Studio Perencanaan Kedu-Parakan

download Studio Perencanaan Kedu-Parakan

of 79

Transcript of Studio Perencanaan Kedu-Parakan

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    1/79

    LAPORAN AKHIR

    Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studio Perencanaan (TKP 437P)

    Oleh

    Kelompok 1A :

    Ariani Suwandi 21040112120005

    Dapot Andri Agustinus 21040112140025

    Nisa Ayunda Adni 21040112130039

    Wildan Fadhlillah 21040112140047

    Renny Desiana 21040112130051

    Rebecca Theodora 21040112130067

    Dwitantri Rezkiandini 21040112130071

    Dwi Lestari 21040112130083

    Naufal Rabbani 21040112130091

    Arvi Nabiel 21040112110107

    Prima Dea Arijani 21040112140115

    Anindya Ayu Puspa 21040112140119

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2014

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    2/79

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perencanaan merupakan kegiatan berkesinambungan yang mencakup keputusan atau

    pilihan dari berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu

    pada masa yang akan datang (Conyers dan Hills, 1994). Perencanaan dalam sebuah kota

    bertujuan memilih berbagai alternatif tujuan agar tercapai kondisi kota yang ideal. Oleh

    karena itu, perencanaan kota merupakan suatu kegiatan implementatif untuk

    mengakomodasi kebutuhan baru di masa datang. Hal ini dimaksudkan untuk memprediksi

    perkembangan wilayah.

    Industrial small citymerupakan konsep perencanaan kota industri dengan konsentrasi

    kegiatan yang tinggi, adanya pengaruh multiplier (percepatan), serta adanya pengaruhpolarisasi lokal yang sangat besar. Industri-industri yang ada menghasilkan produk yang

    dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di kota tersebut. Dengan konsep industrial small

    city ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

    masyarakat secara merata melalui pemanfaatan dana dan sumber daya alam dengan

    memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Konsep ini juga bertujuan

    untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur

    perekonomian ke arah yang lebih baik, memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan

    industri, mendorong terciptanya teknologi yang tepat guna, meningkatkan keikutsertaan

    masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi lemah, serta memperluas dan

    memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.

    Wilayah yang dipilih sebagai wilayah studi adalah Kecamatan Kedu dan Kecamatan

    Parakan yang merupakan bagian dari Kabupaten Temanggung. Dari segi potensi lokal, di

    Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan terdapat pertanian hortikultura, tembakau dan

    kopi, industri kerajinan seperti keranjang tembakau dan terompah kayu, home industry

    ceriping ketela, tahu, rengginang, serabi, serta terdapat pula industri besar yaitu industri

    kayu lapis. Aktivitas-aktivitas industri tersebut terus-menerus berkembang dan dapat

    menimbulkan potensi atau masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan dengan lebih

    menitikberatkan pada konsep industrial small city.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dalam mengembangkan Kecamatan Kedu-Parakan sebagi kota kecil berbasis industri

    tidaklah mudah. Terdapat banyak tantangan yang akan dihadapi. Saat ini, permasalahan

    yang dihadapi dalam mewujudkan kota kecil berbasis industri Kedu-Parakan adalah belum

    adanya sentra industri untuk mendukung kegiatan industri kerajinan dan pangan yang

    efektif dan efisien, kurangnya inovasi pengembangan industri kerajinan dan pangan, belum

    adanya infrastruktur pendukung yang terintegrasi, kurangnya modal untuk pengembangan

    industri kerajinan dan pangan, minimnya bahan baku industri sehingga belum dapat

    memenuhi permintaan pasar, dan minimnya partisipasi mayarakat untuk pengembangan

    industri kerajinan dan pangan.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    3/79

    Saat ini, pembangunan jalan lingkar merupakan isu yang ada di Kabupaten

    Temanggung. Dengan adanya jalan lingkar tersebut, untuk ke depannya aksesibilitas di

    Kabupaten Temanggung diprediksikan akan semakin membaik. Selain itu, mobilitas

    penduduk Kabupaten Temanggung juga semakin meningkat. Hal ini sangat mendukung

    adanya pengembangan kota industri kecil untuk Kecamatan Kedu dan Parakan. Dengan

    adanya jalan lingkar tersebut, akan mendukung aktifitas industri yang ada. Distribusi barang

    menjadi lebih cepat, sehingga mengurangi resiko kerusakan barang saat pengiriman.

    Namun, jika tidak disertai dengan konsep perencanaan yang baik, pada masa yang akan

    maka akan menimbulkan berberapa masalah seperti peledakan penduduk akibat migrasi

    tenaga kerja, bertambahnya area terbangun yang mungkin tidak sesuai dengan

    perencanaan kawasan yang sudah ditentukan, terjadinya urban sprawl dan memicu

    tumbuhnya kawasan kumuh.

    Oleh karena itu, dibutuhkan konsep perencanaan yang baik dalam mengembangkan

    Kecamatan Kedu-Parakan sebagai kota kecil berbasis industri. Konsep perencanaan yangditerapkan adalah konsep pengembangan industri yang berbasis potensi lokal. Hal tersebut

    dilakukan agar menyelesaikan masalah-masalah yang saat ini terjadi di Kecamatan Kedu dan

    Parakan dan masalalah yang akan terjadi di masa yang akan datang.

    1.3 Ruang Lingkup

    1.3.1 Ruang Lingkup dan Konstelasi Wilayah

    Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

    tengah wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Temanggung memiliki luas 87.065

    Ha (2,65% dari total luas Provinsi Jawa Tengah). Berdasarkan RTRWP Tahun 2003-2018,

    Kabupaten Temanggung memiliki fungsi pengembangan sebagai Pusat PelayananLokal dan Provinsi. Ruang lingkup wilayah studi yaitu Kecamatan Kedu dengan luas

    wilayah sebesar 3.175,08 ha (3,6% dari total luas Kabupaten Temanggung) dan

    Kecamatan Parakan dengan luas wilayah sebesar 2.223 ha (2,55% dari total luas

    Kabupaten Temanggung).

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    4/79

    Sumber: Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011

    Peta 1.1

    Konstelasi Wilayah

    Kecamatan Kedu merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan fungsi

    pertanian, perkebunan, dan permukiman pada sistem perkotaan di Kabupaten

    Temanggung. Kecamatan Kedu dilalui oleh jalan kolektor primer yang menghubungkan

    antara Kabupaten Temanggung dengan Kabupaten Wonosobo.

    Kecamatan Parakan dilalui oleh jalan kolektor yang berasal dari Kecamatan Kedu

    dan jalan arteri yang berasal dari Kecamatan Ngadirejo. Kecamatan Parakan termasuk

    dalam kawasan perkotaan (RTRW Kabupaten Temanggung 2011-2031) dan juga

    termasuk daerah Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berarti kawasan perkotaan yang

    berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten atau beberapa kecamatan.Letak Kecamatan Parakan dan Kecamatan Kedu yang dilewati jalan utama,

    membawa keunggulan dalam aksesibilitas. Kedua kecamatan tersebut merupakan

    bagian dari Kabupaten Temanggung yang memilik sektor ekonomi utama berupa

    industri. Sektor industri di wilayah tersebut berkembang dengan cukup pesat sehingga

    diperlukan adanya suatu rencana pengembangan wilayah Kedu-Parakan sebagai

    kawasan industrial small city.

    Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Temanggung

    Wila ah Kedu-Parakan

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    5/79

    Sumber: Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011

    Peta 1.2

    Administrasi Kedu-Parakan

    1.3.2 Ruang Lingkup Materi

    Substansi yang dibahas dalam laporan akhir ini meliputi kondisi eksisting wilayah

    Kedu-Parakan, analisis kondisi eksisting wilayah Kedu-Parakan, dan perencanaan

    wilayah Kedu-Parakan sebagai industrial small city. Adapun aspek-aspek yang akan

    dikaji meliputi:

    Aspek kependudukan yang mencakup jumlah penduduk, kepadatan

    penduduk, dan proyeksi penduduk;

    Aspek perekonomian yang mencakup Produk Domestik Regional Bruto,

    sektor basis, tipologi Klassen, persebaran industri dan rantai nilai industri;

    Aspek kelembagaan yang mengkaji tentang peran stakeholder dalam

    pengembangan industri di Wilayah Kedu-Parakan;

    Aspek keruangan yang mencakup tata guna lahan, sistem pusat pemukiman,

    dan hubungan desa kota;

    Aspek infrastruktur yang mencakup jalan, drainase, sanitasi, persampahan, air

    bersih, listrik, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, dan

    sarana perekonomian; dan

    Analisis terukur yang mencakup koefisien dasar bangunan dan ketinggian

    bangunan.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    6/79

    1.4 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan dalam laporan ini adalah sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup dan konstelasi wilayah,

    ruang lingkup materi, sistematika penulisan, dan kerangka pikir.

    BAB II KONDISI EKSISTING

    Bab ini berisi kondisi eksisting yang meliputi aspek kependudukan, aspek

    perekonomian, aspek kelembagaan, aspek keruangan, dan aspek infrastruktur.

    BAB III ANALISIS KONDISI EKSISTING

    Bab ini berisi analisis yang meliputi analisis proyeksi penduduk, analisis perekonomian,

    analisis daya dukung lahan, analisis keruangan, analisis kebutuhan ruang, analisis

    kebutuhan sarana dan prasarana, dan analisis terukur.

    BAB IV PERENCANAAN KEDU-PARAKAN SEBAGAIINDUSTRIAL SMALL CITY

    Bab ini berisi tentang konsep perencanaan, tujuan perencanaan, elemen-elemen

    konsep perencanaan, sasaran dan strategi perencanaan, skenario perencanaan,

    indikasi program, rencana struktur ruang, dan rencana pola ruang.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    7/79

    1.5 Kerangka Pikir

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Gambar 1.1

    Kerangka Pikir

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    8/79

    BAB II

    KONDISI EKSISTING

    2.1 Aspek Kependudukan

    Pembahasan aspek kependudukan meliputi jumlah penduduk dalam kurun waktu 3

    tahun dan kepadatan penduduk.

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Grafik 2.1

    Jumlah Penduduk di Kecamatan Kedu dan Parakan Tahun 2010-2012 (Jiwa)

    Jumlah penduduk di Kecamatan Kedu lebih banyak dibandingkan dengan Kecamatan

    Parakan karena luas Kecamatan Kedu lebih besar dari Kecamatan Parakan. Jumlah

    penduduk Kecamatan Parakan menurun pada tahun 2011 diindikasikan karena migrasi

    keluar.

    Kedu Parakan

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Grafik 2.2

    Piramida Penduduk Kecamatan KeduTahun 2012 (Jiwa)

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Grafik 2.3

    Piramida Penduduk Kecamatan ParakanTahun 2012 (Jiwa)

    49873 49752

    50598

    52542

    53927

    55368

    46000

    47000

    48000

    49000

    50000

    51000

    52000

    53000

    54000

    55000

    56000

    2010 2011 2012

    Jiwa

    Tahun

    Parakan

    Kedu

    4000 2000 0 2000 4000

    0 - 4

    5 - 9

    10 - 14

    15 - 19

    20 - 24

    25 - 29

    30 - 34

    35 - 39

    40 - 44

    45 - 49

    50 -54

    55 - 59

    60 - 64

    65+

    Jumlah Penduduk

    Umur

    Laki-Laki

    Perempuan

    -5000 0 5000

    0 - 4

    5 - 9

    10 - 14

    15 - 19

    20 - 24

    25 - 29

    30 - 34

    35 - 39

    40 - 44

    45 - 49

    50 -54

    55 - 59

    60 - 64

    65+

    Jumlah Penduduk

    Umur

    Laki-Laki

    Perempuan

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    9/79

    Piramida penduduk berbentuk constructive dan memiliki ciri bagian dasar piramida

    kecil, sebagian kecil penduduk berada dalam kelompok umur muda (di bawah 15 tahun),

    tingkat kelahiran turun dengan cepat, dan tingkat kematian rendah. Bonus demografi di

    Wilayah Kedu-Parakan sebesar 23% hal ini menunjukan bahwa struktur usia produktif di

    Wilayah Kedu-Parakan >50% sehingga dibutuhkan lapangan pekerjaan yang dapat

    menanggung jumlah usia produktif di Wilayah Kedu-Parakan.

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.1

    Kepadatan Penduduk

    Kecamatan Kedu memiliki kepadatan sebesar 15,19 jiwa/ha. Desa kepadatan tinggi dan

    sedang umumnya berada di sekitar jalan arteri, hal ini menunjukkan bahwa desa tersebut

    lebih berkembang jika di bandingkan dengan desa lainnya. Kepadatan penduduk tertinggi

    yaitu 15,22 jiwa/ha terdapat di Desa Kutoanyar. Desa dengan kepadatan rendah cenderung

    berada di bagian utara kecamatan.

    Kepadatan penduduk Kecamatan Parakan sebesar 22,77 jiwa/ha. Kepadatan penduduk

    tertinggi berada di Kelurahan Parakan Kauman dan Kelurahan Parakan Wetan. Hal ini

    disebabkan karena di Kelurahan Parakan Kauman terdapat Pasar Legi yang merupakan

    salah satu pusat perdagangan di Kabupaten Temanggung sehingga menjadi faktor penarik

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    10/79

    penduduk untuk tinggal di daerah sekitarnya seperti Kelurahan Parakan Kauman dan

    Kelurahan Parakan Wetan. Kelurahan Parakan Kauman memiliki kepadatan penduduk

    sebesar 100 jiwa/ha, sedangkan Kelurahan Parakan Wetan memiliki kepadatan penduduk

    sebesar 91 jiwa/ha. Kepadatan penduduk rendah terdapat di desa-desa di bagian barat

    Kecamatan Parakan. Tingkat kepadatan terendah terletak di Desa Glapansari dengan

    kepadatan sebesar 7 jiwa/ha.

    Jumlah penduduk per mata pencaharian dapat digunakan untuk mengatahui

    pekerjaan dan aktivitas penduduk yang dominan di wilayah KeduParakan. Jumlah

    penduduk jika dilihat dari mata pencarian adalah sebagai berikut.

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Grafik 2.4

    Jumlah Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Mata Pencaharian

    diWilayah Kedu-Parakan Tahun 2012 (Jiwa)

    Grafik diatas merupakan grafik jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di

    Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan.

    Jumlah penduduk yang bekerja di Kecamatan Kedu adalah sebesar 32851 jiwa. Di

    Kecamatan Kedu, sebesar 26% dari total penduduk yang bekerja (terbesar kedua setelah

    sektor pertanian), bekerja pada sektor industri.

    Jumlah penduduk yang bekerja di Kecamatan Parakan adalah sebesar 24984 jiwa.Di

    Kecamatan Parakan sebesar 14% dari total penduduk yang bekerja (terbesar keempat

    setelah perdagangan, pertanian dan jasa), bekerja pada sektor industri.Kecamatan Parakansebagaian besar penduduknya bekerja di sektor perdagangan dan jasa karena Kecamatan

    Parakan merupakan pusat pemasaran atau perdagangan hasil pertanian.

    6777

    3449

    1075

    7609

    1000

    4289

    785

    12639

    8446

    3167

    4437

    858

    2912

    392

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    10000

    12000

    14000

    Pertanian Industri Bangunan Perdagangan Pengangkutan Jasa Lain - lain

    Jiwa

    Mata Pencaharian

    Parakan

    Kedu

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    11/79

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Grafik 2.5

    Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Kelulusan Pendidikan

    diWilayah Kedu-Parakan Tahun 2012 (Jiwa)

    Grafik diatas menunjukkan jumlah penduduk di Kecamatan Kedu dan Parakan

    berdasarkan tingkat tamatan pendidikan. Tamatan yang paling banyak adalah lulusan SD

    baik di Kecamatan Kedu maupun Kecamatan Parakan. Hal ini menunjukan bahwa di

    Kecamatan Kedu maupun Kecamatan Parakan memiliki kualitas SDM yang tergolong

    rendah karena jumlah penduduk yang tamat SD sebesar 65% dari total jumlah penduduk

    berdasarkan tingkat kelulusan pendidikan.

    2.2 Aspek Perekonomian

    Aspek perekonomian mengkaji distribusi PDRB, tipologi Klassen, sektor basis, dan

    industri di wilayah Kedu-Parakan.

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2012

    Grafik 2.6

    Distribusi PDRB ADHK 2000 Per Kecamatan di

    Kabupaten Temanggung Tahun 2011 (Persen)

    877 758

    53518860

    22009

    10414

    1171 977

    7550 8483

    16872

    10868

    0

    5000

    10000

    15000

    20000

    25000

    DIV/Sarjana DI/DII/DIII SLTA SLTP SD Tidak/Belum

    Tamat SD

    J

    iwa

    Pendidikan

    Kedu

    Parakan

    Parakan

    9%

    Kledung

    5%

    Bansari

    3%

    Bulu

    6%

    Temanggung13%

    Tlogomulyo

    3%Tembarak

    4%Selopampang

    2%

    Kranggan

    7%

    Pringsurat

    9%Kaloran

    5%

    Kandangan

    6%

    Kedu

    7%

    Ngadirejo

    6%

    Jumo

    4%

    Gemawang

    3%

    Candiroto

    3%Bejen

    2%

    Tretep

    2%

    Wonoboyo

    3%

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    12/79

    Total PDRB ADHK 2000 Kabupaten Temanggung pada tahun 2011 adalah sebesar

    2.521.439,02 juta rupiah. Kecamatan Parakan merupakan penyumbang PDRB terbesar kedua

    (terbesar Kecamatan Temanggung sebesar 13%) di Kabupaten Temanggung yaitu sebesar9%. Sementara itu, Kecamatan Kedu merupakan penyumbang PDRB terbesar ketiga

    (setelah Kecamatan Temanggung dan Kecamatan Parakan) yaitu sebesar 7%. Hal ini

    mengindikasikan bahwa Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan merupakan wilayah yang

    berperan penting dalam perekonomian di Kabupaten Temanggung.

    Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui kondisi perkembangan ekonomi di

    masing-masing kecamatan di Kabupaten Temanggung. Penentuan tersebut berdasarkan

    PDRB per kapita dan laju pertumbuhan PDRB daerah.

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan,2014

    Peta 2.2

    Tipologi Klassen Kabupaten Temanggung Tahun 2012

    Berdasarkan peta hasil analisis di atas, dapat diketahui bahwa Kecamatan Kedu

    termasuk ke dalam daerah yang berkembang pesat karena walaupun PDRB per kapita di

    Kecamatan Kedu di bawah Kabupaten Temanggung, tetapi Kecamatan Kedu memiliki

    pertumbuhan PDRB di atas Kabupaten Temanggung. Kecamatan Parakan merupakan

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    13/79

    daerah maju dan tumbuh pesat. Hal tersebut disebabkan karena Kecamatan Parakan

    memiliki PDRB per kapita dan laju pertumbuhan PDRB di atas Kabupaten Temanggung.

    Untuk mengetahui dominasi sektor ekonomi di Kecamatan Kedu dan Kecamatan

    Parakan, berikut ini disajikan diagram distribusi PDRB per sektor di Kecamatan Kedu dan

    Kecamatan Parakan.

    Kedu Parakan

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2012Grafik 2.7

    Distribusi PDRB ADHK 2000 Kecamatan Kedu

    Tahun 2011 (Persen)

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2012

    Grafik 2.8

    Distribusi PDRB ADHK 2000 Kecamatan Parakan

    Tahun 2011 (Persen)

    Total PDRB ADHK 2000 Kecamatan Kedu

    Tahun 2011 adalah Rp 164.086,86 juta rupiah.

    Kontribusi nilai PDRB di Kecamatan Kedu

    didominasi oleh sektor pertanian (31%); industri

    pengolahan (25%); dan perdagangan, hotel dan

    restoran (18%). Besarnya sumbangan sektorindustri di Kecamatan Kedu disebabkan oleh

    banyaknya industri kecil yang terdapat di

    Kecamatan Kedu.

    Total PDRB ADHK 2000 Kecamatan Parakan

    Tahun 2011 adalah Rp 219.797,90 juta rupiah. PDRB

    Kecamatan Parakan didominasi oleh 4 sektor yaitu

    industri pengolahan, perdagangan, hotel &

    restoran, jasa-jasa dan pertanian. Nilai PDRB

    tertinggi berada pada sektor industri pengolahanyaitu sebesar Rp 59,695.88 juta rupiah (27% dari

    total PDRB Kecamatan Parakan). Tingginya

    kontribusi sektor industri pengolahan disebabkan

    karena banyaknya industri yang berlokasi di

    Kecamatan Parakan.

    Pertanian

    31%

    Pertambang

    an &

    Penggalian

    2%

    Industri

    Pengolahan

    25%

    Listrik, Gas

    & Air Bersih

    1%

    Bangunan

    6%

    Perdaganga

    n, Hotel &

    Restoran

    18%

    Pengangkut

    an dan

    Komunikasi

    5%

    Keuangan,

    Persewaan

    & Jasa

    Perusahaan

    3%Jasa-Jasa

    9%Pertanian

    12%

    Pertambang

    an &

    Penggalian

    0%

    Industri

    Pengolahan

    27%

    Listrik, Gas

    & Air Bersih

    1%Bangunan

    4%

    Perdaganga

    n, Hotel &

    Restoran

    24%Pengangkut

    an dan

    Komunikasi

    12%

    Keuangan,

    Persewaan

    & Jasa

    Perusahaan

    6%Jasa-Jasa

    14%

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    14/79

    Kedu Parakan

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Grafik 2.9

    Rata-rata LQ Kecamatan Kedu Tahun 2007-2011

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Grafik 2.10

    Rata-rata LQ Kecamatan Parakan Tahun 2007-2011

    Nilai LQ sektor industri pengolahan

    Kecamatan Kedu bernilai >1 yaitu 1,24. Nilai

    tersebut menunjukkan bahwa sektor industri

    pengolahan merupakan sektor unggulan dan

    menjadi sektor basis yang harus dikembangkan

    lebih lanjut. Sektor industri pengolahan dapat

    menjadi sektor basis dikarenakan berkembangnya

    home industry di Kecamatan Kedu. Selain untuk

    meningkatkan pendapatan daerah, hal tersebut

    juga menguntungkan karena akan membuka

    lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.

    Berdasarkan grafik diatas, nilai LQ sektor

    industri pengolahan Kecamatan Parakan >1 yaitu

    1,28. Nilai LQ>1 menunjukkan bahwa sektor industri

    pengolahan merupakan sektor unggulan dan

    menjadi sektor basis yang harus dikembangkan

    lebih lanjut di Kecamatan Parakan. Hal ini

    disebabkan karena banyaknya industri sedang-

    besar yang berada di Kecamatan Parakan sehingga

    dapat meningkatkan pendapatan daerah.

    1.09

    2.43

    1.241.08 1.06

    0.930.73

    0.840.62

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    3.00

    0.50 0.51

    1.28

    0.990.81

    1.41

    1.79

    1.42

    0.88

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    3.00

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    15/79

    Kedu Parakan

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Gambar 2.1

    Tipologi Sektor Ekonomi Wilayah Kedu-Parakan

    Sektor industri pengolahan di Kecamatan

    Kedu merupakan sektor potensial yaitu sektor

    yang mampu memenuhi permintaan pasar di

    dalam wilayah dan melakukkan ekspor ke luar

    wilayah, namun sektor ini kurang berkembang

    dengan baik. Oleh karena itu, sektor industri

    pengolahan merupakan salah satu sektor yang

    menjadi prioritas perencanaan pengembangan

    ekonomi di Kecamatan Kedu.

