PEMBERIAN TERAPI TERTAWA TERHADAP … dengan pemberian obat untuk menurunkan tekanan darah. Perawat...
Transcript of PEMBERIAN TERAPI TERTAWA TERHADAP … dengan pemberian obat untuk menurunkan tekanan darah. Perawat...
i
PEMBERIAN TERAPI TERTAWA TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. K DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL
TRESNA WREDA ( PSTW) DARMABAKTI
WONOGIRI
DI SUSUN OLEH :
RIYASTORO
NIM. P.13045
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
i
PEMBERIAN TERAPI TERTAWA TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. K DENGAN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL
TRESNA WREDA ( PSTW) DARMABAKTI
WONOGIRI
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
RIYASTORO
NIM. P.13045
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian terapi tertawa terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada asuhan keperawatan Ny.K dengan pasien hipertensi di Panti
Sosial Tresna Wreda (PSTW) Darma Bakti Wonogiri.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Ns. Wahyu Rima Agustin,M.Kep,selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ns. Meri Oktariani,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan yag
telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Joko Kismanto, M.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang
telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi
kasus ini.
4. Ns. Atiek Murharyati, M.Kep, selaku dosen penguji I yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Ns. Alfyana Nadya Rachmawati, M. Kep, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
v
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang
bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 04Mei 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
SURATPERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DARTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ........................................................................................... 1
B.Tujuan Penulisan ....................................................................................... 5
C.Manfaat Penulisan .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Teori .......................................................................................... 8
1.Hipertensi ............................................................................................ 8
2.kecemasan ........................................................................................... 25
3.Terapi tertawa ..................................................................................... 27
B.Kerangka Teori ......................................................................................... 29
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A.Subjek Aplikasi Riset .................................................................................. 30
B.Tempat dan Waktu .................................................................................... 30
C.Media atau Alat yang digunakan ............................................................... 30
D.Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ........................................... 30
E.Alat ukur evaluasi tindakan aplikasi riset .................................................. 33
BAB IV LAPORAN KASUS
A.Identitas Klien ........................................................................................... 37
B.Pengkajian ................................................................................................. 37
C.Analisa data ............................................................................................... 42
D.Prioritas Diagnosa keperawatan ............................................................... 43
vii
E.Perencanaan keperawatan ........................................................................ 43
F.Implementasi ............................................................................................. 45
G.Evaluasi................................................................................................ ..... 60
BAB V PEMBAHASAN
A.Pengkajian ................................................................................................. 65
B.Perumusan Masalah Keperawatan ........................................................... 70
C.Intervensi keperawatan ............................................................................ 74
D.Implementasi ............................................................................................ 77
F.Evaluasi ...................................................................................................... 83
BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ................................................................................................ 85
B.Saran .......................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Alat Ukur HRS-A...................................................................34
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Klasifikasi Hipertensi............................................................9
2. Gambar 2.1 Patway................................................................................15
3. Gambar 2.2 Kerangka Teori...................................................................30
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Usulan Judul Aplikasi Jurnal
Lampiran 2. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 3. Surat Pernyataan
Lampiran 4. Jurnal Utama
Lampiran 5. Asuhan Keperawatan
Lampiran 6. Look Book
Lampiran 7. Lembar Pendelegasian
Lampiran 8. Lembar Observasi
Lampiran 9. SOP Prosedur Terapi Tertawa
Lampiran 10. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif sejak beberapa
dasawarsa.silam telah menjadi segmentasi permasalahan tersendiri bagi tiap
negara di seluruh Indonesia. Bersama di semakin peliknya permasalahan yang
di akibatkan oleh berbagi macam penyakit menular, kasus penyakit non
infeksi menimbulkan adanya beban ganda bagi dunia kesehatan. Hingga saat
ini penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di
Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola
penyakit dimana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi penigkatan.
Penyakit degeneratif merupaka nn penyakit tidak menular yang berlangsung
kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kegemukan dan lainnya
(Handajani,Roosihermiatie& Maryani, 2009).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolik diatas
140mmhg dan tekanan diastolik diatas 90mmhg (bruner &
suddarth,2002).Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang terjadi dinegara maju maupun berkembang.Prevalensi
hipertensi yang tinggi dikawatirkan dapat mengganggu pembangunan
kesehatan.
2
Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Menurut
JNC-VII, hampir 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia. Menurut
laporan World Health Organization (WHO), hipertensi merupakan penyebab
nomor 1 kematian di dunia. Data tahun 2010 di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita
hipertensi (Girsang, 2013) Riset Kesehatan Dasar (Riskedas)
Departemen Kesehatan tahun 2013 menyatakan untuk angka kejadian
hipertensi di Indonesia mencapai sekitar 25,8% berdasarkan pengukuran
tekanan darah. Di wilayah Jawa Tengah, angka kejadian penyakit hipertensi
esensial pada tahun 2012 sebanyak 554.771 kasus atau sekitar 67,57%,
jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2011 yang
jumlahnya sebesar 634.860 kasus atau sebesar 72,13 %. Disini terjadi
penurunan angka kejadian hipertensi esensial pada tahun 2012 dibandingkan
dengan tahun 2011 (Dinkesprov, 2012). Kekhawatiran akan timbulnya
masalah masalah baru pada hipertensi akan menyebabkan gangguan mental
emosional yang banyak ditunjukan dengan gangguan kecemasan. Prevalensi
gagguan mental emosional penduduk Indonesia yang berumur lebih dari 15
tahun sebesar 11,6%, gejala umumnya adalah gagguan kecemasan dan
depresi terkait dengan tekanan yang bermakna dan gagguan fungsi selama
jangka waktu tertentu (Idaiani,Suhardi,Kristanto,2009).
Kecemasan merupakan reaksi emosional terhadap persepsi adanya
bahaya, baik yang nyata maupun yang hanya dibayangkan (Smeltzer & Bare,
2001:145). Cemas terhadap anestesi, nyeri atau kematian, deformitas, atau
3
ancaman lain terhadap citra tubuh (Smeltzer & Bare, 2001:430). Keadaan
emosional pasien dalam hal ini cemas, akan berpengaruh kepada fungsi tubuh
menjelang operasi. Kecemasan yang tinggi, dapat mempengaruhi fungsi
fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi nadi dan
respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada
kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab, peningkatan respirasi,
dilatasi pupil, dan mulut kering (Smeltzer & Bare, 2001:145)
Salan (2000) menyatakan bahwa pada kecemasan sedang terjadi sekresi
adrenalin yang berlebihan sehingga menyebabkan tekanan darah menigkat,
akan tetapi pada ketakutan yang sangat hebat bisa terjadi reaksi yang
dipegaruhi oleh komponen parasimpatis sehingga menyebabkan tekanan
darah meningkat. Pengobatan hipertensi tidak hanya mengandalkan obat-obat
dari dokter maupun mengatur diet semata, namun penting pula untuk
membuat tubuh kita selalu dalamkeadaan rileks diperlukan untuk
mengaktifkan sistem saraf simpatis, maka tubuh akan mereduksi produksi
stres hormon. (Idrus, 2010). Salah satu modifikasi gaya hidup yang maupun
menanggulangi hipertensi adalah dengan menganjurkan untuk lebih rileks.
Salah satu alternatif rileksasi pada penderita hipertensi adalah dengan terapi
tertawa.
Terapi tertawa merupakan metode terapidengan menggunakan humor
dan tawa dalamrangka membantu individu menyelesaikanmasalah mereka,
baik dalam bentuk gangguanmaupun gangguan mental. Penggunaan tawa
dalam terapi akan menghasilkan perasan lega pada alamkecemasan dan rasa
4
sakit (Andol, 2009). Bains (2012) dalam Reifsnyder (2012), mengungkapkan
bahwa tertawa riang dapat mengurangi tingkat kecemasan dan mengurangi
hormone stres termasuk kortisol dan katekolamin. Kortisol, misalnya dapat
merusak sel - sel saraf dari hippocampus, yang merupakan bagian dari otak
yang bertanggung jawab untuk mengubah informasi sementara menjadi
informasi yang permanen.
Terapi tertawa bertujuan untuk mencapai kegembiraan di dalam hati
yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, atau senyuman
yang menghiasi wajah, perasaan hati yang lepas dan bergembira, dada yang
lapang, peredaran darah yang lancar sehingga dapat mencegah penyakit dan
memelihara kesehatan (Andol,2009). Tertawa 1 menit ternyata sebanding
dengan bersepeda selama 15 menit. Hal ini membuat tekanan darah menurun ,
terjadi peningkatan oksigen pada darah yang akan mempercepat
penyembuhan tertawa juga melatih otot dada, pernafasan, wajah, kaki, dan
punggung. Selain fisik, tertawa juga berpegaruh terhadap kesehatan mental.
Tertawa terbukti memperbaiki suasan hati dalam konteks sosial
(Mangoenprasodjo & Hidayat, 2005:32). Tertawa akan mereleksasikan otot-
otot yang tegang. Tertawa juga melebarkan pembuluh darah sehingga
memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh. Jadi, tertawa merupakan
meditasi dinamis atau teknik relaksasi yang dinamis dalam waktu singkat
yang mampu mengurangi stres dan kecemasan seseorang (Kataria, 2004:70).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
mengaplikasikan “Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tingkat
5
Kecemasan Pada Asuhan keperawatan Ny. K Dengan Hipertensi Di Panti
Sosial Tresna Wreda Wonogiri”. Hasil studi pendahuluan selama 2 minggu
dari 25 orang lansia yang menderita hipertensi sebanyak 13 orang lansia,
yang menderita cemas berjumlah 1 orang, penatalaksanaan hipertensi
dilakukan dengan pemberian obat untuk menurunkan tekanan darah. Perawat
belum mengaplikasikan secara maksimal tekanan darah pasien. Penanganan
hipertensi yang mudah untuk menurunkan kecemasan yaitu dengan
pemberian terapi tertawa, terapi tertawa ini dilakukan karena di PSTW
sebelumnya belum pernah melakukan tindakan ini untuk menurunkan
kecemasan, sebelumnya kecemasan pasien scor 27 (kecemasan sedang)
menjadi scor 10 (tidak ada kecemasan).
Terapi tertawa sangat baik, karena dapat memperbaiki psikologis
penderita hipertensi dengan kecemasan dan kekhawatiran akan
komplikasinya. Saat orang mengalami perubahan dalam kondisi psikologis
seperti stres, kecemasan, depresi dapat mempengaruhi sel saraf untuk
berespon sehingga merangsang sekresi hormon.
Tertawa melepaskan hormon endorfin ke dalam sirkulasi sehingga
tubuh menjadi lebih nyaman dan rileks. Hormon endorfin tersebut sebagai
morfin tubuh yang menimbulkan efek sensasi nyaman dansehat (Potter, 2005
dalam Setyoadi & Kushariyadi,2011). Saat tertawa bukan hanya hormon
endorfin saja yang keluar tetapi banyak hormon positif yang muncul.
Keluarnya hormon positif yaitu hormon yang keluar yang diproduksi oleh
tubuh ketika merasa bahagia, ceria dan gembira seperti hormon beta endorfin
6
dan endomorfin. Hormon ini akan menyebabkan lancarnya peredaran darah
dalam tubuh sehingga fungsi kerja organ berjalan dengan normal (Setyoadi &
Kushariyadi, 2011)
B. Tujuan Penulisan KTI
1. Tujuan Umum
Untuk mengaplikasikan tindakan pemberian terapi tertawa terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada Ny. K hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. K dengan hipertensi
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan hipertensi
c. Penulis mampu menyusun intervensi pada Ny. K dengan hipertensi
d. Penulis mampu melakukan tindakan implementasi pada Ny.K
dengan hipertensi
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. K dengan hipertensi
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian tindakan terapi tertawa
terhadap tingkat kecemasan
7
C. Manfaat penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan khususnya pada pasien untuk
menurunkan tingkat kecemasan
2. Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang kecemasan dengan
pasien hipertensi.
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Sebagai sumbangan pemikiran dan acuan sebagai kajian yang lebih
mendalam tentang pemberian tindakan terapi tertawa terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada pasien hipertensi.
4. Bagi Penulis
Sebagai acuan proses belajar dalam menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama perkuliahan melalui proses pengumpulan data-data dan
informasi-informasi ilmiah untuk kemudian dikaji, diteliti, dianalisi, dan
disusun dalam sebuah karya tulis yang ilmiah, informatif, bermanfaat,
serta menambah kekayaan intelektual.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi merupakan penyakit yang umumnya tidak menunjukan
gejala, apabila ada, gejalanya tidak jelas sehingga tekanan yang tinggi
didalam arteri sering tidak dirasakan penderita. Ukuran tekanan darah
(tensi) dinyatakan dua angka: angka diatas diperoleh pada saat jantung
berkontraksi(sistolik), agka dibawah diperoleh ketika jantung
berrileksasi(diastolik). (Iskandar Junaidi, 2010).
Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic mencapai 140 mmHg dan angka
diastolic mencapai diatas 90 mmHg pada pemeriksaan tekanan darah
(Dewi, 2013).Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada
pembuluh darah dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkannya (Pudiastuti, 2011).
1. Bentuk-bentuk Hipertensi
Hipertensi Sistolik Terisolasi, adalah hipertensi yang terjadi
ketika tekanan sistolik mencapai 140mmhg atau lebih, tetapi
9
tekanan diastolik kurang dari 90mmhg. Hipertensi ini sering
ditemukan pada orang tua. Sejalan degan pertambahan usia
penigkatan ini sampai usia 80tahun. (Iskadar Junaidi, 2010).
b. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi pada orang dewasa menurut badan kesehatan
dunia WHO tahun 1999 adalah sebagai berikut :
Kategori Tekanan sistolik
(mmhg)
Tekanan
diastolik
(mmhg)
Tensi optimal
Tensi normal
Tensi normal tinggi
Tingkat 1 : hipertensi
ringan
Subgrup:batas
Tingkat 2 : hipertensi
sedang
Tingkat 3 : hipertensi
berat
Hipertensi sitolik isolasi
Subgrup: batas
Tingkat 4: Hipertensi
maligna
<120
<130
130-139
140-159
140-149
160-179
180-209
≥140
140-149
≥210
<80
<85
85-89
90-99
90-94
100-109
110-119
<90
<90
≥120
Tabel 2.1 Kategori Hipertensi
c. Etiologi
1) Hipertensi esensial atau primer menjadi penyebab utama mencapai
95%. Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
2) Penyebab sekunder dari hipertensi yaitu 5%. Penyakit yang sering
menjadi penyebab hipertensi sekunder antara lain penyakit ginjal,
10
penyakit endokrin, koartasio aorta, faktor kehamilan, penyakit saraf,
obat-obat.
3) Penderita gagal ginjal biasanya juga membutuhkan perawatan
tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang tinggi pada penderita ini
terutama oleh kegagalan ginjal dalam mengatur jumlah garam dan
air dalam tubuh.
4) Penyakit endokrin dapat menyebabkan hipertensi terutama
hipertiroidisme, syndrome cushing, feokromositoma.
5) Koartasio aorta merupakan penyempitan lokal aorta dessendens,
dekat lokasi duk tus arteriosus dan biasanya sebelah distal arteri
subklavia kiri. Darah arteri memintas daerah obstruksi dan mencapai
bagian bawah tubuh melalui pembuluh darah kolateral yang sangat
membesar.
6) Hipertensi memiliki 5 bentuk komplikasi hipertensi gestasional,
preeklamsia, eklamsia, preklamsia superimpose pada hipertensi
menahun.
7) Penyebab lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah obat-
obatan yang dapat meningkatkan enzim renin namun tidak secara
langsung menaikan tekanan darah, tetapi yang dilakukannya adalah
menstimulasi prekursor hormon angiontensinogen, yang
menyebabkan tekanan dalam meningkat dengan menghasilkan
hormon angiotensin (Boestan dkk 2010).
11
d. Tanda dan Gejala
Menurut Pudiastuti 2013 :
1) Penglihatan kabur karena kerusakan retina
2) Nyeri pada kepala
3) Mual dan muntah akibat meningkatkan tekanan intra kranial
4) Edema dependent
5) Adanya pembengkakan karena meningkatkannya tekanan kapiler
Menurut Padila (2013) bahwa tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi:
1) Tidak ada gejala : tidak ada gejala yang spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan
tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2) Gejala yang lazim : sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
e. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
12
mengembangkan pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya
telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkatkan pada
saat terjadi vaskonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon
didalam darah. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air
dari alam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga
tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya jika aktifitas memompa jantung berkurang arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan
darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otot
(bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara
otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah
melalui beberapa cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan
berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
13
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah
kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah
dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu
pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldesteron. Ginjal merupakan organ penting dalam
mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai penyakit dan
kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi, misalnya penyempitan arteri yang menuju kesalah satu ginjal
(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi, peradangan dan
cidera pada salah satu atau keua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom
yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama
respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)
meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung dan juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola
didaerah tertentu (misalnya otot rangka yang memerlukan pasokan
darah yang lebih banyak) mengurangi pembuangan air dan garam oleh
ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh,
melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin
(noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor
stres merupakan satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan
14
darah dengan proses pelepasan hormon epinefrin dan norepinefrin
(Endang, 2014)
15
Pathway
Umur, gaya hidup, obesitas
Hipertensi
Otak Ginjal Retina Pembuluh darah
Retensi Suplai O2 Vasokontriksi Spasmus Sistemik
pembuluh otak pembuluh darah arteriole
darah otak ginjal VasokontriksI
Tekanan Kesadaran Blood Flow Diplopia Afterload
Pembuluh
Darah otak Resiko injuri Respon KAA Resiko Injuri COP
Meningkat
Nyeri Kepala Vasokontriksi Intoleransi
Aktivitas
Rangsang
aldosteron Koroner jantung
Retensi Natrium
Infark miokard
Oedema
Gangguan Keseimbangan cairan Nyeri Dada
Gambar 2.1
(Sumber Dewi & Familia, 2010)
kecemasan
16
f. Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya
penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan
dan penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi
semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar
10-20 tahun. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang
mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan
retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung
merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain
kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering perjadi perdarahan
yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat
mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah
proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Anggreini
AD et al, 2009)
g. Faktor yang Memicu Terjadinya Hipertensi
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang akan menyebabkan
17
terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya
lebih tinggi dibandingkan wanita. Namun, hal ini akan terjadi
sebaliknya setelah berumur 55 tahun ketika sebagian wanita
mengalami menopause hipertensi lebih banyak dijumpai pada
wanita.
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan
berlebihan, stres dan pengaruh lain seperti merokok dan minum
alkohol (Gunawan, 2007).
h. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Terapi Nonfarmakologi
a) Menurunkan berat badan bila ada obesitas
b) Meningkatkan aktivitas fisik dengan latihan aerobik yang
teratur
c) Berhenti merokok dan mengurangi asupan asam lemak jenuh
dan kolesterol, juga asupan alkohol
d) Relaksasi dan mengurangi stres psikososial
e) Diet vegetarian dan minyak ikan (Boestan dkk, 2010)
2) Terapi farmakologis
Pada umumnya pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
anti hipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang
diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda
18
dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal
mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi
20/10 mmhg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai
terapi dengan dua obat (Irza, 2009)
Macam obat hipertensi antara lain :
a) Diuretik
b) Hydrochlorthiazid
c) Furosemide
d) Spinolacton
e) Beta blocker
f) Kalsium antagonis
g) ACE Inhibit or/ARB
h) Alfa blocker
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
(1). Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur
(2). Faktor perangsang nyeri yang spontan
(3). Kualitas nyeri : rasa nyeri digambarkan dengan rasa sesak
yang berat/mencekik
19
(4). Lokasi nyeri: dibawah atau sekitar leher, dengan dagu
belakang, bahu atau lengan.
(5). Beratnya nyeri: dapat dikurangi dengan istirahat atau
pemberian nitrat
(6). Waktu nyeri: berlangsung beberapa jam/hari, selama
serangan pasien memegang dada atau menggosok lengan
kiri
(7). Diaforeasi, muntah, mual, kadang-kadang demam, dispnea
(8). Syndrom syok dalam berbagai tindakan
a) Riwayat kesehatan dahulu
(1). Penyakit pembuluh darah arteri
(2). Riwayat merokok
(3). Kebiasaan olahraga yang tidak teratur
(4). Riwayat DM, hipertensi, gagal jantung kongestif
(5). Riwayat penyakit pernafasan kronis
b) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga penyakit hipertensi, jantung/infark
miokard, DM,stroke, penyakit vaskuler perifer.
b. Pengkajian fokus
a) Aktivitas
Gejala:
(1). Kelemahan
(2). Kelelahan
20
(3). Tidak dapat tidur
(4). Pola hidup menetap
(5). Jadwal olahraga tidak teratur
Tanda:
(1). Takikardi
(2). Dispnea pada istirahat atau aktifitas
b) Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi sebelumnya
Tanda:
(1). Tekanan darah
Dapat normal/naik/turun. Perubahan postural dicatat
dari tidur sampai duduk atau berdiri
(2). Nadi
Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak
teratur (disritmia)
(3). Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra: S4 atau S5 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan
kontraktilitas atau komplain ventrikel
(4). Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot
jantung
21
Friksi : dicurigai perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
(5). Edema
Distensi vena juguler, edema dependent, perifer, edema
umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau
ventrikel
(6). Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukosa
atau bibir
c. Integritas ego
Gejala: menyangkal gejala penting atau saudaranya kondisi
takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit
atau perawatan, khawatir tentang keuangan, kerja, keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri,
koma nyeri
d. Eliminasi
Tanda: normal, bunyi usus menurun
e. Makanan atau cairan
Gejala: mual, anoreksia, bersendawa,nyeri ulu hati atau
terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan
22
f. Hygiene
Gejala atau tanda: kesulitan melakukan tugas perawatan
g. Neurosensori
Gejala: pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk
atau istirahat)
Tanda: perubahan mental, kelemahan
h. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala:
a) Nyeri kepala yang timbulnya mendadak(dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas).
b) Lokasi: kepala
c) Kualitas: cenut- cenut
d) Intensitas: biasanya 10(pada skala 1-10), mungkin
pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami
i. Pernafasan
Pada saat hipertensi pernapasan normal
j. Interaksi sosial
Gejala:
a) Stress
b) Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal:
penyakit, perawatan di RS
Tanda:
a) Kesulitan istirahat dengan tenang
23
b) Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut)
c) Menarik diri
b. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasokontriksi pembuluh darah
2) Nyeri berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah
3) Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap intregitas
biologis
c. Intervensi
1) Nyeri berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil :
a) Nyeri kepala berkurang misalnya dari skala 3 ke 2
b) Ekspresi wajah rileks / tenang, tidak tegang
c) Tidak gelisah
d) Nadi 60-100 x/menit
e) TD 120/80 mmHg
Intervensi
a) Kaji tanda-tanda vital (Nadi & tekanan darah) tiap dua jam
b) Kaji skala nyeri dengan PQRST
c) Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada
serangan dan istirahat
24
d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
2) Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokarad, hipertrofi
ventricular
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapakan afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokontriksi,
tidak terjadi iskemia miokard.
Hasil yang diharapkan :
a) Berpartispasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
b) Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
c) Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi keperawatan :
a) Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan
teknik yang tepat
b) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan
d) Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
3) Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap intregitas
biologis
Tujuan :
25
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan cemas hilang / berkurang dengan kriteria hasil :
a) Klien tampak rileks
b) Klien dapat beristirahat
c) TTV dalam batas normal
Intervensi :
a) Kaji TTV klien
b) Ajarkan teknik relaksasi
c) Ciptakan lingkungan yang nyaman
d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
3. Kecemasan
a. Pengertian
Kecemasan adalah pengalaman manusia yang bersifat
universal, suatu respon emosional yang tidak menyenangkan,
penuh kekhawatiran, suatu rasa takut yang tidak terekpresikan dan
tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran sesuatu
yang akan datang tidak jelas dan tidak teridentifikasi. (Taylor,
1995; dalam Solehati dan Kosasih, 2015). Menurut Sarafino (1994)
dalam Solehati dan Kosasih, (2015), kecemasan adalah suatu
ketakutan terhadap ketidakberdayan dirinya dan respon terhadap
kehidupan yang hampa dan tidak berarti.
26
Menurut Stuart dan Sundeen (1998); dalam Solehati dan
Kosasih, (2015), kecemasan dapat digolongkan dalam beberapa
tingkat, yaitu sebagai berikut:
1) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan
kehidupan sehari-hari. Ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
akan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Individu terdorong untuk
belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2) Kecemasan sedang
Kecemasan pada tingkat ini lahan persepsi terhadap
lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal-hal
yang dianggapnya penting saat itu dan mengesampingkan hal-
hal lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3) Kecemasan berat
Kecemasan ini sangat mengurangi lahan persepsi sesorang.
Sesorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.
Individu tak mampu berpikir lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan atau tuntunan.
27
4) Panik
Tingkat panik ditandai dengan lahan persepsi yang sudah
terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan
diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah
diberikan pengarahan atau tuntunan, serta terjadinya peingkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional.
b. Cara mengukurkecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan
seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali digunakan
alat ukur yang dikenal dengan nama Hamilton Ratting Scale For
Axiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri atas 14 item, tiap-tiap item
dinilai dengan skala 0-4 (0= tidak cemas, 1= cemas ringan, 2=
cemas sedang, 3= cemas berat, 4= cemas sangat berat) dengan niali
total 0-56. Skala ini dapat dipersepsikan sebagai berikut : niali ≤17
kecemasan ringan, niali 18-30 kecemasan sedang, ≥30 kecemasan
berat (Hamilton, 1959; dalam Solehati dan Kosasih, 2015).
4. Terapi Tertawa
a. Pengertian
Terapi tertawa merupakan metode terapidengan
menggunakan humor dan tawa dalamrangka membantu individu
menyelesaikanmasalah mereka, baik dalam bentuk
28
gangguanmaupun gangguan mental. Penggunaan tawa dalam terapi
akan menghasilkan perasan lega pada alam kecemasan dan rasa
sakit dengan skor kecemasan 27 ( kecemasan sedang ). (Andol,
2009).
b. Tujuan terapi tertawa
Terapi tertawa bertujuan untuk mencapai kegembiraan di
dalam hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara
tawa, atau senyuman yang menghiasi wajah, perasaan hati yang
lepas dan bergembira, dada yang lapang, peredaran darah yang
lancar sehingga dapat mencegah penyakit dan memelihara
kesehatan (Andol,2009). Tertawa 1 menit ternyata sebanding
dengan bersepeda selama 15 menit. Hal ini membuat tekanan darah
menurun terjadi peningkatan oksigen pada darah yang akan
mempercepat penyembuhan tertawa juga melatih otot dada,
pernafasan, wajah, kaki, dan punggung. Selain fisik, tertawa juga
berpegaruh terhadap kesehatan mental. Tertawa terbukti
memperbaiki suasan hati dalam konteks sosial (Mangoenprasodjo
& Hidayat, 2005:32). Tertawa akan merelakskan otot-otot yang
tegang. Tertawa juga melebarkan pembuluh darah sehingga
memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh. Jadi, tertawa
merupakan meditasi dinamis atau teknik relaksasi yang dinamis
dalam waktu singkat yang mampu mengurangi stres dan kecemasan
seseorang (Kataria, 2004:70).
29
B. Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Teori
(Sumber M. Faisal, 2010)
Etiologi:
- Konsumsi
garam
berlebih
- Stres
- penyakit
ginjal
- penyakit
endokrin
- koartasio
aorta
- faktor
kehamilan
- penyakit
saraf
- obat-obat.
Hipertensi Kecemasan
Non farmakologi Farmakologi
Terapi Tertawa
Menurunkan
tingkat
kecemasan
Hormon beta endofrin Endomorfin
Lancarnya peredaran darah
Fungsi organ normal
Relax
Cemas berkurang
30
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset
Subyek aplikasi riset adalah Pasien Hipertensi di Panti Sosial
Tresna Wreda Wonogiri yang mengalami kecemasan.
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat aplikasi riset
Aplikasi riset ini dilakukan di Panti Sosial TresnaWreda Wonogiri.
2. Waktu aplikasi riset
Waktu aplikasi riset selama 2 minggu, mulai tanggal 4-16 Januari
2016, dimana pemberian teknik terapi tertawa terhadap penurunan
tingkat kecemasan diberikan satu hari dua kali, selama 20-30menit.
C. Media dan Alat Yang Digunakan
1) Kuesioner berpedoman pada Hamilton Anxiety Ratting Scale untuk
melihat tingkat kecemasan pasien
D. Prosedur Tindakan
1. Mengukur kecemasan sebelum terapi tertawa
2. Prosedur yang diberikan terapi tertawa adalah sebagai berikut :
a. Bertepuk tangan selama 1-2... 1 – 2-3 sambil mendaras Ho-Ho...
Ha – Ha-Ha.
31
b. Pernapasan dalam dengan tarik nafas melalui hidung dan
dihembuskan pelan-pelan.(bersamaan kata-kata penyembuhan,
memanfaatkan, melupakan, hidup dan tetap hidup)selama 5 kali.
c. Latihan bahu, leher, dan pereganggan(masing-masing 5 kali).
d. Tawa bersemagat-tertawa dengan mengangkat kedua belah lengan
diudara dan kepala agak mendongak kebelakang. Rasakan seolah
tawa langsung keluar dari hati anda.
e. Tawa sapaan- mengatukan kedua telapak tangan dan menyapa ala
india atau berjabat tangan ala barat dengan sedikitnya 4-5 orang
anggota kelompok.
f. Tawa penghargaan- bentuk sebuah lingkaran kecil dengan telunjuk
dan ibu jari anda sambil memutar membuat gerakan anda sedang
memberikan penghargaan atau memuji anggota kelompok anda
sambil tertawa.
g. Tawa 1 meter: gerakan 1 tangan disepanjang bentangan lengan
anda yang lain ( seperti merentangkan busur untuk melepaskan
anak panah ). tangan digerakan dalam 3 gerakan cepat sambil
mendasarkan Ae... Ae... Aeeee... dan kemudian para peserta
tertawa sambil merentangkan kedua lengan dengan dikit
mendorongkan kepala serta tertawa Bimbing pdari perut ( ulangi 4
kali).
