Pms

32
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sektor transportasi dalam fungsinya sebagai unsur penunjang dan perangsang memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan, baik dibidang ekonomi, politik, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan. Selain itu peranan transportasi sangat penting dalam pembangunan wilayah, khususnya Indonesia yang menuntut penyediaan jasa transportasi kian meningkat baik darat, laut dan udara dalam jumlah maupun mutunya, kalau tidak transportasi laut misalnya akan kehilangan pangsa dan beralih ke jenis transportasi lain seperti transportasi udara dan transportasi darat, demikian juga sebaliknya. Kapal merupakan sarana angkutan yang penting di negara kepulauan seperti negara Indonesia untuk hubungan antar pulau atau antar negara, karena kapal dianggap sebagai sarana transportasi yang sangat memegang peranan penting. Oleh karena itu, pengoperasian alat angkutan laut memerlukan biaya yang tinggi, sehingga kecepatan dan ketepatan waktu berlabuh di pelabuhan untuk keperluan bongkar-muat mutlak diperlukan, karena apabila terjadi keterlambatan maka akan membawa dampak kepada biaya pelabuhan yang dikenal sebagai demorage yakni biaya yang dikenakan kepada kapal apabila terlambat dari waktu yang ditentukan untuk berlabuh disuatu pelabuhan. Kecepatan dan ketepatan bongkar di suatu pelabuhan tergantung dari kelancaran pengangkutan darat (delivery) ke pemilik, di mana apakah setelah dibongkar dari kapal langsung di muat di truk(trucking) dikirim kepada pemilik barang ataukah ketempat gudang pelabuhan. Apabila pengangkutan darat langsung ke pemilik barang, maka sudah tentu pembongkaran muatan menjadi lamban, sehingga dapat menyebabkan keterlambatan kapal untuk memenuhi waktu yang telah ditentukan di pelabuhan. Keterlambatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah umur kapal sudah tua, mesin kapal sering mengalami kerusakan dan sebagainya yang akan membawa konsekuensi biaya tinggi, maka perawatan dan perbaikan atas fasilitas-fasilitas transportasi dan fasilitas penunjangnya terus ditingkatkan agar kelancaran kegiatan operasi kapal tetap terjamin. Untuk perusahaan pelayaran, kapal merupakan ujung tombak untuk mendapatkan penghasilan, karena salah satu tujuan perusahaan pelayaran adalah memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya sebagai hasil dari jasa angkutan, untuk kemajuan suatu perusahaan, maka perusahaan pelayaran harus untung artinya pemasukan harus lebih besar dari pengeluarannya, dengan demikian biaya operasi harus ditekan sekecil mungkin. Pendapatan maupun biaya operasi sangat dipengaruhi oleh perawatan kapal yang dilaksanakan

description

PMS

Transcript of Pms

BAB I

PENDAHULUAN

 

1. Latar Belakang Masalah

Sektor transportasi dalam fungsinya sebagai unsur penunjang dan perangsang memiliki peranan yang sangat besar dalam pembangunan, baik dibidang ekonomi, politik, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan. Selain itu peranan transportasi sangat penting dalam pembangunan wilayah, khususnya Indonesia yang menuntut penyediaan jasa transportasi kian meningkat baik darat, laut dan udara dalam jumlah maupun mutunya, kalau tidak transportasi laut misalnya akan kehilangan pangsa  dan beralih ke jenis transportasi lain seperti transportasi udara dan transportasi darat, demikian juga sebaliknya.

   Kapal merupakan sarana angkutan yang penting di negara kepulauan seperti negara Indonesia untuk hubungan antar pulau atau antar negara, karena kapal dianggap sebagai sarana transportasi yang sangat memegang peranan penting.

    Oleh karena itu, pengoperasian alat angkutan laut memerlukan biaya yang tinggi, sehingga kecepatan dan ketepatan waktu berlabuh di pelabuhan untuk keperluan bongkar-muat mutlak diperlukan, karena apabila terjadi keterlambatan maka akan membawa dampak kepada biaya pelabuhan yang dikenal sebagai demorage yakni biaya yang dikenakan kepada kapal apabila terlambat dari waktu yang ditentukan untuk berlabuh disuatu pelabuhan. Kecepatan dan ketepatan bongkar di suatu pelabuhan tergantung dari kelancaran pengangkutan darat (delivery) ke pemilik, di mana apakah setelah dibongkar dari kapal langsung di muat di truk(trucking) dikirim kepada pemilik barang ataukah ketempat gudang pelabuhan. Apabila pengangkutan darat langsung ke pemilik barang, maka sudah tentu pembongkaran muatan menjadi lamban, sehingga dapat menyebabkan keterlambatan kapal untuk memenuhi waktu yang telah ditentukan di pelabuhan. Keterlambatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah umur kapal sudah tua, mesin kapal sering mengalami kerusakan dan sebagainya yang akan membawa konsekuensi biaya tinggi, maka perawatan dan perbaikan  atas fasilitas-fasilitas transportasi dan fasilitas penunjangnya terus ditingkatkan agar kelancaran kegiatan operasi kapal tetap terjamin.                                                         

    Untuk perusahaan pelayaran, kapal merupakan ujung tombak untuk mendapatkan penghasilan, karena salah satu tujuan perusahaan pelayaran adalah memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya sebagai hasil dari jasa angkutan, untuk kemajuan suatu perusahaan, maka perusahaan pelayaran harus untung artinya pemasukan harus lebih besar dari pengeluarannya, dengan demikian biaya operasi harus ditekan sekecil mungkin. Pendapatan maupun biaya operasi sangat dipengaruhi oleh perawatan kapal yang dilaksanakan dengan baik dan secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah hari berlayar kapal.

    Lancarnya operasi kapal, tentunya tidak lepas dari personil yang menangani motor induk, motor bantu, pesawat-pesawat bantu maupun alat-alat kelengkapan lainnya,

karena merupakan satu sistem yang berfungsi menunjang kelancaran operasi kapal. Motor induk sebagai penggerak utama kapal harus mendapat perhatian atau perawatan secara terencana dan berkelanjutan, agar kapal selalu berada di lautan dan dapat mengangkut serta memindahkan orang dan barang dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain dan mesin-mesin selalu berjalan lancar dan tahan lama meskipun dalam kondisi cuaca yang buruk.

