Therapi tertawa
-
Upload
jalaluddin -
Category
Documents
-
view
243 -
download
0
Transcript of Therapi tertawa
-
7/30/2019 Therapi tertawa
1/71
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Tujuan pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah
mencapai kesehatan bagi semua yakni terpenuhinya hak
setiap orang untuk hidup sehat, sehingga dapat meraih
hidup yang produktif dan bahagia (Dep Kes RI,2002).
Kesehatan jiwa merupakan suatu unsur yang sangat penting
yang harus dimiliki dalam diri setiap manusia. Kesehatan
jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan keperibadiannya (Yosep, 2007).
Indikator sehat jiwa meliputi sikap yang positif
terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki
aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki
persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam
beradaptasi dengan lingkungan (Stuart & Laraia, 1998
dalam Yosep, 2007).
-
7/30/2019 Therapi tertawa
2/71
Halon (1994), menyatakan bahwa sehat itu mencakup
keadaan pada diri sesorang secara menyeluruh untuk tetap
mempunyai kemampuan tugas fisiologis maupun psikologis
penuh.
Kegagalan penyesuaian diri terhadap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan keadaan perubahan dalam
kehidupan seseorang berdampak pada timbulnya keluhan-
keluhan berupa stress, depresi dan cemas (Hawari, 2001).
Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang
sering dijumpai di mana-mana sejak dahulu kala. Meskipun
demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan
patogenesanya sangat kurang. Sebelum kraepelin (1856-
1926) tidak ada kesatuan pendapat mengenai berbagai
gangguan jiwa yang sekarang dinamakan skizofrenia
(Maramis, 2005).
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik
yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu,
termasuk berfikir dan berkomunikasi, menerima dan
menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan
emosi dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima
secara sosial (Ann Isaacs). Jika kita melihat bahwa
hingga sekarang etiologi skizofrenia belum jelas,
sehingga pernah pada suatu konperensi dunia khusus
2
1
-
7/30/2019 Therapi tertawa
3/71
-
7/30/2019 Therapi tertawa
4/71
para ilmuan yakin bahwa tawa mempunyai fungsi pencegahan
dan pengobatan. Tetapi dewasa ini, dimanakah tawa?
sepertinya orang telah melupakan cara tertawa. Menurut
sebuah penelitian yang dilakukan Dr.Micheal Titze,
seorang psikolog Jerman, pada tahun 1950-an orang bisa
tertawa 18 menit sehari, tetapi dewasa ini kita tertawa
tidak lebih dari enam menit per hari, kendati terjadi
kenaikan taraf hidup yang sangat besar. Anak-anak dapat
tertawa hingga 300-400 kali sehari, tetapi ketika tumbuh
dewasa frekwensi ini turun menjadi hanya 15 kali sehari.
Karena sikap serius yang berlebihan, rasa humor kita
juga menjadi sakit. Hal-hal yang 30 tahun lalu membuat
kita tertawa lepas sekarang tidak lagi merangsang seules
pun senyum (Kataria, 2004).
Tawa mempunyai beberapa manfaat medis/sosial/
holistik yang bisa sangat memperbaiki kualitas hidup,
beberapa diantaranya cukup serius. Tawa adalah pengusir
stress dan membantu meringankan kecemasan serta
ketegangan yang merupakan faktor penyebab beberapa
penyakit. Tawa setiap hari menjauhkan anda dari dokter
tanpa mengeluarkan uang.
Observasi awal yang dilakukan oleh calon peneliti
pada bulan Juni 2009 di ruang rawat inap Rumah Sakit
4
-
7/30/2019 Therapi tertawa
5/71
Jiwa Propinsi NTB mengenai pengaruh terapi tertawa
terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien
skizofrenia di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa
Propinsi NTB, didapatkan informasi sementara bahwa data
pasien yang mengalami skizofrenia di ruang rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB pada bulan juli (2009)
sebanyak : di ruang Angsoka 7 orang, di ruang Dahlia 10
orang,di ruang plamboyan 4 orang, di ruang mawar 4 orang
dan di ruang melati 10 rang. Dan study pendahuluan pada
bulan juli (2009) menyatakan bahwa di ruang rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB belum pernah dilakukan
penelitian tentang Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap
Penurunan Tingkat depresi Pada Pasien Skizofrenia
(Laporan Tahunan Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB Tahun
2009).
B.PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut : Apakah Ada
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat
Depresi Pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB?
5
-
7/30/2019 Therapi tertawa
6/71
C.TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat
Depresi Pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi tingkat depresi pada pasien
skizofrenia sebelum diberikan terapi tertawa.
b. Mengidentifikasi tingkat depresi pada pasien
skizofrenia sesudah diberikan terapi tertawa.
c. Menganalisis pengaruh terapi tertawa terhadap
penurunan tingkat depresi pada pasien skizofrenia.
D.MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
6
-
7/30/2019 Therapi tertawa
7/71
Menambah pemahaman dan pengetahuan tentang terapi
tertawa dan ilmu keperawatan jiwa.
2. Bagi Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB
Sebagai masukan dan salah satu sumber informasi untuk
lebih meningkatkan pemahaman mengenai pengaruh terapi
tertawa terhadap penurunan tingkat depresi pada
pasien dengan skizofrenia.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah khasanah dalam ilmu keperawatan jiwa
dan dapat digunakan sebagai data dasar untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan
dengan pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan
tingkat depresi pada pasien dengan skizofrenia.
Bagi Peneliti Lain
Dapat digunakan sebagai data awal yang dapat
dikembangkan dalam proses penelitian selanjutnya.
E.KEASLIAN PENELITIAN
7
-
7/30/2019 Therapi tertawa
8/71
Belum pernah dilakukan penelitian serupa di Rumah
Sakit Jiwa Propinsi NTB, namun terkait dengan penelitian
oleh Fathurrahman 2006, dengan mengangkat topik
Pengaruh Eksesais Terhadap Penurunan Tingkat Depresi
Pada Penderita Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Propinsi
NTB. Dari penelitian dengan menggunakan HDR-S terhadap
15 orang klien gangguan jiwa dengan skizofrenia
ditemukan 20,00% mengalami depresi ringan 46,66%
mengalami depresi sedang dan 13,33% mengalami
depresi berat sedangkan yang tidak mengalami depresi
sebesar 20,00%. Berdasarkan penelitian tersebut
dijelaskan tingginya prevalensi pengaruh eksesais
terhadap penurunan tingkat depresi pada penderita
skizofrenia. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut untuk mempelajari pengaruh
terapi tertawa terhadap penurunan tingkat depresi pada
pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Tentang Terapi Modalitas
1. Pengertian Terapi Modalitas
8
-
7/30/2019 Therapi tertawa
9/71
Tertawa adalah terapi yang diyakini mampu
membangkitkan semangat hidup, sekalipun dalam kondisi
krisis. Tertawa terbukti pula menyehatkan karena
meningkatkan hormon endofrin dan menurunkan stress.
Tertawa adalah kemampuan yang hanya dimiliki manusia.
Tak ada makhluk lain yang bisa tertawa terbahak-
bahak, kecuali dalam film kartun. Terapi tertawa itu
sama khasiatnya dengan meditasi, sehingga sering
disebut sebagai yoga tawa. Terapi ini juga
meningkatkan kekebalan tubuh agar terhindar infeksi,
alergi dan kanker. Selain itu, dapat menurunkan
tekanan darah tinggi, mencegah serta mengendalikan
penyakit jantung, memperbaiki sirkulasi darah,
meningkatkan pasokan oksigen ke seluruh tubuh dan
otak. Juga menghilangkan rasa sakit, mempercepat
penyembuhan penyakit serta menangkal stres. "Terapi
tertawa membuat hidup lebih sehat, tenang dan nyaman.
Selain itu, terapi ini mampu menggetarkan otak
pada frekuensi gelombang alfa (Armand Archisaputra,
2007).
