Tugas b Yaslina
-
Upload
veiya-poespitha-charie -
Category
Documents
-
view
21 -
download
2
Transcript of Tugas b Yaslina
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah – Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang ditentukan yang berjudul tentang “Gangguan
Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia”
Tugas ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II. Dalam
kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Yaslina, M.Kep, Sp. Kom, sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas II yang telah
memberikan petunjuk, saran dan bimbingan.
2. Semua Rekan – Rekan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh sebab itu penulis
mengharapkan masukan demi kesempurnaan makalah ini agar dimanfaatkan sebagaimana
mestinya.
Bukittinggi, 19 November 2012
(Penulis)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang,hal ini berarti perubahan pada
fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia,
wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Usia lanjut adalah usia yang
sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat
lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit karena
akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan juga
penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak heran bila pada usia
lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama
dengan baik seperti kala muda dulu.
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang
tindih. Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan
penyakit degeneratif. Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor lain yang bila
ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara bermakna lebih
berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu. Penyakit degeneratif adalah suatu
penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau
lebih,di mana faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain.
Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung pada lansia dapat
berkembang sangat luas,yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang
satu dengan penyakit yang lain.
2
Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun 2001,penyakit jantung yang
sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%, Kelainan
Katup 4%,Gagal Jantung 2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Medis
1. Defenisi
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian terbesar pada usia 65 tahun ke atas di
seluruh dunia. Pada lansia penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui,
malah mungkin yang terbanyak diderita.
2. Perubahan Anatomis
Penebalan dinding ventrikel kiri jantung kerap terjadi,meski tekanan darah relatif normal.
Begitupun fibrosis dan kalsifikasi katup jantung terutama pada anulus mitral dan katup aorta.
Selain itu terdapat pengurangan jumlah sel pada nodus sinoatrial (SA Node) yang menyebabkan
hantaran listrik jantung mengalami gangguan. Hanya sekitar 10% sel yang tersisa ketika manusia
berusia 75 tahun ketimbang jumlahnya pada usia 20 tahun lalu. Bisa dibayangkan,bagaimana
terganggunya kerja jantung,apalagi jika disertai penyakit jantung lain,seperti penyakit jantung
koroner. Sementara itu,pada pembuluh darah terjadi kekakuan arteri sentral dan perifer akibat
proliferasi kolagen,hipertrofi otot polos,kalsifikasi,serta kehilangan jaringan elastik. Meski
seringkali terdapat aterosklerosis pada manula,secara normal pembuluh darah akan mengalami
penurunan debit aliran akibat peningkatan situs deposisi lipid pada endotel. Lebih jauh,terdapat
pula perubahan arteri koroner difus yang pada awalnya terjadi di arteri koroner kiri ketika
muda,kemudian berlanjut pada arteri koroner kanan dan posterior di atas usia 60 tahun.
3. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis yang paling umum terjadi seiring bertambahnya usia adalah perubahan
pada fungsi sistol ventrikel. Sebagai pemompa utama aliran darah sistemik manusia,perubahan
sistol ventrikel akan sangat mempengaruhi keadaan umum pasien. Parameter utama yang
terlihat ialah detak jantung,preload dan afterload,performa otot jantung,serta regulasi
neurohormonal kardiovaskular.
4
Oleh karenanya,orang-orang tua menjadi mudah deg-degan. Akibat terlalu sensitif terhadap
respon tersebut,isi sekuncup menjadi bertambah menurut kurva Frank-Starling. Efeknya,volume
akhir diastolik menjadi bertambah dan menyebabkan kerja jantung yang terlalu berat dan lemah
jantung. Awalnya,efek ini diduga terjadi akibat efek blokade reseptor β-adrenergik,namun
setelah diberi β-agonis ternyata tidak memberikan perbaikan efek.
