SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK …repository.stikes-bhm.ac.id/606/1/1.pdf ·...

174
SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK (HARI PERTAMA KEHIDUPAN) DENGAN MEDIA BOOKLETTERHADAPPENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBURDI DESA SUMOROTO Oleh: NADIA ISTIBAKHATI NIM: 201503078 PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN TAHUN 2019

Transcript of SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK …repository.stikes-bhm.ac.id/606/1/1.pdf ·...

  • SKRIPSI

    PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK

    (HARI PERTAMA KEHIDUPAN) DENGAN MEDIA

    BOOKLETTERHADAPPENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA

    USIA SUBURDI DESA SUMOROTO

    Oleh:

    NADIA ISTIBAKHATI

    NIM: 201503078

    PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    TAHUN 2019

  • ii

    SKRIPSI

    PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK

    (HARI PERTAMA KEHIDUPAN) DENGAN MEDIA

    BOOKLETTERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP

    WANITA USIA SUBURDI DESA SUMOROTO

    Diajukan untuk memenuhi

    Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

    Oleh:

    NADIA ISTIBAKHATI

    NIM: 201503078

    PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    TAHUN 2019

  • iii

  • iv

  • v

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    Segala puji kupersembahkan kepada sang pemberi nikmat dan karunia Allah

    SAW, serta sujud syukur ku panjatkan kepada-Mu atas takdir-Mu menjadikan

    manusia senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga karya

    kecilku ini menjadi langkah awal untuk meraih cita-citaku. Kupersembahkan

    karya kecilku ini untuk:

    1. Ibu dan adik saya yang senantiasa memberikan doa dan semangat, mulai awal

    hingga tiada akhir. Terimakasih untuk pelajaran hidup yang kalian berikan

    yang menguatkan hati dan belajar untuk selalu bersyukur dengan keadaan.

    2. Dosen pembimbing, penguji dan dosen pengajar.

    Ibu Riska Ratnawati S.KM. M.Kes selaku pembimbing 1.

    Ibu Avicena Sakufa Marsanti S.KM., M.kes selaku pembimbing 2.

    Ibu Hanifah Ardiani, S.KM,.M.KM selaku ketua penguji skripsi.

    Terimakasih atas bimbingan dan kesabaran yang luar biasa, nasihat serta masukan

    yang sangat membangun sehingga terselesainya karya kecil saya ini. Tak lupa

    ucapan terimakasih yang paling dalam untuk dosen-dosen pengajar yang tidak

    kenal lelah dalam memberikan ilmu dan pengalaman serta nasehat yang tak

    ternilai harganya.

    3. Sahabat-sahabat saya One, Safira, Ifa, Aldela, dan Dema yang selama 4 tahun

    ini telah mewarnai hidup saya, selalu memberi dukungan semangat, dan

    bantuan tidak hanya untuk karya kecil saya, namun lebih dari itu. Saya

    bersyukur dipertemukan dengan kalian, dan saya sangat sayang dengan kalian.

  • vi

    Begitupun juga dengan teman-teman SKM B dan teman-teman peminatan

    PKIP yang telah memberikan warna yang berbeda untuk hidup saya,

    memberikan pengalaman unik dan terkenang. Namun, melihat kalian sukses

    membuat semangat ini semakin membara untuk menyelesaikan karya kecil ini

    dan menyusul kalian ketangga kesuksesan. Untuk teman-teman organisasi

    HIMPHA terimakasih atas pengalaman dan kepercayaan yang diberikan.

    4. Dan terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang tidak bisa saya

    sebutkan satu persatu yang telah membantu pembuatan karya kecil ini.

    Nadia Istibakhati

  • vii

  • viii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Nadia Istibakhati

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 27 Agustus 1996

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. Semeru No. 33 KelurahanNologaten

    Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1. TK BustanulAthfal „AisyiyahNologaten (2002-2003)

    2. SD Negeri 2 Nologaten (2003-2009)

    3. SMP Negeri 6 Kec. Ponorogo (2009-2012)

    4. SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (2012-2015)

    5. Tahun 2015 hingga sekarang menempuh Pendidikan S1 Kesehatan

    Masyarakat di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Peminatan

    Promosi Kesehatan

    mailto:[email protected]

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas semua berkat dan rahmat-Nya sehingga

    dapat terselesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Gizi Seimbang

    1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) Dengan Media Booklet Terhadap

    Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur Di Desa Sumoroto”, sebagai salah satu

    syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program

    Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

    Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena

    itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

    1. Bapak Sidi selaku Kepala Desa Sumoroto yang telah memberikan izin

    untuk melakukan penelitian di Desa Sumoroto.

    2. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes. (Epid) selaku Ketua STIKES

    Bhakti Husada Mulia Madiun.

    3. Ibu Avicena Sakufa.M, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi

    Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun sekaligus

    pembimbing II yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun

    Skripsi dan memberikan bimbingan dengan setulus hati sehingga Skripsi

    ini dapat terselesaikan.

    4. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM,.M.KM selaku ketua dewan penguji skripsi.

    5. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes selaku pembimbing I yang telah

    memberikan kesempatan untuk menyusun Skripsi dan memberikan

  • x

    bimbingan dengan setulus hati sehingga tugas Skripsi ini dapat

    terselesaikan.

    6. Keluargaku atas dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga

    Skripsi dapat terselesaikan.

    7. Sahabat-sahabatku, rekan seangkatan dan pihak-pihak terkait yang

    banyak membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

    Penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis

    mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan pada skripsi ini

    agar lebih baik daripada sebelumnya.

    Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah

    diberikan.

    Madiun, Agustus 2019

    Nadia Istibakhati

  • xi

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2019

    ABSTRAK

    Nadia Istibakhati

    PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK (HARI

    PERTAMA KEHIDUPAN) DENGAN MEDIA BOOKLET TERHADAP

    PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR (Studi Kasus di

    Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo)

    151 Halaman+ 19 tabel+ 5 gambar+ 23 lampiran

    Latar Belakang : Desa Sumoroto merupakan desa dengan angka kejadian BBLR

    tertinggi di bandingkan desa yang lain di wilayah kerja Puskesmas Kauman.

    Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi 1000 HPK, maka

    salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu pendidikan gizi seimbang 1000 HPK

    dengan media booklet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

    pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan media booklet terhadap pengetahuan

    dan sikap wanita usia subur.

    Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakandesain one group pretest

    posttest. Sampel berjumlah 96 orang dengan sasaran wanita usia subur. Media

    yang digunakan yaitu booklet dan metode yang digunakan yaitu ceramah. Analisis

    data menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf signifikan 0,05

    Hasil: Positive ranks variabel pengetahuan sebesar 93, sedangkan variabel sikap

    sebesar 92. Ties variabel pengetahuan sebesar 3, sedangkan variabel sikap sebesar

    4. Hasil P value variabel pengetahuan dan sikap masing-masing sebesar 0,000 < α

    (0.05)

    Kesimpulan : Terdapat pengaruh pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan

    media booklet terhadap pengetahuan dan sikap wanita usia subur.

    Kata kunci : Pendidikan gizi seimbang, 1000 Hari Pertama

    Kehidupan, booklet, pengetahuan, sikap

    Kepustakaan : 41 (2009-2019)

  • xii

    PUBLIC HEALTH STUDIES PROGRAM

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2019

    ABSTRACT

    NADIA ISTIBAKHATI

    KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF FERTILE WOMEN AFFECTED

    BY EDUCATION BALANCED NUTRITION 1000 HPK (THE FIRST

    DAYS OF LIFE) BY THE BOOKLETS (a case study in Sumoroto Village,

    Subdistrict Kauman, Ponorogo)

    151 Pages+ 19 tables+ 5 pictures+ 23 attachment

    Background: Sumoroto is the village with the highest BBLR incidence compared

    to other villages in the KaumanPuskemas working area. To do prevention and

    control of 1000 HPK nutritional problem, one of the efforts can do is 1000 HPK

    balanced nutrition education by booklet media. This study aims to determine the

    effect of 1000 HPK balanced nutrition education by booklet media on the

    knowledge and women attitudes of fertile age.

    Research methods: The study has been used one group pretest postest design.

    The sample was 96 people targeting fertile woman. The media used are booklets

    and the methods used are lectures. Data analysis used wilcoxon test with a

    significant level 0,05.

    The results: Positive ranks knowledge variable was 93, while attitude variable

    was 92. Ties knowledge variable was 3, while attitude variable was 4. Results P

    value of knowledge and attitude variables were 0.000 < α (0.05). Conclusion: There is an influence of 1000 HPK balanced nutrition education by

    booklet media on the knowledge and women attitudes of fertile age.