    Di Kecamatan Parakan, sektor industri

    pengolahan merupakan salah satu sektor unggulan

    yaitu sektor yang berkembang secara progresif dan

    mampu memenuhi kebutuhan permintaan pasar di

    dalam wilayah dan juga diekspor ke luar wilayah.

    Sektor industri pengolahan merupakan prioritas

    pertama dalam perencanaan pengembangan

    sektor ekonomi di Kecamatan Parakan.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    16/79

    Industri

    Kedu Parakan

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Grafik 2.11Jumlah Industri menurut Jenisnya di

    Kec. Kedu Tahun 2012 (Unit)

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Grafik 2.12Jumlah Industri menurut Jenisnya di

    Kec. Parakan Tahun 2012 (Unit)

    Kecamatan Kedu didominasi oleh industri

    rumah tangga. Jenis-jenis industri yang ada di

    Kecamatan Kedu adalah industri kerajinan dan

    pangan. Selain terdapat industri kecil, di

    Kecamatan Kedu juga terdapat industri besar

    yaitu industri kayu lapis yang berlokasi di Desa

    Candimulyo.

    Kecamatan Parakan didominasi oleh industri

    rumahan (home industry). Adapun industri rumahan

    di Kecamatan Parakan mayoritas adalah industri

    kerajinan dan pangan. Sementara itu, industri besar

    di Kecamatan Parakan berupa industri kayu lapis

    yang berada di Desa Caturanom.

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.3

    Persebaran Industri di Wilayah Kedu-Parakan

    Industri Besar

    (TK >100

    orang), 5

    Industri

    Sedang (TK 20

    sd 99 orang),

    1

    Industri Kecil

    dan Rumah

    Tangga (TK 1

    sd 19 orang),

    1460

    Industri Besar

    (TK >100

    orang), 5

    Industri

    Sedang (TK 20

    sd 99 orang),

    2

    Industri Kecil

    dan Rumah

    Tangga (TK 1

    sd 19 orang),

    1118

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    17/79

    Dalam pelaksanaannya, setiap industri pasti melakukkan proses pengolahan barang

    mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Maka, diperlukan suatu gambaran

    alur proses kegiatan industri untuk mengetahui skala industri tersebut. Berikut ini adalah

    alur kegiatan beberapa industri di wilayah Kedu-Parakan.

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Gambar 2.2Alur Industri Kopi

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Gambar 2.3Alur Industri Ceriping Ketela

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    18/79

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Gambar 2.4Alur Industri Keranjang Tembakau

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Gambar 2.5Alur Industri Batu Bata

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    19/79

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Gambar 2.6Alur Industri Genteng

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Gambar 2.7Alur Industri Gerabah

    2.3 Aspek Kelembagaan

    Aspek kelembagaan merupakan sebuah komponen yang penting dalam suatu wilayah,

    di samping itu mempunyai fungsi ataupun peranan sebagai agen sosialisasi perubahan

    terencana yang tumbuh dari masyarakat dan atau diprakarsai oleh pemerintah/stakeholder

    terkait. Lebih dari itu, dapat berperan sebagai perekat dan penguat keberhasilan dan

    keberlanjutan kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat. Setiap kelembagaan

    memiliki fungsi/peran yang berbeda.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    20/79

    Tabel II.1

    Jenis Kelembagaan dan Fungsinya

    No Stakeholder Peran

    1 Lembaga

    PemberdayaanMasyarakat (LPMD)

    Sebagai lembaga penyalur aspirasi masyarakat dalam

    perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunanyang bertumpu pada masyarakat desa/ kelurahan

    2 Badan

    Permusyawaratan Desa

    Berperan dalam menggali, menampung, menghimpun,

    merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam

    bidang pembangunan serta meningkatkan prakasa serta

    partisipasi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan

    secara terpadu, baik yang berasal dari berbagai kegiatan

    pemerintahan maupun swadaya gotong royong masyarakat

    dan menumbuhkan kondisi dinamis masyarakat untuk

    mengembangkan ketahanan di desa. Kelurahan.

    3 Pemberdayaan danKesejahteraan Keluarga

    (PKK)

    Lembaga yang berperan sangat strategis dalammemberdayakan keluarga terutama perempuan sebagai

    motor penggeraknya

    4 Karang Taruna sebagai lembaga pemberdaya masyarakat/ wadah

    pengembangan generasi muda yang tumbuh dan

    berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab

    sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi

    muda diwilayah desa/kelurahan

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    2.4 Aspek Kebijakan Perencanaan PembangunanBerdasarkan RTRW Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 kebijakan untuk

    Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan adalah sebagai berikut sebagai berikut :

    Kedu Parakan

    Kebijakan perencanaan di Kecamatan Kedu

    adalah sebagai berikut:

    Kecamatan Kedu merupakan kawasan

    peruntukan industri dengan kegiatan

    menengah yang tidak berpotensi

    menimbulkan dampak lingkugan dan

    dapat berlokasi di luar kawasan

    peruntukan industri.

    Rencana lokasi Tempat Pemrosesan

    Akhir (TPA) salah satunya berada di

    Kecamatan Kedu dengan sistem sanitary

    landfill.

    Merupakan bagian dari kawasan

    strategis dari sudutkepentingan

    pertumbuhan ekonomi provinsi.

    Merupakan PPK (Pusat Pelayanan

    Kebijakan pemerintah di Kecamatan

    Parakan sebagai berikut:

    Kecamatan Parakan direncanakan

    sebagai kegiatan industri menengah

    yang tidak berpotensi menimbulkan

    dampak lingkungan dan dapat

    berlokasi di luar kawasan peruntukan

    industri.

    Kawasan Perkotaan Parakan

    merupakan bagian dari kawasan

    strategis dari sudut kepentingan

    pertumbuhan ekonomi provinsi.

    Rencana lokasi Tempat Pemrosesan

    Akhir (TPA) salah satunya berada di

    Kecamatan Parakan dengan sistem

    sanitary landfill.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    21/79

    Kedu Parakan

    Kawasan) yaitu kawasan perkotaan

    yang berfungsi untuk melayani kegiatan

    skala kecamatan atau beberapa desa.

    Merupakan PKL (Pusat Kegiatan

    Lokal) yaitu kawasanperkotaan yang

    berfungsi untuk melayani kegiatan

    skala Kabupatenatau beberapa

    kecamatan.

    2.5 Aspek Keruangan

    2.5.1 Tata Guna Lahan

    Sumber: Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011

    Peta 2.4

    Penggunaan Lahan

    Kedu Parakan

    Luas wilayah Kecamatan Kedu yakni

    sebesar 3.175,08 Ha atau 3,6% dari total luas

    Kabupaten Temanggung dengan

    penggunaan lahan sawah 2.190,13 Ha atau

    69% dan penggunaan lahan bukan sawah

    984,95 Ha atau 31%.

    Persebaran lahan terbangun berupa

    permukiman, pertokoan, gedung

    Luas Kecamatan Parakan sebesar

    2.223 Ha atau 2,55% dari total luas

    Kabupaten Temanggung. Prosentase

    penggunaan lahan sawah irigasi yakni

    sebesar 61,11% dari total luas wilayah. Selain

    itu penggunaan lahan terbesar peringkat

    kedua adalah permukiman, penggunaan

    lahan untuk permukiman yakni sebesar

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    22/79

    perkantoran, gedung pendidikan,

    puskesmas dan lain-lain tersebar di beberapa

    desa di Kecamatan Kedu yang memiliki

    karakteristik perkotaan. Sedangkan untuk

    lahan non terbangun terdiri dari sawah,

    tegalan/perkebunan hampir tersebar di

    seluruh desa di Kecamatan Kedu.

    20,59%.

    Pola penggunaan lahan permukiman

    memanjang dan terpusat di beberapa

    desa/kelurahan seperti di Kelurahan

    Parakan Kauman dan Parakan Wetan.

    Penggunaan lahan permukiman di kedua

    kelurahan ini memiliki prosentase hampir

    setengah dari luas lahan kelurahan.

    2.5.2 Sistem Pusat Pemukiman

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.5Sistem Pusat Permukiman

    Sistem pusat pemukiman dilihat berdasarkan ketersediaan (kelengkapan) sarana

    yang terdapat di suatu wilayah tertentu. Berdasarkan hasil analisis sistem pusat

    pemukiman di wilayah Kedu-Parakan, terdapat beberapa wilayah dengan fungsi

    pelayanan yang berbeda-beda. Daerah yang menjadi pusat pelayanan yaitu Keluarahan

    Parakan Kauman dan Parakan Wetan. Kedua kelurahan ini memiliki sarana yang lebih

    lengkap dibandingkan desa lainnya sehingga mampu melayani desa-desa di sekitarnya.

    Di kedua kelurahan tersebut memiliki sarana perdagangan, sarana pendidikan dan

    sarana kesehatan yang lebih lengkap dan memadai, sehingga banyak masyarakat yang

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    23/79

    lebih memilih untuk menuju ke kedua kelurahan tersebut. Sedangkan yang termasuk

    ke dalam sub pusat pelayanan antara lain Desa Wanutengah, Desa Kutoanyar dan Desa

    Kedu, dan untuk desa-desa lainnya sebagai pusat lingkungan. Sub pusat pelayanan

    tersebut berfungsi untuk melayani pusat lingkungan di wilayah Kedu-Parakan.

    Interaksi antar pusat pelayanan, sub pusat pelayanan dan pusat lingkungan

    sangat dipengaruhi aksesibilitas. Interaksi tersebut dihubungkan melalui jaringan jalan

    yang menghubungkan antara pusat, sub pusat dan pusat lingkungan satu dengan yang

    lainnya. Kondisi jalan yang baik serta ketersediaan angkutan umum yang mudah

    dijangkau, akan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses sarana-

    sarana yang terdapat di daerah pusat dan sub pusat pelayanan.

    2.5.3 Hubungan Desa Kota

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.6

    Desa Kota

    Hubungan desa kota di wilayah Kedu-Parakan terjadi dalam hal pergerakan baik

    barang maupun manusia. Hubungan dalam hal pergerakan barang tersebut dapat

    dilihat dari tujuan dan asal barang-barang yang terdapat di wilayah Kedu-Parakan

    terutama untuk pemenuhan kebutuhan industri di wilayah tersebut. Dalam memenuhi

    kebutuhan hidupnya, sebagian besar masyarakat Kedu-Parakan memperoleh

    kebutuhannya dari dalam wilayah Kedu-Parakan sendiri. Meskipun demikian,

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    24/79

    kebutuhan-kebutuhan masyarakat juga diperoleh dari luar wilayah Kedu-Parakan

    seperti Kecamatan Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Di Kecamatan Parakan

    terdapat Pasar Legi yang berada di Kelurahan Parakan Kauman yang menjadi pusat

    penjualan dan pembelian barang dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan

    masyarakat Kecamatan Parakan dan kecamatan di sekitarnya. Barang-barang dari

    wilayah Kedu-Parakan dipasarkan ke dalam wilayah Kedu-Parakan sendiri. Selain

    dipasarkan dalam wilayah Kedu-Parakan, barang-barang tersebut juga dipasarkan ke

    luar wilayah Kedu-Parakan seperti Temanggung, Wonosobo dan Magelang.

    Sebagian besar penduduk di Kecamatan Parakan bekerja pada sektor

    perdagangan dan jasa, hal ini dikarenakan Kecamatan Parakan merupakan pusat

    pemasaran atau perdagangan hasil pertanian. Berbeda dengan Kecamatan Parakan,

    sebagian besar masyarakat Kecamatan Kedu bekerja pada sektor pertanian. Untuk

    memenuhi kebutuhan khususnya kebutuhan pertanian, masyarakat di Kecamatan Kedu

    menuju Kecamatan Parakan untuk memperoleh segala kebutuhan yang diperlukan.Adanya Pasar Legi mampu membangkitkan pergerakan yang tinggi di dalam wilayah

    Kedu-Parakan. Lokasi pasar dilewati jalur arteri yang menghubungkan wilayah Kedu-

    Parakan dengan Temanggung dan Wonosobo sehingga menimbulkan aktivitas yang

    cukup tinggi di kawasan sekitar Pasar Legi. Interaksi antara desa dan kota dalam

    wilayah Kedu-Parakan berjalan dengan lancar karena didukung dengan aksesibilitas

    yang mudah, hal ini ditunjukkan dengan kondisi jalan yang baik dan ketersediaan

    angkutan umum sehingga sangat mendukung pergerakan barang dan masyarakat yang

    cukup tinggi.