Tawa adalah penangkal stress yang paling baik,
murah, mudah, salah satu cara terbaik untuk
mengendorkan otot, memperlebar pembuluh darah dan
mengirim lebih banyak darah hingga ke ujung-ujung dan
9
9
-
7/30/2019 Therapi tertawa
10/71
ke semua otot di seluruh tubuh. Satu putaran tawa
yang bagus juga mengurangi tingkat hormon stress,
bisa dikatakan tawa adalah sebentuk meditasi dinamis
dan relaksasi (Kataria 2004).
2. Jenis-jenis terapi tertawa menurut Kataria(2004).
a.Terapi tertawa menarik nafas dalam
Sesi dimulai ketika peserta menarik nafas
dalam melalui hidung dan sekaligus mengangkat
tangan keatas mengarah kelangit. Pernafasan
dilakukan berirama sesuai gerakan tangan dan
peserta menghirup udara sebanyak mungkin ke dalam
paru-paru, kemudian menahannya sekitar 4-5 detik.
Selanjutnya, nafas secara perlahan dan berirama
dihembuskan dengan menurunkan tangan kembali ke
posisi normal. Peserta bisa bernafas melalui hidung
atau lebih baik melalui mulut sambil mengerutkan
bibir, seolah sedang bersiul. Cara ini sesuai
dengan pernafasan dalam yoga, dimana hembusan nafas
diperpanjang hampir dua kali lipat lama tarikan
nafas.
b.Terapi tertawa sapaan
10
-
7/30/2019 Therapi tertawa
11/71
Kembali sesuai aba-aba koordinator, para
peserta saling mendekat dan menyapa satu sama lain
dengan gerakan tertentu, sambil tertawa dengan nada
menengah dan tetap menjaga kontak mata ketika
bergerak berkeliling dan bertemu orang yang
berbeda. Orang bisa berjabat tangan dan memandang
mata orang yang disapa sambil tertawa pelan (cara
menyapa ala barat). Cara menyapa ala India adalah
dengan mengatupkan kedua tangan (tawa Namaste).
Adap dengan mendekatkan satu tangan ke wajah (cara
orang muslim saling menyapa) atau peserta bisa
membungkuk sebatas pinggang dan tertawa sembari
memandang mata orang yang disapanya (cara Jepang).
c.Terapi tertawa bersemangat
Setelah latihan Ho-Ho Ha-Ha-Ha, jenis tawa
yang pertama adalah tawa bersemangat. Untuk
mengawali semua jenis tawa, koordinator memberikan
aba-aba 1,2,3 dan setiap peserta mulai tertawa
secara bersamaan. Cara ini membentuk irama yang
bagus dan dampaknya jauh lebih baik dari pada jika
para peserta tertawa pada saat yang berbeda. Dalam
tawa bersemangat, orang tertawa sambil mengangkat
tangan ke atas dan tertawa penuh semangat. Peserta
11
-
7/30/2019 Therapi tertawa
12/71
tidak terus-menerus selama tawa bersemangat. Angkat
tangan ke atas selama beberapa saat lalu turunkan
dan angkat lagi. Di akhir tawa bersemangat,
koordinator mulai bertepuk tangan dan mendaraskan
Ho-Ho Ha-Ha-Ha sebanyak lima sampai enam kali. Hal
ini menandai berakhirnya jenis tertawa tertentu,
yang diikuti dengan dua tarikan nafas dalam.
d.Terapi tertawa bersenandung dengan bibir tertutup
Dalam jenis tawa ini, bibir di katupkan dan
peserta berusaha tertawa saat mengeluarkan suara
senandung hmmmmm yang bergema di seluruh kepala.
Peserta dapat terus saling pandang, mereka bisa
saling berjabat tangan atau melakukan gerakan
apapun yang bersipat main-main.
e.Terapi tertawa memaafkan atau meminta maaf
Tawa ini adalah jika anda bertengkar dengan
seseorang, anda harus minta maaf. Betapa pentingnya
mengatakan maaf. Dalam tawa meminta maaf, para
peserta memegang kedua cuping telinga, dengan
12
-
7/30/2019 Therapi tertawa
13/71
-
7/30/2019 Therapi tertawa
14/71
memaafkan, melupakan, hidup dan tetap
hidup) sebanyak 5 kali.
Langkah 3 : Latihan bahu, leher dan peregangan
(masing-masing 5 kali)
Langkah 4 : Tawa bersemangat-tawa dengan mengangkat
kedua belah lengan di udara dan kepala
agak mendongak ke belakang. Rasakan seolah
tawa langsung keluar dari hati anda.
Langkah 5 : Tawa sapaan-mengatupkan kedua telapak
tangan dan menyapa ala India atau berjabat
tangan dengan sedikitnya 4-5 orang anggota
kelompok.
Langkah 6 : Tawa penghargaan-bentuk bentuk sebuah
lingkaran kecil dengan telunjuk dan ibu
jari anda sambil memutar membuat gerakan
anda sedang memberikan penghargaan atau
memuji anggota kelompok anda sambil
tertawa.
Langkah 7 : Tawa satu meter : gerakan satu tangan di
sepanjang bentangan lengan anda yang lain
(seperti merentangkan busur untuk
melepaskan anak panah). Tangan digerakkan
14
-
7/30/2019 Therapi tertawa
15/71
dalam tiga gerakan cepat sambil
mendaraskan AeAeAeeeedan kemudian para
peserta tertawa sambil merentangkan kedua
lengan dengan sedikit mendorongkan kepala
serta tertawa dari perut (ulangi 4 kali).
Langkah 8 : Tawa hening tanpa suara : bukalah mulut
anda lebar-lebar dan tertawalah tanpa
mengeluarkan suara sambil saling menatap
dan membuat gerakan-gerakan lucu.
Langkah 9 : Tawa bersenandung dengan mulut tertutup-
tertawa dengan mulut tertutup dan
mengeluarkan suara senandung
hmmmmmmmmmmmsaat bersenandung teruslah
bergerak dalam kelompok dan berjabat
tangan dengan orang yang berbeda.
Langkah 10 : Tawa mengayun-berdirilah dalam lingkaran
dan bergerak ketengah sambil mendaras
AeeOooEeeUu.
Langkah 11 : Tawa singa-julurkan lidah sepenuhnya
dengan mata terbuka lebar dan tangan
teracung seperti cakar singa dan tertawa
dari perut.
15
-
7/30/2019 Therapi tertawa
16/71
Langkah 12 : Tawa ponsel-berpura puralah memegang
sebuah hp dan coba untuk tertawa, sambil
membuat berbagai gerakan kepala dan
tangan serta berkeliling dan berjabat
tangan dengan orang yang berbeda.
Langkah 13 A : Tawa bertahan-tertawa sambil
menudingkan jari ke beberapa kelompok
seolah sedang berbantahan.
Langkah 13 B : Tawa memaafkan atau tawa minta maaf
langsung sesudah tawa bantahan, pegang
kedua cuping telinga anda dan tertawa
sambil menggelengkan kepala anda (ala
India) atau angkat kedua telapak tangan
anda seolah anda minta maaf.
Langkah 14 : Tawa bertahap-tawa bertahap dimulai
dengan tersenyum, perlahan tambah tawa
kecil dan intensitas tawa semakin
ditingkatkan. Lalu para anggota secara
bertahap melakukan tawa bersemangat
kemudian perlahan-lahan melirihkan tawa
berhenti.
16
-
7/30/2019 Therapi tertawa
17/71
Langkah 15 : Tawa dari hati ke hati tawa keakraban
mendekat dan berpegangan tanganlah
serta tertawa. Tertawa bisa saling
berjabat tangan atau memeluk, apapun
yang terasa nyaman.