    Keywords : education balanced nutrition, the 1000 first Day of life,

    booklet, knowledge, attitude

    Bibliography : 41 (2009-2019)

  • xiii

    DAFTAR ISI

    Sampul Depan ............................................................................................... i

    Sampul Dalam ............................................................................................... ii

    Lembar Persetujuan ....................................................................................... iii

    Lembar Pengesahan ....................................................................................... iv

    Lembar Persembahan ...................................................................................... v

    Halaman Pernyataan ...................................................................................... vii

    Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... viii

    Kata Pengantar ............................................................................................... ix

    Abstrak ........................................................................................................... xi

    Abstract .......................................................................................................... xii

    Daftar Isi ........................................................................................................ xiii

    Daftar Tabel ................................................................................................... xvi

    Daftar Gambar ............................................................................................... xvii

    Daftar Lampiran ............................................................................................ xviii

    Daftar Singkatan ............................................................................................ ix

    Daftar Istilah ................................................................................................... xx

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 RumusanMasalah .......................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6

    1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 6 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 6

    1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 7 1.4.1 ManfaatBagi Puskesmas .................................................... 7 1.4.2 ManfaatBagiPeneliti .......................................................... 7 1.4.3 ManfaatBagi STIKES Bhakti Husada Mulia ...................... 8 1.4.4 ManfaatBagiMasyarakat .................................................... 8 1.4.5 ManfaatBagiPenelitiBerikutnya ......................................... 8

    1.5 KeaslianPenelitian ......................................................................... 8

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pendidikan Gizi ............................................................................. 10 2.2 Gizi Seimbang ............................................................................... 15

    2.2.1 Gizi Seimbang pada Ibu Hamil .......................................... 19 2.2.2 Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui ..................................... 22 2.2.3 Gizi Seimbang padaBayi 0-6 bulan .................................... 24 2.2.4 Gizi Seimbang padaBayi 6-24 bulan .................................. 25

    2.3 Seribu Hari Pertama Kehidupan ..................................................... 26 2.4 Booklet .......................................................................................... 29 2.5 Pengetahuan .................................................................................. 31

    2.5.1 Tingkat Pengetahuan .......................................................... 31

  • xiv

    2.5.2 Faktor yang DapatMempengaruhiPengetahuan ................... 34 2.6 Sikap ............................................................................................. 36

    2.6.1 Komponen Sikap................................................................ 36 2.6.2 Tingkatan Sikap ................................................................. 37 2.6.3 Faktor-faktor yang MempengaruhiSikap ............................ 38 2.6.4 PengukuranSikap ............................................................... 40

    2.7 WanitaUsiaSubur........................................................................... 42 2.8 KerangkaTeori ............................................................................... 44

    BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 KerangkaKonseptual ..................................................................... 45 3.2 Hipotesa Penelitian ........................................................................ 46

    BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 DesainPenelitian ............................................................................ 47 4.2 PopulasidanSampel........................................................................ 48

    4.4.1 Populasi ............................................................................. 48 4.4.2 Sampel ............................................................................... 48

    4.3 Teknik Sampling ........................................................................... 49 4.4 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................. 51 4.5 VariabelPenelitiandanDefinisiOperasional ..................................... 53

    4.5.1 VariabelPenelitian .............................................................. 53 4.5.2 DefinisiOperasional ........................................................... 54

    4.6 InstrumenPenelitian ....................................................................... 57 4.6.1 UjiValiditas........................................................................ 58 4.6.2 UjiReliabilitas .................................................................... 60 4.6.3 Uji Media ........................................................................... 61

    4.7 LokasidanWaktuPenelitian ............................................................ 64 4.7.1 LokasiPenelitian ................................................................ 64 4.7.2 WaktuPenelitian ................................................................. 64

    4.8 Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 65 4.8.1 Cara Pengumpulan Data ..................................................... 65 4.8.2 Sumber Data ...................................................................... 66 4.8.3 Proses Pengolahan Data ..................................................... 67

    4.9 TeknikAnalisis Data ...................................................................... 68 4.9.1 Analisis Univariat .............................................................. 68 4.9.2 Analisis Bivariat ................................................................ 68

    4.10 EtikaPenelitian .............................................................................. 70

    BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 73 5.2 Hasil Penelitian ............................................................................. 74

    5.2.1 Analisis Univariat .............................................................. 74 5.2.2 Uji Normalitas .................................................................... 77 5.2.3 Analisis Bivariat ................................................................. 79

  • xv

    5.3 Pembahasan .................................................................................. 82 5.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 95

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 96

    6.2 Saran ......................................................................................................... 97

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99

    LAMPIRAN .................................................................................................. 103

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................... 9

    Tabel2.1 SkoringPadaSkalaLikert ....................................................................... 42

    Tabel 4.1 Definisi Operasional ....................................................................... 55

    Tabel 4.2 Data Validitas Variabel Pengetahuan ............................................... 59

    Tabel 4.3 Data Validitas Variabel Sikap .......................................................... 59

    Tabel 4.4 Data Reliabilitas Variabel Pengetahuan ........................................... 60

    Tabel 4.5 Data Reliabilitas Variabel Sikap ...................................................... 61

    Tabel 4.6 Hasil Uji Media Booklet Gizi Seimbang 1000 HPK......................... 62

    Tabel 4.7 Tabel Waktu Penelitian .................................................................. 64

    Tabel 5.1 Data Distribusi Umur Responden .................................................... 74

    Tabel 5.2 Data Statistik Umur Responden ....................................................... 75

    Tabel 5.3 Data Distribusi Pendidikan Responden ............................................ 75

    Tabel 5.4 Rata-Rata Skor Pengetahuan ........................................................... 76

    Tabel 5.5 Rata-Rata Skor Sikap ...................................................................... 77

    Tabel 5.6 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan ......................................... 78

    Tabel 5.7 Distribusi Hasil Normalitas Sikap .................................................... 78

    Tabel 5.8Hasil Ranks Uji Wilcoxon Pengetahuan Dan Sikap .......................... 80

    Tabel 5.9 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Variabel Pengetahuan ......................... 81

    Tabel 5.10 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Variabel Sikap .................................. 81

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Kerangka Teori ........................................................................... 44

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 45

    Gambar 4.1. Rancangan Penelitian ................................................................. 47

    Gambar 4.2. Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 51

    Gambar 5.1 Peta lokasi penelitian .................................................................. 73

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Permohonan Data Awal .................................................. 103

    Lampiran 2 Surat Izin Penelitian STIKES ................................................... 104

    Lampiran 3 Surat Izin Penelitian KESBANGPOL ....................................... 105

    Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian ......................................... 106

    Lampiran 5 Form Audiens Seminar Proposal .............................................. 107

    Lampiran 6 Informed Consent ........................................................................ 109

    Lampiran 7 Lembar Kisi-Kisi KuesionerPenelitian ..................................... 110

    Lampiran 8 LembarKuesionerPretest ............................................................. 112

    Lampiran 9 LembarKuesionerPost-test .......................................................... 114

    Lampiran 10 LembarUji Media ..................................................................... 116

    Lampiran11 Lembar SAP ............................................................................ 117

    Lampiran 12 Lembar POA ............................................................................ 121

    Lampiran 13 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi ..................................... 122

    Lampiran 14 Desain Cover Booklet ............................................................... 123

    Lampiran 15 Isi Materi Booklet ..................................................................... 124

    Lampiran 16 Output Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .................................. 126

    Lampiran 17 Data Primer Hasil Kuesioner Pengetahuan ............................... 135

    Lampiran 18 Data Primer Hasil Kuesioner Sikap .......................................... 138

    Lampiran 19 Output Hasil Normalitas Data .................................................. 141

    Lampiran 20 Output Hasil Uji WilcoxonPengetahuan ................................... 143

    Lampiran 21 Output Hasil Uji Wilcoxon Sikap ............................................. 145

    Lampiran 22 Dokumentasi ............................................................................ 147

    Lampiran 23 Penentuan Kelas Interval .......................................................... 150

  • xix

    DAFTAR SINGKATAN

    ASI : Air SusuIbu

    AKG : AngkaKecukupanGizi

    Baduta : BawahDuaTahun

    BBLR : BeratBadanLahirRendah

    HPK : HariPertamaKehidupan

    IMT : IndeksMasaTubuh

    ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut

    KEK : KurangEnergiKronis

    KEMENKES : KementerianKesehatan

    KESMAS : KesehatanMasyarakat

    KIA : KesehatanIbudanAnak

    KIE : Komunikasi, InformasidanEdukasi

    KMS : KartuMenujuSehat

    MP ASI : MakananPendamping Air SusuIbu

    NTD :Neural Tube Defect

    PGS : PedomanGiziSeimbang

    PJT : PertumbuhanJaninTerhambat

    PMT : PemberianMakananTambahan

    PUSKESMAS : PusatKesehatanMasyarakat

    RISKESDAS : RisetKesehatanDasar

    SDM : SumberDayaManusia

    UNICEF : United Nations Children's Fund

    WHO : World Health Organization

    WUS : WanitaUsiaSubur

  • xx

    DAFTAR ISTILAH

    Audio Visual Aids : Alat bantu yang mengkombinasikan antara

    gambar dan suara.

    Booklet : Sebuah buku yang biasanya digunakan sebagai

    media untuk menampilkan berbagai produk dan

    jasa suatu perusahaan.

    Continum of care : Asuhan berkesinambungan

    Cross sectional : Studi untuk merumuskan hipotesis hubungan

    kausal secara serentak.

