Manajemen modal kerja 2

65
MANAJEMEN KEUANGAN I Kuliah VII Manajemen Modal Kerja: 1.Persediaan 2.Pengelolaan Piutang 3.Struktur Utang MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Transcript of Manajemen modal kerja 2

Page 1: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN KEUANGAN I

Kuliah VIIManajemen Modal Kerja:1.Persediaan2.Pengelolaan Piutang 3.Struktur Utang

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 2: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJAManajemen Persediaan (Inventory

Management)Secara umum, tiga jenis persediaan, yaitu:Persediaan bahan baku/ mentah (raw materials

inventory), yaitu persediaan bahan-bahan yang menjadi komponen dari produk jadi tetapi belum digunakan dalam proses produksi.

Persediaan barang dalam proses (work in progress inventory), yaitu persediaan barang setengah jadi yang memerlukan proses lebih lanjut sebelum menjadi barang/produk jadi.

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 3: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJA

Persediaan barang jadi (finished goods inventory), yaitu persediaan barang jadi yang belum dijual (untuk perusahaan industri) atau persediaan barang dagang (untuk perusahaan distributor dan ritel).

Persediaan memberikan manfaat dan sekaligus biaya bagi perusahaan. Persediaan yang terlalu sedikit akan mengecewakan konsumen karena barang yang diinginkan tidak tersedia. Akibatnya keuntungan perusahaan akan menurun.

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 4: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJASebaliknya, apabila persediaan perusahaan

terlalu banyak akan menyerap dana dari modal yang seharusnya diinvestasikan pada komponen modal kerja lainnya karena persediaan yang besar akan membutuhkan biaya penyimpanan di gudang dan biaya harus keamanan.

Tingkat persediaan ideal pertimbangkan keseimbangan antara manfaat dan biaya (benefits and costs) bagi perusahaan.

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 5: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJABagi perusahaan, lebih ‘bijaksana’ untuk

melihat ‘manfaat’ persediaan sebagai usaha ‘menghindari biaya’ yang lebih besar,(’biaya’ atas penurunan penjualan dan kepercayaan konsumen)

Jadi manajemen persediaan dapat dipandang sebagai ‘cost of minimization.’

Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan terkait dengan persediaan dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu biaya perolehan (acquisition costs), biaya kepemilikan (carrying costs) dan biaya ‘kehabisan persediaan’ (stockout costs).

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 6: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJABiaya persediaan untuk perusahaan

distributor dan ritelAcquisition costs: biaya pemesanan (ordering

costs), biaya antar (freight and handling costs) & potongan harga yang hilang apabila jumlah yang dipesan sedikit (quantity discount foregone).

Carrying costs: biaya yang dikeluarkan untuk kepemilikan persediaan yang seharusnya dapat diinvestasikan pada kegiatan perusahaan lainnya (opportunity costs of investment), biaya penyimpanan (storage costs),

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 7: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJA

biaya asuransi (insurance premiums), biaya yang terkait dengan persediaan yang sifatnya mudah aus dan rusak (deterioration and obsolescence) dan biaya pemindahan (price movements).

Stockout costs, yaitu biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan apabila perusahaan memiliki persediaan yang minim. Biaya ini terkait dengan kehilangan konsumen karena ketidaktersediaan barang yang diinginkannya dan mengakibatkan konsumen membeli di perusahaan pesaing.

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 8: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJABiaya persediaan untuk perusahaan

industriPersediaan bahan baku, biaya yang

dikeluarkan perusahaan distributor sama dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan industri,

perbedaan utamanya: stockout costs, yaitu ketika perusahaan industri kekurangan bahan baku/mentah akan mengakibatkan terganggunya proses produksi dan menimbulkan ‘biaya’ karena peralatan produksi dan tenaga kerja tidak dimanfaatkan (under-utilised).

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 9: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJA

Persediaan barang jadi, perusahaan industri juga menghadapi masalah carrying costs dan stockout costs yang sama dengan perusahaan distributor/similar, tetapi agak berbeda terkait dengan acquisition costs karena harus mempertimbangkan biaya yang dikenal dengan ‘set-up costs’. Biaya ini terjadi setiap proses produksi baru dimulai.

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 10: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJA Manajemen persediaan sangat diperlukan

dalam perusahaan karena harus memperhitungkan dua sisi yaitu biaya (cost) yang harus dikeluarkan dengan keuntungan (benefit) yang dihasilkan. Perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen apabila mempunyai persediaan yang banyak. Akan tetapi pada perusahaan harus pula mengeluarkan biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan yang besar.

