Ringkasan Bedah Enterotomi Zuchri

10
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN Seminar : Bedah UNIVERSITAS SYIAH KUALA Tanggal : ENTEROTOMI PADA ANJING Penyeminar : Zuchri, S.KH Nim : 1402101020058 Pembimbing : drh. Amiruddin, M.P PENDAHULUAN Hewan mempunyai kebiasaan makan. Pada hewan kecil tak jarang ditemukan benda asing pada organ intestine (usus). Masuknya benda asing kedalam saluran pencernaan dimungkinkan karena kekurangan pakan sehingga hewan cenderung memakan apa saja di sekitarnya. Pemeliharaan anjing yang dilakukan secara semi intensif memungkinkan benda asing (Corpus alineum) termakan oleh anjing, yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi saluran cerna sehingga menimbulkan gangguan terutama pada usus hewan yang bersangkutan.Untuk mengeluarkan benda asing tersebut maka dilakukan prosedur bedah yang disebut enterotomi, yaitu berupa penyayatan pada bagian usus mulai dari serosa sampai ke bagian lumen mukosa.

description

Bedah

Transcript of Ringkasan Bedah Enterotomi Zuchri

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN Seminar: BedahUNIVERSITAS SYIAH KUALATanggal:

ENTEROTOMI PADA ANJINGPenyeminar: Zuchri, S.KHNim: 1402101020058Pembimbing: drh. Amiruddin, M.P

PENDAHULUANHewan mempunyai kebiasaan makan. Pada hewan kecil tak jarang ditemukan benda asing pada organ intestine (usus). Masuknya benda asing kedalam saluran pencernaan dimungkinkan karena kekurangan pakan sehingga hewan cenderung memakan apa saja di sekitarnya. Pemeliharaan anjing yang dilakukan secara semi intensif memungkinkan benda asing (Corpus alineum) termakan oleh anjing, yang dapat menyebabkan terjadinya obstruksi saluran cerna sehingga menimbulkan gangguan terutama pada usus hewan yang bersangkutan.Untuk mengeluarkan benda asing tersebut maka dilakukan prosedur bedah yang disebut enterotomi, yaitu berupa penyayatan pada bagian usus mulai dari serosa sampai ke bagian lumen mukosa.Enterotomi adalah suatu tindakan penyayatan pada usus yang bertujuan untuk mengangkat benda asing atau kemungkinan adanya gangren pada usus (Yusuf, 1995). Benda asing yang ditemukan itu sangat bervariasi seperti kulit yang keras, kain, jarum besi, kawat, seng, rambut, tulang yang keras dan lain-lain yang akan menyebabkan obstruksi pada usus. Indikasi dilakukannya enterotomi yang lain adalah dilakukannya biopsi, pengambilan benda asing (corpus alienum), serta pemeriksaan lumen (Fossum, 1997). Untuk mendiagnosa adanya benda asing pada saluran pencernaan tidak mudah tetapi dengan pemeriksaan rontgen dapat membantu diagnosa (Ibrahim, 2000).Enterotomi dilakukan untuk mengambil benda asing dan apabila jaringan usus masih baik, yaitu bila pulsasi masih ada, jaringan tidak mengalami nekrosis, elastisitas usus masih baik dan warna jaringan masih muda (Yudhi, 2010). Penyayatan dilakukan pada daerah dengan sedikit inervasi pembuluh darah. Penyayatan pada enterotomi sebaiknya tidak terlalu lebar, hal ini dikarenakan jaringan pada usus sangat lunak, lembut dan mudah robek. Apabila sayatan terlalu lebar maka akan mempersulit pada saat penjahitan. Sayatan dilakukan secukupnya atau jika terdapat benda asing pada lumen usus, sayatan sebaiknya sepanjang benda asing yang akan dikeluarkan dengan benda asing tersebut digunakan sebagai tumpuan saat menyayat.

MATERI DAN METODE OPERASITempat dan waktuPelaksaan operasi enterotomi dilaksanakan di Laboratorium Klinik Bedah, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh pada hari Senin,26 Maret 2015.

