BIOGRAFI DAN PERAN KH SUBCHI PARAKAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4727/1/SKRIPSI.pdfi...
Transcript of BIOGRAFI DAN PERAN KH SUBCHI PARAKAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4727/1/SKRIPSI.pdfi...
i
BIOGRAFI DAN PERAN KH SUBCHI PARAKAN-TEMANGGUNG
PADA TAHUN 1858-1959
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora (S. Hum)
Oleh :
MEI RINA DEWI RAHAYU
216-14-005
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DIPUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Mei Rina Dewi Rahayu
NIM : 216-14-005
Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam
Menyatakan bahwa naskah skripsi saya berjudul “Biografi dan Peran KH
Subchi Parakan-Temanggung Pada Tahun 1858-1959” adalah benar-benar
hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk
sumbernya berdasakan kode etik ilmiah, dan bebas dari plagiatisme. Jika
kemudian hari terbukti ditemukan plagiarisme, maka saya siap ditindak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Salatiga, 08 Oktober 2018
Yang menyatakan,
Mei Rina Dewi Rahayu
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama : Mei Rina Dewi Rahayu
NIM : 216-14-005
Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Program Studi : Sejarah Peradaban Islam
Judul : Biografi dan Peran KH Subchi Parakan-
Temanggung Pada Tahun 1858-1959
telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.
Salatiga, 10 September 2018
Pembimbing
Haryo Aji Nugroho, S. Sos., MA
NIP 19731104 199903 1002
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudara Mei Rina Dewi Rahayu dengan Nomor Induk Mahasiswa
21614005 yang berjudul Biografi dan Peran KH Subchi Parakan-
Temanggung Pada Tahun 1858-1959 telah dimunaqosyahkan dalam Sidang
Panitia Ujian Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada Hari Jum’at 21 September 2018 dan telah
diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam..
Salatiga, 08 Oktober 2018
Panitia Ujian
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Benny Ridwan, M. Hum. Haryo Aji Nugroho, S. Sos., M. A
NIP. 19730520 199903 1006 NIP. NIP. 19731104 199903 1002
Penguji I Penguji II
Dr. M. Ghufron, M. Ag. Yedi Efriadi, M. Ag.
NIP. 19720814 200312 1001 NIP. 19720721 200112 1002
Dekan Fakultas
Ushuluddin Adab dan Humaniora
Dr. Benny Ridwan, M. Hum.
NIP. 19730520 199903 100
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Wong iku kudu duwe jiwa Nasionalis”
(KH Maimun Zubair)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta
yang telah memberi dukungan materi dan moral serta tak pernah lelah
mendoakan saya.
Untuk Bapak Haryo Aji yang selalu sedia membimbing disetiap
kesulitan saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Teruntuk adik-adikku Mukhammad Irvan KHabibi dan Ubayyu
Putra Asysyffa.
Teruntuk keluarga besar Bani Muhtarom yang selalu mendukung
dan memberi semangat kepada saya.
Teruntuk keluarga KH Subchi, khususnya Bapak Muhammad Asrof
yang telah membantu saya dalam menggali Informasi tentang KH Subchi.
Teruntuk orang terkasih yang selalu mensuport dan membantu saya
dalam penyelesaian skripsi ini, Dedi Maisuri.
Teruntuk sahabat dan keluargaku mahasiswa Sejarah Peradaban
Islam angkatan 2014.
Untuk setiap jiwa yang melayang dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia
vi
ABSTRAK
Mei Rina Dewi Rahayu, 2018. Biografi KH Subchi Parakan-Temanggung
pada tahun 1858-1959.Skripsi. Jurusan Sejarah Peradaban Islam
Fakultas Ushuluddin Adab, dan Humaniora. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. 2018. Pembimbing: Haryo Aji Nugroho, S. Sos.,
MA.
Kata kunci: KH Subchi, Bambu Runcing, dan Barisan Muslimin
Temanggung (BMT).
Penelitian ini berusaha membahas tentang biografi KH Subchi tahun
1858-1959 M. Penelitian ini juga membahas tentang beberapa peran
perjuangan KH Subchi dalam merebut kemerdekaan di wilayah Parakan
Temanggung. Dalam penelitian ini juga akan dipaparkan mengenai kondisi
daerah Parakan dan Temanggung pada massa revolusi tahun 1945-1949.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dan menggunakan empat
tahapan metode sejarah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan
historiografi. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa : (1) KH Subchi
merupakan salah satu pejuang kemerdekaan di wilayah Parakan, selain itu
beliau juga termasuk ulama terkemuka yang banyak dirujuk oleh para
pejuang. (2) Barisan Muslimin Temanggung (BMT) merupakan suatu
gerakan yang dibentuk oleh KH Subchi berseta ulama lainnya. (3) Selain
aktif dalam perjuangan kemerdekaan KH Subchi juga aktif dalam politik
dan sosial.
vii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمه الرحيم
اللهم صل على سيدوا محمد
Alhamdulillah penulis curahkan syukur atas kehadirat Allah SWT
yang mana telah memberikan nikmat, taufik dan hidayah, serta inayahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini tanpa ada
halangan suatu apapun serta membuat penelitian skripsi ini harus berhenti.
Sholawat dan salam senantiasa penulis panjatkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah menyampaikan hidayah kepada kita semua
hingga dapat keluar dari zaman jahiliyah hingga menuju zaman terang
benderang dan senantiasa kita nantikan syafaatnya di yaumil kiyamah amin.
Skripsi ini ditulis untuk memperoleh gelar sarjana Humaniora dari
jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora
IAIN Salatiga. Proses penyusunan telah melibatkan banyak pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, sudah sepantasnya
penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
Pertama-tama rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.
Rahmat Hariyadi, MPd selaku Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Benny
Ridwan, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora,
Bapak Haryo Aji Nugroho, S. Sos, MA. selaku Ketua Jurusan Sejarah
Peradaban Islam dan selaku pembimbing Skripsi yang banyak memberikan
kritik dan saran terhadap penulisan Skripsi ini, sehingga membuat skrispi ini
menjadi lebih baik. Serta seluruh staf pengajar Jurusan Sejarah Peradaban
Islam yang telah memberi ilmu pengetahuan selama kuliah, walaupun
namanya tidak disebutkan satu persatu, terima kasih juga ilmu yang didapat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta,
Bapak Rohmad Hasyim dan Ibu Chamidah yang telah mendidik dan
membimbing selama bertahun-tahun, dan terus memberi motivasi kepada
viii
penulis serta selalu sabar menanti keberhasilan penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada adik-adikku tersayang Mukhammad
Irvan Khabibi dan Ubayyu Putra Asysyffa.
Penulis juga berterima kasih pula kepada semua teman-teman
Jurusan Sejarah Peradaban Islam, keluarga KH Subchi khususnya Bapak
Muhmmad Asrof yang telah membantu penulis menggali informasi-
informasi tentang KH Subchi, teman-teman keluarga besar Nurul Asna yang
telah memberikan semangatnya kepada penulis dan menyusun laporan
penelitian Skripsi ini. Serta semua pihak yang bersangkutan yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dari segi moril material
demi kelancaran penyelesaian laporan penelitian skripsi ini.
Semoga mereka terbalaskan semua jasa-jasanya dengan balasan
yang lebih baik lagi. Penulis berharap, skripsi ini bermanfaat khususnya bagi
saya selaku penulis dan penyusun dan umumnya bagi para pembaca.
Salatiga 8 Oktober 2018
Penyusun
Mei Rina Dewi Rahayu
NIM.216-14-005
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................... i
Halaman Keaslian Tulisan ................................................................... ii
Halaman Persetujuan Pembimbing ........................................................ iii
Halaman Pengesahan ............................................................................ iv
Halaman Motto dan Persembahan ......................................................... vi
Abstrak ................................................................................................. vii
Kata Pengantar ..................................................................................... viii
Daftar Isi .............................................................................................. x
I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian .................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 5
D. Tinjauan Pustaka ................................................................... 5
E. Kerangka Konseptual ............................................................ 7
F. Metode Penelitian .................................................................. 10
G. Sistematika Penulisan ............................................................ 13
II. KEHIDUPAN MASYARAKAT CEPOGO SEBELUM
TAHUN 1955 .............................................................................. 15
A. Kondisi Geografis Kecamatan Cepogo ................................... 15
B. Kondisi Sosial Keagamaan Masyarakat Cepogo ..................... 16
C. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Kejawen .................... 21
III. PERKEMBANGAN TAREKAT QADIRIYAH WA
NAQSYABANDIYAH DI CEPOGO ........................................ 30
A. Sejarah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ..................... 30
B. Masuknya Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di
Cepogo ..................................................................................... 37
C. Masa Konsolidasi ................................................................... 38
D. Peran Mursyid dalam Meyebarkan tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah: Damanhuri .................................................. 40
IV. PENGARUH TAREKAT QADIRIYAH WA
NAQSYABANDIYAH TERHADAP MASYARAKAT
KEJAWEN DI CEPOGO .......................................................... 30
A. Akulturasi Ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
x
dan Kejawen .......................................................................... 50
B. Perkembangan Islam di Cepogo Dengan Tarekt Qadriyah wa
Naqsyabandiyah ..................................................................... 52
V. PENUTUP .................................................................................. 56
A. Kesimpulan ........................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 57
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak 1 Agustus 1901 Karesidenan Kedu yang dibentuk dengan
penggabungan Magelang. Karesidenan Kedu terdiri dari beberapa
kabupaten salah satunya adalah Kabupaten Temanggung yang terdiri dari
tiga distrik, yaitu: Temanggung, Parakan dan Candiroto.1 Parakan adalah
wilayah kecamatan di bawah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah
yang memiliki luas wilayah kurang lebih 1,60 kilometer persegi dan
dibagi menjadi dua wilayah yaitu ParakanTimur dan Parakan Barat yang
sering disebut Kauman. Keluarahan Parakan Kulon atau Kauman ini
banyak berdiam beberapa Kyai dan hampir seluruhnya adalah santri baik
santri pendatang maupun asli warga Temanggung maupun Parakan, hal
ini dapat digambarkan setiap desa terdapat masjid atau mushola dan
terdapat banyak pondok pesantren yang berdiri.2
Penduduk Parakan memiliki latar belakang ekonomi sebagai
petani seperti tembakau, kopi dan berbagai sayuran. Penghasilan
penduduk Parakan pada zaman sebelum penduduk Jepang dikatakan
cukup, dalam artian hasil dalam bercocok tanam dapat mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Namun, keadaan tersebut mulai berubah saat
Jepang mulai masuk ke wilayah-wilayah Indonesia tidak terkecuali
Parakan, Temanggung. Bangsa Jepang mulai menguasai dan merampas
hasil bumi penduduk Parakan secara paksa.Rakyat Parakan
diwajibkanuntuk bekerja dibawah perintah Jepang mulai dari tanam kopi,
teh, nila atau rosella, temabakau tebu dan kina.Selain itu, rakyat
1 Nur Laela, “ Skripsi: Perjuangan Rakyat Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan
Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-146)”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014),
tidak dipublikasikan, hlm. 28. 2 Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, (Yogyakarta: Laporan Penelitian,
Fakultas Sastra UGM, 1987-1988), tidak di publikasikan, hlm. 5.
2
Parakandiwajibkan untuk romusha. Mereka dikerahkan untuk
membangun jalan raya, jembatan, rumah pejabat, bahkan dikerhkan
sampai ke Ambarawa untuk membangun benteng. Hal ini menyebabkan
keresahan tersendiri bagi penduduk Parakan sebab banyak yang
meninggal kelaparan akibat terlantar dan kerja yang berat.3
Perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Parakan merupakan
sebuah simbol dari pembelaan hak-hak mereka yang telah dirampas oleh
para penjajah. Indonseia berhasil memproklamasikan kemerdekaan pada
tanggl 17 Agustus 1945. Meskipun Indonesia telah dinyatakan merdeka,
namun hal itu tidaklah merubah kondisi Indonesia yang terbebas dari
jajahan. Karena pada saat itu penjajah Belanda datang ke Indonesia yang
bertujuan untuk menjajah Indonesia. Dalam hal ini penduduk Parakan
mempersiapkan diri untuk melawan penjajah Belanda.4
Penduduk Parakan mulai resah dan ketakutan akan adanya
penjajah Jepang, sehingga mereka mulai melakukan perlawanan terhadap
Jepang. Penduduk Parakan yang banyak berdiam Kyai, maka banyak kyai
yang ikut berperan dalam melawan penjajah. Kepemimpinan kyai
memiliki pengaruh yang besar di kalangan rakyat Parakan. Selain itu
peranan kyai atau ulama dengan rakyat memiliki ikatan yang erat, sebab
ulama memiliki identitas yang sama dengan petani, sehingga kyai
menjadi pengayom rakyat.5 Beberapa ulama memberikan do’a-do’a dan
wejangan kepada pejuang. Beberapa kyai memiliki keahlian dalam
memberi do’a dan wejangan tersebut, diantaranya KH Sumomihardho,
KH Muhammad Ali, dan KH Subchi.6
Beberapa kyai Parakan yang ikut berperan melawan penjajah
diantranya, KH Subchi, KH Sumomihardho, KH Muhammad Ali, KH
3Ibid, hlm. 6.
4 Ibid, hlm. 7.
5 Nur Laela, “Skripsi: Perjuangan Rakyat Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan
Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-146)”, hlm. 41. 6 Istahori Syam’ani, “Sejarah Barisan Bambu Runcing”, Parakan, 17 Agustus 1995, tidak
dipublikasikan, hlm. 8.
3
Abdurrahman, KH Sahid Baidawi dan masih banyak lagi. Masing-masing
kyai mempunyai keahlian sendiri.7 Akan tetapi, penulis hanya melakukan
penelitian terhadap biografi serta peran KH Subchi karena beliau
berperan cukup besar di wilayah Kabupaten Temanggung terutama di
Parakan dalam perjuangan melawan penjajah. Hal ini terbukti beliau
merupakan penggerak semangat juang para rakyat Temanggung dalam
melawan penjajah. Selain itu beliau merupakan pelopor sekaligus
pemimpin Barisan Muslimin Temanggung (BMT).
Alasan penulis memilih topik tersebut karena KH Subchi
merupakan salah satu tokoh ulama (kyai) di Parakan yang masih
keturunan dari kerjaan Yogyakarta, yang memiliki peran penting dalam
perjuangan melawan penjajah di Temanggung dan sekitarnya. Selain itu
beliau juga pelopor berdirinya Barisan Muslimin Temanggung (BMT)
dan sekaligus sebagai pemimpin Barisan Muslimin Temanggung, selain
KH Subchi pernah menjadi anggota Sarekat Islam (SI) bahkan pernah
mengikuti kongres SI di Temanggung 1921.
Selain itu, menurut peneliti dengan mengetahui sejarah para
leluhur, merupakan sebuah batu loncatan sekaligus cermin masa lalu
dimana kesejarahan yang jelek jangan sampai terulang dimasa sekarang
maupun mendatang dan yang baik harapannya bisa mengulangnya
dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
Mengenai ruang lingkup temporal yang diambil yaitu pada tahun
1858-1959. Di mana pada tahun 1858 merupakan tahun kelahiran KH
Subchi. Peran KH Subchi baik dalam bidang politik KH Subchi termasuk
pelopor lahirnya BMT di Temanggung serta keterlibatan KH Subchi
dalam Sarekat Islam di Temanggung sekitar tahun 1921. Dipilihnya
tahun 1959 sebagai batas akhir karena pada tahun tersebut KH Subchi
wafat dan juga berakhirnya perannya dalam perjuangan kemerdekaan.
