TELUR
-
Upload
triadi-arif-maulana -
Category
Documents
-
view
14 -
download
1
description
Transcript of TELUR
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ubi Kayu Tanaman ubi kayu yang dikenal juga dengan nama singkong, ketela dan
lainnya berasal dari Amerika. Saat ini tanaman ubi kayu banyak dijumpai pada daerah
dengan Iklim dan tipe tanah sepanjang negara Tropis. Tanaman ubi kayu dikenal juga
sebagai tanaman tumpang sari.
Hasil yang terbanyak dan terbagus didapat apabila pemanenan dilakukan pada
umur 9 12 bulan. Kategori pemanenan adalah bila daun tanaman ini telah berwarna
kekuningan. Umbi yang didapat biasanya berukuran 30 45 cm dengan diameter 5
15 cm dan berat 0,9 2,3 kg.
Komposisi kimia ubi kayu biasanya bervariasi tergantung dari varietas
disamping faktor luar seperti Iklim, kesuburan tanah dan lain sebagainya. Komponen
pati yang tinggi memungkinkan pati digunakan sebagai sumber karbohidrat. Kadar
pati pada ubi kayu akan sangat dipengaruhi oleh waktu panen. Kadar amilosa pada
ubi kayu adalah sekitar 23%. Kandungan protein pada ubi kayu sangat rendah dan ubi
kayu hanya sedikit mengandung asam amino yang mengandung gugus sulfur. Asam
amino total yang terdapat dalam ubi kayu adalah 684 mg/100 gr bagian yang dapat
dimakan.
TABEL 1
KOMPOSISI KIMIA UBI KAYU
Jumlah Komponen Putih Kuning Karbohidrat (%) Protein (%) Lemak (%) Kalsium (mg/100gr) Phosfor (mg/100gr) Vitamin A (SI) Air (%)
34,7 1,2 0,3
33,0 40,0
- 62,5
37,9 0,8 0,3
33,0 40,0
385,0 60,0
Sumber : Suliantri, W.(1990)
-
Ubi kayu mengandung senyawa Sianogenik Glukosida (Linamarin dan
Lotaustralin). Komponen ini apabila terhidrolisa dapat menjadi glukosa, aseton dan
HCN. Berdasarkan kandungan HCN tersebut, ubi kayu dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis diantaranya yang termasuk dalam varietas manis mempunyai
kandungan HCN yang lebih rendah dari 50 gr/kg bahan. Sedangkan ubi kayu pahit
mempunyai kandungan HCN yang lebih besar daripada 100 gr/kg ubi kayu yang telah
dikuliti. Dosis HCN sebesar 50 60 mg/50 kg berat laki-laki dewasa dapat
menyebabkan kematian apabila dikonsumsi. Singkong manis kadar HCNnya kurang
dari 50 g/kg menurut FAO, singkong dengan kadar HCN 50 g/kg dari berat asal
cukup aman untuk dikonsumsi. Dengan adanya tahap-tahap pembuatan tepung
singkong, kadar HCN berkurang menjadi 10 40 g/kg (Winarno, 1988).
B. Tepung Singkong Tepung singkong dapat langsung digunakan untuk berbagai jenis makanan
olahan, selain itu juga diarahkan sebagai pemasok industri menengah atau untuk
industri hilir dalam rangka diversifikasi produk olahan, yaitu untuk industri HFS
(High Fructose Syrup), sorbitol, etanol, dan lain-lain, serta dapat digunakan sebagai
tepung campuran pada industri mie, roti, kue-kue, atau produk-produk makanan
lainnya (Departemen Perindustrian, 1990).
Dalam proses pembuatan tepung singkong proses pengeringan memegang
peranan penting. Pengeringan dengan matahari yang terlalu lambat akan
menghasilkan mutu tepung yang kurang baik, khususnya karena terjadinya proses
fermentasi yang akan menyebabkan terjadinya warna yang lebih gelap dan rasa asam.
Untuk memperoleh mutu yang baik, maka pengeringan secara tepat sangat
disarankan. Karena itulah proses pengepresan (dewatering) sebelum pengeringan
merupakan alternatif proses yang bisa dipilih selalu mempercepat proses pengeringan,
proses dewatering ini juga akan mengurangi kandungan HCN (Prangdimurti, 1991).
