TELUR

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Kayu Tanaman ubi kayu yang dikenal juga dengan nama singkong, ketela dan lainnya berasal dari Amerika. Saat ini tanaman ubi kayu banyak dijumpai pada daerah dengan Iklim dan tipe tanah sepanjang negara Tropis. Tanaman ubi kayu dikenal juga sebagai tanaman tumpang sari. Hasil yang terbanyak dan terbagus didapat apabila pemanenan dilakukan pada umur 9 – 12 bulan. Kategori pemanenan adalah bila daun tanaman ini telah berwarna kekuningan. Umbi yang didapat biasanya berukuran 30 – 45 cm dengan diameter 5 – 15 cm dan berat 0,9 – 2,3 kg. Komposisi kimia ubi kayu biasanya bervariasi tergantung dari varietas disamping faktor luar seperti Iklim, kesuburan tanah dan lain sebagainya. Komponen pati yang tinggi memungkinkan pati digunakan sebagai sumber karbohidrat. Kadar pati pada ubi kayu akan sangat dipengaruhi oleh waktu panen. Kadar amilosa pada ubi kayu adalah sekitar 23%. Kandungan protein pada ubi kayu sangat rendah dan ubi kayu hanya sedikit mengandung asam amino yang mengandung gugus sulfur. Asam amino total yang terdapat dalam ubi kayu adalah 684 mg/100 gr bagian yang dapat dimakan. TABEL 1 KOMPOSISI KIMIA UBI KAYU Jumlah Komponen Putih Kuning Karbohidrat (%) Protein (%) Lemak (%) Kalsium (mg/100gr) Phosfor (mg/100gr) Vitamin A (SI) Air (%) 34,7 1,2 0,3 33,0 40,0 - 62,5 37,9 0,8 0,3 33,0 40,0 385,0 60,0 Sumber : Suliantri, W.(1990)

description

telor

Transcript of TELUR

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Ubi Kayu Tanaman ubi kayu yang dikenal juga dengan nama singkong, ketela dan

    lainnya berasal dari Amerika. Saat ini tanaman ubi kayu banyak dijumpai pada daerah

    dengan Iklim dan tipe tanah sepanjang negara Tropis. Tanaman ubi kayu dikenal juga

    sebagai tanaman tumpang sari.

    Hasil yang terbanyak dan terbagus didapat apabila pemanenan dilakukan pada

    umur 9 12 bulan. Kategori pemanenan adalah bila daun tanaman ini telah berwarna

    kekuningan. Umbi yang didapat biasanya berukuran 30 45 cm dengan diameter 5

    15 cm dan berat 0,9 2,3 kg.

    Komposisi kimia ubi kayu biasanya bervariasi tergantung dari varietas

    disamping faktor luar seperti Iklim, kesuburan tanah dan lain sebagainya. Komponen

    pati yang tinggi memungkinkan pati digunakan sebagai sumber karbohidrat. Kadar

    pati pada ubi kayu akan sangat dipengaruhi oleh waktu panen. Kadar amilosa pada

    ubi kayu adalah sekitar 23%. Kandungan protein pada ubi kayu sangat rendah dan ubi

    kayu hanya sedikit mengandung asam amino yang mengandung gugus sulfur. Asam

    amino total yang terdapat dalam ubi kayu adalah 684 mg/100 gr bagian yang dapat

    dimakan.

    TABEL 1

    KOMPOSISI KIMIA UBI KAYU

    Jumlah Komponen Putih Kuning Karbohidrat (%) Protein (%) Lemak (%) Kalsium (mg/100gr) Phosfor (mg/100gr) Vitamin A (SI) Air (%)

    34,7 1,2 0,3

    33,0 40,0

    - 62,5

    37,9 0,8 0,3

    33,0 40,0

    385,0 60,0

    Sumber : Suliantri, W.(1990)

  • Ubi kayu mengandung senyawa Sianogenik Glukosida (Linamarin dan

    Lotaustralin). Komponen ini apabila terhidrolisa dapat menjadi glukosa, aseton dan

    HCN. Berdasarkan kandungan HCN tersebut, ubi kayu dapat dibedakan menjadi

    beberapa jenis diantaranya yang termasuk dalam varietas manis mempunyai

    kandungan HCN yang lebih rendah dari 50 gr/kg bahan. Sedangkan ubi kayu pahit

    mempunyai kandungan HCN yang lebih besar daripada 100 gr/kg ubi kayu yang telah

    dikuliti. Dosis HCN sebesar 50 60 mg/50 kg berat laki-laki dewasa dapat

    menyebabkan kematian apabila dikonsumsi. Singkong manis kadar HCNnya kurang

    dari 50 g/kg menurut FAO, singkong dengan kadar HCN 50 g/kg dari berat asal

    cukup aman untuk dikonsumsi. Dengan adanya tahap-tahap pembuatan tepung

    singkong, kadar HCN berkurang menjadi 10 40 g/kg (Winarno, 1988).