Tehnik penutupan :
Meneriakkan tiga selogan
Aku orang paling bahagia di dunia iniYA,
Aku orang paling sehat di dunia iniYA,
Aku anggota klub tawaYA,
Yang terpenting:
Diakhir sesi semua anggota berdiri dengan mata
terpejam selama satu menit dengan lengan terpentang
kearah atas, mengharapkan perdamaian dunia.
4.Manfaat terapi tertawa untuk kesehatan
Orang menderita beraneka macam penyakit yang
berhubungan dengan stress dengan cara tertentu telah
merasakan manfaat sesi tawa, tetapi kami tidak
menyatakan bahwa ada penyakit kronis yang telah
17
-
7/30/2019 Therapi tertawa
18/71
-
7/30/2019 Therapi tertawa
19/71
semacam sel putih) dan juga menaikkan tingkat
antibody. Para peneliti telah menemukan bahwa,
setelah mengikuti terapi tertawa, para peserta
mengalami peningkatan antibody (immunoglobulin A)
dalam lendir di hidung dan saluran pernafasan, yang
dipercaya mempunyai kemampuan melawan virus, bakteri
dan mikroorganisme lain.
c. Latihan aerobik terbaik
Sebuah manfaat yang didapat oleh hampir setiap
orang adalah perasaan enak. Setelah tertawa pagi
selama lima belas menit, mereka merasa segar
sepanjang hari. Tidak ada obat semanjur tertawa,
yang bisa memberi anda hasil yang langsung terasa.
Penyebab perasaan enak ini adalah karena anda
menghirup lebih banyak oksigen saat tertawa. Tawa
bisa dibandingkan dengan aerobic, hanya saja anda
tidak perlu memakai sepatu atau pakaian khusus. Anda
tidak perlu mengucurkan banyak keringat diatas jalur
jogging.
5. Depresi, kecemasan dan gangguan psikosomatis
Stress dan tekanan kehidupan modern berdampak
buruk terhadap pikiran dan tubuh manusia. Penyakit-
19
-
7/30/2019 Therapi tertawa
20/71
penyakit yang berhubungan dengan pikiran, seperti :
kecemasan, depresi, gangguan syaraf dan insomnia
mengalami peningkatan. Tawa telah membantu banyak
orang yang menggunakan obat anti depresi dan obat
penenang. Sekarang mereka lebih mudah tidur dan
mengalami penurunan tingkat depresi. Orang-orang yang
mempunyai kecendrungan bunuh diri mulai mendapat
harapan.
6.Tekanan darah tinggi dan penyakit jantung
Ada sejumlah penyebab tekanan darah tinggi dan
penyakit jantung, seperti faktor keturunan,
kegemukan, merokok dan mengkonsumsi lemak yang
berlebihan. Tetapi stress adalah salah satu faktor
yang dominan. Tawa memang membantu mengontrol tekanan
darah dengan mengurangi pelepasan hormon-hormon yang
berhubungan dengan stress dan dengan memberikan
relaksasi.
Dalam eksperimen telah dibuktikan bahwa terjadi
penurunan 10-20 mm tekanan setelah seorang penderita
mengikuti 10 menit sesi tawa. Demikian juga jika anda
beresiko tinggi menjadi penderita penyakit jantung,
tawa bisa menjadi obat pencegahan yang terbaik.
20
-
7/30/2019 Therapi tertawa
21/71
7.Membuat anda tampak lebih muda
Orang melakukan latihan untuk semua otot tubuh,
tetapi tidak ada latihan teratur untuk otot-otot wajah
kecuali dalam yoga. Tawa merupakan latihan yang sangat
bagus untuk otot-otot wajah anda. Tawa mengencangkan
otot-otot wajah dan memperbaiki eksperesi wajah.
Ketika tertawa, wajah anda tampak merah karena
peningkatan pasokan darah yang menyegarkan kulit wajah
dan membuat kulit wajah tampak cerah. Orang-orang yang
suka tertawa tampak lebih ceria dan menarik. Ketika
anda menekan kelenjar air mata dengan tertawa, mata
anda menjadi basah dan tampak berkilauan. Tawa melatih
otot-otot perut dan membantu mengencangkan otot-otot
mereka yang berperut gendut.
8.Mengurangi bronchitis dan asma
Tawa merupakan salah satu latihan terbaik untuk
mereka yang menderita asma dan bronchitis. Tawa
meningkatkan kapasitas paru-paru dan tingkat oksigen
dalam darah. Para dokter menyarankan fisioterapi dada
untuk mengeluarkan lender (dahak) dari saluran
pernafasan. Meniup ke dalam sebuah alat atau balon
merupakan salah satu latihan yang bisa diberikan
kepada penderita asma. Tawa melakukan hal yang sama
21
-
7/30/2019 Therapi tertawa
22/71
dan cara ini lebih mudah dilakukan serta nyaris tanpa
ongkos. Terapi tawa bisa menyebabkan ketidaknyamanan
bila anda menderita penyempitan saluran pernafasan
yang parah.
9. Penyakit yang tidak boleh mengikuti terapi tertawa
Sementara itu ada beberapa orang yang mungkin
menderita penyakit tertentu tanpa memperlihatkan
gejala yang jelas. Agar bisa memperhitungkan efek-efek
samping yang mungkin terjadi (Dr.Madan Ktaria 2004).
a.Hernia
Hernia adalah menonjolnya isi perut beberapa
bagian usus. Khususnya usus kecil melalui otot
dinding perut yang melemah. Bagi mereka yang pernah
menjalani operasi perut menjadi titik yang terlemah.
Bila berulang kali terjdi peningkatan tekanan
didalam perut, seseorang bisa terkena hernia irisan.
b.Wasir parah
Mereka yang menderita wasir dengan pendarahan
aktif atau mereka yang wasirnya menonjol keluar
anus, tidak boleh bergabung dalam terapi tertawa,
22
-
7/30/2019 Therapi tertawa
23/71
karena kondisi ini bisa diperburuk dengan
bertambahnya tekanan pada perut. Psien wasir bisa
mengikuti terapi tertawa setelah dilakukan operasi
atau perawatan lain.
c.Penyakit jantung dengan sesak nafas
Orang yang sesak nafas karena gangguan jantung
tidak boleh mengikuti terapi tertawa tanpa
berkonsultasi dengan dokter mereka,atau lebih baik
lagi,dengan seorang kardiolog.
d.Baru menjalani operasi
Untuk amannya, seseorang sebaiknya tidak
mengikuti terapi tertawa selama periode tiga bulan
setelah menjalani operasi besar apa pun, khususnya
operasi di bagian perut dan harus dengan persetujuan
dokter.
e.Kehamilan
Pada sebagian kecil wanita hamil terdapat
kemungkinan kuguguran bila berulang kali terjadi
peningkatan tekanan di dalam perut mereka sebaiknya
tidak mengikuti terapi tawa sampai data penelitian
yang sahih mengenai dampak tertawa pada kehamilan.
23
-
7/30/2019 Therapi tertawa
24/71
B.GANGGUAN JIWA
1.Pengertian Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah sindroma atau pola prilaku
atau pola psikologi seseorang yang secara klinik
bermakna dan secara khas berkaitan dengan satu gejala
penderitaan (distress) atau adanya
(impairment/disability) didalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia. Sebagai tambahan,
disimpulkan bahwa disfungsi dalam segi perilaku
psikologi atau biologi dan ganagguan itu tidak semata-
mata terletak didalam hubungan antara orang itu dengan
masyarakat (Muslim, 2002). Gangguan jiwa adalah suatu
perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya
gangguan fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau hambatan dalam peran sosialnya
(Depkes RI, 2002).
2.Pembagian atau penggolongan gangguan jiwa
Menurut Depkes RI (1995), gangguan jiwa yaitu :
a.Gangguan penggunaan psikoaktif
b.Gangguan psikotik
c.Gangguan neurotik
24
-
7/30/2019 Therapi tertawa
25/71
d.Gangguan kepribadian
e.Retardasi mental
f.Gangguan kesehatan anak dan remaja
3.Penatalaksanaan pasien dengan gangguan jiwa
a.Terapi biologis
1) Mendika mentosa/psikofarmaka/obat psikotropik.