    Dependen : Terikat

    Enabling : Faktorpemungkin

    Independen : Bebas

    Multiple Choice Test : Pilihanganda

    Neural Tube Defect : Neural Tube Defect (NTD) adalah cacat bawaan

    yang timbul akibat tidak sempurnanya penutupan

    tabung saraf selama pertumbuhan embrional.

    Neurotransmiter : Senyawa organik endogenus membawa sinyal di

    antara neuron.

    Non Probability Sampling : Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

    peluang sama bagi populasi

    Post-test : Suatu pengukuran atau evaluasi yang dilakukan

    di akhir untuk memperoleh informasi tentang

    hasil yang telah dicapai

    Pretest : Suatu pengukuran atau evaluasi yang dilakukan

    di awal untuk memperoleh informasi awal

    tentang sesuatu

    Purposive Sampling : teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

    tertentu.

    Reliability : Dapatdiandalkan

    Reinforcing : Faktorpenguat

    Scientific attitude : Sikapilmiah

    Stunting : Sebuah kondisi di mana tinggi badan jauh lebih

    pendek dibandingkan tinggi badan orang

    seusianya.

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Gizi yang baik menjadi landasan bagi setiap individu untuk mencapai

    potensi maksimal yang dimilikinya. Periode 1000 HPK (Hari Pertama

    Kehidupan) merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup anak

    di masa yang akan datang, dimana akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada

    masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Perbaikan gizi

    dilakukan melalui pendekatan continuum of caredengan fokus pada 1000 HPK

    yaitu mulai dari masa kehamilan sampai dengan anak berusia 2

    tahun(Kemenkes, 2019).

    Prevalensi penyakit defisiensi zat gizi makro dan mikro di seluruh dunia

    meningkat dengan drastis hingga menempatkan masalah gizi menjadi salah

    satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius, terutama pada

    kelompok rawan gizi, salah satunya ibu hamil dan anak bawah dua tahun

    (Baduta). Hal ini sangat membutuhkan penanganan yang komprehensif dan

    dimulai dari asuhan gizi pada kehamilan. Defisiensi harus dianggap sebagai

    penyakit dan faktor risiko status gizi serta penyakit lainnya (Sudargo, 2018).

    Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kemenkes 2017, prevalensi balita

    stunting sebesar 29,6% sedangkan menurut Riskesdas pada tahun 2018

    meningkat menjadi 30,8%. Pada kelompok umur Baduta, persentase stunting

    mengalami penurunan dari 20,1% pada tahun 2017 menjadi 29,9% pada tahun

  • 2

    2018. Persentase gizi kurang juga mengalami penurunan dari 17,8%menjadi

    17,7%, sedangkan gizi lebih pada balita tahun 2017 sebesar 4.6%kemudian

    meningkat menjadi 8,0% di tahun 2018. Cakupanbayi mendapat ASI eksklusif

    pada tahun 2017 sebesar 61,33%, sedangkan pada tahun 2018 menurun

    menjadi 37,3%. Proporsi risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil

    tahun 2017 yaitu sebesar 14,8%, kemudian meningkat pada tahun 2018

    menjadi17,3%(Riskesdas, 2018).

    Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, bahwa masih banyak

    permasalahan gizi yang terjadi pada periode 1000 HPK di Kabupaten

    Ponorogo. Pada tahun 2017 persentase kejadian stunting pada balita di

    Kabupaten Ponorogo yaitu sebesar 21,72% sedangkan pada tahun 2018

    meningkat sebesar 25,1%. Kejadian anemia pada ibu hamil yaitu sebesar 33%

    kemudian menurun sebesar 25,5% pada tahun 2018. Angka kejadian BBLR

    pada tahun 2017 sebesar 4,58% kemudian meningkat menjadi 4,61% pada

    tahun 2018(Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten

    Ponorogo, 2018). Sedangkan menurut data dari Puskesmas Kauman, angka

    kejadian anemia pada ibu hamil pada tahun 2017yaitu sebesar 1,47%,

    kemudian meningkat menjadi 1,5% pada tahun 2018. Angka kejadian BBLR

    juga mengalami kenaikan dari 6,7% di tahun 2017 kemudian menjadi 7,7% di

    tahun 2018(Bidang KIA Puskesmas Kecamatan Kauman, 2018).

    Permasalahan-permasalahan gizi akan berdampak serius terhadap kualitas

    sumber daya manusia (SDM). Permasalahan gizi yang dimaksud antara lain

    kegagalan pertumbuhan pada awal kehidupan seperti berat badan lahir rendah

  • 3

    (BBLR), balita pendek, kurus dan gemuk, yang akan berdampak pada

    pertumbuhanselanjutnya. Anak yang kekurangangizi nantinya bisa mengalami

    hambatan kognitif dan kegagalan pendidikan, sehingga berdampak pada

    rendahnya produktivitas di masa dewasa.Kurang gizi yang dialamipada awal

    kehidupan juga berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang

    berujung pada kejadian penyakit tidak menularpada usia dewasa, seperti

    diabetes type II, stroke, penyakit jantung dan lainnya.Salah satu kebijakan

    nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat tertuang dalam Undang-

    Undang nomor 36 tahun 2009, bahwa upaya perbaikan gizi ditujukan untuk

    peningkatan mutu gizi perorangan dan masyarakat (Kesmas Kemenkes, 2018).

    Masalah gizi pada balita dapat munculkarena beberapa faktor yaitu

    penyebablangsung, tidak langsung, akar masalah danpokok masalah. Masalah

    gizi berawal darikekurangan nutrient yang spesifik ataukarena diet yang tidak

    adekuat atau karenakomposisi proporsi makanan yangdikonsumsi tidak tepat.

    Penyebab langsungyaitu asupan makan yang kurang danpenyakit infeksi yang

    diderita balita.Balita yang mendapat asupan makananyang cukup tetapi sering

    menderita penyakitinfeksi misalnya diare, akhirnya dapatmenderita

    kekurangan gizi. Sebaliknyabalita yang tidak cukup makan dapatmelemahkan

    daya tahan tubuhnya(imunitas), menurunkan nafsu makan danmudah terserang

    infeksi, sehingga akhirnyajuga dapat terjadi kekurangan gizi.Penyebab tidak

    langsung diantaranyapengetahuan ibu, ketersediaan pangan, polaasuh,

    pelayanan kesehatan, dan lainnya.Faktor tidak langsung ini saling

  • 4

    berkaitandan bersumber pada akar masalah yaitupendidikan, dan ekonomi

    keluarga (Sulistianingsih, 2015).

    Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 42

    tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus

    pada 1000 hari pertama kehidupan. Gerakan ini mengedepankan upaya

    bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi

    dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi

    untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada 1000 HPK

    (Kemenkes 2016).Pelaksanaan gerakan ini terdiri dari intervensi gizi spesifik

    dan intervensi gizi sensitif.Intervensi gizi spesifik adalah upaya untuk

    mencegah dan mengurangi masalah gizi secara langsung.Kegiatan ini pada

    umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Kegiatan yang dilakukan antara

    lain berupa imunisasi, PMT ibu hamil dan balita di posyandu. Sasaran yang

    ingin dicapai khusus kelompok 1000 HPK (ibu hamil, ibu menyusui dan anak

    0 – 23 bulan).Sedangkan intervensi gizi sensitif merupakan kegiatan yang

    dilakukan di luar sektor kesehatan namun secara khusus dan terpadu memiliki

    dampak sensitif terhadap 1000 HPK seperti pendidikan gizi dan kesehatan,

    fortifikasi pangan, dan sebagainya (Rosha et al., 2016 ).

    Wilayah kerja Puskesmas Kauman merupakan wilayah dengan angka

    kejadian BBLR paling tinggi dibandingkan dengan puskesmas lain yang ada

    di Kabupaten Ponorogo. Angka kejadian BBLRpada tahun 2018 yaitu sebesar

    31 kejadian BBLR dengan persentase sebesar 6,62% dari total kejadian

    sebesar 468 di Kabupaten Ponorogo.Peneliti memilih tempat penelitian

  • 5

    berdasarkan salah satu fokus masalah gizi pada 1000 HPK yaitu kejadian

    Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)paling tinggi di wilayah kerja Puskesmas

    Kauman. Dari wilayah kerja Puskesmas Kauman, Desa Sumoroto merupakan

    satu-satu nya desa dengan angka kejadian BBLR tertinggi di bandingkan desa-

    desa yang lain dengan angka kejadian sebesar 10 kejadian BBLR(Bidang KIA

    Puskesmas Kecamatan Kauman, 2018).

    Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi pada

    1000 HPK terutama kejadian BBLR di desa Sumoroto, maka salah satu upaya

    yang dapat dilakukan yaitu melalui pendidikan kesehatan berupa pendidikan

    gizi seimbang 1000 HPK. Seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo,

    bahwa pendidikan kesehatan merupakan sarana informasi yang sangat intensif

    dan juga efektif dalam usaha untuk meningkatkan aspek kesehatan yang masih

    tertinggal di suatu tempat (Notoatmodjo, 2010). Sasaran dalam pemberian

    edukasi ini yaitu wanita usia subur di desa Sumoroto, Kecamatan Kauman.

    Peranseorang wanita yang berkaitan dengan kedudukannya dalam keluarga,

    berperan penting dalam memelihara kesehatan keluarga, menyiapkan makanan

    bergizi setiap hari dan bertanggungjawab terhadap sanitasi rumah tangga juga

    menciptakan pola hidup sehat jasmani, rohani dan sosial.Bagi wanita usia

    subur terutama yang tengah mempersiapkan kehamilan, penting bagi mereka

    untuk mengetahui gizi seimbang mulai dari awal kehamilan sampai anak usia

    dua tahun agar bayi lahir sehat serta terhindar dari berbagai masalah gizi

    (Wahyuni, 2015).

  • 6

    Berdasarkaninformasi dari pemegang program gizi Puskesmas Kauman,

    bahwa WUS di desa Sumorotopernahdiberikan pendidikan terkait gizi

    seimbangdengan media leaflet oleh tenaga kesehatan melalui posyandu namun

    belum pernah dilakukan penyuluhan menggunakan media booklet, oleh karena

    itu peneliti akan menguji pengaruh media booklettersebut melalui

    penyuluhan.Berdasarkan uraian masalah diatas, peneliti tertarik untuk

    melakukan penelitian terkait pengaruh pendidikan gizi seimbang pada 1000

    HPK dengan media bookletterhadap pengetahuan dan sikap WUS di Desa

    Sumoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya maka

    penelititertarik untuk melakukan sebuah penelitian yaitu “Apakah

    terdapatpengaruh pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan media booklet

    terhadap pengetahuan dan sikap WUS di Desa Sumoroto?”.

    1.3 Tujuan Penulisan

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi seimbang 1000 HPK

    dengan media booklet terhadap pengetahuan dan sikap WUS.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Mengidentifikasi pengetahuan WUS terhadap gizi seimbang 1000

    Hari Pertama Kehidupan sebelum diberikan pendidikan gizi

    seimbang.

  • 7

    2. Mengidentifikasi sikap WUS terhadap gizi seimbang 1000 Hari

    Pertama Kehidupan sebelum diberikan pendidikan gizi seimbang.

    3. Mengidentifikasi pengetahuan WUS terhadap gizi seimbang 1000

    Hari Pertama Kehidupan sesudah diberikan pendidikan gizi

    seimbang.

    4. Mengidentifikasi sikap WUS terhadap gizi seimbang 1000 Hari

    Pertama Kehidupan sesudah diberikan pendidikan gizi seimbang.

    5. Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan gizi seimbang

    dengan media bookletterhadap pengetahuan pada WUS di Desa

    Sumoroto.

    6. Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan gizi seimbang

    dengan media bookletterhadap sikap pada WUS di Desa Sumoroto.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 ManfaatBagi Puskesmas

    Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi Puskesmas Kauman

    khususnyayang berkaitan dengan program penanggulangan masalah

    gizi pada 1000 HPK sehingga nanti nya dapat mengurangi angka

    kejadian BBLR dan masalah-masalah gizi lainnya.

    1.4.2 ManfaatBagi Peneliti

    Menambah pengetahuan, ketrampilan, dan mengaplikasikan ilmu

    kesehatan masyarakat yang telah didapatkan selama perkuliahan, serta

  • 8

    membuka wawasan peneliti untuk lebih peka terhadap permasalahan

    kesehatan terutama mengenaimasalah gizi pada periode 1000 HPK.

    1.4.3 ManfaatBagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

    Mengetahui permasalahan-permasalahan gizi pada 1000 HPK,

    pencegahan dan penanggulangan nya serta dapat menjadi bahan kajian

    pengembangan penelitian tentang pengaruh pendidikan gizi seimbang

    pada 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap WUS.

    1.4.4 ManfaatBagi Wanita Usia Subur (WUS)

    Wanita Usia Subur dapat mengambil manfaat dari pendidikan gizi

    seimbang yang diberikanoleh peneliti sehingga dapat meningkatkan

    pengetahuan dan sikap terutama terkait dengan pendidikan gizi

    seimbang 1000 HPK.

    1.4.5 ManfaatBagi Peneliti Berikutnya

    Bagipeneliti berikutnya semoga dapat menambah sumber referensi

    dan acuan dalam membantu melakukan penelitian, dan dapat

    mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat.

  • 9

    1.5 Keaslian Penelitian

    Berikut adalah hasil review dari beberapa penelitian terdahulu yang

    mendukung penelitian ini berkaitan dengan pengaruh pendidikan gizi

    seimbang pada 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap WUS.

    Tabel 1.1 Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

    dilakukan

    Peneliti Terdahulu

    Peneliti

    Sekarang

    Pembeda Raden Isfi Fathy

    Asfia

    N.A.Shofiyyatunnisa

    ak

    Mentari Olivia

    Fatharanni

    Nadia

    Istibakhati

    Judul Keterkaitan

    Pengetahuan,

    Sikap, dan Persepsi

    1000 HPK dengan

    Tingkat Kecukupan

    Gizi dan Status

    Gizi Calon

    Pengantin Wanita.

    Hubungan Perilaku

    Ibu tentang 1000

    Hari Pertama

    Kehidupan dengan

    Status Gizi Baduta

    di Wilayah Pedesaan

    Hubungan

    Pengetahuan,

    Sikap dan Perilaku

    Mengenai Gizi

    Seimbang dengan

    Status Gizipada

    Wanita Usia

    Subur di

    Kecamatan

    Terbanggi Besar

    Kabupaten

    Lampung Tengah

    Pengaruh

    Pendidikan Gizi

    Seimbang 1000

    HPK dengan

    Media Booklet

    terhadap

    Pengetahuan

    dan Sikap

    Wanita Usia

    Subur di Desa

    Sumoroto

    Tahun 2017 2016 2017 2019

    Tempat KUA Kabupaten

    Bogor.

    Desa Gunung Geulis

    Kecamatan Sukaraja

    Kabupaten Bogor.

    Kecamatan

    Terbanggi Besar,

    Kabupaten

    Lampung Tengah

    Desa Sumoroto,

    Kecamatan

    Kauman.

    Variabel

    dependen

    Asupan zat gizi,

    status gizi

    Status gizi Status gizi Pendidikan gizi

    seimbang 1000

    HPK.

    Variabel

    Indepen-

    den

    Pengetahuan,sikap,

    persepsi.

    Pengetahuan, sikap,

    praktik.

    Pengetahuan,

    sikap dan perilaku

    Pengetahuan

    dan sikap.

    Desain

    studi

    Cross sectional Cross sectional Cross sectional Pra Eksperimen

    study tipe one

    group pretest

    posttest design.

  • 10

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1Pendidikan Gizi

    Pendidikan kesehatan didefiniskan sebagai usaha atau kegiatan untuk

    membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan

    kemampuan perilaku mereka, untuk mencapai tingkat kesehatannya secara

    optimal. Pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan mempunyai sedikit

    perbedaan yaitu pada penekanannya saja. Pendidikan kesehatan dalam

    mencapai perubahan perilaku masyarakat ditekankan pada faktor predisposisi,

    dengan pemberian informasi atau peningkatan pengetahuan dan sikap.

    Sedangkan, promosi kesehatan merupakan upaya perubahan perilaku hidup

    sehat masyarakat, tidak hanya ditujukan pada faktor predisposisi atau

    peningkatan pengetahuan dan sikap saja, tetapi juga terhadap faktor yang lain,

    yakni enabling (pemungkin), dan reinforcing (penguat) (Notoatmodjo, 2011).

    Pendidikan gizi pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku

    individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan atau dalam

    mempertahankan gizi tetap baik. Pendidikan Gizi Masyarakat atau dalam

    bahasa operasionalnya disebut KIE(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Gizi,

    bertujuan untuk menciptakan pemahaman yang sama tentang pengertian gizi,

    masalah gizi, faktor penyebab gizi, dan kebijakan dari program perbaikan gizi

    kepada masyarakat termasuk semua pelaku program. Dalam gizi seimbang

    tidak hanya mendidik soal makanan dan keseimbangan komposisi zat gizi dan

    kebutuhan tubuh akan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

  • 11

    mineral, dan air), tetapi juga kesimbangan dengan pola hidup bersih untuk

    mencegah kontaminasi makanan dan infeksi (Depkes RI,2012).

    Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses, dimana proses

    tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Dalam suatu

    proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan

    yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping masukannya sendiri juga

    metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan

    alat peraga pendidikan. Hal ini berarti bahwa masukan (sasaran pendidikan)

    tertentu harus menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus disesuaikan

    dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan

    disesuaikan(Notoatmodjo, 2011).

    Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat

    besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.

    Jumlah sasaran pada pendidikan gizi dengan kelompok besar, maka

    metodenya berbeda dengan kelompok yang kecil. Apabila peserta lebih dari

    20 orang maka termasuk kelompok besar. Metode yang digunakan yaitu salah

    satunya metode ceramah. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan

    tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan

    metode ceramah:

  • 12

    1) Persiapan

    Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi

    dari yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus

    mempersiapkan diri dengan:

    a) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi

    kalau disusun dalam diagram atau skema

    b) Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya, makalah singkat,

    slide, sound system, dan sebagainya.

