Sistem Klen Masyarakat Muslim
-
Upload
subhani-kusuma-dewi -
Category
Documents
-
view
165 -
download
5
Transcript of Sistem Klen Masyarakat Muslim
SISTEM KLEN SISTEM KLEN MASYARAKAT MASYARAKAT
MUSLIM: MUSLIM: STUDI KASUS STUDI KASUS KOMUNITAS KOMUNITAS
NELAYAN KOTA NELAYAN KOTA KUPANGKUPANG
Subhani KDSubhani KDFellow AMAN Research ProgramFellow AMAN Research Program
20092009
Latar Belakang Area Riset
Studi Atas Sejarah Kedatangan Islam di NTT dan Kota Kupang
Sistem Klen Masyarakat Muslim
Perubahan dalam Sistem Klen
Kesimpulan
Latar Belakang Area Riset Kupang memiliki luas 3,4% daratan dari seluruh
propinsi NTT dengan kepadatan penduduk tertinggi di propinsi tersebut (1345/km2)
Kehidupan ekonomi masyarakat didominasi oleh sektor tersier terdiri dari perdagangan atau swasta (83%) sementara sektor primer yakni pertanian (6,8%), sedangkan selebihnya ada pada sektor sekunder (10,2%)
Dari sisi agama, didominasi oleh pemeluk agama Kristen Protestan (48%) dan Katholik (11%), sementara pemeluk agama Islam sebanyak (8,3%) dan selebihnya adalah pemeluk Hindu, Budha serta pemeluk agama lokal.
Interaksi sosial di Kota Kupang memiliki karakter yang cukup unik, yakni custom masyarakat untuk tinggal secara berkelompok menurut suku asal mereka. Exp: Kampung Solor, Kampung Bajawa, Kampung Sumba, umumnya dihuni masyarakat suku tersebut.
Pembedaan antara migran-lokal juga cukup mengemuka di kota ini, dan memiliki hubungan linier dengan pilihan mata pencaharian dan agama yang dipeluk oleh warga masyarakat.
Penelitian LIPI (2005) membuktikan terjadinya konflik di tahun 1998 tidak terlepas dari struktur masyarakat yang mengelompok seperti ini.
LIPI, 2005
XX LocalLocal MigrantMigrant
SukuSuku Dawan, Belu, Rote, Sabu, Solor, Jawa, China, Bugis
Kegiatan Kegiatan ekonomiekonomi
Pertanian Perikanan, Perdagangan
AgamaAgama Katholik, Kristen Konghucu, Islam,
Sejarah Kedatangan Islam di NTT dan Kota Kupang
Terdapat dua versi sejarah kedatangan Islam di NTT, pertama karena motif ekonomi. Widyatmika menyebut Islam datang ke Solor abad ke-15 melalui aktifitas perdagangan dari saudagar Palembang bernama Sultan Menanga.
Versi kedua sejarah disampaikan oleh Azyumardi Azra bahwa Islam datang ke Lamakera (Solor) atas peran Sutan Syarif dan istrinya Siti Maemunah, pasangan ulama dari Kerajaan Ternate.
Sementara kedatangan Islam di Kota Kupang baru terjadi antara Abad ke 17-18 disampaikan oleh Sutan Syarif yang kemudian dikenal dengan Atulaganama. Peran Kolonialisme (Portugis dan Belanda) memiliki pengaruh yang besar atas kedatangan islam di Kota ini.
Dari sejarah kedatangan Islam didapatkan kesimpulan yang senada. Antara lain:
1. Islam datang melalui peran pedagang dan ulama dan dipengaruhi oleh kolonialisme.
2. Kedatangan Islam melalui unsur budaya dengan cara pendekatan kepada raja lokal dan perkawinan dengan putri penguasa
3. Keberhasilan da’wah Islam ditentukan oleh figur sentral (raja dan saudagar/ulama)
4. Belum adanya pesantren cukup berpengaruh pada sistem pendidikan agama Islam.
Question: Mengapa figur pemimpin sangat sentral dalam penyebaran Islam? Apa hubungannya dengan karakter budaya lokal yang menjadi setting sosial-historis penyebaran Islam di NTT dan Kota Kupang?
Asumsi…….Hubungan keluarga sangat kuat di NTT. Terlihat
pada interaksi sosial masyarakat Kota Kupang, dan kuatnya peran raja dalam penyebaran Islam.
Kehidupan berkelompok komunitas masyarakat muslim di Kupang adalah karakter budaya yang umum terjadi di NTT.
Sistem apa yang mendasari kuatnya ikatan kekeluargaan tersebut?
Bagaimana sistem ikatan kekeluargaan itu berpengaruh terhadap kehidupan beragama masyarakat muslim?
Sistem Klen Masyarakat MuslimSistem Klen Masyarakat Muslim
Sistem klen masyarakat NTT merupakan hubungan totalitas antara struktur sosial dan faktor budaya masyarakat suku
Hubungan Manusia – Kosmos Siklus kehidupan masyarakat. Kekuatan kosmis dan kehidupan manusia memiliki pusat yang sama, dan termanifestasi melalui hubungan dualisme (langit-bumi, laut-gunung, perempuan-laki-laki, dll) .(Schulte Norldhot, 1971)
Struktur pusat sosial berada di Rumah Adat (Ume-Timor, Nusak-Rote, Lewo-Solor) dengan raja sebagai representasinya. Struktur pusat memiliki dua fungsi: keterikatan sosial geografis dan genealogis. (van der Wouden, 1935)
Masyarakat Muslim (Solor) mengenal totalitas kesatuan Lewo yang terbagi dlm Bela Suku Tigo (Tiga suku besar) dan tujuh sub-klen. Fungsi sosial diperankan oleh tujuh sub-klen dg pembagian: Raja, Imam, penasehat pelayaran, nelayan, guru agama, muadzin, dll. (Luth, 2007)
exp. Sub-klen Dasi berubah fungsi dari raja menjadi imam shalat
Sub-klen Datu semula adalah tuan tanah, lalu menjadi penasehat pelayaran
Sedangkan tiga suku besar berfungsi mengikat anggota suku dalam perkawinan cross-cousin eksklusif yang berfungsi sebagai provider bagi struktur sosial dan ikatan budaya.
Diolah dari van der Wouden, 1935Diolah dari van der Wouden, 1935
Cross-cousin exclusive marriage
Social Factor Cultural Factor
Provide for social role
Maintain familial bond
Supported by myth and ritual
Shape the Lewo
Cross-cousin Exclusive is….Penurunan hak perkawinan (pada patrilineal dari ayah
kepada anak laki-laki, pada matrilineal dari ayah ke anak laki-laki saudara perempuan)
Menurut van der Wouden, sebagai unsur budaya penting, perkawinan cross-cousin eksklusif membentuk ikatan kekerabatan, berlaku hanya secara sepihak dan tidak meniscayakan praktik sebaliknya (cross-cousin parallel)
Hubungan kekerabatan antara suku dijelaskan dengan sistem klasifikatoris:Ana (anak), Ama (Ayah), Ina (Ibu), tiu (bibi dari garis ayah) dan naa (paman dari garis ibu) digunakan untuk menyebut sekelompok individu yang termasuk dalam kelompok tersebut.
A
CB
A
CB
Perubahan dalam Sistem KlenPerubahan dalam Sistem KlenMobilitas masyarakat semakin tinggi, masyarakat
muslim Kupang tidak lagi berpusat pada Lewo secara geografis.a. Tatanan sosial berganti menjadi kampung modernb. Laut adalah kehidupan masyarakat nelayan (menggantikan bumi)c. Akibat Migrasi
Perkawinan cross-cousin eksklusif tidak menjadi preverensia. Pembauran dalam pergaulanb. Tingkat pendidikan, ekonomi, pekerjaanc. Dipertahankan dalam hubungan kekerabatan antar individu dg saling memberi hadiah (gift-giving)
“For lewo’s member it was not easy to neglect their cultural bonding. Adat, are half of their life purpose which never contradicts their life to be a muslim. Namosain’s people always tight up by familial bound of Lewo. Though its structural site was link no more people of modern kampung, their cultural calling always symbolizes the previous unity.” (p. 31)
Pada masyarakat nelayan, hubungan kekerabatan dipertahankan melalui hubungan kerja. exp. Para pemilik kapal (lampara) akan memperkerjakan anggota kerabat sebagai nahkoda, penasehat pelayaran, nelayan body-tepa, dan anak buah di dalam Lamparanya.
Gift-giving adalah ekspresi yang dilakukan masyarakat dalam adaptasinya, dengan cara pemberian makna terhadap tindakan individu akibat pelemahan praktik perkawinan cross-cousin exclusive. (Abdullah, 2006: 42)
Ekspresi antar individu dalam menghormati hubungan kekerabatan dimanifestasikan dalam kebiasaan “Pesta” sebagai simbol utama menggantikan budaya terdahulu, yakni ikatan LewoLewo ikatan geografis, sosial antar anggota klenPesta ikatan kultural, simbol materi/benda
“An exemplary of this cultural symbolization drawn by Pesta (party). Basically, pesta used to call every member of lewo in order to express their thankfulness of God and blessing from ancestors (tetua). The adat took a consequence that imams play their pivotal role in leading the pesta, while Raja’s descendants represent the existence as well approval of the ancestors. This genealogical union, in fact, have never been neglected by Muslim migrant (Solorese) at Kupang.” (p. 32)
Pesta pada saat yang sama menjadi simbol dimana imagined value (Ben Anderson) seperti nilai kebersamaan dalam kekerabatan, solidaritas sosial, rasa syukur pada Allah, dan restu dari para tetua dipertahankan (Anderson, 1991)
Pada masyarakat nelayan uang memiliki posisi penting dalam kehidupan masyarakat yang lebih dinamis dari masyarakat petani. Bahkan, uang menjadi parameter dalam menilai seseorang (Pujo, 2003; Muhadjir, 2006). Penelitian ini membuktikan bahwa pesta adalah site dimana sirkulasi uang para nelayan berpusat. Tetapi pesta menunjukkan arti penting dari sekedar uang. (p. 34)
Pesta pada saat yang sama juga memunculkan kembali representasi sentral seorang ulama atau pemimpin agama.
“…Aktor, berperan untuk menjadi pendukung dan yang mempertahankan budaya, meskipun mereka berada di luar lingkungan kebudayaan asalnya” (Abdullah, 2006: 44)
Pada masyarakat nelayan uang memiliki posisi penting dalam kehidupan masyarakat yang lebih dinamis dari masyarakat petani. Bahkan, uang menjadi parameter dalam menilai seseorang (Pujo, 2003; Muhadjir, 2006). Penelitian ini membuktikan bahwa pesta adalah site dimana sirkulasi uang para nelayan berpusat. Tetapi pesta menunjukkan arti penting dari sekedar uang. (p. 34)
KESIMPULANKESIMPULANSistem klen menjadi konteks dimana Islam datang, dan kemudian melakukan redefinisi terhadapnya.
“Islamization has been a two-sided process. On the one hand, it has consisted of an effort to adapt a universal, in theory….usually well integrated system of ritual and belief to the realities of local, even individual, moral and metaphysical perception. On the other, it consisted of a struggle to maintain……the identity of Islam in general.” (Geertz, 1968; 14)
Sistem klen memiliki dua fungsi sekaligus; provider bagi peran sosial dan hubungan kultural (kekerabatan)
Peran sentral ulama dan raja selalu terlihat (penyebaran Islam, hubungan kekerabatan)
Pada masyarakat muslim (migran) di Kupang, terjadi proses reproduksi budaya baik dari budaya asal, ataupun ekspresi keberislaman mereka. Ia menjadi proses aktif yang menegaskan keberadaan (identitas) komunitas ini dalam kehidupan sosial di Kota Kupang
Terjadi pergeseran pusat kehidupan komunitas dari Lewo dan perkawinan cross-cousin eksklusif menuju ke pesta (sosial dan kultural)
Masyarakat nelayan menjadikan pesta sebagai pusat sirkulasi uang, melalui aktifitas gift-giving di dalam pesta.
Discussion: Bagaimana peran sentral ulama bertemu
dengan birokrasi modern dan tingkat pendidikan, ekonomi, dll?
Bagaimana kemungkinan adanya dominasi atau subordinasi antara berbagai budaya berlaku dalam ekspresi identitas masyarakat muslim Kota Kupang? (budaya Timor, Islam, dan budaya asal Solor)
Dan sebagainya……………….