UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim...

17
UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya page 1 / 5

Transcript of UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim...

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

page 1 / 5

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

EDITORIAL BOARD

AntroUnairDotNet

A ntrounairdotnet merupakan jurnal ilmiah Antropologi yang terbit secara berkala tiga kali dalam

satu tahun. Dalam setiap penerbitannya, Antrounairdotnet memuat hasil-hasil pemikiran dan

penelitian yang bersifat original hasil karya skripsi. Keberadaan Antrounairdotnet diharapkan dapat

dimanfaatkan oleh kalangan akademis, praktisi dan masyarakat umum yang menaruh perhatian

pada keanekaragaman manusia dan kebudayaan Indonesia. Isi kandungan artikel menjadi tanggung

jawab penulis, sehingga redaksi selalu membuka diri untuk menerima sanggahan berupa penulisan

artikel banding terhadap artikel yang pernah dimuat sebelumnya. Susunan Pengelola Jurnal

Antrounairdotnet Pemimpin Redaksi : Pudjio Santoso Redaktur Pelaksana : Sri

Endah Kinasih Tri Joko Sri Haryono

Nurcahyo Tri Arianto Djoko Adi Prasetyo Petugas Upload :

Tito Dwiki Putra Santoso Reza Pahlevi

page 2 / 5

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

Table of Contents

No Title Page

1 SENGKETA ANTARA PEDAGANG KAKI LIMA, WARGA DAN SATPOL PP (Studi Kasus

Sengketa Keberadaan Pedagang Kaki Lima di Jalan Gresikkan-Ploso-Bronggalan)

1 - 21

2 HUBUNGAN ANTARA PERSENTASE LEMAK TUBUH, INDEKS MASSA TUBUH DAN

KADAR HEMOGLOBIN DENGAN TES TULIS SISWA SMA IPIEMS SURABAYA

22 - 29

3 Variasi Pola Sidik Jari pada Populasi Jawa dan Papua 30 - 41

page 3 / 5

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

Vol. 4 - No. 1 / 2015-01

TOC : 3, and page : 30 - 41

Variasi Pola Sidik Jari pada Populasi Jawa dan Papua

Variasi Pola Sidik Jari pada Populasi Jawa dan Papua

Author :

Fanani Hidayati | [email protected]

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Abstract

Abstrak Jawa dan Papua merupakan dua populasi yang memiliki gene pool berbeda. Ciri biologi

yang berbeda antara populasi Jawa dan Papua seperti bentuk dan warna rambut, bentuk hidung,

warna iris mata dan letak celah mata. Salah satu ciri biologis yang dimiliki oleh manusia adalah sidik

jari. Faktor genetik memiliki peran dalam pembentukan pola sidik jari. Secara umum terdapat tiga

pola dalam sidik jari yaitu loop, arch, dan whorl. Pada penelitian ini akan mencari perbedaan pola

sidik jari pada sampel Jawa dan Papua. Rumusan masalahnya adalah adakah perbedaan yang

bermakna pada pola sidik jari antara sampel Jawa dan Papua. Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif statistik Non parametris dengan teknik perhitungan chi-square. Tes chi-square dilakukan

dengan bantuan program SPSS 17. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Sampel

terdiri dari 70 sampel Jawa dan 70 sampel Papua. Secara keseluruhan dari pola yang terdapat di

sepuluh jari (phalanx distal) sampel Jawa lebih banyak dijumpai pada pola loop dengan persentase

52,1%, pola whorl 41,6%, pola arch 6,3%. Pada sampel Papua didominasi oleh pola whorl 51,6%,

pola loop 46,9%, pola arch 1,6%. Simpulannya terdapat perbedaan signifikan pada pola sidik jari

sampel Jawa dan Papua. Kata kunci : Sidik jari, Populasi, Jawa, Papua. Abstract Javanese and

Papuan were two populations that had different gene pool. Biologically, characteristics that

distinguished Javanese and Papuan population were the hair shape and colour, nose shape, the

colour of the iris and the location of the eye slit. One of biological characteristics that were

possessed by humans being was fingerprint. Genetic factor played a role in the formation of

fingerprint pattern. Generally, the fingerprint consisted three patterns, namely loop, arch, and whorl.