Tepung singkong dapat dibuat melalui dua metode yaitu dengan cara
pemotongan dan perajangan atau cara pemarutan dan pemerasan. Kedua cara itu
secara skematis dapat disajikan pada gambar 1.
-
GAMBAR 1
SKEMA PEMBUATAN TEPUNG SINGKONG
PROSEDUR I PROSEDUR II
Singkong Segar Singkong Segar
Pengupasan
Dikupas
Pencucian
Dicuci
Pemarutan
Dipotong/dirajang Dicacah/diparut
Pengurangan kadar air (pengepresan/pemerasan)
Penghancuran/penjemuran Dikeringkan/ditepungkan
Pengayakan
Penepungan
Tepung singkong
Pengayakan
Tepung singkong
Sumber : Institut Pertanian Bogor, 1996.
-
Selain untuk mengurangi kadar HCN, pembuatan tepung singkong terutama
pada cara II akan meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama. Hal ini
disebabkan oleh hilangnya sebagian kandungan gizi pada tepung singkong.
Komposisi kimia tepung singkong seperti bahan bakunya (Ubi singkong)
yaitu karbohidrat sebagai komponen utama dengan kadar lemak dan protein rendah.
Adapun komposisi kimia tepung singkong dapat dilihat pada tabel 2.
TABEL 2
KOMPOSISI KIMIA TEPUNG SINGKONG
Komponen Komposisi
Kadar Air (%)
Karbohidrat (%)
Lemak (%)
Protein (%)
Serat Kasar (%)
Abu (%)
Kadar HCN (ppm)
11,5
83,8
0,9
1,0
2,1
0,7
29
Sumber : Departemen Perindustrian (1989)
C. Tiwul Produksi ubi kayu di Indonesia sangat tinggi, tetapi bentuk pengolahan dan
pengawetannya masih terbatas. Pengolahan ubi kayu yang paling sering dijumpai
adalah pembuatan gaplek. Dalam pengolahan tepung gaplek yang banyak dilakukan
oleh sebagian besar masyarakat pedesaan yaitu pembuatan tiwul.
Didaerah-daerah tertentu tiwul digunakan sebagai makanan pokok sedangkan
diperkotaan , tiwul lebih banyak dijual sebagai makanan jajanan dengan rasa manis
dan biasanya dimakan dengan parutan kelapa, harga makanan tiwul ini relatif murah.
(Yunianta et all, 1997).
Tiwul adalah hasil olahan dari tepung ubi kayu melalui proses tradisional,
yang merupakan makanan jadi berstekstur lembut padat yang merupakan hasil
pengukusan tepung gaplek/tepung singkong yang telah diuleni dengan bantuan sedikit
-
air atau tepung ditambahkan air hingga basah dan dibentuk butiran-butiran yang
seragam dengan ukuran sebesar biji kacang hijau dan dikukus selama 20 30 menit.
Tiwul atau tiwul nasi dapat dikonsumsi langsung sebagai pangan pokok seperti nasi
beras padi atau dicampur dengan parutan kelapa sebagai kudapan. Selain itu tiwul
dapat pula dikeringkan menjadi tiwul instan tradisional yang tahan disimpan lebih
dari satu tahun. (Wargiono, 2003).
Tiwul menurut Ensiklopedia Nasional (1991) adalah makanan dari gaplek
singkong yang ditumbuk atau dihaluskan kemudian dikukus. Makanan ini biasanya
dimakan dengan dicampur sedikit gula jawa atau dengan parutan kelapa. Walau tiwul
sangat rendah dari segi kandungan gizi, karena hanya mengandung pati, tetapi gizi
bisa ditutupi dengan menambah lauk pauk berupa daging atau sayuran. Tiwul
merupakan pilihan dalam upaya mempertahankan stabilitas ketahanan pangan
keluarga bila terjadi defisit pasokan beras (padi).
D. Tiwul Instan Tiwul instan ini dibuat sebagai produk pengembangan singkong siap pakai
artinya dalam waktu kurang dari 5 menit, singkong yang telah diberi perlakuan dan
ditambahkan air panas saja bisa langsung dikonsumsi.