Melalui penelitian peran serta biografi KH Subchi inilah penulis
7 Ibid, hlm. 8.
4
mempunyai tujuan untuk menjadikan bahan penelitian skripsi dengan
judul Biografi dan Peran KH Subchi Parakan Temanggung pada
tahun 1858-1959.
B. Rumusan Masalah
Setelah dijelaskan ruang lingkup persoalan yang termasuk dalam
penelitian, maka dapat ditetapkan pokok masalah yang menjadi focus
kajian dalam penelitian ini. Sehingga fokus permasalahan akan menjadi
lebih jelas dan akan lebih mudah merumuskannya.
1. Bagaimana kondisi Parakan Temanggung pada tahun 1945-1949?
2. Bagaimana riwayat hidup KH Subchi?
3. Bagaimana peran perjuangan KH Subchi dalam Kemerdekaan
Indonesia?
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah:
1. Menguraikan kondisi Parakan Temanggung pada masa revolusi
fisik.
2. Mendeskripsikan riwayat hidup KH Subchi.
3. Menjelaskan bagaimana perjuangan KH Subchi dalam
kemerdekaan Indonesia.
D. Kajian Pustaka
Penelitian atau penulisan karya ilmiah diperlukan adanya kajian
pustaka, yang berupa literatur yang menjadi landasan dalam penulisan.
Tidak banyak literatur yang membahas tentang KH Subchi, akan tetapi
ada beberapa literatur yang bisa dijadikan sebagai kajian pustaka dalam
penelitian ini, di antaranya:
Buku karya Saifudin Zuhri yang berjudul Guruku orang-orang
dari Pesantren terbitan LKiS, Yogyakarta, menjelaskan beberapa peran
Kyai yang ada di Temanggung. Dalam bab lainnya Saifudin Zuhri juga
5
menjelaskan tentang keikutsertaan para Kyai dalam memepertahankan
kemerdekaan. Tetapi dalam buku Saifudin Zuhri tidak menjelaskan
bagaimana biografi serta peran secara menyeluruh yang dilakukan oleh
KH Subchi.
Karya ilmiah yang dilakukan oleh Anasom dosen UIN Walisongo
Semarang tahun 2012, yang berjudul Kyai dan Bambu Runcing dalam
karyanya Anasom lebih membahas tentang sejarah bambu runcing di
Parakan yang digunakan untuk melawan penjajah. Dalam pembahasan ini
Anasom mengungkapkan bahwa bambu runcing yang digunakan dalam
pertempuran melawan penjajah sebelumnya telah disepuh oleh beberapa
kyai terkemuka yang ada di kota Parakan saat itu, di antaranya adalah KH
Muhammad Ali, KH Muhaiminan Gunardho dan KH Subchi. Dalam
penelitian Anasom belum memaparkan dengan jelas bagaimana
perjuangan KH Subchi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia
khususnya di wilayah Parakan.
Dalam buku karya Ahmad Zaini Hasan yang berjudul
Perlawanan dari Tanah Pengasingan: Kiai Abbas, Pesantren Buntet dan
Bela Negara terbitan LKis, Yogyakarta, dalam buku ini memaparkan
tentang perjuang para kyai yang mendirikian sebuah pondok pesantren
pada masa penjajah Belanda. Namun di sisi lain, para kyai dan para santri
tidak hanya pembinaan spirirtual, melainkan juga sebagai pusat aktivitas
menanamkan kesadaran cinta tanah air. Gerakan-gerakan yang dilakukan
oleh para kyai dan santri dalam mengusir penjajah (Belanda dan Jepang).
Dalam buku ini di khususkan membahas Kyai Abbas dan Pondok
Pesantren Buntet, Cirebon. Buku ini belum memaparkan secara khusus
tentang KH Subchi dan santri di Parakan.
Skripsi Nur Laela tahun 2014, “Perjuangan Rakyat Parakan-
Temanggung Dalam Mempertahan Kemerdekaan Republik Indonesia
(1945-1946), mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014.
Dalam tulisan skripsi ini, membahas tentang perjuangan rakyat Parakan-
Temanggung dalam melawan penjajah untuk mempertahankan
6
kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam tulisan skripsi ini mempunyai
kesamaan dalam ruang lingkup spasial, namun belum ada yang
menjelaskan bagaimana peran KH Subchi serta biografi KH Subchi, yang
ada pada saat itu merupakan tokoh ulama penggerak perjuangan rakyat
Parakan dalam melawan penjajah secara rinci.
Karya tulis, laporan penelitian Ahmad Adaby Darban tahun 1988,
“Sejarah Bambu Runcing”. Dalam laporan ini membahas tentang
keadaan Parakan pada masa penjajahan dan sejarah lahirnya bambu
runcing. Dalam bahasan-bahasan laporan ini dipaparkan pula tentang
peran Kyai Subchi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di
Parakan. Dalam laporan ini, belum dipaparkan mengenai biografi KH
Subchi serta latar belakang keluarga, riwayat pendidikan KH Subchi.
Dari beberapa sumber yang digunakan penulis, tidak banyak data
yang menjelaskan mengenai biografi KH Subchi serta perannya baik
dalam perpolotikan maupun yang lainnya. Sehingga penulis dapat
menjadikan satu data-data yang diperoleh untuk mengambil data yang
sesuai dengan tema.
E. Kerangka Konseptual
Sehubungan dengan kepribadian tokoh, sebuah biografi perlu
memperhatikan adanya latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan
sosial-budaya, dan perkembangan diri.8 Setidaknya peneliti temukan dua
macam biografi, yaitu portrayal (portrait) dan scientific (ilmiah), yang
masing-masing mempunyai metodologi sendiri. Biografi disebut
portrayal bila hanya mencoba memahami dalam bentuk kategori biografi
(politik,bisnis,seni dan sebagainya dan prosopography (biografi
kolektif).
8 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Edisi II (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2003),
hlm. 207.
7
Sedangkan biografi scientific orang berusaha menerangkan
tokohnya berdasarkan analisis ilmiah. Dalam hal ini penggunaan konsep
dan teori dari psychoanalysis (sejarah kejiwaan). 9 Sejarah kejiwaan
secara subtantif sudah dimulai pada 1910 ketika Sigmund Freud
melakukan analisin atas kepribadian Leonardo da Vinci. Namun secara
formal sejarah kejiwaan baru dikukuhkan pada tahun 1960an. Sejarah
kejiwaan peleburan psikoanalisis dan sejarah, menurut Bruce Mazlish.
Jadi bukan saja penerapan psikoanalisis pada sejarah saja, tetapi
peleburan antara keduanya. Sejarah kejiwaan dapat diidentifikasi
menurut latar belakang kehidupan, latar belakang agama, latar belakang
sosial dan latar belakang keluarga.10 Dalam hal ini, penulis menggunakan
konsep di atas untuk mengungkap KH Subchi baik dalam latar belakang
pribadi, kehidupan sosial, kehidupan agama dan latar belakang politik.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah.
Metode penelitian sejarah mempunyai empat langkah, yaitu:
1. Heuristik
Heuristik adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan
sumber-sumber sejarah. Penulis mengumpulkan sumber-sumber
baik berupa tulisan seperti buku, arsip, hasil laporan penelitian,
skripsi dan lain sebagainya, berupa rekaman seperti wawancara
maupun video, dan benda seperti artefak. 11 Penulis
mengumpulkan sumber dari perpustakaan pusat UGM,
perpusatkaan UIN Sunan Kalijaga, Monumen Jogja Kembali
(MONJALI), perpustakaan Kota Magelang, melakukan pencarian
9 Ibid, hlm. 208.
10 Ibid, hlm. 215.
11 Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Cetakan Pertama, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010), hlm. 29.
8
sumber pribadi ke Kauman, Parakan, Temanggung, wawancara
dengan cicit KH Subchi. Data sumber yang diperoleh berupa data
primer dan data sekunder. Data primer adalah “Sejarah Barisan
Bambu Runcing” yang ditulis oleh KH Istachori Syam’ani yang
merupakan pelaku sejarah (sekretaris BMT), buku “Guruku
Orang-orang dari Pesantren” karya tulis KH Saifuddin Zuhri yang
merupankan salah satu saksi sejarah (yang melihat langsung dan
pernah bertemu dengan KH Subchi), dan “Bambu Runcing
Parakan” yang tulis oleh KH Muhaiminan Gunardho yang
merupakan anak dari pelaku sejarah dan sebagai saksi sejarah.
Sedangkan sumber sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini, diantaranya: Hasil laporan penelitian Ahmad
Adaby Darban yang berjudul Sejarah Bambu Runcing, buku
karya Samsul Munir Amir yang berjudul Karomah Para Kyai,
serta laopran penelitian Anasom yang berjudul Kai dan Bambu
Runcing dan skripsi Nur Laela yang berjudul Perjuangan Rakyat
Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia tahun 1945-1946.
2. Verifikasi (kritik Sumber)
Verifikasi atau kritik sumber adalah usaha dan upaya
penyelidikan apakah jejak-jejak yang ditemukan, setelah heuristik
benar adanya, betul–betul dapat dijadikan bahan penulisan.
Kritik sumber ada dua macam, yaitu :
a) Kritik Eksternal
Kritik ekstern menurut Helius Sjamsudin 12 , kritik
eksternal adalah melakukan verifikasi atau pengujian
terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Apakah fakta
12
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta : Ombak, 2012 ). hlm. 104
9
peninggalan atau dokumen itu merupakan yang sebenarnya,
bukan palsu. Berbagai tes dapat dipergunakan untuk menguji
keaslian tersebut, misalnya meneliti otensitas sumber dengan
meneliti keaslian buku meliputi sumber tanggal waktu dan
pengarangnya. Dari sejauh ini, yang penulis gunakan untuk
kritik eksternal itu mepiluti kualitas suatu sumber dan bentuk
serta kondisi suatu sumber secara kasat mata. Dan ada
beberapa sumber yang penulis kritik dengan menyamakan
data-data arkeologisnya.
b) Kritik Internal
Setelah mendapat suatu dokumen dan dengan diuji
melalui kritik eksternal maka selanjutnya dilakukan dengan
Kritik internal, menurut Daliman13 adalah kegiatan menguji
jejak-jejak masa lampau sehingga diketahui kebenarannya.
Meskipun dokumen itu asli, tetapi apakah mengungkapkan
gambaran yang benar, bagaimana mengenai penulis dan
penciptanya, apakah ia jujur, adil dan benar-benar
memahami faktanya, dan banyak lagi pertanyaan yang bisa
muncul seperti diatas. Maka sejarawan bisa memandang data
tersebut sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk
ditelah secara serius. Untuk kritik internal dokumen ini,
penulis mengujinya dengan mempertimbangkan aspek isi
dari semua sumber yang diperoleh dari lapangan tentang KH
Subchi serta peran kepahlawanan yang dilakukan ketika
masa penjajahan. Informasi tentang KH Subchi tidak bisa
semua terlacak dari beberapa sumber yang ditemukan. Akan
tetapi penulis terpaksa harus menggunakan sumber sekunder.
Diantaranya dengan melakukan wawancara kepada informan
13
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta : Ombak, 2012). hlm. 73.
10
yang tidak sezaman dengan KH Subchi. Wawancara
dilakukan dengan Asrof yang merupakan cicit dari KH
Subchi.
3. Interprestasi
Menurut Daliman, interpretasi adalah menafsirkan atau
memberi makna terhadap fakta-fakta ataupun bukti-bukti sejarah
untuk kemudian dilanjutkan ke proses historiografi. 14 Dalam
tahap ini dilakukan analisis berdasarkan data-data yang diperoleh,
yang akhirnya dihasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil
penulisan yang utuh, atau disebut dengan historiografi. Setelah
penulis mengkomunikasikan hasil penelitiannya, maka disebut
tulisan atau karya sejarah. Interpretasi adalah menafsirkan fakta
sejarah dan merangkai fakta tersebut sehingga menjadi satu
kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagai fakta
yang ada, kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan
struktur. Fakta yang ada ditafsirkan, sehingga ditemukan struktur
logisnya berdasarkan fakta yang ada, selanjutnya untuk
menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat
pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interpretasi
yang bersifat deskriptif saja belum cukup. Dalam perkembangan
terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan
penafsiran yang digunakan dan berusaha menganalisis peristiwa
tersebut. Agar menjadi sebuah penelitian yang menarik, peneliti
harus menyajikannya dengan penelitian berbasis deskriptif
analitis. Setelah peneliti mendapatkan sumber dan melakukan
kritik, semua sumber yang dianggap relevan dengan penelitian
tentang KH Subchi ini, peneliti melakukan interpretasi dengan
kaidah-kaidah yang sesuai dengan prosedur yang berlaku.
14
Ibdi, hlm. 73.
11
4. Historiografi
Setelah melakukan proses interpretasi dan analisis, proses
kerja mencapai tahap akhir yaitu historiografi atau penulisan
sejarah. Proses penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang
sebelumnya terlepas atau sama lain dapat disatukan, sehingga
menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam bentuk
narasi kronologis. Menulis sejarah merupakan suatu kegiatan
intelektual dan ini suatu cara utama untuuk memahami sejarah.15
Historiografi atau penyajian ada;ah lukisan sejarah,
gambaran sejarah tentang peristiwa masa lalu yang disebut
sejarah. Penyajian penelitian ini hendaknya mampu memberikan
gambaran mengenai proses penelitian dari awal sampai penarikan
kesimpulan. Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan
sejarah. Pada tahap ini penulis sejarah memerlukan kemampuan-
kemampuan tertentu untuk menjaga standar mutu citera sejarah.
Tahap ini merupakan tahap akhir untuk menyajikan semua fakta
ke dalam bentuk tulisan skripsi yang berjudul Biografi KH
Subchi Parakan Temanggung pada tahun 1858-1959.
G. Sistemati Penulisan
Sistematika ini disusun sebagai penjabaran dari daftar isi atau
outline. Dalam Bab pertama peneliti akan menguraikan tentang Latar
Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Ruang
Lingkup, Kajian Pustaka, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian,
Sistematika Penulisan. Itu semua merupakan proposal yang berisi
gambaran dan penjabaran secara singkat tentang penelitian yang akan
peneliti lakukan.
15
Paul Veyne, Writing History, Essay on Epistemology, terj. Bhs. Prancis ,mina
moore-rinvolucri, Middletown,connect, (Wesleyan Univercity Press, 1984), hlm. 121.
12
Bab kedua menjelaskan tentang, setting atau keadaan di nasional
dan sekitarnya (Indonesia), keadaan sosial Parakan pada masa revolusi di
mulai dari kondisi sosial keagamaan di Parakan kemudian menjelaskan
bagaimana kehadiran penjajah Jepang ke Parakan Temanggung.
Bab ketiga menjelaskan tentang biografi KH Subchi dan latar
belakang kelaurga KH Subchi muali dari latar pendidikan sampai karir
KH Subchi dalam politik dalam Nahdhotul Ulama (NU) sampai pernah
menjadi anggota Sarekat Islam di Temanggung.
Bab keempat menjelaskan tentang pertempuran antara rakyat
Parakan, Temmanggung dan penajajah Jepang, serta perjuangan rakyat
Parakan Temanggung dalam perlawanan penjajah. Dalam bab ini akan
dijelaskan tentang perjuangan K H Subchi dalam perlawan penjajah yang
menggunakan senjata sederhana yaitu Bambu Runcing.
Dan terakhir bab kelima berisikan kesimpulan dan Saran.