   Namun dalam skripsi ini penulis hanya menganalisa perawatan yang diperlukan ketelitian dan kemahiran para crew kapal dalam menganalisa berbagai faktor yang akan menjadi penyebab terjadinya kerusakan motor induk, dan upaya bagaimana pencegahannya agar motor induk selalu dalam keadaan prima.

   Salah satu faktor penyebab terjadinya kerusakan motor induk antara lain masih terdapat kekurangan dalam penguasaan prinsip kerja mesin, serta kurang memahami buku petunjuk perawatan mesin yang kebanyakan masih berbahasa asing. Bila ditinjau dari pengoperasian motor induk agar mampu mencapai tenaga yang diinginkan, ada tiga faktor yang penting yaitu :

1. Pembakaran yang sempurna.

2. Pelumasan yang cukup dan baik.

3. Pendinginan yang baik.

   Agar ketiga faktor diatas tersebut dapat tercapai perlu adanya perawatan yang terencana dan berkala yang pelaksanaannya diatur waktunya oleh masinis. Dengan jadwal pemeliharaan yang teratur disertai laporan perbaikan yang lengkap, hal ini akan merupakan suatu hambatan dalam melaksanakan perawatan mesin, itulah salah satu sebab mengapa penulis mengambil judul:

“PENGARUH PERAWATAN KAPAL TERHADAP KELANCARAN OPERASIONAL KM. SURYA SENTOSA PADA PT BARUNA SHIPPING LINE PADA TAHUN 2009“.

1. Perumusan Masalah

1. 1.      Identifikasi Masalah

      Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, bahwa perawatan kapal sangat penting terhadap kelancaran operasional dari perusahaan perkapalan.

Maka dapatlah diindentifikasi beberapa persoalan penelitian sebagai berikut:

1. Terlambatnya perawatan kapal.

2. Suku cadang yang sulit di dapati. (Sulitnya Mendapatkan Suku Cadang)

3. Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak terlatih.

4. Ketrampilan dan pengalaman SDM kurang.

5. 2.      Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan tenaga maka penulis hanya membatasi masalah yang akan dibahas yaitu pengaruh dari perawatan kapal terhadap kelancarna operasional KM. Surya Sentosa pada PT Baruna Shipping Line Jakarta pada periode Januari 2009 hingga Juni 2009.

1. 3.      Pokok Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan dan pembatasan masalah, maka pokok permasalahan dalam penyusunan skripsi ini  latar belakang yang penulis uraikan, maka penulis merumuskan pokok permasalahannya sebagai berikut : 

1. Bagaimana kegiatan perawatan kapal terhadap kelancaran operasional KM. Surya Sentosa pada PT Baruna Shipping Line?

2. Bagaimana sistem perawatan dilaksanakan dan pengaruh perawatan kapal terhadap kelancaran operasional KM. Surya Sentosa pada PT. Baruna Shipping Line?

3. Apakah terdapat hubungan antara perawatan kapal terhadapkelancaran operasional KM. Surya Sentosa pada PT Baruna Shipping Line?

 

1. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. 1.      Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.  

1. Untuk mengetahui gambaran tentang kegiatan perawatan pemeliharaan dan perbaikan kapal KM. Surya Sentosa.

2. Untuk mengetahui gambaran tentang kinerja operasional dari PT Baruna Shipping Line.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dan pengaruh perawatan kapal terhadap operasional KM.Surya Sentosa pada PT Baruna Shipping Line.

1. 2.      Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat yang hendak diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

 

 

1. Bagi Penulis

Kiranya penelitian ini merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga dan memperluas wawasan karena dapat membandingkan antara teori-teori yang telah dipelajari di lapangan.

1. Bagi Perusahaan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan yang bersifat ilmiah guna mengevaluasi tentang perawatan KM. Surya Sentosa dan hubungannya dengan kinerja perusahaan. Apabila kondisi ini telah baik, maka perusahaan perlu mempertahankan dan mengembangkan lebih lanjut, sedangkan apabila belum mencapai hasil yang maksimal maka perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, sehingga dapat meningkatkan kinerja operasional perusahaan.

1. Bagi STMT Trisakti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam rangka penelitian sejenis khususnya di bidang perawatan kapal dan operasional kapal pada masa yang akan datang.

1. Bagi Masyarakat Umum

Kiranya penelitian ini dapat menjadi salah satu bacaan yang tidak saja bersifat ilmiah, akan tetapi dapat memberikan suatu khasanah berpikir khususnya tentang topik  ini.

 

 

1. Metodologi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini akan ditemukan tentang satuan analisis dengan pengamatan, jenis data tehnik penentuan data serta tehnik analisa sebagai berikut: 

1. 1.      Jenis dan Sumber Data

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian yang bersifat deskriptif. Data adalah informasi yang digunakan dalam penelitian agar dapat memberikan gambaran dari objek yang diteliti, sehingga masalah yang diteliti dapat dibahas atau ditelaah.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dan dianalisis biasanya ada dua jenis, yaitu :

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat yang biasanya dilakukan melalui wawancara, pengamatan (observasi) dan questioner atau angket dan lain-lain.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan orang lain, baik secara perorangan maupun secara organisasi yang kemudian dikutip oleh penulis.

Disini penulis menggunakan data primer yang diperoleh langsung melelui wawancara dan observasi secara langsung, sedangkan data sekunder penulis peroleh dari laporan tahunan perusahaan dan studi literature lainnya.

 

 

 

1. 2.      Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek yang diteliti. Pada skripsi ini penulis akan mengambil data dari sumber sekunder laporan tentang perawatan kapal dan kinerja KM. Surya Sentosa.

1. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang betul-betul representative untuk diteliti sehinggah kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi dengan jumlah perawatan mingguan pada kapal KM. Surya Sentosa periode bulan Januari sampai dengan bulan pebruari tahun 2009.

1. 3.      Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha mengumpulkan data-data dan keterangan yang diperlukan dalam skripsi ini, penulis melakukan kegiatan penelitian. Untuk melakukan penelitian ini penulis melakukan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan (library research)

Riset kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan dari literatur yang ada dengan hubungan masalah yang diteliti. Bahan-bahan tersebut merupakan sumber sekunder laporan jumlah jam perawatan kapal dan operasional kapal.

1. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian ini diperlukan untuk memperoleh data primer yang diperlukan melalui cara-cara sebagai berikut:

1)      Interview (wawancara)

Teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab guna meretifikasi secara langsung kepada pihak – pihak yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas.

