UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN...

14
UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya page 1 / 4

Transcript of UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN...

Page 1: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

page 1 / 4

Page 2: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

EDITORIAL BOARD

Susunan Dewan Redaksi

Pengarah/ Advisor Seger Handoyo Ilham Nur Alfian Samian Endah Mastuti Mitra Bestari/ Reviewers

Fendy Suhariadi (UNAIR) MMW. Tairas (UNAIR) Suryanto (UNAIR) Pimpinan Redaksi/ Chief Editor

Herison P. Purba Redaksi Pelaksana/ Managing Editor Ike Herdiana Hamidah Cholichul Hadi Dewi

Retno Suminar Alamat Redaksi Departemen Psikologi Kepribadian dan Sosial Fakultas Psikologi

Universitas Airlangga Jl. Airlangga 4-6, Surabaya 60286 Telp. + 6231-5032770/ Faks.

+6231-5025910 email: [email protected]

page 2 / 4

Page 3: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

Table of Contents

No Title Page

1 Hubungan Antara Sikap terhadap Religiusitas dengan Sikap terhadap

Kecenderungan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Akhir yang Sedang Berpacaran

di Universitas Airlangga Surabaya

60 - 69

2 Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengasuhan Orangtua dengan

Perfeksionisme pada Remaja Berbakat (Gifted) di Kelas Akselerasi

70 - 79

page 3 / 4

Page 4: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKANTim Pengembangan Jurnal Universitas AirlanggaKampus C Mulyorejo Surabaya

Vol. 3 - No. 2 / 2014-08

TOC : 3, and page : 70 - 79

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengasuhan Orangtua dengan Perfeksionisme pada Remaja

Berbakat (Gifted) di Kelas Akselerasi

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengasuhan Orangtua dengan Perfeksionisme pada Remaja

Berbakat (Gifted) di Kelas Akselerasi

Author :

Vika Rukmijayanti |

Fakultas Psikologi

Iwan Wahyu Widayat |

Fakultas Psikologi

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap

pengasuhan orangtua dengan perfeksionisme pada remaja berbakat di kelas akselerasi. Pengasuhan

orangtua merupakan variabel X (variabel bebas) yang terdiri atas 3 variabel yaitu dukungan (X1),

kontrol perilaku (X2) dan kontrol psikologis (X3). Perfeksionisme merupakan variabel Y (variabel

tergantung), sehingga terdapat 3 hubungan yang akan diselidiki dalam penelitian ini, yaitu: 1)

korelasi antara persepsi terhadap dukungan orangtua dengan perfeksionisme; 2) korelasi antara

persepsi terhadap kontrol perilaku orangtua dengan perfeksionisme; dan 3) korelasi antara persepsi

terhadap kontrol psikologis orangtua dengan perfeksionisme. Penelitian ini dilakukan pada remaja

berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan jumlah subjek

penelitian sebanyak 103 siswa yang berusia 14-17 tahun yang terdiri atas 29 siswa SMAN 3 Sidoarjo,

39 siswa SMAN 1 Gresik dan 35 siswa SMAN 1 Puri Mojokerto. Dari jumlah subjek sebanyak 103

siswa tersebut terdiri atas 34 siswa laki-laki dan 69 siswa perempuan meliputi kelas X dan XI. Alat

pengambilan data berupa kuesioner persepsi terhadap pengasuhan orangtua yang terdiri atas 72

aitem dan alat ukur perfeksionisme yang mengacu pada alat ukur Perfectionism Inventory yang

disusun oleh Hill dkk (2004) yang terdiri atas 59 aitem. Analisis data dilakukan dengan teknik

statistik korelasi Spearman Rho dengan bantuan program statistik SPSS versi 16. Dari hasil analisis

data penelitian diperoleh nilai korelasi antara persepsi terhadap dukungan orangtua dengan

perfeksionisme sebesar -0,103 dengan nilai p sebesar 0,301; korelasi antara persepsi terhadap

kontrol perilaku orangtua dengan perfeksionisme sebesar 0,151 dengan nilai p sebesar 0,127 dan

korelasi antara persepsi terhadap kontrol psikologis orangtua dengan perfeksionisme sebesar 0,361

dengan nilai p sebesar 0,000.

Keyword : Pengasuhan, ,

Daftar Pustaka :

1. Abd-El-Fattah, S.M. & Fakhroo H.A, (2012). Relationship among Paternal Psychological

Control and Perfectionism and Self-Esteem. Vol. 3, No. 5, 428-439 : A Partial Least Squares Path

Analysis Psychology

Copy alamat URL di bawah ini untuk download fullpaper :

journal.unair.ac.id/filerPDF/jpks71ea6a40932full.pdf

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

page 4 / 4

Page 5: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengasuhan Orang-tua dengan Perfeksionisme pada Remaja Berbakat (Gifted) di Kelas Akselerasi

Vika RukmijayantiIwan Wahyu WidayatFakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Abstract.This study aims to determine whether there is a relationship between perception of parenting with perfectionism of gifted adolescent in acceleration class. The parenting is variable X (in-dependent variable) and consists of three variables: support (X1), behavioral control (X2), and psychological control (X3). Perfectionism is variable y (dependent variable), so there are three relationships that will be investigated in this study: 1) the correlation between perceptions of support with perfectionism; 2) the correlation between perceptions of behavioral control with perfectionism; and 3) the correlation between perceptions of psychological control with perfec-tionism. The research was conducted of gifted adolescents in accelerated program of high school with the number of research subjects 103 students aged 14-17 years and consisted of 29 students of SMAN 3 Sidoarjo, 39 students of SMAN 1 Gresik and 35 students of SMAN 1 Puri Mojokerto. The total of 103 subjects consisted of 34 male and 69 female include class X and XI. Instrument of data collection such as questionnaires perceptions of parenting consisiting of 72 items and measure perfectionism refers to Perfectionism Inventory by Hill et al (2004) which consist of 59 items. Analysis of the data use the correlation technique of Spearman Rho with program SPSS version 16. Based on the result of data analysis, correlation coefficient between perceptions of parental support with perfectionism is -0,103 and coefficient p is 0,301; correlation coefficient between perceptions of parental behavioral control with perfectionism is 0,151 and coefficient p is 0,127; and correlation coefficient between perceptions of parental psychological control with perfectionism is 0,361 and coefficient p is 0,000.

Keywords: Parenting; Perfectionism; Gifted Adolescent

Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi terhadap pengasuhan orangtua dengan perfeksionisme pada remaja berbakat di kelas akselerasi. Penga-suhan orangtua merupakan variabel X (variabel bebas) yang terdiri atas 3 variabel yaitu dukun-

Korespondensi: Vika Rukmijayanti, e-mail : [email protected] Wahyu Hidayat, e-mail: [email protected] Psikologi Univeritas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Vol. 3 No. 2 Agustus 2014

70

Page 6: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

Jurnal Psikologi Kepribadian dan SosialVol. 3. No. 2 Agustus 2014

71

Vika Rukmijayanti, Iwan Wahyu Widayat

gan (X1), kontrol perilaku (X2) dan kontrol psikologis (X3). Perfeksionisme merupakan variabel Y (variabel tergantung), sehingga terdapat 3 hubungan yang akan diselidiki dalam penelitian ini, yaitu: 1) korelasi antara persepsi terhadap dukungan orangtua dengan perfeksionisme; 2) korelasi antara persepsi terhadap kontrol perilaku orangtua dengan perfeksionisme; dan 3) ko-relasi antara persepsi terhadap kontrol psikologis orangtua dengan perfeksionisme. Penelitian ini dilakukan pada remaja berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program aksel-erasi dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 103 siswa yang berusia 14-17 tahun yang terdiri atas 29 siswa SMAN 3 Sidoarjo, 39 siswa SMAN 1 Gresik dan 35 siswa SMAN 1 Puri Mojokerto. Dari jumlah subjek sebanyak 103 siswa tersebut terdiri atas 34 siswa laki-laki dan 69 siswa perempuan meliputi kelas X dan XI. Alat pengambilan data berupa kuesioner persepsi terhadap pengasuhan orangtua yang terdiri atas 72 aitem dan alat ukur perfeksionisme yang mengacu pada alat ukur Perfectionism Inventory yang disusun oleh Hill dkk (2004) yang terdiri atas 59 aitem. Analisis data dilakukan dengan teknik statistik korelasi Spearman Rho dengan bantuan program statistik SPSS versi 16. Dari hasil analisis data penelitian diperoleh nilai korelasi an-tara persepsi terhadap dukungan orangtua dengan perfeksionisme sebesar -0,103 dengan nilai p sebesar 0,301; korelasi antara persepsi terhadap kontrol perilaku orangtua dengan perfeksion-isme sebesar 0,151 dengan nilai p sebesar 0,127 dan korelasi antara persepsi terhadap kontrol psikologis orangtua dengan perfeksionisme sebesar 0,361 dengan nilai p sebesar 0,000.

Kata Kunci: Pengasuhan; Perfeksionisme; Remaja Berbakat

PENDAHULUAN

Setiap anak pada dasarnya adalah unik yang dilahirkan dengan kelebihan dan kelemahan mas-ing-masing. Keunikan ini dikarenakan keragaman yang dimiliki masing-masing anak dengan berb-agai potensi, bakat dan kemampuan. Beberapa di-antaranya memiliki potensi dan kemampuan ra-ta-rata, tetapi ada juga yang memiliki potensi dan kemampuan diatas rata-rata. Anak yang memiliki kemampuan dan potensi diatas rata-rata disebut sebagai anak berbakat (gifted children).

Dalam mengidentifikasi definisi serta kon-sep keberbakatan yang digunakan di Indonesia mengacu pada definisi dari United States Office at Education (USOE) dan konsep keberbakatan yang dikemukakan oleh Renzulli yaitu Three-Rings (Akbar - Hawadi, 2004). Konsep keberbakatan kemudian berkembang yang memandang anak

secara keseluruhan, bukan hanya mempertim-bangkan kemampuan dan bakat anak. Dengan konsep ini, siswa dengan kecerdasan diatas rata-rata memiliki karakteristik intrapersonal ter-tentu dan kondisi lingkungan yang optimal guna mengekspresikan atau menunjukkan bakat mere-ka dalam suatu kinerja atau performa (Hoogeveen dkk, 2011).

Karakteristik tertentu pada diri anak ber-bakat terkadang menimbulkan suatu perma-salahan. Salah satu permasalahan yang muncul dari anak berbakat adalah harapan yang kurang realistis dari orang-orang yang berada diseki-tarnya seperti orangtua, guru, teman sebaya dan pihak lainnya (Munandar, 2002). Harapan yang kurang realistis dan berlebihan dari orang-orang sekitarnya ini membuat remaja berbakat sering sekali merasakan tekanan yang besar untuk selalu mencapai nilai yang terbaik dalam segala bidang. Kondisi ini sering disebut dengan sindrom per-

Page 7: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

Jurnal Psikologi Kepribadian dan SosialVol. 3. No. 2 Agustus 2014

72

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengasuhan Orangtua dengan Perfeksionisme pada Remaja Berbakat (Gifted) di Kelas Akselerasi

feksionisme (Hardman dkk, 2002).Perfeksionisme atau dorongan untuk sem-

purna ini bersifat selektif dimana hanya terdapat pada orang-orang yang memiliki potensi untuk mencapai kesuksesan atau menjadi unggul (Sil-verman, 1999). Salah satunya yaitu penelitian pada anak berbakat di sekolah menengah dite-mukan bahwa siswa yang perfeksionis seban-yak 87,2% sedangkan yang tidak perfeksionis sebanyak 12,5%, sedangkan penelitian lain juga menunjukkan bahwa prosentase angka tertinggi perfeksionisme terdapat pada anak berbakat di sekolah menengah atas (Schuler, 2000; Orange, 1997 dalam Neumeister, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Brown (1999 dalam Neumeister, 2004) menemukan bahwa individu yang menetapkan standar yang tinggi pada dirinya dan dapat memenuhi standar tersebut dengan kemampuan yang mereka miliki menyebabkan individu tersebut termotivasi un-tuk terus memenuhi standar yang tinggi di masa depan. Namun sebaliknya, jika individu sangat memperhatikan kesalahan yang dibuat maka akan menyebabkan hal-hal negatif seperti kecen-derungan untuk meyalahkan diri atas kesalahan yang mereka buat dan memungkinkan mengala-mi suatu kecemasan, mood yang negatif dan ta-kut akan reaksi orang lain.

Kecenderungan perfeksionisme yang merupakan salah satu karakteristik anak didasari oleh proses keluarga. Individu perfeksionis per-caya bahwa menjadi sempurna adalah satu-sat-unya cara untuk mendapatkan penerimaan dan hubungan emosional terutama pada anggota kel-uarga (Pfeiffer, 2008). Hal tersebut juga diperkuat oleh suatu penelitian yang dilakukan disalah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di Surabaya den-gan melibatkan 22 remaja gifted yang berada di kelas akselerasi, faktor penyebab perfeksionisme pada anak berbakat adalah salah satunya berasal dari orangtua. Anak menjadi individu perfeksio-

nis dikarenakan pembelajaran yang didapat dari orangtua pada anak melalui peniruan perilaku orangtua atau modelling (Ratna & Widayat, 2012).

Greenspon (2006 dalam Pfeiffer, 2008) menyebutkan bahwa anak-anak berbakat lebih rentan menjadi perfeksionis daripada anak-anak lainnya dikarenakan aspek lingkungan mereka, seperti harapan yang tinggi dari orangtua. Ling-kungan keluarga yang mementingkan pada per-forma dan prestasi cenderung menghasilkan in-dividu yang perfeksionis. Peran orangtua sangat dibutuhkan bagi individu perfeksionis sehingga mereka dapat belajar bagaimana mengelola emosi yang terhubung pada keberhasilan dan kegagalan. Peran orangtua tersebut akan membantu individu perfeksionis mencapai prestasi melalui pendeka-tan psikologis dengan baik (Neumeister, 2004).

Namun justru kebanyakan orangtua anak-anak berbakat sering mengalami dan merasakan suatu tantangan baru dalam peran sebagai orang-tua, apalagi ketika anak-anak berbakat tersebut cenderung mengalami masalah pada perkem-bangan emosi dan perilaku. Penelitian yang di-lakukan oleh Karnes dkk (1984 dalam Morawska & Sanders, 2009), kebanyakan orangtua anak ber-bakat (67% ayah dan 80% ibu) merasakan kesuli-tan dalam mengasuh anak-anak. Salah satu yang menjadi perhatian dari orangtua anak berbakat adalah permasalahan dalam perkembangan emo-si pada diri anak-anak tersebut.

Ablard dan Parker (1997 dalam Morawska & Sanders, 2009) menyatakan bahwa ibu yang memperhatikan suatu kesalahan yang dibuat oleh anak dan ayah yang meragukan tindakan anak dapat mempengaruhi hasil kinerja anak. Anak dengan orangtua yang seperti ini lebih banyak di-identifikasi memiliki level disfungsional dari per-feksionisme. Anak dapat belajar mengenai suatu kesempurnaan dari orangtua dan interaksi yang terjadi diantara orangtua dan anak. Anak-anak tersebut mengukur penerimaan orangtua terha-

Page 8: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

Jurnal Psikologi Kepribadian dan SosialVol. 3. No. 2 Agustus 2014

73

Vika Rukmijayanti, Iwan Wahyu Widayat

dap dirinya dengan perbuatan atau perilaku yang sempurna dan menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat dibuat.

Konsep KeberbakatanKonsep kontemporer menganggap bahwa

keberbakatan merupakan sebuah proses (effort) yang dimanifestasikan dalam sebuah performa. Konsep yang membahas mengenai keberbaka-tan yang banyak digunakan oleh para guru untuk mengidentifikasikan siswa berbakat di Indone-sia adalah Three Ring Conceptions dari Renzulli dkk (Munandar, 2002). Dalam konsep tersebut terdapat tiga domain yaitu kemampuan diatas rata-rata, kreativitas yang tinggi dan memiliki komitmen atau tanggungjawab terhadap tu-gas (Akbar-Hawadi, 2002; Renzulli, 2005 dalam Sternberg & Davidson, 2005; Munandar, 2002).

Konsep lain mengenai keberbaka-tan diutarakan oleh Mönks dan Katzo (2005, dalam Sternberg & Davidson, 2005) yang berla-tar belakang dari psikologi perkembangan dan mengembangkan konsep keberbakatan milik Renzulli yaitu dengan menambahkan aspek ke-luarga, sekolah dan teman sebaya. Konsep mul-tidimensional dari keberbakatan lainnya adalah Model Munich Giftedness (MMG). Keberbakatan dikonseptualisasikan sebagai kemampuan mul-tifaktor yang terbentuk dari aspek non-kognitif (misal motivasi, minat, konsep diri, kontrol hara-pan) dan sosial (Heller, 2004).

Remaja BerbakatMenurut United State Office Of Education

(1993 dalam Karnes & Bean, 2009) definisi ber-bakat adalah anak-anak atau remaja yang me-miliki potensi untuk menunjukkan kemampuan berprestasinya yang tinggi jika dibandingkan den-gan usia, pengalaman atau lingkungan sebayanya. Anak-anak dan remaja berbakat ini memiliki ke-mampuan berprestasi yang sangat tinggi dalam

bidang-bidang seperti intelektual, kreatif dan / atau artistik, kapasitas kepemimpinan dan ung-gul dalam bidang akademik tertentu atau spesifik.

Kelas AkselerasiMenurut Colangelo (1991 dalam Akbar-Ha-

wadi, 2004) istilah akselerasi merujuk pada pelay-anan yang diberikan (service delivery) yang me-liputi taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas diatasnya dan kuri-kulum yang disampaikan (curriculum delivery) yaitu dengan mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa tersebut. Sehingga siswa tersebut dapat menyelesaikan waktu belaja-rnya selama dua tahun.

PerfeksionismeHewitt dan Flett (1991 dalam Pfeiffer, 2008)

menyatakan bahwa perfeksionis adalah individu yang menetapkan standar yang tinggi pada dir-inya sendiri dan kepada oranglain, dan merasakan bahwa oranglain memiliki harapan pada dirinya. Hewitt dan Flett (1991 dalam Silverman, 1999) mengidentifikasi tiga komponen pada perfek-sionisme yang dikembangkan dengan mencakup sumber dan arah perfeksionisme yaitu orientasi diri (self oriented), orientasi orang lain (other-oriented) dan Socially-prescribed. Kemudian Hill dkk (2004) mengembangkan dimensi dari Hewitt dan Flett yaitu Concientious Perfectionism (Orga-nization, Striving for Excellence, Planfulness, High Standards for Others) dan Self-Evaluative Perfec-tionism (Concern Over Mistakes, Need for Approv-al, Rumination, Perceived Parental Pressure)

Persepsi Terhadap Pengasuhan OrangtuaPersepsi adalah interpretasi dengan meli-

batkan proses kognitif terhadap informasi yang diproses sesuai pengetahuan yang dimiliki indi-vidu sebelumnya mengenai objek persepsi yang

Page 9: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

Jurnal Psikologi Kepribadian dan SosialVol. 3. No. 2 Agustus 2014

74

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengasuhan Orangtua dengan Perfeksionisme pada Remaja Berbakat (Gifted) di Kelas Akselerasi

diinterpretasikannya tersebut. Persepsi sendiri di-pengaruhi oleh stimulus, struktur sistem pengin-deraan dan pengalaman dari individu tersebut (Solso, 2008).

Barber dkk (2005) menyatakan bahwa pengasuhan merupakan hubungan orangtua dan anak yang ditunjukkan melalui perilaku dan pola yang digunakan oleh orangtua dalam inter-aksi dengan anak-anaknya. Perilaku orangtua ini menjadi faktor dalam kualitas hubungan antara orangtua dan anak. Dalam pengasuhan terdapat 3 aspek, antara lain (Barber dkk, 2005; McNeely & Barber, 2010; Barber, 1996) : Support (Affection dan encouragement, Talk with / listen to, Physical affection, Do things, Praise dan Worry), Behav-ioral Control (monitoring dan limit setting) dan Psychological Control (Constraining verbal ex-pression, Invalidating feelings, Personal attack on child, Guilt Induction, Love withdrawal dan Erratic emotional behavior)

METODE PENELITIAN

Tipe PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian kuan-

titatif penjelasan atau explanatory research

Subjek PenelitianSubjek dalam penelitian ini adalah 103

remaja berbakat di kelas akselerasi di Kabupat-en Sidoarjo (SMA Negeri 3 Sidoarjo, 29 siswa), dan Kabupaten Gresik (SMA Negeri 1 Gresik, 39 siswa), dan Kabupaten Mojokerto (SMAN 1 Puri Mojokerto, 35 siswa).

Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data dalam peneli-

tian ini menggunakan angket atau kuesioner per-sepsi terhadap pengasuhan orangtua yang dibuat oleh penulis berdasarkan variabel pengasuhan orangtua yang dikemukakan oleh Barber dkk

(1996; 2005) dan perfeksionisme yang mengacu pada Perfectionism Inventory (PI) yang dikem-bangkan oleh Hill dkk (2004).

Analisis DataData hasil penelitian ini dianalisis den-

gan menggunakan uji hubungan atau uji korelasi Spearman Rho dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Probabilitas atau taraf signifi-kansi sebagai berikut (Silalahi, 2010):

a. Jika nilai P (probabilitas) > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak yaitu tidak terdapat hubungan diantara kedua variabel

b. Jika nilai P (probabilitas) < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat hubungan diantara kedua variabel

HASIL DAN BAHASAN

Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa hanya satu varia-bel pengasuhan orangtua yang memiliki korelasi dengan perfeksionisme. Berdasarkan nilai sig-nifikansi (p) yang dimiliki diketahui bahwa tidak terdapat korelasi antara persepsi terhadap pen-gasuhan orangtua (variabel support) dengan per-feksionisme. Pada variabel kedua juga diketahui bahwa tidak terdapat korelasi antara persepsi ter-hadap pengasuhan orangtua (variabel behavioral control) dengan perfeksionisme. Sedangkan pada variabel ketiga diketahui bahwa terdapat korelasi antara persepsi terhadap pengasuhan orangtua (variabel psychological control) dengan perfek-sionisme. Kekuatan korelasi ini jika berdasarkan nilai korelasi yang dikemukakan oleh Burns (2001 dalam Silalahi, 2010) adalah moderate (sedang). Korelasi ini juga menghasilkan nilai positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai pada satu variabel maka cenderung memperoleh skor yang tinggi pada variabel lainnya.

Berdasarkan hasil analisis data, hipotesis

Page 10: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

Jurnal Psikologi Kepribadian dan SosialVol. 3. No. 2 Agustus 2014

75

Vika Rukmijayanti, Iwan Wahyu Widayat

penelitian yang terbukti adalah hipotesis ketiga yaitu terdapat hubungan antara persepsi terhadap pengasuhan orangtua (psychological control) den-gan perfeksionisme pada remaja berbakat (gifted)

Tabel Hasil Uji Korelasi Spearman Rho antara Persepsi Terhadap Pengasuhan Orangtua dengan Perfek-sionisme

Korelasi Spearman’s Rho Sig. (2-tailed)Korelasi Antara Persepsi Terhadap

Pengasuhan Orangtua (Support) den-gan Perfeksionisme

-0,103 0,301

Korelasi Antara Persepsi Terhadap Pengasuhan Orangtua (Behavioral Control) dengan Perfeksionisme

0,151 0,127

Korelasi Antara Persepsi Terhadap Pengasuhan Orangtua (Psychological

Control) dengan Perfeksionisme0,361 0,000

di kelas akselerasi. Hasil penelitian ini sesuai den-gan penelitian sebelumnya yang menguji variabel psychological control orangtua dengan perfek-sionisme (Soenens & Elliot, 2005; Abd-El-Fattah

& Fakhroo, 2012; Vieth & Trull, 1999; Soenens dkk, 2003). Pada penelitian sebelumnya, subjek yang digunakan adalah remaja yang memiliki kecen-derungan perfeksionisme. Meskipun terdapat sedikit perbedaan dalam kelompok subjek, na-mun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hal tersebut tidak mempengaruhi hubungan antara persepsi terhadap psychological control orangtua dengan perfeksionisme.

Penelitian sebelumnya yang menguji varia-bel psychological control orangtua dengan perfek-sionisme (Soenens & Elliot, 2005; Fattah & Fakh-roo, 2012; Vieth & Trull, 1999; Soenens dkk, 2003) berfokus pada salah satu bentuk perfeksionisme yaitu perfeksionisme maladaptif. Seperti diketa-hui bahwa perfeksionisme terbagi menjadi dua yaitu adaptif dan maladaptif. Namun, pada pene-litian ini tidak berfokus pada salah satu bentuk perfeksionisme. Meskipun terdapat perbedaan, namun hasil penelitian tetap menunjukkan bah-wa terdapat hubungan antara persepsi terhadap

psychological control orangtua dengan perfek-sionisme.

Pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa perfeksionisme berasal dari hubungan orangtua dan anak, namun masih sedikit yang menguji tentang aspek pengasuhan yang berkai-tan dengan kesempurnaan. Penelitian yang men-guji mengenai kaitan antara kontrol psikologis (psychological control) dengan perfeksionisme pada remaja juga masih sedikit. Penelitian ten-tang hubungan antara orangtua dan perfeksion-isme lebih banyak difokuskan pada orangtua yang otoriter, lalai dan memiliki hubungan yang kurang baik dengan anak (Flett dkk, 1995; Kawamura dkk, 2002; Beras dkk, 1996; Rice & Mirzadeh, 2000 dalam Soenens dkk, 2005)

Kaitan antara orangtua dengan perfek-sionisme anak dimulai dari model perkemban-gan perfeksionisme itu sendiri. Perfeksionisme dikembangkan melalui beberapa model yaitu social expectations model, social learning model

Page 11: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

Jurnal Psikologi Kepribadian dan SosialVol. 3. No. 2 Agustus 2014

76

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengasuhan Orangtua dengan Perfeksionisme pada Remaja Berbakat (Gifted) di Kelas Akselerasi

dan social reaction model. Model pengemban-gan ketiga yaitu social reaction model merupak-an pikiran, perilaku maupun penerimaan indi-vidu terhadap orang lain (misal orangtua) dalam situasi sosial sebagai hasil dari respon individu tersebut pada lingkungan sosialnya. Model reaksi sosial perfeksionisme menegaskan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang keras dan terkena hal-hal yang berkaitan secara psikologis, seperti penarikan cinta, memaparkan rasa bersalah dan rasa malu anak, atau lingkun-gan keluarga yang kacau mengembangkan kecen-derungan perfeksionis (Flett dkk, 2002). Seperti yang dijelaskan oleh Barber (1996) bahwa kontrol psikologis (psychological control) orangtua terdiri atas constraining verbal expression (menghambat ekspresi verbal anak), invalidating feelings (men-gabaikan perasaan anak), personal attack on child (menyerang pribadi anak), guilt induction (mem-buat anak merasa bersalah), love withdrawal (me-narik cinta), erratic emotional behavior (perilaku emosional tak menentu).

Orangtua yang menerapkan kontrol psikol-ogis (psychological control) memberikan tekanan pada anak untuk memenuhi standar orangtua dengan cara membuat anak merasa bersalah (guilt induction) dan menarik cinta (love withdrawal) (Barber, 1996). Penelitian lain menyebutkan bah-wa rasa takut akan kegagalan yang dimiliki anak merupakan akibat dari orangtua yang menerap-kan penarikan cinta (love withdrawal) pada anak. Rasa takut akan kegagalan ini membuat individu cenderung termotivasi untuk menghindari kega-galan pada capaian akademiknya (Elliot & Thrash, 2004).

Perfeksionisme akan berkembang dalam keluarga dimana orangtuanya mengkondisikan perilaku remaja sesuai dengan standar orangtua. Ketika individu gagal memenuhi standar tersebut, maka orangtua akan mengkritik remaja tersebut, menarik cinta, dan menerapkan rasa bersalah.

Hal ini menyebabkan para remaja akan menerap-kan standar orangtua pada performa mereka dan secara bertahap belajar untuk memaksakan stan-dar tersebut pada diri mereka sendiri (Flett dkk, 2002). Orangtua mencoba untuk mendorong para remaja ini dalam menerapkan standar kinerja yang tinggi melalui tiga mekanisme komunikasi yang berbeda yaitu mengutarakan harapan secara langsung, mengendalikan harapan dan peneri-maan usaha yang dilakukan oleh anak (Barber, 1996; Barber & Harmon, 2002).

Hipotesis lain yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis pertama dan kedua. Hipote-sis pertama berbunyi bahwa terdapat hubungan antara persepsi terhadap pengasuhan orangtua (support) dengan perfeksionisme pada remaja berbakat (gifted) di kelas akselerasi. Hipotesis kedua berbunyi bahwa terdapat hubungan antara persepsi terhadap pengasuhan orangtua (behav-ioral control) dengan perfeksionisme pada remaja berbakat (gifted) di kelas akselerasi. Hasil peneli-tian ini tidak membuktikan kedua hipotesis terse-but.

Penelitian ini menemukan bahwa persepsi terhadap pengasuhan orangtua dengan varia-bel support dan behavioral control tidak memi-liki hubungan dengan perfeksionisme. Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa variabel kontrol psikologis (psychological control) lebih kuat berkaitan den-gan masalah internalisasi individu daripada dua variabel lainnya yaitu dukungan orangtua (sup-port) dan kontrol perilaku (behavioral control). Pada penelitian yang dilakukan oleh Soenens dkk (2005) menyebutkan bahwa kontrol psikologis orangtua berkaitan dengan perfeksionisme dan dua variabel pengasuhan lainnya (support dan behavioral control) yang dijadikan sebagai varia-bel kontrol tidak memiliki kaitan dengan perfek-sionisme. Variabel support memiliki hubungan yang kuat dengan harga diri pada remaja tengah

Page 12: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

Jurnal Psikologi Kepribadian dan SosialVol. 3. No. 2 Agustus 2014

77

Vika Rukmijayanti, Iwan Wahyu Widayat

(middle adolescent). Variabel support dan behavioral control

orangtua memiliki hubungan dengan variabel lain. Variabel support berkaitan dengan fungsi individu dan penyesuaian yang positif. Sedang-kan variabel behavioral control berkaitan dengan masalah eksternal individu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrol perilaku (behavioral control) orangtua yang tinggi berhubungan den-gan masalah eksternal individu yang rendah, mis-al perilaku antisosial dan kenakalan remaja (Bar-ber & Olsen, 1997; Eccles dkk, 1997; Pettit dkk, 2001; Stice & Barrera, 1995 dalam Aunola & Nurmi, 2005). Sedangkan support memiliki hubungan yang negatif dengan masalah eksternal individu dan tidak berkaitan pada masalah perilaku remaja (Galambos dkk, 2003; Stice & Barrera, 1995 dalam Aunola & Nurmi, 2005)

Ketiga variabel pengasuhan orangtua ke-tika diuji sebagai variabel yang terpisah menun-jukkan bahwa dukungan (support) dan kontrol perilaku (behavioral control) secara konsisten menunjukkan bahwa kedua variabel ini berkaitan dengan capaian akademik dan sosial yang tinggi dan sedikit berkaitan dengan masalah-masalah

remaja. Aspek – aspek yang terdapat pada varia-bel dukungan orangtua (support) berfokus pada usaha yang telah dilakukan oleh anak bukan pada kesempurnaan yang harus dilakukan oleh anak (Bean dkk, 2006).

SIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi terha-dap pengasuhan orangtua (variabel support) den-gan perfeksionisme pada remaja berbakat (gifted) dan tidak terdapat hubungan antara persepsi ter-hadap pengasuhan orangtua (variabel behavioral control) dengan perfeksionisme pada remaja ber-bakat (gifted) di kelas akselerasi. Namun, terdapat hubungan antara persepsi terhadap pengasuhan orangtua (variabel psychological control) dengan perfeksionisme pada remaja berbakat (gifted) di kelas akselerasi

PUSTAKA ACUAN

Abd-El-Fattah, S.M. & Fakhroo H.A. (2012). Relationship among Paternal Psychological Control and Perfectionism and Self-Esteem: A Partial Least Squares Path Analysis Psychology Vol. 3, No. 5, 428-439.

Akbar-Hawadi R. (2002). Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Non-Tes : Dengan Pendekatan Konsep Keberbakatan Renzulli. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Akbar - Hawadi, R. (2004). Akselerasi. A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Aunola, K., & Nurmi, J.E. (2005). The Role of Parenting Styles in Children’s Problem Behavior. Child Development Volume 76, Number 6, 1144-1159

Barber, B.K. (1996). Parenting Psychological Control: Neglected Construct. Society for Research in Child Development, Inc.

Barber, B. K., & Harmon, E. L. (2002). Violating the self: Parental psychological control of children and

Page 13: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

Jurnal Psikologi Kepribadian dan SosialVol. 3. No. 2 Agustus 2014

78

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengasuhan Orangtua dengan Perfeksionisme pada Remaja Berbakat (Gifted) di Kelas Akselerasi

adolescents. In B. K. Barber (Ed.), Intrusive parenting: How psychological control affects children and adolescents (pp. 15-52). Washington, DC: APA.

Barber, B., Stolz, H. & Olsen, J. (2005). Parental Support, Psychological Control and Behavioral Control : Assessing relevance accross time, culture and method. Monographs of the Society for Research in Child Development, Vol. 50, pp. 794-803

Bean, R.A., Barber, B.K. & Crane, D.R. (2006). Parental Support, Behavioral Control, and Psychological Control Among African American Youth : The Relationship to Academic Grades, Deliquency, and Depression. Journal of Family Issues, Vol 27, No 10, 1335-1355

Elliot, A. J., & Thrash, T. M. (in press). The intergenerational transmission of fear of failure. Personality and Social Psychology Bulletin.

Flett, G. L., Hewitt, P. L., Oliver, J. M., & Macdonald, S. (2002). Perfectionism in children and their parents: A developmental analysis. In G. L. Flett & P. L. Hewitt (Eds.), Perfectionism:

Theory, research, and treatment (pp. 89–132). Washington, DC: American Psychological Associa-tion.

Hardman, M.L., Drew, C.J. & Egan, M.W. (2002). Human Exceptional Society, School, and Family (sev-enth edition). Boston: A person Education Company

Heller K.A. (2004). Identification of Gifted and Talented Students. Psychology Science, Volume 46, p. 302-323

Hill, R. W., Huelsman, T.J., Furr, R.M. Kibler, J., Vicente, B.B., & Kennedy, C. (2004). A New Measure of Perfectionism: The Perfectionism Inventory. Journal of Personality Assessment, 82(1), 80-91.

Hoogeveen, L., van Hell, J.G., & Verhoeven, L. (2011). Social-Emotional Characteristics of Gifted Acceler-ated and Non-Accelerated Students in The Netherlands. British Journal of Educational Psychology

Karnes F.A. & Bean S.M. (2009). Methods and Materials for Teaching the Gifted. third edition. United States of America : Prufrock Press Inc.

McNeely, C.A. & Barber, B.K. (2010). How Do Parents Make Adolescents Feel Loved? Perspectives on Supportive Parenting From Adolescents in 12 Cultures. Journal of Adolescents Research 25 (4)

Morawska, A. & Sanders, M.R. (2009). Parenting Gifted And Talented Children : Conceptual And Em-pirical Foundations. Gifted Child Quarterly 53:163

Munandar, U. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Ja-karta : PT Gramedia Pustaka Utama

Neumeister K.L.S. (2004). Factors Influencing the Development of Perfectionism in Gifted College Stu-dents. Gifted Child Quartely Vol 48 No 4

Neumeister, K.S. (2007). Perfectionism in Gifted Students: an overview of current research. Gifted Edu-cation International, vol 23. pp 254 – 263

Pfeiffer, Steven I. (2008). Handbook of Giftedness in Children : Psychoeducational Theory, Research, and Best Practices. New York: Springer Science + Business Media

Ratna, P.T. & Widayat, I.W. (2012). Perfeksionisme pada Remaja Gifted (Studi Kasus pada Peserta Didik Kelas Akselerasi di SMAN 5 Surabaya). Insan Vol. 14, No. 3

Silalahi, U. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT Refika AditamaSilverman, L.K. (1999). Perfectionism. Gifted Education International , vol 13. pp 216 – 225Soenens, B., Vansteenkiste, M., Luyten, P., Duriez, B., & Goossens, L. (2003). Maladaptive perfectionistic

Page 14: UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN ...journal.unair.ac.id/downloadfull/JPKS8862-b77dff08c2full...berbakat di sekolah menengah atas yang mengikuti program akselerasi dengan

Jurnal Psikologi Kepribadian dan SosialVol. 3. No. 2 Agustus 2014

79

Vika Rukmijayanti, Iwan Wahyu Widayat

self-representations: The mediational link between psychological control and adjustment. Manu-script submitted for publication.

Soenens, B., Elliot, A. J., Goossens, L., Vansteenkiste, M., Luyten, P., & Duriez, B. (2005). The intergen-erational transmission of perfectionism: Parents’ psychological control as intervening variable. Journal of Family Psychology, 19, 358-366.

Solso R.L. (2008). Cognitive Psychology. Needham Height, MA : Allyn & BaconSternberg R.J. & Davidson J.E. (2005). Conceptions of Giftedness (Second Edition). New York : Cambridge

University Press.Vieth, A.Z., & Trull, T.J. (1999). Family Patterns of perfectionism: An examination of college students and

their parents. Journal of personality assessment, 12, 49-67.