Profil_Aceh Selatan_2012_OK.docx
-
Upload
oman-yuliansyah -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of Profil_Aceh Selatan_2012_OK.docx
XX. KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/1
I. GAMBARAN UMUM
1.1. Administrasi
Gambar 20.1.
Peta Administratif Kabupaten Aceh Selatan
Kabupaten Aceh Selatan merupakan
salah satu kabupaten di Provinsi
Aceh dengan ibukota kabupaten
adalah Tapaktuan, yang terletak
antara 20 23’ - 30 36’ LU dan 960 54’ -
970 51’ BT dengan ketinggian rata-rata
500 m di atas permukaan laut.
Kabupaten Aceh Selatan
memiliki luas wilayah sebesar
4.005,10 km2 atau 400.510 Ha
dengan batas-batas sebagai
berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh
Singkil;
- Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara.
Kabupaten Aceh Selatan terbagi ke dalam 18 kecamatan, 43 mukim dan 248 desa.
Tabel 20.1.
Luas Wilayah per Kecamatan
No. KecamatanLuas Wilayah
(Km2)Jumlah Mukim
Jumlah Desa
1. Trumon 440,7800 2 12
2. Trumon Timur 432,9500 1 8
3. Trumon Tengah 324,8567 2 10
4. Bakongan 91,1322 2 5
5. Bakongan Timur 128,0924 1 7
6. Kota Bahagia 183,5223 2 10
7. Kluet Selatan 152,1051 3 17
8. Kluet Timur 263,2710 2 7
9. Kluet Utara 146,5620 3 19
10. Pasie Raja 567,2858 2 20
11. Kluet Tengah 284,7227 1 13
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/2
12. Tapaktuan 92,6801 2 15
13. Samadua 96,7047 4 28
14. Sawang 182,6686 4 15
15. Meukek 408,3925 4 22
16. Labuhan Haji 43,7447 3 16
17. Labuhan Haji Timur 85,3828 2 11
18. Labuhan Haji Barat 80,2468 3 13
Jumlah 4.005,1004 43 248Sumber : Aceh Selatan Dalam Angka Tahun 2012
1.2. Penggunaan Lahan
Berdasarkan data Aceh Dalam Angka 2011, diketahui bahwa penggunaan lahan
Kabupaten Aceh Selatan didominasi oleh perkebunan yaitu sebesar 53.662 Ha,
sedangkan penggunaan lahan yang kurang menonjol adalah kolam yaitu sebesar
542 Ha.
Tabel 20.2.
Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010
No. Pemanfaatan Ruang Luas (Ha)1. Perkarangan/Lahan untuk Bangunan dan Halaman Sekitar 14.308
2. Tegal/Kebun 22.258
3. Padang Rumput 4.549
4. Tambak 997
5. Kolam 542
6. Hutan Rakyat 23.837
7. Hutan Negara 33.358
8. Ladang/Huma 15.413
9. Perkebunan 53.662
10. Sawah 20.204
Total 189.128Sumber : Aceh Dalam Angka 2011
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/3
Gambar 20.2.
Grafik Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Selatan
14,308 22,258 4,549
997 542
23,837
33,358
15,413
53,662
20,204
Perkarangan/Lahan untuk Bangunan dan Halaman Sekitar
Tegal/Kebun
Padang Rumput
Tambak
Kolam
Hutan Rakyat
Hutan Negara
Ladang/Huma
Perkebunan
Sawah
1.3. Karakteristik Kependudukan
Populasi (2011) : 207.025 jiwa
Populasi (2015) : 214.664 jiwa (proyeksi)
Jumlah Kepadatan : 51,69 jiwa/km2
Jenis Kelamin
Laki : 49,31 %
Perempuan : 50,69 %
Usia Tengah (median) : 25 tahun
Lulusan Perguruan Tinggi (S1-S3) : 1,09 %
Lulusan Pendidikan Dasar (SD-SMA) : 20,10 %
Upah Minimum Regional (UMR) : Rp. 1.400.000,- (SK Gubernur NAD No. 76
Tahun 2011, tanggal 22 Desember 2011)
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/4
Gambar 20.3.
Grafik Distribusi Usia Kabupaten Aceh Selatan
0 - 45 - 910 - 1415 - 1920 -2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 7475+
Perempuan
0 - 45 - 9
10 - 1415 - 1920 -2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 5960 - 6465 - 6970 - 74
75+
- 5,000 10,000 15,000 Laki-laki
Tabel 20.3.