    2) Pelaksanaan

    Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah

    tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai

    sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal

    sebagai berikut (Notoatmodjo, 2011):

    a) Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-

    ragu, dan gelisah.

    b) Suara hendaknya cukup keras dan jelas.

    c) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.

    d) Menggunakan alat bantu audio visual aids (AVA).

    Tujuan pendidikan kesehatan yaitu dapat meningkatkan pengetahuan.

    Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup yang

    pada akhirnya yaitu perubahan perilaku. Sasaran penyuluhan adalah individu,

    keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga dapat diharapkan untuk

    memahamidan mengaplikasikan pesan yang disampaikan dalam penyuluhan.

  • 13

    Materi dalam penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sasaran penyuluhan

    sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya.

    Materi dan pesan penyuluhan dapat disampaikan menggunakan media atau

    alat bantu pendidikan untuk membantu dalam menyampaikan informasi dan

    untuk menarik perhatian sasaran (Notoatmodjo, 2014).

    Media pendidikan gizi dan kesehatan tidak kalah pentingnya dalam

    proses penyampaian informasi kesehatan. Media ini berfungsi sebagai alat

    bantu penyuluhan. Berdasarkan fungsinya, media dibagi menjadi 3, yaitu

    (Notoatmodjo, 2011)

    a. Media cetak: media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan

    kesehatan sangat bervariasi antara lain:

    1) Booklet

    Ialah media untuk menyampaikan informasi dalam bentuk buku, baik

    tulisan maupun gambar.

    2) Leaflet

    Ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

    melalui lembaran yang dilipat, isi informasi dapat dalam bentuk kalimat

    maupun gambar, atau kombinasi keduanya.

    3) Flyer(selebaran)

    Ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan seperti

    leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

    4) Flip chart atau lembar balik adalah media untuk menyampaikan

    informasi dalambentuk lembaran besar yang disatukan. Halaman depan

  • 14

    bersisi materi yang dilihat peserta, bagian belakang berisi materi yang

    sama tetapi dilihat oleh penyuluh.

    5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan

    suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

    6) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi

    kesehatan, yangbiasanya ditempel di tembok-tembok, pada tempat-

    tempat umum, atau di kendaraan umum.

    7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

    b. Media elektronik

    Sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-

    informasi kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara lain:

    1) Televisi: penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan

    melalui media televisi dapat dalam bentuk: sandiwara, sinetron, forum

    diskusi, atau hanya tanya jawab seputar masalah kesehatan, pidato

    (ceramah), dan sebagainya.

    2) Radio: penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui

    radio juda dapat berbentuk macam-macam antara lain: obrolan (Tanya

    jawab), sandiwara radio, ceramah, dan sebagainya.

    3) Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan

    kesehatan.

    c. Media papan (bill board)

    Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai

    sebagaimedia untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan. Media

  • 15

    papan bisa juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng

    yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus atau taksi).

    2.2Gizi Seimbang

    Gizi seimbang yang dikenal masyarakat Indonesia adalah empat sehat

    lima sempurna. Konsep ini dikenalkan sejak tahun 1950 oleh Prof Poerwo

    Soedarmo, bapak gizi Indonesia. Saat ini, konsep tersebut dianggap tak sesuai

    lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi. Sebagai

    gantinya, kini dikenalkan pedoman gizi seimbang. Pedoman gizi seimbang

    (PGS) adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam

    jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh (Hartini, 2018).

    PrinsipNutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan konferensi

    pangan sedunia di Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu mengatasi beban

    ganda masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Di Indonesia

    prinsip tersebut dikenal dengan Pedoman Gizi Seimbang. Perbedaan mendasar

    antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah

    konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan

    jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok

    umur. Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu

    anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan

    mempertahankan berat badan normal. PGS berprinsip bahwa tiap golongan

    usia, jenis kelamin, kesehatan, dan aktivitas fisik memerlukan gizi yang

    berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok (Kemenkes, 2014).

  • 16

    Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya

    merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang

    keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur.

    Empat Pilar tersebut adalah(Kemenkes, 2014):

    1. Mengonsumsi Makanan Beragam

    Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat

    gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan

    mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi

    baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama

    kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada

    umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan

    protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori.

    Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal

    yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi

    kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai

    dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh.

    2. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih

    Perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang.

    Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

    status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang

    menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan

    sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang.

    Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih

  • 17

    banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang

    menderita infeksi terutama apabila disertai panas. Pada orang yang

    menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan

    secara langsung akan memperburuk kondisinya.Demikian pula sebaliknya,

    seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena

    penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh

    seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan

    berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang

    gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik.

    Dengan membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat akan

    menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi.

    Beberapa contoh perilaku perilaku hidup bersih diantaranya:

    a. Selalumencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum

    makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan

    minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan

    terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara

    lain kuman penyakit typus dan disentri;

    b. Menutupmakanan yang disajikan akan menghindarkan makanan

    dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa

    berbagai kuman penyakit;

    c. Selalumenutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan

    kuman penyakit

    d. Selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.

  • 18

    3. Melakukan Aktivitas Fisik

    Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk

    olahraga merupakan salahsatu upaya untuk menyeimbangkan antara

    pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh.

    Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga

    memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme

    zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan

    zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh.

    4. Mempertahankan dan Memantau Berat Badan (BB) Normal

    Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa

    telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya

    Berat Badan yang normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi

    Badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT).

    Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus

    menjadi bagian dari „Pola Hidup‟ dengan „Gizi Seimbang‟, sehingga dapat

    mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi

    penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan

    penanganannya.

    Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan

    berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan

    dengan menggunakan KMS. Yang dimaksud dengan Berat Badan Normal

    adalah: a. untuk orang dewasa jika IMT 18,5 – 25,0; b. bagi anak Balita

    dengan menggunakan KMS dan berada di dalam pita hijau.

  • 19

    2.2.1 Gizi Seimbang pada Ibu Hamil

    Gizi seimbang untuk ibu hamil dan ibu menyusui

    mengindikasikan bahwa konsumsi makanan ibu hamil harus

    memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta

    perkembangan janin/bayinya. Oleh karena itu ibu hamil dan ibu

    menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan

    dengan keadaan tidak hamil atau tidak menyusui, tetapi konsumsi

    pangannya tetap beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan

    proporsinya (Depkes RI, 2014).

    Asupan konsumsi zat energi, protein, lemak, dan karbohidrat

    yang kurang dapat memengaruhi pertumbuhan janin di dalam

    kandungan dan dapat memengaruhi berat badan lahir bayi. Konsumsi

    ibu hamil dapat berupa makanan dan minuman yang mengandung zat

    energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Kebutuhan makronutrien

    meningkat selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

    perubahan metabolik, fisiologi selama kehamilan, dan perkembangan

    janin (Sudargo, 2018).

    Energi merupakan sumber utama untuk tubuh. Energi berfungsi

    untuk mempertahankan berbagai fungsi tubuh seperti sirkulasi dan

    sintesis protein(Syari, 2015). Konsumsi gula yang berlebih selama

    masa kehamilan berkaitan dengan kejadian kecil lahirnya bayi

    dengan BBLR (berat badan lahir rendah). Meningkatnya usia

    kehamilan dapat memengaruhi metabolisme tubuh dan peningkatan

  • 20

    kebutuhan kalori. Jika terjadi pembatasan kalori atau energi pada ibu

    hamil trimester kedua dan ketiga maka akan dapat melahirkan bayi

    dengan BBLR (Syari, 2015). Penambahan asupan energi berdasarkan

    AKG 2013 untuk trimester I 180 kkal, trimester II, Dan trimester III

    300 kkal (Sudargo, 2018).

    Menurut Syari (2015) dalam Sudargo (2018), asupan protein

    selama kehamilan sangat diperlukan untuk proses pertumbuhan janin

    dan proses embriogenesis agar bayi yang dilahirkan dapat dilahirkan

    dengan normal. Kurangnya asupan protein selama kehamilan dapat

    mengganggu pertumbuhan janin di dalam kandungan yang

    mengakibatkan bayi lahir BBLR. Begitu juga sebaliknya, kelebihan

    gizi juga dapat diperoleh karena asupan energi dan protein yang

    terlalu banyak sehingga dapat menghambat plasenta dan

    pertumbuhan janin serta dapat meningkatkan kematian janin.

    Berdasarkan AKG 2013. Penambahan protein bagi ibu hamil kurang

    lebih 20 gram per hari(Sudargo, 2018).

    Kekurangan nutrisi pada zat gizi protein dan energi pada ibu

    hamil dapat mengganggu transfer zat gizi ibu ke janin menjadi

    terganggu. Ukuran otak berkurang akibat perubahan struktur protein,

    konsentrasi faktor pertumbuhan dan produksi neurotransmiter.