13
BAB II
SETTING SOSIAL POLITIK NASIONAL DAN DAERAH PARAKAN
TEMANGGUNG PADA MASA REVOLUSI (1945-1949)
A. Kondisi Nasional Pada Masa Revolusi (1945-1949)
Masa pendudukan Jepang selama tiga setengah tahun merupakan
salah satu periode yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia.
Karena sebelum serbuan Jepang, tidak ada satu pun tantangan yang serius
terhadap kekuasaan Belanda di Indonesia. Namun di sisi lain pada waktu
Jepang menyerah, banyak perubahan yang luar biasa di Indonesia. Jepang
telah memberi sumbangan langsung pada perkembangan-perkembangan
di daerah Indonesia terutama di Jawa dan Sumatera. Jepang
mendoktrinasi, melatih, dan mempersenjatai banyak generasi muda serta
memberi kesempatan kepada pemimpin yang lebih tua untuk menjalin
hubungan dengan rakyat. Selain itu, Jepang mempolitisasi bangsa
Indonesia sampai pada tingkat desa dengan senjata dan dengan
menghadapkan Indonesia pada renzim kolonial yang bersifat menindas
dan merusak bangsa Indonesia. 16 Pihak Jepang tentu saja bermaksud
memanfaatkan rakyat Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuan mereka
sendiri, akan tetapi rakyat Indonesia lebih dulu mengambil keuntungan
dari Jepang.17
Jepang mulai menyadari akan kalah dalam perang dan kehilangan
kendali atas kekuatan rakyat Indonesia, terjadilan perlawan-perlawan
serius antara Jepang dan Indonesia pada bulan Februari 1944. Di tahun
yang sama Negara Jepang mendapat serangan bom dari pasukan sekutu,
hal ini adalah titik awal kekalahan Jepang. 18 Pihak Jepang meminta
bantuan kepada rakyat Indonesia untuk mempertahankan benteng
16
M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Cet. I (Jakarta: PT. Ikrar
Mandiri Abadi, 2008), hlm. 421. 17
Ibid, hlm. 436. 18
Ibid, hlm. 436-437.
14
pertahanan Jepang. Sebagai tanda terimakasih Jepang terhdap Indoneisa,
Jepang menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia.19
Kemudian pihak Jepang terancam kehilangan kekuasaan karena
pihak Sekutu berhasil menguasai Jepang. Dan pada bulan Juli 1945
Jepang menyerah tanpa syarat, Jepang tidak dapat lagi memikirkan
kemenangan ataupun mempertahankan wilayah-wilayah kekuasaannya.
Tujuan Indonesia selanjutnya adalah mebentuk sebuah Negara yang
merdeka dalam mencegah berkuasanya kembali Belanda. Jatuhnya bom
atom di Hirosima dan Nagasaki pada bulan Agustus 1945 mempercepat
penyerahan Jepang kepada Sekutu. Tepatnya ada tanggal 15 Agustus
1945 Jepang menyerah tanpa syarat. Dan kemudian tepatnya pada
tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno memproklamirkan kemerdekaan
bangsa Indonesia.20
Meskipun bangsa Indonesia secara kedaulatan sudah merdeka
pada 17 Agustus 1945, namun pemerintahan Indonesia masih
menghadapi penjajah dan berbagai masalah.21 Di sisi lain berita tentang
proklamasi kemerdekaan Indonesia belum diketahui oleh rakyat
Indonesia yang berada di wilayah terpencil. Mereka baru mengetahui
pada bulan September 1945. Namun sesudah hal itu diketahui, timbullah
masalah kesetiaan. Keempat penguasa kerajaan 22 yang ada di Jawa
Tengah menyatakan dukungan mereka terhadap Republik Indonesia,
akan tetapi raja-raja di luar Jawa tidak tertarik kepada Revolusi.23
Di Indonesia “revolusi” mempunyai makna yang khas, kondisi
politik, social ekonomis, kebudayaan menyebabkan pengertian revolusi
19
Ibid, hlm 438. 20
Ibid, hlm. 443-444. 21
Dahana dkk, Indonesia dalam Arus Sejarah Pasca Revolusi, (PT Ichtiar Baruvan Hoeve), hlm. 241.
22 Keempat Kerajaan yang ada di Jawa Tengah antara lain: Kesunanan Surakrta,
Mangkunegaran, Kesultanan, dan Pakualaman Yogyakarta. Lihat. http://aminhidayatcenter.blogspot.com/2013/03/dukungan-terhadap-proklamasi.html
23 M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, hlm. 450
15
itu erat hubungannya dengan kemerdekaan. Tiada kemerdekaan tanpa
revolusi, dan tiada revolusi tanpa kemerdekaan.24 Di Indonesia sendiri,
revolusi memang terjadi suatu perubahan yang fundamentil25 dan dalam
waktu yang singkat. Setelah kemerdekaan diproklamirkan pada tanggal
17 Agustus 1945, bangsa Indonesia merasa tidak akan pernah terjadi
peperangan yang terus bergejolak terhadap Negara Indonesia. Akan
tetapi, kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia tidak secara mulus
diterima, bahkan Belanda menyatakan bahwa kemerdekaan yang dicapai
oleh bangsa Indonesia adalah tidak sah. Alasan Belanda menyatakan
bahwa kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia tidak sah adalah
dengan merebut kembali. Akibat dari hal itu terjadilah peperangan
diantara kedua Negara. Masa perang kemerdekaan ini berlangsung dari
tahun 1945-1949. Pada akhir 1949 Belanda dengan resmi mengakui
kedaulatan bangsa Indonesia. 26 Sejalan dengan itu peristiwa revolusi
yang terjadi di Indonesia peristiwa lainya juga ditandai dengan peristiwa
kembalinya Belanda bersama Sekutu, pertempuran Ambarawa,
berpindahan ibukota ke Yogyakarta, perjanjian linggarjati, konferensio
meja bundar dan lain sebagainya.
B. Kondisi Parakan Temanggung Pada Masa Revolusi (1945-1949)
Kabupaten Temanggung termasuk ke dalam wilayah Karesidenan
Kedu bersama dengan Kabupten Magelang yang mana sebelumnya
merupakan bagian dari Pemerintah Kerajaan Mataram. Ketika pada
tanggal 13 Februari 1755 sesuai dengan Perjanjian Giyanti, Mataram
pecah ke dalam wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kesunaanan
Surakarta, wilayah Kedu masuk dalam wilayah Kesultanan Yogyakarta.27
24
Nyoman Dekker, Sejarah Revolusi Nasional, Cet. I (Jakarta: Balai Pustaka, 1980), hlm. 14
25 Artinya perubahan dari bangsa yang terjajah beralih menjadi bangsa yang merdeka.
Lihat. Nyoman dekker, hlm. 15. 26
Ibid, hlm. 15. 27
Kabupaten Magelang dari Masa ke Masa (tidak dipublikasikan).
16
Setelah tahun 1901 bergabunglah Kabupaten Bagelan, Kabupaten
Wonosobo, Kabupaten Purworejo, dan Kabupaten Kebumen.
Pemerintahan daerah Temanggung menjadi kabupaten kedua di
Karesidenan Kedu setelah sebelumnya muncul Kabupaten Magelang
pada tahun 1818.28
Pada saat Raffles memimpin di Jawa, Karesidenan Kedu
(Magelang-Temanggung) berpenduduk sekitar 300.000 jiwa. Residen
membawahi para bupati dan para demang. Karesidenan Kedu terdapat 10
demang, 42 pembantu demang dan sekitar 2800 dusun. Baru pada tahun
1820 setelah Jawa kembali ke pemerintahan kolonial hindia Belanda,
sebutan demang dibakukan menjadi wedana yang memimpin wilayah
distrik, sedangkan pembantu demang menjadi asisten Wedana dengan
daerah kekuasaan yang disebut Onderdistrick.29
Temanggung sendiri sebagai Kabupaten memiliki beberapa
distrik, Distrik Jetis, Kedu, Lempuyang, Prapak (Kranggan), Sumowono.
Distrik-distrik tersebut membawahi sejumlah onderdistricten
(kecamatan) yaitu Temanggung, Kemirirejo, Tembarak, Parakan, Kedu,
Ngadirejo, Medayu, Muntung, Jumo, Bejen, Tretep, Pringsurat, Pingit,
Prapak (Kranggan), Muncar, Tlogopucang, dan Sumowono. 30 Dari
beberapa wilayah kecamatan yang paling banyak menjadi basis kolonial
terdapat di daerah wilayah Parakan.
Parakan merupakan salah satu kecamatan di bawah Kabupaten
Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini terletak di
ketinggian 760 m dari permukaan laut dan di tengah-tengah lereng
28
BPS Temanggung dan Bagian Kesra Sekretaris Daerah Temanggung, Profil Statistik
dan Indikator Gender Kabupaten Temanggung (Temanggung:BUMD Aneka Usaha, 2005), hlm. 6.
29 Djuliati Saroyo, Eksploitasi Kolonial Abad XIV: Kerja Wajib Karesidenan Kedu 1800-
1890, (Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000), hlm. 213-214. 30
Delta Lindina Putri, Skirpsi “Kebijakan wajib pajak di Temanggung Ken Masa
Pendudukan Jepang 1942-1945”, (Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2014), hlm. 20.
17
Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Luas wilayah kecamatan Parakan
sekitar kurang lebih 51,96 , yang dibagi menjadi 36 desa. Mayoritas
masyarakat Parakan berprofesi sebagai petani, karena daerah persawahan
dan perkebunan di Parakan subur. Kecamatan Parakan dibagi menjadi
dua wilayah yaitu, wilayah Parakan Kulon atau disebut juga Kauman,
dan Parakan Wetan. Mayoritas masyarakat Parakan beragama Islam
sebab di daerah Parakan terdapat banyak masjid dan pondok pesantren
selain itu, di daerah Parakan juga banyak berdiam para Kyai dan banyak
santri terutama di wilayah Kauman.31
Sekitar tahun 1925 Parakan mulai ada pondok pesantren. Rakyat
Parakan sendiri sebagian besar merupakan santri, mereka nyatri di
pondok pesantren di daerah Parakan maupun di luar Parakan. Hal ini
membuktikan bahwa Parakan pada waktu itu sudah menjadi pusat Islam
di Kabupaten Temangung. 32 Selain itu ada juga wihara, gereja dan
klenteng yang membuktikan ekstensi pemeluk agama lain di wilayah ini,
namun toleransi antar umat beragama di Parakan sangat tinggi.33
Pada tanggal 8 Desember 1941 pasukan Jepang menyerang Pearl
Harbour, pusat pertahanan Amerika Serikat di Pasifik. Selama enam
bulam sejak jatuhnya Pearl Harbour, Jepang melakukan gerakan ofensif.
Sejak saat itu pula serangan diarahkan ke Indonesia untuk melumpuhkan
pasukan Hindia Belanda. Pada bulan Januari 1942 terjadi pertempuran di
laut Jawa yang membawa keunggulan armada Jepang.34
Pada tanggal 1 Maret 1942 pasukan Jepang di bawah panglima
tertinggi, Letnan Jendral Imamura Hitsoji memasuki di Teluk Banten,
31
Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, hlm. 5. 32
Nur Laela, “ Skripsi: Perjuangan Rakyat Parakan-Temanggung dalam
Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-146)”, hlm. 40. 33
Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, tidak di publikasikan, hlm. 6. 34
Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-
1945, Cet. II (Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI, 2001), hlm.118.
18
Eretan Wetan, dan Kragan (Rembang). 35 Dari catatan tersebut
pendudukan Jepang secara cepat meluas hingga daerah pelosok desa-desa
di Jawa. Sebelum Jawa diduduki oleh pemerintahan Jepang, Jawa
diduduki oleh pemerintahan Hindia Belanda yang pada saat
kepemimpinan Raffles. Tetapi kekalahan Hindia Belanda dirasa pada saat
tentara Hindia Belanda mengumumkan menyerah tanpa syarat kepada
angkatan perang Jepang yang ditandai dengan adanya Perjanjian Kalijati
pada tanggal 8 Maret 1942.
Setelah adanya perjanjian Kalijati dengan dibarengi kekalahan
tentara Hindia Belanda, perjanjian Kalijati memberikan perubahan warna
yang besar bagi pemerintahan Jepang, karena sebelum Jepang memasuki
wilayah Indonesia, Indonesia menggunakan system pemerinthan sipil.
Akan tetapi setelah pendudukan Jepang mulai, Indonesia terbagi menjadi
tiga wilayah pemerintahan militer. Antara lain pemerintahan tersebut
adalah:
1. Jawa dan Madura diletakkan di bawah angkatan darat XVI
dengan berpusat di Jakarta.
2. Kalimantan dan Indonesia Timur diletakkan di bawah angkatan
Laut Armada elatan II.
3. Sumatra diletakkan di bawah angkatan darat XXV dengan
berpusat di Bukittinggi.36
Jepang memusatkan kekuasaanya di Jawa. Tujuan utama
penyerbuan Jepang ke Jawa karena untuk mengeksploitasi sumber daya
alam yang ada di tanah Jawa, terutama di daerah desa-desa di Jawa yang
memiliki sumber daya alam yang melimpah dan subur. Kondisi ini tentu
sangat menguntungkan Jepang untuk keperluan perangnya.37
35
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nuggroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI”, (Jakarta: Balai Pustaka,1993), hlm. 1.
36 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1994), hlm. 297. 37
Delta Lindina Putri, Skirpsi “Kebijakan wajib pajak di Temanggung Ke Masa
Pendudukan Jepang 1942-1945”, hlm. 22.
19
Tepat pada tanggal 7 Maret 1942 pasukan Jepang berhasil
menduduki wilayah Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta. 38 Di
Yogyakarta pasukan Jepang dibagi menjadi dua pasukan. Pasukan yang
pertama dipimpin oleh Matsutomo yang maju melewati daerah Magelang
kemudian Temanggung hingga daerah Banyumas. Pasukan kedua
dipimpin oleh Yammoto dan Kaaneuyi yang ditugaskan menguasai Jawa
Tengah bagian selatan.39
Tentara Jepang tiba di Temanggung pada tanggal 7 maret 1942
sehari setelah menguasai Magelang pada tanggal 6 Maret 1942. Sebelum
kehadiran Jepang di Kabupaten Temanggung, Jepang telah berhasil
memulai pergerakan awalnya dari daerah Pati, kemudian melawati daerah
Sumowono hingga masuk ke Kaloran, Kecamatan Temanggung yang
terletak di sisi paling Timur daerah Temanggung. 40 Tentara disambut
oleh ratusan orang Belanda di alun-alun Temanggung. Orang-orang
Belanda berkumpul dengan memakai selempang putih di tubuh mereka
dan senjata dalam keadaan turun tanda menyerah. Kehadiran Jepang
disambut baik oleh masyarakat Temanggung.41
Jepang yang awalnya sangat ramah dan bersahabat, berubah
sebaliknya menjadi kasar. Keramahan Jepang di Temanggung
berlangsung sekitar 6 bulan, kemudian setelah itu pemerintah Jepang
mengeluarkan sebuah informasi bahwa merekan akan mengendalikan
semua struktur yang ada. Jepang mulai menerapkan kebijakan-kebijakan
seperti membatasi adanya jam malam dan terutama dalam hal pertanian.
Selain itu Jepang juga mengharuskan masyarakat Temanggung untuk
menggunakan bahasa Jepang untuk berkomunikasi sehari-hari, untuk
38
Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-
1945, hlm. 119. 39
Delta Lindina Putri, Skirpsi “Kebijakan wajib pajak di Temanggung Ke Masa
Pendudukan Jepang 1942-1945”, hlm. 22. 40
Ibid, hlm. 23. 41
Ibid, hlm. 23.
