a. Kredit merupakan penyerahan kekuatan membeli dalam bentuk peminjaman yang
tidak segera meminta balas jasa atau kontrapestasi pada waktu penjualan
dilakukan
b. Kredit Cepat Aman (KCA) merupakan salah satu produk yang dimiliki oleh
Perum. Pegadaian dimana system pemberian kreditnya didasarkan atas
pinjaman si nasabah dengan cara menggadaikan/menjaminkan barang yang
dimilikinya kepada manajemen Perum.
c. Pegadaian adalah suatu lembaga perkreditan kecil yang memiliki fungsi membantu
masyarakat dalam menyalurkan kredit atas dasar gadai kepada para petani,
nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif, kaum
buruh/Pegawai Negeri yang ekonominya lemah yang bersifat konsumtif.
Perum. Pegadaian yang dimaksud adalah Perum. Pegadaian Cabang
Klampis Bangkalan
5. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari
instansi, ataupun referensi-refensi dan sebagainya yang terkait dengan penelitian
ini.
b. Sumber Data
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah data dokumenter yaitu jenis data
penelitian yang antara lain berupa : faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat,
memo, atau dalam bentuk laporan program (Indriantoro 2002:146). Sumber data
dalam hal ini adalah data-data dokumentasi yang diberikan oleh pihak manajemen
Perum Pegadaian Cabang Klampis seperti ::
1. Data kredit gadai tahun 2004 - 2006
2. Laporan perkembangan usaha.
3. Data perincian berdasarkan profesi.
6. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang penulis akan lakukan adalah field
research, yaitu dengan mengadakan peninjauan langsung ke obyek penelitian dengan
cara:
1. Wawancara, yaitu memperoleh data dengan mengadakan wawancara langsung
dengan responden yang berwenang.
2. Dokumenter, yaitu cara memperoleh data dengan jalan mendapatkan data
historis, SK dan contoh lain yang ada hubungannya dengan penelitian skripsi
yang berupa laporan yang telah diterbitkan oleh Perum Pegadaian Cabang
Klampis.
7. Langkah Analisis Deskriptif.
Langkah-langkah analisis deskriptif pengelolaan kredit gadai untuk melihat
besar kecilnya tingkat kerugian: melakukan perhitungan jumlah kredit gadai yang
telah dibayar pada tiap-tiap periode (perbulan/pertahun) secara berkala. Langkah
selanjutnya menghitung prosentase tingkat kerugian (kredit yang tidak
dibayar/macet) dan membandingkan prosentase tingkat kerugian tiap periode
(perbulan/pertahun)
8. Uji Hipotesis.
Berdasarkan hipotesis yang ada maka dapat dilakukan tolok ukur dalam
pengelolaan gadai Perum Pegadaian cabang Klampis, yaitu sebagai berikut:
a. Apabila pengelolaan gadai mengalami peningkatan ≥ 10% setiap tahun maka
dianggap baik.
b. Apabila pengelolaan gadai mengalami peningkatan <10% setiap tahun maka
dianggap tidak baik.
9. Metode Analisis Data
Metode analisa data yang dipergunakan adalah metode deskriptif
kuantitatif, dimana hasil perhitungan terhadap pemberian kredit produk KCA pada
Pegadaian Cabang Klampis yang telah dihitung secara statistik guna mengetahui
tingkat prosentase pemberian kredit kemudian di uraikan secara deskriptif.
Setelah diketahui perhitungan prosentase kredit gadai produk KCA
tersebut, kemudian peneliti juga melakukan perhitungan analisis pengelolaan gadai
yaitu dengan menghitung besarnya kredit proses penyaluran gadai, pelunasan,
lelang, dan bunga.
1. Barang kantong emas.
STL= (100% - SSBP) × HPP
Keterangan:
STL : Standart Taksiran Logam
SSBP : Surat Setoran Bukan Pajak
Yaitu : 2,7% => 1% Bea untuk penjual
=> 1% Bea untuk pembeli
=> 0,7% Dana sosial
HPP : Harga Pasar Pusat.
Menurut Surat Edaran (SE) kantor pusat harga emas sekarang adalah Rp
134.000,00/gram, sedangkan kantor wilayah Rp. 140.000,00/gram
Faktor yang mempengaruhi penetapan Harga Pasar Pusat (HPP) kantor pusat
adalah:
a. Kurs Dollar.
b. Harga emas dunia
2. Barang gudang (elektronik, sepeda motor)
Perhitungan untuk menentukan taksiran barang gudang adalah
berdasarkan Harga Pasar Setempat (HPS) dari setiap wilayah di setiap daerah
setempat. Sebuah kantor wilayah terdiri dari beberapa kantor cabang. Di dalam
menentukan HPS, Kanwil mengutus setiap cabang untuk melakukan pemantauan
terhadap harga pasar yang berlaku setiap 3 bulan sekali. Setiap cabang
menyerahkan laporan hasil pengamatannya kepada Kanwil untuk pengambilan
keputusan dala penentuan HPS. Kanwil berhak mengesahkan HPS setelah
dilakukan survey oleh kantor cabang.
Plafon taksiran:
1. Elektronik = 65% × HPS
1. Sepeda Motor = 75% × HPS
Keterangan:
HPS : Harga Pasar Setempat
Dari hasil plafon taksiran dilakukan perhitungan menurut golongan yang
disebut taksiran. Untuk menghitung jumlah uang bersih yang diterima oleh
nasabah, yaitu mengurangi taksiran dengan biaya administrasi sebesar 1%.
b. Menghitung fluktuasi jumlah nasabah dan jumlah gadai berdasarkan profesi
1. Prosentase kenaikan nasabah
2.Fluktuasi penyaluran gadai
c. Menghitung gadai yang tidak dibayar
1. Gadai yang tidak dibayar
Penyaluran gadai – (Pelunasan + Lelang)
2. Prosentase tingkat kerugian
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1999. Pedoman Operasional Kantor Cabang. Jakarta
Firdaus, R dan Ariyanti, Maya. 2003. Manajemen Perkreditan Bank Umum. Cetakan Pertama. Alfabeta, Anggota IKAPI. Bandung.
Hidayat, Wahyu. 2004. Buku Pedoman Karya Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Kasmir. 1998. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. (Ed.1) Cetakan Kedua. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nur,Indriantoro dan Bambang, Supomo. 2002. Metoda Penelitian Bisnis. Edisi kedua. BPFE. Yogyakarta.
Pegadaian.ProdukKCA.(Online).(http//www.pegadaian.co.id/produk_kca.php.htm. diakses 18 Februari 2007)
Subekti, R. 1986. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pradnya Paramita. Jakarta.
Subagyo, dkk. 1997. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Bagian Penerbitan STIE YKPN. Cetakan ke 3. Yogyakarta.
Susilo, Sri. Y, dkk. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Cetakan pertama. Yogyakarta.
Suyatno, T, dkk. 1997. Dasar-Dasar Perkreditan. (Ed VI). STIE Perbanas dan PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sutojo, Siswanto. 2000. Strategi Manajemen Kredit Bank Umum. PT. Damarmulia Pustaka, Jakarta.
Widayat dan Amirullah. 2992. Riset Bisnis. Cetakan Pertama, Cahaya Press. Malang.