SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK
(HARI PERTAMA KEHIDUPAN) DENGAN MEDIA
BOOKLETTERHADAPPENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA
USIA SUBURDI DESA SUMOROTO
Oleh:
NADIA ISTIBAKHATI
NIM: 201503078
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019
ii
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK
(HARI PERTAMA KEHIDUPAN) DENGAN MEDIA
BOOKLETTERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
WANITA USIA SUBURDI DESA SUMOROTO
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh:
NADIA ISTIBAKHATI
NIM: 201503078
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Segala puji kupersembahkan kepada sang pemberi nikmat dan karunia Allah
SAW, serta sujud syukur ku panjatkan kepada-Mu atas takdir-Mu menjadikan
manusia senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga karya
kecilku ini menjadi langkah awal untuk meraih cita-citaku. Kupersembahkan
karya kecilku ini untuk:
1. Ibu dan adik saya yang senantiasa memberikan doa dan semangat, mulai awal
hingga tiada akhir. Terimakasih untuk pelajaran hidup yang kalian berikan
yang menguatkan hati dan belajar untuk selalu bersyukur dengan keadaan.
2. Dosen pembimbing, penguji dan dosen pengajar.
Ibu Riska Ratnawati S.KM. M.Kes selaku pembimbing 1.
Ibu Avicena Sakufa Marsanti S.KM., M.kes selaku pembimbing 2.
Ibu Hanifah Ardiani, S.KM,.M.KM selaku ketua penguji skripsi.
Terimakasih atas bimbingan dan kesabaran yang luar biasa, nasihat serta masukan
yang sangat membangun sehingga terselesainya karya kecil saya ini. Tak lupa
ucapan terimakasih yang paling dalam untuk dosen-dosen pengajar yang tidak
kenal lelah dalam memberikan ilmu dan pengalaman serta nasehat yang tak
ternilai harganya.
3. Sahabat-sahabat saya One, Safira, Ifa, Aldela, dan Dema yang selama 4 tahun
ini telah mewarnai hidup saya, selalu memberi dukungan semangat, dan
bantuan tidak hanya untuk karya kecil saya, namun lebih dari itu. Saya
bersyukur dipertemukan dengan kalian, dan saya sangat sayang dengan kalian.
vi
Begitupun juga dengan teman-teman SKM B dan teman-teman peminatan
PKIP yang telah memberikan warna yang berbeda untuk hidup saya,
memberikan pengalaman unik dan terkenang. Namun, melihat kalian sukses
membuat semangat ini semakin membara untuk menyelesaikan karya kecil ini
dan menyusul kalian ketangga kesuksesan. Untuk teman-teman organisasi
HIMPHA terimakasih atas pengalaman dan kepercayaan yang diberikan.
4. Dan terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu yang telah membantu pembuatan karya kecil ini.
Nadia Istibakhati
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nadia Istibakhati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 27 Agustus 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. Semeru No. 33 KelurahanNologaten
Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK BustanulAthfal „AisyiyahNologaten (2002-2003)
2. SD Negeri 2 Nologaten (2003-2009)
3. SMP Negeri 6 Kec. Ponorogo (2009-2012)
4. SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (2012-2015)
5. Tahun 2015 hingga sekarang menempuh Pendidikan S1 Kesehatan
Masyarakat di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Peminatan
Promosi Kesehatan
mailto:[email protected]
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas semua berkat dan rahmat-Nya sehingga
dapat terselesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Gizi Seimbang
1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) Dengan Media Booklet Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur Di Desa Sumoroto”, sebagai salah satu
syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program
Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena
itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Sidi selaku Kepala Desa Sumoroto yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di Desa Sumoroto.
2. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes. (Epid) selaku Ketua STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Ibu Avicena Sakufa.M, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun sekaligus
pembimbing II yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun
Skripsi dan memberikan bimbingan dengan setulus hati sehingga Skripsi
ini dapat terselesaikan.
4. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM,.M.KM selaku ketua dewan penguji skripsi.
5. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes selaku pembimbing I yang telah
memberikan kesempatan untuk menyusun Skripsi dan memberikan
x
bimbingan dengan setulus hati sehingga tugas Skripsi ini dapat
terselesaikan.
6. Keluargaku atas dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga
Skripsi dapat terselesaikan.
7. Sahabat-sahabatku, rekan seangkatan dan pihak-pihak terkait yang
banyak membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan pada skripsi ini
agar lebih baik daripada sebelumnya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah
diberikan.
Madiun, Agustus 2019
Nadia Istibakhati
xi
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ABSTRAK
Nadia Istibakhati
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK (HARI
PERTAMA KEHIDUPAN) DENGAN MEDIA BOOKLET TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR (Studi Kasus di
Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo)
151 Halaman+ 19 tabel+ 5 gambar+ 23 lampiran
Latar Belakang : Desa Sumoroto merupakan desa dengan angka kejadian BBLR
tertinggi di bandingkan desa yang lain di wilayah kerja Puskesmas Kauman.
Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi 1000 HPK, maka
salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu pendidikan gizi seimbang 1000 HPK
dengan media booklet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan media booklet terhadap pengetahuan
dan sikap wanita usia subur.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakandesain one group pretest
posttest. Sampel berjumlah 96 orang dengan sasaran wanita usia subur. Media
yang digunakan yaitu booklet dan metode yang digunakan yaitu ceramah. Analisis
data menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf signifikan 0,05
Hasil: Positive ranks variabel pengetahuan sebesar 93, sedangkan variabel sikap
sebesar 92. Ties variabel pengetahuan sebesar 3, sedangkan variabel sikap sebesar
4. Hasil P value variabel pengetahuan dan sikap masing-masing sebesar 0,000 < α
(0.05)
Kesimpulan : Terdapat pengaruh pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan
media booklet terhadap pengetahuan dan sikap wanita usia subur.
Kata kunci : Pendidikan gizi seimbang, 1000 Hari Pertama
Kehidupan, booklet, pengetahuan, sikap
Kepustakaan : 41 (2009-2019)
xii
PUBLIC HEALTH STUDIES PROGRAM
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ABSTRACT
NADIA ISTIBAKHATI
KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF FERTILE WOMEN AFFECTED
BY EDUCATION BALANCED NUTRITION 1000 HPK (THE FIRST
DAYS OF LIFE) BY THE BOOKLETS (a case study in Sumoroto Village,
Subdistrict Kauman, Ponorogo)
151 Pages+ 19 tables+ 5 pictures+ 23 attachment
Background: Sumoroto is the village with the highest BBLR incidence compared
to other villages in the KaumanPuskemas working area. To do prevention and
control of 1000 HPK nutritional problem, one of the efforts can do is 1000 HPK
balanced nutrition education by booklet media. This study aims to determine the
effect of 1000 HPK balanced nutrition education by booklet media on the
knowledge and women attitudes of fertile age.
Research methods: The study has been used one group pretest postest design.
The sample was 96 people targeting fertile woman. The media used are booklets
and the methods used are lectures. Data analysis used wilcoxon test with a
significant level 0,05.
The results: Positive ranks knowledge variable was 93, while attitude variable
was 92. Ties knowledge variable was 3, while attitude variable was 4. Results P
value of knowledge and attitude variables were 0.000 < α (0.05). Conclusion: There is an influence of 1000 HPK balanced nutrition education by
booklet media on the knowledge and women attitudes of fertile age.
