BAB 1 - Directory UMM : Universitas …directory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/Bolank_2.doc · Web...
Transcript of BAB 1 - Directory UMM : Universitas …directory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/Bolank_2.doc · Web...
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN
SESUDAH AKUISISI
(Studi pada Perusahaan yang Melakukan Akuisisi yang Tercatat di Bursa
Efek Jakarta)
A. Latar belakang
Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat,
pertumbuhan perekonomian dunia saat ini identik dengan perubahan-perubahan
yang terjadi di pasar. Perubahan penting dalam lingkungan bisnis dewasa ini
ditandai dengan meningkatnya persaingan yang tajam di dunia usaha. Persaingan
telah menjadi menu sehari-hari yang harus dihadapi pelaku bisnis disetiap sektor
kegiatan ekonomi. Untuk beberapa pelaku bisnis yang tidak mampu mengimbangi
dinamika kompetitornya akan tertindas, kalah dalam persaingan dan akhirnya
bangkrut. Untuk dapat mempertahankan eksisitensinya suatu perusahaan harus
mempunyai keunggulan kompetitif serta perencanaan jangka panjang yang
matang.
Perencanaan jangka panjang tersebut meliputi pengembangan dimensi
internal dan eksternal perusahaan. Pengembangan dimensi internal perusahaan
mancakup perencanaan pengembangan produk baru, peningkatan teknologi
produksi serta peningaktan keahlian sumber daya manusia dalam perusahaan.
Pengembangan dimensi ekstrnal perusahaan antara lain mencakup rencana
ekspansi skala perusahaan dengan cara membangun sendiri atau dengan
melakukan penggabungan dengan perusahaan lain yang telah ada (merger) atau
dengan membeli perusahaan yang telah ada (akuisisi). Dengan bergabungnya
perusahaan akan dapat lebih menunjang kegiatan usaha, sehingga kuntungan yang
dihasilkan juga bisa jauh lebih besar dan mungkin juga bisa menyelamatkan
kegiatan bisnis yang terancam bangkrut. Inilah yang disebut sebagai sinergi, di
mana sinergi tersebut dapat bersumber dari pemanfaatan manajemen untuk
beroperasi secara lebih ekonomis, pertumbuhan yang lebih cepat dan pemanfaatan
pajak.
Dalam pasar yang mengalami pertumbuhan, kegiatan akuisisi merupakan
keputusan strategis dalam upaya meningkatkan kinerja keuangan dan strategi
penciptaan nilai bagi pemegang saham (creating sareholders value). Kinerja
keuangan perusahaan yang semakin baik akan menjadikan perusahaan tersebut
mempunyai daya saing yang tinggi sekaligus mampu untuk meningkatkan nilai
perusahaan.
Gelombang akuisisi pada awalnya muncul di Amerika Serikat, yang
dimulai sekitar tahun 1897. Aktivitas ini dalam beberapa periode telah
diidentifikasikan sebagai periode pertumbuhan pesat karena meningkatnya
transaksi bisnis, baik dari segi jumlah maupun besarnya. Periode ini termasuk
periode pendirian monopoli pada akhir tahun 1800-an, periode oligopoly pada
tahun 1920-an, dan periode konglomerat pada tahun 1955-1969. Sedangkan di
Indonesia akuisisi baru mulai pada tahun 1970-an. Akuisisi di Indonesia di
dominasi oleh perusahaan yang mengakuisisi yang telah go public. Banyak
penelitian dilakukan dengan menginvestigasi pengaruh akuisisi terhadap kinerja
perusahaan, akuisisi bermanfaat meningkatkan kinerja perusahaan karena adanya
sinergi dan perubahan terhadap kontrol perusahaan dan pangsa pasarnya.
Menurut helfert (1996: 670) kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak
keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh pihak manajemen
dalam mencapai tujuan. Dua kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja
manajemen yaitu efektivitas dan efisiensi. Adapun pengertian efektifitas diartikan
sebagai kemampuan suatu unit mencapai suatu tujuan yang diinginkan, sedangkan
efisiensi meggambarkan beberapa yang diperlukan untuk menghasilkan suatu unit
keluaran. Jadi pada dasarnya kinerja perusahaan merupakan suatu ukuran
beberapa efisien dan efektif seorang manajer atau perusahaan dalam mencapai
tujuan perusahaan.
Menurut Payamta (2001) keputusan merger dan akuisisi mempunyai
pengaruh besar dalam memperbaiki kondisi perusahaan, meningkatkan kinerja
perusahaan, terutama dalam penampilan financial perusahaan. Perubahan-
perubahan ini akan tampak pada laporan keuangan baik berupa laba bersih, laba
persaham, atau likuditas sahamnya.
Salah satu bentuk perusahaan adalah manufaktur. Perusahaan
manufaktur merupakan perusahaan yang menghasilkan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat di Indonesia baik sebagai industri yang menghasilkan barang untuk
memenuhi kebutuhan dasar juga menghasilkan kebutuhan tambahan, sehingga
terjadi krisis ekonomi beberapa waktu yang lalu masih dapat bertahan dan masih
tetap memberikan keuntungan. Perusahaan yang tergolong dalam perusahaan
manufaktur merupakan perusahaan yang menghasilkan produk yang ada di
Indonesia seperti perusahaan makanan dan minuman, perusahaan kertas,
perusahaan tembakau, farmasi, semen, otomotif , elektronik dan lain-lain.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam penelitian ini mengambil
judul “Analisis kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi (studi
pada perusahaan manufaktur yang melakukan akuisisi yang tercatat di Bursa Efek
Jakarta)”.
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana telah disebutkan di muka bahwa akuisisi dapat
mempengaruhi kinerja suatu perusahaan dalam meningkatkan posisi perusahaan
secara menyeluruh, maka permasalahan yang peneliti ketengahkan adalah :
“Apakah ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah
akuisisi pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEJ.