    Malnutrisi pada protein dan energi terjadi pada minggu ke 24-44

    pascakonsepsi dapat terjadi di dalam uterus maupun di luar uterus.

    Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat.

  • 21

    Pertumbuhan janin terhambat berakibat pada buruknya pertumbuhan

    kepala pada masa prenatal yang dapat berhubungan dengan buruknya

    keluaran perkembanagan saraf (Syari, 2015 dalam Sudargo, 2018).

    Lemak khusunya omega 3 dan omega 6 penting untuk

    pertumbuhan janin dan terjadi peningkatan berat badan lahir 118

    gram, 0,57 cm pada panjang badan, dan 0,20 pada lingkar kepala jika

    ibu hamil mengonsumsinya. Kelebihan asupan lemak seperti minyak,

    dan daging rendah lemak selama kehamilan dapat mengganggu

    pertumbuhan bayi dan beresiko melahirkan bayi dengan BBLR.

    (Syari, 2015 dalam Sudargo, 2018).

    Menurut Syari (2015) dalam Sudargo (2018), lemak memiliki

    peran penting dalam menyediakan energi metabolik. Hasil

    metabolisme lemak dapat berupa asam lemak. Asam lemak dapat

    dibagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh (DHA

    dan AA). Pertumbuhan janin di dalam kandungan membutuhkan

    asam lemak tak jenuh seperti docosahexaenoic (DHA) dan

    arakhidonat acid (AA) (Sudargo, 2018).

    Menurut Arisman (2010) dalam Sudargo (2018), asupan

    mikronutrien seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin D,

    yodium dan kalsium juga diperlukan dalam pertumbuhan dan

    perkembangan janin dalam kandungan. Asam folat berperan dalam

    pembentukan dan perkembangan sistem saraf dan sel-sel dalam

    tubuh. Kekurangan asam folat berkaitan dengan neural tube

  • 22

    defect(NTD), dan BBLR. Kebutuhan asam folat pada wanita dewasa

    menurut AKG 2013 sebesar 400µg/hari dan penambahan 1 mg/hari

    untuk ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki riwayat NTD diberikan

    tambahan sebesar 4 mg/hari. Zat besi berfungsi untuk metabolisme

    energi dan sistem kekebalan. (Almatsier, 2010). Vitamin B12

    berperan dalam pembentukan dan perkembangan sel darah merah

    (Arisman, 2010). Vitamin D berfungsi untuk menurunkan infeksi

    dan preeklampsia serta membantu penyerapan kalsium. Defisiensi

    vitamin D menyebabkan gangguan metabolisme kalsium pada janin

    dan ibu (Arisman, 2010). Sementara itu, kalsium berperan dalam

    perkembangan tulang, gigi, jantung, saraf, dan otot bayi. Defisiensi

    yodium dapat menyebabkan janin menderita hipertiroidisme dan

    berkembang menjadi kretinisme. Dampak yang diakibatkan dari

    defisiensi yodium di awal kehamilan lebih parah dibandingkan

    dengan akhir kehamilan (Arisman, 2010 dalam Sudargo, 2018).

    2.2.2 Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui

    Makanan pertama kali yang diberikan kepada bayi sesudah

    lahir adalah air susu ibu (ASI). ASI adalah makanan alamiah yang

    diperuntukkan bagi bayi. Di samping zat-zat antiinfeksi dan

    antialergi yang penting untuk kesehatan. WHO dan UNICEF pada

    tahun 2000 menetapkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi sejak

    lahir hingga umur 6 bulan. Sesudah itu pemberian ASI sebaiknya

    tetap diberikan hingga bayi berumur dua tahun sesuai dengan

  • 23

    ketersediaan ASI; di samping itu diberikan makanan dan minuman

    pendamping ASI (MP ASI) sesuai dengan kebutuhan

    bayi.Kemampuan ibu menyediakan ASI yang bermutu dalam jumlah

    yang cukup sebagian besar bergantung pada jumlah dan mutu

    makanan yang dikonsumsi ibu (Almatsier dkk, 2011).

    Ramdani (2010) menyatakan bahwa dukungan suami dapat

    memengaruhi kondisi psikologis ibu yang akan berdampak terhadap

    keberhasilan menyusui, dukungan suami membuat ibu berpeluang

    5,1x lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan

    dengan yang tidak didukung oleh suami. Bentuk dukungan dari

    lingkungan untuk ibu menyusui ialah penyediaan ruang laktasi bagi

    para ibu yang bekerja sehingga ibu terdorong untuk tetap

    memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.

    Manfaat pemberian ASI bagi bayi menurut Mustofa (2010)

    dalam Sudargo(2018), antara lain:

    1. Sebagai nutrisi terbaik dan ideal sesuai kebutuhan bayi serta

    sumber kekebalan tubuh. Dengan melaksanakan tata laksana

    menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI soerang ibu akan

    cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal dengan usia 6

    bulan.

    2. Melindungi bayi dari infeksi karena memiliki kandungan berbagi

    antibodi terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,

    jamurdan parasit yang menyerangmanusia.

  • 24

    3. Mudah dicerna. Kandungan enzim pencerna pada ASI

    memudahkan bayi mencerna makanan pertamanya.

    4. Menghindarkan bayi dari alergi. Bayi yang diberi susu sapi

    terlalu dini dapat menderita lebih banyak masalah, misalnya

    asma dan alergi.

    2.2.3 Gizi Seimbang pada Bayi 0-6 bulan

    Dibandingkan dengan orang dewasa, kebutuhan bayi akan zat

    gizi boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan

    persentase berat badan, kebutuhan bayi akan zat gizi ternyata

    melampaui kebutuhan orang dewasa, nyaris dua kali lipat. Makanan

    pertama dan utama bayi tentu saja ASI. Pilihan ini tak perlu

    diperdebatkan lagi. ASI cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan

    bayi dalam segala hal, karbohidrat dalam ASI berupa laktosa,

    lemaknya banyak mengandung asam lemak tak jenuh ganda; protein

    utamanya laktalbumin yang mudah dicerna; kandungan vitamin dan

    mineralnya banyak; rasio kalsium fosfat sebesar 2:1 yang merupakan

    kondisi yang ideal bagi penyerapan kalsium. Selain itu, ASI juga

    mengandung zat anti-infeksi (Kemenkes,2014).

    ASI merupakan makanan ideal untuk bayi, dan setiap ibu yang

    tertarik untuk menyusui harus dianjurkan untuk menyusui. Bayi yang

    tidak diberi air susu ibu mempunyai peluang 14 kali meninggal

    karena diare, atau empat kali meninggal karena serangan jantung dan

    infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Diharapkan bahwa setelah

  • 25

    bayi lahir, harus segera disusukan ibunya pada saat berbaring. Hal

    ini, selain dapat meningkatkan hubungan kasih sayang ibu dan anak,

    merangsang keluarnya ASI, juga dapat kolostrum yang banyak

    mengandung zat kebal tersebut terminum bayi (Kemenkes,2014).

    Ditegaskan pula bahwa ASI dapat menurunkan angka kematian

    bayi karena diare, sejumlah 10% pada bayi berusia 0-6 bulan. Bayi

    sangat membutuhkan ASI pada usia 0-6 bulan pertama, kemudian

    diberikan makanan tambahan sejalan dengan pertumbuhan. Namun

    ASI tetap menjadi makanan penting dalam diet anak sepanjang tahun

    kedua. Beberapa keuntungan dalam pemberian ASI antara lain yaitu

    mudah diberikan, mempunyai suhu yang sama dengan tubuh bayi

    serta menjalin hubungan antara ibu dan anak (Adriani, 2012).

    2.2.4 Gizi Seimbang pada Bayi 6-24 bulan

    Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat

    gizi semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI

    saja. Pada usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan

    perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik

    mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi

    dengan memperhitungkan aktivitas bayi atau anak dan keadaan

    infeksi. Agar mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan

    Makanan Pendamping ASI atau MP-ASI, sementara ASI tetap

    diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai

    diperkenalkan kepada makanan lain, mula-mula dalam bentuk lumat,

  • 26

    makanan lembik dan selanjutnya beralih ke makanan keluarga saat

    bayi berusia 1 tahun(Kemenkes, 2014).

    Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan

    secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera

    makan anak selanjutnya, sehingga pengenalan kepada makanan yang

    beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting. Secara

    bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24bulan semakin

    ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk

    pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok

    sebagai sumber kalori. Demikian pula jumlahnya ditambahkan

    secara bertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam

    proporsi yang juga seimbang.(Kemenkes, 2014).

    2.3 Seribu Hari Pertama Kehidupan

    Kualitas generasi bangsa yang sehat dan cerdas salah satunya ditentukan

    oleh pertumbuhan dan perkembangan pada periode emas. Periode emas adalah

    istilah untuk mendefinisikan 1.000 hari pertama kehidupan. Seribu hari

    pertama kehidupan merupakan masa awal kehidupan saat masih berada dalam

    kandungan hingga 2 tahun pertama kehidupan. Seribu hari pertama kehidupan

    menjadi penting karena pada masa itu, kondisi pertumbuhan dan

    perkembangan anak sangat cepat dan pesat sehingga akan berdampak terhadap

    kesehatan pada masa yang akan datang (Sudargo, 2018).

  • 27

    Periode 1.000 hari pertama kehidupan menjadi sangat penting karena

    pada masa itu pertumbuhan dan perkembangan anak berada dalam masa yang

    riskan. Pada saat itu, terutama dalam kandungan, organ-organ penting mulai

    terbentuk dan berkembang. Setelah itu, masa 2 tahun setelah kelahiran

    merupakan masa anak mulai beradaptasi dengan lingkungannya, berkembang

    dan mulai berfungsinya organ-organ, serta merupakan puncak perkembangan

    fungsi kognisi anak. Seribu pertama menjadi riskan bagi anak untuk terjadi

    gangguan terutama karena asupan zat gizi yang kurang maupun berlebih.

    Kedua hal tersebut tentunya tidak baik untuk kesehatan anak. Di Indonesia,

    hal yang sering terjadi ialah kurang asupan zat gizi (Sudargo, 2018).

    Pertumbuhan dan perkembangan ini memerlukan asupan gizi dari ibu,

    baik yang dikonsumsi ibu maupun yang berasal dari mobilisasi simpanan ibu.

    Bila pasokan gizi dari ibu ke bayi kurang, bayi akan melakukan penyesuaian

    karena bayi bersifat plastis (mudah menyesuaikan diri). Penyesuaian tersebut

    bisa terjadi melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan ukuran organ dan

    tubuh agar sesuai dengan terbatasnya asupan gizi. Sayangnya, sekali berubah,

    bersifat permanen. Artinya, bila perbaikan gizi dilakukan setelah melewati

    kurun seribu pertama kehidupan, efek perbaikannnya kecil. Sebaliknya, bila

    perbaikan gizi dilakukan pada masa 1.000 HPK, terutama di dalam

    kandungan, efek perbaikannya bermakna (Sudargo, 2018).

    Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang.

    Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan,

    mempunyai tiga risiko diantaranya yang pertama, risiko terjadinya penyakit

  • 28

    tidak menular atau kronis, tergantung organ yang terkena. Bila yang terkena

    ginjal, ia akan menderita hipertensi dan gangguan ginjal. Bila yang terkena

    pancreas, ia akan beresiko menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2. Bila

    yang terkena jantung, ia akan beresiko menderita penyakit jantung, dst.

    Kedua, bila otak yang terkena, ia akan mengalami hambatan pertumbuhan

    kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif. Ketiga, gangguan

    pertumbuhan tinggi badan sehingga beresiko pendek/stunting. Keadaan ini

    ternyata tidak hanya bersifat antargenerasi (dari ibu ke anak) tetapi bersifat

    transgenerasi (dari nenek ke cucunya). Oleh karena itu, diperkirakan

    dampaknya mempunyai kurun waktu 100 tahun. Artinya, risiko tersebut

    berasal dari masalah yang terjadi sekitar 100 tahun yang lalu dan dampaknya

    akan berkelanjutan pada 100 tahun berikutnya (Sudargo, 2018).

    Berdasarkan Gerakan 1.000 HPK (2013) dalam Sudargo (2018), gizi

    memegang peranan penting dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Gizi kurang

    dan defisiensi zat gizi tertentu (misalnya: karbohidrat, protein, zat besi,

    vitamin A, dan yodium) dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

    perkembangan anak, bahkan dapat menyebabkan kematian. Gizi kurang dapat

    memberi dampak jangka pendek dan jangka panjang. Begitu pula pada gizi

    lebih, gangguan pertumbuhan dan perkembangan akan sangat kompleks.

    Akibat gizi lebih dapat menuju ke sindrom metabolik pada masa yang akan

    datang. Keparahan akan terjadi jika perbaikan asupan gizi tidak dilakukan

    secara optimal (Sudargo, 2018).

  • 29

    Status gizi masa lalu dapat memengaruhi kondisi kesehatan di masa

    sekarang hingga masa yang akan datang. Perempuan harus mendapatkan

    perhatian khusus karena nantinya mereka akan melahirkan anak. Status gizi

    perempuan akan sangat memengaruhi status gizi anaknya esok. Status gizi

    perempuan dewasa ditentukan kecukupan gizi saat masih remaja. Hasil

    penelitian Sudargo dkk (2015) menemukan bahwa 35% wanita usia subur

    (WUS) di Yogyakarta menderita anemia gizi besi. Seperti kita tahu, sebagian

    besar remaja putri mengalami anemia. Hal ini di dukung hasil penelitian

    Sudargo (2012) yang menemukan bahwa 37,1% remaja putri di Yogyakarta

    menderita anemia gizi besi. Kondisi tersebut akan sulit untuk diperbaiki dan

    akan lebih parah ketika hamil jika tidak dilakukan perbaikan gizi sejak remaja.

    Status gizi ketika hamil juga ditentukan dari kesiapan perempuan secara fisik

    dan psikologi. Persiapan secara fisik dan psikologi harus dilakukan sebelum

    menikah. Asupan gizi yang baik harus selalu dilakukan hingga menyusui,

    karena asupan gizi anak hanya berasal dari ASI ibu. Intervensi gizi tetap harus

    dilakukan saat anak berusia dua tahun, agar pertumbuhan dan perkembangan

    pada masa itu tidak terganggu (Sudargo, 2018).

    2.4Booklet

    Booklet adalah sebuah informasi tentang suatu produk maupun jasa

    dari suatu perusahaan untuk mempromosikan perusahaan tersebut.

    Bookletsebagai media massa yang mampu menyebarkan informasi dalam

    waktu relatif singkat kepada banyak orang yang tempat tinggalnya berjauhan.

  • 30

    Bentuk fisiknya menyerupai buku yang tipis dan lengkap informasinya, yang

    memudahkan media tersebut untuk dibawa kemana-mana.Sama halnya

    dengan pamflet, booklet juga menyajikan berbagai informasi yang perlu di

    tampilkan. Perbedaan booklet dengan pamflet, pamflet informasinya sedikit

    namun bookletmemiliki informasi yang sangat kompleks.Selain itu pamflet

    biasanya hanya satu lembar dan tidak memiliki halaman berikutnya,

    sedangkan booklet memiliki banyak halaman dan booklet umumnya dilipat

    menjadi sebuah buku (Slamet Riyanto dalam Darmoko, 2013).

    Dalam pemanfaatannya sebagai media komunikasi booklet, tidak

    lepas dari kelebihan dan kekurangan seperti halnya media pembelajaran

    lainnya. Booklet memiliki beberapa kelebihan antara lain klien dapat

    menyesuaikan dari belajar mandiri, selain itu pembaca juga dapat melihat dan

    mempelajari isinya pada saat santai. Informasi yang ada pada booklet dapat

    dibagikan kepada keluarga dan teman karena mengingat media booklet ini

    mudah dibuat secara sederhana, diperbanyak, diperbaiki dan mudah untuk

    disesuaikan. Media booklet juga memiliki daya tampung yang lebih luas,

    awet dan dapat diarahkan pada segmen tertentu serta dapat mengurangi

    kebutuhan mencatat karena media ini sudah memuat semua isi materi yang

    paling penting (Ewles dan Simnett, 1994). Sedangkan kekurangan dari

    booklet yaitu memerlukan ketrampilan untuk membaca (Putu dan Dewa,

    2012). Booklet digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga dapat

    meningkatkan pengetahuan tentang isu-isu kesehatan, karena booklet

  • 31

    memberikan informasi yang spesifik dan banyak digunakan sebagai media

    dalam penyuluhan (Mudjiono, 1989).

    2.5 Pengetahuan

    Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,

    sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi

    sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik

    agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat

    (Notoatmodjo, 2006). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh

    terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya

    akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan.

    2.5.1 Tingkat Pengetahuan

    Tingkat pengetahuan seseorang akan mempengaruhi sikap dan

    perilaku yang diambil dalam memilih makanan yang dikonsumsi,

    sehingga akan berpengaruh pada status gizi individu yang bersangkutan.

    Akan tetapi, tingkat pendidikan belum tentu mempengaruhi pengetahuan

    seseorang mengenai gizi seimbang.

    Walaupun seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah,

    apabila orang tersebut rajin mencari informasi mengenai gizi seimbang,

    tingkat pengetahuan mengenai gizi seimbangnya pun akan meningkat.

    Namun, faktor tingkat pendidikan seseorang menentukan mudah

    tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi mengenai

    pengetahuan gizi. Hal ini perlu diketahui untuk memilih metode

  • 32

    penyuluhan apa yang tepat untuk digunakan. Dalam kepentingan gizi

    keluarga, pendidikan amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap

    terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil

    tindakan secepatnya (Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM

    UI, 2014).

    Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai

    enam tingkat yaitu:

    1. Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

    adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

    seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

    Oleh sebab itu, „tahu‟ ini merupakan tingkat pengetahuan yang

    paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

    apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,

    mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat

    menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak

    balita.

    2. Memahami

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

    secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat

    menginterprestasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah

    paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan,

  • 33

    menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

    terhadap obyek yang dipelajari.

    3. Aplikasi

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil

    (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan

    hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

    atausituasi yang lain.

    4. Analisa

    Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

    suatu obyek kedalam komponen, tetapi masih di dalam struktur

    organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain.

    Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata karena

    dapat menggambarkan, membedakan, dan mengelompokkan.

    5. Sintesis

    Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

    melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk

    keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

    kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

    ada.

    6. Evaluasi

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

    justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian

  • 34

    ini berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri atau

    menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya.

    2.5.2 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang

    mempengaruhipengetahuan antara lain yaitu:

    1) Faktor pendidikan

    Tingkat pendidikan ternyata belum tentu mempengaruhi

    pengetahuan seseorang mengenai gizi seimbang. Seseorang yang

    hanya tamat sekolah dasar memang berbeda pengetahuan gizinya

    dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih tinggi. Namun, tidak

    berarti bahwa seseorang yang hanya tamat sekolah dasar kurang

    mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi. Ibu

    yang rajin membaca informasi tentang gizi atau turut serta dalam

    penyuluhan gizi bukan mustahil akan memiliki pengetahuan tentang

    gizi yang lebih baik walaupun memiliki tingkat pendidikan yang

    rendah (Septikasari et.al., 2016). Walaupun demikian tentu saja ibu

    yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih

    mudah dalam menerima pesan dan informasi (Nilakesuma et.al.,

    2015).

    Pendidikan pada satu sisi mempunyai dampak positif yaitu ibu

    semakin mengerti akan pentingnya pemeliharaan kesehatan seperti

    pemenuhan gizi keluarga, tetapi di sisi lain pendidikan yang semakin

    tinggi juga berdampak pada adanya perubahan nilai sosial yang dapat

  • 35

    berpengaruh pada pola hidup sehat termasuk konsumsi makanan

    (Septikasari et.al., 2016).

    2) Faktor pekerjaan

    Ibu yang bekerja di luar rumah sehingga waktu untuk

    menyiapkan makanan bergizi menjadi berkurang. Hal ini berdampak

    pada pemilihan makanan cepat saji yang sering diberikan kepada

    anak dengan nilai gizi yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

    (Septikasari et.al., 2016).

    3) Faktor pengalaman

    Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan,

    semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan

    semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

    angket yang menyatakan tantang isi materi yang ingin diukur dari

    subjek penelitian atau responden.

    4) Keyakinan

    Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat

    secara turun-temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu,

    keyakinan positif dan keyakinan negatif dapat mempengaruhi

    pengetahuan seseorang tentang gizi seimbang.

    5) Sosial budaya

  • 36

    Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga

    dapatmempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang

    terhadap perilaku masyarakat tentang gizi seimbang .

    2.6 Sikap

    Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup

    terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb salah seorang psikolog sosial

    menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

    bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum

    merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan „predisposisi‟

    tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

    merupakan reaksi terbuka (tingkah laku yang terbuka). Dapat dijelaskan lagi

    bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

    suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo,2011).

    Sikap biasanya diperoleh dari pengalaman seseorang, walaupun orang

    tersebut memiliki pengetahuaan tentang gizi dan kesehatan yang kurang

    namun belum tentu seseorang tersebut mempunyai sikap yang tidak

    mendukung akan upaya gizi seimbang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan

    mengenai gizi seimbang yang kurang di dukung dengan sikap yang kurang

    baik maka akan menghasilkan perilaku yang kurang baik. Namun jika

    pengetahuan tentang gizi seimbang yang baik didukung dengan sikap yang

    baik maka akan menghasilkan perilaku gizi seimbang yang baik pula (Arbella

    dkk, 2013).

  • 37

    2.6.1 Komponen Sikap

    Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2011), menjelaskan bahwa

    sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:

    1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

    2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu

    objek.

    3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

    Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

    utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,

    pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan

    penting. Satu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengarkan tentang

    penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan

    sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa si ibu untuk berpikir dan

    berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini

    komponen tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk

    mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Sehingga si ibu ini

    mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio

    itu.

    2.6.2 Tingkatan Sikap

    Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

    menurut Notoatmodjo (2011) yaitu:

    1. Menerima (Receiving)

  • 38

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

    memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap

    orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu

    terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

    2. Merespon (Responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

    sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

    mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu

    benar atau salah, adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

    3. Menghargai (Valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

    suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

    4. Bertanggung Jawab (Responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

    dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

    2.6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

    FaktorfaktoryangmempengaruhipembentukansikapmenurutAzwar

    (2013)dalam Budiman dan Riyanto (2013)adalah:

    1. Pengalaman pribadi

    Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk

    dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

    Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.

  • 39

    2. Kebudayaan

    Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

    pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita

    hidup dalam budaya yang mempunyai normal onggar bagi

    pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai

    sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan

    heteroseksual.

    3. Orang lain yang dianggap penting

    Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita

    harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan

    pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau

    seseorang yang berat khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi

    pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang

    biasanya dianggap penting bagi individu adalah orangtua, orang

    yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya,teman

    dekat,guru,teman kerja,istri atau suami dan lain-lain.

    4. Media massa

    Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk

    media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini

    dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu

    hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

    terhadap hal tersebut.

    5. Institusi Atau Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

  • 40

    Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatusis

    temme mepunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena

    keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam

    diri individu.

    6. Faktor Emosi Dalam Diri Individu

    Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi

    lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang,

    suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

    yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau bentuk

    mekanisme pertahanan ego.

    2.6.4 Pengukuran Sikap

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis skala pengukuran

    Skala Likert untuk mengukur sikap atau respon responden. Skala Likert

    yaitu skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

    dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau

    fenomena pendidikan.Ada dua bentuk pertanyaan yang menggunakan

    skala Likert yaitu bentuk pertanyaan positif untuk mengukur sikap

    positif, dan bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur sikap negatif

    (Djaali dan Muljono, 2009).

    Item-item pernyataan yang disusun dalam skala Likert harus jelas

    dinyatakan dalam bentuk positif atau negatif. Item positif adalah item-

    item pernyataan yang menyatakan dukungan terhadap hal-hal positif

    pada suatu topik yang akan di ukur. Sedangkan item-item pernyataan

  • 41

    negatif adalah pernyataan yang berlawanan dengan topik yang akan di

    ukur. Item yang menyatakan tidak mendukung atau tidak melawan

    (netral) yang hendak diukur tidak dimasukkan ke dalam skala

    Likert(Habiby, 2017).

    Hal yang perlu mendapatkan perhatian ekstra adalah perlunya

    kehati-hatian dalam membuat item pernyataan, karena terkadang suatu

    item dapat berkonotasi positif bagi suatu kelompok dan bisa

    berkonotasi negative bagi kelompok lain. Oleh karena itu, sebaiknya

    item-item pernyataan yang dibuat memiliki tingkat konsesus yang

    tinggi diantara responden. Selain itu, item yang dibuat hendaknya tidak

    menyudutkan responden untuk memilih respon yang sama, karena

    apabila semua responden memberi respon yang sama, maka tidak akan

    bermanfaat untuk dilakukan analisis selanjutnya (Habiby, 2017).

    Biasanya banyaknya jenjang kategori yang terdapat dalam skala

    Likert berjumlah lima, yaitu: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

    setuju, dan sangat tidak setuju. Beberapa peneliti ada yang

    menggunakan empat kategori (tanpa kategori tengah), enam kategori

    atau tujuh kategori. Semua pilihan dapat digunakan, namun perlu

    dipertimbangkan bahwa pengurangan jumlah kategori dapat

    mempengaruhi penyebaran skor (varians) sehingga cenderung

    mengurangi reabilitasnya. Sedangkan menambahkan banyaknya

    kategori jawaban akan menambah error varian pada distribusi skornya,

  • 42

    oleh karena itu rentang kategori jangan terlalu besar dan jangan terlalu

    sedikit (Habiby, 2017).

    Teknik pemberian skor dimulai dari 4 untuk item pernyataan positif

    dan dimulai dari 1 untuk item pernyataan negatif. Lebih jelasnya akan

    disajikan dalam tabel berikut:

    Tabel 2.1 Skoring Pada Skala Likert

    Pilihan Kategori Skor Item

    Positif

    Skor Item

    Negatif

    Sangat Setuju 4 1

    Setuju 3 2

    Tidak Setuju 2 3

    Sangat Tidak Setuju 1 4

    Sumber: (Habiby, 2017)

    Dalam melakukan skoring terhadap data yang diperoleh

    menggunakan skala Likert, kita perlu mengetahui posisi setiap

    responden tentang suatu variabel dengan menggunakan skor maksimal

    dan skor minimalnya (Habiby, 2017).

    2.7 Wanita Usia Subur

    Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang masih dalam usia

    reproduktif (sejak mendapat haid pertama dan sampai berhentinya haid), yaitu

    antara usia 15 – 49 tahun, den