32
h. Tawa hening tanpa suara: bukalah mulut anda lebar-lebar dan
tertawalah tanpa mengeluarkan suara sambil saling menatap
gerakan-gerakan lucu.
i. Tawa bersenandung dengan mulut tertutup- tertawa dengan mulut
tertutup dan mengeluarkan suara senandung hmmmmmmmm.. saat
bersenandung teruslah bergerak dalam kelompok dan berjabat
tangan dengan orang berbeda.
j. Tawa menganyun - berdirilah dalam lingkaran dan bergerak sambil
mendaras Aee... Ooo... Eee... Uuu...
k. Tawa singa – julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar
dan tangan teracung seperti cakar singa dan tertawa dari perut
l. Tertawa ponsel – berpura –puralah memegang sebuah hp dan coba
untuk tertawa, sambil membuat berbagai gerakan kepala dan
tangan serta berkeliling dan berjabat tangan dengan orang yang
berbeda.
m. Tawa bantahan – tertawa sambil menudingkan jari keberapa
anggota kelompok seolah sedang berbantahan.
n. Tawa bertahap – tawa bertahap dimulai dengan bersenyum,
perlahan tambah tawa kecil dan intensitas tawa semakin
ditingkatkan. Lalu para anggota secara bertahap memalukan tawa
bersemangat kemudian berlahan- lahan melirihkan tawa dan
berhenti.
33
o. Tawa dari hati-kehati tawa keakraban – mendekat dan berpegangan
tanganlah serta tertawa. Peserta bisa saling berjabat tangan atau
memeluk, apapunyang terasa nyaman.
Tehnik penutupan :
1) Meneriakan 3 slogan
a) “ Aku orang paling berbahagia didunua ini”Y...A,
b) “ Aku orang paling sehat didunia ini”Y...A,
c) “ Aku anggota kelub tawa”Y...A,
2) Yang terpenting
diakhir sesi semua anggota berdiri dengan mata terpejam
selama 1 menit dengan lengan terpentang kearah atas,
mengharapkan perdamaian dunia.
3. Mengukur kecemasan setelah terapi tertawa
E. Alat Ukur
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner, berpedoman pada
Hamilton Anxiety Ratting Scale untuk melihat tingkat kecemasan pasien.
Adapun hal-hal yang dinilai pada alat ukur HRS-A ini adalah sebagai
berikut (Hamilton, 1959; dalam Solehati dan Kosasih, 2015) :
34
Tabel alat ukur HRS-A(Hamilton Anxiety Ratting Scale).
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
a. Cemas
b. Firasat Buruk
c. Takut Akan Pikiran Sendiri
d. Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
a. Merasa Tegang
b. Lesu
c. Tak Bisa Istirahat Tenang
d. Mudah Terkejut
e. Mudah Menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
3 Ketakutan
a. Pada Gelap
b. Pada Orang Asing
c. Ditinggal Sendiri
d. Pada Binatang Besar
e. Pada Keramaian Lalu Lintas
f. Pada Kerumunan Orang
Banyak
4 Gangguan Tidur
a. Sukar Masuk Tidur
b. Terbangun Malam Hari
c. Tidak Nyenyak
d. Bangun dengan Lesu
e. Banyak Mimpi-Mimpi
f. Mimpi Buruk
g. Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
a. Sukar Konsentrasi
b. Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
a. Hilangnya Minat
b. Berkurangnya Kesenangan
Pada Hobi
c. Sedih
d. Bangun Dini Hari
e. Perasaan Berubah-Ubah
Sepanjang Hari
35
7 Gejala Somatik (Otot)
a. Sakitdan Nyeri di Otot-Otot
b. Kaku
c. Kedutan Otot
d. Gigi Gemerutuk
e. Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
a. Tinitus
b. Penglihatan Kabur
c. Muka Merah atau Pucat
d. Merasa Lemah
e. Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
a. Takhikardi
b. Berdebar
c. Nyeri di Dada
d. Denyut Nadi Mengeras
e. Perasaan Lesu/Lemas Seperti
Mau Pingsan
f. Detak Jantung Menghilang
(Berhenti Sekejap)
10 Gejala Respiratori
a. Rasa Tertekan atau Sempit Di
Dada
b. Perasaan Tercekik
c. Sering Menarik Napas
d. Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
a. Sulit Menelan
b. Perut Melilit
c. Gangguan Pencernaan
d. Nyeri Sebelum dan Sesudah
Makan
e. Perasaan Terbakar di Perut
f. Rasa Penuh atau Kembung
g. Mual
h. Muntah
i. Buang Air Besar Lembek
j. Kehilangan Berat Badan
k. Sukar Buang Air Besar
(Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
a. Sering Buang Air Kecil
b. Tidak Dapat Menahan Air Seni
c. Amenorrhoe
d. Menorrhagia
36
Skor : 0 = tidak ada
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali
Total Skor : ≤14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
e. Menjadi Dingin (Frigid)
f. Ejakulasi Praecocks
g. Ereksi Hilang
h. Impotensi
13 Gejala Otonom
a. Mulut Kering
b. Muka Merah
c. Mudah Berkeringat
d. Pusing, Sakit Kepala
e. Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku PadaWawancara
a. Gelisah
b. Tidak Tenang
c. Jari Gemetar
d. Kerut Kening
e. Muka Tegang
f. Tonus Otot Meningkat
g. Napas Pendek dan Cepat
h. Muka Merah
37
BAB IV
LAPORAN KASUS
Pada bab ini berisi tentang asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.
K Hipertensi di Panti Sasana Tresna Wreda Dharma Wonogiri pada tanggal 4
Januarai 2016 adapun laporan kasus yang akan dikemukakan ini pada bab ini
meliputi pengkajian keperawatan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
A. Identitas Klien
Pengkajian pada tanggal 4 Januari 2016 pada jam 10.30 yang
dilakukan dengan metode Alloanamnesa dan Autoanamnesa, didapatkan hasil
pasien dengan nama Ny. K, umur 75 tahun, agama islam, pendidikan SMA,
pekerjaan rumah tangga, alamat Selogiri, diagnosa medis hipertensi, dokter
Sri Lestari, klien masuk tanggal 12 Febuari 2012. dan identitas penanggung
jawab nama Tn. N, umur 45 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan sopir, alamat
Selogiri, hubugan dengan klien anak.
B. Pengkajian
Riwayat kesehatan keluhan utama pasien mengatakan tampak
gelisah, riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan nyeri kepala setelah
tinggal di Panti Sasana Tresna Wreda Dharma Wonogiri, pasien mengeluh
susah tidur dan pengen ketemu anaknya, pasien merasa cemas kalau ingat
38
pada anaknya dengan skor kecemasan 27 ( kecemasan sedang ), pasien hanya
tidur istirahat seperti tidur siang dan pasien tidak mengonsumsi obat apapun,
tekanan darah 150/90 mmHg, N :76x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36,5 °C,
riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
saat anak-anak, kecelakaan, operasi, dan belum pernah dirawat dirumah sakit
pasien tidak mempunyai alergi terhadap makanan apapun kebiasaan pasien
dirumah sehari hari biasanya pekerja misalnya bersih bersih rumah, mencuci
pakaian, mencuci piring masak dan lain lain.
Genogram
Keterangan =Laki - laki
=Perempuan
=Laki – laki meninggal
=Perempuan meninggal
=Pasien
Riwayat kesehatan lingkungan pasien mengatakan lingkungan
disekitarnya bersih, aman, nyaman, dan baunya segar. Pola kesehatan
fungsional, pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan
kesehatan itu penting dan harus dijaga ketika pasien sakit pasien langsung
N
39
berkonsultasi dengan dokter di panti tersebut dan rutin minum obat serta
makan secara teratur.
Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit pasien mengatakan
makan 3x sehari nasi sayur lauk seperti tempe, tahu, maupun ayam, makan 1
porsi habis dan tidak ada keluhan minum air teh sehari 3 – 4 cangkir. Selama
sakit pasien mengatakan makan 3x sehari, nasi sayur lauk tempe, tahu, ayam,
makan setengah porsi habis mudah kenyang.
Pola eliminasi BAK sebelum sakit pasien mengatakan BAK 4x
sehari jumlah 1200cc warna kuning tidak ada keluhan, BAB pasien
mengatakan 2x/hari jumlah ( tidak ada ) warna kuning dan tidak ada keluhan,
selama sakit BAK pasien mengatakan BAK 4x/hari jumlah urine kurang lebih
1200 warna kuning jernih dan tidak ada keluhan, BAB pasien mengatakan
BAB 1x/hari konsisten lembek dan berbau khas.
Pola aktivitas latihan, kemampuan perawatan diri sebelum sakit
dan selama sakit makan minum mandiri, toileting mandiri, berpakaian
mandiri, mobilitas ditempat tidur mandiri, berpindah mandiri, ambulasi/ rom
mandiri.
Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan biasanya tidur
siang 2 jam dan tidur malam 7 jam tidur dengan nyenyak dan perasaan setelah
bangun segar, selama sakit pasien mengatakan biasanya tidur siang 30 menit
tidur malam 4 jam, tidur dengan sering terbangun tidak nyenyak dan perasaan
setelah bangun pusing.
40
Pola kongnitif perseptual, sebelum sakit pasien mengatakn sebelum
sakit tidak merasakan rasa sakit pada anggota tubuhnya, setelah sakit pasien
mengatakan kepalanya pusing (cengeng) dibagiam kepala belakang.P: pasien
mengatakan pusing saat beraktivitas, Q: pusingnya cengeng, R: leher sampai
kepala, S: 5, T: hilang timbul. Pasien mengatakan cemas (was-was), merasa
tidak nyaman ingin bertemu dengan anaknya tetapi tidak bisa.
Pola persepsi konsep diri, sebelum sakit gambaran diri pasien
mengatakam mensyukuri seluruh anggota tubuhnya, ideal diri pasien
mengatakna ingin menjadi ibu yang baik pada anaknya, harga diri pasien
mengatakan bisa menerima keadaannya dan tetap mensyukuri, peran diri
pasien mengatakan melakukan kegiatan sehari – hari sebagai ibu rumah
tangga, identitas diri pasien mengatakan sebagai seorang perempuan. Setelah
sakit gambaran diri, pasien mengatakan mensyukuri seluruh anggota
tubuhnya, ideal diri pasien mengatakan belum bisa menjadi ibu yang baik
pada anaknya, haraga diri pasien mengatakan bisa menerima keadaanya dan
tetap mensyukuri, peran diri pasien mengatakan kegiatan sehari – hari sebagai
pasien di panti jompo, identitas diri pasien mengatakan sebagai seorang
perempuan.
Pola hubungan peran, sebelum sakit pasien mengatakan memiliki
hubungan yang baik dengan keluarga dan orang lain, setelah sakit pasien
mengatakan sudah tidak dijenguk oleh keluarganya dan tidak memiliki
hubungan baik dengan anaknya.
41
Pola seksualitas reproduksi, sebelum sakit pasien mengatakan
sudah makan dan memiliki 1 anak, setelah sakit pasien mengatakan sudah
menikah dan memiliki 1 anak.
Pola mekanisme koping, sebelum sakit pasien mengatakan jika ada
masalah selalu berdiskusi dengan keluarga, setelah sakit pasien mengatakan
jika ada masalah selalu berdiskusi dengan pengurus rajin sholat dan berdoa,
setelah sakit pasien mengatakan masih rajin sholat dan berdoa.
Pemeriksaan fisik, keadaan/ penampilan umum kesadaran
composmantis, tekanan darah 150/90mmHg, N: 76x/menit, RR: 20x/menit, S:
36,5°C. Kepala, bentuk kepala bulat, kulit kepala putih bersih, rambut
berwarna putih, muka oval, mata palpebra tidak ada udem, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, reflek terhadap cahaya ( + ) bila ada
cahaya, pengunaan alat bantu penglihatan tidak menggunakan alat bantu,
hidung bentuk simetris tidak ada secret, mulut mukosa bibir lembab tidak ada
perubahan tonsil, gigi bersih , telingga bersih tidak ada serumen, leher tidak
ada pembesaran limpe dan pembesaran tiroid. Dada, paru – paru inspeksi
simetris, palpasi vokal fremitus ka/ki sama ekspansi paru ka/ki sama, perkusi
sonore, auskultasi tidak ada suara tambahan. Jantung, inspeksi ictus cordis
tidak terlihat, palpasi ictus cordis teraba di intercosta 5 midclavikula sinistra,
perkusi pekak, auskultasi tidak ada suara tambahan reguler. Abdomen,
inspeksi tidak ada jejas, auskultasi bising usus 20x/menit, perkusi kuadran 1
redup kuadran 2,3,4 timpani, palpasi tidak ada nyeri tekan. Genetalia bersih
tidak terpasang kateter. Rektum bersih tidak ada luka tidak ada hemoroid.
42
Ekstremitas, atas kekuatan otot ka/ki bisa digerakkan normal, rom ka/ki bisa
bergerak dengan normal tidak ada udem, capilary refile krang dari 2 detik,
perubahan bentuk tulang tidak ada perubahan, perubahan akral hangat,
ekstremitas bawah kekuatan otot ka/ki bisa digerakkan tanpa alat bantu, rom
ka/ki normal.
C. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian penulis melakukan analisa data
dengan data subyektif dan objektif. Didapatkan data subyektif pasien
mengatakan pusing, P pusing saat beraktivitas, Q pusingnya seperti di tekan (
pegel ), R leher ( tengkuk ) kepala, S nyeri 5, T hilang timbul, data objektif
pasien tampak lesu vital sign tekanan darah 150/90mmhg, S: 36,5°C, RR:
20x/menit, N: 76x/menit. Maka masalah keperwatan yang didapatkan adalah
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
Data subyektif yang kedua pasien mengatakan ingin bertemu
dengan anaknya sejak beberapa tahun masuk panti tidak ketemu anaknya,
data objektif pasien tampak gelisah pasien tampak melamun ketika diajak
berkomunikasi. Maka masalah keperawatan yang didapatkan adalah ansietas
berhubugan dengan perubahan dalam pola interaksi.
Data subyektif yang ketiga pasien mengatakan kalau pusing tidak
bisa tidur, data obyektif pasien tampak lemah tidur hanya 4 jam sering
terbangun perasaan setelah bangun pusing. Maka masalah keperawatan yang
43
didapatkan adalah gangguan pola tidur yang berhubungan dengan restrain
fisik.
D. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis(00132)
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam pola interaksi(00146)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain fisik(00198)
E. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis, tujuan dari tindakan yang akan dilakukan adalah setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan nyeri akut bisa
teratasi dengan kriteria hasil pasien mampu mengontrol nyeri, pasien
mengatakan nyeri hilang atau berkurang, skala nyeri menjadi 3, vital sign
dalan rentang normal TD: 120/80 mmHg – 140/90 mmHg, S: 36,5º C - 37º C,
HR: 60 – 80 kali per menit, RR: 16 – 24 kali per menit, dan pasien
mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi yang dilakukan yang dilakukan untuk diagnosa yang
pertama adalah pain management (1400): kaji vital sign dan status nyeri
(Provoking, Quality, Ragion, Skala, Time) untuk mengetahui skala intensitas
nyeri dan vital sign, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi/mengalihkan rasa nyeri dengan nafas dalam, edukasikan pada
pasien tentang tindakan apa yang dapat diambil saat nyeri terasa (anjurkan
untuk menghentikan aktivitas) untuk memberikan pengetahuan kepada pasien
44
untuk menangani nyeri saat datang, kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik untuk mengurangi/menghilangkan nyeri klien.
Diagnosa yang kedua ansietas berhubungan dengan perubahan
dalam pola interaksi, tujuan dari tindakan yang akan dilakukan adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keceman
teratasi dengan kreteria hasil mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
gejala cemas,tanda-tanda vital dalam rentan normal, pasien mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas, pasien mampu
menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas, ekspresi wajah dan tingkat
aktifitas menunjukkan berkurangnya kecemasan, skor kecemasan < 10 (tidak
ada kecemasan).
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada
Ny.K yaitu kaji vital sign (tekanan darah, nadi, pernafasan,suhu) dengan
rasional untuk mengetahui perubahan vital sign, kaji tingkat kecemasan
dengan rasional untuk mengetahui perubahan skor kecemasan pasien, ajarkan
teknik relaksasi otot progresif dengan rasional untuk mengurangi kecemasan
dan kekakuan otot, bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan dengan rasional agar pasien mengetahui apa yang menimbulkan
kecemasan, anjurkan keluarga untuk menemani pasien dengan rasional agar
pasien tidak ketakutan dan cemas, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat dengan rasional untuk memberikan terapi obat yang tepat dan
menurunkan angka kecemasan pada pasien.(00146)
45
Diagnosa yang ketiga yaitu gangguan pola tidur berhubungan
dengan gangguan (pemantauan sesak nafas), tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan gangguan pola tidur teratasi dengan kriteria hasil pasien
mengatakan waktu tidur cukup, waktu tidur malam kembali normal 6 jam,
saat tidur tidak mudah terbangun, tidak tampak lesu dan menguap, ttv dalam
rentang normal TD: 120/80 mmHg – 140/90 mmHg, S: 36º C - 37º C, HR: 60
– 80 kali per menit, RR: 16 – 24 kali per menit
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa yang ketiga adalah sleep
enhancement (1850): kaji pola tidur klien untuk menciptakan pola tidur yang
adekuat, bantu klien mengurangi nyeri sebelum tidur sebelum tidur untuk
memberikan rasa nyaman, posisikan klien dengan nyaman untuk memberikan
rasa nyaman saat tidur, jaga lingkungan tenang untuk menciptakan suasana
yang tenang.
F. Implementasi
Tindakan dilakukan pada hari Selasa, 05 Januari 2016 jam 07.00
WIB mengobservasi tanda – tanda vital pasien didapatkan data subyektif
pasien mengatakan bersedia untuk di cek tanda tanda vital dan data obyektif
didapatka hasil TTV TD:150/90mmHg, N:76x/menit, RR: 20x/menit, S:
36,5°C. Jam 07.15 mengkaji nyeri pasien didapatkan data subyektif pasien
mengatakan pusing P: pusing saat beraktifitas, Q: pusingnya cengeng, R:
leher sampai kepala, S: 5, T: hilang timbul dan didapatkan data obyektif
46
pasien tampak lesu, mata kurang bercahaya, mukusa bibir lembab Capilary
Refil kurang dari 2 detik.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari pertama
pengelolaan Selasa, 05 januari 2016 untuk diagnosa kedua gangguan pola
tidur berhubungan dengan restrain fisik yaitu pada Jam 07.30 menkaji pola
tidur didapatkan data subyektif pasien mengatakan sulit tidur malamkarena
nyeri dan gelisah tidur hanya 4 jam dan didapatkan data obyektif pasien
tampak lesu kurang segar mata cekung. Jam 08.00 mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam didapatkan data subyektif pasien mengatakan bersedia
akan diajarkan teknik relaksasi dan didapatkan data obyektif pasien mengikuti
apa yang diajari perawat.
Tindakan keperawatan dilakukan pada hari pertama pengelolaan
Selasa, 05 januari 2016 Jam 09.00 untuk diagnosa Ansietas berhubungan
dengan perubahan dalam pola interaksiyang ketiga mengukur kecemasan
klien didapatkan data subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan
data obyektif dengan kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale)
dengan hasil skor 27 (cemas sedang). Jam 10.00 melakukan terapi tertawa (
prosedur teknik terapi tertawa a).Bertepuk tangan selama 1-2... 1 – 2-3 sambil
mendaras Ho-Ho... Ha – Ha-Ha. b) Pernapasan dalam dengan tarik nafas
melalui hidung dan dihembuskan pelan-pelan.(bersamaan kata-kata
penyembuhan, memanfaatkan, melupakan, hidup dan tetap hidup)selama 5
kali. c). Latihan bahu, leher, dan pereganggan(masing-masing 5 kali). d).
Tawa bersemagat-tertawa dengan mengangkat kedua belah lengan diudara
47
dan kepala agak mendongak kebelakang. Rasakan seolah tawa langsung
keluar dari hati anda. e). Tawa sapaan- mengatukan kedua telapak tangan dan
menyapa ala india atau berjabat tangan ala barat dengan sedikitnya 4-5 orang
anggota kelompok. f). Tawa penghargaan- bentuk sebuah lingkaran kecil
dengan telunjuk dan ibu jari anda sambil memutar membuat gerakan anda
sedang memberikan penghargaan atau memuji anggota kelompok anda sambil
tertawa. g).
Tawa 1 meter: gerakan 1 tangan disepanjang bentangan lengan
anda yang lain ( seperti merentangkan busur untuk melepaskan anak panah ).
tangan digerakan dalam 3 gerakan cepat sambil mendasarkan Ae... Ae...
Aeeee... dan kemudian para peserta tertawa sambil merentangkan kedua
lengan dengan dikit mendorongkan kepala serta tertawa Bimbing dari perut (
ulangi 4 kali). h). Tawa hening tanpa suara: bukalah mulut anda lebar-lebar
dan tertawalah tanpa mengeluarkan suara sambil saling menatap gerakan-
gerakan lucu. i). Tawa bersenandung dengan mulut tertutup- tertawa dengan
mulut tertutup dan mengeluarkan suara senandung hmmmmmmmm.. saat
bersenandung teruslah bergerak dalam kelompok dan berjabat tangan dengan
orang berbeda. j). Tawa menganyun - berdirilah dalam lingkaran dan bergerak
sambil mendaras Aee... Ooo... Eee... Uuu... k). Tawa singa – julurkan lidah
sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan tangan teracung seperti cakar
singa dan tertawa dari perut. l). Tertawa ponsel – berpura –puralah memegang
sebuah hp dan coba untuk tertawa, sambil membuat berbagai gerakan kepala
dan tangan serta berkeliling dan berjabat tangan dengan orang yang berbeda.
48
m). Tawa bantahan – tertawa sambil menudingkan jari keberapa anggota
kelompok seolah sedang berbantahan. n). Tawa bertahap – tawa bertahap
dimulai dengan bersenyum, perlahan tambah tawa kecil dan intensitas tawa
semakin ditingkatkan. Lalu para anggota secara bertahap memalukan tawa
bersemangat kemudian berlahan- lahan melirihkan tawa dan berhenti. o).
Tawa dari hati-kehati tawa keakraban – mendekat dan berpegangan tanganlah
serta tertawa. Peserta bisa saling berjabat tangan atau memeluk, apapunyang
terasa nyaman.Tehnik penutupan :Meneriakan 3 slogan :( Aku orang paling
berbahagia didunua ini”Y...A). ( Aku orang paling sehat didunia ini”Y...A).
(Aku anggota kelub tawa”Y...A).
Yang terpenting diakhir sesi semua anggota berdiri dengan mata
terpejam selama 1 menit dengan lengan terpentang kearah atas,
mengharapkan perdamaian duni). mengukur kecemasan klien didapatkan data
subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data obyektif dengan
kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil skor 23
(cemas sedang). . Jam 16.00 mengukur kecemasan klien didapatkan data
subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data obyektif dengan
kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil skor 21
(cemas sedang). Jam 16.15 melakukan terapi tertawa ( prosedur teknik terapi
tertawa a).Bertepuk tangan selama 1-2... 1 – 2-3 sambil mendaras Ho-Ho...
Ha – Ha-Ha. b) Pernapasan dalam dengan tarik nafas melalui hidung dan
dihembuskan pelan-pelan.(bersamaan kata-kata penyembuhan,
memanfaatkan, melupakan, hidup dan tetap hidup)selama 5 kali. c). Latihan
49
bahu, leher, dan pereganggan(masing-masing 5 kali). d). Tawa bersemagat-
tertawa dengan mengangkat kedua belah lengan diudara dan kepala agak
mendongak kebelakang. Rasakan seolah tawa langsung keluar dari hati anda.
e). Tawa sapaan- mengatukan kedua telapak tangan dan menyapa ala india
atau berjabat tangan ala barat dengan sedikitnya 4-5 orang anggota kelompok.
f). Tawa penghargaan- bentuk sebuah lingkaran kecil dengan telunjuk dan ibu
jari anda sambil memutar membuat gerakan anda sedang memberikan
penghargaan atau memuji anggota kelompok anda sambil tertawa. g).
Tawa 1 meter: gerakan 1 tangan disepanjang bentangan lengan
anda yang lain ( seperti merentangkan busur untuk melepaskan anak panah ).
tangan digerakan dalam 3 gerakan cepat sambil mendasarkan Ae... Ae...
Aeeee... dan kemudian para peserta tertawa sambil merentangkan kedua
lengan dengan dikit mendorongkan kepala serta tertawa Bimbing pdari perut (
ulangi 4 kali). h). Tawa hening tanpa suara: bukalah mulut anda lebar-lebar
dan tertawalah tanpa mengeluarkan suara sambil saling menatap gerakan-
gerakan lucu. i). Tawa bersenandung dengan mulut tertutup- tertawa dengan
mulut tertutup dan mengeluarkan suara senandung hmmmmmmmm.. saat
bersenandung teruslah bergerak dalam kelompok dan berjabat tangan dengan
orang berbeda. j). Tawa menganyun - berdirilah dalam lingkaran dan bergerak
sambil mendaras Aee... Ooo... Eee... Uuu... k). Tawa singa – julurkan lidah
sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan tangan teracung seperti cakar
singa dan tertawa dari perut. l). Tertawa ponsel – berpura –puralah memegang
sebuah hp dan coba untuk tertawa, sambil membuat berbagai gerakan kepala
50
dan tangan serta berkeliling dan berjabat tangan dengan orang yang berbeda.
m). Tawa bantahan – tertawa sambil menudingkan jari keberapa anggota
kelompok seolah sedang berbantahan. n). Tawa bertahap – tawa bertahap
dimulai dengan bersenyum, perlahan tambah tawa kecil dan intensitas tawa
semakin ditingkatkan. Lalu para anggota secara bertahap memalukan tawa
bersemangat kemudian berlahan- lahan melirihkan tawa dan berhenti. o).
Tawa dari hati-kehati tawa keakraban – mendekat dan berpegangan tanganlah
serta tertawa. Peserta bisa saling berjabat tangan atau memeluk, apapunyang
terasa nyaman. Tehnik penutupan :Meneriakan 3 slogan :( Aku orang paling
berbahagia didunua ini”Y...A). ( Aku orang paling sehat didunia ini”Y...A).
(Aku anggota kelub tawa”Y...A). Yang terpenting diakhir sesi semua anggota
berdiri dengan mata terpejam selama 1 menit dengan lengan terpentang
kearah atas, mengharapkan perdamaian duni). mengukur kecemasan klien
didapatkan data subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data
obyektif dengan kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan
hasil skor 21 (cemas sedang).
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari kedua pengelolaan
Rabu, 06 januari 2016 untuk diagnosa pertama nyeri berhubungan dengan
agen cidera biologis yaitu pada jam 08.00 WIB mengobservasi tanda – tanda
vital pasien didapatkan data subyektif pasien mengatakan bersedia untuk di
cek tanda tanda vital dan data obyektif didapatka hasil TTV
TD:140/90mmHg, N:72x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5°C. Jam 08.15
mengkaji nyeri pasien didapatkan data subyektif pasien mengatakan pusing P:
51
pusing saat beraktifitas, Q: pusingnya cengeng, R: leher sampai kepala, S: 4,
T: hilang timbul dan didapatkan data obyektif pasien tampak lesu, mata
kurang bercahaya, mukusa bibir lembab Capilary Refil kurang dari 2 detik.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari kedua pengelolaan
Rabu, 06 januari 2016 untuk diagnosa kedua gangguan pola tidur
berhubungan dengan restrain fisik yaitu pada Jam 08.30 menkaji pola tidur
didapatkan data subyektif pasien mengatakan sulit tidur malamkarena nyeri
dan gelisah tidur hanya 4 jam dan didapatkan data obyektif pasien tampak
lesu kurang segar mata cekung. Jam 09.00 mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam didapatkan data subyektif pasien mengatakan bersedia akan diajarkan
teknik relaksasi dan didapatkan data obyektif pasien mengikuti apa yang
diajari perawat.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari kedua pengelolaan
Rabu, 06 januari 2016 untuk diagnosa ketiga ansietas berhubungan dengan
perubahan pola interaksi yaitu pada Jam 10.00 mengukur kecemasan klien
didapatkan data subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data
obyektif dengan kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan
hasil skor 18 (cemas sedang). Jam 10.15 melakukan terapi tertawa ( prosedur
teknik terapi tertawaa).Bertepuk tangan selama 1-2... 1 – 2-3 sambil mendaras
Ho-Ho... Ha – Ha-Ha. b) Pernapasan dalam dengan tarik nafas melalui hidung
dan dihembuskan pelan-pelan.(bersamaan kata-kata penyembuhan,
memanfaatkan, melupakan, hidup dan tetap hidup)selama 5 kali. c). Latihan
bahu, leher, dan pereganggan(masing-masing 5 kali). d). Tawa bersemagat-
52
tertawa dengan mengangkat kedua belah lengan diudara dan kepala agak
mendongak kebelakang. Rasakan seolah tawa langsung keluar dari hati anda.
e). Tawa sapaan- mengatukan kedua telapak tangan dan menyapa ala india
atau berjabat tangan ala barat dengan sedikitnya 4-5 orang anggota kelompok.
f). Tawa penghargaan- bentuk sebuah lingkaran kecil dengan telunjuk dan ibu
jari anda sambil memutar membuat gerakan anda sedang memberikan
penghargaan atau memuji anggota kelompok anda sambil tertawa. g).
Tawa 1 meter: gerakan 1 tangan disepanjang bentangan lengan
anda yang lain ( seperti merentangkan busur untuk melepaskan anak panah ).
tangan digerakan dalam 3 gerakan cepat sambil mendasarkan Ae... Ae...
Aeeee... dan kemudian para peserta tertawa sambil merentangkan kedua
lengan dengan dikit mendorongkan kepala serta tertawa Bimbing pdari perut (
ulangi 4 kali). h). Tawa hening tanpa suara: bukalah mulut anda lebar-lebar
dan tertawalah tanpa mengeluarkan suara sambil saling menatap gerakan-
gerakan lucu. i). Tawa bersenandung dengan mulut tertutup- tertawa dengan
mulut tertutup dan mengeluarkan suara senandung hmmmmmmmm.. saat
bersenandung teruslah bergerak dalam kelompok dan berjabat tangan dengan
orang berbeda. j). Tawa menganyun - berdirilah dalam lingkaran dan
bergerak sambil mendaras Aee... Ooo... Eee... Uuu... k). Tawa singa –
julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan tangan teracung
seperti cakar singa dan tertawa dari perut. l). Tertawa ponsel – berpura –
puralah memegang sebuah hp dan coba untuk tertawa, sambil membuat
berbagai gerakan kepala dan tangan serta berkeliling dan berjabat tangan
53
dengan orang yang berbeda. m). Tawa bantahan – tertawa sambil
menudingkan jari keberapa anggota kelompok seolah sedang berbantahan. n).
Tawa bertahap – tawa bertahap dimulai dengan bersenyum, perlahan tambah
tawa kecil dan intensitas tawa semakin ditingkatkan. Lalu para anggota secara
bertahap memalukan tawa bersemangat kemudian berlahan- lahan melirihkan
tawa dan berhenti. o). Tawa dari hati-kehati tawa keakraban – mendekat dan
berpegangan tanganlah serta tertawa. Peserta bisa saling berjabat tangan atau
memeluk, apapunyang terasa nyaman.Tehnik penutupan :Meneriakan 3
slogan :( Aku orang paling berbahagia didunua ini”Y...A). ( Aku orang paling
sehat didunia ini”Y...A). (Aku anggota kelub tawa”Y...A).
Yang terpenting diakhir sesi semua anggota berdiri dengan mata
terpejam selama 1 menit dengan lengan terpentang kearah atas,
mengharapkan perdamaian duni). mengukur kecemasan klien didapatkan data
subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data obyektif dengan
kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil skor 17
(cemas sedang). . Jam 16.00 mengukur kecemasan klien didapatkan data
subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data obyektif dengan
kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil skor 14
(cemas sedang). Jam 16.15 melakukan terapi tertawa ( prosedur teknik terapi
tertawaa).Bertepuk tangan selama 1-2... 1 – 2-3 sambil mendaras Ho-Ho... Ha
– Ha-Ha. b) Pernapasan dalam dengan tarik nafas melalui hidung dan
dihembuskan pelan-pelan.(bersamaan kata-kata penyembuhan,
memanfaatkan, melupakan, hidup dan tetap hidup)selama 5 kali. c). Latihan
54
bahu, leher, dan pereganggan(masing-masing 5 kali). d). Tawa bersemagat-
tertawa dengan mengangkat kedua belah lengan diudara dan kepala agak
mendongak kebelakang. Rasakan seolah tawa langsung keluar dari hati anda.
e). Tawa sapaan- mengatukan kedua telapak tangan dan menyapa ala india
atau berjabat tangan ala barat dengan sedikitnya 4-5 orang anggota kelompok.
f). Tawa penghargaan- bentuk sebuah lingkaran kecil dengan telunjuk dan ibu
jari anda sambil memutar membuat gerakan anda sedang memberikan
penghargaan atau memuji anggota kelompok anda sambil tertawa. g).
Tawa 1 meter: gerakan 1 tangan disepanjang bentangan lengan
anda yang lain ( seperti merentangkan busur untuk melepaskan anak panah ).
tangan digerakan dalam 3 gerakan cepat sambil mendasarkan Ae... Ae...
Aeeee... dan kemudian para peserta tertawa sambil merentangkan kedua
lengan dengan dikit mendorongkan kepala serta tertawa Bimbing pdari perut (
ulangi 4 kali). h). Tawa hening tanpa suara: bukalah mulut anda lebar-lebar
dan tertawalah tanpa mengeluarkan suara sambil saling menatap gerakan-
gerakan lucu. i). Tawa bersenandung dengan mulut tertutup- tertawa dengan
mulut tertutup dan mengeluarkan suara senandung hmmmmmmmm.. saat
bersenandung teruslah bergerak dalam kelompok dan berjabat tangan dengan
orang berbeda. j). Tawa menganyun - berdirilah dalam lingkaran dan
bergerak sambil mendaras Aee... Ooo... Eee... Uuu..., k). Tawa singa –
julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan tangan teracung
seperti cakar singa dan tertawa dari perut. l). Tertawa ponsel – berpura –
puralah memegang sebuah hp dan coba untuk tertawa, sambil membuat
55
berbagai gerakan kepala dan tangan serta berkeliling dan berjabat tangan
dengan orang yang berbeda. m). Tawa bantahan – tertawa sambil
menudingkan jari keberapa anggota kelompok seolah sedang berbantahan. n).
Tawa bertahap – tawa bertahap dimulai dengan bersenyum, perlahan tambah
tawa kecil dan intensitas tawa semakin ditingkatkan. Lalu para anggota secara
bertahap memalukan tawa bersemangat kemudian berlahan- lahan melirihkan
tawa dan berhenti. o). Tawa dari hati-kehati tawa keakraban – mendekat dan
berpegangan tanganlah serta tertawa. Peserta bisa saling berjabat tangan atau
memeluk, apapunyang terasa nyaman.Tehnik penutupan :Meneriakan 3
slogan :( Aku orang paling berbahagia didunua ini”Y...A). ( Aku orang paling
sehat didunia ini”Y...A). (Aku anggota kelub tawa”Y...A). Yang
terpentingdiakhir sesi semua anggota berdiri dengan mata terpejam selama 1
menit dengan lengan terpentang kearah atas, mengharapkan perdamaian
duni). mengukur kecemasan klien didapatkan data subyektif pasien
mengatakan bersedia dan didapatkan data obyektif dengan kuesioner HRS-A
(Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil skor 14 (cemas sedang).
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari ketiga
pengelolaan Kamis, 07 januari 2016 untuk diagnosa pertama nyeri
berhubungan dengan agen cidera biologis yaitu pada jam 08.00 WIB
mengobservasi tanda – tanda vital pasien didapatkan data subyektif pasien
mengatakan bersedia untuk di cek tanda tanda vital dan data obyektif
didapatka hasil TTV TD:140/80mmHg, N:72x/menit, RR: 20x/menit, S:
36,5°C. Jam 08.15 mengkaji nyeri pasien didapatkan data subyektif pasien
56
mengatakan pusing P: pusing saat beraktifitas, Q: pusingnya cengeng, R:
leher sampai kepala, S: 3, T: hilang timbul dan didapatkan data obyektif
pasien tampak lesu, mata kurang bercahaya, mukusa bibir lembab Capilary
Refil kurang dari 2 detik.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari ketiga
pengelolaan Kamis, 07 januari 2016 untuk diagnosa kedua gangguan pola
tidur berhubungan dengan restrain fisik yaitu pada Jam 08.30 menkaji pola
tidur didapatkan data subyektif pasien mengatakan sulit tidur malamkarena
nyeri dan gelisah tidur hanya 4 jam dan didapatkan data obyektif pasien
tampak lesu kurang segar mata cekung. Jam 09.00 mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam didapatkan data subyektif pasien mengatakan bersedia
akan diajarkan teknik relaksasi dan didapatkan data obyektif pasien mengikuti
apa yang diajari perawat.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari ketiga
pengelolaan Kamis, 07 januari 2016 untuk diagnosa ketiga ansietas
berhubungan denga perubahan pola interaksi yaitu pada Jam 10.00 mengukur
kecemasan klien didapatkan data subyektif pasien mengatakan bersedia dan
didapatkan data obyektif dengan kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety
Ratting Scale) dengan hasil skor 12 (cemas sedang). Jam 10.15 melakukan
terapi tertawa ( prosedur teknik terapi tertawaa).Bertepuk tangan selama 1-2...
1 – 2-3 sambil mendaras Ho-Ho... Ha – Ha-Ha. b) Pernapasan dalam dengan
tarik nafas melalui hidung dan dihembuskan pelan-pelan.(bersamaan kata-
kata penyembuhan, memanfaatkan, melupakan, hidup dan tetap hidup)selama
57
5 kali. c). Latihan bahu, leher, dan pereganggan(masing-masing 5 kali). d).
Tawa bersemagat-tertawa dengan mengangkat kedua belah lengan diudara
dan kepala agak mendongak kebelakang. Rasakan seolah tawa langsung
keluar dari hati anda. e). Tawa sapaan- mengatukan kedua telapak tangan dan
menyapa ala india atau berjabat tangan ala barat dengan sedikitnya 4-5 orang
anggota kelompok. f). Tawa penghargaan- bentuk sebuah lingkaran kecil
dengan telunjuk dan ibu jari anda sambil memutar membuat gerakan anda
sedang memberikan penghargaan atau memuji anggota kelompok anda
sambil tertawa. g).
Tawa 1 meter: gerakan 1 tangan disepanjang bentangan lengan
anda yang lain ( seperti merentangkan busur untuk melepaskan anak panah ).
tangan digerakan dalam 3 gerakan cepat sambil mendasarkan Ae... Ae...
Aeeee... dan kemudian para peserta tertawa sambil merentangkan kedua
lengan dengan dikit mendorongkan kepala serta tertawa Bimbing pdari perut (
ulangi 4 kali). h). Tawa hening tanpa suara: bukalah mulut anda lebar-lebar
dan tertawalah tanpa mengeluarkan suara sambil saling menatap gerakan-
gerakan lucu. i). Tawa bersenandung dengan mulut tertutup- tertawa dengan
mulut tertutup dan mengeluarkan suara senandung hmmmmmmmm.. saat
bersenandung teruslah bergerak dalam kelompok dan berjabat tangan dengan
orang berbeda. j). Tawa menganyun - berdirilah dalam lingkaran dan
bergerak sambil mendaras Aee... Ooo... Eee... Uuu..., k). Tawa singa –
julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan tangan teracung
seperti cakar singa dan tertawa dari perut. l). Tertawa ponsel – berpura –
58
puralah memegang sebuah hp dan coba untuk tertawa, sambil membuat
berbagai gerakan kepala dan tangan serta berkeliling dan berjabat tangan
dengan orang yang berbeda. m). Tawa bantahan – tertawa sambil
menudingkan jari keberapa anggota kelompok seolah sedang berbantahan. n).
Tawa bertahap – tawa bertahap dimulai dengan bersenyum, perlahan tambah
tawa kecil dan intensitas tawa semakin ditingkatkan. Lalu para anggota secara
bertahap memalukan tawa bersemangat kemudian berlahan- lahan melirihkan
tawa dan berhenti. o). Tawa dari hati-kehati tawa keakraban – mendekat dan
berpegangan tanganlah serta tertawa. Peserta bisa saling berjabat tangan atau
memeluk, apapunyang terasa nyaman.Tehnik penutupan :Meneriakan 3
slogan :( Aku orang paling berbahagia didunua ini”Y...A). ( Aku orang paling
sehat didunia ini”Y...A). (Aku anggota kelub tawa”Y...A).
Yang terpentingdiakhir sesi semua anggota berdiri dengan mata
terpejam selama 1 menit dengan lengan terpentang kearah atas,
mengharapkan perdamaian duni). mengukur kecemasan klien didapatkan data
subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data obyektif dengan
kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil skor 12
(cemas sedang). . Jam 16.00 mengukur kecemasan klien didapatkan data
subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data obyektif dengan
kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil skor 12
(cemas sedang). Jam 16.15 melakukan terapi tertawa ( prosedur teknik terapi
tertawaa).Bertepuk tangan selama 1-2... 1 – 2-3 sambil mendaras Ho-Ho... Ha
– Ha-Ha. b) Pernapasan dalam dengan tarik nafas melalui hidung dan
59
dihembuskan pelan-pelan.(bersamaan kata-kata penyembuhan,
memanfaatkan, melupakan, hidup dan tetap hidup)selama 5 kali. c). Latihan
bahu, leher, dan pereganggan(masing-masing 5 kali). d). Tawa bersemagat-
tertawa dengan mengangkat kedua belah lengan diudara dan kepala agak
mendongak kebelakang. Rasakan seolah tawa langsung keluar dari hati anda.
e). Tawa sapaan- mengatukan kedua telapak tangan dan menyapa ala india
atau berjabat tangan ala barat dengan sedikitnya 4-5 orang anggota kelompok.
f). Tawa penghargaan- bentuk sebuah lingkaran kecil dengan telunjuk dan ibu
jari anda sambil memutar membuat gerakan anda sedang memberikan
penghargaan atau memuji anggota kelompok anda sambil tertawa. g).
Tawa 1 meter: gerakan 1 tangan disepanjang bentangan lengan
anda yang lain ( seperti merentangkan busur untuk melepaskan anak panah ).
tangan digerakan dalam 3 gerakan cepat sambil mendasarkan Ae... Ae...
Aeeee... dan kemudian para peserta tertawa sambil merentangkan kedua
lengan dengan dikit mendorongkan kepala serta tertawa Bimbing pdari perut (
ulangi 4 kali). h). Tawa hening tanpa suara: bukalah mulut anda lebar-lebar
dan tertawalah tanpa mengeluarkan suara sambil saling menatap gerakan-
gerakan lucu. i). Tawa bersenandung dengan mulut tertutup- tertawa dengan
mulut tertutup dan mengeluarkan suara senandung hmmmmmmmm.. saat
bersenandung teruslah bergerak dalam kelompok dan berjabat tangan dengan
orang berbeda. j). Tawa menganyun - berdirilah dalam lingkaran dan
bergerak sambil mendaras Aee... Ooo... Eee... Uuu..., k). Tawa singa –
julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan tangan teracung
60
seperti cakar singa dan tertawa dari perut. l). Tertawa ponsel – berpura –
puralah memegang sebuah hp dan coba untuk tertawa, sambil membuat
berbagai gerakan kepala dan tangan serta berkeliling dan berjabat tangan
dengan orang yang berbeda.m). Tawa bantahan – tertawa sambil
menudingkan jari keberapa anggota kelompok seolah sedang berbantahan. n).
Tawa bertahap – tawa bertahap dimulai dengan bersenyum, perlahan tambah
tawa kecil dan intensitas tawa semakin ditingkatkan. Lalu para anggota secara
bertahap memalukan tawa bersemangat kemudian berlahan- lahan melirihkan
tawa dan berhenti. o). Tawa dari hati-kehati tawa keakraban – mendekat dan
berpegangan tanganlah serta tertawa. Peserta bisa saling berjabat tangan atau
memeluk, apapunyang terasa nyaman.Tehnik penutupan :Meneriakan 3
slogan :( Aku orang paling berbahagia didunua ini”Y...A). ( Aku orang paling
sehat didunia ini”Y...A). (Aku anggota kelub tawa”Y...A).
Yang terpentingdiakhir sesi semua anggota berdiri dengan mata
terpejam selama 1 menit dengan lengan terpentang kearah atas,
mengharapkan perdamaian duni). mengukur kecemasan klien didapatkan data
subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data obyektif dengan
kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil skor 10
(cemas sedang).
G. Evaluasi
Evaluasi keperwatan dilakukan setelah dilakukaan tindakan
keperawatan saat itu juga, penulis melakukan evaluasi dengan metode
61
wawancara dan obsrevasi terhadap pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Evaluasi hari pertama, tanggal 5 Januari 2016 jam 16.30 WIB
diagnosa keperawatan pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis dengan menggunakan metode SOAP diperoleh hasil sebagai berikut:
subyektif, pasien mengatakan pusing P: pusing saat beraktifitas, Q: pusingnya
cengeng, R: leher sampai kepala, S: 5, T: hilang timbul. Obyektif, pasien
tampak lesu, mata kurang bercahaya, mukusa bibir lembab Capilary Refil
kurang dari 2 detik dengan TTVTD:150/90mmHg, N:76x/menit, RR:
20x/menit, S: 36,5°C , Analisa, masalah belum teratasi. Planing, lanjutkan
intervensi kaji nyeri, ajarkan relaksasi nafas dalam, observasi TTV.
Evaluasi hari pertama, tanggal 5 Januari 2016 jam 16.40
WIBdiagnosa kedua ansietas berhubungan dengan perubahan dalam pola
interaksi dan didapatkan data Subyektif,pasien mengatakan ingin bertemu
dengan anaknya sejak beberapa tahun masuk panti tidak ketemu anaknya.
Obyektif, pasien tampak gelisah pasien tampak melamun ketika diajak
berkomunikasi. Analisa, maslah belum teratasi. Planing, lanjutkan intervensi
gunakan pendekatan yang menenagkan, temani pasien untuk memberikan
keamana dan mengurangi takut, berikan teapi non farmakologi ( terapi
tertawa).
Evaluasi hari pertama, tanggal 5 Januari 2016 jam 16.50 WIB
diangnosa ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain fisik dan
didapatkan data Subyektif, pasien mengatakan kalau pusing tidak bisa tidur,
62
Objektif pasien tampak lemah tidur hanya 4 jam sering terbangun perasaan
setelah bangun pusing, Analisa, masalah belum teratasi, Planing, lanjutkan
intervensi kaji pola tidur klien, posisikan klien dengan nyaman untuk tidur,
jaga lingkungan tenang.
Evaluasi hari kedua, tanggal 6 Januari 2016 jam 16.45 WIB
diagnosa keperawatan pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis dengan menggunakan metode SOAP diperoleh hasil sebagai berikut:
subyektif, pasien mengatakan pusing P: pusing saat beraktifitas, Q: pusingnya
cengeng, R: leher sampai kepala, S: 4, T: hilang timbul. Obyektif, pasien
tampak lesu, mata kurang bercahaya, mukusa bibir lembab Capilary Refil
kurang dari 2 detik dengan TTV TD:140/90mmHg, N:72x/menit, RR:
20x/menit, S: 36,5°C . Analisa, masalah teratasi sebagian.. Planing, lanjutkan
intervensi kaji nyeri, ajarkan relaksasi nafas dalam, observasi TTV.
Evaluasi hari kedua, tanggal 6 Januari 2016 jam 16.55 WIB
diagnosa keperawatan kedua ansietas berhubungan dengan perubahan dalam
pola interaksi dan didapatkan data Subyektif, pasien mengatakan ingin
bertemu dengan anaknya sejak beberapa tahun masuk panti tidak ketemu
anaknya. Obyektif, pasien tampak gelisah pasien tampak melamun ketika
diajak berkomunikasi. Analisa, masalah teratasi sebagian. Planing, lanjutkan
intervensi gunakan pendekatan yang menenagkan, temani pasien untuk
memberikan keamana dan mengurangi takut, berikan teapi non farmakologi (
terapi tertawa).
63
Evaluasi hari kedua, tanggal 6 Januari 2016 jam 17.00 WIB
diagnosa keperawatan ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan
restrain fisik dan didapatkan data Subyektif, pasien mengatakan masih
mengantuk tidak bisa tidur tidur sering terbagun karenan tenkuk kepalanya
sedikit pusing , Objektif pasien tampak lemah tidur hanya 5 jam sering
terbangun setelah bangun masih pusing, Analisa, masalah teratasi sebagian,
Planing, lanjutkan intervensi kaji pola tidur klien, posisikan klien dengan
nyaman untuk tidur, jaga lingkungan tenang.
Evaluasi hari ketiga,tanggal 7 Januari 2016 jam 17.05 WIB diagnosa
keperawatan pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
dengan menggunakan metode SOAP diperoleh hasil sebagai berikut:
subyektif, pasien mengatakan sudah tidak pusing nyeri nya sudah berkurang
P: pusing saat beraktifitas berkurang, Q: pusingnya masih sedikit terasa
ditekan - tekan, R: leher sampai kepala, S: 3, T: hilang timbul. Obyektif,
pasien tampak lesu, mata kurang bercahaya, mukusa bibir lembab Capilary
Refil kurang dari 2 detik denganTTV TD:140/80mmHg, N:72x/menit, RR:
20x/menit, S: 36,5°C . Analisa, masalah teratasi sebagian.. Planing, lanjutkan
intervensi kaji nyeri, ajarkan relaksasi nafas dalam, observasi TTV.
Evaluasi hari ketiga,tanggal 7 Januari 2016 jam 17.10 WIB diagnosa
keperawatan kedua ansietas berhubungan dengan perubahan dalam pola
interaksi dan didapatkan data Subyektif, pasien mengatakan lebih tenag
apabila ditemani oleh perawat. Obyektif, pasien sudah tidak tampak gelisah
pasien tampak sudah tidak melamun ketika diajak berkomunikasi. Analisa,
64
masalah teratasi. Planing, hentikan intervensi, temani pasien untuk
memberikan keamana dan mengurangi takut, berikan teapi non farmakologi (
terapi tertawa).
Evaluasi hari ketiga,tanggal 7 Januari 2016 jam 17.20 WIB diagnosa
keperawatan ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan restrain fisik
dan didapatkan data Subyektif, pasien mengatakan tidak terlalu mengantuk,
pasien bisa tidur, tidur tidak terbagun terbangun lagi. Objektif pasien tampak
lemah tidur hanya 6 jam sering terbangun setelah bangun masih pusing.
Analisa, masalah teratasi. Planning, hentikan intervensi.
65
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang hasil pelaksanan pemberian
terapi tertawa untuk menurunkan tingkat kecemasaan pada pasien hipertensi
pada asuhan kepwrawatan Ny. K dengan hipertensi di panti sasana tresna darma
wreda. Pembahasan pada bab ini membahas tentang kesesuaian maupun
kesenjagan antara teori dan kasus.
A. Pengkajian
Penulis melakukan pegkajian pada awal pengambilan kasus kelolaan
diperoleh dengan cara autoanamnesa. Pengkajian adalah tahap awal dan
dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling
menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah dan walid,20120). Teknik
pengumpulan data dilakukan secara anamnesisi dan observasi. Anamnesis
adalah tanya jawab atau komunikasi secara lagsung dengan klien
autoanamnesa untuk menggali informasi tentang status kesehatan klien.
Observasi adalah tindakan mengamati secara umum terhadap perilaku dan
keadaan klien(Rohmah dan Walid,2012).
Dalam pengkajian penulis terhadap Ny.K pada tanggal 05 januari
2016 didapatkan data bahwa pasien dengan keluhan utama yang dirasakan
adalah nyeri kepala. Nyeri kepala yang dirasakan pada Ny. k disebabkan
karena tekanan darah meningkat. Tekanan darah meningkat pada saat
66
vasokontriksi yaitu arteri kecil mengkerut karena perangsangan saraf
simpatis atau hormon didalam pembuluh darah yang meningkatkan tekanan
darah dan kekuatan jantung sehingga menyebabkan kerusakan vaskuler dan
dapat menimbulkan nyeri atau pusing kepala, rasa berat di tengkuk, dan
mudah lelah (Triyanto, 2014).
Pada Ny.K ditemukan bahwa Ny.K tampak gelisah, meringis
kesakitan dan lemah. Peningkatan tekanan darah ditandai dengan nyeri
kepala, gelisah cemas dengan sekor 27 ( kecemasan sedang), lemas, mual
muntah akibat meningkatnya tekanan intra kranial, meringis kesakitan,
adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler, sesak nafas,
epistaksis, kesadaran menurun (Pudjiastuti, 2011).
Dari pemeriksaan tanda-tanda vital Ny.K didapatkan hasil tekanan
darah 150/90 mmHg, nadi 76x/menit, respiratory rate 20x/ menit, suhu
36,5° C. Ny. S dikatakan terjadi peningkatan tekanan darah karena tekanan
darah pada Ny.K melebihi 140/90 mmHg. Diagnosa medis pada Ny.K
adalah hipertensi, Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu
kelompok penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah dapat mengakibatkan terjadinya stroke,
serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal. Tekanan darah tinggi yang
menetap tersebut dapat mempengaruhi otak, mata, tulang dan fungsi
seksual. Selain itu juga hipertensi merupakan penyebab kematian ke tiga di
dunia (Spark, 2007).
67
Kondisi Ny.K mengalami tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
yang sudah dianggap tinggi dan disebut hipertensi (Corwin, 2011).
Hipertensi yang dialami Ny. K yaitu hipertensi grade 1 140-159 mmHg dan
100-109 mmHg. Menurut Joint National Commite atau JNC VII derajat
hipertensi dapat dikelompokkan yaitu high normal sistolik 130-139 mmHg
dan diatolik 85-89 mmHg, grade I atau ringan sistolik 140-159 mmHg dan
diastolik 90-99 mmHg, grade 2 atau sedang sistolik 160-179 mmHg dan
diastolik 100-119 mmHg, grade 3 atau berat sistolik 180-209 mmHg dan
diastolik 100-119 mmHg, grade 4 atau sangat berat sistolik ˃ 210 mmHg
dan diastolik ˃120 mmHg (Triyanto, 2014).
Pengkajian yang dilakukan pada pasien hipertensi meliputi pengkajian
riwayat kesehatan pasien, aktivitas/istirahat pasien dengan gejala.
kelemahan, keletihan, sirkulasi pasien, neurosensori, ketidaknyamana pasien
terhadap nyeri yang dirasakanya (Saferi,2013).
Berdasarkan hasil pengkajian penulis melakukan analisa data dengan
data subyektif dan objektif. Didapatkan data subyektif pasien mengatakan
pusing, P pusing saat beraktivitas, Q pusingnya seperti di tekan ( pegel ), R
leher ( tengkuk ) kepala, S nyeri 5, T hilang timbul, data objektif pasien
tampak lesu vital sign tekanan darah 150/90mmhg, S: 36,5°C, RR:
20x/menit, N: 76x/menit. Maka masalah keperwatan yang didapatkan
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Berdasarkan
teori menurut Sutanto (09), tanda dan gejala hiperteni adalah sakit kepala,
tengkuk terasa pegal, gelisah, sukar tidur, dan terasa berat ditengkuk. Dari
68
tanda dan gejala yang disebutkan diatas, antara teori dan observasi serta
pengkajian pada Ny. K penulis menemukan persaman antara teori dengan
kasus salah satunya nyeri kepala.
Pada pola kesehatan fungsional gordon didapatkan data pada pola
kognitif dan perseptual Ny. K didapatkan data subyektif pasien mengatakan
pusing, P pusing saat beraktivitas, Q pusingnya seperti di tekan ( pegel ), R
leher ( tengkuk ) kepala, S nyeri 5, T hilang timbul. Peningkatan rangsagan
saraf atau hormo pada arteriol, atau respositivitas yang berlebihan dari
arteripl terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Sehingga jantung harus memompa secara
lebih kuat dan dengan demikian meghasilkan tekanan yang lebih besar,
untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang menyemput(
Corwin,2000 dalam wijaya,2013).
Pola persepsi konsep diri, body image pasien mengatakan cemas
dengan keadaan sekarang dan tidak nyaman. Secara teori seseorang yang
mengalamai ansietas atau kecemasan biasanya disebabkan karena respon
terhadap sesuatu hal yang tidak menyenagkan, yang berdampak seperti
khawatir, gelisah yang tidak menentu, takut, tidak tentram, kadang-kadang
disertai berbagai keluhan fisik (Sehati H.M 2011 dalam Sumiati, et al.,
2009, hlm. 122).
Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan biasanya tidur
siang 2 jam dan tidur malam 7 jam tidur dengan nyenyak dan perasaan
setelah bangun segar, selama sakit pasien mengatakan biasanya tidur siang
69
30 menit tidur malam 4 jam, tidur dengan sering terbangun tidak nyenyak
dan perasaan setelah bangun pusing (Marsor, 00 dalam Ahdiyati ). Tidak
seperti orang normal yang biasanya tidur dalam 30 menit ( Schacter, dalam
Ahdiyat ) salah satu penyebab pasien sukar tidur adalah seperti pusing dan
cemas (Ahyati, ). Penulis menemukan tidak ada kesenjangan antara teori
dengan kasus Ny. K yaitu penyebab gangguan pola tidur pada pasien
hipertesni.
Pada pemeriksaan dada pada paru – paru inspeksi simetris, palpasi
vokal fremitus ka/ki sama ekspansi paru ka/ki sama, perkusi sonore,
auskultasi tidak ada suara tambahan. Jantung, inspeksi ictus cordis tidak
terlihat, palpasi ictus cordis teraba di intercosta 5 midclavikula sinistra,
perkusi pekak, auskultasi tidak ada suara tambahan reguler. Abdomen,
inspeksi tidak ada jejas, auskultasi bising usus 20x/menit, perkusi kuadran 1
redup kuadran 2,3,4 timpani, palpasi tidak ada nyeri tekan. Genetalia bersih
tidak terpasang kateter. Rektum bersih tidak ada luka tidak ada hemoroid.
Ekstremitas, atas kekuatan otot ka/ki bisa digerakkan normal, rom ka/ki bisa
bergerak dengan normal tidak ada udem, capilary refile krang dari 2 detik,
perubahan bentuk tulang tidak ada perubahan, perubahan akral hangat,
ekstremitas bawah kekuatan otot ka/ki bisa digerakkan tanpa alat bantu, rom
ka/ki normal.
70
B. Perumusan Masalah Keperawatan
Perumusan masalah adalah penilaian klinik mengenai respon
individu keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang actual, potensial merupakan dasar untuk memilih intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab
perawat (Dermawan, 2011 ).
Berdasarkan analisa data diagnosa yang ditegakkan pada pasien
berdasarkan hasil pengkajian yaitu yang pertama nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler
serebral),diagona kedua ansietas berhubungan dengan perubahan dalam pola
interaksi, ketiga gangguan pola tidur yang berhubungan dengan restrain
fisik.
Penulis memprioritas kan diagnosa keperawatan nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis ( peningkatan tekanan vaskuler
serebral) sebagai prioritas utama karena pasien mengatakan nyeri di
tengkuk karena pusing. Kedua ansietas berhubungan dengan perubahan
dalam pola interaksi karena pasien mengatakan kangen dengan anak nya
yang sudah lama tidak menjengguk di panti dan merasa was- was. Diagnosa
ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan adaptasi lingkungan (
bising)karena pasien mengtakan sulit tidur, istirahat tidur tidak nyenyak dan
sering terbangun.
Menurut teori Hierarki Maslow, Maslow membuat lima hierarki
kebutuhan dasar manusia, prioritas pemenuhan kebutuhan manusian terletak
71
pada kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis. Kebutuhan fisiologis ini
meliputi oksigen, cairan elektrolit, eliminasi. Kebutuhan kedua adalah rasa
aman dan nyaman, prioritas ketiga cinta dan kasih sayang, prioritas yang
keempat kebutuhan harga diri dan aktualitas diri sebagai prioritas kelima
(Rohmah & Walid,2012).
Nyeri akut adalah nyeri yang biasanya terjadi secara tiba – tiba, bisa
bersumber dari dalam maupun luar, tanda – tanda klinis jelas terlihat dari
ekspresi wajah pasien dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan.
Dikatakan nyeri akut ditandai dengan adanya tekanan darah meningkat,
detak jantung meningkat. Frekuensi pernafasan meningkat, gelisah yang
ditunjukkan oleh pasien (Kartikawati, 2013).
Pada diagnosa nyeri akut dilakukan pengkajian dengan metode
PQRST untuk mempermudah perawat melakukan pengkajian nyeri, yang
dijabarkan menjadi P (provoking), apa yang menyebabkan gejala, apa yang
bisa memperberat, Q (quality), kualitas nyeri yang dialami pasien, R
(region), daerah nyeri dan penyebarannya S (scale), tingkat keparahan
nyeri. T ( time), waktu dan penyebab nyeri, berapa lama nyeri berlangsung
(Dewi kartikawati, 2013).
Diagnosa pertama yang ditegakkan adalah nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan vaskuler serebral). Hal ini
didapatkan data subyektif pasien mengatakan pusing, P pusing saat
beraktivitas, Q pusingnya seperti di tekan ( pegel ), R leher ( tengkuk )
kepala, S nyeri 5, T hilang timbul. Paisen tampak meringgis kesakitan, hasil
72
pemeriksaaan tanda – tanda vital di dapatkan tekakan darah 150/90mmHg,
N: 76x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5°C.Berdasarkan dengan teori, batasan
karakteristik : perubahan selera makan, perubahan tekanan darah perubahan
frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, mengkspresikan
perilaku ( missal, gelisah, menangis, iritabilitas), sikap tubuh melindungi,
gangguan tidur, masker wajah ( misal, mata kurang berchaya, tampak kacau,
tetap pada satu fokus meringis), melaporkan nyeri secara verbal ( Potter &
Perry, 2009). Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang diambil
penulis adalah agen cidera biologis karena terjadi tekanan vaskuler serebral
( Potter & Perry, 2009).
Diagnosa kedua adalah ansietas berhubungan dengan perubahan
dalam pola interaksi data subyektif pasien mengatakan ingin bertemu
dengan anaknya sejak beberapa tahun masuk di panti tidak ketemu anaknya,
data objektif pasien tampak gelisah pasien tampak melamun ketika diajak
berkomunikasi. Data obyektif hasil pemeriksaaan tanda – tanda vital di
dapatkan tekakan darah 150/90mmHg, N: 76x/menit, RR: 20x/menit, S:
36,5°C.
Berdasarkan batasan karakteristik pada perilaku meliputi penurunan
produktivitas, mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam
peristiwa hidup, gerakan yang tidak relevan ( misalnya menyeret kaki,
gerakan lengan), gelisah, memandang sekilas, insomnia, kontak mata
buruk, resah, menyelidik dan tidak waspada. Afektif yang meliputi gelisah,
kesedihan mendalam distress, ketakutan, perasaan yang tidak adekuat, fokus
73
pada diri sendiri, peningkatan kekhawatiran, iritabilitas, gugup, perasaan
takut. Fisiologis yaitu meliputi simpatis dan parasimpatis, respon
parasimpatis yaitu antar lain penurunan tekanan darah, penurunan nadi,
diare, mual, kelelahan, gangguan tidur berkemih tidak lampias, sedangkan
respon simpatis meliputi anoreksia, mulut kering, keteganggan wajah,
peningkatan tekanan darah, peningkatan berkeringat, peningkatan nadi,
peningkatan reflek, peningkatan pernafasan, peningkatan ketegangan,
dilatasi pupil, dan kelemahan ( Wilkinson, 2007).
Diagnosa yang ketiga Data subyektif yang ketiga pasien mengatakan
kalau pusing tidak bisa tidur, data obyektif pasien tampak lemah tidur hanya
4 jam sering terbangun perasaan setelah bangun pusing. Maka masalah
keperawatan yang didapatkan adalah gangguan pola tidur yang berhubungan
dengan restrain fisik. . Gangguan pola tidur adalah gangguan yang dialami
seseorang individu berupa gangguan kualitas atau kuantitas dan kualitas
waktu istiraht tidur akibat faktor eksternal. Berdasarkan dengan teori,
batasan karteristik: perubahan tidur normal, keluhan dari pasien yang
merasa kurang istiraht, kurang puas tidur, penurunasn kemampuan fungsi (
Potter & Perry, 2009). Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yng
dialami oleh penulis adalah berhubungan dengan resterain fisik.
Saat melakukan pengkajian pada pasien Ny. K penulis merumuskan
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ( peningkatan
tekanan vaskuler serebral) sebagai prioritas diagnosa pertama. Prioritas
74
kedua ansietas berhubungan dengan perubahan dalam pola interaksi,
prioritas ketiga gangguan pola tidur yang berhubungan dengan restrain fisik.
C. Intervensi keperawatan
Perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan masalah
yangmerupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan
dilakukan,bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan
dari semuatindakan keperawatan (Dermawan, 2012).
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh
penulisdisesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga
rencanatindakan dapat dilakukan dengan SMART yaitu Spesifik (jelas atau
khusus),Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat diterima), Rasional
dan Time(ada kriteria waktu) (Dermawan, 2012). Pembahasan dari
intervensi yangmeliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan pada diagnosa
keperawatan yaitu:
Intervensi pada diagnosa pertama kasus Ny.K penulis melakukan
rencana tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah nyeri
akut berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil: pasien mampu mengontrol
nyeri, pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang, skala nyeri menjadi
3, vital sign dalan rentang normal TD: 120/80 mmHg – 140/90 mmHg, S:
36,5º C - 37º C, HR: 60 – 80 kali per menit, RR: 16 – 24 kali per menit, dan
pasien mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang.(Judith M. Wilkinson,
NANDA 2013).
75
Intervensi yang dilakukan yang dilakukan untuk diagnosa yang
pertama adalah pain management (1400): kaji vital sign dan status nyeri
(Provoking, Quality, Ragion, Skala, Time) untuk mengetahui skala
intensitas nyeri dan vital sign, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi/mengalihkan rasa nyeri dengan nafas dalam, edukasikan pada
pasien tentang tindakan apa yang dapat diambil saat nyeri terasa (anjurkan
untuk menghentikan aktivitas) untuk memberikan pengetahuan kepada
pasien untuk menangani nyeri saat datang, kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik untuk mengurangi/menghilangkan nyeri klien.
Intervensi pada diagnosa kedua kasus Ny.K penulis melakukan
rencana tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
kecemasan berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil: mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas, tanda-tanda vital dalam
rentan normal, pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas, pasien mampu menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas,
ekspresi wajah dan tingkat aktifitas menunjukkan berkurangnya kecemasan,
skor kecemasan < 10 (tidak ada kecemasan).
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan yaitu kaji vital
sign (tekanan darah, nadi, pernafasan,suhu) dengan rasional untuk
mengetahui perubahan vital sign, kaji tingkat kecemasan dengan rasional
untuk mengetahui perubahan skor kecemasan pasien, ajarkan teknik terapi
tertawa dengan rasionaltertawa dapat membantu untukmengontrol tekanan
76
darah dengan menurunkan stres hormon sertamemunculkan kondisi rileks
untukmengatasi kecemasan (Kataria, 2004). Terapi tertawa sangat
baik,karena dapat memperbaiki psikologispenderita hipertensi dengan
kecemasandan kekhawatiran akan komplikasinya.Saat orang mengalami
perubahan dalamkondisi psikologis seperti stres,kecemasan, depresi dapat
mempengaruhiselsaraf untuk berespon sehinggamerangsang sekresi
hormon.
Tertawamelepaskan hormon endorfin ke dalamsirkulasi sehingga tubuh
menjadi lebihnyaman dan rileks. Hormon endorfintersebut sebagai morfin
tubuh yangmenimbulkan efek sensasi nyaman dansehat (Potter, 2005 dalam
Setyoadi & Kushariyadi,2011). Saattertawa bukan hanya hormon
endorfinsaja yang keluar tetapi banyak hormonpositif yang muncul.
Keluarnya hormonpositif yaitu hormon yang keluar yangdiproduksi oleh
tubuh ketika merasabahagia, ceria dan gembira sepertihormon betaendorfin
dan endomorfin.Hormon ini akan menyebabkan lancarnyaperedaran darah
dalam tubuh sehinggafungsi kerja organ berjalan dengannormal(Setyoadi &
Kushariyadi, 2011). bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan dengan rasional agar pasien mengetahui apa yang menimbulkan
kecemasan, anjurkan keluarga untuk menemani pasien dengan rasional agar
pasien tidak ketakutan dan cemas, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat dengan rasional untuk memberikan terapi obat yang tepat
dan menurunkan angka kecemasan pada pasien.
77
Intervensi pada diagnosa ketiga kasus Ny.K penulis melakukan
rencana tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah
gangguan pola tidur berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil: pasien
mengatakan waktu tidur cukup, waktu tidur malam kembali normal 6 jam,
saat tidur tidak mudah terbangun, tidak tampak lesu dan menguap, ttv dalam
rentang normal TD: 120/80 mmHg – 140/90 mmHg, S: 36º C - 37º C, HR:
60 – 80 kali per menit, RR: 16 – 24 kali per menit.(Judith M. Wilkinson,
NANDA 2013).
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa yang ketiga adalah sleep
enhancement (1850): kaji pola tidur klien untuk menciptakan pola tidur
yang adekuat, bantu klien mengurangi nyeri sebelum tidur sebelum tidur
untuk memberikan rasa nyaman, posisikan klien dengan nyaman untuk
memberikan rasa nyaman saat tidur, jaga lingkungan tenang untuk
menciptakan suasana yang tenang.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Dermawan,
2012).
Implementasi dilakukan dari perencanaan yang disusun sebelumnya.
Berikut ini pembahasan implementasi dari masing-masing
diagnosa:Diangnosa keperawatan yang pertama adalah nyeri berhubungan
78
dengan agen cidera biologis, implementasi yang dilakukan pada tanggal 05
Januari 2016 yaitu mengkaji nyeri pasien PQRST, sesuai dengan teori
bahwa metode PQRST meliputi Provoking inciden : Apakah ada peristiwa
yang menjadi factor prepitasi nyeri.Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri
yang dirasakan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut /
menusuk.Region Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar / menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.Saverity (scale of
pain) : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien, bisa berdasarkan
skala nyeri / pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya. Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan,
apakah bertambah buruk pada malam hari / siang hari (Nasrul Effendy,
1995) dalam Wijaya & Putri (2013).Setelah diberikan tindakan tersebut
diperoleh skala nyeri pasien menurun dari hari pertama pengelolaan skala
nyeri 5 menjadi skala nyeri 3 pada hari ketiga pengelolaan.
Diagnosa keperawatan dilakukan pada hari pertama pengelolaan
Selasa, 05 januari 2016 untuk diagnosa yang ketiga Ansietas berhubungan
dengan perubahan dalam pola interaksi ,mengukur kecemasan klien ,
dengan kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil
skor 27 (cemas sedang). Jam 10.00 melakukan terapi tertawa ( prosedur
teknik terapi tertawa a).Bertepuk tangan selama 1-2... 1 – 2-3 sambil
mendaras Ho-Ho... Ha – Ha-Ha. b) Pernapasan dalam dengan tarik nafas
melalui hidung dan dihembuskan pelan-pelan.(bersamaan kata-kata
penyembuhan, memanfaatkan, melupakan, hidup dan tetap hidup)selama 5
79
kali. c). Latihan bahu, leher, dan peregangan(masing-masing 5 kali). d).
Tawa bersemangat-tertawa dengan mengangkat kedua belah lengan diudara
dan kepala agak mendongak kebelakang. Rasakan seolah tawa langsung
keluar dari hati anda. e). Tawa sapaan- mengatukan kedua telapak tangan
dan menyapa ala india atau berjabat tangan ala barat dengan sedikitnya 4-5
orang anggota kelompok. f). Tawa penghargaan- bentuk sebuah lingkaran
kecil dengan telunjuk dan ibu jari anda sambil memutar membuat gerakan
anda sedang memberikan penghargaan atau memuji anggota kelompok anda
sambil tertawa. g).
Tawa 1 meter: gerakan 1 tangan disepanjang bentangan lengan anda
yang lain ( seperti merentangkan busur untuk melepaskan anak panah ).
tangan digerakan dalam 3 gerakan cepat sambil mendasarkan Ae... Ae...
Aeeee... dan kemudian para peserta tertawa sambil merentangkan kedua
lengan dengan dikit mendorongkan kepala serta tertawa Bimbing pdari perut
( ulangi 4 kali). h). Tawa hening tanpa suara: bukalah mulut anda lebar-
lebar dan tertawalah tanpa mengeluarkan suara sambil saling menatap
gerakan-gerakan lucu. i). Tawa bersenandung dengan mulut tertutup-
tertawa dengan mulut tertutup dan mengeluarkan suara senandung
hmmmmmmmm.. saat bersenandung teruslah bergerak dalam kelompok dan
berjabat tangan dengan orang berbeda. j). Tawa menganyun - berdirilah
dalam lingkaran dan bergerak sambil mendaras Aee... Ooo... Eee... Uuu...
k). Tawa singa – julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan
tangan teracung seperti cakar singa dan tertawa dari perut. l). Tertawa
80
ponsel – berpura –puralah memegang sebuah hp dan coba untuk tertawa,
sambil membuat berbagai gerakan kepala dan tangan serta berkeliling dan
berjabat tangan dengan orang yang berbeda. m). Tawa bantahan – tertawa
sambil menudingkan jari keberapa anggota kelompok seolah sedang
berbantahan. n). Tawa bertahap – tawa bertahap dimulai dengan bersenyum,
perlahan tambah tawa kecil dan intensitas tawa semakin ditingkatkan. Lalu
para anggota secara bertahap memalukan tawa bersemangat kemudian
berlahan- lahan melirihkan tawa dan berhenti. o). Tawa dari hati-kehati tawa
keakraban – mendekat dan berpegangan tanganlah serta tertawa. Peserta
bisa saling berjabat tangan atau memeluk, apapunyang terasa nyaman.
Tehnik penutupan :Meneriakan 3 slogan :( Aku orang paling berbahagia
didunua ini”Y...A). ( Aku orang paling sehat didunia ini”Y...A). (Aku
anggota kelub tawa”Y...A).
Yang terpenting diakhir sesi semua anggota berdiri dengan mata
terpejam selama 1 menit dengan lengan terpentang kearah atas,
mengharapkan perdamaian duni). mengukur kecemasan klien didapatkan
data subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data obyektif
dengan kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil
skor 23 (cemas sedang). . Jam 16.00 mengukur kecemasan klien didapatkan
data subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data obyektif
dengan kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil
skor 21 (cemas sedang). Jam 16.15 melakukan terapi tertawa ( prosedur
teknik terapi tertawa a).Bertepuk tangan selama 1-2... 1 – 2-3 sambil
81
mendaras Ho-Ho... Ha – Ha-Ha. b) Pernapasan dalam dengan tarik nafas
melalui hidung dan dihembuskan pelan-pelan.(bersamaan kata-kata
penyembuhan, memanfaatkan, melupakan, hidup dan tetap hidup)selama 5
kali. c). Latihan bahu, leher, dan pereganggan(masing-masing 5 kali). d).