C. Pembatasan Masalah
Dari uraian di atas agar pembahasan lebih terarah maka, perlu membatasi
permasalahan tersebut pada : kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah rasio keuangan yang meliputi : Current Ratio (CR), Debt to Equity
(DER), Leverage Ratio (LR), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit
Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM), Inventory Turn Over (ITO), Total asset
Turn Over (TATO), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE).
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
sesudah akuisisi pada perusahaan manufactur yang terdaftar di BEJ
2. Kegunaan Peneliian
a. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk
memperbaiki kinerja keuangan, baik sebelum maupun sesudah akuisisi
b. Bagi Investor
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan investasi yang tepat, khususnya invetasi pada perusahaan yang
melakukan akuisisi.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan refereni bagi penelitian selanjutnya, khususnya tentang
penilaian kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi.
E.Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dari hasil peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Nanang Qosim
(Universitas brawijaya Malang: 2005) dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan
dan Reaksi Pasar Atas Peristiwa Merger dan Akuisisi di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris apakah terdapat
perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan public sebagai
akibat merger dan akuisisi. Penelitian ini juga mengamati reaksi pasar atas
merger dan akuisisi serta metoda akuntansi yang digunakan
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan pada kinerja keuangan perusahaan public untuk periode dua
tahun sebelum sampai dua tahun sesudah merger dan akuisisi. Hasil penelitian
ini juga mendapatkan bukti empiris bahwa merger dn akusisi tidak mengandung
muatan informasi, seperti yang tercermin pada tidak adanya abnormal return
yang signifikan di sekitar tanggal publikasi laporan keuangan konsolidasi pasca
meger dan akuisisi. Meskipun signifikansi aktivitas volume perdagangan
mengindikasikan bahwa ada sebagian investor secara individu memberikan
reaksi yang signifikan atas merger dan akuisisi, tetapi transaksi tersebut tidak
menghasilkan abnormal return. Selanjutnya penelitian ini juga menemukan
bahwa penggunaan metode pooliing of interest dan metode purchase untuk
merger dan akuisisi tidak menimbulkan reksi pasar yang berbeda.
Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama
menilai kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi dan sama-sama
meggunakan analisis rasio. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu
adalah obyek penelitian terdahulu menggunakan seluruh perusahaan publik yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta, sedangkan penelitian sekarang hanya
menggunakan perusahaan manufaktur yang juga tercatat di Bursa efek Jakarta
sebagai obyek penelitian.
F. Tinjuan Teori
1. Investasi
investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada
saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang
(Halim, 2003:2). Investasi adalah uang yang dipakai untuk memperoleh
penghasilan, investasi dalam aktiva keuangan dapat diartikan sebagai cara
penanaman modal, baik langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk
mendapatkan manfaat atau keuntungan tentang sebagian hasil penanaman modal
tersebut.
Masalah terpenting pada investasi adalah mengambil keputusan dalam
berinvestasi, karena masalah utama dalam mengambil keputusan adalah
bagaimana cara menafsirkan profitabilitas (menguntungkan atau tidaknya suatu
usulan investasi). Secara ekonomis suatu usulan investasi dikatakan
menguntungkan kalau memberikan manfaat yang lebih besar dari pengorbanan.
Investasi di pasar modal memerlukan pengetahuan yang cukup
pengalamanan serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang akan
dibeli, mana yang akan di jual dan mana yang akan tetap di miliki. Mereka yang
ingin berkecimpung dalam jual beli saham harus meninggalkan budaya ikut-
ikutan, gambling dan sebagainya yang tidak rasional. (Halim, 2003:2)
Setiap keputusan investasi saham hal mendasar yang harus diketahui para
investor untuk menentukan berapa perkiraan harga saham yang wajar dengan
melakukan analisis saham, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para
investor akan mengalami kerugian, selain itu investor juga harus mempunyai
ketajaman pemikiran tentang perkiraan masa depan perusahaan yang sahamnya
akan dibeli atau dijual.
Investasi dalam arti luas terdiri dari 2 bagian yaitu:
a. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real asset) adalah aktiva berwujud yang
dapat dilihat fisiknya, misalnya; tanah,gedung, emas, perak, real estate, dan
lain-lain
b. Investasi pada aktiva finanssial, merupakan klaim terhadap pihak tetentu yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk sertifikat atau surat berharga yang
menunjukkan kepemilikan atas aset tersebut, misalnya saham dan obligasi.
Dan pada financial ini dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Investasi langsug (direct investment) yaitu merupakan pembelian langsung
atas aktiva keuangan tersebut.
2. investasi tak langsung (indirect investment) yaitu
pembelian saham di perusahaan investasi yang mepunyai portfolio aktiva-
aktiva di perusahaan lain.
2. Penggabungan usaha
Secara umum, pengabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha
yang sebelumnya terpisah. Meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah
profitabilitas, penggabungan juga ditujukan untuk memperoleh efisiensi melalui
integrasi operasi secara horizontal atau vertical atau mendiversifikasikan resiko
usaha melalui operasi konglomerasi. (Beams, 2004:1)
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 22 mendefinisikan penggabungan usaha (business combination)
adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas
ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain
atau memperoleh kedali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penggabungan
usaha adalah penggabungan dua atau lebih untuk memperoleh kendali atau
kontrol antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya, yang
mana kepemilikannya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
3. Bentuk-bentuk Penggabungan Usaha
Menurut Payamta (Simposium Nasional Akuntansi IV: 246), ada berbagai
macam bentuk penggabungan badan usaha yang dapat dilaksanakan oleh
perusahaan lain, antara lain:
a. Merger
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan di mana satu
perusahaan tetap hidup sedangkan perusahaan yang lain dilikuidasi diambil alih
oleh perusahaan yang masih bediri dan meneruskan usahanya. Perusahaan yang
hidup (surviving company) tersebut harus berbentuk perseroan terbatas.
(Moin,2003:5) menyatakan merger adalah penggabungan dua atau lebih
perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai
badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar.
Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 TTahun 1998 merger
adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk
mengabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya
perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Merger dapat dilakukan
dalam tiga bentuk di bawah ini (Payamta Sympoium Akntansi IV:243)
1. Statutory merger adalah merger dimana keseluruhan harta dan kewajiban
target company akan diambil alih oleh acguiring company dan sebagai
gantinya pemegang saham target company akan memperoleh saham dan
acquiring compny.
2. Subsidiary merger adalah merger yang terjadi jika perusahaan anak dan
acquiring company mengambil alih langsung harta dan kewajiban dan
target company, jadi perusahaan target akan bergabung dengan perusahaan
anak dari acquiring company.
3. Reserve triangular merger. Perusahaan anak dari acquiring company yang di
sebut dengan holding company akan bergabung dengan target company.
Holding company merupakan suatu perusahaan yang memiliki sejumlah
saham dalam jumlah yang cukup sehingga dapat mengendalikan
kepentingan dalam perusahaan atau lebih.
b. Akuisisi
Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas
saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dalam Peristiwa ini baik
perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan
hukum yang terpisah.(Moin, 2003:8) Akuisisi menurut peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang penggabungan usaha peleburan
dan pengambilalihan perseroan terbatas adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh badan hukum atau orang perseroan untuk mengambil alih baik seluruh atau
sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya
pengendalian terhadap perseroan tersebut.
Dalam prakteknya akuisisi dapat mengambil bentuk-bentuk sebagai berikut
1. Akuisisi horizontal yang dilakukan oleh perusahaan terhadap
kompetitornya, dan akuisisi vertical yang biasanya dilakukan terhadap
pemasok, konsumen, langganan, atau distributor dan perusahaan yang
megakusisi.
2. Akuisisi internal yang dilakukan antar perusahaan yang tergabung dalam
satu grup, dan akuisisi eksternal yang dilakukan oleh suatu perusahaan
terhadap perusahaan lainnya yang belum satu grup.
c. Konsolidasi
Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan
atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru
dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.
4. Penggolongan Penggabungan Usaha
Menurut Suparwoto dalam Payamta (Simposium Nasional Akuntansi IV)
mengklasifikasikan penggabungan usaha dtinjau dari segi hubungan antara
perusahaan-perusahaan yang melakukannya menjadi tiga macam.
a. Penggabungan Badan Usaha Vertikal
Penggabungan usaha jenis ini terjadi apabila perusahaan yang melakukan
penggabungan usaha tersebut mempunyai kegiatan yang berbeda akan tetapi
saling berhubungan, yaitu sebagai rekan dan langganan.
b. Penggabungan Badan Usaha Horisontal.
Penggabungan usaha horizontal terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang
melakukan penggabungan usaha tersebut mempunyai usaha yang sama atau
menghasilkan barang dan jasa yang sifatnya subtitusi, sehingga sebelum
melakukan peggabngan usaha perusahaan-peusahaan tersebut saling
bersaing.
c. Penggabungan Badan Usaha Konglomerat.
Jenis penggabungan usah ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu (1)
penggabungan usaha vertical dan penggabungan usaha horizontal secara
bersama-sama, dan (2) penggabungan badan usaha oleh perusahaan yang
tidak mepunyai hubungan usaha.
5. Alasan-alasan Penggabungan Usaha
Beberapa alasan yang mungkin untuk memilih penggabungan usaha sebagai
alat perluasan adalah (Beams, 2004: 1)
a) Manfaat biaya (cost advantage). Sering kali lebih murah bagi perusahaan
untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui penggabungan
dibandingkan melalu pengembangan.
b) Risiko lebih rendah (lower Risk). Membeli lini produk dan pasar yang telah
didirikan biasanya lebih kecil risikonya dibandingkan dengan
mengembangkan produk baru dan pasarnya. Penggabungan usaha kurang
berisiko terutama ketika tujuannya adalah diversifikasi.
c) Memperkecil keterlambatan operasi ( Fower Operating Delays). Fasilitas-
fasilitas pbrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan
untuk segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan
lingkungan dan peraturan pemerintah yang lainnya
d) Mencegah pengambilalihan (Avoidance of takeovers). Beberapa perusahaan
bergabung untuk mencegah pengakuisisian di antara mereka. Karena
perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk diambil
alih, beberapa diantara mereka memakai strategi pembeli yang agresif
sebagai pertahanan terbaik melawan usaha pengambilalihan oleh perusahaan
lain.
e) Akuisisi harta tak berwujud (Acquisition of intangible assets).
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya yang tidak
berwujud maupun berwujud.
6. Krakteristik akuisisi di Indonesia
Karakteristik yang dilakukan oleh perusahaan publik di Indonesia:
a. Bersifat internal dan memiliki unsur benturan kepentingan (Conflik of
interest). Akuisisi dilaksankan atas perusahaan yang berada pada
pengendalian yang sama (common control), di mana kata akhir dari rencana
sampai dengan pelaksanaan akuisisi dari kedua belah pihak berada pada
pihak yang sama ini mencerminkan adanya benturan kepentingan.
b. Peranan dari pendiri (founders) dominant. Pemegang saham berdiri yang
masih mempunyai merupakan matyoritas saham dari perusahaan-perusahaan
yang telah go publik, dari segi manajemen belum terlihat adanya pemisahan
yang jelas antara manajemen perusahaan dan pemilik
Menurut Marcel Go (1992:22) akusisi sebagai salah satu bentuk kombinasi
bisnis dapat dibedakan dalam dua tipe yaitu:
a. Akuisisi Finansial (financial acquisition)
Merupakan suatu tindakan akuisisi terhadap satu atau beberapa perusahaan
tertentu yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai keuntungan
finansial. Kecenderungannya adalah usaha membeli perusahaan target
dengan harga semurah mungkin untuk menjual kembali dengan harga jual
lebih tinggi. Namun demikin apabila transaksi tesebut dilaksanakan antara
perusahaan yang berada dalam satu grup bisnis atau kepemilikan yang sama,
harga yang dibeli dapat mejadi lebih mahal atau lebih murah tergantung
pada kepentingan dan keuntungan yang akan diperoleh pemilik mayoritas
bersangkutan. Motif utama akuisisi adalah untuk mengeruk keuntungan
finansial sebesar-besarnya.
b. Akuisisi Strategis (strategic acquisition)
Akuisisi ini dilakukan untuk meciptakan strategi dalam bidang apapun
dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan jangka pajang. Sinergi
ini tidak hanya berupa sinergi finansial tetapi juga mencakup sinergi
produksi, sinergi distribusi, sinergi pengembangan teknologi, dan gabungan-
gabungan dari sinergi-sinergi tersebut. Seringkali latar belakang
pengambilan keputusan untuk akuisisi strategis adalah pertimbangan akan
faktor efisiensi dan kemudahan ketimbang memulai dari awal untuk
membangun perusahaan yang baru.