Tiwul sebagai salah satu makanan yang mudah rusak, karena kandungan
airnya yang cukup tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan pengolahan lebih
lanjut dengan pengeringan atau dibuat produk tiwul instan diantaranya sebagai
makanan pokok. Selain dapat langsung dikonsumsi sebagai makanan pokok, produk
tiwul instan diarahkan sebagai makanan jajanan. Tiwul instan juga diharapkan dapat
didaya gunakan untuk persediaan bahan pangan ketika ada bencana, musim paceklik
dan lain-lain. Untuk meningkatkan kandungan nilai gizi pada tiwul instan, maka
harus ditambahkan bahan pangan lainnya yang mengandung protein tinggi
(www.kompas.com, 2003).
Dua tahap penting dalam pengolahan tiwul instan yaitu gelatinisasi dan
pengeringan.
1. Gelatinisasi
-
Gelatinisasi menurut Fardiaz (1996) adalah proses perubahan sifat fisik
pati karena adanya air dan pemberian energi, kadang kadang tekanan selama
waktu tertentu. Pada awal proses gelatinisasi granula pati yang berisi amilosa dan
amilopektin mulai menyerap air. Penyerapan air meningkat dengan meningkatnya
suhu pemanasan yang menyebabkan granula pati membengkak (swelling). Pada
saat membengkak amilosa mulai berdifusi keluar granula dan akhirnya terbentuk
matriks gel setelah granula runtuh.
Suhu disaat granula pati pecah disebut suhu gelatinisasi. Suhu gelatinisasi
berbeda beda untuk tiap jenis bahan dan merupakan suatu kisaran. Suhu
gelatinisasi dapat ditentukan dengan viscometer, misalnya : jagung 62 70 C,
beras 68 78 C, gandum 34,5 64 C, kentang 58 60 C, tapioka 52 64 C
(Winarno, 1995).
Pati yang telah mengalami gelatinisasi dapat dikeringkan, tetapi molekul-
molekul tersebut tidak dapat kembali lagi ke sifat-sifatnya sebelum gelatinisasi.
Bahan yang kering tersebut masih mampu meyerap air kembali dalam jumlah
yang besar. Sifat inilah yang digunakan dalam pembuatan produk instan
(Winarno, 1995).
2. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan atau
mengeluarkan sebagian air tersebut dengan menggunakan energi panas.
Kandungan air bahan dikurangi sampai suatu batas mikroorganisme tidak dapat
tumbuh lagi (Desroisier, 1992).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua yaitu faktor
yang berhubungan dengan udara pengering (yaitu: suhu, kecepatan volumetric
aliran udara pengering dan kelembaban udara) dan faktor yang berhubungan
dengan sifat bahan yang dikeringkan (yaitu: ukuran bahan, kadar air awal dan
tekanan parsial di dalam bahan (Taib, dkk., 1988).
-
E. Telur Telur merupakan sumber protein hewani yang mempunyai nilai zat gizi tinggi,
karena di dalamnya mengandung protein, lemak, hidrat arang, dan air. Dalam ilmu
gizi telur dijadikan patokan untuk membandingkan nilai gizi bahan makanan lainnya.
Dalam dunia kuliner, telur sangat penting kegunaannya dalam masak-
memasak, karena mudah dimasak, cepat matang, praktis, dan dapat dihidangkan
untuk segala umur. Selain itu telur dapat berfungsi sebagai pengental, perekat atau
pengikat, pelembut atau pengempuk, dan pengembang suatu masakan serta sebagai
penambah aroma dan zat gizi (Tarwotjo, 1998).
Telur merupakan sumber zat gizi yang sangat penting yang dibutuhkan oleh
perkembangan dan pertumbuhan embrio. Protein telur mempunyai nilai biologis
tinggi karena mengandung asam-asam amino yang lengkap dibandingkan dengan
protein hewan lainnya.
Telur mengandung protein yang sangat tinggi, mutu protein, nilai cerna, dan
mutu cerna telur paling baik diantara bahan-bahan makanan lainnya. Semua bernilai
100% dibandingkan dengan daging mutu proteinnya hanya 81%, nilai cerna 100%
dan mutu cernanya 81%. Ini berarti telur lebih baik mutunya dari pada daging.
Protein telur sangat mudah untuk dicerna, diserap, dan digunakan oleh tubuh untuk
pertumbuhan dan perkembangan jaringan-jaringan tubuh. Selain itu telur khususnya
kuning telur banyak mengandung vitamin A, D, E dan K. Juga merupakan sumber
mineral yang baik terutama zat besi.