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Menurut Kecamatan Kabupaten
Aceh Selatan Tahun 2011
No. KecamatanLuas
Wilayah %Penduduk
%Kepadatan
(km2) (Jiwa) (Jiwa/km2)
1. Trumon 440,7800 11,01 4.217 2,04 9,57
2. Trumon Timur 432,9500 10,81 7.063 3,41 16,31
3. Trumon Tengah 324,8567 8,11 5.400 2,61 16,62
4. Bakongan 91,1322 2,28 4.862 2,35 53,35
5. Bakongan Timur 128,0924 3,20 5.218 2,52 40,74
6. Kota Bahagia 183,5223 4,58 6.245 3,02 34,03
7. Kluet Selatan 152,1051 3,80 12.604 6,09 82,86
8. Kluet Timur 263,2710 6,57 9.473 4,58 35,98
9. Kluet Utara 146,5620 3,66 22.350 10,80 152,50
10. Pasie Raja 567,2858 14,16 15.762 7,61 27,78
11. Kluet Tengah 284,7227 7,11 6.029 2,91 21,17
12. Tapaktuan 92,6801 2,31 22.911 11,07 247,21
13. Samadua 96,7047 2,41 14.758 7,13 152,61
14. Sawang 182,6686 4,56 14.010 6,77 76,70
15. Meukek 408,3925 10,20 18.325 8,85 44,87
16. Labuhan Haji 43,7447 1,09 12.573 6,07 287,42
17. Labuhan Haji Timur 85,3828 2,13 9.500 4,59 111,26
18. Labuhan Haji Barat 80,2468 2,00 15.725 7,60 195,96
Kabupaten 4.005,1004 100,00 207.025 100,00 51,69
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/5
1.4. Ekonomi
Lebih dari 80 persen struktur perekonomian Kabupaten Aceh Selatan disusun oleh
empat faktor utama yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan jasa-jasa, serta
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi paling besar terhadap
pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2011 disumbang oleh
sektor pertanian yaitu sebesar 40,07 persen, kemudian disusul sektor bangunan
sebesar 17,00 persen, selanjutnya sektor jasa-jasa 15,94 persen, sedangkan sektor
perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sekitar 14,34 persen.
1.4.1. Kondisi Perekonomian Daerah
Secara keseluruhan struktur perekonomian Kabupaten Aceh Selatan selama
periode 2011 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Tabel 20.4.
Struktur Perekonomian Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2011
No. Lapangan Usaha 2011
1 Pertanian 40,07
2 Pertambangan dan Penggalian 1,43
3 Industri Pengolahan 3,88
4 Listrik dan Air Minum 0,20
5 Bangunan 17,00
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,34
7 Pengangkutan dan Komunikasi 3,89
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,25
9 Jasa-jasa 15,94
Total 100,00Sumber : PDRB Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2005-2011
Gambar 20.4.
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/6
Grafik Distribusi Kegiatan Ekonomi Kabupaten Aceh Selatan
40.07
1.433.880.2
17
14.34
3.893.25 15.94
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Minum
Bangunan/Kontruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Pe-rusahaan
Jasa-jasa
1.4.2. Keuangan Daerah
Realisasi dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Selatan pada
tahun 2012 adalah Rp. 30.000.000.000,- hal ini bersumber dari pajak daerah,
retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, zakat, lain-lain Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang sah. Untuk dana perimbangan yang realisasinya berjumlah
Rp. 553.985.389.000,- bersumber dari dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan
pajak, DAU, DAK, dan dana perimbangan dari provinsi. Sedangkan lain-lain
pendapatan yang sah berjumlah Rp. 22.000.000.000,- bersumber dari hibah,
dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya,
dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan keuangan dari provinsi atau
pemerintah daerah lainnya, serta bantuan dana kontijensi/penyeimbang dari
pemerintah.
Realisasi belanja daerah pemerintah Kabupaten Aceh Selatan berjumlah
Rp. 624.202.355.431,- yang terdiri atas belanja tidak langsung (belanja pegawai,
belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga), sebesar
Rp. 346.181.841.486,-. Sedangkan belanja langsung (belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, belanja modal) sebesar Rp. 278.020.513.945,- (kondisi 30 Juli
2012/Laporan Keuangan Semester I).
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/7
Penerimaan daerah Kabupaten Aceh Selatan adalah sebesar Rp.
19.216.966.431,- sedangkan pengeluaran daerah sebesar Rp. 1.000.000.000,-.