Dalam kaitannya dengan pembahasan mengenai klasifikasi tipe akuisisi atas
akuisisi finansial dan akuisisi strategis, maka perusahaan pengambil alih
yang bertindak sebagai akuisitor (pembeli) dapat dibedakan atas dua tipe
yaitu:
1. Pembeli finansial (financial buyer). Motivasinya adalah usaha untuk
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu yang relative
singkat.
2. Pembeli strategi (strategi buyer). Motivasinya adalah menciptakan dan
meningkatkan produktifitas riil melalui cara penciptaan sinergi, upaya
diversifikasi dan usaha pengembangan teknologi.
Dari sudut pandang analisis laporan keuangan terdapat tiga kategori akuisisi
yaitu:
a. Akusisi Horisontal yaitu akuisisi yang dilakukan atas perusahaan yang
begerak dalam bidang yang sama atau sejenis, perusahaan yang membeli
merupakan pesaing dari perusahaan yang dibeli dalam hal produk.
b. Akuisisi Vertikal yaitu akuisisi yang melibatkan dua perusahaan yang
bersifat saling mendukung dalam proses produksi. Perusahaan yang saitu
akuisisi akan menjad supplier sedangkan perusahaan yang lain menjadi
menjalin kesinambungn bahan baku produksi maupun penjualan produk.
c. Konglomerat yaitu penggabugan usaha yang saling tidak berhubungan,
dengan kata lain perusahaan yang mengakuisisi dan perusahaan yang
diakuisisi tiak mempunyai keterkaitan operasi.
7. Tujuan Akuisisi
Menurut Hitt, Horison, dan Ireland (2002:62-63) perusahaan-prusahaan
melibatkan diri dalam karena berbagai alasan. Akuisisi yang efektif sebenarnya
dapat:
a. Berguna sebagai platform pertumbuhan perusahaan
b. Menyebabnya meningkatnya pangsa pasar
c. Memberi pondasi yang diperlukan untuk menciptakan dan mendapatkan
keuntungan-keuntungn dari penghematan skala atau economies of scale
yakni keuntungan yang diperoleh jika perusahaan bisa memanfaatkan
sumber-sumber dayanya untuk menekan biaya produksi berbagai macam
produk, penghematan ini terutama dicapai pada tataran operasional dan
penghematan cakupan atau economies of scope (keuntungan yang didapat
melalui pemanfaatan sumber-sumber daya satu unit usaha untuk mencapai
pengoperasian unit lainnya)
d. Mengurangi pengeluran-pengeluaran organisasional dengan cara
meghapuskan penggandaan dan menstransfer pengetahuan di antara unit-
unit bisnis atau alur produk individu.
8. Motivasi Akuisisi
Alasan perusahaan pengakuisisi yang sering dikemukakan adalah lebih
cepat dari pada harus membangun untuk usaha sendiri, meskipun alasan tersebut
benar, fakor yang paling mendasari sebenarnya adalah motif ekonomi (Husnan
& Pujiastuti, 1999:428).
Para manajer melakukan akuisisi karena beberapa alasan berikut (Sudarsanam,
1999:19):
a. Untuk memperbesar ukuran perusahaan, karena penghasilan, bonus, status
dan kekuasaan mereka merupakan suatu fungsi dari ukuan suatu fungsi dari
ukuran suatu perusahaan (syndrome empire building)
b. Untuk menyusun kemampuan manajerial yang saat ini belum digunakan
secara maksimal (motivasi pemenuhan diri)
c. Untuk mengurangi risiko dan meminimalkan tekanan biaya finansial dan
kebangkrutan (motivasi keamanan pekerjaan)
d. Untuk menghindari pegambilalihan.
Menurut Sutarjo dalam Payamta (Simposium Nasional Akuntansi IV)
menggolongkan motivasi untuk melakukan merger dan akuisisi menjadi dua,
yaitu motivasi ekonomis dan motivasi non ekonomis.
a. Motivasi ekonomis yaitu perusahaan target mempunyai keunggulan
kompetitif, yang diharapkan akan menghasilkan sinergi setelah digabung.
b. Motivasi non ekonomis. Misalnya, karena perusahaan sudah lemah secara
modal dan ketrampilan manajemen, kinginan menjadi kelompok yang
terbesar di dunia, Meskipun ada kemungkinan penggabungan usaha yang
dilakukan tersebut tidak menguntungkan, karena diambil alih oleh pihak
bank.
Salah satu motivasi utama perusahaan melakukan akuisisi adalah untuk
menciptakan sinergi, dimana manfaat ekstra atau sinergi ini tidak bisa diperoleh
seandainya perusahaan-prusahaan tersebut secara tepisah, konsep inilah disebut
sinergi, sebuah terminologi yang bisa dipakai untuk menerangkan manfaat unik
yang dihasilkan dari akuisisi. pada umumnya tujuan dilakukan akuisisi adalah
mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Keputusan untuk akuisisi bukan sekedar
menjadikan dua ditambah dua menjadi empat, tetapi merger dan akuisisi harus
menjadikan dua ditambah dua dijadikan lima. Nilai tambah yang dimaksud
tersebut bersifat sementara saja. Oleh karena itu, ada tidaknya sinergi suatu
akuisisi tidak bisa dilihat beberapa setelah akuisisi, tetapi diperlukan waktu yang
relatif panjang (Payamta, Simposium Nasional Akuntansi IV:244)
Adapun bentuk-bentuk sinergi adalah sebagai berikut (Moin, 2003:5)
a. Sinergi operasi (Operating synergi). Sinergi ini terjadi ketika perusahaan
hasil kombinasi mampu mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai
dengan cara pemanfaatan secra optimal sumberdaya perusahaan.