2) Terapi kejang listrik (ECT)
b. Psikoterapi suportif atau psikoterapi singkat, yaitu
terapi yang menangani gejala pasien dan memperkuat
mekanisme pertahanan dirinya dengan :
1)Rasurence
2)Sugesti
3) Ventilasi
c. Terapi sosial
Dengan menipulasi lingkung
C.DEPRESI
1.Pengertian depresi
25
-
7/30/2019 Therapi tertawa
26/71
Menurut (Hawari, 2001) depresi adalah salah satu
bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affektif
mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan,
kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak
berguna, putus asa dan lain sebagainya.
Depresi menurut PPDGJ III adalah suatu gangguan
perasaan yang mempunyai gejala utama afek yang
depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta
berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah
dan menurunnya efektivitas ditambah gejala lainnya.
Gangguan alam perasaan tersebut (mood disorder)
dalam kurun waktu tertentu bisa berubah dari satu
episode ke episode lain (bipolar), suatu saat
penderita masuk dalam episode manik (berperilaku
hiperaktif, agitasi dan cemas) pada saat lain masuk
dalam episode depresif (perilaku hipoaktif, menarik
diri). Sedangkan gangguan distemik atau depresi
neurotik merupakan gangguan alam perasaan yang
bersifat menahun atau kronis, pada orang dewasa jangka
waktu minimal dua tahun mengalami gangguan ini
(Hawari, 2001).
2.Gejala klinis depresi
26
-
7/30/2019 Therapi tertawa
27/71
Secara lengkap gejala klinis depresi adalah
sebagai berikut :
a. Afek disforik, yaitu persaan murung, sedih, gairah
hidup menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya.
b. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan
c.Nafsu makan menurun
d.Berat badan menurun
e. Konsentrasi dan daya ingat menurun
f. Gangguan tidur : insomnia (sukar/tidak dapat tidur)
atau sebaliknya hipersomnia (terlalu banyak tidur).
Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi-mimpi
yang menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah
meninggal.
g. Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah
atau lemah tak berdaya).
h. Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak
suka lagi melakukan hobi, kreativitas menurun,
produktivitas juga menurun.
i. Gangguan seksual (libido menurun)
j. Pekiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri
27
-
7/30/2019 Therapi tertawa
28/71
3. Pembagian Depresi
Menurut Hawari,(2001) yaitu :
a.Depresi pasca kuasa
Orang yang mempunyai jabatan adalah orang yang
mempunyai kekuasaan, wewenang dan kekuatan (power).
Orang yang kehilangan jabatan berarti orang yang
kehilangan kekuasaan dan kekuatan (powerless)
artinya sesuatu yang dimiliki dan dicintai kini
telah tiada(loss of love object). Dampak dari loss
of love object ini adalah terganggunya keseimbangan
mental emosional dengan munculnya berbagai keluhan
fisik (somatik), kecemasan dan depresi.
b.Depresi pasca stroke
Di dalam pengalaman klinis serung dijumpai
bahwa pada pasien-pasien stroke selain gejala-gejala
kelainan saraf (misalnya kelumpuhan alat gerak
ataupun otot-otot muka dan lain sebagainya), juga
ditemukan mental-emosional misalnya depresi, apati,
euphoria bahkan sampai mania. Gejala depresi yang
ditimbulkannya itu sebagai akibat lesi
(kerusakan)pada susunan saraf pusat otak dan bisa
juga akibat dari gangguan penyesuaian (adjustment
28
-
7/30/2019 Therapi tertawa
29/71
disorder) karena hendaya (impairment), fisik dan
kognitif pasca stroke.
c. Depresi neurotik (gangguan distimik)
Depresi neurotik adalah suatu gangguan afek
(mood) yang menahun dan mencakup gambaran afek
(mood) depresif atau hilangnya minat atau rasa
senang didalam semua atau hampir semua aktivitas
kehidupan sehari-hari dan waktu senggang yang biasa
dilakukannya. Kadangkala seseorang yang mengalami
depresi neurotik itu pada waktu-waktu tertentu
(beberapa hari atau beberapa minggu) bebas dari
gangguan tersebut(periode normal), namun kemudian
sesudah itu gangguan afektif tadi akan muncul
kembali.
d.Depresi siklotimik
Gangguan afektif lainnya adalah yang disebut
dengan gangguan afektif siklotimik yang mirip dengan
tipe kepribadian siklotimik. Gejala atau ciri-ciri
gangguan ini termasuk kelompok depresi yang bercorak
siklotimik, oleh karena itu disebut pula sebagai
depresi siklotimik. Seseorang dengan depresi
29
-
7/30/2019 Therapi tertawa
30/71
siklotimik paling sedikit dalam kurun waktu 2 tahun
mengalami gangguan alam perasaan (affect/mood) ini,
yang mencakup suatu saat yang bersangkutan dalam
episode depresif dan pada saat yang lain mengalami
episode hipomanik. Diantara keduanya itu ia dapat
dalam keadaan episode remisi (normal). Pada beberapa
kasus lainnya kedua jenis episode itu dapat silih
berganti atau bercampur atau tumpang tindih
(overlapping).
e. Depresi pasca napza
Orang yang menyalahgunakan NAPZA (Narkotika,
alkohol dan zat adiktif) sering kali disebabkan
karena yang bersangkutan mengalami kecemasan dan
atau depresi. Dan untuk mengatasi kecemasan dan atau
depresinya itu ia menggunakan NAPZA. Tetapi sebagian
orang lainnya menggunakan NAPZA itu untuk kesenangan
semata. Sebagaimana diketahui bahwa penyalahgunaan
NAPZA dapat mengakibatkan ketagihan dan
ketergantungan. Apabila yang bersangkutan
menghentikannya, maka ia dapat jatuh dalam keadaan
kecemasan dan atau depresi. Oleh karena itu ia
kembali lagi memakai NAPZA, semakin lama semakin
bertambah takarannya (dosis)dan semakin banyak
30
-
7/30/2019 Therapi tertawa
31/71
frekwensi pemakaiannya. Penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA akan mengakibatkan gangguan
mental organik atau gangguan mental dan prilaku.
4.Psikodinamika
Psikodinamika adalah asumsi yang dibuat oleh para
ahli jiwa dan psikoanalisis, secara umum bahwa prilaku
manusia, terutama masalah-masalah emosional terjadi
karena konflik bawah sadar dan insting dasar, yang
komponennya terdiri atas : energy psikis (kateksis)
merupakan kekuatan yang diperlukan untuk memfungsikan
jiwa dan muncul dari dorongan (mis, insting); insting
(dorongan) adalah gambaran atau keinginan psikologik
yang sudah ada sejak lahir dan mencakup pelestarian
diri dan spesies; ansietas merupakan respon terhadap
konflik bawah sadar atau ancaman terhadap ego;
mekanisme depresif adalah mekanisme jiwa (sebagian
besar dibawah sadar) yang bekerja melindungi ego
(Isaacs, 2005).
Dikemukakan bahwa setelah terjadinya peristiwa
kehilangan obyek yang dicintai pada penderita akan
terjadi perasaan yang sedih (efek depresif). Secara
spontan akan timbul reaksi dari mekanisme pertahanan
jiwa (defence mechanism) dari penderita untuk
31
-
7/30/2019 Therapi tertawa
32/71
mengatasi afek depresif tersebut. Berdasarkan
keberhasilan defence mechanism dalam mengatasi afek
depresif tersebut,maka cyrtyn (1979) membagi proses
depresi menjadi tiga fase, yaitu :
a.Fase pertama
Pada kondisi ini defance mechanism masih mampu dalam
mengatasi afek depresif, sehingga depresi baru
terjadi dalam bentuk fantasi (khususnya pada anak).
Hal ini dapat diketahui lewat gambaran, tulisan
maupun cerita anak, yang pada umumnya mengambil tema
tentang kesalahan, kehilangan, kesedihan, kekejaman,
kematian dan bunuh diri. Fase ini sebagai tahap yang
timbul paling awal dan hilang paling akhir.
b.Fase kedua
Tahapan ini terjadi apabila defence mechanism kurang
efektif dalam mengatasi afek depresif. Depresi akan
nampak dalam ekspresi verbal, baik secara spontan
maupun dari menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Penderita mengemukakan tentang tidak adanya
harapan, tidak adanya pertolongan, perasaan
bersalah, perasaan tidak bahagia dan perasaan tidak
dicintai. Keadaan ini banyak terjadi pada depresi
32
-
7/30/2019 Therapi tertawa
33/71
berat yang bersifat akut dan depresi ringan yang
bersifat kronis.
c.Fase ketiga
Terjadi apabila defence mechanism gagal untuk
mengatasi afek depresif. Depresi akan nampak pada
perasaan dan tingkah laku anak. Manifestasi dari
keadaan ini berupa keterlambatan psikomotor, roman
muka yang sedih, hiperaktif, agresif, kenakalan dan
keluhan-keluhan somatik yang umumnya berkisar pada
keluhan-keluhan sakit kepala, sesak nafas dan
keluhan tidak enak pada perut. Keadaan ini banyak
didapat pada depresi berat yang bersifat kronis
(Isaacs, 2005).
5.Alat ukur derajat depresi
Untuk mengetahui sejauh mana derajat depresi
seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat
sekali, orang menggunakan alat ukur (instrument) yang
dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale Depression
(HDRS). Alat ukur ini terdiri dari 21 kelompok gejala
33
-
7/30/2019 Therapi tertawa
34/71
yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan
gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing
kelompok gejala diberi penilaian angka (skore) antara
0-4, yang artinya adalah :
Nilai 0 = tidak ada gejala(keluhan)
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4 = gejala berat sekali
Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan
oleh dokter (psikiater) atau orang yang telah dilatih
untuk menggunakannya melalui tehnik wawancara
langsung. Masing-masing nilai angka (skore) dari ke-21
kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil
penjumlahan itu dapat diketahui derajat depresi
seseorang, yaitu :
Total nilai (score) kurang dari
0 17 = tidak ada depresi.
18-24 = depresi ringan
34
-
7/30/2019 Therapi tertawa
35/71
25-34 = depresi sedang
35-51 = depresi berat
52-68 = depresi beratsekali
Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HDR-S ini
adalah sebagai berikut :
1. Keadaan perasaan sedih, putus asa, tak berdaya,
tak berguna:
a. Perasaan ini hanya ada bila ditanya
b. Perasaan ini dinyatakan secara verbal spontan
c. Perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal,
misalnya ekspresi muka, bentuk, suara, dan
kecendrungan menangis
d. Pasien menyatakan perasaan yang sesungguhnya
ini dalam komunikasi baik verbal maupun non verbal
secara spontan.
2. Perasaan bersalah
a. Menyalahkan diri sendiri, merasa sebagai
penyebab penderitaan orang lain
35
-
7/30/2019 Therapi tertawa
36/71
b. Ide-ide bersalah atau renungan tentang
kesalahan-kesalahan masa lalu
c. Sakit ini sebagai hukuman, waham bersalah dan
berdosa
d. Suara-suara kejaran atau tuduhan dan halusinasi
penglihatan tentang hal-hal yang mengancamnya
3. Bunuh diri
a. Merasa hidup tak ada gunanya
b. Mengaharapkan kematian atau pikiran-pikiran
lain kearah itu
c. Ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah kearah
itu
d. Percobaan bunuh diri
4. Gangguan pola tidur (initial insomnia)
a. Keluhan kadang-kadang sukar tidur, misalnya
lebih dari setengah jam baru masuk tidur
b. Keluhan tiap malam sukar tidur
5. Gangguan pola tidur (middle insomnia)
36
-
7/30/2019 Therapi tertawa
37/71
a. Penderita mengeluh gelisah dan terganggu
sepanjang malam
b. Terjadi sepanjang malam (bangun dari tempat
tidur kecuali bunag air kecil)
6. Gangguan pola tidur (late insomnia)
a. Bangun diwaktu dini hari tetapi dapat tidur
lagi
b. Bangun diwaktu dini hari tetapi tidak dapat
tidur lagi
7. Kerja dan kegiatan-kegiatannya
a. Pikiran/perasaan ketidakmampuan keletihan atau
kelemahan yang berhubungan dengan kegiatan
kerja atau hobi
b. Hilangnya minat terhadap pekerjaan/hobi atau
kegiatan lainnya, baik langsung atau tidak
penderita menyatakan kelesuan, keragu-raguan
dan rasa bimbang
c. Berkurangnya waktu untuk aktivitas menurun,
bila penderita tidak sanggup beraktivitas
37
-
7/30/2019 Therapi tertawa
38/71
sekurang-kurangnya 3 jam sehari dalam kegiatan
sehari-hari
d. Tidak bekerja karena sakitnya sekarang (dirumah
sakit) bila penderita tidak bekerja sama
sekali, kecuali tugas-tugas dibangsal tanpa
bantuan
8. Kelambanan (lambat dalam berfikir, berbicara,
gagal berkonsentrasi, aktivitas motorik menurun)
a. Sedikit lamban dalam wawancara
b. Jelas lamban dalam wawancara
c. Sukar diwawancarai
d. Stupor (diam sama sekali)
9. Kegelisahan (agitasi)
a. Kegelisahan ringan
b. Memainkan tangan atau jari-jari, rambut dan
lain-lain
c. Bergerak terus tidak dapat duduk dengan tenang
d. Meremas-remas tangan, menggigit kuku, menarik-
narik rambut, menggigit-gigit bibir
38
-
7/30/2019 Therapi tertawa
39/71
10. Kecemasan (ansietas somatik)
a. Sakit/nyeri otot, kaku, kedutan otot
b. Gigi menggerutuk
c. Suara tidak stabil
d. Tinitus (telinga berdenging)
11. Kecemasan (ansietas psikis)
a. Ketegangan subyektif dan mudah tersinggung
b. Menghawatirkan hal-hal kecil
c. Sikap kehawatiran yang tercermin diwajah atau
pembicaraannya
d. Ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya
12. Gejala somatic (pencernaan)
a. Nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa
dorongan teman, merasa perutnya penuh
b. Sukar makan tanpa dorongan teman, membutuhkan
pencahar untuk buang air besar
13. Gejala somatic (umum)
39
-
7/30/2019 Therapi tertawa
40/71
a. Anggota gerak, punggung atau kepala terasa
berat
b. Sakit punggung, kepala dan otot-otot hilangnya
kekuatan dan kemampuan
14. Kelamin (genital)
a. Sering buang air kecil, terutama dimalam hari
dikala tidur
b. Tidak haid, darah haid sedikit sekali
c. Tidak ada gairah seksual (frigid)
d. Ereksi hilang
e. impotensi
15. Hipokondriasis (keluhan somatik/fisik yang
berpindah-pindah)
a. Pihayati sendiri
b. Preokupasi (keterpakuan) mengenai kesehatan
sendiri
c. Sering mengeluh membutuhkan pertolongan orang
lain
40
-
7/30/2019 Therapi tertawa
41/71
d. Delusi hipokondriasis
16. Kehilangn berat badan
a. Berat badan berkurang berhubungan dengan
penyakitnya sekarang
b. Kurang dari 0,5 kg seminggu
c. Lebih dari 0,5 kg seminggu
d. Tidak ternyatakan lagi kehilangan berat badan
17. Insight (pemahaman diri)
a. Mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan
penyebab-penyebab iklim, makanan, kerja
berlebihan, virus
18. Variasi harian
a. Adakah perubahan atau keadaan yang memburuk
pada waktu malam atau pagi
19. tderealisasi (perasaan tidak nyata/tidak
realistis)
20. Gejala-gejala paranoit
41
-
7/30/2019 Therapi tertawa
42/71
a. Kecurigaan
b. Pikiran dirinya menjadi pusat perhatian,
kejadian diluar tertuju pada dirinya
c. Waham kejaran
21. Gejala-gejala obsesi dan kompulsi
6.Terapi Psikofarmaka
Yang dimaksud dengan terapi psikofarmaka adalah
pengobatan untuk stress, depresi atau cemas dengan
mengguanakan obat-obatan (farmaka) yang berfungsi
memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter
(penghantar signal saraf) disusunan saraf pusat otak
(limbic system). System limbic tersebut merupakan
bagian dalam otak yang berfungsi mengatur alam
pikiran, alam perasaan dan perilaku atau dengan kata
lain mengatur fungsi psikis (kejiwaan) seseorang. Cara
kerja psikofarmaka adalah dengan jalan memutuskan
jaringan atau sirkuit psiko-neuroimunologi, sehingga
stressor psikososial yang dialami oleh seseorang tidak
lagi mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, psikomotor
dan organ-organ tubuh lainnya.
42
-
7/30/2019 Therapi tertawa
43/71
Terapi psikofarmaka yang banyak digunakan adalah
golongan anti cemas (anxiolytic) dan obat golongan
anti depresi (anti depressant) yang juga berefek
terapi pada kondisi stress. Efek terapi anatidepresan
memerlukan waktu yang relatif lebih lama yakni 2-3
minggu, dengan perbaikan klinis minimal 60-70% (Kaplan
dan Sadock, dikutip Habil, 1995).
Gejala-gejala stress, kecemasan dan depresi
sering kali berbaur, tumpang tindih (overlapping),
jarang dijumpai penderita dengan stress murni tanpa
disertai kecemasan dan atau depresi, demikian pula
dengan gejala-gejala fisik (somatic) sebagai penyerta
(co-morbidity). Karena itu penderita dengan stress
sering emndapati terapi yang merupakan kombinasi obat
anti cemas dan depresi (Hawari, 2001).
7.Psikoterapi
Menurut Hawari (2001), Pada penderita yang
mengalami stress, kecemasan atau depresi selain
diberikan terapi psikofarmaka (anti cemas dan anti
depresi) dan terapi somatik, juga diberikan terapi
kejiwaan (psikologik) yang dinamakan psikoterapi.
43
-
7/30/2019 Therapi tertawa
44/71
Psikoterapi banyak jenisnya tergantung dari kebutuhan
baik individual maupun keluarga, misalnya :
a.Psikoterapi suportif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memberikan
motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang
bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi
keyakinan serta percaya diri (self confidence) bahwa
ia mampu mengatasi stressor psikososial yang sedang
dihadapinya.
b.Psikoterapi re-edukatif
Dengan terapi ini dimaksudkan memberikan pendidikan
ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan
mengatasi stress, kecemasan dan depresinya itu
dikarenakan faktor psiko-edukatif
masa lalu dikala yang bersangkutan dalam periode
anak dan remaja. Dari terapi ini diharapkan yang
bersangkutan mampu mengatasi stressor psikososial
yang sedang dihadapinya.
c.Psikoterapi re-konstruktif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki
kembali (re-konstruksi) keperibadian yang telah
44
-
7/30/2019 Therapi tertawa
45/71
mengalami goncangan akibat stressor psikososial yang
tidak mampu diatasi oleh pasien yang bersangkutan.
d.Psikoterapi kognitif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan
fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berfikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat. Selain dari pada itu yang bersangkutan mampu
mambedakan nilai-nilai moral etika mana yang baik
dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang
tidak dan mana yang haram dan mana yang halal.
e.Psikoterapi psiko-dinamik
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat
menjelaskan mengapa seseorang itu tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga ia
jatuh sakit (stress, cemas dan atau depresi). Dengan
mengetahui dinamika psikologis itu diharapkan yang
bersangkutan mampu mencari jalan keluarnya.
f. Psikoterapi perilaku
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan
gangguan perilaku yang mal adaptif (ketidakmampuan
45
-
7/30/2019 Therapi tertawa
46/71
beradaptasi) akibat stressor psikososial yang
dideritanya. Dari terapi ini diharapkan pasien yang
bersangkutan dapat beradaptasi dengan kondisi yang
baru sehingga bisa berfungsi kembali secara wajar
dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di
sekolah/di kampus, di tempat kerja dan di lingkungan
sosialnya.
g.Psikoterapi keluarga
Seseorang dapat jatuh dalam keadaan stress,
kecemasan dan atau depresi yang disebabkan oleh
stressor psikososial faktor keluarga. Dengan terapi
ini dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi
menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai factor pendukung
bagi pemulihan pasien yang bersangkutan. Dengan
demikian terapi ini tidak hanya ditujukan pada
pasien yang bersangkutan saja,tetapi juga terhadap
anggota keluarga lainnya.
Secara umum tujuan dari berbagai jenis
psikoterapi sebagaimana diuraikan dimuka adalah untuk
memperkuat struktur keperibadian, percaya diri,
46
-
7/30/2019 Therapi tertawa
47/71
ketahanan dan kekebalan baik fisik maupun mental serta
kemampuan beradaptasi dan menyelesaikan stressor
psikososial pada diri seseorang secara mandiri.
D.SKIZOFRENIA
1.Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah reaksi psikotik yang
mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk
berfikir dan berkomunikasi, menerima dan
menginterpretasikan realitas merasakan dan menunjukkan
emosi dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima
secara social (Isaacs, 2005). Skizofrenia merupakan
bentuk psikosis fungsional
yang paling berat dan menimbulkan disorganisasi
personalitas yang terbesar (Ingram, 1995).
Skizofrenia, merupakan suatu bentuk psikosa yang
sering dijumpai dimana-mana (Maramis, 2005).
2.Etiologi Skizofrenia
a.Keturunan
Dapat dipastikan bahwa factor keturunan
menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini dibuktikan
47
-
7/30/2019 Therapi tertawa
48/71
dengan penelitian tentang keluarga-keluarga
penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar
satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah
0,9%-1,8%, saudara kandung 7-15%,anak dengan salah
satu orang tua menderita skizofrenia 7-16%, bila
kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%, kembar
dua telur (heterozigot) 2-15% kembar satu telur
(monozigot) 61-86 %.
b.Endokrin
Dulu skizofrenia diduga disebabkan oleh
gangguan endokrin. Teori ini muncul berhubungan
dengan timbulnya skizofrenia pada saat pubertas,
waktu kehamilan atau masa kehamilan.
c. Metabolisme
Ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia
disebabkan oleh gangguan metabolisme, karena
penderitanya tampak pucat atau tidak sehat. Ujung
ekstremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan
berat badan menurun. Hipotesisa ini tidak dibenarkan
48
-
7/30/2019 Therapi tertawa
49/71
oleh banyak sarjana, namun sekarang mulai mendapat
perhatian lagi berhubungan dengan penelitian dengan
obat holosinigenik seperti meskalin dan asam
lasergik, diethilemida. Obat-obatan ini dapat
menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan gejala-
gejala skizofrenia, tetapi reversible. Mungkin
skizofrenia disebabkan oleh suatu inborn error of
metabolism, tetapi hubungan ini belum ditemukan.
d.Susunan saraf pusat
3.Gejala-gejala Skizofrenia
Isaacs (2005) mengatakan bahwa gejala-gejala
skizofrenia terdiri dari :
a.Waham
Keyakinan yang keliru sangat kuat yang tidak
dapat dikurangi dengan logika.
b.Asosiasi longgar
Kurangnya hubungan yang logis antara fikiran dan
gagasan yang dapat tercermin pada beebagai gejala.
49
-
7/30/2019 Therapi tertawa
50/71
c.Halusinasi yaitu persepsi yang keliru dan melibatkan
panca indera.
d.Ilusi yaitu salah menginterpretasikan stimulus.
e.Depersonalisasi yaitu individu merasa bahwa dirinya
sudah berubah secara mendasar.
f.Afek datar yaitu tidak adanya respon emosional.
g.Ambivalen yaitu adanya konflik atau pertentangan
emosi yang menyebabkan individu sulit menentukan
pilihan.
h.Avolisi yaitu kurangnya motivasi untuk melanjutkan
aktifitas yang berorientasi pada tujuan.
i.Ekopraksi yaitu meniru tindakan orang lain tanpa
sadar.
j. Alogia yaitu berkurangnya pola bicara.
4.Pembagian Skizofrenia
Menurut Kreaplin(dalam Maramis 2005), yaitu :
a.Skizofrenia simplexi
Sering kali timbul pertama kali pada masa
pubertas. Gejala utama skizofrenia jenis ini adalah
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan
50
-
7/30/2019 Therapi tertawa
51/71
proses pikir biasanya sukar ditemukan, waham dan
halusinasi jarang ditemukan, dimana pada
permulaannya penderita akan mulai kurang
memperhatikan keluarga atau mulai menarik diri dari
pergaulan.
b.Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia ini biasanya terjadi secara perlahan-
lahan atau sub akut dan sering timbul pada masa
remaja atau umur antara 15-25 tahun. Gejala yang
menyolok adalah gangguan proses piker, gangguan
kemauan dan adanya personalisasi atau double
personality. Gejala lain yang timbul yaitu gangguan
psikomotor misalnya berperilaku seperti anak-anak
serta waham dan halusinasi.
c.Skizofrenia katatonik
Timbul pada umur antara 15-30 tahun biasanya akut
serta sering didahului oleh stress emosional. Hal
ini mungkin terjadi akibat adanya gaduh gelisah
katatonik atau stupor katatonik.
d.Skizofrenia paranoid
51
-
7/30/2019 Therapi tertawa
52/71
Gejala yang timbul pada skizofrenia jenis ini
biasanya bersifat konstan, dimana gejala-gejalanya
yang menyolok adalah waham primer yang disertai
dengan waham-waham sekunder serta halusinasi.
e.Skizofrenia residual
Suatu keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala
primernya bleurer, tetapi tidak jelas gejala-gejala
sekundernya. Keadaan ini akan timbul setelah
beberapa kali serangan skizofrenia.
f.Episode skizofrenia akut
Gejala skizofrenia jenis ini akan timbul mendadak
dimana pasien merasa seperti dalam mimpi. Dalam
keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar
dan dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan
mempunyai suatu arti yang khusus baginya (keadaan
oneroid).
g. Skizofrenia skizo-afektif
Di samping gejala-gejala skizofrenia yang menonjol
terdapat juga gejala-gejala depresi (skizo-depresip)
atau gejala-gejala mania (skizo-manik). Skizofrenia
52
-
7/30/2019 Therapi tertawa
53/71
jenis ini cendrung akan sembuh tanpa defek, tetapi
mungkin juga timbul serangan lagi.
5.Pengobatan
Pengobatan harus secepat mungkin dilakukan karena
keadaan psikotik yang lama akan menimbulkan
kemungkinan yang lebih besar, dimana penderita akan
mengalami kemunduran mental. Pengobatan yang dapat
diberikan yaitu :
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis rendah lebih bermanfaat
pada pasien dengan skizofrenia yang menahun,
sedangkan dosis tinggi lebih bermanfaat bagi pasien
dengan psikomotorik yang meningkat. Pasien dengan
skizofrenia menahun diberikan neuroleptika dalam
jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dengan
dosis yang naik turun sesuai keadaannya.
b. Electro Confulsif terapi (ECT)
ECT (Electro Confulsif Therapy) adalah suatu
pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal
secara arifisial dengan melewatkan aliran listrik
melalui elektrode yang dipasang pada satu atau dua
Teples. Jumlah yang paling umum dilakukan pada
53
-
7/30/2019 Therapi tertawa
54/71
pasien dengan gangguan afektif antara 6 - 12 kali,
sedangkan pada pasien skizofrenia biasanya diberikan
sampai 30 kali. Indikasi utama pemberian ECT adalah
untuk depresi berat, disamping gangguan bipolar dan
skizofrenia (Stuart & Sundeen,1998).
c.Terapi koma insulin
Terapi ini tidak khusus, bila diberikan pada
permulaan penyakit hasilnya memuaskan. Terapi koma
insulin juga akan memberikan hasil yang baik juga
pada skizofrenia katatonik dan paranoid.
d.Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi yang dapat membentu pasien adalah
psikoterapi suportif individual atau kelompok.
Terapi kerja juga sangat baik untuk mendorong pasien
bergaul lagi dengan pasien lain, perawat dan dokter.
6. Prognosa
Dahulu bila diagnosa skizofrenia dibuat, maka ini
berarti bahwa sudah tidak ada harapan bagi orang yang
bersangkutan dimana keperibadiannya selalu akan
mengalami kemunduran mental (disorientasi mental). Dan
bila pasien dengan skizofrenia menjadi sembuh maka
diagnosanya harus diragukan.
54
-
7/30/2019 Therapi tertawa
55/71
55
-
7/30/2019 Therapi tertawa
56/71
A. KERANGKA KONSEP
Keterangan :
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
56
Pasien Skizofrenia
Pemberian terapi :
- Bertambahnya
produksi
endoprine
- Perasaan
senang,gembira,me
ningkatkan
semangat dan
gairah hidup
- Menekan rasa
nyeri
- Relaksasi
- Daya tahan stress
meningkat
- Intensitas
depresi menurun
1. Tidak ada depresi
2. Depresi ringan
3. Depresi sedang
4. Depresi berat
5. Depresi berat
sekali
1. Terapi Tertawa
Tingkat Depresi
HDR-S
2. Farmako terapi
3. psikoterapi
4. ECT
-
7/30/2019 Therapi tertawa
57/71
Gambar. 3.1 Kerangka konsep Pengaruh Terapi Tertawa
Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada
Pasien Skizofrenia
B. HIPOTESA
Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan peneliti, sampai terbukti melalui
data yang dikumpulkan (Arikunto, 2006).
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah,
maka dapat diajukan suatu hipotesis yaitu:
Ha :Terapi Tertawa Berpengaruh Terhadap Penurunan
Tingkat Depresi Pada Pasien Skizofrenia
Ho :Terapi Tertawa tidak berpengaruh terhadap Penurunan
Tingkat Depresi Pada Pasien Skizofrenia
57
-
7/30/2019 Therapi tertawa
58/71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan penelitian yang bersifat eksperimen (eksperimen
research) adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab
akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja
ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang
mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk
melihat akibat suatu perlakuan (Arikunto, 2006).
A.SUBYEK PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Ruman Sakit Jiwa
Propinsi dan yang menjadi subyek penelitian adalah
penderita skizofrenia dengan gejala depresi yang sedang
menjalani rawat inap.
58
-
7/30/2019 Therapi tertawa
59/71
B.POPULASI DAN SAMPEL
1.Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian
(Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini
adalah penderita skiofrenia yang ada di ruang rawat
inap yaitu diruang Mawar, Angsoka, Plamboyan, melati
dan diruang Dahlia di Rumah Sakit Jiwa Propinsi yang
berjumlah 35 orang.
2.Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti (Arikunto, 2006). Penelitian ini menggunakan
tehnik porposive sampling yaitu suatu tehnik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang
telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003).
1)Kriteria inklusi
Merupakan karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan
diteliti (Nursalam, 2003).
59
-
7/30/2019 Therapi tertawa
60/71
a) Penderita dengan diagnosa medis skizofrenia
b)Penderita dengan tingkah laku yang dapat diajak
bekerja sama
c)Pendidikan SD keatas atau tidak buta huruf
d) Menjalani rawat inap diruang mawar, angsoka
e)Tidak dalam tahap pemberian Elektro Kompulsif
Terapi (ECT)
f)Tidak dalam tahap pemberian anti depresan atau
45-52 jam setelah pemberian obat anti depresan.
g) Hasil pemeriksaan HDR-S menunjukkan adanya
depresi (yang menunjukkan tingkat depresi).
2)Kriteria ekslusi
Dalam penelitian ini kriteria ekslusinya adalah
sebagai berikut :
a)Penderita skizofrenia yang tidak bersedia menjadi
responden (menolak menjadi responden)
b)Penderita skizofrenia yang tidak kooperatif
(tingkah laku gaduh gelisah)
60
-
7/30/2019 Therapi tertawa
61/71
c)Penderita dengan riwayat menderita penyakit
kardiovaskuler
C.RANCANGAN PENELITIAN ATAU DISAIN PENELITIAN
Rancangan penelitian adalah suatu rancangan yang
biasa digunakan oleh peneliti sebagai petunjuk dalam
merencanakan dan melaksanakan penelitian untuk mencapai
tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam,
2003).
Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian Pre-Eksperimental Desain (Nondesain) dengan
rancangan penelitian one group pre test-post test
61
-
7/30/2019 Therapi tertawa
62/71
yaitu untuk mengungkapkan sebab akibat dengan cara
melibatkan satu kelompok subyek. Dalam rancangan ini,
kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan perlakuan,
kemudian diobservasi lagi setelah dilakukan perlakuan
(Nursalam, 2003). Bentuk eksperimen yang dilakukan dalam
penelitian ini peneliti mengobservasi tingkat depresi
dengan menggunakan HDR-S sebelum melakukan perlakuan
terapi tertawa yang terdiri dari 15 langkah sesi tawa.
D.TEHNIK PENGUMPULAN DATA
1. Intsrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dokumentasi, observasi dan
wawancara
62
-
7/30/2019 Therapi tertawa
63/71
2. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data meliputi:
a.Studi dokumentasi
Studi dokumentasi meliputi identitas penderita
yang terdiri dari : jenis kelamin, melakukan
informed consent terlebih dahulu atau memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden
penelitian kepada responden dengan tujuan agar
responden mengerti maksud, tujuan penelitian, dan
manfaatnya serta klien bersedia mengikuti kegiatan
sampai selesai. Lembar persetujuan diberikan pada
awal pengambilan data. Jika responden bersedia maka
harus menandatangani atau member cap jempol pada
lembar persetujuan tersebut.
Diagnosa medis, riwayat pengobatan (terapi
anti depresan dan ECT), riwayat penyakit
63
-
7/30/2019 Therapi tertawa
64/71
kardiovaskuler diperoleh dengan mempelajari medical
record.
b.Observasi
Dalam penelitian ini peneliti mengobservasi tingkat
depreasi sebelum dan sesudah dilakukan terapi
tertawa dengan menggunakan skala HDR-S
c.Metode wawancara
Metode Wawancara yang mengacu pada HDR-S digunakan
untuk pemeriksaan tingkat depresi responden, yang
berupa sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuis
(pertanyaan tertulis) yang harus dijawab baik secara
langsung maupun didampingi oleh para pendamping
E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
1. Identifikasi Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang
memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda,
manusia, dll) (Soeprapto, dkk 2000: 54, dalam
Nursalam, 2003).
64
-
7/30/2019 Therapi tertawa
65/71
a. Variabel independent (variabel bebas)
Variabel independent adalah variabel yang
nilainya menentukan variabel yang lain
(Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independent adalah terapi
tertawa.
b. Variabel dependent (variabel terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependent (variabel terikat)nya adalah tingkat
depresi yang menggambarkan tingkat gangguan
kejiwaan pada alam perasaan (affective mood
disorder) dengan menggunakan skala HDR-S, yaitu:
Total nilai - 0 -17 = tidak ada depresi
Total nilai - 18-24 = depresi ringan
Total nilai - 25-34 = depresi sedang
Total nilai - 35-51 = depresi berat
Total nilai - 52-68 = depresi beratsekali
2. Definisi Operasional
65
-
7/30/2019 Therapi tertawa
66/71
1. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
dampak dari pemberian treatment (perlakuan) berupa
perbedaan kemaknaan tingkat depresi responden sebelum
dan sesudah diberikanterapi tertawa.
2. Terapi tertawa adalah terapi yang diyakini mampu
membangkitkan semangat hidup terapi yang diberikan
kepada pasien skizofrenia dengan tujuan menurunkan
tingkat depresi.
3. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan
pada alam perasaan (affective mood disorder).
4. Skizofrenia adalah reaksi psikotik yang mempengaruhi
berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir dan
berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
realitas merasakan dan menunjukkan emosi dan
berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara
social ( Isaacs, 2005).
5. Hamiltone Rating Scale for Depression (HDR-S)
Merupakan instrument untuk mengetahui derajat depresi
seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat
sekali yang dinyatakan dalam bentuk skala pengukuran.
66
-
7/30/2019 Therapi tertawa
67/71
Tabel 3.1 Identifikasi variabel dan definisi operasional :
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat
Depresi pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB.
67
-
7/30/2019 Therapi tertawa
68/71
VariableDefinisi
operasionalparameter Alat ukur
Skala
dataskor
Indevenden
:
Terapi
tertawa
Program
terapi
tertawa yaitu
sebanyak 15
langkah yang
masing-masing
memiliki
waktu 30-40
menit
Sesi terapi tertawa Pedoman
terapi
tertawa
Dependen :
Tingkat
depresi
Derajat yang
menggambarkan
gangguan
kejiwaan pada
alam perasaan
(affective /
mood)
1. Keadaan perasaan
sedih, putus asa,
tak berdaya, tak
berguna
2. Perasaan bersalah
3. Bunuh diri
4. Gangguan pola tidur(initial insomnia)
5. Gangguan pola tidur
(middle insomnia)
6. Gangguan pola tidur
(late insomnia)
7. Kerja dan kegiatan-
kegiatannya
8. Kelambanan (lambat
dalam berfikir,
berbicara, gagal
berkonsentrasi,
aktivitas motorik
menurun)
Kegelisahan(agitasi)
10. Kecemasan (ansietassomatik)
11. Kecemasan (ansietaspsikis)
12. Gejala somatic
(pencernaan)
13. Gejala somatic(umum)
Kelamin (genital)
15. Hipokondriasis
(keluhan
somatik/fisik yang
berpindah-pindah)
16. Kehilangn berat
wawancara
mengacu
kepada skala
HDR-S
O
R
D
I
N
A
L
1. 17 = Tidak
ada
depresi
2. 18-24 =
Depresi
ringan
3. 25-34 =
Depresi
sedang
4. 35-51 =
Depresi
berat
5. 52-68 =
Depresi
beratsekali
68
-
7/30/2019 Therapi tertawa
69/71
F.ANALIA DATA
Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji
statistik t-test dengan rumus :
)1(
2
=
NN
dX
Mdt
Keterangan :
Md = Mean dari perbedaan pre test dengan post test
(pre test-post test ).
Xd = Deviasi masing-masing subjek (d-Md)
Xd = Jumlah kuadrat deviasi
N = Subyek pada sampel
d.b. = Ditentukan dengan N-1
69
-
7/30/2019 Therapi tertawa
70/71
G.KERANGKA KERJA
70
Penderita
skizofrenia
Sampel
penelitian
Pre test skala
HDR-S
Proposive
sampling
Life Review
Post test skala
HDR-S
-
7/30/2019 Therapi tertawa
71/71
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Kerja (Frame Work) Pengaruh
Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat
Depresi Pada Pasien Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Propinsi.
71
Analisa
statistik T tes
Hasil penelitian
Tabulasi