    B. Tepung Singkong Tepung singkong dapat langsung digunakan untuk berbagai jenis makanan

    olahan, selain itu juga diarahkan sebagai pemasok industri menengah atau untuk

    industri hilir dalam rangka diversifikasi produk olahan, yaitu untuk industri HFS

    (High Fructose Syrup), sorbitol, etanol, dan lain-lain, serta dapat digunakan sebagai

    tepung campuran pada industri mie, roti, kue-kue, atau produk-produk makanan

    lainnya (Departemen Perindustrian, 1990).

    Dalam proses pembuatan tepung singkong proses pengeringan memegang

    peranan penting. Pengeringan dengan matahari yang terlalu lambat akan

    menghasilkan mutu tepung yang kurang baik, khususnya karena terjadinya proses

    fermentasi yang akan menyebabkan terjadinya warna yang lebih gelap dan rasa asam.

    Untuk memperoleh mutu yang baik, maka pengeringan secara tepat sangat

    disarankan. Karena itulah proses pengepresan (dewatering) sebelum pengeringan

    merupakan alternatif proses yang bisa dipilih selalu mempercepat proses pengeringan,

    proses dewatering ini juga akan mengurangi kandungan HCN (Prangdimurti, 1991).

    Tepung singkong dapat dibuat melalui dua metode yaitu dengan cara

    pemotongan dan perajangan atau cara pemarutan dan pemerasan. Kedua cara itu

    secara skematis dapat disajikan pada gambar 1.

  • GAMBAR 1

    SKEMA PEMBUATAN TEPUNG SINGKONG

    PROSEDUR I PROSEDUR II

    Singkong Segar Singkong Segar

    Pengupasan

    Dikupas

    Pencucian

    Dicuci

    Pemarutan

    Dipotong/dirajang Dicacah/diparut

    Pengurangan kadar air (pengepresan/pemerasan)

    Penghancuran/penjemuran Dikeringkan/ditepungkan

    Pengayakan

    Penepungan

    Tepung singkong

    Pengayakan

    Tepung singkong

    Sumber : Institut Pertanian Bogor, 1996.

  • Selain untuk mengurangi kadar HCN, pembuatan tepung singkong terutama

    pada cara II akan meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama. Hal ini

    disebabkan oleh hilangnya sebagian kandungan gizi pada tepung singkong.

    Komposisi kimia tepung singkong seperti bahan bakunya (Ubi singkong)

    yaitu karbohidrat sebagai komponen utama dengan kadar lemak dan protein rendah.

    Adapun komposisi kimia tepung singkong dapat dilihat pada tabel 2.

    TABEL 2

    KOMPOSISI KIMIA TEPUNG SINGKONG

    Komponen Komposisi

    Kadar Air (%)

    Karbohidrat (%)

    Lemak (%)

    Protein (%)

    Serat Kasar (%)

    Abu (%)

    Kadar HCN (ppm)

    11,5

    83,8

    0,9

    1,0

    2,1

    0,7

    29

    Sumber : Departemen Perindustrian (1989)

    C. Tiwul Produksi ubi kayu di Indonesia sangat tinggi, tetapi bentuk pengolahan dan

    pengawetannya masih terbatas. Pengolahan ubi kayu yang paling sering dijumpai

    adalah pembuatan gaplek. Dalam pengolahan tepung gaplek yang banyak dilakukan

    oleh sebagian besar masyarakat pedesaan yaitu pembuatan tiwul.

    Didaerah-daerah tertentu tiwul digunakan sebagai makanan pokok sedangkan

    diperkotaan , tiwul lebih banyak dijual sebagai makanan jajanan dengan rasa manis

    dan biasanya dimakan dengan parutan kelapa, harga makanan tiwul ini relatif murah.

    (Yunianta et all, 1997).

    Tiwul adalah hasil olahan dari tepung ubi kayu melalui proses tradisional,

    yang merupakan makanan jadi berstekstur lembut padat yang merupakan hasil

    pengukusan tepung gaplek/tepung singkong yang telah diuleni dengan bantuan sedikit

  • air atau tepung ditambahkan air hingga basah dan dibentuk butiran-butiran yang

    seragam dengan ukuran sebesar biji kacang hijau dan dikukus selama 20 30 menit.

    Tiwul atau tiwul nasi dapat dikonsumsi langsung sebagai pangan pokok seperti nasi

    beras padi atau dicampur dengan parutan kelapa sebagai kudapan. Selain itu tiwul

    dapat pula dikeringkan menjadi tiwul instan tradisional yang tahan disimpan lebih

    dari satu tahun. (Wargiono, 2003).

