Tugas b Yaslina

27
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang ditentukan yang berjudul tentang “Gangguan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia” Tugas ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II. Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ns. Yaslina, M.Kep, Sp. Kom, sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas II yang telah memberikan petunjuk, saran dan bimbingan. 2. Semua Rekan – Rekan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan demi kesempurnaan makalah ini agar dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Bukittinggi, 19 November 2012 (Penulis) 1

Transcript of Tugas b Yaslina

Page 1: Tugas b Yaslina

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah – Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang ditentukan yang berjudul tentang “Gangguan

Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia”

Tugas ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II. Dalam

kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Yaslina, M.Kep, Sp. Kom, sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas II yang telah

memberikan petunjuk, saran dan bimbingan.

2. Semua Rekan – Rekan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh sebab itu penulis

mengharapkan masukan demi kesempurnaan makalah ini agar dimanfaatkan sebagaimana

mestinya.

Bukittinggi, 19 November 2012

(Penulis)

1

Page 2: Tugas b Yaslina

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang,hal ini berarti perubahan pada

fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia,

wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Usia lanjut adalah usia yang

sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya yang mendasari penyakit disaat

lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit karena

akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan juga

penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak heran bila pada usia

lanjut,semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama

dengan baik seperti kala muda dulu.

Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang

tindih. Untuk itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep faktor risiko dan

penyakit degeneratif. Faktor risiko adalah suatu kebiasaan,kelainan dan faktor lain yang bila

ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut secara bermakna lebih

berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu. Penyakit degeneratif adalah suatu

penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau

lebih,di mana faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.

Penyakit degeneratif itu sendiri dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain.

Misalnya: penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.

Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung pada lansia dapat

berkembang sangat luas,yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara penyakit yang

satu dengan penyakit yang lain.

2

Page 3: Tugas b Yaslina

Berdasarkan data yang didapat dari penelitian di USA pada tahun 2001,penyakit jantung yang

sering ditemukan adalah Penyakit Jantung Koroner 13%,Infark Miokard Akut 8%, Kelainan

Katup 4%,Gagal Jantung 2%,Penyakit Jantung Hipertensif dan Hipertensi 1%.

3

Page 4: Tugas b Yaslina

BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Medis

1. Defenisi

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian terbesar pada usia 65 tahun ke atas di

seluruh dunia. Pada lansia penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui,

malah mungkin yang terbanyak diderita.

2. Perubahan Anatomis

Penebalan dinding ventrikel kiri jantung kerap terjadi,meski tekanan darah relatif normal.

Begitupun fibrosis dan kalsifikasi katup jantung terutama pada anulus mitral dan katup aorta.

Selain itu terdapat pengurangan jumlah sel pada nodus sinoatrial (SA Node) yang menyebabkan

hantaran listrik jantung mengalami gangguan. Hanya sekitar 10% sel yang tersisa ketika manusia

berusia 75 tahun ketimbang jumlahnya pada usia 20 tahun lalu. Bisa dibayangkan,bagaimana

terganggunya kerja jantung,apalagi jika disertai penyakit jantung lain,seperti penyakit jantung

koroner. Sementara itu,pada pembuluh darah terjadi kekakuan arteri sentral dan perifer akibat

proliferasi kolagen,hipertrofi otot polos,kalsifikasi,serta kehilangan jaringan elastik. Meski

seringkali terdapat aterosklerosis pada manula,secara normal pembuluh darah akan mengalami

penurunan debit aliran akibat peningkatan situs deposisi lipid pada endotel. Lebih jauh,terdapat

pula perubahan arteri koroner difus yang pada awalnya terjadi di arteri koroner kiri ketika

muda,kemudian berlanjut pada arteri koroner kanan dan posterior di atas usia 60 tahun.

3. Perubahan Fisiologis

Perubahan fisiologis yang paling umum terjadi seiring bertambahnya usia adalah perubahan

pada fungsi sistol ventrikel. Sebagai pemompa utama aliran darah sistemik manusia,perubahan

sistol ventrikel akan sangat mempengaruhi keadaan umum pasien. Parameter utama yang

terlihat ialah detak jantung,preload dan afterload,performa otot jantung,serta regulasi

neurohormonal kardiovaskular.