2)      Observasi (pengamatan)

Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap perusahaan yang menjadi objek penelitian..

1. 4.      Teknik Analisis Data

Teknik analisis Asosiatif yang akan digunakan penulis dalam rangka penelitian ini akan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1.  

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan proporsional antara variabel X (perawatan kapal) terhadap variabel Y (operasional kapal) menurut (M. Iqbal Hasan, 2002 : 250) adalah sebagai berikut :

Y = a + bX

Dimana :

X = Nilai tertentu dari variable bebas (Variable Independent), dalam hal ini adalah Perawatan Kapal

Y = Nilai yang diukur atau dihitung pada variable tidak bebas (Variable Dependent), dalam hal ini adalah Operasional Kapal

n = Banyaknya data

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

 

Untuk menghitung nilai a dan b digunakan rumus sebagai berikut:

 

1.  

1. Analisis Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi merupakan alat untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variable X dan variable Y. Adapun nilai koefisien korelasi (r) dapat dicari dengan rumus Anton Dajan (1986 : 376) sebagai berikut :

                          

 

Dimana :

r =  Koefisien korelasi

n =  jumlah responden

X =  independent variable (Perawatan kapal)

Y =  dependen variable (Operasional kapal)

Dalam hal ini :

1)      Jika r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali.

2)      Jika r = +1 atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua variabel dikatakan positif dan sangat kuat.

3)      Jika r = -1 atau mendekati –1, maka hubungan kedua variabel tersebut dikatakan sangat kuat namun negatif.

Besaran nilai r berada diantara -1 s/d +1 atau dapat ditulis :

 r = -1< r < +1. Agar lebih jelas menginterprestasikan tingkat hubungan tersebut, maka dapat berpedoman pada ketentuan sebagaimana tertuang pada table I.1

Tabel I.1

Pedoman untuk memberikan interpretasi

koefisien korelasi

 

 

 

 

 

                      Sumber Sugiono (2003 : 214)

1. Analisis Koefisien Penentu (KP)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besar konstribusi atau pengaruh dari variabel X terhadap naik turunnya variabel Y dengan rumus:

Kp = r2 x 100%

Keterangan :

Kp = Koefisien Penentu; dan r2 = Koefisien korelasi yang dikwadratkan.

Interval Korelasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

 

 

 

1. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai  dengan , melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1)         Hipotesis awal

a)      Ho : r  = 0, berarti tidak ada hubungan antar X dan Y

b)      Hi :  r  > 0, berarti ada hubungan antara X dan Y

2)      Untuk mengetahui nilai  digunakan rumus:

 

3)         Untuk mengetahui nilai digunakan tabel distribusi t pada

a = 0,050 ; df = n-2

4)         Kesimpulan uji hipotesis

a)      Jika < , maka Ho diterima dan Hi ditolak, berarti tidak ada hubungan antara X dan Y.

b)      Jika > , maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti terdapat hubungan antar X dan Y .

1. Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis menggunakan hipotesis yang menduga adanya hubungan positif antara perawatan kapal terhadap kelancaran operasional KM. Surya Sentosa pada PT Baruna Shipping Line. Artinya semakin rutin perawatan dilakukan, maka operasional kapal akan semakin lancar.

1. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca memahami isi skripsi ini maka sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab, masing- masing sebagai berikut :

BAB I       PENDAHULUAN

Dalam bab ini memberikan penjelasan tentang latar belakang menapa penulis terjuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian, dalam bab ini juga diuraikan mengenai metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II      LANDASAN TEORI

                  Bab ini memuat pengertian tentang teori yang berkaitan dengan judul secara deduktif dari teori yang berlingkup luas hinggah ke teori yang akan digunakan untuk menganalisa permasalahan. Judul skripsi ini menggambarkan variable penelitian yang memiliki teori, sehinggah memudahkan untuk menganalisis. Setiap rujukan, terutama kutipan-kutipan akan disebutkan sumbernya.

BAB III    GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini diuraikan tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, bidang usaha perusahaan, serta struktur organisasi perusahaan.

BAB IV     ANALISIS DAN BAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang gambaran kegiatan Perawatan dan faktor yang mempengaruhi kelancaran operasional kapal KM. Surya Sentosa,  sistem perawatan kapal  terhadap kinerja operasional perusahaan, serta hasil perhitungan tentang hubungan dan pengaruh antara perawatan  dan faktor yang mempengaruhi kegiatan kelancaran  kinerja operasional kapal KM. Surya Sentosa serta pengujian hipotesis.

 BAB V     PENUTUP

Dalam bab ini di uraikan tentang kesimpulan dan saran yang diangkat berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

 

1. A.     Manajemen Operasional Transportasi Laut

1. 1.      Pengertian Manajemen

Pengertian Manajemen menurut Husaini Usman (2006:214) adalah :

“Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya”.

 

Pengertian Manajemen menurut Manulang (1996:14) adalah :

“Manajemen adalah kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage atau mengelola sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan”.

 

Pengertian Manajemen menurut A.F Stoner (1993:120) adalah :

“Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya”.

 

Pengertian Manajemen Operasional menurut Richard L. Draft (2006:216) adalah :

“Manajemen operasional adalah bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang dan jasa, serta menggunakan alat-alat dan tekhnik-tekhnik khusus untuk memecahkan untuk memecahkan masalah-masalah produksi”.

 

Pengertian Manajemen Operasional menurut Drs. Pangestu Subagyo (2000:2) adalah :

            “Manajemen Operasional adalah penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan produksi atau operasi agar dapat dilakukan secara efisien”.

Pengertian Manajemen Operasional menurut T. Tani Handoko (1997:8) adalah :

            “Manajemen Operasional adalah pelaksanaan kegiatan-kegiatan manejerial yang dibawakan dalam pemilihan, perancangan, pembaharuan, pengoperasian dan pengawasan sistem-sistem produksi”.

 

Dari definisi di atas terlihat bahwa Stoner telah menggunakan kata “proses”, bukan “seni”. Mengartikan manajemen sebagai “seni” mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan atau ketrampilan pribadi. Sedangkan “proses” adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manejer tanpa harus memperhatikan kecakapan atau ketrampilan khusus, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

Manajement operasional merupakan kegiatan operasional PT Baruna Shipping Line, dimana dalam hal ini kesiapan serta penunjang sarana dan prasarana dari perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kinerja KM. Surya Sentosa.