20
lebih memudahkan Jepang beribteraksi dengan masyarakat. 42 Jepang
memanfaatkan sambutan baik tersebut untuk menguasai Temanggung.
Karena Jepang telah mengetahui bahwa Temanggung merupakan daerah
yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama di daerah
Parakan yang sebgaian besar masyarakat Parakan merupakan petani dan
mempunyai sawah yang ditanam berbagai tanaman, seperti padi, sayur,
kopi, dan tembakau. Dengan perlahan Jepang berhasil menaklukan rakyat
Temanggung. Selain itu secara administratif berdasarkan letaknya,
Temanggung yang berada di tengah-tengah pulau Jawa Tengah,
Temanggung merupakan daerah yang cukup strategis karena menjadi
jalur utama penghubung kota-kota besar di Jawa Tengah seperti
Semarang, Magelang, Purworejo, dan Yogyakarta. 43 Hal inilah yang
membuat Jepang lebih mudah untuk keluar masuk dari kota satu ke kota
yang lainnya.
Jepang ingin menguasai Temanggung dan di Parakan. Jepang
merampas hasil bumi penduduk seperti padi, kopi, dan sayur-sayuran,
mereka mengharuskan rakyat menyerahkan sebagian besar hasil buminya
kepada Jepang. Selain itu Jepang juga mempekerjakan rakyat Parakan
untuk membangun jalan tanpa digaji (romusha). Kondisi ini
menyebabkan rakyat Parakan miskin sehingga rakyat terkena busung
lapar, bahkan tidak sedikit yang mati karena kelaparan.44
Meskipun kemerdekaan Republik Indonesia telah diproklamirkan
pada tanggal 17 Agustus 1945, namun kemerdekaan tersebut belum
dirasakan betul oleh rakyat Parakan. Sebab pihak Jepang masih ingin
berkuasa di Parakan dan sekitar. Hal ini membuat rakyat Parakan tidak
bisa diam menghadapi perlakuan Jepang.45 Karena Jepang sendiri tidak
42
Ibid, hlm. 29. 43
Ibid, hlm, 32. 44
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nuggroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, hlm. 1.
45 Ibid, hlm. 7.
21
bisa menerima begitu saja kemerdekaan Indonesia. Jepang masih ingin
menguasai Indonesia, termasuk Temanggung. Bala tentara Dai Nippon
belum mau menyerahkan diri.46
Di Temanggung masih terdapat satu peleton tentara Jepang
lengkap dengan persenjataannya. Mereka bermarkas di Mungseng,
Banyutarung, dan Gedung Seng47. Kemarahan rakyat Temanggung pun
memuncak dan terjadi pertempuran kecil antara para gerliyawan
melawan sisa-sisa tentara Jepang. Di Parakan misalnya, tiga tentara
Jepang tewas ditangan para pemuda yang bergabung dalam BKR-
AMRI. 48 Hingga akhirnya tentara Jepang tidak bisa berkutik saat
menghadapi tentara Inggris yang datang dari Magelang, pada saat itu
Inggris datang ke Indonesia untuk melucuti persenjataan tentara Jepang.
Namun tentara Inggris yang saat itu datang ke Indonesia ternyata
dibonceng oleh NICA49 yang menginginkan daerah jajahannya kembali
(Indonesia).50
Konsolidasi kekuatan rakyat dalam menghadapi Jepang saat itu
dipelopori oleh ulama yang dipimpin oleh KH Subchi. KH Subchi
merupakan salah satu kyai di daerah Parakan yang terkenal akan
perjuangannya melawan penjajah Jepang dan dikenal sebagai seorang
ulama yang merakyat dan berwawasan luas. Pada tahun 1945 KH Subchi
mengadakan pertemuan di Masjid Kauman dengan ulama-ulama Parakan
dan sekitarnya di antaranya KH Sumagunarda, KH Nawawi, KH Ali, KH
Suwardi, selain mengajak para ulama Kyai Subchi juga mengajak para
pemuda Parakan untuk menusun strategi dalam melawan penjajah.
46
Pemerintah Temanggung, Kesaksian Progo Kisah Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950, (Temanggung: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Temanggung, 2012), hlm 16. 47
Wilayah-wilayah di Parakan. 48
Ibid, hlm. 16. 49
NICA (Netherlands Indies Civil Administration) atau Pemerintah Sipil Hindia Belanda.
50 Ibid, hlm. 18-19.
22
Pertemuan yang diadakan pada tanggal 30 Oktober 1945 menghasilkan
putusan pembentukan Barisan Muslimin Temanggung (BMT) yang
dipimpin oleh KH Subchi dan bermarkas di timur masjid Kauman
Parakan. Tujuan dibentuknya BMT adalah untuk pertahanan Negara
Republik Indonesia di daerah Temanggung dan sekitarnya.51
Situasi peralihan dari pendudukan Jepang ke tangan bangsa
Indonesia di Temanggung tidaklah begitu lancar, karena Jepang masih
ingin menguasai Temanggung dan sekitarnya (Parakan). Pasukan Badan
Keaamanan Rakyat (BKR) yang dipimpin oleh Bambang Sugeng dan
Suyoto, mengadakan pelucutan senjata terhadapa pasukan Jepang yang
dipimpin oleh Letnan Jamakawa. Meskipun pelucutan senjata tersebut
berjalan dengan lancer di Banyutarung, namun masih terdeapat tentara
Jepang yang bersembunyi di Pegunungan dan mendiami gua-gua untuk
menyelamatkan diri. 52 Meskipun demikian rakyat Temanggung tidak
pernah menyerah untuk mengusir dan melawan pasukan tentara Jepang
yang tersisa.
Hingga akhirnya pemuda-pemuda Parakan, Ngadirejo dan
Temanggung memperoleh informasi bahwa sisa-sisa tentara Jepang yang
bersembunyi akan melakukan perjalanan ke Ngadirejo dengan menyamar
sebagai rakyat biasa. Ketika tentara Jepang tersebut melewati Parakan
para pemuda Parakan, Ngedirejo dan Temanggung langsung bertindak
untuk menangkap pasukan tersebut, namun terjadi perlawanan. Tiga
tentara diantaranya terbunuh dan sisanya melarikan diri ke gunung,
karena Temanggung diapit oleh gunung Sumbing dan Sindoro.53
Para pemuda Parakan, Ngadirejo dan Temanggung khawatir
karena bisa saja Jepang akan melakukan balas dendam terhadap rakyat
Temanggung, karena tentara Jepang dilengkapi senjata yang lengkap.
Namun, di satu sisi, peristiwa ini menguntungkan pihak rakyat Parakan,
51
Ibid, hlm. 8. 52
Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, tidak di publikasikan, hlm. 7. 53
Ibid, hlm. 8.
23
Ngadirejo dan Temanggung untuk berkonsolidasi dalam mengahadapi
tentara Jepang.54 Rakyat Parakan, Ngadirejo dan Temanggung bersiap-
siap untuk menghadapi Jepang apabila balas dendam.
BAB III
BIOGRAFI KH SUBCHI PARAKAN
A. Masa Kecil KH Subchi
Muhammad Benjing adalah nama kecil dari KH Subchi,
Muhammad Benjing adalah anak dari KH Harun Ar-Rasyid dari delapan
bersaudara 55 yang merupakan ulama terkemuka di daerah Parakan
Temanggung.56 Muhammad Benjing lahir di Parakan Kauman pada tahun
1858 Masehi. Nama Muhammad Benjing tidak berlangsung lama karena
pada saat menjelang dewasa, Muhammad benjing menikah 57 dan
selanjutnya berganti nama menjadi R. Sumowardojo hingga nama
Muhammad Benjing sudah tidak lagi digunakan.58
Menurut Muhammad Solikhin dalam buku Ritual dan Tradisi
Islam Jawa, orang tua memberikan nama kepada anaknya tidak lain
sebagai do’a dan harapan. Tentu hal ini juga tidak terlepas dari rasa cinta
kepada sang anak, dan menginginkan agar anaknya menjadi lebih baik
54
Nur Laela, “Skripsi: Perjuangan Rakyat Parakan-Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia (1945-146)”, hlm. 44.
55 Delapan bersaudara itu diantannya: KH Subchi, Wongsodimejo, Cokrowardoyo,
Kartowardoyo, Abdurrahman, Alfiyah, Siti Maryam, Siti Badriyah. 56
Istachori Syam’ani al-Hafidh, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan
Temanggung”, (Parakan, 1995), hlm. 54. 57
Catatan mengenai pernikahan KH Subchi tidak di ketahui secara jelas, akan tetapi
penulis hanya merujuk pada data-data yang telah ditulis sebelumnya. 58
Istachori Syam’ani, Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung, tdk
dipublikasikan, hlm. 54.
24
dari dirinya. Selain itu diharapkan agar anaknya kelak mampu tumbuh
dewasa sesuai dengan nama yang diberikannya.59
Muhammad Benjing sejak kecil dibesarkan oleh ayahnya di
lingkungan ulama di daerah Parakan. Sekitar tahun 1825-1830 terjadi
Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.60 Dalam bukunya
Istachori Syam’ani menjelaskan bahwa ayah KH Subchi, KH Harun Ar-
Rosyid dan kakeknya KH Abdul Wahab ikut pelarian bersama Pangeran
Diponegoro dari Yogyakarta dan menetap di daerah Parakan
Temanggung.61 Kakek Muhammad Benjing, Kyai Abdul Wahab, adalah
putra Tumenggung Bupati Suroloyo Mlangi Yogyakarta, merupakan
seorang anggota pasukan Perang Diponegoro yang ikut serta dalam
perang Jawa (1825-1830) melawan penjajah Belanda. 62 Hidup dalam
lingkungan para ulama membentuk mental Muhammad Benjing dalam
perjuangan dakwahnya.
Selain diwarnai semangat ulama, kehidupan Muhammad Benjing
juga dipengaruhi komunitas masyarakat Parakan waktu itu yang
mayoritas masih berprofesi sebagai petani. Hal ini tersebut juga
dikuatkan oleh catatan Muhaiminan Gunardho dalam bukunya Bambu
Rucing, Muhammad benjing adalah seorang petani rajin dalam
menjalankan kegiatannya, jujur, pemberani dan disegani masyarakat serta
mengamalkan syariat Islam.63
59
Muhammad Solikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Cet. I, (Yogyakarta: Narasi,
2010), hlm. 126-127. 60
Peter Carey, .Kuasa Ramalan, Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di
Jawa 1785-1855, (Jakarta: Gramedia, 2016). hlm. 440-441. 61
Istachori Syam’ani, Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung, hlm. 54. 62
http://www.nu.or.id/post/read/65488/KH-subchi-parakan-kiai-bambu-runcing-guru-
jenderal-soedirman, Rabu, 3 Februari 2016, pukul 13.01, diakses pada hari Kamis 26 April 2018, pukul 12:52.
63 Muhaiminan Gunardho, “Bambu Runcing”, (Yogyakarta: Kota Kembang), hlm. 50.
25
Saat Muhammad Benjing menikah dan berganti nama menjadi
R. Sumowardojo. Muhammad Benjing dikaruniai delapan orang putra-
putri diantaranya:
1. Nyai Waruyan
2. Zain
3. H. Abdurrahman
4. H. Syadzali
5. Nyai Suwaidah
6. Nyai Sofiyah
7. Nyai Umi Kultsum
8. Nyai Sulaiman64
Setelah istri pertamanya65 meninggal, R. Sumowardojo kemudian
menikah lagi dengan seorang janda namun tidak memiliki keturunan.
Pernikahannya dengan istri kedua tidak dikaruniai anak, namun dari istri
keduanya sudah mempunyai 2 orang anak 66 dari pernikahan
sebelumnya.67 Jadi jumlah putra R. Sumowrdojo berjumlah 10 anak yang
masing-masing dari istri pertama dan kedua.
Meskipun Muhammad Benjing sejak kecil bekerja sebagai petani
di daerah Parakan, akan tetapi usaha dan semangat hidup Muhammad
Benjing terbilang cukup baik. Terbukti saat Muhammad Benjing mampu
64
Ibid, hlm. 50. 65
Menurut keterangan KH Subchi Bapak Asrof, tidak ada catatan mengenai nama dan
dari keluarga mana istri pertama dan keduanya namun hanya saja dulu istri KH Subchi
dipanggil dengan sebutan Bunyai Subchi. Karena orang-orang dulu memanggilnya dengan nama suaminya. Wawancara tanggal 8 Agustus 2018 pukul 15:10 dikediaman Bapak Asrof
Parakan Temanggung. 66
Kedua anak tersebut adalah Bapak Walimin atau KH Nur Ngadirejo, ayah dari KH
Mubasyir, yang juga mertua dari K Ali Parakan. Sedangkan anak yang kedua bernama Ny.
Walimah (yang akhirnya dikawinkan dengan puteranya KH Subchi dari istri yang pertamanya, yaitu Bapak Syadzali). Lihat Muhaiminan Gunardho, Bambu Runcing, hlm. 50
67 Ibid, hlm. 50.
26
menunaikan ibadah haji ke Makkah.68 Nampaknya usaha yang dilakukan
oleh Muhammad Benjing untuk terus maju dan berkembang menjadi
seorang yang menginginkan untuk melanjutkan perjuangan pendahulu
sudah mulai nampak ketika perjalanannya menunaikan ibadah haji.
Sepulang menunaikan ibadah haji R. Sumowardojo berganti
nama menjadi KH Subchi.69 Selama hidupnya, KH Subchi mempunyai
peran penting dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Samsul Munir
Amin dalam bukunya yang berjudul Karomah Para Kyai menyebutkan
bahwa dalam usia 90 tahun KH Subchi masih ikut serta dalam perjuangan
fisik kemerdekaan Republik Indonesia di Parakan Temanggung. 70 KH
Subchi tergabung dalam laskar Barisan Muslimin Temanggung (BMT)
yang dipelopori olehnya.71
Belum diketahui secara pasti kisah wafatnya KH Subchi72 namun
dalam bukunya Samsul Munir Amin pada tahun 1959 peran KH Subchi
dalam perjuangan kemerdekaan dalam menghadapi penjajah terhenti
karena wafat. Samsul Amin menyebutkan bahwa pada saat wafat KH
Subchi telah berusia 101 tahun.73 Selain pernyataan dari Samsul Munir
Amin, Istachori Syam’ani menyebutkan bahwa KH Subchi wafat pada
tanggal 6 April 1959 yang bertepatan pada hari Kamis Legi dan
68
Penulis tidak menemukan catatan mengenai tahun berapa Muhammad benjing
melakukan ibadah haji ke Mekkah akan tetapi nama Muhammad Benjing sudah tidak digunakan karena setelah pulang menunaikan ibadah haji berganti nama menjadi KH Subchi.
Lihat Muhaiminan Gunardho., hlm. 49. 69
Istachori Syam’ani,“Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung”, hlm. 54. 70
Samsul Munir Amin, Karomah Para Kiai, Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2008), hlm. 135. 71
Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, (Yogyakarta: Laporan Penelitian,
Fakultas Sastra UGM, 1987-1988), tidak di publikasikan, hlm. 8. 72
Menurut Muhammad Asrof (cicit KH Subchi), KH Subchi wafat karena memang usia yang sudah tua.
73 Samsul Munir Amin, Karomah Para Kiai, hlm. 134
27
dimakamkan di pemakaman Sekuncen Desa Parakan Kauman,
Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung.74
B. Pendidikan KH Subchi
Tidak ada catatan mengenai pendidikan formal KH Subchi.
Dimungkinkan masa kecil KH Subchi mendapat pengaruh pendidikan
Islam langsung oleh ayahnya yang seorang ulama di Parakan
Temanggung. KH Subchi belajar ilmu agama sesuai dengan tradisi ajaran
agama yang ada di keluarga tersebut. 75 Sesuai sumber penulis yang
didapat, KH Subchi pernah belajar agama di salah satu pondok pesantren
KH Subchi pernah nyantri di Pondok Pesantren Punduh Magelang yang
merupakan asuhan dari KH Maksum. Di pondok pesantren Punduh
Magelang KH Subchi belajar selama kurang lebih 2 tahun.
Setelah lulus dari Pondok Pesantren Punduh Magelang kurang
lebih 2 tahun nyantri di pondok pesantren Punduh Magelang, KH Subchi
melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Somolangu Kebumen
asuhan Syekh Abdurrahman. 76 Selain itu, sesuai sumber yang
diungkapkan cicit KH Subchi, ketika KH Subchi nyantri di Pondok
Pesantren Sumolangu, KH Subchi belajar cukup lama di pondok
pesantren ini. Ditambahkan pula, sewaktu di pondok Sumolangu KH
Subchi pernah menjadi Lurah pondok77 di pondok pesantren Sumolangu.
Pernyataan tersebut juga dikuatkan oleh Istichori Syam’ani78, ketika KH
Subchi berada di pondok Sumolangu KH Subchi melakukan amalan
wirid.
74
Istachori Syam’ani, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung”, tdk dipublikasikan, hlm. 54.
75 Ibid, hlm.
76 Sumber lisan (wawancara) dengan Muhammad Asrof yang merupakan cicit dari KH
Subchi yang, pada hari Selasa 1 Mei 2018 pukul 11:30 di Rusun Parakan. 77
Lurah Pondok merupakan jabatan ketua (di pondok). Biasanya dipilih oleh Kyai karena kemampuan akademik dan organisatoris yang dimilikinya.
78 Istachori Sam’ani merupakan sekretari Barisan Muslimin Temanggung (BMT).
28
Perjalanan pendidikan agamanya tidak hanya berhenti di Pondok
Sumolangu saja, akan tetapi KH Subchi melanjutkan belajarnya di salah
satu Pondok di Surabaya. 79 Namun di pondok pesantren Surabaya
tersebut KH Subchi tidak lama belajar di pondok tersebut. Setelah
mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren Surabaya.80
Kegiatan wirid yang dilakuakn KH Subchi dikuatkan oleh M.
Adbul Mujib dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedia Tasawuf Imam
Al-Ghazali, menurutnya wirid artinya do’a atau amalan-amalan lainnya
yang bisa atau diamalkan setelah sholat yang dikerjakan secara rutin.
Pada abad ke 2 Hijriyah wirid dilakukan oleh beberapa orang dangan
berkumpul untuk membaca al-Qur’an sebagai dzikir kepada Allah SWT.
Kemudian dzikir berkembang menjadi upacara ritual yang terperinci pada
masa-masa berikutnya.81 Di Jawa amalan berupa wirid juga berkembang
di daerah Kebumen tepatnya di Pondok Pesantren Sumolangu tempat KH
Subchi mengenyam pendidikan agama. Di Pondok Pesantren Sumolangu
ini KH Subchi melakukan wirid setiap malam dan tadarus kitab suci Al-
Qur’an sebanyak satu juz, sehingga sebulan KHatam 30 juz.82
Atas saran dari orang tuanya, KH Subchi belajar di pondok
pesantren sudah sejak KH Subchi beranjak dewasa. Bahkan KH Subchi
diperkirakan pernah belajar di Mekkah karena pada zaman dahulu naik
haji memerlukan waktu yang panjang untuk perjalan menuju tanah suci,
sehingga sering sekali saat tibanya di tanah suci Mekkah waktu untuk
menunaikan haji telah habis. Hal ini juga dirasakan oleh KH Subchi,
sehingga KH Subchi sementara waktu tinggal di Mekkah. Selama tinggal
di Mekkah dapat diperkirakan bahwa KH Subchi juga belajar agama
80 Menurut Bapak Asrof tidak ada catatan nama pondok dan mengenai sejak kapan
dan berapa lama KH Subchi menimba ilmu agama dipondok pesantren. Wawancara pada
tanggal 8 Agustus 2018 pukul 14:34. Dikediaman Parakan Temanggung. 81
M Abdul Mujib dkk, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, (Jakarta: Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika), 2009)), hlm. 574.
82 Ibid, hlm. 54
29
secara mendalam. KH Subchi berada di Mekkah selama kurang lebih
tujuh tahun karena KH Subchi menunaikan ibadah haji tidak hanya
sekali.83
Meskipun hanya melalui didikan dari ayahnya KH Harus Rasyid
serta didikan dari Pondok pesantren Sumolangu, KH Subchi memiliki
kepribadian yang jujur serta pemberani. Kiprah KH Subchi juga bisa
dilihat sebelum Indonesia merdeka. Pada tahun 1913 daerah Parakan
menjadi tempat terselenggranya kongres Sarekat Islam. 84 Kongres
berlangsung dengan dihadiri oleh HOS Cokroaminoto yang mana sebagai
ketua Organisasi tersebut serta berbagai kalangan ulama di wilayah
Parakan seperti KH Subchi.85 Selain itu kiprah dalam masa kemerdekaan
Indonesia juga terlihat di tahun 1945 dimana banyak para pejuang
kemerdekaan yang datang ke Parakan untuk menemui KH Subchi.86
KH Subchi mendirikan sebuah pondok pesantren 87 di daerah
Kauman, Parakan. Pondok pesantren tersebut didirikan dengan tujuan
supaya masyarakat Parakan yang saat itu (masa penjajah Belanda dan
Jepang) belum mengerti tentang agama Islam, mereka bisa belajar di
tempat tersebut. pondok pesantren tersebut di khususkan KH Subchi
untuk masyarakat Parakan yang ingin belajar agama Islam. Namun, H
Subchi tidak mendidiknya secara langsung, namun pondok pesantren
tersebut diserahkan kepada KH Ali. Menurut KH Subchi KH Ali
mempunyai ilmu yang lebih darinya, yang bisa mendidik masyarakat
Parakan belajar agama Islam. Sampai saat ini pondok pesantren tersebut
masih digunakan untuk belajar agama Islam. Tak hanya santri dari daerah
Parakan dan Temanggung saja, namun dari luar daerah parakan,
83
Sumber lisan (wawancara) dengan keturunan KH Subchi yang merupakan
cicit atau keturunan ketiga dari KH Subchi yang bernama Muhammad Asrof, pada hari Selasa 1 Mei 2018 pukul 11:30 di Rusun Parakan.
84 Muhaiminan Gunardho, “Bambu Runcing”, hlm. 50.
85 Ibdi. Hlm. 50
86 Samsul Munir Amin, Karomah Para Kiai, hlm. 134.
87 Pondok Pesantren Zaidatul Ma’arif.
30
Temanggung juga banyak yang belajar agama Islam di pondok pesantren
tersebut.88
C. Kiprah Politik KH Subchi
1. Keterlibatan dalam Sarekat Islam
Sejak Sarekat Islam (SI),di dirikan pada tahun 1912 oleh H
Samanhudi, seorang pengusaha batik di kampung Lawean, Solo.
Tujuan SI didirikan adalah untuk menghidupkan kegiatan ekonomi
pedagang Islam Jawa yang diikat dengan agama. Namun tujuan
utama SI untuk mengembangkan perekonomian yang selalu
ditekankan oleh pemimpin SI.89 Menurut Sartono Kartodirdjo dalam
bukunya yang berjudul Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah
Pergerakan Nasional menyebutkan bahwa SI tidak hanya pada satu
orientasi tujuan tetapi juga mencakup berbagai aktifitas, yaitu
ekonomi, sosial, politik, dan kultural. Tambahan pula di dalam
gerakan itu agama Islam berfungsi sebagai ideologi sehingga
gerakan itu lebih merupakan suatu kebangkitan (hidupnya kembali
kepercayaan dengan jiwa atau semangat berkobar-kobar).90
Dalam waktu kurang dari satu tahun sejak lahirnya SI, SI
sudah tumbuh menjadi organisasi besar dan berkembang di seluruh
Indonesia, 91 tidak terkecuali di Parakan Temanggung. Di
Temanggung KHususnya daerah Parakan awal abad 20 menjadi
88
Sumber lisan (wawancara) dengan keturunan KH Subchi yang merupakan cicit atau
keturunan ketiga dari KH Subchi yang bernama Muhammad Asrof, pada hari Senin tanggal 3 September 2018, pukul 13.00, di Kauman, Parakan.
89 Suhartono, “Sejarah Pergerakan Nasional, dari Budi Utomo sampai Proklamasi
1908-1945”, Cet. II (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 33. 90
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan
Nasional, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014), hlm. 124. 91
Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional, dari Budi Utomo sampai Proklamasi
1908-1945, hlm. 34.
31
basis pergerakan SI yang dipelopori oleh H Samanhudi. 92 Bisa
dilihat eksisnya SI juga membawa pengaruh tersendiri ke berbagai
pelosok daerah Khususnya di Parakan.
Berbicara mengenai gerakan-gerakan modern Islam di
Indonesia, tentunya tidak terlepas dengan gerakan-gerakan Islam
lainya seperti Nahdlatul Ulama yang dipelopori KH Hasyim Asy’ari,
Muhammadiyah yang dipelopori oleh KH Ahmad Dahlan serta
organisasi lainnya. Perlu dicatat, bahwa KH Subchi mengawali
politiknya ketika KH Subchi mengikuti kongres Sarekat Islam (SI)
pada tahun 1913 di Temanggung yang dihadiri oleh HOS
Cokroaminoto. Proses kongres tersebut dihadiri ulama-ulama dan
santri-santriyang ada di daerah Parakan.93 Menurut pernyataan cicit
KH Subchi yang bernama Muhammad Asrof, KH Subchi pada tahun
1913 sudah bergabung dan tercatat menjadi anggota Sarekat Islam.94
Ditambahkan pula saat keadaan genting terjadi di Parakan, KH
Subchi melakukan pembentukan keamanan atau disebut dengan
Barisan Muslimin Temanggung (BMT).
2. Nahdlatul Ulama (NU)
Di Indonesia beberapa organisasi tumbuh baik organisasi
social kebangsaan maupun kegamaan yang bertujuan untuk
memajukan kehidupan umat, seperti Budi Oetomo (20 Mei 1908),
Sarekat Islam (11 November 1912) yang sebelumnya bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI), dan kemudian disusul Muhammadiyah
(18 Novemver 1912).
92
https://plus.google.com/collection/0gyclB, 11 Januari 2017, dan diakses pada
hari Kamis 26 April 2018 pukul 08:30.
93
Muhaiminan Gunardho, “Bambu Runcing Parakan”,(Yogyakarta: Kota
Kembang, 1986), hlm. 50. 94
Sumber lisan (wawancara) dengan keturunan KH Subchi yang merupakan cicit atau keturunan ketiga dari KH Subchi yang bernama Muhammad Asrof, pada hari Selasa 1
Mei 2018 pukul 11:30 di Rusun Parakan.
32
Setelah beberapa organisasi di atas lahir kemudian disusul
dengan lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) yang dipelopori oleh KH
Hasyim Asy’ari. Seperti yang diungkapkan Ahmad Zahra bahwa
Nahdlatul Ulama adalah suatu jam’iyyah diniyyah Islamiyyah
(orgaisasi keagamaan Islam) yang didirikan di Surabaya pada 16
Rajab 1344 H/ 31 Januari 1926 M.95 Sebagai salah satu organisasi
keagamaan, NU memiliki prinsip dalam membina hukum Islam
terkesan hati-hati, bahkan tidak secara terbuka mengembalikan
langsung pada Al-Qur’an dan Hadist.96 Selain mengamalkan ajaran
Islam NU juga memiliki prinsip-prinsip untuk memperjuangkan
kemerdekan. Dalam hal ini NU mengajak masyarakat Indonesia
untuk melawan penjajah yang telah merebut kemerdekaan Republik
Indonesia.
Pada tanggal 27 September 1945, Kota Magelang diduduki
tentara Inggris dan Gurka, kedatangannya ke Indoneisa atas nama
PALANG MERAH INTERNASIONAL yang katanya tugasnya akan
melucuti senjata Jepang yang ada di Indonesia, tetapi tentara colonial
Belanda, serta NICA, dan tentara Inggris bonceng di belakang
Palang Merah Internasional, tujuannya sebetulnya adalah akan
menjajah Indonesia kembali. 97 Inggris memanfaatkan keadaan ini
untuk menguasai kembali Indonesia.
Dengan keadaan seperti ini rakyat Magelang dan
Temanggung tidak tinggal diam. Pemerintahan Daerah Kabupaten
Temanggung mengadakan musyawarah dengan Alim Ulama NU dan
tokoh masyarakat Parakan di Pendopo kawedanan Parakan, pihak
PEMDA diwakili oleh Patih Soetikwo, dan Barisan Sabilillah
95
Ahmad Zahra, Tradisi Intelektual NU, Cet. I, (Yogyakarta: LKis, 2004), hlm. 15. 96
Muhammad Ulil Absor, Dinamika Ijtihad Nahdlatul Ulama (Analisis Pergeseran
Paradigma dalam Lembaga Bahtsul Masail NU), Millati, Journal of Islamic Studies and
Humanities, Vol. 1 No. 2, DOI: 10.18326/millati.vlil.227-242, Desember 2016, hlm. 229. 97
Istachori Syam’ani al-Hafidh, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan
Temanggung”, hlm. 9.
33
Magelang yang di hadiri oleh K.H. Siraj Payaman, Magelang. Dalam
musyawarah ini mereka mengajak untuk membentuk “pertahanan
rakyat”, yang terdiri dari berbagai kalangan seperti para Alim
Ulama, Pemuda dan seluruh rakyat Temanggung dan Magelang.
Ajakan tersebut sangat diperhatikan dan ditanggapi oleh para Alim
Ulama di Temanggung yang dipimpin oleh K.H Subchi. K.H Subchi
mengadakan musyawarah dengan pengurus jam’iyyah Nahdlatul
Ulama cabang Temanggung yang berkedudukan di Parakan.
Pertahanan rakyat dibentuk untuk mengusir tentara Belanda dan
Nicanya, dan untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia
yang telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.98
NU di Temanggung sendiri lahir atas perintah dari KH
Hasyim As’ary kepada KH Subchi untuk medirikan NU di
Temanggung. KH Subchi pun mengadakan pertemuan dengan alim
ulama dan beberapa tokoh masyarakat Parakan untuk mendirikan
NU di Temanggung. 99 Pengurus NU cabang Temanggung di
antaranya100 :
Bagian Syuriyah:
1. KH Subchi
2. KH Abdurrahman
3. KH R. Abuamer
4. KH Nawani
5. KH Muhammad Ali
6. KH R. Somogunardo
7. KH Zaenal Abidin Al-Hafidh
98
Ibid, 9. 99
Sumber lisan (wawancara) dengan keturunan KH Subchi yang merupakan cicit atau keturunan ketiga dari KH Subchi yang bernama Muhammad Asrof, pada hari Selasa 1
Mei 2018 pukul 11:30 di Rusun Parakan. 100
Istachori Syam’ani al-Hafidh, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung”, hlm. 10.