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 11: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJA Pada dasarnya, inti dari permasalahan

persediaan suatu perusahaan adalah kemampuan perusahaan memperkirakan kebutuhan persediaan bahan baku (atau barang jadi) tepat waktu dengan jumlah yang diperlukan. Teknik ini dikenal sebagai Just In Time atau Zero Inventory, karena jumlah persediaan bisa saja sangat kecil atau tidak ada sama sekali pada saat permintaan menurun.

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 12: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJA Pengawasan Persediaan

Jumlah persediaan dikaitkan dengan variabel tertentu.Metode ini merupakan pengawasan persediaan yang paling sederhana, dimana jumlah persediaan dihubungkan dengan variabel tertentu, misalnya variabel penjualan dan siklus produksi. Perusahaan menetapkan jumlah persediaan barang jadi sebesar rata-rata satu bulan penjualan.

Dengan demikian, jumlah persediaan akan berbanding lurus dengan tingkat penjualan.

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 13: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJAPerusahaan juga dapat menetapkan tingkat persediaan dengan cara menghubungkan waktu dan besarnya pemesanan dengan kebutuhan selama periode tertentu.

Jadi, perusahaan dapat memesan persediaan ketika persediaan hanya cukup untuk satu bulan produksi dan jumlah yang dipesan untuk kebutuhan tiga bulan produksi.

Economic Order Quantity (EOQ) atau jumlah pemesanan ekonomis didasarkan pada pemikiran perusahaan dapat menghemat biaya pembelian/pemesanan apabila perusahaan mempunyai rata-rata persediaan yang cukup.

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 14: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN MODAL KERJA

Tetapi perusahaan harus menanggung biaya penyimpanan yang besar apabila memiliki persediaan yang besar.

Jadi diperlukan tingkat pemesanan yang sesuai dengan kebutuhan dengan waktu yang tepat, dengan menghitung persediaan yang harus dimiliki dengan biaya persediaan yang terkecil.

Biaya persediaan: Akumulasi biaya simpan (gudang) dan biaya pemesanan/ pembelian.

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 15: Manajemen modal kerja 2

PENENTUAN SALDO PERSEDIAAN OPTIMALRumus:

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

c

aDQ

2

Q = jumlah pemesanan yang ekonomisa = biaya tiap kali pemesananD = kebutuhan bahan baku dalam satu tahunc = biaya penyimpanan per satuan per tahun

Page 16: Manajemen modal kerja 2

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

Q

waktu

Q/2

0101 t2 t3 Dst…

Q = 10.000

36 hr

Page 17: Manajemen modal kerja 2

ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)Biaya pemesanan (order): biaya karena

adanya aktifitas pemesanan persediaanJika perusahaan punya persediaan

banyak, frekuensi pemesanan berkurang & biaya order juga kecil. Demikian sebaliknya

Biaya penyimpanan: jika perusahaan punya persediaan besar, biaya simpannya akan meningkat secara proporsional terhadap jumlah kenaikan persediaan

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 18: Manajemen modal kerja 2

TRADE-OFF TOTAL BIAYA PERSEDIAAN

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

biayaTotal biaya persediaan

Biaya order

Biaya simpan

persediaan

Page 19: Manajemen modal kerja 2

TOTAL BIAYA PERSEDIAAN Total biaya persediaan: biaya simpan + biaya order Total biaya persediaan = biaya simpan/unit x

persediaan rata-rata Total biaya pesan = jumlah pemesanan yang

dilakukan x biaya satu kali pesanTC = (Q/2)c + (D/Q)a

TC = total biayaQ = jumlah persediaan yang dipesanQ/2 = persediaan rata-ratac =biaya simpanD =total kebutuhan per periodea = biaya pesan

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 20: Manajemen modal kerja 2

TOTAL BIAYA PERSEDIAANTC minimal dapat diperoleh jika

turunan pertama persamaan diatas = 0, sehingga diperoleh Q* (Q optimal)

δTC/δQ= -c/2 + Da/Q2

SO/Q2 =c/2 Q2 = (2aD)/c Q* = [(2aD)/c]1/2

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 21: Manajemen modal kerja 2

TOTAL BIAYA PERSEDIAAN

Contoh: total penjualan 1 tahun = 100.000 unit; biaya simpan = Rp. 20/unit; biaya pesan = Rp. 10.000/pesan. Berapa Q*?

Q* = [(2 x 10.000 x 100.000)/20] 1/2 Q* = 10.000 unitJadi, tingkat persediaan yang optimal =

10.000 unitTC = [(10.000/2)x20]+

[(100.000/10.000)x10.000]TC = 100.000 + 100.000 = Rp. 200.000

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 22: Manajemen modal kerja 2

TOTAL BIAYA PERSEDIAANTotal biaya simpan = Rp. 100.000; biaya

pesan = Rp. 100.000Rata-rata persediaan = 5.000 unitPerusahaan memesan persediaan 10

kali/tahun = ada 10 kali siklus persediaan / tahun

Periode perputaran persediaan (asumsi 1 tahun = 360 hari) = 36 hari (360 hari/10kali)

Tingkat konsumsi persediaan (tk. Penjualan) = 10.000/36 = 278 unit/hari

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 23: Manajemen modal kerja 2

MENENTUKAN REORDER POINTMisal butuh waktu tunggu (lead time = LT)

5 hari dari pesanan dikirimkan sampai pesanan datang, perusahaan dapat menentukan kapan perusahaan harus memesan kembali (reorder point = RO)

Hubungan antara lead time, reorder point dan tingkat persediaan dapat ditunjukkan pada gambar berikut:

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 24: Manajemen modal kerja 2

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

MENENTUKAN REORDER POINT

10.000

hari

5.000

310

36

Lead time

Jumlah unitSlope = 278 unit/hari

Reorder point = 1.390 unit

Page 25: Manajemen modal kerja 2

MENENTUKAN REORDER POINTLead time = 5 hari, perusahaan sudah

harus memesan kembali jika persediaan berada pada level 1,390 unit = 278 x 5 hari

Jika sesuatu berjalan seperti yang digambarkan maka perusahaan dapat menentukan tingkat persediaan dan reorder point dengan akurasi 100%

Tapi, realitasnya selalu penuh ketidakpastian, maka perlu safety stockMAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN

Alauddin Mks

Page 26: Manajemen modal kerja 2

MENENTUKAN REORDER POINTMisal perusahaan menetapkan safety

stock = 2.000 unit, maka perusahaan memiliki 12.000 unit persediaan (10.000 + 2.000)

Persediaan rata-rata menjadi 12.000/2 = 6.000 unit

Reorder dilakukan kembali pada saat persediaan = 3.390 unit

Kondisi ini ditunjukkan oleh gambar berikut:

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 27: Manajemen modal kerja 2

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

SAFETY STOCK

12.000

hari

5.000

310

36

Lead time

Jumlah unit

Lead time menjadi 7 hari

Reorder point = 3.390 unit

2.000

Penjualan meningkat menjadi 500

Page 28: Manajemen modal kerja 2

PERUBAHAN LEAD TIMEMisal, karena sesuatu hal, lead time bukannya 5 hari, tetapi menjadi 7 hari

Jadi, pada hari ke-38 barang pesanan baru datang

Jika perusahaan tidak punya safety stock, maka perusahaan akan out of stock & tidak bisa melayani 556 unit produk (278 x 2 hari), hilang profitMAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN

Alauddin Mks

Page 29: Manajemen modal kerja 2

PERUBAHAN LEAD TIMEJika ada safety stock, perusahaan

memenuhi pesanan 556 unit produk Diambil dari safety stock, sisa safety

stock = 2.000 – 556 = 1.444 unitKetika pesanan datang, barang

dagangan bertambah menjadi sekitar 11.444 unit

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 30: Manajemen modal kerja 2

PERUBAHAN TINGKAT PENJUALANMisal setelah reorder, tingkat penjualan

meningkat menjadi 500 unit/hariJika lead time tidak berubah, persediaan

akan habis dalam waktu 2,78 hari = 1.390/500, sedangkan persediaan akan datang 5 hari lagi

Karenanya perusahaan akan kehilangan kesempatan menjual barang dagangan sebanyak 1.110 unit = 500 x 2,22 hari, hal ini dibantu dengan adanya safety stock

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 31: Manajemen modal kerja 2

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAANSistem pengendalian persediaan:

Metode ABCMetode just in timeSistem pengendalian dengan komputer

Metode ABC : menggolongkan persediaan berdasarkan nilai & kuantitas

Gambar berikut menunjukkan tiga kelas persediaan: kelas A meliputi hanya 10% dari total kuantitas tapi mencakup 50% dari total nilai persediaanMAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN

Alauddin Mks

Page 32: Manajemen modal kerja 2

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAANKelas B mencakup 30% dari total

kuantitas, tetapi mencakup 30% dari total nilai persediaan

Kelas C, mencakup 60% dari total kuantitas dan mencakup 20% dari total nilai persediaan

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 33: Manajemen modal kerja 2

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Nilai kumulatif

Kelas BKelas A

10% kuantitas60%30%

Kelas C

100%

50%

80%

Page 34: Manajemen modal kerja 2

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAANJust-in-time : bertujuan

meminimalkan tingkat persediaan, jika perlu = nol

Dipopulerkan oleh perusahaan Jepang, dikenal dengan sistem Kamban

Bahan yang dibutuhkan datang hanya beberapa jam sebelum proses produksi dimulai

Misal perusahaan Toyota

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 35: Manajemen modal kerja 2

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAANSistem pengendalian dengan komputer: komputer mencatat persediaan awal

Jika barang terjual, komputer akan mencatatnya dan secara otomatis memperbaharui posisi persediaan

Jika persediaan menyentuh level tertentu, komputer secara otomatis akan memesan ke supplier

Misal retailer Wal-Mart melakukannyaMAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 36: Manajemen modal kerja 2

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAANKomputer mencatatnya dengan bar-

codeSistem ini dikembangkan & menjadi

MRP (material requirement planning)Dengan sistem ini, sistem produksi dan

sistem persediaan dikoordinasi dengan kebutuhan produksi

Komputer akan koordinasikan aktifitas produksi, hasilkan jadwal produksi dan kapan kebutuhan bahan produksi tertentu datangMAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN

Alauddin Mks

Page 37: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN PIUTANG DAGANGMencakup beberapa isu:

Faktor yang berpengaruh terhadap besarnya piutang

Kebijakan pemberian piutangMonitoring posisi piutang

Investasi pada piutang (dan juga persediaan) memiliki konsekuensi manfaat – biaya sehingga selalu terjadi trade-off

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 38: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN PIUTANG DAGANGPiutang adalah salah satu komponen

penting dalam aktiva lancarUmumnya, perusahaan lebih suka

menjual secara tunai, karena akan menerima kas lebih cepat & memperpendek siklus kas

Tapi karena tekanan persaingan, perusahaan bersedia menjual secara kredit, menimbulkan piutang

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 39: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN PIUTANG DAGANGDiharapkan piutang dapat

meningkatkan keuntunganNamun, piutang yang meningkat akan

menimbulkan biaya piutang (opportunity cost)

Kebijakan piutang yang baik adalah yang dapat optimalkan trade-off antara keuntungan dan risiko/kerugian dari piutang tersebut

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 40: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN PIUTANG DAGANGBesarnya piutang tergantung dari

penjualan kredit perperiode dan lamanya periode pengumpulan piutang

Contoh jika perusahaan memiliki penjualan kredit rata-rata Rp. 1 juta/hari, periode pengumpulan piutang = 30 hari

Piutang dagang perusahaan = Rp. 1 juta x 30 hari = Rp. 30 juta

Jika kebijakan piutang berubah maka piutang juga akan berubahMAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN

Alauddin Mks

Page 41: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN PIUTANG DAGANGPiutang adalah suatu investasi,

karenanya harus didanai dengan sumber dana tertentu

Dana investasi untuk piutang dapat berasal dari utang wesel atau utang dagang

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 42: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN PIUTANG DAGANG

Jika tingkat keuntungan perusahaan = 25%, maka 75% dari piutang dagang harus didanai

Bagian piutang yang harus didanai = 0,75 x Rp. 30 juta = Rp. 22,5 juta; 7,5 juta = bagian dari laba/profit maka tak perlu didanai

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 43: Manajemen modal kerja 2

SIKLUS PIUTANG DAGANGTingkat piutang perusahaan dalam suatu

periode dapat dipecah menjadi:Besarnya piutang rata-rataRata-rata lamanya periode pengumpulan

piutangContoh jika penjualan kredit perusahaan

rata-rata harian Rp. 1 juta; periode pengumpulan piutang 30 hari, maka pada saat operasi perusahaan sudah mulai stabil, piutang perusahaan adalah

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 44: Manajemen modal kerja 2

SIKLUS PIUTANG DAGANGPiutang = 30 hari x rp. 1 juta = rp.