    Tiwul menurut Ensiklopedia Nasional (1991) adalah makanan dari gaplek

    singkong yang ditumbuk atau dihaluskan kemudian dikukus. Makanan ini biasanya

    dimakan dengan dicampur sedikit gula jawa atau dengan parutan kelapa. Walau tiwul

    sangat rendah dari segi kandungan gizi, karena hanya mengandung pati, tetapi gizi

    bisa ditutupi dengan menambah lauk pauk berupa daging atau sayuran. Tiwul

    merupakan pilihan dalam upaya mempertahankan stabilitas ketahanan pangan

    keluarga bila terjadi defisit pasokan beras (padi).

    D. Tiwul Instan Tiwul instan ini dibuat sebagai produk pengembangan singkong siap pakai

    artinya dalam waktu kurang dari 5 menit, singkong yang telah diberi perlakuan dan

    ditambahkan air panas saja bisa langsung dikonsumsi.

    Tiwul sebagai salah satu makanan yang mudah rusak, karena kandungan

    airnya yang cukup tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan pengolahan lebih

    lanjut dengan pengeringan atau dibuat produk tiwul instan diantaranya sebagai

    makanan pokok. Selain dapat langsung dikonsumsi sebagai makanan pokok, produk

    tiwul instan diarahkan sebagai makanan jajanan. Tiwul instan juga diharapkan dapat

    didaya gunakan untuk persediaan bahan pangan ketika ada bencana, musim paceklik

    dan lain-lain. Untuk meningkatkan kandungan nilai gizi pada tiwul instan, maka

    harus ditambahkan bahan pangan lainnya yang mengandung protein tinggi

    (www.kompas.com, 2003).

    Dua tahap penting dalam pengolahan tiwul instan yaitu gelatinisasi dan

    pengeringan.

    1. Gelatinisasi

  • Gelatinisasi menurut Fardiaz (1996) adalah proses perubahan sifat fisik

    pati karena adanya air dan pemberian energi, kadang kadang tekanan selama

    waktu tertentu. Pada awal proses gelatinisasi granula pati yang berisi amilosa dan

    amilopektin mulai menyerap air. Penyerapan air meningkat dengan meningkatnya

    suhu pemanasan yang menyebabkan granula pati membengkak (swelling). Pada

    saat membengkak amilosa mulai berdifusi keluar granula dan akhirnya terbentuk

    matriks gel setelah granula runtuh.

    Suhu disaat granula pati pecah disebut suhu gelatinisasi. Suhu gelatinisasi

    berbeda beda untuk tiap jenis bahan dan merupakan suatu kisaran. Suhu

    gelatinisasi dapat ditentukan dengan viscometer, misalnya : jagung 62 70 C,

    beras 68 78 C, gandum 34,5 64 C, kentang 58 60 C, tapioka 52 64 C

    (Winarno, 1995).

    Pati yang telah mengalami gelatinisasi dapat dikeringkan, tetapi molekul-

    molekul tersebut tidak dapat kembali lagi ke sifat-sifatnya sebelum gelatinisasi.

    Bahan yang kering tersebut masih mampu meyerap air kembali dalam jumlah

    yang besar. Sifat inilah yang digunakan dalam pembuatan produk instan

    (Winarno, 1995).

    2. Pengeringan

    Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau

    menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan atau

    mengeluarkan sebagian air tersebut dengan menggunakan energi panas.

    Kandungan air bahan dikurangi sampai suatu batas mikroorganisme tidak dapat

    tumbuh lagi (Desroisier, 1992).

    Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua yaitu faktor

    yang berhubungan dengan udara pengering (yaitu: suhu, kecepatan volumetric

    aliran udara pengering dan kelembaban udara) dan faktor yang berhubungan

    dengan sifat bahan yang dikeringkan (yaitu: ukuran bahan, kadar air awal dan

    tekanan parsial di dalam bahan (Taib, dkk., 1988).

  • E. Telur Telur merupakan sumber protein hewani yang mempunyai nilai zat gizi tinggi,

    karena di dalamnya mengandung protein, lemak, hidrat arang, dan air. Dalam ilmu

    gizi telur dijadikan patokan untuk membandingkan nilai gizi bahan makanan lainnya.

    Dalam dunia kuliner, telur sangat penting kegunaannya dalam masak-

    memasak, karena mudah dimasak, cepat matang, praktis, dan dapat dihidangkan

    untuk segala umur. Selain itu telur dapat berfungsi sebagai pengental, perekat atau

    pengikat, pelembut atau pengempuk, dan pengembang suatu masakan serta sebagai

    penambah aroma dan zat gizi (Tarwotjo, 1998).