In this study, intended to find out the fingerprint patterns in Javanese and Papuan samples. The

statement of the problem was whether there was a significant difference in the fingerprint pattern

between the sample from Javanese and Papuan. This research applied non-parametric statistical

quantitative methods with chi-square calculation technique. The chi-square was carried out by using

SPSS 17 program. Furthermore, the sampling technique used purposive sampling. Sample was

consisting of 70 samples from Javanese and 70 samples from Papuan. Overall, from the pattern that

was contained in the ten fingers (phalanx distal), Javanese samples were more prevalent in the loop

pattern with a percentage of 52.1%, whorl pattern at 41.6%, then followed by arch pattern at 6.3%.

Meanwhile, Papuan samples were dominated by whorl pattern at 51.6%, loop pattern at 46.9%, arch

pattern at 1.6%. It appeared there was a significant differences in the fingerprint patterns Javanese

and Papuan samples. Keywords: Fingerprint, population, Javanese, Papuan.

Keyword : Sidik, jari, Populasi, Papua, Jawa,

Daftar Pustaka :

1. Field, A. I., (1976). Fingerprint Handbook. Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 40 : Charles C Thomas

Publisher

2. Langman, J., (1975). Medical Embryology. Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 40 : The Williams &

Wilkins Company

3. Sugiyono, (2002). Statistika untuk Penelitian. Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 40 : Alfabeta

page 4 / 5

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

Copy alamat URL di bawah ini untuk download fullpaper :

journal.unair.ac.id/filerPDF/aune50d526e7efull.pdf

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

page 5 / 5

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 30

Variasi Pola Sidik Jari pada Populasi Jawa dan Papua

Fanani Hidayati

Email: [email protected]

Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya

Abstrak

Jawa dan Papua merupakan dua populasi yang memiliki gene pool berbeda. Ciri biologi yang

berbeda antara populasi Jawa dan Papua seperti bentuk dan warna rambut, bentuk hidung, warna

iris mata dan letak celah mata. Salah satu ciri biologis yang dimiliki oleh manusia adalah sidik

jari. Faktor genetik memiliki peran dalam pembentukan pola sidik jari. Secara umum terdapat

tiga pola dalam sidik jari yaitu loop, arch, dan whorl. Pada penelitian ini akan mencari perbedaan

pola sidik jari pada sampel Jawa dan Papua. Rumusan masalahnya adalah adakah perbedaan

yang bermakna pada pola sidik jari antara sampel Jawa dan Papua. Penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif statistik Non parametris dengan teknik perhitungan chi-square. Tes chi-square

dilakukan dengan bantuan program SPSS 17. Pengambilan sampel dengan cara purposive

sampling. Sampel terdiri dari 70 sampel Jawa dan 70 sampel Papua. Secara keseluruhan dari pola

yang terdapat di sepuluh jari (phalanx distal) sampel Jawa lebih banyak dijumpai pada pola loop

dengan persentase 52,1%, pola whorl 41,6%, pola arch 6,3%. Pada sampel Papua didominasi

oleh pola whorl 51,6%, pola loop 46,9%, pola arch 1,6%. Simpulannya terdapat perbedaan

signifikan pada pola sidik jari sampel Jawa dan Papua.

Kata kunci : Sidik jari, Populasi, Jawa, Papua.

Abstract

Javanese and Papuan were two populations that had different gene pool. Biologically,

characteristics that distinguished Javanese and Papuan population were the hair shape and

colour, nose shape, the colour of the iris and the location of the eye slit. One of biological

characteristics that were possessed by humans being was fingerprint. Genetic factor played a

role in the formation of fingerprint pattern. Generally, the fingerprint consisted three patterns,

namely loop, arch, and whorl. In this study, intended to find out the fingerprint patterns in

Javanese and Papuan samples. The statement of the problem was whether there was a

significant difference in the fingerprint pattern between the sample from Javanese and Papuan.

This research applied non-parametric statistical quantitative methods with chi-square

calculation technique. The chi-square was carried out by using SPSS 17 program. Furthermore,

the sampling technique used purposive sampling. Sample was consisting of 70 samples from

Javanese and 70 samples from Papuan. Overall, from the pattern that was contained in the ten

fingers (phalanx distal), Javanese samples were more prevalent in the loop pattern with a

percentage of 52.1%, whorl pattern at 41.6%, then followed by arch pattern at 6.3%.