    2.6 Aspek Prasarana dan Sarana2.6.1 Jalan

    Di wilayah Kedu-Parakan terdapat jalan yang terdiri dari jalan lingkungan hingga

    arteri sehingga kedua kecamatan ini memiliki lokasi yang strategis. Kondisi jalan di

    wilayah Kedu-Parakan cukup baik namun masih terdapat beberapa jalan lingkungan

    memiliki kondisi yang kurang baik seperti berlubang dan berbatu (jalan terasahan).

    Sementara itu untuk kondisi jalan kolektor dan arteri terbilang baik. Hal ini dapat dilihat

    dari sedikitnya kerusakan pada jalan. Namun, di sisi lain, jalan-jalan di wilayah Kedu-

    Parakan masih minim penerangan jalan.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    25/79

    Sumber: Hasil Dokumentasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Gambar 2.8Jalan dengan Kondisi yang Rusak

    Sumber: Hasil Dokumentasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Gambar 2.9

    Kondisi Jalan Lokal dengan Penerangan Jalan yang Minim

    Berikut ini adalah kajian untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan jalan di

    wilayah Kedu-Parakan pada tahun 2012.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    26/79

    Tabel II.2

    Standar Pelayanan Minimal Bidang Jalan di Indonesia

    Bidang

    Pelayanan

    Standar Pelayanan

    KeteranganKuantitasKualitas

    Cakupan Konsumsi/ProduksiJaringan jalan

    Aspek

    aksesibilitas

    Seluruh

    jaringan

    Kepadatan Penduduk

    (jiwa/km2)

    Indeks

    Aksesibilitas

    Penjang jalan/luas

    (km/km2)

    Sangat tinggi > 5000 >5

    Tinggi > 1000 >1,5

    Sedang >500 >0,5

    Rendah >100 >0,15

    Sangat rendah 0,05

    Aspek

    mobilitas

    Seluruh

    jaringan

    PDRB per kapita

    (juta RP/kap/tahun)

    Indeks

    Mobilitas

    Panjang jalan/1000

    penduduk

    Sangat tinggi >10 >5

    Tinggi >5

    Sedang >2

    >2

    >1

    Rendah >1 >0,5

    Sangat rendah 0,2

    Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2001

    Aksesibilitas

    Kuantitas : Jumlah Penduduk/LuasWilayah

    : 105.966/108,93467: 972,748 => masuk kategori >500 -> sedang

    Kualitas : indeks aksesibilitas > 0,5 (berdasarkan hasil kuantitas)

    Perhitungan Kesesuaian : Panjang Jalan/Luas Wilayah

    : 174,689/108,93467

    : 1,603,613 => MEMENUHI

    Beradasarkan perhitungan menggunakan SPM Bidang Jalan yang dikeluarkan

    Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001, wilayah Kedu Parakan

    dari segi kuantitas aksesibilitas tergolong tinggi yaitu 972,748 dengan kualitas berupaindeks aksesibilitas >0,5 yang diperoleh dari hasil penilaian kuantitas. Berdasarkan

    panjang jalan terhadap luas wilayah Kecamatan Kedu-Parakan memiliki nilai 1,603 yang

    sesuai dengan indeks aksesibilitas yaitu >1,5. Artinya dari segi aksesibilitas panjang jalan

    di Kecamatan Kedu-Parakan sudah memenuhi aksesibilitas penduduknya.

    Mobilitas

    Kuantitas : Total PDRB 2012 = Rp 405.054,8 juta

    Pendapatan perkapita = Rp 3.83 juta/tahun maka tergolong sedang >2

    Kualitas : Indeks mobilitas >1(didapat dari kuantitas)

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    27/79

    Perhitungan Kesesuaian :Panjang Jalan/Jumlah Penduduk*1000

    : 174,689/105.966*1000

    : 1,648 => Memenuhi

    Berdasarkan perhitungan menggunakan SPM Bidang Jalan yang dikeluarkan

    Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001, wilayah Kedu Parakan

    dari segi kuantitas mobilitas tergolong sedang yaitu tergolong >2 dengan kualitas

    berupa indeks mobilitas >1 yang diperoleh dari hasil penilaian kuantitas. Berdasarkan

    panjang jalan per seribu penduduk, wilayah Kedu-Parakan memiliki nilai 1,648 yang

    sesuai dengan indeks mobilitas yaitu >1,5. Artinya, dari segi mobilitas, panjang jalan di

    wilayah Kedu-Parakan sudah memenuhi mobilitas penduduknya.

    2.6.2 Drainase

    Drainase di wilayah Kedu-Parakan terbagi menjadi dua yaitu drainase tebuka dandrainase tertutup serta masih ditemukan jalan yang belum memiliki drainase.

    Sumber: Hasil Dokuemntasi Kelompok 1A Studio

    Perencanaan, 2014Gambar 2.10

    Aliran Air di Drainase yang Lancardi wilayah Kedu-Parakan

    Sumber: Hasil Dokuemntasi Kelompok 1A

    Studio Perencanaan, 2014Gambar 2.11

    Drainase yang Keringdi wilayah Kedu-Parakan

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    28/79

    Sumber: Hasil Dokuemntasi Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Gambar 2.12

    Permukiman yang Tidak Memiliki Drainase

    2.6.3 Sanitasi

    Di wilayah Kedu-Parakan, kondisi jaringan sanitasi sudah cukup baik. Hal ini

    terlihat dari kepemilikan MCK pribadi yang telah menyeluruh di hampir seluruh desa.

    Pada tahun 2011, tingkat pelayanan jaringan sanitasi di wilayah Kedu-Parakan mencapai

    80% dan 92%. Berikut ini adalah grafik jumlah kepemilikian MCK pribadi di Kecamatan

    Kedu dan Kecamatan Parakan.

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Grafik 2.13

    Kepemilikan MCK Pribadi di Kecamatan Kedu Tahun 2012

    0

    200400

    600

    800

    1000

    1200

    1400

    Kepemilikan MCK Pribadi

    di Kecamatan Kedu

    MCK

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    29/79

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Grafik 2.14

    Kepemilikan MCK Pribadi di Kecamatan Parakan 2012

    Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa hampir seluruh desa di Kecamatan

    Kedu sudah mempunyai MCK pribadi, hanya di Desa Tegalsari dan Desa Bojongnegoro

    yang memiliki jumlah kepemilikan MCK pribadi yang sedikit karena masih didominasi

    oleh pembuangan air limbah ke sungai. Begitu pula di Kecamatan Parakan, hampir

    seluruh desa sudah terlayani jaringan sanitasi. Hanya di Desa Wanutengah yang belum

    terlayani secara optimal, namun pada desa tersebut sudah terdapat MCK Umumsebagai pelayanan sanitasi di Desa Wanutengah.

    2.6.4 Persampahan

    Jaringan persampahan di wilayah Kedu-Parakan masih belum terintegrasi dengan

    baik. Berikut ini adalah tabel jaringan persampahan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan

    Parakan.

    Tabel II.3

    Tempat Pembuangan dan Keberadaan TPS di Kecamatan Kedu

    Desa Tempat Pembuangan TPS

    Danurejo Dibakar Tidak ada

    Danurejo Dibakar Tidak ada

    Candi Mulya Tempat sampah, kemudian diangkut Tidak ada

    Kedu Tempat sampah, kemudian diangkut Ada

    Mojo Tengah Dibakar Tidak ada

    Kuto Anyar Sungai Tidak ada

    Tegal Sari Sungai Tidak ada

    Kundisari Lahan kosong Tidak ada

    Mergowati Dibakar Tidak ada

    Karangtejo Dibakar Tidak ada

    0

    500

    1000

    1500

    20002500

    3000

    CATURANOM

    PARAKAN

    PARAKANWETAN

    CAMPURSALAM

    MANDISARI

    DANGKEL

    RINGINANOM

    DEPOKHARJO

    WATUKUMPUL

    TEGALROSO

    GLAPANSARI

    SUNGGINGSARI

    WANUTENGAH

    TRAJI

    BAGUSAN

    NGLONDONG

    Kepemilikan MCK Pribadi

    di Kecamatan Parakan

    MCK

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    30/79

    Desa Tempat Pembuangan TPS

    Ngadimulyo Dibakar Tidak ada

    Gondang Wayang Dibakar Tidak ada

    Bojonegoro Sungai Tidak ada

    Bandunggede Lahan kosong Tidak ada

    Sumber : Podes 2011

    Tabel II.4

    Tempat Pembuangan dan Keberadaan TPS di Kecamatan Parakan

    Desa Tempat Pembuangan TPS

    Caturanom Sungai Tidak ada

    Parakan Kauman Tempat sampah, kemudian diangkut Ada

    Parakan Wetan Tempat sampah, kemudian diangkut Ada

    Campursalam Sungai Tidak ada

    Mandisari Sungai Ada

    Dangkel Tempat sampah, kemudian diangkut Ada

    Ringinanom Sungai Tidak ada

    Depokharjo Sungai Tidak ada

    Watukumpul Drainase/got Tidak ada

    Tegalroso Tempat sampah, kemudian diangkut Ada

    Glapansari Lahan kosong Tidak ada

    Sunggingsari Dibakar Tidak ada

    Wanutengah Sungai Tidak Ada

    Traji Lahan Kosong Tidak AdaBagusan Sungai Tidak Ada

    Nglondong Lahan Kosong Ada

    Sumber : Podes 2011

    Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa di wilayah Kedu-Parakan, pembuangan

    sampah masih tergolong tradisional. Di beberapa desa di wilayah Kedu-Parakan, masih

    banyak penduduk yang membuang sampah ke sungai. Hal ini dapat berpotensi

    menimbulkan permasalahan lingkungan di masa yang akan datang. Selain itu, tidak

    sedikit pula penduduk membakar sampah di lahan kosong atau pekarangan rumah.

    Desa/kelurahan di wilayah Kedu-Parakan belum seluruhnya memiliki TempatPembuangan Sementara (TPS), terutama di Kecamatan Kedu yang hampir 95%

    daerahnya belum mempunyai TPS, TPS hanya terdapat di pusat Kecamatan Kedu , yaitu

    Desa Kedu. Sedangkan di Kecamatan Parakan, hampir 50% daerahnya memiliki TPS.

    2.6.5 Air Bersih

    Terdapat tiga sumber air bersih di wilayah Kedu-Parakan yaitu PDAM, sumur dan

    mata air. Sebagian besar penduduk wilayah KeduParakan mendapatkan air bersih

    yang bersumber dari sumur artesis karena didukung oleh ketersediaan air tanah yang

    cukup. Selain itu, posisi wilayah KeduParakan yang berdekatan dengan Gunung

    SumbingSindoro menyebabkan sebagian penduduk dapat menggunakan mata air

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    31/79

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    32/79

    Tabel II.6

    Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Tahun 2010-2012

    KecamatanBanyaknya Pelanggan Perkembangan

    2010 2011 2012 Jumlah %

    Parakan 11.913 12.664 13.614 950 7,5Kedu 10.880 11.402 12.343 941 8,25

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan pelanggan listrik dari PLN. Hal ini

    disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk wilayah Kedu-Parakan sehingga

    kebutuhan listrik juga meningkat. Gardu listrik di Desa Mojotengah Kecamatan Kedu

    digunakan untuk penyediaan kebutuhan listrik untuk wilayah sekitar khususnya

    Kabupaten Temanggung. Penggunaan listrik tersebut bukan hanya untuk rumah

    tangga namun juga digunakan untuk keperluan seperti industri dan lain-lain.

    2.6.7 Sarana Pendidikan

    Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana pokok yang harus dimiliki setiap

    wilayah untuk menunjang kehidupan masyarakat. Berikut adalah tabel sarana

    pendidikan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan:

    Tabel II.7

    Banyaknya Sarana Pendidikan di

    Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012

    Kecamatan

    Jenis Sarana Pendidikan

    TK SD SMP SMA

    Perguruan

    Tinggi

    Kedu 36 38 7 3 0

    Parakan 30 25 6 4 1

    Sumber : BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Berdasarkan tabel di atas, sarana pendidikan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan

    Parakan sudah cukup lengkap. Di Kecamatan Parakan terdapat satu perguruan tinggi

    sehingga banyak penduduk dari kecamatan sekitar akan melanjutkan studi di

    Kecamatan Parakan.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    33/79

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.7

    Jangkauan Pelayanan TK

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.8

    Jangkauan Pelayanan SD

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    34/79

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.9

    Jangkauan Pelayanan SMP

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.10

    Jangkauan Pelayanan SMA

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    35/79

    Peta jangkauan pelayanan sarana pendidikan di atas didasarkan pada radius

    pencapaian yang diambil dari SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan

    perumahan kota. Jangkauan pelayanan TK belum memadai, desa yang masih belum

    terjangkau adalah Desa Tegalroso, Gondangwayang, Bandunggede, Sunggingsari,

    Karangtejo, Ngadimulyo, Salamsari dan Bojongnegoro, sehingga perlu adanya

    penambahan 12 TK pada desa-desa tersebut, masing-masing desa 1 TK, kecuali pada

    Desa Bojongnegoro dan Bandunggede 2 TK, dan Desa Gondangwayang 3 TK.

    Jangkauan pelayanan SMP belum memadai, desa yang masih belum terjangkau adalah

    Desa Sunggingsari, Glapangan, Bandunggede, Bojongnegoro, Karanggtejo, dan

    Ngadimulyo, sehingga perlu adanya penambahan 6 SMP pada desa tersebut, 1 SMP

    setiap desa. Pelayanan SD dan SMA di Kecamatan Kedu dan Parakan sudah

    menjangkau semua desa di Kecamatan Kedu dan Parakan, sehingga tidak perlu adanya

    penambahan.

    2.6.8 Sarana Kesehatan

    Sarana kesehatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan sudah merata.

    Jarak Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan yang dekat membuat akses penduduk

    Kecamatan Kedu terhadap rumah sakit di Kecamatan Parakan menjadi sangat mudah

    dan kebutuhan sarana kesehatan di Kecamatan Kedu pun dapat dipenuhi. Sarana

    kesehatan yang terdapat di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan terdiri dari

    rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, dan posyandu. Berikut adalah tabel

    sarana kesehatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan.

    Tabel II.8Banyaknya Sarana Kesehatan di

    Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012

    Kecamatan

    Jenis Sarana Kesehatan

    Rumah

    SakitPuskesmas

    Puskesmas

    PembantuPosyandu

    Kedu 0 1 2 103

    Parakan 1 1 2 82

    Sumber : BPS Kabupaten Temanggung, 2013

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    36/79

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.11

    Jangkauan Pelayanan Puskesmas

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.12

    Jangkauan Pelayanan Puskesmas Pembantu

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    37/79

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.13

    Jangkauan Pelayanan Praktek Dokter

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.14

    Jangkauan Pelayanan Posyandu

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    38/79

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.15

    Jangkauan Pelayanan Klinik Bersalin

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.16

    Jangkauan Pelayanan Apotek

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    39/79

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.17

    Jangkauan Pelayanan Rumah Sakit

    Peta jangkauan pelayanan sarana kesehatan di atas didasarkan pada radiuspencapaian yang diambil dari SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan

    perumahan kota. Berdasarkan peta di atas, pelayanan dari puskesmas, puskesmas

    pembantu, praktik dokter dan apotek belum mejangkau semua desa di Kecamatan

    Kedu dan Kecamatan Parakan, namun pelayanan dari posyandu, klinik bersalin dan

    rumah sakit sudah memadai dan menjangkau semua desa di Kecamatan Kedu dan

    Parakan, sehingga tidak perlu adanya penambahan jumlah sarana.

    2.6.9 Sarana Peribadatan

    Sarana peribadatan di wilayah Kedu-Parakan meliputi masjid, mushola, gereja

    katholik, dan gereja protestan. Tidak terdapat pura dan vihara sebagai tempat ibadahbagi warga yang beragama hindu dan buddha. Kualitas sarana peribadatan di wilayah

    Kedu-Parakan termasuk ke dalam kondisi yang baik dari segi kebersihan dan kondisi

    bangunan. Berikut adalah rincian sarana peribadatan di Kedu-Parakan.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    40/79

    Tabel II.9

    Banyaknya Sarana Peribadatan di

    Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012

    Sarana

    Peribadatan

    Jumlah

    Masjid

    Jumlah

    Mushola

    Jumlah

    Pura

    Jumlah

    Vihara

    Jumlah

    GerejaKatholik

    Jumlah

    GerejaProtestan

    Jumlah

    Klenteng

    Kedu 122 108 0 0 1 3 0

    Parakan 64 96 0 2 4 6 1

    Total 186 204 0 2 5 9 1

    Sumber: BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Jumlah total sarana peribadatan di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan

    adalah 186 masjid, 204 mushola, 0 Pura, 2 Vihara, 2 gereja katholik, 4 gereja protestan

    dan 1 klenteng. Pada tahun 2012 penduduk Kecamatan Kedu berjumlah 55.368 jiwa dan

    Kecamatan Parakan berjumlah 50.598 jiwa dengan mayoritas penduduk beragamaislam. Berikut adalah rincian jumlah penduduk menurut agam di Kecamatan Kedu dan

    Kecamatan Parakan.

    Kedu Parakan

    Jumlah penduduk beragama Islam 52.191

    jiwa

    Jumlah penduduk beragama Kristen

    Katholik 167 jiwa

    Jumlah penduduk beragama Kristen

    Protestan 203 jiwa

    Jumlah penduduk beragama budha 0 jiwa

    Jumlah penduduk beragama hindu 0 jiwa

    Jumlah penduduk beragama Islam 47.832

    jiwa

    Jumlah penduduk beragama Kristen

    Katholik 964 jiwa

    Jumlah penduduk beragama Kristen

    Protestan 1.690 jiwa

    Jumlah penduduk beragama budha 197 jiwa

    Jumlah penduduk beragama hindu 15 jiwa

    Dengan data di atas dapat dihitung pemenuhan kebutuhan ruang serta

    jangkauan pelayanan dari sarana peribadatan pada tahun 2012.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    41/79

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.18

    Persebaran Sarana Peribadatan

    Dalam SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan,

    masjid dapat menampung 2500 jiwa dengan jangkauan pelayanan 1000 m2, sedangkan

    mushola dapat menampung 250 jiwa dengan jangkauan pelayanan 100 m2. Berarti

    masjid-masjid di wilayah Kedu-Parakan pada tahun 2012 dapat menampung 465.000

    jiwa dengan jangkauan pelayanan 186.000 m2. Mushola-mushola di wilayah Kedu-

    Parakan pada tahun 2012 dapat menampung 2.750 jiwa dengan jangkauan pelayanan

    11.000 m2. Sehingga, sarana peribadatan untuk penduduk beragama Islam pada tahun

    2012 sudah terpenuhi.

    Sarana peribadatan di luar masjid dan mushola dalam SNI 03-1733-2004 tentang

    tata cara perencanaan lingkungan perumahan dijelaskan bahwa kebutuhan sarana

    gereja disesuaikan dengan jumlah penduduk yang beragama Kristen Katholik dan

    Kristen Protestan dengan kebutuhan lahan 1,2 m2/jemaah.

    2.6.10 Sarana Perekonomian

    Sarana perekonomian yang berpengaruh di wilayah Kedu-Parakan yang akan

    dikembangkan sebagai kota kecil berbasis industri meliputi bank umum, bank

    perkreditan rakyat, dan pasar. Berikut ini adalah rincian sarana perekonomian di

    wilayah Kedu-Parakan.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    42/79

    Tabel II.10

    Banyaknya Sarana Perekonomian di

    Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan Tahun 2012

    KecamatanJumlah Bank

    Umum

    Jumlah Pasar

    Umum

    Jumlah BPR

    Lainnya

    Kedu 2 1 13

    Parakan 11 2 2

    Total 13 3 15

    Sumber : BPS Kabupaten Temanggung, 2013

    Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa Kecamatan Parakan sebagai wilayah

    perkotaan mempunyai jumlah bank umum dan pasar umum yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan Kecamatan Kedu.

    Mengingat perekonomian di wilayah Kedu-Parakan yang didominasi olehkegiatan pertanian dan industri kecil, maka hal yang perlu diperhatikan adalah pasar

    umum yang dapat memfasilitasi penjualan hasil pertanian bagi petani serta pemenuhan

    kebutuhan bahan baku dan pemasaran produk bagi industri kecil. Pasar Legi yang

    berlokasi di Kecamatan Parakan merupakan salah satu pasar utama di Kabupaten

    Temanggung. Jangkauan pasar ini tidak hanya untuk lingkup kecamatan, namun juga

    untuk lingkup kecamatan sekitarnya, Kabupaten Temanggung, dan kabupaten di

    sekitar Kabupaten Temanggung. Sementara itu, di Kecamatan Kedu terdapat Pasar

    Pahing yang terletak di Desa Kedu dengan skala pelayanan untuk Kecamatan Kedu.

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 2.19

    Persebaran Sarana Perekonomian

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    43/79

    Sarana perekonomian yang juga penting untuk perkembangan ekonomi di

    wilayah Kedu-Parakan adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). BPR bertugas sebagai

    lembaga yang dapat meminjamkan modal bagi penduduk untuk kegiatan pertanian

    maupun industri. Jumlah BPR di Kecamatan Kedu adalah sebanyak 13 unit, sedangkan

    di Kecamatan Parakan terdapat 2 unit.

    2.7 Potensi

    Dari hasil analisis Tipologi Klassen yang telah dilakukan, wilayah Kedu-Parakan

    merupakan daerah yang berkembang dan tumbuh cepat. Dari rata-rata LQ per kecamatan di

    Kabupaten Temanggung diperoleh hasil wilayah Kedu-Parakan memiliki spesialisasi industri

    dengan tingkat sedang sehingga lebih berpotensi untuk berkembang. Untuk sektor industri

    pengolahan sendiri, merupakan sektor prioritas, hal inididapat dari analisis LQ. Dari hasil

    ketiga analisis tersebut, berbanding lurus dengan rencana pengembangan wilayah Kedu-

    Parakan menjadi kota kecil bebasis industri. Dengan melihat keunggulan-keunggulan di

    wilayah Kedu-Parakan, yang akan dikembangkan adalah industri kopi, industri hortikultura,

    serta industri pangan dan kerajinan. Baik wilayah Kedu-Parakan maupun Kecamatan di

    bagian utaranya (Kecamatan Gemawang dan Kecamatan Jumo) merupakan penghasil kopi

    yang cukup banyak. Kemudian di wilayah Kedu-prakan sendiri terdapat perkebunan kopi

    seluas 100 hektar, yang saat ini sudah mampu memenuhi permintaan pasar. Kualitas kopi

    Temanggung tidak perlu diragukan lagi, karena kopi Temanggung sudah berkembang sejak

    zaman Belanda. Hasil kopi Temanggung juga banyak yang diekspor hingga ke manca

    negara.Dalam mengembangkan industri hortikultura, wilayah Kedu-Parakan masih memiliki

    lahan pertanian yang luas. Wilayah Kedu-Parakan berpotensi pula menjadi sentara industri

    hortikultura, didukung dengan kedekatan wilayahnya dengan Kecamatan Bansari yang juga

    merupakan penghasil produk pertanian yang besar di Kabupaten Temanggung serta lokasi

    Kedu-Parakan yang cukup strategis karena dilewati jalan nasional dan jalan provinsi. Jalan

    nasional dan jalan provinsi yang melewati wilayah Kedu-Parakan ini, juga menjadi salah satu

    modal utama untuk prasarana pengangkutan barang baku maupun pendistribusian hasil

    produksi. Pengembangan wilayah Kedu-Parakan menjadi kota kecil berbasis industri ini

    diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru, yang memang kondisi eksistingnya

    saat ini sudah banyak home industry yang ada, dan dapat mneyerap tenaga kerja.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    44/79

    2.8 Masalah

    Tabel II.11

    Masalah dan Fakta

    Masalah Fakta

    Jaringan infrastruktur

    belum mendukung

    kegiatan industri

    Dalam proses pengangkutan untuk industri tahu belum didukung oleh

    aksesibilitas yang baik khususnya jalan yang terdapat di Dusun Getas

    memiliki jalan yang rusak sehingga produk tahu yang dihasilkan menjadi

    rusak sebelum sampai ke konsumen/pembeli (Sarina, DusunGondang

    Wayang RT 07, 2014).

    Jaringan transportasi

    yang belum

    mendukung kegiatan

    industri

    Distribusi hasil produksi industri pangan dan kerajinan tidak menggunakan

    angkutan umum, karena angkutan umum hanya melewati di jalan kolektor

    sehingga hasil produksi industri didistribusikan dengan menggunakan

    kendaraan pribadi (Muhammad Atang, Kepala Kelurahan Karangtejo,

    2014).

    Belum adanyapeningkatan dan

    pengelolaan fasilitas

    penunjang industri

    "...keberadaan industri ini sudah 75% mengganggu kesehatan petani"(Tridadi, Desa Caturanom, 2014).

    Belum adanya lokasi

    pemasaran yang jelas

    bagi hasil produk

    industri

    "Biasanya pembeli datang kesini untuk membeli dan terkadang dijual juga

    ke Pasar Parakan." (Suyatno, Desa Mandisari, 45 thn)

    Lokasi industri yang

    belum terkonsentrasi

    secara spasial

    Kurangnya modal

    untuk memenuhi

    kebutuhan pasar

    Untuk saat ini di Kecamatan Parakan Wetan untuk kegiatan industrinya

    belum ada perhatian dari pemerintah sehingga belum ada bantuan terkait

    modal, peralatan dan lain sebagainya (Kaswadi, Parakan Wetan, 2014).

    Kesulitan untukmendapatkan bahan

    baku sehingga tidak

    dapat memenuhi

    permintaan pasar

    "Bambu yang digunakan Wardoyo sendiri berasal dari Temanggung, Jogjabahkan hingga Magelang hal ini dikarenakan produksi dari Temanggung

    sendiri kecil." (Wardoyo, Desa Caturanom, 2014). .... banyaknya

    permintaan disesuaikan dengan permintaan pasar, namun hal ini terkadang

    terkendala oleh minimnya bahan baku dan modal yang dimiliki pemilik

    industri kayu (Arif, Dusun Ngadimulyo).

    Kurangnya inovasi

    hasil produk industri

    "... Belum adanya inovasi dari hasil industri makanan ringan biasanya hanya

    berupa ceripng ketela saja dan hanya memiliki rasa asin dan gurih" (Surini,

    Desa Mojotengah, 2014)

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    45/79

    Masalah Fakta

    Rendahnya tingkat

    pendidikan

    masyarakat

    Kedu

    SD = 45, 60%

    Tidak/Belum Tamat SD = 21,57%

    ParakanSD=36,74%

    Tidak/Belum Tamat SD = 23,67%

    (BPS Kabupeten Temanggung, 2013)

    Kurangnya pelatihan

    keterampilan untuk

    masyarakat

    "Hambatan lainnya yaitu kurangnya keterampilan dalam mencetak dan

    membentuk adonan semprong." (Hartono, Kelurahan Parakan Wetan, 61

    thn)

    Rendahnya partisipasi

    masyarakat untuk

    mengembangkanindustri

    Home industry ini belum terdaftar di Pemerintahan, sehingga belum

    mendapatkan bantuan dari pemerintah (Nur Sriyatin, Desa Kundisari)

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Dalam memgembangakan kota kecil berbasis industri di Kecamatan Kedu-Parakan,

    terdapat beberapa masalah yang dihadapi. Masalah utama yang menjadi sebab ternjadinya

    masalah-masalah lain adalah terhambatnya perkembangan industri potensial di Wilayah

    Kedu-Parakan. Hal ini disebabkan oleh empat faktor utama yaitu lokasi industri yang belum

    terkonsentrasi secara spasial, belum adanya lokasi pemasaran hasil produksi industri yang

    jelas, kurangnya inovasi hasil produk industri dan tidak dapat memenuhi permintaan pasar.

    Saat ini di wilayah Kedu-Parakan belum ada lokasi pemasaran hasil produksi industriyang jelas. Masing-masing pemilik industri biasanya mendistribusikan hasil produksinya

    sendiri, baik lingkup wilayah Kabupaten Temanggung maupun luar Kabupaten

    Temanggung. Untuk skala usaha yang lebih kecil, biasanya memasarkan dagangannya di

    Pasar Parakan ataupun Pasar Ngadirejo. Ada pula pembeli yang langsung dating ke rumah

    pemilik industri rumah tangga untuk langsung memebeli hasil produksi mereka. Masing-

    masing pemilik industri menjalankan usahanya secara individu. Tidak ada lembaga atau

    oprganisasi yang mewadahi industri-industri kecil-menengah tersebut. Sehingga industri

    rumah tangga yang masih terhitung baru dan baru memiliki banyak pelanggan masih sering

    gagal berkompetisi, terkadang hingga gulung tikar. Untuk itu, dibutuhkan sentra industri

    untuk mendukung kegiatan industri kerajinan dan pangan yang efektif dan efisien. Hal ini

    juga dapat mendorong tumbuh kembangnya indutri-industri kecil-menengah yang ada di

    wilayah Kedu-Parakan, yang berdamapak pada berkurangnya angaka pengangguran di

    wilayah Kedu-Parakan itu sendiri.

    Kurangnya inovasi hasil produk industri disebabkan karena partisipasi masyarakat

    dalam mengembangkan industri masih rendah. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat

    pendidikan penduduk serta masih kurangnya pelatihan ketrampilan bagi masyuarakat

    terkait bidang industri. Partisipasi masyarakat dalam mengikuti pelatihan-pelatihan

    ketrampilan dari pemerintah dalam bidang industri rumahan juga sangat kurang. Hal

    tersebutlah yang menjadi salah satu penyebab kurangnya inovasi pengembangan industri

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    46/79

    kerajinan dan pangan. Produk industri yang berbahan baku sama, menghasilkan barang

    yang hampir semuanya sama antara produsen satu dengan produsen lainnya. Sehingga

    tidak ada saingantar produk. Hal ini juga menjadi alasan pemilik usaha ruamah tangga yang

    masih terhitung baru mengalami kegagalan, selain faktor belum adanya tempat pemasaran

    yang jelas.

    Permaslaahn industri yang tidak dapat memenuhi permintaan pasar dikarenakan dua

    hal, yaitu kurangnya modal untuk memenuhi barang baku produksi serta sulitnya

    memperoleh bahan baku. Banyak industri di Kedu-Parakan yang harus mendatangkan

    bahan baku dari luar daerah (luar Kabupaten Temanggung). Bahkan terkadang bahan baku

    yang ada belum cukup untuk memproduksi barang untuk memenuhi permintaan pasar.

    Untuk mendatangkan bahan baku dari luar pun membutuhkan biaya transportasi yang

    lebih. Jika aksesibilitas mudah, biaya transportasi bahan baku tidak semahal apabila kondisi

    aksesibiltas sulit seperti yang ada di beberapa wilayah di Kedu-Parakan saat ini. Pengusaha

    industri yang mendapatkan bantuan modal dari pemerintah adalah industri kecil-menengahyang sudah memiliki surat-surat izin industri dan dagang. Namun, sebagian besar pemilik

    industri kecil dan menengah di Kecamatan Kedu-Parakan tidak memiliki surat-surat izin

    untuk mendirikan industri. Bahkan mereka pun tidak tahu cara mengurus kelengkapan

    surat-surat tersebut. Sehingga untuk mendapatkan bantuan modal, para pemilik industri

    kecil ini harus meminjam dari bank. Peminjaman modal di bank pastilah berbunga, menurut

    penuturan salah seorang narasumber keuntungan dari industrinya tersebut sebagian

    terpakai untuk membayar pinjaman bankbeserta bunganya, sehingga sulit untuk

    mengembangkan industrinya tersebut. Sedangkan para investor juga harus berpikir ulang

    jika akan menanamkan modal pada industri Kedu-Parakan. Untuk menanamkan modal, para

    investor butuh SDM yang bagus serta peluang-peluang untuk mendapatkan untung yangbesar. Sedangkan dengan melihat kondisi SDM yang ada di wilayah Kedu-Parakan saat ini

    masih kurang, tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah selain itu juga tidak adanya

    inovasi serta daya saing yang rendah membuat investor enggan menanamkan modalnya.

    Lokasi industri yang belum terkonsentrasi secara spasial disebabkan karena jaringan

    infrastruktur seperti jalan yang rusak dan jaringan transportasi umum yang belum

    mendukung kegiatan industri. Dalam mewujudkan kota kecil berbasis industri, sangat

    penting untuk memiliki kelengkapan infrastruktur pendukung industri yang terintegrasi

    dengan baik. Namun, saat ini kondisi distribusi hasil produksi industri pangan dan kerajinan

    tidak menggunakan angkutan umum, karena angkutan umum hanya melewati di jalan

    kolektor sehingga hasil produksi industri didistribusikan dengan menggunakan kendaraan

    pribadi. Salah seorang narasumber (Pemilik Industri Tahu) mengatakan bahwa karena

    aksesibilitas yang kurang baik seperti jalanan yang rusak mengakibatkan tahu rusak

    sebelum sampai tujuan. Kepala Desa Karangtejo, Kecamatan Kedu juga mengatakan bahwa

    infrastruktur pendukung industri yang ada di Kecamatan Kedu dan Parakan belum

    terintegrasi. Jika kedepannya kondisi infrastruktur masih sama, aksesibilitas untuk

    kepentingan industri seperti mndatangkan bahan baku dan pendistribusian hasil produksi

    akan terganggu. Selain itu, sarana transportasi bagi pekerja industri saat ini juga belum

    memadai. Berikut merupakan alur permasalahan industri yang ada di Kedu-Parakan:

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    47/79

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Gambar 2.13

    Skema Permasalahan

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    48/79

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    49/79

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    50/79

    berjumlah 52.542 jiwa dan pada tahun 2035 menjadi 88.511 sedangkan untuk Kecamatan

    Parakan pada tahun 2010 berjumlah 49.873 dan pada tahun 2035 menjadi 72.456 jiwa.

    Jumlah penduduk Kecamatan Kedu dan Parakan hampir sama, namun pertumbuhan

    penduduk Kecamatan Kedu lebih signifikan jika dibandingan dengan Kecamatan Parakan.

    3.2 Analisis Daya Dukung Lahan

    Analisis daya dukung lahan ini merupakan suatu pertimbangan yang digunakan untuk

    menentukan pola penggunaan lahan yang sesuai untuk wilayah perencanaan. Analisis ini

    akan memberikan informasi tentang kesesuaian lahan yang sesuai untuk wilayah tersebut.

    Untuk mengetahui fungsi kawasan dari suatu daerah digunakan alat analisis yaitu analisis

    skoring. Analisis skoring ini berdasarkan kelerengan, jenis tanah, dan curah hujan. Acuan

    yang dipakai untuk analisis skoring berdasarkan tabel kriteria yang bersumber dari SK

    Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981.

    Tabel III.1Klasifikasi Kelerengan

    No Kelas Lereng(%) Deskripsi Skor

    1 I 0-8 Datar 20

    2 II 8-15 Landai 40

    3 III 15-25 Agak curam 60

    4 IV 25-45 Curam 80

    5 V > 45 Sangat curam 100

    Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981

    Tabel III.2

    Klasifikasi Jenis Tanah

    No Kelas Jenis Tanah Deskripsi Skor

    1 IAluvial, glei planosol, hidomorf kelabu,

    laterita air tanahTidak peka 15

    2 II Latosol Agak peka 30

    3 IIIBrown forest soil, noncalsic brown,

    mediteranKurang peka 45

    4 IVAndosol, laterit, grumusol, podsol,

    podsolikPeka 60

    5 V Regosol, litosol, organosol, renzina Sangat Peka 75

    Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981

    Tabel III.3

    Klasifikasi Curah Hujan

    No Kelas Interval (mm/hari) Deskripsi Skor

    1 I Sampai dengan 13,6 Sangat rendah 10

    2 II 13,6-20,7 Rendah 20

    3 III 20,7-27,7 Sedang 30

    4 IV 27,7-34,8 Tinggi 40

    5 V 34,8 keatas Sangat tinggi 50

    Sumber : SK Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/VIII/1981

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    51/79

    Tabel III.4

    Kriteria Penetapan Kawasan Lindung dan Budidaya

    No Kawasan Skor

    1 Kawasan lindung >1752 Kawasan penyangga 125-175

    3 Kawasan budi daya tanaman semusim

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    52/79

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    53/79

    Tabel III.6

    Kebutuhan Ruang

    NoKelompokAktivitas

    AktivitasPeruntukan

    Fasilitas

    Standar RencanaTotal LuasPengguna

    Lahan (m2)Keterangan

    JiwaLuas per Unit

    (m2)Jumlah

    UnitJumlah

    Pengguna

    Luas PerUnit(m2)

    1. Ruang Terbangun

    A. Zona Industri Utama

    1 Industri Kayu Industri PengolahanKayu Kawasan 160,967 50,000 2 160,967 50,000 100,000 Rencana

    2 Industri Gerabah Industri Gerabah Kawasan 160,967 20,000 1 160,967 20,000 20,000 Rencana

    3 Industri Kopi Kopi Kawasan 160,967 5,000 1 160,967 5,000 5,000 Rencana

    4Sentra MakananRingan

    Makanan Ringan Kawasan 160,967 500 1 160,967 500 500 Rencana

    B. Zona Pelayanan Industri

    1 Kesehatan Rumah Sakit Kawasan 200,000 3,000 1 160,967 3,000 3,000 Eksisting

    Puskesmas Pembantu Kawasan 30,000 300 4 160,967 500 2,000 Eksisting

    Puskesmas Kawasan 120,000 1,000 2 160,967 1,000 2,000 Eksisting

    Apotek Kawasan 30,000 250 3 160,967 300 900 Rencana

    2 Pendidikan TK Kawasan 1,250 500 54 160,967 500 27,000 Eksisting

    Kawasan 1,250 500 12 160,967 500 6,000 Rencana

    SD Kawasan 1,600 2,000 63 160,967 2,000 126,000 Eksisting

    SMP Kawasan 4,800 9,000 7 160,967 9,000 63,000 Eksisting

    Kawasan 4,800 9,000 6 160,967 9,000 54,000 Rencana

    SMA Kawasan 4,800 12,500 7 160,967 12,500 87,500 Eksisting

    SMK Kawasan 4,800 12,500 2 160,967 12,500 25,000 Rencana

    3 Pemukiman Hunian Vertikal Tinggi Kawasan 5 - 32,193 160,967 - 804,835 Rencana

    4Perdagangan danJasa

    Pusat Perbelanjaandan Niaga

    Kawasan 120,000 36,000 3 160,967 36,000 108,000 Rencana

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    54/79

    NoKelompokAktivitas

    AktivitasPeruntukan

    Fasilitas

    Standar RencanaTotal LuasPengguna

    Lahan (m2)Keterangan

    JiwaLuas per Unit

    (m2)Jumlah

    UnitJumlah

    Pengguna

    Luas PerUnit(m2)

    5 TPSTempat PembuanganSampah Sementara

    Kawasan 30,000 60 1 160,967 200 200 Rencana

    C. Zona Pendukung Industri

    1 GudangPegudangan(Hortikultura)

    Kawasan 160,967 500 1 160,967 500 500Rencana

    2 Sumber BahanBaku

    Kopi Kawasan 160,9671,332,700

    1 160,9671,332,700 1,332,700

    Eksisting

    Sawah Kawasan 160,967 24,890,372 1 160,96724,890,3

    7223,706,457 Eksisting

    3LingkunganIndustri Kecil

    Kopi Kawasan 160,967 20,000 1 160,967 20,000 20,000 Rencana

    Makanan Ringan Kawasan 166,654 5,000 1 5,000 5,000 5,000 Rencana

    Total Kebutuhan Ruang Terbangun 26,499,592 Rencana

    Sirkulasi (30%xtotal luas lahan terbangun) 11,356,968 Rencana

    2. Ruang Non Terbangun

    1Ruang Terbuka

    HijauRuang Terbuka Hijau

    AktifKawasan

    5,000 2,000 1166,654

    2,000 4,867,272Rencana

    Ruang Terbuka HijauPasif

    Kawasan5,000 9,151 1

    166,6549,151 11,356,968

    Rencana

    Total Kebutuhan Ruang Non Terbangun 16,224,240 Rencana

    Total Kebutuhan Ruang 54,080,800 RencanaSumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    55/79

    3.4 Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana

    3.4.1 Jalan

    Berdasarkan perhitungan menggunakan SPM Bidang Jalan yang dikeluarkan

    Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001, wilayah Kedu-Parakan

    memiliki aksesibilitas dan mobilitas sebagai berikut.

    Tabel III.7

    Standar Pelayanan Minimal Bidang Jalan di Indonesia

    Tahun

    Kuantitas

    (Konsumsi/

    Produksi)

    Kualitas

    (Indeks

    Aksesibilitas)

    Keterangan

    Kuantitas

    (Konsumsi/

    Produksi)

    Kualitas

    (Indeks

    Mobilitas)

    Keterangan

    2012Sedang

    (>500)>0,5

    1,603

    (Memenuhi)

    Sedang

    (>2)>1

    1,648

    (Memenuhi)

    2015Tinggi

    (>1.000)>1,5

    1,603

    (Memenuhi)

    Sedang

    (>2)>1

    1,542

    (Memenuhi)

    2020 Tinggi(>1.000)

    >1,5 1,603(Memenuhi)

    Sedang(>2)

    >1 1,396(Memenuhi)

    2025Tinggi

    (>1.000)

    >1,5 1,603

    (Memenuhi)Tinggi (>5) >2

    1,274 (Tidak

    Memenuhi)

    2030Tinggi

    (>1.000)

    >1,5 1,603

    (Memenuhi)Tinggi (>5) >2

    1,172 (Tidak

    Memenuhi)

    2035Tinggi

    (>1.000)

    >1,5 1,603

    (Memenuhi)Tinggi (>5) >2

    1,085 (Tidak

    Memenuhi)

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa dari segi aksesibilitas kondisi jalan diwilayah Kedu-Parakan sudah terpenuhi, berbeda dengan mobilitas yang sudah tidak

    terpenuhi lagi sejak tahun 2025 sehingga diperlukan penambahan jalan dari 685,485 km

    hingga 804,835 km. Perhitungan dapat didetailkan sebagai berikut.

    2025 = Jumlah Penduduk/1000 * Indeks Mobilitas

    = 137.097/1000*5

    = 685,485 km

    2030 = Jumlah Penduduk/1000 * Indeks Mobilitas

    = 149.032/1000*5

    = 745,16 km2035 = Jumlah Penduduk/1000 * Indeks Mobilitas

    = 160.967/1000*5

    = 804,835 km

    Walaupun berdasarkan perhitungan mobilitas masih diperlukan penambahan

    jalan, tetapi pada perencanaan jalan hingga 2035 tidak diperlukan penambahan jalan.

    Hal yang dilakukkan hanya peningkatan dan pengoptimalan jalan. Hal ini disebabkan

    oleh terdapatnya isu pembangunan Jalur Lingkar Parakan sehingga dapat memenuhi

    kebutuhan mobilitas di masa yang akan datang.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    56/79

    3.4.2 Drainase

    Berdasarkan kondisi eksisting, terdapat beberapa wilayah yang belum memiliki

    drainase. Selain itu, terdapat sekitar 1,42% daerah genangan di wilayah Kedu-Parakan.

    Untung pengembangannya, maka diperlukan pembangunan drainase di bagian kanan

    dan bagian kiri pada seluruh jalan dengan sistem tertutup. Panjang drainase sendiri

    mencapai 349,378 km sesuai dengan hasil proyeksi jalan.

    3.4.3 Sanitasi

    Prasarana sanitasi di wilayah Kedu-Parakan adalah berupa MCK umum dan

    pribadi. Berikut ini adalah kajian sanitasi di wilayah Kedu-Parakan.

    Tabel III.8

    Tingkat Pelayanan Sarana Sanitasi Tahun 2013-2035

    Tahun Kecamatan Jumlah Peduduk Tingkat Pelayanan (%)

    2011 Kedu 53138 80%

    Parakan 50598 92%

    2015 Kedu 59994 80%

    Parakan 51713 87%

    2020 Kedu 68834 80%

    Parakan 53625 90%

    2025 Kedu 79342 80%

    Parakan 55608 90%

    2030 Kedu 91871 81%

    Parakan 57664 90%

    2035 Kedu 106857 90%

    Parakan 59797 90%

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A, 2014

    Persen pada tingkat pelayanan sanitasi didasarkan atas kepemilikan MCK dan

    tersedianya MCK umum untuk melayani sanitasi di Wilayah Kedu-Parakan. Sehingga

    perhitungannya adalah jumlah penduduk dengan kepemilikan MCK dan jumlah

    penduduk di desa yang telah memiliki MCK Umum dibagi dengan jumlah penduduk

    total.

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah septic tankdan tingkat pelayananprasarana sanitasi terus bertambah setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena

    pertambahan jumlah penduduk sehingga juga memerlukan pertambahan prasarana

    sanitasi. Kondisi prasarana sanitasi saat ini tergolong cukup baik, tetapi masih terdapat

    beberapa masalah dalam penanganannya. Pada beberapa desa masih terdapat rumah

    yang tidak memiliki MCK dan septic tank. Selain itu, beberapa masyarakat masih

    melakukan kegiatan mandi dan mencuci di sungai. Hal tersebut dapat mengakibatkan

    terjadinya pencemaran sungai dan munculnya penyakit.

    Tingkat pelayanan prasarana sanitasi di wilayah Kedu-Parakan sudah cukup baik.

    Rata-rata tingkat pelayanannya mencapai 80%. Pengawasan dan pengontrolan kondisi

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    57/79

    MCK, khususnya MCK umum dan septic tank harus dilakukan untuk meningkatkan

    kualitas penyediaan prasarana sanitasi di wilayah Kedu-Parakan.

    3.4.4 Persampahan

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Peta 3.2

    Pelayanan Persampahan

    Dari total 30 kecamatan yang terdapat di wilayah Kedu-Parakan, desa yang

    terlayani TPS hanya 7 desa dan sisanya 23 desa tidak terlayani. Hal ini berdampak

    kepada banyak sampah yang dibuang di sembarang tempat. Sehingga, perlu adanya

    perencanaan sistem persampahan yang cukup baik di wilayah Kedu-Parakan dengan

    penyediaan TPS di beberapa desa yang masih belum terlayani.