Tabel 20.5.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012
NO. PENDAPATAN JUMLAH (Rp)
1. Pendapatan Asli Daerah 30.000.000.000
2. Pendapatan Transfer / Perimbangan 553.985.389.000
3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah 22.000.000.000
TOTAL 605.985.389.000
PENGELUARAN JUMLAH (Rp)
1. Belanja Tidak Langsung 346.181.841.486
2. Belanja Langsung 278.020.513.945
TOTAL 624.202.355.431
PEMBIAYAAN JUMLAH (Rp)
1. Penerimaan Daerah 19.216.966.431
2. Pengeluaran Daerah 1.000.000.000
TOTAL 18.216.966.431Sumber : DPAKKA Laporan Keuangan Semester I 2012
II. INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
2.1. Air Bersih
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/8
Air bersih merupakan sumber kehidupan dan kebersihan untuk berbagai kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Pelayanan air bersih untuk Kabupaten Aceh
Selatan sampai saat ini masih rendah dan baru sebagian kecil yang terlayani.
Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kabupaten Aceh Selatan pada saat ini
terbagi ke dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh
PDAM dan sistem non perpipaan yang dikelola secara mandiri oleh penduduk.
Untuk pelayanan dengan sistem perpipaan meliputi hampir seluruh kecamatan di
Kabupaten Aceh Selatan. Sistem jaringan perpipaan di Kabupaten Aceh Selatan
pelayanan dan pengelolaannya dilakukan oleh PDAM dengan cakupan pelayanan
2.719 RT yang ada di Kabupaten Aceh Selatan.
Tabel 20.6.
Sub Bidang Air Minum
No. UraianTahun
2008 2009 2010
1. Persentase RT menggunakan air bersih 8% 10% 15%
- Pemakaian air bersih RT 2.462 2.622 2.585
- RT berlangganan PDAM 2.589 2.719
- Jumlah RT 48.096 51.029 50.574Sumber : PDAM Kabupaten Aceh Selatan
Pengembangan dan pengelolaan infrastruktur sumber daya air ditujukan untuk
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan bagi kemakmuran
rakyat melalui konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air untuk
berbagai kebutuhan masyarakat, serta pengendalian daya rusak air. Permasalahan
yang dihadapi dalam pengembangan dan pengelolaan infrastruktur sumber daya air
mencakup beberapa aspek :
Pertama, ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan air dalam perspektif
ruang dan waktu yang berpotensi menimbulkan banjir di musim hujan dan
kelangkaan air di musim kemarau sehingga mengakibatkan bencana kekeringan,
bahkan di beberapa daerah kelangkaan air juga terjadi di musim hujan. Kondisi ini
disebabkan oleh menurunnya area resapan air dan kapasitas lingkungan dalam
menyediakan air akibat perkembangan daerah permukiman dan industri.
Kedua, ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumber daya air meningkat,
baik air permukaan maupun air tanah. Kerusakan lingkungan yang semakin luas
akibat kerusakan hutan secara signifikan telah menyebabkan penurunan daya
dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam menahan dan menyimpan air. Hal yang
memprihatinkan adalah indikasi terjadinya proses percepatan laju kerusakan
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/9
daerah tangkapan air. Kecenderungan meluas dan bertambahnya jumlah DAS kritis
telah mengarah pada tingkat kelangkaan dan peningkatan daya rusak air yang
semakin serius.
Ketiga, kemampuan penyediaan air menurun. Menurunnya area resapan air dan
kapasitas lingkungan dalam menyediakan air juga diikuti oleh menurunnya
keandalan infrastruktur penampung air seperti waduk dan bendungan akibat
meningkatnya sedimentasi. Permasalahan ini juga terjadi pada infrastruktur air
lainnya seperti jaringan irigasi, infrastruktur air baku, dan bangunan pengendali
banjir. Secara nasional, kerusakan yang terjadi telah mencapai 5-30 persen pada
waduk, embung/situ, tanggul pengendali banjir, kanal maupun jaringan irigasi yang
telah dibangun. Kerusakan jaringan irigasi justru sebagian besar terjadi di daerah
lumbung pangan nasional sehingga mengakibatkan terjadinya ketidakefisienan
penggunaan air yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas hasil pertanian
terutama padi. Demikian pula kerusakan infrastruktur air baku dapat mengurangi
kemampuan penyediaan air bagi kebutuhan sehari-hari, industri, dan permukiman.