b. Sinergi finansial (financial synergy). Sinergi ini dihasilkan ketika perusahaan
hasil akuisisi memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses
sumber-sumber dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa
seingga biaya modal perusahaan semakin menurun.
c. Sinergi manajerial (manajerial synergy). Sinergi ini dihasilkan ketika terjadi
transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke
perusahaan yang lain atau ketika secara bersama-sama mampu
memamfaatkan kapasitas know-know yang mereka miliki.
d. Sinergi teknologi. Sinergi ini bisa dicapai dengan memadukan keungglan
teknik sehingga mereka saling memetik manfaat.
e. Sinergi pemasaran. Sinergi ini bisa dicapai apabila perusahaan yang
melakukan akuisisi akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan
terbukanya pemasaran produk bertambahnya lini produk yang dipasarkan,
dan semakin banyaknya konsumen yang bisa dijangkau.
9. Teknik Melakukan Akusisi
Husnan (1993:370) menyebutkan bahwa akuisisi dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
a. Pembayaran tunai, yaitu dilakukan dengan membayar sejumlah premium
kepada pemilik perusahaan target dan besarnya ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama. Bila perusahaan target tela go public, maka akuisisi
dapat dilakukan dengan membeli saham-saham perusahaan target melalui
pasar bursa.
b. Pertukaran saham, yaitu dilakukan dengan memberikan sejumlah saham
kepada penmilik perusahaan target dan kompensainya, pemilik perusahaan
target dan kompensasinya pemilik perusahaan target mnyerahkan saham-
saham yang dimiliki perusahaan target kepada pembeli.
10. Tahap-tahap Melakukan Akuisisi
Menurut Marcel Go (1992:15) ada beberapa tahapan dalam proses
akuisisi:
a. Penentuan sasaran akuisisi
b. Identifikasi calon perusahaan yang dianggap potensial untuk diakuisisi
melalui prosedur pelacakan.
c. Menghubungi pihak manajemen perusahaan untuk mewujudkan keinginan
memberikan penawaran dan kemungkinan memperoleh informasi tambahan.
d. Membatasi jumlah calon perusahaan yang akan dimbil alih.
e. Berdasarkan tahap permulaan tersebut dibuat suatu evaluasi yang realistis
mengenai kelayakan akuisisi tersebut.
f. Mendapatkan laporan keuangan untuk periode lima tahun terakhir dan
informasi-informasi penting lain yang relevan seperti kontrak-kontrak yang
telah ditanda tangani, leasing dan sebagainya.
g. Menetapkan suatu harga tawaran tertentu yang dilengkapi berbagai
persyaratan, serta bentuk-bntuk pembayaran yang dapat berupa cash, stock,
notes dan sebagainya.
h. Mengungkapkan sumber-sumber keuangan.
i. Membuat suatu persetujuan yang secara prinsip tidak mengikat dan
memperjelas posisi masing-masing dalam hal kelanjutan manajemen lama
dan pemenuhan kewajiban.
j. Melakukan suatu studi secara lebih mendalam dan komprehensif (in-dept
study) mengeni perusahaan yang akan diambil alih.
k. Menyiapkan penandatanganan kontrak atas persetjuan akuisisi.
l. Terakhir adalah realisasi pengalihan aktiva dan realisasi pembayaran.
11. Permasalahan dalam Praktik Akuisisi
Masalah umum yang dihadapi dalam Setiap akuisisi berkaitan dengan
masalah pengendalian terhadap perusahaan, penentun kontribusi relatf
perusahaan yang bergabung, presentasi laba, penentuan harga yang wajar,
pnentuan harga perolehan serta sumber dan besarnya dana investasi bagi
peruahaan pengakuisisi, dan sebagainya.
Suta (1992: 12-13) mengungkapkan bahwa permasalahan yang
ditimbulkan oleh akuisisi dintaranya bahwa proses akuisisi sangat mahal karena
membentuk suatu perusahaan yang profitable di pasar sangat kompetitif. Di
samping itu pelaksanaan akuisisi juga dapat memberikan pengaruh strukturisasi
dari akuisisi melibatkan cara pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman.
Permasalahan yang lain adalah adanya kebutuhan untuk memperkerjakan tenaga
kerja yang baru, kemungkinan adanya corporate culture yang berbeda antara
perusahaan target dengan perusahaan pengakuisisi dalam kemungkinan bahwa
prusahaan pengakuisisi tidak memiliki pengalamanan di bidang usaha yag baru
diakuisisi.
12. Faktor-Faktor Penyebab Akuisisi
selain memberikan banyak manfaat, akuisisi juga dapat menimbulkan
permasalahan karena tidak memberikan keuntungan bagi pemegang saham
perusahaan pengakuisisi. Masalah umum yang dihadapi dalam Setiap keputusan
akuisisi berkaitan dengan masalah penegendalian terhadap perusahaan, penentu
kontribusi, relatif perusahaan yang bergabung persentase laba, penentuan harga
wajar, penentuan harga perolehan serta sumber dan besarnya dana investasi bagi
perusahaan pengakuisisi.
Menurut Sudarsanam (1999:265) penyebab kegagalan akuisisi disebabkan oleh:
a. Sikap manajemen perusahaan target dan perbedaan kebudayaan
b. Tidak adanya perencanaan integrasi pasca akuisisi
c. Tidak adanya pengalaman akuisisi
13. Kinerja Keuangan Perusahaan
Sebelum memahami masalah pengukuran kinerja lebih lanjut, terlebih
dahulu harus dipahami apa yang dimaksud dengan kinerja itu sendiri. Menurut
Helfert (1997:67) pengertian knerja adalah hasil dari bayak keputusan individu
yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Menurut Agus Sartono
(996:120), karena sulitnya memahami laporan keuangan dalam bentuk aslinya,
maka ditempuh berbagai cara untuk melakukan analsisis kinerja keuangan
perusahaan seperti:
a. Analisis common size yaitu menyajikan presentase setiap elemen terhadap
total aktiva dan untuk laporan laba rugi persentase setiap elemen terhadap
penjualan
b. Analisis indek menyajikan persentase elemen neraca terhadap tahun tertentu
sebagai tahun dasar, kemudian mencari indek untuk periode berikutnya.
Begitu juga dengan laporan keuangan, indek tersebut jug didasarkan atas
tahun tertentu sebagai tahun dasar. Dengan analisis indek dapat diketahui
fluktuasi setiap elemen baik neraca maupun rugi laba sebelum periode
tertentu
c. Analisis rasio keuangan adalah cara membandingkan prestasi suatu periode
dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya
kecenderungan selama periode tertentu selain itu dapat pula dilakukan
dengan cara membandingkan perusahaan sejenis dalam industri sehingga
dapat diketahui bagaimana posisi perusahaan dalam industri.
14. Laporan Keuangan
salah satu fungsi akuntansi dalam perusahaan adalah menyediakan
informasi mengenai keadaan keuangan perusahaan untuk suatu periode tertentu
dalam bentuk laporan keuangan. Menurut PSAK No. 1, laporan keuangan
bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporang keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajkan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas
atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian yang integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan
dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan.
Laporan keuangn merupakan informasi yang diharapkan mampu memberi
bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat
finansial. Tujuan laporan keuangan dikemukakan secara jelas oleh Standar
Akuntansi Keangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Keuangan
Indoneia sebagai brikut: tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang disususn untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non keuangan.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah
dilakukan atau pertanggungjawaban menajemen berbuat demikian agar mereka
dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mencakup misalnya keputuan
untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan, atau
keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Dalam memahami tujun laporan keuangan,ada dua kata kunci yang harus
dipahami: pertama, laporan keuangan harus memberikan informasi yang useful;
kedua, untuk digunakan dalam membuat keputusan yang rasional. Dari dua kata
kunci, yait useful (bermanfaat) dan rasional (logis) bisa ditemukaan bahwa
laporan keuangan akan bermanfaat untuk digunakan dalam membuat keputusan
investasi, kredit, dan sejenisnya, apabila yang menggunakan laporan keuangan
tersebut rasional. Artinya pembuatan keputusan mereka didasarkan pada
informasi dan bukan intuisi.
Laporan keuangan berisi informasi penting untuk masyarakat, pemerintah,
pemasok dan krditur, pemilik perusahaan atau pemegang saham manajemen
perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan, yang diperlukan secara tetap
untuk mengukur kondisi efisiensi operasi perusahaan. Analisa dari laporan
keuangan bersifat relative
Ada dua macam bentuk laporan keuangan utama yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan (Warsono, 2002:24) yaitu:
a. Neraca yaitu laporang keuangan yang menggambarkan posisi keuanngan
suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Dalam sebuah neraca,
perusahaan menyajikan lima kelompok pos utama yaitu:
1. Aktiva lancar adalah kekayaan perusahaan yang segera bisa
dikonversikan menjadi utang tunai (kas) dalam waktu paling lama satu
periode akuntansi.
2. Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang digunakan untuk operasi
perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Aktiva
tetap ini akan berkurang nilainya dengan adanya penyusutan.
3. Hutang lancar adalah klaim pihak luar kepada perusahaan agar melunasi
kewajibannya dalam jangka waktu paling lama satu periode akuntansi.
Atas pelunasan klaim tersebut perusahaan harus menggunakan aktiva
lancarnya, atau membentuk hutang lain.
4. utang jangka panjang adalah klaim pihak ketiga kepada perusahaan yang
harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi.
5. Modal adalah hak milik para pemilik perusahaan, dalam perusahaan
perseroan adalah para pemegang saham.
b. Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan hasil-hasil
usaha yang dicapai selama periode tertentu. Laporan ini mengenai sebuah
entitas selama jangka waktu tertentu; menunjukkan jumlah penghasilan
(revenues), biaya-biaya (expenses), dan elemen-elemen lain pebentuk laba.
15. Pihak-Pihak yang Berkepentingan Atas Laporan Keuangan
informasi akuntansi keuangan diperlukan dan dipakai oleh pihak-pihak
yang berkepentingan dengan maksud dan tujuan yang berbeda. Pihak-pihak
yang berkepentingan tersebut adalah; (a) Investor sebelum melakukan akuisisi
terlebih dahulu harus mengetahui kondisi keuangan perusahaan pada saat itu,
apakah uang yang akan diinvestasikan aman, (b) Karyawan dalam hal ini
diwakili organisasinya berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk
melihat kemampuan perusahaan dalam memberikan gaji dan jaminan sosial
yang lebih baik, (3) kreditor berkepentingan atas perusahaan untuk
mendapatkan syarat kredit, menjaga keamanan kekayaan yang digunakan oleh
perusahaan dan slanjutnya menilai apakah kepercayaan yang akan diberikan
perlu ditarik atau tidak, (4) Pemilik berkepentingan atas perusahaan untuk
mengetahui kemajuan yang dicapai, bagian laba yang diharapkan dan menilai
berhasil tidaknya pihak manajemen dalam megelola perusahaan, (5)
Manajemen berkepentingn atas laporan keuangan dengan jumlah untuk
menaksir sifat dan jumlah uang atau dana yang diperlukan,mengevaluasi hasil-
hasil keputuan dan kebijaksanaan perusahaan.
16. Tujuan Laporan Keuangan
Zaki Baridwan (1996;17) menyatakan tujuan laporan keuangan adalah
untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dapat digunakan untuk
memenuhi tujun-tujuan lain, yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak lain di
luar perusahaan. Dari tujuan laporan keuangan di atas, maka laporan keuangan
yang dibuat oleh pihak manajemen ditujukan kepada dua pihak yaitu kepada
pemilik perusahaan. Kepada pihak luar perusahaan laporan keuangan
ditujukan untuk menginformasikan posisi keuangan perusahaan, kinerje serta
posisi keuangan perusahaan.