Sampai sekarang belum ada suatu teori manajemen dapat diterapkan pada semua situasi. Seorang manejer akan menjumpai banyak pandangan tentang manajemen. Setiap pandangan mungkin berguna untuk berbagai masalah yang berbeda-beda.

1. 2.      Pengertian Transporatasi

Transportasi sebagai dasar untuk terselenggaranya pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industrialisasi. Secara keseluruhan melalui jasa transportasi dapat menjadi jembatan antara berbagai kepentingan yang timbul dari berbagai kegiatan yang menjadi alat utama negara dan masyarakat.

          Pengertian Transportasi secara umum menurut Abbas Salim (1997 : 25) :

 

”Transportasi adalah rangkaian kegiatan memindahkan/ mengangkut barang dari produsen sampai ke konsumen dengan menggunakan salah satu moda transportasi, yang dapat meliputi moda transportasi darat, laut/sungai maupun udara”.

 

1. 3.      Pengertian Kapal

Pengertian Kapal berdasarkan UU No. 21 tahun 1992 tentang pelayaran  adalah : ( tolong masukkan UU no.17 th 2008 )

”Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah air serta alat apung dan bangunan yang tidak berpindah-pindah”.

 

Pengertian Kapal menurut Direktorat Jendral Perhubungan Laut mengatakan:

”Kapal adalah kendaraan air termasuk kapal keruk atau alat apun lain. Demikian dengan yang menggunakan alat-alat penggerak sendiri atau tunda, kecuali pesawat terbang air, rakit dan kendaraan air yang hanya digerakkan dengan dayung-dayung atau galah-galah dorong”.

 

Pengertian Kapal menurut Suyono (2005:115) adalah :

”Kapal adalah pengangkut penumpang dan barang di laut, sungai dan sebagainya”.

 

Secara garis besar penulis menyimpulkan bahwa kapal laut adalah kendaraan air yang beroperasi di laut.

Dari sekian banyak kapal laut yang digunakan, kita dapat mengelompokkan kapal-kapal tersebut dalam dua kelompok besar, yaitu kapal laut niaga dan kapal laut non niaga.

1. Kapal Laut Niaga.

Pengertian Kapal Laut Niaga menurut Hananto (1996:2)

 

“Setiap kapal yang digunakan penumpang dan muatan dalam rangka komersil dimasukkan kedalam kelompok kapal niaga (merchant ship)”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagan  2.1

Skema Kapal Niaga

KAPAL NIAGAKapal

Muatan Umum

(General CargoVessel)Kapal

Muatan Khusus

(Special CargoVessel)Kapal

Muatan Sejenis

      (Bulk Carrier)Kapal Konvensional

Kapal

Unit LoadKapal

Muatan SejenisKapal

Muatan Sejenis

 Padat–         Passenger Vessel

–         Refrigerated Vessel

–         Cattle Ship

–         Mobile Carrier–   Side Port

–   Roro Vessel

–   Container Vessel

–   Lash–   Tanker

–   LPG Container

–   LNG Carrier–         Ore carrier

–         Grain carrier

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber:  Alderton, 2

1. Kapal Non Niaga

Yaitu kapal laut yang tidak digunakan untuk kepentingan pelayanan niaga. Yang termasuk dalam jenis kapal ini antara lain:

1. Kapal Perang

2. Kapal Survey

3. Kapal Keruk

4. Kapal Rumah Sakit

Dalam mengoperasikan kapal laut, terutama kapal laut niaga, diperlukan banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh operator kapal, dalam hal ini perusahaan pelayaran. Adanya persyaratan tersebut dikarenakan ada banyak pihak terlibat dan berkepentingan dalam kegiatan pelayaran niaga tersebut seperti pemilik barang, pemilik kapal, awak kapal. Persyaratan-persyaratan tersebut mencakup lingkup nasional berupa peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh melalui Departemen Perhubungan maupun peraturan internasional yang dikeluarkan oleh badan internasional melalui International Maritime Organization (IMO).

1. Kapal Pengangkut Muatan Curah (Bulk Carier)

Kapal Bulk Carier adalah kapal besar dengan hanya satu dek yang mengangkut muatan yang tidak dibungkus atau curah (bulk). Muatan dicurah, dipompa ke dalam kapal dengan bantuan mesin curah dan bilamana tidak dengan mesin, maka karung-karung berisi muatan yang diangkut ke kapal dengan bantuan derek kapal diletakkan datas palka dahulu. Karung-karung tersebut kemudian dibuka dan dicurahkan isinya ke dalam palka. Ditempat pembongkaran, isi dari palka dihisap atau dibongkar dengan pertolongan conveyor. Palka dari kapal bulk carierberbentuk corong agar muatannya dapat berkumpul ditengah-tengah palka.

Perlu diketahui juga bahwa muatan curah (bulk cargo) biasanya dalam jumlah satu kapal penuh sekali jalan (sesuai pengapalan). Selain kapal bulk carier tersebut, juga digunakan kapal kombinasi (combination carier) untuk mengangkut muatan curah. Mengenai kapal ini Suyono menjelaskan bahwa Combination carrier adalah kapal yang dapat mengangkut minyak dan muatan kering (kombinasi).

1. 4.      Pengertian Muatan

Muatan kapal (cargo) merupakan objek dari pengangkutan dalam sistem transportasi laut, dengan mengangkut muatan sebuah perusahaan pelayaran niaga dapat memperoleh pendapatan dalam bentuk uang tambang (freight) yang sangat menentukan dalam kelangsungan hidup perusahaan dan membiayai kegiatan dipelabuhan.

Pengertian Muatan Kapal menurut Sudjatmiko (1995:64) adalah :

” Muatan kapal adalah; segala macam barang dan barang dagangan (goods and merchandise) yang diserahkan kepada pengangkut untuk diangkut dengan kapal, guna diserahkan kepada orang/barang dipelabuhan atau pelabuhan tujuan”.

 

Pengertian Muatan Kapal menurut PT Pelindo II (1998:9) adalah :

                       

”Muatan kapal dapat disebut, sebagai seluruh jenis barang yang dapat dimuat ke kapal dan diangkut ke tempat lain baik berupa bahan baku atau hasil produksi dari suatu proses pengolahan”.

