suppositoria.pdf

download suppositoria.pdf

of 25

Transcript of suppositoria.pdf

  • Audia Triani Olii M.Si.,Apt.

  • Suppositoria adalah salah satu bentuk sediaan padat

    yang dimaksudkan untuk pemberian obat melalui rektum,vagina atau uretra, yang meleleh,melunak atau melarut pada suhu tubuh

    Berdasarkan tempat pemberiannya, suppositoria dikenal atas 3 jenis yaitu suppositoria rektal, vagina dan uretra.

    Desfinisi

  • Suppositoria Rektal

    Ciri ciri :

    Berbentuk torpedo

    Rata rata beratnya 2 g dengan panjang 1 1,5 inci

    Untuk anak, beratnya dari ukuran dewasa atau 1 g

    Suppositoria Vagina (Pesari)

    Ciri ciri :

    Berbentuk oval atau globular

    Berat rata-rata 3,5 g

    Basis yang digunakan umumnya basis larut air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi

  • Suppositoria Uretra (Bougies)

    Ciri ciri :

    Umumnya berbentuk panjang seperti pensil

    Berat rata-rata untuk wanita 2 g dan untuk pria 4 g

    Berdiameter 5 mm dengan panjang untuk wanita 50 mm dan untuk pria 125 mm

  • Menghindari efek lintas pertama atau first pass effect

    terutama untuk obat obatan yang mengalami first pass metabolism secara intensif setelah pemberian oral sehingga kadar obat dalam darah lebih tinggi

    Menjamin stabilitas obat yang terurai dalam saluran GI

    Sesuai untuk obat yang dapat mengiritasi saluran GI

    Sesuai untuk obat yang memiliki bau dan rasa yang tidak menyenangkan

    Sesuai untuk pasien yang tidak mempu menelan obat

    Keuntungan sediaan Rektal

  • Diperlukan bantuan dari orang lain dalam

    penggunaannya

    Absorpsi obat melalui rektal lebih lama dan terdapat variasi intra dan intersubjek yang besar

    Adanya feses pada rektum mempengaruhi kecepatan dan lamanya absorpsi obat

    Pemberian secara rektal dapat memberikan efek samping lokal pada daerah tersebut

    Pembuatannya lebih sulit dibandingkan bentuk sediaan obat yang lainnya.

    Kekurangan suppositoria Rektal

  • Rektum adalah bagian akhir (beberapa inch) dari

    usus besar

    Dinding saluran cerna terdiri dari beberapa lapisan termasuk lapisan mukosa, submukosa, tunika muskularis, dan peritonium viseral.

    Membran mukosa rektum tersusun dari lapisan sel epitelian silindris dan tidak mengandung vili

    Anatomi dan fisiologi Rektum

  • Panjang rektum 15 20 cm dengan luas permukaan 300 cm2.

    Terdiri dari 2 bagian, saluran anal dan ampula

    Permukaan dinding datar dan tidak mempunyai fili, tapi kaya dengan akan pembuluh darah dan pembuluh limfatik.

    Dinding rektal terdiri atas 1 lapisan sel (sel silindrikal dan sel goblet) yang berfungsi mensekresi mukus.

    Volume total mukus kurang lebih 3 ml.

    Terdapat 3 saluran pembuluh darah yang berfungsi mentransfer obat yang terabsorpsi melalui rektum ke sirkulasi yaitu :

    - Vena hemoroid atas

    - Vena hemoroid tengah

    - Vena hemoroid bawah

  • pH rektum netral, dengan kapasitas dapar yang rendah menyebabkan cairan dalam rektum tidak dapat mengubah derajat ionisasi. Bentuk garam dari obat menentukan apakah obat menghasilkan efek lokal atau diabsorpsi sistemik.

    Obat yang diabsorpsi masuk ke dalam vena hemoroid atas dan vena hemoroid tengan, akan masuk ke dalam sirkulasi melalui vena cava inferior dan terhindar dari metabolisme oleh hati.

    Aborpsi ke dalam vena hemoroid atas menyebabkann obat akan masuk ke dalam hati dan selanjutnya dimetabolisme.

  • Faktor fisiologi yang mempengaruhi absorpsi rektal adalah pH cairan rektum dan kapasitas dapar, isi kolon, rute sirkulasi dan kondisi patologis (diare, obstruksi kolon akibat kanker, dehidrasi jaringan)

    Cairan rektal memiliki pH netral ( 7,4) dengan kapasitas dapar yang rendah

    Rektum kosong mengandung 2 3 ml cairan rektal

    Dalam keadaan istirahat rektum tidak mengalami gerakan

  • Mekanisme absorpsi :

    Transelular

    Mekanisme absorpsi obat di saluran rektum tidak berbeda dengan absorpsi di saluran cerna bagian atas yaitu transport pastif adalah mekanisme absorpsi yang paling utama.