4

Page 5: Tugas b Yaslina

Oleh karenanya,orang-orang tua menjadi mudah deg-degan. Akibat terlalu sensitif terhadap

respon tersebut,isi sekuncup menjadi bertambah menurut kurva Frank-Starling. Efeknya,volume

akhir diastolik menjadi bertambah dan menyebabkan kerja jantung yang terlalu berat dan lemah

jantung. Awalnya,efek ini diduga terjadi akibat efek blokade reseptor β-adrenergik,namun

setelah diberi β-agonis ternyata tidak memberikan perbaikan efek.

Di lain sisi, terjadi perubahan kerja diastolik terutama pada pengisian awal diastol lantaran otot-

otot jantung sudah mengalami penurunan kerja. Secara otomatis,akibat kurangnya kerja otot

atrium untuk melakukan pengisian diastolik awal,akan terjadi pula fibrilasi atrium,sebagaimana

sangat sering dikeluhkan para lansia. Masih berhubungan dengan diastol,akibat

ketidakmampuan kontraksi atrium secara optimal,akan terjadi penurunan komplians ventrikel

ketika menerima darah yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan diastolik ventrikel ketika

istirahat dan exercise. Hasilnya, akan terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena yang sering

menjadi gejala klinis utama pasien lansia. Secara umum,yang sering terjadi dan memberikan

efek nyata secara klinis ialah gangguan fungsi diastol.

Pemeriksaan EKG perlu dilakukan untuk melihat adanya penyakit jantung koroner,gangguan

konduksi dan irama jantung,serta hipertrofi bagian-bagian jantung. Beberapa macam aritmia

yang sering ditemui pada lansia berupa ventricular extrasystole (VES), supraventricular

extrasystole (SVES),atrial flutter/fibrilation,bradycardia sinus,sinus block,A-V junctional.

Gambaran EKG pada lansia yang tidak memiliki kelainan jantung biasanya hanya akan

menunjukkan perubahan segmen ST dan T yang tidak khas. Untuk menegakkan diagnosis,perlu

dilakukan ekokardiografi sebagaimana prosedur standar bagi para penderita penyakit jantung

lainnya.

4. Perubahan Patologi Anatomis

Perubahan-perubahan patologi anatomis pada jantung degeneratif umumnya berupa

degeneratif dan atrofi. Perubahan ini dapat mengenai semua lapisan jantung terutama

5

Page 6: Tugas b Yaslina

endokard,miokard,dan pembuluh darah. Umumnya perubahan patologi anatomis merupakan

perubahan mendasar yang menyebabkan perubahan makroskopis,meskipun tidak berhubungan

langsung dengan fisiologis.

Seperti halnya di organ-organ lain,akan terjadi akumulasi pigmen lipofuksin di dalam sel-sel otot

jantung sehingga otot berwarna coklat dan disebut brown atrophy. Begitu juga terjadi

degenerasi amiloid alias amiloidosis,biasa disebut senile cardiac amiloidosis. Perubahan

demikian yang cukup luas dan akan dapat mengganggu faal pompa jantung.

Terdapat pula kalsifikasi pada tempat-tempat tertentu,terutama mengenai lapisan dalam

jantung dan aorta. Kalsifikasi ini secara umum mengakibatkan gangguan aliran darah sentral dan

perifer. Ditambah lagi dengan adanya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah besar dan

degenerasi mukoid terutama mengenai daun katup jantung,menyebabkan seringnya terjadi

kelainan aliran jantung dan pembuluh darah.

Akibat perubahan anatomis pada otot-otot dan katup-katup jantung menyebabkan

pertambahan sel-sel jaringan ikat (fibrosis) menggantikan sel yang mengalami degenerasi,

terutama mengenai lapisan endokard termasuk daun katup. Tidak heran,akibat berbagai

perubahan-perubahan mikroskopis seperti tersebut di atas,keseluruhan kerja jantung menjadi

rusak.

5. Tanda dan Gejala Penyakit Jantung pada Lanjut Usia

Nyeri pada daerah prekordial dan sesak napas seringkali dirasakan pada penderita penyakit

jantung di usia lanjut. Rasa cepat lelah yang berlebihan seringkali ditemukan sebagai dampak

dari sesak napas yang biasanya terjadi di tengah malam. Gejala lainnya adalah

kebingungan,muntah-muntah dan nyeri pada perut karena pengaruh dari bendungan hepar atau

keluhan insomnia.

Bising sistolik banyak dijumpai pada penderita lanjut usia,sekitar 60% dari jumlah penderita.

Dalam penemuan lain juga dilaporkan bahwa bising sistolik tanpa keluhan ditemukan pada 26%

penderita yang berusia 65 tahun keatas.

6

Page 7: Tugas b Yaslina

Pada jantung dapat dijumpai kekakuan pada arteria koroner,cincin katup mitral,katup

aorta,miokardium dan perikardium. Kelainan-kelainan tersebut selalu merupakan keadaan yang

abnormal.

6. Jenis Penyakit Jantung pada Lanjut Usia

a. Penyakit Jantung Koroner Dan Infark Miokard

Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan makanan ke

jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri koroner berkurang. PJK adalah

manifestasi umum dari keadaaan pembuluh darah yang mengalami pengerasan dan

penebalan dinding,disebut juga aterosklerosis. Tapi selain itu stenosis aorta,kardiomiopati

hipertrofi dan kelainan arteri koronaria kongenital juga dapat menyebabkan PJK.

Faktor risiko PJK antaralain hipertensi sistolik,dislipidemia,intoleransi glukosa dan

fibrinogen,obesitas dan kurang bergerak.

b. Gagal Jantung

Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit. Sindrom gagal

jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi

pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur atau age-

dependent. Menurut penelitian,gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun,tapi

menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun. CHF terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk

memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan.

Penyebab yang sering adalah menurunnya kontraktilitas miokard akibat Penyakit Jantung

Koroner, Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat seperti pada penyakit stenosis

aorta atau hipertensi, Kelainan katup seperti regurfitasi mitral.

Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal jantung,yaitu

kelebihan Na dalam makanan,kelebihan intake cairan,tidak patuh minum obat,aritmia,

7

Page 8: Tugas b Yaslina

flutter,aritmia,obat-obatan,sepsis,hiper/hipotiroid,anemia,gagal ginjal,defisiensi vitamin

B,emboli paru.

c. Kelainan Katup

Bising sistolik dapat ditemukan pada sekitar 60% lansia, dan ini jarang sekali diakibatkan

oleh kelainan katup yang parah. Pada katup aorta, stenosis akibat kalsifikasi lebih sering

ditemukan daripada regurgitasi aorta. Tapi pada katup mitral, regurgitasi sangat sering

dijumpai dan lebih banyak terdapat pada wanita daripada pria.

Pada lansia sering terdapat bising sistolik yang tidak mempunyai arti klinis yang berarti. Tapi

harus hati-hati membedakan fisiologis dengan yang patologis. Bising patologis menandakan

adanya kelainan katup yang berat, yang bila tidak ditangani dengan benar akan

mengakibatkan hipertrofi ventrikel dan pada akhirnya berakhir dengan gagal jantung.

Stenosis katup aorta etiologinya adalah akibat kalsifikasi/degeneratif. Stenosis aorta akan

berakibat pada pembesaran ventrikel kiri. Dapat terjadi tanpa disertai gejala selama

beberapa tahun. Tapi pada akhirnya kondisi ini akan berakhir dengan kerusakan ventrikel

permanen yang akhirnya mengakibatkan komplikasi-komplikasi seperti pulmonary vascular

congestion (dengan sesak nafas), aritmia ventrikel dan heart block.

Sedangkan kelainan pada katup mitral juga dapat mengakibatkan terjadinya Atrial

fibrillation dan gagal jantung.

d. Hipertensi Dan Penyakit Jantung Hipertensif

Semakin tua,tekanan darah akan bertambah tinggi. Prevalensi hipertensi pada orang-orang

lanjut usia adalah sebesar 30-65%. Hipertensi pada lansia sangat penting untuk diketahui

karena patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama

dengan hipertensi pada usia dewasa muda. Pada pasien lansia, aspek diagnostik yang

dilakukan harus lebih mengarah kepada hipertensi dan komplikasinya serta terhadap

pengenalan berbagai penyakit komorbid pada orang itu karena penyakit komorbid sangat

erat kaitannya dengan penatalaksanaan keseluruhan.

8

Page 9: Tugas b Yaslina

Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya,hipertensi sering tidak memberikan

gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau tersembunyi (occult).

Peningkatan tekanan darah sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi yang

esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah secara akurat.

9

Page 10: Tugas b Yaslina

7. Pencegahan Penyakit Jantung pada Lanjut Usia

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari atau menunda

munculnya penyakit atau gangguan kesehatan. Pencegahan primer penyakit jantung yang

dapat dilakukan antara lain :

Stop merokok

Turunkan kolesterol

Obati tekanan darah tinggi

Latihan jasmani

Pelihara berat badan ideal

Konsumsi aspirin dosis rendah untuk pencegahan

Kelola dan kurangi stres.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi dini adanya

penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana sedini mungkin pula.

Pencegahan sekunder yang dapat dilakukan :

Pemeriksaan kolesterol tiap 3-5 tahun.

Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)

Pemeriksaan tekanan darah setiap 3 tahun sebelum usia 40 tahun dan setiap tahun

setelah berusia 40 tahun.

c. Pencegahan Tersier

Pengelolaan penyakit atau gangguan kesehatan secara seksama harus dilakukan. Diperlukan

kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien serta keluarganya agar penyakit

atau gangguan kesehatan yang diderita pasien dapat terkelola dan terkendali dengan baik.

10

Page 11: Tugas b Yaslina

Untuk itu amat dibutuhkan kepatuhan pasien dalam mengontrol penyakit-penyakit yang

diderita agar tidak timbul komplikasi atau penyulit.

Pada umumnya berbagai penyakit kronik degeneratif memerlukan kedisiplinan dan

ketekunan dalam diet atau latihan jasmani, demikian pula di dalam pengobatan yang

umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan bisa seumur hidup.

2. Asuhan Keperawatan pada gagal jantung

Gagal jantung adalah suatu keadaan ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah

Keseluruh tubuh sesuai dengan kebutuhan metabolism.

Etiologi

A. Penyebab Gagal Jantung

1.Gangguan Mekanis

a. Peningkatan beban tekanan

- Central ( Stenosis Aorta )

- Peripheal ( Hipertensi Sistemik )

b. Peningkatan beban Volum

- Regurgitasi Katup

- Pirau

- Peningkatan preload

c. Hambatan Pengisian ventrikel

Stenosis Mitral atau Trikuspidalis

d. Konstriksi Pericard, Tamponade

e. Retriksi Endokardial atau Perikardial

f. Aneurisma Ventrikular

2.Kelainan Miocardial

11

Page 12: Tugas b Yaslina

a. Primer

- Kardiomiopati

- Gangguan Neuromuscular

- Miokarditis

- Metabolik ( DM )

- Keracunan

b. Sekunder

- Ischemia ( Penyakit Jantung Koroner )

- Gangguan Metabolik

- Inflamasi

- Penyakit infiltrative ( Restrictive Cardiomiopathy )

- Penyakit Sistemik

- PPOK

- Obat – obatan yang mendepresi miocard.

3. Gangguan irama jantung

- Ventrikular standstill

- Ventrikular fibrilasi

- Takhikardia atau bradikardia yang ekstrim

- Gangguan konduksi

B. Pencetus Gagal Jantung

a. Hipertensi

b. Infark Miocard

c. Aritmia

d. Anemia

e. Febris

f. Emboli Paru

g. Stress

h. Infeksi

12

Page 13: Tugas b Yaslina

Patofisiologi

Fungsi Jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh kemampuannya untuk memenuhi suplai

darah yang adekuat keseluruh bagian tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat

mengalami stress fisiologis.

Mekanisme fisiologis dasar jantung sebagai stroke volume ( Volume sekuncup ), Cardiac output

( Curah Jantung ), Heart rate ( Laju jantung ), Preload ( Beban awal ), dan afterload ( Beban akhir )

serta kontraktilitas sangat berpengaruh dalam mekanisme terjadinya gagal jantung.

Stroke Volume ( SV ) adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel setiap kali konstraksi.

Cardiac Output ( CO ) adalah jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel setiap menit.

CO = Denyut Jantung / Menit x SV

Tiga factor yang mempengaruhi stroke volume adalah :

1. Preload

Menggambarkan tekanan miokardium pada fase akhir diastolic atau sesaat sebelumonstraksi

ventrikel.

Secara klinik digambarkan sebagai “ Ventrikel Filling “. Menurut hokum Frank Starling : Makin

besar isi jantung saat diastolic semakin besar juga jumlah darah yang dipompakan ke aorta.

2. Afterload

Menggambarkan tekanan aortic total ( impedance ) yang menahan ejeksi ventrikel . Apabila

tekanan sistemik arterial meningkatmaka kerja jantung akan meningkat pula.