Menurut Arwinas (2001:9) muatan kapal  laut dikelompokkan atau dibedakan menurut beberapa pengelompokan sesuai dengan jenis pengapalan, jenis kemasan, dan sifat muatan

1. Pengelompokan muatan berdasarkan jenis pengapalan adalah :

 

1. Muatan Sejenis (Homogenous Cargo)

      Adalah semua muatan yang dikapalkan secara bersamaan dalam suatu kompartemen atau palka dan tidak dicampur dengan muatan lain tanpa adanya penyekat muatan dan dimuat secara curah maupun dengan kemasan tertentu.

1. Muatan campuran (Heterogenous Cargo)

      Muatan ini terdiri dari berbagai jenis dan sebagian besar menggunakan kemasan atau dalam bentuk satuan unit (bag, pallet, drum) disebut juga dengan muatan general cargo.

 

1. Pengelompokan muatan berdasarkan jenis kemasannya

 

1. Muatan unitized

      Yaitu muatan dalam unit-unit dan terdiri dari beberapa jenis muatan dan digabung dengan menggunakan pallet, bag, karton, karung atau pembungkus lainnya sehingga dapat disusun dengan menggunakan pengikat.

1. Muatan curah (bulk cargo)

      Muatan curah (bulk cargo) adalah muatan yang diangkut melalui laut dalam jumlah besar.

 

Pengertian Muatan Curah menurut Sudjatmiko (67) adalah :

“Muatan Curah (bulk cargo) adalah muatan yang terdiri dari suatu muatan yang tidak dikemas yang dikapalkan sekaligus dalam jumlah besar”.

 

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa muatan Bulk cargoini tidak menggunakan pembungkus dan dimuat kedalam ruangan palka kapal tanpa menggunakan kemasan dan pada umumnya dimuat dalam jumlah banyak dan homogen. Muatan curah dibagi menjadi:

1. Muatan Curah Kering

  Merupakan muatan curah padat dalam bentuk biji-bijian, serbuk, bubuk, butiran dan sebagainya yang dalam pembuatan/pembongkaran dilakukan dengan mencurahkan muatan ke dalam palka dengan menggunakan alat-alat khusus. Contoh muatan curah kering antara lain biji gandum, kedelai, jagung, pasir, semen, klinker, soda dan sebagainya.

1. Muatan Curah Cair (liquid bulk cargo)

      Yaitu muatan curah yang berbentuk cairan yang diangkut dengan menggunakan kapal-kapal khusus yang disebut kapal tanker. Contoh muatan curah cair ini adalah bahan bakar, crude palm oil (CPO), produk kimia cair dan sebagainya.

1. Muatan curah gas

      Yaitu muatan curah dalam bentuk gas yang dimampatkan, contohnya gas alam (LPG).

 

 

1. Muatan Peti Kemas

      Yaitu muatan berupa wadah yang dari baja, besi, aluminium yang digunakan untuk menyimpan atau menghimpun barang.

1. Pengelompokan muatan berdasarkan sifat muatan :

 

1. Muatan Sensitif.

2. Muatan Menggangu.

3. Muatan Berbahaya.

4. Muatan Berharga.

5. Muatan Rahasia.

6. Muatan Dingin.

7. Muatan Hewan/ Ternak.

            Suatu pelayanan angkutan muatan dapat dikatakan baik, jika :

a.  Barang  yang diangkut tiba tepat pada waktunya,

b. Muatan yang diangkut  tidak rusak atau hilang,

c.  Tarif uang tambang (freight)  sesuai dengan pasar sehingga harga jual barang masih menghasilkan keuntungan.

d. Terjalin hubungan yang baik dengan para pengangkut,

e.  Klaim kerusakan atau kehilangan cepat dibayar.

            Agar kapal-kapal dapat beroperasi seefisien mungkin, dalam merencanakan pengangkutan muatan, perusahaan pelayaran harus terlebih dahulu melihat :

a.  Jenis muatan yang  akan diangkut,

b. Jumlah pelabuhan yang akan disinggahi dan fasiitas untuk menerima atau membongkar muatan.

c.  Jenis kapal, bentuk ruang muatan, serta rintangan yang mungkin akan ditemui.

d. Opsi  muatan yang mungkin didapat.

e.  Jadwal pelayaran kapal-kapalnya agar tidak berlayar bersamaan.

            Untuk mencapai hasil tersebut, perusahaan pelayaran harus memperhatikan kendala dalam hal :

a.  kerusakan kapal

b. keselamatan ABK dan orang lain

c.  kerusakan muatan.

d. Penggunaan ruang muat kapal secara maksimum

e.  Sistematika dan kecepatan bongkar muat

1. Efisiensi dan keuntungan yang akan didapat.

 

1. 5.      Pengertian Pelabuhan dan Terminal Angkutan Laut

1. a.      Pengertian Pelabuhan

Menurut Peraturan

pemerintah RI No. 69 th 2001 pasal 1 tentang Kepelabuhanan:

“Yang dimaksud dengan pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan / atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi”.

 

Dalam sistem transportasi laut pelabuhan mempunyai peranan yang sangat penting, bahkan sangat menentukan dalam kelancaran transportasi secara keseluruhan.

Menurut Salim dalam buku Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan ditulis bahwa:

”Pelabuhan adalah tempat (daerah perairan dan daratan) kapal berlabuh dengan aman dan dapat melakukan bongkar muat barang serta turun naik penumpang. Pengertian pelabuhan mencakup pengertian sarana dan sistem transportasi, yaitu pelabuhan adalah suatu lingkungan kerja terdiri dari area daratan dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas untuk berlabuh dan bertambat kapal guna terselenggaranya bongkar muat barang serta naik turunnya penumpang dari suatu moda transportasi laut (kapal) ke moda transportasi lainnya atau sebaliknya”.

 

Sedangkan pengertian pelabuhan menurut Bosse (1999:46) adalah:

 

      ”Suatu lingkungan kerja terdiri dari areal daratan dan areal perairan dilengkapi dengan fasilitas yang memungkinkan kapal dapat berlabuh dan bertambat serta dapat terselenggaranya kegiatan bongkar muat barang serta turun/naik penumpang dari suatu moda transportasi laut ke mida tranportasi lainnya atau sebaliknya”.

 

Dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 26 (1998:1) tentang penyelenggaraan pelabuhan laut, menyatakan :

      ”Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan ekonomi yang digunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselematan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi”.

 

Dari empat definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa pelabuhan mengandung pengertian sebagai:

1. Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu.

2. Lingkungan kerja yang aman, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi.

3. Tempat terjadinya perpindahan intra dan antar moda transportasi.

4. Menurut kegiatannya pelabuhan terdiri dari:

1. Pelabuhan laut, yaitu pelabuhan yang melayani kegiatan transportasi laut.

2. Pelabuhan sungai dan danau, yaitu pelabuhan yang melayani kegiatan transportasi sungai dan danau.

3. Menurut jenisnya pelabuhan terdiri dari:

1. Pelabuhan umum, yaitu pelabuhan yang digunakan untuk melayani kepentingan umum.

2. Pelabuhan khusus, yaitu pelabuhan yang digunakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu.

4. Menurut fungsinya pelabuhan diarahkan untuk pelayanan:

1. Kegiatan pemerintah.

2. Kegiatan jasa kepelabuhanan.

3. Kegiatan jasa kawasan.

4. Kegiatan penunjang kepelabuhanan.

5. Menurut peranannya pelabuhan merupakan:

1. Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya.

2. Pintu gerbang dalam kegiatan perekonomian.

3. Tempat alih kegiatan, alih moda transportasi.

4. Penunjang kegiatan industri dan perdagangan.

5. Tempat produksi dan distribusi.

6. b.      Indikator Kinerja Pelabuhan

Secara umum pelabuhan

dapat diklasifikasikan

menurut kegiatannya,

jenisnya, fungsinya dan

peranannya. Hal ini sebagaimana

yang disimpulkan

dari Peraturan Pemerintah

Nomor 69 Tahun 2001 tentang

Kepelabuhanan.1)      Pengertian Kinerja

Indikator kinerja pelabuhan adalah prestasi dari output atau tingkat keberhasilan pelayanan, baik penggunaan fasilitas maupun peralatan pelabuhan pada satu periode

tertentu, yang ditentukan dalam satuan waktu, satuan berat, rasio perbandingan atau prosentase.

2)      Indikator Kinerja Pelabuhan

Indikator kinerja pelayanan pelabuhan yang pada umumnya digunakan saat ini dalam pelayanan pelabuhan, pada dasarnya dapat dikelompokkan sedikitnya atas 3 kelompok indicator, yaitu :

a)      Indikator output merupakan indicator yang erat kaitannya dengan informasi mengenai throughput lalu-lintas barang (daya lalu) yang melalui suatu peralatan atau fasilitas pelabuhan dalam periode waktu tertentu, antara lain :

(1)   Fasilitas Dermaga

      Daya lalu lalang dermaga atau yang biasa disebut dengan berth throughput adalah volume tonase barang/ boxes petikemas yang melalui tiap meter panjang dermaga yang tersedia.

(2)   Fasilitas Gudang

      Daya lalu gudang penumpukkan (sheed throughput) adalah jumlah ton/m3 barang dalam waktu tertentu yang melewati tiap meter persegi luas efektif gudang.

(3)   Fasilitas Lapangan Penumpukan

      Daya lalu lapangan penumpukan adalah jumlah ton atau m3 barang dalam waktu tertentu yang melewati tiap meter persegi luas lapangan efektif.

(4)   Kapal

      Yaitu jumlah tonase barang yang dibongkar muat per kapal per jam, dimana seluruh gang buruh atau alat yang dioperasikan dihitung sebagai output kapal yang bersangkutan. Kecepatan bongkar muat per kapal tiap jam selama kapal berada di tambatan (Tons Per Ship Hour Berth)

(5)   Gang

      Gang output (Ton Gang Hour /TGH) merupakan indicator yang menggambarkan tonase yang dihasilkan dalam satu jam oleh setiap gang buruh.

b)      Indikator Pelayanan

Indikator pelayanan pada dasarnya merupakan indicator yang erat

kaitannya dengan informasi mengenai lamanya waktu pelayanan kapal selama di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan. Waktu pelayanan kapal selama berada di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan, terbagi atas 2 bagian yaitu waktu kapal berada di perairan dan waktu kapal sandar di tambatan.

c)      Indikator Utilisasi

Indikator uitilisasi dipakai untuk mengukur sejauh mana fasilitas dermaga dan sarana penunjang dimanfaatkan secara intensif. Ada beberapa indicator utilisasi yang penting yang sering digunakan, antara lain :

(1).         Fasilitas Dermaga/ Tambatan

Tingkat pemakaian dermaga adalah perbandingan antara jumlah waktu pemakaian tiap dermaga yang tersedia dengan jumlah waktu yang tersedia selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam prosentase.

(2).         Fasilitas gudang dan Lapangan Penumpukan

((a))   Tingkat pemakaian gudang

Tingkat pemakaian gudang adalah perbandingan antara jumlah pemakaian ruangan gudang yang dihitung dalam satuan ton atau m3 per hari dengan kapasitas penumpukan yang tersedia.

 

((b))  Tingkat Pemakaian Lapanan Penumpukan

Tingkat pemakaian lapangan penumpukan adalah perbandingan antara jumlah pemakaian ruang lapangan penumpukan yang dihitung dalam satuan ton atau m3 per hari dengan kapasitas penumpukan yang tersedia.

1. c.       Pengertian Terminal

Menurut Kamus Besar Ilmu pengetahuan adalah bahwa terminal berarti tempat perhentian utama dan sebagai tempat penghubung kendaraan. Fungsi terminal menurut Drs.H.M.N Nasution  MSTr,  terminal berfungsi sebagai tempat memberikan pelayanan kepada penumpang dalam perjalanan, barang dalam pengiriman dan kendaraan sebelum dan sesudah melakukan operasinya.

Sedangkan fungsi terminal menurut Capt. R.P Suyono (2001:220) yaitu,

“Terminal berfungsi untuk melayani penanganan barang dari dalam maupun luar negeri. Pengelolaan pelayanan ini dilakukan oleh Badan Usaha Pelabuhan”.

 

Dengan demikian terminal adalah unsur utama dan merupakan bagian dari pelabuhan yang disediakan untuk melayani kapal-kapal yang akan melaksanankan kegiatan bongkar muat barang. Ada berbagai jenis dan fungsi terminal, antara lain :

1)      Terminal Konvensional

Terminal  konvensional adalah terminal yang digunakan untuk melakukan aktivitas bongkar muat kapal kargo. Terminal konvensional terdiri dari pelataran dermaga, gudang-gudang, lapangan terbuka dan peralatan penunjang bongkar muat untuk membantu pembongkaran dan pemuatan dari dan ke kapal.

Dermaga konvensional dipakai untuk kapal-kapal kargo biasa, yaitu kapal-kapal yang dilengkapi dengan peralatan bongkar muat dan membawa berbagai jenis muatan yang memerlukan pemadatan khusus bila disimpan dalam palkanya(karung, peti). Peti kemas juga ada yang dibongkar di dermaga konvensional namun karena pelataran antara dermaga dan gudang sempit akan menimbulkan kesukaran dalam angkutan maupun pergerakannya.

Di dermaga konvensional terdapat lebih banyak tenaga manusia atau di pelabuhan disebut Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). TKBM di dermaga ini diperuntukkan mengangkat barang dari gudang ke dermaga di sisi lambung kapal atau sebaliknya, baik itu masih dilakukan dengan dipanggul, dengan kereta dorong maupun forklift. TKBM juga diperuntukkan membantu menumpuk atau membongkar muatan di kapal, untuk menyusun muatan di gudang maupun membongkarnya dan juga diperuntukkan meletakkan atau membongkar dari alat angkut atau truk.

2)      Terminal Peti Kemas

Terminal petikemas adalah terminal yang digunakan untuk melakukan bongkar muat kapal-kapal petikemas. Terminal petikemas terdiri dari lapangan yang terbuka dan dilengkapi dengan beberapa container craneuntuk kegiatan bongkar muat petikemas. Terminal ini juga dilengkapi dengan alat-alat angkat khusus petikemas dan juga alat untuk memindahkan dan menumpukkan secara mekanis. TKBM disini dimanfaatkan untuk mengisi (stuffing) atau mengeluarkan (stripping)barang ke dan dari petikemas. Terminal petikemas juga dilengkapi dengan beberapa gudang untuk menampung muatan dari petikemas. Karena bongkar muat di terminal petikemas menggunakan peralatan besar, maka di dermaga petikemas tidak banyak membutuhkan tenaga manusia.

1. B.     Perawatan Kapal

1. 1.      Pengertian Perawatan Kapal

Pemeliharaan (maintenance) merupakan kegiatan pencegahan  atau mengantisipasi  daya pakai mesin-mesin dan perbaikan kerusakan, bila terjadi secepat mungkin sehingga biaya sistem mesin tidak produktif dan tenaga kerja menganggur dapat diminimumkan.

          Tujuan Pemeliharaan menurut T. Hani Handoko (2000:165) adalah :

”Untuk memelihara reliabilitas sistem pengoperasian pada tingkat yang dapat diterima dan tetap memaksimumkan laba atau meminimumkan biaya”.

 

 

          Tujuan Pemeliharaan menurut Goenawan Danuasmoro (2003:4) adalah :

 

”Faktor penting dalam mempertahankan kehandalan fasilitas-fasilitas yang  diperlukan masyarakat modern, tetapi hanya sedikit bidang-bidang yang mampu berperan begitu dominan seperti dalam dunia pelayaran”.

 

        Dari kedua pengertian di atas dapat diartikan bahwa perawatan adalah untuk mempertahankan kondisi dan menjaga agar tingkat kemerosotan serendah mungkin, yang menjadi tujuan  utama setiap tindak perawatan yang dilakukan.

    Seperti yang digambarkan oleh Goenawan Danuasmoro (2003:4), berikut ini :

Gambar II.1.

 Hubungan antara Kondisi, Umur dan Perawatan Kapal

 

 

100 %

90 %

 

 

 

50 %

                Kondisi Skrap                                 Rehabilitasi

30 %         Kondisi minimum 

                        5          10           15                 20                    25    Umur Kapal                                    

Sumber : Goenawan Danuasmoro (2003:4)

Dari gambar tersebut di atas bahwa hubungan antara kondisi, umur kapal dan perawatan kapal yang mengakibatkan betapa cepatnya kemerosotan kondisi kapal tanpa adanya sistem perawatan yang baik, hal tersebut dapat ditentukan strategi perawatan yang baik namun tidak mudah untuk memutuskan mana yang tepat, karena antara satu kapal

dengan kapal yang lain begitu berbeda. Kapal modern membutuhkan strategi perawatan yang berbeda  dengan kapal tua, dan bagi kapal-kapal  yang operasinya sudah menurun, istilah perbaikan lebih cocok dari perawatan. Pekerjaan perawatan akan dibutuhkan jika sifat-sifat konstruksi dan kondisi peralatan merosot akibat umur dan pemakaian pada saat mana kinerjanya akan sangat terpengaruh.

Untuk menjamin keselamatan dan kehandalan  pengoperasian kapal diperlukan  langkah-langkah dasar dalam pelaksanaan perawatan yang merupakan siklus yang berkesinambungan, yang cenderung lebih menekankan analisa dan perencanaan, dengan memperhitungkan berbagai hambatan  operational kapal.

Penekanan ini dilakukan akibat biaya pekerjaan perawatan yang sangat tinggi dan konsekuensinya dalam menghadapi kerusakan serius. Biaya pemeliharaan terbesar biasanya bukan biaya reparasi,  bahkan bila hal itu dilakukan dengan kerja lembur. Lebih sering unsur biaya pokok adalah biaya berhenti untuk reparasi. Hal ini disebabkan, kerusakan-kerusakan, walaupun reparasi dilakukan secara cepat, akan menghentikan operasi kapal. Pekerjaan-pekerjaan reparasi kerusakan hampir selalu lebih mahal dibanding  pekerjaan-pekerjaan reparasi preventif. Reparasi mesin setelah rusak sering bukan merupakan kebijaksanaan pemeliharaan yang paling baik karena pemeliharaan yang baik adalah mencegah kerusakan.

Perawatan dapat diklasifikasikan dan ditujukan ke  berbagai kriteria pengontrolan atau dibagi menjadi perawatan berencana dan insidentil yaitu :

1. Perawatan pencegahan ditujukan untuk mencegah kegagalan atau berkembangnya kerusakan, atau menemukan kegagalan sedini mungkin.  Dapat dilakukan melalui penyetelan secara berkala, rekondisi atau penggantian alat-alat, atau berasarkan pemantauan. Perawatan ini biasanya melibatkan pembongkaran berkala terhadap mesin dan alat-alat untuk menentukan apakah perlu pembetulan/penyetelan atau penggantian. Jangka waktu pemeriksaan biasanya berdasarkan atas waktu pengoperasian (jam kerja) atau waktu kalender. Perlunya jangka waktu pemeriksaan ini untuk menghindarkan pemeriksaan yang terlalu sering karena akan mengurangi ketersediaan kapal (untuk dapat dioperasikan) dan meningkatnya bahaya kesalahan waktu pemasangan kembali. Pemeriksaan yang kurang/jarang akan mengakibatkan kerusakan yang tidak terduga.  Dalam praktek, pemeriksaan yang kompromis diperoleh dari hasil  penilaian dan pengalaman. Rentang waktu pemeriksaan akan semakin pendek jika distribusi kerusakan semakin bertambah.

2. Perawatan korektif, yang ditujukan untuk memperbaiki kerusakan yang sudah diperkirakan, tetapi yang  bukan untuk mencegah karena ditujukan bukan untuk alat-alat yang kritis atau yang penting bagi keselamatan atau penghematan.

3. 2.       Sistem Perencanaan Perawatan Kapal

Adapun persyaratan atau kebutuhan dalam sistem perencanaan adalah :

1. Kebutuhan Minimum

1. Informasi tehnik.

1. Riwayat perawatan.

2. Pandangan menyeluruh.

3. Kebutuhan tambahan

1. Rencana yang fleksibel.

2. Penggabungan semua jenis pekerjaan perawatan.

3. Kesesuaian dengan sistem lain.

4. Kebutuhan praktis                                   

1. Sistem pencatatan sederhana.

2. Sistem arsip yang tepat.

      Sistem tersebut dapat dioperasikan secara manual atau berdasarkan data yaitu  jika terjadi kerumitan informasi dan  komunikasi antara para pemegang keputusan.

1. Penjadwalan

Penjadwalan akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, tergantung jenis sistem perawatannya. Beberapa sistem terdiri dari buku perawatan, kartu tugas dan papan perencanaan.

Dari setiap tugas yang ada di buku perawatan dibuatkan kartu tugas dan ditempatkan di sistem rak yang dipasang pada dinding.  Kartu tugas dibuat untuk semua jenis pekerjaan, seperti pemantauan kondisi, pemeriksaan visual. Penggantian suku cadang, kalibrasi dan megger-test. Kartu tugas dibuat dengan warna-warna berbeda untuk memudahkan mengenali jenis pekerjaan, penanggung jawab, prioritas, pekerjaan di pelabuhan, klasifikasi, sertifikasi, dan lain-lain.

1. Siklus Operasi

Sistem operasi tentunya tergantung strategi  perusahaan. Filosofi perawatan di perusahaan yang memiliki kapal pantai  kecil akan berbeda dengan pemilik tanker yang berlayar ke luar negeri. Sistem  manajemen keseluruhan haruslah diatur sesuai organisasi dikantor dan di kapal.

Berikut dipaparkan arus sistem perencanaan yang berkaitan dengan siklus operasi  yaitu :

1. Pasangkan semua kategori perawatan, seperti jadwal, kondisi, perawatan korektif dan yang tidak terjadwal pada seksi jangka menengah dan panjang di planning board.

2. Pada rapat bulanan team perencaaan, evaluasi pekerjaan-pekerjaan yang ada di rak untuk bulan depan yang sudah lewat waktunya untuk dikerjakan.

3. Keluarkan tugas-tugas dari seksi jadwal jangka pendek, sambil memperhitungkan kondisi operasi kapal (pelabuhan 1, pelabuhan 2, pelayaran 1, pelayaran 2,  galangan, tanpa rencana), sampai yang ada di rak kosong.

4. Ambil rak yang kosong dan selipkan di seksi jangka menengah dan panjang ke kiri. Masukkan rak kosong di tempat yang sudah disediakan. Atur  kembali kartu bulanan  jika dianggap perlu.

5. Awak yang bertugas memutuskan pekerjaan  mana yang harus dilakukan. Papan rencana mingguan juga dapat digunakan. Periksa apakah suku cadang, bahan instruksi sudah ada. Buat instruksi kerja tertulis (kartu kerja) atau perintah lisan. Taruh kartu kerja tugas di kotak ”Sedang Dikerjakan”.

6. Berikan kartu kerja kepada petugas yang akan mengerjakan pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai ,kumpulkan alat-alat dan bahan serta ambil suku cadang dari store nya.

7. Laksanakan pekerjaan , masukan rincian kerja dalam kartu kerja.

8. Sesudah menyelesaikan pekerjaan masukan datanya ,berikan kartu kerja kepada perwira perencanaan . Kartu kerja akan dipindahkan dari kotak selesai dikerjakan termasuk kartu kerja yang terkait.

9. Pada waktu yang tepat , misalnya sekali seminggu perwira perencanaan (KKM) mengambil kartu kerja/tugas dari kotak ”selesai dikerjakan” dan mencatat rincian tugas diformulir-formulir unit terkait didalam map plastik . Pemakaian suku cadang dicatat disistim suku cadang.

10. Sesudah dicatat, taruh kartu tugas ke papan perencanaan induk dikolom bulanan terkait untuk pekerjaan-pekerjaan berikutnya.

11.  Buat laporan perawatan dan dikirimkan ke kantor pusat setiap bulan pada formulir laporan perawatan khusus atau salin judul kartu kerja, didaftar, sisi formulir unit atau yang sejenis. 

Berdasarkan keterangan di atas maka dalam sistem perencanaan perawatan kapal adalah sangat penting dengan adanya indikator yang baik maka semua sistem tersebut dapat terlaksana dengan baik dan teratur.

Dalam penelitian ini indikator perawatan kapal yang di gunakan adalah lamanya perawatan di lihat dari lamaya mesin bekerja dan perhitungannya perjam dalam satu minggu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

NOTULEN  BAB I

 

Kelompok III               : Identifikasi masalah

 

Kelompok II                : Bagaimana saudara menukur perawatan kapal dapat mempengaruhi operasional kapal ?

 

Kelompok I                    : Perbaikan identifikasi masalah pada point Suku cadang yang sulit di dapati menjadi Sulitnya Mendapatkan Suku Cadang

 

 

Kelompok III               : Saran pada perumusan masalah tentang penulisan  ;

Terlambatnya perawatan kapal .

Kurang terampilnya awak kapal.

Sulitnya mendapatkan suku cadang.

 

 

NOTULEN BAB II

 

Perlunya penambahan teori tentang perkapalan yaitu UU no.17 th 2008