Keempat, tingkat layanan jaringan irigasi kurang optimal. Dari jaringan irigasi yang
telah dibangun tersebut diperkirakan hampir 25 persen masih belum atau tidak
berfungsi karena antara lain belum lengkapnya sistem jaringan, ketidaktersediaan
air, belum siapnya lahan sawah, ketidaksiapan petani penggarap, atau terjadinya
mutasi lahan. Hal yang sama juga terjadi pada jaringan irigasi rawa. Kinerja
jaringan irigasi belum dapat memenuhi kebutuhan air usaha tani, terutama untuk
menghasilkan produksi padi untuk mencapai dan mempertahankan swasembada
pangan daerah sehingga pemenuhan kebutuhan pangan pada masa mendatang
dikhawatirkan akan semakin menurun. Selain itu, pada jaringan irigasi yang masih
berfungsi juga terdapat kerusakan terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas
operasi dan pemeliharaan. Selain penurunan keandalan layanan jaringan irigasi,
luas sawah produktif beririgasi juga semakin menurun karena alih fungsi lahan
menjadi non-pertanian terutama untuk perumahan.
Kelima, abrasi pantai makin meluas. Perubahan lingkungan dan abrasi pantai
mengancam keberadaan lahan produktif, wilayah pariwisata, dan wilayah
pemukiman penduduk.
Keenam, kualitas pengelolaan data dan sistem informasi rendah. Saat ini
pengelolaan sumber daya air belum didukung oleh basis data dan sistem informasi
yang memadai. Kualitas data dan informasi yang dimiliki belum memenuhi standar
yang ditetapkan dan tersedia pada saat diperlukan. Selain itu, akses publik untuk
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/10
data masih belum dapat terlayani secara baik. Masalah lain yang dihadapi adalah
sikap kurang perhatian dan penghargaan akan pentingnya data dan informasi.
Gambar 20.5
Prasarana Air Bersih yang Dibangun dengan Dana APBN
di Kabupaten Aceh Selatan
II.2. Persampahan
Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup
masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman
karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis
bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan
penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang
besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya
volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang
tidak mempergunakan metode danteknik pengelolaan sampah yang ramah
lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam
pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan. Berdasarkan Undang-Undang
No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/11
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah.
Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi:
1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa
sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk
seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah
yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan,
seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat
kimia dan agen penyakit yang berbahaya. Untuk mewujudkan daerah bersih dan
hijau, pemerintah telah mencanangkan berbagai program yang pada dasarnya
bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
pengelolaan sampah. Kinerja pada pengelolaan sampah di Kabupaten Aceh
Selatan dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain; meningkatnya persentase
penanganan sampah, dimana pada tahun 2008 sebesar 85 persen meningkat
menjadi 95 persen pada tahun 2010, atau telah menjangkau 2.400 TPS dalam
wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Semakin besarnya volume sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat menuntut pula peran serta masyarakat untuk dapat
memusnakan sampah dengan cara yang ramah lingkungan demi menjaga
kelestarian lingkungan tersebut. Sehingga pada periode 2013-2017 pemerintah
daerah menargetkan investasi untuk pengelolaan sampah.
Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada Pasal 5 UU Pengelolan
Lingkungan Hidup No. 23 Th.1997, bahwa masyarakat berhak atas Lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan hak tersebut, pada Pasal 6
dinyatakan bahwa masyarakat dan pengusaha berkewajiban untuk berpartisipasi
dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan, mencegah dan menaggulangi
pencemaran dan kerusakan lingkungan.Terkait dengan ketentuan tersebut, dalam
UU NO. 18 Tahun 2008 secara eksplisit juga dinyatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak dan kewajiban dalam pengelolaan sampah. Dalam hal pengelolaan
sampah Pasal 12 dinyatakan, setiap orang wajib mengurangi dan menangani
sampah dengan cara berwawasan lingkungan. Masyarakat juga dinyatakan berhak
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaandan pengawasan
di bidang pengelolaan sampah. Tata cara partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dan
tatanansosial budaya daerah masing-masing. Berangkat dari ketentuan tersebut,
tentu menjadi kewajiban dan hak setiap orang baik secara individu maupun secara
kolektif, demikian pula kelompok masyarakat pengusaha dan komponen
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/12
masyarakat lain untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah dalam upaya
untuk menciptakan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang baik, bersih, dan
sehat. Beberapa pendekatan dan teknologi pengelolaan dan pengolahan sampah
yang telah dilaksanakan antara lain adalah :
1. Teknologi Komposting
Pengomposan adalah salah satu cara pengolahan sampah, merupakan
prosesdekomposisi dan stabilisasi bahan secara biologis dengan produk akhir
yang cukupstabil untuk digunakan di lahan pertanian tanpa pengaruh yang
merugikan (Haug,1980). Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2008)
menemukan bahwapengomposan dengan menggunakan metode yang lebih
modern (aerasi) mampumenghasilkan kompos yang memiliki butiran lebih
halus, kandungan C, N, P, K lebihtinggi dan pH, C/N rasio, dan kandungan
Colform yang lebih rendah dibandingkandengan pengomposan secara
konvensional.
2. Teknologi Pembuatan Pupuk Kascing
3. Pengolahan sampah menjadi listrik, dengan melakukan kerjasama dalam
usaha pengelolaan sampah secara terpadu yang berorientasi pada teknologi.
Teknologi yang direncanakan yaitu teknologi GALFAD (gasifikasi landfill dan
anaerobic digestion). Pengelolaan sampah dengan pendekatan teknologi
diharapkan penanganan sampah lebih cepat, efektif dan efisien serta dapat
memberikan manfaat ekonomis.
4. Pengelolaan sampah mandiri
Pengolahan sampah mandiri adalah pengolahan sampah yang dilakukan oleh
masyarakat di lokasi sumber sampah seperti di rumah- rumah tangga.
Masyarakat perdesaan yang umumnya memiliki ruang pekarangan lebih luas
memiliki peluang yang cukup besar untuk melakukan pengolahan sampah
secara mandiri. Model pengelolaan sampah mandiri akan memberikan
manfaat lebih baik terhadap lingkungan serta dapat mengurangi beban TPA.
5. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat
Pola pengelolaan sampah berbasis masyarakat sebaiknya dilakukan secara
sinergis (terpadu) dari berbagai elemen (desa, pemerintah, LSM,
pengusaha/swasta, sekolah, dan komponen lain yang terkait) dengan
menjadikan komunitas lokal sebagai objek dan subjek pembangunan,
khususnya dalam pengelolaan sampah untuk menciptakan lingkungan bersih,
aman, sehat, asri, dan lestari.
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/13
II.3. Sanitasi dan Air Limbah
Saat ini, lingkungan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan banyak
orang. Dengan pertambahan jumlah penduduk yang cepat, semakin banyak pula
sampah yang menumpuk. Untuk memastikan bahwa dunia ini menjadi tempat yang
lebih aman dan bersih untuk generasi mendatang, ada penekanan untuk
mengurangi sampah dan meningkatkan cara penanganannya baik dari perspektif
moral maupun hukum. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat
bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air
kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya
(grey water). Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume
limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk
mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada
dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan.
2. Pengolahan menurut karakteristik limbah.
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan
permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini
tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain.
Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat,
khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban misalnya.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air
kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air besrsih yang cukup dan
tersambung ke unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi
tidak ada, maka masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau
MCK.
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan
pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan
gerobak atau truk sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan
tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau
fasilitas pengolahan sampah lainnya. Dibeberapa wilayah pemukiman, layanan
untuk mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat.
Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan
upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/14
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan
menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air
tersebut dan mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase
harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah
yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan
terbebas dari sampah.
Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara
berkelanjutan dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan makan, minum, mandi, dan kakus saja, melainkan juga untuk kebutuhan
cuci dan pembersihan lingkungan.
II.4. Drainase
Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kurang
terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep
pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak kawasan-kawasan
rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan
bantaran sungai menjadi permukiman yang padat dihuni oleh penduduk. Kondisi ini
akhirnya meningkatkan volume air permukaan yang seharusnya masuk ke saluran
drainase dan sungai. Secara umum kendala-kendala yang dihadapi dalam
penanganan drainase antara lain menurunnya perhatian pengelola pembangunan
bidang drainase khususnya mengenai masalah operasi dan pemeliharaan, pola
pikir dan kesadaran masyarakat yang rendah akan lingkungan hidup yang bersih
dan sehat dan lemahnya institusi pengelola prasarana dan sarana drainase dan
ketidak mampuan untuk menyusun program yang dibutuhkan.
Dalam penanganan drainase perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat
menimbulkan permasalahan, salah satunya berupa masalah genangan air. Pada
saat ini banyak terjadi masalah genangan air yang pada umumnya disebabkan
antara lain karena prioritas penanganan drainase kurang mendapat perhatian,
kurangnya kesadaran bahwa pemecahan masalah genangan harus melihat pada
sistem jaringan saluran secara keseluruhan yang mengakibatkan hambatan (back-
water) dan beban saluran dari hulunya, tidak menyadari bahwa sistem drainase
kawasan harus terpadu dengan system badan air regionalnya (system flood
control), kurang menyadari bahwa pemeliharaan (pembersihan dan perbaikan)
saluran merupakan pekerjaan rutin yang sangat penting untuk menurunkan resiko
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/15
genangan, belum optimalnya koordinasi antara pihak terkait agar system pengaliran
air hujan dapat berjalan dengan baik.
Masalah-masalah tersebut di atas memerlukan pemecahan pengelolaan yang
diantaranya mencakup bagaimana merencanakan suatu system drainase yang
baik, membuat perencanaan terinci (DED), melakukan restrukturisasi institusi dan
peraturan terkait, dan membina partisipasi masyarakat untuk ikut memecahkan
masalah drainase. Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase
perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang
berwawasan lingkungan. Berlainan dengan paradigma lama yang prinsipnya
mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, tetapi
prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap
ke dalam tanah melalui bangunan resapan buatan/alamiah seperti kolam tandon,
waduk lapangan, sumur-sumur resapan, penataan lansekap dan lain-lain.
Hal tersebut bertujuan memotong puncak banjir yang terjadi sehingga dimensi
saluran lebih ekonomis, dapat juga membantu menambah sumber-sumber air baku.
Penanganan drainase juga harus memakai pendekatan sistem, tidak secara partial,
parameter-parameter teknis ditentukan faktor alam setempat. Berdasarkan isu
permasalahan strategis dibidang drainase, maka dirumuskan suatu sasaran
kebijakan nasional sebagai arahan mendasar dari kondisi yang akan dicapai dan
diwujudkan dalam pengembangan bidang drainase di masa yang akan datang.
Sasaran kebijakan pengembangan drainase adalah :
1. Terlaksananya pengembangan sistem drainase yang terdesentralisir, efisien,
efektif dan terpadu.
2. Terciptanya pola pembangunan bidang drainase yang berkelanjutan melalui
kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang berwawasan
lingkungan.
3. Terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif dan
ekonomis melalui minimalisasi resiko biaya sosial dan ekonomi serta biaya
kesehatan akibat genangan dan bencana banjir.
Terciptanya peningkatan koordinasi antara kabupaten/kota dalam penanganan
sistem drainase.
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/16
III. PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA
Pembiayaan bidang Cipta Karya dari tahun 2010 sampai dengan 2012 mengalami
fluktuasi untuk sumber dana APBN dan APBA propinsi.
Pembiayaan bidang Cipta Karya pada tahun 2010 adalah Rp. 6.537.082,- (APBN
Murni), Rp. 34.469.754.000,- (APBA Propinsi), dan Rp. 1.311.472,- (DAK). Pada
tahun 2011 adalah Rp. 10.661.930,- (APBN Murni), Rp. 35.510.000.000,- (APBA
Propinsi), dan Rp. 1.783.200,- (DAK). Sedangkan pada tahun 2012 adalah
KABUPATEN ACEH SELATAN
XX/17
Rp. 13.856.535,- (APBN Murni), Rp. 43.993.000.000,- (APBA Propinsi), dan
Rp. 1.878.900,- (DAK).
Tabel 20.7.
Pengalokasian Pendanaan Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Selatan
Dalam Ribuan (Rp.000)
TAHUN
KEGIATAN
APBN APBD CSR & KPS
DAKSUMBER
PENDANAAN LAINNYARM
PHLN
PROVINSIKAB/KOTA
2010 Bangkim 1.449.102 -30.619.754.00
0- - - -
PBL 249.740 - - - - - -
PLP - - - - - 541.500 -
AM 4.838.240 - 3.850.000.000 - - 769.972 -
TOTAL 6.537.082 -34.469.754.00
0- - 1.311.472 -
2011 Bangkim 985.000 -34.210.000.00
0- - - -
PBL 1.500.000 - - - - - -
PLP - - - - - 812.400 -
AM 8.176.930 - 1.300.000.000 - - 970.800 -
TOTAL10.661.93
0-
35.510.000.000
- - 1.783.200 -
2012 Bangkim - -41.993.000.00
0- - - -
PBL - - 300.000.000 - - - -
PLP 5.208.575 - - - - 812.310 -
AM 8.647.960 - 1.700.000.000 - - 1.066.590 -
TOTAL13.856.53
5-
43.993.000.000
- - 1.878.900 -
KABUPATEN ACEH SELATAN