    Telur merupakan sumber zat gizi yang sangat penting yang dibutuhkan oleh

    perkembangan dan pertumbuhan embrio. Protein telur mempunyai nilai biologis

    tinggi karena mengandung asam-asam amino yang lengkap dibandingkan dengan

    protein hewan lainnya.

    Telur mengandung protein yang sangat tinggi, mutu protein, nilai cerna, dan

    mutu cerna telur paling baik diantara bahan-bahan makanan lainnya. Semua bernilai

    100% dibandingkan dengan daging mutu proteinnya hanya 81%, nilai cerna 100%

    dan mutu cernanya 81%. Ini berarti telur lebih baik mutunya dari pada daging.

    Protein telur sangat mudah untuk dicerna, diserap, dan digunakan oleh tubuh untuk

    pertumbuhan dan perkembangan jaringan-jaringan tubuh. Selain itu telur khususnya

    kuning telur banyak mengandung vitamin A, D, E dan K. Juga merupakan sumber

    mineral yang baik terutama zat besi.

    Protein telur terdapat baik pada putih maupun kuning telur. Telur juga

    merupakan bahan makanan sumber hewani yang relatif murah dibandingkan dengan

    sumber protein hewani yang lain.

    Secara umum, telur terdiri atas 3 komponen pokok, yaitu kulit telur atau

    cangkang ( 11% dari berat total telur), putih telur ( 57% dari berat total telur) dan

    kuning telur ( 32 % dari berat total telur).

    Protein telur bernilai biologis tinggi karena merupakan sumber protein

    utama. Mutu protein ditentukan oleh komposisi asam aminonya. Komponen dan

    kandungan asam amino essensial yang terdapat dalam telur antara lain tryptophan 1,0

    mg, isoleucine 3,7 mg, leucine 5,4 mg, lysine 5,4 mg, methionin dan cystine 3,7 mg,

  • phenylalanine dan tyrosin 4,7 mg, threonin 3,1 mg dan valin 3,9 mg (Syarief dan

    halid, 1993).

    Bagian putihnya (albumin) merupakan sumber protein dengan kadar 10 11

    % sedang bagian kuningnya (yolk) tidak saja merupakan sumber lemak (35 %) tetapi

    juga merupakan sumber kalsium dan besi. Meskipun telur mengandung 74 % air,

    tetapi telur merupakan sumber yang kaya akan protein bermutu tinggi. Karena

    tingginya nilai gizinya, berbagai ahli gizi menggunakan telur sebagai standar untuk

    mengukur mutu jenis makanan lainnya.

    Sedangkan kandungan unsur gizi dan kalori dalam telur ayam dapat dilihat

    dalam tabel 3.

    TABEL 3

    KANDUNGAN UNSUR GIZI SERTA KALORI DALAM TELUR AYAM

    Kadar per 100 gr Bahan No Unsur Gizi

    Putih Telur Kuning Telur

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    Energi (Kal)

    Air (gr)

    Protein (gr)

    Lemak (gr)

    Karbohidrat (gr)

    Mineral (gr)

    Kalsium (mg)

    Fosfor (mg)

    Besi (mg)

    Vitamin A (mg)

    Vitamin B (mg)

    Vitamin C (mg)

    46,00

    87,80

    10,80

    0

    0,80

    0,60

    6,00

    17,00

    0,20

    0

    0,01

    0

    355,00

    49,40

    16,30

    31,90

    0,70

    1,70

    1470

    586,00

    7,20

    600,00

    0,27

    0

    Sumber : Suprapti, (2002)

    Protein yang terkandung didalam telur, secara umum sangat mempengaruhi

    sifat telur. Adapun sifat telur adalah sebagai berikut :

  • 1. Sangat peka terhadap pengaruh asam dan pemanasan (terjadi koagulasi dan

    denaturasi)

    2. Bila dikocok akan berbuih dan mengembang, namun bila pengocokan berlebihan

    maka akan terjadi denaturasi sehingga mengempis kembali.

    3. Dalam putih telur mentah dan setengah matang terkandung beberapa jenis protein

    diantaranya adalah lysazyne, yang bila dimakan akan terserap langsung kedalam

    darah akan berfungsi sebagai zat anti gizi

    4. Jenis protein lain yang terdapat dalam telur mentah adalah avidin, avidin tersebut

    bersifat racun, dan akan hilang apabila telur tersebut dimasak (digoreng, direbus,

    dikukus)

    Manfaat telur bagi tubuh manusia selain dikonsumsi sebagai ramuan obat,

    lauk pauk juga dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat kue, puding ataupun

    produk industri pangan lainnya. Telur juga digunakan sebagai bahan untuk industri

    lainnya.

