MIKROBIOLOGI LINGKUNGANMikrobiologi| 4 1) Otoklaf adalah alat yang dilengkapi sistim peningkatan...
Transcript of MIKROBIOLOGI LINGKUNGANMikrobiologi| 4 1) Otoklaf adalah alat yang dilengkapi sistim peningkatan...
MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
MODUL PRAKTIKUM
A
DIII KESEHATAN
LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN
DAN FARMASI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN TIMUR
TIM PENYUSUN :
Deny Kurniawan., S. Hut. MP
Syamsir. SKM. M. Kes
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum yang berjudul
Mikrobiologi.
Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh Tim yang telah membantu kami baik
secara moral maupun materi. Kami menyadari, bahwa Modul Praktikum yang kami buat ini
masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga modul ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Samarinda, 20 Januari 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………..i
Daftar Isi……………………………………………………………………………..ii
Tata Tertib Praktikum……………………………………………………………….iii
ERGONOMI
Praktikum I Pengenalan alat…….…………………...…………………………………1
Praktikum II Sterilisasi…….……...………………………………………………….....8
Praktikum III Pembuatan medium..……..……………………………………………...11
Praktikum IV Penanaman dan Isolasi Mikroba ….…………………………………….18
Praktikum V Pengamatan Mikroba..……………………………………………………28
Praktikum VI pengamatan Mikroba…….….………………………………………...…30
Praktikum VII Analisis Kuantitatif Mikroba……………………………..………...…...38
Praktikum VIII Pengaruh Lingkungan terhadap Pertumbuhan Mikroba……...………...42
Praktikum IX Pembuatan Media dan Pemeriksaan Total Coliform……………………..48
Praktikum X Pewarnaan Pada Sel Bakteri……………………...……………………….51
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Lima menit sebelum praktikum dimulai, praktikum harus sudah siap di depan ruang
praktikum.
2. Semua praktik harus memakai jas praktikum selama berada dalam ruangan laboratorium
3. Tidak diperkenankan memakai sandal pada waktu praktikum dan selamapraktikum
berlangsung
4. Selama praktikum harap tenang dan tertib
5. Selama praktikum mahasiswa harus membawa buku panduan sendiri
6. Tidak di perkenankan meninggalkan laboran tanpa seizin asisten/dosen yang bertugas
7. Praktikan harus membawa alat tulis menulis sendiri dan perlengkapan praktikum seperti
label, lap, sikat tabung, dan lain-lain.
8. Alat-alat yang disiapkan menjadi tanggung jawab praktikan. Apabila terdapat alat yang
pecahan atau hilang maka praktikan harus sudah menggantinya pada waktu praktikum
berikutnya.
9. Setiap praktikan wajib membuat laporan praktikum dan di kumpul paling lambat satu
minggu setelah praktikum dilakukan
10. Pelanggaran dari ketentuan-ketentuan di atas dapat mengakibatkan sanksi akademik
(schorsing praktikum, tidak di perkenankan mengikuti ujian dan sebagainya)
Mikrobiologi| 1
PRATIKUM I
PENGENALAN ALAT
A. Tujuan
Untuk mengetahui jenis dan fungsi alat-alat yang digunakan serta prinsip kerja
dalam praktikum mikrobiologi.
B. Kajian Teori
Bidang ilmu Mikrobiologi (micros= sangat kecil; bios= hidup/kehidupan)
merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang bentuk, kehidupan, sifat, dan
penyebaran organisme yang tergolong mikroba (jasad renik). Untuk beberapa jenis
mikroba yang kasat mata, kita perlu menggunakan alat untuk mengamatinya.
Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum memulai praktikum
mikrobiologi dengan tujuan untuk mengetahui nama, fungsi, serta cara mengoprasikan
alat-alat tersebut sehingga kegiatan praktikum menjadi mudah dan lancar. Alat-alat
praktikum mikrobiologi pada umumnya terdiri atas: alat-alat gelas, timbangan, oven,
autoklaf dan lain-lain. Kondisi dan kegunaan alat perlu diperhatikan sebelum dan setelah
alat tersebut digunakan.
Melalui pengenalan berbagai alat-alat laboratorium, kita akan lebih mudah dalam
melakukan praktikum. Selain itu kita juga dapat meminimalisir resiko kesalahan kerja
pada saat melakukan percobaan. Peralatan utama yang umumnya digunakan pada
praktikum mikrobiologi diantaranya alat-alat gelas, timbangan, oven, autoclave, serta
peralatan pendukung lainnya yang juga berkaitan dengan unit praktikum sterilisasi,
pembuatan medium, isolasi dan pengamatan mikroba.
Mikrobiologi| 2
Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.
Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan peralatan
khusus lebih banyak digunakan untuk kegiatan pengukuran atau penentuan.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dapat dibagi menjadi: a)
Alat-alat yang terbuat dari gelas; b) Alat-alat sterilisasi; c) Mikroskop dan Alat-alat
pendukung lainnya
Adapun kegunaan peralatan praktikum yang digunakan diantaranya adalah:
a. Alat-alat gelas serta peralatan lain untuk memudahkan proses inokulasi, isolasi
maupun transfer mikroba. Peralatan ini teridiri dari :
1) Tabung reaksi adalah tabung berbahan gelas yang digunakan sebagai wadah
media kultur berupa agar tegak dan agar miring
2) Cawan petri (Petri disk) adalah cawan berbahan gelas yang digunakan sebagai
wadah media kultur dalam bentuk lempeng agar
3) Pipet tetes adalah pipet berbahan gelas yang memiliki alat penghisap berbahan
karet dan digunakan untuk memindahkan cairan dalam jumlah kecil
4) Pipet volume adalah pipet yang digunakan dengan cara dihisap sehingga cairan
akan memasuki pipet sebanyak yang diinginkan. Pipet volume dapat dihisap
langsung dengan mulut atau menggunakan pipet filler.
Mikrobiologi| 3
1 2 3 4 5 6
5) Jarum ose adalah alat berbahan kaca dengan ujung yang terbuat kawat baja tajam
atau membulat yang digunakan untuk menginokulasi mikroba atau ditransfer ke
media kultur lain.
6) Lampu bunsen adalah lampu berbahan bakar bunsen yang digunakan untuk
sterilisasi panas dan mempertahankan sterilisasi ruang inokulasi, isolasi dan
transfer mikroba
7) Penghisap pipet (pipet filler) adalah bola berbahan karet yang dipasang di bagian
pangkal pipet hisap digunakan untuk menghisap cairan yang akan dipindahkan ke
media lainnya dalam jumlah yang lebih banyak.
-
b. Alat-alat sterilisasi
Mikrobiologi| 4
1) Otoklaf adalah alat yang dilengkapi sistim peningkatan suhu sehingga dapat
mengubah air menjadi uap panas. Otoklaf dapat digunakan untuk melakukan
sterilisasi basah, baik peralatan maupun media kultur.
2) Inkubator adalah peralatan yang dilengkapi dengan sistem untuk mempertahankan
suhu dan kelembaban selama masa inkubasi sehingga mikroba dapat tumbuh
dengan baik
3) Oven adalah alat pemanas yang dapat digunakan untuk sterilisasi peralatan secara
kering.
Keterangan:
1. Tombol pengatur waktu (timer) 2. Katup uap 3. Indikator tekanan 4. Klep udara 5. Tombol on-off 6. Thermometer 7. Lempeng sumber panas 8. Aquades 9. Sekrup pengaman 10. Batas air
Mikrobiologi| 5
4) Hot plate stirrer adalah alat yang dilengkapi fasilitas pengaduk dan pemanas
sehingga dapat digunakan untuk membantu pengadukan agar suspensi tidak
mengendap dan pendistribusian mikroba dalam media kaldu atau media
fermentasi, baik pada suhu kamar maupun suhu yang lebih tinggi.
5) Electric shaker adalah alat yang dapat digerakkan kearah
depan dan belakang atau melingkar sehingga dapat
digunakan untuk membantu pengadukan larutan dan
pendistribusian mikroba dalam media kaldu atau media
fermentasi
6) Lemari pendingin adalah lemari yang dilengkapi sistem
penurunan suhu sehingga dapat digunakan untuk
Mikrobiologi| 6
mengendalikan aktivitas dan pertumbuhan mikroba dalam media kultur
c. Mikroskop adalah alat untuk memperbesar kenampakan objek sehingga
mempermudah melakukan pengamatan.
d. Timbangan analitik adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk menentukan bobot
sampel dengan ketelitian tinggi
e. Colony counter adalah peralatan yang dilengkapi dengan kuadran penghitungan,
lampu dan kaca pembesar untuk mempermudah penghitungan mikroba.
f. Laminar Air Flow (LAF). Adalah alat yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
secara aseptik. Alat ini mempunyai pola pengaturan dan penyaring udara sehingga
ruangan didalamnya menjadi steril dengan dipadukan
Keterangan:
1. Lensa okuler 2. Pemutar lensa objektif 3. Tabung okuler 4. Meja benda 5. Condenser 6. Lensa objektif 7. Pengatur kekuatan lampu 8. Tombol on-off 9. Cincin pengatur diopter 10. Pengatur jarak interpupillar 11. Penjepit specimen 12. Illuminator 13. Sekrup pengatur vertical 14. Sekrup pengatur horizontal 15. Sekrup fokus kasar 16. Sekrup fokus halus 17. Sekrup pengencang tabung okuler 18. Sekrup pengatur condenser
Mikrobiologi| 7
aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan
C. Diskusi
-
-
D. Tugas Individu
- Buatlah gambar berdasarkan hasil pengamatan alat-alat praktikum dan dilengkapi
dengan prinsip kerja masing-masing alat.
d e f
Mikrobiologi| 8
PRATIKUM II
STERILISASI
A. Tujuan
Setelah melakukan praktikum, mahasiswa dapat mengetahui teknik sterilisasi yang
benar pada alat-alat laboratorium.
B. Dasar teori
Sterilisasi perlu dilakukan untuk semua tindakan diagnosa mikrobiologi, terutama
membebaskan alat-alat atau bahan dari mikroba yang tidak diharapkan. Hal ini perlu
agar hanya biakan murni saja yang terisolasi dan bebas dari kontaminasi mikroba lain.
Biakan murni merupakan biakan yang hanya terdapat satu spesies mikroba atau hasil
perbanyakan satu sel mikroba.
Sterilisasi dapat ditakukan dengan cara pemanasan, pasteurisasi, tindalisasi, filtrasi
dan dengan bahan kimia tertentu (desinfektan). Cara-cara sterilisasi tergantung jenis dan
sifat alat/bahan yang akan disterilkan.
C. Cara kerja:
1. Alat-alat yang sudah disiapkan pada unit praktikum I dicuci terlabih dahulu
2. Untuk peralatan dari bahan kaca, setelah kering dibungkus dengan Koran dan
plastik.
3. Lakukan sterilisasi sesuai dengan jenisnya.
Mikrobiologi| 9
I. Sterilisasi dengan pemanasan
1. Teknik Pemijaran.
Sterilisasi ini dilakukan dengan memijarkan pada api lampu bunsen. Misalnya
untuk jarum inokulasi, ose atau alat lainnya yang terbuat dan platina atau nikrom.
2. Udara panas (kering).
Alat-alat seperti cawan petri dibungkus dengan kertas yang tipis, untuk pipet
ujungnya ditutup dengan kapas dan kemudian dibungkus dengan kertas
kemudian dimasukkan kedalam oven
3. Uap panas bertekanan.
Untuk sterilisasi alat/bahan yang tidak tahan suhu tinggi kering dapat dilakukan
dengan menggunakan otoklaf.
II. Pasteurisasi
Cara ini dilakukan untuk mensterilkan bahan/larutan yang mudah rusak pada suhu
tinggi, misalnya susu. Pasteurisasi dilakukan dengan memanaskan bahan pada suhu
63°C selama 30 menit kemudian harus segera didinginkan.
III. Tindalisasi
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan suhu 100 °C dan diulangi 3 kali
berturut-turut (sterilisasi bertahap)
IV. Filtrasi
Teknik filtrasi adalah proses sterilisasi yang dilakukan pada bahan yang bersifat
termolabil dimana akan terurai pada suhu tinggi (antibiotik, asam amino, vitamin dll).
Bahan-bahan tersebut disaring dengan menggunakan filter yang mempunyai pori-pori
sangat kecil.
Mikrobiologi| 10
V. Desinfektan
Desinfektan atau bahan kimia (biasanya berbentuk larutan : Hidrogen peroksida, 03,
HgCI, formalin dll) yang digunakan untuk membunuh set vegetatif mikroorganisme,
tetapi tidak membunuh endospora. Penggunaan desinfektan ini biasanya hanya pada
bagian permukaan saja.
D. Rumusan masalah
-
-
E. HIPOTESIS
-
-
F. Diskusi
Mikrobiologi| 11
PRATIKUM III
PEMBUATAN MEDIUM
A. Dasar Teori
Pembiakan mikroorganisme di laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara
serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroorganisme. Medium merupakan
bahan yang terdiri atas campuran nutrisi untuk pertumbuhan mikroba. Dalam kegiatan
mikrobiologi, medium diperlukan untuk kegiatan pembiakan, isolasi, pengujian sifat-
sifat fisiologis dan menghitung jumlah mikroba.
Berdasarkan susunan kimianya, medium dibedakan atas medium sintetik, dan non-
sintetik.
1. Medium sintetik yaitu medium yang bahan-bahan penyusunnya dapat diketahui
dengan pasti. Medium sintetik biasa digunakan untuk mengetahui sifat genetik
mikroba. Senyawa oraganik dan inorganik yang ditambahkan dalam media sintetik
harus murni dan harganya sangat mahal.
2. Medium non-sintetik yaitu medium yang susunan kimianya tidak dapat ditentukan
dengan pasti. Biasanya digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi
mikroba. Bahan yang biasa digunakan adalah ekstrak daging, pepton, ekstrak ragi
dan kaldu daging.
Berdasarkan konsistensinya, medium dibedakan atas medium cair (liquid medium),
semi padat dan padat (solid medium).
1. Medium cair (liquid medium), yaitu medium yang berbentuk cair
Mikrobiologi| 12
2. Medium padat (solid medium), yaitu medium yang berbentuk padat
3. Bedasarkan fungsinya medium dibedakan atas medium diperkaya (enrichment
medium), medium selektif (selective medium), medium diferensiasi (diffrential
medium), medium penguji (assay medium) dan medium khusus. Medium juga
dibedakan atas medium alamiah dimana terdiri atas bahani alam dan semi alamiah
yang merupakan campuran antara bahan alamiah dan bahan sintetik.
4. Medium diperkaya (enrichment medium), yaitu medium yang ditambah zatzat
tertentu seperti serum, darah, ekstrak daging, tumbuh-tumbuhan dan lain- lain.
Medium ini dapat menumbuhkan mikroba heterotrop tertentu.
5. Medium selektif (selective medium), yaitu medium yang ditambah zat kimia yang
bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain.
6. Medium diferensiasi (diffrential medium), yaitu medium yang ditambahkan zat
kimia tertentu sehingga suatu mikroba membentuk pertumbuhan atau mengadakan
perubahan tertentu sehingga dapat dibedakan tipe-tipenya
7. Medium penguji (assay medium), yaitu medium yang digunakan untuk menguji zat-
zat atau senyawa-senyawa tertentu seperti vitamin, antibiotik dli.
8. Medium khusus, yaitu medium untuk menentukan pertumbuhan mikroba dan
kemampuannya mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu.
B. Tujuan
C. Rumusan masalah
Mikrobiologi| 13
D. Hipotesis
-
E. Alat
1. Timbangan 6. Tabung reaksi
2. Watch glass 7. Batang pengaduk
3. Gelas ukur 8. Otoklaf
4. Labu Erlenmeyer 9. kompor
5. Cawan petri 10. Laminar Air Flow
F. Bahan
I. Komposisi pembuatan media padat
1. Nutrien Agar (NA)
Bahan :
- Beef ekstrak 3 gram
- Pepton 5 gram
- Agar 15 gram
- Aquades ± 1000 ml
2. Potato Dekstrose Agar (PDA)
Bahan :
- Kentang 200 gram
- Agar 10 gram
Mikrobiologi| 14
- Dektrose 15 gram
- Akuades ± 1000 ml
II. Komposisi pembuatan media cair
1. Nutrient Broth (NB)
Bahan yang digunakan sama dengan Nutrient agar (NA), hanya tidak memakai
agar sebagai pemadat.
G. Langkah kerja
I. Pembuatan media padat Nutrien Agar (NA)
1. Timbang komponen medium menggunakan timbangan analitik sesuai dengan
formula yang telah ditentukan
2. Larutkan agar dengan aquades sebanyak 500 ml menggunakan gelas ukur dan
mengaduk secara konstan sambil dipanaskan diatas kompor
3. (catatan: panaskan menggunakan api yang sedang jangan sampai mendidih)
4. Larutkan beef extract dan peptone pada gelas ukur menggunakan aquades
sebanyak 100 ml kemudian mengaduknya hingga larutan menjadi homogen.
5. Setelah keduanya larut, tuangkan kedalam agar yang sudah dipanaskan dan
diaduk kembali hingga semua bahan menjadi homogen.
6. Ukur pH media menggunakan kertas pH indikator (pH media seharusnya 7.0).
Jika pH tidak normal, penyesuaian dapat dilakukan dengan menambahkan
HCl/NaOH.
7. Setelah semua bahan tercampur, siapkan cawan petri dan tabung reaksi
Mikrobiologi| 15
8. Tuangkan 10 ml media ke dalam cawan petri dan 10 ml ke dalam tabung reaksi.
Untuk membuat media tegak atau miring cukup tuangkan 5 ml ke dalam tabung
reaksi. Lakukan langkah ini sebelum media menjadi dingin dan mengental
9. Tutup semua cawan petri dan sumbat tabung reaksi menggunakan kapas
kemudian media di sterilisasi menggunakan outoklaf
II. Pembuatan Medium Potato Dekstrose Agar (PDA)
1. Rebus kentang dalam dengan akuades selama 1-3 jam sampai lunak, kemudian
diambil ekstraknya dengan menyaring dan memerasnya menggunakan kertas
saring lalu ditampung di Beaker glass baru.
2. Agar dilarutkan dengan Hot Plate Stirrer dalam 50 ml akuades
3. setelah larut ditambahkan dekstrosa dan dihomogenkan lagi.
4. Setelah semua larut, ekstrak kentang dan agar-dekstrosa dicampur dan
dihomogenkan.
5. Atur pH media menjadi 5-6 dengan meneteskan HCl/NaOH.
6. Media dituang kedalam Erlenmeyer atau ke tabung reaksi kemudian siap untuk
disterilisasi
III. Pembuatan media cair Nutrient Broth (NB)
Proses pembuatan media NB sama dengan NA tetapi tidak memerlukan agar
sebagai pemadat. Proses pembuatannya cukup melarutkan peptone dan beef
extract kedalam 100 ml aquades menggunakan labu Erlenmeyer atau gelas ukur
dan diaduk hingga bahan homogen. Proses ini tidak memerlukan panas karena
peptone dan beef extract mudah larut dalam air jika diaduk.
Mikrobiologi| 16
H. Mengsterilisasi media
1. Isilah otoklaf dengan air biasa hingga batas yang disarankan
2. Masukkan media yang akan disterilisasi kemudian tutuplah otoklaf tersebut
3. Nyalakan api kompor dan biarkan katup udara tetap terbuka sehingga semua
udara di dalam otoklaf terganti dengan uap. Setelah uap mulai terlihat keluar,
katup udara kemudian ditutup.
4. Tunggulah sampai jarum manometer menunjukkan angka 15 berarti tekanan
angka otoklaf telah mencapai 15 lbs. kecilkan api kompor, lalu pertahankan
tekanan agar tetap 15 lbs biarkan hingga 20 menit
5. Setelah 20 menit, matikan kompor gas, lalu biarkan sampai tekanan yang
ditunjukkan oleh manometer menjadi 0 lbs
6. (catatan: jangan membuka tutup otoklaf sebelum jarum manometer menunjukkan
angka 0 lbs)
7. Buka katup uap air sehingga uap air keluar, kemudian bukalah tutup otoklaf dan
keluarkan bahan dan alat yang telah disterikankemudian diletakkan pada di atas
nampan (baki) kayu. Medium dalam cawan petri akan digunakan sebagai’
medium lempeng, letakkan dengan posisi mendatar. Medium dalam tabung
reaksi akan dipakai sebagai medium miring, !etakkan dengan posisi agak miring,
dengan menyandarkan pada tepi nampan
8. Tunggulah sampai 2 atau 3 hari, apabila medium tetap bersih dan tidak
ditumbuhi bakteri atau jamur, berarti medium ini dapat dipakai. Medium yang
tidak segera dipakai dapat disimpan dalam lernari es.
I. Diskusi
Mikrobiologi| 17
1. Apakah yang akan terjadi jika peralatan medium tidak disterilkan terlebih
dahulu?
2. Mengapa media yang baru disterilkan harus dibiarkan selama 2 x 24 jam sebelum
digunakan?
3. Apakah bakteri dapat dibiakkan menggunakan medium lain selain bahan yang
telah dipraktekkan?
Mikrobiologi| 18
PRATIKUM IV
PENANAMAN DAN ISOLASI MIKROBA
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui metode-metode dalam memisahkan mikroba tertentu dari
populasi campurannya dan mendapatkan kultur murni.
2. Untuk mengetahui karakteristik mikroba yang tumbuh pada kultur murni
B. Dasar Teori
Penyebaran mikroorganisme dapat kita jumpai diberbagai tempat seperti lingkungan
air, tanah, udara, tanaman maupun hewan. Mikroba yang hidup dialam terbuka jarang
ditemukan sebagai biakan murni karena pada umumnya bercampur dengan populasi
mikroba lainnya. Untuk mengetahui jenis mikroba tertentu, sebelumnya perlu dilakukan
isolasi dari habitatnya. Isolasi suatu mikroba adalah proses memindahkan mikroba dari
lingkungannya menjadi suatu biakan murni tanpa adanya kontaminasi dari mikroba
lainnya. Sebagai persyaratan pertumbuhannya, mikroba memiliki kebutuhan serta
karakteristik yang berbeda-beda. Media pertumbuhan adalah substansi yang memenuhi
kebutuhan jumlah nutrisi mikroorganisme.
Untuk memperoleh biakan murni dapat dilakukan melalui metode pengenceran
dengan menggunakan bahan cair atau bahan padat. Pada mulanya digunakan gelatin
sebagai bahan pemadat. Gelatin terdiri dari protein sehingga dapat dicerna dan ataupun
dicairkan oleh bakteri. Bahan pemadat yang kemudian ditemukan ialah agar yang
merupakan polisakarida dari rumput laut. Agar akan mencair pada suhu 100 oC,
Mikrobiologi| 19
sedangkan pada suhu 44 oC masih dalam bentuk cair. Suhu ini masih dapat
memungkinkan bakteri untuk tumbuh, sehingga prinsip ini dipakai untuk mengisolasi
bakteri dengan cara agar tuang. Pada umumnya bakteri tidak dapat mencerna atau
mencairkan agar.
Dalam praktikum kali ini akan dipelajari tiga cara untuk mendapatkan biakan murni
yaitu: 1) metode penggoresan agar; 2) metode agar tuang; dan 3) metode agar sebar.
Prinsip ketiga cara ini ialah pengenceran, sehingga pada akhirnya akan diperoleh koloni
terpisah yang mengandung satu jenis bakteri.
C. Rumusan masalah
............................................................................................................................
D. Hipotesis
............................................................................................................................
E. Alat
1. Jarum inokulasi (ose)
2. Lampu bunsen
3. Bahan
4. Kultur bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis, Staphylococus
5. Tabung berisi NA miring
F. Langkah kerja
I. Metode Goresan
Mikrobiologi| 20
Isolasi dengan penggoresan dilakukan dengan menyiapkan cawan petri yang berisi
medium NA, Ose, lampu bunsen dan kultur bakteri. Pada metode ini diperlukan
keterampilan untuk menghasilkan koloni yang terpisah. Untuk mendapatkan koloni yang
terpisah perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Goyangkan tabung berisi suspense biakan agar kandungan
bakteri menyebar. Lakukan aseptik Jangan sampai mengenai
kapas penutup
b) Pijarkan ose kemudian dinginkan. Gunakan ose yang telah
dingin untuk digoreskan pada permukaan lempengan agar.
c) Buka kapas penutup dan panaskan mulut tabung sambil
memegang kapas penutup. Dengan ose yang dingin, ambillah 1
mata ose suspensi biakan.
d) Panaskan kembali mulut tabung dan tutup kembali dengan kapas
penutup
e) Goreskan ose dengan cara disentuhkan pada lempengan agar, sewaktu
menggores ose dibiarkan meluncur di atas permukaan lempengan. Jangn sampai
Mikrobiologi| 21
melukai permukaan agar karena akan mengganggu pertumbuhan mikroorganisme
sehingga sulit diperoleh koloni terpisah. Panaskan ose kembali sebelum
diletakkan.
f) Gunakan tutup cawan petri untuk melindungi permukaan agar dari pencemaran.
g) Letakkan lempengan agar dengan posisi terbalik untuk mencegah air kondensasi
jatuh ke atas permukaan agar sehingga dapat terjadi penyebaran koloni.
I. Beberapa teknik goresan sebagai berikut:
1. Goresan Sinambung
Cara kerja :
a) Mengambil kultur campuran bakteri menggunakan ose yang telah dipijarkan
diatas lampu Bunsen kemudian Sentuhkan pada lempeng agar (medium) secara
kontinyu sampai setengah permukaan agar.
b) Kemudian putar cawan 180o dan lanjutkan goresan sampai habis.
2. Goresan T
Cara kerja :
a) Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol
b) Panaskan jarum ose terlebih dahulu
c) Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag sebanyak mungkin
Mikrobiologi| 22
d) Panaskan kembali jarum ose dan tunggu sampai dingin, gores ulang pada ujung
daerah 1 kemudian lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2 (perhatikan pada
gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna
e) Lakukan hal yang sama pada daerah 3
f) Panaskan ose sebelum diletakkan
3. Goresan Kuadran (Streak quadrant)
Cara kerja :
a) Hampir sama dengan goresan T, hanya pola goresan yang berbeda yaitu daerah
goresan dibagi empat bagian. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih
mengandung banyak sel mikroorganisma. Goresan selanjutnya disilangkan dari
goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah
menjadi koloni tunggal
4. Goresan Radian
a) Pijarkan ose lalu dinginkan. Ambil 1 ose biakan bakteri untuk digoreskan
dimulai pada bagian tepi lempengan agar
b) putar lempeng agar 90o dan buat goresan terputus mulai dari bagian tepi lempeng
agar
c) putar lempeng agar 90o dan buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya
Mikrobiologi| 23
d) pijarkan kembali ose sebelum diletakkan
5. Metode sebaran
Pada metode ini biakan bakteri dimasukkan ke dalam media padat kemudian
diratakan dengan spatel dan diinkubasi dengan posisi terbalik.
Cara kerja:
- Untuk isolasi dengan metode sebar, siapkan cawan petri steril yang berisi
medium NA cair dan medium NA padat berisi biakan bakteri. Masukkari secara
aseptik 0,1 ml biakan ke dalam NA padat. Gunakan spatel untuk meratakan
biakan di atas permukaan medium. Inkubasi selama 24-48 jam dalam posisi
terbalik setelah itu amati pertumbuhan koloni.
Mikrobiologi| 24
6. Metode tuang
Isolasi menggunakan media cair dilakukan dengan cara pengenceran. Dasar
melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga mudah
untuk diamati. Pada cara agar tuang, dilakukan pengenceran satu mata ose suspensi
bakteri ke dalam tiga tabung yang berisi agar yang dicairkan, sehingga akan diperoleh
lempengan dengan jumlah bakteri yang optimum untuk isolasi. Teknik ini lebih mudah
karena untuk mendapatkan koloni yang terpisah tidak diperlukan keterampilan seperti
pada teknik penggoresan.
Cara kerja :
a) Berilah tanda pada tabung agar tuang I, II dan III. Kemudian kembalikan ke
penangas air sehingga agar tetap dalam keadaan cair.
b) Berilah tanda pada cawan petri I, II, dan III.
c) Inokulasikan tabung I yang berisi agar cair dengan satu ose biakan.
d) Jangan lupa memanaskan mulut tabung sewaktu membuka dan juga sewaktu
akan ditutup. Goyangkan tabung dengan teknik seperti pada penggoresan atau
Mikrobiologi| 25
putarlah tabung diantara kedua telapak tangan. Perhatikan bahwa agar tidak
boleh menyentuh kapas.
e) Inokulasikan tabung agar tuang II dengan satu mata lup campuran agar tuang I
yang telah tercampur dengan baik.
f) Kembalikan tabung agar tuang I ke dalam
penangas air.
g) Goyang atau putarlah tabung II diantara
kedua telapak tangan sehingga tercampur
dengan baik.
h) Inokulasikan tabung agar tuang III dengan
satu mata ose campuran agar tuang II
i) Goyang atau putar tabung III sehingga tercampur dengan baik, kemudian buka
tutup tabung dan panaskan mulut tabung. Tuang isi tabung ke dalam cawan petri
III sebelum agar menjadi dingin.
j) Cara yang sama dipergunakan untuk menuang tabung I ke cawan petri I dan
tabung II ke cawan petri II.
k) Setelah agar membeku, simpan dengan posisi terbalik dan masukkan ke dalam
inkubator dengan suhu (37°) selama 24-48 jam
7. Isolasi jamur
Sebelum melakukan isolasi jamur terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel.
Kali ini akan digunakan sampel dari tanah.
Mikrobiologi| 26
I. Cara mengambil sampel tanah:
a. Tanah yang diambil berasal dari sekitar perakaran pohon. Tanah kemudian
dipanaskan dengan oven pada suhu 80 oC selama 30 menit
b. Siapkan labu Erlenmeyer berisi 90 ml NaCl fisiologi dan 6 tabung reaksi berisi 9
ml NaCl fisiologi lalu beri label pada tabung reaksi dengan kode A, B, C, D, E
dan F
c. Masukkan secara aseptik 10 gram tanah yang telah di oven ke dalam labu
Erlenmeyer yang berisi 90 ml NaCl untuk diencerkan. Campuran ini mempunyai
tingkat pengenceran 10-1
d. Ambil 1 ml suspensi dari labu Erlenmeyer kedalam tabung A lalu kocoklah
dengan cara memutar diantara kedua tangan. Lanjutkan dengan mengambil 1 ml
suspensi dari tabung A ke dalam tabung B kemudian dikocok. Lakukan
pengenceran bertingkat tersebut sampai pada tabung F, hingga diperoleh
suspense dengan tingkat pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6, 10-7.
II. Teknik isolasi
Proses ini merupakan lanjutan dari pengenceran bertingkat. Untuk mengisolasi jamur
pada sampel tanah, suspensi diambil dari 3 tabung pengenceran terakhir.
Cara kerja:
1. Masukkan 1 ml cairan dari pengenceran 10-5 sampai 10-7 menggunakan pipet
tetes ke dalam masing-masing cawan petri yang berisi medium PDA. Gunakan
spatel untuk meratakan cairan suspensi pada permukaan PDA
2. Inkubasi pada suhu 30 oC selama 5-7 hari
Mikrobiologi| 27
3. Koloni jamur yang tumbuh dimurnikan dan ditanam pada medium PDA baru,
lanjutkan dengan Inkubasi pada suhu ruang 5-7 hari
Sampel tanah
10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
10-6
10-7
Mikrobiologi| 28
PRATIKUM V
PENGAMATAN MIKROBA
A. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa dapat mengetahui bentuk morfologi
mikroba pada medium padat dan medium cair. Serta faktor-faktor yang mempengaruhi
bentuk mikroba
B. Dasar Teori
Pada agar lempengan koloni tampak berupa bulat, tidak teratur, titik-titik, serupa
akar, kumparan. Pada permukaan koloni nampak timbul datar, mendatar, melengkung,
cembung, membukit dan tonjolan tumpul Tepi koloni utuh, berombak, seperti filamen,
bergerigi, keriting.
Pada agar miring, bentuk dan tepi koloni meliputi seperti benang, seperti pohon
bercabang, titik-titik, seperti dun atau seperti akar. Bagaimana topografi, warna, elevasi
dan wama medium.
Pada medium agar tegak perhatikan pertumbuhannya, merata atau tidak bagaiman
pertumbuhan pada bekas tusukan filiform, echinulate, beaded, villois, rhizoid atau
arbescent.
Pada medium cair, perhatikan pertumbuhan pada permukaannya apakah berbentuk
seperti cincin, bentuk seperti selaput atau tidak. Perhatikan pula kekeruhannya, sedikit,
sedang atau sangat keruh. Jika ada bau, seperti apa baunya dan perhatikan pula
endapannya (granuler, berlapis-lapis, kental atau tidak ada endapan sama sekali).
Mikrobiologi| 29
C. Rumusan Masalah
-
-
D. Hipotesis
- Buatlah hipotesis berdasarkan rumusan masalah diatas
E. Langkah Kerja
- Amatilah bentuk koloni dari hasil biakan kemudian catat dan beri keterangan
mengenai bentuk, elevasi, dan bagian tepi/margin dari koloni bakteri
BENTUK
ELEVASI
TEPI
Mikrobiologi| 30
PRATIKUM VI
PEWARNAAN MIKROBA
A. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk
mikroorganisme melalui teknik pewarnaan dengan cara pewarnaan negative, pewarnaan
sederhana, pewarnaan gram dan pewarnaan spora.
B. Dasar Teori
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah diidentifikasi harus menggunakan metode-metode
tertentu. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya melalui reaksi
dinding sel bakteri.
Salah satu cara yang digunakan untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme
adalah dengan teknik pewarnaan Gram yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi.
Untuk pengamatan morfologi mikroskopik mikroorganisme dengan sifatnya yang khas
dapat menggunakan pewarnaan tertentu (pewarnaan Gram) sebagai identifikasi awal.
Metode pewarnaan ini pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat
tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya.
Mikrobiologi| 31
Oleh karena itu, pewarnaan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak
mempunyai dinding sel.
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan
cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras
mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna
memungkinkan pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yang
mengandung zat pati dan granula fosfat.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukanlah praktikum ini untuk
mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme baik itu dengan cara pewarnaan
sederhana, pewarnaan negatif maupun pewarnaan gram serta mengetahui morfologi
mikroorganisme. Faktor-faktor penentu keberhasilan di dalam pewarnaan mikroba
adalah Fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan, dan zat warna
penutup/warna tandingan.
Ada beberapa jenis teknik pewarnaan yang paling sering digunakan dalam
mengidentifikasi bentuk-bentuk morfologi dari mikroorganisme, diantaranya:
1. Pewarnaan Negatif
Pewarnaan ini ditujukan untuk bakteri yang sulit diwarnai, pada metode ini bukan
untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai lingkungan sekitarnya karena pada pewarnaan
ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk
menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami
Mikrobiologi| 32
perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, sehingga penentuan sel dapat
diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan cat asam seperti eosin atau
nigrosin.
2. Pewarnaan Sederhana
Metode ini merupakan proses pewarnaan yang paling umum digunakan. Pada
metode ini hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organisme.
Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromofornya bersifat
positif). Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan
bermacam-macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basillus, dsb) dari bahan-bahan
lainnya yang ada pada olesan yang diwarnai. Pewarnaan dilakukan dengan memakai
satu macam larutan cat.
3. Pewarnaan Gram
Pewarnaan ini dikembangkan oleh Christian Gram (1884) dan populer dengan
istilah pewarnaan Gram. Pewarnaan ini meliputi beberapa tingkatan yaitu:
Pewarnaan Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi
dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat kimia dan
fisik dinding sel mereka.
Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna krisktal violet dan karenanya
akan tampak bewarna ungu tua dibawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan
Mikrobiologi| 33
kehilangan zat Kristal violet setelah dicuci dengan alkohol dan sewaktu diberi zat
pewarna tandingannya yaitu dengan zat warna air tochsin atau safranin akan tampak
merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan struktur kimiawi dinding selnya.
4. Pewarnaan Spora
Spora pada bakteri merupakan struktur yang tahan terhadap panas dan bahan kimia.
Spora dibentuk oleh bakteri tertentu untuk mengatasi lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi bakteri. Contoh bakteri yang membentuk spora adalah Bacillus,
Clostridium, Thermactinomyces dan sporosacina. Spora terbentuk di dalam sel sehingga
disebut sebagai endospora. Dalam sel bakteri hanya terdapat satu spora.
Dalam lingkungan yang menguntungkan spora bergerminasi kembali menjadi sel
vegetative, jika lingkungan tidak memungkinkan maka sel vegetative aka berubah
menjadi spora.
C. Rumusan Masalah
-
D. Hipotesis
- Buatlah hipotesis berdasarkan rumusan masalah di atas
E. Alat dan Bahan Praktikum
I. Alat Praktikum
1. Tabung;
2. Rak tabung reaksi;
3. Bunsen;
4. Mikroskop;
Mikrobiologi| 34
5. Objek glass;
6. Cover glass;
7. Tissue;
8. Jarum ose;
9. Wadah pengering;
II. Bahan
1. Escherichia coli;
2. Bacillus subtilis;
3. Staphylococcus aereus;
4. Kristal violet, iodine, safranin, alkohol, Malachit Green; Akuades.
F. Cara kerja:
I. Pewarnaan Negatif
1. Bersihkan kaca objek dan kaca penutup dengan alkohol 70%, sterilkan dengan
melewatkan di atas bunsen atau lampu spiritus beberapa kali
2. Buat olesan tipis bakteri pada salah satu sudut kaca objek dengan mengambil
isolat bakteri Bacillus cereus/Bacillus subtilis menggunakan jarum ose. (lakukan
tahap ini secara aseptik)
3. Lakukan pewarnaan negatif dengan mengambil 1-2 tetes nigrosin lalu
dicampurkan. Dengan menggunakan gelas objek lain, sentuhkan sisi objek gelas
tadi hingga membentuk sudut 45° tarik objek gelas tersebut ke arah berlawanan
sehingga membentuk film tipis. Biarkan mengering dengan cara dianginkan,
jangan difiksasi pada nyala api Bunsen
4. Setelah kering, amati di bawah mikroskop.
Mikrobiologi| 35
II. Pewarnaan Sederhana
1. Bersihkan kaca preparat dengan alkohol 70%
2. Ambil 1 ose biakan (Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus) dan ratakan di
atas kaca preparat (lakukan tahap ini secara aseptic)
3. Kengeringkan dengan cara dilewatkan di atas lampu bunsen
4. Lakukan pewarnaan dengan larutan Methylen blue atau Kristal violet 1-2 tetes
5. Biarkan selama 2 menit, lalu bilas di bawah air yang mengalir sampai sisa-sisa
cat hilang
6. Lakukan fiksasi di udara, setelah kering amati hasilnya di bawah mikroskop, dan
gambar hasil pengamatan.
III. Pewarnaan Gram
1. Siapkan biakan mumi Staphylococcus aureus dan E. coil pada medium NA
berumur 24 jam, gelas benda, akuades steril, larutan kristal violet (Gram A),
larutan iodium (Gram B), Alkohol aseton (Gram C), Larutan safranin (Gram D),
alkohol 70% dan pembakar bunsen.
2. Lakukan pewarnaan Gram dengan cara menyiapkan olesan bakteri, fiksasi
dengan bunsen. Teteskan Gram A sebanyak 2-3 tetes pada olesan bakteri, biarkan
selama 1 menit. Cuci dengan air yang mengalir, keringkan dengan kertas isap
secara hati-hati.
3. Teteskan larutan Gram B, biarkan satu menit, cuci dengan air dan keringkan.
4. Tetesi larutan Gram C biarkan selama 30 detik, cuci dengan air dan keringkan.
Mikrobiologi| 36
5. Tetesi dengàn Gram D, biarkan selama 30 detik, cuci dengan air dan keringkan
dengan kertas isap. Amati dibawah mikroskop.
IV. Pewarnaan spora
1. Sediakan kaca benda yang bersih lalu lewatkan diatas api Bunsen
2. Teteskan aquades di sudut atas kaca benda
3. Secara aseptic inokulasi biakan bakteri yang akan diamati diatas tetesan aquades
kemudaian ratakan perlahan-lahan
4. Ambillah kaca benda lain lalu letakkan diatas kaca benda sediaan tersebut hingga
membentuk sudut 45o
5. Geserkan kaca benda kesudut lainnya sehingga sediaan menjadi rata, biarkan
sampai mongering
6. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan di atas api Bunsen dengan
cepat
7. Teteskan larutan malachite green di atas sediaan lalu panaskan sediaan di atas api
Bunsen. Perhatikan jangan sampai sediaan mendidih atau mongering. Selama
melakukan pemanasan gunakan gunakan pinset untuk menjepit
8. Jika sediaan sudah dingin, bilas dengan air keran yang mengalir
9. Teteskan larutan safranin diatas sediaan tersebut dan biarkan selama 3 menit
10. Setelah 3 menit bilas dengan air yang mengalir
11. Keringkan sediaan dengan kertas penghisap atau dengan cara dianginkan dan
amatilah di bawah mikroskop
12. Catat dan gambarlah hasil pengamatan anda.
Mikrobiologi| 37
G. Diskusi
1. Bagaimana hasil pengamatan dari bakteri setelah dilakukan pewarnaan Gram?
2. Mengapa sel bakteri ada yang berwarna ungu (violet) dan merah?
3. Apakah sel yang berwarna merah selalu bakteri gram negatif?
4. Saat kondisi lingkungan menjadi ekstrim sel vegetative pada bakteri berubah
menjadi spora. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi!
Mikrobiologi| 38
PRATIKUM VII
ANALISIS KUANTITATIF MIKROBA
- Dasar Teori
Analisis mikroba secara Iangsung
Kuantitas mikroba menunjukkan jumlah koloni yang mampu dibentuk oleh
mikroba tertentu. Beberapa koloni bakteri bagi tubuh manusia akan menyebabkan
penyakit. Untuk mengetahui jumlah sel (bakteri) dan massa sel (golongan berfilamen
seperti kapang) dapat dilakukan dengan perhitungan langsung jumlah sel dengan
bantuan mikroskop. Alat yang sering digunakan adalah Colony counter atau dengan
Hemasitometer. Keuntungan dengan menggunakan hemasitometer ini adalah
menghemat waktu dan tidak memerlukan banyak alat. Adapun kelemahannya yaitu sel
hidup dan sel mati tidak dapat dibedakan, sulit menghitung Sel bakteri yang bérukuran
kecil dan sel kadang berkumpul.
Analisis mikroba secara tidak Iangsung
Sebelum dilakukan perhitungan dibuat pengenceran bertingkat untuk.
memperkecil jumlah suspensi mikroba. Perhitungan secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan metode cawan tuang dan metode cawan permukaan/sebar. Pada
metode cawan tuang, dan pengenceran yang dikendaki, sampel dIpipet dan dimasukkan
dalam cawan Petri. Selanjutnya dituangi media yang sesuai dan kemudian diinkubasi
pada suhu dan waktu tertentu. Pada metode sebar, medium terlebih dahulu dituang pada
cawan petri dan dibiarkan membeku. Selanjutnya sampel dan pengenceran tertentu
dipipet pada permukaan agar tersebut. Sampel kemudian diratakan dengan batang geias
melengkung steril dengan memutar cawan petri di atas meja.
Mikrobiologi| 39
Selain perhitungan dengan dua metode tersebut di atas, pengukuran massa sel
dapat dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer. Prinsip kerja alat mi adalah
cahaya yang mengenai sel-sel mikroorganisme akan dihamburkan, sedangkan cahaya
yang lobs setebah melewati sampel akan mengaktifasi foto tabung yang pada gilirannya
akan mencatat persen transmitans pada galvanometer. Makin sedikit jumlah sel dalam
suspensi, makin besar intensitas cahaya yang lobs dan makin tinggi pula persen
transmitan yang tercatat.
- Tujian Praktikum
-
- Indikator Keterampilan proses sains yang akan dicapai
- Kemampuan mengamati objek yang akan diteliti
- Kemampuan membuat perkiraan atau jawaban sementara
- Kemampuan menentukan alat dan bahan serta objek yang akan diteliti
- Kemampuan melakukan percobaan
- Kemampuan mencatat hasil pengamatan
- Kemampuan menyimpulkan hasil pengamatan
- Kemampuan menerapkan konsep untuk memecahkan masalah
- Kemampuan menyampaikan hasil pengamatan kepada kelompok lain
Cara kerja:
Mikrobiologi| 40
- Untuk Analisis mikroba secara langsung, siapkan Mikroskop, hemasitometer,
pipet Pasteur dan suspensi mikroba ( Saccharomyces cerevisiae dan E. Coli),
Bersihkan permukaan lensa-lensa hemasitometer, tutup dengan kaca tutup
hemasitometer. Ambil suspensi mikroba dengan pipet Pasteur sebanyak 0,1- 0,5
ml, Ietakkan pada lekukan V pada tepi kaca tutup. Usahakan setiap ruang
dipenuhi suspensi. Letakkan hemasitometer pada mikroskop dan mulailah
dengan perbesaran rendah. Hitung jumlah sel yang terdapat pada 80 kotak buah
yang terletak di dalam bagian berukuran 1 mm2 tersebut.
- Cara menghitung : Pada hemasitometer terdapat 9 bidang (masing-masing
berukuran 1 mm). Kotak tengah dibagi menjadi 25 kotak besar. Setiap kotak
dibagi menjadi 16 kotak kecil. Jadi jumlah kotak kecil dalam kotak di tengah
adalah 400 (25x1 6).
Contoh Jika terdapat 200 Se dalam 80 kotak kecil (16x5), maka jumlah sel mikroba
yaitu:
- 80 kotak kecil atau 5 kotak tengah (luasnya = 80/400 = 1/5= 0,2 mm2) jadi setiap
mm2 terdapat 200 x 5 1000 sel/ mm2
- Kedalaman hemasitometer ada)ah 0,1 mm = 1000 sel/0, 1 mm2 = lxi 04 sel/
mm3
- 1 m1 I cm2=i000 mm3
- Jadi jumlah Se) mikroba dalam suspensi adalah = 1.104 x 103 1xi07 sel/mi atau
dengan rumus:
Mikrobiologi| 41
- Untuk analisis mikroba tidak Iangsung dilakukan dengan menyiapkan suspensi
mikroba, 5 tabung pengenceran berisi 9 ml aquades steril, 3 cawan nutrient agar,
pipet steril. Keijakan metode hitungan cawan dengan membuat Sen pengenceran
suspensi bakteri sampai 10-5. Tanam dengan metode tuang ke-3 cawan petri
steril mulal dan pengenceran 1 0, 1 dan 1 0. Inkubasi 30 °C selama 24 - 48 jam.
Amati dan hitung jumlah koloni yang tumbuh dan setiap pengenceran yang
mengandung 30-300 koloni atau sel. Jumlah mikroorganisme per ml sampel
(TPC) adalah:
Jumlah sel= V x n x l/f
V = volume sampel yang ditumbuhkan
n = Jumlah koloni dalam cawan
f = Faktor pengenceran
Mikrobiologi| 42
PRATIKUM VIII
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN MIKROBA
A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini adalah untuk dapat
mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan mikroorgannisme
B. Dasar Teori
Pertumbuhan mikroorganisme pada umumnya sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungannya. Faktor tersebut diantaranya adalah faktor biotik dan faktor abiotik.
Perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi maupun
fisiologi. Faktor biotik merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme dari dalam tubuh mikroorganisme itu sendiri, sedangkan factor abiotik
adalah factor yang mempengaruhi dari luar
Faktor-faktor biotik tersebut meliputi faktor fisik (suhu, pH, tekanan osmotik) faktor
kimia (senyawa logam/racun), dan faktor biologi (antibiotic dan interaksi dengan
mikroorganisme lainnya). Faktor inilah yang sering terjadi dan dialami di dalam
pertumbuhan suatu mikroorganisme. Oleh karena itu dilakukan percobaan ini, untuk
mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroorganisme
tersebut untuk melangsungkan kehidupannya.
C. Rumusan Masalah
D. Hipotesis
Mikrobiologi| 43
E. Alat dan bahan
I. Pengaruh suhu
a. Alat:
1. Tabung reaksi 7. Jarum Ose
2. Paper disc 8. Jangka sorong
3. Lemari pendingin 9. Laminar air flow
4. Incubator
5. oven
6. Water bath
b. Bahan:
1. Nutrient Broth
2. Escerichia coli
3. Bacillus subtilis
4. Pseudomonas sp
II. Pengaruh pH
a. Alat:
1. Tabung reaksi
2. Kertas pH indikator
3. Laminar air flow
4. Incubator
Mikrobiologi| 44
5. oven
b. Bahan:
1. Nutrient Broth
2. HCL/NaOH
3. Escerichia coli
4. Bacillus subtilis
5. Pseudomonas sp
III. Pengaruh disenfektan
a. Alat:
1. Tabung reaksi 6. Jangka sorong
2. Cawan petri 7. Jarum Ose
3. Paper disc 8. Laminar air flow
4. Incubator
5. Oven
b. Bahan:
1. Nutrient Agar (NA) 5. Antibiotic 1%
2. Escerichia coli 6. Alkohol 70%
3. Bacillus subtilis 7. Iodium
4. Pseudomonas sp 8. Sabun Detol
Mikrobiologi| 45
F. Cara kerja:
I. Pengaruh suhu
1. Siapkan 4 tebung reaksi untuk masing-masing biakan dan beri label untuk
tiap suhu 50C, 250C, 370C, dan 440C. tandai pula dengan nama biakan yang
akan diinokulasi
2. Tuangkan medium NB ke dalam tiap tabung reaksi
3. Inokulasi tiap tabung dengan biakan yang telah disediakan sesuai dengan
tanda yang sudah diberikan. Lakukan secara aseptik
4. Inkubasi tiap biakan selama 2 x 24 jam pada suhu yang telah ditentukan:
5. Setelah 2 x 24 jam, kocok keempat tabung dengan cara diputar-putar dengan
kedua tangan dan bandingkan derajat kekeruhannya.
6. Laporkan hasil pertumbuhan sebagai berikut:
a. Tidak ada pertumbuhan : -
b. Pertumbuhan sedikit : +
c. Pertumbuhan sedang : ++
d. Pertumbuhan banyak : +++
II. Pengaruh pH
1. Siapkan 3 tabung reaksi dan beri label dengan pH sebagai berikut:
a. 3 tabung dengan pH 3.0
b. 3 tabung dengan pH 7.0
c. 3 tabung dengan pH 9.0
2. Tuangkan media nutrient Broth (NB) ke dalam tiap tabung reaksi
Mikrobiologi| 46
3. Inokulasi 3 tabung (pH 3.0) masing-masing dengan biakan yang telah
disediakan.
4. Lakukan hal yang sama untuk ketiga tabung dengan pH 7.0 dan pH 9.0
5. Inkubasi tabung berisi biakan dengan suhu 370C selama 2 x 24 jam
6. Laporkan derajat pertumbuhan tiap bakteri
III. Pengaruh desinfektan
1. Sediakan 3 tabung reaksi berisi media NA yang telah dicairkan
2. Beri label masing-masing tabung dengan nama bakteri yang telah disediakan
3. Inokulasikan tiap tabung dengan biakan yang telah disediakan kemudian
kocok hingga biakan bakteri larut. Lakukan langkah ini secara aseptik
4. Tuangkan media yang berisi biakan ke dalam cawan petri yang telah diberi
label dengan nama biakan dan biarkan hingga media memadat
5. Sambil menunggu media memadat, siapkan paper disc kemudian dicelupkan
masing-masing kedalam cairan desinfektan
6. Setelah media memadat, bagi permukaan media menjadi 4 bagian, letakkan
paper disc pada permukaan media agar. Perhatikan bahwa jarak antara paper
disc yang mengandung desinfektan harus cukup berjauhan
7. Inkubasi biakan pada suhu 370C selama 2 x 24 jam
8. Bandingkan diameter zona penghambatan masing-masing desinfektan
terhadap pertumbuhan ketiga jenis bakteri menggunakan jangka sorong.
Pengukuran dilakukan dari dasar cawan petri.
Betadin
Iodium
Alkohol
Sabun detol
Biakan bakteri
Zona hambat
Mikrobiologi| 47
G. Diskusi
1. Adakah pengaruh masing-masing desinfektan yang digunakan terhadap ketiga
jenis bakteri? Jelaskan!
2. Mengapa setiap desinfektan dibuat dengan konssentrasi tertentu?
Mikrobiologi| 48
PRAKTIKUM IX
PEMBUATAN MEDIA DAN PEMERIKSAAN TOTAL COLIFORM
1. Ditimbang 1,3 gram Lactose Broth dimasukkan dalam wadah gelas piala
dilarutkan dengan 100 mL aquades. Dipipet masing-masing 10mL ke dalam 10
tabung reaksi.
2. Ditimbang 0.65 gram media Lactose Broth dimasukkan ke dalam wadah gelas
piala dilarutkan dengan 25 mL aquades. Dipipet masing-masing 5 mL ke dalam 5
tabung reaksi.
3. Ditimbang 6 gram media BGLBB (Brilliant Green Lactose Bile Broth)
dimasukkan dalam gelas piala yang dilarutkan dengan 150 mL aquades. Dipipet
masing-masing 10 mL ke dalam 15 tabung reaksi.
4. Dimasukkan 1 tabung durham secara terbalik ke dalam tiap tabung.
5. Ditutup mulut tabung reaksi dengan disumbat kapas, dan sumbat tersebut harus
sedemikian kuat sehingga dapat dicabut dari tabungnya dengan menggunakan
kelingking.
6. Dimasukkan tabung-tabung tersebut ke dalam beaker glass, ditutup bagian
atasnya dengan kertas kemudian diikat erat-erat dengan karet.
7. Media siap untuk disterelisasi.
Pemerikasaan Total coliform
Berikut ini adalah cara kerja pemeriksaan Total colifrom dan E. coli. Untuk Total
coliform dengan beberapa tahap pengujian yaitu : uji pedugaan dan uji penegasan.
a) Uji Pendugaan
1. Pengerjaan contoh dilakukan secara aseptik, dengan cara didekatkan dengan api.
2. Dipipet contoh masing-masing 10 mL ke dalam tabung medium.
3. Dipipet contoh masing-masing 1 mL ke dalam tabung medium.
4. Dipipet contoh masing-masing 0,1 mL ke dalam tabung medium.
5. Tabung digoyang-goyangkan sehingga contoh tercampur dengan medium secara
merata.
6. Diinkubasi semua tabung pada suhu 35°C selama 24 jam.
Mikrobiologi| 49
7. Dicatat tabung-tabung yang menujukkan reaksi positif , yaitu terbentuk asam dan
gelembung gas.
8. Tabung-tabung yang belum menunjukkan adanya gelembung gas diinkubasikan
kembali pada suhu 35°C selama 24 jam.
-
-
b) Uji Penegasan
1. Pengerjaan inokulasi dilakukan secara aseptis, dengan cara di dekatkan dengan
api.
2. Digoyang-goyangkan tabung dari hasil uji pendugaan yang menunjukkan reaksi
positif.
3. Dari tabung-tabung tersebut, diinokulasikan sebanyak 1 mL ke dalam tabung
reaksi medium BGLBB (Brilliant Green Lactose Bile Broth) untuk uji Total
coliform.
4. Tabung-tabung tersebut diinkubasikan pada suhu 35°C selama 48 jam
5. Adanya gelembung gas menunjukkan Total coliform positif.
6. Dihitung jumlah Total coliform per 100 mL contoh dengan menggunakkan daftar
jumlah Perkiraan Terdekat (JPT)
Apabila hasil tabung tidak terdapat pada kombinasi tabung yang positif pada
tabel JPT, maka jumlah bakteri per 100 mL harus dihitung dengan menggunakkan rumus
:
- Jumlah bakteri (JPT/100 mL) = A x 100
- √B x C
- Keterangan : A : jumlah tabung yang positif
- B : jumlah (mL) contoh dalam tabung negatif
- C : Volume (mL) contoh dalam semua tabung
Apabila volume semua contoh tidak sesuai dngan ketentuan tabel JPT, maka
jumlah bakteri per 100 mL dihitung dengan rumus :
- Jumlah bakteri (JPT/100 mL) = Z x 100
- Y
Mikrobiologi| 50
- Keterangan : Z : jumlah bakteri dari tabel JPT
Y : Volume (mL) contoh terbesar
Mikrobiologi| 51
PRAKTIKUM X
PEWARNAAN PADA SEL BAKTERI
I. TUJUAN
- Untuk mengamati morfologi bakteri melalui pewarnaan sederhana dan
pewarnaan gram.
II. DASAR TEORI
Bakteri merupakan organism yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Bakteri
rata-rata berukuran lebar 0,5-1 mikron dan panjang hingga 10 mikron (1 mikron = 10-3).
Hal ini berarti bahwa jasad renik sangat tipis sehingga dapat tembus cahaya.Akibatnya
pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat bagian-bagiannya. Untuk
melihat bakteridengan jelas, permukaan selnya perlu diisi dengan warna, pewarnaan ini
disebut dengan pewarnaan bakteri.
Pewarnaan bakteri sudah dilakukan sejak permulaan berkembangnya
mikrobiologi di pertengahan abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Terdapat
dua macam zat warna yang sering dipakai, yaitu:
1. Zat warna yang bersifat asam; komponen warnanya adalah anion, biasanya dalam
bentuk garam natrium.
2. Zat warna yang bersifat alkalis; dengan komponen warna kation, biasanya dalam
bentuk klorida.
Untuk mendapatkan hasil pengewarnaan yang lebih baik, tidak jarang diperlukan
bahan penolong, yang biasanya disebut pemantek (mordant). Bahan yang sering
digunakan sebagai pemantek diantaranya: ammonium oksalat, fenol, asam tanat, garam
alumunium, besi, timah, krom, dll.
A. Pengewarnaan Sederhana
Tujuan pengewarnaan ini adalah untuk membedakan bakteri dari benda-benda
mati lain yang bukan bakteri dan untuk melihat bentuk dan ukurannya. Larutan warna
hanya terdiri dari satu bahan warna yang dilarutkan dalam suatu pelarut.Bahan yang
banyak dipakai untuk keperluan ini adalah karbol fuksin, Kristal violet dan methylen
Blue.
Mikrobiologi| 52
B. Pengewarnaan diferensial
Untuk pengewarnaan ini digunakan lebih dari satu macam bahan warna. Dengan
cara ini bahan-bahan warna yang dipakai ada kalanya terpisah atau tercampur dan
digunakan dalam satu larutan. Dua macam pengecatan yang terpenting dari golongan ini
adalah pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam.
Sediaan (preparat) untuk proses pewarnaan dibuat sebagai berikut:
1. Kaca objek dibersihkan, sehingga bebas lemak.
2. Pada bagian ujung kaca objek diberi tanda, sebaiknya di sebelah permukaan yang
tidak dicat.
3. Dengan ose dibuat goresan tipis pada permukaan yang telah dibersihkan.
4. Goresan dikeringkan di udara atau dengan hawa hangat dari api gas.
5. Fiksasi dilakukan dengan cara menyentuhkan permukaan kaca objek tiga kali
berturu-turut pada ujung api Bunsen.
6. Setelah didinginkan preparat sudah siap untuk dicat.
Yang dimaksud dengan fiksasi adalah meletakkan bakteri pada kaca objek,
mamatikan bakteri dengan cepat agar sifat-sifatnya tidak banyak berubah.Fiksasi harus
dilakukan setelah preparat kering.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram pertama kali dikemukakan oleh Christian Gram (1884). Dengan
pewarnaan ini goresan tipis bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna karbol
gentinviolet (karbol kristal violet, karbol metal violet) dan didiamkan beberapa saat,
kemudian disiram dengan larutan iodium dan dibiarkan terendam dalam waktu yang
agak lama. Sampai tingkat pewarnaan ini selesai, semua sel bakteri akan berwarna ungu.
Selajutnya preparat didekolorisasi dengan alcohol atau campuran alcohol atau
aseton sampai semua zat warna tampak launtur dari film bakteri.Setelah dicuci dengan
air, preparat diberi warna kontras (counterstain) seperti safranin atau karbolfuksin encer,
air fuksin, atau pironin B.
Mikrobiologi| 53
Mikrobiologi| 54
Diantara bermacam-macam bakteri yang diwarnai, ada yang dapat menahan
warna ungu (metil violet, Kristal violet, gentian violet) dalam selnya meskipun telah
didekolorisasi dengan alcohol atau aseton. Bakteri yang memberi reaksi demikian
dinamakan Bakteri Gram Positif. Sebaliknya bakteri yang tidak dapat menahan zat
warna setelah didekolorisasi dengan alcohol akan kembali menjadi tidak berwarna dan
bila diberikan pengecatan dengan dengan zat warna kontras akan berwarna sesuai
dengan zat warna kontras. Bakteri yang memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan
bakteri gram negatif.Atas dasar pewarnaan Gram ini dunia bakteri dibagi dalam dua
golongan besar, yaitu bakteri gram posistif dan bakteri gram negatif (Koes Irianto,
2006).
Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di
dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri.Jenis bakteri
berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram
negatif.Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel
selapis.Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di
antara dua lapis membran sel.
III. ALAT DAN BAHAN
- Pewarnaan Sederhana
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Object glass 1 Buah Sampel bakteri Secukupnya
Ose 1 Buah Methylene Blue Secukupnya
Bunsen 1 Buah Kapas Secukupnya
Korek api 1 Buah Air Secukupnya
Spidol Marker 1 Buah Spirtus Secukupnya
Rak Pengecatan 1 Buah Secukupnya
-
- Pewarnaan Gram
Mikrobiologi| 55
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Object glass 1 Buah Sampel bakteri Secukupnya
Ose 1 Buah Larutan gentian
violet
Secukupnya
Bunsen 1 Buah Larutan iodium Secukupnya
Korek api 1 Buah Alkohol Secukupnya
Spidol Marker 1 Buah Safranin Secukupnya
Rak Pengecatan 1 Buah Kapas Secukupnya
Air Secukuonya
Spirtus Secukupnya
IV. CARA KERJA
a. Pembuatan preparat
1. Kaca objek (object glass) dibersihkan, sehingga bebas lemak
2. Pada bagian ujung kaca objek diberi tanda, sebaiknya di sebelah
permukaan yang tidak dicat
3. Dengan ose dibuat goresan tipis dari biakan bakteri pada permukaan
yang telah dibersihkan
4. Goresan dikeringkan di udara atau dengan hawa panas dengan api gas
5. Fiksasi dilakukan dengan cara meneyentuhkan permukaan kaca objek
tiga kali berturut-turut pada ujung api Bunsen
6. Setelah didinginkan preparat sudah siap untuk dicat
b. Pewarnaan preparat
1. Pewarnaan sederhana
- Genangi preparat yang sudah jadi dengan larutan zat warna
(methylene blue)
- Cuci dengan air mengalir, keringkan
- Amati dibawah mikroskop
Mikrobiologi| 56
2. Pewarnaan Gram
- Genangi preparat yang sudah jadi dengan larutan zat warna gentian
violet selama 2-5 menit
- Buang sisa cat
- Genangi preparat dengan larutan iodium selama 30 detik sampai 1
menit
- Buang sisa cat
- Decolorisasi preparat dengan alkohol atau aseton sampai warna
ungu pada preparat memudar
- Cuci dengan air mengalir
- Genangi preparat dengan larutan safari selama 2-5 menit
- Cucu dengan air mengalir, keringkan
- Amati dibawah mikroskop