Protein telur terdapat baik pada putih maupun kuning telur. Telur juga
merupakan bahan makanan sumber hewani yang relatif murah dibandingkan dengan
sumber protein hewani yang lain.
Secara umum, telur terdiri atas 3 komponen pokok, yaitu kulit telur atau
cangkang ( 11% dari berat total telur), putih telur ( 57% dari berat total telur) dan
kuning telur ( 32 % dari berat total telur).
Protein telur bernilai biologis tinggi karena merupakan sumber protein
utama. Mutu protein ditentukan oleh komposisi asam aminonya. Komponen dan
kandungan asam amino essensial yang terdapat dalam telur antara lain tryptophan 1,0
mg, isoleucine 3,7 mg, leucine 5,4 mg, lysine 5,4 mg, methionin dan cystine 3,7 mg,
-
phenylalanine dan tyrosin 4,7 mg, threonin 3,1 mg dan valin 3,9 mg (Syarief dan
halid, 1993).
Bagian putihnya (albumin) merupakan sumber protein dengan kadar 10 11
% sedang bagian kuningnya (yolk) tidak saja merupakan sumber lemak (35 %) tetapi
juga merupakan sumber kalsium dan besi. Meskipun telur mengandung 74 % air,
tetapi telur merupakan sumber yang kaya akan protein bermutu tinggi. Karena
tingginya nilai gizinya, berbagai ahli gizi menggunakan telur sebagai standar untuk
mengukur mutu jenis makanan lainnya.
Sedangkan kandungan unsur gizi dan kalori dalam telur ayam dapat dilihat
dalam tabel 3.
TABEL 3
KANDUNGAN UNSUR GIZI SERTA KALORI DALAM TELUR AYAM
Kadar per 100 gr Bahan No Unsur Gizi
Putih Telur Kuning Telur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Energi (Kal)
Air (gr)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)
Mineral (gr)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Vitamin A (mg)
Vitamin B (mg)
Vitamin C (mg)
46,00
87,80
10,80
0
0,80
0,60
6,00
17,00
0,20
0
0,01
0
355,00
49,40
16,30
31,90
0,70
1,70
1470
586,00
7,20
600,00
0,27
0
Sumber : Suprapti, (2002)
Protein yang terkandung didalam telur, secara umum sangat mempengaruhi
sifat telur. Adapun sifat telur adalah sebagai berikut :
-
1. Sangat peka terhadap pengaruh asam dan pemanasan (terjadi koagulasi dan
denaturasi)
2. Bila dikocok akan berbuih dan mengembang, namun bila pengocokan berlebihan
maka akan terjadi denaturasi sehingga mengempis kembali.
3. Dalam putih telur mentah dan setengah matang terkandung beberapa jenis protein
diantaranya adalah lysazyne, yang bila dimakan akan terserap langsung kedalam
darah akan berfungsi sebagai zat anti gizi
4. Jenis protein lain yang terdapat dalam telur mentah adalah avidin, avidin tersebut
bersifat racun, dan akan hilang apabila telur tersebut dimasak (digoreng, direbus,
dikukus)
Manfaat telur bagi tubuh manusia selain dikonsumsi sebagai ramuan obat,
lauk pauk juga dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat kue, puding ataupun
produk industri pangan lainnya. Telur juga digunakan sebagai bahan untuk industri
lainnya.
Selain manfaat telur banyak, telur juga mempunyai kelemahan yaitu tidak
dapat mempertahankan kesegarannya dalam waktu yang lama. Untuk dapat
mempertahankan kesegaran telur perlu dipelajari terlebih dahulu struktur, sifat, tanda-
tanda kesegaran telur dan akibat dari perlakuan tertentu serta cara penyimpanannya.
Cara penyimpanan telur yang baik dapat mempertahankan kualitas dan kesegaran
telur. Penyimpanan telur menjadi tepung telur sedikit mengubah nilai gizi telur, tetapi
terjadi perubahan warna kuning telur yaitu karena kandungan karotin.
