Referat Saraf Rima
-
Upload
rima-rizqi-meltahayati -
Category
Documents
-
view
243 -
download
2
description
Transcript of Referat Saraf Rima
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Hemifasial Spasme termasuk dalam golongan movement disorders yang
secara karakteristik ditandai dengan adanya kontraksi involunter otot wajah yang
dipersarafi oleh saraf kranialis VII (N.facialis). Bersifat paroksismal, timbul
secara sinkron dan intermitten pada satu sisi wajah. Kontraksi bersifat tonik
klonik dengan variasi derajat keparahannya. Umumnya kontraksi dimulai di
daerah sekitar mata (musculus orbicularis oculi), menjalar secara bertahap ke
otot daerah pipi dan akhirnya ke daerah mulut (musculus orbicularis oris).
Data evidence menunjukkan bahwa hemifasial spasme primer paling
banyak disebabkan oleh vascular dekompresi. Prevalensi spasme hemifasial
dilaporkan oleh Auger dan Whisnat ( 1990 ) adalah 14,5 per 100.000 populasi
wanita dan 7,4 per 100.000 populasi pria. Hemifasial spasme ini timbul pada usia
dekade limapuluhan dan lebih banyak dijumpai pada wanita. Di Indonesia belum
ada data yang pasti tentang penderita spasme hiemifasial. Pada penelitian oleh
Jusuf Misbach ( agt 1999 – 31 jan 2001) tentang penggunaan injeksi toksin
botulinum pada hemifasial spasme dari 20 pasien yang ada terdapat 19 pasien
laki-laki ( 95%) dan 1 pasien wanita (5%).
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 1 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Suatu kondisi yang dikarakteristikkan sebagai spasme klonik unilateral
yang di mulai dari musculus orbicularis oculi dan menyebar ke otot-otot fasial
lainnya. Otot stapedius dapat mengalami spasme juga yang ditandai dengan ada
bunyi clicking ipsilateral. Kontraksinya irregular, intermittent dan bisa memburuk
apabila ada faktor pemicu berupa stress emosi dan kelelahan.
Gambar pasien hemifasial Spasme
II.2 EPIDEMIOLOGI
Secara umum berdasarkan data di Amerika, prevalensi hemifasial spasme
mencapai 9,8 - 11 per 100.000 jiwa dari total populasi. Tapi tidak diketahui secara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 2 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
pasti data populasi di Asia, walaupun prevalensi Hemifasial spasme di Asia lebih
banyak daripada trigeminal neuralgia.
Adapun beberapa epidemiologi berdasarkan kelompok tertentu :
1. Berdasarkan persebaran ras: semua ras mempunyai prevalensi yang seimbang
atau sama
2. Berdasarkan persebaran gender: wanita lebih banyak daripada pria (2:1)
3. Berdasarkan persebaran umur:
- Hemifasial idiopatik typical mulai pada decade ke-5 atau ke-6 kehidupan
- Onset hemifasial spasme pada pasien yang lebih muda dari 40 tahun
jarang terjadi dan biasanya karena penyakit sekunder seperti multiple
sclerosis.
II. 3 ANATOMI
Nukelus fasialis menerima serabut-serabut yang menyilang dan tidak
menyilang melalui traktus kortikobulbaris. Otot-otot wajah dibawah dahi
menerima inervasi dari korteks kontralateral (hanya serabut kortikobulbaris yang
menyilang). Apabila terdapat suatu lesi rostral dari nukleus fasialis akan
menimbulkan paralisis dari otot-otot fasialis kontralateral kecuali otot frontalis
dan orbikularis okuli. Karena otot frontalis dan orbikularis okuli menerima
inervasi dari kortikal bilateral, maka otot-otot tersebut tidak akan dilumpuhkan
oleh lesi yang mengenai satu korteks motorik atau jaras kortikobulbarisnya.
Saraf kranial N. VII (fasialis) mengandung 4 macam serabut, yaitu :
1. Serabut somato-motorik, yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali M.
Levator palpebra (N. III)), M. Platisma, M. Digastrikus bagian posterior,
M. Stilohioid dan M. Stapedius di telinga tengah.
2. Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus
salivatorius superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa
faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar
serta sublingual dan lakrimalis.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 3 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
3. Serabut visero-sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di
2/3 bagian depan lidah.
4. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan
rasa raba) dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh nervus
trigeminus. Daerah overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf
(tumpang tindih)) ini terdapat di lidah, palatum, meatus akustikus elsterna
dan bagian luar gendang telinga.
Nervus fasialis terutama merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-
otot ekspresi wajah. Disamping itu saraf ini membawa serabut parasimpatis ke
kelenjar ludah, kelenjar air mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung.