    Absorpsi bergantung pada beberapa faktor :

    - BM

    - Liposolubilitas

    - Derajat ionisasi molekul (basa lebih cepat diabsorpsidengan adanya anion seperti Na lauril sulfat)

    Paraselular (melalui tight junction)

    Absorpsi obat melalui rektal

  • Proses yang dilalui obat sebelum akhirnya

    diabsorpsi ke dalam sirkulasi sistemik meliputi pelelehan bentuk sediaan, pelarutan obat dalam cairan rektal dan difusi obat dari cairan rektal ke mukosa rektal kemudian selanjutnya diabsorpsi

    Faktor yang mempengaruhi absorpsi pada rektal

  • Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan dan lamanya obat diabsorpsi pada rektal :

    1. Sisi absorpsi dalam rektum

    Sisi absorpsi akan mempengaruhi nasib obat dalam pembuluh darah, karena metabolisme obat tergantung pada daerah mana obat tersebut diabsorpsi

    2. Koefisien partisi dan derajat ionisasi obat

    Beberapa produk rektal adalah bersifat lipofilik, jika obat yang digunakan juga bersifat lipofilik, pelepasan obat akan lambat dan kelarutan obat dalam cairan rektal juga akan rendah

    Penggunaan dispersi obat yang hidrofilik dalam basis yang lipofilik lebih disarankan karenan akan memiliki kecenderungan untuk dilarutkan dalam cairan rektal

  • 3. Ukuran partikel

    Jika formulasi terdiri dari bahan aktif yang dapat didispersikan dalam basis yang tepat seperti obat yang bersifat hidrofilik didispersikan dalam basis lipofilik atau sebaliknya, kecepatan disolusi obat berbanding terbalik dengan ukuran partikel obat.

    Pengurangan ukuran partikel obat akan mempengaruhi stabilitas fisik dari formula

  • 4. Sifat fisikokimia basis

    Salah satu kriteria utama dari formulasi suppositoria adalah kemampuannya dalam melepaskan obat.

    Beberapa interaksi antara formulasi dengan bentuk sediaan menyebabkan penundaan pelepasan dan memberikan aksi lokal.

    Sangat penting untuk menjamin bahwa formulasi tidak mengiritasi mukosa rektal seperti iritasi yang menyebabkan defekasi dimana keadaan ini akan menghilangkan sediaan dari tempat absorpsi sebelum obatnya dilepaskan.

  • Pertimbangan fisikokimia Hal mendasar yang perlu dipertimbangkan sebelum formulasi suppositoria :

    1. Efek yang diinginkan apakah sistemik atau lokal

    Efek lokal : zat aktif tidak diabsorpso (ambeien, anastesi lokal, antiseptik, antibiotik, antijamur)

    Efek sistemik : zat aktif diabsorpsi secara difusi pasif (analgesik, anti asma, anti muntah)

    Formulasi Suppositoria

  • 2. Rute pemberian apakah rektal, vagina, atau uretra

    3. Pelepasan obat dari sediaan, apakah cepat, lambat atau diperlama. Namun perlu diketahui bahwa suppositoria yang tidak melepaskan obat dalam 6 jam tidak boleh digunakan (formulasi tidak sesuai)

  • Zat aktif

    Basis

    Bahan tambahan

    Komponen sediaan Suppo

  • 1. digunakan melalui oral akan :

    - Mengiritasi saluran cerna

    - Mengalami first pass metabolism

    - Merangsang rasa mual dan muntah

    2. Dosis berkisar 1,5 2 kali dari dosis oral

    3. Dapat berdifusi pasif

    4. Memiliki koefisien partisi yang besar

    5. Kelarutan dalam basis sebaiknya mendekati jenuh

    Zat Aktif

  • Cocok dengan komponen yang lain terutama zat aktif

    Stabil baik pada pembuatan dan penyimpanan

    Titik leleh sesuai dengan suhu tubuh

    Menghasilkan tekstur dan konsistensi yang baik

    Nontoksik dan tidak mengiritasi jaringan

    Tidak memiliki kristal metastabil

    Dapat dimetabolisme oleh tubuh

    Basis syarat :

  • Dosis pengganti Jika dosis zat aktif yang digunakan kuarang dari 100

    mg (untuk bobot suppo 2 g) maka volume yang ditempati oleh serbuk tidak berubah secara bermakna sehingga tidak perlu dipertimbangkan

    Jika bobot suppo yang akan dibuat kurang dari 2 g maka volume serbuk harus diperhitungkan

    Faktor kerapatan (densitas) dari basis dan serbuk harus diketahui

    Perhitungan dan Pembuatan Suppositoria

  • Berdasarkan faktor pengganti

    f = 100 (E G) + 1/G.X

    E = bobot suppo dengan 100 % basis

    G = bobo suppo dengan X % zat aktif

    Persamaan faktor pengganti dosis (bilangan pengganti) dapat digunakan baik untuk menghitung bilangan pengganti maupun bobot suppo.

    Contoh :

    Suppositoria mengandung 100 mg fenobarbital dalam sekitar 2 g mAKa % fenobarbital dalam sediaan suppo adalah (100/2000) x 100% = 5%

    Bulangan pengganti fenobarbital, f = 0,81 (tabel)

  • Rumus :

    F = [100(E-G) + 1]/G.X

    0.81 = [100(2 G) + 1]G . 5

    G = 2.019 g

  • Bobot suppo mengandung 100% basis = 2 g Bobot suppo mengandung 10% zat aktif = 2,2 g Jadi bobot zat aktif dalam suppo = 0.1 x 2.2 = 0.22 g

    Bobot basis dalam suppo mengandung zat aktif 10% = 2.2 0.22 = 1.98

    Bobot basis yang digantikan oleh zat katif =

    0.22 g zat aktif = 2 1.98 g basis

    = 0.22 g basis

    1 g zat aktif = 0.02/0.22 g basis

    = 0.09 g basis

    Jadi Bilangan Pengganti zat aktif = 0.09

    Contoh ;