Alat dan bahanAlat yang digunakan scalpel handledanblade, sharp-sharp, sharp-blunt, needle holder, needle, benangcat gut chromic, benang silk, pinset anatomis dan chirurgis, allis forceps, arteri klem, intestinal forceps, duk klem, tampon, spuit, stetoskop, tampon, pakaian khusus bedah, masker dan sarung tangan. Alat-alat yang digunakan untuk operasi terlebih dahulu harus disterilkan di dalam autoclave, sedangkan bahan yag digunakan adalah alkohol 70%, HO, iodium tincture 3%, NaCl fisiologis, obat premedikasi dengan atropinSulfat, obat anastesi (Xylazin dosis 2 mg/Kg BB dan Ketamin dosis 20 mg/Kg BB), larutan PenicillinStreptomycin, injeksi ampicilin dan salep Gentamycin.

Persiapan PasienSebelum operasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik secara umum meliputi tekanan darah, frekuensi pulsus, frekuensi nafas, suhu tubuh, keadaan umum dari anjing tersebut, dan dilakukan pemeriksaan darah rutin. Jika anjing dinyatakan memenuhi syarat, maka operasi dapat dilaksanakan. Anjing harus dipuasakan makan selama 12 jam dan puasa minum selama 6 jam terlebih dahulu sebelum operasi dilakukan dengan tujuan agar kondisi usus dalam keadaan kosong sehingga anjing tidak muntah dalam kondisi teranastesi. Daerah sekitar abdomen, terutama daerah sekitar linea mediana, dibersihkan bulunya, yaitu dengan cara daerah tersebut dibasahi dengan air sabun terlebih dahulu kemudian dicukur bulunya menggunakan silet yang tajam searah dengan arah rebah bulu, kemudian daerah tersebut dibersihkan dengan air lalu di olesi dengan alkohol 70 % ditunggu kira-kira 2 menit baru diolesi dengan iodium tincture secara sirkuler.

Persiapan Meja dan Alat OperasiMeja operasi disterilisasi dengan cara dilap dengan lap basah kemudian dikeringkan. Meja operasi disterilkan dengan menggunakan air sabun dan dilap sampai bersih dan kering. Alat operasi dalam keadaan steril diletakkan dimeja khusus dan disusun secara urut didekat meja operasi.

Persiapan Operator dan Co-operatorOperator dan co-operator harus dalam keadaan asepsis dan steril selama berlangsungnya operasi. Tangan dicuci bersih dari ujung jari sampai siku dengan sabun dan dibilas dengan air bersih yang mengalir sampai bersih kemudian didesinfektan dengan menggunakan alkohol 70%. kemudian operator dan co-operator menggunakan sarung tangan, masker dan pakaian khusus bedah. Keadaan tersebut harus dipertahankan sampai operasi selesai.

Premedikasi dan Anestesi

Atropin sulfat diberikan dengan dosis 0,02- 0,04 mg/kgBB secara subkutan. Atropin sulfat digunakan sebagai premedikasi anastesi dengan tujuan utama untuk menekan produksi air liur dan sekresi jalan nafas dan juga mencegah reflek yang menimbulkan gangguan jantung atau mencegah timbulnya bradikardia (Sardjana dan Kusumawati, 2004)Setelah 10 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian obat anestesi ketamin dengan dosis 10-20 mg/kg BB dan xylazin dengan dosis 1-2 mg/kg BB secara intramuskuler (Kumar, 1997). Kombinasi antara ketamin dan xylazine merupakan kombinasi terbaik bagi kedua agen ini untuk menghasilkan analgesia. Banyak hewan yang teranastesi secara baik dengan menggunakan kombinasi ini. Anastesi dengan ketamin-xylazine memiliki efek lebih pendek jika dibandingkan dengan pemberian ketamin saja, tetapi kombinasi ini menghasilkan relaksasi muskulus yang baik tanpa konfulsi. Emesis sering terjadi pasca pemberian ketamin-xylazine, tetapi hal ini dapat diatasi dengan pemberian atropin 15 menit sebelum pemberian ketamin-xylazine. Efek anastesi akan timbul setelah 10-30 menit, dan kembalinya kesadaran timbul setelah 1-2 jam.