Dan ia juga menghantarkan berbagai jenis sensasi eksteroseptif dari daerah
gendang telinga, sensasi 2/3 depan lidah, dan sensasi viseral umum dari kelenjar
ludah, mukosa hidung, dan faring. Dan sensasi proprioseptif dari otot-otot yang
disarafinya.
Sel sensorik terletak di ganglion genikulatum, pada lekukan saraf fasialis
di kanal fasialis. Sensasi pengecapan dari 2/3 depan lidah dihantar melalui saraf
lingual ke korda timpani dan kemudian ke ganglion genikulatum. Serabut yang
menghantar sensasi eksteroseptif mempunyai badan selnya di ganglion
genikulatum dan berakhir pada akar desenden dan inti-inti akar desenden dari
saraf trigeminus.
Inti motorik N. VII terletak di pons. Serabutnya mengitari inti N. IV dan
keluar di bagian lateral pons. N. VII bersama N. Intermedius dan N. VIII
kemudian memasuki meatus akustikus internus. Disini N. VII bersatu dengan N.
Intermedius dan menjadi satu berkas saraf yang berjalan dalam kanalis fasialis dan
kemudian masuk ke dalam Os mastoid. Ia keluar dari tulang tengkorak melalui
foramen stilomastoid dan bercabang untuk mensarafi otot-otot wajah.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 4 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
Gambar 1. Anatomi nervus fasialis
II. 4 ETIOLOGI
Pada dasarnya etiologi dari hemifasial spasme masih belum bisa diketahui
secara pasti, tetapi gejala tersebut muncul karena terjadinya iritasi atau kompresi
pada pembuluh darah yang terkait dengan persarafan pada nervus kranial tujuh.
Hal tersebut menyebabkan demyelinisasi dan “short circuiting” diantara saraf-
saraf tersebut.
Adapun beberapa mekanisme yang bisa menyebabkan terjadinya hemifasial
spasme:
Idiopatik
Vascular compression
Facial nerve compression oleh massa
Lesi batang otak seperti stroke atau plak multiple sclerosis
Trauma atau bells palsy.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 5 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
II. 5 PATOFISIOLOGI
Pertama kali dideskripsikan oleh Gowers pada tahun 1884, hemifasial
spasme menunjukkan myoclonus segmental pada otot yang di inervasi oleh saraf
fasial. Kelainan ini umumnya tampak pada decade 5 atau 6 dari kehidupan.
Kebanyakan secara unilateral meskipun dapat terjadi secara bilateral namun
sangat jarang dijumpai kasus seperti itu. Hemifasial spasme secara umum dimulai
dengan gerakan clonus pada musculus orbicularis oculi dan menyebar ke beberapa
otot-otot wajah yang lainnya (corrugator, frontalis, orbicularis oris, platysma,
zygomaticus).
Iritasi yang terjadi secra kronis pada nervus fasialis atau nucleus
merupakan penyebab secara universal hemifasial spasme, dan hal tersebut bisa
disebakan oleh beberapa faktor penyebab.
Iritasi pada nucleus nervus fasialis dipercaya memacu terjadinya reaksi
hipereksitasi dari nucleus nervus fasialis, sehingga iritasi pada segment proksimal
nervus tersebut menyebabkan gangguan transmisi diantara nervus-nervus fasialis.
Maka kemungkinan besar akan menyebabkan short circuiting diantara saraf
tersebut. Pada tampakan klinis akan muncul sebagai rhythmic involuntary
myoclonic contractions yang di observasi sebagai hemifacial spasm.
Lesi-lesi compresive (sebagai contoh: tumor, arteriovenous malformation,
Paget disease) dan lesi-lesi noncompressive (sebagai contoh: stroke, multiple
sclerosis plaque, basilar meningitis) akan tampak dengan manifestasi klinis berupa
hemifacial spasm. Secara singkat penyebab hemifasial spasme adalah idiopatik
tetapi beberapa mekanisme juga bisa disebabkan oleh kelainan pembuluh darah
(sebagai contoh,, distal branches of the anterior inferior cerebellar artery or
vertebral artery) menekan nervus fasialis pada cerebellopontine angle.
II. 6 KLASIFIKASI
Hemifasial spasme di bedakan atau diklasifikasikan berdasarkan jalur
kontraksinya. Sehingga di bagi menjadi :
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 6 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
Hemifasial spasme tipe typical: yaitu kontraksi dimulai pada musculus
orbicularis oculi dan menjalar secara bertahap ke otot daerah pipi dan
menyebar ke daerah mulut, meliputi musculus orbicularis oris,buccinator dan
platysma.