34
8. K. Kasyful Anwar
9. KH Ridwan
10. K. Afandi
11. K. Anwar
Bagian Tanfidziyah:
1. K. Syahid
2. K. Muhammad Suwardi
3. K. Sayuti Tohir
4. Ayus Basyir
5. Sukarman Abdurrohman
6. Badruddin
7. Adham
3. Barisan Muslimin Temanggung (BMT)
Situasi Indonesia setelah kemerdekaan Republik Indonesia
tidaklah berubah keadaan Indonesia yang bebas dari penjajah.
Pertanyataan tersebut diperkuat dalam tulisan hasil penelitian Adaby
Darban yang menyatakan penjajah Jepang masih ingin berkuasa
wilayah Indonesia. Namun rakyat Indonesia tidaklah diam
menghadapi situasi ini. Pasukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)
yang dipimpin oleh Bambang Sugeng dan Suyoti, mengadakan
geaakan pelucutan senjata terhadap pasukan Jepang.101
Dua kota di Jepang, yaitu kota Hirosima pada tanggal 6
Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 8 Agustus 1945 dibom
atom oleh tentara Sekutu, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat
kepada pada tanggal 15 Agustus 1945. Pemerintah Indonesia
mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan Bangsa
Indonesia. Selang dua hari, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945
Sokearno memproklamirkan Kemerdekaan dan berdirilah
101
Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, tidak di publikasikan, hlm.7.
35
Pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno-
Hatta.102
Meskipun sudah dinyatakan merdeka, masyarakat tetap
siaga dengan segala kemungkinan yang terjadi setelah proklamasi.
Untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, maka
masyarakat Parakan membentuk Komite Nasional Indonesia (KNI)
yang dipimpin oleh Subroto dan Angkatan Mudaa Republik
Indonesia (AMRI) yang dipimpin oleh Maidin, serta Barisan
Keamanan Rakyat (BKR) yang dipimpin oleh Samsi Atmodjo bekas
Cudanco103 PETA (Pembela tanah Air)104.
Pada akhir bulan Oktober 1945 di Ngdirejo terjadi
peristiwa pertempuran rakyat dengan sisa-sisa tentara Jepang. Dalam
pertempuran tersebut pihak Jepang terbunuh tiga orang dan yang
lainnya melairkan diri ke gunung (Sumbing). Peristiwa itu dikenal
sebagai insiden Ngadirejo, yang kemudian membawa manfaat untuk
konsolidasi rakyat Ngadirejo, Parakan dan Temanggung, bersiap-
siap menghadapi Jepang. Konsolidasi kekuatan rakyat dalam
menghadapi Jepang tersebut dipelopori oleh para alim ulama yang
dipimpin K.H Subchi. KH Subchi terkenal sebagai ulama yang
merakyat dan berwawasan luas. Hal ini terbukti bahwa KH Subchi
tidak tinggal diam ketika Parakan dan Temanggung sekitarnya
dikuasai oleh penjajah. KH Subchi mengadakan pertemuan pada
tanggal 30 Oktober 1945 yang dihadiri tidak hanya dari kalangan
para ulama saja, KH Subchi juga mengajak para pemuda Parakan
dan Temanggung sekitarnya serta dari Pemerintah Kabupaten
Temaanggung. Pertemuan tersebut diadakan di Masjid Kauman
102
Istachori Syam’ani, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung”,
hlm. 3. 103
Cudanco (komandan kompi) dipilih dari mereka yang bekerja, tetapi belum memiliki jabatan yang tinggi seperti para guru, juru tulis, dan sebagainya.
104 Ibid, hlm. 3.
36
Parakan. Para ulama yang mengahadiri terdiri dari KH
Sumagunarda, KH Nawawi, KH Ali, KH Suwardi, KH
Abdurrahman, KH Sahid Baidawi, dan KH Ridwan. Hasil dari
pertemuan tersebut adalah diputuskannya pembentukan Barisan
Muslimin Temanggung (BMT) pada hari itu, tanggal 30 Oktober
1945 yang dipimpin oleh KH Subchi. Berdirinya BMT mendapat
sambutan baik dari pemerintah.
BMT sendiri didirikan dengan tujuan sebagai lascar untuk
membantu pertahan Negara Republik Indonesia di daerah
Temanggung dan sekitarnya.105 BMT memiliki susunan organisasi
sebagai berikut106:
1. Pelindung : Patih Soetikno (atas
nama Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung), R.
Sastrodiporjdo (Wedono Parakan), Mangundirdjo (Camat
Parakan).
2. Mustasyar : KH Subchi, KH
Muhammad Ali, KH Somogunardho, K R H Abuamer.
3. Ketua I : KH Nawawi.
4. Ketua II : K Muhammad
Sya’ban.
5. Ketua III : KH Ridwan.
6. Sekretaris I : Sukarman
Aburrohman.
7. Sekretaris II : KH Istachori
Syam’ani.
8. Sekretaris III : KH Badruddin.
105
Ahmad Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, tidak di publikasikan,
hlm. 8. 106
Istachori Syam’ani, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan
Temanggung”, hlm. 14.
37
9. Bendahara I, II, III : K Muhammad
Suwardi, H Afandi, Adham.
10. Pembantu Utama I, II, III, IV :K Zainal Abidin, KH
Fahrurrozie, K Kasyful Anwar, Anwari.
11. Bagian Penerangan/ Dakwah : K Syahid Baedlowi,
K Sayuti Tohir, Ayub.
12. Bagian Keamanan : H Mukri, Ismail,
Nur Afandi.
13. Pengerahan Massa Rakyat : K Muhammad
Sya’ban.
14. Pengerahan Massa Pemuda : KH Sulaiman
Basyir.
38
BAB IV
BAMBU RUNCING DI TENGAH SERGAPAN BEDIL
JEPANG
A. Awal Pertempuran
Tanda-tanda Jepang akan kalah perang sudah nampak sejak
pertengahan tahun 1944. Dalam keadaan ini Jepang melakukan berbagai
tindakan upaya untuk tetap bisa menguasai Indonesia.107 Pihak Jepang
memanfaatkan para pemimpin Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuan
mereka sendiri, tetapi para pemimpin Indonesia tersebut lebih dulu
mengambil keuntungan dari Jepang, Soekarno berhasil dalam
memanfaatkan situasi ini dan memperkokoh poisisnya sendiri sebagai
pemimpin utama kekuatan rakyat.108 Tahun 1945 tanda-tanda kehancuran
Jepang semakin nampak, namun Jepang tidak menyerah. Akhirnya pada
8 dan 14 Agustus 1945 dua kota terkemuka di Jepang, Hirosima dan
Nagasaki di bom oleh sekutu, hal ini membuat Jepang rugi dan
menyerahkan semua Negara jajahannya termasuk Indonesia. 109 Tepat
tanggal 15 Agustus 1945 Jepang pun menyatakan menyerah tanpa
syarat.110 Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi, Ir. Soekarno dan Moh
Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.111
Meskipun secara kedaulatan Indonesia telah merdeka, akan tetapi
ketentraman dan kedamaian belum didapatkan secara penuh oleh rakyat
Indonesia, sebab penjajah ingin menguasai dan menjajah kembali
107
Muhaiminan Gunardho, Bambu Runcing Parakan, (Yogyakarta: Kota
Kembang, 1986), hlm. 11 108
M.C. Ricklefs, Sejarah Inonesia Modern 1200-2008, hlm. 436. 109
Muhaiminan Gunardho, Bambu Runcing Parakan, hlm. 11. 110
M.C. Ricklefs, Sejarah Inonesia Modern 1200-2008, hlm. 443. 111
Muhaiminan Gunardho, Bambu Runcing Parakan, hlm. 11.
39
Indonesia. Hal ini membuat bangsa Indonesia tidaklah diam menghadapi
situasi peralihan kekuasaan ini.112
Masa Jepang merupakan masa kebangkitan nasional. Pendudukan
selama tiga setengah tahun merupakan periode yang menentukan bagi
sejarah Indonesia. Jepang banyak melakukan perubahan baru terhadap
masyarakat pribumi yang akhirnya memungkinkan terjadinya revolusi
Indonesia. Terutama di Jawa, mereka (golongan Jepang)
mengindoktrinasi, melatih dan mempersenjatai banyak generasi muda
serta memberi kesempatan kepada para pemimpin yang lebih tua untuk
menjalin hubungan dengan rakyat. Di seluruh Nusantara sampai ke
pelosok desa telah diguncang oleh tekanan politik keras dan menindas.
Namun hal inilah yang akhirnya membangkitkan semangat nasionalisme
Indonesia untuk menuju kemerdekaan dari kolonialisme.113
Ada banyak antisipasi tentang kedatangan Jepang. Selagi Belanda
dan sebagian orang Indonesia menyembunyikan kekuatan dan
ketidakpercayaan di balik keberaniannya, bagi sebagian muslim dan
pemimpin nasionalis lainya pendaratan pasukan Jepang adalah mimpi
yang menjadi kenyataan.114 Selebihnya lagi Jepang telah menyebarkan
kabar bahwa ia adalah “cahaya asia”. Jepang adalah bangsa asia yang
telah berhasil melakukan transisi ke masyarakat modern, masyarakat
teknologi pada akhir abad ke-19.115
Terbukti pada saat Indonesia masih dalam kekuasaan Belanda,
pada tahun 1942 terjadi petempuran seru di laut Jawa yang membawa
keunggulan Jepang, selain itu dengan jatuhnya kekuasaan Hindia Belanda
di berbagai daerah, memudahkan tentara Jepang untuk menundukan pusat
112
Ahmda Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, tidak di publikasikan,
hlm. 7. 113
M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, hlm. 421. 114
Adrian Vickers, Sejarah Indonesia Modern, Cet. I (Yogyakarta: Insan
Madani, 2011), hlm. 132. 115
Ibid, hlm.132.
40
kekuasaan Hindia Belanda yang berada di Batavia. Devisi ke-2 adalah
Jepang yang mendarat untuk pertama kalinya di Jawa Barat dan devisi
ke-48 di Jawa Tengah. Menyebarnya militer Jepang di seluruh daerah
Jawa yang sekaligus menunjukan jumlah yang lebih besar, membuat
kekalahan di pihak Belanda. Tepatnya pada tanggal 1 Maret 1942 tentara
keenam belas Jepang berhasil mendarat di tiga tempat sekaligus, yakni
Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah).116
Sejak Jepang menguasai Indonesia, banyak terdapat orang-orang
sekutu atau serikat di Indonesia yang ditawan oleh Jepang yang termasuk
kaum sekutu di dalam masa perang antara lain Inggris, Amerika Serikat.
Mereka meringkuk di dalam kamp-kamp tawanan Jepang dalam keadaan
yang menyedihkan dan menderita. 117 Wilayah Indonesia pada akhir
perang Dunia II menurut ketentuan sekutu kepada tanggung jawab
Inggris di bawah pimpinan Marsekal Mountbatten, setelah Mc. Arthur
menyerahkan wilayah itu kepadannya. Ketentuan itu dibuat ketika perang
sedang berkorbar, dan masih terus dilanjutkannya setelah perang itu
selesai. Dengan demikian maka tugas pengawasan dan penguasaan
wilayah Indonesia jatuh ke tangan Inggris.118
Setelah peristiwa perang dunia II tentara Inggris memberikan
perintah kepada tentara Jepang agar menjaga dan memelihara keamanan
serta ketertiban sampai sekutu datang sendiri untuk mengambil alih
kekuasaan tersebut. Atas dasar perintah sekutu inilah maka jepang di
Indonesia selalu menghalang-halangi usaha rakyat dan lascar-laskar
rakyat mengambil alih kekuasaan di daerah-daerah atau di kota-kota.
Akibatnya banyak terjadi pertempuran antara rakyat beserta laskar-laskar
Indonesia dalam usaha merebut senjata dari tentara Jepang.119
116
G. Moedjanto, Indonesia abad Ke-20 jilid I: Dari Kebangkitan nasional
Sampai Linggarjati, (Kanius, 1988), hlm. 98-99. 117
Nyoman Dekker, Sejarah Revolusi Nasional, hlm. 29. 118
Ibid, hlm. 29. 119
Nyoman Dekker, Sejarah Revolusi Nasional, hlm. 27.
41
Dilihat dari berbagai peristiwa di Indonesia pendudukan penjajah
telah silih berganti datang untuk menguasai Indonesia. Peristiwa serupa
juga nampak pada daerah-daerah yang ada di daerah Jawa Tengah.
Tepatnya di Magelang, Magelang diduduki tentara Inggris
kedatangannya di Indonesia atas nama Palang Merah Internasional,
dengan tugas akan melucuti senjata Jepang yang ada di Indonesia, akan
tetapi tentara Belanda dan Nica membonceng dibelakang Palang Merah
Internasional tujuannya sebenarnya akan menjajah kembali di
Indonesia.120 Keuntungan Indonesia atas masuknya Jepang ke tanah air
adalah dengan adanya berbagai peristiwa yang mana rakyat Jepang
menaruh simpai kepada rakyat Indonesia dengan berbagai cara. Pengaruh
lain untuk rakyat Indonesia adalah pengaruh kebijakan militer. Bangsa
Indonesia mengikuti pendidikan dan latihan militer merupakan
keuntungan besar karena mereka memperoleh pengetahuan dan
pengalaman militer baik secara strategi tulang punggung dalam upaya
perjuangan bahkan mempertahankan kemerdekaan.121
Pada tanggal 22 Agustus 1945 dibentuklah Badan Keamanan
Rakyat (BKR), yang menjadi inti di dalamnya ialah pemuda-pemuda
bekas: PETA, HEIHO. Selain itu bermunculan laskar-laskar rakyat
seperti Barisan Benteng, Barisan Pelopor, Hisbullah. 122 Sementara di
daerah Temanggung lahir sebuah laskar Barisan Muslimin Temanggung
(BMT) yang lahir atas pemikiran KH Subchi. Pengaruh Barisan
Muslimin Temanggung (BMT) memang nampak setelah pasukan TKR
yang dipimpin oleh Kolonel Sudirman (Divisi V), berusaha memasuki
Magelang lewat Parakan. Barisan Muslimin Temanggung (BMT)
120
Anasom, Kiai dan Bambu Runcing “Mengungkap peran Kiai dan Bambu
runcing pada masa perang kemerdekaan”, (Semarang: Balai penelitian dan
pengembangan Agama 2010), hlm. 53. 121
Yasmis, Jepang dan perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Jurnal Sejarah
Lontar, Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2007, hlm. 30. 122
Nyoman Dekker, Sejarah Revolusi Nasional, hlm. 37.
42
kemudian ikut serta dengan pasukan TKR menyerbu Magelang lewat
Secang. Pada saat Magelang dihuni oleh Inggris dan Belanda, mengalami
pukulan yang berat dari Yogyakarta dan Purwakarta serta laskar Barisan
Muslimin Temanggung (BMT). Pada tanggal 21 November 1945
pasukan Inggris dan Belanda yang berada di Magelang mudur ke arah
Semarang.123
B. Perjuangan KH Subchi
Tampilnya kyai sebagai pemimpin suatu gerakan di Indonesia
tidaklah asing lagi, sebab kyai dalam kehidupannya menyatu dengan
rakyat sehingga menjadi pengayom rakyat. Selain itu, kyai juga memiliki
otoritas kharismatik sebagai elite religious, yang mempunyai pengaruh
besar dalam masyarakat. Dengan demikian kepemimpinan kyai wajar jika
tumbuh dan berkembang di daerah-daerah Indonesia, seperti halnya di
Parakan dan sekitarnya. 124 Parakan sendiri banyak lahir kyai yang
memiliki peran besar terhadap perang kemerdekaan. Salah satunya adalah
KH Subchi, KH Subchi memimpin para ulama, para pemuda dan rakyat
Parakan untuk melawan penjajah yang berada di Parakan dan sekitarnya.