    3.4.5 Air Bersih

    Kebutuhan air bersih meliputi kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dan

    kebutuhan air bersih untuk hidran umum.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    58/79

    Tabel III.9

    Kebutuhan Air Bersih

    Uraian

    Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk (Jiwa)

    >1.000.000500.000 s/d

    1.000.000

    100.000 s/d

    500.000

    20.000 s/d

    100.000 150 150 - 120 90 - 120 80 - 120 60 - 80

    2. Konsumsi Unit Hidran

    (HU)(liter/org/hari)20 - 40 20 - 40 20 - 40 20 - 40 20 - 40

    3. Konsumsi unit non

    domestik

    a.

    Niaga Kecil(liter/unit/hari)

    b. Niaga Besar

    (liter/unit/hari)

    c. Industri Besar

    (liter/detik/ha)

    d. Pariwisata

    (liter/detik/ha)

    600 - 900

    1000 - 5000

    0,2 - 0,8

    0,1 - 0,3

    600 - 900

    1000 - 5000

    0,2 - 0,8

    0,1 - 0,3

    600

    1500

    0,2 0,8

    0,1 0,3

    4. Kehilangan Air (%) 20 -30 20 -30 20 - 30 20 - 30 20 - 30

    5. Faktor Hari Maksimum1,15 - 1,25

    *harian

    1,15 - 1,25

    *harian

    1,15 - 1,25

    *harian

    1,15 - 1,25

    *harian

    1,15 - 1,25

    *harian

    6. Faktor Jam Puncak1,75 - 2,0

    *hari maks

    1,75 - 2,0

    *hari maks

    1,75 - 2,0

    *hari maks

    1,75

    *hari maks

    1,75

    *hari

    maks

    7. Jumlah Jiwa Per SR (Jiwa) 5 5 5 5 5

    8. Jumlah Jiwa Per HU (Jiwa) 100 100 100 100 - 200 200

    9. Sisa Tekan Di penyediaan

    Distribusi (Meter)10 10 10 10 10

    10. Jam Operasi (Jam) 24 24 24 24 24

    11. Volume Reservoir (% Max

    Day Demand)15 -25 15 -25 15 -25 15 -25 15 -25

    12. SR : HU

    50 : 50

    s/d

    80 : 20

    50 : 50

    s/d

    80 : 20

    80 : 20 70 : 30 70 : 30

    13. Cakupan Pelayanan (%) 90 90 90 90 90

    Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996

    Tingkat pelayanan air bersih PDAM sebesar 43,09% terbagi atas saluran rumah

    tangga dan hidran umum. Berikut adalah proyeksi distribusi air bersih PDAM.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    59/79

    Kebutuhan Air Bersih untuk Sambungan Rumah Tangga

    Kriteria perencanaan yang telah dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya Dinas PU

    kecamatan Kedu-Parakan termasuk dalam kategori kota sedang sehingga jumlah

    konsumsi unit sambungan rumah tangga adalah 110 liter/orang/hari.

    Tabel III.10

    Proyeksi Kebutuhan Air Bersih untuk Sambungan Rumah Tangga

    TahunJumlah

    Penduduk

    Tingkat

    Pelayanan

    (%)

    Jumlah

    Terlayani

    Konsumsi Air

    Rata-Rata

    (L/Orang/Hari)

    Jumlah

    Pemakaian

    (L/Hari)

    Jumlah

    Kebutuhan Air

    (L/Detik)

    a b c d e f g

    2012 106066 40% 42426.4 110 4,666,904.00 54.015

    2015 113227 50% 56613.5 110 6,227,485.00 72.077

    2020 125162 60% 62581 110 6,883,910.00 79.675

    2025 137097 70% 82258.2 110 9,048,402.00 104.7272030 149032 80% 104322.4 110 11,475,464.00 132.818

    2035 160967 90% 128773.6 110 14,165,096.00 163.948

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Keterangan : d = b x c

    f = d x e

    g = f / (24 x 60 x 60)

    Kebutuhan Air Bersih untuk Hidran Umum

    Kriteria perencanaan yang telah dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya Dinas PU

    kecamatan Kedu-Parakan termasuk dalam kategori kota sedang sehingga jumlah konsumsiunit sambungan hidran umum adalah 30 L/Orang/Hari.

    Tabel III.11

    Proyeksi Kebutuhan Air Bersih untuk Hidran Umum

    TahunJumlah

    Penduduk

    Tingkat

    Pelayanan

    (%)

    Jumlah

    terlayani

    Konsumsi air

    rata-rata

    (L/Orang/Hari)

    jumlah

    pemakaian

    (L/Hari)

    jumlah

    kebutuhan

    air (L/Detik)

    a b c D e f g

    2012 106066 30% 31819.8 30 954594 11.049

    2015 113227 30% 33968.1 30 1019043 11.794

    2020 125162 30% 37548.6 30 1126458 13.038

    2025 137097 30% 41129.1 30 1233873 14.281

    2030 149032 30% 44709.6 30 1341288 15.524

    2035 160967 30% 48290.1 30 1448703 16.767

    Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Keterangan : d = b x c

    f = d x e

    g = f / (24 x 60 x 60)

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    60/79

    Berdasarkan perhitungan kebutuhan air bersih diatas dapat diketahui bahwa jumlah

    kebutuhan air bersih PDAM terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah

    penduduk. Peningkatan rata-rata jumlah kebutuhan air bersih untuk sambungan rumah

    tangga yaitu sebesar 0,18% dari tahun 2012 hingga 2035. Pada tahun 2035, jumlah kebutuhan

    air untuk sambungan rumah tangga sebesar 163,948 liter/detik. Sementara itu, jumlah

    kebutuhan air bersih untuk hidran umum memiliki peningkatan rata-rata dari tahun 2011

    hingga tahun 2035 yaitu sebesar 0,011%. Pada tahun 2035, jumlah kebutuhan air untuk

    hidran umum sebesar 16,767 liter/detik. Peningkatan jumlah kebutuhan air ini harus

    diimbangi dengan peningkatan pelayanan pasokan air bersih dari PDAM.

    3.4.6 Listrik

    Analisis untuk perencanaan jaringan listrik meliputi listrik untuk rumah tangga,

    penerangan lampu jalan, dan kegiatan industri.

    Tabel III.12

    Proyeksi Kebutuhan Daya Listrik di Wilayah Kedu-Parakan

    TahunJumlah

    PendudukKK

    Kebutuhan

    daya listrik

    (KW)

    2012 106066 21213 19.091,880

    2015 113227 22645 20.380,860

    2020 125162 25032 22.529,160

    2025 137097 27419 24.677,460

    2030 149032 29806 26.825,760

    2035 160967 32193 28.974,060

    Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2014

    Kebutuhan daya listrik minimum dalam tabel diatas didapatkan dari asumsi dari

    setiap rumah tangga di wilayah Kedu-Parakan membutuhkan daya listrik minimum

    sebesar 900 watt. Maka, pada tahun 2035 kebutuhan listrik untuk rumah tangga

    dibutuhkan daya listrik minimum sebesar 28.974,060 KW.

    Pada kondisi eksisting jalan di wilayah Kedu-Parakan masih minim penerangan,

    baik pada jalan nasional hingga jalan antardesa. Maka, diperlukan penambahan lampu

    penerangan jalan di wilayah Kedu-Parakan. Penambahan lampu penerangan jalantersebut disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    61/79

    Tabel III.13

    Jarak Antar Tiang Lampu Penerangan (e) Berdasarkan

    Tipikal Distribusi Pencahayaan dan Klasifikasi Lampu

    1.

    Rumah lampu tipe A

    JenisLampu

    TinggiLampu (m)

    Lebar Jalan (m) Tingkat Pencahayaan

    4 5 6 7 8 9 10 11

    35W SOX

    4 32 32 32 - - - - -

    3,5 LUX5 35 35 35 35 35 34 32 -

    6 42 40 38 36 33 31 30 29

    55W SOX 6 42 40 38 36 33 32 30 286,0 LUX

    90W SOX 8 60 60 58 55 52 50 48 46

    90W SOX 8 36 35 35 33 31 30 29 28

    10,0 LUX135W SOX 10 46 45 45 44 43 41 40 39

    135W SOX 10 - - 25 24 23 22 21 2020,0 LUX

    180W SOX 10 - - 37 36 35 33 32 31

    180W SOX 10 - - - - 22 21 20 20 30,0 LUX

    2. Rumah lampu tipe B

    JenisLampu

    TinggiLampu (m)

    Lebar Jalan (m) Tingkat Pencahayaan

    4 5 6 7 8 9 10 11

    35W SOX

    4 31 30 29 28 26 - - -

    3,5 LUX5 33 32 32 31 30 29 28 27

    6 48 47 46 44 43 41 39 37

    55W SOX 6 34 33 32 31 30 28 26 246,0 LUX

    90W SOX 8 48 47 45 42 40 38 36 34

    90W SOX 8 - - 48 47 45 43 41 3910,0 LUX

    135W SOX 10 - - 28 26 23 - - -

    135W SOX 10 - - - - 55 53 50 4720 LUX

    180W SOX 10 - - 36 35 33 32 30 28

    180W SOX 10 - - - - 39 38 37 36 30 LUX

    Sumber: SNI 7391:2008

    Untuk di Jalan Raya Kedu-Parakan dengan lebar 9 m, dibutuhkan daya minimal

    sebesar 125 watt dengan jarak antar tiang listrik sejauh 29 m.

  • 8/10/2019 Studio Perencanaan Kedu-Parakan

    62/79

    Tabel III.14

    Tarif Dasar Listrik untuk Keperluan Industri

    No. Gol Tarif

    Batas

    Daya

    Reguler

    Biaya Beban

    (Rp/ Kva/bulan)

    Biaya Pemakaian (Rp/ kWh) danBiaya kVArh (Rp/ kVArh)

    Pra Bayar(Rp/ kWh)

    1 1 1/ TP 450 VA 26.000Blok I : 0 s.d. 30 kWh : 160Blok II: diatas 30 kWh : 395

    485

    2 1 1/ TP 900 VA 31.500Blok I : 0 s.d. 72 kWh : 315

    Blok II : diatas 72 kWh : 405600

    3 1 1/ TP 1.300 VA *) 765 765

    4 1 1/ TP 2.200 VA *) 790 790

    5 1 1/ TP3.500 VA

    s.d. 14kVA

    *) 915 915

    6 1 2/ TP

    Diatas 14kVA

    s.d.200kVA

    **)Blok WBP = K X 800

    Blok LWBP = 680kVArh = 735 ****)

    -

    7 1 3/ TPDiatas 200

    kVA**)

    Blok WBP = K X 800Blok LWBP = 680kVArh = 735 ****)

    -

    8 1 4/ TP30.000

    Kvakeatas

    ***)Blok WBP dan LWBP = 608

    kVArh = 605 ****)-

    Catatan :*) Diterapkan Rekening Minimum (RM) :

    RM1 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVa) x Biaya Pemakaian**) Diterapkan Rekening Minimum (RM):

    RM2 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVa) x Biaya Pemakaian LWBP***) Diterapkan Rekening Minimum (RM):

    RM3 = 40 (Jam Nyala) x Daya tersambung (kVa) x Biaya Pemakaian WBP dan LWBPJam nyala : kWh per bulan dibagi dengan kVA tersambung****) Biaya kelebihan pemakaian daya relatif (kVArh) dikenakan dalam hal faktor daya rata-rata setiap bulankurang dari 0,85K : Faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan karakteristik beban sistem kelistrikansetempat (1,4 K 2), ditetapkan oleh Direksi Perusahaan Perseroan (Perseroan) PT. Perusahaan ListrikNegara.WBP : Waktu Beban PuncakLWBP : Luar Waktu Beban Puncak.

    Sumber: PERPRES NO 8 TAHUN 2011

    Wilayah Kedu-Parakan sebagai kota kecil untuk industri membutuhkan kapasitas

    daya industri untuk perindustrian. Untuk kegiatan industri dibutuhkan daya minimal

    sebesar 450 VA hingga lebih dari 30.000 kVA.

    3.4.7 Sarana Pendidikan

    Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Kedu dan Kecamatan Parakan terdiri

    dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Men