megapolitan okus 25 - Universitas Padjadjaran · 2011-12-16 · bah dengan pintu-pintu liar...

1
25 MEGAPOLITAN JUMAT, 16 DESEMBER 2011 PT Kereta Api Indonesia mendapat tantangan untuk bisa menambah kapasitas penumpang KRL Jabodetabek menjadi tiga kali lipat dari saat ini, yaitu 1,2 juta penumpang per hari pada 2019. Bagaimana PT KAI mewujudkannya? Berikut petikan wawancara Media Indonesia dengan Kepala Daerah Operasi I PT KAI Purnomo Radiq yang dilakukan di Stasiun Gambir, Rabu (14/12). Apa makna turunnya Peraturan Presiden No 83/2011 tentang Penugasan PT KAI (persero) untuk Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Api Bandar Udara Soekarno-Hatta serta Jalur Lingkar Jabodetabek bagi PT KAI? Ini perpres pertama yang diturunkan kepada sebuah PT. Pihak yang diuntungkan dari keluarnya perpres ini ialah penumpang karena bila terjadi kesalahan dalam pelayanan KRL Jabodetabek, ya tinggal dilimpahkan saja kepada kami sebagai pengelola satu- satunya. Selain itu, perpres ini juga merupakan pintu masuk ke pembe- nahan pelayanan yang optimal. Maklum saja, setiap tahun dalam lima tahun terakhir ini, pengguna KRL meningkat 6%-7%. Dari latar belakang keluarnya perpres ini sudah jelas apa yang harus kami perbuat. Perpres ini keluar setelah rencana pembangunan rel kereta api ke Bandara Soekarno-Hatta, yang sudah sepuluh tahun diwacanakan, tidak pernah terwujud. Terlalu banyak kepentingan yang masuk sehingga menghambat proses pelaksanaan. Apa langkah yang akan dilakukan PT KAI setelah menerima perpres itu? Pastinya kami akan mengambil langkah-langkah untuk men- jalankan perintah perpres itu. Sebagai langkah prioritas, kami akan membangun stabling (tempat parkir kereta) pada pertengahan 2012, lalu membangun empat gardu listrik di Manggarai, Kuningan, Rajawali, dan Kramat. Ini dibutuhkan karena ke depan kami akan mengoperasikan lebih dari 1.440 kereta. Jumlah ini lebih dari tiga kali lipat kereta yang beroperasi sekarang ini, yaitu 462 unit. Selain itu, jumlah rangkaian ditambah dari delapan gerbong menjadi 10 gerbong. Dengan ini, pada 2013, kami telah menambah kapasitas 25%. Pelayanan tidak akan maksimal kalau stasiun tidak disterilkan. Apakah ada rencana untuk mensterilkan stasiun-stasiun itu? Itu termasuk program utama. Kami akan menutup seluruh pintu-pintu liar, pengetatan di pintu masuk, dan membuat sistem satu peron satu pintu masuk. Sekarang ini ada 58 stasiun dan lima halte yang melayani penumpang KRL. Seluruhnya akan direnovasi. Namun, yang diutamakan 17 stasiun yang populasi penumpangnya tinggi. Kami juga akan mengomersialkan stasiun. Ada beberapa stasiun seperti Cikini, Juanda, dan Gondangdia bernilai properti tinggi sehingga harus dimanfaatkan. Mungkin dibuat seperti Gambir, dengan menyediakan outlet-outlet yang berhubungan dengan ke- nyamanan penumpang. Operasional dan komersialisasi harus dilakukan bersamaan. Di Tokyo, pemasukan KRL 60% dari tiket dan 40% dari komersialisasi properti. Hasilnya digunakan untuk pengembangan investasi dan kenyamanan penumpang. Untuk mencapai kepastian KRL tiba setiap 3 menit di stasiun tentu akan sering menutup jalan di perlintasan sebidang dengan jalan. Itu akan menimbulkan kemacetan. Apakah ada langkah untuk mengantisipasi soal itu? Setelah loop line berjalan, KLR Bogor-Manggarai datang setiap 7 menit, lalu Manggarai-Kota setiap 4 menit. Sebelumnya setiap 15 menit. Efeknya jalanan memang semakin macet karena pintu perlintasan sering ditutup. Kami telah mengusulkan supaya pemda membuat flyover atau un- derpass di setiap persimpangan. Di Jakarta, ada 85 titik perlin- tasan kereta api. Jika ditam- bah dengan pintu-pintu liar se-Jabodetabek, jumlahnya lebih dari 600 buah. Namun, yang mendesak untuk dibuat itu ada 24. Namun, Pemprov DKI hanya mampu un- tuk membuat tiga setiap tahunnya. Yang segera akan dibangun ialah di Mangga Dua. Soal tarif, sistem apakah yang paling pantas diberlakukan bila seluruh pelayan- an ini berjalan? Sistem single class, sin- gle tariff, dan single ticket. Artinya setiap penum- pang membayar dengan harga yang sama dan bisa berkeliling ke semua tujuan dengan KRL sam- pai mereka keluar dari stasiun. (NA/J-4) Komersialisasi untuk Perbaiki Mutu Pelayanan Zaenal, 18, mengaku sejak usia delapan tahun ia telah tinggal di Sta- siun Duri. Setiap harinya Zae- nal mencari nafkah dengan mengamen dan menyapu lantai kereta. Remaja yang pu- tus sekolah di kelas empat SD itu mengaku tidak memiliki keahlian untuk pekerjaan lain. “Saya cuma bisa ngamen dan nyapu lantai kereta. Dulu sih pernah juga jadi tukang sampah,” ujarnya. Jika malam tiba, Zaenal ber- jalan menuju sisi utara stasiun untuk beristirahat. Ia tidur beralaskan kasur bekas di per- on tengah. Menurutnya, selalu ada yang melarang dia dan anak jalanan lain tidur di stasiun. Namun, pelarangan itu hanya berupa nasihat. “Kami cuma dinasehatin. Tapi kami selalu bisa tinggal dan tidur di sini,” ujarnya. Di satu sisi Stasiun Duri, setidaknya terdapat 12 kios pedagang yang rata-rata ber- jualan makanan dan minuman ringan. Ada pula pedagang CD dan DVD bajakan. Kios- kios berbahan tripleks dan beratap terpal itu juga diguna- kan sebagai tempat tinggal. Tarsiman, 40, pedagang, mengaku tidak dikenai biaya un- tuk tinggal di situ. Dia hanya mengeluarkan Rp100 ribu per bulan untuk membayar uang kebersihan dan Rp2.000 per hari sebagai uang keamanan. Adapun untuk kebutuhan air bersih, ia membelinya seharga Rp2.500 per gerobak. “Kalau listrik bayar sendiri,” ujar lelaki asal Pemalang, Jateng, itu. Menurutnya, uang keber- sihan diserahkan kepada petu- gas kebersihan yang menyapu sampah-sampah berserakan di sekitar rel kereta. Setiap Sabtu dan Ming- gu, kata Tarsiman, banyak sampah yang terdapat di rel. Sampah-sampah itu ber- asal dari sisa sayuran yang dijual pedagang di pagi hari. “Sampah-sampah sayuran itu suka menumpuk dan terseret oleh kereta yang lewat,” ujarnya. Stasiun Duri nantinya akan menjadi stasiun yang menghubungkan Manggarai dengan Bandara Soekarno- Hatta melalui jalur selatan atau melewati Tangerang. PT KAI pun berupaya men- sterilisasi dan membenahi stasiun ini agar nyaman bagi penumpang. “Nantinya tidak ada lagi orang yang tidak berkepentingan berada di stasiun,” kata Kepala Daerah Operasi I PT KAI Purnomo Radiq. Namun, rencana penste- rilan itu tidak membuat Tarsi- man khawatir. Dia bersama pedagang lainnya tidak akan menolak atau memberi perla- wanan jika memang harus di- gusur dari tempat itu. “Kalau memang mau dibersihkan, silakan, orang bukan hak kami. Kami hanya numpang di sini,” tuturnya. Tarsiman mengakui, secara perlahan wajah Stasiun Duri telah berubah, dari dulunya stasiun yang kumuh menjadi aman dan teratur. Penum- pang kereta bersikap tertib dan tidak lagi naik ke atap kereta. Namun, yang masih meresahkan ialah anak-anak jalanan yang suka berkumpul di stasiun pada malam hari. “Anak-anak jalanan dari stasiun mana saja ngumpulnya di sini. Mereka suka nong- krong di tempat gelap. Saya curiga mereka juga berbuat mesum,” tandasnya. (*/J-4) ANTARA/PARAMAYUDA MI/IMMANUEL ANTONIUS Purnomo Radiq

Transcript of megapolitan okus 25 - Universitas Padjadjaran · 2011-12-16 · bah dengan pintu-pintu liar...

Page 1: megapolitan okus 25 - Universitas Padjadjaran · 2011-12-16 · bah dengan pintu-pintu liar se-Jabodetabek, jumlahnya lebih dari 600 buah. Namun, yang mendesak untuk dibuat itu ada

25Fokus megapolitan jumat, 16 desember 2011

PT Kereta Api Indonesia mendapat tantangan untuk bisa menambah kapasitas penumpang KRL Jabodetabek

menjadi tiga kali lipat dari saat ini, yaitu 1,2 juta penum pang per hari pada 2019. Bagaimana PT KAI mewujudkannya?

Berikut petikan wawancara Media Indonesia dengan Kepala Daerah Operasi I PT KAI Purnomo Radiq yang dilakukan di Stasiun Gambir, Rabu (14/12).

Apa makna turunnya Peraturan Presiden No 83/2011 tentang Penugasan PT KAI (persero) untuk Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Api Bandar Udara Soekarno-Hatta serta Jalur Lingkar Jabodetabek bagi PT KAI?

Ini perpres pertama yang diturunkan kepada sebuah PT. Pihak yang diuntungkan dari keluarnya perpres ini ialah penumpang karena bila terjadi kesalahan dalam pelayanan KRL Jabodetabek, ya tinggal dilimpahkan saja kepada kami sebagai pengelola satu-satunya.

Selain itu, perpres ini juga merupakan pintu masuk ke pembe-nahan pelayanan yang optimal. Maklum saja, setiap tahun dalam lima tahun terakhir ini, pengguna KRL me ningkat 6%-7%. Dari latar belakang keluarnya perpres ini sudah jelas apa yang harus kami perbuat. Perpres ini keluar setelah rencana pembangunan rel kereta api ke Bandara Soekarno-Hatta, yang sudah sepuluh tahun diwacanakan, tidak pernah terwujud. Terlalu banyak kepentingan yang masuk sehingga menghambat proses pelaksanaan.

Apa langkah yang akan dilakukan PT KAI setelah me ne rima perpres itu?

Pastinya kami akan mengambil langkah-langkah untuk men-jalankan perintah perpres itu. Sebagai langkah prioritas, kami akan membangun stabling (tempat parkir kereta) pada pertengahan 2012, lalu membangun empat gardu listrik di Manggarai, Kuningan, Rajawali, dan Kramat. Ini dibutuhkan karena ke depan kami akan mengoperasikan lebih dari 1.440 kereta. Jumlah ini lebih dari tiga kali lipat kereta yang beroperasi sekarang ini, yaitu 462 unit.

Selain itu, jumlah rangkaian ditambah dari delapan gerbong menjadi 10 gerbong. Dengan ini, pada 2013, kami telah menambah kapasitas 25%.

Pelayanan tidak akan maksimal kalau stasiun tidak disterilkan. Apakah ada rencana untuk mensterilkan stasiun-stasiun itu?

Itu termasuk program utama. Kami akan menutup seluruh pintu-pintu liar, pengetatan di pintu masuk, dan membuat sistem satu peron satu pintu masuk. Sekarang ini ada 58 stasiun dan lima halte yang melayani penumpang KRL. Seluruhnya akan direnovasi. Namun, yang diutamakan 17 stasiun yang populasi penumpangnya tinggi.

Kami juga akan mengomersialkan stasiun. Ada beberapa stasiun seperti Cikini, Juanda, dan Gondangdia bernilai properti tinggi sehingga harus dimanfaatkan. Mungkin dibuat seperti Gambir, dengan menyediakan outlet-outlet yang berhubungan dengan ke-nyamanan penumpang.

Operasional dan komersialisasi harus dilakukan bersamaan. Di Tokyo, pemasukan KRL 60% dari tiket dan 40% dari komersialisasi properti. Hasilnya digunakan untuk pengembangan investasi dan kenyamanan penumpang.

Untuk mencapai kepastian KRL tiba setiap 3 menit di stasiun tentu akan sering menutup jalan di perlintasan sebidang dengan jalan. Itu akan menimbulkan kemacetan. Apakah ada langkah untuk mengantisipasi soal itu?

Setelah loop line berjalan, KLR Bogor-Manggarai datang setiap 7 menit, lalu Manggarai-Kota setiap 4 menit. Sebe lumnya setiap 15 menit. Efeknya jalanan memang semakin macet karena pintu perlintasan sering ditutup.

Kami telah mengusulkan supaya pemda membuat flyover atau un-derpass di setiap persimpangan. Di Jakarta, ada 85 titik perlin-tasan kereta api. Jika ditam-bah dengan pintu-pintu liar se-Jabodetabek, jumlahnya lebih dari 600 buah. Namun, yang mendesak untuk dibuat itu ada 24. Namun, Pemprov DKI hanya mampu un-tuk membuat tiga setiap tahunnya. Yang segera akan dibangun ialah di Mangga Dua.

Soal tarif, sistem apakah yang paling pantas diberlakukan bila seluruh pelayan-an ini berjalan?

Sistem single class, sin-gle tariff, dan single ticket. Artinya setiap penum-pang membayar dengan harga yang sama dan bisa berkeliling ke semua tujuan dengan KRL sam-pai mereka keluar dari stasiun. (NA/J-4)

Komersialisasi untuk Perbaiki

Mutu Pelayanan

Zaenal, 18, meng aku sejak usia delapan tahun ia telah tinggal di Sta-siun Duri. Setiap harinya Zae-nal mencari nafkah de ngan mengamen dan me nyapu lantai kereta. Remaja yang pu-tus sekolah di kelas empat SD itu mengaku tidak memiliki keahlian untuk pekerjaan lain.

“Saya cuma bisa ngamen dan nyapu lantai kereta. Dulu sih pernah juga jadi tukang sampah,” ujarnya.

Jika malam tiba, Zaenal ber-jalan menuju sisi utara stasiun untuk beristirahat. Ia tidur ber alaskan kasur bekas di per-on tengah. Menurutnya, selalu

ada yang melarang dia dan anak jalanan lain tidur di stasiun. Namun, pelarangan itu hanya berupa nasihat. “Kami cuma dinase hatin. Tapi kami selalu bisa tinggal dan tidur di sini,” ujarnya.

Di satu sisi Stasiun Duri, setidaknya terdapat 12 kios pedagang yang rata-rata ber-jualan makanan dan minuman ringan. Ada pula pedagang CD dan DVD bajakan. Kios-kios berbahan tripleks dan beratap terpal itu juga diguna-kan sebagai tempat tinggal.

Tarsiman, 40, pedagang,

mengaku tidak dikenai biaya un-tuk tinggal di situ. Dia ha nya mengeluarkan Rp100 ribu per bulan untuk membayar uang kebersihan dan Rp2.000 per hari sebagai uang keamanan.

Adapun untuk kebutuhan air bersih, ia membelinya seharga Rp2.500 per gerobak. “Kalau listrik bayar sendiri,” ujar lelaki asal Pemalang, Jateng, itu.

Menurutnya, uang keber-sihan diserahkan kepada petu-gas kebersihan yang menyapu

sampah-sampah berserakan di sekitar rel kereta.

Setiap Sabtu dan Ming-gu, kata Tarsiman, banyak sampah yang terdapat di rel. Sampah-sampah itu ber-asal dari sisa sayuran yang dijual pedagang di pagi hari. “Sampah-sampah sayuran itu suka menumpuk dan terseret oleh kereta yang lewat,” ujarnya.

Stasiun Duri nantinya akan menjadi stasiun yang

menghubungkan Manggarai dengan Bandara Soekarno-Hatta melalui jalur selatan atau melewati Tangerang.

PT KAI pun berupaya men-sterilisasi dan membenahi stasiun ini agar nyaman bagi penumpang. “Nantinya tidak ada lagi orang yang tidak berkepentingan berada di stasiun,” kata Kepala Daerah Operasi I PT KAI Purnomo Radiq.

Namun, rencana penste-

rilan itu tidak membuat Tarsi-man khawatir. Dia bersama pedagang lainnya tidak akan menolak atau memberi perla-wanan jika memang harus di-gusur dari tempat itu. “Kalau memang mau dibersihkan, silakan, orang bukan hak kami. Kami hanya numpang di sini,” tuturnya.

Tarsiman mengakui, secara perlahan wajah Stasiun Duri telah berubah, dari dulunya stasiun yang kumuh menjadi

aman dan teratur. Penum-pang kereta bersikap tertib dan tidak lagi naik ke atap kereta.

Namun, yang masih meresahkan ialah anak-anak jalanan yang suka berkumpul di stasiun pada malam hari.

“Anak-anak jalanan dari stasiun mana saja ngumpulnya di sini. Mereka suka nong-krong di tempat gelap. Saya curiga mereka juga berbuat mesum,” tandasnya. (*/J-4)

ANTARA/PARAmAyudA

mi/immANuel ANToNius

Purnomo Radiq