17. Analisis Rasio Keungan dan Jenis-jenisnya
Kriteria unuk menentukan apakah posisi keuangan suatu perusahaan sehat
atau tidak dapat diklasifikasikan menjadi lima macam rasio keuangan
(Warsono, 2003:32) yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Rasio-rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah suatu rasio keuangan yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini terdiri dari:
1. Current Ratio yaitu membandingkan antara total aktiva lancar
dengan kewajiban lancarnya
Current Ratio =
2. Quick Ratio yaitu dihitung dengan mengurangkan persediaan dari
aktiva lancar dan kemudian membaginya dengan kewajiban lancar
Quick Ratio =
b. Rasio Akivitas
Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana
perusahaan secara efektif mengelola akiva-aktivanya. Rasio ini digunakan
untuk melihat seberapa besar tingkat aktiva tertentu yang diiliki
perusahaan. Rasio aktivitas dapat diukur dengan rasio inventori turnover/
ITO dan perputaran aktiva total (Total asset turnover/ TATO)
ITO yaitu dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan
Inventory Turnover / ITO =
Total asset turnover mengukur perputaran dari semua aset perusahaan
dan dihitng dengan cara membagi penjualan dengan aktiva total.
Total asset turn over/ TATO =
c. Rasio Leverage / rasio Solvabilitas
Raio leverage adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
hingga sejauh mana aktivitas operasionl perusahaan dibiayai oleh hutang.
Rasio leverage dapat menggunakan dua ukuran, yaitu rasio utang terdapat
ekuitas (debt to equity ratio / DER)
DR (Debt ratio) mngukur prosentase dana yang disediakan oleh kreditur
terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan.
Debt Ratio=
DER diukur dengan cara mebandingkan antara utang jangka panjang
(long term debt) perusahaan dengan modal ekuitas (stock equity)
DER =
d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan.
Untuk megukur profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan
lima macam rasio, yaitu gross profit margin, net operating profit mrgin,
net profit margin, return on investmen, return on equity.
Gross profit margin merupakan perbandingan antara laba kotor dengan
penjualan
Gross profit margin =
Net operating profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba
operasi bersih (earning before interest and taxes / EBIT) dengan
penjualan
Net operating profit margin =
Margin laba bersih (Net profit margin) merupakan rasio perbandingan
antara leba bersih Setelah pajak (earning after taxes / EAT)
Net Profit margin =
Retun on Investment merupakan perbandingan antara laba tersedia bagi
para pemegang saham biasa (earning available for common
stockholders) dengan aktiva total
ROI =
Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE) mrupakan perbandingan antara
laba tersedia bagi para pemegang saham biasa (EACS), dengan ekuitas
saham (modal saham biasa)
ROE =
No Variabel Sub Variabel Terdiri dari1. Kinerja keuangan
perusahaanLikuiditas* Curent Ratio * Aktiva Lancar
* Hutang Lancar* Quick Ratio * Aktiva Lancar
* Persediaan* Hutang Lancar
Aktiva* ITO * Penjualan
* Persediaan* TATO * Penjualan
Aktiva TotalLeverage* Debt Ratio * Hutang Total
* Aktiva Total* DER * Hutang Jangka Panjang
* Ekuitas SahamProvitabilitas* Gross Provit Margin * Laba Kotor
*Penjualan* Net Operating Provit Margin
* EBIT* Penjualan
* Net Profit Margin* ROI* ROE
* EAT* Penjualan* EACS* aktiva Total* EACS* Ekuitas Biasa
18. Metode tolak Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan
Untuk menentukan apakah perusahaan sehat atau tidak dari sisi keuangan
dapat dilakukan dengan dua macam metode tolak ukur (Warsono, 2002:28)
yaitu:
a. Metode lintas waktu (time series)
Metode ini merupakan metode tolak ukur analisis laporan keuangan yang
dilakukan dengan cara membandingkan periode tertentu dengan periode
sebelumnya.
b. Metode lintas seksi/industri (cross section)
Yaitu metode tolak ukur yang digunakan dengan cara membandingkan
rasio keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu dengan rasio
keuangan rata-rata indusrtinya pada periode yang bersangkutan.
G. kerangka pikir
Keputusan akuisisi mempunyai pengaruh besar dalam memperbaiki
kondisi perusahaan. Melalui akuisisi diharapkan perusahaan dapat melakukan
penghematan operasi dan meningkatkan daya saing di pasar internasional.
Para manajer keuangan dituntut untuk bisa menilai kapan perusahaan
harus melakukan akuisisi dan beberapa aktif menilai calon perusahan yang akan
diajak akuisisi, sehingga tujuan perusahaan untuk memberikan keuntungan
dengan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan tercapai.
Perusahaan
Akuisisi
Perbedaan
Kinerja KeuanganPerusahaan
Sebelum Akuisisi
Kinerja KeuanganPerusahaan
Sesudah Akuisisi
Salah satu motivasi perusahaan dalam melakukan akuisisi adalah untuk
meningkat kinerja kuangan perusahaan. Evaluasi terhadap keberhasilan strategi
akuisisi dalam upaya meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, melalui
perbandingan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi
dengan menggunakan analisisi rasio keuangan likuiditas, aktivitas, leverage dan
profitabilitas.
H. Hipotesis
secara ringkas penelitian ini akan membandingkan kinerja keungan
perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini untuk masa sebelum dan
sesudah akuisisi. Berdsarkan masalah, tujun penelitian, dan pemikan tersebut,
maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sbelum dan sesuah
akuisisi pada perusahaan manufaktur tahun 2001-2005
I. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dialakukan oleh penulis bersifat studi kasus, merupakan
penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang
dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksinya dengan
lingkungan (Indriantoro, 2006:26). Tujuan studi kasus adalah melakukan
penyelidikan secara mendalam mengenai subyek tertentu untuk memberikan
gambaran yang lengkap mengenai subyek tertentu. Subyek yang diteliti adalah
kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta
dengan menganalisis rasio keuangan.
2. Data dan Sumber data
a. Data
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang digunakan
diperoleh dari publikasi-publikasi otentik ataupun publikasi ilmiah dari
lembaga yang diteliti dan bukan bersumber dari perusahaan yang diteliti,
meliputi data yang dipublikasikan oleh BEJ dan media lain, yaitu data
perusahaan yang melakukan akuisisi dan data dari obyek penelitian berupa
neraca dan laporan laba rugi perusahaan.
b. Sumber Data
Sumber data berasal dari Indonesian Capital Market Directory
3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan ang melakukan
akuisisi selama periode 2001-2005. Sampel penelitian yang diambil adalah
perusahaan manufaktur yang melakukan akuisisi yaitu 3 perusahaan
diantaranya PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk, PT. Unilever Indonesia, Tbk,
dan PT. HM Sampoerna, Tbk. Anggota sampel yang memenuhi kriteria
tersedia laporan keuangan tahunan yang sudah diaudit untuk masa 2 tahun
sebelum dan sesudah akuisisi
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi, yaitu
dengan cara mengumpulkan data sekunder mengenai variabel-variabel yang
diukur dari laporan tahunan perusahaan sample yang diperoleh dri Bursa Efek
Jakarta (BEJ).
5. Definisi Operasinal Variabel
Pengukuran terhadap variabel yang digunakan di dalam penelitian ini
didasarkan pada ukuran-ukuran yang ada pada umumnya telah digunakan
dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun pengukuran variabel-variabel
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Akuisisi
Akuisisi Menurut PSAK no 22 adalah suatu penggabungan usaha di mana
salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali
atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquirer), dengan
memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajban, atau mengeluarkan
saham.
b. Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan merupakan hasil nyata (prestasi) yang dapat dicapai dari
proses pengambil alihan keputusan oleh manajemen perusahaan untuk
menunjang dicapainya hasil positif dalam hal keuangan. Variabel ini diukur
dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang merupakan hasil
pengolahan data-data yang ada dalam laporan keuangan pada tahun tertentu.
Dalam penelitian ini digunakan rasio likuidias, aktivitas, leverage, dan
profitabilitas untuk mengetahui pengaruh akuisisi terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
1. Rasio Likuiditas
Rasio-rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah suatu rasio keuangan yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini terdiri dari:
a. Current Ratio yaitu membandingkan antara total aktiva lancar dengan
kewajiban lancarnya
b. Quick Ratio yaitu dihitung dengan mengurangkan persediaan dari
aktiva lancar dan kemudian membaginya dengan kewajiban lancar
2. Rasio Aktivtas
Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana
perusahaan secara efektif mengelola akiva-aktivanya. Rasio ini digunakan
untuk melihat seberapa besar tingkat aktiva tertentu yang dimiliki
perusahaan. Rasio aktivitas dapat diukur dengan rasio inventori turnover
ITO dan perputaran aktiva total (Total asset turnover/ TATO)
ITO yaitu dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan
Total asset turnover mengukur perputaran dari semua aset perusahaan
dan dihitung dengan cara membagi penjualan dengan aktiva total.
3. Rasio Leverage
Rasio leverage adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
hingga sejauh mana aktivitas operasionl perusahaan dibiayai oleh hutang.
Rasio leverage dapat menggunakan dua ukuran, yaitu rasio utang terdapat
ekuitas (debt yo equity ratio / DER)
DR (Debt ratio) mengukur prosentase dana yang disediakan oleh
kreditur terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan.
DER diukur dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang
(long term debt) perusahaan dengan modal ekuitas (stock equity).
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan.
Untuk megukur profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan
lima macam rasio, yaitu gross profit margin, net operating profit mrgin,
net profit margin, return on investmen, return on equity.
Gross profit margin merupakan perbandingan antara laba kotor dengan
penjualan
Net operating profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba
operasi bersih (earning before interest and taxes / EBIT) dengan
penjualan
Margin laba bersih (Net profit margin) merupakan rasio perbandingan
antara leba bersih setelah pajak (earning after taxes / EAT)
Retun on Investment merupakan perbandingan antara laba persediaan
bagi para pemegang saham biasa (earning available for commo
stockholders) dengan aktiva total
Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE) mrupakan perbandingan antara
laba tersedia bagi para pemegang saham biasa (EACS), dengan ekuitas
saham (modal saham biasa)
6. Teknik analisis Data
a. Rasio Likuiditas
Current ratio =
Quick ratio =
b. Rasio Aktivitas
TATO =
ITO =
c. Rasio Leverage
DR =
DER=
d. Rasio Profitabilitas
Gross profit margin =
Net operating profit margin =
Net profit margin =
ROI =
ROE =
7. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian dua sisi atau dua arah untuk menguji
apakah terdapat perbedaan antara perubahan kinerja keuangan sebelum dan
sesudah akuisisi dengan kinerja keuangan setelah akuisisi
Adapun langkah-langkah adalah sebagai berikut :
a. Kriteria pengujian
H0 diterima dan Ha ditolak : Tidak ada perbedaan perubahan kiinerja
keuangan sebelum dan sesudah akuisisi
H0 ditolak dan Ha diterima : ada perbedaan perubahan kinerja
keuangan sebelm dan ssudahh akuisisi
b. Membandingkan angka t hitung dan t tabel
Angka t hiitung dibandingkan dengan angka t tabel adalah untuk mengambil
keputusan Berdasarkan pada uji paired samples t-test dengan keuntungan
sebagai berikut:
a. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima
b. Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak
Sebagai kriterian penilaian adalah dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95%, yaitu untuk menguji hipotesis yang digunakan dengan
membandingkan niali probabilitas dengan alphanya yaitu dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Nilai probabiitas < , maka H0 ditolak; Ha diterima
b. Nlai probabilitas > , maka H0 dierma; Ha ditolak