Tawa bersemagat-tertawa dengan mengangkat kedua belah lengan diudara
dan kepala agak mendongak kebelakang. Rasakan seolah tawa langsung
keluar dari hati anda. e). Tawa sapaan- mengatukan kedua telapak tangan
dan menyapa ala india atau berjabat tangan ala barat dengan sedikitnya 4-5
orang anggota kelompok. f). Tawa penghargaan- bentuk sebuah lingkaran
kecil dengan telunjuk dan ibu jari anda sambil memutar membuat gerakan
anda sedang memberikan penghargaan atau memuji anggota kelompok anda
sambil tertawa. g).
Tawa 1 meter: gerakan 1 tangan disepanjang bentangan lengan anda
yang lain ( seperti merentangkan busur untuk melepaskan anak panah ).
tangan digerakan dalam 3 gerakan cepat sambil mendasarkan Ae... Ae...
Aeeee... dan kemudian para peserta tertawa sambil merentangkan kedua
lengan dengan dikit mendorongkan kepala serta tertawa Bimbing pdari perut
( ulangi 4 kali). h). Tawa hening tanpa suara: bukalah mulut anda lebar-
lebar dan tertawalah tanpa mengeluarkan suara sambil saling menatap
gerakan-gerakan lucu. i). Tawa bersenandung dengan mulut tertutup-
tertawa dengan mulut tertutup dan mengeluarkan suara senandung
hmmmmmmmm.. saat bersenandung teruslah bergerak dalam kelompok dan
berjabat tangan dengan orang berbeda. j). Tawa menganyun - berdirilah
82
dalam lingkaran dan bergerak sambil mendaras Aee... Ooo... Eee... Uuu...
k). Tawa singa – julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan
tangan teracung seperti cakar singa dan tertawa dari perut. l). Tertawa
ponsel – berpura –puralah memegang sebuah hp dan coba untuk tertawa,
sambil membuat berbagai gerakan kepala dan tangan serta berkeliling dan
berjabat tangan dengan orang yang berbeda. m). Tawa bantahan – tertawa
sambil menudingkan jari keberapa anggota kelompok seolah sedang
berbantahan. n). Tawa bertahap – tawa bertahap dimulai dengan bersenyum,
perlahan tambah tawa kecil dan intensitas tawa semakin ditingkatkan. Lalu
para anggota secara bertahap memalukan tawa bersemangat kemudian
berlahan- lahan melirihkan tawa dan berhenti. o). Tawa dari hati-kehati tawa
keakraban – mendekat dan berpegangan tanganlah serta tertawa. Peserta
bisa saling berjabat tangan atau memeluk, apapunyang terasa nyaman.
Tehnik penutupan :Meneriakan 3 slogan :( Aku orang paling berbahagia
didunua ini”Y...A). ( Aku orang paling sehat didunia ini”Y...A). (Aku
anggota kelub tawa”Y...A).
Yang terpenting diakhir sesi semua anggota berdiri dengan mata
terpejam selama 1 menit dengan lengan terpentang kearah atas,
mengharapkan perdamaian dunia). mengukur kecemasan klien didapatkan
data subyektif pasien mengatakan bersedia dan didapatkan data obyektif
dengan kuesioner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale) dengan hasil
skor 21 (cemas sedang). Setelah diberikan tindakan tersebut diperoleh skor
kecemasan pasien menurun dari hari pertama pegelolaan skor 27
83
(kecemasan sedang) menjadi skor 10 ( tidsak ada kecemasan) pada hari
ketiga pengelolaan.
Diagnosa keperawatan yang dilakukan pada hari pertama pengelolaan
Selasa, 05 januari 2016 untuk diagnosa kedua gangguan pola tidur
berhubungan dengan restrain fisik yaitu mengkaji pola tidur pasien
mengatakan sulit tidur malam karena nyeri dan gelisah tidur hanya 4 jam
dan didapatkan, pasien mengatakan bersedia akan diajarkan teknik relaksasi
nafas dalam.
E. Evaluasi
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien telah ditetapkan
dengan respon perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain
untuk menentukan perkembangan kesehatan klien, menilai efektifitas dan
efisiensi tindakan keperawatan, mendapatkan umpan balik dari respon
klien dan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan (Dermawan, 2012).
Evaluasi hari ketiga, tanggal 7 Januari 2016 jam 17.05 WIB
diagnosa keperawatan pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis dengan menggunakan metode SOAP diperoleh hasil sebagai
berikut: subyektif, pasien mengatakan sudah tidak pusing nyeri nya sudah
berkurang P: pusing saat beraktifitas berkurang, Q: pusingnya masih
sedikit terasa ditekan - tekan, R: leher sampai kepala, S: 3, T: hilang
84
timbul. Obyektif, pasien tampak lesu, mata kurang bercahaya, mukusa
bibir lembab Capilary Refil kurang dari 2 detik dengan TTV
TD:140/80mmHg, N:72x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,5°C . Analisa,
masalah teratasi sebagian.. Planing, lanjutkan intervensi kaji nyeri, ajarkan
relaksasi nafas dalam, observasi TTV.
Evaluasi hari ketiga, tanggal 7 Januari 2016 jam 17.10 WIB
diagnosa keperawatan kedua ansietas berhubungan dengan perubahan
dalam pola interaksi dan didapatkan data Subyektif, pasien mengatakan
lebih tenag apabila ditemani oleh perawat. Obyektif, pasien sudah tidak
tampak gelisah pasien tampak sudah tidak melamun ketika diajak
berkomunikasi. Analisa, masalah teratasi. Planing, hentikan intervensi,
temani pasien untuk memberikan keamana dan mengurangi takut, berikan
teapi non farmakologi ( terapi tertawa).
Evaluasi hari ketiga, tanggal 7 Januari 2016 jam 17.20 WIB
diagnosa keperawatan ketiga gangguan pola tidur berhubungan dengan
restrain fisik dan didapatkan data Subyektif, pasien mengatakan tidak
terlalu mengantuk, pasien bisa tidur, tidur tidak terbagun terbangun lagi.
Objektif pasien tampak lemah tidur hanya 6 jam sering terbangun setelah
bangun masih pusing. Analisa, masalah teratasi. Planing, hentikan
intervensi.
85
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang metode mengaplikasikan
pemberian terapi tertawa terhadap penurunan tingkat kecemasan pada
asuhan keperawatan Ny.K Dengan Hipertensi di Panti Sasana Tresna
Wreda Wonogiri maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang ditemukan pada Ny. K dengan hipertensi
adalah pasien mengatakan tampak gelisah, nyeri kepala , skala nyeri 5,
nyeri hilang timbul, pasien mengeluh susah tidur dan pengen ketemu
anaknya, pasien merasa cemas kalau ingat pada anaknya pasien hanya
tidur istirahat seperti tidur siang dan pasien tidak mengonsumsi obat
apapaun, pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 150/90 mmHg,
hate rate:76kali/menit, Respiratory rate:20 kali/menit, Suhu:36,5 °C.
86
2. Diagnosa Keperawatan
Dari data pengkajian, penulis merumuskan diagnosa dan membuat
prioritas diagnosa keperawatan yang pertamanyeri akut berhubungan
dengan agen cidera biologis(00132), diagnosa keperawatan yang kedua
ansietas berhubungan dengan perubahan pola interaksi(00146),
diagnosa keperawatan yang ketiga gangguan pola tidur berhubungan
dengan restrain fisik(00198)
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa yang pertama adalah
pain management (1400): kaji vital sign dan status nyeri (Provoking,
Quality, Ragion, Skala, Time) untuk mengetahui skala intensitas nyeri
dan vital sign, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi/mengalihkan rasa nyeri dengan nafas dalam, edukasikan
pada pasien tentang tindakan apa yang dapat diambil saat nyeri terasa
(anjurkan untuk menghentikan aktivitas) untuk memberikan
pengetahuan kepada pasien untuk menangani nyeri saat datang,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik untuk
mengurangi/menghilangkan nyeri klien.
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa yang kedua yaitu kaji
vital sign (tekanan darah, nadi, pernafasan,suhu) dengan rasional
untuk mengetahui perubahan vital sign, kaji tingkat kecemasan
dengan rasional untuk mengetahui perubahan skor kecemasan pasien,
87
ajarkan teknik relaksasi otot progresif dengan rasional untuk
mengurangi kecemasan dan kekakuan otot, bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan kecemasan dengan rasional agar pasien
mengetahui apa yang menimbulkan kecemasan, anjurkan keluarga
untuk menemani pasien dengan rasional agar pasien tidak ketakutan
dan cemas, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat dengan
rasional untuk memberikan terapi obat yang tepat dan menurunkan
angka kecemasan pada pasien.
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa yang ketiga adalah sleep
enhancement (1850): kaji pola tidur klien untuk menciptakan pola
tidur yang adekuat, bantu klien mengurangi nyeri sebelum tidur
sebelum tidur untuk memberikan rasa nyaman, posisikan klien dengan
nyaman untuk memberikan rasa nyaman saat tidur, jaga lingkungan
tenang untuk menciptakan suasana yang tenang.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam asuhan keperawatan Ny. K dengan Hipertensi di Panti
Sasana Tresna Wreda Wonogiri telah sesuai dengan intervensi yang
dibuat penulis. Penulis menekankan penggunaan terapi tertawa untuk
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien hipertensi.
88
5. Evaluasi Keperawatan
Tindakan yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode
SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning).
Hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan pertama nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera biologis, pasien mengatakan sudah
tidak pusing nyeri nya sudah berkurang P: pusing saat beraktifitas
berkurang, Q: pusingnya masih sedikit terasa ditekan - tekan, R: leher
sampai kepala, S: 3, T: hilang timbul, pasien tampak lesu, mata
kurang bercahaya, mukusa bibir lembab Capilary Refil kurang dari 2
detik denganTTV TD:140/80mmHg, N:72x/menit, RR: 20x/menit, S:
36,5°C . Planing, lanjutkan intervensi kaji nyeri, ajarkan relaksasi
nafas dalam, observasi TTV.
Hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan kedua ansietas
berhubungan dengan perubahan dalam pola interaksi, pasien
mengatakan lebih tenag apabila ditemani oleh perawat, pasien sudah
tidak tampak gelisah pasien tampak sudah tidak melamun ketika
diajak berkomunikasi. Planing, hentikan intervensi, temani pasien
untuk memberikan keamana dan mengurangi takut, berikan teapi non
farmakologi ( terapi tertawa).
Hasil evaluasi pada diagnosa keperawatan ketiga gangguan
pola tidur berhubungan dengan restrain fisik, pasien mengatakan tidak
terlalu mengantuk, pasien bisa tidur, tidur tidak terbagun terbangun
89
lagi, pasien tampak lemah tidur hanya 6 jam sering terbangun setelah
bangun masih pusing. Planing, hentikan intervensi.
6. Analisa Tindakan Keperawatan
Berdasarkan hasil analisa pada Ny. K dengan hipertensi
menunjukkan bahwa setelah diberikan terapi tertawa terhadap
penurunan tingkat kecemasan Ny. K menunjukkan peningkatan. Dari
sebelum diberikan terapi tertawa dan setelah diberikan terapi tertawa
skor kecemasan pasien berubah dengan menggunakan pengukuran
kuisoner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale). Pada hari pertama
Ny. K dengan hipertensi yaitu dengan hasil skor kecemasan 27 (cemas
sedang) setelah diberikan terapi tertawa selama 3 hari skor kecemasan
menjadi 10 ( tidak ada kecemasan).
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Hipertensi, penulis akan memberikan usulan dan masukkan yang
positif khususnya dibidang kesehatan antara lain:
1. Bagi Panti
Diharapkan panti khususnya Panti Sasana Tresna Wreda Wonogiri
dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan
kerjasama baik antar tim kesehatan maupun dengan pasien sehingga
90
asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung kesembuhan
pasien.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan
ketrampilan yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
jantung khususnya, keluarga, perawat dan tim kesehatan lain mampu
membantu dalam kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan
dasarnya.
3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang
lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat yang
terampil, inovatif, dan professional yang mampu memberikan asuahan
keperawatan.
4. Bagi Penulis
Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya
pada pasien dengan hipertensi dalam pemberian terapi tertawa
terhadap penurunan tngkat kecemasan dengan menggunakan
pengukuran kuisoner HRS-A (Hamilton Anxiety Ratting Scale).
91
DAFTAR PUSTAKA
Andol. (2009).Terapi tertawa.http://m.epochtimes.co.id diperoleh tanggal 20 November 2015
Bruner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah Ed.8.Jakarta: EGC.
Dinkes Jateng. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
Girsang, Devi. (2013). Berita dan Informasi Hari Kesehatan Dunia 2013 Kampanye
Melawan Hipertensi.http://kardioipdrscm.com/5891/berita-dan-
informasi/harikesehatan-dunia-2013-kampanye-papdi-
melawanhipertensi/#sthash.7rFuaFqj.dpbs.Diakses pada tanggal 20 November 2015.
Handajani, R. & Maryani.(2009).Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola kematian
pada penyakit degeneratif di Indonesia. Jurnal Penelitian Sistem Kesehatan Volume
13. 1 Januari 2010: 42-53 http//penyakit.degeneratif,jurnal.keperawatan diperoleh
tanggal 8 januari 2013.
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/2013/SDK/Mibangkes/profil2012/ BAB_I-
VI_2012_fix.pdf. Diakses pada tanggal 20 November 2015.
Idaiani, S., Suhardi & Kristanto, A.Y.(2009).Analisis gejala gangguan mental emosional
penduduk Indonesia.Majalah Kedokteran Indonesia. Volume:59,
Nomor:10.http://gangguan.mental.emosional, jurnal.keperawatan diperoleh tanggal
20 November 2015
Idrus, M.Faisal. (2010).Pola tekanan darah pada gangguan cemas menyeluruh.
http://cemashipertensi/pola-tekanan-darah-pada-gangguan-cemas-menyeluruh.htm
diperoleh pada tanggal 20 November 2015.
Junaidi , Iskandar. 2010. Hipertensi. Jakarta Bhuana Ilmu Populer,.
Kataria, Madan. (2004).Laugh for no reason (terapi tertawa). Jakarta : PT. Gramedia.
Mangoenprasodjo & Hidayati. (2005).Terapi alternatif dan gaya hidup sehat.Yogyakarta:
Pradipta Pusblishing.
Pudiastuti, R. D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ratna Dewi, P. (2013).Penyakit-penyakit Mematikan. Nuha Medika: Yogyakarta.
Reifsnyder, H.(2012).Laughter research (new research shows that humor enhances short-term
memory in elderly).(http://www.llu.edu/assets/news/today/documents diakses
tanggal 20 November 2015.
Salan. (2000).Beberapa konsep tentang anxietas.Jakarta: Yayasan Dharma Usada.
Smeltzer, C.S. & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and
Suddart.Vol.1 Edisi 8. Jakarta:EGC
92
Terapi Tawa. (2010). Terapi Tawa. Diunduh dari http://www.hilisti-online. Com/
Humor_Therapy/humor_therapy_introduction.htm.