Imunitas Dapatan Dan Bawaan

10
Imunologi Veteriner “Imunitas Bawaan dan Imunitas Dapatan” Disusun oleh : HARRYANTO ARLEN NIM. 1202101010056 Kelas B / Ruang 5 PENDIDIKAN DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

description

Immunology

Transcript of Imunitas Dapatan Dan Bawaan

Page 1: Imunitas Dapatan Dan Bawaan

Imunologi Veteriner

“Imunitas Bawaan dan Imunitas Dapatan”

Disusun oleh :

HARRYANTO ARLEN

NIM. 1202101010056

Kelas B / Ruang 5

PENDIDIKAN DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2014

Page 2: Imunitas Dapatan Dan Bawaan

Imunitas Bawaan dan Imunitas Dapatan

Lingkungan disekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patoggen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan oleh tubuh manusia memiliki suatu sistem yang disebut sistem imun yang memberikan respons dan melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen tersebut (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

Respon imun sangat bergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenali molekul asing (antigen) yang terdapat pada patogen potensial dan kemudian membangkitkan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan sumber antigen bersangkutan. Proses pengenalan antigen dilakukan oleh unsur utama sistem imu- yaitu limfosit- yang kemudian diikuti oleh fasee efektor yang melibatkan berbagai jenis sel. Pengenalan antigen sangat penting dalam fungsi sistem imun normal, karena limfosit harus mengenal semua antigen pada patogen potensial dan pada saat yang sama ia harus mengabaikan molekul molekul jaringan tubuh sendiri (toleransi). Untuk mengatasi hal itu, limfosit seorang individu melakukan diversifikasi selama perkembangan demikian rupa sehingga populasi limfosit secara keseluruhan mampu mengenal molekul asing dan membedakannya dari molekul jaringan atau sel tubuh sendiri (Kresno, 2010).

Kemampuan diversifikasi dimiliki oleh komponen-komponen sistem imun yang terdapat dalam jaringan limforetikuler yang letaknya tersebar diseluruh tubuh, misalnya di dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa , thymus, sistem saluran nafas, saluran cerna dan organ-organ lain (lihat gambar 1). Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk (stem cel) dalam sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, kemudian beredar dalam tubuh melalui darah, getah bening serta jaringan limfoid, dan dapat menunjukkan respon terhadap suatu ransangan sesuai dengan sifat dan fungsi masing-masing (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

Ransangan terhadap sel-sel tersebut terjadi apabila ke dalam tubuh masuk suatu zat yang oleh sel atau jaringan tadi dianggap asing. Sistem imun dapat membedakan zat asing (non-self) dari zat yang berasal dari tubuh sendiri (self). Pada beberapa keadaan patologik, sistem imun tidak dapat membedakan self dari non-self sehingga sel-sel dalam sistem imun membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri. Zat anti itu disebut autoantibodi.

Page 3: Imunitas Dapatan Dan Bawaan

Bila sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis respons imun yang mungkin terjadi, yaitu : (Kresno, 2010).

1. Respon imun nonspesifik (bawaan)2. Respon imun spesifik (didapat)

Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan (innate immunity) dalam arti bahwa respons terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut, sedangkan respons imun spesifik merupakan respon didapat (acquired) yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap mana tubuh pernah terpapar sebelumnya (Kresno, 2010).

Tabel 1. Perbedaan Utama Sistem Imun Bawaan dan Didapat

Sistem Imun Bawaan Sistem Imun DidapatSpesifisitas Untuk struktur yang dimiliki

bersama oleh mikroba sejenis

Untuk antigen mikroba dan nonmikroba

Diversitas Terbatas, ditentukan secara genetik (germline encoded)

Sangat luas, reseptor dibuat melalui rekombinasi segmen-segmen gen

Memori Tidak ada AdaTidak bereaksi dengan self Ya YaProtein darah Komplemen dan lain-lain AntibodiJenis sel Fagosit (makrofag,

neutrofil), sel NKLimfosit

Jenis pertahanan seluler dan kimiawi

Kulit, epitel mukosa Limfosit dalam epitel, antibodi yang disekresi pada permukaan epitel

Perbedaan utama antara kedua jenis respons imun itu adalah (lihat tabel 1), dapat di jabarkan sebagai berikut : (Kresno, 2010).

1. Respons imun spesifik menunjukkan diversitas yang sangat besar2. Sistem imun spesifik menunjukkan tingkat spesialisasi yang cukup tinggi, ini berarti

bahwa mekanisme respons imun terhadap berbagai jenis antigen tidak sama3. Sistem imun spesifik mampu mengenal kembali antigen yang pernah di jumpainya

(memiliki memory), sehingga paparan berikutnya akan meningkatkan efektifitas mekanisme pertahanan tubuh. Sifat-sifat demikian tidak dimiliki oleh sistem imun bawaan.

Namun demikian pengelompokkan respons imun ke dalam 2 kelompok tersebut terlalu disederhanakan karena telah dibuktikan bahwa kedua jenis respons di atas saling meningkatkan efektivitas dan bahwa respons imun yang terjadi sebenarnya merupakan

Page 4: Imunitas Dapatan Dan Bawaan

interaksi antara satu komponen dengan komponen lain yang terdapat di dalam sistem imun (Kresno, 2010).

Di antara aktivitas terpadu antara kedua sistem yang paling penting adalah, : (Kresno, 2010).

1. Respons imun bawaan terhadap mikroba merangsang dan mempengaruhi sifat respons sistem imun didapat

2. Sistem imun didapat menggunakan berbagai mekanisme efektor sistem imun bawaan untuk menyingkirkan mikroba dan seringkali ia meningkatkan fungsi sistem imun bawaan

Interaksi tersebut berlangsung bersama-sama secara terpadu demikian rupa sehingga menghasilkan suatu aktivitas biologik yang seirama dan serasi seperti buah konser. Pada stadium awal (inisiasi) respons imun, sekelompok sel fungsional yang disebut antigen presenting cells (APC) menangkap antigen kemudian menyajikannya kepada limfosit dalam bentuk yang dapat dikenal oleh limfosit. APC profesional utama yang telah lama dikenal adalah makrofag tetapi akhir-akhir ini sel dendritik (DC’s) mendapat perhatian cukup besar karena terbukti juga berfungsi sebagai APC profesional yang kuat bahkan melebihi makrofag dan merupakan penghubung antara sistem imun bawaan dan didapat. Cara penyajian antigen yang berbeda-beda menentukan apakah akan terjadi respons imun dan jenis respons imun yang mana yang akan terjadi. Imunitas non-spesifik tidak hanya berfungsi memberikan respons dini terhadap mikroba tetapi juga memegang peran penting dalam menginduksi resons imun spesifik. Ia memberikan sinyal yang secara bersamaan dengan antigen merangsang proliferasi dan diferensiasi limfosit T dan B yang spesifik antigen (Kresno, 2010).

Berbagai penilitian akhir-akhir ini juga mendukung teori bahwa batas antara respons imun bawaan dan respons imun didapat makin lama makin kabur dan ada tumpang tindih. Sistem imun bawaan yang bertanggung jawab atas perlawanan awal terhadap patogen dapat merangsang sistem imun bawaan bila respons imun itu tidak efektif. Kedua sistem berinteraksi satu dengan lain melalui interaksi antar sel dan mediator-mediator terlarut yang memelihara keseimbangan fisiologis. Penelitian lain membuktikan bahwa fungsi sistem imun didapat dikontrol oleh sistem imun bawaan (Kresno, 2010).

Walaupun berbagai mekanisme yang terjadi tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain, untuk memudahkan pembicaraan, respons nonspesifik dan respons spesifik akan dibahas secara terpisah (Kresno, 2010).

Page 5: Imunitas Dapatan Dan Bawaan

A. Respons Imun Bawaan (NonSpesifik)

Komponen-komponen utama sistem imun bawaan (non-spesifik) yang telah lama diterima secara luas adalah pertahanan fisik dan kimiawi seperti epitel dan substansi antimikroba yang diproduksi pada permukaan epitel, berbagai jenis protein dalam darah termasuk di antaranya komponen-komponen sistem komplemen, mediator inflamasi lainnya dan berbagai sitokin, sel-sel fagosit yaitu sel-sel olymorfonuklear dab makrofag serta sel natural killer (NK). Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri, adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara nonspesifik dengan proses fagositosis, tanpa memperdulikan perbedaan-perbedaan kecil yang ada di antara substansi-substansi asing itu. Dalam hal ini leukosit yang termasuk fagosit memgang peran yang amat penting, khususnya makrofag demikian pula neutrofil dan monosit (Kresno, 2010).

B. Sistem Imun Didapat (Spesifik)

Ciri utama sistem imun spesifik adalah, :

1. Spesifisitas

Ini berarti bahwa respons yang timbul terhadap antigen, bahkan terhadap komponen struktural kompleks protein atau polisakarida yang berbeda, tidak sama. Bagian dari antigen tersebut yang dikenak oleh limfosit disebut determinan antigen atau epitop. Spesifisitas ini terjadi karena masing-masing limfosit mengekspresikan reseptor yang mampu membedakan struktur antigen satu dengan lain walaupun perbedaan itu sangat kecil. Klon limfosit dengan berbagai spesifisitas terdapat pada individu yang belum tersensitisasi dan mampu mengenal dan memberikan respons terhadap antigen asing (Kresno, 2010).

2. Diversitas

Jumlah total spesifisitas limfosit terhadap antigen dalam satu individu yang disebut lymphocyte repertoire, sangat besar. Diduga bahwa sistem imun mamalia dapat membedakan sedikitnya 109 antigen yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena limfosit memiliki reseptor terhadap antigen dengan struktur yang berbeda-beda, tergantung pada antigen yang dikenalnya. Setiap klon limfosit memiliki struktur reseptor yang berbeda dari klon limfosit yang lain, sehingga dengan demikian terdapat diversitas repertoire yang sangat besar (Kresno, 2010).

3. Memory

Limfosit memiliki kemampuan mengingat antigen yang pernah dijumpainya dan memberikan respons yang lebih efektif pada perjumpaan berikutnya, walaupun antigen pada kontak pertama (respons primer) dapat dimusnahkan dan sel-sel sistem imun kemudian

Page 6: Imunitas Dapatan Dan Bawaan

mengadakan involusi, namun respons primer tersebut sempat mengakibatkan terbentuknya klon limfosit atau kelompok sel yang disebut memory cells yang dapat mengenali antigen bersangkutan. Apabila antigen yang sama di kemudian hari masuk ke dalam tubuh, maka klon limfosit tersebut akan berproliferasi dan menimbulkan respons sekunder spesifik yang berlangsung lebih cepat dan lebih intensif dibandingkan respon primer (Kresno, 2010).

4. Spesialisasi

Sistem imun memberikan respons yang berbeda dan dengan cara yang berbeda terhadap berbagai mikroba yang berlainan. Imunitas humoral dan imunitas seluler dapat dibangkitkan oleh berbagai jenis mikroba atau oleh mikroba yang sama pada berbagai jenis stadium infeksi, dan setiap jenis respons imun yang dibangkitkannya bersifat protektif terhadap mikroba bersangkutan. Dalam setiap jenis respons imun, sifat antibodi dan limfosit yang dibentuk dapat berbeda bergantung pada jenis mikroba yang merangsangnya (Kresno, 2010).

5. Membatasi diri (self limition)

Semua respons imun normal mereda dalam waktu tertentu setelah rangsangan antigen. Hal ini dimungkinkan karena antigen yang merangsang telah disingkirkan dan adanya regulasi umpan balik dalam sistem yang menyebabkan respons imun terhenti (Kresno, 2010).

6. Membedakan self dari non-self

Sistem imun menunjukkan toleransi terhadap antigen tubuh sendiri. Hal ini dimungkinkan karena limfosit-limfosit yang memiliki reseptor terhadap antigen jaringan tubuh sendiri (limfosit autoreaktif) telah disingkirkan pada saat perkembangan. Seluruh sifat utama di atas diperlukan apabila sistem imun berfungsi normal (Kresno, 2010).

Dengan uraian di atas dapat dimengerti bahwa limfosit merupakan inti dalam proses respons imun spesifik karena sel-sel ini dapat mengenal setiap jenis antigen, baik antigen yang terdapat intraseluler maupun ekstraseluler misalnya dalam cairan tubuh atau dalam darah (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

Walaupun pada hakekatnya respons imun spesifik merupakan interaksi antara berbagai komponen dalam sistem imun secara bersama-sama, untuk memudahkan pembahasannya, respon imun spesifik dibagi dalam 3 golongan, yaitu : (Kresno, 2005).

1. Respons imun selulerDilaksanakan oleh limfosit T untuk melawan mikroorganisme intraselula

2. Respons imun humoralDilaksanakan oleh sel B dan produknya, yaitu antibodi, dan berfungsi dalam pertahanan terhadap mikroba ekstraseluler.

Page 7: Imunitas Dapatan Dan Bawaan

3. Interaksi antara respons imun selular dengan respon imun humoral Salah satu interaksi antara respons imun seller dengan humoral adalah interaksi yang disebut antibody dependent cell mediated cytotoxicity (ADCC).

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, K.G dan Rengganis, I. 2009. Imunologi Dasar. Jakarta : FK Universitas

Indonesia

Kresno, S.B. 2005. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : FK

Universitas Indonesia

Kresno, S.B. 2010. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta : FK

Universitas Indonesia