Dalam bentuk tepung telur lebih memudahkan dalam penyimpanan dan lebih
tahan lama. Tepung telur dibuat dengan cara mengeringkan telur segar, setelah
melalui berbagai proses persiapan pengeringan dapat dilakukan terhadap putih telur
(albumin), kuning telur (yolk), maupun campuran putih dan kuning telur (whole).
Dengan menggunakan spray dryer, drum dryer, maupun oven.
F. Tepung Telur Tepung telur merupakan produk awetan telur mentah, yang dikurangi
kandungan airnya, melalui proses pengocokan, pengeringan, penghancuran dan
pengayakan. Apabila akan memanfaatkannya harus dilakukan proses pematangan
-
terlebih dahulu. Tepung telur memiliki umur simpan yang lama karena berupa tepung
yang memiliki kandungan air yang rendah, tepung telur dibuat tanpa adanya
pemisahan antara bagian kuning dengan putih telurnya.
Dalam bentuk tepung selain awet, juga diperoleh beberapa keuntungan antara
lain volume bahan jauh lebih kecil sehingga menghemat ruang penyimpanan,
pendistribusian atau pengangkutan lebih mudah dilakukan (ringan, ringkas atau tidak
memakan banyak tempat, dan tidak mungkin pecah), jangkauan pemasaran lebih luas,
penggunaannya lebih beragam dan dapat ditentukan secara tepat tanpa ada resiko
kelebihan atau tersisa (Suprapti, 2002). Adapun komposisi gizi tepung telur dapat
dilihat pada tabel 4.
TABEL 4
KOMPOSISI GIZI TEPUNG TELUR
Zat Gizi Kadar
Protein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)
Mineral (%)
Total padatan (%)
Air (%)
48,5
43,5
-
4,5
96,5
3,5
Sumber : Syarief dan Halid, (1993)
Putih telur dalam bentuk kering atau tepung kandungan proteinnya lebih
banyak yaitu sekitar 83 % dibanding dalam bentuk air yang hanya mengandung 10
11 % saja (Deman, 1997). Sifat fungsional dalam pembuatan tepung telur sangat
penting untuk dipertahankan karena akan menentukan kemampuan tepung telur untuk
digunakan dalam pembuatan makanan olahan. Daya emulsi, daya koagulasi dan
warna tepung telur umumnya tidak banyak berbeda dibandingkan dengan keadaan
segarnya.
1. Jenis Tepung Telur
Tepung telur dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu tepung putih telur,
tepung kuning telur dan tepung telur utuh (campuran putih telur dan kuning telur).
Tepung putih telur ialah hasil pengeringan cairan putih telur yang bebas kuning
-
telur. Umumnya dikeringkan dengan pengeringan lapis tipis atau pengeringan
busa, karena sifat putih telur yang relatif tidak tahan panas.
Tepung kuning telur umumnya tidak 100 % terbuat dari kuning telur,
karena sangat sulit memisahkan kuning telur dan putih telur, biasanya merupakan
campuran dari 80 % kuning telur dan 20 % putih telur. Dalam proses
pembuatannya, biasanya digunakan pengering semprot (spray drier). Sedangkan
tepung telur utuh terbuat dari campuran kuning dan putih telur dengan proporsi
alamiah telur segar.
Indonesia belum mempunyai standar mutu untuk tepung telur, tetapi
parameter-parameter mutu tepung telur yang diutamakan ialah kadar air (< 5 %),
kadar lemak, kadar protein, warna, aroma dan tidak adanya Salmonella. Kadar
gula yang dikehendaki maksimal 0,1 %, karena gula dapat menyebabkan reaksi
pencoklatan selama penyimpanan. Keadaan ini dapat diatasi dengan mengurangi
kandungan glukosa dalam cairan telur sebelum dikeringkan dengan cara
fermentasi menggunakan ragi Saccharomyces cereviciae, bakteri Streptococcus
lactis atau enzim glukosa oksidase ( Rahardi, 2004)
Pengeringan telur dapat membunuh 99,9 % mikroorganisme termasuk
Salmonella sp, bakteri coliform seperti Proteus sp dan Pseudomonas sp, juga
sebagian besar kapang dan khamir (Syarief dan Halid, 1993).
2. Penggunaan Tepung Telur
Sebelum digunakan sebagai bahan pangan, umumnya tepung telur diubah
menjadi bentuk cair ledih dahulu agar dapat menghasilkan adanon yang lunak.