    Selain manfaat telur banyak, telur juga mempunyai kelemahan yaitu tidak

    dapat mempertahankan kesegarannya dalam waktu yang lama. Untuk dapat

    mempertahankan kesegaran telur perlu dipelajari terlebih dahulu struktur, sifat, tanda-

    tanda kesegaran telur dan akibat dari perlakuan tertentu serta cara penyimpanannya.

    Cara penyimpanan telur yang baik dapat mempertahankan kualitas dan kesegaran

    telur. Penyimpanan telur menjadi tepung telur sedikit mengubah nilai gizi telur, tetapi

    terjadi perubahan warna kuning telur yaitu karena kandungan karotin.

    Dalam bentuk tepung telur lebih memudahkan dalam penyimpanan dan lebih

    tahan lama. Tepung telur dibuat dengan cara mengeringkan telur segar, setelah

    melalui berbagai proses persiapan pengeringan dapat dilakukan terhadap putih telur

    (albumin), kuning telur (yolk), maupun campuran putih dan kuning telur (whole).

    Dengan menggunakan spray dryer, drum dryer, maupun oven.

    F. Tepung Telur Tepung telur merupakan produk awetan telur mentah, yang dikurangi

    kandungan airnya, melalui proses pengocokan, pengeringan, penghancuran dan

    pengayakan. Apabila akan memanfaatkannya harus dilakukan proses pematangan

  • terlebih dahulu. Tepung telur memiliki umur simpan yang lama karena berupa tepung

    yang memiliki kandungan air yang rendah, tepung telur dibuat tanpa adanya

    pemisahan antara bagian kuning dengan putih telurnya.

    Dalam bentuk tepung selain awet, juga diperoleh beberapa keuntungan antara

    lain volume bahan jauh lebih kecil sehingga menghemat ruang penyimpanan,

    pendistribusian atau pengangkutan lebih mudah dilakukan (ringan, ringkas atau tidak

    memakan banyak tempat, dan tidak mungkin pecah), jangkauan pemasaran lebih luas,

    penggunaannya lebih beragam dan dapat ditentukan secara tepat tanpa ada resiko

    kelebihan atau tersisa (Suprapti, 2002). Adapun komposisi gizi tepung telur dapat

    dilihat pada tabel 4.

    TABEL 4

    KOMPOSISI GIZI TEPUNG TELUR

    Zat Gizi Kadar

    Protein (%)

    Lemak (%)

    Karbohidrat (%)

    Mineral (%)

    Total padatan (%)

    Air (%)

    48,5

    43,5

    -

    4,5

    96,5

    3,5

    Sumber : Syarief dan Halid, (1993)

    Putih telur dalam bentuk kering atau tepung kandungan proteinnya lebih

    banyak yaitu sekitar 83 % dibanding dalam bentuk air yang hanya mengandung 10

    11 % saja (Deman, 1997). Sifat fungsional dalam pembuatan tepung telur sangat

    penting untuk dipertahankan karena akan menentukan kemampuan tepung telur untuk

    digunakan dalam pembuatan makanan olahan. Daya emulsi, daya koagulasi dan

    warna tepung telur umumnya tidak banyak berbeda dibandingkan dengan keadaan

    segarnya.

    1. Jenis Tepung Telur

    Tepung telur dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu tepung putih telur,

    tepung kuning telur dan tepung telur utuh (campuran putih telur dan kuning telur).

    Tepung putih telur ialah hasil pengeringan cairan putih telur yang bebas kuning

  • telur. Umumnya dikeringkan dengan pengeringan lapis tipis atau pengeringan

    busa, karena sifat putih telur yang relatif tidak tahan panas.

    Tepung kuning telur umumnya tidak 100 % terbuat dari kuning telur,

    karena sangat sulit memisahkan kuning telur dan putih telur, biasanya merupakan

    campuran dari 80 % kuning telur dan 20 % putih telur. Dalam proses

    pembuatannya, biasanya digunakan pengering semprot (spray drier). Sedangkan

    tepung telur utuh terbuat dari campuran kuning dan putih telur dengan proporsi

    alamiah telur segar.