Keywords : education balanced nutrition, the 1000 first Day of life,
booklet, knowledge, attitude
Bibliography : 41 (2009-2019)
xiii
DAFTAR ISI
Sampul Depan ............................................................................................... i
Sampul Dalam ............................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ....................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ....................................................................................... iv
Lembar Persembahan ...................................................................................... v
Halaman Pernyataan ...................................................................................... vii
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... viii
Kata Pengantar ............................................................................................... ix
Abstrak ........................................................................................................... xi
Abstract .......................................................................................................... xii
Daftar Isi ........................................................................................................ xiii
Daftar Tabel ................................................................................................... xvi
Daftar Gambar ............................................................................................... xvii
Daftar Lampiran ............................................................................................ xviii
Daftar Singkatan ............................................................................................ ix
Daftar Istilah ................................................................................................... xx
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 RumusanMasalah .......................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 6 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 7 1.4.1 ManfaatBagi Puskesmas .................................................... 7 1.4.2 ManfaatBagiPeneliti .......................................................... 7 1.4.3 ManfaatBagi STIKES Bhakti Husada Mulia ...................... 8 1.4.4 ManfaatBagiMasyarakat .................................................... 8 1.4.5 ManfaatBagiPenelitiBerikutnya ......................................... 8
1.5 KeaslianPenelitian ......................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Gizi ............................................................................. 10 2.2 Gizi Seimbang ............................................................................... 15
2.2.1 Gizi Seimbang pada Ibu Hamil .......................................... 19 2.2.2 Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui ..................................... 22 2.2.3 Gizi Seimbang padaBayi 0-6 bulan .................................... 24 2.2.4 Gizi Seimbang padaBayi 6-24 bulan .................................. 25
2.3 Seribu Hari Pertama Kehidupan ..................................................... 26 2.4 Booklet .......................................................................................... 29 2.5 Pengetahuan .................................................................................. 31
2.5.1 Tingkat Pengetahuan .......................................................... 31
xiv
2.5.2 Faktor yang DapatMempengaruhiPengetahuan ................... 34 2.6 Sikap ............................................................................................. 36
2.6.1 Komponen Sikap................................................................ 36 2.6.2 Tingkatan Sikap ................................................................. 37 2.6.3 Faktor-faktor yang MempengaruhiSikap ............................ 38 2.6.4 PengukuranSikap ............................................................... 40
2.7 WanitaUsiaSubur........................................................................... 42 2.8 KerangkaTeori ............................................................................... 44
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 KerangkaKonseptual ..................................................................... 45 3.2 Hipotesa Penelitian ........................................................................ 46
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 DesainPenelitian ............................................................................ 47 4.2 PopulasidanSampel........................................................................ 48
4.4.1 Populasi ............................................................................. 48 4.4.2 Sampel ............................................................................... 48
4.3 Teknik Sampling ........................................................................... 49 4.4 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................. 51 4.5 VariabelPenelitiandanDefinisiOperasional ..................................... 53
4.5.1 VariabelPenelitian .............................................................. 53 4.5.2 DefinisiOperasional ........................................................... 54
4.6 InstrumenPenelitian ....................................................................... 57 4.6.1 UjiValiditas........................................................................ 58 4.6.2 UjiReliabilitas .................................................................... 60 4.6.3 Uji Media ........................................................................... 61
4.7 LokasidanWaktuPenelitian ............................................................ 64 4.7.1 LokasiPenelitian ................................................................ 64 4.7.2 WaktuPenelitian ................................................................. 64
4.8 Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 65 4.8.1 Cara Pengumpulan Data ..................................................... 65 4.8.2 Sumber Data ...................................................................... 66 4.8.3 Proses Pengolahan Data ..................................................... 67
4.9 TeknikAnalisis Data ...................................................................... 68 4.9.1 Analisis Univariat .............................................................. 68 4.9.2 Analisis Bivariat ................................................................ 68
4.10 EtikaPenelitian .............................................................................. 70
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 73 5.2 Hasil Penelitian ............................................................................. 74
5.2.1 Analisis Univariat .............................................................. 74 5.2.2 Uji Normalitas .................................................................... 77 5.2.3 Analisis Bivariat ................................................................. 79
xv
5.3 Pembahasan .................................................................................. 82 5.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 95
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 96
6.2 Saran ......................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99
LAMPIRAN .................................................................................................. 103
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................... 9
Tabel2.1 SkoringPadaSkalaLikert ....................................................................... 42
Tabel 4.1 Definisi Operasional ....................................................................... 55
Tabel 4.2 Data Validitas Variabel Pengetahuan ............................................... 59
Tabel 4.3 Data Validitas Variabel Sikap .......................................................... 59
Tabel 4.4 Data Reliabilitas Variabel Pengetahuan ........................................... 60
Tabel 4.5 Data Reliabilitas Variabel Sikap ...................................................... 61
Tabel 4.6 Hasil Uji Media Booklet Gizi Seimbang 1000 HPK......................... 62
Tabel 4.7 Tabel Waktu Penelitian .................................................................. 64
Tabel 5.1 Data Distribusi Umur Responden .................................................... 74
Tabel 5.2 Data Statistik Umur Responden ....................................................... 75
Tabel 5.3 Data Distribusi Pendidikan Responden ............................................ 75
Tabel 5.4 Rata-Rata Skor Pengetahuan ........................................................... 76
Tabel 5.5 Rata-Rata Skor Sikap ...................................................................... 77
Tabel 5.6 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan ......................................... 78
Tabel 5.7 Distribusi Hasil Normalitas Sikap .................................................... 78
Tabel 5.8Hasil Ranks Uji Wilcoxon Pengetahuan Dan Sikap .......................... 80
Tabel 5.9 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Variabel Pengetahuan ......................... 81
Tabel 5.10 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Variabel Sikap .................................. 81
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori ........................................................................... 44
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 45
Gambar 4.1. Rancangan Penelitian ................................................................. 47
Gambar 4.2. Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 51
Gambar 5.1 Peta lokasi penelitian .................................................................. 73
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Data Awal .................................................. 103
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian STIKES ................................................... 104
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian KESBANGPOL ....................................... 105
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian ......................................... 106
Lampiran 5 Form Audiens Seminar Proposal .............................................. 107
Lampiran 6 Informed Consent ........................................................................ 109
Lampiran 7 Lembar Kisi-Kisi KuesionerPenelitian ..................................... 110
Lampiran 8 LembarKuesionerPretest ............................................................. 112
Lampiran 9 LembarKuesionerPost-test .......................................................... 114
Lampiran 10 LembarUji Media ..................................................................... 116
Lampiran11 Lembar SAP ............................................................................ 117
Lampiran 12 Lembar POA ............................................................................ 121
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi ..................................... 122
Lampiran 14 Desain Cover Booklet ............................................................... 123
Lampiran 15 Isi Materi Booklet ..................................................................... 124
Lampiran 16 Output Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .................................. 126
Lampiran 17 Data Primer Hasil Kuesioner Pengetahuan ............................... 135
Lampiran 18 Data Primer Hasil Kuesioner Sikap .......................................... 138
Lampiran 19 Output Hasil Normalitas Data .................................................. 141
Lampiran 20 Output Hasil Uji WilcoxonPengetahuan ................................... 143
Lampiran 21 Output Hasil Uji Wilcoxon Sikap ............................................. 145
Lampiran 22 Dokumentasi ............................................................................ 147
Lampiran 23 Penentuan Kelas Interval .......................................................... 150
xix
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air SusuIbu
AKG : AngkaKecukupanGizi
Baduta : BawahDuaTahun
BBLR : BeratBadanLahirRendah
HPK : HariPertamaKehidupan
IMT : IndeksMasaTubuh
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
KEK : KurangEnergiKronis
KEMENKES : KementerianKesehatan
KESMAS : KesehatanMasyarakat
KIA : KesehatanIbudanAnak
KIE : Komunikasi, InformasidanEdukasi
KMS : KartuMenujuSehat
MP ASI : MakananPendamping Air SusuIbu
NTD :Neural Tube Defect
PGS : PedomanGiziSeimbang
PJT : PertumbuhanJaninTerhambat
PMT : PemberianMakananTambahan
PUSKESMAS : PusatKesehatanMasyarakat
RISKESDAS : RisetKesehatanDasar
SDM : SumberDayaManusia
UNICEF : United Nations Children's Fund
WHO : World Health Organization
WUS : WanitaUsiaSubur
xx
DAFTAR ISTILAH
Audio Visual Aids : Alat bantu yang mengkombinasikan antara
gambar dan suara.
Booklet : Sebuah buku yang biasanya digunakan sebagai
media untuk menampilkan berbagai produk dan
jasa suatu perusahaan.
Continum of care : Asuhan berkesinambungan
Cross sectional : Studi untuk merumuskan hipotesis hubungan
kausal secara serentak.
Dependen : Terikat
Enabling : Faktorpemungkin
Independen : Bebas
Multiple Choice Test : Pilihanganda
Neural Tube Defect : Neural Tube Defect (NTD) adalah cacat bawaan
yang timbul akibat tidak sempurnanya penutupan
tabung saraf selama pertumbuhan embrional.
Neurotransmiter : Senyawa organik endogenus membawa sinyal di
antara neuron.
Non Probability Sampling : Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang sama bagi populasi
Post-test : Suatu pengukuran atau evaluasi yang dilakukan
di akhir untuk memperoleh informasi tentang
hasil yang telah dicapai
Pretest : Suatu pengukuran atau evaluasi yang dilakukan
di awal untuk memperoleh informasi awal
tentang sesuatu
Purposive Sampling : teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.
Reliability : Dapatdiandalkan
Reinforcing : Faktorpenguat
Scientific attitude : Sikapilmiah
Stunting : Sebuah kondisi di mana tinggi badan jauh lebih
pendek dibandingkan tinggi badan orang
seusianya.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gizi yang baik menjadi landasan bagi setiap individu untuk mencapai
potensi maksimal yang dimilikinya. Periode 1000 HPK (Hari Pertama
Kehidupan) merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup anak
di masa yang akan datang, dimana akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada
masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Perbaikan gizi
dilakukan melalui pendekatan continuum of caredengan fokus pada 1000 HPK
yaitu mulai dari masa kehamilan sampai dengan anak berusia 2
tahun(Kemenkes, 2019).
Prevalensi penyakit defisiensi zat gizi makro dan mikro di seluruh dunia
meningkat dengan drastis hingga menempatkan masalah gizi menjadi salah
satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius, terutama pada
kelompok rawan gizi, salah satunya ibu hamil dan anak bawah dua tahun
(Baduta). Hal ini sangat membutuhkan penanganan yang komprehensif dan
dimulai dari asuhan gizi pada kehamilan. Defisiensi harus dianggap sebagai
penyakit dan faktor risiko status gizi serta penyakit lainnya (Sudargo, 2018).
Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kemenkes 2017, prevalensi balita
stunting sebesar 29,6% sedangkan menurut Riskesdas pada tahun 2018
meningkat menjadi 30,8%. Pada kelompok umur Baduta, persentase stunting
mengalami penurunan dari 20,1% pada tahun 2017 menjadi 29,9% pada tahun
2
2018. Persentase gizi kurang juga mengalami penurunan dari 17,8%menjadi
17,7%, sedangkan gizi lebih pada balita tahun 2017 sebesar 4.6%kemudian
meningkat menjadi 8,0% di tahun 2018. Cakupanbayi mendapat ASI eksklusif
pada tahun 2017 sebesar 61,33%, sedangkan pada tahun 2018 menurun
menjadi 37,3%. Proporsi risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil
tahun 2017 yaitu sebesar 14,8%, kemudian meningkat pada tahun 2018
menjadi17,3%(Riskesdas, 2018).
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, bahwa masih banyak
permasalahan gizi yang terjadi pada periode 1000 HPK di Kabupaten
Ponorogo. Pada tahun 2017 persentase kejadian stunting pada balita di
Kabupaten Ponorogo yaitu sebesar 21,72% sedangkan pada tahun 2018
meningkat sebesar 25,1%. Kejadian anemia pada ibu hamil yaitu sebesar 33%
kemudian menurun sebesar 25,5% pada tahun 2018. Angka kejadian BBLR
pada tahun 2017 sebesar 4,58% kemudian meningkat menjadi 4,61% pada
tahun 2018(Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten
Ponorogo, 2018). Sedangkan menurut data dari Puskesmas Kauman, angka
kejadian anemia pada ibu hamil pada tahun 2017yaitu sebesar 1,47%,
kemudian meningkat menjadi 1,5% pada tahun 2018. Angka kejadian BBLR
juga mengalami kenaikan dari 6,7% di tahun 2017 kemudian menjadi 7,7% di
tahun 2018(Bidang KIA Puskesmas Kecamatan Kauman, 2018).
Permasalahan-permasalahan gizi akan berdampak serius terhadap kualitas
sumber daya manusia (SDM). Permasalahan gizi yang dimaksud antara lain
kegagalan pertumbuhan pada awal kehidupan seperti berat badan lahir rendah
3
(BBLR), balita pendek, kurus dan gemuk, yang akan berdampak pada
pertumbuhanselanjutnya. Anak yang kekurangangizi nantinya bisa mengalami
hambatan kognitif dan kegagalan pendidikan, sehingga berdampak pada
rendahnya produktivitas di masa dewasa.Kurang gizi yang dialamipada awal
kehidupan juga berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang
berujung pada kejadian penyakit tidak menularpada usia dewasa, seperti
diabetes type II, stroke, penyakit jantung dan lainnya.Salah satu kebijakan
nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat tertuang dalam Undang-
Undang nomor 36 tahun 2009, bahwa upaya perbaikan gizi ditujukan untuk
peningkatan mutu gizi perorangan dan masyarakat (Kesmas Kemenkes, 2018).
Masalah gizi pada balita dapat munculkarena beberapa faktor yaitu
penyebablangsung, tidak langsung, akar masalah danpokok masalah. Masalah
gizi berawal darikekurangan nutrient yang spesifik ataukarena diet yang tidak
adekuat atau karenakomposisi proporsi makanan yangdikonsumsi tidak tepat.
Penyebab langsungyaitu asupan makan yang kurang danpenyakit infeksi yang
diderita balita.Balita yang mendapat asupan makananyang cukup tetapi sering
menderita penyakitinfeksi misalnya diare, akhirnya dapatmenderita
kekurangan gizi. Sebaliknyabalita yang tidak cukup makan dapatmelemahkan
daya tahan tubuhnya(imunitas), menurunkan nafsu makan danmudah terserang
infeksi, sehingga akhirnyajuga dapat terjadi kekurangan gizi.Penyebab tidak
langsung diantaranyapengetahuan ibu, ketersediaan pangan, polaasuh,
pelayanan kesehatan, dan lainnya.Faktor tidak langsung ini saling
4
berkaitandan bersumber pada akar masalah yaitupendidikan, dan ekonomi
keluarga (Sulistianingsih, 2015).
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 42
tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus
pada 1000 hari pertama kehidupan. Gerakan ini mengedepankan upaya
bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi
dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi
untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada 1000 HPK
(Kemenkes 2016).Pelaksanaan gerakan ini terdiri dari intervensi gizi spesifik
dan intervensi gizi sensitif.Intervensi gizi spesifik adalah upaya untuk
mencegah dan mengurangi masalah gizi secara langsung.Kegiatan ini pada
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Kegiatan yang dilakukan antara
lain berupa imunisasi, PMT ibu hamil dan balita di posyandu. Sasaran yang
ingin dicapai khusus kelompok 1000 HPK (ibu hamil, ibu menyusui dan anak
0 – 23 bulan).Sedangkan intervensi gizi sensitif merupakan kegiatan yang
dilakukan di luar sektor kesehatan namun secara khusus dan terpadu memiliki
dampak sensitif terhadap 1000 HPK seperti pendidikan gizi dan kesehatan,
fortifikasi pangan, dan sebagainya (Rosha et al., 2016 ).
Wilayah kerja Puskesmas Kauman merupakan wilayah dengan angka
kejadian BBLR paling tinggi dibandingkan dengan puskesmas lain yang ada
di Kabupaten Ponorogo. Angka kejadian BBLRpada tahun 2018 yaitu sebesar
31 kejadian BBLR dengan persentase sebesar 6,62% dari total kejadian
sebesar 468 di Kabupaten Ponorogo.Peneliti memilih tempat penelitian
5
berdasarkan salah satu fokus masalah gizi pada 1000 HPK yaitu kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)paling tinggi di wilayah kerja Puskesmas
Kauman. Dari wilayah kerja Puskesmas Kauman, Desa Sumoroto merupakan
satu-satu nya desa dengan angka kejadian BBLR tertinggi di bandingkan desa-
desa yang lain dengan angka kejadian sebesar 10 kejadian BBLR(Bidang KIA
Puskesmas Kecamatan Kauman, 2018).
Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi pada
1000 HPK terutama kejadian BBLR di desa Sumoroto, maka salah satu upaya
yang dapat dilakukan yaitu melalui pendidikan kesehatan berupa pendidikan
gizi seimbang 1000 HPK. Seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo,
bahwa pendidikan kesehatan merupakan sarana informasi yang sangat intensif
dan juga efektif dalam usaha untuk meningkatkan aspek kesehatan yang masih
tertinggal di suatu tempat (Notoatmodjo, 2010). Sasaran dalam pemberian
edukasi ini yaitu wanita usia subur di desa Sumoroto, Kecamatan Kauman.
Peranseorang wanita yang berkaitan dengan kedudukannya dalam keluarga,
berperan penting dalam memelihara kesehatan keluarga, menyiapkan makanan
bergizi setiap hari dan bertanggungjawab terhadap sanitasi rumah tangga juga
menciptakan pola hidup sehat jasmani, rohani dan sosial.Bagi wanita usia
subur terutama yang tengah mempersiapkan kehamilan, penting bagi mereka
untuk mengetahui gizi seimbang mulai dari awal kehamilan sampai anak usia
dua tahun agar bayi lahir sehat serta terhindar dari berbagai masalah gizi
(Wahyuni, 2015).
6
Berdasarkaninformasi dari pemegang program gizi Puskesmas Kauman,
bahwa WUS di desa Sumorotopernahdiberikan pendidikan terkait gizi
seimbangdengan media leaflet oleh tenaga kesehatan melalui posyandu namun
belum pernah dilakukan penyuluhan menggunakan media booklet, oleh karena
itu peneliti akan menguji pengaruh media booklettersebut melalui
penyuluhan.Berdasarkan uraian masalah diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terkait pengaruh pendidikan gizi seimbang pada 1000
HPK dengan media bookletterhadap pengetahuan dan sikap WUS di Desa
Sumoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya maka
penelititertarik untuk melakukan sebuah penelitian yaitu “Apakah
terdapatpengaruh pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan media booklet
terhadap pengetahuan dan sikap WUS di Desa Sumoroto?”.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi seimbang 1000 HPK
dengan media booklet terhadap pengetahuan dan sikap WUS.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan WUS terhadap gizi seimbang 1000
Hari Pertama Kehidupan sebelum diberikan pendidikan gizi
seimbang.
7
2. Mengidentifikasi sikap WUS terhadap gizi seimbang 1000 Hari
Pertama Kehidupan sebelum diberikan pendidikan gizi seimbang.
3. Mengidentifikasi pengetahuan WUS terhadap gizi seimbang 1000
Hari Pertama Kehidupan sesudah diberikan pendidikan gizi
seimbang.
4. Mengidentifikasi sikap WUS terhadap gizi seimbang 1000 Hari
Pertama Kehidupan sesudah diberikan pendidikan gizi seimbang.
5. Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan gizi seimbang
dengan media bookletterhadap pengetahuan pada WUS di Desa
Sumoroto.
6. Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan gizi seimbang
dengan media bookletterhadap sikap pada WUS di Desa Sumoroto.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 ManfaatBagi Puskesmas
Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi Puskesmas Kauman
khususnyayang berkaitan dengan program penanggulangan masalah
gizi pada 1000 HPK sehingga nanti nya dapat mengurangi angka
kejadian BBLR dan masalah-masalah gizi lainnya.
1.4.2 ManfaatBagi Peneliti
Menambah pengetahuan, ketrampilan, dan mengaplikasikan ilmu
kesehatan masyarakat yang telah didapatkan selama perkuliahan, serta
8
membuka wawasan peneliti untuk lebih peka terhadap permasalahan
kesehatan terutama mengenaimasalah gizi pada periode 1000 HPK.
1.4.3 ManfaatBagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Mengetahui permasalahan-permasalahan gizi pada 1000 HPK,
pencegahan dan penanggulangan nya serta dapat menjadi bahan kajian
pengembangan penelitian tentang pengaruh pendidikan gizi seimbang
pada 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap WUS.
1.4.4 ManfaatBagi Wanita Usia Subur (WUS)
Wanita Usia Subur dapat mengambil manfaat dari pendidikan gizi
seimbang yang diberikanoleh peneliti sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan dan sikap terutama terkait dengan pendidikan gizi
seimbang 1000 HPK.
1.4.5 ManfaatBagi Peneliti Berikutnya
Bagipeneliti berikutnya semoga dapat menambah sumber referensi
dan acuan dalam membantu melakukan penelitian, dan dapat
mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat.
9
1.5 Keaslian Penelitian
Berikut adalah hasil review dari beberapa penelitian terdahulu yang
mendukung penelitian ini berkaitan dengan pengaruh pendidikan gizi
seimbang pada 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap WUS.
Tabel 1.1 Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan
Peneliti Terdahulu
Peneliti
Sekarang
Pembeda Raden Isfi Fathy
Asfia
N.A.Shofiyyatunnisa
ak
Mentari Olivia
Fatharanni
Nadia
Istibakhati
Judul Keterkaitan
Pengetahuan,
Sikap, dan Persepsi
1000 HPK dengan
Tingkat Kecukupan
Gizi dan Status
Gizi Calon
Pengantin Wanita.
Hubungan Perilaku
Ibu tentang 1000
Hari Pertama
Kehidupan dengan
Status Gizi Baduta
di Wilayah Pedesaan
Hubungan
Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku
Mengenai Gizi
Seimbang dengan
Status Gizipada
Wanita Usia
Subur di
Kecamatan
Terbanggi Besar
Kabupaten
Lampung Tengah
Pengaruh
Pendidikan Gizi
Seimbang 1000
HPK dengan
Media Booklet
terhadap
Pengetahuan
dan Sikap
Wanita Usia
Subur di Desa
Sumoroto
Tahun 2017 2016 2017 2019
Tempat KUA Kabupaten
Bogor.
Desa Gunung Geulis
Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Bogor.
Kecamatan
Terbanggi Besar,
Kabupaten
Lampung Tengah
Desa Sumoroto,
Kecamatan
Kauman.
Variabel
dependen
Asupan zat gizi,
status gizi
Status gizi Status gizi Pendidikan gizi
seimbang 1000
HPK.
Variabel
Indepen-
den
Pengetahuan,sikap,
persepsi.
Pengetahuan, sikap,
praktik.
Pengetahuan,
sikap dan perilaku
Pengetahuan
dan sikap.
Desain
studi
Cross sectional Cross sectional Cross sectional Pra Eksperimen
study tipe one
group pretest
posttest design.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pendidikan Gizi
Pendidikan kesehatan didefiniskan sebagai usaha atau kegiatan untuk
membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan perilaku mereka, untuk mencapai tingkat kesehatannya secara
optimal. Pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan mempunyai sedikit
perbedaan yaitu pada penekanannya saja. Pendidikan kesehatan dalam
mencapai perubahan perilaku masyarakat ditekankan pada faktor predisposisi,
dengan pemberian informasi atau peningkatan pengetahuan dan sikap.
Sedangkan, promosi kesehatan merupakan upaya perubahan perilaku hidup
sehat masyarakat, tidak hanya ditujukan pada faktor predisposisi atau
peningkatan pengetahuan dan sikap saja, tetapi juga terhadap faktor yang lain,
yakni enabling (pemungkin), dan reinforcing (penguat) (Notoatmodjo, 2011).
Pendidikan gizi pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku
individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan atau dalam
mempertahankan gizi tetap baik. Pendidikan Gizi Masyarakat atau dalam
bahasa operasionalnya disebut KIE(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Gizi,
bertujuan untuk menciptakan pemahaman yang sama tentang pengertian gizi,
masalah gizi, faktor penyebab gizi, dan kebijakan dari program perbaikan gizi
kepada masyarakat termasuk semua pelaku program. Dalam gizi seimbang
tidak hanya mendidik soal makanan dan keseimbangan komposisi zat gizi dan
kebutuhan tubuh akan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
11
mineral, dan air), tetapi juga kesimbangan dengan pola hidup bersih untuk
mencegah kontaminasi makanan dan infeksi (Depkes RI,2012).
Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses, dimana proses
tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Dalam suatu
proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan
yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping masukannya sendiri juga
metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan
alat peraga pendidikan. Hal ini berarti bahwa masukan (sasaran pendidikan)
tertentu harus menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus disesuaikan
dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan
disesuaikan(Notoatmodjo, 2011).
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.
Jumlah sasaran pada pendidikan gizi dengan kelompok besar, maka
metodenya berbeda dengan kelompok yang kecil. Apabila peserta lebih dari
20 orang maka termasuk kelompok besar. Metode yang digunakan yaitu salah
satunya metode ceramah. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode ceramah:
12
1) Persiapan
Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi
dari yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri dengan:
a) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi
kalau disusun dalam diagram atau skema
b) Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya, makalah singkat,
slide, sound system, dan sebagainya.
2) Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai
sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal
sebagai berikut (Notoatmodjo, 2011):
a) Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-
ragu, dan gelisah.
b) Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
c) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
d) Menggunakan alat bantu audio visual aids (AVA).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu dapat meningkatkan pengetahuan.
Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup yang
pada akhirnya yaitu perubahan perilaku. Sasaran penyuluhan adalah individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga dapat diharapkan untuk
memahamidan mengaplikasikan pesan yang disampaikan dalam penyuluhan.
13
Materi dalam penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sasaran penyuluhan
sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya.
Materi dan pesan penyuluhan dapat disampaikan menggunakan media atau
alat bantu pendidikan untuk membantu dalam menyampaikan informasi dan
untuk menarik perhatian sasaran (Notoatmodjo, 2014).
Media pendidikan gizi dan kesehatan tidak kalah pentingnya dalam
proses penyampaian informasi kesehatan. Media ini berfungsi sebagai alat
bantu penyuluhan. Berdasarkan fungsinya, media dibagi menjadi 3, yaitu
(Notoatmodjo, 2011)
a. Media cetak: media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan sangat bervariasi antara lain:
1) Booklet
Ialah media untuk menyampaikan informasi dalam bentuk buku, baik
tulisan maupun gambar.
2) Leaflet
Ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan
melalui lembaran yang dilipat, isi informasi dapat dalam bentuk kalimat
maupun gambar, atau kombinasi keduanya.
3) Flyer(selebaran)
Ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan seperti
leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
4) Flip chart atau lembar balik adalah media untuk menyampaikan
informasi dalambentuk lembaran besar yang disatukan. Halaman depan
14
bersisi materi yang dilihat peserta, bagian belakang berisi materi yang
sama tetapi dilihat oleh penyuluh.
5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan
suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
6) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi
kesehatan, yangbiasanya ditempel di tembok-tembok, pada tempat-
tempat umum, atau di kendaraan umum.
7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
b. Media elektronik
Sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-
informasi kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara lain:
1) Televisi: penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan
melalui media televisi dapat dalam bentuk: sandiwara, sinetron, forum
diskusi, atau hanya tanya jawab seputar masalah kesehatan, pidato
(ceramah), dan sebagainya.
2) Radio: penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui
radio juda dapat berbentuk macam-macam antara lain: obrolan (Tanya
jawab), sandiwara radio, ceramah, dan sebagainya.
3) Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan.
c. Media papan (bill board)
Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai
sebagaimedia untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan. Media
15
papan bisa juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng
yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus atau taksi).
2.2Gizi Seimbang
Gizi seimbang yang dikenal masyarakat Indonesia adalah empat sehat
lima sempurna. Konsep ini dikenalkan sejak tahun 1950 oleh Prof Poerwo
Soedarmo, bapak gizi Indonesia. Saat ini, konsep tersebut dianggap tak sesuai
lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi. Sebagai
gantinya, kini dikenalkan pedoman gizi seimbang. Pedoman gizi seimbang
(PGS) adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh (Hartini, 2018).
PrinsipNutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan konferensi
pangan sedunia di Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu mengatasi beban
ganda masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Di Indonesia
prinsip tersebut dikenal dengan Pedoman Gizi Seimbang. Perbedaan mendasar
antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah
konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan
jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok
umur. Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu
anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan
mempertahankan berat badan normal. PGS berprinsip bahwa tiap golongan
usia, jenis kelamin, kesehatan, dan aktivitas fisik memerlukan gizi yang
berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok (Kemenkes, 2014).
16
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang
keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur.
Empat Pilar tersebut adalah(Kemenkes, 2014):
1. Mengonsumsi Makanan Beragam
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat
gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan
mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi
baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama
kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada
umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan
protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori.
Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal
yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai
dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh.
2. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih
Perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang.
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang
menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan
sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang.
Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih
17
banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang
menderita infeksi terutama apabila disertai panas. Pada orang yang
menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan
secara langsung akan memperburuk kondisinya.Demikian pula sebaliknya,
seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena
penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh
seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan
berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang
gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik.
Dengan membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat akan
menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi.
Beberapa contoh perilaku perilaku hidup bersih diantaranya:
a. Selalumencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum
makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan
minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan
terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara
lain kuman penyakit typus dan disentri;
b. Menutupmakanan yang disajikan akan menghindarkan makanan
dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa
berbagai kuman penyakit;
c. Selalumenutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan
kuman penyakit
d. Selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.
18
3. Melakukan Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk
olahraga merupakan salahsatu upaya untuk menyeimbangkan antara
pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh.
Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga
memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme
zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan
zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh.
4. Mempertahankan dan Memantau Berat Badan (BB) Normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa
telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya
Berat Badan yang normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi
Badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT).
Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus
menjadi bagian dari „Pola Hidup‟ dengan „Gizi Seimbang‟, sehingga dapat
mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi
penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan
penanganannya.
Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan
berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan
dengan menggunakan KMS. Yang dimaksud dengan Berat Badan Normal
adalah: a. untuk orang dewasa jika IMT 18,5 – 25,0; b. bagi anak Balita
dengan menggunakan KMS dan berada di dalam pita hijau.
19
2.2.1 Gizi Seimbang pada Ibu Hamil
Gizi seimbang untuk ibu hamil dan ibu menyusui
mengindikasikan bahwa konsumsi makanan ibu hamil harus
memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan janin/bayinya. Oleh karena itu ibu hamil dan ibu
menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan
dengan keadaan tidak hamil atau tidak menyusui, tetapi konsumsi
pangannya tetap beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan
proporsinya (Depkes RI, 2014).
Asupan konsumsi zat energi, protein, lemak, dan karbohidrat
yang kurang dapat memengaruhi pertumbuhan janin di dalam
kandungan dan dapat memengaruhi berat badan lahir bayi. Konsumsi
ibu hamil dapat berupa makanan dan minuman yang mengandung zat
energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Kebutuhan makronutrien
meningkat selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
perubahan metabolik, fisiologi selama kehamilan, dan perkembangan
janin (Sudargo, 2018).
Energi merupakan sumber utama untuk tubuh. Energi berfungsi
untuk mempertahankan berbagai fungsi tubuh seperti sirkulasi dan
sintesis protein(Syari, 2015). Konsumsi gula yang berlebih selama
masa kehamilan berkaitan dengan kejadian kecil lahirnya bayi
dengan BBLR (berat badan lahir rendah). Meningkatnya usia
kehamilan dapat memengaruhi metabolisme tubuh dan peningkatan
20
kebutuhan kalori. Jika terjadi pembatasan kalori atau energi pada ibu
hamil trimester kedua dan ketiga maka akan dapat melahirkan bayi
dengan BBLR (Syari, 2015). Penambahan asupan energi berdasarkan
AKG 2013 untuk trimester I 180 kkal, trimester II, Dan trimester III
300 kkal (Sudargo, 2018).
Menurut Syari (2015) dalam Sudargo (2018), asupan protein
selama kehamilan sangat diperlukan untuk proses pertumbuhan janin
dan proses embriogenesis agar bayi yang dilahirkan dapat dilahirkan
dengan normal. Kurangnya asupan protein selama kehamilan dapat
mengganggu pertumbuhan janin di dalam kandungan yang
mengakibatkan bayi lahir BBLR. Begitu juga sebaliknya, kelebihan
gizi juga dapat diperoleh karena asupan energi dan protein yang
terlalu banyak sehingga dapat menghambat plasenta dan
pertumbuhan janin serta dapat meningkatkan kematian janin.
Berdasarkan AKG 2013. Penambahan protein bagi ibu hamil kurang
lebih 20 gram per hari(Sudargo, 2018).
Kekurangan nutrisi pada zat gizi protein dan energi pada ibu
hamil dapat mengganggu transfer zat gizi ibu ke janin menjadi
terganggu. Ukuran otak berkurang akibat perubahan struktur protein,
konsentrasi faktor pertumbuhan dan produksi neurotransmiter.
Malnutrisi pada protein dan energi terjadi pada minggu ke 24-44
pascakonsepsi dapat terjadi di dalam uterus maupun di luar uterus.
Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat.
21
Pertumbuhan janin terhambat berakibat pada buruknya pertumbuhan
kepala pada masa prenatal yang dapat berhubungan dengan buruknya
keluaran perkembanagan saraf (Syari, 2015 dalam Sudargo, 2018).
Lemak khusunya omega 3 dan omega 6 penting untuk
pertumbuhan janin dan terjadi peningkatan berat badan lahir 118
gram, 0,57 cm pada panjang badan, dan 0,20 pada lingkar kepala jika
ibu hamil mengonsumsinya. Kelebihan asupan lemak seperti minyak,
dan daging rendah lemak selama kehamilan dapat mengganggu
pertumbuhan bayi dan beresiko melahirkan bayi dengan BBLR.
(Syari, 2015 dalam Sudargo, 2018).
Menurut Syari (2015) dalam Sudargo (2018), lemak memiliki
peran penting dalam menyediakan energi metabolik. Hasil
metabolisme lemak dapat berupa asam lemak. Asam lemak dapat
dibagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh (DHA
dan AA). Pertumbuhan janin di dalam kandungan membutuhkan
asam lemak tak jenuh seperti docosahexaenoic (DHA) dan
arakhidonat acid (AA) (Sudargo, 2018).
Menurut Arisman (2010) dalam Sudargo (2018), asupan
mikronutrien seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin D,
yodium dan kalsium juga diperlukan dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan. Asam folat berperan dalam
pembentukan dan perkembangan sistem saraf dan sel-sel dalam
tubuh. Kekurangan asam folat berkaitan dengan neural tube
22
defect(NTD), dan BBLR. Kebutuhan asam folat pada wanita dewasa
menurut AKG 2013 sebesar 400µg/hari dan penambahan 1 mg/hari
untuk ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki riwayat NTD diberikan
tambahan sebesar 4 mg/hari. Zat besi berfungsi untuk metabolisme
energi dan sistem kekebalan. (Almatsier, 2010). Vitamin B12
berperan dalam pembentukan dan perkembangan sel darah merah
(Arisman, 2010). Vitamin D berfungsi untuk menurunkan infeksi
dan preeklampsia serta membantu penyerapan kalsium. Defisiensi
vitamin D menyebabkan gangguan metabolisme kalsium pada janin
dan ibu (Arisman, 2010). Sementara itu, kalsium berperan dalam
perkembangan tulang, gigi, jantung, saraf, dan otot bayi. Defisiensi
yodium dapat menyebabkan janin menderita hipertiroidisme dan
berkembang menjadi kretinisme. Dampak yang diakibatkan dari
defisiensi yodium di awal kehamilan lebih parah dibandingkan
dengan akhir kehamilan (Arisman, 2010 dalam Sudargo, 2018).
2.2.2 Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui
Makanan pertama kali yang diberikan kepada bayi sesudah
lahir adalah air susu ibu (ASI). ASI adalah makanan alamiah yang
diperuntukkan bagi bayi. Di samping zat-zat antiinfeksi dan
antialergi yang penting untuk kesehatan. WHO dan UNICEF pada
tahun 2000 menetapkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi sejak
lahir hingga umur 6 bulan. Sesudah itu pemberian ASI sebaiknya
tetap diberikan hingga bayi berumur dua tahun sesuai dengan
23
ketersediaan ASI; di samping itu diberikan makanan dan minuman
pendamping ASI (MP ASI) sesuai dengan kebutuhan
bayi.Kemampuan ibu menyediakan ASI yang bermutu dalam jumlah
yang cukup sebagian besar bergantung pada jumlah dan mutu
makanan yang dikonsumsi ibu (Almatsier dkk, 2011).
Ramdani (2010) menyatakan bahwa dukungan suami dapat
memengaruhi kondisi psikologis ibu yang akan berdampak terhadap
keberhasilan menyusui, dukungan suami membuat ibu berpeluang
5,1x lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan
dengan yang tidak didukung oleh suami. Bentuk dukungan dari
lingkungan untuk ibu menyusui ialah penyediaan ruang laktasi bagi
para ibu yang bekerja sehingga ibu terdorong untuk tetap
memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.
Manfaat pemberian ASI bagi bayi menurut Mustofa (2010)
dalam Sudargo(2018), antara lain:
1. Sebagai nutrisi terbaik dan ideal sesuai kebutuhan bayi serta
sumber kekebalan tubuh. Dengan melaksanakan tata laksana
menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI soerang ibu akan
cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal dengan usia 6
bulan.
2. Melindungi bayi dari infeksi karena memiliki kandungan berbagi
antibodi terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamurdan parasit yang menyerangmanusia.
24
3. Mudah dicerna. Kandungan enzim pencerna pada ASI
memudahkan bayi mencerna makanan pertamanya.
4. Menghindarkan bayi dari alergi. Bayi yang diberi susu sapi
terlalu dini dapat menderita lebih banyak masalah, misalnya
asma dan alergi.
2.2.3 Gizi Seimbang pada Bayi 0-6 bulan
Dibandingkan dengan orang dewasa, kebutuhan bayi akan zat
gizi boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan
persentase berat badan, kebutuhan bayi akan zat gizi ternyata
melampaui kebutuhan orang dewasa, nyaris dua kali lipat. Makanan
pertama dan utama bayi tentu saja ASI. Pilihan ini tak perlu
diperdebatkan lagi. ASI cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan
bayi dalam segala hal, karbohidrat dalam ASI berupa laktosa,
lemaknya banyak mengandung asam lemak tak jenuh ganda; protein
utamanya laktalbumin yang mudah dicerna; kandungan vitamin dan
mineralnya banyak; rasio kalsium fosfat sebesar 2:1 yang merupakan
kondisi yang ideal bagi penyerapan kalsium. Selain itu, ASI juga
mengandung zat anti-infeksi (Kemenkes,2014).
ASI merupakan makanan ideal untuk bayi, dan setiap ibu yang
tertarik untuk menyusui harus dianjurkan untuk menyusui. Bayi yang
tidak diberi air susu ibu mempunyai peluang 14 kali meninggal
karena diare, atau empat kali meninggal karena serangan jantung dan
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Diharapkan bahwa setelah
25
bayi lahir, harus segera disusukan ibunya pada saat berbaring. Hal
ini, selain dapat meningkatkan hubungan kasih sayang ibu dan anak,
merangsang keluarnya ASI, juga dapat kolostrum yang banyak
mengandung zat kebal tersebut terminum bayi (Kemenkes,2014).
Ditegaskan pula bahwa ASI dapat menurunkan angka kematian
bayi karena diare, sejumlah 10% pada bayi berusia 0-6 bulan. Bayi
sangat membutuhkan ASI pada usia 0-6 bulan pertama, kemudian
diberikan makanan tambahan sejalan dengan pertumbuhan. Namun
ASI tetap menjadi makanan penting dalam diet anak sepanjang tahun
kedua. Beberapa keuntungan dalam pemberian ASI antara lain yaitu
mudah diberikan, mempunyai suhu yang sama dengan tubuh bayi
serta menjalin hubungan antara ibu dan anak (Adriani, 2012).
2.2.4 Gizi Seimbang pada Bayi 6-24 bulan
Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat
gizi semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI
saja. Pada usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan
perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik
mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi
dengan memperhitungkan aktivitas bayi atau anak dan keadaan
infeksi. Agar mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan
Makanan Pendamping ASI atau MP-ASI, sementara ASI tetap
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai
diperkenalkan kepada makanan lain, mula-mula dalam bentuk lumat,
26
makanan lembik dan selanjutnya beralih ke makanan keluarga saat
bayi berusia 1 tahun(Kemenkes, 2014).
Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan
secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera
makan anak selanjutnya, sehingga pengenalan kepada makanan yang
beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting. Secara
bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24bulan semakin
ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk
pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok
sebagai sumber kalori. Demikian pula jumlahnya ditambahkan
secara bertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam
proporsi yang juga seimbang.(Kemenkes, 2014).
2.3 Seribu Hari Pertama Kehidupan
Kualitas generasi bangsa yang sehat dan cerdas salah satunya ditentukan
oleh pertumbuhan dan perkembangan pada periode emas. Periode emas adalah
istilah untuk mendefinisikan 1.000 hari pertama kehidupan. Seribu hari
pertama kehidupan merupakan masa awal kehidupan saat masih berada dalam
kandungan hingga 2 tahun pertama kehidupan. Seribu hari pertama kehidupan
menjadi penting karena pada masa itu, kondisi pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat cepat dan pesat sehingga akan berdampak terhadap
kesehatan pada masa yang akan datang (Sudargo, 2018).
27
Periode 1.000 hari pertama kehidupan menjadi sangat penting karena
pada masa itu pertumbuhan dan perkembangan anak berada dalam masa yang
riskan. Pada saat itu, terutama dalam kandungan, organ-organ penting mulai
terbentuk dan berkembang. Setelah itu, masa 2 tahun setelah kelahiran
merupakan masa anak mulai beradaptasi dengan lingkungannya, berkembang
dan mulai berfungsinya organ-organ, serta merupakan puncak perkembangan
fungsi kognisi anak. Seribu pertama menjadi riskan bagi anak untuk terjadi
gangguan terutama karena asupan zat gizi yang kurang maupun berlebih.
Kedua hal tersebut tentunya tidak baik untuk kesehatan anak. Di Indonesia,
hal yang sering terjadi ialah kurang asupan zat gizi (Sudargo, 2018).
Pertumbuhan dan perkembangan ini memerlukan asupan gizi dari ibu,
baik yang dikonsumsi ibu maupun yang berasal dari mobilisasi simpanan ibu.
Bila pasokan gizi dari ibu ke bayi kurang, bayi akan melakukan penyesuaian
karena bayi bersifat plastis (mudah menyesuaikan diri). Penyesuaian tersebut
bisa terjadi melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan ukuran organ dan
tubuh agar sesuai dengan terbatasnya asupan gizi. Sayangnya, sekali berubah,
bersifat permanen. Artinya, bila perbaikan gizi dilakukan setelah melewati
kurun seribu pertama kehidupan, efek perbaikannnya kecil. Sebaliknya, bila
perbaikan gizi dilakukan pada masa 1.000 HPK, terutama di dalam
kandungan, efek perbaikannya bermakna (Sudargo, 2018).
Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang.
Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan,
mempunyai tiga risiko diantaranya yang pertama, risiko terjadinya penyakit
28
tidak menular atau kronis, tergantung organ yang terkena. Bila yang terkena
ginjal, ia akan menderita hipertensi dan gangguan ginjal. Bila yang terkena
pancreas, ia akan beresiko menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2. Bila
yang terkena jantung, ia akan beresiko menderita penyakit jantung, dst.
Kedua, bila otak yang terkena, ia akan mengalami hambatan pertumbuhan
kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif. Ketiga, gangguan
pertumbuhan tinggi badan sehingga beresiko pendek/stunting. Keadaan ini
ternyata tidak hanya bersifat antargenerasi (dari ibu ke anak) tetapi bersifat
transgenerasi (dari nenek ke cucunya). Oleh karena itu, diperkirakan
dampaknya mempunyai kurun waktu 100 tahun. Artinya, risiko tersebut
berasal dari masalah yang terjadi sekitar 100 tahun yang lalu dan dampaknya
akan berkelanjutan pada 100 tahun berikutnya (Sudargo, 2018).
Berdasarkan Gerakan 1.000 HPK (2013) dalam Sudargo (2018), gizi
memegang peranan penting dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Gizi kurang
dan defisiensi zat gizi tertentu (misalnya: karbohidrat, protein, zat besi,
vitamin A, dan yodium) dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak, bahkan dapat menyebabkan kematian. Gizi kurang dapat
memberi dampak jangka pendek dan jangka panjang. Begitu pula pada gizi
lebih, gangguan pertumbuhan dan perkembangan akan sangat kompleks.
Akibat gizi lebih dapat menuju ke sindrom metabolik pada masa yang akan
datang. Keparahan akan terjadi jika perbaikan asupan gizi tidak dilakukan
secara optimal (Sudargo, 2018).
29
Status gizi masa lalu dapat memengaruhi kondisi kesehatan di masa
sekarang hingga masa yang akan datang. Perempuan harus mendapatkan
perhatian khusus karena nantinya mereka akan melahirkan anak. Status gizi
perempuan akan sangat memengaruhi status gizi anaknya esok. Status gizi
perempuan dewasa ditentukan kecukupan gizi saat masih remaja. Hasil
penelitian Sudargo dkk (2015) menemukan bahwa 35% wanita usia subur
(WUS) di Yogyakarta menderita anemia gizi besi. Seperti kita tahu, sebagian
besar remaja putri mengalami anemia. Hal ini di dukung hasil penelitian
Sudargo (2012) yang menemukan bahwa 37,1% remaja putri di Yogyakarta
menderita anemia gizi besi. Kondisi tersebut akan sulit untuk diperbaiki dan
akan lebih parah ketika hamil jika tidak dilakukan perbaikan gizi sejak remaja.
Status gizi ketika hamil juga ditentukan dari kesiapan perempuan secara fisik
dan psikologi. Persiapan secara fisik dan psikologi harus dilakukan sebelum
menikah. Asupan gizi yang baik harus selalu dilakukan hingga menyusui,
karena asupan gizi anak hanya berasal dari ASI ibu. Intervensi gizi tetap harus
dilakukan saat anak berusia dua tahun, agar pertumbuhan dan perkembangan
pada masa itu tidak terganggu (Sudargo, 2018).
2.4Booklet
Booklet adalah sebuah informasi tentang suatu produk maupun jasa
dari suatu perusahaan untuk mempromosikan perusahaan tersebut.
Bookletsebagai media massa yang mampu menyebarkan informasi dalam
waktu relatif singkat kepada banyak orang yang tempat tinggalnya berjauhan.
30
Bentuk fisiknya menyerupai buku yang tipis dan lengkap informasinya, yang
memudahkan media tersebut untuk dibawa kemana-mana.Sama halnya
dengan pamflet, booklet juga menyajikan berbagai informasi yang perlu di
tampilkan. Perbedaan booklet dengan pamflet, pamflet informasinya sedikit
namun bookletmemiliki informasi yang sangat kompleks.Selain itu pamflet
biasanya hanya satu lembar dan tidak memiliki halaman berikutnya,
sedangkan booklet memiliki banyak halaman dan booklet umumnya dilipat
menjadi sebuah buku (Slamet Riyanto dalam Darmoko, 2013).
Dalam pemanfaatannya sebagai media komunikasi booklet, tidak
lepas dari kelebihan dan kekurangan seperti halnya media pembelajaran
lainnya. Booklet memiliki beberapa kelebihan antara lain klien dapat
menyesuaikan dari belajar mandiri, selain itu pembaca juga dapat melihat dan
mempelajari isinya pada saat santai. Informasi yang ada pada booklet dapat
dibagikan kepada keluarga dan teman karena mengingat media booklet ini
mudah dibuat secara sederhana, diperbanyak, diperbaiki dan mudah untuk
disesuaikan. Media booklet juga memiliki daya tampung yang lebih luas,
awet dan dapat diarahkan pada segmen tertentu serta dapat mengurangi
kebutuhan mencatat karena media ini sudah memuat semua isi materi yang
paling penting (Ewles dan Simnett, 1994). Sedangkan kekurangan dari
booklet yaitu memerlukan ketrampilan untuk membaca (Putu dan Dewa,
2012). Booklet digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan tentang isu-isu kesehatan, karena booklet
31
memberikan informasi yang spesifik dan banyak digunakan sebagai media
dalam penyuluhan (Mudjiono, 1989).
2.5 Pengetahuan
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,
sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi
sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik
agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat
(Notoatmodjo, 2006). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan.
2.5.1 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang akan mempengaruhi sikap dan
perilaku yang diambil dalam memilih makanan yang dikonsumsi,
sehingga akan berpengaruh pada status gizi individu yang bersangkutan.
Akan tetapi, tingkat pendidikan belum tentu mempengaruhi pengetahuan
seseorang mengenai gizi seimbang.
Walaupun seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah,
apabila orang tersebut rajin mencari informasi mengenai gizi seimbang,
tingkat pengetahuan mengenai gizi seimbangnya pun akan meningkat.
Namun, faktor tingkat pendidikan seseorang menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi mengenai
pengetahuan gizi. Hal ini perlu diketahui untuk memilih metode
32
penyuluhan apa yang tepat untuk digunakan. Dalam kepentingan gizi
keluarga, pendidikan amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap
terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil
tindakan secepatnya (Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM
UI, 2014).
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkat yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, „tahu‟ ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat
menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak
balita.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan,
33
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil
(sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
atausituasi yang lain.
4. Analisa
Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek kedalam komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain.
Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata karena
dapat menggambarkan, membedakan, dan mengelompokkan.
5. Sintesis
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
34
ini berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya.
2.5.2 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang
mempengaruhipengetahuan antara lain yaitu:
1) Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan ternyata belum tentu mempengaruhi
pengetahuan seseorang mengenai gizi seimbang. Seseorang yang
hanya tamat sekolah dasar memang berbeda pengetahuan gizinya
dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih tinggi. Namun, tidak
berarti bahwa seseorang yang hanya tamat sekolah dasar kurang
mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi. Ibu
yang rajin membaca informasi tentang gizi atau turut serta dalam
penyuluhan gizi bukan mustahil akan memiliki pengetahuan tentang
gizi yang lebih baik walaupun memiliki tingkat pendidikan yang
rendah (Septikasari et.al., 2016). Walaupun demikian tentu saja ibu
yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih
mudah dalam menerima pesan dan informasi (Nilakesuma et.al.,
2015).
Pendidikan pada satu sisi mempunyai dampak positif yaitu ibu
semakin mengerti akan pentingnya pemeliharaan kesehatan seperti
pemenuhan gizi keluarga, tetapi di sisi lain pendidikan yang semakin
tinggi juga berdampak pada adanya perubahan nilai sosial yang dapat
35
berpengaruh pada pola hidup sehat termasuk konsumsi makanan
(Septikasari et.al., 2016).
2) Faktor pekerjaan
Ibu yang bekerja di luar rumah sehingga waktu untuk
menyiapkan makanan bergizi menjadi berkurang. Hal ini berdampak
pada pemilihan makanan cepat saji yang sering diberikan kepada
anak dengan nilai gizi yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
(Septikasari et.al., 2016).
3) Faktor pengalaman
Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan,
semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan
semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menyatakan tantang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden.
4) Keyakinan
Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat
secara turun-temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu,
keyakinan positif dan keyakinan negatif dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang gizi seimbang.
5) Sosial budaya
36
Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga
dapatmempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang
terhadap perilaku masyarakat tentang gizi seimbang .
2.6 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb salah seorang psikolog sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan „predisposisi‟
tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka (tingkah laku yang terbuka). Dapat dijelaskan lagi
bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo,2011).
Sikap biasanya diperoleh dari pengalaman seseorang, walaupun orang
tersebut memiliki pengetahuaan tentang gizi dan kesehatan yang kurang
namun belum tentu seseorang tersebut mempunyai sikap yang tidak
mendukung akan upaya gizi seimbang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan
mengenai gizi seimbang yang kurang di dukung dengan sikap yang kurang
baik maka akan menghasilkan perilaku yang kurang baik. Namun jika
pengetahuan tentang gizi seimbang yang baik didukung dengan sikap yang
baik maka akan menghasilkan perilaku gizi seimbang yang baik pula (Arbella
dkk, 2013).
37
2.6.1 Komponen Sikap
Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2011), menjelaskan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu
objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting. Satu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengarkan tentang
penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan
sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa si ibu untuk berpikir dan
berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini
komponen tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk
mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Sehingga si ibu ini
mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio
itu.
2.6.2 Tingkatan Sikap
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
menurut Notoatmodjo (2011) yaitu:
1. Menerima (Receiving)
38
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap
orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu
terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu
benar atau salah, adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
FaktorfaktoryangmempengaruhipembentukansikapmenurutAzwar
(2013)dalam Budiman dan Riyanto (2013)adalah:
1. Pengalaman pribadi
Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk
dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.
39
2. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita
hidup dalam budaya yang mempunyai normal onggar bagi
pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai
sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan
heteroseksual.
3. Orang lain yang dianggap penting
Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita
harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan
pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau
seseorang yang berat khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang
biasanya dianggap penting bagi individu adalah orangtua, orang
yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya,teman
dekat,guru,teman kerja,istri atau suami dan lain-lain.
4. Media massa
Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk
media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini
dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut.
5. Institusi Atau Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
40
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatusis
temme mepunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu.
6. Faktor Emosi Dalam Diri Individu
Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang,
suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi
yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau bentuk
mekanisme pertahanan ego.
2.6.4 Pengukuran Sikap
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis skala pengukuran
Skala Likert untuk mengukur sikap atau respon responden. Skala Likert
yaitu skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau
fenomena pendidikan.Ada dua bentuk pertanyaan yang menggunakan
skala Likert yaitu bentuk pertanyaan positif untuk mengukur sikap
positif, dan bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur sikap negatif
(Djaali dan Muljono, 2009).
Item-item pernyataan yang disusun dalam skala Likert harus jelas
dinyatakan dalam bentuk positif atau negatif. Item positif adalah item-
item pernyataan yang menyatakan dukungan terhadap hal-hal positif
pada suatu topik yang akan di ukur. Sedangkan item-item pernyataan
41
negatif adalah pernyataan yang berlawanan dengan topik yang akan di
ukur. Item yang menyatakan tidak mendukung atau tidak melawan
(netral) yang hendak diukur tidak dimasukkan ke dalam skala
Likert(Habiby, 2017).
Hal yang perlu mendapatkan perhatian ekstra adalah perlunya
kehati-hatian dalam membuat item pernyataan, karena terkadang suatu
item dapat berkonotasi positif bagi suatu kelompok dan bisa
berkonotasi negative bagi kelompok lain. Oleh karena itu, sebaiknya
item-item pernyataan yang dibuat memiliki tingkat konsesus yang
tinggi diantara responden. Selain itu, item yang dibuat hendaknya tidak
menyudutkan responden untuk memilih respon yang sama, karena
apabila semua responden memberi respon yang sama, maka tidak akan
bermanfaat untuk dilakukan analisis selanjutnya (Habiby, 2017).
Biasanya banyaknya jenjang kategori yang terdapat dalam skala
Likert berjumlah lima, yaitu: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Beberapa peneliti ada yang
menggunakan empat kategori (tanpa kategori tengah), enam kategori
atau tujuh kategori. Semua pilihan dapat digunakan, namun perlu
dipertimbangkan bahwa pengurangan jumlah kategori dapat
mempengaruhi penyebaran skor (varians) sehingga cenderung
mengurangi reabilitasnya. Sedangkan menambahkan banyaknya
kategori jawaban akan menambah error varian pada distribusi skornya,
42
oleh karena itu rentang kategori jangan terlalu besar dan jangan terlalu
sedikit (Habiby, 2017).
Teknik pemberian skor dimulai dari 4 untuk item pernyataan positif
dan dimulai dari 1 untuk item pernyataan negatif. Lebih jelasnya akan
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Skoring Pada Skala Likert
Pilihan Kategori Skor Item
Positif
Skor Item
Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Sumber: (Habiby, 2017)
Dalam melakukan skoring terhadap data yang diperoleh
menggunakan skala Likert, kita perlu mengetahui posisi setiap
responden tentang suatu variabel dengan menggunakan skor maksimal
dan skor minimalnya (Habiby, 2017).
2.7 Wanita Usia Subur
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang masih dalam usia
reproduktif (sejak mendapat haid pertama dan sampai berhentinya haid), yaitu
antara usia 15 – 49 tahun, den
Top Related