tauhid.docx

5
ULASAN TAUHID Mariah 13413101 Bismillahirrohmaanirrohiim Di tengah kesibukan yang banyak memakan waktu kita, dengan tuntutan hidup yang terus bertambah, entah kuliah, rapat, ngegame (eh), futsal (eh eh) pernahkah terlintas di pikiran kita sebuah pertanyaan: Mengapa kita ada di dunia dan untuk apa kita diciptakan? Jika pernah, maka bersyukurlah. Itu berarti kita menyadari bahwa kita tidak diciptakan sia-sia dan kita menyadari bahwa kita berada di sini dengan sebuah tujuan. Ya.. Kita sedang mencari tau apa tujuan kita berada di dunia. Maka bersyukurlah sebab banyak orang di luar sana yang telah terlena oleh gemerlap warna-warni dunia hingga mereka lupa untuk mencari tau dan berfikir, untuk apa mereka berada di dunia. Mereka lupa dan tak mengerti untuk apa mereka diciptakan dan berada di dunia yang fana ini. Sedang akhirat yang kekal tengah menunggu dengan tumpukan permintaan pertanggung jawaban atas apa yang telah mereka lakukan di dunia. Dan bersyukurlah, sebab Tuhan kita Yang Mahaagung telah menjelaskan jawaban dari pertanyaanmu itu, sejak berabad-abad yang lalu dengan jawaban yang amat jelas dalam kitab yang mulia. Alloh berfirman: Maksudnya: Dan sama sekali tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia untuk suatu tujuan, kecuali hanya untuk satu tujuan yaitu agar mereka beribadah kepada-Ku 1 . Para ulama terdahulu menafsirkan kata “liya’buduun” sebagai “untuk mengesakanKu”. Jadi, jelas sekali, yang dimaksud dengan menyembah Alloh adalah mentauhidkan Alloh 2 . Dalam surat ini, maksud dari tauhid artinya mengesakan Alloh dalam hal beribadah. Artinya, hendaknya engkau menyembah Alloh semata, jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun, jangan sekutukan dia dengan raja, dengan pemimpin, bahkan dengan para nabi dan malaikatNya. 3 Dan tauhid, inilah perkara yang paling agung yang Alloh perintahkan. Lawan 1 Syaikh Shalih bin Abdul Aziz. Syarah Kitab Tauhid. 2 Muqoddimah Syaikh Muhammad At-Tamimi dalam Tsalatsatul Ushul 3 Syaikh Muhammad bin Shalih. Penjelasan Kitab 3 Landasan Utama

Transcript of tauhid.docx

ULASAN TAUHIDMariah 13413101

BismillahirrohmaanirrohiimDi tengah kesibukan yang banyak memakan waktu kita, dengan tuntutan hidup yang terus bertambah, entah kuliah, rapat, ngegame (eh), futsal (eh eh) pernahkah terlintas di pikiran kita sebuah pertanyaan: Mengapa kita ada di dunia dan untuk apa kita diciptakan?Jika pernah, maka bersyukurlah. Itu berarti kita menyadari bahwa kita tidak diciptakan sia-sia dan kita menyadari bahwa kita berada di sini dengan sebuah tujuan. Ya.. Kita sedang mencari tau apa tujuan kita berada di dunia. Maka bersyukurlah sebab banyak orang di luar sana yang telah terlena oleh gemerlap warna-warni dunia hingga mereka lupa untuk mencari tau dan berfikir, untuk apa mereka berada di dunia. Mereka lupa dan tak mengerti untuk apa mereka diciptakan dan berada di dunia yang fana ini. Sedang akhirat yang kekal tengah menunggu dengan tumpukan permintaan pertanggung jawaban atas apa yang telah mereka lakukan di dunia.Dan bersyukurlah, sebab Tuhan kita Yang Mahaagung telah menjelaskan jawaban dari pertanyaanmu itu, sejak berabad-abad yang lalu dengan jawaban yang amat jelas dalam kitab yang mulia. Alloh berfirman:

Maksudnya: Dan sama sekali tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia untuk suatu tujuan, kecuali hanya untuk satu tujuan yaitu agar mereka beribadah kepada-Ku[footnoteRef:1]. Para ulama terdahulu menafsirkan kata liyabuduun sebagai untuk mengesakanKu. Jadi, jelas sekali, yang dimaksud dengan menyembah Alloh adalah mentauhidkan Alloh[footnoteRef:2]. [1: Syaikh Shalih bin Abdul Aziz. Syarah Kitab Tauhid.] [2: Muqoddimah Syaikh Muhammad At-Tamimi dalam Tsalatsatul Ushul]

Dalam surat ini, maksud dari tauhid artinya mengesakan Alloh dalam hal beribadah. Artinya, hendaknya engkau menyembah Alloh semata, jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun, jangan sekutukan dia dengan raja, dengan pemimpin, bahkan dengan para nabi dan malaikatNya.[footnoteRef:3] Dan tauhid, inilah perkara yang paling agung yang Alloh perintahkan. Lawan dari kata tauhid adalah syirik, yakni berdoa kepada Alloh sembari berdoa kepada selain Alloh[footnoteRef:4]. Dan inilah perkara paling besar yang Alloh larang.[footnoteRef:5] [3: Syaikh Muhammad bin Shalih. Penjelasan Kitab 3 Landasan Utama] [4: Muqoddimah Syaikh Muhammad At-Tamimi dalam Tsalatsatul Ushul] [5: Muqoddimah Syaikh Muhammad At-Tamimi dalam Tsalatsatul Ushul]

(QS. An-Nisa: 36)Tetapi, sebenarnya, makna dari tauhid itu lebih luas. Tauhid adalah mengesakan/meyakini keesaan Alloh dalam rububiyah, ikhlas beribadah kepadaNya, serta menetapkan baginya nama-nama dan sifat-sifatNya[footnoteRef:6]. Dan makna syirik pun tidak hanya dalam beribadah, tetapi juga dalam 3 hal tersebut. Jadi, untuk memudahkan kita dalam memahaminya, para ulama membagi tauhid menjadi tiga macam; tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma wa sifat.[footnoteRef:7] [6: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Kitab Tauhid 1.] [7: Syaikh Al-Utsaimin. Syarah Aqidah Wasithiyah. Hal xlii]

Perkara tauhid adalah perkara yang sangat urgen. Sudah jelas tertera sebelumnya, bahwa tauhid adalah hikmah dari penciptaan jin dan manusia. Juga hikmah diutusnya para rasul. Karena hal yang menjadi pertentangan antara rasul dengan kaumnya adalah masalah tauhid[footnoteRef:8]. [8: Syaikh Shalih bin Abdul Aziz. Syarah Kitab Tauhid.]

Bahkan, saking urgennya, Al-Quran dibuka dengan (surat tentang) tauhid dan ditutup dengan (surat tentang) tauhid. Tak cukup sampai di situ, isi Al-Quran pun tentang tauhid.Mari kita lihat. Mari kita lihat dan cermati. Al-Quran berisi berita tentang Alloh, nama-namaNya, sifat-sifatNya, perbuatanNya; itu adalah tentang tauhid rububiyah dan asma wa sifat. Al-Quran berisi seruan untuk beribadah hanya kepada Alloh dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun, itu adalah tentang tauhid uluhiyah. Al-Quran berisi perintah dan larangan dan kewajiban untuk taat dan menjauhi larangan, itulah hak-hak dan penyempurna tauhid. Al-Quran berisi tentang kemuliaan dan balasan bagi ahli tauhid di dunia dan di akhirat, itulah balasan bagi ahli tauhid. Al-Quran juga berisi tentang orang-orang musyrik dan siksa di dunia dan azab di akhirat bagi mereka. Itulah balasan bagi orang yang menyelisihi tauhid.Dan berbahagialah orang-orang yang bertauhid dan tidak mencampur adukkan tauhidnya dengan kesyirikan, karena bagi merekalah keamanan dan petunjuk yang sempurna (QS. Al-Anam:62). Dan berbahagialah orang yang mengucapkan kalimat tauhid, dengan ikhlas, dan memenuhi persyaratan serta konsekuensinya dan menjauhi syirik, karena Alloh mengharamkan neraka baginya.Sesungguhnya Alloh mengharamkan orang yang mengucapkan la ilaha illallah, karena mengharapkan wajah Allah (keridhooan Alloh), atas neraka (HR. Bukhari-Muslim)Ah.. betapa luasnya karunia Alloh. Maka nikmat tuhanMu yang mana lagikah yang kamu dustakan?

Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, tauhid dapat dibagi menjadi tiga, salah satunya adalah tauhid rububiyah.Tauhid rububiyah adalah mengesakan Alloh dalam segala perbuatanNya, baik dalam hasil penciptaan, kekuasaan, maupun pengendalian.Alloh berfirman:

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Alloh (QS Al-Arof: 54)

Dan hanya kepunyaan Alloh kerajaan langit dan bumi (QS. Al-Jatsiyah: 27)Ya, kita meyakini bahwa Alloh sendiri lah yang menciptakan semua makhluknya (QS. Azzumar:62), Alloh sendiri yang memberi rizki kepada setiap ciptaanNya (QS. Hud), Alloh yang menguasai Alam, mengatur alam semesta, mengangkat, menurunkan, mengatur siang dan malam, menghidupkan dan mematikan, menguasai segalaNya (QS. Ali-Imron: 26-27) dan Alloh sama sekali tidak membutuhkan pembantu untuk melakukan semua itu, dalam kekuasaaannNya, penciptaan, pemberian rizki, dan sebagainya. Sama sekali tidak. (QS. Luqman: 11) (QS. Al-Mulk:21)Sebuah jejak kaki menunjukkan adanya seseorang yang berjalan, demikian pula alam semesta, keberadaan, keteraturan, dan apa-apa yang ada di dalamnya, semua itu menunjukkan adanya sang Pencipta[footnoteRef:9], Pengatur/Pengendali, dan Penguasa. Akal kita telah meyakini hal ini. Dan mengakui keberadaan Rabb (tuhan) adalah fitrah seorang manusia. [9: Syaikh Al-Utsaimin. Syarah Aqidah Wasithiyah. Hal 21]

Bukan hanya mengakui keberadaan tuhan, mengakui rububiyah Alloh dan menerimanya adalah sesuatu yang fitri[footnoteRef:10]. Hanya saja di kemudian waktu, kesyirikan datang dan merajalela. Perhatikan baik-baik sabda Nabi Shallallohu alaihi wa sallam berikut. [10: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Kitab Tauhid 1.]

Setiap bayi dilahirkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR. Bukhari-Muslim)[footnoteRef:11] [11: RIngkasan Shahih Bukhari. Hlm. 337]

Jadi, mengakui tauhid rububiyah adalah fitrah seorang manusia. Rabb kita yang Mahamulia telah menjadikannya sebagai fitrah dalam diri manusia[footnoteRef:12]. Kendati pun orang yang musyrik menyekutukan Alloh dalah hal peribadahan, mereka juga mengakui keesaan rububiyah Alloh (QS.Al-Muminun 86-89). [12: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Kitab Tauhid 1.]

Tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Alloh dalam ibadah. Ibadah kita hanya untuk Alloh, bukan untuk selainNya. Bukan untuk raja, pemimpin, wali, syaikh, ibu, bapak. Bukan pula untuk malaikat dan nabiNya. Tetapi kita beribadah hanya untuk Alloh.[footnoteRef:13] [13: ]

tauhid uluhiyah ini sangatlah penting. Sangat-sangat penting. Karena bertauhid dengan tauhid rububiyah saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang islam. Dan tauhid inilah yang menjadi inti dakwah para rasul, mulai dari yang pertama hingga yang terakhir. [footnoteRef:14] [14: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Kitab Tauhid 1.]

Alloh berfirman:Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): sembahlah Alloh (saja) dan jauhilah thagut (QS. An-Nahl: 36)Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami mewahyukan kepadanya, Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku. (QS. Al-Anbiya: 25)Dan perhatikan apa yang diserukan oleh para rosul; yaitu oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syuaib dan sebagainya: Hai kaumku, sembahlah Alloh, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selainNya (QS. Al-Araf: 59,65,73,85)Karena kaum musyrikin di zaman Rosululloh bahkan hampir di setiap zaman- tidak menyelisihi tauhid rububiyyah. Akan tetapi, mereka menyelisihi dalam hal uluhiyyah.Alloh berfirman:Katakanlah: Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan pengelihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan siapakah yang mengatur segala sesuatu? Maka mereka akan menjawab: Alloh. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertaqwa kepadanya? (QS. Yunus: 31)Hanya meyakini tauhid rububiyah saja tidak menjadikan seseorang islam[footnoteRef:15]. Mentauhidkan Alloh haruslah mencakup tauhid yang 3, rububiyah, uluhiyah, dan asma wa sifat. [15: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Kitab Tauhid 1.]