    Indonesia belum mempunyai standar mutu untuk tepung telur, tetapi

    parameter-parameter mutu tepung telur yang diutamakan ialah kadar air (< 5 %),

    kadar lemak, kadar protein, warna, aroma dan tidak adanya Salmonella. Kadar

    gula yang dikehendaki maksimal 0,1 %, karena gula dapat menyebabkan reaksi

    pencoklatan selama penyimpanan. Keadaan ini dapat diatasi dengan mengurangi

    kandungan glukosa dalam cairan telur sebelum dikeringkan dengan cara

    fermentasi menggunakan ragi Saccharomyces cereviciae, bakteri Streptococcus

    lactis atau enzim glukosa oksidase ( Rahardi, 2004)

    Pengeringan telur dapat membunuh 99,9 % mikroorganisme termasuk

    Salmonella sp, bakteri coliform seperti Proteus sp dan Pseudomonas sp, juga

    sebagian besar kapang dan khamir (Syarief dan Halid, 1993).

    2. Penggunaan Tepung Telur

    Sebelum digunakan sebagai bahan pangan, umumnya tepung telur diubah

    menjadi bentuk cair ledih dahulu agar dapat menghasilkan adanon yang lunak.

    Penambahan air dilakukan sampai keadaan seperti cairan yang dihasilkan dari

    telur segar.

    Tepung putih telur yang dihasilkan dari pengering semprot banyak

    dimanfaatkan sebagai pelapis kue, sebagai bahan pada kue yang memerlukan

    daya busa tinggi dalam pembuatannya, juga banyak digunakan dalam industri

    permen. Untuk tepung kuning telur banyak digunakan dalam pembuatan roti, kue

    lapis, donat, kue kering, mayonnaise, mie telur dan lain-lain. Sedangkan tepung

    telur utuh cocok digunakan dalam pembuatan mayonnaise, kue, mie telur, telur

  • dadar, makanan bayi, makanan kaleng lain dan bermacam-macam makanan

    ringan (Rahardi, 2004).

    3. Teknik Penyimpanan

    Telur dalam bentuk tepung mempunyai umur simpan yang relatif cukup

    lama walaupun dalam kondisi tropis. Kerusakan yang terjadi selama penyimpanan

    ialah perubahan warna, timbulnya aroma atau bau yang menyimpang dan

    menurunnya kelarutan tepung telur. Perubahan aroma disebabkan oleh suhu

    penyimpanan yang terlalu tinggi. Oleh karena itu maka tepung telur sebaiknya

    disimpan dalam kaleng bebas hama dan dalam keadaan tertutup, kondisi ruang

    penyimpanan bersih dan bebas aroma lain, suhu ruang penyimpanan sebaiknya

    kurang dari 10 C. Tepung telur umumnya mempunyai masa simpan sekitar satu

    tahun. Semakin rendah kandungan glukosa dalam tepung telur, daya simpannya

    akan semakin meningkat (Rahardi, 2004).

    G. Protein Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena

    protein berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-

    asam amino yang mengandung unsur-unsur C (carbon), H (hydrogen), O (oxsygen),

    dan N (nitrogen) yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein

    mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur

    logam seperti besi dan tembaga. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk

    membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein juga

    dapat digunakan sebagai bahan bakar apabila kebutuhan energi tubuh tidak terpenuhi

    dari karbohidrat dan lemak (Winarno, 2004).

    Protein dalam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap oleh

    usus dalam bentuk asam amino. Sampai sekarang baru dikenal 24 macam asam amino

    endogen. Asam amino endogen dapat dibentuk dalam tubuh manusia, sedangkan 10

    asam amino eksogen tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia, karena itu disebut

    asam amino esensial, artinya harus didapatkan dari makanan sehari-hari. Yang

    tergolong asam amino esensial adalah lisin, leusin, isoleusin, treonin, motionin, valin,

    fenilalanin, histidin, dan arginin (Winarno, 1993)

  • Berdasarkan sumbernya, protein pangan dibedakan menjadi dua yaitu protein

    hewani dan nabati. Protein hewani merupakan protein yang mempunyai nilai biologis

    tinggi, sedangkan protein nabati kecuali kedelai umumnya bernilai biologis rendah

    (Nursanyoto, 1992)

    Mutu protein dinilai dari perbandingan asam-asam amino yang terkandung

    dalam protein tersebut. Protein yang berasal dari hewani seperti daging, telur dan susu

    dapat menyediakan asam-asam amino esensial dalam suatu perbandingan yang

    menyamai kebutuhan manusia, karenanya disebut protein dengan mutu tinggi. Protein

    tergolong bermutu rendah apabila terdapat asam amino pembatas, misalnya pada

    serealia, asam amino pembatasnya asam amino metionin (Winarno, 2004).

    Disamping peranannya sebagai komponen gizi yang penting, beberapa protein

    memiliki kemampuan untuk membentuk gel, buih, serta emulsi. Demikian juga

    sebagian protein berperan dalam perbaikan warna dan rasa melalui reaksi maillard,

    yaitu reaksi pencoklatan. Meskipun telur mengandung 74 % air, tetapi telur

    merupakan sumber yang kaya akan protein bermutu tinggi. Karena tingginya nilai

    gizi telur, berbagai ahli gizi menggunakan telur sebagai standar untuk mengukur mutu

    jenis makanan lainnya. Protein telur, ovalbumin dan terutama globulin berperan

    penting dalam pembentukan buih. Sedangkan ovomusin bertindak sebagai stabilisator

    segera setelah buih terbentuk. Protein telur membentuk batas yang elastis diantara

    udara dan cairan karena terkoagolasi sebagian. Itulah sebabnya maka udara dapat

    ditahan lebih lama, sifat inilah yang dimanfaatkan dalam berbagai kue yang

    memerlukan pengembangannya (Winarno, 1993).

    Dengan pemanasan protein dapat mengalami denaturasi, artinya strukturnya

    berubah dari bentuk anting ganda yang kuat menjadi kendur dan terbuka, sehingga

    memudahkan bagi enzim pencernaan untuk mehidrolisis dan memecahnya menjadi

    asam-asam amino (Winarno, 1993). Denaturasi dapat merubah sifat protein menjadi

    sukar larut dan makin kental. Keadaan ini disebut koagulasi. Koagolasi dapat

    ditimbulkan dengan pemanasan, asam, enzim, perlakuan mekanis, garam (Gaman dan

    Sherrington, 1994).

  • H. Nutrifikasi Manusia mendapat sebagian zat gizi yang diperlukan dengan cara

    mengkonsumsi berbagai jenis bahan pangan baik yang berasal dari hasil ternak

    maupun tanaman yang terdapat didaerah lingkungan hidup mereka.

    Untuk menyusun menu dengan gizi yang berkecukupan, tetapi tidak

    berlebihan dengan cara :

    1. Melakukan kombinasi dari berbagai individu makanan kedalam menu sehingga memiliki nilai gizi yang lebih seimbang ketimbang bila hanya terdiri dari satu

    jenis bahan pangan saja.

    2. Melalui nutrifikasi yaitu penambahan mikronutrien kedalam makanan. Nutrifikasi (restorasi, enrichment dan fortifikasi) pangan yang secara individu bahan pokok

    atau diberi pangan dan diberi tambahan mikronutrien yang diperlukan seperti

    vitamin, mineral, asam amino, protein, vitamin A, vitamin B, zat besi, iodium,

    dan mikronutrien lain. Sehingga dihasilkan makanan yang bergizi lebih tinggi

    dengan harga yang relatif murah.

    Penambahan mikronutrien kedalam makanan bukanlah merupakan konsep

    baru. Hal itu telah dimulai dalam abad ke 19 di Amerika Selatan ketika dilakukan

    pertama kali yaitu penambahan iodium pada garam dapur. Kini nutrifikasi dapat

    dilakukan secara cepat dengan biaya yang sangat ekonomis, fleksibel dan secara

    sosial diterima dengan baik oleh masyarakat.

    Nutrifikasi hanya berakibat kecil terhadap perubahan selera dan rasa serta

    dapat memanfaatkan semaksimalnya jenis makanan lokal yang kental kadar

    tradisionalnya. Teknik nutrifikasi makanan dilakukan dengan cara penambahan

    mikronutrien pada tingkat yang telah disarankan dan dengan mudah dapat

    menyesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat perkembangan ilmu gizi saat itu.

    I. Sifat Organoleptik Dalam pengujian sifat organoleptik menggunakan uji kesukaan (hedonik),

    para panelis diminta memberikan penilaiannya meliputi rasa, aroma, warna dan

    tekstur menurut skala hedonik.

    1. Rasa

  • Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cecapan

    yang terletak pada papilla yaitu bagian noda merah jingga pada lidah. Rasa

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan

    interaksi dengan komponen rasa yang lain. Sumber rasa gurih terutama adalah

    pada penambahan tepung telur yang dibuat tanpa adanya pemisahan antara kuning

    dan putih telur, sedangkan rasa asin berasal dari garam-garam organik, yang

    umum adalah NaCl murni. Selain itu suhu makanan akan mempengaruhi

    kemampuan kuncup cecapan untuk menangkap rangsangan rasa. Makanan yang

    terlalu panas akan membakar lidah dan merusak kepekaan kuncup cecapan,

    sedangkan makanan yang dingin dapat membius kuncup sehingga tidak peka lagi

    (Winarno, 2004).

    Pada tiwul instan mempunyai rasa gurih yang berasal dari penambahan

    tepung telur, dengan adanya proses fermentasi yang menimbulkan citarasa yang

    khas pada tiwul instan.