Penambahan air dilakukan sampai keadaan seperti cairan yang dihasilkan dari
telur segar.
Tepung putih telur yang dihasilkan dari pengering semprot banyak
dimanfaatkan sebagai pelapis kue, sebagai bahan pada kue yang memerlukan
daya busa tinggi dalam pembuatannya, juga banyak digunakan dalam industri
permen. Untuk tepung kuning telur banyak digunakan dalam pembuatan roti, kue
lapis, donat, kue kering, mayonnaise, mie telur dan lain-lain. Sedangkan tepung
telur utuh cocok digunakan dalam pembuatan mayonnaise, kue, mie telur, telur
-
dadar, makanan bayi, makanan kaleng lain dan bermacam-macam makanan
ringan (Rahardi, 2004).
3. Teknik Penyimpanan
Telur dalam bentuk tepung mempunyai umur simpan yang relatif cukup
lama walaupun dalam kondisi tropis. Kerusakan yang terjadi selama penyimpanan
ialah perubahan warna, timbulnya aroma atau bau yang menyimpang dan
menurunnya kelarutan tepung telur. Perubahan aroma disebabkan oleh suhu
penyimpanan yang terlalu tinggi. Oleh karena itu maka tepung telur sebaiknya
disimpan dalam kaleng bebas hama dan dalam keadaan tertutup, kondisi ruang
penyimpanan bersih dan bebas aroma lain, suhu ruang penyimpanan sebaiknya
kurang dari 10 C. Tepung telur umumnya mempunyai masa simpan sekitar satu
tahun. Semakin rendah kandungan glukosa dalam tepung telur, daya simpannya
akan semakin meningkat (Rahardi, 2004).
G. Protein Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena
protein berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-
asam amino yang mengandung unsur-unsur C (carbon), H (hydrogen), O (oxsygen),
dan N (nitrogen) yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein
mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk
membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein juga
dapat digunakan sebagai bahan bakar apabila kebutuhan energi tubuh tidak terpenuhi
dari karbohidrat dan lemak (Winarno, 2004).
Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap oleh
usus dalam bentuk asam amino. Sampai sekarang baru dikenal 24 macam asam amino
endogen. Asam amino endogen dapat dibentuk dalam tubuh manusia, sedangkan 10
asam amino eksogen tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia, karena itu disebut
asam amino esensial, artinya harus didapatkan dari makanan sehari-hari. Yang
tergolong asam amino esensial adalah lisin, leusin, isoleusin, treonin, motionin, valin,
fenilalanin, histidin, dan arginin (Winarno, 1993)
-
Berdasarkan sumbernya, protein pangan dibedakan menjadi dua yaitu protein
hewani dan nabati. Protein hewani merupakan protein yang mempunyai nilai biologis
tinggi, sedangkan protein nabati kecuali kedelai umumnya bernilai biologis rendah
(Nursanyoto, 1992)
Mutu protein dinilai dari perbandingan asam-asam amino yang terkandung
dalam protein tersebut. Protein yang berasal dari hewani seperti daging, telur dan susu
dapat menyediakan asam-asam amino esensial dalam suatu perbandingan yang
menyamai kebutuhan manusia, karenanya disebut protein dengan mutu tinggi. Protein
tergolong bermutu rendah apabila terdapat asam amino pembatas, misalnya pada
serealia, asam amino pembatasnya asam amino metionin (Winarno, 2004).
Disamping peranannya sebagai komponen gizi yang penting, beberapa protein
memiliki kemampuan untuk membentuk gel, buih, serta emulsi. Demikian juga
sebagian protein berperan dalam perbaikan warna dan rasa melalui reaksi maillard,
yaitu reaksi pencoklatan. Meskipun telur mengandung 74 % air, tetapi telur
merupakan sumber yang kaya akan protein bermutu tinggi. Karena tingginya nilai
gizi telur, berbagai ahli gizi menggunakan telur sebagai standar untuk mengukur mutu
jenis makanan lainnya. Protein telur, ovalbumin dan terutama globulin berperan
penting dalam pembentukan buih. Sedangkan ovomusin bertindak sebagai stabilisator
segera setelah buih terbentuk. Protein telur membentuk batas yang elastis diantara
udara dan cairan karena terkoagolasi sebagian. Itulah sebabnya maka udara dapat
ditahan lebih lama, sifat inilah yang dimanfaatkan dalam berbagai kue yang
memerlukan pengembangannya (Winarno, 1993).
Dengan pemanasan protein dapat mengalami denaturasi, artinya strukturnya
berubah dari bentuk anting ganda yang kuat menjadi kendur dan terbuka, sehingga
memudahkan bagi enzim pencernaan untuk mehidrolisis dan memecahnya menjadi
asam-asam amino (Winarno, 1993). Denaturasi dapat merubah sifat protein menjadi
sukar larut dan makin kental. Keadaan ini disebut koagulasi. Koagolasi dapat
ditimbulkan dengan pemanasan, asam, enzim, perlakuan mekanis, garam (Gaman dan
Sherrington, 1994).
-
H. Nutrifikasi Manusia mendapat sebagian zat gizi yang diperlukan dengan cara
mengkonsumsi berbagai jenis bahan pangan baik yang berasal dari hasil ternak
maupun tanaman yang terdapat didaerah lingkungan hidup mereka.
Untuk menyusun menu dengan gizi yang berkecukupan, tetapi tidak
berlebihan dengan cara :
1. Melakukan kombinasi dari berbagai individu makanan kedalam menu sehingga memiliki nilai gizi yang lebih seimbang ketimbang bila hanya terdiri dari satu
jenis bahan pangan saja.
2. Melalui nutrifikasi yaitu penambahan mikronutrien kedalam makanan. Nutrifikasi (restorasi, enrichment dan fortifikasi) pangan yang secara individu bahan pokok
atau diberi pangan dan diberi tambahan mikronutrien yang diperlukan seperti
vitamin, mineral, asam amino, protein, vitamin A, vitamin B, zat besi, iodium,
dan mikronutrien lain. Sehingga dihasilkan makanan yang bergizi lebih tinggi
dengan harga yang relatif murah.
Penambahan mikronutrien kedalam makanan bukanlah merupakan konsep
baru. Hal itu telah dimulai dalam abad ke 19 di Amerika Selatan ketika dilakukan
pertama kali yaitu penambahan iodium pada garam dapur. Kini nutrifikasi dapat
dilakukan secara cepat dengan biaya yang sangat ekonomis, fleksibel dan secara
sosial diterima dengan baik oleh masyarakat.
Nutrifikasi hanya berakibat kecil terhadap perubahan selera dan rasa serta
dapat memanfaatkan semaksimalnya jenis makanan lokal yang kental kadar
tradisionalnya. Teknik nutrifikasi makanan dilakukan dengan cara penambahan
mikronutrien pada tingkat yang telah disarankan dan dengan mudah dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat perkembangan ilmu gizi saat itu.
I. Sifat Organoleptik Dalam pengujian sifat organoleptik menggunakan uji kesukaan (hedonik),
para panelis diminta memberikan penilaiannya meliputi rasa, aroma, warna dan
tekstur menurut skala hedonik.
1. Rasa
-
Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cecapan
yang terletak pada papilla yaitu bagian noda merah jingga pada lidah. Rasa
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan
interaksi dengan komponen rasa yang lain. Sumber rasa gurih terutama adalah
pada penambahan tepung telur yang dibuat tanpa adanya pemisahan antara kuning
dan putih telur, sedangkan rasa asin berasal dari garam-garam organik, yang
umum adalah NaCl murni. Selain itu suhu makanan akan mempengaruhi
kemampuan kuncup cecapan untuk menangkap rangsangan rasa. Makanan yang
terlalu panas akan membakar lidah dan merusak kepekaan kuncup cecapan,
sedangkan makanan yang dingin dapat membius kuncup sehingga tidak peka lagi
(Winarno, 2004).
Pada tiwul instan mempunyai rasa gurih yang berasal dari penambahan
tepung telur, dengan adanya proses fermentasi yang menimbulkan citarasa yang
khas pada tiwul instan.
2. Aroma
Istilah aroma diartikan sebagai sensasi bau yang ditimbulkan oleh
rangsangan kimia senyawa volatiel yang tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang
berbeda di rongga hidung ketika bahan pangan masuk ke mulut. Sensasi atau
rangsangan tersebut senantiasa akan menimbulkan kelezatan, yang kemudian
dapat mempengaruhi tingkat atau daya terima panelis atau konsumen terhadap
suatu produk pangan tertentu.
Aroma pada tiwul instan matang kurang disukai oleh panelis, namun
demikian dengan penambahan tepung telur yang paling kecil (5 %) panelis agak
suka. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada tiwul instan matang telah
melalui proses rehidrasi dan pengukusan, sehingga volatile pada tepung telur akan
berkurang dengan pengukusan.
3. Warna
Faktor warna akan tampil lebih dahulu dalam penentuan mutu bahan
makanan dan kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan makanan yang
dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila
-
memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah
menyimpang dari warna yang seharusnya. Selain itu warna juga dapat digunakan
sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik atau tidaknya cara
pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang
seragam dan merata.
Warna coklat yang terbentuk pada tiwul instan disebabkan karena reaksi
pencoklatan non-enzimatis atau reaksi maillard. Menurut Belitz dan Grosch
(1987) bahwa reaksi maillard dari group asam amino lisin terjadi dengan
kehadiran gula reduksi seperti glukosa yang menghasilkan ikatan protein e-N-de-
Soxyfructocyl-1-lysine yang menghasilkan warna coklat.
Berdasarkan pernyataan di atas maka semakin tinggi protein pada tiwul
instan berarti semakin banyak asam amino, dalam telur kandungan asam amino
yang tertinggi adalah Leucine dan Lycine (WFP, 1983). Asam amino ini akan
bereaksi dengan gula pada pati tepung singkong, sehingga dengan adanya
peningkatan suhu dalam pengolahan reaksi maillard berlangsung.
4. Tekstur
Tekstur yang baik dari tiwul instan apabila mempunyai tingkat kekokohan
yang maksimal dan kondisi ini dapat dicapai ketika proses fermentasi pada tepung
telur yang digunakan dalam pembuatan tiwul instan.
Menurut Winarno (1993), tekstur dan konsistensi suatu bahan akan
mempengaruhi citarasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut. Dari penelitian-
penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa perubahan tekstur atau viskositas
bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul karena dapat mempengarui
kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air
liur.
Uji organoleptik adalah pengujian secara subyektif yaitu pengujian
penerimaan selera makanan yang berdasarkan uji kegemaran dan analisa
perbedaan untuk menilai secara organoleptik diperlukan beberapa persyaratan
yaitu lingkungan dengan suasana tenang dan bersih, dengan demikian dapat
dengan benar diketahui mutu produk yang dihasilkan (Soekarto, 1985).
-
Dalam uji organoleptik indera yang berperan dalam pengujian adalah
indera penglihatan, penciuman, dan pencicip, peraba dan pendengaran, untuk
produk pangan yang paling jarang digunakan adalah indera pendengar, dalam
melakukan penilaian, panelis harus dilatih menggunakan indera untuk menilai
sehingga didapat suatu kesan terhadap mutu rangsangan (Rahayu, 1998).
Dalam penilaian ini dilakukan uji hedonik (kesukaan) yaitu dengan cara
bahan yang akan diuji disiapkan dengan kode, panelis diminta menilai produk
sesuai tingkatan kesukaan, meliputi rasa, warna, aroma, dan tekstur ikan. Skala
penilaian meliputi sangat tidak suka, tidak suka, agak suka, suka, suka sekali.
Variabel Independen
J. Kerangka Konsep Variabel Dependen
Varia
T
Kadar Protein
9 Protep
9 Jum9 Pe9 La9 La
Penambahan Tepung Telur 0%,
5%, 10%, 15%, 20%, 25%
K. Hipotesa
Ada pengaruh variasi
sifat organoleptik tiwul insta
iwul instan bel Terkendali Sifat Organoleptik pada Tiwul Instan
ses pembuatan ung gaplek lah tepung telur
nambahan garam
ma Pengukusan
ma Pengeringan
penambahan tepung telur terhadap kadar protein dan
n.
TINJAUAN PUSTAKAUbi KayuTABEL 1Putih
Tepung SingkongGAMBAR 1PROSEDUR I PROSEDUR IIKOMPOSISI KIMIA TEPUNG SINGKONG
TiwulTiwul InstanTelurTepung TelurProteinNutrifikasiSifat Organoleptik