3. Kontraktilitas

Adalah kemampuan instrinsik serabut serabut miokard untuk menguncup. Peningkatan

stroke volume menggambarkan peningkatan kontarktilitasdan sebaliknya, penurunan stroke

volume menggambarkan penurunan kontraktilitas.

13

Page 14: Tugas b Yaslina

Respon kompensatorik

Sebagai akibat gagal jantung, maka terjadilah mekanisme kompensasi tubuh yang meliputi :

a. Peningkatan aktifitas adrenergic simpatis

Meningkatnya aktivitas simpatik adrenergic akan merangsang pengeluaran katekolamin

dari saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal. Hal ini akan meningkatkan

kontraktilitas dan denyut jantung, yang akan menjamin cardiacoutput. Peningkatan

kontraktilitas dan denyut nadi sangat bergantung pada respon simpatik tubuh.

b. Peningkatan preload

Aktivasi system RAA ( Renin Angiotensin Aldosteron ) menyebabkan retensi garam

natrium dan air oleh ginjal. Peningkatan beban awal ini akan meningkatkan kontraksi

miocard sesuai hokum frank starling.

c. Hipertrofi Ventrikel

Penebalan dinding ventrikel tanpa disertai penambahan ukuran ruang jantung akan

menyebabkan jantung bekerja keras untukm mencukupi kebutuhan tubuh.

Ketiga respon kompensatorik ini menggambarkan usaha untuk mempertahan curah jantung,

namun bila gagal jantung berlanjut, maka kompensasi ini menjadi tidak efektif.

Klasifikasi Gagal Jantung

Gagal jantung menurut New York Health Association, terbagi atas 4 kelas fungsional, yaitu :

o Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik berat

o Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik sedang

o Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik ringan

o Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik sangat ringan atau saat istirahat.

Manifestasi Klinik

14

Page 15: Tugas b Yaslina

Manifestasi klinik gagal jantung secara umum sangat tergantung pada penyebabnya. Namun

demikian dapat diambarkan sebagai berikut :

- Ortopnue, yaitu sesak saat berbaring

- Dyspneu on Effort ( DOE ) yaitu sesak bila melakukan aktivitas

- Paroxymal Nocturnal Dyspneu ( PND ) yaitu sesak tiba tiba pada malam hari disertai

batuk.

- Berdebar debar

- Lekas lelah

- Batuk batuk.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

- Hematologi : Hb, Ht, Leukosit

- Elektrolit : K, Na, Cl, Mg

- Gangguan fungsi ginjal dan hati

- Ur,Cr,BUN,UL

- SGOT, SGPT

- Gula darah

- Colesterol, Trigliseride

Electro Cardio Gram ( ECG )

- Penyakit jantung koroner : Ischemia, Infark

- Pembesaran Jantung : LVH

- Aritmia

- Perikarditis

Foto Rontgen thorak

- Edema Alveolar

- Edema Interstialis

- Efusi Pleura

15

Page 16: Tugas b Yaslina

- Pelebaran Vena Pulmonalis

- Cardiomegali

Penatalaksanaan

Kelas I : Non Farmakologis ( Istirahat, Diit Rendah Garam, Menjaga BB Ideal, Manajemen stres )

Kelas II, III : Diuretik, Digitalis, ACE Inhibtor, Vasodilator

Kombinasidiuretik, digitalis, cukup memadai.

Kelas IV : Kombinasi diuretic digitalis,ACE Inhibtor seumur hidup.

Obat – obatan lain :

- Aspirin

- Antikoagulan

- Antagonis beta adrenoreseptor

- Agonis reseptor dopamine.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

I. Identitas pasien ( Data demografi )

II. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

b. riwayat penyakit dahulu

c. Riwayat kesehatan Keluarga

d. Faktor pencetus

e. Faktor resiko

f. Tingkat pengetahuan pasien dan kelurga terhadap penyakitnya

g. riwayat social ekonomi

h. Riwayat spiritual

16

Page 17: Tugas b Yaslina

i. riwayat Alergi dan obat-obatan

j. Riwayat Psikososial

k. Kebiasaan sehari – hari : Nutrisi, Eliminasi, Istirahat, dan Olahraga

III. Pemeriksaan Fisik

Head to toe.