    2. Aroma

    Istilah aroma diartikan sebagai sensasi bau yang ditimbulkan oleh

    rangsangan kimia senyawa volatiel yang tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang

    berbeda di rongga hidung ketika bahan pangan masuk ke mulut. Sensasi atau

    rangsangan tersebut senantiasa akan menimbulkan kelezatan, yang kemudian

    dapat mempengaruhi tingkat atau daya terima panelis atau konsumen terhadap

    suatu produk pangan tertentu.

    Aroma pada tiwul instan matang kurang disukai oleh panelis, namun

    demikian dengan penambahan tepung telur yang paling kecil (5 %) panelis agak

    suka. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada tiwul instan matang telah

    melalui proses rehidrasi dan pengukusan, sehingga volatile pada tepung telur akan

    berkurang dengan pengukusan.

    3. Warna

    Faktor warna akan tampil lebih dahulu dalam penentuan mutu bahan

    makanan dan kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan makanan yang

    dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila

  • memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah

    menyimpang dari warna yang seharusnya. Selain itu warna juga dapat digunakan

    sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik atau tidaknya cara

    pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang

    seragam dan merata.

    Warna coklat yang terbentuk pada tiwul instan disebabkan karena reaksi

    pencoklatan non-enzimatis atau reaksi maillard. Menurut Belitz dan Grosch

    (1987) bahwa reaksi maillard dari group asam amino lisin terjadi dengan

    kehadiran gula reduksi seperti glukosa yang menghasilkan ikatan protein e-N-de-

    Soxyfructocyl-1-lysine yang menghasilkan warna coklat.

    Berdasarkan pernyataan di atas maka semakin tinggi protein pada tiwul

    instan berarti semakin banyak asam amino, dalam telur kandungan asam amino

    yang tertinggi adalah Leucine dan Lycine (WFP, 1983). Asam amino ini akan

    bereaksi dengan gula pada pati tepung singkong, sehingga dengan adanya

    peningkatan suhu dalam pengolahan reaksi maillard berlangsung.

    4. Tekstur

    Tekstur yang baik dari tiwul instan apabila mempunyai tingkat kekokohan

    yang maksimal dan kondisi ini dapat dicapai ketika proses fermentasi pada tepung

    telur yang digunakan dalam pembuatan tiwul instan.

    Menurut Winarno (1993), tekstur dan konsistensi suatu bahan akan

    mempengaruhi citarasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut. Dari penelitian-

    penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa perubahan tekstur atau viskositas

    bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul karena dapat mempengarui

    kecepatan timbulnya rangsangan terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air

    liur.

    Uji organoleptik adalah pengujian secara subyektif yaitu pengujian

    penerimaan selera makanan yang berdasarkan uji kegemaran dan analisa

    perbedaan untuk menilai secara organoleptik diperlukan beberapa persyaratan

    yaitu lingkungan dengan suasana tenang dan bersih, dengan demikian dapat

    dengan benar diketahui mutu produk yang dihasilkan (Soekarto, 1985).

  • Dalam uji organoleptik indera yang berperan dalam pengujian adalah

    indera penglihatan, penciuman, dan pencicip, peraba dan pendengaran, untuk

    produk pangan yang paling jarang digunakan adalah indera pendengar, dalam

    melakukan penilaian, panelis harus dilatih menggunakan indera untuk menilai

    sehingga didapat suatu kesan terhadap mutu rangsangan (Rahayu, 1998).

    Dalam penilaian ini dilakukan uji hedonik (kesukaan) yaitu dengan cara

    bahan yang akan diuji disiapkan dengan kode, panelis diminta menilai produk

    sesuai tingkatan kesukaan, meliputi rasa, warna, aroma, dan tekstur ikan. Skala

    penilaian meliputi sangat tidak suka, tidak suka, agak suka, suka, suka sekali.

    Variabel Independen

    J. Kerangka Konsep Variabel Dependen

    Varia

    T

    Kadar Protein

    9 Protep

    9 Jum9 Pe9 La9 La

    Penambahan Tepung Telur 0%,

    5%, 10%, 15%, 20%, 25%

    K. Hipotesa

    Ada pengaruh variasi

    sifat organoleptik tiwul insta

    iwul instan bel Terkendali Sifat Organoleptik pada Tiwul Instan

    ses pembuatan ung gaplek lah tepung telur

    nambahan garam

    ma Pengukusan

    ma Pengeringan

    penambahan tepung telur terhadap kadar protein dan

    n.

    TINJAUAN PUSTAKAUbi KayuTABEL 1Putih

    Tepung SingkongGAMBAR 1PROSEDUR I PROSEDUR IIKOMPOSISI KIMIA TEPUNG SINGKONG

    TiwulTiwul InstanTelurTepung TelurProteinNutrifikasiSifat Organoleptik