Menurut Adaby Darban, keiikutsertaan kyai dalam perjuangan
kemerdekaan memang terbukti saat kyai melakukan strategi dengan tugas
masing-masing sebagai bagian dalam pasukan. Masing-masing tugas
diantaranya ada yang mendorong dengan do’a-do’a, dan bahkan ada yang
langsung di Medan pertempuran melawan penjajah. Tampilnya KH
Subchi yang saat itu usianya kurang lebih 70 tahun ikut mendatangi ke
berbagai daerah-daerah pertempuran. KH Subchi mendatangi Ambarawa,
Cepiring, Semarang, Pati bahkan sampai ke Jawa Timur.125
Diungkapkan oleh Muhammad Asrof cicit dari KH Subchi bahwa
tampilnya KH Subchi dalam kemerdekaan Indonesia tidak dilakukannya
123
Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, hlm. 18. 124
Ibid, hlm. 10. 125
Ibid, hlm. 20.
43
dengan perjuangan secara fisik akan tetapi KH Subchi hanya melakukan
perjuanganya dengan cara berdo’a dan memberikan semangat kepada
para pasukan yang akan bertempur di medan peperangan.126 Peranan alim
ulama (kyai) ternyata menyumbangkan moral yang sangat berguna bagi
para pejuang kemerdekaan. Beberapa kyai telah memberikan do’a-do’a
kepada para pejuang. Dalam hal ini ada beberapa kyai Parakan yang ikut
serta dalam perjuangan membela kemerdekaan diantaranya KH Ali, KH
Sumogunardho. KH Subchi bertugas sebagai pemimpin dan yang
memberikan gemblengan kepada para pejuang. Selain memberikan
semangat serta gemblengan KH Subchi juga memberikan amalan do’a
untuk memohon pertolongan dan kekuatan dari Allah SWT masing-
masing amalan tersebut dibaca 3 kali setiap akan pergi ke medan
peperangan. Amalan tersebut diantaranya:
1. Bismillahhi Biaunillah
2. Allahu Ya Khafidhu
3. Allah hu Akbar
Illahana Ya Sayidana Anta Maulana Fansurna Alal Qoimil
Kafirin.127
KH Ali bertugas memberikan banyu wani (air berani), yaitu air
putih diberi do’a dengan maksud tidak gentar melawan musuh. 128
Sebelum memberikan air berani kepada para pejuang KH Ali menyuruh
untuk melakukan upacara do’a dengan berendam di kolam masjid
Kauman Parakan. Upacara ini dimaksudkan untuk penyucian diri
sebelum berangkat ke medan pertempuran. Selama menyelam di kolam
126
Wawancara dengan Muhammad Asrof cicit KH Subchi pada tanggal 3
September 2018 pukul 12:40.
127
Wawancara dengan Muhammad Asrof cicit KH Subchi pada tanggal 3
September 2018 pukul 12:40. 128
Ahmda Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, hlm. 14.
44
masjid Kauman Parakan yang dilakukan pada pukul 01:00 malam dengan
membaca ayat Al-Qu’ran surat Al-An’am ayat 103 sebanyak 313 kali129 :
يطا ن حيم. اعىذ با هللا مه الش حمه الر جيم بسم هللا الر الر
التدركه اال بصا ر. وهىيدرك االبصا ر. وهى الطيف الخبير.
Sedangkan KH Sumogunardho bertugas untuk menyepuh bambu
runcing, dengan maksud para pejuang yang bersenjatakan bambu runcing
tidak merasa rendah diri, namun para pejuang tampil dalam perang
dengan penuh semangat. 130 Para pejuang diberi ijazah oleh KH
Sumogunardho, kemudian meniupkan dipucuk Bambu Runcing (ujung)
dengan membaca ayat suci Al-Qur’an surat An-An-Anfal ayat 17 dengan
dibaca 3 kali dengan tidak bernafas:131
ومارميت اذرميت ولكه هللا رمى
Setelah memperoleh doa dari KH Subchi, para pejuang
mempunyai kebulatan hati yang tak tergoyahkan menuju pertempuran
dan mempunyai ketabahann untuk bertawakal kepada Allah SWT. Para
pejuang yang hendak berangkat menuju pertempuran, mereka dating dan
meminta do’a dari KH Subchi.132
Peristiwa didudukinya Magelang oleh tentara sekutu membuat
pasukan Jenderal Sudirman dengan anak buahnya dari Purwakarta
singgah terlebih dahulu ke Parakan bertemu dengan KH Subchi untuk
meminta gemblengan sebelum menuju pertempuran ke Ambarawa.
Gemblengan tersebut dilakukan pada hari selasa kliwon jam 12:00 siang
tanggal 30 oktober 1945 saat berlangsungnya bedug drandang, karena
129
Istachori, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung”, hlm. 7. 130
Ahmda Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, hlm. 14. 131
Istachori, “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan Temanggung”, hlm. 14. 132
Saifuddin Zuhri, Guruku Orang-orang dari Pesantren, (Yogyakarta:
Pustaka Sastra LKiS, 2001), hlm. 340.
45
waktu saat itu adalah waktu mustajab dan bambu runcingnya mencari
bambu wulung. Untuk memberi do’a kepucuk bambu runcing sudah
dilaksanakan di depan rumah KH Sumogunardho sesudah itu, karena
tempatnya tidak mencukupi para pejuang yang ingin meminta do’a dan
gemblengan yang semakin hari semakin banyak yang datang untuk
meminta ditiupkan bambu runcingnya, kemudian pindah ke rumahnya
mbah Moho (bangsa Tiong Hoa) di jalan masjid Kauman Parakan yang
tidak lain adalah markas dan kantor Barisan Muslimin Temanggung
(BMT). Selain gemblengan, para pejuang meminta doa kepada KH
Subchi untuk menyepuh ujung senjata api. Selain itu Jendral Sudriman
juga meminta kepada pasukannya, jika akan turun di pertempuran Jendral
Sudirman menyuruh kepada pasukannya untuk miminta berkah kepada
KH Subchi yang saat itu juga KH Subchi menjadi imam atau pemimpin
tertinggi Barisan Bambu Runcing.133 Pendapat tersebut dikuatkan oleh
Rijal Mumazziq, bahwa Kiai Subchi juga banyak dirujuk oleh para
pejuang pada saat perang diantaranya pasukan yang dipimpin oleh
Jendral Sudirman. KH Subchi adalah putra salah satu pengikut
Diponegoro yang setelah undur diri dari medan tempur memutuskan
mendirikan sebuah perguruan agama di sebuah desa bernama Parakan.
Di masa-masa awal revolusi fisik itu, setiap hari ribuan pejuangan
mampir ke Parakan dalam perjalanan mereka dari ke front-front
pertempuran di Magelang, Ambarawa, Ungaran, dan Semarang.
Beberapa di antaranya bahkan datang dari berbagai daerah di Jawa Timur
dan Jawa Barat. KH Subchi, saat itu berumur 90-an tahun, adalah magnet
yang menarik mereka ke Parakan. Mereka ingin didoakan oleh kiai sepuh
itu. Dalam otobiografinya, Berangkat dari Pesantren, KH Saifudin Zuhri
antara lain menulis, di antara pasukan yang singgah ke Parakan terdapat
anggota Tentara Keamanan Rakyat dari Banyumas pimpinan Kolonel
Soedirman yang belakangan menjadi panglima besar. Mereka membawa
133
Istachori Syamani., “Sejarah barisan Bambu Runcing Parakan
Temanggung”, hlm. 24.
46
peralatan tempur lengkap. Ketika itu mereka dalam perjalanan ke medan
perang Ambarawa.
Diceritakan juga bahwa banyak para pejuang kemerdekaan yang
datang ke Parakan untuk menemui kiai yang sudah sepuh itu, sekedar
meminta doa dan berkah dari sang kiai. Di antara mereka misalnya:
Panglima Besar Jenderal Sudirman, KH Wahid Hasyim, KH Zainul
Arifin, KH Masykur, KH Saifuddin Zuhri, Mr. Mohammad Roem, Mr.
Kasman Singodimejo, dan Anwar Cokroaminoto.134
Ternyata jiwa nasional yang dimiliki oleh KH Subchi diwarisinya
dari kakeknya KH Subchi, Harun Ar-Rasyid, yang merupakan anak
buahnya Pangeran Diponegoro. Hal itu terbukti di dalam pernyataan
Saifuddin Zuhri bahwa KH Subchi mengatakan kepadanya sekitar tahun
1850 ketika sisa-sia bekas anak buah Pangeran Diponegoro menjadi
buronan Belanda, KH Subchi yang saat itu masih kecil digendong oleh
kakeknya berlari-lari menyembunyikan diri dari sergapan serdadu-
serdadu Belanda.135
C. Bambu Runcing dan santri sebagai perjuangan kemerdekaan
Nasionalisme dalam konteks memperjuangkan kemerdekaan
adalah semangat senasib sepenanggungan untuk memperjuangkan hak-
hak kemerdekaan. Heroisme mengusir penjajah adalah ungkapan paling
autentik serta bukti nyata semangat nasionalisme. 136 Dalam
mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia, banyak yang dilakukan
oleh para pejuang-pejuang terdahulu untuk memperoleh hasil yang
memuaskan. Sekitar tahun 1940an menjadi moment bersejarah bagi
134
Rijal Mumazziq, Menelusuri Jejak Laskar Diponegoro di Pesantren,
(Jember: Falsafah Vol.7 Nomor 1 Maret 2006, Jurnal STAI Al-Falah As-Sunniyah, hlm.
148 135
Saifuddin Zuhri, Guruku Orang-orang Dari Pesantren, hlm. 338-339. 136
Fariz Alniezar, Jangan Membosani Ajaran Islam, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2016), hlm. 199.
47
Indonesia, karena banyak dari daerah-daerah turut mempertahankan
kemerdekaan Indonesia dengan semangat perjuangan dan mampu
merampas senjata lawan. Seperti yang dikemukakan oleh Batara,
perebutan senjata dari Tentara Jepang di Surabaya dimulai sejak
pertengahan September 1945. Melihat bahwa Jepang sangat mengalah
terhadap Belanda dan bahkan memberikan berbagai fasilitas serta
pengawalan bagi pimpinan Belanda yang baru dilepaskan dari tawanan,
membuat kemarahan rakyat terhadap Tentara Jepang makin berkobar.
Kalangan pejuang Indonesai di Surabaya semakin kuat berprasangka
bahwa Jepang telah bekerja sama dengan sekutu untuk memberikan
peluang terhadap Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.137
Peristiwa penyerbuan dan perebutan senjata bejalan secara
dramatis dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Oktober terhadap para tentara
Jepang selama masa pendudukan.138 Ada banyak kejadian dan peristiwa
yang terkait dengan bambu runcing, baik yang berskala nasional maupun
yang berskala lokal. Kejadian tersebut dapat dipastikan terkait dengan
perjuangan perlawanan bersenjata. Sama halnya dengan kejadian yang
berada di daerah Parakan, Kabupaten Temanggung. Peristiwa Batuloyo
yang terjadi pada tahun 1945 masih terdapat banyak sisa-sisa tentara
Jepang yang lengkap dengan persenjataannya. Rakyat Temanggung
secara diam-diam menyusun pasukan gerilya, dengan maksud
menggempur dan melenyapkan tentara Jepang dari bumi Indonesia,
khususnya daerah Temanggung. Pada akhirnya pemuda-pemuda
Temanggung memperoleh informasi, bahwa Sembilan orang serdadu
Jepang akan melakukan perjalanan menuju Ngadirejo, maka dengan
cepat beberapa pemuda yang tergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat
(BKR) memberhentikan dan menyerang serdadu-serdadu Jepang pada
137
Batara R. Hutagalung, Serangan Umum 1 Maret 1949 dalam Kaleidoskop
Sejarag Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, Cet I, (Yogyakarta:
LKiS, 2010), hlm. 130. 138
Ibid. hlm. 131
48
saat lengah. Serangan mendadak tersebut dilancarkan tepatnya saat
sembilan serdadu Jepang telah memasuki Parakan. Peristiwa tersebut
menjadi awal tersiarnya penyepuhan Bambu Runcing di Parakan.139
Menurut Muhammad Asrof bahwa penyepuhan bambu runcing
sudah terdengar di berbagai wilayah nusantara. Tidak hanya di daerah
Temanggung dan sekitarnya saja, namun dari beberapa kota luar Jawa
pun rela jauh-jauh datang ke Parakan untuk meminta do’a kepada KH
Subchi, bahkan beberapa pahlawan nasional berkunjung ke Parakan
untuk menemui KH Subchi seperti Jendral Sudirman, Bung Tomo.140
Seperti yang telah sedikit diuraikan di atas, bahwa perjuangan
kemerdekaan juga tidak terlepas dengan adanya peran santri yang
notabennya hanya sebagai pelajar agama, namun santri terdahulu juga
memberika peran penting bagi kemerdekaan Indonesia. Berbicara
mengenai santri tentunya tidak akan bisa terlepas dengan adanya suatu
lembaga yang dinamakan pesantren. Bahkan tidak salah lagi jika bangsa
Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan juga tidak lepas atas
kontribusi dukungan dari para santri terdahulu. Mengungkapkan makna
santri, santri pada hakikatnya tidak hanya dimaknai sebatas seseorang
atau katakanlah pemuda yang sedang menuntut ilmu di pesantren. pada
tahun 1945 peristiwa resolusi jihad berlangsung saat perjuangan santri
dalam menjaga kemerdekaan bangsa Indonesia dengan cara melawan
agresi militer penjajah pada saat itu.141
Pendapat di atas juga dikuatkan oleh Zainul Muhlisin, bahwa
perjuangan santri dalam mempertahankan Indonesia dari penjajah juga
pernah dipimpin oleh Kyai Hasyim Asyari yang dengan berani melawan
139
Anasom, Kiai dan Bambu Runcing: “Mengungkap peran Kiai dan Bambu
runcing pada Masa Perang Kemerdekaan, hlm. 52. 140
Wawancara dengan Muhammad Asrof cicit KH Subchi pada tanggal 3
September 2018 pukul 12:40, di Kauman, Parakan. 141
Zidni Nafi, Menjadi Islam Menjadi Indonesia, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2018, hlm. 230
49
penjajah pada masa penjajahan. Banyak santri yang dengan berani tanpa
berpikir macam-macam dalam berjuang, yang ada dalam benak para
santri adalah “Hubbul wathan minal iman”, bahwa mencintai negara
mereka adalah sebagian dari iman.142
Ungkapan di atas juga dikuatkan oleh Ahmad Zaini Hasan,
mempelajari suatu peristiwa seperti adanya pemberontakan, kerusuhan
dan perlawanan yang dilakukan umat Islam dalam mempertahankan
kedaulatan negara, bahwa dalam pemerintah kolonial Belanda
menyimpulkan bahwa semua peristiwa itu digerakkan dan dipelopori
oleh pesantren.143
Menurut Fariz Alniezar jiwa kenasionalismenya kaum santri
tercermin dengan jelas betapa membela serta mencintai tanah air
merupakan sebagian dari keimanan. Perjuangan kaum santri dari
kalangan pesantren tidak bisa dikesampingkan dalam merebut
kemerdekaan, karena kaum santri juga ikut serta dalam mendirikan
Republik Indonesia.144
Perlawanan menghadapi para penjajah tidak hanya sampai pada
tahun 1908 saja, akan tetapi perlawanan terhadap penjajah juga
belangsung pada tahun 1940an yang terjadi di beberapa daerah di
Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa perjuangan dan perlawanan santri
terus berlangsung hingga menjelang awal kemerdekaan.