30 jutaJika suatu perusahaan baru saja

berdiri dengan menerbitkan saham, & langsung produksi persediaan.

Neraca perusahaan adalah:

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Persediaan 1.500 Saham 1.500

Page 45: Manajemen modal kerja 2

SIKLUS PIUTANG DAGANGLalu perusahaan menjual secara

kredit rp. 2.000:

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Piutang 2.000Persediaan 0

Saham biasa 1.500Laba ditahan 500

Untuk hari berikutnya, perusahaan harus produksi kembali, tapi piutang belum bisa digunakan. Perusahaan harus cari sumber pendanaan, misal utang wesel

Page 46: Manajemen modal kerja 2

SIKLUS PIUTANG DAGANG

Pada hari ketiga, ketika piutang telah dibayar, neraca sbb:

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Piutang 2.000

Persediaan 1.500

Utang wesel 1.500Saham biasa 1.500Laba ditahan 500

Kas 2.000

Piutang 2.000

Utang wesel 1.500Saham biasa 1.500Laba ditahan 1.000

Page 47: Manajemen modal kerja 2

MANAJEMEN PIUTANG DAGANG

Setelah utang wesel terbayar, nilai kas menunjukkan sbb:

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Saham biasa 1.500Laba ditahan 1.000

Kas 500Piutang 2.000

Ilustrasi diatas menunjukkan siklus piutang

Piutang didanai oleh utang wesel dan saham

Page 48: Manajemen modal kerja 2

FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANG

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Faktor eksterna

l

Faktor internal

Misal:- Permintaaan terhadap produk- Karakteristik industri

Misal:- Kebijakan promosi dan iklan- Kebijakan piutang

PIUTANG

Page 49: Manajemen modal kerja 2

FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANG

Faktor eksternal (permintaan terhadap produk dan karakteristik industri) dan faktor internal (kebijakan promosi iklan dan kebijakan piutang) adalah faktor yang mempengaruhi besarnya piutang

Karakteristik produk & proses produksi dapat sebagai faktor berpengaruh besar tidaknya piutang suatu perusahaan

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 50: Manajemen modal kerja 2

FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANG

Misal produk pesanan khusus, dengan teknologi tinggi, maka penjual mungkin akan meminta pembayaran di muka, & hal ini akan mengurangi piutang perusahaan

Sebaliknya, jika perusahaan menjual produk yang terstandar, maka penyimpanan dalam persediaan dapat dengan mudah dilakukan, karena risikonya lebih kecil

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 51: Manajemen modal kerja 2

FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANGFaktor kompetisi juga mempengaruhi

piutang dan persediaanMisal jika satu perusahaan dalam

industri tawarkan penjualan kredit, maka perusahaan lain, untuk imbangi daya saingnya, juga akan tawarkan penjualan kredit

Faktor musiman juga berpengaruh, misal penjualan jas hujan; saat kemarau piutang menurun, saat hujan piutan meningkat tajam

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 52: Manajemen modal kerja 2

FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANG

Faktor internal juga akan berpengaruh terhadap besarnya piutang & persediaan

Misal, manajer keuangan punya pilihan apakah akan memilih kebijakan kredit yang longgar (piutang jadi meningkat) atau yang ketat (piutang jadi minimum)

Kebijakan kredit memiliki trade-off : peningkatan keuntungan & peningkatan biaya karena adanya piutang tersebut

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 53: Manajemen modal kerja 2

FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANG

Peningkatan keuntungan diperoleh dari peningkatan penjualan

Peningkatan biaya dapat terjadi melalui peningkatan biaya investasi, risiko piutang tak terbayar (kualitas langganan), dan peningkatan potongan kas, jangka waktu kredit

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 54: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS KUANTITATIF BENEFIT:COSTMisal, PT. A menjual tunai saat ini. Penjualan saat ini = rp. 100jutaPerusahaan pertimbangkan

pemberian kredit untuk tingkatkan penjualan sebesar rp. 20 juta

Harga produk = rp. 1.000;Biaya variabel = rp. 750; tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk piutang = 20% sebelum pajak; rata-rata pengumpulan piutang = 2 bulan

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 55: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS KUANTITATIF BENEFIT:COSTanalisis berikut perlihatkan apakah

kebijakan kredit pantas dilakukan:Tambahan keuntungan:

Tambahan penjualan = rp. 20.000.000

Tambahan keuntungan = 0,25x20.000.000

= rp. 5.000.000

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 56: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS KUANTITATIF BENEFIT:COSTTambahan biaya:

Tambahan piutang = rp. 120juta/6 = rp. 20 juta

Tambahan investasi pada piutang = 0,75 x rp. 20.000.000 = rp. 15.000.000

Keuntungan yang disyaratkan = 0,2 x rp. 15.000.000 = rp. 3.000.000

Margin kontribusi = [(harga – biaya variabel) / harga] x 100 % = 25% (untuk menghitung tambahan keuntungan dan biaya)

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 57: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS KUANTITATIF BENEFIT:COST

Karena tambahan keuntungan (rp. 5 juta) > tambahan biaya (rp. 3 juta), maka kebijakan kredit layak dilakukan

Contoh di atas belum perhitungkan biaya-biaya lain

Misal, berdasar penjualan kredit di atas, PT. A pertimbangkan pelonggaran lebih lanjut: modern dan ekstrim

Berikut informasi berkaitan dengan pelonggaran tersebut:

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 58: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS KUANTITATIF BENEFIT:COST

Moderat Ekstrim Tambahan penjualan

Rp. 20.000.000 Rp. 30.000.000

Rata-rata periode pengumpulan piutang 3 bulan 4 bulanPiutang tak terbayar 1% 3%Perputaran piutang dalam 1 periode 4 kali 3 kali(12/rata-rata periode pengumpulan piutang

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 59: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS KUALITATIF KEBIJAKAN KREDIT

Informasi yang dibutuhkan untuk analisis kualitatif:Laporan keuangan: perusahaan dapat

minta pelanggan untuk mengirimkan laporan keuangannya digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan ekonomis & stabilitas aliran kas

Bank: bank dapat diminta membantu untuk menentukan apakah suatu perusahaan layak diberi pinjaman kredit atau tidak

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 60: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS KUALITATIF KEBIJAKAN KREDIT

Informasi yang dibutuhkan untuk analisis kualitatif:Asosiasi perdagangan: yang memiliki

informasi lengkap mengenai anggotanya

Pengalaman perusahaan: berdasarkan data historis transaksi perusahaan

Informasi lainnya: misalnya credit rating, dll

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 61: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS KUALITATIF KEBIJAKAN KREDIT

Informasi dikumpulkan dianalisis, menggunakan 5C:Character: kemauan calon penerima

membayar utang-utangnyaCapacity: kemampuan keuangan

perusahaan (ekonomi)Capital: modal yang dimiliki perusahaanCollateral: jaminan aset tertentuConditions: kondisi ekonomi akan

menentukan kemampuan perusahaan melunasi utangnya

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 62: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS KREDITMerupakan model dengan teknik statistik

diskriminan:Y = 0,23 + 0,2 (usia) + 0,003

(pendapatan) + 500 (kepemilikan rumah)Kepemilikan rumah = variabel dummy,

bernilai 1 = memiliki rumah; 0 = jika tidakMisal seorang pelamar kartu kredit berusia

30 tahun, pendapatan = rp. 5 juta/bulan, dan punya rumah sendiri

Dengan model di atas, orang ini memiliki skor:

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 63: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS KREDITY = 0,23 + 0,2 (30) + 0,003 (5 juta) + 500

(1) Y = 15.500,229Misal, jika perusahaan memiliki batas skor

(cut-off rate) = 10.000; karena pelamar tsb punya skor = 15.500,29 > 10.000 maka pantas diberikan kredit

Jika calon penerima kredit adalah perusahaan, model ini dapat dimodifikasi:

Y = 5 (coverage biaya tetap) + 20 (quick ratio) + 1,5 (usia perusahaan)

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 64: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS KREDIT

Lalu perusahaan punya pengelompokan risiko: Skor > 50 = risiko rendah → kebijakan

kredit: langsung diberikanSkor antara 25 dan 50 = risiko menengah

→ kebijakan kredit: diberikan secara terbatas, laporan keuangan diberikan setiap 1 semester

Skor < 25 = risiko tinggi → kebijakan kredit: tidak diberikan

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks

Page 65: Manajemen modal kerja 2

ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS KREDIT

Misal seorang calon penerima kredit punya data coverage: biaya tetap 4; quick ratio = 1, usia perusahaan = 10 tahun, maka:

Y = 5 (4) + 20 (1) + 1,5 (10) = 55Calon tersebut memiliki risiko kelas

rendah, maka kredit dapat diberikan secara langsung kepada perusahaan tersebut.

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks