Lapkas.doc
-
Upload
arlinda-putry-manda-sary -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
description
Transcript of Lapkas.doc
BAB 1PENDAHULUAN
Penyakit Trofoblas Gestasional (PTG) adalah sekumpulan penyakit yang
berkaitan dengan vili korialis, terutama sel trofoblasnya dan berasal dari suatu
kehamilan. Terkadang terjadi kegagalan kehamilan (Reproductive failure),
bergantung pada tahap dan bentuk gangguannya. salah satunya kegagalan
kehamilan pada Vili korialis yang seluruhnya atau sebagian berkembang tidak
wajar berbentuk seperti anggur. kelainan ini disebut Mola Hidatinosa.1
Penderita mola hidatinosa 15-20% dapat berubah menjadi ganas dan
dikenal dengan tumor Trofoblas Gestasional. Mola Hidatidosa ( MH ) merupakan
salah satu tipe penyakit trofoblas gestasional (Gestational Trophoblast Disease,
GTD), yakni penyakit berasal dari sel yang pada keadaan normal berkembang
menjadi plasenta pada masa kehamilan, meliputi berbagai penyakit yang berasal
dari sel-sel trofoblast yang diklasifikasikan World Health Organization sebagai
mola hidatidosa parsial (Partial Mola Hydatid, PMH), mola hidatidosa komplit (
Complete Mola Hydatid, CMH), koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site
trophoblastic tumors. Mola hidatidosa adalah tipe GTD tersering ditemukan dan
merupakan neoplasma jinak dari sel trofoblast.2
Persangkaan terhadap pasien GTD didasarkan adanya gejala klinis berupa
perdarahan pervaginam, pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan disertai peningkatan kadar serum human chorionic gonadotrophyn (
hCG ). Simptom kehamilan mola seperti pembesaran uterus, perdarahan
pervaginam, hipertensi yang diinduksi kehamilan, hiperemesis, anemia dan
1
2
ketiadaan denyut jantung janin tidaklah spesifik dan masih mungkin tidak muncul
sebelum kehamilan trimester kedua. Pemeriksaan ultrasonografi (US) merupakan
modalitas pilihan dalam penegakan diagnosis serta adanya peningkatan kadar
serum hCG. Gambaran klasik pemeriksaan US kasus kehamilan mola komplit
menampilkan gambaran “snowstorm”.
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin
dibandingkan dengan negara-negera Barat. Di negara-negara Barat dilaporkan
1:2000 kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi
sekitar 1: 120 kehamilan.3 Di Indonesia sendiri didapatkan kejadian mola pada 1 :
85 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada usia reproduktif (15-45
tahun); dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan
menderita mola akan lebih besar. Mola hidatidosa terjadi pada 1-3 dalam setiap
1000 kehamilan. Sekitar 10% dari seluruh kasus akan cenderung mengalami
transformasi ke arah keganasan, yang disebut sebagai gestational trophoblastic
neoplasma.9
BAB 2
3
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Usia : 46 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Suku : Aceh
Alamat : Muara Dua
Tanggal Masuk RS : 2 Juni 2015
Tanggal keluar RS : 6 Juni 2015
MR : 38.22.97
2.2 Anamnesis
2.2.1 Status Paritas
G5P4A0
2.2.2 Riwayat Menstruasi
Pertama kali haid usia 14 tahun, siklus haid teratur
2.2.3 Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam
2.2.4 Keluhan Tambahan
Keluar jaringan hitam kecoklatan dari kemaluan, Nyeri perut,
Lemas,demam.
4
2.2.5 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan Keluar perdarahan dari kemaluan sejak 3
hari smrs. dan memberat 1 hari smrs. darah keluar kurang lebih 250 cc. darah
keluar disertai gumpalan kehitaman dari kemaluan. awalnya darah keluar berupa
bercak. os mengaku 3 hari yang lalu sering mengalami pusing dan muntah-
muntah. Muntah dirasakan semakin berat pada malam hari dan ketika demam.
Muntah terjadi lebih dari tiga kali sehari dan sudah mengganggu aktivitas pasien.
Pasien mengaku hamil dan sudah melakukan tes kehamilan dengan hasil positif.
Os Mengaku HPHT tanggal ; 16-4-2015. Menurut keterangan pasien, Pasien
memiliki empat orang anak dimana anak pertama sampai ke empat dari
pernikahan pertama masih hidup, sedangkan dari suami yang kedua pasien belum
memiliki anak.
2.2.6 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien diketahui ada riwayat Kista Bartholini di kemaluan 1 tahun yang
lalu
2.2.7 Riwayat Keluarga
Os mengaku tidak ada keluarga yang mengalami hal yang serupa.
2.2.8 Riwayat Penggunaan Obat
Hanya minum obat yang diberikan saat ia kontrol kehamilan ke bidan dan
dokter. Jamu (-)
2.2.9 Riwayat Kontrasepsi
Os mengaku sempat menggunakan kontrasepsi suntik 1x 6 bulan yang
lalu.
5
2.2.10 Riwayat Persalinan
a) Anak I : Secara pervaginam, hidup.dibantu oleh Bidan
b) Anak II : Secara pervaginam, Hidup, dibantu oleh Bidan
c) Anak III : Secara pervaginam, Hidup, dibantu oleh Bidan
d) Anak IV : Secara Pervaginam, hidup, dibantu oleh Bidan
2.3 Pemeriksaan Fisik
A. Status Present
1) Keadaan umum : lemah
2) Kesadaran : compos mentis
3) Tekanan darah : 100/70 mmHg
4) Frekuensi Nadi : 84x/menit
5) Frekuensi Nafas : 18x/menit
6) Temperatur : 37,8 oC
B. Status General
1) Kulit
Warna : sawo matang
Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Bintik : (-)
Pucat : (+)
2) Kepala
Bentuk : kesan normocephali
6
Wajah : simetris, deformitas (-)
Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat(+/+),
pupil isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)
Hidung : Hiperemis (-/-), sekret (-/-), deviasi septum (-), nafas cuping
hidung (-)
Telinga : bentuk aurikula normal, kedua membran timpani utuh, hiperemis
(-/-), sekret (-/-)
Mulut
- bibir : sianosis (-), sariawan (-)
- lidah : beslag (-)
- gigi : struktur gigi atas dan bawah normal, karies (-)
- tonsil : dalam batas normal
- faring: dalam batas normal
3) Leher
Inspeksi : simetris, peningkatan tekanan vena jugularis (-)
Palpasi : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), massa (-)
4) Thoraks
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi intercosta (-)
Palpasi : massa (-), fremitus vokal kanan dan kiri simetris serta tidak
meningkat
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesikular (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
5) Jantung
7
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V, 1 cm medial lineal midclavicula
sinistra
Perkusi :
batas kanan = ICS IV, linea parasternal dextra
batas kiri = ICS V, 1 cm medial lineal midclavicula sinistra
batas atas = ICS III, linea parasternal sinistra
Auskultasi : regular, bising (-)
6) Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tampak sedikit kembung, luka parut (-)
Palpasi : soepel, hepatogemali (-), splenomegali (-), massa lain (-)
Perkusi : timpani, asites (-)
Auskultasi : peristaltik usus (+) nornal
7) Genitalia
Tidak diperiksa
8) Anus
Tidak diperiksa
9) Ekstremitas
Edema (-/-), sianosis (-/-), petekie (-/-)
2.4 Diagnosa Banding
1. Mola Hidatinosa komplit
2. Abortus Iminens
3. Kario Karsinoma
8
2.5 Diagnosa Kerja
Mola Hidatinosa Komplit + Anemia
2.6 Penatalaksanaan
=> Medikamentosa
IVFD RL, 20 gtt/menit
Inj. Cefotaxime l vial / 12 jam
Inj. Ranitidin 1 Ampul/ 12 jam
Non Medikamentosa
Pro Curretage
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin, Plano Tes, USG.
2.8 Prognosis
Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo Ad Fungsionum : Dubia ad bonam
Quo Ad Sanationum : Dubia ad bonam
2.9 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin (2 Juni 2015)
Hemoglobin : 7,1
LED : -
Eritrosit : 3,2
Leukosit : 8,8
Trombosit : 234
9
Hematokrit : 24,3
MCV : 74
MCH : 21,8
MCHC : 29,3
RDW : 20,0
2.10 Hasil pemeriksaan USG Abdomen
Gambaran badai salju atau Snow storm
2.11 Follow Up Pasien
Tanggal S O A P
3/06/2015 P/V (+) ↑↑K.Anemis (+)Pusing (+)Mual(+)Lemas (+)Nafsu makan ↓ (+)
KU : LemahSens : CM TD : 100/70 mmHgHb : 7,1gr%
Rencana USG abdomen
G5P4A0 + Hamil 5-7 minggu + Anemia
Th/ - IVFD RL 20 gtt- Inj. Cefotaxime
a/12 j- inj. Ranitidin
a/12jam- Tranfusi WB 3 bag
4/06/2015 H+1 MRS
P/V (+) K.anemis (+)Pusing (+)Mual(+)
KU : LemahSens : CM TD : 110/80 mmHgHb : 8,6 gr%(4/6)
Mola hidatinosa + P4A0 +Anemia
Th/ - IVFD NaCl 0,9%- Inj. Cefotaxime/12j- Inj. Ranitidine/12j
10
Lemas (+)Nafsu makan(+)↓ USG ( +)
Rencana Curratgebesok
- post Tranf WB 3 bag
- Anjuran + Tranfusi WB 2 bag
5/06/2015H+2 MRS
P/V (+)↓K.Anemis (-)Mual(+)Pusing (<)Lemas (<)Nafsu makan (+)
KU : BaikSens : CM TD : 130/80 mmHgT : 36,5OCHb : 12,0 gr%(5/6)
Mola hidatinosa + P4A0 +Anemia
Th/ - IVFD RL - Inj. Cefotaxime/12j- inj. Ranitidin a/12 j-Post Tranfusi 5 bag
WB
6/06/2015H+3 MRS
P/V (+)↓K.Anemis (-)Mual(+)Pusing (<)Lemas (<)Nafsu makan (+)
KU : BaikSens : CM TD : 110/70 mmHgHb : 12,0 gr% (5/6)
Post curettage ec Mola Hidatinosa +Anemia
Th/
- IVFD RL 20 Gtt- Inj. Cefotaxime/12j-Inj ranitidin a/12j-Post Tranfusi 5 bag
WB7/06/2015H+4 MRS P/V (-)
Pusing (<)Lemas (-)
KU : BaikSens : CM TD : 90/50 mmHg
Os PBJ
Post curettage ec Mola Hidatinosa +Anemia
Th/ - Asam Mefenamat- Vit B.Complex
BAB 3TINJAUAN PUSTAKA
11
3.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan janin hampir seluruh villi korealis mengalami perubahan
hidrofili (Sarwono, 2011). secara Makroskopik Mola hidatinosa dikenal berupa
gelembung-gelembung putih tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran
bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm. kehamilan abnormal ini
ditandai dengan villi korialis yang mengalami perubahan hidrofobik membentuk
kelompok-kelompok menyerupai buah anggur.1,2,3
3.2 Epidemiologi
Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120
kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di
Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan
insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko
banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih berupa hospital based.
Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas
35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik (Prawirohadjo, 2009).
3.3 Etiopatogenesis
Penyebab terjadinya MH tidak diketahui dengan pasti, diperkirakan
adanya peranan kelainan kromosomal. Sel sperma membuahi ovum abnormal
yang tidak memiliki nukleus (atau kromosom) pada Complete Mola Hidatinosa.
Penyebab terbentuknya ovum abnormal tersebut tidak diketahui. Bila fertilisasi
dengan kondisi tersebut berlangsung, perkembangan normal tidak akan terjadi,
12
tidak akan terbentuk chorion, amnion atau korda umbilikalis dan fetus juga tidak
terbentuk. Sebaliknya sel trofoblast pembentuk plasenta akan berkembang pesat
menjadi CMH.1,2 Embrio atau janin pada PMH secara parsial berkembang tetapi
biasanya tidak bertahan hidup sampai rata-rata minggu kedelapan akan mati.
Kebanyakan kehamilan dianggap berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal
terhadap ibu.2
Normal Konsepsi
Monosspermic Complete Mola
Disphermic Complete Mole
Partial Mole
13
Dr. Fitriani Lumongga : Images Analysis Densitas Dna Pada Mola Hydatidiform,
2009USU Repository © 2008
Beberapa faktor resiko yang banyak disebutkan yaitu usia kehamilan di
atas 35 tahun dimana kemungkinan terjadi MH menjadi dua kali lipat, usia setelah
40 tahun kemungkinannya menjadi 5-10 kali lipat (Moore). Faktor resiko terhadap
kehamilan sebelum usia 16 tahun juga meningkat (Vorvick). 1,7
Penyebab lain mola hidatidosa berdasarkan faktor penyebabnya yang kini
telah diakui adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun) beresiko 50% terkena
penyakit ini.
3. imunoselektif dari sel trofoblast
4. keadaan sosioekonomi yang rendah
5. paritas tinggi
6. defisiensi vitamin A
7. kekurangan protein
8. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
3.4 Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai
janin maka disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai
janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau Parsials mole.1,3
Tabel 1.2. Perbandingan bentuk mola hidatidosa
14
Gambaran Mola Komplit Mola Parsial Kariotipe 46,XX atau 46,XY Umumnya 69,XXX
atau 69,XXY (tripoid) Patologi
Edema villus Difus Bervariasi,fokal Proliferasi trofoblastik Bervariasi, ringan s/d berat Bervariasi, fokal,
ringan s/d sedang Janin Tidak ada Sering dijumpai Amnion, sel darah merah janin
Tidak ada Sering dijumpai
Gambaran klinis
Diagnosis Gestasi mola Missed abortion Ukuran uterus 50% besar untuk masa
kehamilan Kecil untuk masa kehamilan
Kista teka-lutein 25-30% Jarang Penyulit medis Sering jarang Penyakit pascamola 20% <5-10%
Kadar hCG Tinggi Rendah – tinggi
3.5 Manifestasi klinis
Tahap awal perkembangannya kehamilan mola menunjukkan karakteristik
klinis yang sulit dibedakan dengan gejala kehamilan normal. Kemudian pada
trimester 1 dan terutama selama trimester ke-2 sejumlah perubahan terjadi, yang
paling umum adalah perdarahan pervaginam berwarna kecoklatan yang sering
disertai dengan jaringan-jaringan menyerupai buah anggur, pembesaran ukuran
uterus biasanya lebih besar untuk usia kehamilan terutama pada kasus CMH (4
minggu lebih tua), dan denyut jantung janin tidak ditemukan. Anemia terjadi pada
kasus-kasus prolonged bleeding yang ditandai dengan gejala fatique dan sesak
nafas, preeklampsi yang ditandai dengan hipertensi dapat terjadi sebelum usia
15
kehamilan kurang dari 24 minggu. Tanda lainnya yang dapat ditemukan pada
kehamilan mola adalah hipertiroid dan terbentuknya kista ovarium yang
disebabkan tingginya kadar β-hCG perdarahan terutama pada CMH.1,5,8
Dan menurut Cuningham. Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini
terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, namun
pada stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat
perubahan sebagai berikut (Cunningham, 2006) :
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi
mulai dari spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat
dimulai sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara
intermiten selama berminggu-minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat
perdarahan tersebut gejala anemia ringan sering dijumpai. Anemia
defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya
dan teraba lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak
teraba bagian janin.
3. Aktivitas janin
16
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis,
secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test
dengan alat yang sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta
yang kembar pada kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada salah satu
plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat
normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola
inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang
hidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma
villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah
tersebut dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta
tanda emboli pulmoner akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang
terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma villus yang
menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk
menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut
trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase
yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari
trofoblas saja (koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma
villus (mola hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut
bisa diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat
terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan
kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan
17
menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan pengobatan
yang efektif.
5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar
sebelum mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus
lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada
kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu (John,
2006).
3.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, hasil pemeriksaan fisik yang
ditemukan, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG dan pemeriksaan
histologis. Trias temuan klinis pada mola hidatidosa komplit yaitu yang pertama
adanya pembesaran uterus yang tidak sesuai usia kehamilan, dimana biasanya
lebih besar 4 minggu dari usia sebenarnya, yang kedua adalah tanda adanya
perdarahan pervaginam dan yang ketiga adalah adanya peningkatan kadar β-hCG
persisten sampai melebihi usia kehamilan 9-12 minggu yang didapatkan melalui
pemeriksaan laboratorium dan sering mengakibatkan hiperemesis gravidarum
dini. Pemeriksaan laboratorium lainnya yang perlu dilakukan yaitu pemeriksaan
darah lengkap, fungsi pembekuan darah, fungsi tiroid.1,3
1. Pemeriksaan Ultrasonografi
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi pada trimester awal kehamilan
sebelum onset tanda klasik muncul dengan bantuan alat penunjang ultrasonografi
( USG ) yang beresolusi tinggi. Karakteristik USG mola adanya gambaran badai
18
salju ( snowstorm ) yang mengindikasikan villi koriales yang hidrofik. Pencitraan
ultrasonografi merupakan pemeriksaan pilihan untuk awal diagnosa untuk
selanjutnya diperkuat dengan hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai β-hCG
yang tinggi ( > 100,000 mIU per milliliter ) dan dari hasil pemeriksaan
histopatologi.8.14,15
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kadar B-hCG
Beta HCG urin > 100.000 mlU/ml
Beta HCG serum > 40.000 IU/ml
Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi
parameter dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.
Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang
menggambarkan kurva regresi normal gonadotropin korionik subunit
β pasca mola (Cunningham, 2006).
3. Pemeriksaan kadar T3 /T4
19
B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin,
mengakibatkan aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat.
Terjadi gejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia,
tremor, hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, nafsu
makan meningkat tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Dapat
terjadi krisis hipertiroid tidak terkontrol yang disertai hipertermia,
kejang, kolaps kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran
sampai delirium-koma (Cunningham, 2006).
3.7 Penatalaksanaan
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaan umum.
Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan
12 jam kemudian dilakukan kuret.
b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan
umum penderita.
c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan.
d. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 40
tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi
pusat atau lebih
2. Pengawasan Lanjutan
20
Ibu dianjurkan untuk tidak hamil sekurang-kurangnya 1 tahun
dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.
Ukur kadar hCG setiap 3 minggu setelah kadarnya normal,
pemeriksaan dilakukan tiap 6 bulan sekali
Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
o Keadaan Serviks
o Uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium
3.8 Komplikasi dan Prognosis
Pasien yang didiagnosis dengan kehamilan mola harus dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya komplikasi medis seperti anemia, toksemia, atau
hipertiroidisme. Semua pasien harus menjalani pemeriksaan fisik lengkap dan
pemeriksaan laboratorium rutin, termasuk penentuan golongan darah, fungsi
tiroid, hati, dan ginjal.13 Pemeriksaan radiologis x-rays, magnetic resonance
imaging dan computed tomography thorax, pelvis, otak dan abdomen juga sangat
dibutuhkan untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya metastase jauh.1,12 Data
yang pernah didapatkan dari beberapa sentra disebutkan terjadinya rekurensi
peningkatan kadar β- hCG sebesar kurang dari 1% pada pasien yang telah
dinyatakan bebas selama 6 bulan berturut-turut.14
21
Mola dianggap sebagai lesi prakanker karena 15-20% dari mola hidatidosa
lengkap (CMH) dan 1% dari mola hidatidosa parsial (PMH) mengalami
transformasi maligna.1,6 Jaringan trofoblas menginvasi sistem pembuluh darah ibu
dan dapat diangkut ke organ ekstrauterine lokal seperti vagina dan panggul, tetapi
dapat mencapai organ yang lebih jauh seperti paru-paru dan otak. Metastase yang
sangat langka yaitu ke sumsum tulang belakang dan jaringan paraspinal juga
pernah dilaporkan. Metastase ekstrauterin biasanya terdeteksi secara klinis
beberapa bulan setelah evakuasi kehamilan mola. Koriokarsinoma biasanya dapat
mencapai hitungan tahun paska evakuasi kehamilan mola baru terdeteksi secara
klinis.13