Dikemukakan dalam laporan hasil penelitian Adaby Darban
bahwa peralihan pendudukan Jepang ke tangan bangsa Indonesia
tepatnya di Temanggung tidaklah begitu mudah, sebab pihak penjajah
masih ingin berkuasa dan memiliki satu kompi tentara yang bersenjata
lengkap di daerah Temanggung.145
142
Zainul Muhlisin, hlm. 43. 143
Ahmad Zaini Hasan, Perlawanan dari Tanah Pengasingan: : Kiai Abbas,
Pesantren Buntet dan Bela Negara, (Yogyakarta: LKiS, 2014), hlm. 44. 144
Fariz Alniezzar, Jangan Membosani Ajaran Islam, hlm. 120. 145
Adaby Darban, “Sejarah Bambu Runcing”, hlm. 7.
50
Sementara dipihak bangsa Indonesia, daerah Temanggung yang
notabenya banyak bermukim para santri seperti yang telah dijelaskan
dalam bab sebelumnya bahwa sebagian masyarakat Temanggung yang
ada di dearah Parakan sebagian besar merupakan santri. Adaby Darban
juga menambahkan, bahwa di pihak bangsa Indonesia dalam menghadapi
peralihan kekuasaan tidak hanya tinggal diam. Pasukan Badan Keamanan
Rakyat (BKR) yang dipimpin oleh Bambang Sugeng dan Suyoto,
mengadakan gerakan pelucutan senjata terhadap pasukan kolonial Jepang
yang dipimpin Letnan Jamakawa.146
Konsolidasi kekuatan rakyat dalam menghadapi Jepang juga
dibantu oleh kalangan santri yang berada di daerah Parakan. Selain
adanya Badan Keamanan Rakyat (BKR) konsolidasi dalam mengahadapi
kekuatan Jepang juga dipelopori oleh KH Subchi yang juga seorang figur
santri. Tepatnya pada tanggal 30 Oktober 1945 diresmikan pembentukan
Barisan Muslimin Temanggung (BMT) yang sebelumnya diadakan
pertemuan147 di Masjid Kauman Parakan.148
Selain dibentuk susunan kepengurusan Barisan Muslimin
Temanggung, pertemuan tersebut juga menolak segala bentuk penjajahan
terhadap bangsa Indonesia.149 Kebulatan hati para ulama Temanggung
yang berada di Parakan mendapat sambutan dari badan perjuangan lain
yang ada di Karesidenan Kedu pada waktu itu.150
Delapan minggu setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia,
terjadi peperangan di Surabaya, untuk memobilisir dukungan umat Islam,
146
Ibid, hlm. 7. 147
Pertemuan tersebut dihadiri oleh beberapa kyai dan tokoh lainya
diantaranya, KH Subchi, KH Sumogunardho, KH Nawawi, KH Ali, KH Suwardi, KH
Abdurrahman, KH Sahid Baidawi, KH Ridwan, dan wakil dari pemerintah kabupaten
Temanggung Patih Sukewo. Lihat Adaby Darban, hlm. 8. 148
Ibid. hlm. 8. 149
Ibid. hlm. 8. 150
Ibid, hlm. 9.
51
KH Hasyim Asyari mengeluarkan fatwa untuk tetap mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia. Fatwa tersebut antara lain:
1. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945 wajib dipertahankan.
2. Republik Indonesia, sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah
harus dijaga dan ditolong.
3. Musuh Republik Indonesia yaitu Belanda yang kembali ke
Indonesia dengan bantuan Sekutu (Inggris) pasti akan
menggunakan cara-cara politik dan militer untuk menjajah
kembali Indonesia.151
151
Lathiful KH Subchiuluq, Fajar kebangkitan ulama biografi K.H Hasyim
Asy’ari, Cet. I (Yogyakarta: LKiS, 2000), hlm. 143.
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana daerah lain di Indonesia, Parakan Temanggung
juga tidak luput dari kesulitan-kesulitan hidup sebagai dampak dari
penjajahan Belanda hingga Jepang. Meskipun pada tanggal 17 Agustus
1945 kemerdekaan Republuk Indonesia telah diproklamirkan namun
kemerdekaan tersebut belum dirasakan masyarakat Parakan karena
kembalinya militer Belanda atas dukungan Sekutu. Pertempuran demi
pertempuran di daerah akhirnya berkobar mendukung pemerintahan baru
Indonesia. Kondisi demikian juga terjadi di seluruh tanah air termasuk
juga di daerah Parakan Temanggung. Anak-anak muda yang tergabung
dalam Tentara pelajar dan barisan laskar-laskar muda aktif turun ke garis
depan membantu Tentara Badan Keamanan Rakyat yang masih terbatas.
Kemerdekaan Indonesia bukan hanya hasil perjuangan para tokoh
utama sebagaimana tertulis dalam buku-buku sejarah resmi.
Kemerdekaan Indonesia juga ditopang oleh dukungan tokoh-tokoh lokal
di daerah mengikuti komando pusat untuk membantu mempertahankan
tiap jengkal wilayah Indonesia. Salah satunya tokoh daerah tersebut
adalah KH Subchi yang berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia di Parakan, Temanggung. Jejak kiprah KH Subchi sudah
tampak sejak aktifitasnya dalam kongres Sarekat Islam (SI) di
Temanggung. Sementara kiprahnya di bidang sosial adalah ikut
berkontribusi berdirinya organisasi NU di Temanggung.
Tidak semua tokoh mendukung perjuangan dengan berperang
fisik di garis depan. KH Subchi satu diantaranya, ia berperan merekrut
dan mempersiapkan anak-anak muda Parakan untuk menjadi milisi.
Bersama tokoh spiritual lain diantaranya KH Ali, KH Sumogunardho,
53
KH Nawawi dan bupati Temanggung, KH Subchi mendirikan gerakan
Barisan Muslimin Temanggung (BMT). KH Subchi melengkapi kesiapan
milisi ini dengan ritual do’a dan gemblengan spiritual. Beberapa
gemblengan spiritual bahkan dilakukan terbuka di halaman Masjid
Kauman Parakan. Selanjutnya milisi BMT dikirim garis depan melawan
militer Belanda.
54
B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian di lapangan, penulis
mendapatkan kesulitan atas kurangnya perhatian terhadap dokumentasi
dan peninggalan-peninggalan masa lalu dari KH Subchi. Sebagai saran,
untuk keluarga dari KH Subchi, penting untuk lebih memperhatikan
penyimpanan dokumen seerta membantu kegiatan riset sejarah atas jasa
KH Subchi. Saran untuk pemerintah agar memperhatikan jasa KH Subchi
serta aktif dalam usaha rekonstruksi sejarah perjuangan tokoh-tokoh kecil
dalam sejarah di wilayah kabupaten Temanggung.
55
Daftar Pustaka
Buku:
Alniezar, Fariz, 2016, Jangan Membosani Ajaran Islam, Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Amin, Samsul Munir, 2008, Karomah Para Kiai, Cetakan Pertama,
Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Anasom, 2010, Kiai dan Bambu Runcing: “Mengungkap peran Kiai
dan Bambu runcing pada masa perang kemerdekaan”,
Semarang: Balai penelitian dan pengembangan Agama.
BPS Temanggung dan Bagian Kesra Sekretaris Daerah
Temanggung, 2005, Profil Statistik dan Indikator Gender
Kabupaten Temanggung, Temanggung :BUMD Aneka
Usaha.
Burke, Peter, 2001, Sejarah dan Teori Sosial, terjemah Mestika Zed
dan Zulfami, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Carey, Peter, 2016, Kuasa Ramalan, Pangeran Diponegoro dan
akhiir Tatanan Lama di Jawa 1785-1855, Jakarta:
Gramedia.
Dahana, dkk, Indonesia dalam Arus Sejarah Pasca Revolusi, (PT
Ichtiar Baruvan Hoeve).
Dekker, Nyoman, 1980, Sejarah Revolusi Nasional, Cetakan
Pertama, Jakarta: Balai Pustaka,.
Daliman, Ahmad, 2012, Metode Penelitian Sejarah, Yogyakarta :
Ombak.
G. Moedjanto, 1988, Indonesia abad Ke-20 jilid I: Dari Kebangkitan
nasional Sampai Linggarjati, Kanius.
Gunardho , 1986, Muhaiminan, Bambu Runcing Parakan, Kota
Kembang, Yogyakarta.
56
Hutagalung, Batara R., 2010, Serangan Umum 1 Maret 1949 dalam
Kaleidoskop Sejarah Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia, Cetakan Pertama, Yogyakarta:
LKiS.
Kartodirdjo, Sartono, 2014, Pengantar Sejarah Indonesia Baru:
Sejarah Pergerakan Nasional, Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Khuluq, Lathiful, 2000, Fajar Kebangkitan Ulama Biografi K.H
Hasyim Asy’ari, Cetakan Pertama, Yogyakarta: LKiS.
Kuntowijoyo, 2003, Metodologi Sejarah, Edisi II, Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nuggroho Notosusanto, 1993,
Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta: Balai Pustaka.
M.C. Ricklefs, 1994, Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
-----------------, 2008, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008,
Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi.
M Abdul Mujib dkk, 2009, Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali,
Jakarta: Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika).
Nafi, Zidni, 2018, Menjadi Islam Menjadi Indonesia, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Pemerintah Temanggung, 2012, Kesaksian Progo Kisah Perjuangan
Rakyat Temanggung 1945-1950, (Temanggung: Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Temanggung.
Pranoto, Suhartono W., 2010, Teori dan Metodologi Sejarah,
Cetakan Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Saroyo, Djuliati, 2000, Eksploitasi Kolonial Abad XIV: Kerja Wajib
Karesidenan Kedu 1800-1890, Yogyakarta: Yayasan Untuk
Indonesia.
57
Sjamsuddin, Helius, 2012, Metodologi Sejarah, Yogyakarta :
Ombak.
Solikhin, Muhammad, 2010, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, Cetakan
Pertama, Yogyakarta: Narasi.
Suhartono, 2001, Sejarah Pergerakan Nasional, dari Budi Utomo
sampai Proklamasi 1908-1945, Ceakan kedua, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI).
Veyne, Paul, 1984, Writing History: Essay on Epistemology, terj.
Bhs. Prancis ,mina moore-rinvolucri, Middletown,connect,
Wesleyan Univercity Press.
Vickers, Adrian, 2011, Sejarah Indonesia Modern, Cetakan Pertama,
Yogyakarta: Insan Madani.
Zahra, Ahmad, 2004, Tradisi Intelektual NU, Cet. I, Yogyakarta:
LKis,.
Sumber Primer:
Syam’ani , Istahori, 1995, Sejarah Barisan Bambu Runing, Parakan,
17 Agustus.
Zuhri, Saifuddin, 2001, Guruku Orang-orang Dari Pesantren,
Yogyakarta: Pustaka Sastra LKiS.
Laporan Penelitian:
Darban , Ahmad Adaby, 1987-1988, Sejarah Bambu Runcing,
Yogyakarta: Laporan Penelitian, Fakultas Sastra UGM.
Skripsi:
Laela , Nur, 2014, Skripsi : Perjuangan Rakyat Parakan-
Temanggung dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Republik Indonesia (1945-1946), Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga.
58
Putri, Delta Lindina, 2014, Skirpsi : Kebijakan wajib pajak di
Temanggung Ken Masa Pendudukan Jepang 1942-1945,
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Jurnal :
Jurnal STAI Al-Falah As-Sunniyah , 2006, Rijal Mumazziq,
Menelusuri Jejak Laskar Diponegoro di Pesantren,
Jember: Falsafah Vol.7 Nomor 1.
Jurnal Sejarah Lontar, Yasmis, Jepang dan perjuangan
Kemerdekaan Indonesia, Vol. 4 No. 2 Juli-Desember
2007.
Millati, Journal of Islamic Studies and Humanities, Muhammad Ulil
Absor, Dinamika Ijtihad Nahdlatul Ulama (Analisis
Pergeseran Paradigma dalam Lembaga Bahtsul Masail
NU), Vol. 1 No. 2, DOI: 10.18326/millati.vlil.227-242,
Desember 2016.
Wawancara :
Muhammad Asrof (salah satu keturunan dari KH Subchi), pada hari
Selasa 1 Mei 2018 pukul 11:30.
Internet :
http://www.nu.or.id/post/read/65488/KH-subchi-parakan-kiai-
bambu-runcing-guru-jenderal-soedirman, Rabu, 3
Februari 2016, pukul 13.01, diakses pada hari Kamis 26
April 2018, pukul 12:52.
https://plus.google.com/collection/0gyclB, 11 Januari 2017, dan
diakses pada hari Kamis 26 April 2018 pukul 08:30.
60
DAFTAR LAMPIRAN
NO Lampiran Foto
1 LAMPIRAN 1 Makam KH Subkhi Kauman
Parakan
2 LAMPIRAN 2 Foto KH Subkhi
3 LAMPIRAN 3 Foto Pasukan Bambu Runcing
Parakan Temanggung
4 LAMPIRAN 4
Foto Jendral Soedirman dan
pasukan ketika tiba di Parakan
akan mengungjungi KH Subkhi
untuk meminta do’a
5 LAMPIRAN 5
Foto KH Subchi dan Bambu
Runcing yang digunakan sebagai
senjata perang
6 LAMPIRAN 6
Foto kondisi suasana markas
BMT yang sekarang menjadi
perkampungan warga
7 LAMPIRAN 7 Foto Ndalem KH Subchi di
kauman Parakan
8 LAMPIRAN 8 Foto gedung NU Parakan yang
sekarang menjadi sekolah MTs
64
Lampiran 4
Foto Jendral Soedirman dan pasukan ketika tiba di Parakan akan
mengungjungi KH Subkhi untuk meminta do’a
Sumber Arsip Kabupaten Temanggung
65
Lampiran 5
Foto KH Subchi dan Bambu Runcing yang digunakan sebagai senjata
perang
Foto Arsip Monumen Jogja Kembali (MONJALI)
66
Lampiran 6
Foto kondisi suasana markas BMT yang sekarang menjadi perkampungan
warga
Sumber pribadi
69
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae
I. Data Pribadi
1. Nama : Mei Rina Dewi Rahayu
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Magelang, 08 Mei 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Status Pernikahan : Belum Kawin
6. Warga Negara : Indonesia
7. Alamat KTP : RT: 02/RW: 05 Tepo Dlimas
Tegalrejo Magelang
8. Alamat Sekarang : Jl. KH. Asnawi Kecandran Sidorejo
Kota Salatiga Jawa Tengah
9. Nomor Telepon / HP : 085727123410
10. e-mail : [email protected]
11. Kode Pos : 56192
II. Pendidikan Formal :
Periode
(Tahun)
Sekolah / Institusi Alamat Jenjang
Pendidikan
2002 - 2008 SDN Dlimas Tegalrejo Magelang SD
2008 - 2011 SMP N 1 Tegalrejo Tegalrejo Magelang SMP
2011
-
2014 SMK Syubbanul
Wathon
Tegalrejo Magelang
SMK
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Magelang , 1 Oktober 2018
Mei Rina Dewi Rahayu