Meanwhile, Papuan samples were dominated by whorl pattern at 51.6%, loop pattern at 46.9%,

arch pattern at 1.6%. It appeared there was a significant differences in the fingerprint patterns

Javanese and Papuan samples.

Keywords: Fingerprint, population, Javanese, Papuan.

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 31

Pendahuluan

Salah satu dampak dari proses

evolusi adalah terjadinya variasi biologi.

Evolusi didefinisikan sebagai proses

tranformasi genetik oleh populasi melalui

waktu yang terciptakan suatu perubahan

susunan genetis populasi dari satu generasi

ke generasi selanjutnya, serta membawa

konsekuensi tertentu yang berupa

keberagaman pada populasi dan perubahan

pada pola adaptasi (Wolpoff, 1999) sehingga

dapat disimpulkan adanya variasi biologis

yang merupakan konsekuensi dari proses

evolusi yang panjang.

Populasi Jawa dan Papua merupakan

dua populasi yang memiliki gene pool yang

berbeda. Perbedaan gene pool ini juga tidak

lepas dari proses migrasi pada masa

Neolitik, yaitu ras Australomelanesoid yang

menghuni kawasan Indonesia tergeser ke

arah timur, sedangkan untuk wilayah barat

yang sebelumnya diduduki oleh

Australomelanesoid dihuni oleh Mongoloid

(Jacob, 1967b, 1974, 2006a, dalam

Koesbardiati dan Suriyanto, 2007) dan dapat

dikatakan unsur politipisme memiliki peran

dalam perbedaan ciri biologi yang ada pada

populasi Jawa dan Papua. Politipisme

merupakan perbedaan populasi yang ada

pada suatu wilayah geografi (Simpson,

1964). Ciri biologi yang berbeda antara

populasi Jawa dan Papua antara lain seperti

bentuk dan warna rambut, bentuk hidung,

warna iris mata dan letak celah mata. Maka

tidak menutup kemungkinan dua gene pool

(populasi Jawa dan Papua) ini juga memiliki

perbedaan pola sidik jari. Salah satu ciri

biologis yang dimiliki oleh manusia adalah

sidik jari. Sidik jari pada manusia tidak

dipengaruhi oleh lingkungan luar kecuali

lingkungan di dalam kandungan. Genetik

sangat berperan dalam pembentukan sidik

jari, karena sidik jari di pengaruhi oleh unsur

poligen (Suryo, 2010).

Sidik jari terbentuk pada bulan ke

empat di masa kehamilan (Langman, 1974)

dan tidak akan berubah hingga setelah

proses kelahiran. Sidik jari terbentuk dengan

bantuan beberapa gen yang berperan, oleh

sebab itu sidik jari bersifat khas pada setiap

individu. Terdapat tiga pola sidik jari secara

umum yaitu whorl, arch, dan loop (Field,

1979). Rata-rata pola sidik jari pada tangan

manusia sekitar 5% dengan pola arch, 25-

30% merupakan pola whorl, dan 65-70%

adalah pola sidik jari loop (Suryo, 2001),

sementara penelitian yang dilakukan oleh

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 32

Cummins & Midlo berkaitan dengan sidik

jari disebutkan pola arch pada dermatoglifi

kelompok Mongoloid hanya sekitar 2-3%

(Indriati dan Jacob, 2000).

Beberapa penelitian melibatkan sidik

jari sebagai bahan identifikasi pada beberapa

penyakit yang disebabkan kelainan genetik.

Pada penelitian ini peneliti akan mencari

kecenderungan pola sidik jari yang dimiliki

oleh sampel populasi Jawa dan Papua.

Populasi yang dilibatkan pada penelitian ini

adalah populasi Jawa dan Papua dengan

harapan dapat mengetahui lebih jauh

perbedaan pola sidik jari antar kedua

populasi tersebut.

Bahan dan Metode

Penelitian mengenai variasi pola

sidik jari pada populasi Jawa dan populasi

Papua berada di wilayah Surabaya dan

Lamongan. Pengambilan sampel Papua

dilakukan di kota Surabaya yang merupakan

salah satu kota tujuan para mahasiswa yang

berasal dari Papua untuk menuntut ilmu. Di

Surabaya terdapat banyak mahasiswa yang

berasal dari berbagai wilayah di Papua.

Pengambilan sampel Jawa dilakukan di

Lamongan, tepatnya di desa Tlogosadang

kecamatan Paciran. Komposisi penduduk di

desa Tlogosadang adalah mayoritas suku

Jawa dan belum banyak terjadi percampuran

di desa tersebut. Sampel diambil dari 140

orang, 35 dari perempuan Papua, 35 dari

laki-laki Papua, 35 dari perempuan Jawa dan

35 dari laki-laki Jawa. Penelitian ini

menggunakan sampel penelitian pada usia

pubertas hingga dewasa, dengan rentang

usia 16-40 tahun.

Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik purposive sampling yakni,

pengambilan sampel dengan menggunakan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2002).

Sampel diambil dengan pertimbangan orang

Jawa yang dalam tiga generasi adalah Jawa

dan tidak ada percampuran, dan orang Papua

yang dalam tiga generasi adalah Papua dan

tidak ada percampuran.

Pengumpulan data dilakukan dengan

teknik cap jari untuk mengambarkan pola

sidik jari pada phalanx distal yang ada pada

sampel. Peneliti menggunakan bahan

sebagai berikut: kaca persegi ukuran 30 x 20

cm, kertas A4 (form), fingerprint ink,

gilingan bertangkai, kaca pembesar

Form sidik jari sampel penelitian

yang sudah terkumpul kemudian dilakukan

uji statistik menggunakan teknik

perhitungan statistik Chi-kuadrat dua sampel

untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 33

pola sidik jari sampel Jawa dan Papua

dengan bantuan program SPSS versi 17.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian pada sampel Jawa

adalah rata-rata pola pada sidik jari lebih

banyak didapati pola sidik jari loop,

utamanya loop ulnar, yang kedua adalah

pola sidik jari whorl, dan yang terakhir

adalah pola sidik jari arch. Sampel Papua

lebih banyak didapati pola whorl dan loop.

Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan variasi pola sidik jari sampel Jawa

Fingerprint

patterns Frequency Percent

Valid Whorl 291 41.6

Arch 44 6.3

Loop 365 52.1

Total 700 100.0

Sumber : Hasil pengolahan data peneliti (2014)

Pada tabel 1 dapat dilihat distribusi

frekuensi seluruh sampel penelitian

berdasarkan variasi pola sidik jarinya yang

diambil dari pola sidik jari masing – masing

10 jari tangan dari seluruh sampel dari

masing – masing sampel populasi Jawa yang

jika ditotal dari 70 orang menjadi 700 pola

sidik jari. Dapat dilihat bahwa mayoritas

sampel memiliki variasi pola sidik jari loop

sebanyak 52,1% atau 365 jari, sedangkan

sisanya yaitu sebanyak 41,6% atau 291 jari

memiliki variasi pola sidik jari whorl dan

sebanyak 6,3% atau 44 jari memiliki variasi

pola sidik jari arch.

Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan variasi pola sidik jari sampel Papua

Fingerprint

patterns Frequency Percent

Valid Whorl 361 51.6

Arch 11 1.6

Loop 328 46.9

Total 700 100.0

Sumber : Hasil pengolahan data peneliti (2014)

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 34

Pada tabel 2 Pola sidik jari pada 10 jari

tangan dari masing – masing sampel

populasi Papua yang jika ditotal dari 70

orang menjadi 700 jari. Dapat dilihat bahwa

mayoritas sampel memiliki variasi pola sidik

jari whorl sebanyak 51,6% atau 361 jari,

sedangkan sisanya yaitu sebanyak 46,9%

atau 328 jari memiliki variasi pola sidik jari

loop dan sebanyak 1,6% atau 11 jari

memiliki variasi pola sidik jari arch.

Tabel 3. Distribusi frekuensi antar populasi dengan variasi pola sidik jari

Fingerprint patterns

Total Whorl Arch Loop

Sampel Jawa Count 291 44 365 700

Expected Count 326.0 27.5 346.5 700.0

% within Populasi 41.6% 6.3% 52.1% 100.0%

Papua Count 361 11 328 700

Expected Count 326.0 27.5 346.5 700.0

% within Populasi 51.6% 1.6% 46.9% 100.0%

Total Count 652 55 693 1400

Expected Count 652.0 55.0 693.0 1400.0

% within Populasi 46.6% 3.9% 49.5% 100.0%

Sumber : Hasil pengolahan data peneliti (2014)

Dari tabel 3 terlihat bahwa dari 700 pola

sidik jari yang berasal dari masing – masing

10 jari pada 70 sampel dari populasi Jawa,

terdapat 291 jari (41,6%) yang memiliki

variasi pola sidik jari whorl, 44 jari (6,3%)

dengan variasi pola sidik jari arch dan

sebanyak 365 jari (64,3%) dengan variasi

pola sidik jari loop, selanjutnya dari 700

pola sidik jari yang berasal dari masing –

masing 10 jari pada 70 sampel dari Papua,

terdapat 361 jari (51,6%) yang memiliki

variasi pola sidik jari whorl, 11 jari (1,6%)

dengan variasi pola sidik jari arch dan

sebanyak 328 jari (46,9%) dengan variasi

pola sidik jari loop.

Secara keseluruhan, dari 140 orang

sampel baik dari sampel Jawa maupun

Papua terdapat 652 jari (46,6%) yang

memiliki variasi pola sidik jari whorl, 55 jari

(3,9%) dengan variasi pola sidik jari arch

dan sebanyak 693 jari (49,5%) dengan

variasi pola sidik jari loop.

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 35

Selanjutnya peneliti melakukan

pengujian hippotesis chi – square dengan

hipotesis sebagi berikut :

H0= Tidak ada perbedaan yang

bermakna pada pola sidik jari antara

sampel populasi Jawa dan Papua.

H ı = Terdapat perbedaan yang

bermakna pada pola sidik jari antara

sampel populasi Jawa dan Papua.

Kriteria pengambilan keputusannya

adalah :

- H0 diterima jika Jika chi-kuadrat

hitung < chi-kuadrat tabel atau

probabilitas (Asymp. Sig.) > 0,05

- H0 ditolak dan terima H1 jika Jika

chi-kuadrat hitung > chi-kuadrat

tabel atau probabilitas (Asymp.

Sig.) < 0,05

Asumsi dalam pengujian chi-square

adalah frekuensi harapan (expected

frequency) tidak boleh kurang dari satu dan

frekuensi harapan yang kurang dari lima

tidak boleh dari 20%. Jika asumsi ini tidak

terpenuhi maka harus dilakukan

pengelompokkan ulang sampai hanya

menjadi dua kelompok saja (tabel 2x2),

dimana nilai yang dilihat adalah Fisher

Exact Test yang merupakan nilai p (p-value)

yang sebenarnya (BESRAL, 2010). Nilai

chi-squaretabel (X2

tabel) sebesar 5,99 (didapat

dari X2

tabel(1,2) = 5,99) Pengujian hipotesis

chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%

(signifikansi =5%) dengan bantuan program

SPSS dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil pengujian Chi – square

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 29.291a 2 .000

Likelihood Ratio 30.708 2 .000

Linear-by-Linear Association 8.514 1 .004

N of Valid Cases 1400

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,50.

Sumber : Hasil pengolahan data peneliti (2014)

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 36

Dari tabel 4 terlihat bahwa dari

Asymp. Sig pada kolom Chi – Square lebih

kecil dari dari 0,05 yaitu 0,000 dan 0,000 <

0,05 begitu juga dengan nilai chi-square

hitung yang lebih besar dari chi-square tabel

yaitu 29,291 dan 30,708 > 5,99 sehingga

dapat ditarik simpulan yaitu tolak H0 dan

terima H1 yang berarti terdapat (ada)

perbedaan yang bermakna pada pola sidik

jari antara sampel populasi Jawa dan Papua.

Pembahasan

Hasil penelitian ini dapat

membedakan antara populasi Jawa dan

populasi Papua. Penelitian ini menghasilkan

data bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara sidik jari pada sampel Jawa

dan sidik jari sampel Papua. Sidik jari pada

sampel Jawa didominasi oleh pola loop,

sedangkan untuk pola whorl merupakan pola

terbanyak kedua setelah pola loop.

Demikian itu berlaku bagi jenis kelamin

perempuan dan laki-laki. Setelah dilakukan

perhitungan persentase pada sidik jari

tangan kanan dan tangan kiri perempuan

Jawa didapatkan temuan loop adalah pola

tertinggi sementara whorl adalah pola

tertinggi kedua. Pada sidik jari phalanx

distal tangan kanan dan kiri laki-laki Jawa

juga sama yaitu pola loop tetap menjadi pola

yang dominan, sementara pola whorl

merupakan pola dominan setelah loop.

Pada sampel Papua diperoleh data

bahwa pola whorl adalah pola tertinggi

kemunculannya, sedangkan pola loop

terbanyak kemunculannya setelah pola

whorl. Jika dipisahkan secara jenis kelamin,

sidik jari tangan kanan dan tangan kiri

antara sampel perempuan dan laki-laki

Papua tetap memunculkan data yang sama.

Sampel perempuan Papua di dominasi oleh

pola sidik jari whorl dan dominasi

selanjutnya oleh pola loop. Sama halnya

dengan sampel perempuan Papua, sampel

laki-laki Papua memunculkan bahwa pola

whorl adalah pola terbanyak sedangkan pola

loop adalah pola terbanyak kedua.

Penelitian yang berkaitan sidik jari di

Indonesia seringkali dihubungkan dengan

penderita penyakit kelainan genetika. Hasil

penelitian sidik jari phalanx distal pada

sampel populasi Jawa sejalan dengan

beberapa penelitian yang sudah dilakukan di

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 37

Indonesia, khususnya penelitian di wilayah

Indonesia barat yang notabenya adalah

didominasi oleh kelompok Mongoloid.

Penelitian berkaitan dengan pola

dermatoglifi pada penderita skizofrenia dan

orang normal di wilayah Surakarta

(Sintaningtyas, 2010) menunjukkan bahwa

pola sidik jari yang paling besar pada orang

normal adalah pola ulnar loop dengan

frekuensi 54,7%, kemudian pola whorl

sebesar 20,7%, pola arch 13,7%, sedangkan

untuk penderita skizofrenia pola yang

dominan adalah 61,1% berpola loop dan

24,6% berpola whorl. Dari hasil penelitian

pada orang normal maupun penderita

skizofrenia tidak ada beda yang signifikan

pada pola sidik jarinya, pola loop tetap

mendominasi. Pada sampel Jawa dari hasil

penelitian ini juga diperoleh bahwa pola

loop adalah pola sidik jari yang paling tinggi

persentase kemunculannya, persentase

tertinggi kedua juga terdapat kesamaan yaitu

pola whorl, dan ketiga adalah pola arch.

Penelitian pada sampel populasi

Jawa ini juga sejalan dengan penelitian sidik

jari dan kelainan mental yaitu pola loop

tetap menjadi yang persentase terbesar, pola

whorl menjadi pola persentase terbesar

kedua. Penelitian sidik jari berhubungan

dengan penyakit mental dihasilkan bahwa

tidak ada beda yang signifikan antara pola

sidik jari orang yang mengalami retardasi

mental dan orang normal (Sufitni, 2007),

dimana hasilnya adalah sama bahwa pola

loop pada penderita retardasi mental

merupakan pola yang paling sering muncul

yaitu 60% untuk ulnar loop dan 5% untuk

radial loop , tidak jauh beda dengan

penderita retardasi mental, pada orang

normal pola loop dengan persentase 59%

untuk ulnar loop dan 2% untuk radial loop ,

pola whorl merupakan dominan kedua pada

orang retardasi mental dan orang normal

yaitu sebesar 32% untuk orang retardasi

mental, dan 39% untuk orang normal.

Sementara pola arch adalah pola yang

paling sedikit kemunculannya, sama halnya

dengan sampel populasi Jawa dimana loop

tetap menjadi pola terkecil intensitas

kemunculannya.

Penelitian lain berkaitan dengan pola

sidik jari yang ada pada orang normal dan

keluarga penderita obesitas memiliki pola

yang sama (Chastanti, 2009) yaitu pola

yang sering muncul adalah loop dengan

persentase untuk orang normal adalah

sebesar 62% dan 63,76% untuk keluarga

penderita obesitas dan pola kedua yang

sering muncul adalah whorl dengan

persentase untuk orang normal adalah 34,8%

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 38

dan pada keluarga obesitas sebesar 33,11%,

dapat disimpulkan bahwa tidak ada beda

yang signifikan antara pola sidik jari orang

yang normal dan keluarga penderita

obesitas. Dari penelitian yang dilakukan

oleh (Sintaningtyas, 2010; Sufitni, 2007; dan

Chastanti, 2009) terdapat kesamaan dengan

penelitian ini yaitu pada sampel Jawa bahwa

loop adalah pola tertinggi dan whorl adalah

pola tertinggi kedua, sementara pola arch

pola terendah tingkat kemunculannya.

Pada sampel populasi Papua

memilliki kesamaan dengan populasi

oriental dan native America. Penelitian yang

dilakukan berdasarkan variasi rasial sidik

jari phalanx distal pada populasi oriental

dan native America menghasilkan temuan

peningkatan pada pola whorl (Triwani,

2003). Dari hasil penelitian sampel Papua

mengalami peningkatan pada pola whorl

dibandingkan dengan sampel Jawa. Pada

penelitian variasi pola sidik jari sampel

populasi Jawa dan Papua dapat dilihat pada

tabel 5.

Tabel 5. Persentase pola sidik jari sampel Jawa dan Papua

Sampel

Fingerprint patterns

Total

Whorl Arch Loop

Jawa 41,6% 6,3% 52,1% 100%

Papua 51,6% 1,6% 46,9% 100%

Sumber : Hasil pengolahan data peneliti (2014)

Sidik jari berguna untuk mengetahui

determinasi biologi manusia dan juga ras

(Twain, dalam Cole, 2009). Galton juga

mengungkapkan bahwa sidik jari berguna

untuk mengetahui homogenitas rasial (Cole,

2009). Adanya perbedaan persentase yang

ada pada tabel 5 antara sidik jari sampel

Jawa dan sampel Papua membenarkan

pernyataan yang diungkapkan oleh Twain

dan Galton bahwa sidik jari antar ras

memiliki perbedaan. Sampel Jawa

mengalami peningkatan pada pola loop,

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 39

namun keterpautan pada pola loop dengan

sampel Papua kurang dari 10%, sementara

itu sampel Papua peningkatan pola sidik

jarinya pada pola whorl dengan keterpautan

10% dengan sampel Jawa, yang artinya

keterpautan lebih besar pada pola whorl

daripada pola loop. Pada pola arch sampel

Papua sangatlah sedikit kemunculannya,

kemunculan pola arch pada sampel Jawa

lebih besar.

Perbedaan pola sidik jari yang

muncul pada sampel Jawa dan Papua

diakibatkan populasi Jawa dan Papua

berasal dari dua ras yang berbeda. Populasi

Jawa ( ras Mongoloid) dan populasi Papua

(ras Australomelanesoid) memiliki ciri

biologi yang berbeda. Pada masa Holisin

populasi di Indonesia dihuni oleh ras

Australomelanesoid dan saat masa Neolitik

ras Mongoloid datang ke Indonesia

kemudian menggeser populasi

Australomelanesoid. Mongoloid menduduki

wilayah Indonesia bagian utara dan barat,

sementara ras Australomelanesoid

berekspansi ke arah selatan dan timur

wilayah Indonesia (Jacob, 1967b, 1974,

2006a, dalam Koesbardiati dan Suriyanto,

2007). Terlihat pada saat ini populasi Jawa

(Monggoloid) menempati wilayah Indonesia

bagian barat, dan populasi Papua

(Australomelanesoid) menghuni wilayah

Indonesia bagian Timur (Papua). Adanya

perbedaan gene pool antara populasi Jawa

dan Papua membentuk variasi ciri biologi

yang terlihat saat ini.

Simpulan

Dari hasil penelitian ini diperoleh

simpulan bahwa sidik jari antara sampel

Jawa dan sampel Papua memiliki perbedaan

dan hipotesis H1 diterima. Dengan kata

lain sampel Jawa lebih banyak didapati pola

loop sedangkan variasi sidik jari pada

sampel Papua banyak dijumpai pola whorl.

Pada pola sidik jari loop, whorl, dan arch

antara sampel Jawa dan sampel Papua

memiliki keterpautan yang cukup bermakna

pada persentase kemunculannya, sehingga

terdapat perbedaan yang signifikan pada

pola sidik jari antara sampel Jawa dan

sampel Papua. Perbedaan pola sidik jari ini

merupakan suatu keragaman dari variasi ciri

biologi yang dimiliki oleh populasi.

Saran

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,

peneliti melakukan penelitian pada sampel

Papua yang ada di Surabaya untuk

mempermudah jangkauan. Penelitian yang

selanjutnya diharapkan dapat memilih lokasi

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 40

yang lebih spesifik yaitu di Papua langsung,

supaya didapatkan data yang lebih banyak

dan mengetahui lebih jauh bagaimana

karakteristik sidik jari yang lebih banyak.

Keterbatasan jumlah sampel pada penelitian

ini dianjurkan untuk penelitian berikutnya

sampel lebih diperbanyak lagi, dan akan

lebih baik dilakukan penelitian pada variasi

populasi yang lain misalnya, orang Arab,

China, dst untuk lebih memperluas

pengetahuan tentang variasi

dermatoglifi/sidik jari yang ada pada

populasi. Apabila ingin mengembangkan

lebih jauh sidik jari sebagai alat identifikasi

maka penelitian tidak hanya menggunakan

pola pada sidik jari, namun bisa dilakukan

lebih dalam melalui perhitungan jumlah

serta bentuk ridge count dan tipe garis yang

membentuk pola pada sidik jari.

Daftar Pustaka

Chastanti, I. (2009), Pola Multifaktor Sidik

Jari Pada Penderita Obesitas di

Daerah Medan dan Sekitarnya.

Skripsi. Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Cole, S.A. (2009), Twins, Twain, Galton,

and Gilman: Fingerprinting,

Individualization, Brotherhood,

and Race in Pudd’nhead, Wilson.

The Johns Hopkins University

Press and the Society for

Literature and Science,

California.

BESRAL. (2010), Pengelolahan dan

Analisa Data-1 Menggunakan

SPSS, Departemen Biostatistika

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia, Depok.

Field, A. I. (1976), Fingerprint Handbook,

Charles C Thomas Publisher,

Illinois.

Indriati, E., Jacob, T. (2000), Antropologi

Biologis, Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional,

Yogyakarta.

Koesbardiati, T., Suriyanto, R.A. (2007),

Menelusuri Jejak Populasi

Morfologi Pangur Gigi-Geligi:

Kajian Pendahuluan Atas Sampel

Gigi-Geligi dari Beberapa Situs

Purbakala di Jawa, Bali, dan

Nusa Tenggara Timur,

Humaniora Vol.19, Hal. 33-42

Langman, J. (1975), Medical Embryology,

The Williams & Wilkins

Company, USA.

Simpson, G.G. (1964), Expert Meeting on

the Biological Aspects of Race :

Polytypism, Monotypism and

Polimorphism, United Nations

Educational, Paris.

Sintaningtyas, L.J. (2010), Pola

Dermatoglifi Tangan pada Pasien

Skizorfenia di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta. Skripsi.

Universitas Sebelas Maret,

Surakarta.

Sufitni. (2007), Pola Sidik Jari Pada

Kelompok Retardasi Mental dan

Kelompok Normal. Skripsi

.Majalah Kedokteran Nusantara,

vol.40. hal:185

Sugiyono. (2002), Statistika untuk

Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Suryo. (2001), Genetika Manusia, Gadjah

Mada University Press,

Yogyakarta.

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 41

Suryo. (2011), Genetika Manusia, Gadjah

Mada University Press,

Yogyakarta.

Triwani. (2003), Pemeriksaan Dermatoglifi

sebagai Alat Identifikasi dan

Diagnostik, Jurnal Kesehatan &

Kedokteran Universitas

Sriwijaya, Th 42, no.2, pp.2861-

2866.

Wolpoff, M.H. (1999), Paleoanthropology,

McGraw-Hill Companies, Inc,

USA.