Di lain sisi, terjadi perubahan kerja diastolik terutama pada pengisian awal diastol lantaran otot-
otot jantung sudah mengalami penurunan kerja. Secara otomatis,akibat kurangnya kerja otot
atrium untuk melakukan pengisian diastolik awal,akan terjadi pula fibrilasi atrium,sebagaimana
sangat sering dikeluhkan para lansia. Masih berhubungan dengan diastol,akibat
ketidakmampuan kontraksi atrium secara optimal,akan terjadi penurunan komplians ventrikel
ketika menerima darah yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan diastolik ventrikel ketika
istirahat dan exercise. Hasilnya, akan terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena yang sering
menjadi gejala klinis utama pasien lansia. Secara umum,yang sering terjadi dan memberikan
efek nyata secara klinis ialah gangguan fungsi diastol.
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan untuk melihat adanya penyakit jantung koroner,gangguan
konduksi dan irama jantung,serta hipertrofi bagian-bagian jantung. Beberapa macam aritmia
yang sering ditemui pada lansia berupa ventricular extrasystole (VES), supraventricular
extrasystole (SVES),atrial flutter/fibrilation,bradycardia sinus,sinus block,A-V junctional.
Gambaran EKG pada lansia yang tidak memiliki kelainan jantung biasanya hanya akan
menunjukkan perubahan segmen ST dan T yang tidak khas. Untuk menegakkan diagnosis,perlu
dilakukan ekokardiografi sebagaimana prosedur standar bagi para penderita penyakit jantung
lainnya.
4. Perubahan Patologi Anatomis
Perubahan-perubahan patologi anatomis pada jantung degeneratif umumnya berupa
degeneratif dan atrofi. Perubahan ini dapat mengenai semua lapisan jantung terutama
5
endokard,miokard,dan pembuluh darah. Umumnya perubahan patologi anatomis merupakan
perubahan mendasar yang menyebabkan perubahan makroskopis,meskipun tidak berhubungan
langsung dengan fisiologis.
Seperti halnya di organ-organ lain,akan terjadi akumulasi pigmen lipofuksin di dalam sel-sel otot
jantung sehingga otot berwarna coklat dan disebut brown atrophy. Begitu juga terjadi
degenerasi amiloid alias amiloidosis,biasa disebut senile cardiac amiloidosis. Perubahan
demikian yang cukup luas dan akan dapat mengganggu faal pompa jantung.
Terdapat pula kalsifikasi pada tempat-tempat tertentu,terutama mengenai lapisan dalam
jantung dan aorta. Kalsifikasi ini secara umum mengakibatkan gangguan aliran darah sentral dan
perifer. Ditambah lagi dengan adanya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah besar dan
degenerasi mukoid terutama mengenai daun katup jantung,menyebabkan seringnya terjadi
kelainan aliran jantung dan pembuluh darah.
Akibat perubahan anatomis pada otot-otot dan katup-katup jantung menyebabkan
pertambahan sel-sel jaringan ikat (fibrosis) menggantikan sel yang mengalami degenerasi,
terutama mengenai lapisan endokard termasuk daun katup. Tidak heran,akibat berbagai
perubahan-perubahan mikroskopis seperti tersebut di atas,keseluruhan kerja jantung menjadi
rusak.
5. Tanda dan Gejala Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
Nyeri pada daerah prekordial dan sesak napas seringkali dirasakan pada penderita penyakit
jantung di usia lanjut. Rasa cepat lelah yang berlebihan seringkali ditemukan sebagai dampak
dari sesak napas yang biasanya terjadi di tengah malam. Gejala lainnya adalah
kebingungan,muntah-muntah dan nyeri pada perut karena pengaruh dari bendungan hepar atau
keluhan insomnia.
Bising sistolik banyak dijumpai pada penderita lanjut usia,sekitar 60% dari jumlah penderita.
Dalam penemuan lain juga dilaporkan bahwa bising sistolik tanpa keluhan ditemukan pada 26%
penderita yang berusia 65 tahun keatas.
6
Pada jantung dapat dijumpai kekakuan pada arteria koroner,cincin katup mitral,katup
aorta,miokardium dan perikardium. Kelainan-kelainan tersebut selalu merupakan keadaan yang
abnormal.
6. Jenis Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
a. Penyakit Jantung Koroner Dan Infark Miokard
Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan makanan ke
jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri koroner berkurang. PJK adalah
manifestasi umum dari keadaaan pembuluh darah yang mengalami pengerasan dan
penebalan dinding,disebut juga aterosklerosis. Tapi selain itu stenosis aorta,kardiomiopati
hipertrofi dan kelainan arteri koronaria kongenital juga dapat menyebabkan PJK.
Faktor risiko PJK antaralain hipertensi sistolik,dislipidemia,intoleransi glukosa dan
fibrinogen,obesitas dan kurang bergerak.
b. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Sindrom gagal
jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi
pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur atau age-
dependent. Menurut penelitian,gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun,tapi
menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun. CHF terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
Penyebab yang sering adalah menurunnya kontraktilitas miokard akibat Penyakit Jantung
Koroner, Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat seperti pada penyakit stenosis
aorta atau hipertensi, Kelainan katup seperti regurfitasi mitral.
Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal jantung,yaitu
kelebihan Na dalam makanan,kelebihan intake cairan,tidak patuh minum obat,aritmia,
7
flutter,aritmia,obat-obatan,sepsis,hiper/hipotiroid,anemia,gagal ginjal,defisiensi vitamin
B,emboli paru.
c. Kelainan Katup
Bising sistolik dapat ditemukan pada sekitar 60% lansia, dan ini jarang sekali diakibatkan
oleh kelainan katup yang parah. Pada katup aorta, stenosis akibat kalsifikasi lebih sering
ditemukan daripada regurgitasi aorta. Tapi pada katup mitral, regurgitasi sangat sering
dijumpai dan lebih banyak terdapat pada wanita daripada pria.
Pada lansia sering terdapat bising sistolik yang tidak mempunyai arti klinis yang berarti. Tapi
harus hati-hati membedakan fisiologis dengan yang patologis. Bising patologis menandakan
adanya kelainan katup yang berat, yang bila tidak ditangani dengan benar akan
mengakibatkan hipertrofi ventrikel dan pada akhirnya berakhir dengan gagal jantung.
Stenosis katup aorta etiologinya adalah akibat kalsifikasi/degeneratif. Stenosis aorta akan
berakibat pada pembesaran ventrikel kiri. Dapat terjadi tanpa disertai gejala selama
beberapa tahun. Tapi pada akhirnya kondisi ini akan berakhir dengan kerusakan ventrikel
permanen yang akhirnya mengakibatkan komplikasi-komplikasi seperti pulmonary vascular
congestion (dengan sesak nafas), aritmia ventrikel dan heart block.
Sedangkan kelainan pada katup mitral juga dapat mengakibatkan terjadinya Atrial
fibrillation dan gagal jantung.
d. Hipertensi Dan Penyakit Jantung Hipertensif
Semakin tua,tekanan darah akan bertambah tinggi. Prevalensi hipertensi pada orang-orang
lanjut usia adalah sebesar 30-65%. Hipertensi pada lansia sangat penting untuk diketahui
karena patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama
dengan hipertensi pada usia dewasa muda. Pada pasien lansia, aspek diagnostik yang
dilakukan harus lebih mengarah kepada hipertensi dan komplikasinya serta terhadap
pengenalan berbagai penyakit komorbid pada orang itu karena penyakit komorbid sangat
erat kaitannya dengan penatalaksanaan keseluruhan.
8
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya,hipertensi sering tidak memberikan
gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau tersembunyi (occult).
Peningkatan tekanan darah sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi yang
esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat.
9
7. Pencegahan Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari atau menunda
munculnya penyakit atau gangguan kesehatan. Pencegahan primer penyakit jantung yang
dapat dilakukan antara lain :
Stop merokok
Turunkan kolesterol
Obati tekanan darah tinggi
Latihan jasmani
Pelihara berat badan ideal
Konsumsi aspirin dosis rendah untuk pencegahan
Kelola dan kurangi stres.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi dini adanya
penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana sedini mungkin pula.
Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan :
Pemeriksaan kolesterol tiap 3-5 tahun.
Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan tekanan darah setiap 3 tahun sebelum usia 40 tahun dan setiap tahun
setelah berusia 40 tahun.
c. Pencegahan Tersier
Pengelolaan penyakit atau gangguan kesehatan secara seksama harus dilakukan. Diperlukan
kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien serta keluarganya agar penyakit
atau gangguan kesehatan yang diderita pasien dapat terkelola dan terkendali dengan baik.
10
Untuk itu amat dibutuhkan kepatuhan pasien dalam mengontrol penyakit-penyakit yang
diderita agar tidak timbul komplikasi atau penyulit.
Pada umumnya berbagai penyakit kronik degeneratif memerlukan kedisiplinan dan
ketekunan dalam diet atau latihan jasmani, demikian pula di dalam pengobatan yang
umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan bisa seumur hidup.
2. Asuhan Keperawatan pada gagal jantung
Gagal jantung adalah suatu keadaan ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah
Keseluruh tubuh sesuai dengan kebutuhan metabolism.
Etiologi
A. Penyebab Gagal Jantung
1.Gangguan Mekanis
a. Peningkatan beban tekanan
- Central ( Stenosis Aorta )
- Peripheal ( Hipertensi Sistemik )
b. Peningkatan beban Volum
- Regurgitasi Katup
- Pirau
- Peningkatan preload
c. Hambatan Pengisian ventrikel
Stenosis Mitral atau Trikuspidalis
d. Konstriksi Pericard, Tamponade
e. Retriksi Endokardial atau Perikardial
f. Aneurisma Ventrikular
2.Kelainan Miocardial
11
a. Primer
- Kardiomiopati
- Gangguan Neuromuscular
- Miokarditis
- Metabolik ( DM )
- Keracunan
b. Sekunder
- Ischemia ( Penyakit Jantung Koroner )
- Gangguan Metabolik
- Inflamasi
- Penyakit infiltrative ( Restrictive Cardiomiopathy )
- Penyakit Sistemik
- PPOK
- Obat – obatan yang mendepresi miocard.
3. Gangguan irama jantung
- Ventrikular standstill
- Ventrikular fibrilasi
- Takhikardia atau bradikardia yang ekstrim
- Gangguan konduksi
B. Pencetus Gagal Jantung
a. Hipertensi
b. Infark Miocard
c. Aritmia
d. Anemia
e. Febris
f. Emboli Paru
g. Stress
h. Infeksi
12
Patofisiologi
Fungsi Jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh kemampuannya untuk memenuhi suplai
darah yang adekuat keseluruh bagian tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat
mengalami stress fisiologis.
Mekanisme fisiologis dasar jantung sebagai stroke volume ( Volume sekuncup ), Cardiac output
( Curah Jantung ), Heart rate ( Laju jantung ), Preload ( Beban awal ), dan afterload ( Beban akhir )
serta kontraktilitas sangat berpengaruh dalam mekanisme terjadinya gagal jantung.
Stroke Volume ( SV ) adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel setiap kali konstraksi.
Cardiac Output ( CO ) adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel setiap menit.
CO = Denyut Jantung / Menit x SV
Tiga factor yang mempengaruhi stroke volume adalah :
1. Preload
Menggambarkan tekanan miokardium pada fase akhir diastolic atau sesaat sebelumonstraksi
ventrikel.
Secara klinik digambarkan sebagai “ Ventrikel Filling “. Menurut hokum Frank Starling : Makin
besar isi jantung saat diastolic semakin besar juga jumlah darah yang dipompakan ke aorta.
2. Afterload
Menggambarkan tekanan aortic total ( impedance ) yang menahan ejeksi ventrikel . Apabila
tekanan sistemik arterial meningkatmaka kerja jantung akan meningkat pula.
3. Kontraktilitas
Adalah kemampuan instrinsik serabut serabut miokard untuk menguncup. Peningkatan
stroke volume menggambarkan peningkatan kontarktilitasdan sebaliknya, penurunan stroke
volume menggambarkan penurunan kontraktilitas.
13
Respon kompensatorik
Sebagai akibat gagal jantung, maka terjadilah mekanisme kompensasi tubuh yang meliputi :
a. Peningkatan aktifitas adrenergic simpatis
Meningkatnya aktivitas simpatik adrenergic akan merangsang pengeluaran katekolamin
dari saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal. Hal ini akan meningkatkan
kontraktilitas dan denyut jantung, yang akan menjamin cardiacoutput. Peningkatan
kontraktilitas dan denyut nadi sangat bergantung pada respon simpatik tubuh.
b. Peningkatan preload
Aktivasi system RAA ( Renin Angiotensin Aldosteron ) menyebabkan retensi garam
natrium dan air oleh ginjal. Peningkatan beban awal ini akan meningkatkan kontraksi
miocard sesuai hokum frank starling.
c. Hipertrofi Ventrikel
Penebalan dinding ventrikel tanpa disertai penambahan ukuran ruang jantung akan
menyebabkan jantung bekerja keras untukm mencukupi kebutuhan tubuh.
Ketiga respon kompensatorik ini menggambarkan usaha untuk mempertahan curah jantung,
namun bila gagal jantung berlanjut, maka kompensasi ini menjadi tidak efektif.
Klasifikasi Gagal Jantung
Gagal jantung menurut New York Health Association, terbagi atas 4 kelas fungsional, yaitu :
o Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik berat
o Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik sedang
o Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik ringan
o Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik sangat ringan atau saat istirahat.
Manifestasi Klinik
14
Manifestasi klinik gagal jantung secara umum sangat tergantung pada penyebabnya. Namun
demikian dapat diambarkan sebagai berikut :
- Ortopnue, yaitu sesak saat berbaring
- Dyspneu on Effort ( DOE ) yaitu sesak bila melakukan aktivitas
- Paroxymal Nocturnal Dyspneu ( PND ) yaitu sesak tiba tiba pada malam hari disertai
batuk.
- Berdebar debar
- Lekas lelah
- Batuk batuk.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
- Hematologi : Hb, Ht, Leukosit
- Elektrolit : K, Na, Cl, Mg
- Gangguan fungsi ginjal dan hati
- Ur,Cr,BUN,UL
- SGOT, SGPT
- Gula darah
- Colesterol, Trigliseride
Electro Cardio Gram ( ECG )
- Penyakit jantung koroner : Ischemia, Infark
- Pembesaran Jantung : LVH
- Aritmia
- Perikarditis
Foto Rontgen thorak
- Edema Alveolar
- Edema Interstialis
- Efusi Pleura
15
- Pelebaran Vena Pulmonalis
- Cardiomegali
Penatalaksanaan
Kelas I : Non Farmakologis ( Istirahat, Diit Rendah Garam, Menjaga BB Ideal, Manajemen stres )
Kelas II, III : Diuretik, Digitalis, ACE Inhibtor, Vasodilator
Kombinasidiuretik, digitalis, cukup memadai.
Kelas IV : Kombinasi diuretic digitalis,ACE Inhibtor seumur hidup.
Obat – obatan lain :
- Aspirin
- Antikoagulan
- Antagonis beta adrenoreseptor
- Agonis reseptor dopamine.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. Identitas pasien ( Data demografi )
II. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
b. riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat kesehatan Keluarga
d. Faktor pencetus
e. Faktor resiko
f. Tingkat pengetahuan pasien dan kelurga terhadap penyakitnya
g. riwayat social ekonomi
h. Riwayat spiritual
16
i. riwayat Alergi dan obat-obatan
j. Riwayat Psikososial
k. Kebiasaan sehari – hari : Nutrisi, Eliminasi, Istirahat, dan Olahraga
III. Pemeriksaan Fisik
Head to toe.
1. Mata : Conjungtiva, Sklera
2. Leher : JVP, Bising arteri karotis
3. Paru : - Bentuk dada
- Pergerakana dada
- Asimetris dada
- Pernafasan : Frekuensi, Irama, Jenis, Suara, Suara tambahan
4. Jantung : -TD
- Nadi ( Frekuensi, isi, irama )
- Suara jantung
- apeks jantung
- Suara tambahan ( S3, S4, Gallop )
- Bising jantung ( Thrill )
5. Abdomen ( Acites, BU )
6. Ekstremitas ( Temp, Kelembapan, Edema, Cyanosis )
17
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d. fungsi elektronik, mekanik, structural.
Tujuan : curah jantung dapat dipertahankan adekuat
Kriteria evaluasi :
o Curah jantung tetap stabil atau berangsur membaik
o Klien menunjukkan kestabilan hemodinamik
o Tanda vital dan haluaran urine dalam batas normal
o Klien dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari
Rencana tindakan :
o Pertahankan tirah baring
o Kaji dan laporkan tanda-tanda perubahan curah jantung, seperti penurunan TD,
peningkatan fekwensi jantung, penurunan haluaran urine, kelelahan dan
kelemahan, kulit dingin, pucat dan lembab
o Monitor vital sign setiap 2 – 4 jam sekali
o Pantau rekaman EKG secara terus-menerus setiap 2 – 4 jam sekali
o Berikan terapi oksigen sesuai indikasi
o Monitoring sistem pernafasan
o Pantau masukan dan haluaran cairan setiap 2 – 4 jam sekali
o Pertahankan cairan parenteral sesuai dengan terapi
o Berikan obat-obatan sesuai dengan terapi
o Berikan diet sesuai dengan toleransi dan hindarkan
o penggunaan cafein, garam berlebihan dan lainnya
o Hindari mengedan
2. Gangguan keseimbangan cairan : Kelebihan volume cairan b.d. menurunnya aliran ke
ginjal
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
18
Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-),
produksi urine > 600ml/hr
Rencana tindakan :
o Kaji status cairan
o Timbang berat badan harian
o Keseimbangan masukan dan pengeluaran
o Turgor kulit dan adanya edema
o Distensi vena leher
o Tekanan darah, denyut dan irama nadi
o Batasi masukan cairan
3. Cemas b.d. kurang pengetahuan tentang proses, prognosa / pengobatan gagal jantung .
Tujuan : ansietas berkurang atau hilang
Kriteria evaluasi :
o Tingkat ansietas klien menurun
o Klien tampak relaks dan mengungkapkan perasaan tenang
Rencana tindakan :
o Kaji adanya tanda dan ekspresi verbal tehadap ansietas
o Berikan tindakan kenyamanan, seperti lingkungan yang tenang dan tentram,
melakukan teknik relaksasi seperti imajinasi visual, irama musik yang lembut
o Minimalkan kontak dengan rangsangan stress, seperti klien lain yang mengalami
ansietas
o Komunikasi dengan suara yang tenang dan meyakinkan klien
o Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan
o Berikan sedasi sesuai indikasi
o Jangan biarkan klien sendiri dalam periode ansietas tinggi
o Berikan penjelasan sederhana mengenai perawatan dan prosedur
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang
tindih.
Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu
berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko tersebut
bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.
PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia. Penyakit jantung
koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada
pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua).
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai oleh sesak napas
dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung.
Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular, mewujudkan
peningkatan kejadian infark miokard (MI),stroke dan kematian.
B. SARAN
Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia,maka disarankan agar para tenaga
kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuaikepada lansia agar angka
harapan hidup lansiameningkat.
20
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC, 1999
Hudak, Gallo, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta, EGC: 1997
Price, Sylvia, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta: EGC, 1999
Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi 8, Jakarta,
EGC, 2001
21