1. Mata : Conjungtiva, Sklera

2. Leher : JVP, Bising arteri karotis

3. Paru : - Bentuk dada

- Pergerakana dada

- Asimetris dada

- Pernafasan : Frekuensi, Irama, Jenis, Suara, Suara tambahan

4. Jantung : -TD

- Nadi ( Frekuensi, isi, irama )

- Suara jantung

- apeks jantung

- Suara tambahan ( S3, S4, Gallop )

- Bising jantung ( Thrill )

5. Abdomen ( Acites, BU )

6. Ekstremitas ( Temp, Kelembapan, Edema, Cyanosis )

17

Page 18: Tugas b Yaslina

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung b.d. fungsi elektronik, mekanik, structural.

Tujuan : curah jantung dapat dipertahankan adekuat

Kriteria evaluasi :

o Curah jantung tetap stabil atau berangsur membaik

o Klien menunjukkan kestabilan hemodinamik

o Tanda vital dan haluaran urine dalam batas normal

o Klien dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari

Rencana tindakan :

o Pertahankan tirah baring

o Kaji dan laporkan tanda-tanda perubahan curah jantung, seperti penurunan TD,

peningkatan fekwensi jantung, penurunan haluaran urine, kelelahan dan

kelemahan, kulit dingin, pucat dan lembab

o Monitor vital sign setiap 2 – 4 jam sekali

o Pantau rekaman EKG secara terus-menerus setiap 2 – 4 jam sekali

o Berikan terapi oksigen sesuai indikasi

o Monitoring sistem pernafasan

o Pantau masukan dan haluaran cairan setiap 2 – 4 jam sekali

o Pertahankan cairan parenteral sesuai dengan terapi

o Berikan obat-obatan sesuai dengan terapi

o Berikan diet sesuai dengan toleransi dan hindarkan

o penggunaan cafein, garam berlebihan dan lainnya

o Hindari mengedan

2. Gangguan keseimbangan cairan : Kelebihan volume cairan b.d. menurunnya aliran ke

ginjal

Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

18

Page 19: Tugas b Yaslina

Kriteria Hasil : Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-),

produksi urine > 600ml/hr

Rencana tindakan :

o Kaji status cairan

o Timbang berat badan harian

o Keseimbangan masukan dan pengeluaran

o Turgor kulit dan adanya edema

o Distensi vena leher

o Tekanan darah, denyut dan irama nadi

o Batasi masukan cairan

3. Cemas b.d. kurang pengetahuan tentang proses, prognosa / pengobatan gagal jantung .

Tujuan : ansietas berkurang atau hilang

Kriteria evaluasi :

o Tingkat ansietas klien menurun

o Klien tampak relaks dan mengungkapkan perasaan tenang

Rencana tindakan :

o Kaji adanya tanda dan ekspresi verbal tehadap ansietas

o Berikan tindakan kenyamanan, seperti lingkungan yang tenang dan tentram,

melakukan teknik relaksasi seperti imajinasi visual, irama musik yang lembut

o Minimalkan kontak dengan rangsangan stress, seperti klien lain yang mengalami

ansietas

o Komunikasi dengan suara yang tenang dan meyakinkan klien

o Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan

o Berikan sedasi sesuai indikasi

o Jangan biarkan klien sendiri dalam periode ansietas tinggi

o Berikan penjelasan sederhana mengenai perawatan dan prosedur

19

Page 20: Tugas b Yaslina

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit jantung pada lansia mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang

tindih.

Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu

berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, di mana faktor-faktor resiko tersebut

bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu.

PJK merupakan penyakit yang paling sering ditemukan pada lansia. Penyakit jantung

koroner (PJK) bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada

pasien usia lanjut (yaitu, 65 tahun dan lebih tua).

Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),ditandai oleh sesak napas

dan fatik (saat istirahat atau saat aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau

fungsi jantung.

Merokok tembakau memiliki efek merusak pada sistem kardiovaskular, mewujudkan

peningkatan kejadian infark miokard (MI),stroke dan kematian.

B. SARAN

Mengingat betapa pentingnya kesehatan bagi lansia,maka disarankan agar para tenaga

kesehatan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuaikepada lansia agar angka

harapan hidup lansiameningkat.

20

Page 21: Tugas b Yaslina

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC, 1999

Hudak, Gallo, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi IV, Jakarta, EGC: 1997

Price, Sylvia, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta: EGC, 1999

Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi 8, Jakarta,

EGC, 2001

21