Hemifasial spasme tipe atypical: yaitu dimana kontraksi otot tidak selalu
dimulai dari musculus orbicularis oculi. Untuk atypical hemifasial spasme
lebih jarang ditemukan. Madjid Samii dkk menemukan dari 143 pasien
spasme hemifasial kasus typical ditemukan pada 95,9% dan atypical 4,1%.
II. 7 MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis:
Kedutan pada kelopak mata secra intermittent
Kesulitan untuk menutup mata
Terjadi spasme otot-otot wajah bawah
Mulut tertarik pada salah satu sisi wajah
Terjadi spasme yang terus-menerus atau berkelanjutan di seluruh otot wajah
pada salah satu sisi wajah.
Tanda klinis:
Hemifasial spasme secara karakteristik ditandai adanya kontraksi
involunter otot wajah yang dipersarafi N.VII ( N. facialis ) , bersifat paroksismal,
timbul secara sinkron dan intermitten pada satu sisi wajah.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 7 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
II. 8 PEMERIKSAAN FISIK
Yang dapat kita evaluasi pada pemeriksaan secara fisik adalah munculnya
gerakan involunter pada otot-otot wajah secara intermittent pada salah satu sisi
wajah.
II. 9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat menunjukkan
karakteristik dan sekaligus etiologi dari hemifasial spasme.
Electromyography (EMG)
Merupakan sebuah test yang mengukur dan merekam aktivitas elekrik
yang berasal dari aktivitas otot saat istirahat (relaksasi) maupun saat aktif
(kontraksi). Pada EMG akan menunjukkan frekwensi yang irregular, tajam,
dang frekwensi tinggi (150-400 Hz) pada motor unit yang potensial yang
mana berhubungan dengan klinis dari gerakan wajah.
Magnetic resonance imaging (MRI)
Merupakan sebuah test yang menggunakan gelombang magnet untuk
membuat dan melihat gambaran struktur yang terdapat di dalam kepala.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 8 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
Merupakan pemeriksaan pilihan khususnya jika di duga terdapat underlying
compressive lesion.
Computed tomography (CT) scan
Merupakan salah satu tipe dari X-y yang digunakan untuk membuat
gambaran dari struktur yang terdapat dalam kepala.
Angiography
Merupakan pemeriksaan X-ray pada pembuluh darah dengan cara di isi
dengan pemberian material kontras. Imaging yang berfunsi sebagai penunjang
apabila terdapat aneurysme atau vascular decompressions. Tetapi untuk
mengklarifikasi hasil tersebut adalah dengan tindakan pembedahan.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 9 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
II. 10 DIAGNOSIS
Spasme hemifasial harus dibedakan dengan tics, blepharospasm dan facial
myokimia. Secara klinis karakteristik facial myokimia berupa suatu gerakan
menyerupai getaran otot muka yang menetap dan berlanjut. Gambaran EMG
berupa salah satu cetusan (discharge) spontan yang asinkron dari motor unit yang
berdekatan.
Pada tic”s gerakan biasanya bersifat tiba-tiba, sesaat,stereotipik dan
terkoordinasi serta berulang dengan interval yang tidak teratur. Penderita biasanya
merasakan keinginan untuk melakukan gerakan-gerakan tersebut. Dengan
demikian penderita merasa lega. Penderita tic”s biasanya berhubungan dengan
penyakit obsesive compulsive.
Pemeriksaan EMG pada hemifasial spasm secara karakteristik ditandai
timbulnya irama gelombang frekuensi tinggi ( 150-400 Hz ), dengan sinkronisasi.
Sedangkan pada blink refleks dengan perekaman elektrofisiologis dapat terlihat
sinkinesis dari otot-otot yang dipersarafi oleh cabang-cabang N.VII secara jelas.
Pada pasien ini hasil ENMG menunjukkan adanya spasme otot wajah kanan
( spasme hemifasial ).
Diagnosa pasti penyebab spasme hemifasial sulit ditegakkan. Ada
beberapa penyebab yang dapat menimbulkan spasme hemifasial, yaitu tumor,
malformasi pembuluh darah dan proses infeksi lokal yang semuanya dapat
menimbulkan penekanan pada nervus VII.
Sebagai penyebab terbanyak dan telah dibuktikan yaitu adanya penekanan
oleh pembuluh darah . Dari 143 kasus spasme hemifasial yang dilakukan tindakan
mikrovaskular dekompresi didapatkan copressing vessel yang paling sering adalah
Anterior Inferior Cerebellar Artery ( AICA) pada 73 kasus ( Madjid S.dkk,1998).
II. 11 DIAGNOSIS BANDING
Gerakan otot wajah hanya merupakan sebuah gejala. Kecemasan,
Kelelahan serta membaca mungkin juga bisa menyebabkan atau memicu gerakan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 10 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
tersebut. Berikut ini beberapa diagnosis banding gejala gerakan otot wajah yang
involunter.
Hemimasticatory spasm
o Hemimasticatory spasm merupakan analog dari hemifasial spasme dan
terjadi karena iritasi dari nervus trigeminal.
o Kondisi ini jarang ada, merupakan segmental myoclonus dan nampak
sebagai kontraksi unilateral involunter pada otot yang dipersarafi oleh
nervus trigeminus untuk mengunyah (biasanya m. masseter)
o Mirip dengan hemifacial spasm, hemimasticatory spasm berespon
terhadap pengobatan dengan botulinum toxin.
Myoclonic movements
o Myoclonic movements juga merupakan gangguan pada otot-oto fasial
yang disebabkan oleh lesi pada otak atau level batang otak.
o Kondisi ini dibedakan dari hemifasial spasm berdasarkan distribusi ke
abnormalan gerakan (lebih menyeluruh dan memungkinkan bilateral)
dan bisa di evaluasi dengan electrodiagnostic.
o Imaging studies mampu mendeteksi underlying cause.
o Central myoclonus berespon terhadap terapi anticonvulsan.
Oromandibular dystonia
o Oromandibular dystonia (OMD) merupakan dystonia yang menyerang
lower facial musculature, dominan pada rahang, pharynx, dan lidah.
o Ketika oromandibular dystonia terjadi dan bersamaan dengan
blepharospasm, kelainan ini disebut sebagai Meige syndrome.
o Jaw-opening forms dari oromandibular dystonia merupakan indikasi
keterkaitan dari digastric dan lateral pterygoid. Jaw-closing
oromandibular dystonia termasuk adalah masseter, temporalis, dan
medial pterygoid.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 11 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
o Jaw deviation, meg indikasikan jarang nha keterkaitan dari lateral
pterygoid
o Botulinum toxin merupakan terapi pilihan pada oromandibular
dystonia dan paling efektif pada the jaw-closure type.
o Karena pada treatment terdapat resiko aspirasi maka tidak pernah
dilakukan inject botulinum toxin pada lidah.
Craniofacial tremor
o Craniofacial tremor mungkin berhubungan dengan adanya with
essential tremor, Parkinson disease, thyroid dysfunction atau
electrolyte disturbance.
o Sangat jarang terjadi.
o Merupakan Focal motor seizures yang harus dibedakan dengan facial
movement disorders, khususnya hemifasial spasme.
Facial chorea
o Facial chore terjadi dalam konteks systemic movement disorder
(seperti, Huntington disease, Sydenham chorea).
o Chorea merupakan kumpulan gerakan yang random, mengalir, dan tak
berpola.
o Kelainan yang berhubungan spontaneous orofacial dyskinesia pada
orang tua.
Tics
o Facial tics merupakan gerakan yang jelas, berulang, dan terkoordinasi
serta gerakan yang sedikit disadari pada kelompok otot di wajah dan
leher.
o Tics terjadi secara fisiologis atau berhubungan dengan diffuse
encephalopathy.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 12 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
o Beberaa pilihan pengobatan adalah (contoh, anticonvulsants, caffeine,
methylphenidate, antiparkinsonian agents) dihubungkan dengan
produksi tics.
o Gerakan tungal, berulang dan stereotyped (contoh, repetitive
grimacing, throat clearing, vocalizations) disebut sebagai a simple tic
disorder.
Facial myokymia
o Facial myokymia tampak sebagi vermicular twitching dibawah kulit,
sering tampak seperti wavelike spread.
o Dibedakan dari abnormal facial movements dilihat dari karakteristik
electromyogram discharges yang tampak jelas/tajam, berulang pada
potesial motor unit dengan frekwensi 2-60 Hz dan di interupsi
beberapa detik dengan frekwensi yang diam.
o Facial myokymia mungkin terjadi karena kelainan brainstem process.
Kasus yang berat berespon terhadap terapi botulinum toxin.
o Kasus terbanyak adalah idiopatik dan sembuh sendiri dalam beberapa
minggu.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 13 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
II. 12 PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa pilihan pengobatan sesuai dengan patofisiologi
penyakitnya serta berat ringannya gejala hemifasial spasme.
- Injeksi Botulinum
Pilihan terapi yaitu dengan injeksi toksin botulinum dengan panduan
berdasarkan hasil EMG. Akan menghilangkan spasme dalam waktu sekitar
3-5 hari setelah injeksi dan di terapi kurang lebih selama 6 bulan.
Efek samping yang timbul dari injek toksin botulinum adalah munculnya
facial asymmetry, ptosis, facial weaknes tetapi biasanya hanya transient
saja.
Berdasarkan laporan yang ada, kebanyakan pasien mempunyai respon
yang baik terhadap pengobatan ini.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 14 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
Pengobatan
Digunakan pada pasien dengan lesi yang non kompresif dang idiopatik
hemifasial spasme.
Respon terhadah pengobatan bervariasi, tetapi sangat memuaskan pada
derajat kasus yang ringan sampai sedang.
Agent yang menjadi pilihan adalah carbamazepine dan benzodiazepines
(contoh, clonazepam).
Sebaiknya pengobatan ini dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan
jika derajat kasusnya ringan atau pada pasien yang menolak injeksi
botulinum.
- Surgical Care
Sebagai terapi definitive lesi yang kompresif.
o Pembuluh darah yang ektasis bisa menyebabkan hemifasial spasme
oleh karena adanya kompresi nervus fasialis yang terdapat pada
batang otak.
o Surgical decompression pada penbuluh darah tersebut akan
menunjukkan hasil yang baik dan memuaskan.
o Pasien yang mempunyai kelainan idiopatik mungkin
menguntungkan apabila dilakukan eksplorasi padavposterior fossa
dan microvascular decompression.
o Myectomy sangat jarang dilakukan.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 15 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
- Medication Summary
Tujuan dari terapi adalah me-reduksi kontraksi otot yang abnormal.
Pilihan terapinya adalah botulinum toksin tipe A. Carbamazepin, benzodiazepine
dan baclofen juga digunakan sebagai pengobatan pada pasien yang menolak terapi
toksin botulinum dan bukan kandidat terapi pembedahan.
II. 13 PROGNOSIS
Prognosis untuk individu dengan hemifacial spasm tergantung pada
pengobatan dan respon mereka terhadap pengobatan. Beberapa individu akan
menjadi relative bebas dari gejala dengan terapi injeksi, beberapa mungkin
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 16 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
memerlukan operasi dekompresi. Dalam kebanyakan kasus, kesembuhan dapat
dicapai, dengan gejala sisa yang dapat ditoleransi.
Penyembuhan yang lambat sangat mendukung hipotesis bahwa hemofacial
spasm tidak hanya disebabkan oleh denyutan mekanik arteri yang memanjang
terhadap zona keluar akar saraf wajah, tetapi juga karena demielinasi saraf dan/
atau hiperaktivitas dari motor nucleus wajah yang dihasilkan oleh kompresi
neurovaskular.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Page 17 Fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Kota Semarang Periode 27 Juli – 29 Agustus 2015
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams RD, victor.M and Ropper A.H.Principles of neurology. Sixth ed, McGraw Hill:
Alexander. Carbamazepin for hemifacial spasm. Neurology 1990;40:286-287.
2. Anonim.2010.
http://medicastore.com/penyakit/3160/Kejang_hemifacial_Hemifacial_Spasm.html.
diakses: 10 agustus 2015
3. Gulevich, steven, et al. 2010. Medscape. http://emedicine.medscape.com/article.
Hemifacial spasme. diakses: 10 agustus 2015. American Academy of Neurology and
Colorado Medical Society
4. Hanson MR, Disturbance of lower cranial nerve In : Bradley et al.Neurology in clinic
5. Hitshi et al. Cerebellopontine Angle Epidermoids. Presenting with Cranial nerve
Dysfunction: Pathogenesis and Long term surgical results in 30 patients. Neurosurgery
2002;50:276-286.
6. Istiana. 2005. Laporan kasus: SPASME HEMIFASIAL. Residen Neurologi FKUI
7. J Korean, et al. 2007. Journal Neurosurg Soc Hemifacial Spasm : A Neurosurgical
Perspective Hemifacial spasm. Department of Neurosurgery,Samsung Medical Center:
Sungkyunkwan University School of Medicine, Seoul, Korea
8. Jusuf Misbach, penggunaan injeksi toksin botulinum pada spasme hemifasial.Neurona vol
18 no 2 januari 2001 :51-54.
9. Lang A.E. Approach to common neurological problems. In: Bradley et al.Neurology
10. Maadjid et al. Microvascular Decompression to treat hemifacial spasm : long term results
for a consecutive series of 143 patients.Neurosurgery 2002 ;50:712-719.
11. Kenneth W. Lindsay, et al. 2004. Neurology and Neurosurgery Illustrated. Philadelphia:
Churchill livingstone
18