Teknik Operasi

Setelah pasien dalam keadaan teranestesi, pasien diletakkan di atas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency. Untuk mempertahankan posisi tersebut, keempat kaki pasien difiksasi pada meja operasi. Daerah abdomen diolesi dengan alkohol secara sirkuler dari sentral keperifer, kemudian setelah kering (2 menit) diolesi dengan iodium tincture. Setelah itu duk dipasang dan difiksir dengan duk klemp. Operasi dimulai dengan melakukan incisi pada kulit, kemudian dilanjutkan dengan membuka subcutan, linea alba dan terakhir peritoneum yang tipis. Incisi dilakukan pada linea alba dengan menggunakan scalpel, setelah itu dilakukan preparasi tumpul dengan menggunakan sharp-blunt untuk mempermudah mendapatkan linea alba. Bagian kiri dan kanan dari linea alba dijepit dengan menggunakan allis forceps, kemudian dibuat irisan kecil secara hati-hati dengan menggunakan ujung gunting atau scalpel. Irisan tersebut diperpanjang dengan menggunakan sharp-sharp. Tepi irisan dikuakkan dengan menggunakan allis forceps sehingga rongga abdomen terbuka dan usus yang akan dioperasi dapat dikeluarkan. Incisi pada dinding usus dilakukan pada daerah dimana vaskularisasinya sedikit. Di antara bagian usus yang akan diincisi dijepit pada bagian kanan dan kirinya dengan forceps intestinal agar tidak merusak jaringan. Penutupan dinding usus lapisan mucosa dijahit dengan simple continous dan dinding usus lapisan serosa dijahit dengan pola jahitan lambert dengan menggunakan benang catgut chromic. Sebelum rongga abdomen ditutup, dilakukan uji pada sambungan usus yang berfungsi untuk memastikan tidak adanya kebocoran atau kebuntuan pada daerah jahitan dengan cara : Memasukkan cairan NaCl fisiologis kedalam lumen usus untuk uji kebocoran. Memasukan larutan penstrep kedalam lumen usus pada daerah jahitan, untuk mencegah infeksi sekunder.Setelah jahitan selesai, usus dikembalikan kedalam cavum abdomen pada posisinya semula dan masukkan larutan penstrep kedalam cavum abdomen untuk meminimalisir kemungkinan terjadi kontaminasi. Bersihkan bagian usus dan seluruh abdomen jika terjadi kontaminasi. Tempatkan omentum di atas garis jahitan sebelum menutup bagian perut (Fossum,2002). Penutupan dinding abdomen dimulai dengan penjahitan linea alba dan peritoneum dengan pola jahitan simple interrupted menggunakanbenang silk. Muskulus dijahit dengan pola simple continuous menggunakan benangcatgut chromic, subkutan dijahit dengan pola jahitan subcuticular menggunakan benang catgut chromic dan kemudian kulit dijahit simple interrupted menggunakan benang silk. Bagian yang dijahit tersebut kemudian dibersihkan dengan iodium tincture 3%.

Perawatan Pasca OperasiPerawatan pasca operasi meliputi pemberian vitamin B.Comp untuk supportif. Pemberian antibiotik berupa ampicilin dengan dosis 10-20 mg/kg BB dan luka bekas operasi sebelumnya dibersihkan dengan antiseptik, setelah itu diolesi dengan salap Gentamyicin dua kali sehari sampai luka mengering. Selain itu juga dilakukan monitoring terhadap denyut jantung, pernafasan dan temperature tubuh. Pemberian makanan juga harus diperhatikan, yaitu dengan permberian makanan halus dan mudah dicerna. Pengambilan jahitan dilakukan 1 minggu pasca operasi (Fossum, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Fossum TW, et al. 1997. Small Animal Surgery.Ed ke-1. Missouri: Mosby-Year Book, Inc.Fossum, T.W. 2002.Small Animal Surgery Second Edition.C.V. Mosby.St LouisIbrahim, R. (2000). PengantarIlmuBedahUmumVeteriner. Syiah Kuala University Press. BandaAceh.Kumar, A., 1997. Veterinary Surgical Techniques.Vikas Publishing House PVTLTD. New Delhi.Sardjana, I Komang Wirasa dan Kusumawati, D. 2004. Anastesi Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.Yudhi. 2010.Enterotomi dan Premedikasi Serta Anastesi Umum.Universitas GajahMada.Yogyakarta.Yusuf I. 1995.Ilmu Bedah Khusu sVeteriner. Diktat. Fakultas Kedokteran Hewan.Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh