PENERAPAN CHIP KANBAN SEBAGAI PENGENDALI ALUR KELUAR MASUK ...
Transcript of PENERAPAN CHIP KANBAN SEBAGAI PENGENDALI ALUR KELUAR MASUK ...
PENERAPAN CHIP KANBAN SEBAGAI PENGENDALI
ALUR KELUAR MASUK BARANG DENGAN METODE
FIRST IN FIRST OUT (FIFO)
Studi Kasus di PT. Fukoku Industries Indonesia
Oleh
Dwi Prihartini
NIM : 004201305053
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik
Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu
pada Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Industri
2018
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul “Penerapan Chip Kanban Sebagai Pengendali Alur Keluar Masuk
Barang Dengan Metode First In First Out (FIFO) Pada PT. Fukoku Industries
Indonesia” yang disusun dan diajukan oleh Dwi Prihartini sebagai salah satu persyaratan
untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknik telah ditinjau dan
dianggap memenuhi persyaratan sebuah skripsi. Oleh karena itu, Saya merekomendasikan
skripsi ini untuk maju sidang.
Cikarang, Indonesia, 5 Februari 2018
Ir. Andira Taslim, M.T.
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan bahwa skripsi berjdul “Penerapan Chip Kanban Sebagai Pengendali
Alur Keluar Masuk Barang Dengan Metode First In First Out (FIFO) Pada PT.
Fukoku Industries Indonesia” adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat atau
materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak sesuai
dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan dikenakan pada saya.
Cikarang, Indonesia, 5 Februari 2018
Dwi Prihartini
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN CHIP KANBAN SEBAGAI PENGENDALI ALUR
KELUAR MASUK BARANG DENGAN METODE FIRST IN FIRST
OUT (FIFO) PADA
PT. FUKOKU INDUSTRIES INDONESIA
Oleh
Dwi Prihartini
ID No. 004201305053
Disetujui oleh
Ir. Andira Taslim, M.T.
Dosen Pembimbing
Ir. Andira Taslim, M.T.
Ketua Program Studi Teknik Industri
4
ABSTRAK
PT. Fukoku Industries Indonesia merupakan perusahaan yang bertempat di Kawasan Jababeka III
Cikarang. Perusahaaan ini adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang otomotif
dengan produksi Hydraulic Hose (Selang untuk Excavator). Sebagai sarana menunjang proses
produksi tersebut PT. Fukoku Industries Indonesia memiliki gudang yang nantinya akan mengatur
segala keperluan untuk proses produksi selang (hydraulic hose). Dari hasil penelitian yang
dilakukan kontrol keluar masuk barang belum ada, pengambilan material dalam gudang tidak
teratur, penataan material yang masih belum tertangani dengan baik, material in sering tercampur,
operator tidak konsisten menjalankan FIFO, disiplin kerja operator rendah. Tujuan dari penelitian
ini adalah menerapkan Chip Kanban dengan metode FIFO sebagai studi kasus sehingga
didapatkan jawaban dari masalah dalam keluarnya barang ke produksi yang selama ini terjadi dan
untuk memastikan barang yang pertama masuk pertama keluar secara terperinci berdasarkan Chip
Kanban yang jelas. Dengan penerapan yang menggunakan metode FIFO (First In First Out)
dengan Chip Kanban ini, menghasilkan informasi stok barang masuk dan barang keluar yang
relative lebih terkontrol.
Kata kunci : Chip Kanban, Pengendali alur keluar masuk barang dan metode FIFO (First-In First-
Out).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Gudang merupakan tempat penyimpanan barang untuk mengantisipasi kebutuhan yang
berfluktuasi, apabila kebutuhan tersebut dapat di prediksi atau tetap kemungkinan gudang
tidak dibutuhkan, akan tetapi kenyataan dilapangan bahwa kebutuhan itu berbeda-beda,
sehingga diperlukannya gudang untuk mengantisipasi kebutuhan. Adapun kegiatan di dalam
gudang meliputi proses pencatatan material datang, pemberian kode tanggal dan tahun
material, penataan material dalam gudang sesuai dengan jenisnya, sampai pengambilan
material untuk pemenuhan kebutuhan produksi dari dalam gudang untuk di kirim ke
produksi.
PT. Fukoku Industries Indonesia merupakan perusahaan yang bertempat di Kawasan
Jababeka III Cikarang. Perusahaaan ini adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak
dibidang otomotif dengan produksi Hydraulic Hose (Selang untuk Excavator). Sebagai
sarana menunjang proses produksi tersebut PT. Fukoku Industries Indonesia memiliki
gudang yang nantinya akan mengatur segala keperluan untuk proses produksi selang
(hydraulic hose). Saat ini PT. Fukoku Industries Indonesia sudah menerapkan metode FIFO
untuk menjalankan aktifitas material dalam gudang secara menyeluruh. Dari penerapan
metode FIFO tersebut masih terdapat kendala yang dihadapi oleh gudang antara lain, kontrol
keluar masuk barang belum ada, pengambilan material dalam gudang tidak teratur, penataan
material yang masih belum tertangani dengan baik, pengambilan part ada yang susah,
identitas part sering lepas, material in sering tercampur, jumlah rak kurang, jumlah trolly
supplay kurang, operator tidak konsisten menjalankan FIFO, disiplin kerja operator rendah.
Metode FIFO dalam gudang PT. Fukoku Industries Indonesia tidak berjalan dengan baik.
Permasalahan yang timbul di antaranya, selang menunggu lama dalam gudang, karena
seharusnya selang yang masuk awal dan keluar awal untuk kebutuhan produksi harus keluar
paling akhir, karena permasalahan tersebut selang menjadi rusak di bagian luar
selang/tergoresnya selang menjadi sobek karena salah proses pada saat pengambilan material
dan tergeser-gesernya material yang masuk ke dalam gudang, selang menjadi karat dibagian
area wire karena penyimpanan hose tidak ditutup ujungnya. Selang menjadi penyok karena
operator gudang sering menumpukan material in dilantai gudang akan mengakibatkan
pengambilan selang yang sulit terjangkau mesin forklift. Para operator gudang lebih memilih
mengambil material selang yang lebih dekat. Permasalahan ini di akibatkan operator gudang
sering menumpukan selang dalam gudang karena selang yang tidak tertata, dan rawan untuk
tersenggol oleh aktifitas operator dalam gudang. Permasalahan yang selanjutnya adalah tidak
adanya kode tempat penyimpanan pada material selang, permasalahan ini mengakibatkan
pencarian selang sesuai dengan tanggal masuknya material dalam gudang akan sulit
ditemukan. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh PT. Fukoku Industries Indonesia,
penulis mengusulkan Chip Kanban yang memiliki penanda material dan menjalankan
prinsip metode FIFO dengan baik untuk memudahkan penataan, pencarian, dan pengambilan
material selang dalam gudang dengan mudah bertujuan menuntaskan permasalahan yang
sedang dihadapi oleh gudang PT. Fukoku Industries Indonesia.
Dari latar belakang tersebut maka diangkatlah menjadi sebuah Laporan Skripsi dengan judul
“Penerapan Chip Kanban Sebagai Pengendali Alur Keluar Masuk Barang Dengan Metode
First In First Out (FIFO) Pada PT. Fukoku Industries Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah
Latar belakang masalah mengacu pada pertanyaan dibawah.
1. Bagaimana proses pengontrolan barang yang sedang berjalan pada PT. Fukoku Industries
Indonesia, terutama dalam kontrol masuk keluarnya barang dan data kerusakan barang?
2. Bagaimana merancang pengontrolan barang menggunakan penerapan Chip Kanban
dengan metode FIFO (First In First Out)?
3. Bagaimana menghasilkan informasi stok barang masuk dan keluar dari Chip Kanban?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun untuk tujuan dari penelitian ini adalah sebagai, yaitu :
1. Untuk memastikan barang yang pertama masuk pertama keluar secara terperinci
berdasarkan Chip Kanban yang jelas.
2. Untuk meminimalisir terjadinya tumpukan stok didalam gudang penyimpanan.
3. Menerapkan Chip Kanban dengan metode FIFO sebagai studi kasus sehingga didapatkan
jawaban dari masalah dalam keluarnya barang ke produksi yang selama ini terjadi.
1.4. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan dalam waktu yang cukup singkat, maka dibawah ini adalah beberapa
batasan pembahasan yang perlu diketahui, diantaranya:
1. Penelitian dilakukan di Gudang PT. Fukoku Industries Indonesia, Kawasan Industri
Jababeka III.
2. Penelitian dilakukan selama 4 bulan dimulai sejak 10 April 2017 sampai 10 Juli 2017.
3. Fokus masalah yang diajukan dianalisa adalah masalah First In First Out (FIFO) pada
material di gudang PT. Fukoku Industries Indonesia.
4. Penelitian yang dilakukan masih terbatas pada sisi teknis.
1.5. Asumsi
Beberapa asumsi yang diterapkan agar analisis menjadi benar adalah sebagai berikut :
1. Semua data yang didapat bersifat akurat dan valid.
2. Pengumpulan data dikumpulkan setiap hari kerja dan disajikan dalam data bulanan.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Didalam bab ini menerangkan apa yang menjadi latar belakang penelitian ini dibuat,
bagaimana rumusan masalah penelitian ini, apa tujuan yang menjadi penelitian ini, apa saja
yang menjadi batasan masalah penelitian ini dan asumsi apa saja yang dikemukakan pada
penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan tinjauan pustaka secara singkat dan juga padat mengenai teori-
teori referensi yang berhubungan dengan penelitian ini sebagai acuan atau dasar untuk
memaparkan secara teoritis yang berfungsi untuk menguatkan dasar penelitian ini. Selain itu
pun berfungsi untuk memecahkan masalah yang terjadi pada penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisikan metodologi penelitian yang berfungsi untuk mencapai tujuan dari
penelitian ini yang meliputi aliran-aliran atau langkah penelitian dari awal hingga selesai,
dan juga menjelaskan bagaimana data-data penelitian diambil hingga perhitungannya
sehingga didapatkan hasilnya.
BAB IV DATA DAN ANALISA
Pada bab ini menginformasikan mengenai gambaran umum perusahaan berikut gudang
yang akan diteliti dan juga menerangkan data-data yang telah diambil dan bagaimana
data-data tersebut diolah berdasarkan dari bab 2 dan 3, sehingga pada bab ini dapat dilihat
hasil dari pengolahan data dan dapat dilihat keuntungan dari penelitian ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab akhir ini peneliti menjelaskan kesimpulan yang didapat dari hasil pengolahan data
dan juga dapat memberikan saran dari hasil penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pengertian Gudang
Gudang adalah tempat yang difungsikan untuk tempat penyaluran barang dari pemasok
(Supplier), sampai ke pengguna (End user). Pada semua perusahaan pasti memiliki
permintaan yang tidak dapat dipastikan. Dari hal tersebut setiap perusahaan berpikir untuk
membuat tempat persediaan untuk mengatasinya agar setiap permintaan dapat ditangani
dengan baik. Oleh karena itu setiap perusahaan harus menyediakan tempat khusus atau
fasilitas gudang yang akan digunakan untuk menyimpan barang.
Gudang merupakan tempat untuk menyimpan barang hingga kebutuhan yang cukup besar
untuk menjalani pendistribusiannya. Persiapan barang dianggap harus dilakukan untuk
mengantisipasi kebutuhan pengguna. Pada prinsip kegunaan waktu (Time Utility) dijadikan
sebagai dasar untuk melakukan hal tersebut. Sebuah perusahaan yang produknya (Finish
goods) menghasilkan berbagai jenis barang (Spare part) yang tersebar di banyak tempat,
sistem pergudangan membantu memberikan solusi dalam menekan biaya penyimpanan
bahan baku (Raw material) dan barang (Spare part) berikut biaya dalam penanganannya,
selain itu juga dapat memaksimalkan operasi suatu produksi (Bowersox, 1978:293).
Menurut James M. Apple gudang merupakan tempat yang ditugaskan untuk menyimpan
barang yang akan digunakan didalam proses memproduksi suatu produk (Finish goods),
sampai barang tersebut diminta sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Gudang dapat juga
digambarkan sebagai suatu sistem logistik dari sebuah perusahaan yang difungsikan tempat
menyimpan barang dan perlengkapan produksi lainnya dan juga menyediakan informasi
mengenai status serta kondisi material/barang yang disimpan di gudang sehingga informasi
tersebut dengan mudah dapat diakses oleh semua orang yang berkepentingan
membutuhkannya (James M. Apple, 1990:242).
1.2. Manfaat Gudang
Manfaat gudang yang dijelaskan menurut Purnomo (2004:282) adalah sebagai berikut :
a. Sebagai Pendukung Produksi
Sistem di dalam gudang mempunyai andil yang sangat penting untuk mendukung proses
produksi. Demi kelancaran suatu proses produksi peranan gudang sangatlah penting,
sistem administrasi dalam proses penyimpanan, mendukung transportasi dalam
pemindahan barang dan penanganan barang (Material handling) dan juga semua
kegiatan yang ada dalam gudang sudah diatur sehingga suatu perusahaan dapat mencapai
target pada setiap produksinya.
b. Membantu Perakitan/Pencampuran Produksi
Penerimaan dalam berbagai macam jenis barang dan dari berbagai sumber serta dengan
sistem penanganan barang (Material handling) yang dilakukan tanpa alat bantu (Manual)
ataupun dengan cara otomatis dilakukan juga sortir dan persiapan pesanan pengguna
(End user) dan selanjutnya dikirim ke pengguna (End user).
c. Sebagai Pelindung Barang
Dengan adanya gudang barang dapat dilindungi dari akibat kerusakan karena tidak
adanya perawatan barang, selain itu gudang jug bermanfaat untuk melindungi barang
dari bahaya pencurian, bahaya kebakaran, bencana banjir dan juga bahaya-bahaya lain
yang dapat merusak barang.
d. Sebagai Pengamanan Dari Bahaya Bahan Material
Di dalam sistem pergudangan juga mengatur pemisahan bahan-bahan material apa saja
yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya. Apabila material berbahaya dan juga
dapat merusak lingkungan, maka barang tersebut tidak diperbolehkan di simpan di area
perusahaan. Karena beresiko terhadap lingkungan dan juga pada kesehatan manusia.
e. Sebagai Persediaan
Gudang juga bermanfaat untuk menjaga persediaan, agar selalu dapat menyediakan
barang yang dibutuhkan sewaktu-waktu. Maka dari itu gudang dapat difungsikan untuk
penyimpanan barang untuk menjaga persediaan agar tetap tersedia.
2.3. Pengertian Kanban
Kanban merupakan sebuah istilah dalam bahasa Jepang yang berarti serupa dengan visible
record or signal (catatan yang kelihatan atau tanda). Pada umumnya alat kanban yang
digunakan adalah kartu, sehingga disebut sebagai kartu kanban. Apabila stasiun kerja
pengguna (user work station) membutuhkan material dari stasiun kerja pemasok (supplier
work station), stasiun kerja pengguna mengirimkan suatu kartu kanban kepada stasiun kerja
pemasok. Dengan kanban ini digunakan sebagai tanda (signal) kepada stasiun pemasok
bahwa stasiun pengguna sedang memerlukan barang, sehingga stasiun pemasok harus segera
mengirim barang sesuai dengan kebutuhan yang tertera dalam kartu kanban tersebut.
(Yasuhiro Monden. 2000)
Kanban merupakan suatu kartu yang biasanya ditaruh dalam amplop vinil berbentuk empat
persegi panjang.
Menurut Ohno 1995, kanban merupakan sebuah alat untuk mengendalikan produksi yang
digunakan dalam mengendalikan setiap aliran barang melalui sistem produksi JIT dengan
menggunakan kartu-kartu untuk memerintahkan suatu work center memindahkan dan
menghasilkan barang atau komponen tertentu.
2.3.1. Jenis Kanban
Ada dua jenis kanban, di antaranya yaitu :
1. Kanban pemasok (subkontraktor), adalah kanban yang berisi perintah yang
meminta pemasok atau subkontraktor untuk mengirimkan suku cadang.
2. Kanban pemberi tanda, digunakan untuk menetapkan spesifikasi produksi lot
dalam pengecoran cetakan, pelubang tekan, atau proses tempaan. Kanban ini
ditempelkan pada suatu kotak dalam lot.
2.3.2. Fungsi Kanban
Terdapat fungsi mengapa perlu diterapkanya kanban pada suatu perusahaan. Fungsi
diterapaknya kanban dalam sebuah perusahaan serta penjelasan dari setiap
fungsinya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai Perintah
Kanban berlaku sebagai alat perintah antara produksi dan pengiriman. Bila
komponen perlu diambil, atau perintah pengangkutan dikeluarkan, suatu alamat
dituliskan pada kanban. Alamat itu menginformasikan proses sebelum tempat
penyimpanan komponen yang telah diolah, dan menginformasikan proses
sesudah tempat komponen yang dibutuhkan.
2. Mencegah Produksi Berlebihan
Setiap proses harus dikendalikan secara otonom, untuk memastikan bahwa tiap
proses hanya memproduksi produk yang dapat dijual, dalam jumlah yang dapat
dijual, pada waktu yang dapat dijual sesuai dengan waktu siklusnya.
Pengendalian otonom ini menjamin bahwa produksi tidak berlangsung dalam
kecepatan produksi yang berlebihan.
3. Memperbaiki Proses dan Operasi Manual
Penggunaan sistem kanban untuk membantu perbaikan operasi sangat
dibutuhkan karena peningkatan produktivitas memberikan perbaikan keuangan,
sehingga memperbaiki perusahaan secara keseluruhan.
2.3.3. Keuntungan Penggunaan Kanban
❖ Menentukan level produksi yaitu dengan mengatur kuantitas kanban yang
berbasis kepada permintaan pelanggan, seluruh area produksi akan tertata
menurut kuantitas output yang diperlukan.
❖ Mengurangi WIP (Work-In-Process) yaitu dengan mengkoordinir level
produksi setiap lini sesuai dengan permintaan, inventori WIP akan dibatasi
oleh kanban. Hasilnya adalah inventori yang seminim mungkin.
❖ Kualitas meningkat yaitu salah satu prinsip kanban adalah tidak boleh
membiarkan lini produksi memproses sesuatu yang kualitasnya rendah.
Prinsip kanban ini, bila digabungkan dengan rendahnya WIP, akan
meminimalisir terciptanya produk yang cacat atau yang berkualitas buruk.
Semakin baik kualitas output, semakin rendah biaya yang harus dikeluarkan
untuk rework atau pembuangan.
❖ Optimasi aliran kerja yaitu penataan aliran kerja akan lebih mudah dengan
demand yang stabil. Setiap aktifitas produksi dapat dilakukan untuk
memenuhi jumlah tertentu, dan di-optimasi menurut jumlah tersebut.
❖ Penghematan yaitu tingkat inventori yang rendah akan menghemat biaya
penanganan inventori.
❖ Fokus kepada target bersama yaitu terciptanya target-target yang akan
dikejar oleh semua orang yang terlibat di area kanban. Target ini adalah target
bersama yang fokus dari segala pihak dan akan mengarahkan fokus untuk
memenuhi permintaan tersebut.
2.4. Metode First In First Out
Metode First In First Out merupakan metode bahwa barang-barang yang pertama kali masuk
akan merupakan barang yang pertama kali keluar. Metode ini juga mengasumsikan bahwa
barang yang terjual karena pesanan adalah barang yang mereka beli. Karenanya, barang-
barang yang dibeli pertama kali adalah barang-barang pertama yang akan dijual dan barang-
barang sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan untuk biaya akhir. Oleh karenanya,
untuk penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan dan
biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan neraca. Metode FIFO ini konsisten
dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk menjual persediaan
lama pertama kali.
FIFO adalah metode yang paling luas digunakan dalam penilaian persediaan. Metode FIFO
lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO, biaya yang
digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai Cost of Goods Sold
(COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari stok barang dari transaksi
yang terdahulu. Metode FIFO (First In First Out) pertama kali dikenal dalam akuntansi
keuangan sebagai salah satu metode dalam penilaian persediaan barang. (Sambuaga, 2013).
Kelebihan Kekurangan
➢ Nilai persediaan disajikan secara
relevan di Laporan Posisi Keuangan
➢ Pajak yang dihasilkan dengan
metode FIFO menjadi lebih besar
➢ Menghasilkan laba yang lebih besar ➢ Laba yang dihasilkan kurang akurat
Perbandingan Metode-metode Persediaan
❖ First In First Out
1. Menghasilkan penjualan yang rendah dari harga pokok
2. Menghasilkan laba kotor yang tinggi
3. Menghasilkan persediaan akhir barang yang tinggi
Penggunaan First In First Out selama periode inflasi atau kenaikan harga akan
mengakibatkan hal ini, tapi terjadi kebalikanya jika dalam kondisi ekonomi turun.
❖ Last In First Out
1. Menghasilkan harga pokok penjualan yang tinggi
2. Menghasilkan laba kotor yang rendah
3. Menghasilkan persediaan akhir yang rendah
2.4.1. Keunggulan FIFO
Pendekatkan persediaan akhir dengan biaya berjalan merupakan keunggulan FIFO.
Karena barang atau persediaan pertama yang dibeli adalah persediaan yang akan
pertama digunakan dalam memproses persediaan, maka nilai persediaan akhir akan
terdiri dari persediaan akhir, terutama jika laju perputaran persediaan cepat.
Sedangkan kelemahan dari FIFO adalah biaya berjalan tidak ditandingkan dengan
pendapatan berjalan pada laporan laba.
2.4.2. Tujuan FIFO
1. Agar barang digudang tidak tertimbun terlalu lama dan menghindari masa
kadaluarsa produk. Adapun untuk menyajikan persediaan akhir didalam neraca
berdasarkan harga yang paling akhir.
2. Merupakan penggabungan semua unsur laba pada saat penjualan, dimana gain
dan loss yang timbul dari perubahan-perubahan harga yang dianggap tidak
dapat dipisahkan dari income yang merupakan hasil dari keputusan manajerial
dalam kegiatan normal perusahaan.
3. Untuk menyajikan persediaan akhir didalam neraca berdasarkan harga yang
paling akhir.
2.5. Metode LIFO
LIFO singkatan dari Last in first out atau dalam bahasa Indonesia, terakhir masuk pertama
keluar yang berarti bahwa persediaan yang terakhir masuk adalah barang yang pertama kali
dicatat sebagai barang yang dijual. Sejak tahun 1970-an, saat terjadi inflasi untuk
mengurangi pajak perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat memilih untuk menggunakan
sistem LIFO. Ada cara untuk menerapkan metode LIFO. Karena setiap variasi
menghasilkan, angka yang berbeda untuk biaya bahan baku yang dikeluarkan, biaya
persediaan akhir.
Kelebihan : Mudah membandingkan kos sekarang dengan pendapatan sekarang. Jika harga
naik, harga barang konservatif laba operasi tidak tercemar oleh untung atau rugi fluktuasi
harga. Jika harga berfluktuasi, dapat meratakan laba tahunan.
Kekurangan : bertentangan dengan aliran fisik sesungguhnya. Tidak menunjukkan potensi
jasa yang sesungguhnya atau kos yang sudah usang.
Perbandingan Metode-metode Persediaan
❖ FIFO
1. Menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah
2. Menghasilkan laba kotor yang tinggi
3. Menghasilkan persediaan akhir yang tinggi selama periode inflasi atau kenaikan
harga, penggunaan FIFO akan mengakibatkan hal ini, tapi dalam kondisi ekonomi
turun, terjadi kebalikannya.
❖ LIFO
1. Menghasilkan harga pokok penjualan yang tinggi
2. Menghasilkan laba kotor yang rendah
3. Menghasilkan persediaan akhir yang rendah. Biaya rata-rata Memperoleh hasil
antara FIFO dan LIFO untuk ketiga konsep yang telah diuraikan.
2.6. Metode Rata-Rata (Average)
Rata-rata tertimbang (Average), menghitung biaya perunit yang sama perawal periode dan
biaya yang dibeli selama suatu periode menggunakan metode ini. Membagi biaya barang
yang tersedia untuk dijual dengan unit yang tersedia adalah cara untuk menghitung biaya
persediaan maka persediaan akhir dan beban pokok penjualan dapat dihitung dengan harga
rata-rata.
Kelebihan Kekurangan
➢ Keuntungan dan kelebihan metode
diantara metode FIFO dan LIFO.
➢ Keuntungan dan kelebihan
metode berada diantara metode
FIFO dan LIFO.
2.7. Metode First Expired First Out
Metode first expired first out merupakan barang tanggal expired paling cepat, barang yang
lebih dulu keluar. Sistem FEFO ini sangat tepat diaplikasikan untuk meningkatkan pelayanan
kepada konsumen sebagai nilai tambah pada toko. Semakin banyak toko yang menerapkan
sistem ini, termasuk toko sparepart. Sistem ini biasanya diterapkan pada barang-barang
konsumsi dengan pengawasan dan penyimpanan yang ketat. Pada saat barang masuk, maka
pemilik toko harus melihat tanggal kadaluarsa. Jadi meskipun barang datang duluan atau
belakangan jika tanggal kadaluarsanya lebih dekat maka harus dijual terlebih dahulu.
Perhatikan untuk penempatan barang tersebut pada rak toko, pastikan barang yang expired
lebih cepat harus berada pada posisi depan, sehingga akan diambil terlebih dahulu oleh
pembeli.
2.8. Diagram Sebab - Akibat (Cause and Effect Diagram)
Diagram Ishikawa merupakan teknik untuk memetakkan semua faktor yang mengakibatkan
terjadinya permasalahan pada hasil yang diinginkan. Adapun tujuan dari diagram Ishikawa
adalah untuk mendata semua faktor yang mempengaruhi kualitas dari suatu proses dan untuk
memetakan interrelasi antar faktor (Sallis Edward, 2008:202). Eris Kusnadi (2011:1)
mengemukakan bahwa diagram Ishikawa menganalisa berbagai sebab yang berpotensi pada
setiap faktor dan dalam identifikasi masalah dengan cara membandingkan. Masalah
diuraikan dalam berbagai faktor yang berhubungan, meliputi manusia, metode,
mesin/peralatan, lingkungan dan sebagainya. Setiap faktor mempunyai sebab akibat yang
harus diuraikan sampai faktor tersebut tidak dapat di urai. Berikut visual mengenai prosedur
atau lamgkah-langkah pembuatan diagram ishikawa.
Gambar 2.1 Diagram Sebab-Akibat (Ishikawa Diagram)
Menurut Tague diagram Ishikawa diatas menjelaskan bahwa diagram Ishikawa digunakan untuk
menganalisa penyebab suatu masalah (Tague, 2005:247). Apabila suatu masalah dan akar
penyebab masalah sudah diketahui maka langkah berikutnya akan lebih mudah dilakukan. Dalam
penyusunan diagram Ishikawa, sesi brainstorming digunakan untuk mengetahui sebab-akibat dan
penganalisaan yang mendetail pada masalah yang terjadi pada setiap faktor.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alur Penelitian
Metode penelitian adalah suatu tahap-tahap penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat
ditulis secara urut, tertata, dan sistematis. Berikut adalah langkah-langkah dalam penelitian
ini :
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Observasi Awal
• Wawancara Departemen PPIC,
Manager Produksi, Operator Gudang
• Data material in dan out
Data dan Analisa
Data Material In & Out
Analisa Data • Data material in dan out gudang
• Diagram fishbone
• Penerapan Chip Kanban dengan menggunakan
metode FIFO
• Presentase material 3 bulan simpan
Identifikasi Masalah
• Menentukan latar belakang masalah,
rumusan, tujuan dan sistematika dalam
penelitian
Studi Literatur
• Gudang
• Chip Kanban
• Metode First In First Out (FIFO)
• Menetapkan tahapan
penelitian
Data Sekunder Data Primer
Kesimpulan dan Saran
Penelitian
selanjutnya
?
Ya
Selesai
Masalah Awal
Tidak
3.2. Observasi Awal
Tahap pertama di dalam penelitian ini adalah observasi awal. Hal ini perlu dilakukan untuk
dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi sehingga peneliti mendapatkan informasi yang
cukup untuk mengembangkan masalah tersebut sehingga kita dapat mendapatkan metode
yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk observasi awal ini, peneliti
melakukan wawancara dengan Departemen PPIC, Manager Produksi dan Operator Gudang
untuk mengetahui permasalahan yang terjadi sehingga kita mendapatkan gambaran
mengenai material in sering tercampur dari proses material masuk yang sering mengalami
ketidakstabilan hasil analisa. Selain itu, peneliti juga melakukan pengamatan langsung
terhadap setiap proses material masuk yang dilakukan sehingga peneliti benar–benar tahu
penyebab tidak berjalannya metode FIFO. Setelah itu sebagai bahan pertimbangan
dilakukan analisa terhadap laporan material in dan out report selama 3 bulan terakhir
kemudian menentukan masalah apa yang sering terjadi.
3.3. Identifikasi Masalah
Identiifikasi masalah dilakukan setelah didapatkannya hasil fishbone. Setelah itu,
ditentukan perumusan masalah dari latar belakang yang telah dijelaskan. Dari rumusan
masalah tersebut dapat diketahui tujuan dari penelitian yang akan menjawab semua masalah
yang telah dirumuskan. Setelah itu, ditentukan batasan-batasan masalah agar penelitian
tidak keluar dari ruang lingkup yang telah ditetapkan dan beberapa asumsi guna membantu
dalam penyelesaian masalah-masalah yang telah dirumuskan.
3.4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah ini merupakan petunjuk yang mengarahkan peneliti untuk
memformulasikan secara ringkas, jelas dan tajam, tentang permasalahan utama yang ada di
latar belakang, identifikasi masalah penelitian.
3.5. Tinjauan Pustaka
Di dalam sebuah penelitian, tinjauan pustaka dilakukan untuk menunjang secara teoritis
hal–hal yang digunakan di dalam penelitian ini. Pada penelitian ini referensi yang dikaji
adalah referensi yang berkaitan dengan penerapan dan peningkatan kualitas, proses gudang,
penerapan Chip Kanban dengan metode First In First out (FIFO). Tinjauan pustaka yang
digunakan di dalam penelitian ini bersumber dari beberapa referensi seperti buku, jurnal,
karya ilmiah maupun laporan hasil penelitian yang berhubungan dengan latar belakang
masalah yang diambil dalam penelitian ini.
3.6. Metode Penelitian
Metode ini berisi tentang tahapan dalam melakukan penelitian. Tujuannya agar penelitian
dapat dilakukan secara sistematis yang akan menggambarkan tahapan–tahapan untuk
mengidentifikasi, merumuskan, menganalisa, memecahkan suatu masalah dimana pada
akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan dari masalah yang dijadikan sebagai objek
observasi.
3.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diperlukan hanya data yang terkait dengan penelitian. Penelitian
ini didukung dengan beberapa data berikut :
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari PT. Fukoku Industries Indonesia dengan cara :
a. Wawancara langsung terhadap karyawan yang berhubungan dengan proses di
Gudang.
b. Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan pengamatan langsung kelapangan
atau lokasi penelitian.
c. Data material in dan out pada bulan Desember 2016 – Februari 2017 sebagai data
material stok akhir yang tersimpan digudang.
2. Data Sekunder
a. Data internal departemen gudang pada proses penerapan FIFO dengan
menggunakan Chip Kanban pada bulan Maret 2017 – Agustus 2017.
b. Data dari supplier seperti Packing List dan Surat Jalan.
c. Data Presentase Material 3 Bulan Simpan pada bulan Maret 2017 – Agustus 2017.
3.8. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul diolah dengan menggunakan metode-metode yang telah
diusulkan untuk memperoleh hasil dan solusi. Setelah dilakukan analisa terhadap penerapan
Chip Kanban, maka dilakukan analisa terhadap metode FIFO. Dilakukan perhitungan
terhadap persentase material 3 bulan simpan, membuat diagram sebab akibat, selanjutnya
diolah dengan metode FIFO dan terakhir adalah persentase unbalance out dalam 3 bulan
terakhir setelah melakukan perbaikan. Sehingga didapatkan jumlah rata-rata persentase
unbalance out material selama 3 bulan terakhir.
3.9. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan berisi tentang hasil persentase penerapan Chip Kanban dengan metode FIFO
(First In First Out), menghasilkan informasi alur barang masuk dan barang keluar yang
relative lebih cepat dibandingkan dengan metode yang biasanya. Dan perbandingan proses
sebelum dan setelah perbaikan, diperolehnya standar kontrol keluar masuk barang.
BAB IV
DATA DAN ANALISA
4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Perusahaan
PT. Fukoku Industries Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di
dalam pembuatan komponen dan perakitan hydraulice hose untuk
excavator. Perusahaan memiliki lokasi pabrik dalam Kawasan Jababeka
III terdapat di Blok B nomor 5A-B. Luas PT. Fukoku Industries Indonesia
adalah 1,660 m².
4.1.2. Gudang Material
Gudang Material adalah tempat untuk menyimpan hydraulic hose. Luas
gudang material adalah 420 m2. Terdapat 5 rak pernyimpanan barang,
masing-masing rak sudah dikelompokan berdasarkan kebutuhan dan
fungsinya, sehingga barang-barang yang terdapat pada setiap rak tidak
boleh dipisahkan.
4.2. Pengumpulan Data
4.2.1. Material In dan Out
Informasi dan data dikumpulkan dan di record untuk mensupport
penelitian ini. Data dikumpulkan dengan cara mengumpulkan data melalui
laporan material in dan out setiap bulannya. Dimana didalam laporan
material in dan out ini tercantum hasil pengecekan material di gudang dan
terdapat keterangan terjadi proses FIFO belum berjalan. Berikut tabel
laporan material in dan out dari PT. Fukoku Industries Indonesia.
Tabel 4.1 Material In dan Out (3 Bulan)
Pada tabel 4.1 adalah material in dan out report dari gudang, setiap material
masuk dan keluar harus diinput ditabel material report ini. Data diatas
menunjukan stok material dari bulan Desember 2016 sampai bulan Februari
2017. Stok awal dibulan November yaitu 24.005,6 Meter. Material stok akhir
yang tersimpan di gudang dibulan Desember yaitu 30.973,9 Meter, material stok
akhir bulan Januari yaitu 36.233,6 Meter, material stok akhir bulan Februari yaitu
31.089,4 Meter. yang menjadi permasalahannya adalah material in report, karena
masih banyaknya stok material yang lama masih tersimpan di gudang. Jadi harus
dilakukan perbaikan dengan metode FIFO menggunakan Chip Kanban sebagai
alur keluar masuk barang material.
Perusahaan PT. Fukoku Industries Indonesia lebih menggunakan metode FIFO
dalam alur keluar masuk barang. Karena dari sisi FIFO akan menghasilkan
penurunan persentase penyimpanan barang yang melebihi 3 bulan dibandingkan
LIFO, atau Average. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatannya logis
dan realistis terhadap alur keluar masuk barang.
Periode : DESEMBER 2016 - FEBRUARI 2017 Jenis Material : HOSE
Dept. : WAREHOUSE Customer : HCMI, SU, SA, KY
Stok Awal Stok Akhir Stok Akhir Stok Akhir
IN OUT IN OUT IN OUT
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 2934,0 2.025,0 2.054,7 2.904,3 4.039,0 2.286,7 4.656,6 602,0 2.202,0 3.056,6
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 4447,0 7.637,0 3.043,6 9.040,4 4.851,0 3.440,0 10.451,4 1.015,0 3.615,6 7.850,8
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 4891,0 503,0 1.431,8 3.962,2 601,0 1.238,9 3.324,3 500,0 1.262,9 2.561,4
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 975,0 779,0 360,4 1.393,7 334,0 466,0 1.261,7 200,0 389,9 1.071,8
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 662,0 97,0 23,2 735,8 100,0 70,2 765,5 100,0 19,1 846,4
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 6,4 202,0 171,0 37,4 303,0 130,6 209,7 202,0 147,3 264,5
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 498,0 814,0 886,0 426,0 1.066,0 705,0 787,0 810,0 716,0 881,0
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 22,1 1.328,0 616,4 733,7 810,0 398,1 1.145,6 1.000,0 298,3 1.847,3
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 119,0 1.696,0 2.794,9 -979,8 1.996,0 2.363,6 -1.347,4 1.690,0 2.329,2 -1.986,6
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 170,0 796,0 512,7 453,3 996,0 666,2 783,1 300,0 489,9 593,1
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 3268,0 699,0 508,9 3.458,1 796,0 613,7 3.640,4 300,0 641,7 3.298,6
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 1535,0 2.990,0 1.860,0 2.665,0 2.891,0 2.233,5 3.322,5 1.995,0 2.152,9 3.164,6
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 701,0 197,0 18,8 879,3 80,0 17,1 942,1 80,0 11,1 1.011,0
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 1486,0 1.102,0 1.023,9 1.564,1 1.131,0 846,9 1.848,2 412,0 1.063,2 1.197,0
15 WATER 16 X 24 DiaHCMI, SHI 1173,0 1.400,0 357,0 2.216,0 1.200,0 393,0 3.023,0 1.400,0 408,8 4.014,2
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI 999,0 100,0 10,5 1.088,5 100,0 75,6 1.112,9 100,0 6,3 1.206,6
17 SIB 35-19 SA, KY 119,2 741,0 464,1 396,0 314,0 402,9 307,1 200,0 296,0 211,1
TOTAL 24.005,6 23.106,0 16.137,8 30.973,9 21.608,0 16.348,3 36.233,6 10.906,0 16.050,2 31.089,4
Sumber : Data Material In & Out Bulanan Gudang
MATERIAL (IN & OUT ) REPORT
NO HOSE COMMON
BULAN
REMARKDesember 2016 Januari 2017 Februari 2017
3
4.2.2. Presentase Material 3 Bulan Simpan (Sebelum)
Tabel 4.2 Presentase Material 3 Bulan Simpan (Sebelum)
Dari data tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa banyaknya jumlah material sisa
penyimpanannya sampai tiga bulan rata-rata sebesar 6,8%, hal ini menjadi
permasalahan bagi perusahaan karena tidak sesuai dengan target perusahaan. Target
yang ditentukan oleh perusahaan yaitu 5%. Dari tabel 4.2 diatas semua stok sisa rata-
rata paling banyak penyimpanan 6,8%. Adapun material Hose yang stok paling
sedikit adalah SIB 70-9 5,0%, SHD 280-12 5,0%, dan GHD 350-12 5,0%. Jadi
perbaikan jumlah stok sisa material yang tersimpan di gudang yang terlalu lama
dengan cara FIFO menggunakan Chip Kanban. Dengan berjalannya penerapan FIFO
ini ditargetkan penurunan stok rata-rata sebesar 1%.
Periode : DESEMBER 2016 - MEI 2017 Jenis Material : HOSE
Dept. : WAREHOUSE
TARGET
MAR APR MEI PENURUNAN
1 SIB 70 - 6 2.025,0 4.039,0 602,0 7,0% 5,0% 6,0% 6,0%
2 SIB 70 - 9 7.637,0 4.851,0 1.015,0 5,0% 4,0% 6,0% 5,0%
3 SIB 70 - 12 503,0 601,0 500,0 5,0% 5,0% 8,0% 6,0%
4 SIB 70 - 19 779,0 334,0 200,0 7,0% 5,0% 9,0% 7,0%
5 SIB 70 - 25 97,0 100,0 100,0 5,0% 6,0% 7,0% 6,0%
6 SIB 280 - 9 202,0 303,0 202,0 8,0% 9,0% 7,0% 8,0%
7 SIB 35 - 12 814,0 1.066,0 810,0 7,0% 7,0% 7,0% 7,0%
8 SHD 280 - 12 1.328,0 810,0 1.000,0 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
9 SHD 280 - 19 1.696,0 1.996,0 1.690,0 7,0% 7,0% 7,0% 7,0%
10 GHD 350 - 12 796,0 996,0 300,0 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
11 M-SHD350-15 699,0 796,0 300,0 6,0% 6,0% 6,0% 6,0%
12 M-SHD350-19 2.990,0 2.891,0 1.995,0 6,0% 8,0% 7,0% 7,0%
13 NHD 350 - 22 197,0 80,0 80,0 9,0% 9,0% 9,0% 9,0%
14 M-SHD350-25 1.102,0 1.131,0 412,0 9,0% 9,0% 9,0% 9,0%
15 WATER 16 X 24 Dia 1.400,0 1.200,0 1.400,0 9,0% 9,0% 9,0% 9,0%
16 IB 350 - 6 100,0 100,0 100,0 6,0% 6,0% 6,0% 6,0%
17 SIB 35-19 741,0 314,0 200,0 6,0% 8,0% 7,0% 7,0%
Sumber : Data Stok Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
1%6,8%
% Material 3 Bulan SimpanDES JAN FEB
MATERIAL (IN) REPORT
NO HOSETotal
AverageAverage
4
4.2.3. Data Perhitungan Persen Material 3 Bulan Simpan (Sebelum)
Tabel 4.3 Data Perhitungan Persen Material 3 Bulan Simpan (Sebelum)
Dari tabel 4.3 diatas menjelaskan perhitungan persen material 3 bulan simpan
(sebelum), contoh perhitungan persen material in dibulan Desember 2016 hose SIB
70-6 2.025,0 meter, setelah dicek dibulan Maret 2017 sisa materialnya sebanyak
141,75 meter, jadi persentase material sisanya sebesar 7%.
Periode : DESEMBER 2016 - MEI 2017 Jenis Material : HOSE
Dept. : WAREHOUSE Customer : HCMI, SU, SA, KY
Des'16 & Mar'17
Material In Des'16 Material Sisa Mar'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 2.025,0 141,75 7%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 7.637,0 381,85 5%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 503,0 25,15 5%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 779,0 54,53 7%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 97,0 4,85 5%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 202,0 16,16 8%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 814,0 56,98 7%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 1.328,0 66,40 5%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 1.696,0 118,72 7%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 796,0 39,80 5%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 699,0 41,94 6%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 2.990,0 179,40 6%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 197,0 17,73 9%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 1.102,0 99,18 9%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI 1.400,0 126,00 9%
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI 100,0 6,00 6%
17 SIB 35-19 SA, KY 741,0 44,46 6%
Sumber : Data Stok Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
Material In Jan'17 Material Sisa Apr'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 4.039,0 201,95 5%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 4.851,0 194,04 4%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 601,0 30,05 5%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 334,0 16,70 5%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 100,0 6,00 6%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 303,0 27,27 9%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 1.066,0 74,62 7%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 810,0 40,50 5%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 1.996,0 139,72 7%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 996,0 49,80 5%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 796,0 47,76 6%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 2.891,0 231,28 8%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 80,0 7,20 9%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 1.131,0 101,79 9%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI 1.200,0 108,00 9%
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI 100,0 6,00 6%
17 SIB 35-19 SA, KY 314,0 25,12 8%
Sumber : Data Stok Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
Feb'17 & Mei'17
Material In Feb'17 Material Sisa Mei'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 602,0 36,12 6%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 1.015,0 60,90 6%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 500,0 40,00 8%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 200,0 18,00 9%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 100,0 7,00 7%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 202,0 14,14 7%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 810,0 56,70 7%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 1.000,0 50,00 5%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 1.690,0 118,30 7%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 300,0 15,00 5%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 300,0 18,00 6%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 1.995,0 139,65 7%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 80,0 7,20 9%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 412,0 37,08 9%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI 1.400,0 126,00 9%
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI 100,0 6,00 6%
17 SIB 35-19 SA, KY 200,0 14,00 7%
Sumber : Data Stok Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
Data Cek Stok Berdasarkan Material Masuk
NO HOSE COMMON
BULAN
REMARKSatuan Meter
REMARKSatuan Meter
NO HOSE COMMON
BULAN
REMARKSatuan Meter
Jan'17 & Apr'17
NO HOSE COMMON
BULAN
5
4.2.4. Data Kerusakan Material 3 Bulan Simpan (Sebelum)
Tabel 4.4 Data Kerusakan Material 3 Bulan Simpan (Sebelum)
Dari tabel 4.4 diatas adalah data kerusakan material 3 bulan simpan sebelum,
permasalahan yang timbul di antaranya, selang menunggu lama dalam gudang,
karena seharusnya selang yang masuk awal dan keluar awal untuk kebutuhan
produksi harus keluar paling akhir, karena permasalahan tersebut selang menjadi
rusak di bagian luar selang/tergoresnya selang menjadi sobek karena salah proses
pada saat pengambilan material dan tergeser-gesernya material yang masuk ke dalam
gudang, selang menjadi karat dibagian area wire karena penyimpanan hose tidak
ditutup ujungnya. Selang menjadi penyok karena operator gudang sering
menumpukan material in dilantai gudang akan mengakibatkan pengambilan selang
yang sulit terjangkau mesin forklift. Para operator gudang lebih memilih mengambil
material selang yang lebih dekat. Permasalahan ini di akibatkan operator gudang
sering menumpukan selang dalam gudang karena material yang tidak tertata, dan
rawan untuk tersenggol oleh aktifitas operator dalam gudang. Adapun rata-rata
Periode : DESEMBER 2016 - MEI 2017 Jenis Material : HOSE
Dept. : WAREHOUSE Satuan : Meter
TARGET
MAR'17 APR'17 MEI'17 PENURUNAN
1 SIB 70 - 6 253,1 673,2 100,3 2,3% 1,7% 2,0% 2,0%
2 SIB 70 - 9 954,6 808,5 169,2 1,7% 1,3% 2,0% 1,7%
3 SIB 70 - 12 62,9 100,2 83,3 1,7% 1,7% 2,7% 2,0%
4 SIB 70 - 19 97,4 55,7 33,3 2,3% 1,7% 3,0% 2,3%
5 SIB 70 - 25 12,1 16,7 16,7 1,7% 2,0% 2,3% 2,0%
6 SIB 280 - 9 25,3 50,5 33,7 2,7% 3,0% 2,3% 2,7%
7 SIB 35 - 12 101,8 177,7 135,0 2,3% 2,3% 2,3% 2,3%
8 SHD 280 - 12 166,0 135,0 166,7 1,7% 1,7% 1,7% 1,7%
9 SHD 280 - 19 212,0 332,7 281,7 2,3% 2,3% 2,3% 2,3%
10 GHD 350 - 12 99,5 166,0 50,0 1,7% 1,7% 1,7% 1,7%
11 M-SHD350-15 87,4 132,7 50,0 2,0% 2,0% 2,0% 2,0%
12 M-SHD350-19 373,8 481,8 332,5 2,0% 2,7% 2,3% 2,3%
13 NHD 350 - 22 24,6 13,3 13,3 3,0% 3,0% 3,0% 3,0%
14 M-SHD350-25 137,8 188,5 68,7 3,0% 3,0% 3,0% 3,0%
15 WATER 16 X 24 Dia - - - - - - -
16 IB 350 - 6 - - - - - - -
17 SIB 35-19 92,6 52,3 33,3 2,0% 2,7% 2,3% 2,3%
Sumber : Data Kerusakan Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
2,2% 1%
DATA KERUSAKAN MATERIAL REPORT
NO HOSE DES'16 JAN'17 FEB'17
% Kerusakan Material 3 Bulan Simpan
AverageTotal
Average
6
material 3 bulan simpan dengan rata-rata material rusak sekitar 2,2%. Sesuai
pedoman sasaran mutu PT. Fukoku Industries Indonesia bahwa material dikatakan
berkualitas apabila tercapainya kesesuaian antara proses yang dihasilkan dengan
rencana target standar/sasaran mutu yang ditetapkan oleh perusahaan pada setiap
awal proses atau target kerusakan kumulatif adalah tidak lebih dari 3%. Untuk
menekan tingkat kerusakan material dan mempertahankan kualitas perlu berjalannya
penerapan FIFO dengan menggunakan Chip Kanban.
4.2.5. Data Perhitungan Persen Kerusakan Material 3 Bulan Simpan
(Sebelum)
Tabel 4.5
Data Perhitungan Persen Kerusakan Material 3 Bulan Simpan (Sebelum)
Periode : DESEMBER 2016 - MEI 2017 Jenis Material : HOSE
Dept. : WAREHOUSE Customer : HCMI, SU, SA, KY
Des'16 & Mar'17
Material In Des'16 Material Sisa Mar'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 253,1 5,91 2%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 954,6 15,91 2%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 62,9 1,05 2%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 97,4 2,27 2%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 12,1 0,20 2%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 25,3 0,67 3%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 101,8 2,37 2%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 166,0 2,77 2%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 212,0 4,95 2%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 99,5 1,66 2%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 87,4 1,75 2%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 373,8 7,48 2%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 24,6 0,74 3%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 137,8 4,13 3%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI - - -
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI - - -
17 SIB 35-19 SA, KY 92,6 1,85 2%
Sumber : Data Kerusakan Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
Material In Jan'17 Material Sisa Apr'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 504,9 8,41 2%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 606,4 8,09 1%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 75,1 1,25 2%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 41,8 0,70 2%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 12,5 0,25 2%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 37,9 1,14 3%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 133,3 3,11 2%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 101,3 1,69 2%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 249,5 5,82 2%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 124,5 2,08 2%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 99,5 1,99 2%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 361,4 9,64 3%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 10,0 0,30 3%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 141,4 4,24 3%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI - - -
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI - - -
17 SIB 35-19 SA, KY 39,3 1,05 3%
Sumber : Data Kerusakan Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
Feb'17 & Mei'17
Material In Feb'17 Material Sisa Mei'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 75,3 1,51 2%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 126,9 2,54 2%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 62,5 1,67 3%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 25,0 0,75 3%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 12,5 0,29 2%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 25,3 0,59 2%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 101,3 2,36 2%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 125,0 2,08 2%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 211,3 4,93 2%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 37,5 0,63 2%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 37,5 0,75 2%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 249,4 5,82 2%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 10,0 0,30 3%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 51,5 1,55 3%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI - - -
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI - - -
17 SIB 35-19 SA, KY 25,0 0,58 2%
Sumber : Data Stok Kerusakan Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
REMARKSatuan Meter
Data Chek Kerusakan Berdasarkan Material Tersimpan
NO HOSE COMMON
BULAN
REMARKSatuan Meter
Jan'17 & Apr'17
NO HOSE COMMON
BULAN
NO HOSE COMMON
BULAN
REMARKSatuan Meter
7
Dari tabel 4.5 diatas menjelaskan perhitungan persen data kerusakan material 3
bulan simpan (sebelum), contoh perhitungan persen material rusak dibulan
Desember 2016 hose SIB 70-6 253,1 meter, setelah dicek dibulan Maret 2017 sisa
kerusakan materialnya menjadi 5,91 meter, jadi persentase kerusakan material
sisanya sebesar 2%.
4.3. Analisis dan Perbaikan
4.3.1. Diagram Fishbone (Cause-Effect-Analysis)
Dalam menganalisa suatu masalah atau mencari penyebab masalah
merupakan langkah awal untuk melakukan suatu perbaikan. Untuk dapat
mengetahui dengan jelas dari mana akar permasalahan suatu masalah berasal
dan bagaimana suatu masalah dapat diperbaiki atau diselesaikan. Dengan
menggunakan metode diagram Fishbone atau cause-effect analysis kita dapat
melihat permasalahan yang muncul dari berbagai faktor, dalam penelitian ini
peneliti menganalisa dari 3 faktor yaitu manusia (Man), peralatan (Tools), dan
metode (Method). Pada setiap faktor terdapat masalah, dari semua faktor
tersebut tentunya ada faktor dominan yang harus diperbaiki. Faktor dominan
tersebut yang harus pertama kali diperbaiki. Setelah di analisa faktor yang
paling dominan adalah pada material in sering tercampur yang belum sesuai,
sehingga selang yang masuk awal dan keluar awal untuk kebutuhan produksi
harus keluar paling akhir, karena permasalahan tersebut selang menjadi rusak
di bagian luar selang/tergoresnya selang menjadi sobek karena salah proses
pada saat pengambilan material dan tergeser-gesernya material yang masuk
ke dalam gudang, selang menjadi karat dibagian area wire karena
penyimpanan hose tidak ditutup ujungnya. Selang menjadi penyok karena
operator gudang sering menumpukan material in dilantai gudang akan
mengakibatkan pengambilan selang yang sulit terjangkau mesin forklift. Para
operator gudang lebih memilih mengambil material selang yang lebih dekat.
8
Tabel 4.6 Analisa Penyebab Masalah
Faktor Masalah yang
terjadi Why 1 Why 2 Why 3 Why 4 Why 5 Strategi
Method
Penempatan part
tidak urut
Item part
banyak
Area material
terbatas
Belum
dibuatnya
layout rak
Membuat layout rak
Kontrol keluar
masuk barang belum
ada
Belum
dibuatkan
standar kontrol
Dibuatkan standar
kontrol metode FIFO
dengan Chip Kanban
Pengambilan part
ada yang susah
Penyusunan part
ditumpuk
Area
penempatan
terbatas
Memberikan area jalan
untuk forklif
Tools
Area penempatan
kurang
Jumlah rak
terbatas
Mengajukan
penambahan rak
Material sering
ditumpuk
Kapasitas area
over
Jumlah rak
kurang
Mengajukan
penambahan rak
Perpindahan barang
lama Trolly kurang
Belum ada
pengajuan
pembelian
trolly
Mengajukan
penambahan trolly
Man Disiplin kerja
operator rendah
Kurangnya
pengawasan
dari Supervisor
Tidak adanya
chek sheet
kerja dan alat
pantau
Belum
dibuatkan chek
sheet kerja dan
alat pantau
Dibuatkan chek sheet
kerja dan pemasangan
CCTV
9
Gambar 4.1 Fishbone Chart
TOOLS
MATERIAL
SERING
DITUMPUK
Jumlah rak terbatas
DISIPLIN
KERJA
OPERATOR
RENDAH
Belum dibuatkan chek sheet
kerja dan alat pantau
Tidak adanya chek sheet
kerja dan alat pantau
MAN
PENGAMBILAN
PART ADA YANG
SUSAH
PENEMPATAN PART
TIDAK URUT
PERPINDAHAN
BARANG LAMA
METHOD
Area material
terbatas
Item part
banyak
Penyusunan
part ditumpuk
Trolly
kurang
Jumlah rak kurang
MATERIAL
IN SERING
TERCAMPUR
Belum dibuatnya
layout rak
Kapasitas area over
Area
penempatanterbatas
AREA PENEMPATAN
KURANG
Kurangnya
pengawasan dari Supervisor
KONTROL KELUAR
MASUK BARANG
BELUM ADA
Belum dibuatkan
standar kontrol
Belum ada pengajuan
pembelian trolly
10
Pada diagram fishbone diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang paling dominan
terletak pada metode yaitu kontrol keluar masuk barang belum ada. Alasan mengapa
perbaikan tersebut dipilih bahwa perbaikan tersebut yang paling mungkin dilakukan karena
tidak perlunya mengeluarkan biaya dan mendukung juga program perusahaan yaitu menekan
biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Selain itupun diskusi dan wawancara
sudah dilakukan oleh peneliti dengan personil-personil yang berhubungan dengan
permasalahan ini, sehingga perbaikan tersebutlah yang paling tepat untuk dilakukan.
4.3.2. Work Instruction Proses Penanganan Material Gudang
Gambar 4.2 Work Instruction Proses Penanganan Material Gudang
Pada gambar 4.2 diatas work instruction proses penanganan material digudang tujuannya
yaitu memastikan penanganan material sesuai dengan standar kerja dan melakukan
pengontrolan material untuk menghindari kerusakan material atau kesalahan distribusi
material.
11
4.3.3. Bagan Alir Proses Penerimaan, Pengeluaran dan Stok Opname Bahan Baku
Mulai
PENERIMAAN BAHAN BAKU
Penerimaan
Bahan Baku
Cek
Kuantitas
Material
Update data
stock material
Sesuai
Selesai
Pelaporan ke
Bag. Purchasing
Ketidaksesuaian
PENGELUARAN BAHAN BAKU
Mulai
PPIC Warehouse
Raw Material
Requested Slip
Cek quantity ?
Pelaporan
Tidak sesuai
Pengiriman
material ke
Produksi
OK
Selesai
STOCK OPNAME & PEMUTAKIRAN DATA
Mulai
Stock Opname
Consumable
Material
Balancing
Data
Pengisian Form
Stock Opname
Problem Report
Ketidak sesuaian
Pelaporan
OK
Persetujuan
Pemutakiran
Data
Selesai
Update data
stock material
Order Material
Gambar 4.3 Bagan Alir Proses Penanganan Material Gudang
Uraian Aktivitas
Penanganan material terdiri dari beberapa proses, seperti :
a. Penerimaan Bahan Baku
Bagian Warehouse menerima Raw Material yang dikirim oleh Supplier di lengkapi
dengan beberapa dokumen seperti Packing List, Surat Jalan.
b. Cek Kuantitas
Memeriksa kuantitas barang/material yang diterima berdasarkan Packing List yang
diterima dari Japan dan selanjutnya mengupdate data stok material pada Form Material
Stock Report.
c. Identifikasi Bahan Baku
12
Bagian Warehouse memberikan identitas pada material yang diterima berupa pemberian
cap (Passed dan tanggal terima). Kemudian menyimpannya sesuai dengan layout yang
sudah ditetapkan.
d. Pengeluaran Bahan Baku
Warehouse mengeluarkan dan mengirim sejumlah bahan baku ke bagian Produksi sesuai
dengan permintaan yang diterima dari bagian produksi secara sistem FIFO dengan
melampirkan Raw Material Requested Slip. Untuk pengeluaran material diluar Raw
Material Requested Slip Staff Warehouse harus menggunakan Form Bukti Penyerahan
Material. Jika tidak ada Raw Material Requested Slip atau Bukti Penyerahan Material
Staff Warehouse tidak boleh mengeluarkan material. Setiap transaksi material Staff
Warehouse harus mengupdate data material pada Form Stock Card beserta ”Lot. Part”
material.
e. Stock Opname & Pemutakiran Data
Warehouse akan melakukan pengecekan pada Stock Opname Report dengan kondisi stok
aktual di lapangan dalam periode satu bulan bersama dengan Staff Accounting. Jika
ditemukan ketidaksesuaian pada saat proses pengecekan data dengan kondisi aktual,
Warehouse akan membuat laporan kepada PPIC dengan mengisi Form Stock Opname
Problem Report. Dari hasil pengecekan tersebut, Warehouse akan melakukan
pemutakiran data pada Material Stock Report sesuai dengan kondisi aktual.
4.3.4. Bagan Alir Penerimaan dan Pengeluaran Barang Jadi
13
Mulai
Proses Pengecekan
(Quality Inspection)
Pemasangan Cup
dan Proses
Packing
Identifikasi
Produk
(Labelling)
Penyimpanan
Produk
Selesai
Mulai
Selesai
Persiapan Barang
Untuk Dikirim
Verifikasi Barang
Dengan Dokumen
Pengiriman
Loading Barang yg
Dikirim sesuai Dokumen
Pengiriman
Pengiriman Produk
ke Pelanggan
Penerimaan dan Penyimpanan Produk Jadi Pengeluaran Produk Jadi
Gambar 4.4 Bagan Alir Proses Penerimaan dan Pengeluaran Barang Jadi
Uraian Aktivitas
a. Penerimaan Produk Jadi
Quality Control menerima produk jadi yang dilengkapi dengan Seizou Sijisyo/Lembar
Kerja dari bagian produksi.
b. Proses Pengecekan
• Produk yang diterima dari mesin test akan di lengkapi dengan Supporting Material
yang diperlukan seperti : Label Kecil, Plastic Guard dan White Label disesuaikan
dengan spesifikasi produk.
• Hose dengan spesifikasi Kakudo/sudut kemiringan dicek kesesuaiannya dengan
spesifikasi produk. Toleransi untuk kakudo/sudut kemiringan ± 3º.
• Pengecekan dilakukan berdasarkan Seizou Sijisyo/Lembar Kerja untuk setiap
produk yang di produksi pada hari tersebut.
• Proses penanganan produk Trial sama halnya dengan penanganan mass product.
Hanya saja penanganan produk Trial, Quality Control mencatat hasil Trial pada
Form Trial Inspection Sheet yang mengacu pada Seizou Sijisyo Trial. Form Trial
Inspection Sheet beserta Seizou Sijisyo Trial akan dikirim kepelanggan untuk
mengetahui hasil produk trial tersebut.
14
c. Pemasangan Plastic Cap dan Proses Packing
• Pemasangan Cap
Semua produk yang dinyatakan lulus inspeksi diberi pelindung berupa Plastic Cap.
• Proses Packing
❖ Semua produk yang sudah dilengkapi dengan Plastic Cap akan dipacking
sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Seperti yang dijelaskan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.7 Proses Packing Barang Jadi
Customer Warna Tali
• HCMI
ZX 200-5G, STD, MF
ZX 350
ZX 110
Merah
Hijau
Kuning
• Sumitomo 10T, 20T, 30T Kuning
• Sakai Grup Kuning, Merah, Putih, Hijau, Abu - abu, Biru
❖ Barang jadi yang sudah di Packing akan diberi identitas berupa Identification
Label sesuai dengan identitas produk, disusun dalam Steel Box dan diletakan di
area yang sudah ditentukan.
d. Pengeluaran Produk atau Barang Jadi
Berdasarkan informasi dari bagian PPIC, Staff Accounting akan melakukan konfirmasi
kepada Departemen Quality Control untuk mengecek kesiapan produk yang akan dikirim
berdasarkan rencana pengiriman produk dengan mengacu pada Monthly Production Plan.
e. Kelengkapan Dokumen
15
Staff Accounting akan menyerahkan Delivery Order, Packing List Pengiriman dan Surat
Jalan serta dokumen yang berupa Receipt dari pelanggan.
f. Pengiriman Produk Ke Pelanggan
Mengacu pada Monitoring Delivery Plan Departemen Quality Control akan melakukan
inspeksi ulang terhadap barang jadi yang akan dikirim kepada pelanggan dengan
memberikan label pada Steel Box yang menjelaskan tentang tipe barang dan nomor PO.
❖ Mengecek kelengkapan dokumen pengiriman berupa Delivery Order, Packing List
Pengiriman, Receipt (dari pelanggan) dan Surat Jalan.
❖ Produk yang sudah diverifikasi di masukan kedalam Truck (kendaraan) dan siap
untuk dikirim.
❖ Security melakukan pengecekan akhir produk yang hendak di kirim dengan Surat
Jalan.
4.4. Rangkuman (Analisis Perbandingan)
4.4.1. Perbandingan Letak Penempatan Barang Sebelum dan Setelah
4.4.1.1. Letak Penempatan Barang Sebelum Perbaikan
16
Sumber: Gudang, Departement PPIC
Gambar 4.5 Letak Penempatan Barang Sebelum Perbaikan
Dapat dilihat pada gambar 4.5 letak penempatan barang digudang sebelum diperbaiki, ternyata
tempat material yang menyimpan hose dengan rasio permintaan tertinggi selama ini letaknya
masih belum tepat, sehingga operator gudang mengambil material yang lebih mudah dan tidak
berdasarkan metode FIFO.
4.4.1.2. Letak Penempatan Barang Setelah Perbaikan
17
Sumber: Gudang, Departement PPIC
Gambar 4.6 Letak Penempatan Barang Setelah Perbaikan
Dapat dilihat pada gambar 4.6 letak penempatan barang setelah perbaikan, pada gambar
diatas area hose 1, area hose 2, area hose 3 yang berwarna biru untuk penempatan material
hose. Area hose nomor 1, 2, dan 3 untuk material hose yang berdasarkan penerapan Chip
Kanban dengan menggunakan metode FIFO agar memudahkan operator gudang mencari
barang yang akan pertama dikeluarkan berdasarkan FIFO.
18
4.4.2. Tata Letak Material Sebelum & Setelah Ada Rak
Tata Letak Material Sebelum Ada Rak
→
Tata Letak Material Setelah Ada Rak
Gambar 4.7 Tata Letak Material Sebelum & Setelah Ada Rak
4.4.2.1. Tata Letak Material Sebelum Ada Rak
Dari gambar diatas adalah tata letak material sebelum ada rak di gudang PT. Fukoku
Industries Indonesia, penyimpanan material yang menumpuk, tidak teratur, mana
barang yang pertama masuk dan mana barang yang terakhir masuk. Menyulitkan
pengambilan barang yang pertama masuk, karena tidak teraturnya penyimpanan
barang di gudang, agar memudahakan pengambilan barang di gudang. Tata letak
gudang seperti ini tidak akan efektif untuk berjalanya penerapan FIFO di gudang.
4.4.2.2. Tata Letak Material Setelah Ada Rak
Dari gambar 4.7 adalah tata letak material setelah ada rak di gudang PT. Fukoku
Industries Indonesia, agar memudahkan penyimpanan maupun pengambilan barang.
Dengan adanya rak yang tepat sesuai kapasitas barang yang akan disimpan, maka
pengelolaan stok barang akan lebih terarah. Penempatan barang berdasarkan jenisnya
bisa dilakukan dengan baik sehingga operator gudang akan lebih mudah mengetahui
jumlah stok material, barang keluar masuk atau barang lainnya yang akan dikelola
oleh perusahaan.
→
Tata Letak Material Sebelum Ada Rak Tata Letak Material Setelah Ada Rak
19
4.4.3. Metode Chip Kanban
20
Gambar 4.8 Proses Penyimpanan Barang Pada Chip Kanban
Balok kecil yang digunakan pada Chip Kanban dapat menjelaskan kode barang serta
penempatan barang yang ada di rak tersebut. Chip Kanban yang sudah ditentukan
oleh perusahaan menjadi target untuk kinerja gudang. Kesesuaian penempatan
barang harus sesuai antara rak dengan Chip Kanban, pengambilan data dilakukan
dengan mengecek barang yang di rak kemudian menyesuaikan barang yang ada di
Chip Kanban.
Fungsi Kanban, kanban mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai pengendalian
produksi dan sebagai sarana peningkatan produksi. Fungsinya sebagai pengendalian
produksi diperoleh dengan menyatukan proses bersama dan mengembangkan suatu
sistem yang tepat waktu sehingga bahan baku, komponen atau produk yang
dibutuhkan akan datang pada saat dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan di seluruh workcenter yang ada dilantai produksi, bahkan meluas sampai
ke pemasok yang terkait dengan perusahaan. Sedangkan fungsinya sebagai sarana
peningkatan produksi dapat diperoleh jika penerapannya dengan menggunakan
pendekatan pengurangan tingkat persediaan. Tingkat persediaan dapat dikurangi
secara terkendali melalui pengurangan jumlah Kanban yang beredar selama proses
produksi.
Penerapan Chip Kanban bekerja lebih baik dalam perencanaan kebutuhan bahan
baku material dan minimasi tingkat persediaan serta cycle time. Frekuensi
kedatangan part yang lebih besar dengan kuantitas part terkirim lebih kecil dalam
penerapan Kanban menghasilkan tingkat persediaan Work In Process yang lebih
rendah antara perguruan tinggi dengan kalangan industri.
Rumus Kanban :
Keterangan :
X : Menyatakan hari/delivery setiap hari
Y : Frekuensi dari point X/kali sehari
RUMUSAN KOEFISIEN KANBAN (α)=X(Z+1)
Y
RUMUS JUMLAH KANBAN = (PROD/DAY) X (QTY/UNIT) KOEFISIEN KANBAN+SAFETY STOCK)
(QTY/KANBAN)
21
Z : Interval antara order tanda & delivery part tersebut
Persyaratan yang harus dipenuhi :
1. Produksi perhari
2. Quantity perhari
3. Quantity perkanban
4. Safety stock
5. Cycle issue Kanban
6. Jam delivery
Gambar 4.9 Letak Sebelum & Setelah Ada Chip Kanban
4.4.3.1. Letak Sebelum Ada Chip Kanban
Dari gambar 4.9 diatas terdapat letak sebelum ada Chip Kanban, yang sebelumnya
tidak ada pada gudang perusahaan membuat kinerja gudang kurang efektif karena
tidak adanya pencapaian target yang ditentukan, sehingga stok barang yang lama
masih banyak yang tersimpan di gudang. Sebelum ada Chip Kanban material barang
yang ada tidak berjalan dengan baik serta penempatan barang kurang optimal,
sehingga memakan tempat terlalu banyak, dan banyaknya material barang yang
masuk awal masih tersimpan di gudang.
22
4.4.3.2. Letak Setelah Ada Chip Kanban
Chip Kanban dapat membantu operator gudang untuk mencari barang dan
mengetahui barang mana yang harus dikeluarkan terlebih dahulu. Chip Kanban ini
diletakan didepan rak, jadi memiliki fixed location storage untuk mempermudah
pengontrolan barang keluar masuk serta dapat mendukung berjalannya metode FIFO.
4.4.4. Data Kerusakan Material 3 Bulan Simpan (Setelah)
Setelah dilakukan analisa dan perbaikan terhadap faktor-faktor yang membuat
persentase data kerusakan material 3 bulan simpan rendah dengan menggunakan
Chip Kanban berdasarkan metode FIFO, maka didapatkan data penurunan kerusakan
material.
Tabel 4.8 Data Kerusakan Material 3 Bulan Simpan (Setelah)
Berdasarkan tabel 4.8 diatas presentase data kerusakan material 3 bulan simpan
setelah dilakukan perbaikan proses yaitu rata-rata 1,1% yang sebelumnya rata-rata
2,2%. Hasil ini menunjukan bahwa penerapan Chip Kanban dengan menggunakan
Periode : MARET 2017 - AGUSTUS 2017 Jenis Material : HOSE
Dept. : WAREHOUSE Satuan : Meter
TARGET Aktual
JUNI JULI AGUSTUS PENURUNAN PENURUNAN
1 SIB 70 - 6 180,4 316,3 131,6 1,2% 1,0% 1,0% 1,0%
2 SIB 70 - 9 150,4 225,9 377,3 1,0% 1,0% 1,0% 1,0%
3 SIB 70 - 12 215,9 189,9 187,5 1,0% 1,2% 1,1% 1,1%
4 SIB 70 - 19 49,8 35,0 175,0 1,2% 1,2% 1,0% 1,1%
5 SIB 70 - 25 12,5 177,4 150,0 1,0% 1,2% 0,9% 1,0%
6 SIB 280 - 9 25,6 27,0 175,0 1,2% 1,0% 1,0% 1,0%
7 SIB 35 - 12 100,3 50,9 150,0 1,2% 1,0% 1,3% 1,2%
8 SHD 280 - 12 117,8 50,0 175,0 1,2% 0,8% 1,0% 1,0%
9 SHD 280 - 19 523,4 225,5 162,5 1,2% 1,3% 1,1% 1,2%
10 GHD 350 - 12 99,3 99,9 181,3 1,0% 1,2% 0,8% 1,0%
11 M-SHD350-15 25,0 25,0 187,6 1,0% 1,0% 1,0% 1,0%
12 M-SHD350-19 250,6 174,6 181,3 1,2% 1,2% 1,0% 1,1%
13 NHD 350 - 22 12,5 182,1 206,4 1,0% 1,2% 1,0% 1,0%
14 M-SHD350-25 115,3 37,3 125,6 1,3% 1,2% 1,3% 1,3%
15 WATER 16 X 24 Dia - - - - - - -
16 IB 350 - 6 - - - - - - -
17 SIB 35-19 90,9 62,5 200,1 1,2% 1,3% 1,1% 1,2%
Sumber : Data Kerusakan Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
1,1% 1% 1,1%
DATA KERUSAKAN MATERIAL REPORT
NO HOSE MAR APR MEI
% Kerusakan Material 3 Bulan
Simpan AverageTotal
Average
23
metode FIFO setelah dilakukan perbaikan dapat menurunkan target perusahaan
sebesar rata-rata 1,1%.
4.4.5. Data Perhitungan Persen Kerusakan Material 3 Bulan Simpan (Setelah)
Tabel 4.9 Data Perhitungan Persen Kerusakan Material 3 Bulan Simpan (Setelah)
Periode : MARET 2017 - AGUSTUS 2017 Jenis Material : HOSE
Dept. : WAREHOUSE Customer : HCMI, SU, SA, KY
Mar'17 & Juni'17
Material In Maret'17 Material Sisa Juni'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 288,6 3,33 1%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 240,6 2,31 1%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 345,4 3,32 1%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 79,6 0,92 1%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 20,0 0,19 1%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 41,0 0,47 1%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 160,4 1,85 1%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 188,4 2,17 1%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 837,4 9,66 1%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 158,8 1,53 1%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 40,0 0,38 1%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 401,0 4,63 1%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 20,0 0,19 1%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 184,4 2,48 1%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI 20,0 0,23 -
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI 20,0 0,23 -
17 SIB 35-19 SA, KY 145,4 1,68 1%
Sumber : Data Kerusakan Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
Material In April'17 Material Sisa Juli'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 506,0 4,87 1%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 361,4 3,48 1%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 303,8 3,51 1%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 56,0 0,68 1%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 283,8 3,27 1%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 43,2 0,42 1%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 81,4 0,78 1%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 80,0 0,62 1%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 360,8 4,86 1%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 159,8 1,84 1%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 40,0 0,38 1%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 279,4 3,39 1%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 291,4 3,36 1%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 59,6 0,69 1%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI - - -
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI - - -
17 SIB 35-19 SA, KY 100,0 1,35 1%
Sumber : Data Kerusakan Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
Mei'17 & Ags'17
Material In Mei'17 Material Sisa Agustus'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 210,6 2,03 1%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 603,6 5,80 1%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 300,0 3,17 1%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 280,0 2,69 1%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 240,0 2,08 1%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 280,0 2,85 1%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 240,0 3,23 1%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 280,0 2,69 1%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 260,0 2,90 1%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 290,0 2,23 1%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 300,2 3,00 1%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 290,0 2,79 1%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 330,2 3,18 1%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 201,0 2,59 1%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI - - -
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI - - -
17 SIB 35-19 SA, KY 320,2 3,39 1%
Sumber : Data Kerusakan Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
REMARKSatuan Meter
Data Cek Kerusakan Berdasarkan Material Tersimpan
NO HOSE COMMON
BULAN
REMARKSatuan Meter
Apr'17 & Jul'17
NO HOSE COMMON
BULAN
NO HOSE COMMON
BULAN
REMARKSatuan Meter
24
Dari tabel 4.9 diatas menjelaskan perhitungan persen data kerusakan material 3
bulan simpan (setelah), contoh perhitungan persen material rusak dibulan Maret
2017 hose SIB 70-6 288,6 meter, setelah dicek dibulan Juni 2017 sisa kerusakan
materialnya menjadi 3,33 meter, jadi persentase kerusakan material sisanya sebesar
1%.
Gambar 4.10 Grafik Data Kerusakan
Pada gambar 4.10 diatas grafik data kerusakan material 3 bulan simpan setelah
dilakukan perbaikan proses yaitu rata-rata 1,1% yang sebelumnya rata-rata 2,2%.
Hasil ini menunjukan bahwa penerapan Chip Kanban dengan menggunakan metode
FIFO setelah dilakukan perbaikan dapat menurunkan target perusahaan sebesar rata-
rata 1,1%.
4.4.6. Presentase Material 3 Bulan Simpan (Setelah)
Setelah dilakukan perbaikan dengan penerapan Chip Kanban menggunakan metode
FIFO tabel 4.10 dibawah ini menjelaskan hasil jumlah stok material yang tersimpan
di gudang PT. Fukoku Industries Indonesia.
Sumber : Data kerusakan Material Desember 2016 - Agustus 2017
25
Tabel 4.10 Presentase Material 3 Bulan Simpan (Setelah)
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui besarnya presentase unbalance out dalam 3 bulan terakhir
setelah melakukan perbaikan. Sehingga didapatkan jumlah rata-rata presentase unbalance
out material selama 3 bulan terakhir adalah rata-rata 5.6%, aktual penurunan rata-rata 1,1%.
Meskipun presentase unbalance out material ini masih berada dibawah target yang
diharapkan akan tetapi ada peningkatan dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya.
Hal ini sudah dibuktikan dengan adanya Chip Kanban penurunan jumlah presentase
Periode : MARET 2017 - AGUSTUS 2017 Jenis Material : HOSE
Dept. : WAREHOUSE
TARGET Aktual
JUNI JULI AGUSTUS PENURUNAN PENURUNAN
1 SIB 70 - 6 1.443,0 2.530,0 1.053,0 6,0% 5,0% 5,0% 5,3%
2 SIB 70 - 9 1.203,0 1.807,0 3.018,0 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
3 SIB 70 - 12 1.727,0 1.519,0 1.500,0 5,0% 6,0% 5,5% 5,5%
4 SIB 70 - 19 398,0 280,0 1.400,0 6,0% 6,3% 5,0% 5,8%
5 SIB 70 - 25 100,0 1.419,0 1.200,0 5,0% 6,0% 4,5% 5,2%
6 SIB 280 - 9 205,0 216,0 1.400,0 6,0% 5,0% 5,3% 5,4%
7 SIB 35 - 12 802,0 407,0 1.200,0 6,0% 5,0% 7,0% 6,0%
8 SHD 280 - 12 942,0 400,0 1.400,0 6,0% 4,0% 5,0% 5,0%
9 SHD 280 - 19 4.187,0 1.804,0 1.300,0 6,0% 7,0% 5,8% 6,3%
10 GHD 350 - 12 794,0 799,0 1.450,0 5,0% 6,0% 4,0% 5,0%
11 M-SHD350-15 200,0 200,0 1.501,0 5,0% 5,0% 5,2% 5,1%
12 M-SHD350-19 2.005,0 1.397,0 1.450,0 6,0% 6,3% 5,0% 5,8%
13 NHD 350 - 22 100,0 1.457,0 1.651,0 5,0% 6,0% 5,0% 5,3%
14 M-SHD350-25 922,0 298,0 1.005,0 7,0% 6,0% 6,7% 6,6%
15 WATER 16 X 24 Dia 100,0 1.552,0 1.600,0 6,0% 7,0% 6,3% 6,4%
16 IB 350 - 6 100,0 1.505,0 1.560,0 6,0% 5,0% 6,0% 5,7%
17 SIB 35-19 727,0 500,0 1.601,0 6,0% 7,0% 5,5% 6,2%
Sumber : Data Stok Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
1,1%5,6% 1%
MATERIAL (IN) REPORT
NO HOSE MAR APR MEI% Material 3 Bulan Simpan
AverageTotal
Average
26
material, yaitu dari sebelumnya rata-rata 6.8% setelah dilakukan perbaikan menjadi rata-rata
5.6%.
4.4.7. Data Perhitungan Persen Material 3 Bulan Simpan (Setelah)
Tabel 4.11 Data Perhitungan Persen Material 3 Bulan Simpan (Setelah)
27
Dari tabel 4.11 diatas menjelaskan perhitungan persen material 3 bulan simpan (setelah),
contoh perhitungan persen material in dibulan Maret 2017 hose SIB 70-6 1.443,0 meter,
setelah dicek dibulan Juni 2017 sisa materialnya sebanyak 86,58 meter, jadi presentase
material sisa sebesar 6%.
Periode : MARET 2017 - AGUSTUS 2017 Jenis Material : HOSE
Dept. : WAREHOUSE Customer : HCMI, SU, SA, KY
Mar'17 & Jun'17
Material In Maret'17 Material Sisa Juni'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 1.443,0 86,58 6%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 1.203,0 60,15 5%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 1.727,0 86,35 5%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 398,0 23,88 6%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 100,0 5,00 5%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 205,0 12,30 6%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 802,0 48,12 6%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 942,0 56,52 6%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 4.187,0 251,22 6%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 794,0 39,70 5%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 200,0 10,00 5%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 2.005,0 120,30 6%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 100,0 5,00 5%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 922,0 64,54 7%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI 100,0 6,00 6%
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI 100,0 6,00 6%
17 SIB 35-19 SA, KY 727,0 43,62 6%
Sumber : Data Stok Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
Material In April'17 Material Sisa Juli'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 2.530,0 126,50 5%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 1.807,0 90,35 5%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 1.519,0 91,14 6%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 280,0 17,64 6%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 1.419,0 85,14 6%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 216,0 10,80 5%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 407,0 20,35 5%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 400,0 16,00 4%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 1.804,0 126,28 7%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 799,0 47,94 6%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 200,0 10,00 5%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 1.397,0 88,01 6%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 1.457,0 87,42 6%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 298,0 17,88 6%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI 1.552,0 108,64 7%
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI 1.505,0 75,25 5%
17 SIB 35-19 SA, KY 500,0 35,00 7%
Sumber : Data Stok Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
Mei'17 & Ags'17
Material In Mei'17 Material Sisa Agustus'17 %
1 SIB 70 - 6 HCMI, SHI, SA 1.053,0 52,65 5%
2 SIB 70 - 9 HCMI, SHI 3.018,0 150,90 5%
3 SIB 70 - 12 HCMI, SHI, SA 1.500,0 82,50 6%
4 SIB 70 - 19 HCMI, SHI 1.400,0 70,00 5%
5 SIB 70 - 25 HCMI, SHI 1.200,0 54,00 5%
6 SIB 280 - 9 HEX, SA 1.400,0 74,20 5%
7 SIB 35 - 12 SHI, SA 1.200,0 84,00 7%
8 SHD 280 - 12 HCMI, SHI 1.400,0 70,00 5%
9 SHD 280 - 19 HCMI, SA, KY 1.300,0 75,40 6%
10 GHD 350 - 12 HCMI, SHI 1.450,0 58,00 4%
11 M-SHD350-15 HCMI, SHI 1.501,0 78,05 5%
12 M-SHD350-19 HCMI, SHI 1.450,0 72,50 5%
13 NHD 350 - 22 HCMI, SHI 1.651,0 82,55 5%
14 M-SHD350-25 HCMI, SHI 1.005,0 67,34 7%
15 WATER 16 X 24 Dia HCMI, SHI 1.600,0 100,80 6%
16 IB 350 - 6 HCMI, SHI 1.560,0 93,60 6%
17 SIB 35-19 SA, KY 1.601,0 88,06 6%
Sumber : Data Stok Diolah Dari Hasil Pengecekan Aktual Gudang (Bulanan)
NO HOSE COMMON
BULAN
REMARKSatuan Meter
REMARKSatuan Meter
Data Cek Stok Berdasarkan Material Masuk
NO HOSE COMMON
BULAN
REMARKSatuan Meter
Apr'17 & Jul'17
NO HOSE COMMON
BULAN
28
Gambar 4.11 Grafik Material 3 Bulan Simpan
Pada gambar 4.11 diketahui grafik material dalam 3 bulan terakhir setelah melakukan
perbaikan. Sehingga didapatkan jumlah rata-rata grafik material selama tiga bulan terakhir
adalah rata-rata 5.6%, aktual penurunan rata-rata 1,1%. Meskipun grafik material ini masih
berada dibawah target yang diharapkan akan tetapi ada peningkatan dibandingkan dengan
beberapa bulan sebelumnya. Hal ini sudah dibuktikan dengan adanya Chip Kanban
penurunan jumlah grafik material, yaitu dari sebelumnya rata-rata 6.8% setelah dilakukan
perbaikan menjadi rata-rata 5.6%.
Sumber : Data presentase material 3 bulan simpan Desember 2016 - Agustus 2017
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan di PT. Fukoku Industries Indonesia, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
• Dengan penerapan yang menggunakan metode FIFO (First In First Out) dengan Chip
Kanban ini, menghasilkan informasi stok barang masuk dan barang keluar yang
relative lebih terkontrol.
• Perbaikan manajemen gudang seperti mengoptimalkan kapasitas rak gudang, adanya
Chip Kanban dan perancangan layout baru membuat gudang menjadi lebih baik dan
tertata.
• Perbaikan atau improvement yang berkelanjutan perlu dilakukan agar berjalannya
FIFO, penerapan Chip Kanban membuat metode FIFO berjalan dan jumlah stok
material in dari sebelumnya rata-rata 6.8% menjadi rata-rata 5.6%, aktual penurunan
rata-rata 1,1% sedangkan target penurunan adalah rata-rata 1%. Presentase data
kerusakan material tiga bulan simpan setelah dilakukan perbaikan proses yaitu rata-
rata 1,1% yang sebelumnya rata-rata 2,2%. Hasil ini menunjukan bahwa penerapan
Chip Kanban dengan menggunakan metode FIFO setelah dilakukan perbaikan dapat
menurunkan target perusahaan sebesar rata-rata 1,1%. Meskipun presentase unbalance
out material dan kerusakan material ini masih berada dibawah target yang diharapkan
akan tetapi ada peningkatan dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya.
1.2. Saran
Untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan pengontrolan barang, maka penulis
memberikan beberapa saran untuk pengembangan kontrol barang digudang ini, yaitu :
1. Dibuatkan check sheet kerja dan pemasangan CCTV di gudang agar berjalan dengan baik
menjalankan metode FIFO tersebut.
2. Penambahan rak untuk material digudang agar dapat mempermudah proses penempatan
dan pengambilan material, serta mempermudahkan proses pengecekan material.
3. Dalam pengeluaran barang di gudang sumber daya manusia harus memperhatikan setiap
informasi atau identitas pada material dan konsisten dalam penerapan Chip Kanban
dengan metode FIFO.
DAFTAR PUSTAKA
Apple. M. James. 1990. Tata letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan. ITB Bandung.
Bowersox, Donald J. 1978. Manajemen Logistik: Integrasi Sistem-Sistem Manajemen Distribusi
Fisik dan Manajemen Material (terjemahan Drs. A. Hasymi Ali). Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Edward, Sallis. 2008. Total Quality Management In Education (alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi).
Jogjakarta : IRCiSoD.
Kusnadi, Eris. 2011. Fishbone Diagram dan Langkah-langkah Pembuatannya.
Monden, Y. 2000. Sistem Produksi Toyota – Suatu Ancangan Terpadu untuk Penerapan Just In
Time, Buku Kedua, Yayasan Toyota dan Astra, Jakarta.
Ohno, T., 1995. Toyota Production System, Beyond Large-Scale Production. Terjemahan : Dr Edi
Nugroho, Pustaka Binaan Pressindo.
Purnomo, Hari. 2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas, Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sambuaga, S, R. 2013. “Evaluasi Akuntansi Persedian Pada PT. Sukses Era Niaga Manado”.
Jurnal EMBA, 1(4), 1697-1705.
Tague, N. R. 2005. The quality toolbox. (2th ed.). Milwaukee, Wisconsin: ASQ Quality Press.
Available from : http://asq.org/quality-press/display-item/index.html?item=H1224.